Anda di halaman 1dari 7

Ilmu Falak I

Soal 1

 Hisab Hakiki taqribi ( taqrobu = pendekatan, aproksimasi ) adalah sistem hisab yang
sudah menggunakan kaidah-kaidah astronomis dan matematik namun masih
menggunakan rumus-rumus sederhana dan dengan data-data yang masih sederhana,
sehingga hasilnya kurang teliti. Sistem hisab ini merupakan warisan para ilmuwan falak
Islam masa lalu dan hingga sekarang masih menjadi acuan hisab di banyak pesantren di
Indonesia. hasil hisab taqribi akan sangat mudah dikenali saat penentuan ijtimak dan
tinggi hilal menjelang 1 Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah. Walaupun selisih
perhitungannya cukup besar terhadap hitungan astronomis modern. (Nawawi:2010, 5)
Hakiki taqribi juga sering disebut dengan aliran ijtima’ semata. Bahwasanya aliran ini
menetapkan bahwa awal bulan qomariyah mulai masuk ketika terjadinya ijtima’.dan para
pengikutnya juga mengatakan bahwasanya bertemunya dua benda yang bersinar
(matahari dan bulan) merupakan pemisah diantara dua bulan. Criteria awal bulan yang
ditetapkan oleh aliran ini sama sekali tidak memperhatikan rukyat, artinya tidak
mempermasalahkan hilal dapat dilihat atau tidak. Jadi menurut aliran ini, ijtima’
merupakan pemisah antara dua bulan qomariyah yang berurutan.
 Hisab Hakiki bi al-Tahkik adalah hisab yang perhitungannya berdasarkan data astronomis
yang diolah dengan trigonometri (ilmu ukur segitiga) dengan koreksi-koreksi gerak Bulan
maupun Matahari yang sangat teliti (Mujab: 2007, 9-10)
Hisab ini mendasarkan perhitungannya pada data astronomi yang telah disusun oleh
Syaikh Husein Zaid Alauddin Ibnu Syatir, astronom muslim berkebangsaan Mesir yang
mendalami astronomi di Perancis (Murtadho: 2008, 227). Adapun pengamatannya
berdasarkan pada teori Copernicus, yaitu teori Heliocentris yang meyakini matahari
sebagai pusat peredaran benda-benda langit.
Dalam menyelesaikan perhitungannya digunakan alat-alat elektronik misalnya kalkulator
ataupun computer. Dapat pula diselesaikan dengan menggunakan daftar logaritma
empat desimal maupun dengan menggunakan Rubu' Mujayyab (kuadran)
(Khazin:2004,69.). Hanya saja perhitungan yang diselesaikan dengan menggunakan
daftar logaritma maupun Rubu' hasilnya kurang halus. Hal ini disebabkan adanya
pembulatan angka-angka invers dari daftar logaritma, serta ketidaktepatan pembagian
pada menit dan detik(Mujab:2007, 9-10).
Dalam menghitung ketinggian hilal, sistem hisab ini memperhatikan posisi observer
(Lintang tempat maupun Bujur tempatnya), deklinasi Bulan(Khazin: :2004,51.) dan sudut
waktu Bulan atau asensiorecta. Bahkan lebih lanjut diperhitungkan pula pengaruh
refraksi (pembiasan sinar)( Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, op. cit, hal. 19),
paralaks (beda lihat), dip (kerendahan ufuq) dan semi diameter Bulan. Hisab Hakiki bi al-
Tahqiq ini mampu memberikan informasi tentang waktu terbenamnya Matahari setelah
terjadi ijtima', ketinggian hilal, azimuth Matahari maupun Bulan untuk suatu tempat
observasi.( Mujab:2007, 9-10)
Dengan demikian dalam praktek perhitungannya, sistem ini mempergunakan rumus-
rumus spherical trigonometri dengan koreksi-koreksi data gerakan bulan dan matahari
yang dilakukan dengan teliti dan melalui beberapa tahapan. Proses perhitungannya tidak
dapat dilakukan secara manual tanpa alat elektronik.
Dengan kitab dan buku yang membahas masalah dan perhitungan ini diantaranya
adalah; al-Matla‟ al-Said, Manahij al-Hamidiyah, al-Khulashoh al-Wafiyah, Badi‟ah al-
Mitsal, Muntaha Nataij al-Aqwal, Hisab Hakiki, Nur al-Anwar, Ittifaq dzati al-Bain, Irsyad
al-Murid(Sriyatin Sadiq Al-Falaky), dan sebagainya.
 Hisab Hakiki Kontemporer (Hakiki Tadqiqi)
Untuk sistem hisab generasi ke tiga dari sistem hisab hakiki, dan kelima dari sistem hisab
secara umum. Pada dasarnya memiliki kemiripan dengan sistem hisab Hakiki bi al-
Tahqiq, yaitu sama-sama telah memakai hisab yang perhitungannya berdasarkan data
astronomis yang diolah dengan spherical trigonometri (ilmu ukur segi tiga bola) dengan
koreksi-koreksi gerak Bulan dan Matahari yang sangat teliti (Mujab:2007,9-10).
Yang menjadikan pembeda keduanya hanya data yang ditampilkan. Data-data tersebut
sudah masak dan tinggal mengaplikasikannya ke dalam rumus segitiga bola, tanpa harus
diolah terlebih dahulu seperti yang dipakai oleh sistem hisab sebelumnya. Selain itu
pada sistem ini koreksi atau pen-ta‟dil-an dilakukan dengan banyak sekali. (Sabiq: 2007,
106-107)
Dalam system Hisab kontemporer , disamping menggunakan rumus-rumus ilmu ukur
segitiga bola dan koreksi-koreksi yang lebih detail, mengacu pada data kontemporer,
yaitu data yang selalu dikoreksi dengan temuan-temuan terbaru. Sistem ini
dikembangkan oleh lembaga-lembaga astronomi seperti Badan Meteorologi dan
Geofisika, dan Observatorium Boscha ITB. Karena dalam hisab Kontemporer ini
menggunakan alat bantu komputer yang canggih yang mampu melakukan perhitungan
rumus-rumus dikenal dengan istilah algoritma, maka dapat diperoleh data kontemporer
yang bisa dijadikan acuan dalam system perhitungan, data tersebut bisa didapatkan
dalam buku-buku serta berbagai program aplikasi yang ada, beberapa diantaranya
terkenal karena memiliki tingkat ketelitian yang tinggi sehingga dikelompokkan dalam
High Accuracy Algorithm diantara : VSOP87, ELP2000 Chapront-Touse. Ada beberapa
data kontemporer yang memiliki tingkat ketelitian yang tinggi dan sangat akurat seperti :
Jean Meeus, New Comb, EW Brown, Almanac Nautica, Astronomical Almanac, Mawaqit,
Ascript, Astro Info, Starrynight
1. Al-Falaky, Sriyatin Sadiq, Makalah Pelatihan Dan Pendalaman Ilmu Falak,Pascasarjan IAIN
Walisongo Semarang tanggal 10-11 Januari 2009
2. Khafid, Hisab Dan Rukyah Kontemporer, makalah dalam Lokakarya Imsakiyah IAIN
Walisongo, Semarang, pada tanggal 07 November 2009.

Soal 2

1. Tanggal 28 Mei (atau 27 Mei pada Tahun Kabisat ) pukul 16:18 WIB
2. Tanggal 16 Juli ( atau 15 Juli pada Tahun Kabisat ) pukul 16:27 WIB

Qiblat adalah hal utama yang harus diperhatikan sebelum shalat. Sebagaimana yang dijelaskan
Allah dalam Al Qur'an surat Al Baqarah: 149, yang artinya, Dan dari mana saja engkau keluar
(untuk shalat), maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka'bah), dan
sesungguhnya perintah berkiblat ke Ka'bah itu adalah benar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah),
Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan.

Dengan ini, maka penentuan arah kiblat yang benar dalam shalat adalah hal yang penting untuk
diperhatikan.

Qiblat adalah hal utama yang harus diperhatikan sebelum shalat. Sebagaimana yang dijelaskan
Allah dalam Al Qur'an surat Al Baqarah: 149, yang artinya, Dan dari mana saja engkau keluar
(untuk shalat), maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka'bah), dan
sesungguhnya perintah berkiblat ke Ka'bah itu adalah benar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah),
Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan.

Dengan ini, maka penentuan arah qiblat yang benar dalam shalat adalah hal yang penting untuk
diperhatikan.

Dalam ilmu falaq (astronomi), peristiwa itu dikenal dengan yaumu rashdil qiblat (Qiblat Day, hari
untuk mencocokkan arah Kiblat), karena matahari tepat berada di atas Ka'bah. Ka'bah yang
berada pada koordinat 21,4° LU dan 39,8° BT, dalam setahun akan mengalami 2 kali
peristiwaIstiwa A'dhom(Matahari di atas Ka'bah).

 Sumber :
 www.al-habib.info/...
 www.bersamadakwah.com/...
 binabbas.org/lain...

Soal 3

Dalam Ensiklopedi Hisab Rukyat, Equation Of Time, perata Waktu atau Ta’dilul Waqt/Ta’diluz
Zaman diartikan selisih antara waktu kulminasi Matahari Hakiki dengan waktu Matahari rata-
rata. Data ini biasanya dinyatakan dengan huruf “e’ kecil dan diperlukan dalam menghisab awal
waktu shalat. [Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
hlm 62.]

Salah satu definisi Equation of Time (e) adalah selisih antara true noon dengan mean noon. Jika
true noon lebih awal dari mean noon, e bernilai positif. Jika true noon terjadi setelah mean
noon, EoT negatif.

Kita ambil contoh kota Greenwich di London, Inggris yang memiliki bujur tepat 0 derajat. Untuk
Greenwich (maupun tempat-tempat lain di seluruh dunia yang memiliki bujur 0 derajat), waktu
rata-rata saat matahari tepat di garis meridean adalah pukul 12:00:00 waktu setempat (yang
juga sama dengan GMT). Jadi mean noon di Greenwich selalu pukul 12:00:00 waktu setempat.
Sementara itu, menurut perhitungan astronomi, pada tanggal 5 April 2010 di kota Greenwich,
matahari akan tepat berada di garis meridian pada pukul 12:02:42 waktu setempat. Ini adalah
waktu true noon matahari atau waktu matahari yang sesungguhnya saat transit. Ini berarti true
noon matahari terlambat sebesar 2 menit 42 detik dibandingkan dengan mean noon saat
matahari melewati garis meridian. Jadi, pada tanggal 5 April 2010, nilai equation of time adalah
sebesar minus 2 menit 42 detik.[http://www.eramuslim.com/syariah/ilmu-hisab/mengenal-
equation-of-time.htm]di download, Jumat, 21 Februari 2020, jam 06.22.

Soal 4

adalah sudut pada bidang datar antara Kutub Utara Magnetik (arah ujung utara dari jarum
kompas bermagnet, sesuai dengan arah garis medan magnet Bumi) dengan Utara sejati (arah di
sepanjang meridian ke arah geografis Kutub Utara). Sudut ini bervariasi tergantung pada posisi
di atas permukaan bumi dan berubah seiring dengan berjalannya waktu.

Dengan agak formal, Bowditch mendefinisikan variasi sebagai “sudut antara meridian magnetik
dan geografis di tempat mana saja, dinyatakan dalam derajat dan menit timur atau barat untuk
menunjukkan arah utara magnetik dari utara sejati. Sudut antara magnetik dan grid meridian
disebut sudut grid magnetik, variasi grid, atau grivasi.”[Wikipedia]

Sudut deklinasi adalah sudut yang dibentuk oleh kutub utara jarum kompas dengan arah utara
magnet/selatan geografis. Sudut deklinasi akan bernilai positif jika kutub utara kompas
menyimpang ke timur dan bernilai negatif jika kutub utara kompas menyimpang ke barat.
Misalnya, suatu objek yang berada di atas kutub utara memiliki sudut deklinasi +90°, sedangkan
jika objek berada di atas kutub selatan maka sudut deklinasinya -90°.
Soal 5

‫ق اللصميمل أوقلمرآْأن املفأمجمر ۖ إمصن قلمرآْأن املفأمجمر أكاَأن أممشلهوُددا‬ ‫أأقممم ال ص‬


‫صألةأ لملدللوُ م‬
‫ك الصشمم م‬
‫س إملأىى أغأس م‬

Arti: Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah
pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Referensi:
https://tafsirweb.com/4682-quran-surat-al-isra-ayat-78.html

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin

‫ك الصشققمم م‬
Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram 78. ‫س‬ ‫( أأقمققمم ال ص‬Dirikanlah shalat dari
‫صققلأىوُةأ لمققلدللوُ م‬
sesudah matahari tergelincir) Yakni matahari agak condong dari pertengahan langit, yakni shalat
dhuhur. ‫ق الصميمل‬
‫(إملأىى أغأس م‬sampai gelap malam) Makna (‫ )الغسق‬yakni ketika malam telah gelap gulita.
Yang dimaksud adalah shalat maghrib dan isya’. ‫ (ۖ أوقلمرأءاأن املفأمجمر‬dan (dirikanlah pula shalat) subuh)
Yakni dirikanlah bacaan pada waktu fajar, yakni shalat subuh, dan pada shalat subuh
disunnahkan untuk dipanjangkan bacaannya. ‫(إمصن قلمرأءاأن املفأمجمر أكاَأن أممشلهوُددا‬Sesungguhnya shalat subuh
itu disaksikan (oleh malaikat)) Yakni disaksikan oleh malaikat malam dan malaikat siang
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih.
Referensi: https://tafsirweb.com/4682-quran-surat-al-isra-ayat-78.html

Anda mungkin juga menyukai