Disusun Oleh :
Dosen :
Drs.Letmi Dwiridal, M. Si
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Alam semesta ini merupakan suatu sistem yang teratur dan canggih yang telah diatur dengan
sangat rapih oleh Allah SWT. Alam semesta yang tersusun dari bermacam benda langit,
matahari, galaksi, bintang, planet-planet, bergerak dan beredar dibalik sistem yang Maha
Dahsyat. Proses pergerakan ini terjadi secara kontinu. Semua ini terjadi semata-mata karena
kekuasana Allah. Dari pergerakan yang sangat teratur tersebut banyak sekali manfaat yang
dapat diperoleh manusia. Seperti halnya dalam masalah waktu. Sistem yang teratur dan
pergerakannya merupakan suatu objek ilmu pengetahuan yang dapat diselami untuk
menunjang kehidupan manusia di alam semesta (Khazzin, Muhyiddin.
IlmuFalakdalamTeoridan Pratik.Jakarta : BuanaPustaka, 2004).
Padaawalnyamanusiamenganggapbahwaperistiwapergerakanbendalangittersebutmerupakanse
suatu yang magis.Meskidemikian, manusiatelah lama
memanfaatkanperistiwatersebutuntukurusanhidupkhususnyasebagaipenandawaktuuntukmem
ulaipekerjaan-pekerjaantertentu. Seiringdenganperkembangan
peradabandankeilmuanmanusia, berbagaimacamteoripergerakanbendalangit pun
dikemukakan.Dalamsejarahkeilmuanastronomi, terdapat 3 teoripergerakanbendalangit yang
pernahdikemukakanolehparaastronomi terdahulu, yakniteoriegosentris,
geosentrisdanheliosentris (SlametHambali, PengantarIlmuFalak.Banyuwangi: Bismillah
Publisher, 2012, hlm. 175).
Bulan adalah satelit Bumi. Ketika seseorang yang menatap bulan akan memperhatikan bahwa
bentuknya akan berubah setiap malam dan berjalan melalui satu daur lengkap dalam satu
bulan. Perubahan bentuk itu atau fase bulan disebabkan oleh perubahan posisi relatif Bulan,
Matahari dan Bumi (Danang Endarto, 2014:354).
Bulan merupakan benda langit yang tidak bisa memancarkan cahaya sendiri melainkan
mendapatkan pantulan atau refleksi dari cahaya Matahari. Pada saat-saat tertentu bentuk
bulan yan terkena pantulan sinar Matahari mengalami perubahan dari fase ke fase.
Pada umumnya bulan memiliki empat fase, yaitu bulan baru (New Moon), seperempat
pertama (First Quarter), bulan purnama (Full Moon), dan seperempat terakhir (Last
Quarter). Hal ini seperti yang dijelaskan dalam Surat Yasin ayat 39 (Departemen Agama,
2009: 442).
Dalam kajian ilmu falak teori maupun praktek tidak pernah lepas dengan objek yang satu ini
yakni Bulan. Pada dasarnya Bulan juga memberikan pengaruh penting terhadap penanggalan
Islam Kamariah yang masih memliki keterkaitan dengan pelaksanaan ibadah umat Islam
seperti puasa, salat, ibadah haji dan sebaginya. Banyak metode yang gunakan saat ini untuk
menghitung kapan terjadinya fase-fase bulan dalam hisab bulan kamariah, mulai yang
taqribi, haqiqi, hingga kontemporer. Salah satu metode kontemporer yang digunakan adalah
dengan algoritma Jean Meeus.
Sejak lama manusia telah mengamati dan melacak pergerakan lima planet paling terang yaitu
Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus, termasuk pergerakan (semu) Matahari dan
Bulan. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, para astronom mampu
memprediksi pergerakan benda-benda langit. Dengan algoritma seperti algoritma Jean Meeus
dan VSOP87, kita dapat memprediksi posisi planet hingga ribuan tahun ke depan. Salah satu
contohnya adalah data ephemeris yang kita kenal saat ini yang memuat data-data Bulan dan
Matahari, termasuk Nautica Almanac yang memuat data-data planet, Bulan, Matahari yang
lebih lengkap (Akbar, Reza. 2017).
Untukmengetahuitentangjarak, posisidanpergerakanbenda-
bendalangitparailmuanmelakukanpendekatanperhitungandanpengamatan.
Sehinggakegiatanpengamatandanperhitunganmenjadihal yang
pentingbagiilmuastronomi.Dari perhitungantersebutkemudiandiperoleh data-data astronomi
yang menunjukkanjarakdanposisibenda-bendalangit. Data-data
tersebutkemudiandirangkummenjadisebuahtabel data astronomis yang
biasadisebutdengantabel ephemeris (Pannekoek, 1989).
1.3Tujuan
LANDASAN TEORI
Gambar 2. 4. Tabel hasil observasi Kepler tentang hukum ketiga dengan satuan AU.
Dengan adanya ketiga Hukum Kepler ini semakin membantu para ilmuwan
dan peneliti lainnya dalam mempelajari pergerakan benda langit, baik secara nyata
maupun semu yang belum pernah dibahas oleh peneliti peneliti sebelumnya. Selain
itu, Hukum Kepler pun memotivasi para ilmuwan lain untuk menyempurnakan dan
menemukan teori–teori lain, seperti Issac Newton yang mencetuskan hukum medan
gravitasi benda langit.
2.2 Gerakan Matahari, Bumi dan Bulan
Menurut teori heliosentris, Matahari merupakan pusat peredaran benda-benda langit
di dalam tata surya kita. Planet Bumi selain berputar pada porosnya, bersama dengan
Bulan bergerak mengitari Matahari melalui lintasan khayal berbentuk ellips,
sebagaimana yang dijelaskan dalam hukum Kepler. Sedangkan Bulan pada saat yang
bersamaan berputar pada porosnya sembari mengitari Bumi. Pergerakan-pergerakan
tersebut ketika diamati dari Bumi terlihat sebagai pergerakan yang bersifat semu. Gerak
semu inilah yang sejak lama telah banyak dimanfaatkan oleh manusia khususnya dalam
perhitungan waktu.Dalam keilmuan falak pergerakan-pergerakan tersebut sangat penting,
karena beberapa perintah ibadah dalam Islam, waktu pelaksanaannya sangat terkait
dengan posisi dan pergerakan Matahari, Bumi dan Bulan tersebut.
A. Gerak Matahari
Matahari merupakan pusat tata surya kita. Bumi, planet-planet dan benda
langit yang berada di jangkauan gravitasi Matahari, bergerak bersamaan mengitari
Matahari. Pada saat yang bersamaan Matahari juga juga terus bergerak di alam
semesta ini bersamaan bintang-bintang lainnya. Dalam keilmuan astronomi gerak
Matahari dibagi menjadi dua macam, yakni gerak hakiki dan gerak semu.
1) Gerak Matahari Hakiki
Gerak Matahari Hakiki adalah gerakan sebenarnya yang dimiliki oleh
Matahari. Gerakan Matahari Hakiki ada dua, yakni:
i. Rotasi Matahari. Matahari berputar pada porosnya dengan
waktu rotasi yang berbeda-beda pada tiap bagiannya, yakni
sekitar 25,5 hari pada bidang ekuator dan 27 hari pada daerah
kutubnya. Perbedaan tersebut disebabkan Matahari sebenarnya
merupakan bola gas pijar raksasa yang berada di luar angkasa
yang terus bergerak.
ii. Gerak Matahari di antara gugusan bintang. Matahari
bersamaan dengan sistem tata surya-nya bergerak di alam
semesta ini dari suatu tempat menuju tempat yang lainnya
mengitari pusat galaksi Bimasakti dengan kecepatan sekitar 20
km/detik atau 72.000 km/jam atau 600 juta km/tahun. Daerah
yang dituju oleh Matahari disebut dengan apeks dan daerah
yang telah ditinggalkan oleh Matahari disebut anti-apeks
Mengenai peredaran Matahari di alam semesta tersebut adalah sesuai dengan
apa yang telah disebutkan di dalam surat Yasin ayat 38, yang Artinya:
Pada ayat di atas dikatakan bahwa Matahari sejak awal penciptaan telah
memiliki jalur peredaran sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah SWT.
B. Gerak Bulan
--secara etimologi ephemeris berarti tabel harian, adapun pengertian ephemeris dalam
astronomi adalah kumpulan data astronomi yang menunjukkan posisi benda-benda langit.
Teleskop merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk melihat
benda pada jarak jauh. Terdapat tiga jenis teleskop optik yang banyak digunakan saat
ini,yaitu teleskop refraktor, teleskop reflektor, dan teleskop katadioptrik. Untuk
mengukur peregerakan benda langit teleskop yang digunakan adalah teleskop
refraktor. Refraktor atau dioptrik adalah jenis teleskop yang hanya menggunakan
lensa untuk menampilkan bayangan benda.Bumi berputar 360º tiap 24 jam, sehingga
untuk mengetahui pergeseran bulan, bintang, dan matahari.
Teleskop bergerak setiap 1 menit sehingga pergerakan teleskop dapat berputar
lebih halus dan nilai data step yang dimasukan ke dalam program adalah pergerakan
bulan 906,8 step/menit, pergerakan bintang 940 step/menit, dan pergerakan matahari
940 step/menit. Sedangkan nilai maksimal sudut yang dimasukan kedalam setting
program adalah 40º/jam, karena nilai maksimal data step adalah 2500 step/menit.
I. Pengujian Sistem Kontrol Teleskop
Pengujian sistem kontrol teleskop dilakukan dengan menampilkan
hasil pelacakan pergerakan objek dengan pembacaan nilai sudut jam atau
Right Ascension (RA) pada mounting. Sehingga untuk mengetahui perputaran
bulan, bintang, dan matahari per jamnya dapat dilihat melalui nilai RA nya.
Bentuk RA pada mounting dapat dilihat pada Gambar 3. Nilai RA ini dibuat
24 jam dengan pembagian perjamnya ada 6 garis, jadi tiap satu garis bernilai
10 menit dengan putaran teleskop sebesar 2,5º.
Dari gambar 4.4 menunjukkan hasil visualisasi pergerakan matahari dan bulan
yang didapatkan dari perhitungan ehemeris ,dan data ephemeris tersebut selanjutnya
digunakan dalam proses penggambaran objek matahari dan bulan .data-data tersebut
meliputi azimuth,altitude,jarak bulan,jarak matahari dan frantion illumination bulan.
Untuk mendapatkan animasi yang halus ketika proses drawing objek diberikan jeda
waktu penggambaran sebesar 10milisecond sedangkan untuk meminimalisir
kebutuhan resource computer yang besar ketika prigram dijalankan namun tetap
diberikan data visualisasi yang realtime,diberikan jeda perhitungan yang sedikit lebih
lama yaitu sebesar 1 detik.
2. Analisis
A. Hitung ephemeris matahari
Untuk menghitung data ephemeris matahari membutuhkan data dari hasil
perhitungan nutasi dan epsilon bumi, data koreksi posisi matahari (VSOP87) juga
digunakan untuk menghitung nilai bujur heliosentris dan lintang heliosentris serta
nilai True geometric distance atau jarak bumi dan matahari. Dalam metode Jean
Meeus (Meeus, 1998) secara umum memiliki tahapan yang ditunjukkan pada
Pada Gambar 3.13 dapat dilihat bahwa dalam perhitungan nilai L, B dan R
membutuhkan nilai koreksi dari nilai L, B dan R yang diambil dari data VSOP87.
Diagram alir pada Gambar 3.14 memperlihatkan bahwa nilai koreksi hasil
perhitungan dijumlahkan sebanyak data koreksi dari data VSOP87. Data hasil
perhitungan ini nanti akan dijumlahkan kembali sebanyak jumlah dari keseluruhan
data koreksi. Sourcecode untuk perhitungan nilai L, B dan R dapat dilihat pada
gambar 3.15 dan Gambar 3.16.
Dari potongan kode pada Gambar 3.15 dan 3.16 memperlihatkan bahwa hasil
perhitungan dari koreksi masih dijumlahkan kembali sebanyak data koreksi, salah
satu contoh adalah untuk menghitung nilai L, perlu dilakukan penjumlahan dari
keseluruhan data koreksi yaitu L0, L1, L2, L3, L4 dan L5. Hal ini dikarenakan data-
data koreksi yang diambil dari tabel VSOP87 memuat data koreksi yang terpisah,
sehingga semakin banyak data koreksi yang dijumlahkan maka akurasi dari
perhitungan akan semakin meningkat.
Θ= L + 180
Dilanjutkan menghitung Θt
Θt = Θ - 0,09033”
rumus:
Arg1 = (119.75 + 131.849 x T) Mod 360
Arg2 = (53.09 + 479264.29 x T) Mod 360
Arg3 = (313.45 + 481266.484 x T) Mod 360
Selanjutnya menghitung eksentrisitas orbit Bumi E
E = 1-0,002516 x T -0,0000074 x T^2
Menghitung Koreksi Bujur, Lintang dan Jarak bulan (L, B, R)
Pada Gambar 3.18 dapat dilihat bahwa hasil dari perhitungan koreksi bukan
merupakan nilai final dari bujur bulan, data koreksi tersebut masih perlu dioperasikan
dengan nilai bujur zero dengan rumus: bujur = sigmaKoreksi – bujurZero
/1000000.Sourcecode untuk perhitungan bujur bulan dapan dilihat pada Gambar 3.19
dan 3.20.
Dari Gambar 3.19 dan Gambar 3.20 terlihat bahwa untuk mendapatkan nilai
sigma koreksi tabel koreksi bujur pada ELP2000 harus dioperasikan dengan nilai-nilai
D, M, M’, F.Ʃb = (Ʃb - 2235 x Sin(L’) + 382 x Sin(A3) + 175 x Sin(A1 - F) + 175
xSin(A1 + F) + 127 x Sin(L’ – M’) – 115 x Sin(L’ + M’)) / 1000000Diagram alir
untuk perhitungan nilai lintang bulan dapat dilihat pada Gambar 3.21.
terdapat pada operasi setelah perhitungan koreksi bujur dan lintang.
Sourcecode untuk perhitungan lintang dapat dilihat pada Gambar 3.22