BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini disajikan kajian pustaka tentang motivasi yang mempunyai
pengaruh terhadap kinerja karyawan. Salah satu faktor yang menjadi penentu
menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja dengan segala
daya upayanya untuk mencapai kepuasan, Hasibuan (2007: 95). Ishak dan Hendri
(2003:12) mengemukakan bahwa “motivasi sebagai suatu hal pokok yang menjadi
dorongan untuk bekerja”. Motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor
untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai
dalam mencapai tujuan. Dorongan tersebut terdiri dari dua komponen, yaitu arah
perilaku kerja (kerja untuk mencapai tujuan), dan kekuatan perilaku (sebagai kuat
usaha individu dalam bekerja). Motivasi meliputi perasaan unik, pikiran dan
9
pengalaman masa lalu yang merupakan bagian dari hubungan internal dan
eksternal perusahaan.
karyawan, yang berarti bahwa ketika kebutuhan seseorang dipenuhi oleh faktor-
faktor tertentu, orang tersebut akan mengerahkan upaya terbaik untuk mencapai
proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seseorang individu untuk
1. Motivasi kerja merupakan bagian yang urgen dalam suatu organisasi yang
berfungsi sebagai alat untuk pencapaian tujuan atau sasaran yang ingin
dicapai,
2. Motivasi kerja mengandung dua tujuan utama dalam diri individu yaitu
dalam diri seseorang itu memiliki kepercayaan atau keyakinan untuk maju
Motivasi internal adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri. Motivasi
internal adalah yang paling kuat karena tidak dapat dipengaruhi oleh motivasi
eksternal atau lingkungan. Motivasi internal juga tidak dapat dipengaruhi oleh
motivasi eksternal atau pun sebaliknya motivasi eksternal tidak dapat dipengaruhi
oleh motivasi internal. Beberapa faktor yang merupakan motivasi internal adalah :
10
Motivasi eksternal adalah motivasi yang timbul dari luar diri atau
lingkungan, orang lain, dsb. Motivasi ini tidak sekuat motivasi internal karena
harus mendapatkan dorongan dari luar agar bisa timbul. Motivasi yang bersumber
dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan
manusia agar terarah pada tujuan. Untuk lebih meningkatkan performance dan
sikap lebih positif, sebaiknya menggunakan dan berpusat pada faktor faktor
11
Menurut Herzberg (1966) dalam Teck Hong dan Waheed (2011) yang
tergolong sebagai faktor motivasi internal antara lain ialah sebagai berikut:
kegiatan.
pemutusan hubungan.
pentingnya reward dalam kinerja sehari-hari tugas pekerja tidak dapat melebih-
lebihkan, terutama ketika datang untuk mendapat hasil untuk pekerjaan yang
pekerjaannya, situasi kerja dan hubungan dengan rekan kerja. Dengan demikian
kepuasan kerja merupakan aspek yang penting yang harus dimiliki oleh seorang
Menurut Suwarno dan Donni Juni Priansa (2011: 263), “kepuasan kerja
adalah cara individu merasakan pekerjannya yang dihasilkan dari sikap individu
serupa juga dikemukakan oleh Wibowo (2011: 501) yaitu “kepuasan kerja adalah
derajat positif atau negatifnya perasaan seseorang mengenai berbagai segi tugas-
cermin dari penyesuaian antara apa yang diperoleh dengan apa yang diharapkan.
adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjannya. Sikap ini
pendapat lain tentang kepuasan kerja dikemukakan oleh Susilo Martoyo (2007:
141), yaitu:
ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari
13
perusahaan/ organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan
Balas jasa adalah imbalan yang diberikan pada karyawan atas jasa dan
prestasi yang telah diberikan untuk perusahaan. Balas jasa dapat berupa finansial
dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yamg
apabila kepuasan kerja tidak tercapai maka dapat berakibat buruk terhadap
perusahaan. Akibat buruk itu dapat berupa kemalasan, kemangkiran, mogok kerja,
pekerjaan yang dihasilkan dari sikap individu tersebut terhadap berbagai aspek
orang lebih puas terhadap suatu pekerjaan daripada beberapa orang yang lain.
Teori ini juga mencari landasan tentang proses perasaan orang terhadap kepuasan
kerja. Ada beberapa teori tentang kepuasan kerja. Menurut Veithzal Rivai (2010:
14
856-857), pada dasarnya teori-teori tentang kepuasan kerja yang lazim dikenal ada
kepuasannya diperoleh melebihi dari yang diinginkan, maka orang akan menjadi
lebih puas lagi, sehingga terdapat discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang
positif. Kepuasan kerja seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang
Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas,
tergantung pada ada atau tidaknya keadilan (equity) dalam suatu situasi,
khususnya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama dalam teori keadilan
membandingkan rasio input hasil dirinya dengan rasio input hasil orang lain. Bila
perbandingan itu dianggap cukup adil, maka karyawan akan merasa puas. Bila
kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila perbandingan itu tidak seimbang akan
timbul ketidakpuasan.
Menurut teori ini kepuasan dan ketidakpuasan kerja merupakan hal yang
berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu bukan suatu variabel
kelompok yaitu satisfies atau motivator dan dissatisfies. Satisfies ialah faktor-
faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri
umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja. Pendapat lain mengenai teori
1. Two-Factor Theory
Teori dua faktor merupakan teori kepuasan kerja yang menganjurkan bahwa
2. Value Theory
Menurut konsep teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan dimana hasil
hasil, akan semakin puas. Semakin sedikit mereka menerima hasil, akan kurang
puas.
hal yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang
16
berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi
karyawan puas dengan pekerjaannya, maka ia akan bertahan untuk bekerja pada
kepuasan kerja karyawan pada dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah
faktor yang berasal dari diri pegawai dan dibawa oleh setiap pegawai sejak mulai
yang berasal dari luar diri pegawai antara lain kondisi fisik lingkungan kerja,
atas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Anwar Prabu (2004: 120),
pada pribadi masing-masing karyawan. Karyawan satu dengan yang lain akan
3. Semangat kerja
4. Keluhan-keluhan
karena apabila karyawan tidak puas dalam bekerja dapat mengakibatkan karyawan
hasil kerja menjadi tidak maksimal. Berawal dari melakukan pekerjaan yang
kurang semangat kemudian malas berangkat ke kantor pada akhirnya hal tersebut
2. Keamanan kerja.
3. Gaji.
4. Manajemen kerja.
5. Kondisi kerja.
6. Pengawasan (supervisi).
8. Komunikasi.
10. Fasilitas.
dorongan baik dari dalam maupun dari luar. Agar lebih mengerti alasan seseorang
individu, tetapi dapat pula hanya sebagian dan intensitasnya dalam setiap individu
juga berbeda-beda. Menurut pendapat Moch. As’ad (1995: 115), faktor yang
perasaan kerja.
kerja dan kondisi fisik pegawai, meliputi jenis pekerjaaan, pengaturan waktu
Pendapat lain dikemukakan oleh Brown & Ghiselli (Edy Sutrisno 2011: 79),
pada pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas daripada mereka
yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Pada beberapa penelitian
menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi justru perubahan
pada orang yang melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit
perasaannya.
dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan
20
Seorang karyawan akan merasa puas dalam bekerja apabila tidak terdapat
kenyataannya yang mereka rasakan. Apabila yang dirasakan dan diperoleh lebih
besar dari apa yang menurut mereka harus ada, maka terjadi tingkat kepuasan
yang makin tinggi. Sebaliknya, apabila kenyataannya yang dirasakan lebih rendah
dari apa yang menurut mereka harus ada, maka telah terjadi ketidakpuasan
karyawan dalam bekerja. Menurut Robbins (Zainur Roziqin 2010: 73) faktor yang
disimpulkan kepuasan kerja yang dirasakan setiap orang sangat berbeda ada
kerja yang paling umum dipakai dengan menggunakan kuesioner dimana rating
mereka.
2. Critical incidents
3. Interviews
melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja. Hal ini dilakukan dengan cara
(JDI), menurut Luthans (Husein Umar 2010: 38) ada lima, yaitu:
22
3. Promosi Pekerjaan.
4. Kepenyeliaan (supervisi).
5. Rekan kerja.
Pengukuran kepuasan kerja seseorang bisa dilihat dari besarnya gaji atau
upah yang diterima, tetapi gaji bukan satu-satunya yang menjadi ukuran kepuasan
kerja seseorang. Hal lain yang dapat dijadikan sebagai ukuran kepuasan kerja
adalah hubungan dengan atasan atau rekan kerja, pengembangan karier, dan
1. Isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang actual dan sebagai kontrol
terhadap pekerjaan
2. Supervisi
5. Gaji dan keuntungan dalam bidang financial lainnya seperti adanya insentif
6. Rekan kerja
7. Kondisi pekerjaan
kumpulan perasaan, harapan, dan kepuasan kerja pegawai yang bersifat dinamik
Hubungan antara kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat positif
atau negatif. Kekuatan hubungan mempunyai rentang dari lemah sampai kuat.
1. Motivasi.
kepuasan kerja.
2. Pelibatan kerja.
4. Komitmen Organisasi
5. Kemangkiran.
Kemangkiran merupakan hal mahal dan manajer secara tetap mencari cara
Apabila rekomendasinya sah, akan terdapat korelasi negatif yang kuat antara
6. Turnover
7. Perasaan stress
8. Prestasi kerja
kepuasan.
Kepuasan kerja tidak selalu menjadi faktor motivasional yang kuat untuk
berprestasi. Seorang karyawan yang puas belum tentu terdorong untuk berprestasi
karena “kepuasannya” tidak terletak pada motivasinya, akan tetapi dapat terletak
pada faktor-faktor lain, misalnya pada imbalan yang diperolehnya. Dapat pula
terjadi bahwa seseorang merasa puas terhadap pekerjannya karena orang tersebut
menyadari bahwa apa yang dicapainya sudah maksimal. Dalam situasi demikian
kurang memadai, kondisi kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang tidak
serasi dengan atasan maupun bawahan, dan pekerja yang tidak sesuai.
27
bagi karyawan yang lebih muda usia, keinginan pindah akan lebih besar.
pun cenderung lebih tinggi pula. Dikaitkan dengan prospek promosi yang
dimaksud ialah bahwa apabila seorang yang sudah menduduki jabatan tertentu,
apalagi sudah berada pada tingkat manajerial melihat bahwa masih terdapat
prospek yang cerah untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi lagi, kepuasan
jika karena besarnya organisasi para karyawan “terbenam” dalam masa pekerja
yang jumlahnya besar sehingga jati diri dan identitasnya menjadi kabur. Oleh
Oleh karena itu, jika suatu perusahaan semakin hari semakin banyak yang
kepailitan. Keith Davis dan John W. Newstorm (1985: 108), menjelaskan tiga
contoh perilaku pegawai yang negatif yang timbul dari perasaan tidak puas adalah
sebagai berikut:
lebih sering mangkir. Pegawai yang tidak puas biasanya tidak merencanakan
3. Pencurian Pegawai yang mencuri karena mereka didorong oleh rasa putus
asa atas perlakuan organisasi yang dipandang tidak adil. Perilaku organisasi
demikian menurut pegawai benar hal ini karena sebagai cara membalas
dilakukan dengan cara keluar dari pekerjaannya atau mencari pekerjaan di tempat
lebih buruk.
para atasan atau pimpinan. Analisis ini digunakan sebagai penilaian yang positif
30
mengambil keputusan yang tepat bagi pimpinan. Adapun manfaat dari telaah
kepuasan kerja menurut Keith Davis dan John W. Newstorm (1985: 112) yaitu
sebagai berikut:
perusahaan.
melaksanakan tugasnya.
hasil kerja yang diberikan sesuai dengan imbalan yang diberikan maka akan
merasa puas, namun sebaliknya jika imbalan yang diberikan tidak sesuai dengan
hasil kerja maka akan terjadi ketidakpuasan terhadap pekerjaan mereka. Jika
kondisi yang demikian terus terjadi maka akan menurunkan produktivitas kerja
karyawan, selain itu akan timbul rasa kekecewaan dan frustasi dalam diri
karyawan.
31
32
2.3 Kompensasi
mereka di antara para karyawan itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Mathis dan
Jackson (2002) menyatakan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan prestasi
kompensasi.
yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima
karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Penjelasan
dari kompensasi berupa uang adalah karyawan dibayar dengan sejumlah uang,
1. Tiap-tiap pembayaran berupa uang yang diterima oleh buruh sebagai ganti
pekerjaan.
dengan segala bentuk balas jasa finansial dan pelayanan yang tangible (nyata),
serta keuntungan yang diterima karyawan sebagai bagian dari suatu hubungan
pekerjaan.
kompensasi adalah tingkat kepuasan terhadap semua bentuk return baik finansial
maupun non finansial yang diterima karyawan karena jasa yang disumbangkan
kepada perusahaan. Michael dan Harold (1993) dalam Pantja Dajati (2003)
kompensasi yang diterima dari perusahaan sebagai balas jasa atas kerja mereka.
karyawan adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah imbal
bonus, komisi, asuransi karyawan, bantuan sosial karyawan, tunjangan, libur, atau
cuti tetap dibayar, sedangkan dalam bentuk non finansial,berupa tugas menarik,
upah, yang dibayar secara tetap berdasarkan tenggang waktu yang tetap.
bagi para pekerja di luar gaji atau upah tetap, dapat berupa uang atau
barang.
pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak tetap atau sewaktu-
waktu.
kompensasi tidak langsung”. Kompensasi langsung berupa gaji pokok dan gaji
sebagai berikut :
1. Gaji Pokok
disebut gaji pokok. Gaji merupakan salah satu hal yang mendorong atau
biasanya tetap secara bulanan.” Mulyadi (2008 : 373), “Gaji umumnya merupakan
35
pembayaran atas penyerahan atau sebuah hak yang diberikan oleh sebuah atau
sebuah bentuk pembayaran atau sebuah hak yang diberikan oleh sebuah
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa gaji pokok merupakan suatu
kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan sebagai balas jasa
diberikan kepada karyawan biasanya dalam kurun waktu selama satu bulan.
upah. Menurut Soemarso (2009:307), “Upah adalah imbalan kepada buruh yang
atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan pelaksana (buruh).” Diana
dan Setiawati (2011:174) menyatakan bahwa “Upah diberikan atas dasar kinerja
kompensasi yang dibayarkan berdasarkan hari kerja, jam kerja, atau jumlah satuan
2. Gaji Variabel
Jenis gaji yang lain yang diberikan secara langsung adalah gaji variabel atau
biasa disebut bonus atau insentif. Sedangkan untuk eksekutif, pada umumnya
adalah imbalan tidak langsung, seperti asuransi kesehatan, uang cuti atau
keanggotaannya di organisasi.
berikut:
2. Kepuasan kerja.
fisik, status sosial dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari
jabatannya.
37
3. Pengadaan efektif.
4. Motivasi.
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah
memotivasi karyawannya.
5. Stabilitas karyawan.
Dengan progam kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensi yang kompetifif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turn-
6. Disiplin.
Pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin
8. Pengaruh pemerintah.
secara internal dan kompetitif secara eksternal, maka karyawan yang ingin
keunggulan kompetitif.
tingkat kinerja yang tinggi. Dengan adanya kompensasi yang dirasakan adil,
kinerja karyawan.
Pemberian kompensasi harus ditetapkan atas asas adil dan layak serta
memperhatikan peraturan- peraturan yang berlaku. Prinsip adil dan layak harus
1. Asas Adil
jawab, jabatan pekerjaan. Porsi adil dalam hal ini tidak harus disamakan antar
setiap karyawan.
pada tingkat normatif yang ideal. Tolak ukur layakadalah relatif, penetapan
1. Kompensasi material
uang, seperti gaji, bonus dan komisi, melainkan segalabentuk penguat fisik
(physical reinforcer), misalnya fasilitas parkir, telepon, dan ruang kantor yang
kesehatan.
40
2. Kompensasi sosial
orang lain. Bentuk kompensasi ini antara lain status, pengakuan sebagai ahli
3. Kompensasi aktivitas
proses yang digunakan oleh organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja
kinerja merupakan catatan terhadap hasil produksi dari sebuah pekerjaan tertentu
kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai
peranannya dalam organisasi. Dalam hal ini kinerja merupakan hasil yang dicapai
dari beberapa hal yang dimiliki oleh karyawan diantaranya adalah tingkat
1. Tujuan
2. Ukuran
kinerja untuk setiap tugas dan jabatan karyawan diperlukan atau digunakan.
3. Penilaian
terhadap tujuan dan berperilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang
hendak dicapai.
dengan standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Kinerja tidak berdiri sendiri tapi
2. Sarana pendukung
kerja).
3. Supra-sarana
berikan telah sesuai dengan data yang dibutuhkan, dalam hal ini uji yang di
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
2. Uji Reliabilitas
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas instrumen ini dihitung
44
dengan bantuan program SPSS versi 22 dengan uji Cronbach Alpha (α)
(Ghozali, 2016:32)
Hiteroskedastisitas :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas merupakan salah satu uji dari uji asumsi klasik yang
tak bisa dihindari dan memang diperlukan agar regresi yang diperoleh
3. Uji Hiteroskedastisitas
Dalam persamaan regresi berganda perlu diuji mengenai sama atau tidak
varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi lainnya.
penjelasannya :
1. Koefisien Korelasi
yang kuat antara dua variabel terebut dan nilai R yang mendekati 0
3. Koefisien Determinasi
antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
1. Uji F
47
2. Uji T
dan lingkungan kerja) terhadap variabel dependen (kinerja karyawan) . analisa ini
negatif untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel