Anda di halaman 1dari 16

1.

Jelaskan dan uraikan variabel epidemologi (orang,waktu, tempat) dgn penyakit dan
contohnya?
JAWAB:
Frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan (khususnya penyakit) pada
umumnya bervariasi menurut karateristik orang (person), tempat (place) dan waktu (time).
Selain itu dalam kegiatan analisis epidemiologi membutuhkan kesadaran adanya interaksi
antara orang, tempat dan waktu dalam menimbulkan penyakit.
A. Person (Orang)
Banyak fokus kita ketahui bahwa epidemiologi yang ditujukan pada aspek orang dalam hal
penyakit, ketidakmampuan, cedera, dan kematian. Studi epidemiologi umumnya berfokus
pada beberapa karakteristik demografi utama dari aspek manusia yaitu usia, jenis kelamin,
ras/etnik, status perkawinan, pekerjaan, dan lain-lain.
1. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur.
Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau
kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang
dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak
menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah
pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian
orang lain.
Contohnya adalah :
1.infeksi Tricius sering tjd pd anak-anak drpd org dewasa. Dikaitkan dgn kebiasaan tdk mencuci
tangan
2.kejadian diare lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan dewasa
3. kejadian TB lebih tinggi pada dewasa dibandingkan anak-anak
2. Jenis Kelamin
Hubungan Penyakit Dengan Jenis Kelamin
Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki
dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup,
kesadaran berobat, perbedaan kemampuan atau kriteria diagnostik beberapa penyakit,
genetika atau kondisi fisiologis. Penyakit-penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan
daripada laki-laki antara lain contohnya :
1. Tireotoksikosis
2. Diabetes melitus
3. Obesitas
4. Kolesisitis
5. Rematoid artritis
Selain itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang perempuan, yaitu penyakit
yang berkaitan dengan organ tubuh perempuan seperti karsinoma uterus, karsinoma
mamae, karsinoam serviks, kista ovarii, dan adneksitis. Penyakit-penyakit yang lebih banyak
menyerang laki-laki daripada perempuan antara laincontohnya :
1. Penyakit jantung koroner
2. Infark miokard
3. Karsinoma paru
4. Hernia inguinalis
Selain itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang laki-laki seperti karsinoma
penis, orsitis, hipertrofi prostat, dan karsinoma prostat.
3. Suku Bangsa
Suku bangsa atau golongan etnik adalah sekelompok manusia dalam suatu populasi
yang memiliki kebiasaan atau sifat biologis yang sama. Walaupun klasifikasi penyakit
berdasarkan suku bangsa sulit dilakukan baik secara praktis maupun secara konseptual,
tetapi karena terdapat perbedaan yang besar dalam frekuensi dan beratnya penyakit
diantara suku bangsa maka dibuat klasifikasi walaupun kontroversi. Pada umumnya
penyakit yang berhubungan dengan suku bangsa berkaitan dengan faktor genetik atau
faktor lingkungan, contohnya:
1. Penyakit sickle cell anemia
2. Hemofilia
3. Kelainan biokimia sperti glukosa 6 fosfatase
4. Karsinoma lambung

4. Sosial ekonomi
Terdapatnya perbedaan penyebaran masalah kesehatan dipengaruhi oleh dua
faktor:
a. Perbedaan kemampuan ekonomi dalam mencegah atau mengobati penyakit.
b. Perbedaan sikap hidup dan perilaku yang dimiliki.
Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi frekuensi distribusi
penyakit tertentu, contohnya TBC, infeksi akut gastrointestinal, ISPA, anemia,
melnutrisi, dan penyakit parasit yang banyak terdapat pada penduduk golongan sosial
ekonomi rendah.
Contohnya adalah Penyakit jantung koroner, hipertensi, obesitas, kadar kolesterol
tinggi, dan infark miokard yang banyak terdapat pada penduduk golongan sosial
ekonomi yang tinggi.
5. Budaya/agama
Dalam beberapa hal terdapat hubungan antara kebudayaan masyarakat atau agama
dengan frekuensi penyakit tertentu, contohnya:
1. Balanitis, karsnoam penis banyak terdapat pada orang yang tidak melakukan sirkumsisi
disertai dengan higiene perorangan yang jelek.
2. Trisinensis jarang terdapat pada orang Islam dan orang Yahudi karena mereka tidak
memakan babi.
3. Kelainan fungsi hati jarang ditemukan pada pemeluk agama islam karena ajaran agama
islam tidak membenarkan meminum alkohol.
6. Pekerjaan
Berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan distirbusi penyakit.
Hal ini disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan di tempat pekerjaan dengan berbagai
suasana dan lingkungan yang berbeda. Misalnya, pekerjaan yang berhubungan dengan
bahan fisika, panas, bising, dan kimia seperti pekerja pabrik asbes yang banyak menderita
karsinoma paru dan gastrointestinal serta mesotelioma, sedangkan fibrosis paru banyak
terdapat pada pekerja yang terpapar oleh silikon bebas, atau zat radioaktif seperti petugas
di bagian radiologi dan kedokteran nuklir.
Pekerja di bidang pertambangan, konstruksi bangunan atau pertanian, dan
pengemudi kendaraan bermotor mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami
trauma atau kecelakaan dibandingkan dengan pekerja kantor.
Contohnya :
1. pekerja tambang dapat terinfeksi cacing tambang
2. silicosis paru pada pekerja perusahaan industri merkuri
3. stress kerja merupakan faktor pemicu terjdinya hipertensi, tukak lambung
7. Status Marital
Adanya hubungan antara status marital dengan frekuensi distribusi morbiditas telah
lama diketahui, tetapi penyebab pastinya belum diketahui. Ada yang berpendapat bahwa
hubungan status marital dengan morbiditas dikaitkan dengan faktor psikis, emosional, dan
hormonal atau berkaitan dengan kehidupan seksual, kehamilan, melahirkan, dan laktasi.
Lebih banyak ditemukan pada perempuan yang tidak menikah dibandingkan dengan
perempuan yang menikah, sebaliknya karsinom serviks lebih banyak ditemukan pada
perempuan yang menikah daripada yang tidak menikah atau menikah pada usia yang
sangat muda atau sering berganti pasangan. Kehamilan dan persalinan merupakan
merupakan faktor risiko terjadinya eklamsia dan praeklamsia yang dapat menyebabkan
kematian ibu. Angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan
negara lain.
8. Golongan Darah ABO
Golongan darah juga dapat mempengaruhi insidensi suatu penyakit, misalnya orang-
orang dengan golongan darah A meningkatkan risiko terserang karsinoma lambung,
sedangkan golongan darah O lebih banyak terkena ulkus duodeni.
B. Time (Waktu)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam
analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan
adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan
angka kesakitan, maka dibedakan :
1. Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsungbeberapa jam, hari,
minggu dan bulan.
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan makanan
(beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa bulan).
Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :
1. Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaanatauhampir
bersamaan.
2. Waktu inkubasi rata-rata pendek.

2. Perubahan-perubahan secara siklus dimana perubahan-perubahan angka


kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.Perubahan secara siklus ini didapatkan pada
keadaan dimana timbulnya dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi
berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam
ini dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.
3. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu
yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut “secular trends”.
C. Place (Tempat)
Variabel tempat merupakan salah satu variabel penting dalam epidemiologi deskriptif
karena pengetahuan tentang tempat atau lokasi KLB atau lokasi penyakit- penyakit endemis
sangat dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan mengetahui sebaran berbagai penyakit di
suatu wilayah sehingga dari keterangan yang diperoleh akan diketahui:
a. Jumlah dan jenis masalah kesehatan yang ditemukan di suatu daerah.
b. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan di suatu daerah.
c. Keterangan tentang faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan di suatu daerah.
Batas suatu wilayah dapat ditentukan berdasarkan:
1. Geografis
Ditentukan berdasarkan alamiah, administratif atau fisik, institusi, dan instansi.
Dengan batas alamiah dapat dibedakan negara yang beriklim tropis, subtropis, dan
negara dengan empat musim. Hal ini penting karena dengan adanya perbedaan
tersebut mengakibatkan perbedaan dalam pola penyakit baik distribusi frekuensi
penyakit maupun jenis penyakit. Dari batas administratif dapat ditentukan batas
propinsi, kabupaten, kecamatan atau desa dengan sungai, jalan kereta api, jembatan
dan lainnya sebagai batas fisik.
2. Batas institusi
Dapat berupa industri, sekolah atau kantor, dan lainnya sesuai dengan timbulnya
masalah kesehatan.
Contoh kejadian penyakit berdasarkan tempat yaitu:
a. TBC, pada daerah penduduk padat dengan sosial ekonomi rendah
b. Cholera, pada daerah penduduk padat dengan linkungan jelek
c. Asbestosis, pada pekerja pabrik asbes.
Penyebaran masalah kesehatan menurut tempat, secara umum terdiri dari:
1. Penyebaran satu wilayah
Masalah kesehatan hanya ditemukan di satu wilayah saja. Batasan wilayah yang
dimaksudkan tergantung dari sistem kepemerintahan yang dianut. Misalnya satu
kecamatan saja, satu kelurahan saja, dsb. Pembagian menurut wilayah yang sering
dipergunakan adalah desa dan kota.
2. Penyebaran beberapa wilayah
Penyebaran beberapa wilayah tergantung dari sistem kepemerintahan yang dianut.
Misalnya beberapa kecamatan saja, beberapa kelurahan saja, dsb.
3. Penyebaran satu negara (nasional)
Masalah kesehatan ditemukan di semua wilayah negara tersebut.
4. Penyebaran beberapa negara (regional)
Masalah kesehatan dapat menyebar ke beberapa negara. Masuk atau tidaknya
suatu penyakit ke suatu negara dipengaruhi oleh faktor:
a. Keadaan geografis negara tersebut dalam arti apakah ditemukan keadaan-keadaan
geografis tertentu yang menyebabkan suatu penyakit dapat terjangkit atau tidak di
negara tersebut.
b. Hubungan komunikasi yang dimiliki, dalam arti apakah letak negara tersebut
berdekatan dengan negara yang terjangkit penyakit, bagaiman sistem transportasi
antar negara, hubungan antar penduduk, apakah egara tersebut terbuka untuk
penduduk yang berkunjung dan menetap, dsb.
c. Peraturan perundangan yang berlaku, khususnya dalam bidang kesehatan.
5. Penyebaran banyak negara (internasional)
Masalah kesehatan ditemukan di banyak negara, yang pada saat ini dengan kemajuan
sistem komunikasi dan transportasi amat sering terjadi.

2.jelaskan dan uraikan 5 fungsi epidemologi dalam pemecahan masalah kesehatan dan berikan
contohnya
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah
kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologi mempunyai fungsi
dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah
kesehatan dalam masyarakat.
2. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan.
3. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.
4. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk
mengatasi atau menanggulanginya.
5. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.
Sebagai contoh peranan epidemiologi dalam menghadapi suatu masalah kesehatan yaitu pada
kasus demam berdarah. Dengan pemikiran epidemiologi kita dapat mengidentifikasi apa – apa saja
yang berpengaruh di dalam kasus tersebut. Mengenai siapa saja yang terkena demam berdarah, di
mana kasus tersebut terjadi, kapan kasus pertama ditemukan pada daerah tersebut dan juga
penyebaran penyakit demam berdarah tersebut. Demikian pula pendekatan pemecahan masalah
tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran
masalah serta bilaman masalah tersebut terjadi. Sedangkan langkah yang sistematis ini erat
kaitannya dengan surveilans epidemiologi.
3.Jelaskan dan uraikan pengukuran masalah kesehatan morbidity dan mortality apa makna dan
gunanya hasil pengukuran tersebut
Cara mengukur frekuensi masalah kesehatan yang dapat dipergunakan dalam Epidemiologi sangat
beraneka ragam, karena tergantung dari macam masalah kesehatan yang ingin diukur atau diteliti.
Secara Umum Ukuran – ukuran dalam Epidemiologi dapat dibedakan atas :
1. Untuk Mengukur Masalah Penyakit ( Angka Kesakitan / Morbiditas )
Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang dianggap sebagai penyakit.
Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit, semuanya dikategorikan di dalam istilah tunggal
MORBIDITAS.
Morbiditas merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga
merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan suatu kondisi
sakit. Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan
dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang
beresiko.
Di dalam Epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah angka insidensi & prevalensi dan berbagai
ukuran turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau
kesakitan dapat diukur dengan angka insidensi dan angka prevalensi.
a. INSIDENSI
Adalah gambaran tentang frekwensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
waktu tertentu di satu kelompok masyarakat. Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu
penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang:
Data tentang jumlah penderita baru.
Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru (Population at Risk ).
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1). Incidence Rate
Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu
(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru
tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Yang dimaksud kasus baru adalah perubahan status dari sehat menjadi sakit. Periode waktu
adalah jumlah waktu yang diamati selama sehat hingga menjadi sakit.
kegunaan Incidence Rate adalah :
Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
Mengetahui resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi
Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas pelayanan kesehatan.
2). Insidens kumulatif (Incidence Risk)
Probabilitas individu berisiko berkembang menjadi penyakit dalam periode waktu tertentu.
Berarti rata-rata risiko seorang individu terkena penyakit
Denominator haruslah terbebas dari penyakit pada permulaan periode (observasi atau tindak
lanjut)
Subyek bebas dari penyakit pada awal studi
Subyek potensial untuk sakit
Sedikit atau tidak ada kasus yang lolos dari pengamatan karena kematian, tidak lama berisiko,
hilang dari pengamatan.
Tidak berdimensi, dinilai dari nol sampai satu
Merujuk pada individu
Mempunyai periode rujukan waktu yang ditentukan dengan baik
3). Attack Rate
Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama.
kegunaan Attack Rate adalah :
Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit. Makin tinggi nilai AR, maka
makin tinggi pula kemampuan Penularan Penyakit tersebut.
4). Secondary Attack Rate
Adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua dibandingkan
dengan jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah terkena penyakit pada serangan
pertama.
Digunakan menghitung suatu panyakit menular dan dalam suatu populasi yang kecil ( misalnya
dalam Satu Keluarga ).
b. PREVALENSI
Adalah gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka prevalensi digunakan
jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang / penduduk yang kebal atau penduduk
dengan resiko (Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa angka prevalensi sebenarnya
bukan suatu rate yang murni, karena penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juga
dimasukkan dalam perhitungan.
Prevalens tergantung pada 2 faktor :
Berapa banyak orang jumlah orang yang telah sakit
Durasi/lamanya penyakit
Secara umum nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu :
1). Period Prevalen Rate
Yaitu jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu
tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit diketahui saat munculnya,
misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.
2). Point Prevalen Rate
Adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah
penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
c. HUBUNGAN ANTARA INSIDENSI DAN PREVALENSI
Angka Prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit/durasi penyakit. lamanya
sakit/durasi penyakit adalah periode mulai didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit
tersebut yaitu : sembuh, mati ataupun kronis.
Rumus hubungan insidensi dan prevalensi tersebut hanya berlaku jika dipenuhi 2 syarat, yaitu :
1. Nilai insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan, tidak menunjukkan perubahan
yang mencolok.
2. Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil : Tidak menunjukkan perubahan yang terlalu
mencolok.
2. Untuk Mengukur Masalah Kematian ( Angka Kematian / Mortalitas )
Dewasa ini di seluruh dunia mulai muncul kepedulian terhadap ukuran kesehatan masyarakat yang
mencakup penggunaan bidang epidemiologi dalam menelusuri penyakit dan mengkaji data
populasi. Penelusuran terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi status kesehatan penduduk
paling baik dilakukan dengan menggunakan ukuran dan statistik yang distandardisasi, yang
hasilnya kemudian juga disajikan dalam tampilan yang distandardisasi.
Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital untuk Kematian. Dikalangan
masyarakat kita, ada 3 hal umum yang menyebabkan kematian, yaitu :
a) Degenerasi organ vital & kondisi terkait.
b) Status penyakit.
c) Kematian akibat lingkungan atau masyarakat ( bunuh diri, kecelakaan, pembunuhan, bencana
alam, dsb.)
Macam – macam / jenis angka kematian (Mortality Rate/Mortality Ratio) dalam Epidemiologi
antara lain :
a) Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate )
Adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu ( umumnya 1 tahun )
dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan.
Istilah crude digunakan karena setiap aspek kematian tidak memperhitungkan usia, jenis kelamin,
atau variabel lain.
b) Perinatal Mortality Rate (PMR) / Angka Kematian Perinatal (AKP)
PMR adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih
ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang dicatat selama 1
tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. ( WHO, 1981 ).
kegunaan PMR adalah untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat terutama kesehatan
ibu hamil dan bayi.
Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya PMR adalah :
1). Banyaknya Bayi BBLR
2). Status gizi ibu dan bayi
3). Keadaan social ekonomi
4). Penyakit infeksi, terutama ISPA
5). Pertolongan persalinan
c) Neonatal Mortality Rate ( NMR ) = Angka Kematian Neonatal (AKN)
Adalah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari yang dicatat selama 1 tahun per 1000
kelahiran hidup pada tahun yang sama.
kegunaan NMR adalah untuk mengetahui :
1). Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal.
2). Program imunisasi.
3). Pertolongan persalinan.
4). Penyakit infeksi, terutama saluran napas bagian atas.
d) Infant Mortality Rate (IMR) / Angka Kematian Bayi ( AKB)
Adalah jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun yang dicatat selama 1 tahun
per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
kegunaan IMR adalah sebagai indikator yg sensitive terhadap derajat kesehatan masyarakat.
e) Under Five Mortality Rate ( Ufmr ) / Angka Kematian Balita
Adalah jumlah kematian balita yang dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk balita pada tahun
yang sama.
kegunaan UFMR adalah untuk mengukur status kesehatan bayi.
f) Angka Kematian Pasca-Neonatal (Postneonatal Mortality Rate)
Angka kematian pascaneonatal diperlukan untuk menelusuri kematian di Negara belum
berkembang , terutama pada wilayah tempat bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya
akibat malnutrisi, defisiensi nutrisi, dan penyakit infeksi.
Postneonatal Mortality Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 28 hari sampai 1 tahun
per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun.

g) Angka Kematian Janin / Angka Lahir Mati (Fetal Death Rate)


Istilah kematian janin penggunaannya sama dengan istilah lahir mati. Kematian janin adalah
kematian yang terjadi akibat keluar atau dikeluarkannya janin dari rahim, terlepas dari durasi
kehamilannya. Jika bayi tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda – tanda kehidupan saat
lahir, bayi dinyatakan meninggal. Tanda –tanda kehidupan biasanya ditentukan dari Pernapasan,
Detak Jantung, Detak Tali Pusat atau Gerakan Otot Volunter.
Angka Kematian Janin adalah proporsi jumlah kematian janin yang dikaitkan dengan jumlah
kelahiran pada periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun.
h) Maternal Mortality Rate ( Mmr ) / Angka Kematian
Adalah jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan, persalinan dan masa nifas
dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Tinggi rendahnya MMR berkaitan dengan :
1). Sosial ekonomi
2). Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin dan nifas
3). Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil
4). Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas
i) Age Spesific Mortality Rate ( ASMR / ASDR )
kegunaan ASMR/ASDR adalah :
1). Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat dengan melihat
kematian tertinggi pada golongan umur.
2). Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah.
3). Untuk menghitung rata – rata harapan hidup.
j) Cause Spesific Mortality Rate ( CSMR )
Yaitu jumlah seluruh kematian karena satu sebab penyakit dalam satu jangka waktu tertentu ( 1
tahun ) dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut.
k) Case Fatality Rate ( CFR )
Adalah perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena satu penyebab penyakit tertentu
dalam 1 tahun dengan jumlah penderita penyakit tersebut pada tahun yang sama. Digunakan
untuk mengetahui penyakit –penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi.

4.jelaskan dan uraikan hubungan antara epidemologi deskriptif dengan epidemologi analitik dan
berikan 5 contohnya
Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi Deskriptif merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk menggambarkan
pola distribusi penyakit dan determinannya menurut populasi, letak geografik, serta waktu.
Indikator yang digunakan dalam epidemiologi Deskriptif adalah Faktor sosial ekonomi, seperti
umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan maupun variabel gaya hidup, seperti jenis
makanan, pemakaian obat dan perilaku seksual.
Beberapa manfaat dari Studi Epidemiologi Deskriptif adalah :
a. Relatif murah daripada studi Epidemiologi Analitik
b. Memberikan masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam rangka perencanaan
yang efisien.
c. Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel merupakan
faktor resiko penyakit
Pembagian Studi Epidemiologi Deskriptif antara lain adalah :
a. Laporan kasus dan seri kasus
Laporan kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian satu kasus baru
yang menarik.
Kelemahan studi ini adalah :
· Tidak ada grup kontrol
· Tidak dapat dilakukan studi hipotesa

Contohnya
1. terjadi kasus keracunan merthyl mercuri di Teluk Minimata Jepang
Serial kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian sekumpulan kasus
baru dengan diagnosis serupa.
2. pada tahun 1985 ditemukan penyakit break dancing neck.
3.hubungan antara tingkat penjualan obat anti asma dengan jumlah kematian yang
diakibatkan oleh penyakit ashma
4. Hubungan antara jumlah konsumsi rokok pada satu wilayah dengan jumlah kematian
yang diakibatkan oleh penyakit paru
5. epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan
Keraton Martapura

Epidemiologi Analitik
Epidemiologi Analitik merupakan riset epidemiologi yang bertujuan untuk memperoleh
penjelasan antara faktor resiko dan penyebab penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah ada .korelasi antara satu faktor terhadap sebuah penyakit dengan melaksanakan
uji hipotesis.
Langkah-langkah pelaksanaan epidemiologi analitik adalah :
a. Mempelajari apakah ada hubungan / korelasi antara timbulnya penyakit pada satu
kelompok dengan derajat pemajan (explosure) terhadap faktor resiko
b. Bila ternyata ada hubungannya, maka langkah kedua adalah menyusun hipotesis.
c. Menguji hipotesis yang telah disusun/dirancang untuk membuktikan apakah ada
asosiasi antara faktor reiko tersebut dan penyakit yang diteliti dikalangan individu
yang berasal dari kelompok penduduk yang mempunyai angka kesakitan tertinggi
sehingga diketahui hanya orang-orang dengan faktor resiko tinggi saja yang akan mati
akibat penyakit yang sedang diteliti.
d. Bila pada uji hipotesis tidak diketemukan adanya hubungan/asosiasi maka akan
memicu penelitian analitik / hipotesa baru terhadap jenis penyakit/faktor pemajan
yang lain pula dan seterusnya.
Berdasarkan peran yang dimainkan oleh peneliti, Studi Epidemiologi analitik terbagi atas 2
hal yaitu :
a. Studi Observasional ; yaitu penyelidikan dimana peneliti hanya mengamati perjalanan
alamiah peristiwa, membuat catatan siapa yang terpapar dan tidak terpapar faktor
penelitian tanpa melakukan manipulasi atas pemajan, terdiri atas : Studi kasus kontrol
(retrospektif) dan Studi Kohort (prospektif)
b. Studi eksperimental ; yaitu penyelidikan dimana peneliti mempelajari pengaruh
manipulasi dari intervensi suatu faktor resiko terhadap timbulnya penyakit, terdiri atas uji
klinik dan uji lapangan.
contohnya
1.Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah
terjadinya stroke.
2. Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus
Neonatorum.
3.Studi Pemberian zat flourida pada air minum.

5.jelaskan dan uraikan jenis studi epidemologi csossectional apa saja kelebihan dan kekurangan
dan beri 2 contoh

Penelitian Crosectional
Adalah rancangan studi epidemiologi yg memepelajari hubungan penyakit dan
paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit
dalam waktu serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada satu saat
atau tahun yg sama.
Ciri-ciri Crosectional :
1. Mendeskripsikan penelitian
2. Penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding
3. Hubungan sebab akibat hanya merupakan sebab-akibat
4. Penelitian ini menghasilkan hipotesis
5. Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis
Kelebihan Crosectional :
1. Dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan
2. Lebih murah di banding dengan penelitian lainnya
3. Berguna untuk informasi perencanaan
4. Untuk mengamati kemungkinan hubungan berbagai variabel yg ada.
Kekurangan Crosectional :
1. Tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yg terjadi dengan
berjalannya waktu.
2. Informasi yg diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah
kesehatan yg dicari tdk diperoleh
Langkah-langkah Crosectional :
1. Seperti halnya pada berbagai penelitian lain, penelitian crosectional harus mempunyai
tujuan yang jelas, dana, dan fasilitas yang tersedia serta bagaimana hasil penelitian
akan mempunyai daya guna.
2. Kemudian ditentukan penduduk yg memungkinkan untuk diteliti sesuai dengan
tujuan penelitian.
3. Selanjutnya ditentukan pula jenis data yg akan dikumpulkan, termasuk penentuan
variabel sebagai faktor resiko, maupun faktor lainnya.
Contoh aplikasi desain cross sectional :
1. Pada Penelitian Paparan auramin di pabrik zat pewarna dan kanker buli-buli.Populasinya
adalah semua pekerja pada pabrik zat pewarna (pekerjaan A) dan semua pekerja pada bukan
pabrik zat pewarna (pekerjaan B). Cara pengambilan data yaitu dengan memeriksa secara
bersamaan paparan auramin pada pekerjaan A dan Pekerjaan B. Selanjutnya kita akan
melihat pada pekerjaan A orang yang sakit dan terpapar auramin, orang tidak sakit dan
tidak terpapar auramin dan pada pekerjaan B orang yang sakit dan tidak terpapar auramin
dan orang yang tidak sakit serta tidak terpapar auramin.
2. Contoh penelitian Cross sectional bersifat analitik yang dikutip dalam Budiarto (2004) yaitu
hubungan antara anemia dengan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Pada setiap ibu hamil yang akan melahirkan dilakukan pemeriksaan Hb kemudian setelah
bayi lahir ditimbang berat badannya. Kriteria inklusi adalah persalinan normal/fisiologis
dengan kehamilan yang cukup bulan. Batasan untuk anemia adalah Hb kurang dari 11gr%.
Hasil dari tabel tersebut menunjukkan bahwa resiko anemia terhadap BBLR 2 kali lebih
besar dibandingkan dengan tidak anemia. Resiko atribut (RA) = 0,15 – 0,08 = 0,07. Ini
berarti bahwa resiko BBLR yang dapat dihindarkan bila tidak terjadi anemia pada ibu hamil
sebesar 0,007.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian yaitu dengan uji Chi-Square. Uji Chi-Square
berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur
kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (Wijayanto,
2009).
Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
anemia dan BBLR. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional karena
pengumpulan data dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan, tetapi bersifat analitis
karena dilakukan analitis seperti penelitian kohor. Kelemahan penelitian ini antara lain tidak
diketahui apakah anemia terjadi sebelum hamil atau setelah hamil dan komparabilitas kedua
kelompok tidak dapat dilakukan, misalnya tingkat pendidikan, makanan yang dikonsumsi,
sosial ekonomi, dan lain-lain yang mungkin berpengaruh terhadap terjadinya anemia
(Budiarto, 2004).[5]

6. jelaskan dan uraikan jenis studi epidemologi casecontrol apa saja kelebihan dan kekurangan dan
beri 2 contoh

Penelitian Case Control


Case control adalah rancangan studi epidemiologi yg mempelajari hubungan
antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan
kelompok kasus dan kontrol status paparannya.
Ciri2 penelitian case control
1. Penelitian yg bersifat observasional
2. Diawali dengan kelompok penderita dan bukan penderita
3. Terdapat kelompok kontrol
4. Kelompok kontrol harus memiliki risiko terpajan oleh faktor risiko yg sm dengan
kelompok kasus.
5. Membandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh faktor risiko antara kelompok
kasus dan kontrol.
6. Tidak mengukur insidensi
Kelebihan Case Control :
1. Sangat sesuai dengan penelitian penyakit yg jarang terjadi atau penyakit yg kronik
2. Relatif cepat dan tdk mahal
3. Relatif efisien, memerlukan waktu yg kecil
4. Sedikit masalah pengurangan periode investigasi.
Kelemahan Case Control
1. Tidak dapat incidence Rate
2. Sangat sulit memperoleh informasi biar periode terlalu lama.
3. Alur metodologi inferensi kausal yang
bertentangan dengan logika normal.
4. Rawan terhadap bias
5. Tidak cocok untuk paparan langka
6. Tidak dapat menghitung laju insidensi
7. Validasi informasi yang diperoleh sulit dilakukan
8. Kelompok kasus dan kontrol dipilih dari dua populasi yang terpisah
Langkah-langkahnya :
1. Kriteria Pemilihan Kasus :
o Kriteria Diagnosis dan kriteria inklusi harus dibuat dengan jelas.
o Populasi sumber kasus dapat berasal dari rumah sakit atau populasi/masyarakat .
2. Kriteria Pemilihan Kontrol :
o Mempunyai potensi terpajan oleh faktor risiko yang sama dengan kelompok kasus
o Tidak menderita penyakit yang diteliti
o Bersedia ikut dalam penelitian
Contoh aplikasi desain :
1. Pada penelitian hubungan antara CA payudara dan penggunaan kontrasepsi oral (OC) pada
rumah sakit X pada periode tahun 2008.Maka kasus adalah jumlah kasus baru CA
payudara di RS X selama tahun 2008 dan kontrol semua pasien non kanker dalam
jumlah yang sama dari RS X. Selanjutnya kita akan melihat melihat berapa orang yang
terpapar dan berapa orang yang tidak terpapar kontrasepsi oral pada kelompok kasus dan
kontrol pada periode tahun 2008 tersebut. Jika kasus secara bermakna lebih
banyak menggunakan OC dibanding kontrol atau menggunakan menggunakan OC lebih
lama dengan dosis astrogen yang tinggi ketimbang non kasus , maka kita bisa
menyimpulkan ada pengaruh buruk dari OC sehingga kita sampai pada kesimpulan
pemakaian OC memperbesar kemungkinan untuk mengalami CA paru. Sebaliknya jika pada
kelompok kasus dan kontrol menunjukkan adanya distribusi pemakaian OC yang sama,
maka kita bisa menyimpulkan tidak dapat pengaruh OC terhadap kejadian CA payudara.[15]
2. “Hubungan Jajan Sembarangan dan Tidak Mencuci Tangan Sebelum makan dengan
KejadianThypoid.” Dalam kasus diatas, kita ingin menyelidiki apakah terjadinya penyakit
thypoiddipengaruhi oleh kebiasaan jajan di sekolah dan kebiasaan cuci tangan sebelum
makan. Untuk keperluan tersebut, kelompok kontrol dipilih dari anak-anak usia sekolah (5 ±
12 tahun) yangsehat dan tanpa gejala thypoid, sedangkan kelompok studi sebaiknya dipilih
dari anak-anak usiasekolah (5 ± 12 tahun) yang berobat atau berkonsultasi mengenai gejala
thypoid: demam tinggi,diare, nyeri seluruh tubuh, pusing, mual dan muntah. Sedangkan
penentuan status infeksi Salmonella typhosa, kuman penyebab thypoid,
menggunakan Widal Test yaitu pemeriksaanlaboratorium yang sering dilakukan sebagai
penunjang diagnosis penyakit thypoid dilihat darigejala-gejala yang terjadi.[16]

7.jelaskan dan uraikan jenis studi epidemologi cohort apa saja kelebihan dan kekurangan dan beri 2 contoh

Penelitian Kohort
Adalah rancangan penelitian epidemiologi analitik observasional yang
mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan
kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar berdasarkan status penyakit.
Ciri-ciri Penelitian Kohort :
1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohor retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder
Kelebihan Penelitian Kohort :
1. Kesesuaian dengan logika normal dalam membuat inferensi kausal
2. Dapat menghitung laju insidensi
3. Untuk meneliti paparan langka
4. Dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan
Kekurangan Penelitian Kohort :
1. Lebih mahal dan butuh waktu lama
2. Pada kohort retrospektif, butuh data sekunder yang lengkap dan handal
3. Tidak efisien dan tidak praktis untuk kasus penyakit langka
4. Risiko untuk hilangnya subyek selama penelitian, karena migrasi, partisipasi rendah
atau meninggal
Langkah-langkahnya :
1. Merumuskan pertanyaan penelitian.
2. Penetapan populasi kohort.
3. Penetapan Besarnya sampel.
4. Pencarian sumber keterpaparan.
5. Pengidentifikasian subyek.
6. Memilih kelompok control.
7. Pengamatan hasil luaran.
8. Perhitungan hasil penelitian.

Contoh aplikasi dari studi cohort


1. A. “Hubungan Jajan Sembarangan dan Tidak Mencuci Tangan Sebelum makan dengan
KejadianThypoid.”
Dalam kasus ini populasi non kasus dibagi menjadi 2 yaitu jajan sembarangan & tidak cuci tangan
(sebagai kelompok terpapar, E+) dan tidak jajan sembarangan & cuci tangan(sebagai kelompok
tidak terpapar, E-). Pengamatan cohort dilakukan secara kontinu, sehinggadiikuti denga follow up.
Pada periode follow up ini kelompok terpapar dibagi menjadi 2 yaituterpapar & sakit thypoid
(E+D+) dan terpapar & tidak sakit thypoid (E+D-). Untuk kelompok tidak terpapar juga dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu tidak terpapar & sakit thypoid (E-D+) dan tidak terpapar-tidak sakit
thypoid (E-D-).
Ø Insidence kelompok terpapar (Po) = (E+D+) / (E+D+) + (E+D-)
Ø Insidence kelompok tidak terpapar (P1) = (E-D+) / (E-D+) + (E-D-)
Ø Relative Risk (RR) = Po / P1
Dalam kasus ini desain cohort adalah sebagai berikut :Yang dihitung adalah perbandingan resiko
menjadi sakit antara kelompok terpapar dengan kelompok tak terpapar.
Disebut : Relative Risk atau Risk Ratio (RR)
Insiden dikelompok terpapar RR —Insiden dikelompok tak terpapar[12]
1. B. Pada penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara CA Paru dengan
merokok (Risiko) dengan pendekatan prospektif maka kita akan :
1. a. Menentukan populasi dan sampel penelitian semua pria dengan umur antara 40
– 50 tahun baik yang merokok maupun tidak merokok pada suatu wilayah atau
tempat tertentu.
2. b. Mengidentifikasi orang yang merokok dan yang tidak merokok
dengan perbandingan jumlah yang sama.
3. c. Mengamati effek pada kelompok yang merokok dan kelompok orang yang
tidak merokok sampai pada periode waktu tertentu misal 10 tahun.,
4. d. Membandingkan proporsi orang-orang yang menderita CA paru dan orang-
orang yang tidak menderita CA paru baik pada kelompok perokok (kasus) maupun
pada kelompok tidak perokok (kontrol).[13]

8. jelaskan dan uraikan jenis studi epidemologi intervensi apa saja kelebihan dan kekurangan dan beri 2 contoh
Masking adalah salah satu metode intervensi dalam sebuah penelitian. Masking merupakan
pencegahan/menyembunyikan identitas / data seseorang dalam sebuah penelitian. Hal ini
digunakan karena untuk menghindari tendensi tendensi, intervensi pada obyek penelitian. Dan
membuat penelitian berjalan lebih obyektif.
1) Keunggulan-Keunggulan Metode intervensi
a) Fakta atau data yang diperoleh secara langsung mudah diingat
b) Guru dapat berkeliling kelas sambil melakukan penilaian terhadap sikap dan psikomotor
c) Melatih kerja sama pada diri karena metode eksperimen biasanya dilakukan secara berkelompok
2) Kelemahan-Kelemahan Metode intervensi
a) Memerlukan bahan dan alat praktik yang banyak
b) perlu pengawasan yang tinggi
c) Memerlukan waktu belajar yang lebih lama dari pada metode demonstrasi
contohnya
1. hubungan antara pengaruh asap rokok dengan ca paru
2. uji daya analgetik gel lidah buaya

Anda mungkin juga menyukai