MYOMA UTERI
(MIOMA INTRAMURAL)
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-
seljaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri disebut
juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini berbentuk padat
karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus,
yang diselingi untaian jaringan ikat. Tumor ini juga dikenal dengan istilah
fibromioma, leiomioma, atau pun fibroid. Multipel mioma adalah kondisi
terdapatnya mioma lebih dari satu massa pada uterus.1
2. Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25
tahun mempunyai sarang mioma, dan 15-20%pada wanita diatas 35 tahun.
Pada wanita berkulit hitam ditemukan lebih banyak dibanding dengan wanita
kulit putih,karena wanita kulit hitam memiliki lebih banyakhormon estrogen.
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah
menopausehanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. 1,2
3. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan
diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma
merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik
dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas
kromosom lengan 12q15 atau 6p21. Ada beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : (1,2,4)
1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor
ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif
infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
3
menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita
berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor
ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada
yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen
dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah
menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi
setelahmenopause.
4. Patogenesis
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testosteron. Pemberian agonis GnRH
dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran
mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan
dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron,
faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor 1 yang
distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan
munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma
daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan
4
mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak
mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang
disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah
menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.(1,2,4)
Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri dan korpus
uteri. Mioma pada serviks uteri hanya ditemukan sebanyak 3 % dan pada
korpus uteri ditemukan 97% kasus. Berdasarkan tempat tumbuh atau
letaknya, mioma uteri dapat diklasifikasikan menjadi : (1)
5
5. Manifestasi klinik
1. Perdarahan abnormal: Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya
adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain
adalah 1,4:
Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium
sampai adeno karsinoma endometrium.
Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
Atrofiendometrium di atas mioma submukosa.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
2. Rasa nyeri: Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul
karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai
nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa
yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis
servikalis dapat menyebabkan juga dismenorea.
3. Gejala dan tanda penekanan: Gangguan ini tergantung dari besar dan
tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan
poliuria, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter
dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri
panggul.
4. Infertilitas dan abortus: Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma
menutup atau menekan pars intertisialis tuba, sedangkan mioma
submukosa juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi
rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain
infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab
infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi.1,2,4
6
6. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis: Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis
mioma lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen.
Mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang
keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: Akibat yang terjadi pada mioma uteri
adalah anemia akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan
kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan
adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb.
Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien.
b. Imaging
Pemeriksaaan dengan USG(ultrasonography) akan didapat massa
padat dan homogen pada uterus. Mioma uteri berukuran besar
terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang
terlihat tumor dengan kalsifikasi.
Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma
uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
7
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mioma Uteri tidak semua mioma uteri memerlukan
pengobatan bedah.Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status
fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang
ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang
diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi
atas penanganan konservatif dan operatif. Penanganan konservatif bila mioma
berukuran kecil pada pra dan postmenopause tanpa gejala. Cara penanganan
konservatif yaitu observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap
3-6 bulan, bila pasien anemia lakukan transfusi.
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi.
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosa pada
myoma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang
mioma subserosa dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai.
Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka
kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%. Histerektomi adalah
pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat
dilaksanakan perabdominan atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan
karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan
dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur
pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah
akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya
dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.1
Komplikasi yang terjadi berupa perubahan sekunder pada mioma uteri
yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.
8
Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.
Perubahan sekunder tersebut antara lain : 1,3,4,5
Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri
menjadi kecil.
Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia
lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-
olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana
sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan
yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang
luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau
suatu kehamilan.
Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada
wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka
mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada
kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis
subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat
sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi
pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan,
tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik
ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
9
8. Komplikasi
Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus
yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut
tidak terjadi.
10
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. C Nama Suami : Tn.J
Umur : 49 thn Umur : 50 thn
Alamat : Jl. Sulawesi Alamat : Jl. Sulawesi
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
ANAMNESIS
Menarche : 13 tahun Status perkawinan : kawin
11
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi (-), diabetes(-), asma (-), alergi (-), keputihan (-)
Riwayat Obstetri :
Riwayat Obstetri :-
a. Hamil I, 1994, ditolong bidan, lahir normal cukup bulan, JK laki-laki,
hidup
b. Hamil II, 1997, ditolong bidan, lahir normal, cukup bulan, perempuan,
hidup
Riwayat ANC : -
Riwayat Imunisasi :-
PEMERIKSAAN FISIK
KU : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70 Pernafasan : 18x/menit
Nadi : 88x/menit Suhu : 36,9 ºC
Kepala-Leher :
Konjungtiva anemis (-/-) skera ikterus (-/-), edema palperbra -/-, pembesaran
KGB –
Thorax :
I : Pergerekan thoraks simetris, retraksi –
P: Taktil fremitus ka=ki
P: sonor di semua lapangan paru
A: vesicular +/+ . RH -/-, Wh -/-
12
Abdomen :
I : perut tampak lemas,
A: peristaltik kesan normal
P: tympani
P: teraba massa dua jari di bawah umbilikus, konsistensi padat kenyal, permukaan
bulat, letak ditengah, mobile, nyeri tekan tidak ada.
Ekstermitas :
Edema ekstermitas atas dan bawah -/-
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Pemeriksaan luar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Pemeriksaan darah
HB : 10,6 g/dL HCT : 30 %
WBC : 7,5 x 103/mm RBC : 4,1 106/mm
PLT : 447 103/mm
13
Gula darah sewaktu : 106 mg/dl
Ureum : 23 mg/dl
Creatinin : 0,92.
HbsAg : nonreaktif
USG
Kesan : mioma uteri
Chest X-Ray :
- Cor dan pulmo dalam batas normal
- Elongatio aorta
RESUME
Pasien datang ke IGD RS Wirabuana rujukan dari praktek. Pasien masuk
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah, keluhan ini dirasakan sudah sejak lebih
dari 1 tahun yang lalu. Pasien sempat mengkonsumsi obat-obatan namun tidak ada
perubahan, beberapa bulan terakhir pasien merasa bahwa perut bagian bawahnya
terdapat benjolan yang teraba keras. Terkadang mengeluhkan adanya keluar darah
berwarna merah segar sejak sebulan yang lalu,dengan volume yang bervariasi
kadang normal dan kadang banyak. Pasien mengakui bahwa siklus haidnya lancer
dan kadang nyeri perut dan terkadang volumenya cukup banyak. Pasien tidak
mengeluhkan mual, muntah, sakit kepala. BAB normal dan BAK lancar.
Pemeriksaan fisik
Tekanan Darah : 110/70
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu : 36,9 ºC
Palpasi abdomen :teraba massa dua jari di bawah umbilikus, konsistensi padat
kenyal, permukaan bulat, letak ditengah, mobile, nyeri tekan tidak ada. Hasil USG
kesan Mioma uteri
14
DIAGNOSIS
Mioma Uteri Intramural
PENATALAKSANAAN
Perbaiki keadaan umum dan obervasi tanda vital pasien
IVFD RL 24 tpm
Puasakan pasien
FOLLOW UP
21 Juli 2017
S: perdarahan pervaginam -, nyeri perut bawah +, nyeri ulu hati -, pusing -,
mual -, sesak -,nafsu makan menurun, muntah-, BAB-, BAK +
O: KU : baik
Kesadaran :komposmentis
Konjungtiva anemis -/-
TD: 110/70 MmHg P: 23x/ menit
S: 37,6 ºC N: 90x/menit
A: Mioma uteri
P: Rencana histerektomi
Ket : dilakukan histerectomy total pukul 15 : 30 wita
Laporan Operasi
1. Pasien dibaringkan dengan posisi terlentang dalam pengaruh anestesi
spinal
15
2. Desinfeksi area operasi dan sekitarnya
3. Pasang duk steril
4. Insisi abdomen secara midline, insisi diperdalam lapis demi lapis secara
tajam.
5. Identifikasi uterus, tampak uterus ukuran 5x10 cm
6. Eksplorasi kedua tuba dan ovarium baik, diputuskan dilakukan
histerektomi total
7. Lig. Rotundum kiri diklem, digunting dan didouble ligasi. Demikian juga
pada ligamentum rotundum kanan, kemudian dibuat jendela pada lig.
Latum kiri
8. Tuba, lig. Ovari proprium dan mesosalping kiri diklem, digunting dan
didouble ligasi. Demikian juga pada sebelah kanan
9. Identifikasi plica vesivca uterina, plica digunting kecil diperluas secara
tumpul
10. Identifikasi arteri uterina kiri, diklem, digunting, dijahit ligasi demikian
juga di kanan. Kontrol perdarahan
11. Lig. Cardinale kiri dan sacrouterina diklem, digunting dan dijahit ligasi
12. Identifikasi pucak vagina, diklem, dimasukkan khas povidone iodin pada
vagina
13. Vagina dijahit 2 lapis, kontrol perdarahan
14. Cavum abomen dibersihkan dari sisa bekuan darah kontrol perdarahan
15. Abdomen dijahit lapis demi lapis sampai kulit, kontrol perdarahan
16. Tutup luka dengan kasa betadine.
16
17
22 Juli 2017
S. Sakit bekas operasi + , perdarahan pervaginam - , mual -, Mutah -, sesak -
,nafsu makan menurun, muntah-, BAB -, Flatus +, BAK (pasang kateter)
O. KU :baik
Kesadaran :komposmentis
Konjungtivaanemis -/-
TD: 120/90 MmHg P: 20x/ menit
S: 38,6 ºC N: 80x/menit
A: mioma uteri + post op Histerektomi totalis H1
P: IVFD RL 24 tpm
Injeksi cefotaxime 1 gram/12 jam
Injeksi ketorolac 1 gr/ 8 jam
Vit C 3x 1
22 Juli 2017
S. Nyeri bekas operasi + berkurang, perdarahan pervaginam, nyeri ulu hati -,
pusing +, mual -, muntah-, BAB+, BAK + , flatus +
O. KU :baik
Kesadaran :komposmentis
Konjungtiva anemis -/-
TD: 120/80 MmHg
S: 36,6 ºC
P: 20x/ menit
N: 80x/menit
A. mioma uteri + post op
Histerektomi totalis H2
P. IVFD RL 24 tpm
Injeksi cefotaxime 1 gram/12
jam
Injeksi ketorolac 1 gr/ 8 jam
Vit C 3x 1
18
23 Juli 2017
S. Nyeri bekas operasi +
berkurang, perdarahan
pervaginam sedikit, nyeri ulu
hati -, pusing - , mual -,
muntah-, BAB+, BAK +
O. KU :baik
Kesadaran :komposmentis
Konjungtiva anemis -/-
TD: 120/80 MmHg
S: 36,5 ºC
P: 20x/ menit
N: 85x/menit
Luka kering +
A. mioma uteri + post op
Histerektomi totalis H3
P. Cefadroxil 3x 500 mg
Meloxicam 2x7,5 mg
Vit C 3x 1
Pasien diperbolehkan pulang
19
BAB III
PEMBAHASAN
1. Diagnosis
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus
dan jaringan ikat yang menumpanginya. Dikenal juga dengan sebutan
fibromioma, leiomioma atau pun fibroid. Pada kasus ini, pasien perempuan
berusia 49 tahun Pasien masuk dengan keluhan nyeri perut bagian bawah,
keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Pasien sempat mengkonsumsi
obat-obatan namun tidak ada perubahan, beberapa bulan terakhir pasien
merasa seperti ada benjolan di perut bagian bawahnya. Terkadang
mengeluhkan adanya keluar darah sejak sebulan yang lalu,dengan volume
yang kadang normal dan kadang banyak.Pasien mengakui bahwa siklus
haidnya kadang tidak lancer dan nyeri perut yang normal[1]
Berdasarkan pemeriksaan fisik, pada palpasi abdomen teraba massa
kenyal, permukaan bulat letaknya dua jari dibawah umbilikus nyeri tekan(-).
Pada pemeriksaan VT teraba porsio dengan konsistensi kenyal, teraba
permukaan licin, tidak ada pembukaan, nyeri goyang (-), tidak teraba massa,
pelepasan : darah segar. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Wbc 7,5 x
103/l, Hgb 10,6 gr/dl, Hct 30 %, Plt 447 x 103/l, Rbc 4.1 x 1012/l. Pada
pemeriksaan USG, didapatkan kesan mioma uteri.
Penegakkan diagnosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang yang sesuai. Pada pasien ini, didapatkan
beberapa faktor resiko, tanda dan gejala terkait kejadian mioma uteri,
diantaranya : Umur, paritas, faktor ras dan genetik. Adapun beberapa tanda
dan gejala yang didapatkan[1,2,3,4,5]
a. Perdarahan uterus abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang
menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
20
Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium
sampai adeno karsinoma endometrium.
Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Ini telah sesuai dengan teori bahwa mioma uteri menimbulkan
perdarahan yang banyak ketika haid, dan pada pasien ini juga kadang
kadang mengalami haid yang banyak hingga pasien biasanya 5 kali
mengganti pembalut.
b. Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum
yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan
kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore. Nyeri juga
dirasakan oleh pasien dan biasanya menyebabkan dismenore.
c. Gejala dan Tanda Penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada
uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul. Secara anatomi posisi uterus ini berada diantara rektum
dan vesika urinari, jadi ketika ada pembesaran yang biasanya
disebabkan oleh mioma uteri maka dapat terjadi penekanan pada
organ-organ tersebut sehingga pada traktus urinarius yang terkena
dapat tejadi gangganguan pada aliran sistem urinnya , dan begitupun
jika pembesaran tersebut menyebabkan penekanan pada
21
gastointestinal maka akan terjadi penyempitan atau sumbatan pada
saluran tersebut, pada pasien ini sudah memperlihatan gejala
penekanan berupa BAK yang kadang sedikt sedikit.
d. Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
menekan pars intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga
memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas
sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas
tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi [1,2,3,4,5]
2. Penatalaksanaan
Pada pasien ini, direncakan penanganan dengan tindakan operatif,
yaitu akan dilakukan histerektomi total + salpingo-ooforektomi bilateral.
Pemilihan tindakan operatif didasarkan pada beberapa indikasi menurut
ACOG (American Association of Obstetricians and Gynecologist) dan
ASRM (American Society for Reproductive Medicine), diantaranya :[1,5]
Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
Sangkaan adanya keganasan
Pertumbuhan mioma pada masa menopause
Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena
oklusi tuba
Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu
Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
Anemia akibat perdarahan
Secara teori Penatalaksanaan mioma uteri tidak semua mioma uteri
memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri tergantung pada
umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya
mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta
mioma yang diduga menyebabkan fertilitas pada pasien ini juga dilakukan
22
SOB karena terjadinya endometriosis. Secara umum, penanganan mioma
uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif. Penanganan
konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause tanpa
gejala. Cara penanganan konservatif yaitu observasi dengan pemeriksaan
pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan, bila pasien anemia lakukan
transfusi[1]
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi.
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum
pada myoma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan
sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor
bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan
memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-
50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan
terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominan atau pervaginam.
Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor
angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri
akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran
teknis dalam mengangkat uterus[1]
3. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri 1,3,4,5 :
a. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma
uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan
histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus
apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran
sarang mioma dalam menopause.
23
b. Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut
tidak terjadi.
c. Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya.
4. Pencegahan
a. Pencegahan Primordial: Pencegahan ini dilakukan pada wanita yang
belum menarche atau sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya
yang dilakukan yaitu mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti
sayur dan buah.
b. Pencegahan Primer: Merupakan awal pencegahan sebelum seseorang
menderita mioma. Tindakan pengawasan pemberian hormon estrogen
dan progesteron dengan memilih KB kombinasi. Pil kombinasi
mengandung lebih rendah dibanding pil sekuensil.
5. Prognosis
Histerektomi dengan menggangkat seluruh mioma adalah kuratif.
Myomectomi yang extensif dan secara significant melibatkan miometrium
atau menembus endometrium, maka diharuskan SC (Sectio caesaria) pada
persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah
myomektomi terjadi pada 15-40% pasien dan ⅔ nya memerlukan tindakan
lebih lanjut.
24
DAFTAR PUSTAKA
25