PETUNJUK TEKNIS
Nomor: /JUKNIS- /II/2019
TENTANG
PENGAWASAN TEKNIS PENATAAN RUANG KABUPATEN/KOTA
I. PENDAHULUAN
1. Umum
a. bahwa untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan
penataan ruang, menjamin terlaksananya penegakan hukum
bidang penataan ruang, dan meningkatkan kualitas
penyelenggaraan penataan ruang, diperlukan pengawasan
penataan ruang;
b. bahwa pengawasan penataan ruang dilaksanakan terhadap
kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota;
c. bahwa pengawasan teknis belum sepenuhnya dilaksanakan oleh
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota;
d. bahwa pengawasan teknis seharusnya tidak dilakukan oleh
instansi yang menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, dan
pelaksanaan penataan ruang;
e. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Pasal
206 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang, diperlukan tata cara
pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan
pelaksanaan penataan ruang;
f. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (2) huruf f
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
dan Pasal 9 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, diperlukan
1
pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang
untuk mendukung pengawasan penataan ruang dalam bentuk
Sistem Informasi Pengawasan Teknis Penataan Ruang; dan
g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu
menetapkan Petunjuk Teknis tentang Pengawasan Teknis
Penataan Ruang Kabupaten/Kota.
2. Dasar
a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
d. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
e. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan
Pertanahan Nasional;
f. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 116 Tahun 2017 tentang
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
b. Tujuan
Petunjuk Teknis ini bertujuan agar terdapat standarisasi dan
keseragaman dalam pelaksanaan Pengawasan Teknis Penataan
Ruang Kabupaten/Kota.
2
4. Ruang Lingkup
Lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi:
a. Pendahuluan
b. Istilah dan Definisi
c. Pengawasan Penataan Ruang
d. Pengawasan Teknis Penataan Ruang
e. Sistem Informasi Pengawasan Teknis Penataan Ruang
f. Lampiran
3
10. Pengawasan khusus penataan ruang, yang selanjutnya disebut
pengawasan khusus, adalah pengawasan terhadap permasalahan
khusus dalam penyelenggaraan penataan ruang yang dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan.
11. Sistem Informasi Pengawasan Teknis Penataan Ruang, yang
selanjutnya disebut SIWASTEK, adalah sistem informasi pengawasan
teknis berbasis web yang ditujukan untuk memfasilitasi pengawasan
teknis secara lebih efektif dan efisien.
12. Tindakan pemantauan adalah kegiatan mengamati, mengikuti, dan
mendokumentasikan perubahan status/kondisi suatu
penyelenggaraan penataan ruang dari suatu daerah/kawasan/obyek
tertentu dalam periode waktu tertentu.
13. Tindakan evaluasi adalah kegiatan menilai tingkat pencapaian
penyelenggaraan penataan ruang secara terukur dan objektif.
14. Tindakan pelaporan adalah kegiatan memberikan hasil evaluasi
secara terbuka.
15. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut
TKPRD adalah tim ad‐hoc yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan Undang‐Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang di daerah provinsi dan di daerah kabupaten/kota,
dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas gubernur dan
bupati/walikota dalam pelaksanaan koordinasi penataan ruang di
daerah.
16. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
17. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan bidang tata
ruang.
4
a. pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang;
b. fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang; dan
c. pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang penataan
ruang.
Kedudukan pengawasan teknis penataan ruang dalam
penyelenggaraan penataan ruang digambarkan pada Gambar 1.
5
c. menjamin terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang.
6
4. Lingkup Pengawasan Penataan Ruang
Lingkup pengawasan teknis meliputi: (a) tindakan pemantauan; (b)
tindakan evaluasi; dan (c) tindakan pelaporan.
a. Tindakan Pemantauan
Tindakan pemantauan merupakan kegiatan pengamatan
terhadap penyelenggaraan penataan ruang secara langsung, tidak
langsung, dan/atau melalui laporan masyarakat.
Pemantauan dilakukan dalam rangka mengamati kinerja
pemerintah/pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan
ruang dan/atau mengidentifikasi permasalahan yang timbul
akibat penyimpangan penyelenggaraan penataan ruang.
b. Tindakan Evaluasi
Tindakan evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap tingkat
pencapaian penyelenggaraan penataan ruang secara terukur dan
objektif.
Evaluasi dilakukan dalam rangka:
(1) menganalisis penyebab terjadinya permasalahan-
permasalahan penataan ruang yang timbul,
(2) memperkirakan besaran dampak akibat permasalahan yang
terjadi,
(3) menganalisis tindakan yang diperlukan untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi penyimpangan dan
dampak yang timbul dan akan terjadi, dan
(4) merumuskan langkah tindak lanjut yang diperlukan.
c. Tindakan Pelaporan
Tindakan pelaporan merupakan kegiatan penyampaian hasil
evaluasi. Pelaporan dari hasil pengawasan penataan ruang
memuat penilaian:
(1) penataan ruang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; atau
(2) penataan ruang diselenggarakan tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penataan ruang yang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan menghasilkan rekomendasi
untuk mendukung peningkatan kinerja penyelenggaraan
penataan ruang.
7
Penataan ruang yang diselenggarakan tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan menghasilkan
rekomendasi:
a. untuk dilakukan penyesuaian dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau
b. untuk dilakukan penertiban dan pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Tindak lanjut hasil pengawasan penataan ruang meliputi:
a. penyampaian hasil pengawasan kepada pemangku
kepentingan terkait
b. penyampaian hasil pengawasan yang terdapat indikasi
pelanggaran pidana di bidang penataan ruang kepada
penyidik pegawai negeri sipil dan
c. pelaksanaan hasil pengawasan
Apabila hasil pemantauan dan evaluasi terbukti terjadi
penyimpangan administratif dalam penyelenggaraan penataan
ruang, Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota mengambil
langkah penyelesaian sesuai dengan kewenangannya.
Dalam hal Bupati/Walikota tidak melaksanakan langkah
penyelesaian, Gubernur mengambil langkah penyelesaian yang
tidak dilaksanakan Bupati/Walikota. Kemudian, dalam hal
Gubernur tidak melaksanakan langkah penyelesaian, Menteri
mengambil langkah penyelesaian yang tidak dilaksanakan
Gubernur.
5. Obyek Pengawasan
Pengawasan penataan ruang mencakup pengawasan terhadap:
a. kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang:
(1) pengaturan penataan ruang dilakukan melalui penetapan
ketentuan peraturan perundang-undangan bidang penataan
ruang termasuk Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria
(NSPJ) bidang penataan ruang;
(2) pembinaan penataan ruang dilaksanakan melalui:
a) koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;
b) sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi
termasuk NSPK bidang penataan ruang;
c) pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
pelaksanaan penataan ruang;
d) pendidikan dan pelatihan;
8
e) penelitian dan pengembangan;
f) pengembangan sistem informasi dan komunikasi
penataan ruang;
g) penyebarluasan informasi penataan ruang kepada
masyarakat; dan
h) pengembangan kesadaran dan tanggung jawab
masyarakat.
(3) pelaksanaan penataan ruang meliputi:
a) perencanaan tata ruang;
b) pemanfaatan ruang; dan
c) pengendalian pemanfaatan ruang.
b. kinerja fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang
meliputi:
(1) fungsi dan manfaat pengaturan penataan ruang;
(2) fungsi dan manfaat pembinaan penataan ruang;
(3) fungsi dan manfaat pelaksanaan penataan ruang.
c. kinerja pemenuhan SPM penataan ruang meliputi:
(1) informasi penataan ruang;
(2) pelibatan peran masyarakat dalam proses penyusunan
Rencana Tata Ruang (RTR);
(3) izin pemanfaatan ruang;
(4) pelayanan pengaduan pelanggaran tata ruang; dan
(5) penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik.
d. pengawasan khusus penataan ruang di wilayah provinsi dan
kabupaten/kota meliputi permasalahan khusus aspek spatial dan
ketentuan pidana pelanggaran pemanfaatan ruang di wilayah
provinsi dan kabupaten/kota.
6. Pelaksana
Pengawasan penataan ruang dilaksanakan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, yakni:
a. Pemerintah berwenang melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang
kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
b. pemerintah daerah provinsi berwenang melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi dan
kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang
kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota.
9
c. pemerintah daerah kabupaten/kota berwenang melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah
kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota.
10
No. Aspek Penilaian Kriteria Indikator
11
No. Aspek Penilaian Kriteria Indikator
12
Tabel 3 Pembagian Wilayah Pelaksanaan Pengawasan Teknis
No. Wilayah Region Provinsi Lokasi
1 Sumatera 1. Sumatera I 1. Aceh Medan
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
2. Sumatera II 4. Riau Batam
5. Kepulauan Riau
6. Jambi
3. Sumatera III 7. Sumatera Selatan Palembang
8. Kepulauan Bangka
Belitung
4. Sumatera IV 9. Bengkulu Jakarta
10. Lampung
2 Jawa - Bali 5. Jawa I 11. Banten Bandung
12. DKI Jakarta
13. Jawa Barat
6. Jawa II 14. Jawa Tengah Yogyakarta
15. DIY
7. Jawa III 16. Jawa Timur Denpasar
17. Bali
3 Kalimantan - 8. Kalimantan I 18. Kalimantan Barat Banjarmasin
Sulawesi 19. Kalimantan Tengah
20. Kalimantan Selatan
9. Kalimantan II 21. Kalimantan Utara Balikpapan
22. Kalimantan Timur
10. Sulawesi I 23. Sulawesi Tenggara Makassar
24. Sulawesi Barat
25. Sulawesi Selatan
11. Sulawesi II 26. Sulawesi Tengah Manado
27. Sulawesi Utara
28. Gorontalo
4 Nusa 12. Nusa Tenggara 29. Nusa Tenggara Mataram
Tenggara – Barat
Maluku - 30. Nusa Tenggara
Papua Timur
13. Maluku 31. Maluku Ambon
32. Maluku Utara
14. Papua 33. Papua Denpasar
34. Papua Barat
3. Kelembagaan
Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pengawasan teknis meliputi:
a. Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan
Penguasaan Tanah c.q. Direktorat Pengendalian Pemanfaatan
Ruang
b. Kantor Wilayah BPN Provinsi c.q. Bidang Penanganan Masalah
dan Pengendalian Pertanahan (Bidang-5)
c. Kantor Pertanahan c.q. Seksi Penanganan Masalah dan
Pengendalian Pertanahan (Seksi-5)
13
d. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kabupaten/Kota
e. Dinas yang membidangi penataan ruang di tingkat
Kabupaten/Kota
14
No. Pemangku Kepentingan Peran Tugas dan Kewenangan
progres pemantauan pengawasan
teknis oleh Kantah
c. menyampaikan hasil pemantauan
pengawasan teknis dari Kantah kepada
Ditjen PPRPT
15
(a) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(b) Petunjuk Teknis Pengawasan Teknis Penataan Ruang
(c) Tutorial pengisian awal kuisioner oleh responden
b. Pemantauan
(1) Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner yang
dilengkapi dengan bukti dukung (sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I); dan wawancara.
(2) Verifikasi dilakukan terhadap data kuisioner dan bukti
dukung yang telah disampaikan oleh responden. Apabila hasil
verifikasi menunjukkan adanya data yang tidak lengkap, maka
dilakukan klarifikasi kepada responden melalui wawancara
secara langsung.
(3) Klinik pengawasan teknis dilaksanakan di setiap provinsi oleh
jajaran Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dan Penguasaan Tanah Kementerian ATR/BPN kepada Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi, Kantor,
serta pemerintah daerah provinsi/ kabupaten/kota yang
membutuhkan pendampingan.
(4) Pemantauan dilakukan terhadap penyelenggaraan penataan
ruang dalam kurun waktu T-1. sebagai contoh, pengawasan
teknis penataan ruang tahun 2019 dilakukan terhadap
penyelenggaraan penataan ruang tahun 2018.
(5) Kantah melakukan pengumpulan hasil isian kuisioner dan
bukti dukung dari responden pada tingkat kabupaten/kota
dan kemudian melaporkan kepada Kanwil BPN Provinsi.
(6) Kanwil BPN Provinsi melakukan pengumpulan hasil isian
kuisioner dan bukti dukung dari Kantah dan kemudian
melaporkan kepada Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dan Penguasaan Tanah.
(7) Kantah dan Kanwil BPN Provinsi berkoordinasi dalam
melaporkan secara berkala progress pengumpulan hasil isian
kuisioner kepada Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dan Penguasaan Tanah.
c. Evaluasi
(1) Evaluasi terhadap hasil isian kuisioner dilakukan oleh Ditjen
Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah.
16
(2) Evaluasi dilakukan dengan berdasar pada asas transparansi,
akuntabel, dan partisipatif.
(3) Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan aspek
penyelenggaraan penataan ruang, yang terdiri atas aspek
pengaturan penataan ruang, aspek pembinaan penataan
ruang, aspek perencanaan tata ruang, aspek pemanfaatan
ruang, dan aspek pengendalian pemanfaatan ruang.
(4) Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode scoring
dengan pembobotan sesuai tabel berikut:
d. Pelaporan
(1) Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah menyampaikan hasil evaluasi kepada Bupati/Walikota
untuk ditindaklanjuti dalam rangka peningkatan kinerja
penyelenggaraan penataan ruang daerah.
(2) Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah memberikan reward atau penghargaan kepada 3 (tiga)
kabupaten/kota dengan nilai tertinggi.
(3) Penyerahan reward atau penghargaan dilaksanakan di
Jakarta sebagai bagian dari rangkaian Hari Agraria dan Tata
Ruang.
17
(4) Hasil pengawasan teknis berupa ketidaksesuaian
pemanfaatan ruang yang memiliki indikasi pelanggaran
pemanfaatan ruang disampaikan kepada PPNS Penataan
Ruang untuk ditindaklanjuti.
18
6. Jadwal Pelaksanaan
Pengawasan teknis dilakukan secara berkala, paling sedikit 2 (dua) kali dalam 5 (lima) tahun.
Jadwal pelaksanaan pengawasan teknis digambarkan pada tabel berikut:
19
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
4 Kl inik Wastek
1. Sumatera I 1. Aceh
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
2. Sumatera II 4. Riau
5. Kepulauan Riau
6. Jambi
3. Sumatera III 7. Sumatera Selatan
8. Kepulauan Bangka Belitung
4. Sumatera IV 9. Bengkulu
10. Lampung
5. Jawa I 11. Banten
12. DKI Jakarta
13. Jawa Barat
6. Jawa II 14. Jawa Tengah
15. DIY
7. Jawa III 16. Jawa Timur
17. Bali
8. Kalimantan I 18. Kalimantan Barat
19. Kalimantan Tengah
20. Kalimantan Selatan
9. Kalimantan II 21. Kalimantan Utara
22. Kalimantan Timur
10. Sulawesi I 23. Sulawesi Tenggara
24. Sulawesi Barat
25. Sulawesi Selatan
11. Sulawesi II 26. Sulawesi Tengah
27. Sulawesi Utara
28. Gorontalo
12. Nusa Tenggara 29. Nusa Tenggara Barat
30. Nusa Tenggara Timur
13. Maluku 31. Maluku
32. Maluku Utara
14. Papua 33. Papua
34. Papua Barat
20
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
6 Workshop regional 2
Sumatera I
Sumatera II
Sumatera III
Sumatera IV
Jawa-Bali I
Jawa-Bali II
Jawa-Bali III
Kalimantan I
Kalimantan II
Sulawesi I
Sulawesi II
Nusa Tenggara
Maluku
Papua
7 Evaluasi
8 W orkshop Pusat
21
V. SISTEM INFORMASI PENGAWASAN TEKNIS
1. Gambaran Umum
SIWASTEK adalah sistem informasi pengawasan teknis berbasis web
yang ditujukan untuk memfasilitasi pengawasan teknis secara lebih
efektif dan efisien melalui manajemen model kuesioner, entri jawaban
kuesioner dan validasinya secara online, otomasi perhitungan kinerja,
dan penyajian laporan dalam bentuk peta, grafik dan tabel secara
simultan dan konsisten.
SIWASTEK dibangun untuk mendorong keterbukaan informasi publik
mengenai kinerja penyelenggaraan penataan ruang kabupaten/kota,
serta mendorong pemerintah daerah kabupaten/kota untuk
mencapai kinerja penyelenggaraan penataan ruang yang semakin
berkualitas.
Penyusunan desain awal, konten data dan informasi, serta tampilan
antarmuka dari SIWASTEK dilakukan berdasarkan kebutuhan untuk
mempermudah proses pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dalam
pengawasan teknis sebagai dasar pengambilan keputusan.
b. Koordinator Provinsi
(1) Koordinator provinsi bertugas memantau progress verifikasi
yang dilaksanakan oleh verifikator, serta melakukan koordinasi
dengan administrator terkait progress tersebut.
(2) Tugas dan fungsi koordinator provinsi dilaksanakan oleh
Kantor Wilayah BPN Provinsi.
(3) Kewenangan koordinator provinsi meliputi:
(a) Monitoring status jawaban dan verifikasi data dukung dalam
lingkup provinsi yang bersangkutan.
(b) Mengirim notifikasi kepada verifikator dalam hal terdapat
kekurangan dalam verifikasi kuesioner beserta data dukung.
(c) Melihat laporan kinerja dalam lingkup provinsi yang
bersangkutan.
c. Verifikator
(1) Verifikator bertugas melakukan verifikasi terhadap jawaban
kuesioner dan data yang diisikan oleh responden beserta
kelengkapan bukti dukung.
(2) Tugas dan fungsi verifikator dilaksanakan oleh Kantor
Pertanahan (Kantah).
(3) Kewenangan verifikator meliputi:
(a) Melakukan verifikasi jawaban kuesioner.
(b) Monitoring status jawaban dan validasi kuesioner sesuai
dengan kabupaten/kota.
(c) Mengirim notifikasi kepada responden dalam hal terdapat
kekurangan dalam pengisian kuesioner beserta data
dukung.
(d) Melihat laporan kinerja dalam lingkup kabupaten/kota yang
bersangkutan.
d. Responden
(1) Responden bertugas mengisi kuesioner secara online dalam
SIWASTEK serta mengunggah bukti dukung yang diperlukan.
(2) Tugas dan fungsi responden dilaksanakan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) kabupaten/kota
dan Dinas yang membidangi penataan ruang di tingkat
kabupaten/kota.
(3) Kewenangan responden meliputi:
23
(a) Mengisi jawaban kuesioner.
(b) Mengunggah bukti dukung yang diperlukan.
(c) Monitoring status jawaban dan validasi kuesioner sesuai
dengan kabupaten/kota.
(d) Melihat laporan kinerja.
3. Jenis Akses
Pengaturan akses pengguna terhadap data dilakukan melalui sistem
keamanan data yang mengatur jenis operasi bagi peran pengguna
tertentu pada data yang tersimpan di dalam SIWASTEK. Metode
pengamanan data dilakukan dengan membagi akses ke dalam
security level seperti:
(1) No access (pengguna tidak diberikan akses terhadap data)
(2) View (pengguna hanya dapat melihat (read only) tanpa melakukan
edit atau create)
(3) Edit (pengguna memiliki akses untuk melakukan editing atas data)
(4) Create (pengguna memiliki akses untuk melakukan create atas
suatu transaksi), dan
(5) Full control (pengguna memiliki kontrol penuh untuk melakukan
view, edit, dan create)
24
4. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja pengawasan teknis melalui SIWASTEK terdiri atas:
a. Pemantauan
(1) Administrator membuat desain model kuesioner.
(2) Responden mengisi jawaban kuesioner dan mengunggah bukti
dukung.
(3) Verifikator melakukan verifikasi jawaban kuesioner dan
kelengkapan bukti dukung.
(4) Administrator melakukan validasi kuesioner dan kelengkapan
bukti dukung.
(5) Responden mengisi jawaban kuesioner dan mengunggah bukti
dukung apabila data isian/jawaban kuesioner belum valid.
(6) Koordinator provinsi melakukan monitoring status jawaban dan
kelengkapan bukti dukung.
(7) Koordinator provinsi mengirimkan notifikasi kepada verifikator
untuk verifikasi jawaban kuesioner dan kelengkapan bukti
dukung.
(8) Verifikator mengirimkan notifikasi kepada responden untuk
melengkapi data dalam hal mengisi jawaban kuesioner dan
mengunggah bukti dukung.
b. Evaluasi
(1) Administrator men-generate sistem untuk melakukan evaluasi
(2) Koordinator provinsi melihat hasil evaluasi kabupaten/kota di
satu provinsi
(3) Verifikator melihat hasil evaluasi kabupaten/kota
(4) Responden melihat hasil evaluasi satu kabupaten/kota
c. Pelaporan
(1) Administrator merumuskan rekomendasi dan tindak lanjut.
(2) Koordinator provinsi, verifikator, dan responden melihat laporan
kinerja seluruh kabupaten/kota.
25
Gambar 4 Mekanisme Kerja Pengawasan Teknis melalui SIWASTEK
VI. PENUTUP
1. Demikian Petunjuk Teknis ini ditetapkan untuk menjadi pedoman
pelaksanaan Pengawasan Teknis Penataan Ruang.
2. Hal-hal yang belum jelas akan diatur kemudian.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 2019
DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
DAN PENGUASAAN TANAH,
26