Anda di halaman 1dari 26

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PETUNJUK TEKNIS
Nomor: /JUKNIS- /II/2019

TENTANG
PENGAWASAN TEKNIS PENATAAN RUANG KABUPATEN/KOTA

I. PENDAHULUAN
1. Umum
a. bahwa untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan
penataan ruang, menjamin terlaksananya penegakan hukum
bidang penataan ruang, dan meningkatkan kualitas
penyelenggaraan penataan ruang, diperlukan pengawasan
penataan ruang;
b. bahwa pengawasan penataan ruang dilaksanakan terhadap
kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota;
c. bahwa pengawasan teknis belum sepenuhnya dilaksanakan oleh
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota;
d. bahwa pengawasan teknis seharusnya tidak dilakukan oleh
instansi yang menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, dan
pelaksanaan penataan ruang;
e. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Pasal
206 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang, diperlukan tata cara
pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan
pelaksanaan penataan ruang;
f. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (2) huruf f
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
dan Pasal 9 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, diperlukan

1
pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang
untuk mendukung pengawasan penataan ruang dalam bentuk
Sistem Informasi Pengawasan Teknis Penataan Ruang; dan
g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu
menetapkan Petunjuk Teknis tentang Pengawasan Teknis
Penataan Ruang Kabupaten/Kota.

2. Dasar
a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
d. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
e. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan
Pertanahan Nasional;
f. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 116 Tahun 2017 tentang
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

3. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Petunjuk Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan bagi satuan kerja
di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dan Penguasaan Tanah Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi, Kantor Pertanahan di seluruh
Indonesia, serta pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dan
pemangku kepentingan lainnya dalam pelaksanaan pengawasan
teknis penyelenggaraan penataan ruang.

b. Tujuan
Petunjuk Teknis ini bertujuan agar terdapat standarisasi dan
keseragaman dalam pelaksanaan Pengawasan Teknis Penataan
Ruang Kabupaten/Kota.

2
4. Ruang Lingkup
Lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi:
a. Pendahuluan
b. Istilah dan Definisi
c. Pengawasan Penataan Ruang
d. Pengawasan Teknis Penataan Ruang
e. Sistem Informasi Pengawasan Teknis Penataan Ruang
f. Lampiran

II. ISTILAH DAN DEFINISI


Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan:
1. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan
ruang.
2. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan
hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam
penataan ruang.
3. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan
kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.
4. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan
penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
5. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang.
6. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang
dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui
penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
7. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang.
8. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan
penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang‐ undangan.
9. Pengawasan teknis penataan ruang, yang selanjutnya disebut
pengawasan teknis, adalah pengawasan terhadap keseluruhan proses
penyelenggaraan penataan ruang yang diselenggarakan secara
berkala.

3
10. Pengawasan khusus penataan ruang, yang selanjutnya disebut
pengawasan khusus, adalah pengawasan terhadap permasalahan
khusus dalam penyelenggaraan penataan ruang yang dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan.
11. Sistem Informasi Pengawasan Teknis Penataan Ruang, yang
selanjutnya disebut SIWASTEK, adalah sistem informasi pengawasan
teknis berbasis web yang ditujukan untuk memfasilitasi pengawasan
teknis secara lebih efektif dan efisien.
12. Tindakan pemantauan adalah kegiatan mengamati, mengikuti, dan
mendokumentasikan perubahan status/kondisi suatu
penyelenggaraan penataan ruang dari suatu daerah/kawasan/obyek
tertentu dalam periode waktu tertentu.
13. Tindakan evaluasi adalah kegiatan menilai tingkat pencapaian
penyelenggaraan penataan ruang secara terukur dan objektif.
14. Tindakan pelaporan adalah kegiatan memberikan hasil evaluasi
secara terbuka.
15. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut
TKPRD adalah tim ad‐hoc yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan Undang‐Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang di daerah provinsi dan di daerah kabupaten/kota,
dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas gubernur dan
bupati/walikota dalam pelaksanaan koordinasi penataan ruang di
daerah.
16. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
17. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan bidang tata
ruang.

III. PENGAWASAN PENATAAN RUANG


1. Kedudukan Pengawasan Penataan Ruang dalam Penyelenggaraan
Penataan Ruang
Pengawasan penataan ruang merupakan bagian dari
penyelenggaraan penataan ruang. Pengawasan penataan ruang terdiri
atas: (1) pengawasan teknis penataan ruang, dan (2) pengawasan
khusus penataan ruang.
Pengawasan penataan ruang dilakukan melalui penilaian terhadap
kinerja:

4
a. pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang;
b. fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang; dan
c. pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang penataan
ruang.
Kedudukan pengawasan teknis penataan ruang dalam
penyelenggaraan penataan ruang digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kedudukan Pengawasan Teknis Penataan Ruang dalam


Penyelenggaraan Penataan Ruang

2. Tujuan Pengawasan Penataan Ruang


Tujuan pengawasan penataan ruang dalam penyelenggaraan
penataan ruang adalah untuk menjamin tujuan penyelenggaraan
penataan ruang yaitu untuk mewujudkan ruang wilayah nasional
yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:
a. menjamin terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam
dan buatan;
b. menjamin terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber
daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan
sumber daya manusia; dan

5
c. menjamin terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang.

3. Bentuk Pengawasan Penataan Ruang


Pengawasan penataan ruang terdiri atas pengawasan teknis dan
pengawasan khusus. Perbedaan bentuk pengawasan teknis dan
pengawasan khusus dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Bentuk Pengawasan Penataan Ruang


Substansi Pengawasan Teknis Pengawasan Khusus
Dilakukan Keseluruhan proses Permasalahan khusus dalam
Terhadap penyelenggaraan penataan ruang penyelenggaraan penataan ruang
Kapan Dilakukan secara berkala Dilaksanakan sesuai kebutuhan
dilakukan (periodik) (insidentil)
Meliputi  Mengawasi masukan, prosedur  Memeriksa data dan informasi
Kegiatan dan keluaran pengaturan, permasalahan khusus dalam
pembinaan, & pelaksanaan penyelenggaraan penataan
 Mengawasi fungsi dan manfaat ruang
keluaran penyelenggaraan  Melakukan kajian teknis
penataan ruang terhadap permasalahan
 Mengawasi ketersediaan dan khusus dalam penyelenggaraan
pemenuhan SPM. penataan ruang
Laporan  Penilaian sesuai dengan  Hasil pemeriksaan data dan
Memuat ketentuan peraturan informasi
perundang-undangan  Hasil kajian teknis
 Penilaian yang tidak sesuai  Penetapan rekomendasi
dengan ketentuan peraturan penyelesaian.
perundang-undangan
Rekomendasi  Penataan ruang tanpa Bentuk dan cara penyelesaian
penyimpangan permasalahan khusus yang terjadi
direkomendasikan untuk
mendukung peningkatan
kinerja penyelenggaraan
penataan ruang
 Penataan ruang yang terdapat
penyimpangan
direkomendasikan untuk
dilakukan penyelesaian
permasalahan
Tindak  Penyampaian pada  Penyampaian pada stakeholder
Lanjut stakeholder terkait terkait
 Tindak lanjut sesuai dengan  Indikasi pidana ditindaklanjuti
rekomendasi PPNS
 Tindak lanjut sesuai dengan
rekomendasi

6
4. Lingkup Pengawasan Penataan Ruang
Lingkup pengawasan teknis meliputi: (a) tindakan pemantauan; (b)
tindakan evaluasi; dan (c) tindakan pelaporan.

a. Tindakan Pemantauan
Tindakan pemantauan merupakan kegiatan pengamatan
terhadap penyelenggaraan penataan ruang secara langsung, tidak
langsung, dan/atau melalui laporan masyarakat.
Pemantauan dilakukan dalam rangka mengamati kinerja
pemerintah/pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan
ruang dan/atau mengidentifikasi permasalahan yang timbul
akibat penyimpangan penyelenggaraan penataan ruang.
b. Tindakan Evaluasi
Tindakan evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap tingkat
pencapaian penyelenggaraan penataan ruang secara terukur dan
objektif.
Evaluasi dilakukan dalam rangka:
(1) menganalisis penyebab terjadinya permasalahan-
permasalahan penataan ruang yang timbul,
(2) memperkirakan besaran dampak akibat permasalahan yang
terjadi,
(3) menganalisis tindakan yang diperlukan untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi penyimpangan dan
dampak yang timbul dan akan terjadi, dan
(4) merumuskan langkah tindak lanjut yang diperlukan.

c. Tindakan Pelaporan
Tindakan pelaporan merupakan kegiatan penyampaian hasil
evaluasi. Pelaporan dari hasil pengawasan penataan ruang
memuat penilaian:
(1) penataan ruang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; atau
(2) penataan ruang diselenggarakan tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penataan ruang yang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan menghasilkan rekomendasi
untuk mendukung peningkatan kinerja penyelenggaraan
penataan ruang.

7
Penataan ruang yang diselenggarakan tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan menghasilkan
rekomendasi:
a. untuk dilakukan penyesuaian dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau
b. untuk dilakukan penertiban dan pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Tindak lanjut hasil pengawasan penataan ruang meliputi:
a. penyampaian hasil pengawasan kepada pemangku
kepentingan terkait
b. penyampaian hasil pengawasan yang terdapat indikasi
pelanggaran pidana di bidang penataan ruang kepada
penyidik pegawai negeri sipil dan
c. pelaksanaan hasil pengawasan
Apabila hasil pemantauan dan evaluasi terbukti terjadi
penyimpangan administratif dalam penyelenggaraan penataan
ruang, Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota mengambil
langkah penyelesaian sesuai dengan kewenangannya.
Dalam hal Bupati/Walikota tidak melaksanakan langkah
penyelesaian, Gubernur mengambil langkah penyelesaian yang
tidak dilaksanakan Bupati/Walikota. Kemudian, dalam hal
Gubernur tidak melaksanakan langkah penyelesaian, Menteri
mengambil langkah penyelesaian yang tidak dilaksanakan
Gubernur.

5. Obyek Pengawasan
Pengawasan penataan ruang mencakup pengawasan terhadap:
a. kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang:
(1) pengaturan penataan ruang dilakukan melalui penetapan
ketentuan peraturan perundang-undangan bidang penataan
ruang termasuk Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria
(NSPJ) bidang penataan ruang;
(2) pembinaan penataan ruang dilaksanakan melalui:
a) koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;
b) sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi
termasuk NSPK bidang penataan ruang;
c) pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
pelaksanaan penataan ruang;
d) pendidikan dan pelatihan;

8
e) penelitian dan pengembangan;
f) pengembangan sistem informasi dan komunikasi
penataan ruang;
g) penyebarluasan informasi penataan ruang kepada
masyarakat; dan
h) pengembangan kesadaran dan tanggung jawab
masyarakat.
(3) pelaksanaan penataan ruang meliputi:
a) perencanaan tata ruang;
b) pemanfaatan ruang; dan
c) pengendalian pemanfaatan ruang.
b. kinerja fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang
meliputi:
(1) fungsi dan manfaat pengaturan penataan ruang;
(2) fungsi dan manfaat pembinaan penataan ruang;
(3) fungsi dan manfaat pelaksanaan penataan ruang.
c. kinerja pemenuhan SPM penataan ruang meliputi:
(1) informasi penataan ruang;
(2) pelibatan peran masyarakat dalam proses penyusunan
Rencana Tata Ruang (RTR);
(3) izin pemanfaatan ruang;
(4) pelayanan pengaduan pelanggaran tata ruang; dan
(5) penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik.
d. pengawasan khusus penataan ruang di wilayah provinsi dan
kabupaten/kota meliputi permasalahan khusus aspek spatial dan
ketentuan pidana pelanggaran pemanfaatan ruang di wilayah
provinsi dan kabupaten/kota.

6. Pelaksana
Pengawasan penataan ruang dilaksanakan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, yakni:
a. Pemerintah berwenang melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang
kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
b. pemerintah daerah provinsi berwenang melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi dan
kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang
kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota.

9
c. pemerintah daerah kabupaten/kota berwenang melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah
kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota.

IV. PENGAWASAN TEKNIS


1. Indikator Pengawasan Teknis
Pengawasan teknis dalam Petunjuk Teknis ini meliputi pengawasan
terhadap kinerja:
a. aspek pengaturan penataan ruang;
b. aspek pembinaan penataan ruang;
c. aspek perencanaan tata ruang;
d. aspek pemanfaatan ruang; dan
e. aspek pengendalian pemanfaatan ruang.
Tabel 2 Indikator Pengawasan Teknis Penataan Ruang

No. Aspek Penilaian Kriteria Indikator

1 Aspek Pengaturan A. Penetapan Peraturan 1. Ketersediaan Perda RTRW Kab/Kota


Penataan Ruang Perundang-Undangan sesuai UUPR 26/2007
Terkait Perencanaan 2. Ketersediaan Perda RTRW Kab/Kota
Tata Ruang sebelum UUPR 26/2007
3. Jumlah Perda RRTR Kab/Kota yang
diamanatkan dlm RTRW
4. Jumlah Perda RRTR Kab/Kota yang
sudah diperdakan
B. Penetapan Peraturan 1. Ketersediaan Perda RPJMD Kab/Kota
Perundangan Terkait
Pemanfaatan Ruang
C. Penetapan Peraturan 1. Ketersediaan peraturan
Perundangan Terkait perundangan tentang pengendalian
Pengendalian pemanfaatan ruang di tingkat
Pemanfaatan Ruang Kab/Kota yang sudah disahkan
Kabupaten/Kota (ketentuan perizinan, insentif
disinsentif, pengenaan sanksi)
2. Ketersediaan Surat Keputusan
tentang Keterlibatan PPNS
(WASMATLITRIK/SPRINDIK
D. Penetapan Peraturan 1. Ketersediaan Surat Keputusan
Perundangan terkait Pembentukan TKPRD Kab/Kota
Pembinaan Penataan 2. Ketersediaan Surat Keputusan
Ruang Pokmas Peduli Pemanfaatan Ruang
2 Aspek Pembinaan A. Koordinasi 1. Jumlah rapat koordinasi
Penataan Ruang Penyelenggaraan penyelenggaraan bidang penataan
Penataan Ruang ruang yang dilaksanakan TKPRD
Kab/Kota (Tema Koordinasi dan
Keputusan yang dihasilkan)
B. Sosialisasi Peraturan 1. Jumlah pelaksanaan sosialisasi
Perundangan di bidang peraturan perundang-undangan dan
Penataan Ruang NSPK bidang penataan ruang yang

10
No. Aspek Penilaian Kriteria Indikator

diterbitkan oleh Pemerintah


Kab/Kota (Perda/Perbup/Perwali)
C. Pemberian Bimbingan, 1. Jumlah pelaksanaan pemberian
Supervisi dan bimbingan/supervisi/konsultasi
Konsultasi Pelaksanaan dalam bidang penataan ruang
Penataan Ruang kepada aparat pemerintah daerah di
tingkat kecamatan dan
kelurahan/desa, serta masyarakat
D. Pendidikan dan 1. Jumlah penyelenggaraan pendidikan
Pelatihan dan pelatihan (Diklat) dalam bidang
Penyelenggaraan penataan ruang
Penataan Ruang
E. Penelitian dan 1. Jumlah inovasi dalam bidang
Pengembangan Bidang penataan ruang
Penataan Ruang
F. Pengembangan Sistem 1. Ketersediaan situs/website dan/atau
Informasi dan media sosial lain (instagram/
Komunikasi facebook/ youtube/ lainnya) terkait
bidang penataan ruang
2. Pemutakhiran data dan informasi
dalam situs/website dan/atau media
sosial lain terkait penataan ruang
Kab/Kota
G. Penyebarluasan 1. Penyebarluasan peta analog (berupa
Informasi berbagai cetakan) RTRW Kab/Kota
Aspek Penataan Ruang 2. Penyebarluasan peta digital RTRW
Kab/Kota
3. Penyebarluasan informasi bidang
penataan ruang selain peta RTRW
(pamflet/ brosur/ poster/ spanduk/
papan reklame/ website/ pameran/
bulletin/ media cetak/ media
elektronik/ pembagian buku
peraturan perundangan)
H. Pengembangan 1. Ketersediaan kelompok masyarakat
Kesadaran dan bidang penataan ruang
tanggung Jawab 2. Jumlah pelaksanaan pengembangan
Masyarakat kesadaran dan tanggung jawab
masyarakat bidang penataan ruang
3 Aspek Perencanaan A. Program Perencanaan 1. kondisi implementasi Perda RTRW
Tata Ruang Tata Ruang 2. penyebab tidak dapat
diimplementasikan
3. jumlah revisi RTR sebelum
berlakunya UUPR 26/2007
4. status tahap penyusunan RTRW
kab/kota bagi yg belum memiliki
Perda RTRW sesuai dengan UUPR
26/2007
5. status melakukan peninjauan
kembali
6. status penyusunan
matek/penetapan Rencana Rinci
sesuai amanat Perda RTRW
kab/kota

11
No. Aspek Penilaian Kriteria Indikator

4 Aspek Pemanfaatan A. Program Pemanfaatan 1. Kondisi penyusunan program


Ruang Ruang pembangunan daerah mengacu pada
indikasi program RTRW Kab/Kota
2. Jumlah realisasi program
pembangunan yang sesuai dengan
indikasi program pemanfaatan ruang
RTRW Kab/Kota periode tahun
berjalan
B. Ruang Terbuka Hijau 1. pemenuhan RTH Publik
(RTH) Publik 2. ketersediaan masterplan penyediaan
RTH Publik
3. ketersediaan muatan RTH Publik
dalam Rencana Pola Ruang
4. ketersediaan muatan RTH Publik
dalam KUPZ
C. Kawasan Rawan 1. muatan RTRW Kb/Kota sudah
Bencana (KRB) mengindikasikan KRB
2. muatan KUPZ sudah mengatur
ketentuan KRB
D. Kawasan Pertanian 1. penetapan KP2B dalam RTRW
Pangan Berkelanjutan kab/kota
(KP2B) 2. muatan KUPZ sudah mengatur
ketentuan KP2B
5 Aspek Pengendalian A. KUPZ 1. Ketersediaan KUPZ dalam RTRW
Pemanfaatan Ruang kab/Kota
2. muatan KUPZ sudah disusun untuk
seluruh kawasan peruntukan yang
ditetapkan dalam Pola Ruang
3. memastikan muatan KUPZ diacu
dalam penyusunan PZ kab/kota
B. Ketentuan Perizinan 1. ketersediaan ketentuan perizinan
dalam RTRW kab/Kota
2. penerapan rekomendasi teknis yang
mengacu pada KUPZ
C. Ketentuan Insentif dan 1. ketersediaan Ketentuan indis dalam
Disinsentif RTRW kab/Kota
2. penerapan pemberian indis
D. Pengenaan Sanksi 1. Ketersediaan pengenaan sanksi
dalam RTRW kab/kota
2. jumlah tindak lanjut pengaduan
pelanggaran pemanfaatan ruang
3. penerapan pengaduan pelanggaran
pemanfaatan ruang
E. PPNS Penataan Ruang 1. Jumlah PPNS
2. Jumlah pemasangan papan
peringatan

2. Obyek Pengawasan Teknis


Obyek pengawasan teknis meliputi penyelenggaraan penataan ruang
di seluruh kabupaten/kota di Indonesia (412 kabupaten dan 93 kota).

12
Tabel 3 Pembagian Wilayah Pelaksanaan Pengawasan Teknis
No. Wilayah Region Provinsi Lokasi
1 Sumatera 1. Sumatera I 1. Aceh Medan
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
2. Sumatera II 4. Riau Batam
5. Kepulauan Riau
6. Jambi
3. Sumatera III 7. Sumatera Selatan Palembang
8. Kepulauan Bangka
Belitung
4. Sumatera IV 9. Bengkulu Jakarta
10. Lampung
2 Jawa - Bali 5. Jawa I 11. Banten Bandung
12. DKI Jakarta
13. Jawa Barat
6. Jawa II 14. Jawa Tengah Yogyakarta
15. DIY
7. Jawa III 16. Jawa Timur Denpasar
17. Bali
3 Kalimantan - 8. Kalimantan I 18. Kalimantan Barat Banjarmasin
Sulawesi 19. Kalimantan Tengah
20. Kalimantan Selatan
9. Kalimantan II 21. Kalimantan Utara Balikpapan
22. Kalimantan Timur
10. Sulawesi I 23. Sulawesi Tenggara Makassar
24. Sulawesi Barat
25. Sulawesi Selatan
11. Sulawesi II 26. Sulawesi Tengah Manado
27. Sulawesi Utara
28. Gorontalo
4 Nusa 12. Nusa Tenggara 29. Nusa Tenggara Mataram
Tenggara – Barat
Maluku - 30. Nusa Tenggara
Papua Timur
13. Maluku 31. Maluku Ambon
32. Maluku Utara
14. Papua 33. Papua Denpasar
34. Papua Barat

3. Kelembagaan
Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pengawasan teknis meliputi:
a. Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan
Penguasaan Tanah c.q. Direktorat Pengendalian Pemanfaatan
Ruang
b. Kantor Wilayah BPN Provinsi c.q. Bidang Penanganan Masalah
dan Pengendalian Pertanahan (Bidang-5)
c. Kantor Pertanahan c.q. Seksi Penanganan Masalah dan
Pengendalian Pertanahan (Seksi-5)

13
d. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kabupaten/Kota
e. Dinas yang membidangi penataan ruang di tingkat
Kabupaten/Kota

Gambar 2 Pembagian Tugas dan Kewenangan dalam


Pengawasan Teknis Penataan Ruang

Pembagian tugas dan kewenangan masing-masing pemangku


kepentingan dalam pengawasan teknis penataan ruang
kabupaten/kota dijabarkan dalam Tabel 4 berikut:

Tabel 4 Pembagian Tugas dan Kewenangan dalam Pengawasan Teknis Penataan


Ruang Kabupaten/Kota

No. Pemangku Kepentingan Peran Tugas dan Kewenangan

1 Direktorat Jenderal Pembina a. melaksanakan sosialisasi dan


Pengendalian Pemanfaatan pelatihan
Ruang dan Penguasaan b. melakukan pendampingan bagi
Tanah (Ditjen PPRPT) Kanwil dan Kantah
c. melaksanakan evaluasi hasil
pemantauan pengawasan teknis
d. merumuskan rekomendasi dan
tindak lanjut

2 Kantor Wilayah BPN Koordinator a. memantau pelaksanaan pengawasan


Provinsi Provinsi teknis di kabupaten/kota yang
dilaksanakan oleh Kantah
b. melakukan koordinasi dengan Ditjen
PPRPT dalam rangka pelaporan

14
No. Pemangku Kepentingan Peran Tugas dan Kewenangan
progres pemantauan pengawasan
teknis oleh Kantah
c. menyampaikan hasil pemantauan
pengawasan teknis dari Kantah kepada
Ditjen PPRPT

3 Kantor Pertanahan Verifikator dan a. melakukan pengumpulan data dan


(Kantah) Surveyor bukti dukung dari Organisasi
Perangkat Daerah (OPD)
Kabupaten/Kota
b. melakukan verifikasi data dan bukti
dukung yang diperoleh
c. melakukan klarifikasi atas data yang
diberikan oleh OPD Kabupaten/Kota
melalui wawancara (apabila
diperlukan)
d. melakukan koordinasi dengan Kanwil
BPN Provinsi dalam rangka pelaporan
progres pemantauan pengawasan
teknis
e. menyampaikan hasil pemantauan
pengawasan teknis kepada Kanwil BPN
Provinsi

4 Badan Perencanaan Responden a. melakukan pengisian kuisioner


Pembangunan Daerah beserta kelengkapan bukti dukung
(Bappeda) Kabupaten/Kota b. menyampaikan hasil isian kuisioner
5 Dinas yang membidangi beserta bukti dukung kepada Kantah
penataan ruang di tingkat c. melakukan koordinasi dengan Kantah
Kabupaten/Kota dalam rangka progres pengisian
kuisioner

4. Tata Cara Pelaksanaan


a. Persiapan
(1) Tahap persiapan dilakukan melalui sosialisasi pelaksanaan
pengawasan teknis penataan ruang beserta pelatihan
pengisian kuesioner pengawasan teknis.
(2) Sosialisasi dan pelatihan dilakukan oleh jajaran Direktorat
Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah Kementerian ATR/BPN kepada Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi, Kantor Pertanahan di
seluruh Indonesia, serta pemerintah daerah provinsi/
kabupaten/kota.
(3) Sosialisasi dan pelatihan dilaksanakan secara regional sesuai
dengan pembagian wilayah sebagaimana tercantum dalam
Tabel 3.
(4) Materi sosialisasi dan pelatihan terdiri atas:

15
(a) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(b) Petunjuk Teknis Pengawasan Teknis Penataan Ruang
(c) Tutorial pengisian awal kuisioner oleh responden
b. Pemantauan
(1) Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner yang
dilengkapi dengan bukti dukung (sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I); dan wawancara.
(2) Verifikasi dilakukan terhadap data kuisioner dan bukti
dukung yang telah disampaikan oleh responden. Apabila hasil
verifikasi menunjukkan adanya data yang tidak lengkap, maka
dilakukan klarifikasi kepada responden melalui wawancara
secara langsung.
(3) Klinik pengawasan teknis dilaksanakan di setiap provinsi oleh
jajaran Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dan Penguasaan Tanah Kementerian ATR/BPN kepada Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi, Kantor,
serta pemerintah daerah provinsi/ kabupaten/kota yang
membutuhkan pendampingan.
(4) Pemantauan dilakukan terhadap penyelenggaraan penataan
ruang dalam kurun waktu T-1. sebagai contoh, pengawasan
teknis penataan ruang tahun 2019 dilakukan terhadap
penyelenggaraan penataan ruang tahun 2018.
(5) Kantah melakukan pengumpulan hasil isian kuisioner dan
bukti dukung dari responden pada tingkat kabupaten/kota
dan kemudian melaporkan kepada Kanwil BPN Provinsi.
(6) Kanwil BPN Provinsi melakukan pengumpulan hasil isian
kuisioner dan bukti dukung dari Kantah dan kemudian
melaporkan kepada Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dan Penguasaan Tanah.
(7) Kantah dan Kanwil BPN Provinsi berkoordinasi dalam
melaporkan secara berkala progress pengumpulan hasil isian
kuisioner kepada Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dan Penguasaan Tanah.

c. Evaluasi
(1) Evaluasi terhadap hasil isian kuisioner dilakukan oleh Ditjen
Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah.

16
(2) Evaluasi dilakukan dengan berdasar pada asas transparansi,
akuntabel, dan partisipatif.
(3) Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan aspek
penyelenggaraan penataan ruang, yang terdiri atas aspek
pengaturan penataan ruang, aspek pembinaan penataan
ruang, aspek perencanaan tata ruang, aspek pemanfaatan
ruang, dan aspek pengendalian pemanfaatan ruang.
(4) Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode scoring
dengan pembobotan sesuai tabel berikut:

Tabel 5 Pembobotan Aspek Pengawasan Penataan Ruang

No. ASPEK BOBOT

1 Aspek Pengaturan Penataan Ruang 20

2 Aspek Pembinaan Penataan Ruang 10

3 Aspek Perencanaan Tata Ruang 20

4 Aspek Pemanfaatan Ruang 25

5 Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang 25

(5) Hasil penilaian akan diklarifikasikan kepada Kanwil BPN


Provinsi dan Kantah dalam workshop yang dilakukan secara
regional.
(6) Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah melakukan rekapitulasi hasil pengawasan teknis
penataan ruang kabupaten/kota di seluruh Indonesia dan
kemudian menetapkan peringkat berdasarkan nilai tertinggi.

d. Pelaporan
(1) Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah menyampaikan hasil evaluasi kepada Bupati/Walikota
untuk ditindaklanjuti dalam rangka peningkatan kinerja
penyelenggaraan penataan ruang daerah.
(2) Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah memberikan reward atau penghargaan kepada 3 (tiga)
kabupaten/kota dengan nilai tertinggi.
(3) Penyerahan reward atau penghargaan dilaksanakan di
Jakarta sebagai bagian dari rangkaian Hari Agraria dan Tata
Ruang.

17
(4) Hasil pengawasan teknis berupa ketidaksesuaian
pemanfaatan ruang yang memiliki indikasi pelanggaran
pemanfaatan ruang disampaikan kepada PPNS Penataan
Ruang untuk ditindaklanjuti.

Gambar 3 Lingkup Pengawasan Teknis

5. Penganggaran Pengawasan Teknis


Pengawasan Teknis Penataan Ruang Kabupaten/Kota dilaksanakan
melalui APBN DIPA Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dan Penguasaan Tanah Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

18
6. Jadwal Pelaksanaan
Pengawasan teknis dilakukan secara berkala, paling sedikit 2 (dua) kali dalam 5 (lima) tahun.
Jadwal pelaksanaan pengawasan teknis digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 6 Jadwal Penyelenggaraan


Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
NA2:AU40o Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan:
Instrumen survey
2 Pelaksanaan:
Workshop regional 1
Sumatera I
Sumatera II
Sumatera III
Sumatera IV
Jawa-Bali I
Jawa-Bali II
Jawa-Bali III
Kalimantan I
Kalimantan II
Sulawesi I
Sulawesi II
Nusa Tenggara
Maluku
Papua
3 Pengisian form wastek oleh pemda

19
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
4 Kl inik Wastek
1. Sumatera I 1. Aceh
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
2. Sumatera II 4. Riau
5. Kepulauan Riau
6. Jambi
3. Sumatera III 7. Sumatera Selatan
8. Kepulauan Bangka Belitung
4. Sumatera IV 9. Bengkulu
10. Lampung
5. Jawa I 11. Banten
12. DKI Jakarta
13. Jawa Barat
6. Jawa II 14. Jawa Tengah
15. DIY
7. Jawa III 16. Jawa Timur
17. Bali
8. Kalimantan I 18. Kalimantan Barat
19. Kalimantan Tengah
20. Kalimantan Selatan
9. Kalimantan II 21. Kalimantan Utara
22. Kalimantan Timur
10. Sulawesi I 23. Sulawesi Tenggara
24. Sulawesi Barat
25. Sulawesi Selatan
11. Sulawesi II 26. Sulawesi Tengah
27. Sulawesi Utara
28. Gorontalo
12. Nusa Tenggara 29. Nusa Tenggara Barat
30. Nusa Tenggara Timur
13. Maluku 31. Maluku
32. Maluku Utara
14. Papua 33. Papua
34. Papua Barat

20
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
6 Workshop regional 2
Sumatera I
Sumatera II
Sumatera III
Sumatera IV
Jawa-Bali I
Jawa-Bali II
Jawa-Bali III
Kalimantan I
Kalimantan II
Sulawesi I
Sulawesi II
Nusa Tenggara
Maluku
Papua
7 Evaluasi
8 W orkshop Pusat

21
V. SISTEM INFORMASI PENGAWASAN TEKNIS
1. Gambaran Umum
SIWASTEK adalah sistem informasi pengawasan teknis berbasis web
yang ditujukan untuk memfasilitasi pengawasan teknis secara lebih
efektif dan efisien melalui manajemen model kuesioner, entri jawaban
kuesioner dan validasinya secara online, otomasi perhitungan kinerja,
dan penyajian laporan dalam bentuk peta, grafik dan tabel secara
simultan dan konsisten.
SIWASTEK dibangun untuk mendorong keterbukaan informasi publik
mengenai kinerja penyelenggaraan penataan ruang kabupaten/kota,
serta mendorong pemerintah daerah kabupaten/kota untuk
mencapai kinerja penyelenggaraan penataan ruang yang semakin
berkualitas.
Penyusunan desain awal, konten data dan informasi, serta tampilan
antarmuka dari SIWASTEK dilakukan berdasarkan kebutuhan untuk
mempermudah proses pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dalam
pengawasan teknis sebagai dasar pengambilan keputusan.

2. Pengguna Sistem Informasi Pengawasan Teknis


Pengguna SIWASTEK terdiri atas administrator, verifikator, dan
responden kabupaten/kota. Masing-masing pihak memiliki hak dan
kewenangan yang berbeda terhadap data dan informasi yang terdapat
dalam sistem sehingga dibutuhkan pengaturan dalam hal akses data.
Pengaturan pengguna dalam SIWASTEK dilakukan untuk
menentukan akses dan peran masing-masing pengguna dalam
aplikasi. Pengaturan pengguna dibagi menjadi 4 (empat) jenis sesuai
dengan peran pengguna, yaitu:
a. Administrator
(1) Administrator bertugas menjamin kelancaran operasional
SIWASTEK, mengelola pengguna SIWASTEK (user), dan
menentukan kewenangan setiap pengguna.
(2) Tugas dan fungsi administrator dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah (Ditjen PPRPT).
(3) Kewenangan administrator meliputi:
(a) Mengelola pengguna dengan kewenangan di bawahnya.
(b) Menambah data referensi, seperti referensi wilayah, provinsi,
kabupaten/kota, dan instistusi, serta data referensi lain
yang dibutuhkan.
(c) Menambahkan atau membuat desain model kuesioner.
(d) Melihat audit trail aplikasi.
22
(e) Monitoring status jawaban dan validasi kuesioner.
(f) Melihat laporan kinerja.

b. Koordinator Provinsi
(1) Koordinator provinsi bertugas memantau progress verifikasi
yang dilaksanakan oleh verifikator, serta melakukan koordinasi
dengan administrator terkait progress tersebut.
(2) Tugas dan fungsi koordinator provinsi dilaksanakan oleh
Kantor Wilayah BPN Provinsi.
(3) Kewenangan koordinator provinsi meliputi:
(a) Monitoring status jawaban dan verifikasi data dukung dalam
lingkup provinsi yang bersangkutan.
(b) Mengirim notifikasi kepada verifikator dalam hal terdapat
kekurangan dalam verifikasi kuesioner beserta data dukung.
(c) Melihat laporan kinerja dalam lingkup provinsi yang
bersangkutan.

c. Verifikator
(1) Verifikator bertugas melakukan verifikasi terhadap jawaban
kuesioner dan data yang diisikan oleh responden beserta
kelengkapan bukti dukung.
(2) Tugas dan fungsi verifikator dilaksanakan oleh Kantor
Pertanahan (Kantah).
(3) Kewenangan verifikator meliputi:
(a) Melakukan verifikasi jawaban kuesioner.
(b) Monitoring status jawaban dan validasi kuesioner sesuai
dengan kabupaten/kota.
(c) Mengirim notifikasi kepada responden dalam hal terdapat
kekurangan dalam pengisian kuesioner beserta data
dukung.
(d) Melihat laporan kinerja dalam lingkup kabupaten/kota yang
bersangkutan.

d. Responden
(1) Responden bertugas mengisi kuesioner secara online dalam
SIWASTEK serta mengunggah bukti dukung yang diperlukan.
(2) Tugas dan fungsi responden dilaksanakan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) kabupaten/kota
dan Dinas yang membidangi penataan ruang di tingkat
kabupaten/kota.
(3) Kewenangan responden meliputi:

23
(a) Mengisi jawaban kuesioner.
(b) Mengunggah bukti dukung yang diperlukan.
(c) Monitoring status jawaban dan validasi kuesioner sesuai
dengan kabupaten/kota.
(d) Melihat laporan kinerja.

3. Jenis Akses
Pengaturan akses pengguna terhadap data dilakukan melalui sistem
keamanan data yang mengatur jenis operasi bagi peran pengguna
tertentu pada data yang tersimpan di dalam SIWASTEK. Metode
pengamanan data dilakukan dengan membagi akses ke dalam
security level seperti:
(1) No access (pengguna tidak diberikan akses terhadap data)
(2) View (pengguna hanya dapat melihat (read only) tanpa melakukan
edit atau create)
(3) Edit (pengguna memiliki akses untuk melakukan editing atas data)
(4) Create (pengguna memiliki akses untuk melakukan create atas
suatu transaksi), dan
(5) Full control (pengguna memiliki kontrol penuh untuk melakukan
view, edit, dan create)

Tabel 7 Skema Hak Akses


Peran Pengguna Jenis Data Akses Level Aktor
Administrator Profil Pengguna Full control Direktorat Jenderal
Data referensi Full control Pengendalian Pemanfaatan
Notifikasi kepada Full Control Ruang dan Penguasaan Tanah
seluruh pengguna (Ditjen PPRPT)
Desain model kuesioner Full control
Audit trail aplikasi Full control
Laporan kinerja Full control
Koordinator Provinsi Data dukung View Kantor Wilayah BPN Provinsi
Notifikasi kepada Create, view
verifikator
Laporan kinerja View
Verifikator Jawaban kuesioner Create, view Kantor Pertanahan (Kantah)
Notifikasi kepada Create, view
responden
Laporan kinerja View
Responden Jawaban kuesioner Create, view Badan Perencanaan
Bukti dukung Create, View Pembangunan Daerah
Laporan kinerja Create, View (Bappeda) Kabupaten/Kota dan
Dinas yang membidangi
penataan ruang di tingkat
Kabupaten/Kota

24
4. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja pengawasan teknis melalui SIWASTEK terdiri atas:
a. Pemantauan
(1) Administrator membuat desain model kuesioner.
(2) Responden mengisi jawaban kuesioner dan mengunggah bukti
dukung.
(3) Verifikator melakukan verifikasi jawaban kuesioner dan
kelengkapan bukti dukung.
(4) Administrator melakukan validasi kuesioner dan kelengkapan
bukti dukung.
(5) Responden mengisi jawaban kuesioner dan mengunggah bukti
dukung apabila data isian/jawaban kuesioner belum valid.
(6) Koordinator provinsi melakukan monitoring status jawaban dan
kelengkapan bukti dukung.
(7) Koordinator provinsi mengirimkan notifikasi kepada verifikator
untuk verifikasi jawaban kuesioner dan kelengkapan bukti
dukung.
(8) Verifikator mengirimkan notifikasi kepada responden untuk
melengkapi data dalam hal mengisi jawaban kuesioner dan
mengunggah bukti dukung.

b. Evaluasi
(1) Administrator men-generate sistem untuk melakukan evaluasi
(2) Koordinator provinsi melihat hasil evaluasi kabupaten/kota di
satu provinsi
(3) Verifikator melihat hasil evaluasi kabupaten/kota
(4) Responden melihat hasil evaluasi satu kabupaten/kota

c. Pelaporan
(1) Administrator merumuskan rekomendasi dan tindak lanjut.
(2) Koordinator provinsi, verifikator, dan responden melihat laporan
kinerja seluruh kabupaten/kota.

25
Gambar 4 Mekanisme Kerja Pengawasan Teknis melalui SIWASTEK

VI. PENUTUP
1. Demikian Petunjuk Teknis ini ditetapkan untuk menjadi pedoman
pelaksanaan Pengawasan Teknis Penataan Ruang.
2. Hal-hal yang belum jelas akan diatur kemudian.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 2019

DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
DAN PENGUASAAN TANAH,

Dr. Ir. Budi Situmorang, MURP


NIP. 196510151991021001

26

Anda mungkin juga menyukai