Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

Dosen Pengajar :

Ns Husni S.kep, M.Pd

DISUSUN KELOMPOK 2

1. Bayu lham Gustian P05120317010


2. Dera Aprianti P05120317011
3. Elwina Dwi Putri P05120317012
4. Erna Febriana P05120317013
5. Hartiana P05120317015
6. Hasyyati Awanis P05120317017
7. Wiko Planando P05120317043

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI SARJANA TERAPAN
TAHUN 2019

1
A. Pengertian tindakan
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah suatu tindakan darurat, sebagai suatu
usaha untuk mengembalikan keadaan henti napas dan/atau henti jantung
(yang dikenal dengan kematian klinis) ke fungsi optimal guna mencegah
kematian biologis

B. Tujuan tindakan
 Untuk membentuk jalan napas yang lancar
 Mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas
dan atau henti jantung
 Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas)
 Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi (fungsi jantung) dan
ventilasi (fungsi pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami
henti jantung atau henti nafas
 Mengalirkan darah yang mengandung oksigen ke otak dalam upaya
mencegah kerusakan jaringan yang permanen

C. Kompetensi dasar yang harus dimiliki


Terampil dan cekatan dalam melakukan tindakan

D. Indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi dari tindakan


Indikasi
 Henti jantung
 Henti napas (obstruksi jalan napas akibat benda asing, tersedak,
tersengat listrik, syok hipovolemik karena pendarahan, reaksi
anafilaktik, tenggelam, overdosis obat, ketidakseimbangan elektrolit)
Kontraindikasi
 Fraktur Kosta
 T rauma thorax
 Pneumothorax

2
 Emphysema berat
 Cardiac tamponade
 Cardiac arrest lebih dari 5-6 menit
Komplikasi
 Tertutupnya saluran pernapasan akibat kepala terlalu dihiperekstensikan
 Patah tulang dada dan tulang iga
 Bocornya paru-paru (Pnemotoraks)
 Perdarahan dalam paru-paru/rongga dada (Hemotoraks)
 Luka dan memar pada paru-paru
 Robekan pada hati

E. Alat dan bahan


 Barier
 Kantung ambu
 Masker wajah

F. Anatomi daerah target tindakan


Anatomi thorax

Dindin dada. Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk
dinding dada adalah tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang
clavicula dan scapula. Jaringan lunak yang membentuk dinding dada adalah
otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah intrerkostalis dan torakalis
interna. Dasar torak dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus

3
frenikus. Diafragma mempunyai lubang untuk jalan aorta, vena cava inferior
serta esophagus.
Isi rongga torak
 Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi
oleh pleura visceralis dan parietalis.
 Rongga mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum
dibagi menjadi bagian anterior, medius, posterior dan superior.
 Rongga dada dibagi menjadi 3 rongga utama yaitu:
 Rongga dada kanan (cavum pleura kanan )
 Rongga dada kiri (cavum pleura kiri)
 Rongga dada tengah (mediastinum).
1. Rongga Mediastinum
a) Mediastinum superior, batasnya :
Atas : bidang yang dibentuk oleh vertebra torakalis 1,
kosta 1, dan jugular notch.
Bawah : bidang yang dibentuk dari angulus sternal ke
vertebra torakalis 4
Lateral : pleura mediastinalis
Anterior : manubrium sterni.
Posterior : Corpus vertebra torakalis 1-4

b) Mediastinum inferior terdiri dari mediastinum anterior,


mediastinum medius, mediastinum posterior

c) Mediastinum anterior batasnya :


Anterior : sternum (tulang dada)
Posterior : pericardium (selaput jantung)
Lateral : pleura mediastinalis
Superior : plane of sternal angle
Inferior : diafragma.

4
d) Mediastinum medium batasnya :
Anterior : pericardium
Posterior : pericardium
Lateral : pleura mediastinalis
Superior : plane of sternal angle
Inferior : diafragma

e) Mediastinum posterior, batasnya :


Anterior : pericardium
Posterior : corpus vertebra torakalis 5 – 12
Lateral : pleura mediastinalis
Superior : plane of sternal angle
Inferior : diafragma.
 Batas-batas Thorax
Thorax adalah daerah antara sekat rongga badan (diafragma) dan
leher.
 Batas bawah thorax: arcus costarum
 Processus xhiphoideus
 Garis penghubung antara puncak-puncak ketiga iga terakhir
dan processus spinalis thoracal XII
 Batas atas thorax: incisura jugularis sterni
 Clavicula
 Garis penghubung antara articulus acromioclavicularis dan
processus spinalis cervical VII
 Bentuk thorax ditentukan oleh:
a. rangka dada bagian tulang
b. letak scapula
c. otot-otot yang terletak dari thorax ke anggota gerak atas:
M. pectoralis major dan minor, M. latissimus dorsi
 Dinding Thorax
 Costae
Rangka toraks terluas adalah iga-iga (costae) yang merupakan

5
tulang jenis osseokartilaginosa. Memiliki penampang
berbentuk konus, dengan diameter penampang yang lebih kecil
pada iga teratas dan makin melebar di iga sebelah bawah. Di
bagian posterior lebih petak dan makin ke anterior penampang
lebih memipih. Terdapat 12 pasang iga yaitu 7 iga pertama
merupakan iga sejati (costae vera) yang melekat pada vertebra
yang bersesuaian, dan terletak di sebelah anterior ke sternum.
Iga 8-10 merupakan iga palsu (false rib/costae spuria) yang
melekat di anterior ke rawan kartilago iga diatasnya, dan 2 iga
terakhir merupakan iga yang melayang (costae fluctuantes)
karena tidak berartikulasi di sebelah anterior. Setiap iga terdiri
dari caput (head), collum (neck), dan corpus (shaft). Iga
memiliki 2 ujung, yaitu permukaan artikulasi vertebral dan
sternal. Bagian posterior iga berstekstur kasar dan terdapat
foramen-foramen kecil. Sedangkan bagian anterior lebih rata
dan halus. Tepi superior iga terdapat krista kasar tempat
melekatnya ligamentum costotransversus anterior, sedangkan
tepi inferior lebih bulat dan halus.

G. Aspek keamanan dan keselamatan yang harus diperhatikan


 Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan
penolong dan pasien
 Minimalisasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam
memberikan napas bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau
kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin dapat
ditularkan oleh korban
 Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan
pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan
dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.

6
H. Prosedur tindakan
1) Kaji ketidakadaan respon,observasi adanya pernapasan, palpasi nadi
karotis, tanyakan “Apa Anda baik-baik saja?”
2) Segera minta bantuan
3) Tempatkan korban pada posisi telentang pada permukaan datar dan keras
4) Berlutut pada sisi korban
5) Lakukan teknik circulation
Teknik compression
Orang dewasa (mulai dari anak usia 8 tahun ke atas)
6) Posisikan tangan yang benar
a) Tangan penyelamat diletakkan di batas rangka iga korban
b) Jari-jari digerakkan ke arah atas rangka iga untuk menandai tempat
pertemuan iga dengan sternum bagian bawah di tengah dada bagian
bawah
c) Letakkan tumit telapak tangan di atas sternum dan letakkan tangan lain
pada bagian atas tangan yang berada di atas sternum sehingga kedua
tangan menjadi paralel
d) Jari-jari dapat diekstensikan atau paralel, tetapi jangan sampai
menyentuh dada
7) Tegangkan siku, pertahankan lengan lurus dan bahu tepat di atas kedua
tangan di atas sternum korban
a) Lakukan kompresi dada 3,8 – 5 cm
b) Lakukan kompresi dada 80 – 100 kali per menit
c) Ventilasi paru- paru dengan dua kali napas lambat
d) Kaji korban setelah empat siklus (15 kali kompresi, dua kali ventilasi
pada satu siklusnya)

7
Bayi (1-12 bulan)
8) Posisikan tangan dengan benar
a) Bayangkan garis imajiner antara puting susu di atas tulang payudara
(sternum)
b) Gunakan dua atau tiga jari (jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis/ibu
jari kanan dan kiri dengan jari yang lainnya melingkari dada dan
punggung bayi)
9) Lakukan kompresi 1,3 – 2,5 cm minimal 100 kali/menit
10) Pada akhir setiap kompresi kelima lakukan ventilasi selama 1,5 detik
11) Kaji korban setelah 10 siklus (setiap siklus 5 kompresi, 1 ventilasi)
Anak (1 – 7 tahun)
12) Posisikan tangan yang benar
a) Letakkan tangan di batas bawah rangka iga korban dengan jari telunjuk
dan jari tengah
b) Ikuti batas rangka iga dengan jari tengah sampai titik tempat pertemuan
iga dengan sternum
c) Letakkan jari telunjuk di sebelah jari tengah
d) Letakkan tumit tangan di depan titik tempat jari telunjuk berada dengan
aksis panjang tumit sejajar dengan sternum
e) Tangan lain dari penyelamat mempertahankan posisi kepala anak
13) Kompresi sternum dengan satu tangan 2,5 – 3,8 cm dengan kecepatan 100
kali/menit
14) Lakukan ventilasi (1-1,5 detik) pada akhir setiap kompresi kelima
15) Kaji kembali korban setelah 10 kali siklus (tiap siklus 5 kompresi 1
ventilasi)
Teknik airway
16) Buka jalan napas korban
a) Tengadahkan kepala dan topang dagu korban (head tilt and chinlift) bila
tidak terdapat cedera kepala atau leher dengan cara satu tangan pada
dahi, tekan ke belakang

8
 Tempatkan satu tangan pada dahi korban dan berikan tekanan yang
kuat ke arah belakang dengan menggunakan telapak tangan untuk
memiringkan kepala ke arah belakang
 Letakkan jari-jari tangan yang lain (selain ibu jari) di bagian tulang
rahang sebelah bawah dekat dagu dan angkat untuk membawa dagu
ke depan dan gigi hampir menutupi
Hal ini efektif untuk membuka jalan napas karena berfungsi untuk
memindahkan lidah atau epiglotis yang mengobstruksi jalan napas.

b) Pegang sudut bagian bawah rahang korban dan angkat dengan kedua
tangan, satu tangan pada setiap sisi, menggerakkan mandibula ke depan
(jaw thrust) sambil memiringkan kepala ke arah belakang. Cara ini juga
dapat digunakan untuk membuka jalan napas pada cedera leher atau
kepala.

Teknik breathing
17) Persiapkan pernapasan buatan
a) Untuk resusitasi mulut ke mulut pada orang dewasa, jepit hidung dan
mulut korban. Pada bayi, tempatkan di hidung dan mulut bayi
b) Untuk resusitasi kantung ambu, gunakan masker wajah dengan ukuran
tepat dan pasang pada mulut dan hidung korban

9
18) Berikan pernapasan buatan
Resusitasi orang dewasa
a) Untuk resusitasi mulut ke barier pada orang dewasa, tarik napas dalam
dan sekat bibir di sekeliling mulut korban, menghasilkan sekat kedap
udara.
b) Berikan dua klai aliran napas secara perlahan, 1,5 – 2 detik setiap kali,
diikuti dengan 10 – 20 kali napas per menit
c) Untuk pernapasan buatan dengan kantung ambu pada orang dewasa,
tekan kantung dengan maksimal setiap dua kali napas
Resusitasi bayi/anak
a) Berikan dua klai aliran napas secara perlahan, 1 – 1,5 detik per napas
dengan istirahat diantaranya sehingga penyelamat bisa mengambil
napas, diikuti 20 kali napas per menit
b) Untuk resusitasi dengan kantung ambu pada anak, gunakan dua
kompresi kantung yang berukuran kecil
19) Observasi naik turunnya dinding dada setiap klien bernapas. Apabila paru-
paru tidak mengembang, atur kembali posisi kepala dan leher dan periksa
adanya obstruksi jalan napas yang terlihat.
20) Isap setiap sekresi jalan napas. Apabila tidak tersedia alat isap, tolehkan
kepala klien ke salah satu sisi
21) Kaji adanya denyut arteri karotis. Pemeriksaan nadi dilakukan selama 5 –
10 detik. Jika arteri karotis tidak teraba, disarankan mengkaji arteri
barkialis

10
I. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam tindakan
 Korban harus dalam posisi telentang
 Tindakan dilakukan di atas permukaan yang datar dan keras
 Pada saat dilakukan kompresi jantung, jari-jari tangan jangan sampai
menyentuh dada korban
 Posisi lengan harus lurus
 RJP dihentikan bila jantung sudah berdetak ditandai adanya nadi dan nafas
sudah spontan, saat mengecek nadi dan pernafasan, penolong sudah
kelelahan, dan pasien dinyatakan tidak mempunyai harapan lagi/meninggal

11
12

Anda mungkin juga menyukai