Anda di halaman 1dari 24

A.

Pengertian
Resiko bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan
disengaja untuk mengakhiri kehidupan (Herdman, 2012). Bunuh diri
merupakan salah satu dari 20 penyebab utama kematian secara global untuk
semua umur dan hampir satu juta orang meninggal karena bunuh diri setiap
tahunnya (Schwartz-Lifshitz, dkk, 2013).

Macam macam bunuh diri menjadi 4 jenis yaitu :


1. Bunuh diri egoistik
Yaitu bunuh diri yangdilakukan oleh orang orang yang merasa
kepentingan individu lebih tinggi dari pada kepentingan kesatuan sosial
2. Bunuh diri altruistik
Yaitu bunuh diri karena adanya perasaan integrasi antar sesama individu
yang satu dan lainnya sehingga menciptakan masyarakat yang memiliki
integritas yang kuat, misalnya bunuh diri Harakiri di Jepang.
3. Bunuh diri anomi
Yaitu tipe bunuh yang lebih berfokus pada keadaan moral dimana individu
yang bersangkutan kehilangan cita cita, tujuan dan norma dalam hidupnya
4. Bunuh diri fatalistik
Tipe bunuh diri yang demikian tidak banyak dibahas oleh Durkheim pada
tipe bunuh diri anomi terjadi dalam situasi dimana nilai dan norma yang
berlaku di masyarakat melemah, sebaliknya bunuh diri fatalistik terjadi
ketika nilai dan norma yang berlaku di masyarakat meningkat dan terasa
berlebihan
B. Etiologi
Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :
1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres
2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
3. interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti
4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan

C. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjangsiklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyairiwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang
dapat membuat individu berisiko untukmelakukan tindakan bunuh diri
adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati,impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan,kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan,atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan
intervensiyang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab
masalah, respons seseorang dalammenghadapi masalah tersebut, dan lain-
lain.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
factor penting yang dapatmenyebabkan seseorang melakukan tindakan
bunuh diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimiayang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebutdapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).

D. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami olehindividu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukanbunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebutmenjadi
sangat rentan.

E. Manifestasi klinis
Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009)
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah
dan mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis danmenyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal).
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14. Pekerjaan.
15. Konflik interpersonal.
16. Latar belakang keluarga.
17. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

F. Penatalaksanaan
1. Klinis harus menilai risiko bunuh diri berdasarkan pemeriksaan klinis. Hal
yang paling prediktif yang berhubungan dengan risiko bunuh diri
dituliskan dalam tabel di bawah. Bunuh diri juga dikelompokkan ke dalam
faktor yang berhubungan dengan risiko tinggi dan risiko rendah.
2. Jika memeriksa pasien yang berusaha bunuh diri, jangan meninggalkan
mereka sendirian, keluarkan semua benda yang kemungkinan  berbahaya
dari ruangan.
3. Jika memeriksa pasien yang baru saja melakukan usaha bunuh diri,
nilailah apakah usaha tersebut telah direncanakan atau dilakukan secara
impulsif dan tentukan letalitasnya, kemungkinan pasien untuk ditemukan.
(contohnya, apakah pasien sendirian dan apakah pasien memberitahukan
orang lain?), dan reaksi pasien karena diselamatkan (apakah pasien
kecewa atau merasa lega?), dan apakah faktor-faktor yang menyebabkan
usaha bunuh diri telah berubah.
4. Penatalaksanaan adalah sangat tergantung pada diagnosis. Pasien dengan
gangguan depresif berat mungkin diobati sebagai rawat jalan jika
keluarganya dapat mengawasi mereka secara ketat dan jika pengobatan
dapat dimulai secara cepat. Selain hal tersebut, perawatan di rumah sakit
mungkin diperlukan.
5. Ide bunuh diri pada pasien alkoholik biasanya menghilang dengan
abstinensia dalam beberapa hari. Jika depresi menetap setelah tanda
psokologis dari putus alkohol menghilang, diperlukan kecurigaan yang
tinggi adanya gangguan depresif berat. Semua pasien yang berusaha
bunuh diri oleh alkohol atau obat harus dinilai kembali jika mereka sadar.
6. Ide bunuh diri pada pasien skizofrenia harus ditanggapi secara serius,
karena mereka cenderung menggunakan kekerasan atau metoda yang
kacau dengan letalitas yang tinggi.
7. Pasien dengan gangguan kepribadian mendapatkan manfaat dari
konfrontasi empatik dan bantuan dengan mendapatkan pendekatan
rasional dan bertanggung jawab terhadap masalah yang mencetuskan
krisis dan bagaimana mereka biasanya berperan. Keterlibatan keluarga
atau teman dan manipulasi lingkungan mungkin membantu dalam
menghilangkan krisis yang menyebabkan usaha bunuh diri.
8. Hospitalisasi jangka panjang diindikasikan pada keadaan yang
menyebabkan mutilasi diri, tetapi hospitalisasi singkat biasanya tidak
mempengaruhi perilaku tersebut. “Parasuicide” juga mendapatkan manfaat
dari rehabilitasi jangka panjang, dan periode singkat stabilisassi mungkin
diperlukan, tetapi tidak ada pengobatan jangka pendek yang dapat
diharapkan mengubah perjalanannya secara bermakna.
G. Psikopatologi
Gambaran Proses Terjadinya Bunuh Diri

Isyarat Bunuh Diri


verbal/nonverbal

Pertimbangan
untuk melakukan
bunuh diri

Ancaman bunuh diri

Ambivalensi
Kurangnya respon
Kematian
positif

Upaya Bunuh Diri

Bunuh Diri

( Stuart & Sundeen , 2006 )

Tahapan rentang perkembangan bunuh diri juga dibedakan sebagai berikut :


1. Suicide Ideation
Pada tahapan ini merupakan proses kontemplasi dari suicide, atau
sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan,
bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila
tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien
pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati.
2. Suicide Intent
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan
yang konkrit untuk melakukan bunuh diri.
3. Suicide Threat
Pada tahap ini klien mengekpresikan adanya keinginan dan hasrat
yang dalam, bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4. Suicide Gesture
Pada tahap ini klien menunjukan perilaku destruktif yang diarahkan
pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya
tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang
dilakukan umumnya tidak mematikan karena mengalami ambivalensi
kematian. Individu ini masih memiliki kemampuan untuk hidup, ingin
diselamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap
ini dinamakan “crying for help” .
5. Suicide Attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi
individu ingin mati dan tidak mau diselamtkan mislanya minum obat yang
mematikan, namun masih ada yang mengalami ambivalensi.
6. Suicide
Tindakan bunuh diri ini sebelumnya telah didahului oleh beberapa
percobaan bunuh diri sebelumnya. 30 % orang berhasil melakukan bunuh
diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri
sebelumnya. Suicide ini merupakan pilihan terakhir utnuk mengatasi
kesedihan yang mendalam
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga (pelaku rawat). Beberapa hal yang harus dilakukan oleh
perawat adalah mengkaji factor resiko, factor predisposisi, factor
presipitasi, tanda dan gejala, dan mekanisme koping.
a. Faktor Resiko
Faktor resiko dari resiko bunuh diri menurut Townsend (2009)
meliputi beberapa hal yaitu :
1) Status pernikahan
Tingkat bunuh diri untuk orang yang tidak menikah adalah 2 kali
lipat dari orang yang menikah. Sementara itu, orang dengan status
bercerai, berpisah, atau janda memiliki tingkat 4-5 kali lebih besar
dari pada orang menikah ( Jacobs, dkk dalam townsend 2009 )
2) Jenis kelamin
Kecenderungan untuk bunuh diri kini banyak dilakukan oleh
wanita, tetapi tindakan bunuh diri lebih sering sukses dilakukan
oleh pria. Jumlah bunuh diri yang sukses dilakukan pria adalah
sekitar 70 %. Sedangkan wanita 30% ( townsend 2009 )
3) Agama
Dalam sebuah studi yang diterbitkan oleh American journal of
psychiatry, pria dan wanita depresi yang menganggap dirinya
berafiliasi dengan agama cenderung mencoba bunuh diri daripada
rekan-rekan non religious mereka (dervic, dkk.via townsend 2009)
4) Status social ekonomi
Individu dikelas social tertinggi dan terendah memiliki tingkat
bunuh diri lebih tinggi dari pada di kelas menengah ( sadock dan
sadock, 2007 )
5) Etnis
Berkenaan dengan etnisitas, statistic menunjukkan bahwa orang
kulit putih berada di resiko tertinggi untuk bunuh diri diikuti oleh
penduduk asli amerika,orang amerika afrika, hispanik amerika, dan
asia amerika ( pusat nasional statistic kesehatan dalam townsend
2009 )
b. Berikut ini beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam nilai factor
resiko bunuh diri.
No Perilaku dan gejala Rendah Sedang Tinggi
1 Cemas Rendah sedang Tinggi atau panik
2 Depresi Rendah sedang Berat
3 Isolasi-menarik diri Perasaan depresi Perasaan tidak Tidak berdaya,
yang samar, tidak berdaya, putus putus asa,
menarik diri asa, menarik diri menarik diri,
protes pada diri
sendiri
4 Fungsi sehari hari Umumnya baik Baik pada Tidak baik pada
pada semua beberapa semua aktivitas
aktivitas aktivitas
5 Sumber sumber beberapa sedikit Kurang
6 Strategi koping Umumnya Sebagian Sebagian besar
konstruktif konstruktif destruktif
7 Orang penting/dekat beberapa Sedikit atau Tidak ada
hanya satu
8 Pelayanan psikiatri yang Tidak, sikap Ya, umumnya Bersikap negatif
lalu positif memuaskan terhadap
pertolongan
9 Pola hidup Stabil Sedang (stabil Tidak stabil
tak stabil)
10 Pemakai alkohol dan Tidak sering sering Terus menerus
obat
11 Percobaan bunuh diri Tidak, atau yang Dari tidak Dari tidak sampai
sebelumnya tidak fatal sampai dengan berbagai cara
cara yang agak yang fatal
fatal
12 Disorientasi dan Tidak ada sedikit Jelas atau ada
disorganisasi
13 Bermusuhan Tidak atau tidak beberapa Jelas atau ada
sedikit
14 Rencana bunuh diri Samar, kadang Sering Sering dan
kadang ada dipikirkan konstan
pikiran tidak ada kadang kadang dipikirkan
rencana ada ide untuk dengan rencana
merencanakan yang spesifik
c. Factor resiko versi hatton, valente, dan rink (1977 dalam yusuf, dkk, 205
1. Factor predisposisi
a) Factor biologis
Perilaku bunuh diri sangat bersifat familial (keturunan).
Riwayat keluarga tentang perilaku bunuh diri berkaitan dengan
usaha bunuh diri dengan bunuh diri sepanjang siklus hidup dan
diagnosis psikiatri. Transmisi ini terlepas dari transmisi gangguan
kejiwaan. Sebaliknya, perilaku-perilaku bunuh diri tampaknya di
mediasi oleh transimi kecendrungan agresi impulsive, sifat yang
mengarahkan klien ke kecenderungan yang lebih tinggi untuk
bertindak atas pemikiran bunuh diri
b) Factor psikologis
Klien resiko bunuh diri mempunyai riwayat agresi dan
kekerasan, kemarahan, keputusasaan dan rasa bersalah, rasa malu
dan terhina, dan stressor
c) actor social budaya
Durkheim menggambarkan 3 kategori social bunuh diri :
d) Bunuh diri egoistic
Merupakan respon inndividu yang merasa terpisah dan terlepas dari
arus utama masyarakat
e) Bunuh diri altruistic
Individu yang rentan adalah individu yang secara berlebihan
diintegraskan kedalam kelompok. Kelompok ini sering di atur oleh
ikatan budaya, agama, atau politik, dan kesetiaan yang begitu kuat,
sehingga individu bersedia mengorbankan untuk kelompoknya
tersebut
2. Factor presipitasi
Factor pencetus resiko bunuh diri adalah
a. Kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan
hubungan yang berarti
b. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress
c. Perasaan marah atau bermusuhan dimana bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala resiko bunuh diri dapat dinilai dari ungkapan klien
yang menunjukkan keinginan atau pikiran untuk mengakhiri hidup dan
didukung dengan data hasil wawancara dan observasi. Data yang
digunakan adalah data subjektif dan objektif
Data subjektif
Klien mengungkapkan tentang :
1. Merasa hidupnya tak berguna lagi
2. Ingin mati
3. Pernah mencoba bunuh diri
4. Mengancam bunuh diri
5. Merasa bersalah, sedih, marah, putus asa, tidak berdaya
2. Data objektif
Data objektif resiko bunuh diri adalah :
1. Ekspresi murung
2. Tak bergairah
3. Banyak diam
4. Ada bekas percobaan bunuh diri
Tanda dan gejala resiko bunuh diri dapat ditemukan melalui
wawancara dengan pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana perasaan klien saat ini?
2. Bagaimana penilaian klien terhadap dirinya?
3. Apakah klien mempunyai pikiran ingin mati?
4. Berapa sering muncul pikiran ingin mati?
5. Kapan terakhir berpikir ingin mati?
6. Apakah klien pernah mencoba melakukan percobaan bunuh
diri? lakukannya?Sudah berapa kali? Kapan terakhir
melakukannya? Dengan apa klien melakukan percobaan bunuh
diri? apa yang menyebabkan klien ingin melakukan percobaan
bunuh diri?
7. Apakah saat ini masih terpikir untuk melakukan perilaku
bunuh diri.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Pohon masalah

Diagnosis : Resiko bunuh diri berhubungan dengan Harga diri rendah

3. Perencanaan
Perencanaa meliputi penentuan diagnosisi keperawatan, tujuan dan
intervensi keperawatan. Beberapa kemungkinan diagnosis keperawata pada
keadaan gawat darurat adalah sbg berikut :
Dorongan yang kuat untuk bunuh diri sehubungan dengan alam perasaan
depresi
a. Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan ketidakmampuan
menangani setress, perasaan bersalah.
b. Koping yang tidak efektif sehubungan dengan keinginan bunuh diri
sebegai pemecah masalah.
c. Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan keadaan kerisis yang tibab
tiba (dirumah, komuniti)
d. Isolasi social sehubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang
menurun
e. Gangguan konsep diri: perasaan tidak berharga sehubungan dengan
kegagalan
Perencanaan
Diagnosis
Tujuan
Keperawatan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
(TUK/TUM)
Dx 1 Resiko bunuh TUM Pasien menunjukkan Bina hubungan salaing Kepercayaan dari
diri : Ancaman atau Pasien tidak tanda tanda percaya percaya dengan prinsip pasien merupakan hal
percobaan bunuh mencederai diri kepada perawat melalui: komunikasi terapeutik : yang akan
diri sendiri atau tidak a. Ekpresi wajah 1. Sapa pasien dengan memudahkan perawat
melakukan bunuh bersahabat nama baik verbal dalam melakukan
diri b. menunjukan rasa maupun non verbal pendekatan
TUK 1 : senang 2. Perkenalkan diri keperawatan atau
Pesien dapat c. ada kontak mata dengan sopan intervensi selanjutnya
membina hubungan d. mau bejabat tangan 3. Tanya nama lengkap terhadap pasien
saling percaya. e. mau menyebutkan pasien dena nama
f. mau menjawab panggilan yang disukai
salam 4. Jelaskan tujuan
g. mau duduk pertemuan
berdampingan 5. Jujur dan menenpati
dengan perawat janji
h. mau mengutarakan 6. Tunjukan sikap empati
masalah yang dan menerima pasien
dihadapi apa adanya
7. Berikan perhatian
kepada pasien dan
perhatikan kebutuhan
dasar
TUK 2 : Kriteria evaluasi : 1. Jauhkan pasien dari Pasien tidak
Pasien dapat Pasien dapat terlindung benda benda yang melakukan tindakan
terlindng dari dari prilaku bunuh diri, membahayakan percobaan bunuh diri
perilaku bunuh diri 2. Tempatkan pasien di
ruangan yang tenan dan
selalu dilihat oleh
perawat
3. Awasi pasien secara
ketat setiap saat

Dx 2 : TUK 1 Pasien tetap dalam 1. Mendiskusikan cara Pasien tidak


Resiko bunuh diri : Pasien perlindungan keadaan aman dan mengatasi keinginan melakukan tindakan
isyarat bunuh diri dari lingkungannya selamat bunuh diri, yaitu dengan percobaan bunuh diri
meminta bantuan dari
keluarga atau teman

TUK 2 Pasien mampu 1. Memberi kesempatan Penguatan


Pasien dapat meningkatkan harga pasien untuk (reinformence) positif
meningkatkan harga dirinya mengungkapkan akan meningkatkan
dirinya perasaan nya harga diri pasien
2. Berikan pujian bila
pasien dapat
meningkatkan perasaan
positif
3. Meyakinkan bahwa
pasien bahwa dirinya
penting

TUK 3 Pasien mampu 1. Mendiskusikan dengan Pasien tidak mencoba


Meningkatkan menggunakan cara pasien cara melakukan tindakan
kemampuan pasien penyelesaian yang baik menyelesaikan bunuh diri
dalam memecahkan masalahnnya
masalah 2. Mendiskusikan dengan
pasien tentang
efektivitas tiap tiap cara
penyellesaian masalah
tersebut
3. Mendiskusikan dengan
pasien cara
menyelesaikan masalah
yang lebih baik
TUK 4 : Pasien mampu 1. Mendiskusikan dengan Meningkatkan
Meningkatkan menyusun rencana pasien tentang harapan kepercayaan diri dan
kemampuan masadepan pasien harapan pasien serta
menyusun rencana 2. Mendiskusikan cara mencegah perilaku
masadepan cara mencapai masa destruktif diri
depan
3. Melatih pasien langkah
langkah kegiatan
mencapai masa depan
4. Mendiskusikan dengan
pasien efektifitas
masing masing kegiatan
mencapai masa depan
TUK 5 : Keluaraga mengetahui 1. Mengajarkan keluarga Meningkatkan peran
Meningkatkan tanda dan gejala tentang tanda dan gejala keluarga dalam
pengetahuan dan bunuhdiri serta bunuh diri yang muncul merawat pasien di
kesiapan keluarga perawatannya terhhadap pada pasien dan tanda rumah
dalam merawat anggota keluarga denga gejala yang umunya
pasien dengan resiko bunuh diri muncul pada pasien
resiko bunuh diri beresiko bunuh diri
2. Mengajarkan cara
melindungi pasien dari
bunuh diri seperti :
a. Mendiskusikan cara
yang dapat
dilakukan jika
pasien
memperlihatkan
tanda dan gejala
bunuh diri
b. Memberikan tempat
aman
c. Menjauhkan barang
barang yang
berpotensi
digunakan untuk
bunuh diri
d. Senantiasa
melakukan
pengawasan
3. Mengajarkan keluarga
tentang hal hal yang
dapat dilakukan apabila
pasien melakukan
percobaan bunuh diri,
yaitu :
a. Mencari bantuan
pada tetangga sekitar
atau pemuka
masyarakat
b. Segera membawa
pasien kerumah sakit
atau puskesmas
untuk
mendapatkanpenana
gana medis
4. Membantu keluarga
mencari rujukan fasilitas
kesehatan yang tersedia
bagi pasien dengan cara :
a. Memberikan
informasi tentang
nomor telepon
darurat tenaga
kesehatan
b. Menganjurkan
keluarga untuk
mengantarkan pasien
berobat/control
secara teratur
c. Menganjurkan
pasien membantu
pasien meminum
obat sesuai prinsip 5
benar
4. Evaluasi
a. Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan
bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan
pasien yang tetap aman dan selamat.
b. Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan
percobaan bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai
dengan kemampuan keluarga berperan serta dalam melindungi
anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
c. Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan
asuhan keperawatan ditandai dengan hal berikut.
d. Pasien mampu mengungkapkan perasaanya.
e. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya.
f. Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
g. Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan
keluarga dalam merawat pasien dengan risiko bunuh diri, sehingga
keluarga mampu melakukan hal berikut.
1) Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh
diri.
2) Keluarga mampu memperagakan kembali cara-cara melindungi
anggota keluarga yang berisiko bunuh diri.
3) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia
dalam merawat anggota keluarga yeng berisiko bunuh diri.
Daftar Pustaka
Anonymus. 2002. Pelatihan Nasional Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa dan
Komunikasi Terapeutik Keperawatan. Makalah tidak dipublikasikan. Malang: Tim
PPNI RS Jiwa DR Radjiman Wediodiningrat.

DepKes RI. 2000. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa I: Keperawatan Jiwa
Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta. Keliat, B.A. 2004. Keperawatan Jiwa:
Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.

Malieq. 2007. http://malieq.wordpress.com /

Anda mungkin juga menyukai