Oleh :
AFIFAH MEIZAYANI
P0 5120317 003
Mengetahui,
(______________________) (______________________)
A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay, 2008).
B. ETIOLOGI
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
D. POHON MASALAH
Regimen Terapeutik
Inefektif
Koping Keluarga
Berduka Disfungsional
Tidak Efektif
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
d. Pendidikan kesehatan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil yang ditemukan pada pasien dengan Skizofrenia benupa abnormalitas otak
seperti atrofi lobus temporal, pembesaran ventrikel dengan rasio ventrikel-otak
meningkat yang dapat dihubungkan dengan derajat gejala yang dapat dilihat.
2. Magnetie Resorance Imaging (MRI)
MRI dapat memberi gambaran otak tiga dimensi, dapat memperlihatkan gambaran
yang lebih kecil dari lobus frontal rata-rata, atrofi lobus temporal (terutama
hipokampus, girus parahipokampus, dan girus temporal superior).
Alat ini dapat mengukur aktivitas metabolik dari area spesifik otak dan dapat
menyatakan aktivitas metabolik yang rendah dari lobus frontal, terutama pada area
prefrontal dari korteks serebral,
Alat yang dapat memetakan aliran darah dan menyatakan intensitas aktivitas pada
daerah otak yang bervariasi.
Alat yang dapat menunjukkan respon gelombang otak terhadap ransangan yang
bervanasi disertai dengan adanya respons yang terhambat dan menurun, kadang-
kadang di lobus frontal dan sistem limbik.
7. Electroensephalogmam (EEG)
A. DATA PENGKAJIAN
Menurut Keliat (2014) data perilaku kekerasan dapat diperolah melalui
observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini:
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengarupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda /orang lain
10. Merusak barang atau benda
11. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan.
B. MASALAH KEPERAWATAN
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada perilaku
kekerasan yaitu :
1. Perilaku Kekerasan.
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
3. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
4. Harga diri rendah kronis.
5. Isolasi sosial.
6. Berduka disfungsional.
7. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
8. Koping keluarga inefektif.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
mengidentifikasi 4.1. Kien dapat mengungkapkan perilaku perilaku kekrasan yang biasa dilakukan klien perilaku kekerasan an biasa dilakukan
4.2.1 Bantu klien bermain peran sesuai denga
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Untuk mengetahui perilaku kekerasan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
kekerasan yang 4.2. Klien dapat bermain peran dengan yang biasa dilakukan dan dengan
4.3.1 Bicarakan dengan klien apakah dengan cara
biasa dilakukan perilaku kekerasan yang biasa bantuan perawat bias membedakan
yang klien lakukan masalahnya selesai?
dilakukan. perilaku konstruktif dan destriktif
4.3. Klien dapat mengetahui cara yang biasa Dapat membantu klien menemukan
dapat menyelsaikan maslah atau tidak. cara dalam menyelesaikan masalah
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Rasionalisasi
5. Kien dapat Setelah 3 x interaksi 5.1.1 Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien Membantu klien untuk menilai perilaku
mengidentifikasi 5.1. Klien dapat 5.1.2 Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan kekerasan yang dilakukannya
akibat perilaku menjelaskan oleh klien Dengan mengetahui akibat perilaku
kekerasan akibat dari cara 5.1.3 Tanyakan pada klien apakah dia ingin mempelajari cara kekerasan diharapkan klien dapat
yang digunakan baru yang sehat merubah perilaku deskruptif menjadi
klien konstruktif
Agar klien dapat mempelajari cara
yang klien konstruktif
6. Klien dapat Setelah 4x interaksi 6.1.1 Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara Dengan mengidentifikasi cara yang
mengidentifikasi 6.1 Klien dapat baru yang sehat konstruktif dalam merespon
cara konstruksi melakukan cara 6.1.2 Berikan pujian bila klien mengetahui cara lain yang sehat terhadap kemarahan dapat
dalam merespon berespon terhadap 6.1.3 Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat : membantu klien menemukan cara
terhadap kemarahan secara a. Secara fisik tarik nafas tarik nafas dalam jika sedang yang baik untuk mengurangi
kemarahan konstruktif kesal/memukul bantal kasur atau olahraga atau pekerjan kejengkelannya sehingga klien tidak
yang memerlukan tenaga stress lagi
b. Secara verbal katakana bahwa anda sedang kesal/jengkel Reinforcement positifsdapat
(saya kesal anda berkata seperti itu, saya marah karena memotivasi klien dan meningkatkan
mama tidak memenuhi keinginan saya) harga dirinya
c. Secara social lakukan dalam kelompok cara-cara marah Berdiskusi dengan klien untuk
yang sehat : latihan asumtif, latihan manajemen, perilaku memilih carayang lain sesuai dengan
kekerasan kemampuan klien
d. Secara spritual anjurkan klien sembahyang, berdoa/ibadah
lain : meminta kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Rasionalisasi
7. Klien dapat Setelah pertemuan 4 dengan 7.1.1 Bantu klien memilih cara yang paling Memberikan stimulasi kepada
mendemostrasikan cara perawat, klien dapat: tepat untuk klien klien untuk menilai respon
mengontrol kekerasan 7.1. mendemontrasikan cara perilaku kekerasan secara cepat
mengontrol perilaku kekerasan 7.1.2 Bantu klien menngidentifikasi manfaat
o Fisik tarik nafas dalam, cara yang dipilih Membantu klien dalam membuat
olah raga, menyiram keputusan terhadap cara yang
tanaman 7.1.3 Bantu klien untuk menstimulasi cara tepat dipilihnya dengan melihat
o Verbal : mengatakannya tersebut (role play) manfaat
secara langsung dengan
tidak menyakiti 7.1.4 Beri reinforcementpositif atau Agar klien mengetahui cara
o Spritual : Sembahyang, keberhasilan klien menstimulasi cara marah yang konstruktif
berdoa, atau ibadah klien tersebut
Pujian dapat meningkatkan
7.1.5 Anjurkan klien untuk menggunakan motivasi dan harga diri klien
cara yang telah dipelajari saat jengkel
atau marah Agar klien dapat melaksanakan
cara yang dapat dipihnya jika ia
sedang kesal /jengkel
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Rasionalisasi
8. Klien SEtelah 2 kali interaksi 8.1.1 Identifikasi kemampuan keluarga merawat Kemampuan keluarga dalam
mendapatkan 8.1. Keluraga klien dapat : klien dari sikap apa yangtelah dilakukan mengidentifikasi dan memungkinkan
dukungan o Menyebutkan cara keluarga terhadap klien selama ini keluarga untuk melakukan penilaian
keluarga dalam merawat klien yang terhadap perilaku kekerasan
mengontrol berperilaku 8.1.2 Jelaskan peran serta keluarga dalam
perilaku kekerasan kekerasan merawat klien. Meningkatkan pengetahuan
o Mengungkapkan rasa keluarga tentang cara merawat klien
puas dalam merawat 8.1.3 Jelaskan cara-cara merawat klien : sehingga keluargaterlihat dalam
klien Terka : dengan cara mengnontrol perawatan kllien
perilaku marah secara konstruktif
Sikap tenang, bicaratenagdan jelas Agar keluarga dapat merawat klien
Membantu klien mengenal penyebab dengan perilaku kekerasan
marah
Agar keluarga dapat mengetahui
8.1.4 Bantu keluar mendemonstrasikan cara cara merawat klien melalui
merawat klien demonstrasi yang dilihat keluarga
secara langsung
8.1.5 Bantu keluarga menngungkapkan
perasaannya setelah melakukan demonstrasi Mengeksplorasi perasaan keluarga
setelah melakukan demonstrasi
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Rasionalisasi
9. Klien dapat menggunakan Setelah 5 kali interaksi, klien 91.1 Jelaskan obat-obat yang Klien dan keluarga dapat mengetahui
obat-obatan yang diminum dapat; dimunum klien pada klien dan nama-nama obat yang diminum oleh
dan kegunaannya (jenis, 9.1 Menyebutkan obat-obatan keluarga klien
waktu, dosis dan efek) yang diminum dan
9.1.2 Diskusikan manfaatminum Klien dan keluarga dapat mengetahui
kegunannya (jenis,waktu,
obatdan kerugian berhenti kegunaan obat yang dikonsumsi klien
efek).
minum obattanpa seijin dokter
Klien dan keluarga mengetahui prinsip
9.2 Klien dapat minum obat
9.2.1 Jelaskan prinsip benar minum benar agar tidak terjadi kesalahan
sesuai program
obat, baca nomor yang tertera dalam mengkonsumsi obat
pengobatan
pada botol obat, dosis obat,
Klien dapat memiliki kesadaran
waktu dan cara minum)
pentingnya minum obatdan bersedia
9.2.2 Ajarkan klien minta obat dan minum obat dengan kesadaran sendiri
minum tepatwaktu
Mengetahui efek samping sendiri sedini
9.2.3 Anjurkan klien melaporkan mungkin sehingga tindakan dapat
pada perawatatau dokter jika dilakukan sesegera mugkin untuk
merasakan efek yang tidak menghidari komplikasi
menyenangkan
Reinforcement positifdapat memotivasi
9.2.4 Beri pujian jika klien minum keluarga dan klien serta dapat
obatdengan benar meningkatkan harga diri
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Magelang: RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Magelang.
Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Dwi, A. S., & Prihantini, E. 2014. Keefektifan Penggunaan Restrain terhadap Penurunan
Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , 138-
139.
Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Jenny, M., Purba, S. E., Mahnum, L. N., & Daulay, W. 2008. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.