Anda di halaman 1dari 4

2c. Saraf apa yang menghubungkan reseptor dengan pusat indra?

Saraf sensorik yaitu sel saraf yang berfungsi menerima dan menghantar impuls atau
rangsangan dari reseptor (alat indera) ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum
tulang belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf
asosiasi (intermediet). Sistem sensoris menempatkan atau memungkinkan individu berinteraksi
atau berhubungan dengan lingkungannya. Setiap sensasi yang diterima tergantung pada kuatnya
stimulasi yang diterima oleh reseptor atau target organ. Sel saraf sensoris disebut juga sel saraf
indera, karena berfungsi membawa rangsangan (impuls) dari indera ke saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang).
Berikut jalannya proses sensori hingga di persepsikan : Rangsangan => reseptor => saraf
sensori => sumsum tulang belakang dan otak => saraf motoris => efektor => persepsi. Proses kerja
sistem syaraf sensorik ada yang langsung dan ada yang tidak langsing menuju ke otak untuk
dipersepsikan menjadi gerak. Kerja utama dari sistem saraf yang berfungsi menghantarkan impuls
listrik yang terbentuk Setiap neuron terdiri dari akibat adanya suatu stimulus (rangsang).
Rangsangan datang dari bagian luar tubuh yang kemudian diterima oleh alat indra. Berbagai
informasi yang di dapat oleh bagian dari ujung saraf pada alat indra kita akan dirubah menjadi
sebuah impuls,yang wujudnya seperti aliran listrik yang sangat lemah.Impuls kemudian akan
diteruskan oleh bagian saraf sensorik menuju kebagian saraf pusat.
3a. Jelaskan bagaimana proses kerja indra sakit!

Perjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis kompleks yang disebut sebagai
nosiseptif (nociception) yang merefleksikan empat proses komponen yang nyata yaitu transduksi,
transmisi, modulasi dan persepsi, dimana terjadinya stimuli yang kuat diperifer sampai
dirasakannya nyeri di susunan saraf pusat (cortex cerebri).Dimana Nyeri berdasarkan
mekanismenya melibatkan persepsi dan respon terhadap nyeri tersebut. (McGuire & Sheilder,
1993;Turk & Flor, 1999). Keempat proses tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

Transduksi/Transduction
Transduksi adalah adalah proses dari stimulasi nyeri dikonversi ke bentuk yang dapat diakses oleh
otak (Turk & Flor,1999) atau Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal
pada ujung saraf. Proses transduksi dimulai ketika nociceptor (reseptor yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri) teraktivasi yaitu oleh suatu stimuli kuat (noxion stimuli)seperti tekanan
fisik kimia, suhu dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf
perifer (nerve ending) atau organ-organ tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini,
golgi mazoni). Aktivasi reseptor ini (nociceptors) merupakan sebagai bentuk respon terhadap
stimulus yang datang seperti kerusakan jaringan.Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma
pembedahan atau trauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah
yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor-reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat-zat
mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini
dikenal sebagai sensitisasi perifer.
Transmisi/Transmission
Transmisi adalah serangkaian kejadian-kejadian neural yang membawa impuls listrik melalui
sistem saraf ke area otak. Proses transmisi melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat
saraf berdiameter kecil ke sedang serta yang berdiameter besar (Davis, 2003). Saraf aferen akan
ber-axon pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui
sistem contralateral spinalthalamic melalui ventral lateral dari thalamus menuju cortex serebral
dimana proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses transduksi melalui
serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis, dimana impuls tersebut mengalami
modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus spino-thalamicus dan sebagian ke traktus
spinoretikularis. Traktus spinoretikularis terutama membawa rangsangan dari organ-organ yang
lebih dalam dan viseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi.
Selain itu juga serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron dengan saraf-saraf
berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus dan somatosensoris
di cortex cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.

Modulasi/Modulation
Proses modulasi mengacu kepada aktivitas neural dalam upaya mengontrol jalur
transmisi nociceptor tersebut (Turk & Flor, 1999). Proses modulasi melibatkan system neural
yang komplek. Ketika impuls nyeri sampai di pusat saraf, transmisi impuls nyeri ini akan
dikontrol oleh system saraf pusat dan mentransmisikan impuls nyeri ini ke bagian lain dari sistem
saraf seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan ditransmisikan melalui saraf-saraf
descend ke tulang belakang untuk memodulasi efektor. Proses perubahan transmisi nyeri yang
terjadi di susunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem
analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu
posterior medulla spinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik
endogen (enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada kornu
posterior medulla spinalis. Dimana kornu posterior sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk
menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi
nyeri sangat subjektif pada setiap orang.
Persepsi/Perception
Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi, transmisi dan modulasi yang
pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang
diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks sebagai diskriminasi dari sensorik.Persepsi
adalah proses yang subjective(Turk & Flor, 1999). Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan
dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja (McGuire & Sheildler, 1993), akan tetapi juga
meliputi cognition(pengenalan) dan memory (mengingat) (Davis, 2003). Oleh karena itu, faktor
psikologis, emosional, dan berhavioral (perilaku) juga muncul sebagai respon dalam
mempersepsikan pengalaman nyeri tersebut. Proses persepsi ini jugalah yang menjadikan nyeri
tersebut suatu fenomena yang melibatkan multidimensional.

Anda mungkin juga menyukai