Anda di halaman 1dari 6

RQA 6

ONE GENE ONE POLYPEPTIDE HYPOTHESIS


Archibald E. Garrod (1902) menyatakan bahwa "Kesalahan bawaan Metabolisme"
berkaitan dengan kelainan fisiologis bahwa ada hubungan antara gen dan enzim. Penelitian genetik
kemudian berkaitan dengan hubungan antara gen dan enzim menemukan suatu konsep "hipotesis
satu gen satu enzim" setelah itu direvisi menjadi "hipotesis satu gen satu polipeptida".

Hipotesis Satu Gene Satu Enzim


A.E Garrod mengindikasikan hubungan antara gen dan enzim disebut alkaptonuria.
Alkaptonurics menderita arthritis dan menghasilkan urin yang berubah hitam pada paparan udara.
Mereka mengekskresikan urin dalam jumlah besar asam homogentisat setiap hari. Hal ini karena
blok biokimia dalam proses metabolisme. Individu normal dapat memetabolisme asam
homogentisat untuk produk pecahan, tetapi suatu alkaptonurics tidak bisa. Oleh karena itu Garrod
menyarankan bahwa alkaptonurics harus kekurangan enzim yang dimetabolisme oleh asam
homogentisat. Kelainan akibat reaksi biokima antara lain Sindrom Lesh-Nyhan, dan Penyakit Tay
Sachs.

(Reaksi biokimia yang terkait dengan alkaptonuria)

Berdasarkan hasil penelitian George W Beadle dan Edward Tatum L. menemukan rumus
terkenal untuk menunjuk hubungan sebagai "hipotesis satu gen-satu enzim”. Rumus menjelaskan
bahwa sintesis enzim dikendalikan oleh gen.

Salah satu percobaan, konidia N. crassa terkena mutagen seperti sinar x atau sinar
ultraviolet. Berbagai mutan kemudian diisolasi setelah pemaparan. Masing-masing mutan hanya
dapat berhasil untuk tumbuh pada medium minimal yang diberi suplemen nutrisi tertentu yang
dibutuhkan. Setiap mutan tidak dapat mensintesis nutrisi karena reaksi biokimia yang telah
diblokir. langkah penyumbatan tertentu dari reaksi biokimia yang disebabkan oleh kurangnya
enzim khusus yang diperlukan karena efek dari mutasi gen mengendalikan sintesis enzim.
Berdasarkan hasil penelitian mereka menyatakan hubungan antara gen dan enzim hipotesis.

G.W. Beadle dan Boris Ephrussi juga melakukan penelitian eksperimental pada Drosophila
dan Diptera lain. Implantasi dari larva merah (v) ditransplantasikan ke dalam larva wild type(+)
akan mengembangkan mata wild type, dikarenakan difusi zat tertentu dari jaringan di sekitarnya
mendukung pigmen wild type. Impantasi dari larva merah (v) ditransplanstasikan menjadi larva
cinnabar(cn) mengembangkan mata wid type itu diusulkan bahwa zat tertentu yang dibutuhkan
dari jaringan cinnabar masuk ke dalam implan merah memproduksi mata wild type. Di sisi lain,
implan dari cinnabar (cn) ditransplantasikan menjadi larva merah (v ) akan terus menerus
mengembangkan mata cinnabar, karena tidak ada zat tertentu yang diperlukan dari jaringan merah
(vermilion) masuk ke dalam implan cinnabar memproduksi mata wild type. Eksperimen
transplantasi mengindikasikan bahwa pada sintesis pigmen mata penghentian proses biokimia
menghasilkan pigmen mata merah terang terjadi sebelum penghentian proses biokimia yang
menghasilkan pigmen mata cinnabar.

Hipotesis Satu Gen Satu Polipeptida


James V. Need dan E.A Beet (1949) mengemukakan mengenai penyakit sickle-cell anemia
diakibatkan oleh gen mutan yang homozigot pada individu dengan sickle-cell anemia, tetapi
heterozigot pada carrier. Peneliti lain mengamati hemoglobin normal seseorang dan sickle-cell
anemia dapat dibedakan dengan jelas dengan membedakan kebiasaan mereka pada medan elektrik.
hemoglobin seseorang carrier terdiri dari campuran sel normal dan sickle-cell hemoglobin dalam
jumlah hampir sama.

Bagaimanapun gen harus menentukan urutan asam amino polipeptida. Banyak protein lain
dan enzim (meskipun tidak semua) yang terdiri dari dua atau lebih rantai polipeptida yang dikode
oleh gen yang berbeda pula. Setiap gen memiliki fungsi tunggal saja, yaitu kode untuk satu
polipeptida. Sarin (1985) menjelaskan bahwa protein terdiri lebih dari satu jenis polipeptida,
masing-masing polipeptida yang disintesis secara individual di bawah kendali gen yang terpisah,
dan setelah sintesis setiap polipeptida akan membentuk protein akhir.

GEN MENGENDALIKAN SIFAT :


TIAP SIFAT DIKENDALIKAN OLEH BEBERAPA GEN
1.2 Contoh pada Neurospora crassa dan ragi
Letak gen – gen thi maupun gen-gen arg. (arginine), dan lainnya tersebar di beberapa
kromosom berbeda.

1.3 Contoh pada D. melanogaster


Pemetaan locus-locus gen menunjukkan bahwa berbagai sifat tertentu dikendalikan oleh
gen-gen yang tersebar pada kromosom berbeda.
Sifat warna tubuh :
1. Pada kromosom I : y + , y, s + , s;
2. Pada kromosom II :b +, b:
3. Pada kromosom III : e + , e.
Sifat warna mata:
1. Pada kromosom I : w +, w, v + , v, car + , car;
2. Pada kromosom II : pr + ,pr; bw + , bw ;
3. Pada kromosom III : se + ,se,st+, st, ca+, ca
Sifat mata (licin atau kasar):
1. pada kromosom 1 (ec+, ec),
2. kromosom III (ru +, ru, ro +, ro)
1.4 Contoh pada manusia
Enzim lactasedehidrogenase pada manusia dikendalikan pembentukannya oleh gen-gen
yang terdapat pada lokus di kromosom 11 dan 12. Dikelompokan menjadi 5 isozyme
yang terdiri dari macam polypeptide (A dan B), ke-5isozyme itu adalah :
1. isozyme 1 ( LHD1) : 4 polipeptida B (B4)
2. isozyme 2 ( LHD2 ) : 1 polipeptida A dari 3 polipeptida B (AB3)
3. isozyme 3 ( LHD3) : A2B2
4. isozyme 4 ( LHD4 ) : A3B1
5. isozyme 5 ( LHD5) : A4
1.5 Contoh lain yang berkenaan dengan multienzym complex
Multienzym complex merupakan kelompok enzim yang mengkatalisir tahapan
reaksi biokimia pada proses metabolism. Multienzym complex dapat dikendalikan oleh
gen-gen yang letaknya tersebar dan yang tidak tersebar. Contoh yang dikendalikan gen
tidak tersebar adalah enzim yang berperan dalam proses biosintesis histidin oleh ragi.
Contoh yang dikendalikan oleh gen yang tersebar adalah enzim yang berperan dalam
biosintesis tryptophan oleh Neurospora crassa

INFORMASI LAIN TENTANG GEN MENGENDALIKAN SIFAT MAKHLUK HIDUP


KONSEP INTERAKSI
Sifat tertentu dikendalikan lebih dari 1 gen mengakibatkan interaksi antar gen (antar lokus) pada
tingkat fenotip. Interaksi antar gen ini dibedakan menjadi 2, yaitu interaksi epistasis (gen-gen
mengendalikan pembentukan polipeptida dari enzim pada satu urutan reaksi biokimia yang sama
mengarah pada terwujudnya sifat fenotip) dan interaksi nonepistasis (gen-gen mengendalikan
pembentukan polipeptida dari enzim pada urutan reaksi biokimia berbeda tetapi mengarah pada
terwujudnya sifat fenotip).

a. Pleiotropi

Pleiotropi merupakan efek fenotip dari suatu gen lebih dari satu macam atau suatu gen pada makhluk
hidup yang mengendalikan lebih dari satu sifat atau kemampuan. Contoh gen dengan efek Pleiotropi
adalah gen yang bertanggungjawab atas kelainan phenyl-ketonuria (PKU). Efek pada individu dengan gen
ini adalah tidak mampu membuat tirosin dan phenylalnine. Sehingga individu tersebut mengalami
akumulasi phenylalanine dalam darah, mempunyai ukuran tengkorak yang tidak normal, IQ rendah serta
warna rambut pucat. Pleiotropi dapat dirangkum menjadi tiga pola pengendalian sifat atau kemampuan
(fenotop) oleh gen.

b. Pengaruh Modifier Gene

Modifier Gene adalah gen yang mengubah ekspresi fenotip suatu gen dengan lokus yang berbeda.
Adanya pengaruh dari Modifier Gene ini ditandai dengan munculnya bercak putih pada bulu marmot, bulu
tikus, sapi serta pada manusi gen yang mengendalikan sifat atau kemampuan mengecap senyawa
phenylthiocarbomide (PTC), tenyata ekspresinya dipengaruhi modifier gene. Gen-gen yang tergolong
modifier gene merupakan kelompok gen dengan efek bersifat kualitatif. Maka sulit untuk menganalisis
gen-gen yang menjadi komponen dalam kelompok itu. Mengenai pengaruh modifier gene menunjukkan
adanya sifat atau kemampuan (fenotip) tertentu yang dikendalikan oleh lebih dari satu gen, disamping
dikendalikan oleh gen tertentu yang bersangkutan, dipengaruhi pula oleh gen lain yang letaknya pada
lokus yang berbeda.

TIAP SIFAT ATAU KEMAMPUAN (FENOTIF) DIKENDALIKAN OLEH BERAPA GEN?

a. Komposisi Protein Enzim

Dalam suatu protein enzim, macam dan jumlah polipeptida bebeda-beda. Ada protein enzim yang
tediri dari satu polypeptide da nada pula yang tersusun dua atau lebih polypeptide. Protein enzim dengan
satu polipeptida maka macam polipeptida hanya satu. Jika protein enzim tersusun atas dua atau lebih
polipeptida, maka macam polipeptida mungkin hanya satu macam atau lebih dari satu macam (tidak
seragam). Sehubungan dengan protein yang menjadi enzim, strukturnya harus beruap struktur tertier
atau kuarter.

b. Hubungan antara Reaksi Biokimia dalam Sel Sifat atau Kemampuan Fenotip

Reaksi biokimia saling berhubungan dengan reaksi enzimatis, reaksi biokimia sel harus dikatalisir oleh
enzim. Dalam suatu reaksi membutuhkan lebih dari satu buah enzim, dan dari suatu rangkaian reaksi akan
menghasilkan produk. Sehingga untuk dihasilkan suatu produk, perlu adanya banyak enzim apabila setiap
enzim bekerja secara spesifik pada tiap reaksi. Produk reaksi biokimia dalam sel adalah sifat atau
kemampuan fenotip. Sehingga reaksi biokimia berhubungan erat dengan sifat atau kemampuan (fenotip).
karena sifat atau kemampuan itu adalah produk dari reaksi biokimia dalam sel.

c. Tiap Sifat atau Kemampuan (Fenotip) Makhluk Hidup Dikendalikan oleh Banyak Gen

Sifat atau kemampuan (fenotip) merupakan hasil interaksi antara gen (pada lokus berbeda) pada
mekanisme ekspresinya. Suatu sifat atau kemampuan (fenotip) apapun sebenarnya tidak hanya
ditentukan oleh ekspresi gen-gen (pada lokus yang berbeda) yang saling berinteraksi, akan tetapi
ditentukan pula oleh kondisi lingkungan (internal maupun eksternal) yang meliputi seluruh proses
ekspresi gen-gen tersebut. Peristiwa transkripsi dan translasi yang merupakan proses rumit secara teknis
merupakan rangkaian reaksi biokimia tersendiri, protein berubah menjadi enzim juga tergolong reaksi
biokimia. Berkaitan dengan telaah diatas, jumlah gen yang mengendalikan suatu sifat atau kemampuan
(fenotip), sesungguhnya banyak dan mungkin sangat banyak, atau bahkan tidak ada sifat atau
kemampuan yang hanya dikendalikan satu gen.

TELAAH ULANG ATAS PLEIOTROPI

Pleiotropi merupakan hal wajar dan bukan kasus karena pertimbangan bercabang-cabang reaksi
biokimia pada proses faali. Suatu produk pada suatu tahap reaksi biokimia dapat dilibatkan pada lebih
dari satu rangakaian reaksi biokimia.

a. Antara Pleiotropi dan Sifat atau Kemampuan (Fenotip) yang Dikendalikan oleh Banyak Gen

Pleiotropi dibedakan dari sifat atau kemampuan (fenotip) yang dikendalikan oleh banyak gen. zat
warna kulit kehitaman atau kemampuan membentuk melanin tidak hanya tergantung pada reaksi
biokimia yang mengubah 5,6-quinone menjadi melanin, tetapi juga tergantung pada rangkaian reaksi-
reaksi biokimia sebelumnya, yang mengubah phenylalanine—tyrosine, tyrosine—
dehydroxyphenylalanine, dehydroxyphenylalanine—5,6-quinone. Gen-gen pengendali sintesis
polipeptida menyusun protein enzim phenylalanine dehydroxylase ternyata mengendalikan lebih dari
satu sifat atau kemampuan (fenotip). Kemampuan sel membentuk melanin, asam fumarat, asam aseto
asetat, adrenalin, thyrosine, dll dikendalikan oleh gen-gen tersebut.

PERTANYAAN

1. Bagaimana hubungan dari hipotesis satu gen satu polipeptida?


 James V. Need dan E. A Beet (1949) berpendapat tentang penyakit sickle cell anemia. Bahwa
kekacauan itu disebabkan oleh gen mutan yang bersifat homozigot dengan sickle-cell anemia,
tetapi heterozigot dengan sickle-cell trait. Pada penelitian lain berkaitan dengan hemoglobin
A, Rantai polipeptida alfa dan beta pada hemoglobin A dispesifikasi oleh gen pemisah. Banyak
protein lain dan enzim mengandung dua atau lebih rantai polipeptida yang dikode oleh gen
yang berbeda. Dari hal itu, kemudia timbullah hipotesis satu gen satu polipeptida.
2. Penyakit alkaptonuria disebabkan oleh penurunan enzim, bagaimana proses penurunan enzim
tersebut dapat terjadi?
 Dalam keadaan normal, tubuh akan memecah dua senyawa pembentuk protein (asam
amino), yaitu tirosin dan fenilalanin melalui serangkaian reaksi kimia. Namun dalam kondisi
alkaptonuria, tubuh tidak dapat memproduksi enzim homogentisate oxidase dalam jumlah
cukup. Enzim tersebut dibutuhkan untuk memecah hasil metabolisme tirosin berupa asam
homogentisat. Akibatnya, asam homogentisat menumpuk lalu menjadi pigmen berwarna
hitam atau gelap dalam tubuh, sementara sebagian lainnya dikeluarkan melalui urine.
Ketidakmampuan tubuh menghasilkan enzim homogentisate oxidase disebabkan oleh adanya
mutasi pada gen penghasil enzim tersebut, yaitu gen homogentisate 1,2-dioxygenase (HGD).

Anda mungkin juga menyukai