Kelompok 11/off H
Splicing pada proses transkripsi ekson pada mRNA pengkode gen pada organisme
eukariotik terjadi dalam beberapa cara. Tidak semua transkripsi akan selalu menjadi bagian
dari mRNA eukariotik. Ada beberapa contoh seperti penyambungan ekson transkripsi pada
organisme eukariotik. Dua contoh dari fenomena tersebut terdeteksi pada Drosophila yang
merupakan transkripsi penyambungan ekson gen antennepedia serta ekson trypomyosin gen
(Gardner, 1991) .Contoh lain dari fenomena ini adalah splicing alternatif pada proses
transkripsi ekson dari pengkodean mRNA preprotachykinin pada gen sapi (Klug &
Cummings, 2000). Hal ini dapat dilihat juga bahwa terdapat lebih dari satu polipeptida yang
dihasilkan dari satu molekul prekursor mRNA. Terkait dengan konteks ini, mRNA prekursor
awal akan diproses untuk dipisahkan dua jenis mRNA preprotachykinin. Dua jenis mRNA
preprotachykinin kemudian akan diterjemahkan untuk memproduksi dua jenis protein yang
disebut neuropeptida P dan K. dua jenis neuropeptida adalah komponen pemancar sistem
saraf sensoric yang disebut tachykinin, dan masing-masing komponen memiliki peran yang
berbeda. Neuropeptida P bersifat dominan terutama dalam jaringan saraf, tetapi neuropeptida
K lebih dominan dalam intestinum serta jaringan tiroid (Klug & Cummings, 2000).
Pengecualian dari transkripsi ekson K selama hasil pengolahan dalam mRNA -PPT
yang merupakan hasil terjemahan P neuropeptida, tapi tidak dengan K. sebaliknya,
pengolahan yang meliputi transkripsi P dan K menghasilkan -ekson PDF mRNA, yang pada
hasil translasinya di sintesis dari neuropeptida P dan K.
Faktanya berhubungan dengan lebih dari satu alternatif splicing ekson transkrip
pengkode gen eukariotik mRNA yang dijelaskan, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam
organisme eukariotik masing-masing gen pengkode sebenarnya mengkode lebih dari satu
jenis polipeptida. Dikatakan bahwa splicing dalam proses transkripsi ekson dalam organisme
eukariotik dapat menghasilkan berbagai jenis protein, sehingga ekspresi gen dapat
memberikan suatu kelompok protein yang relatif (Klug & Cummings, 2000).
c. Gen overlapping
Sekarang, telah diketahui bahwa beberapa gen berada di dalam gen lain yang disebut
dengan gen tumpang tindih (overlapping genes) (Tamarin, 1991; Turner et al, 1997; Klug and
Cummings, 2000; Lewin, 2000). Fenomena pertama dari semua fenomena yang terjadi dari
gen overlapping ini dideteksi pada bakteriofage x174. Bakteriofage ini memiliki kromosom
DNA unting tunggal dari 5386 nukleotida. Hal ini sesuai bahwa DNA ini mengkode hanya
1795 asam amino, cukup untuk membentuk lima sampai enam protein. Bagaimanapun
bakteriofage yang kecil ini mampu mensintesis 11 protein dengan tepat dari 2300 lebih asam
amino. Studi perbandingan dari sequens nukleotida DNA dari bakteriofage dalam sequens
asam amino dari sintesis polipeptida telah berhasil dalam mengungkap setidaknya empat
kasus dari inisiasi ganda, sebagai bukti dari gen overlapping (Klug and Cummings, 2000).
Letak yang berhubungan dari sequens koding dari tujuh asam amino dalam bakteriofage
x174.
Ada tujuh gen overlapping (A, A, C, D, E, B, dan K) yang dan terlihat juga bahwa
sequens koding dari polipeptida K dan polipeptida B diinisiasi pada reading frame yang
berbeda, meskipun dua sequens koding sama-sama berada dalam sequens koding polipeptida
A. Meski sequens K berpindah menindih sequens koding yang spesifik di polipeptida C.
Sequens A berada tepat dalam sequens A meski dua sequens sama-sama berakhir pada
nukleotida yang sama, akan tetapi sequens E diinisiasi dalam sequens spesifik polipeptida D.
Dalam hubungannya dengan reading frames dari gen overlapping, merujuk pada
Lewin (2000), ada dua versi yang telah diajukan. Versi yang pertama menyatakan bahwa gengen memiliki reading frame tunggal bersama-sama, namun versi kedua menyatakan bahwa
gen-gen memiliki reading frame yang berbeda. Sekarang, gen overlapping dibentuk juga di
bakteriofage dari GH, SV40, X dan di bakteri seperti E. coli, begitu juga di kromosom
mitokondria (Tamarin, 1991; Klug and Cummings, 2000; Lewin, 2000). Gen overlapping
dilaporkan di E. coli berupa koding ampC untuk polipeptida lactemase dan koding frdC
untuk sebuah polipeptida dari fumarat reduktase. Gen ampC memulai pada bagian dari
koding gen frdC untuk penerjemahan genetik yang terakhir. Dalam konteks ini, terminator
frdC mungkin memiliki peran sebagai pengatur pada transkripsi gen ampC (Tamarin, 1991).
Gen overlapping juga dideteksi pada tikus dengan syarat bahwa kejadian gen
overlapping tidak mutlak sama dengan kejadian yang telah dilaporkan. Ada dua gen
overlapping yang ditemukan pada tikus di DNA berlawanan pada daerah yang sama
(Tamarin, 1991). Gen overlapping pada tikus-tikus tersebut adalah GnRH (gonadothropinreleasing hormone) dan RHspesifik sebuah protein yang fungsinya tidak diketahui dan
diekspresikan di hati.
d. Tidak..setiap..gen..mentranskripsi..mRNA
Pada saat ini umumnya diketahui bahwa tidak setiap gen mentranskripsi mRNA yang
akan diterjemahkan ke prosedur polipeptida. Diketahui bahwa beberapa gen tRNA
menuliskannya, rRNA serta snRNA. Mereka RNA tidak diterjemahkan untuk menghasilkan
apapun, meski polipeptida terlibat langsung dalam sintesis polipeptida. Ada banyak gen
terdeteksi dalam berbagai organisme berfungsi untuk menuliskan begitu banyak jenis tRNA
pasangan dengan kode genetik yang terkait dalam proses penerjemahan. Diperkirakan juga
bahwa ada 60-63 jenis kode genetik (Lewin, 2000). oleh karena itu diperkirakan juga bahwa
ada 60-63 jenis tRNA dan kuantitas gen tRNA yang sama. Ada juga beberapa gen terdeteksi
dalam berbagai organisme berfungsi untuk menuliskan rRNA, meskipun kuantitasnya tidak
begitu banyak seperti kuantitas gen rRNA. Misalnya dalam organisme prokariotik, ada gen
transkrip terpisah rRNA 5S, 16S rRNA, serta 23srRNA, tetapi dalam mamalia ada juga gen
lain transkrip 5SrRNA, 5.8S rRNA dan 28 rRNA. Satu sisi lain, pada organisme eukariotik
ada beberapa gen juga menyalin snRNA.
BAB II
GEN MENGENDALIKAN SIFAT:
TIAP SIFAT DIKENDALIKAN OLEH BEBERAPA GEN
Topik kajian pengendalian sifat:
1.
2.
3.
4.
Warna urin berubah menjadi hitam bila terkena udara dan pada usia tua dapat
mengalami gangguan arthritis.
2. Phenylketonuria
Tidak mampu memproduksi
tyrosin
dari
phenylalanine,
sehingga
jumlah
kelompok gen
a. Contoh sifat yang dikendalikan oleh kelompok yang letaknya tidak tersebar
1) Pada bakteri
Dijumpai pada sifat rangkaian reaksi biokimianya yang dikatalisator oleh
enzim yang dibentuk dalam satu model operon. di dalamnya terjadi reaksi
biokimia dengan melibatkan enzim yang spesifik. Pada operon galactose (gal),
sifat kemampuan E.coli melakukan degradasi galactose tergantung kepada
enzim proteinnya (polipeptida) yang dikendalikan dalam rangkaian operon
galactose. Kode genetic merupakan acuan translasi polipeptida tersebut, yang
terangkai dari mRNA yang bersidat polyseistonik.begitu pula pada proses
degradasi tryptophan pada E.coli. sangat bergantung pada enzim proteinnya
(polipeptida), dibentuk berdasarkan rangkaian mRNA yang ditranskripsikan di
bawah koordinasi gen model operon tryptophan. Fenomena ini jelas
menunjukan sifat tertentu pada makhluk hidup yang dikendalikan oleh
kelompok gen yang letaknya tidak berdekatan (tersebar).
2) Pada jamur
Pada penelitian Gen dan Fink menunjukan adanya kemampuan ragi dalam
melakukan proses biosintesis histidine, kejadian ini tergantung pada 3 enzim
(poipeptida) yang dibentuk berdasarkan acuan kode genetic mRNA yang akan
ditranskripsikan di bawah koordinasi gen pada lokus HIS4. Lokus HIS4
ternyata dibagi lagi menjadi 3, yaitu: HIS4A; HIS4B; dan HIS4C. masingmasing sub HIS tersebut dibagi menjadi 3 gen yang berbeda. Proses
biosintesis histidine dibagi menjadi 3 reaksi biokimia dan disintesis oleh 3
macam enzim (polipeptida), enzim dibentuk atas dasar acuan dari mRNA yang
ditranskripsikan oleh gen HIS4A, B, C. Fenomena ini jelas menunjukan sifat
tertentu pada makhluk hidup yang dikendalikan oleh kelompok gen yang
letaknya tidak berdekatan (tersebar).
3) Pada Drosophila
Proses Drosophila memproduksi pyrimidine dikatalitisr oleh enzim yang
proteinnya (polipeptida) dibentuk mengikuti acuan kode genetika pada locus
rudimenter (r). Locus rudimenter (r) ini adalah contoh dari sejumlah locus
yang dikenal sebagai complex loci pada D. melanogaster. Locus rudimenter (r)
terbagi menjadi 7 bagian (I-VII). Empat bagian (1-IV) sudah terlibat pada
pembentukan protein (polipeptida) enzim yang mengkatalisir tahapan reaksi
biokimia pada proses biosintesis pyrimidine. Fungsi atau peranan bagian lain
gen dalam locus rudimenter (r) belum diketahui. Terlihat adanya sifat atau
kemampuan tertentu pada D. melanogaster yang dikendalikan oleh kelompok
gen yang letaknya tidak tersebar.
4) Contoh pada makhluk hidup eukariotik yang lebih tinggi
Dalam hubungan ini dikenal adanya gen-gen yang berada di locus
histocompatibilitas major yang berperan dalam sistem imunitas tubuh yang
terdapat di tikus dan manusia. Gen-gen pada daerah K dan D betanggung
jawab atas antigen-antigen histocompaibilitas major pada membrane sel. Gengen pada daerah TL bertanggung jawab atas antigen-antigen transplantasi pada
permukaan sel. Berbagai gen daerah I mengendalikan antigen la (komponen
membrane sel limfosit M atau T) gen-gen pada daerah S mengendalikan satu
atau
lebih
protein
penyusun
serum
yang
berperan
mengenal
dan
menghancurkan benda asing. Gen-gen pada lokus Glo bertanggung jawab atas
enzim glyoxalase I. gen padda locus R dan A bertanggung jawab atas antigen
histocompatibilitas major pada membrane sel. Locus C dan D lebih dikenal
sebagai locus minor. Jumlah alela tiap locus :
yang