Anda di halaman 1dari 10

RESUME GENETIKA

Kelompok 11/off H

Hipotesis Satu Gen Satu Enzim


Hipotesis Satu Gen Satu Polipeptida
Penemuan Lain yang Berkaitan dengan Hubungan Antara Gen dan Sintesis Polipeptida
Penemuan mereka terbatas pada tingkat ekspresi gen terutama sampai sintesis
polipeptida.
a. Penyusunan ulang gen
Organisme eukariotik memiliki beberapa mekanisme untuk mengatur ulang segmen
tertentu dari DNA mereka dengan cara yang terkontrol, serta memiliki mekanisme untuk
menambahkan kuantitas gen spesifik bila diperlukan. Contoh DNA yang antara lain
ditemukan dalam Saccharomyces cereviciae, Drosophila, Trypanosoma, serta limfosit B
manusia.
Dalam limfosit B manusia, potensi DNA seperti memungkinkan sel membedakan
untuk menghasilkan berbagai imunoglobulin spesifik (Ayala & Kiger, 1984; Gardner, 1991).
Terkait dengan penataan ulang DNA limfosit B, proses penataan ulang akan menghasilkan
segmen gen yang mengkode rantai ringan serta protein rantai berat immunoglobin tersebut.
Bahkan, penyusunan ulang gen seperti segmen mengambil tempat juga dalam limfosit T.
Penyusunan ulang gen yang terkait dengan ekspresi gen sampai tingkat fenotipik. Di
sisi lain, menurut semua informasi dilaporkan, berasumsi bahwa setiap perubahan fenotipik
harus diproses oleh perubahan terkait polipeptida.
b. Splicing pada proses transkripsi gen mRNA
Gen pengkode mRNA organisme eukariotik dikenal memiliki urutan intervensi tidak
seperti gen organisme prokariotik. Pada kenyataannya tRNA serta gen rRNA juga memiliki
urutan intervensi yang disebut sebagai intron atau urutan non-coding selain ekson sebagai
urutan pengkodean. Gen eukariotik terbentuk dari ekson serta intron. Transkrip intron tidak
seperti mRNA eukariotik yang hanya merupakan transkrip ekson(Gardner,1991).

Splicing pada proses transkripsi ekson pada mRNA pengkode gen pada organisme
eukariotik terjadi dalam beberapa cara. Tidak semua transkripsi akan selalu menjadi bagian
dari mRNA eukariotik. Ada beberapa contoh seperti penyambungan ekson transkripsi pada
organisme eukariotik. Dua contoh dari fenomena tersebut terdeteksi pada Drosophila yang
merupakan transkripsi penyambungan ekson gen antennepedia serta ekson trypomyosin gen
(Gardner, 1991) .Contoh lain dari fenomena ini adalah splicing alternatif pada proses
transkripsi ekson dari pengkodean mRNA preprotachykinin pada gen sapi (Klug &
Cummings, 2000). Hal ini dapat dilihat juga bahwa terdapat lebih dari satu polipeptida yang
dihasilkan dari satu molekul prekursor mRNA. Terkait dengan konteks ini, mRNA prekursor
awal akan diproses untuk dipisahkan dua jenis mRNA preprotachykinin. Dua jenis mRNA
preprotachykinin kemudian akan diterjemahkan untuk memproduksi dua jenis protein yang
disebut neuropeptida P dan K. dua jenis neuropeptida adalah komponen pemancar sistem
saraf sensoric yang disebut tachykinin, dan masing-masing komponen memiliki peran yang
berbeda. Neuropeptida P bersifat dominan terutama dalam jaringan saraf, tetapi neuropeptida
K lebih dominan dalam intestinum serta jaringan tiroid (Klug & Cummings, 2000).
Pengecualian dari transkripsi ekson K selama hasil pengolahan dalam mRNA -PPT
yang merupakan hasil terjemahan P neuropeptida, tapi tidak dengan K. sebaliknya,
pengolahan yang meliputi transkripsi P dan K menghasilkan -ekson PDF mRNA, yang pada
hasil translasinya di sintesis dari neuropeptida P dan K.
Faktanya berhubungan dengan lebih dari satu alternatif splicing ekson transkrip
pengkode gen eukariotik mRNA yang dijelaskan, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam
organisme eukariotik masing-masing gen pengkode sebenarnya mengkode lebih dari satu
jenis polipeptida. Dikatakan bahwa splicing dalam proses transkripsi ekson dalam organisme
eukariotik dapat menghasilkan berbagai jenis protein, sehingga ekspresi gen dapat
memberikan suatu kelompok protein yang relatif (Klug & Cummings, 2000).
c. Gen overlapping
Sekarang, telah diketahui bahwa beberapa gen berada di dalam gen lain yang disebut
dengan gen tumpang tindih (overlapping genes) (Tamarin, 1991; Turner et al, 1997; Klug and
Cummings, 2000; Lewin, 2000). Fenomena pertama dari semua fenomena yang terjadi dari
gen overlapping ini dideteksi pada bakteriofage x174. Bakteriofage ini memiliki kromosom
DNA unting tunggal dari 5386 nukleotida. Hal ini sesuai bahwa DNA ini mengkode hanya
1795 asam amino, cukup untuk membentuk lima sampai enam protein. Bagaimanapun
bakteriofage yang kecil ini mampu mensintesis 11 protein dengan tepat dari 2300 lebih asam

amino. Studi perbandingan dari sequens nukleotida DNA dari bakteriofage dalam sequens
asam amino dari sintesis polipeptida telah berhasil dalam mengungkap setidaknya empat
kasus dari inisiasi ganda, sebagai bukti dari gen overlapping (Klug and Cummings, 2000).
Letak yang berhubungan dari sequens koding dari tujuh asam amino dalam bakteriofage
x174.
Ada tujuh gen overlapping (A, A, C, D, E, B, dan K) yang dan terlihat juga bahwa
sequens koding dari polipeptida K dan polipeptida B diinisiasi pada reading frame yang
berbeda, meskipun dua sequens koding sama-sama berada dalam sequens koding polipeptida
A. Meski sequens K berpindah menindih sequens koding yang spesifik di polipeptida C.
Sequens A berada tepat dalam sequens A meski dua sequens sama-sama berakhir pada
nukleotida yang sama, akan tetapi sequens E diinisiasi dalam sequens spesifik polipeptida D.
Dalam hubungannya dengan reading frames dari gen overlapping, merujuk pada
Lewin (2000), ada dua versi yang telah diajukan. Versi yang pertama menyatakan bahwa gengen memiliki reading frame tunggal bersama-sama, namun versi kedua menyatakan bahwa
gen-gen memiliki reading frame yang berbeda. Sekarang, gen overlapping dibentuk juga di
bakteriofage dari GH, SV40, X dan di bakteri seperti E. coli, begitu juga di kromosom
mitokondria (Tamarin, 1991; Klug and Cummings, 2000; Lewin, 2000). Gen overlapping
dilaporkan di E. coli berupa koding ampC untuk polipeptida lactemase dan koding frdC
untuk sebuah polipeptida dari fumarat reduktase. Gen ampC memulai pada bagian dari
koding gen frdC untuk penerjemahan genetik yang terakhir. Dalam konteks ini, terminator
frdC mungkin memiliki peran sebagai pengatur pada transkripsi gen ampC (Tamarin, 1991).
Gen overlapping juga dideteksi pada tikus dengan syarat bahwa kejadian gen
overlapping tidak mutlak sama dengan kejadian yang telah dilaporkan. Ada dua gen
overlapping yang ditemukan pada tikus di DNA berlawanan pada daerah yang sama
(Tamarin, 1991). Gen overlapping pada tikus-tikus tersebut adalah GnRH (gonadothropinreleasing hormone) dan RHspesifik sebuah protein yang fungsinya tidak diketahui dan
diekspresikan di hati.
d. Tidak..setiap..gen..mentranskripsi..mRNA
Pada saat ini umumnya diketahui bahwa tidak setiap gen mentranskripsi mRNA yang
akan diterjemahkan ke prosedur polipeptida. Diketahui bahwa beberapa gen tRNA
menuliskannya, rRNA serta snRNA. Mereka RNA tidak diterjemahkan untuk menghasilkan
apapun, meski polipeptida terlibat langsung dalam sintesis polipeptida. Ada banyak gen
terdeteksi dalam berbagai organisme berfungsi untuk menuliskan begitu banyak jenis tRNA

pasangan dengan kode genetik yang terkait dalam proses penerjemahan. Diperkirakan juga
bahwa ada 60-63 jenis kode genetik (Lewin, 2000). oleh karena itu diperkirakan juga bahwa
ada 60-63 jenis tRNA dan kuantitas gen tRNA yang sama. Ada juga beberapa gen terdeteksi
dalam berbagai organisme berfungsi untuk menuliskan rRNA, meskipun kuantitasnya tidak
begitu banyak seperti kuantitas gen rRNA. Misalnya dalam organisme prokariotik, ada gen
transkrip terpisah rRNA 5S, 16S rRNA, serta 23srRNA, tetapi dalam mamalia ada juga gen
lain transkrip 5SrRNA, 5.8S rRNA dan 28 rRNA. Satu sisi lain, pada organisme eukariotik
ada beberapa gen juga menyalin snRNA.
BAB II
GEN MENGENDALIKAN SIFAT:
TIAP SIFAT DIKENDALIKAN OLEH BEBERAPA GEN
Topik kajian pengendalian sifat:
1.
2.
3.
4.

Sifat yang dikendalikan oleh suatu gen (tunggal);


Suatu sifat yang dikendalikan oleh gen-gen yang berkelompok;
Suatu sifat yang dikendalikan oleh gen yang letaknya tersebar;
Gen terrtentu yang mengendalikan lebih dari satu sifat.

Konsep yang Terbentuk dari Temuan Mendel


Percobaan persilangan yang dilakukan Gregor Mendel atas Pisum sativum secara
tidak langsung menunjukkan sifat-sifat yang dikendalikan oleh sepasang alela (satu gen pada
maklhuk hidup diploid). Kerja persilangan memperlihatkan bahwa induk-induk yang
dipersilangkan adalah yang memiliki sidat suatu tertentu yang sangat mudah dibedakan satu
sama lain. Hasil persilangan semacam itu dalam wujud rasio fenotip (misalnya pada F 2),
menunjukan bahwa tiap sifat itu (misalnya warna bunga ataupun postur) dikendalikan oleh
sepasang alela dari satu gen (dalam kondisi diploid). Variasi yang terjadi dalam penelitian
mendel mengenai fenotip warna bunga, dinilai dipengaruhi oleh faktor alela. Fenomena ini
dikendalikan oleh satu gen (sepasang alela).
Sifat Makhluk Hidup yang Ditunjukkan sebagai Contoh yang Dikendalikan oleh Satu
Gen
Contoh penyakit/kelainan yang dikendalikan oleh satu gen:
1. Alkaptonuria

Warna urin berubah menjadi hitam bila terkena udara dan pada usia tua dapat
mengalami gangguan arthritis.
2. Phenylketonuria
Tidak mampu memproduksi

tyrosin

dari

phenylalanine,

sehingga

jumlah

phenylalanine semakin meningkat dan dikonservasikan ke dalam derivate phenyl,


seperti: asam phenylpiruvate yang terdeteksi dalam urin. Pada bayi kelainan ini dapat
menyebabkan keterbelakangan mental.
3. Lesch-Nyhan Syndrome
Bersangkutan dengan gen tertentu pada kromosom X. laki-laki yang mengidap
kelainan ini memiliki tingkat kepandaian yang kurang (subnormal), lumpuh, memiliki
kebiasaan merusak, senang menggigit jari dan bibirnya.
4. Tay Sachs Disease
Terjadi karena tidak adanya enzim lysomal yang berperan dalam memecahkan
beberapa macam makromolekul yang kompleks, seperti: polisakarida, lipida, protein
atau asam nukleat. Pada bayi akan menimbulkan degenerasi otak dan akan wafat pada
usia 3 tahun, sebab adanya penimbunan lipida gangliosida GM yang berada dalam
otak.
5. Sifat golongan darah (ABO) berwujud alela ganda
Informasi tentang Sifat Makhluk yang Dikendalikan oleh Satu Gen
1. Sifat makhluk hidup yang ditunjuk sebagai contoh yang dikendalikan oleh

kelompok gen
a. Contoh sifat yang dikendalikan oleh kelompok yang letaknya tidak tersebar
1) Pada bakteri
Dijumpai pada sifat rangkaian reaksi biokimianya yang dikatalisator oleh
enzim yang dibentuk dalam satu model operon. di dalamnya terjadi reaksi
biokimia dengan melibatkan enzim yang spesifik. Pada operon galactose (gal),
sifat kemampuan E.coli melakukan degradasi galactose tergantung kepada
enzim proteinnya (polipeptida) yang dikendalikan dalam rangkaian operon
galactose. Kode genetic merupakan acuan translasi polipeptida tersebut, yang
terangkai dari mRNA yang bersidat polyseistonik.begitu pula pada proses
degradasi tryptophan pada E.coli. sangat bergantung pada enzim proteinnya
(polipeptida), dibentuk berdasarkan rangkaian mRNA yang ditranskripsikan di
bawah koordinasi gen model operon tryptophan. Fenomena ini jelas
menunjukan sifat tertentu pada makhluk hidup yang dikendalikan oleh
kelompok gen yang letaknya tidak berdekatan (tersebar).
2) Pada jamur

Pada penelitian Gen dan Fink menunjukan adanya kemampuan ragi dalam
melakukan proses biosintesis histidine, kejadian ini tergantung pada 3 enzim
(poipeptida) yang dibentuk berdasarkan acuan kode genetic mRNA yang akan
ditranskripsikan di bawah koordinasi gen pada lokus HIS4. Lokus HIS4
ternyata dibagi lagi menjadi 3, yaitu: HIS4A; HIS4B; dan HIS4C. masingmasing sub HIS tersebut dibagi menjadi 3 gen yang berbeda. Proses
biosintesis histidine dibagi menjadi 3 reaksi biokimia dan disintesis oleh 3
macam enzim (polipeptida), enzim dibentuk atas dasar acuan dari mRNA yang
ditranskripsikan oleh gen HIS4A, B, C. Fenomena ini jelas menunjukan sifat
tertentu pada makhluk hidup yang dikendalikan oleh kelompok gen yang
letaknya tidak berdekatan (tersebar).
3) Pada Drosophila
Proses Drosophila memproduksi pyrimidine dikatalitisr oleh enzim yang
proteinnya (polipeptida) dibentuk mengikuti acuan kode genetika pada locus
rudimenter (r). Locus rudimenter (r) ini adalah contoh dari sejumlah locus
yang dikenal sebagai complex loci pada D. melanogaster. Locus rudimenter (r)
terbagi menjadi 7 bagian (I-VII). Empat bagian (1-IV) sudah terlibat pada
pembentukan protein (polipeptida) enzim yang mengkatalisir tahapan reaksi
biokimia pada proses biosintesis pyrimidine. Fungsi atau peranan bagian lain
gen dalam locus rudimenter (r) belum diketahui. Terlihat adanya sifat atau
kemampuan tertentu pada D. melanogaster yang dikendalikan oleh kelompok
gen yang letaknya tidak tersebar.
4) Contoh pada makhluk hidup eukariotik yang lebih tinggi
Dalam hubungan ini dikenal adanya gen-gen yang berada di locus
histocompatibilitas major yang berperan dalam sistem imunitas tubuh yang
terdapat di tikus dan manusia. Gen-gen pada daerah K dan D betanggung
jawab atas antigen-antigen histocompaibilitas major pada membrane sel. Gengen pada daerah TL bertanggung jawab atas antigen-antigen transplantasi pada
permukaan sel. Berbagai gen daerah I mengendalikan antigen la (komponen
membrane sel limfosit M atau T) gen-gen pada daerah S mengendalikan satu
atau

lebih

protein

penyusun

serum

yang

berperan

mengenal

dan

menghancurkan benda asing. Gen-gen pada lokus Glo bertanggung jawab atas
enzim glyoxalase I. gen padda locus R dan A bertanggung jawab atas antigen
histocompatibilitas major pada membrane sel. Locus C dan D lebih dikenal
sebagai locus minor. Jumlah alela tiap locus :

A 18 alela; B 22 alela; C 5 alela; D 6.


2. Contoh sifat yang dikendalikan oleh kelompok gen yang letaknya tersebar
Dalam kalangan makhluk hidup eukariotik hidup eukariotik yang paling
umum dijumpai adalah yang berkenaan dengan sifat (satu) yang dikendalikan oleh
gen-gen yang letaknya tersebar dalam genom. Dengan demikian letak dari gengen termaksud paling sering tersebar pada lebih dari satu kromosom. Pada E.coli
yang memiliki 1 kromosom diketahui bahwa letak ari gen yang bertanggung
jawab terhadao berbagai enzim aminoacyl-tRNA sintase, tersebar di berbagai
tempat pada kromosom, demikian pula gen-gen yang bertanggung jawab atas
enzim proses biosintesis arginine. Keterlibatan beberapa gen yang letaknya
tersebar atas suatu sifat, bisa jadi keterlibatan ataas pembentukan satu protein
(suatu enzim), keterlibatan atas enzim-enzim pada suatu urutan reaksi biokimia
yang kompleks.
1) Pada Chlamydomonas reinhardi
C. reinhardi dapat melakukan biosontesis thiamin, dan melibatkan berbagai
enzim yang pembentukan proteinnya (polipeptida) dikendalikan oleh beberapa
gen yang disebut dengan gen thi (thi 1; thi 2; thi 3; dst). Gen tersebut ternyata
tersebar pada beberapa kromosom yang berbeda. Gen tersebut menempati
locus-locus yang tersebar pada beberapa kromosom.
2) Pada Neurospora crassa dan ragi
Pada kelompok ini juga dapat melakukan biosintesis thiamin, letak gen thi
maupun arginine (arg) dan sebagainya tersebar pada beberapa kromosom yang
berbeda. Letak locus gen-gen lain juga tersebar pada beberapa kromosom.
3) Pada D. melanogaster
Pemetaan locus-locus gen pada D. melanogaster menunjukkan bahwa
berbagai sifat tertentu dikendalikan oleh gen-gen yang letaknya tersebar pada
kromosom yang berbeda. Sifat wrna tubuh dikendalikan oleh beberapa gen
yang letak locusnya tersebar pada kromosom I, II dan III. Rincian letak locus
gen-gen tersebut adalah:
a) Pada kromosom I : y+, s+,s
b) Pada kromosom II: b+, b
c) Pada kromosom III: enzim+, e
Sifat warna mata ternyata dikendalikan oleh gen-gen yang locus tersebar pada
kromosom I, II dan III. Rincian letak gen itu adalah:
a) Pada kromosom I : w+, w, v+, v, car+, car
b) Pada kromosom II : pr+, pr, bw+, bw

c) Pada kromosom III : se+, se, st+, ca+, ca


Sifat mata yang lain misalnya keadaan permukaan mata (licin) dikendalikan
oleh gen-gen yang locus-locusnya tersebar pada kromosom III (ru+, ru, ro+,
ro).
4) Pada Manusia
Protein (polipeptida) enzim lactose dehydrogenase pada manusia dikendalikan
pembentukannya oleh gen-gen yang terdapat pada locus di kromsosom I1 dan
I2. Melalui perlakuan electrophoresis enzim lactose dehydrogenase pad
manusia diketahui berkelompok menjadi 5 isoenzym, tiap isozyme bersifat
tropemer. Setiap isoenzyme tersusun dari macam polypeptida (A dan B).
Rincian kompisis polipeptida pada ke 5 isoenzyme adalah:
a) Isoenzyme 1 (LDH4) : 4 polipeptida B (B4)
b) Isoenzyme 2 (LDH2) : 1 polipeptida A dari 3 polipeptida B (AB3)
c) Isoenzyme 3 (LDH3) : A2B2
d) Isoenzyme 4 (LDH4) : A3B1
e) Isoenzyme 5 (LDH5) : A4
5) Contoh lain yang berkenaan dengan multienzyme complex
Multienzyme complex adalah kelompok enzim-enzim

yang

mengkatalisir tahap-tahap reaksi biokimia yang berurutan pada suatu proses


metabolisme, yang secara fisis saling berdekatan satu sama lain. Pembentukan
polipeptida-polipeptida penyusun protein-protein pada multienzyme complex
dapat dikendalikan oleh gen-gen yang letaknya tidak tersebar maupun yang
tersebar. Contohnya, enzim yang berperan pada proses biosintesis histidine
oleh ragi (3 dari 10 enzim yang telah dikemukakan), dalam hal ini
pembentukan polipeptida termaksud, dikendalikan oleh kelompok gen HIS
4A, HIS4B dan 4C. Sedangkan pembentukan polipeptida yang lainnya yang
dikendalikan oleh gen yang letaknya tersebar, contohnya adalah enzim yang
berperan pada biosisntesis tryptophan oleh neurospora crassa.
Pembentukan polipeptida-polipeptida penyusun protein-protein enzimenzim pada proses biosintesis neurospora crassa dikendalikan oleh gen trp 1
dan 2. Dalam hal ini sudah diketahui bahwa 4 polipeptida produk dari gen trp1
berinteraksi dengan 2 plipeptida produk dari gen trp 2 membentuk suatu
protein hexamerik. Protein yang hexamerik ini mempunyai 3 macam karakter
aktivitas enzimatis pada proses biosintesis tryptophan. Ketiga macam karakter
aktivitas enzimatis itu menunjukkan kepada 3 macam enzim, yaitu yang
disebut sebagai anthranilate synthase phosphoribasyl-anthranilic acid (PRA)
isomerase, dan indole-3-gycerol-phospate (laGP) synsthesis.

Dalam hubungannya dengan sifat atau kemampuan (fenotip) yang


dikendalikan oleh gen yang tersebar, dikenal adanya sifat atau kemampuan
yang muncul sebagai hasil reaksi biokimia dalam urutan yang sederhana (satu
urut-urutan). Akan tetapi dikenal pula adanya urut-urutan yang bercabang,
bahkan dikenal pula adanya lebih dari 1 urut-urutan yang hasilnya saling
berinteraksi memperlihatkan suatu sifat atau kemampuan. Ada pula uruturutan reaksi biokimia yang jumlahnya lebih dari 1 yang akan menghasilkan
interaksi dan menybabkan munculnya suatu sifat atau kemampuan (fenotip).
Informasi Lain Tentang Konsep Interaksi Gen Yang Mengendalikan Sifat Makhluk
Hidup
a. Pleotropi
b. Pengaruh Modifler Gene
Tiap Sifat Atau Kemampuan (Fenotip) Dikendalikan Oleh Berapa Gen?
a. Komposisi Protein Enzim
b. Hubungan Antara Reaksi Biokimia Dalam Sel Dan Sifat Atau Kemampuan
(Fenotip)
c. Tiap Sifat Atau Kemampuan (Fenotip) Makhluk Hidup Dikendalikan Oleh
Banyak Gen
Telaah Ulang Atas Pleiotropi
a. Antara Pleiotropi dan Sifat atau Kemampuan (Fenotip) yang Dikendalikan oleh
Banyak Gen
Pertanyaan dan Jawaban:
1. Jelaskan mekanisme pembentukan enzim pada Neurospora crassa yyang dikendalikan
oleh gen yang tersebar!
Jawaban: enzim-enzim pada proses biosintesis neurospora crassa dikendalikan oleh
gen trp 1 dan 2. Pertama-tama 4 polipeptida produk dari gen trp1 berinteraksi dengan
2 plipeptida produk dari gen trp 2 membentuk suatu protein hexamerik. Protein yang
hexamerik ini mempunyai 3 macam karakter aktivitas enzimatis pada proses
biosintesis tryptophan. Ketiga macam karakter aktivitas enzimatis itu menunjukkan
kepada 3 macam enzim, yaitu yang disebut sebagai anthranilate synthase

phosphoribasyl-anthranilic acid (PRA) isomerase, dan indole-3-gycerol-phospate


(laGP) synsthesis.

Anda mungkin juga menyukai