Anda di halaman 1dari 7

1.

Memahami dan Menjelaskan Tumor dan Neoplasia

A. Definisi
• Kanker adalah kelainan genetik disebabkan oleh mutasi DNA yang
(sebagian besar) terjadi secara spontan atau diinduksi oleh pengaruh
lingkungan.
• Neoplasma ialah masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan , tidak
terkordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus- menerus meskipun
rangsang yang menimbulkan telah hilang. Sel neoplasma mengalami
transformasi , oleh karena mereka terus- menerus membelah. Pada neoplasma,
proliferasi berlangsung terus meskipun rangsang yang memulainya telah
hilang. Proliferasi demikian disebut proliferasi neoplastik, yang mempunyai
sifat progresif,tidak bertujuan, tidak memperdulikan jaringan sekitarnya,tidak
ada hubungan dengan kebutuhan tubuh dan bersifat parasitic.

B. Jenis

C. Perbedaan (Jinak dan Ganas)


Pembagian tumor menjadi jinak dan ganas didaasarkan pada potensi
manifestasi klinis.
Tumor disebut jinak apabila gambaran mikroskopik dan makroskopik
tidak membahayakan, memberi kesan bahwa tumor tersebut akan tetap terlokasi
dan dapat dilakukan pengangkatan dengan tindakan bedah lokal; pasien umumnya
dapat bertahan. Tetapi disamping memberikan keluhan sebagai benjolan setempat,
tomor jinak dapat menyebabkan penyakit yang serius. Secara umum, tumor jinak
diberi nama dengan akhiran -oma pada jenis sel asal tumor tersebut.
Tumor ganas disebut dalam kelompok kanker, berasal dari kata latin
“kepiting” - karena sifatnya yang melekat erat di tempat permukaan tumor berada,
mirip sifat kepiting. Ganas, pada neoplasma, menyatakan bahwa lesi dapat
menginvasi dan merusak struktur yang ada disekitarnya dan menyebar ke tempat
jauh (metastasis) serta menyebabkan kematian. Nomenklatur tumor ganas
mengikuti nomenklatur tumor jinak dengan beberapa tambahan dan pengecualian.
Ada empat gambaran yang mendasar untuk membedakan tumor jinak dan
ganas, Diferensiasi dan anaplasia adalah tanda khas yang hanya dijumpai pada
sel parenkim yang elemen neoplasmanya mengalami tranformasi. Yang dimaksud
dengan diferensiasi sel parenkim ialah seberapa jauh kemiripan sel tumor itu
secara morfologik dan fungsional dengan sel aslinya.
• Neoplasma jinak terdiri dari sel yang berdiferensiasi baik yang sangat mirip
dengan sel normal. pada tumor jinak dengan diferensiasi baik, mitosis jarang
dijumpai dan konfigurasinya adalah normal.
• Neoplasma ganas ditandai dengan diferensiasi sel parenkim yang beragam,
berkisar dari diferensiasi baik sampai yang tidak berdiferensiasi. Neoplasma
ganas yang terdiri dari sel yang tidak berdiferensiasi disebut anaplastik. Tidak
adanya diferensiasi, atau anaplasia merupakan tanda utama keganasan. Istilah
anaplasia berarti “pertumbuhan mundur” menyatakan diferensiasi, atau
hilangnya diferensiasi struktur dan fungsi sel normal.
Makin berdiferensiasi suatu tumor, maka akan makin besar
kemampuannya mempertahankan fungsi normalnya.
Berdasarkan invasi lokal, kanker tumbuh disertai oleh infiltrasi yang
progresif, invasi dan kerusakan jaringan sekitar, sedangkan tumor jinak tumbuh
sebagai massa ekspansif yang kohesif dan tetap terletak di tempat asalnya.
sesudah terjadi metastasis, sifat invasif merupakan gambaran yang paling tepat
untuk membedakan kanker dan tumor jinak.
Berdasarkan Metastasis, Metastasis adalah penyebaran tumor ke tempat-
tempat yang secara fisik tidak memiliki hubungan dengan tumor primer dan
merupakan ciri tumor ganas, karena berdasarkan definisi tumor jinak tidak
bermetastasis. sifat invasif pada tumor ganas inilah yang menyebabkan kanker
dapat menembus pembuluh darah, pembuluh limfe dan rongga tubuh sehingga
dapat menyebar jauh. Secara umum, semakin anaplastik dan semakin besar suatu
neoplasma primer, semakin besar kemungkinan bermetastasis, walau dengan
beberapa pengecualian. Neoplasma ganas menyebar melalui tiga jalur yaitu ;
persemaian di rongga tubuh, limfogen, atau hematogen.
Berdasarkan kecepatan tumbuh, Tumor jinak umumnya tumbuh lambat,
sedangkan kanker tumbuh lebih cepat, dan menyebar lokal dan ke tempat jauh
(metastasis) serta menyebabkan kematian. Namun, ada beberapa tumor jinak bisa
tumbuh lebih cepat dari pada kanker. Tumor itu dapat membesar dengan cepat
saat kehamilan dan kemudian berhenti tumbuh, dijumpai fibrokalsifikasi, setelah
menopause. Pengaruh lain, misalnya suplai darah yang kurang atau adanya faktor
tekanan setempat, akan memberikan pengaruh terhadap keceptan tumbuh tumor
jinak.
Kecepatan tumbuh tumor ganas berkolerasi terbalik dengan derajat
diferensiasi. Dengan kata lain, tumor dengan diferensiasi buruk akan tumbuh lebih
cepat dibanding tumor berdiferensiasi baik.

2. Memahami dan Menjelaskan Agen karsinogenik / onkogen


Agen karsinogenik menimbulkan kerusakan genetik, yang terletak pada
pusat karsinogenesis. dikenal tiga kelas karsinogenesis; kimiawi, energi radiasi
dan produk mikrobiologik.
Karsinogen kimia mempunyai kelompok elektrofil yang sangat reaktif
yang langsung merusak DNA sehingga terjadi mutasi dan kemudian menimbulkan
kanker. Ada dua jenis agen yang bekerja yaitu agen yang bekerja langsung dan
agen yang bekerja tidak langsung. Agen yang bekerja langsung tidak
membutuhkan perubahan metabolik untuk menjadi karsinogenik, sedangkan agen
yang tidak bekerja secara langsung tidaklah aktif sampai diubah menjadi
karsinogen oleh jalur metabolik endogen. Oleh karena itu, polimorfisme enzim
endogen seperti sitokrom P-450 dapat memengaruhi karsinogenesis dengan
mengubah konversi agen tidak langsung menjadi karsinogen aktif.
Sifat karsinogenik beberapa zat kimia dapat ditingkatkan dengan beberapa
promotor, yang bila sendiri saja tidak bersifat karsinogenik. Supaya dapat
memberikan efek, pajanan berulang dan terus menerus terhadap promotor harus
ada sesudah pemberian zat kimia mutagenik atau inisiator. Promotor tumor
bekerja dengan memicu poliferasi sel. peningkatan poliferasi dapat terjadi secara
langsung oleh efek promotor tumor pada sel sasaran atau sekunder melalui jejas
seluler dan pemulihan regeneratif.
Karsinoken akibat radiasi, radiasi sumbernya bisa dari sinar UV matahari,
radiograf,merupakan karsinogen yang telah jelas diketahui. Sifat onkogenik
radiasi pengion berhubungan dengan efek mutagenik yang akan menyebabkan
kerusakan kromosom, penataan ulang kromosomal seperti translokasi dan inversi
dan yang lebih jarang mutasi titik. Secara biologik, kerusakan DNA untai ganda
merupakan bentuk kerusakan DNA terpenting yang disebabkan radiasi.
Sedangkan pada sinar UV memicu pembentukan dimer pirimidin dalam DNA
sehingga mengakibatkan terjadinya mutasi yang menimbulkan karsinoma sel
skuamosa dan melanoma pada kulit.
Onkogenesis oleh virus dan mikrob. berbagai virus DNA dan RNA
terbukti bersifat onkogenik pada binatang seperti katak dan primata. Hanya bebera
birus yang dapat dikaitkan pada kanker manusia.
Yang pertama ada Virus RNA onkogenik, hanya satu retro virus pada
manusia yaitu virus leukimia sel T tipe 1(HLTV-1) yang sudah dipastikan
pengaruhnya dalam patogenesis kanker pada manusia. HTLV-1 penyebab
leukimia/limfoma sel-T dewasa, suatu tumor yang endemik di daerah tertentu
dijepang, Karibia, Amerika Selatan, dan Afrika, dan ditempat lain ditemukan
secara sporadis termasuk Amerika Serikat. Infeksi manusia memerlukan
penularan sel T yang terinfeksi melalui hubungan seksual, produk darah atau
menyusui. Genom HLTV-1 menyandi protein virus yang disebut tax yang memicu
proliferasi, meningkan kesintasan sel, dan mengganggu kontrol siklus sel.
Walaupun proliferasi ini awalnya poliklonal, sel T yang berproloferasi memiliki
risiko lebih tinggi untuk terjadi mutasi sekunder yang mengakibatkan
pertumbuhan leukimia poliklonal.
Virus DNA onkogenik, telah ditemukan bebrapa virus DNA onkogenik
yang menyebabkan tumor pada binatang. Ada lima virus DNA; HPV, Virus
Epstein Barr (EBV), Virus Herpes Sarcoma Kaposi(KSHV), Human Herpes
Virus-8(HHV-8), Virus Sel Merkel dan Virus Hepatitis.
Pada virus HPV berhubungan dengan kutil jinak dan juga kanker serviks.
Sifat onkogenik dari HPV berhungan dengan ekspresi dua onkoprotein virus, E6
dan E7, yang mengikat supressor tumor P53 dan RB sehingga menetralkan
fungsinya. E6 dan E7 dari strain EPV risiko-tinggi (yang menimbulkan kanker)
mempunyai afinitas terhadap sasaran yang llebih tinggi dari pada E6 dan E7 dari
strain HPV resikio-rendah(yang menimbukan kutil jinak).
Sedangkan EBV terlibat dalam potogenesis Limfoma Burkitt, limfoma
pada pasien imunosupresi, limfoma hodgkin, tumor sel T dan sel NK yang jarang,
karsinoma nasofaring, subset dari karsinoma lambung dan terkadang sarkoma.
Produk gen EBV tertentu ikut berperan dalam onkogenesis melalui stimulasi jalur
normal proliferasi sel-B. Gangguan kompetensi dari sistem imun pada saat
bersamaan memungkinkan proliferasi sel B terjadi terus menerus dan akhirnya
mengakibatkan perkembangan limfoma.
Virus Hepatitis B dan Hepatitis C, diperkirakan 70% sampai 85%
karsinoma sel hati disebabkan oleh HBV atau HCV. Efek onkogenik dari HBV
dan HCV ini bersifat multifaktor, terapi yang dominan dalah efek imunologik
akibat peradangan kronis, disertai jejas sel hati, memicu proliferasi sel hati dan
menghasilkan spesies oksigen rektif yang dapat merusak DNA. Genom HBV
mengandung gen yang disebut HBx. Protein HBx ini dari protein inti KBV dan
HCV dapat mengaktifkan berbagai jalur sinyal transduksi yang juga berperan
dalam karsinogenesis.
Helicobacter Pylori, infeksi H.Pylori berhubungan dengan
adenokarsinoma lambung dan limfoma MALT. Mekanisme H.pylori menginduksi
lambung bersifat multifaktor, termasuk yang di perantarai peradangan kronis,
stimulasi proliferasi sel lambung dan produksi spesies oksigen reaktif yang
merusak DNA. Gen H.pylori patogenik seperti CagA, juga mungkin berperaan
dalam stimulasi jalur faktor pertumbuhan. Diperkirakan bahwa infeksi H.pylori
menyebabkan proliferasi sel-B poliklonal yang sewaktu-waktu dapat
menimbulkan tumor sel-B monoklonal (limfoma MALT) akibat akumulasi mutasi.

3. Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Tumor


Semua kanker bermula dari sel, yang merupakan unit dasar kehidupan
tubuh. Untuk memahami kanker, sangat penting untuk mengetahui apa yang
terjadi ketika sel-sel normal menjadi sel kanker. Tubuh terdiri dari banyak jenis
sel. Sel-sel tumbuh dan membelah secara terkontrol untuk menghasilkan lebih
banyak sel seperti yang dibutuhkan untuk menjaga tubuh sehat. Ketika sel
menjadi tua atau rusak, mereka mati dan diganti dengan sel-sel baru. Kematian
sel terprogram ini disebut apoptosis, dan ketika proses ini rusak, kanker mulai
terbentuk. Sel dapat mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali jika ada
kerusakan atau mutasi pada DNA. Empat jenis gen yang bertanggung jawab
untuk proses pembelahan sel yaitu onkogen yang mangatur proses pembahagian
sel, gen penekan tumor yang menghalang dari pembahagian sel, suicide gene
yang kontrol apoptosis dan gen DNA-perbaikan menginstruksikan sel untuk
memperbaiki DNA yang rusak. Maka, kanker merupakan hasil dari mutasi DNA
onkogen dan gen penekan tumor sehingga menyebabkan pertumbuhan sel yang
tidak terkendali (National Cancer Institute, 2009).
Sel-sel tambahan ini dapat membentuk massa jaringan yang disebut
tumor. Namun, tidak semua jenis tumor itu kanker. Tumor dapat dibagikan
sebagai tumor jinak dan ganas di mana yang jinak dapat dihapus dan tidak
menyebar ke bagian tubuh lain manakala tumor ganas merupakan kanker yang
dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke bagian tubuh lain. Beberapa
kanker tidak membentuk tumor misalnya leukemia (National Cancer Institute,
2009).
4.Memahami dan Menjelaskan Gambaran Klinis dan Diagnosis Tumor
ASPEK KLINIS :
Tumor jinak dan ganas menimbukan beberapa masalah karena : (1) lokasi
dan dampak terhadap struktur disekitarnya,(2) aktivitas fungsional seperti sintesis
hormon atau terjadi sindrom paraneoplastik, (3) perdarah dan infeksi apabila
tumor mengalami ulserasi menembus permukaan, (4) gejala akibat tumor dan
ruptur atau infark, (5) Kaheksia atau penyusutan tubuh.
Kaheksia didefinisikan sebgai kehilangan lemak tubuh progresif dan
penyusutan massa tubuh/kurus disertai kelemahan yang berat, anoreksia dan
anemia akibat pelepasan sitokin oleh tumor maupun pejamu. Sindrom
Paraneoplastik, didefiniskan sebagai gejala sistemik yang tidak dapat dijelaskan
apakah oleh penyebaran tumor atau oleh horon yang sesuai dengan jaringannya,
disebabkan oleh produksi ektropik dan sekresi substansi bioaktif seperti
ACTH,PTHrP, atau TGF-alfa. Derajat keganasan dari tumor ditentukan oleh
gambaran sitologik dan berdasarkan ide bahwa sifat tumor berhubungan dengan
diferensiasinya, tumor berdiferensiasi buruk sifatnya lebih agresif, Stadium
(perluasan tumor) ditentukan oleh eksplorasi melalui pembedahan atau
pencitraan, yang berdasarkan ukuran, penyebaran kelenjar getah bening lokal dan
regional dan metastasis jauh. Stadium mempunyai nilai klinis yang lebih besar
dibanding derajat keganasan.
DIAGNOSIS LAB KANKER :
Metode Morfologis :
Beberapa cara yang dalapt dilakukan untuk mendapatkan sampel adalah
eksisi atau biopsi, aspirasi jarum halus, dan apusan sitologik. Bila eksisi lesi tidak
memungkinkan, pemilihan daerah untuk biopsi dari massa yang besar harus tepat
dan perlu diwaspadai bahwa bagian tepi tidak representatif sedang bagian tengah
mungkin nekrotik. Aspirasi jarum halus, dilakukan aspirasi sel dari suatu massa,
diikuti pemeriksaan sitologik sel sesudah diapuskan ke kaca benda. Prosedur ini
terutama digunakan pada lesi yang teraba pada payudara, kelenjar tiroid, kelenjar
getah bening dan kelenjar liur. Asupan sitologik (pap’s smear) digunakan luas
untuk mendeteksi kanker serviks, sering pada stadium insitu, sekarang juga
digunakan untuk pemeriksaan berbagai bentuk tumor yang dicurigai ganas seperti
karsinoma bronkogenik, tumor kandung kemih dan prostat serta karsinoma
lambung; juga untuk mengidentifikasi sel tumor dalam cairan abdomen, pleura,
persendian dan cairan serebrospinalis, kadang untuk evaluasi bentuk lain
neoplasia. Pemeriksaan Imunohistokimia dan flow cytometry membantu diagnosis
dan klasifikasi tumor karena perbedaan pola ekspresi protein menentukan entitas
yang berbeda.
Petanda Tumor :
Penilaian biokimiawi untuk enzim yag berhubungan dengan tumor,
hormon dan petanda tumor lain dalam darah tidak dapat digunkaan
untukmemastikan diagnosis kanker, namun bermanfaat untuk pemeriksaan
skrining/uji saring dan monitoring terhadap respons terapi atau deteksi
kambuhnya penyakit. PSA yang digunakan untuk sebagai pemeriksaan penyaring
adenokarsinoma prostat, merupakan pemeriksaan petanda tumor tersering dipakai
dalampraktik klinis. Protein yang dilepaskan oleh tumor kedalam serum seperti
PSA, dapat digunakan untuk uji saring dari kanker pada populasi dan untuk
memantau kekambuhan sesudah terapi.
Diagnosis Molekuler :
Diagnosis molekule digunakan untuk :
1. Diagnosis keganasan
2. Prognosis dan sifat tumor
3. Deteksi sisa minimal peyakit
4. Diagnosis predisposisi herediter terhadap kanker
5. Keputusan menentukan pengobatan
Profil Molekuker Kanker : Masa Depan Diagnosis Kanker
Profil Molekuler Tumor dengan membuat profil ekspresi RNA, dan susuna
jumlah salianan DNA (DNA copy number arrays) bermanfaat dalam stratifikasi
molekuler apakah tumor yang identik atau berbeda histogenesisnya tetapi
memiliki mutasi yang sama untuk kepentingan terapi target dan menentukan
progosis.

5. Memahami dan menjelaskan Tata Laksana Tumor


Terapi kanker tergantung pada jenis kanker, stadium kanker, usia, status
kesehatan, dan karakteristik pribadi tambahan. Tidak ada pengobatan tunggal
untuk kanker dan pasien sering menerima kombinasi terapi dan perawatan
paliatif. Perawatan biasanya termasuk dalam salah satu kategori seperti operasi,
radiasi, kemoterapi, immunoterapi, terapi hormon, atau terapi gen.
Prinsip kerja pengobatan ini adalah dengan membunuh sel - sel kanker,
mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan menghentikan pertumbuhannya agar
tidak menyebar dan mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker.
1. Operasi

Pembedahan merupakan pengobatan tertua untuk kanker. Jika kanker
belum bermetastasis, kemungkinan besar pasien dapat disembuhkan sepenuhnya
hanya dengan menyingkirkan tumor dengan operasi. Hal ini sering terlihat pada
penyingkiran prostat, payudara atau testis. Setelah penyakit ini telah menyebar,
tidak mungkin dapat menyingkirkan semua sel kanker. Operasi juga
dapatberperan besar dalam membantu untuk mengontrol gejala seperti gangguan
pencernaan atau kompresi sumsum tulang belakang (Crosta, P., 2010).
2. Radioterapi
Radioterapi berarti pengobatan kanker dengan menggunakan sinar
radioaktif. Sinar X, elektron, dan sinar γ (gamma) banyak digunakan dalam
pengobatan kanker disamping partikel lain. Pada prinsipnya apabila berkas sinar
radioaktif atau partikel dipaparkan ke jaringan, maka akan terjadi berbagai
peristiwa antara lain peristiwa ionisasi molekul air yang mengakibatkan
terbentuknya radikal bebas di dalam sel yang pada gilirannya akan menyebabkan
kematian sel. Lintasan sinar juga menimbulkan kerusakan akibat tertumbuknya
DNA yang dapat diikuti kematian sel. Radioterapi digunakan sebagai pengobatan
mandiri untuk mengecilkan tumor atau menghancurkan sel-sel kanker termasuk
yang berkaitan dengan leukemia dan limfoma, dan juga digunakan dalam
kombinasi dengan pengobatan kanker lain (Siswono, 2002).
3. Kemoterapi
Kemoterapi terkadang merupakan pilihan pertama untuk menangani
kanker. Kemoterapi bersifat sistematik, berbeda dengan radiasi atau pembedahan
yang bersifat setempat, karenanya kemoterapi dapat menjangkau sel-sel kanker
yang mungkin sudah menjalar dan menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Penggunaan kemoterapi berbeda-beda pada setiap pasien, kadang-kadang sebagai
pengobatan utama, pada kasus lain dilakukan sebelum atau setelah operasi dan
radiasi. Tingkat keberhasilan kemoterapi juga berbeda-beda tergantung jenis
kankernya. Kemoterapi biasa dilakukan di rumah sakit, klinik swasta, tempat
praktek dokter, ruang operasi dan juga di rumah (Crosta, P., 2010).
4. Imunoterapi
Imunoterapi digunakan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
melawan kanker. Misal, vaksin yang terdiri dari antigen diperoleh dari sel tumor
bisa menaikkan fungsi tubuh pada antibodi atau sel kekebalan (limfosit T).
Walaupun mekanisme tepat pada tindakan tidak benar-benar jelas, interferon
mempunyai tugas di dalam pengobatan beberapa kanker (Indonesian Pharmacist
Update, 2009).
5. Terapi Hormon
Kanker dikaitkan dengan beberapa jenis hormon, terutamanya kanker
payudara dan kanker prostat. Terapi hormon dirancang untuk mengubah produksi
hormon dalam tubuh sehingga sel-sel kanker berhenti berkembang atau dibunuh
sepenuhnya. Terapi hormon kanker payudara sering fokus pada pengurangan
kadar estrogen (obat umum untuk ini adalah tamoxifen) dan hormon terapi
kanker prostat sering fokus pada pengurangan kadar testosteron. Selain itu,
beberapa kasus leukemia dan limfoma dapat diobati dengan hormon kortison
(Crosta, P., 2010).

Anda mungkin juga menyukai