Anda di halaman 1dari 26

Nama : Denis Tri Lestari

NPM : 1102019235
Kelompok PBL B14
Tugas Mandiri Skenario 3

SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Klinik Dokter Keluarga

1) Planning

Suatu kegiatan yang dilakukan tanpa adanya perencanaan. Untuk membuat program
diperlukan perencanaan yang matang dari segi kelemahan, kelebihan, hambatan, tujuan dan manfaat
dari program tersebut. Agar suatu program dapat berjalan dengan sukses diperlukan perencanaan
dengan pertimbangan yang matang. Perencanaan membutuhkan suatu konseptor yang benar - benar
memiliki kemampuan dan pemahaman terhadap kegiatan yang akan diadakan. Planning juga berperan
dalam pembuatan jadwal kegiatan agar suatu program berjalan sesuai yang diharapkan.

2) Organizing

Dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang
lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian
dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas
tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.

3) Actuating

Pelaksanaan dari sebuah kegiatan merupakan puncak dari hasil kerja sama sebuah
kepanitiaan, dengan harapan sebuah tim kepanitiaan dapat saling membantu dan memberikan solusi
terhadap suatu masalah yang terjadi antara panitia satu dengan yang lain. Sehingga, dalam keadaan
seperti apapun, kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Untuk itu maka dibutuhkan kerja
keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk
mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana
kerja yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian.
Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-
masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.

4) Controlling

Merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan, pengorganisasian dan


pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut memberikan hasil yang efektif dan efisien serta bernilai
guna dan berhasil guna dalam program Lingkngan Hidup.
5) Evaluating

Jika seluruh kegiatan telah selesai, maka yang dilakukan selanjutnya adalah evaluasi.
Mengapa hal ini diperlukan, karena dengan adanya setiap permasalahan atau kekurangan yang terjadi
dapat diketahui dan dikumpulkan sebagai arsip, sehingga pada kegiatan serupa yang selanjutnya
dapat dijadikan pelajaran dan diharapkan untuk kegiatan yang selanjutnya tidak terulang
permasalahan yang serupa. Evaluasi minimal dilakukan sekali di akhir kegiatan. Namun, perlu juga
dilakukan evaluasi dipertengahan pelaksanaan kegiatan, tanpa mengganggu jalannya kegiatan.
Evaluasi juga merupakan salah satu sarana “controling” ketika kegiatan berlangsung.

Manajemen SDM

Syarat SDM dalam klinik dokter keluarga:

1) Dokter: 2
2) Bidan: 1
3) Asisten analis: 1 (honor)
4) Asisten apoteker: 1
5) Staf administrasi dan keuangan: 1
6) OB: 1

Peningkatan Kemampuan & Pengembangan Staf

A. Bentuk: Kursus, pelatihan, pendidikan formal,dll


B. Bentuk Lain: Selia Bestari (peer review) di antara sesama staf (medis dan non-medis)
Pengaturan: Bisa dibuat perjanjian tersendiri
C. Proses: berdasarkan permintaan karyawan atau kebutuhan KDK

● Untuk tenaga medis

a. PKB (pendidikan kedokteran berkelanjutan) Seminar, Simposium, Lokakarya.


b. Peer Review: Pembahasan kasus secara EBM
c. Kursus singkat untuk satu ketrampilan tertentu (ATLS, ACLS, EKG,
Kepemimpinan, dll)
d. Pendidikan formal (S2 Aktuaria, S2 Kesehatan Kerja, dll)

● Untuk paramedis

a. Kursus keperawatan
b. Peer Review: Diskusi kelompok
c. membahas satu masalah (rutin)
d. Kursus Manajemen pengelolaan
e. keperawatan di klinik (asuhan keperawatan,dll)
f. Pendidikan formal seperti Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan, dll.

● Untuk tenaga non-medis

a. Kursus penggunaan alat tertentu


b. Kursus Manajemen laboratorium,
c. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
d. Pendidikan Formal seperti Akademi Penata Rontgen, AKK, Kursus perpajakan

Manajemen Keuangan

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya dana
yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan berbagai sarana dan prasarana medis dan non medis yang
diperlukan, tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan.

Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam.

1) Pembiayaan secara tunai (fee for service)

Dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan membayar biaya pelayanan.

2) Pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health insurance) Dalam arti setiap kali
pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena pembayaran tersebut
telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hal ini adalah badan asuransi.

Bentuk-Betuk Pembayaran Pra upaya:

Mengingat bentuk pembayaran pra upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada saat
ini bentuk pembayaran pra upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk
pembiayaan secara pra upaya yang dipergunakan.

Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:

1) Sistem kapitasi (capitation system)

Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang
dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu. "dengan sistem pembayaran ini, maka
besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan yang tidak
ditentukan oleh frekuensi penggunaan pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh
jumlah peserta dan kesepakatan jangka waktu jaminan.

2) Sistem paket (packet system)

Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh
badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang
dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka
besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak
ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan
kesehatan yang dimanfaatkan. penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket
pelayanan yang sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini
dikenal pula dengan nama sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group)
yang di banyak negara maju telah lama diterapkan.

3) Sistem anggaran (budget system)

Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga,
sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama halnya
dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang telah disepakati.

Manajemen Material

1) Ruang tunggu :
● Bersih
● Terang
● Ventilasi baik
● Lantai tidak licin
● Tidak berbau
● Tidak bising
● Suhu nyaman
● Terpisah dari pasien infeksius
2) Kerahasiaan dan privasi
● Ruang konsultasi terpisah dari ruang tunggu
● Sistem yang menjamin kerahasiaan medik
● Menjamin kerahasiaan pasien setelah pelayanan
3) Bangunan dan interior

a. Merupakan bangunan permanen atau semi permanen yang dirancang sesuai


pelayanan medis strata pertama yang aman dan terjangkau
b. Memiliki ruang :
● Ruang administrasi
● Ruang tunggu
● Ruang pemeriksaan
● Kamar kecil
● Dapat melindungi dari panas dan hujan
● Relatif mudah diberishkan
● Mempunyai ventilasi cukup atau ber-AC
● Mempunyai sinar yang cukup
c. Alat komunikasi Memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitar
d. Papan nama
● Posisi papan nama mudah dibaca
● Tidak ada hiasan maupun lampu warna
● Ukuran minimal 40x60cm maksimal 60x90cm
● Warna dasar putih dengan huruf balok warna hitam
● Memuat nama dokter,sip,alamat praktek ,dan jadwal praktek.
e. Peralatan klinik

a. Memiliki alat alat pemeriksaan fisik


b. Memiliki alat tindakan
c. Tas dokter untuk perawatan rumah
d. Persediaan obat yang memadai

Manajemen Pelayanan

1) Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan

Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya
pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga tersebut tidak
melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat inap di rumah
sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter
keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke
rumah sakit.

2) Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.

Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup
pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah. Pelayanan bentuk
ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan rumah sakit.

3) Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah,


serta pelayanan rawat inap di rumah sakit.

Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah
mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta perawatan rawat
inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah
berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi
kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.

2. Memahami dan Menjelaskan Prosedur Pemeriksaan

Pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif


dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, pelayanan satu hari (one day care)
dan/atau home care. Pelayanan satu hari (one day care) merupakan pelayanan yang dilakukan
untuk pasien yang sudah ditegakkan diagnosa secara definitif dan perlu mendapat tindakan
atau perawatan semi intensif (observasi) setelah 6 (enam) jam sampai dengan 24 (dua puluh
empat) jam. Home care merupakan bagian atau lanjutan dari pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat
tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan dampak penyakit

Setiap Klinik mempunyai kewajiban:

a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan yang diberikan;


b. memberikan pelayanan yang efektif, aman, bermutu, dan nondiskriminasi dengan
mengutamakan kepentingan terbaik pasien sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan dan standar prosedur operasional
c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya tanpa meminta uang muka terlebih dahulu atau mendahulukan kepentingan
finansial;
d. memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan (informed consent);
e. menyelenggarakan rekam medis;
f. melaksanakan sistem rujukan dengan tepat;
g. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang-undangan;
h. menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
i. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;
j. melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
k. memiliki standar prosedur operasional;
l. melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
yang berlaku;
m. melaksanakan fungsi sosial;
n. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan;
o. menyusun dan melaksanakan peraturan internal klinik; dan
p. memberlakukan seluruh lingkungan klinik sebagai kawasan tanpa rokok.
a. Anamnesis

Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien (patient-


centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan
harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat
menegakkan diagnosis

b. Pemeriksaan fisik dan penunjang

Dalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau
menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik secara
holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif dan
efisien demi kepentingan pasien semata.

c. Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding

Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa diagnosis
banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik.

d. Prognosis

Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis pasien


berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence based).

e. Konseling

Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan untuk
dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi
pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.

f. Konsultasi

Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter keluarga
lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien
semata.

g. Rujukan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain,
dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan
pasien semata.

h. Tindak lanjut

Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan tindak
lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.

i. Tindakan

Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang rasional pada
pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi kepentingan pasien.

j. Pengobatan rasional

Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan rasional,


berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan pasien.

k. Pembinaan keluarga

Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila adanya
partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling
keluarga.

3. Memahami dan Menjelaskan Pembiayaan Klinik Dokter Keluarga

3.1 Fee For Service

Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan menyulitkan akses


masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Hal ini terjadi terutama pada
keadaan dimana pembiayaannya harus ditanggung sendiri (out of pocket) dalam sistem tunai
(fee for service). Sistem pembayaran tiap pelayanan ( fee for service) merupakan sistem
tradisional yang berkembang di masyarakat. Sistem ini merupakan sistem yang paling
sederhana dan mudah difahami oleh masyarakat, sehingga tetap tumbuh dan banyak
dipergunakan oleh masyarakat karena sangat mudah untuk diterapkan.

Menurut Ketua National Casemix Center (NCC), Bambang Wibowo, fee for
servicemerupakan metode pembayaran rumah sakit berjenis retrospektif, dimana pembayaran
ditetapkan setelah pelayanan kesehatan diberikan. Dengan sistem tarif ini, pihak provider,
atau penyedia layanan kesehatan seperti rumah sakit, dapat memperolehincome yang tidak
terbatas. Sebab, provider dapat menawarkan segala macam pelayanan kesehatan kepada
pasien, bahkan termasuk pelayanan kesehatan yang sebenarnya tidak diperlukan sekalipun.
Sehingga, hal ini berpotensi menimbulkan terjadinya over treatment(pemeriksaan yang
berlebihan), over prescription (peresepan obat yang berlebihan), serta over
utilility (penggunaan alat pemeriksa yang berlebihan).

3.2 Asuransi Kesehatan

Ciri asuransi di klinik kedokteran keluarga :


a. Dokter keluarga melakukan pembinaan kesehatan pada keluarga yang menjadi
kliennya. Targetnya adalahpenurunan angka kesakitan. Bentuknya berapa kunjungan secara
berkala ke rumah asien dan memberikan penyuluhan.
b. Dokter dibayar secara flat setiap bulannya, bukan berdasarkan jumlah kasus yang
ditangani.
c. Bila jumlah kasus sedikit maka dokter untung, namun bila banyak maka dokter tidak
akan memperolehkeuntungan.
d. Premi ditetapkan secara kapitasi, yaitu dihitung berdasarkan faktor resiko dari setiap
individu, frekuensiterjadinya penyakit dalam setahun, dan kemungkinan biaya yang
dibutuhkan bila ia sakit.

Asuransi Kesehatan

Asuransi adalah suatu mekanisme pengalihan resiko (sakit) dari resiko perorangan menjadi
resiko kelompok. Dengan cara mengalihkan resiko individu menjadi resiko kelompok, beban
ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih tetapi
mengandung kepastian karena memperoleh jaminan.

Jenis-jenis asuransi kesehatan di Indonesia:

a. Asuransi kesehatan sosial (social health insurance) asuransi ini memegang teguh
prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan sosial, pelayanan kesehatan tidak
boleh semata-mata diberikan berdasarkan status sosial masyarakat sehingga semua lapisan
berhak untuk memperoleh jaminan pelayanankesehatan. contoh: PT.askes, PT.jamsostek.

Prinsip kerja:

- Keikutsertaannya bersifat wajib


- Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya
- Iuran/premi berdasarkan persentase gaji/pendapatan. Idealnya harus dihitung 5% dari
GDP
- Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan tenaga
kerja.
- Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan pada resikokelompok
(collective risk sharing)
- Tidak diperlukan pemeriksaan awal
- Jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh bersifat menyeluruh (universal
coverage)
- Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi
kesehatansosial di Indonesia. Semua pegawai negeri diwajibkan untuk mengikuti
asuransi kesehatan

b. Asuransi kesehatan komersial perorangan (private voluntary health insurance) jenis


asuransi ini dapat dibeli preminya baik individu maupun segmen masyarakat kelas
menengah keatas.

Prinsip kerja:

- Kepersertaan bersifat perorangan dan sukarela


- Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasarkan jenis tanggunganyang
dipilih.
- Premi berdasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan faktor usia, jenis kelamin,
jenis pekerjaan.
- Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal
- Santunan diberikan sesuai kontrak
- Peranan pemerintah relatif kecil

c. Asuransi kesehatan komersial kelompok (regulated private health insurance) ini


merupakan alternatif lain sistem asuransi kesehatan komersial

Prinsip-prinsip dasar:

- Keikutsertaan bersifat sukarela berkelompok


- Iuran/preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut
- Perhitugan premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok masyarakat
- Santunan (jaminan pemeliharaan kesehatan) diberikan sesuai dengan kontrak
- Tidak diperlukan pemeriksaan awal

BPJS
Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN , Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah:
1. Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial (Pasal 1
angka 6)
2. Badan hukum nirlaba (Pasal 4 dan Penjelasan Umum)
3. Pembentukan dengan Undang-undang (Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(UU BPJS), secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah
badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan.
Kedua BPJS tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk memenuhi hak
konstitusional setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan
yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Fungsi BPJS
UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program
jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan.
BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 program, yaitu
program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.
Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami
kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.
Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan
prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk menjamin agar peserta
menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau
meninggal dunia.
Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak
pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun
atau mengalami cacat total tetap.

Tugas BPJS
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:
1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
4. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;
6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan program jaminan sosial; dan
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada
peserta dan masyarakat.

Wewenang BPJS
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud diatas BPJS berwenang:
1. Menagih pembayaran Iuran;
2. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang
dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana,
dan hasil yang memadai;
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja
dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
jaminan sosial nasional;
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas
kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak
memenuhi kewajibannya;
7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya
dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
8. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan
sosial.

Prosedur BPJS
Peserta BPJS Kesehatan ada 2 kelompok yaitu:
1. PBI Jaminan Kesehatan.
Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin
dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari
Pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin
yang ditetapkan oleh Pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah.
2. Bukan PBI jaminan kesehatan.
Peserta bukan PBI jaminan kesehatan terdiri dari:
1) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.
2) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya.
3) Buka pekerja dan anggota keluarganya
❖ Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran / PBI
Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak mampu yang menjadi peserta PBI dilakukan oleh
lembaga yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang statistik (Badan Pusat
Statistik) yang diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian Sosial.
Selain peserta PBI yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, juga terdapat penduduk yang
didaftarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan SK Gubernur/Bupati/Walikota bagi Pemda
yang mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.

❖ Pendaftaran Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah / PPU


1. Perusahaan / Badan usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta anggota
keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan melampirkan :
a. Formulir Registrasi Badan Usaha / Badan Hukum Lainnya
b. Data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya sesuai format yang ditentukan
oleh BPJS Kesehatan.
2. Perusahaan / Badan Usaha menerima nomor Virtual Account (VA) untuk dilakukan
pembayaran ke Bank yang telah bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI)
3. Bukti Pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS Kesehatan untuk dicetakkan kartu
JKN ataumencetak e-ID secara mandiri oleh Perusahaan / Badan Usaha.
❖ Pendaftaran Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah / PBPU dan Bukan Pekerja
o Pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja
1. Calon peserta mendaftar secara perorangan di Kantor BPJS Kesehatan
2. Mendaftarkan seluruh anggota keluarga yang ada di Kartu Keluarga
3. Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dengan melampirkan:
· Fotokopi Kartu Keluarga (KK)
· Fotokopi KTP/Paspor, masing-masing 1 lembar
· Fotokopi Buku Tabungan salah satu peserta yang ada didalam Kartu
Keluarga
· Pasfoto 3 x 4, masing-masing sebanyak 1 lembar.
4. Setelah mendaftar, calon peserta memperoleh Nomor Virtual Account
5. Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI)
6. Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan untuk dicetakkan
kartu JKN.
❖ Pendaftaran Bukan Pekerja Melalui Entitas Berbadan Hukum (Pensiunan
BUMN/BUMD)
Proses pendaftaran pensiunan yang dana pensiunnya dikelola oleh entitas berbadan
hukum dapat didaftarkan secara kolektif melalui entitas berbadan hukum yaitu dengan
mengisi formulir registrasi dan formulir migrasi data peserta..
Sistem Biaya
Iuran yang dibayarkan ke bank disesuaikan dengan jenis kepesertaan, yang diantaranya
adalah:

● Anggota yang terdaftar sebagai penerima bantuan iuran (PBI), (adalah anggota pekerja
penerima upah dan bukan penerima upah, dan ada pula bukan pekerja), jumlahnya sudah
ditetapkan oleh pemerintah sebanyak 86,4juta orang dengan iuran Rp19.225 per orang
dalam satu bulan.
● Peserta penerima upah seperti pekerja perusahaan swasta, membayar jumlah iuran
sebesar 4,5 % dari upah satu bulan dan ditanggung oleh pemberi kerja 4 persen dan 5%
ditanggung pekerja. Sedangkan PNS dan pensiunan PNS membayar iuran sebesar 5 %,
sebanyak 3 % ditanggung pemerintah dan 2 % ditanggung pekerja.
● Untuk peserta bukan penerima upah seperti pekerja sektor informal besaran iuran yang
harus dibayarkan, sesuai dengan jenis kelas perawatan yang diambil. Untuk ruang
perawatan kelas III Rp 25.500, kelas II Rp 42.500 dan kelas I Rp59.500.

Dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS bertujuan untuk memberikan
perlindungan kesehatan agar setiap peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan .
Pengertian definisi jaminan kesehatan, dengan prinsip asuransi social berdasarkan:

● Kegotongroyongan antara masyarakat kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua
dan muda, dan yang beresiko tinggi dan rendah.
● Anggota yang bersifat wajib dan tidak selektif.
● Iuran yang dibayarkan per bulan berdasarkan persentase upah / penghasilan.
● Jaminan Kesehatan Nasional Bersifat nirlaba.

Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip ekuitas adalah kesamaan anggota dalam
memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang terikat dengan besaran iuran
yang dibayarkan. Dan ini adalah bagian dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang masuk
dalam program kesehatan Pemerintah Indonesia pada tahun 2014 oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) nantinya.

Kapitasi untuk fasilitas kesehatan primer


Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan
kepada Fasilitas Kesehatan (Faskes) Tingkat Pertama (primer) berdasarkan jumlah peserta
yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada pasien. Yang untuk selanjutnya dikelola untuk penanganan dan pencegahan penyakit
atau preventif.

Sebagai contoh apabila 5.000 peserta BPJS Kesehatan yang terdaftar pada satu faskes dengan
kapitasi Rp 8.000 per orang per bulan. Idealnya 1 orang dokter bisa menangani 5.000 orang
perbulan waktu pelayanan 6 jam. Kemudian dilihat yang sakit berapa, yang pasti dia dibayar
sesuai dengan jumlah peserta terdaftar 5.000 dikalikan Rp 8.000 berarti dokter mengelola Rp
40.000.000. Dana ini yang setiap akhir bulan akan ia kelola untuk bayar lab, apotek, bidan,
dokter dan keperluan medis dan administrasi lainnya.

Ketika sebuah klinik memiliki dana dengan jumlah tertentu dan semakin sedikit orang yang
sakit maka akan besar pula penghasilan per bulannya. Artinya dokter bertanggung jawab
terhadap kesehatan dan harus mendorong 5.000 orang yang terdaftar di Faskes miliknya
untuk tidak sakit sehingga penghasilannya tetap.

Tarif Non Kapitasi juga untuk faskes pertama

Besar pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Namun besar tarif belum
dibahas secara jelas.

Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-CBG’s

Tarif INACBGs adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan
diagnosis penyakit. Perhitungan tarif ini diberlakukan di fasilitas kesehatan lanjutan dalam
hal ini adalah rumah sakit baik itu milik pemerintah atau milik swasta.

Perhitungannya lebih objektif berdasarkan pada biaya sebenarnya. INACBGs merupakan


sistem pengelompokkan penyakit berdasarkan ciri klinis yang sama dan sumber daya yang
digunakan dalam pengobatan. Pengelompokkan ini ditujukan untuk pembiayaan kesehatan
pada penyelenggara jaminan kesehatan sebagai pola pembayaran yang bersifat prospektif.
Dan agar lebih mudah, paket INACBGs mencakup seluruh komponen biaya rumah sakit.

Berbasis pada data costing dan coding penyakit mengacu pada International Classification of
Diseases yang disusun WHO, Sehingga menggunakan ICD 10 untuk mendiagnosis 14.500
kode dan ICD 9 Clinical Modification yang mencakup 7.500 kode. Sedangkan tarif
INACBGs terdiri dari 1.077 kode CBG yang terdiri dari 789 rawat inap dan 288 rawat jalan
dengan tingkat keparahannya.

Tarif INACBGs untuk JKN dikelompokkan menjadi 6 jenis rumah sakit (rumah sakit kelas
D, C, B dan A, rumah sakit umum dan rumah sakit rujukan nasional). Selain itu Tarif
Pelayanan Kesehatan Progjam JKN juga disusun berdasarkan perawatan kelas 1, 2 dan 3,
yang saat ini memang tersedia pada program JKN.

Macam-Macam

Jaminan sosial meliputi:


· Jaminan Kesehatan

· Jaminan Kecelakaan Kerja

· Jaminan Hari Tua

· Jaminan Pensiun

· Jaminan Kematian

Jumlah peserta dan anggota keluarga yang ditanggung BPJS Kesehatan

Jumlah peserta dan anggota yang ditanggung oleh JKN adalah paling banyak 5 (lima) orang
dalam satu keluarga peserta BPJS. Kelima orang tersebut adalah peserta itu sendiri, satu istri
atau suami yang sah ditambah tiga anak (anak kandung/anak tiri/anak angkat yang sah).
Untuk anak yang ditanggung BPJS mempunyai ketentuan: belum menikah, belum bekerja,
dan belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun bagi anak yang masih melanjutkan
pendidikan formal.
Apabila peserta JKN memiliki anggota keluarga lebih dari lima orang, tetap dapat dapat
mengikutsertakan anggota keluarga yang lain (anak keempat, orang tua, mertua, saudara
kandung / ipar, asisten rumah tangga, dll), dengan membayar iuran tambahan. Adapun
besarnya iuran tambahan yang harus dibayar untuk peserta yang bekerja adalah 1% dari gaji
atau upah per bulan dan ditanggung oleh peserta yang bersangkutan. Sedangkan untuk
peserta bukan pekerja, adalah sebesar:

● Rp 25.500 tiap orang per bulan dengan pelayanan di ruang perawatan kelas tiga
● Rp 42.500 tiap orang per bulan dengan pelayanan di ruang perawatan kelas dua
● Rp 59.500 tiap orang per bulan dengan pelayanan di ruang perawatan kelas satu

Denda Keterlambatan Pembayaran Iuran BPJS

Pembayaran iuran BPJS dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Bagi PPU
(Pekerja Penerima Upah), akan dikenai denda sebesar 2% per bulan dari total iuran, dan
paling banyak tertunggak selama 3 bulan. Sedangkan bagi PBPU, dikenakan denda sebesar
2% per bulan dari total iuran dan tertunggak paling banyak untuk waktu 6 bulan, yang
dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak. Apabila dalam jangka waktu batas
tempo, peserta tidak juga melakukan pelunasan, maka pelayanan kesehatan akan dihentikan
sementara.

Adapun alur Pelayanan BPJS adalah sebagai berikut:


Prosedur Umum
Prosedur Pelayanan Rawat Jalan di Faskes Tingkat Pertama

Prosedur Pelayanan Kesehatan di Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan

Prosedur Pelayanan Obat


Prosedur Pelayanan Alat Kesehatan

Prosedur Kerjasama Faskes dengan BPJS Kesehatan

4. Memahami dan Menjelaskan Sistim RujukanKlinik Dokter Keluarga

Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi 2, yakni :

Ø Rujukan medik

Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien.
Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan
pemeriksaan. Tujuan: untuk menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan status kesehatan
pasien
1. Rujukan pasien (transfer of patient)
Penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata
pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut
2. Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)
Pengiriman dokter/ tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pel.kes. Yang lebih mampu ke
strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya,
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan

3. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (transfer of specimens)


Pengiriman bahanbahanpemeriksaan bahan laboratorium daristrata pelayanan
kesehatan yangkurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk
tindak lanjut.

Ø Rujukan kesehatan masyarakat


Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.
Tujuan: untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang ada di
masyarakat.
1. Rujukan tenaga,
Pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan yang lebih
mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah
kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan.
2. Rujukan sarana
Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan kesehatan yang
lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi
masalah kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak lanjut.
3. Rujukan operasional
Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah kesehatan
masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan
kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.

Rujukan kesehatan:
Ø Lingkup: Masalah kesehatan masyarakat Ø Tujuan: Pemeliharaan den pencegahan Ø Jalur:
Dinas Kesehatan secara bertingkat

2. Karakteristik
a. Ruang lingkup kegiatan

Konsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak ketiga. Rujukan, melimpahkan


wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang dihadapi kepada
pihak ketiga

b. Kemampuan dokter

Konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli dan atau yang lebih
pengalaman.Pada rujukan hal ini tidak mutlak.

c. Wewenang dan tanggung jawab


Konsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter yang meminta
konsultasi.Pada rujukan sebaliknya.

3. Manfaat

a) Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan

 Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat
kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
 Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
 Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan

b) Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan

 Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang
 Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan
jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan

c) Dari sudut tenaga kesehatan

 Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat kerja,
ketekunan dan dedikasi.
 Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui jalinan Kerjasama
 Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas
dan kewajiban tertentu

4. Tata Cara

Tata cara rujukan

· Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja


· Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
· Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing- masing pihak

Pembagian wewenang & tanggungjawab


1. Interval referral
Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penderita sepenuhnya kepada dokter
konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tersebut
tidak ikut menanganinya
2. Collateral referral
Menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk satu
masalah kedokteran khusus saja
3. Cross referral
Menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan penderita sepenuhnya
kepada dokter lain untuk selamanya
4. Split referral
Menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan penderita sepenuhnya
kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.
5. Interval referral
Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penderita sepenuhnya kepada dokter
konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tersebut
tidak ikut menanganinya
6. Collateral referral
Menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk satu
masalah kedokteran khusus saja
7. Cross referral
Menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan penderita sepenuhnya
kepada dokter lain untuk selamanya
8. Split referral
Menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan penderita sepenuhnya
kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.

5. Memahami dan Menjelaskan peran dokter keluarga dan mitra kerja

Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK)


Dapat di lihat bentuk komunikasi atau kerjasama antara dokter dan teman sejawatnya
di lakukan dalam berbagai hal seperti :
1. Merujuk pasien Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan
keterbatasan fasilitas pelayanan, dokter yang merawat harua merujuk pasiennya pada
teman sejawat lainnya.
2. Bekerjasama dengan sejawat, Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa
membeda-bedakan jenis kelamin, ras, usia, kecacatan, agama, status sosial atau
perbedaan kompetensi yang dapat merugikan hubungan profesional antar sejawat.
3. Bekerja dalam tim, Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim
multidisiplin.
4. Mengatur dokter pengganti, Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus
menentukan dokter pengganti serta mengatur proses mengalihkan yang efektif dan
komunikatif dengan dokter pengganti.
5. Mematuhi tugas, Seorang dokter yang bekerjapada institusi pelayanan atau pendidikan
kedokteran harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk
sebagai dokter pengganti
6. Pendelegasian wewenang, pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm
pendidikan spesialis, mahasiswa kedokteran dalam hal pengobatan atau perawatan
atas nama dokter yang merawat, harus disesuaikan dengan kompetensi dalam
melaksanakan prosedur dan terapi yang sesuai dengan peraturan baru.

Komunikasi Dokter-Profesi Lain


1. Kolaborasi
A. Pengertian Menurut Shortridge, et al (1986)
Hubungan timbal balik di mana [pemberi pelayanan] memegang tanggung
jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang respektif
mereka.

B. Elemen-elemen Kolaborasi
1) Struktur
2) Proses
3) Hasil Akhir

C. Model Kolaboratif Tipe I


1) Menekankan Komunikasi Dua Arah
2) Masih menempatkan Dokter pada posisi utama
3) Masih membatasi Hubungan Dokter dengan Pasien

D. Model Kolaboratif Tipe II


1) Lebih berpusat pada Pasien
2) Semua Pemberi Pelayanan harus bekerja sama
3) Ada kerja sama dengan Pasien
4) Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus

E. Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan
untuk mencapai tujuan kolaborasi team :
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan
keahlian unik profesional.
2) Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
3) Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
4) Meningkatnya kohesifitas antar profesional
5) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
6) Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang
lain

F. Kesuksesan kolaborasi dalam suatu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh:


1) Faktor interaksi (interactional determinants), yaitu hubungan interpersonal diantara
anggota tim yang terdiri dari kemauan untuk berkolaborasi, percaya, saling
menghargai dan berkomunikasi .
2) Faktor Organisasi (organizational determinants) yaitu kondisi di dalam organisasi
tersebut yang terdiri dari:
a) Organizational structure (struktur horisontal dianggap lebih berhasil
daripada struktur hierarkis)
b) Organization’s philosophy (nilai nilai keterbukaan, kejujuran, kebebasan
berekspresi, saling ketergantungan, integritas dan sikap saling percaya;
c) administrative support (kepemimpinan);
d) team resource (tersedianya waktu untuk bertemu dan berinteraksi, membagi
lingkup praktek dengan profesional lain, bekerja dalam suatu unit yang
kecil) ;
e) coordination mechanism (pertemuan formal untuk diskusi, standarisasi
prosedur dalam bekerja).
3) Faktor lingkungan organisasi (organization’s environment/ systemic determinants)
yaitu elemen diluar organisasi, seperti sistem sosial, budaya, pendidikan dan
profesional.

2. Pendekatan Praktik Hirarkis


A. Menekankan Komunikasi satu arah
B. Kontak Dokter dengan Pasien terbatas
C. Dokter merupakan Tokoh yang dominan
D. Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, spt IGD

6.Memahami dan menjelaskan Pandangan Islam dalam menangani pasien


1. Berusaha menjaga kesehatan pasien sebagai konsekuensi amanah dan tanggung
jawabnya dan berusaha menjaga rahasia pasien kecuali dalam kondisi darurat atau
untuk tindakan preventif bagi yang lainnya. Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam
bersabda :

"Barangsiapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup
(aibnya) pada hari kiamat. " (HR. al-Bukhari 2442 dan Muslim 7028).

2. Senantiasa menyejukkan hati pasien, menghiburnya dan mendo'akannya.


Salah satunya ialah dengan mengucapkan "Tidak mengapa, insyaallah ini adalah
penghapus dosa", atau meletakkan tangan kanan di tempat yang sakit seraya berdo'a :
" Wahai Robb manusia, hilangkanlah penyakit tersebut, sembuhkanlah, Engkau
adalah penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan
yang tidak ditimpa penyakit lagi. " (HR. Muslim 2191 dan yang lainnya).

3. Hendaknya memberitahukan kepada pasien bahwa yang menyembuhkan hanya


Allah Ta'ala sehingga hatinya bergantung kepada Allah, bukan kepada dokter.Nabi
sholallohu 'alaihi wasalam berkata kepada Abu Rimtsah (seorang dokter ahli) :
" Allah adalah dokter, sedangkan kamu adalah orang yang menemani yang sakit. "
(HR. Abu Dawud 4209, ash-shahiihah 1537).
4. Seorang dokter tidak boleh membohongi pasiennya.
Misalnya tatkala stok obat habis ia memberikan obat yang tidak sesuai dengan
penyakitnya atau memberikan obat yang di dalamnya terkandung bahan-bahan yang
diharamkan.

5. Hendaknya profesi dalam bidang kedokteran bertujuan untuk memuliakan manusia.


Allah Ta'ala berfirman :
(Setan berkata) : "Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-
benar mereka mengubahnya. " (QS. an-Nisa' (4) : 119).

6. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan, apoteker dan petugas kesehatan lainnya
hendaknya betul-betul meningkatkan dan menekuni pekerjaanya.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam :
"Barangsiapa yang menerjuni kedokteran sedangkan tidak diketahui orang itu ahli
kedokteran, maka ia menanggung (kerugian pasien)." (HR. Abu Dawud 4586, ash-
shahiihah 635).

7. Profesi dalam bidang pengobatan termasuk pekerjaan yang mulia sehingga


diharapkan bagi para dokter untuk menggapai ridha Allah dalam setiap aktivitasnya.
Nabi sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia yang lain." (Dikeluarkan oleh ad-Daruqutni, ash-shahiihah
426).

Anda mungkin juga menyukai