NPM : 1102019235
Kelompok PBL B14
Tugas Mandiri Skenario 3
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Klinik Dokter Keluarga
1) Planning
Suatu kegiatan yang dilakukan tanpa adanya perencanaan. Untuk membuat program
diperlukan perencanaan yang matang dari segi kelemahan, kelebihan, hambatan, tujuan dan manfaat
dari program tersebut. Agar suatu program dapat berjalan dengan sukses diperlukan perencanaan
dengan pertimbangan yang matang. Perencanaan membutuhkan suatu konseptor yang benar - benar
memiliki kemampuan dan pemahaman terhadap kegiatan yang akan diadakan. Planning juga berperan
dalam pembuatan jadwal kegiatan agar suatu program berjalan sesuai yang diharapkan.
2) Organizing
Dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang
lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian
dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas
tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3) Actuating
Pelaksanaan dari sebuah kegiatan merupakan puncak dari hasil kerja sama sebuah
kepanitiaan, dengan harapan sebuah tim kepanitiaan dapat saling membantu dan memberikan solusi
terhadap suatu masalah yang terjadi antara panitia satu dengan yang lain. Sehingga, dalam keadaan
seperti apapun, kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Untuk itu maka dibutuhkan kerja
keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk
mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana
kerja yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian.
Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-
masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
4) Controlling
Jika seluruh kegiatan telah selesai, maka yang dilakukan selanjutnya adalah evaluasi.
Mengapa hal ini diperlukan, karena dengan adanya setiap permasalahan atau kekurangan yang terjadi
dapat diketahui dan dikumpulkan sebagai arsip, sehingga pada kegiatan serupa yang selanjutnya
dapat dijadikan pelajaran dan diharapkan untuk kegiatan yang selanjutnya tidak terulang
permasalahan yang serupa. Evaluasi minimal dilakukan sekali di akhir kegiatan. Namun, perlu juga
dilakukan evaluasi dipertengahan pelaksanaan kegiatan, tanpa mengganggu jalannya kegiatan.
Evaluasi juga merupakan salah satu sarana “controling” ketika kegiatan berlangsung.
Manajemen SDM
1) Dokter: 2
2) Bidan: 1
3) Asisten analis: 1 (honor)
4) Asisten apoteker: 1
5) Staf administrasi dan keuangan: 1
6) OB: 1
● Untuk paramedis
a. Kursus keperawatan
b. Peer Review: Diskusi kelompok
c. membahas satu masalah (rutin)
d. Kursus Manajemen pengelolaan
e. keperawatan di klinik (asuhan keperawatan,dll)
f. Pendidikan formal seperti Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan, dll.
Manajemen Keuangan
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya dana
yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan berbagai sarana dan prasarana medis dan non medis yang
diperlukan, tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan.
Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam.
Dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan membayar biaya pelayanan.
2) Pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health insurance) Dalam arti setiap kali
pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena pembayaran tersebut
telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hal ini adalah badan asuransi.
Mengingat bentuk pembayaran pra upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada saat
ini bentuk pembayaran pra upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk
pembiayaan secara pra upaya yang dipergunakan.
Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang
dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu. "dengan sistem pembayaran ini, maka
besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan yang tidak
ditentukan oleh frekuensi penggunaan pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh
jumlah peserta dan kesepakatan jangka waktu jaminan.
Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh
badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang
dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka
besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak
ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan
kesehatan yang dimanfaatkan. penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket
pelayanan yang sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini
dikenal pula dengan nama sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group)
yang di banyak negara maju telah lama diterapkan.
Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga,
sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama halnya
dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang telah disepakati.
Manajemen Material
1) Ruang tunggu :
● Bersih
● Terang
● Ventilasi baik
● Lantai tidak licin
● Tidak berbau
● Tidak bising
● Suhu nyaman
● Terpisah dari pasien infeksius
2) Kerahasiaan dan privasi
● Ruang konsultasi terpisah dari ruang tunggu
● Sistem yang menjamin kerahasiaan medik
● Menjamin kerahasiaan pasien setelah pelayanan
3) Bangunan dan interior
Manajemen Pelayanan
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya
pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga tersebut tidak
melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat inap di rumah
sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter
keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke
rumah sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup
pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah. Pelayanan bentuk
ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan rumah sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah
mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta perawatan rawat
inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah
berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi
kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.
Dalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau
menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik secara
holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif dan
efisien demi kepentingan pasien semata.
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa diagnosis
banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik.
d. Prognosis
e. Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan untuk
dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi
pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.
f. Konsultasi
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter keluarga
lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien
semata.
g. Rujukan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain,
dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan
pasien semata.
h. Tindak lanjut
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan tindak
lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.
i. Tindakan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang rasional pada
pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi kepentingan pasien.
j. Pengobatan rasional
k. Pembinaan keluarga
Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila adanya
partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling
keluarga.
Menurut Ketua National Casemix Center (NCC), Bambang Wibowo, fee for
servicemerupakan metode pembayaran rumah sakit berjenis retrospektif, dimana pembayaran
ditetapkan setelah pelayanan kesehatan diberikan. Dengan sistem tarif ini, pihak provider,
atau penyedia layanan kesehatan seperti rumah sakit, dapat memperolehincome yang tidak
terbatas. Sebab, provider dapat menawarkan segala macam pelayanan kesehatan kepada
pasien, bahkan termasuk pelayanan kesehatan yang sebenarnya tidak diperlukan sekalipun.
Sehingga, hal ini berpotensi menimbulkan terjadinya over treatment(pemeriksaan yang
berlebihan), over prescription (peresepan obat yang berlebihan), serta over
utilility (penggunaan alat pemeriksa yang berlebihan).
Asuransi Kesehatan
Asuransi adalah suatu mekanisme pengalihan resiko (sakit) dari resiko perorangan menjadi
resiko kelompok. Dengan cara mengalihkan resiko individu menjadi resiko kelompok, beban
ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih tetapi
mengandung kepastian karena memperoleh jaminan.
a. Asuransi kesehatan sosial (social health insurance) asuransi ini memegang teguh
prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan sosial, pelayanan kesehatan tidak
boleh semata-mata diberikan berdasarkan status sosial masyarakat sehingga semua lapisan
berhak untuk memperoleh jaminan pelayanankesehatan. contoh: PT.askes, PT.jamsostek.
Prinsip kerja:
Prinsip kerja:
Prinsip-prinsip dasar:
BPJS
Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN , Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah:
1. Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial (Pasal 1
angka 6)
2. Badan hukum nirlaba (Pasal 4 dan Penjelasan Umum)
3. Pembentukan dengan Undang-undang (Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(UU BPJS), secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah
badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan.
Kedua BPJS tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk memenuhi hak
konstitusional setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan
yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Fungsi BPJS
UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program
jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan.
BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 program, yaitu
program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.
Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami
kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.
Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan
prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk menjamin agar peserta
menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau
meninggal dunia.
Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak
pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun
atau mengalami cacat total tetap.
Tugas BPJS
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:
1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
4. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;
6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan program jaminan sosial; dan
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada
peserta dan masyarakat.
Wewenang BPJS
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud diatas BPJS berwenang:
1. Menagih pembayaran Iuran;
2. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang
dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana,
dan hasil yang memadai;
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja
dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
jaminan sosial nasional;
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas
kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak
memenuhi kewajibannya;
7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya
dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
8. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan
sosial.
Prosedur BPJS
Peserta BPJS Kesehatan ada 2 kelompok yaitu:
1. PBI Jaminan Kesehatan.
Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin
dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari
Pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin
yang ditetapkan oleh Pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah.
2. Bukan PBI jaminan kesehatan.
Peserta bukan PBI jaminan kesehatan terdiri dari:
1) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.
2) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya.
3) Buka pekerja dan anggota keluarganya
❖ Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran / PBI
Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak mampu yang menjadi peserta PBI dilakukan oleh
lembaga yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang statistik (Badan Pusat
Statistik) yang diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian Sosial.
Selain peserta PBI yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, juga terdapat penduduk yang
didaftarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan SK Gubernur/Bupati/Walikota bagi Pemda
yang mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.
● Anggota yang terdaftar sebagai penerima bantuan iuran (PBI), (adalah anggota pekerja
penerima upah dan bukan penerima upah, dan ada pula bukan pekerja), jumlahnya sudah
ditetapkan oleh pemerintah sebanyak 86,4juta orang dengan iuran Rp19.225 per orang
dalam satu bulan.
● Peserta penerima upah seperti pekerja perusahaan swasta, membayar jumlah iuran
sebesar 4,5 % dari upah satu bulan dan ditanggung oleh pemberi kerja 4 persen dan 5%
ditanggung pekerja. Sedangkan PNS dan pensiunan PNS membayar iuran sebesar 5 %,
sebanyak 3 % ditanggung pemerintah dan 2 % ditanggung pekerja.
● Untuk peserta bukan penerima upah seperti pekerja sektor informal besaran iuran yang
harus dibayarkan, sesuai dengan jenis kelas perawatan yang diambil. Untuk ruang
perawatan kelas III Rp 25.500, kelas II Rp 42.500 dan kelas I Rp59.500.
Dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS bertujuan untuk memberikan
perlindungan kesehatan agar setiap peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan .
Pengertian definisi jaminan kesehatan, dengan prinsip asuransi social berdasarkan:
● Kegotongroyongan antara masyarakat kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua
dan muda, dan yang beresiko tinggi dan rendah.
● Anggota yang bersifat wajib dan tidak selektif.
● Iuran yang dibayarkan per bulan berdasarkan persentase upah / penghasilan.
● Jaminan Kesehatan Nasional Bersifat nirlaba.
Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip ekuitas adalah kesamaan anggota dalam
memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang terikat dengan besaran iuran
yang dibayarkan. Dan ini adalah bagian dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang masuk
dalam program kesehatan Pemerintah Indonesia pada tahun 2014 oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) nantinya.
Sebagai contoh apabila 5.000 peserta BPJS Kesehatan yang terdaftar pada satu faskes dengan
kapitasi Rp 8.000 per orang per bulan. Idealnya 1 orang dokter bisa menangani 5.000 orang
perbulan waktu pelayanan 6 jam. Kemudian dilihat yang sakit berapa, yang pasti dia dibayar
sesuai dengan jumlah peserta terdaftar 5.000 dikalikan Rp 8.000 berarti dokter mengelola Rp
40.000.000. Dana ini yang setiap akhir bulan akan ia kelola untuk bayar lab, apotek, bidan,
dokter dan keperluan medis dan administrasi lainnya.
Ketika sebuah klinik memiliki dana dengan jumlah tertentu dan semakin sedikit orang yang
sakit maka akan besar pula penghasilan per bulannya. Artinya dokter bertanggung jawab
terhadap kesehatan dan harus mendorong 5.000 orang yang terdaftar di Faskes miliknya
untuk tidak sakit sehingga penghasilannya tetap.
Besar pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Namun besar tarif belum
dibahas secara jelas.
Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-CBG’s
Tarif INACBGs adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan
diagnosis penyakit. Perhitungan tarif ini diberlakukan di fasilitas kesehatan lanjutan dalam
hal ini adalah rumah sakit baik itu milik pemerintah atau milik swasta.
Berbasis pada data costing dan coding penyakit mengacu pada International Classification of
Diseases yang disusun WHO, Sehingga menggunakan ICD 10 untuk mendiagnosis 14.500
kode dan ICD 9 Clinical Modification yang mencakup 7.500 kode. Sedangkan tarif
INACBGs terdiri dari 1.077 kode CBG yang terdiri dari 789 rawat inap dan 288 rawat jalan
dengan tingkat keparahannya.
Tarif INACBGs untuk JKN dikelompokkan menjadi 6 jenis rumah sakit (rumah sakit kelas
D, C, B dan A, rumah sakit umum dan rumah sakit rujukan nasional). Selain itu Tarif
Pelayanan Kesehatan Progjam JKN juga disusun berdasarkan perawatan kelas 1, 2 dan 3,
yang saat ini memang tersedia pada program JKN.
Macam-Macam
· Jaminan Pensiun
· Jaminan Kematian
Jumlah peserta dan anggota yang ditanggung oleh JKN adalah paling banyak 5 (lima) orang
dalam satu keluarga peserta BPJS. Kelima orang tersebut adalah peserta itu sendiri, satu istri
atau suami yang sah ditambah tiga anak (anak kandung/anak tiri/anak angkat yang sah).
Untuk anak yang ditanggung BPJS mempunyai ketentuan: belum menikah, belum bekerja,
dan belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun bagi anak yang masih melanjutkan
pendidikan formal.
Apabila peserta JKN memiliki anggota keluarga lebih dari lima orang, tetap dapat dapat
mengikutsertakan anggota keluarga yang lain (anak keempat, orang tua, mertua, saudara
kandung / ipar, asisten rumah tangga, dll), dengan membayar iuran tambahan. Adapun
besarnya iuran tambahan yang harus dibayar untuk peserta yang bekerja adalah 1% dari gaji
atau upah per bulan dan ditanggung oleh peserta yang bersangkutan. Sedangkan untuk
peserta bukan pekerja, adalah sebesar:
● Rp 25.500 tiap orang per bulan dengan pelayanan di ruang perawatan kelas tiga
● Rp 42.500 tiap orang per bulan dengan pelayanan di ruang perawatan kelas dua
● Rp 59.500 tiap orang per bulan dengan pelayanan di ruang perawatan kelas satu
Pembayaran iuran BPJS dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Bagi PPU
(Pekerja Penerima Upah), akan dikenai denda sebesar 2% per bulan dari total iuran, dan
paling banyak tertunggak selama 3 bulan. Sedangkan bagi PBPU, dikenakan denda sebesar
2% per bulan dari total iuran dan tertunggak paling banyak untuk waktu 6 bulan, yang
dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak. Apabila dalam jangka waktu batas
tempo, peserta tidak juga melakukan pelunasan, maka pelayanan kesehatan akan dihentikan
sementara.
Ø Rujukan medik
Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien.
Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan
pemeriksaan. Tujuan: untuk menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan status kesehatan
pasien
1. Rujukan pasien (transfer of patient)
Penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata
pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut
2. Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)
Pengiriman dokter/ tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pel.kes. Yang lebih mampu ke
strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya,
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
Rujukan kesehatan:
Ø Lingkup: Masalah kesehatan masyarakat Ø Tujuan: Pemeliharaan den pencegahan Ø Jalur:
Dinas Kesehatan secara bertingkat
2. Karakteristik
a. Ruang lingkup kegiatan
b. Kemampuan dokter
Konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli dan atau yang lebih
pengalaman.Pada rujukan hal ini tidak mutlak.
3. Manfaat
Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat
kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan
Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang
Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan
jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan
Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat kerja,
ketekunan dan dedikasi.
Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui jalinan Kerjasama
Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas
dan kewajiban tertentu
4. Tata Cara
B. Elemen-elemen Kolaborasi
1) Struktur
2) Proses
3) Hasil Akhir
E. Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan
untuk mencapai tujuan kolaborasi team :
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan
keahlian unik profesional.
2) Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
3) Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
4) Meningkatnya kohesifitas antar profesional
5) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
6) Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang
lain
"Barangsiapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup
(aibnya) pada hari kiamat. " (HR. al-Bukhari 2442 dan Muslim 7028).
6. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan, apoteker dan petugas kesehatan lainnya
hendaknya betul-betul meningkatkan dan menekuni pekerjaanya.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam :
"Barangsiapa yang menerjuni kedokteran sedangkan tidak diketahui orang itu ahli
kedokteran, maka ia menanggung (kerugian pasien)." (HR. Abu Dawud 4586, ash-
shahiihah 635).