Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS MATERNAL

KEDOKTERAN KELUARGA

SEORANG WANITA G7P6A0 USIA 43 TAHUN DENGAN


KEHAMILAN RISIKO SANGAT TINGGI DAN ANEMIA GRAVIDARUM

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Komprehensif


Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh :
Fadila Amalina Ariputri
NIM. 22010116220289

Dosen Pembimbing :
dr. Sudaryanto, M.Pd.Ked

KEPANITERAAN KOMPREHENSIF KEDOKTERAN KELUARGA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA


SEORANG WANITA G7P6A0 USIA 43 TAHUN DENGAN
KEHAMILAN RISIKO SANGAT TINGGI DAN ANEMIA GRAVIDARUM

DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN TUGAS KEPANITERAAN


KOMPREHENSIF KEDOKTERAN KELUARGA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Disusun oleh :

Fadila Amalina Ariputri


22010116220289

Telah disetujui dan disahkan:

Pembimbing

dr. Sudaryanto, M.Pd, Ked


BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


 Nama : Ny. K
 Jenis kelamin : Perempuan
 Usia : 43 tahun
 Status Pernikahan: menikah
 Alamat : Karanganyar Legok RT 02/RW 04 Candisari
 Agama : Kristen
 Suku Bangsa : Jawa
 Pendidikan : SMP
 Pekerjaan : Karyawati kantin

1.2 ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Lesu
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
± 3 bulan yang lalu sejak mengetahui hamil, pasien mulai mengeluhkan.
Lesu dirasakan terus-menerus dan makin memberat taip harinya, pasien
masih dapat bekerja namun mudah lelah, lesu dirasakan makin memberat
apabila pasien melakukan aktivitas dan membaik dengan istirahat. Pasien
juga mengeluhkan nafsu makan menurun (+), mudah mengantuk namun sulit
tidur (+), mata berkunang-kunang (-), mual (-), muntah (-).
Saat ini usia kehamilan pasien 22 minggu. Pasien masih lesu (+), mudah
lelah (+), tidak nafsu makan (+), mudah mengantuk namun sulit tidur (+),
mual (-), muntah (-), kenceng-kenceng belum dirasakan. Keluar air dari jalan
lahir (-). Keluar darah dari jalan lahir (-). Gerak janin (+) masih dirasakan.
c. Riwayat Haid :
Menarche : 12 tahun. Lama haid 7 hari. Siklus 28 hari
HPHT : 10 Juni 2018 HPL : 17 Maret 2019
UK: 22 minggu
d. Riwayat Perkawinan :
Pasien menikah 1 kali selama 23 tahun
e. Riwayat Obsetri:
G7P6A0 :
1) Tahun 1995, perempuan, 3000 gram, persalinan spontan, di bidan, sehat
2) Tahun 1997, perempuan, 2500 gram, persalinan spontan, di bidan, sehat
3) Tahun 2000, perempuan, 3000 gram, persalinan spontan, di bidan, sehat
4) Tahun 2002, perempuan, 3000 gram, persalinan spontan, di bidan, sehat
5) Tahun 2005, perempuan, 3000 gram, persalinan spontan, di bidan, sehat
6) Tahun 2015, laki-laki, 3200 gram, persalinan spontan, di puskesmas,
sehat
7) Hamil sekarang
f. Riwayat ANC :
Kontrol di Puskesmas 1x
g. Riwayat KB : pil KB
h. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat varises sejak sebelum menikah
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat asma disangkal
i. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat asma disangkal
j. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien bekerja sebagai karyawati kantin, suami bekerja sebagai pengamen.
Anak pertama dan ke-dua pasien bekerja sebagai pelayan toko. Penghasilan
total keluarga per bulan Rp 3.000.000. Saat ini pasien hamil anak ke-tujuh
Pasien tinggal di rumah mertuanya, bersama suami dan anak-anak pasien
yang sudah bekerja dan masih sekolah. Orangtua pasien tidak bekerja. Biaya
pengobatan menggunakan BPJS PBI.
Kesan sosial ekonomi kurang

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan pemeriksaan fisik di Puskesmas pada tanggal 12 November 2018
pukul 09.15 WIB di Puskesmas Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kota
Semarang.
 Keadaan umum : baik
 Kesadaran: komposmentis
 Tanda vital:
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5’C
Pernapasan : 20 x/menit
 TB : 152 cm
 BB : 55,5 kg
 BMI : 24,02 kg/m2
 LILA : 26,5 cm
Status Generalis:
 Kepala : mesosefal
 Mata : konjungtiva palpebra pucat (+/+), sklera ikterik (-/-)
 Telinga : Discharge (-),nyeri tekan mastoid (-)
 Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-)
 Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), mukosa kering
 Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-), granulasi (-), post nasal drip
(-), nyeri telan (-)
 Leher : Trakhea di tengah, pembesaran nnll (-/-)
 Thorax : Simetris, retraksi otot pernafasan (-), sela iga melebar
(-), venektasi dinding dada (-)
o Pulmo
I : Simetris, statis, dinamis
Pa : Stem fremitus kanan = kiri
Pe : Sonor seluruh lapangan paru
Aus : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
o Cor
I : Iktus Cordis tak tampak
Pa : Iktus Cordis teraba di SIC V 2 cm lateral LMCS, kuat angkat,
tidak melebar.
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Aus : SJ I – II normal, bising tidak ada, gallop (-)
 Abdomen :
I : cembung, venektasi (-)
Au : Bising usus dalam batas normal
Pe : tympani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-), nyeri alih (-) ,
turgor kulit dalam batas normal
 Ekstremitas Superior Inferior
Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Cappilary Refill <2”/<2” <2”/<2”

Status Obstetrik:
Abdomen :
TFU : setinggi pusat
Leopold I-IV : teraba tegangan, ballotement (+)
DJJ : 132 x/menit
PPV : fluxus (-)
LILA : 26,5 cm
Pemeriksaan dalam
Vaginal toucher : tidak dilakukan

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil Laboratorium 12 November 2018
 Hemoglobin : 7,5 g/dl
 GDS : 75 mg/dl
 Protein : negatif
 Reduksi : negatif
 pH : 6,5
 HIV : non reaktif
 Syphilis rapid test : non reaktif
 HbsAg : negatif
Kesan : anemia sedang 7,5 g/dl

1.5 DATA TAMBAHAN


Tabel 1. Profil Keluarga Yang Tinggal Satu Rumah
No Nama Kedudukan dalam JK Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Keluarga (th)
1 M Mertua Laki-laki L 80 SD Tidak bekerja Sehat
2 E Mertua Perempuan P 75 SD Tidak bekerja Sehat
3 MT Kepala keluarga L 44 SD Swasta Sehat
utama
4 K Istri P 43 SMP Karyawan Swasta Sehat
5 STM Anak I P 23 SMA Karyawan swasta Sehat
6 FT Anak II P 21 SMP Karyawan swasta Sehat
7 GT Anak III P 18 SMA Pelajar Sehat
8 HTR Anak IV P 16 SMP Pelajar Sehat
9 KJ Anak V P 13 SMP Pelajar Sehat
10 TR Anak VI L 3 - - Sehat

Bentuk keluarga : extended family ( ayah, ibu, anak, menantu)

1.6 CONTINUUM OF CARE


a. Antenatal care
Tabel 2. Antenatal care
No. Antenatal care Keterangan
1 Timbang berat badan 55,5 kg
2 Ukur LiLA 26,5 cm
3 Tekanan darah 120/90 mmHg
4 Tinggi fundus uteri setinggi pusat
5 Detak jantung janin 132x/menit reguler
6 Palpasi Janin tunggal intrauterine
7 Imunisasi TT 1X
8 Tablet Fe -
9 Pemerikaan laboratorium Hb 7,5 g/dl
(18/09/2018 di Puskesmas) GDS 75 mg/dl
HbsAg (-)
HIV (-)
Sifilis (-)
Reduksi (-)
Albumin (-)
10 Tatalaksana khusus Tablet Fe ( 2 x 1) asam folat ( 1x 1),
calcium 1x1, vit C 1x1
11 Edukasi Nutrisi ibu hamil, kebersihan diri

b. Kartu Skor Poedji Rochjati


Tabel 3. Skor Poedji Rochjati
I II III 1V
KEL.F.R NO Masalah/Faktor Risiko Skor Tribulan
I II III. III.2
.
1
Skor Awal Ibu Hamil 2 2
I 1 Terlalu muda, hamil < 16 thn 4
2 a. terlalu lambat hamil I, kawin ≥ 4 4
th
b. terlalu tua, hamil ≥ 35 th 4
3 Terlalu cepat hamil lagi (< 2 th) 4
4 Terlalu lama hamil lagi (≥ 10 th) 4
5 Terlalu banyak anak, 4/lebih 4 4
6 Terlalu tua, umur ≥ 35 th 4 4
7 Terlalu pendek ≤ 145 cm 4
8 Pernah gagalkehamilan 4
9 Pernah melahirkan dengan: 4
a. tarikan tang/vakum
b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfusi 4
10 Pernah operasi sesar 8
II 11 Penyakit pada ibu hamil: 4 4
a. kurang darah b. Malaria
c. TBC paru d. Payah jantung 4
e. kencing manis (diabetes) 4
f. penyakit menular seksual 4
12 Bengkak pada muka/tungkai dan 4
tekanan darah tinggi
13 Hamil kembar 2 atau lebih 4
14 Hamil kembar air (hydramnion) 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak lintang 8
III 19 Pendarahan dalam kehamilan ini 8
20 Pre eklampsia berat/kejang-2 8
JUMLAH SKOR 14

Tabel 5. Rujukan Terencana


KEHAMILAN PERSALINAN DENGAN RISIKO
JML. KEL. PERA RUJUKA TEMPAT PENOLON RUJUKAN
RDB RD RTW
SKO RISIK WATAN N G
R
R O
2 KRR BIDAN TIDAK RUMAH BIDAN
DIRUJUK POLINDES
6-10 KRT BIDAN BIDAN POLINDES BIDAN
DOKTE PKM PKM/RS DOKTER
R
≥ 12 KRST DOKTE RUMAH RUMAH DOKTER
R SAKIT SAKIT
1.7 DINAMIKA KELUARGA
a. Genogram
b. Family mapping

 Disfungsional
Hubungan antara anggota keluarga tidak erat
 Fungsional
Hubungan antara keluarga erat
 Enmeshed/over-involved/terlalu ikut campur
Hubungan antara keluarga yang terlalu ikut campur
 Clear Boundaries (Batasan yang jelas)
Menolong keluarga mempertahankan otonomi dan privasi individual tanpa
mengurangi rasa saling memiliki dan interdependensi dalam keseluruhan
keluarga.
 Rigid Boundaries (Batasan yang terlalu kaku)
Membuat anggota keluarga menjadi berjarak dan saling terisolasi. Otonomi
mungkin tetap ada namun sulit mempertukarkan keterlibatan dan afeksi satu
sama lain.
 Diffused Bondaries (Batasan yang terlalu buram)
Membuat masing-masing anggota keluarga sangat mudah terganggu oleh
campur tangan anggota keluarga lainnya.
Kesimpulan  Hubungan antara pasien, suami, orang tua, dan adik yang
tinggal serumah dalam keadaan yang fungsional.

c. Family Life Line


Berikut garis riwayat hidup pasien ditinjau dari aspek psikologis yang mempengaruhi
kesehatan :
Tabel 4. Family Life Line

Tahun Usia Life event Severity of Illness


1975 0 th Lahir di Semarang

1982 7 th Masuk SD

1988 13 th Lulus SD, masuk SMP

1992 17 th Bekerja sebagai karyawan toko


kelontong di Tuntang, Salatiga
1995 20 th Menikah

1995 20 th Hamil anak ke-1

2014 39 th Hamil anak ke-6

2018 43 th Hamil anak ke-7


d. Family Life Cycle
Keluarga berada pada siklus ke-6 yaitu keluarga dengan anak usia dewasa.
Anak terbesar dan ke-dua sudah bekerja namun masih tinggal satu rumah
sedangkan anak lainnya masih sekolah dan berinteraksi baik dengan lingkungan
baik lingmungan rumah maupun sekolah..

e. Family APGAR Score


Tabel 5. Family APGAR
Hampir
Kadang- Hampir
tidak
Komponen Indikator kadang selalu
pernah
(1) (2)
(0)
Saya puas bahwa saya dapat kembali
pada keluarga (teman-teman) saya,
Adaptation √
untuk membantu saya pada waktu saya
mendapat kesusahan
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya, untuk
Partnership membicarakan sesuatu dengan saya √
dan mengungkapkan masalah dengan
saya
Saya puas bahwa keluarga (teman-
teman) saya menerima dan
Growth √
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah baru
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya, mengekspresikan
Affection √
afek dan berespon terhadap emosi saya
seepeti marah sedih atau saying
Resolve Saya puas dengan cara Keluarga √
(teman-teman) saya, dan saya
menyediakan waktu besama-sama

Keterangan :Total skor 7-10 :Fungsi keluarga sehat


4-6 : Fungsi pegang prograf
0-3 : Fungsi keluarga sehati
Total nilai skor : 10 (fungsi keluarga sehat)
f. Family SCREEM
Tabel 6. SCREEM

No Aspek Resources Pathology


Komunikasi pasien dengan
keluarga dapat dikatakan baik. Pasien saat ini tinggal bersama
1 Social
Komunikasi dengan tetangga mertua.
baik.
Keluarga pasien percaya
dengan kebiasaan meletakkan
Keluarga merupakan suku Jawa sapu bekas, gunting, jimat
2 Cultural
dan sudah lama tinggal di Jawa. tangan, dan cermin di sekitar
bayi agar terhindar dari
gangguan.
Keluarga menganut agama
3 Religion Kristen dan rajin beribadah di
Gereja.
Sumber keuangan keluarga pasien
berasal dari kepala keluarga,
pasien, anak pertama dan anak ke-
4 Economic .
dua pasien dengan penghasilan
total sekitar Rp 3.000.000,00 per
bulan.
5 Education Pasien merupakan tamatan SMP
6 Medical Pasien memiliki KIS

1.8 Fungsi keluarga


a. Fungsi biologis
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit menular dan penyakit kronis. Pasien
berusia 43 tahun dengan riwayat obstetri G7P6A0. Pasien memiliki riwayat
menarche saat usia12 tahun dengan siklus tiap 28 hari. Penyakit yang
pernah dialami adalah batuk, pilek, demam berdarah, varises. Perencanaan
kelahiran anak dilakukan secara bersama antara suami dan istri
b. Fungsi psikologis
Pasien tinggal bersama mertua, suami, dan anak-anak pasien. Hubungan
antara pasien dengan keluarga baik. Pasien mempunyai kepribadian yang
cukup terbuka, tidak cepat tersinggung, dan ramah terhadap orang lain. Bila
ada masalah dalam rumah tangga, dibicarakan dan dirundingkan berdua
dengan suami tanpa campur tangan pihak lain. Pasien mendapat dukungan
penuh dari suami, anak, dan keluarga serta teman-teman atas kehamilan ke-
tujuh ini. Namun pasien merasa lebih takut dan was-was dengan kehamilan
ke-tujuh ini.
c. Fungsi ekonomi
Pasien bekerja sebagai karyawati kantin, suami bekerja sebagai pengamen.
Anak pertama dan ke-dua pasien bekerja sebagai pelayan toko. Penghasilan
total keluarga per bulan Rp 3.000.000. Saat ini pasien hamil anak ke-tujuh.
Pasien tinggal di rumah mertuanya, bersama suami dan anak-anak pasien
yang sudah bekerja dan masih sekolah. Orangtua pasien tidak bekerja.
Biaya pengobatan menggunakan BPJS PBI.
d. Fungsi pendidikan
Pasien bersekolah sampai tamat SMP. Pasien melakukan perencanaan dan
menyediakan dana khusus untuk sekolah anaknya kelak.
e. Fungsi religius
Pasien sejak kecil menganut agama Kristen, namun berubah menjadi Islam
setelah meninah. Setelah menikah selama 20 tahun, pasien, suami, dan
anak-anak mengikuti agama ayahanya. Pasien dan keluarga rajin beribadah
di Gereja.

f. Fungsi sosial budaya


Pasien dan keluarga tinggal di daeran Karanganyar Legok RT 02/ RW 04,
Kecamatan Candisari, Kabupaten Semarang. Pasien bersosialisasi dengan
lingkungan di sekitar rumah. Hubungan dengan tetangga dekat terjalin
cukup baik. Pasien sering ikut perkumpulan ibu-ibu PKK. Tidak ada ritual
atau tradisi tertentu yang dianut oleh pasien dan keluarga.
g. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Pasien menerima kondisi kehamilannya dan berharap kondisi kehamilannya
lancar sampai persalinan. Pasien dalam menghadapi masalah selalu
bercerita dengan suaminya.
h. Fungsi konsumsi
Frekuensi makan rata-rata 3x sehari. Pasien biasanya makan di rumah. Jenis
makanan dalam keluarga cukup bervariasi. Variasi makanan sebagai
berikut: nasi, lauk (tahu, tempe, telur), sayur hijau, dll, air minum biasanya
air putih, teh, atau kopi. Pasien dan keluarga mengaku jarang
mengkonsumsi daging dan susu. Sejak hamil, pasien mengeluhkan tidak
nafsu makan, sehingga pasien lebih sering makan hanya mengguanakn nasi
dengan garam, atau nasi dengan lauk tempe, tahu, atau telur saja tanpa
sayur atau lauk lainnya..

1.9 PERILAKU HIDUP SEHAT


Tabel 7. PHBS Tatanan Rumah Tangga/ Indeks Keluarga Sehat (PIS-PK)
Indikator Keluarga
Keluarga mengikuti KB 1
Ibu bersalin di faskes 1
Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 1
Bayi diberi ASI eksklusif selama bulan 1
Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan 1
Penderita TB paru berobat sesuai standar N
Penderita hipertensi berobat teratur N
Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan N
Tidak ada anggota keluarga yang merokok 0
Keluarga memiliki/memakai air bersih 1
Keluarga memiliki/memakai jamban sehat 1
Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes 1
Indeks Keluarga Sadar Kesehatan IKSK) 8/9
Nilai indeks = 88, 89  keluarga sehat

1.10 LINGKUNGAN RUMAH


a. Identifikasi rumah sehat
Tabel 8. Indikator Rumah Sehat
Indikator Variabel Skor Skor rumah
pasien
Lokasi
Tidak rawan banjir 3 3
Rawan banjir 1
Kepadatan
rumah Tidak padat (>8m2/ orang) 3 1
Padat (<8m2/ orang) 1
Lantai 3
Semen, ubin, keramik, kayu 3
Tanah 1
Pencahayaan
Cukup 3 1
Tidak cukup 1
Ventilasi
Ada, dibuka 3 3
Tidak ada 1
Air bersih
Air kemasan 3
Ledeng/ PAM 3 2
Mata air terlindung 2
Sumur pompa tangan 2
Sumur terlindung 2
Sumur tidak terlindung 1
Mata air tidak terlindung 1
Lain-lain 1
Pembuangan
kotoran kakus Leher angsa 3 3
Plengsengan 2
Cemplung/ cubuk 2
Kolam ikan/ sungai/ kebun 1
Kolam ikan/ sungai/ kebun 1
Septic tank
Jarak > 10 meter 3 3
Lainnya 1
Kepemilikan WC
Sendiri 3 3
Bersama 2
Tidak ada 1
SPAL
Saluran tertutup 3 2
Saluran terbuka 2
Tanpa saluran 1
Saluran got
Mengalir lancar 3 2
Mengalir lambat 2
Tergenang 1
Tidak ada got 1
Pengelolaan
sampah Diangkut petugas 3 2
Ditimbun 2
Ditimbun 2
Dibakar 2
Dibuang ke kali 1
Dibuang sembaragan 1
Lainnya 1
Polusi udara
Tidak ada 3 3
Ada gangguan 1
Bahan bakar
masak Ada gangguan 1
Listrik, gas 3 3
Minyak tanah 2
Kayu bakar 1
Arang/ batu bara 1
Total skor
42 34

Penetapan kategori rumah sehat:


a. Baik : Skor 35 - 42 (83 %)
b. Sedang: Skor 29 - 34 (69 - 83 %)
c. Kurang : Skor < 29 (< 69 %)
Rumah pasien termasuk kategori rumah sehat kategori sedang
b. Akses ke Sarana Kesehatan
Jarak Rumah dengan sararan pelayanan kesehatan terdekat : 3 km ke Puskesmas

c. Denah Rumah

1.11 LINGKUNGAN PEKERJAAN


Tabel 9. Identifikasi faktor penyakit okupasi
No. Lingkungan kerja Faktor penyakit okupasi
1. Pasien bekerja selama 5 hari per minggu, sehari Nyeri otot, nyeri sendi,
pasien bekerja 8-10 jam dengan lebih banyak mudah lelah
berdiri melayani pembeli di kantin sekolah
1.12 PENGETAHUAN KEDOKTERAN WISATA
Dari hasil identifikasi, pasien dan keluarga merencanakan terlebih dahulu
apabila akan berwisata, biasanya dengan akomodasi kendaraan umum karena
keluarga pasien tidak mempunyai kendaraan pribadi. Pasien lebih memilih
membawa bekal sendiri baik untuk perjalanan maupun di tempat wisata.
Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit risiko tinggi sehingga tidak
membawa obatobatan tertentu. Selama dan setelah berwisata, anggota keluarga
jarang menjadi sakit. Selama hamil ini pasien belum melakukan kunjungan
wisata. Keluarga belum tahu juga mengenai fasilitas kesehatan terdekat dengan
tujuan wisata. Karena ketarbatasan biaya, pasien jarang melakukan kunjungan
wisata.

1.13 DIAGNOSIS HOLISTIK


a. Aspek I (Personal)
Keluhan : ibu memiliki keluhan lesu
Kekhawatiran : ibu cemas akan kehamilannya yang ke-7 dengan usia lebih dari
40 tahun dan persalinannya yang dapat mengalami gangguan karena penyakit
kurang darah yang dideritanya
Harapan : ibu berharap kehamilan dan persalinan berjalan lancar dan
janin dapat lahir dengan sehat.
b. Aspek II (Diagnosis Kerja)
Pasien merupakan seorang wanita usia 43 tahun G7P6A0 hamil 22 minggu
dengan kehamilan risiko sangat tinggi dan anemia gravidarum
c. Aspek III (Faktor internal)
 Usia tua : 43 tahun
 Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai karyawati kantin sekolah, bekerja
selama 6 hari per minggu, sehari pasien bekerja 8-10 dengan posisi
lebih banyak berdiri melayani pembeli di kantin
 Pendidikan : tamat SMP
 Pola makan : frekuensi makan rata-rata 3x sehari. Pasien biasanya
makan di rumah. Jenis makanan dalam keluarga cukup bervariasi.
Variasi makanan sebagai berikut: nasi, lauk (tahu, tempe, telur), sayur
hijau, dll, air minum biasanya air putih, teh, atau kopi. Pasien dan
keluarga mengaku jarang mengkonsumsi daging dan susu. Sejak hamil,
pasien mengeluhkan tidak nafsu makan, sehingga pasien lebih sering
makan hanya mengguanakn nasi dengan garam, atau nasi dengan lauk
tempe, tahu, atau telur saja tanpa sayur atau lauk lainnya.
 Perilaku berobat : pasien baru pertama kali memeriksakan
kehamilannya ini
 Pola istirahat : pasien beristirahat sekitar 4-5 jam perhari.
 Kebiasaan : pasien tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol, biasa
mengonsumsi kopi 2-3 gelas per hari.
 Spiritual : penderita beragama Kristen dan taat beribadah
d. Aspek IV (Faktor Eksternal)
 Hubungan dengan keluarga : interaksi pasien dengan keluarga baik
 Kondisi ekonomi keluarga kurang
 Keluarga mendukung pasien untuk rutin memeriksakan kehamilannya
di Puskesmas
e. Derajat fungsional
 Derajat fungsional dengan skor 2, yaitu pasien mengalami sedikit
keterbatasan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari dan bekerja
dibandingkan dengan ketika sebelum hamil baik di dalam maupun di
luar rumah

1.14 PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF


a. Patient centered
 Promotif :
o Mengedukasi pasien mengenai risiko pada kehamilan ini.
o Mengedukasi pasien untuk beristirahat yang cukup
o Mengedukasi pasien mengenai pemberian makanan yang
mengandung makronutrien seperti karbohidrat, protein, lemak, dan
mikroutrien yang berguna bagi janin seperti zat besi, vitamin C,
asam folat, vitamin A, B12, Iodium, dan Zinc.
o Mengedukasi pasien dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat
setelah persalinan ini
o Mengedukasi pasien mengenai kesehatan saat berwisata
 Preventif :
o Mengedukasi mengenai kehamilan saat ini termasuk kehamilan
risiko sangat tinggi sehingga penting bagi pasien untuk rutin
memeriksakan kehamilan (ANC) dan pemeriksaan USG minimal 1x
ke Sp.OG.
o Mengedukasi pasien mengenai pentingnya konsumsi tablet tambah
darah dan asam folat selama kehamilan secara teratur.
o Memberikan informasi mengenai pilihan KB pada pasien
 Kuratif :
o Mengedukasi pasien untuk mempersiapkan rencana persalinan
o Mengedukasi pasien untuk rutin minum tablet tambah darah,
vitamin dan makanan tambahan ibu hamil
- Tablet Fe 2 x 1 tablet (30 tablet)
- Asam folat 1 x 1 tablet (15 tablet)
- Kalsium 1x1 tablet 15 tablet)
- Vitamin C 1x1 tablet 15 tablet)
- Makanan tambahan ibu hamil (biskuit lapis) 100 gram setara
dengan 500 kkal
o Mengedukasi pasien untuk memperbaiki pola makan dengan
meingkatkan asupan makanan yang mengandung zat besi tinggi
seperti daging merah, hati ayam, sayuran hijau serta mengurangi
konsumsi kopi dan teh yang diminum bersamaan dengan makanan.
 Rehabilitatif :
o Menyarankan pasien untuk KB pasca persalinan
o Memberikan edukasi mengenai perawatan bayi baru lahir dan ibu
nifas kepada pasien.
b. Pendekatan keluarga
 Promotif : mengedukasi pada pasien tentang perilakuk hidup bersih dan
sehat (PHBS)
 Preventif :
o mengedukasi pada keluarga jika saat kehamilan pasien saat ini
termasuk kehamilan risiko sangat tinggi sehingga pentingnya pasien
untuk rutin memeriksakan kehamilan (ANC) dan pemeriksaan USG
ke Sp.OG.
o Mengedukasi pada keluarga untuk terus memberikan dorongan fisik,
mental, dan spiritual untuk kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan
hingga persalinan
o Mengedukasikan pada pasien dan keluarga jika untuk perawatan
selama kehamilan ialah bidan atau dokter di polindes, puskesmas
atau rumah sakit dan kemungkinan persalinan di rumah sakit karena
kehamilan saat ini termasuk kehamilan dengan risiko sangat tinggi.
 Kuratif : menjelaskan pada pasien tentang terapi tambah darah dan
perbaikan gizi pasien, sehingga keluarga berfungsi sebagai motivator
dan pengawas minum obat
 Rehabilitatif : menjelaskan kepada keluarga pasien tentang KB pasca
persalinan serta perawatan bayi baru lahir dan ibu nifas.

c. Komunitas (Poli KIA, kelas ibu hamil)


 Promotif :
o Menjelaskan pada ibu hamil akan pentingnya mengkonsumsi
makanan yang bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu dan bayi,
serta istirahat yang cukup, serta edukasi tentang penyakit kurang
darah pada kehamilan
o Menjelaskan pada ibu hamil untuk tepat merencanakan kehamilan,
menjarangkan, maupun mengakhiri kehamilan terlebih lagi apabila
memiliki risiko tinggi (terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak,
terlalu dekat jarak kehamilannya)
 Preventif :
o mengedukasi pada ibu hamil tentang pentingnya untuk rutin
memeriksakan kehamilan (ANC) minimal 4 kali selama hamil dan
pemeriksaan USG minimal satu kali ke Sp.OG.
o Menempelkan stiker P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi) pada tiap rumah ibu hamil dalam rangka peran aktif
suami, keluarga, dan masyarakat dalam merencanakan persalinan
yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi.
o Kerjasama dengan kader kesehatan, tenaga surveilans kesehatan
(GaSurKes), dan kerja sama lintas sektoral guna menurunkan angka
kematian ibu (AKI).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kehamilan risiko tinggi


Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan
dengan kehamilan, persalinan, dan nifas normal. Dari definisi tersebut menunjukkan
bahwa pada kelompok risiko tinggi cenderung akan mengalami mortalitas dan
morbiditas yang lebih tinggi baik pada ibu maupun pada bayinya.1
Untuk menentukan suatu kehamilan risiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap
wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau cirri-ciri yang
menyebabkan ibu atau janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian. Cara
menentukan kehamilan risiko tinggi terdiri dari 2 cara yaitu dengan cara skoring dan
cara kriteria.1,2
a. Cara skoring.2
Aturan cara skoring adalah sebagai berikut:
1) Skor awal 2, sama untuk semua ibu hamil.
2) Skor awal 2+Y, nilai Y adalah skor dari faktor resiko yang ditemukan pada
ibu hamil menurut kartu skoring, jumlah skor dapat bertambah jika
ditemukan faktor resiko lain, tetapi tidak mungkin berkurang.
Jumlah skor tidak akan berkurang walaupun gejala klinis dari faktor resiko
tersebut tidak ada, karena resiko dari faktor resiko tersebut tetap ada dan gejalanya
setiap saat dapat timbul kembali. Dengan jumlah skor tidak diturunkan akan
mempengaruhi kepedulian dan kewaspadaan untuk tetap ada pada ibu hamil
keluarganya, PKK, Dukun, dan tenaga kesehatan.2,3
Faktor resiko pada ibu hamil oleh Poedji Rochjati dikelompokkan menjadi
 Kelompok Faktor Resiko I : Ada Potensi Gawat Obstetrik / APG
(masing-masing memilki skor 4)
a.) Primi Muda (Terlalu Muda hamil pertama umur 16 tahun atau kurang)
b.) Primi Tua Primer :
o Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih
o Terlalu lambat hamil. Setelah kawin 4 tahun lebih
c) Primi Tua Sekunder ( Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun
lebih)
d) Terlalu cepat punya anak lagi, anak terkecil usia kurang 2 tahun pada
awal kehamilan selanjutnya.
e) Grande Multi ( Terlalu banyak punya anak 4 atau lebih)
f) Terlalu Tua :
o Umur > 35 tahun
o Hamil umur 35 tahun atau lebih
g) Terlalu pendek :
o Tinggi Badan ≤ 145
o Pada hamil pertama, kedua atau lebih belum pernah melahirkan
normal dengan bayi cukup bulan dan hidup.
h) Pernah gagal pada kehamilan yang lalu. Hamil yang pertama gagal,
hamil ketiga atau lebih mengalami gagal 2 kali
i) Pernah melahirkan dengan :
o Tarikan
o Uri dikeluarkan oleh penolong dari dalam rahim
o Pernah diinfus atau transfusi pada pendarahan post partus
j) Bekas Operasi Sesar ( Pernah melahirkan bayi dengan operasi sesar
sebelum kehamilan ini).1,2
 Kelompok Faktor Risiko II: Ada Gawat Obstetri / AGO
(masing-masing memiliki skor 4, kecuali letak lintang dan letak sungsang
dengan skor 8) 5
a) Ibu Hamil Dengan Penyakit :
o Anemia : Pucat, lemas badan cepat lelah
o Malaria : Panas Tinggi, Menggigil keluar keringat, sakitkepala
o Tuberculosis: Batuk lama tidak sembuh-sembuh, batuk darah badan
lemah lesu dan kurus
o Dekompensasi cordis : Sesak nafas, jantung berdebar, kaki bengkak
b) Pre eklampsia Ringan
c) Gemeli : Perut ibu sangat membesar, gerak anak terasa di beberapa
tempat
d) Hidramnion : Perut ibu sangat membesar, gerak anak tidak begitu terasa,
karena air ketuban terlalu banyak biasanya anak kecil
e) Bayi mati di dalam kandungan : Ibu hamil tidak terasa gerakan anak lagi
kandungan.
f) Serotinus : Ibu hamil 9 bulan dan lebih 2 minggu belum melahirkan.
g) Letak Sungsang
h) Letak Lintang 1,2
 Kelompok Faktor Risiko III: Ada Gawat Darurat Obstetri
(masing-masing memiliki skor 8)
a) Perdarahan sebelum bayi lahir
Mengeluarkan darah pada waktu hamil, sebelum kelahiran bayi
b) Preeklamsia Berat dan atau Eklamsia1,2
b. Cara Berdasarkan Jumlah Skor
Ada 3 Kelompok Risiko:
1) Kelompok Non risiko tinggi (KRR) – jumlah skor 2, selama hamil tanpa
faktor risiko.
2) Kelompok Risiko Tinggi (KRT) – jumlah skor 6 – 10, dapat dengan FR
tunggal dari kelompok FR I, II, atau III, dan dengan FR ganda 2 dari
kelompok FR I dan II.
3) Kelompok Risiko Sangat Tinggi (KRST)–jumlah skor ≥ 12, ibu hamil
dengan FR ganda dua atau tiga dan lebih.1,2

Pembahasan kasus :
- Pada kasus, pasien saat ini sedang hamil ke tujuh di mana terlalu banyak anak, 4
atau lebih masuk ke Kelompok Faktor Risiko I : Ada Potensi Gawat Obstetri / APG
yang memiliki skor 4.
- Usia pasien saat ini 43 tahun, termasuk kategori terlalu tua di maan umur ≥35
tahun dan masuk ke Kelompok Faktor Risiko I : Ada Potensi Gawat Obstetri / APG
yang memiliki skor 4
- Kehamilan kali ini berusia 22 minggu dan didapatkan kondisi anemia sedang (Hb
7,5 mg/dL). Anemia masuk ke dalam kate Kelompok Faktor Risiko II : Ada
Gawat Obstetri / AGO yang memiliki skor 4.
- Skor Pudji Rochjati didapatkan skor akhir 14 (skor awal 2 ditambah masalah
terlalu banyak anak dengan skor 4 , terlalu tua dengan skor 4, dan penyakit pada
ibu hamil berupa kurang darah dengan skor 4).

2.2 Anemia gravidarum


Anemia gravidarum adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah
merah atau hemoglobin pada ibu hamil. Anemia gravidarum ditegakkan dari
pemeriksaan darah yaitu kadar Hb < 11 gr/dl (pada trimester I dan III) atau < 10,5 gr/dl
(pada trimester II). Apabila diagnosa telah ditegakkan, dilakukan pemeriksaan apusan
darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah. Faktor predisposisinya antara lain
diet rendah zat besi vitamin B12, dan asam folat; kelainan gastrointestinal, penyakit
kronis; dan riwayat keluarga. Tatalaksana umum pada kasus anemia gravidarum
(apabila pemeriksaan apusan darah tepi) adalah pemberian suplementasi besi dan asam
folat. Untuk sediaan di Puskesmas paling banyak adalah tablet tambah darah berisi 60
mg besi elemental dan asam folat 250 mikrogram. Pada ibu hamil dengan anemia
diberikan tablet tambah darah 2 – 3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan,
terapi dilanjutkan sampai 42 hari paskapersalinan. Jika tidak ada perbaikan, rujuk
pasien ke fasyankes lebih tinggi untuk mengetahui sebab anemia. Selain terapi
farmakologi, ada pula terapi non-farmakologi tentang gizi pada anemia, antara lain
memperbanyak konsumsi sumber-sumber besi seperti daging, ayam, kacang merah,
bayam, telur dan tomat; menghindari mengonsumsi penghambat penyerapan besi saat
makan makanan sumber besi seperti teh, kopi, coklat dan susu, serta menggantikannya
dengan makanan peningkat penyerapan besi seperti jeruk dan sumber vitamin C
lainnya.3
Pembahasan kasus :
- Pada pasien didapatkan hasil pemeriksaan Hb adalah 7,5 gr/dl pada trimester II
- Didapatkan gejala anemia berupa lesu, mudah mengantuk, nafsu makan menurun,
mudah lelah serta tanda berupa konjungtiva palpebra pucat
- Faktor predisposisi terjadinya anemia pada pasien ini lebih mengarah ke diet
rendah zat besi, vitamin B12 dan asam folat, dilihat dari kualitas dan kuantitas
makanan yang kurang, karena selama 4 bulan terakhir sejak mengetahui hamil,
pasien hanya makan nasi dicampur garam atau hanya dengan lauk berupa tempe,
tahu, atau telur tanpa makan sayur sam sekali serta kegemaran mengonsumi kopi
hitam sebanyak 2-3 gelas per-hari.
- Diberikan terapi suplementasi besi (tablet Fe 2 x 1), asam folat (1 x 1), kalsium (1
x 1), vitamin C (1 x 1), serta edukasi mengenai gizi pada anemia (komposisi
makanan dan minuman).

2.4 Pendekatan Kedokteran Keluarga


Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan
keluarga merupakan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana, terarah,
untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga agar dapat
memanfaatkan potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga dan
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan ini
diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk
menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila
memahami profil dan fungsi keluarga.4
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat
komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Materi
kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia kedokteran perihal
masalah-masalah ekonomi dan sosial, di samping masalah organobiologik, yaitu
ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai bagian dalam lingkungan keluarga. Demikian
pula pemanfaatan ilmunya yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap masalah
organ, mental-psikologikal dan sosial keluarga.4
Pembahasan kasus :
- Dilakukan penatalaksanaan komprehensif secara berfokus pada pasien (patient
centered), keluarga, dan komunitas
- Keluarga berfungsi sebagai motivator dan pengawas minum obat, serta membantu
pasien menjalani kehamilan, persalinan, dan masa nifas dengan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wikjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan ed III. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo; 2006
2. Tim Pengajar Obstetri dan Ginekologi UNPAD. Kehamilan dan persalinan
dengan risiko. Dalam : Obstetri Patologi. Bandung. Elstar Offset; 2004
3. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan Edisi Pertama. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia; 2013.
4. Anies. Kedokteran Keluarga, Pelayanan Kedokteran yang Berprinsip
Pencegahan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2012.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai