Anda di halaman 1dari 60

SEMINAR MATERNITAS ASUHAN KEPERAWATAN NY.

R DENGAN
G1P0A0H0 + PARTURIENT ATERM + 39 – 40 MINGGU KALA I
FASE LATEN + KPD DI IGD PONEK RSUD AHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2020

OLEH

KELOMPOK II

FITRI MARDIANA
MIA AULIA
SEKAR ANAK AMPUN
SYAKITA PUTRI

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR AKADEMIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI NERS


STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas karunia dan
limpahan rahmat-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas seminar
kelompok yang berjudul “Seminar Maternitas Asuhan Keperawatan Ny.R Dengan
G1p0a0h0 + Parturient Aterm + 39 – 40 Minggu Kala I Fase Laten + Kpd Di IGD
Ponek Rsud Ahmad Mochtar”
Kelompok menyadari bahwa makalah ilmiah ini belum lah sempurna oleh
karena itu kelompok mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun
dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ilmiah ini.Selama proses
pembuatan makalah ilmiah ini kelompok tidak terlepas dari peran dan dukungan
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam
menyelesaikan makalah ilmiah ini.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Tugas Siklus


Keperawatan Maternitas Program Profesi Ners di STIKes Yarsi Sumbar
Bukittinggi. Selama Penyusunan makalah ini, kelompok banyak mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Terutama ibu Yasnini Amd,
Keb.selaku pembimbing atau CI Klinik dan Ibu KriscilliaMolly, S.Kep, M.Kep
dan Ns.Yossi Fitrina, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing atau CI Akademik yang
dengan penuh perhatian dan kesabaran yang telah mengarahkandan memberikan
bimbingan pemikiran, dan dorongan semangat kepada kelompok.

Kelompok menyadari bahwa dalam kelompok makalah ilmiah ini masih


banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kelompok mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun, untuk
kesempurnaan makalah ilmiah ini. Dengan segala kerendahan hati, semoga
makalah ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama sekali bagi
kelompok.

Bukittinggi, November 2019

Kelompok
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................

LEMBAR PENGEHSAHAN ........................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................


B. Tujuan Umum dan Khusus .................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Defenisi Ketuban Pecah Dini (KPD) ...................................................
B. Etiologi Ketuban Pecah Dini (KPD) ....................................................
C. Tanda dan Gejala Klinis .......................................................................
D. Diagnosis ..............................................................................................
E. Patofisiologi .........................................................................................
F. Penatalaksanaan ...................................................................................
G. Penanganan .........................................................................................
H. Prognosis ..............................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang

masih kontroversial dalam kebidanan.KPD sering kali menimbulkan

konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu

maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian

perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat

kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju,

partus lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus

KPD terutama pada pengelolaan konservatif.

Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera

bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus

menunggu sampai terjadinya proses persalinan, sehingga masa tunggu akan

memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.

Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan

kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan

janin yang cukup.

Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama,

infeksi, karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap

masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti

5
pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan

membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu

membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat

persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya

infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering

terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi

yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress

Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru.

Protokol pengelolaan yang optimal harus memprtimbangkan 2 hal

tersebut di atas dan faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk

merawat bayi yang kurang bulan.Meskipun tidak ada satu protokol

pengelolaan yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada panduan

pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas perinatal dan

dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Memahami masalah penanganan ketuban pecah dini.

2. Tujuan khusus

1) Mendefinisikan dan menjelaskan terjadinya ketuban pecah dini.

2) Mengidentifikasi pemeriksaan yang diperlukan untuk diagnosis.

3) Mendiskusikan penanganan cepat dan tepat ketuban pecah dini dan

komplikasinya.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi

proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau

kurang waktu(Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah Dini

adalah rupturnya membran ketuban sebelum persalinan berlangsung

(Manuaba, 2003). Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia

kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di

ruangan yang berada diantara amnion korion (Constance Sinclair, 2010).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah

dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.Hal ini

dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya

melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.

KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum

waktunya melahirkan.

7
B. Etiologi

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan

membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor

tersebut.Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi

yang dapat berasal dari vagina dan serviks.Selain itu ketuban pecah dini

merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai

berikut :

1. Inkompetensi serviks (leher rahim)

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada

otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,

sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu

menahan desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks dengan suatu

kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi sebelumnya melalui

ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang

memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa perasaan nyeri dan

mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga

yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya

hasil konsepsi (Manuaba, 2002).

2. Peninggian tekanan inta uterin

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara

berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.Misalnya :

a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis

8
b. Gemelli (Kehamilan kembar) adalah suatu kehamilan dua janin atau

lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan,

sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal

ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan

kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah

tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis

dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)

c. Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan

dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau

over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah

sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban

menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang,

menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)

d. Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion

>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat

banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion

terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut

meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam

waktu beberapa hari saja

3. Penyakit Infeksi Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah

mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang

9
terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban

dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah

4. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan

genetik)

5. Riwayat KPD sebelumya

6. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

7. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23

minggu.

C. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :

1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau

kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.

2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi

3. Janin mudah diraba

4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering

10
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada

dan air ketuban sudah kering.

Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara

lain:

a. Terjadi pembukaan prematur servik

b. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:

1) Devaskularisasi

2) Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan

3) Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin

berkurang

4) Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang

mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.

D. DIAGNOSIS

1. Pastikan selaput ketuban pecah.

2. Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.

3. Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit,

tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.

4. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah

janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.

5. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus

(nitrazintes), jika lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan

adanya cairan ketuban (alkalis). pH normal dari vagina adalah 4-4,7

11
sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki

hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah,

semen, lendir leher rahim, dan air seni.

6. Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan

dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan

amniom dan gambaran daun pakis.

7. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.

8. Tentukan ada tidaknya infeksi.

9. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38OC serta cairan

ketuban keruh dan berbau.

10. Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.

11. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.

12. Pemeriksaan Diagnostik

a. Ultrasonografi

Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda,

anormaly janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada

amniosintesis.

b. Amniosintesis

Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi

kematangan paru janin.

c. Pemantauan janin

Membantu dalam mengevaluasi janin

12
d. Protein C-reaktif

Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan

korioamnionitis.

E. PATOFISIOLOGI

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh

kontraksi uterus dan peregangan berulang.Selaput ketuban pecah karena

padadaerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput

ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.

Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler

matriks.Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen

menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban

pecah.Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP)

yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.

Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1

mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ektraseluler dan membrane

janin.Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang

persalinan.Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda.Pada trimester

ketiga, selaput ketuban mudah pecah.Melemahnya kekuatan selaput ketuban

ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan

janin.Pada trimester terakhir, terjadi perubahan biokimia pada selaput

ketuban.Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.

13
F. PENGARUH KPD

1. Terhadap Janin

Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin

mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu

terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi

akan meninggikan mortalitas danmorbiditas perinatal.

2. Terhadap Ibu

Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi

bila terlalu sering diperiksa dalam.Selain itu juga dapat dijumpai infeksi

puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu

akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi

lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala

infeksi lainnya.

G. KOMPLIKASI KPD

Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada

usia kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan

prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya

insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.

1. Persalinan premature

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode

laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90 % terjadi

dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 – 34

14
minggu 50 % persalinan dalam 24 jam.Pada kehamilan kurang dari 26

minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

a. Infeksi

1) Korioamnionitis

Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil di

mana korion, amnion, dan cairan ketuban terkena infeksi

bakteri.Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi

ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis.Penyebab

korioamnionitis adalah infeksi bakteri yang terutama berasal dari

traktus urogenitalis ibu.Secara spesifik permulaan infeksi berasal

dari vagina, anus, atau rektum dan menjalar ke uterus.

Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah

dini.Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis.Pada bayi dapat terjadi

septicemia, pneumonia dan omfalitis.Umumnya korioamnionitis

terjadi sebelum janin terinfeksi.Pada ketuban pecah dini

premature, infeksi lebih sering daripada aterm.

b. Hipoksia dan asfiksia akibat oligohidramnion

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban

kurang dari normal, yaitu kurang dari 300 cc. Oligohidramnion juga

menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru

hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi

sebagaimana mestinya. Dengan pecahnya ketuban, terjadi

15
oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau

hipoksia.Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat

oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

c. Sindrom deformitas janin

KPD pada kehamilan yang sangat muda dan disertai dengan

oligohidramnion yang berkepanjangan menyebabkan terjadinya

deformasi janin antara lain :

1) Sindroma Potter

Sindroma Potter dapat berbentuk “clubbed feet”, Hipoplasia

Pulmonal dan kelainan kranium yang terkait dengan

oligohidramnion

2) Deformitas ekstrimitas

H. PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan bayi serta

adanya infeksi atau tidak. Pada usia kehamilan lebih muda, midtrimester (13-

26 minggu) memiliki prognosis yang buruk. Kelangsungan hidup bervariasi

dengan usia kehamilan saat diagnosis (dari 12% ketika terdiagnosa pada 16-

19 minggu, sebanyak 60% bila didiagnosis pada 25-26 minggu). Pada


16
kehamilan dengan infeksi prognosis memburuk, sehingga bila bayi selamat

dan dilahirkan memerlukan penanganan yang intensif. Apabila KPD terjadi

setelah usia masuk ke dalam aterm maka prognosis lebih baik terutama bila

tidak terdapatnya infeksi, sehingga terkadang pada aterm sering digunakan

induksi untuk membantu persalinan.

I. PENATALAKSANAAN

Ketuban pecah dini ternasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan

dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas

dan mortalitas ibu maupun bayinya. Dalam menghadapi ketuban pecah dini

harus dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Fase laten:

a. Lamanya waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi proses persalinan.

b. Semakin panjang fase laten semakin besar kemungkinan terjadinya

infeksi.

c. Mata rantai infeksi merupakan asendens infeksi, antara lain:

Korioamnionitis:

1) Abdomen terasa tegang.

2) Pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis.

3) Kultur cairan amnion positif.

Desiduitis: Infeksi yang terjadi pada lapisan desidua.1

2. Perkiraan BB janin dapat ditentukan dengan pemeriksaan USG yang

mempunyai program untuk mengukur BB janin. Semakin kecil BB janin,

17
semakin besar kemungkinan kematian dan kesakitan sehingga tindakan

terminasi memerlukan pertimbangan keluarga.

3. Presentasi janin intrauterine

Presentasi janin merupakan penunjuk untuk melakukan terminasi

kehamilan.Pada letak lintang atau bokong, harus dilakukan dengan jalan

seksio sesarea.

a. Pertimbangan komplikasi dan risiko yang akan dihadapi janin dan

maternal terhadap tindakan terminasi yang akan dilakukan.

b. Usia kehamilan. Makin muda kehamilan, antarterminasi

kehamilan banyak diperlukan waktu untuk mempertahankan

sehingga janin lebih matur. Semakin lama menunggu,

kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan

janin serta situasi maternal.

Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD

keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan

kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya

ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode latent = L.P =

“lag” period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya.

Penatalaksanaan KPD tergantung pada sejumlah faktor, antara lain :

1) Usia kehamilan

2) Ada atau tidak adanya chorioamnionitis

18
J. WOC

19
K. PENANGANAN

1. Konservatif

a. Rawat di rumah sakit

b. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan

solusioplasenta

c. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau),

berikanantibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis

d. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:

1) Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin

2) Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg

per oral 3x perhari selama 7 hari.

e. Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi,

beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x,

observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.

f. Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada

infeksi maka berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24

jam.

2. Aktif

a. Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin

b. Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25

mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.

20
c. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan

persalinan diakhiri.

Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai

berikut :

1) Pertimbangkan waktu dan berat janin dalam rahim.

Pertimbangan waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin

sebaiknya lebih dari 2000 gram.

2) Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari

38°c, dengan pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi

melalui hasil pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan

kultur air ketuban

Penatalaksanaan lanjutan

1) Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering

kali didahului kondisi ibu yang menggigill

2) Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam

sebelum persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang

DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat

pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama

induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat

kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat

mengindikasikan infeksiuteri.

3) Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.

21
4) Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar

diperlukan, perhatikan juga hal-hal berikut:

- Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa

- Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda

- Warna rabas atau cairan di sarung tangan

5) Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat

diperoleh gambaranjelas dari setiap infeksi yang timbul.

Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.

L. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas atau biodata klien

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,

status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit

nomor register, dan diagnosa keperawatan.

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu

Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,

hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang

keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda

persalinan.

22
c. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,

TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut

diturunkan kepada klien

d. Riwayat psikososial

Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat

bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga

diri rendah.

( Depkes RI, 1993:66)

3. Pola-pola fungsi kesehatan

a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan

cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya

mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam

perawatan dirinya.

b. Pola nutrisi dan metabolism

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena

dari keinginan untuk menyusui bayinya.

c. Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti

biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga

23
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan

aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.

d. Pola eleminasi

Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah

kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya

odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga

sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan

BAB.

e. Pola istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena

adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan

f. Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga

dan orang lain.

g. Pola penagulangan stress

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.

h. Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan

dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas

primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya

24
i. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-

lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi

perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri

j. Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual

atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses

persalinan dan nifas.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan

klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total

setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.

( Sharon J. Reeder, 1997:285)

4. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-

kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada

benjolan

b. Leher :Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid,

karena adanya proses menerang yang salah.

c. Mata :Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,

konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat

25
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,

sklera kuning.

d. Telinga :Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana

kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.

e. Hidung : Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum

kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung

f. Dada :Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya

hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae.

g. Abdomen :Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae

masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

h. Genitalia :Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban,

bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak

dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.

i. Anus :Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena

ruptur.

j. Ekstermitas :Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan

karena membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit

jantung atau ginjal.

k. Muskuloskeletal :Pada klien post partum biasanya terjadi

keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi.

26
l. Tanda-tanda vital :Apabila terjadi perdarahan pada pos partum

tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh

turun.

(Ibrahim christina, 1993: 50)

5. Diagnosa keperawatan

1. Risiko infeksi berhubungan denganketuban pecah dini.

2. Nyeri berhubungan denganketegangan ototrahim.

3. Defisiensi pengetahuan berhubungan denganpengakuan persalinan

premature.

4. Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus

berpotensi lahir premature.

27
BAB III

ASKEP KASUS PADA NY R

A. PENGKAJIAN ANTENATAL CARE

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R

DENGAN STATUS OBSTETRI G1P0A0H0 (Hamil 39-40 minggu)

Tanggal masuk :07-01-2020

Jam :11 : 45 WIB

No. CM : 534070

Identitas

Pasien

Nama : Ny. R

Umur : 22 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Palembayan

Penanggung Jawab

Nama suami : Tn. A

Umur : 42 tahun

28
Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Palembayan

Pengkajian

Tanggal :07-01-2020

Jam :14:00 WIB

Alasan utama datang : Nyeri pada pinggang menjalar ke ari-ari, keluar air-

air dari kemaluan sejak 6 jam yang lalu

Keluhan utama : Seorang pasien wanita umur 22 tahun datang ke IGD ponek

RSAM pada tanggal 7 Januari 2020 jam 11:45 WIB dengan keluhan utama

nyeri pada pinggang menjalar ke ari-ari makin lama makin sering dan keluar

air-air dari kemaluan sejak 6 jam yang lalu.

Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien mengatakan tidak pernah menderita

penyakit jantung, paru, ginjal, hipertensi dan DM

Riwayat Kesehatan Sekarang : Nyeri pingang menjalar ke ari-ari makin

lama makin sering sejak 6 jam yang lalu, keluar air- air dari kemaluan sejak 6

jam yang lalu, tidak haid sejak ± 9 bulan yang lalu, HPHT : 05-04-2020, TP :

08-01-2020, gerakan anak dirasakan sejak ± 5 bulan yang lalu

Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita penyakit

keturunan dan menular

29
Riwayat Menarche

Usia : 12 tahun

Siklus Haid : 28 hari

Keluhan saat menstruasi : Tidak ada

Kebiasaan mengkonsumsi obat / jamu tradisional :

Riwayat Kehamilan

a. Kesehatan obstetric masa lalu

Berapakah jumlah anak sekarang

No Cara BB/PB Keadaan Usia Jenis Penolong

Lahir Lahir Kehamilan Kelamin

- - - - - - -

- - - - - - -

b. Kehamilan Sekarang

HPHT : 05-04-2019

TP : 08-01-2020

Pergerakan janin dirasakan pada usia kehamilan? 5 bulan

Kemungkinan tempat kerja terpapar toksin ? tidak ada

Riwayat trauma / kecelakaan? Tidak ada

Apakah rencana kehamilan sekarang direncanakan ? Ya

Apakah merasa senang dengan kehamilan ini ? Ya

30
Mengapa? Karena keluarga akan mendapatkan anak pertama mereka

Reaksi suami dan keluarga : Sangat senang

Riwayat Penggunaan kontrasepsi : Tidak menggunakan

Riwayat alergi

Jenis : Tidak ada

Reaksi : Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Data Umum

Status Gizi : Baik

BB sebelum hamil : 51 kg

BB saat ini : 64 kg

TB : 51 cm

LILA : 26cm

Postur : Gaya Berjalan : Sempoyongan

Penampilan : Rapi

2. Data Sistemik

Sistem Persepsi Sensori

a. Pendengaran/telinga

Daun telinga : Simetris kiri dan kanan

Gangguan pendengaran : Tidak ada

31
Impaksi Serumen : Tidak ada

Nyeri/sakit : Sedang

Skala : 5

P : kontraksi uterus

Q : sedang

R : pinggang, ari-ari

S:5

T : 1-2x/10 menit

b. Penglihatan/ Mata

Bentuk : normal

Sclera : tidak ikterik

Konjungtiva : tidak anemis

Gerakan bola mata : normal

Buta warna : tidak

Alat bantu penglihatan : tidak ada

c. Penghidu/hidung : simetris kiri dan kanan

Gangguan penciuman : Tidak ada

d. Pengecapan

Lidah : bersih

Gigi : bersih

Mukosa : merah muda

32
e. Sistem pernafasan :

Bentuk dada : simetris kiri dan kanan

Batuk : tidak ada

Produktif : tidak

Nyeri waktu bernafas : tidak

Pola nafas

Frekuensi nafas :23x/menit

Bunyi nafas : vesikuler

Pergerakan dada : interkostal

f. System kardiovaskuler

Nadi :99x/i

Irama : reguler

Tekanan darah : 125/80 mmHg

Bunyi jantung : Normal

Pembesaran jantung : Tidak

Akral edema : Tidak

Nyeri dada : Tidak

g. Payudara

Inspeksi

Kebersihan payudara : Bersih

Penonjolan nipple : Menonjol

Pembengkakan : Tidak

33
Kehitaman areola : Ya

Lesi nipple : Tidak

Palpasi

Nyeri tekan : Tidak

Keluaran ASI : Tidak

Massa/benjolan : Tidak

h. Sistem saraf pusat

Kesadaran

GCS E:4

V:6

M:5

Total : 15

Jenis : composmentis

i. Sistem gastrointestinal

Nafsu makan : normal

Mulut dan tenggorokan

Mulut : bersih

Lidah : bersih

Bibir : lembab

Mukosa : lembab

Gigi : bersih

Tenggorokan : tidak ada nyeri telan

34
Gusi : tidak ada ginggivitis

Massalah usus besar dan rectum

BAB : 1x/hari, tidak ada masalah

j. Sistem musculoskeletal

Rentang gerak : tidak terbatas

k. Sistem integument

Inspeksi

Cloasma grividarum : ya

Linea alba : ya

Linea nigra : ya

Warna kulit : sawo matang

Palpasi

Akral : hangat

Turgor : elastis

l. Sistem reproduksi

LI : 3 jari dibawah processus xyphoideus, teraba bundar

dan lunak berarti bokong

L II : Pada perut bagian kanan ibu teraba panjang, datar

dan keras, sedangkan pada bagian kiri teraba bagian-

bagian kecil janin

L III : pada perut bagian bawah ibu teraba bulat, keras

berarti kepala

35
L IV : konvergen

TBJ : 3,372 gram

DJJ : 140-150x/i, teratur

Keadaan kontraksi

Jam 16.45 : kontraksi uterus 1-2x/10 menit selama 22 detik

Jam 16.55 : kontraksi uterus 1-2x/10 menit selama 25 detik

Jam 17.05 : kontraksi uterus 1-2x/10 menit selama 27 detik

Jam 17.15 : kontraksi uterus 2-3x/10 menit selama 30 detik

m. Genetalia

Hemoroid : tidak ada

Varises : ya

Rabas/keluaran : Ya

Bau : normal

n. Sistem perkemihan

Masalah kandung kecing: tidak ada masalah

Frekuensi : 6-7 x/hari

Warna : kuning

Bau : menyengat

36
Pengkajian psikospiritual dan seksualitas

Konsep diri

Gambaran diri : pasien mengatakan menyukai seluruh bagian

tubuhnya

Harga diri : pasien mengatakan bahwasanya dia menghargai

dirinya dan kehidupannya.

Identitas diri : pasien berstatus sebagai ibu rumah tangga didalam

keluarganya

Spiritualitas : pasien mengatakan rajin beribadah dan selalu

menjalankan sholat 5 waktu

Pengkajian Sosial

Hubungan peran dengan sesama

Fungsi peran : pasien mengatakan berperan sebagai istri bagi

suaminya dan ibu rumah tangga

Struktur peran : -

Konflik peran : -

Masalah peran & realisasi : -

Masalah stress & koping : -

37
Data penunjang

Golongan darah : O+

Darah lengkap

 HGB : 12,7 g/dL ( w 12.0 – 14.0 )

 RBC : 4,59 106/µL ( w 4.0 – 5.0 )

 HCT : 36,6 % ( 37.0 – 43.0 )

 WBC : 14,30 103/µL ( 5.0 – 10.0 )

 PLT : 280 103/ µL ( 150 – 400 )

 PT : 9,3 sec ( 9.5 – 11.7 ) Sec

 APTT : 33,7 sec ( 28 – 42 ) Sec

 INR : 0,87 %

 hBsAg : nonreaktif

pemeriksaan radiologi : USG, tanggal 07-01-2020

Kesan : gravid 39-40 minggu

Therapy medis : tanggal 07-01-2020

Obat parenteral : Ceftriaxone 2x1 gram

Cairan intravena : RL 1 kolf

38
B. ANALISA DATA

No Data (Symptom) Etiologi Problem

1 DS : Ketuban pecah Resiko infeksi

 Pasien mengatakan keluar air-air dini

dari kemaluan sejak 6 jam


sebelum dibawa ke RS
 Pasien mengatakan air yang
keluar berwarna jernih, merembes
dari kemaluan dan membasahi 1
kain panjang
DO :

 KU : sedang
 Pada pemeriksaan dalam ketuban
sudah tidak ada
 Pembukaan 1-2 cm
DS : Intensitas Nyeri Akut

 Pasien mengatakan nyeri pada kontraksi uterus

pinggang dan menjalar ke ari-ari


 Pasien mengatakan nyeri
dirasakan hilang timbul
 Pasien mengatakan nyeri pada
pinggang semakin lama semakin
meningkat
DO :

 Pasien tampak meringis

39
 Skala nyeri 5
 TD : 125/92 MmHg
 N : 99 x/m
 S : 36,7 0C
 RR : 20 x/m
DS : Perubahan status Ansietas

 Pasien mengatakan cemas kesehatan

terhadap kondisi janin dan dirinya


 Pasien mengatakan takut terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan
DO :

 Pasien tampak gelisah


 Pasien tampak tegang
 Pasien dan keluarga sering
bertanya tentang kondisinya
 Nadi : 99x/i

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini

2. Nyeri akut b.d intensitas kontraksi uterus

3. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

40
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI

Resiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi

b.d ketuban keperawatan 1 x 24 jam, tidak O:

pecah dini ada muncul tanda dan gejala  Monitor tanda dan

infeksi gejala infeksi lokal

dan sistemik
Kriteria Hasil :

 Klien bebas dari tanda


T:
dan gejala infeksi
 Batasi jumlah

pengunjung

 Cuci tangan sebelum

dan sesudah kontak

dengan pasien dan

lingkungan pasien

 Pertahankan teknik

aseptic pada pasien

beresiko tinggi

E:

 Jelaskan tanda dan

41
gejala infeksi

 Ajarkan cara mencuci

tangan dengan benar

 Anjurkan

meningkatkan asupan

cairan

K:

 Kolaborasi pemberian

imunisasi, jika perlu

Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri

intensitas keperawatan 1 x 24 jam,


O:
kontraksi tingkat nyeri menurun
 Identifikasi lokasi,
uterus
Kriteria Hasil :
karakteristik, durasi,

 Keluhan nyeri menurun frekuensi, intensitas

 TTV membaik nyeri

 Identifikasi skala nyeri

 Identifikasi respons

nyeri non verbal

42
T:

 Berikan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi nyeri

 Fasilitasi istirahat dan

tidur

 Kontrol lingkungan

yang memperberat

rasa nyeri

E:

 Jelaskan penyebab,

periode, dan pemicu

nyeri

 Jelaskan strategi

meredakan nyeri

 Ajarkan teknik

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

K:

 Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu

43
Ansietas b.d Setelah dilakukan intervensi Reduksi Anxietas

Perubahan keperawatan 1 x 24 jam,


O:
status tingkat ansietas menurun
 Identifikasi saat
kesehatan
Kriteria Hasil :
tingkat anxietas

 Tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi,

menurun waktu, stressor)

 Monitor tanda anxietas

(verbal dan non

verbal)

T:

 Ciptakan suasana

terapeutik untuk

menumbuhkan

kepercayaan

 Temani pasien untuk

mengurangi

kecemasan , jika

memungkinkan

 Pahami situasi yang

membuat anxietas

 Dengarkan dengan

44
penuh perhatian

 Gunakan pedekatan

yang tenang dan

meyakinkan

 Motivasi

mengidentifikasi

situasi yang memicu

kecemasan

E:

 Jelaskan prosedur,

termasuk sensasi yang

mungkin dialami

 Anjurkan melakukan

aktivitas secara

bertahap

 Informasikan secara

factual mengenai

diagnosis, pengobatan,

dan prognosis

 Anjurkan keluarga

45
untuk tetap bersama

pasien, jika perlu

 Latih teknik relaksasi

K:

 Kolaborasi pemberian

obat anti anxietas, jika

perlu

E. IMPLEMENTASI & EVALUASI

Diagnosa Hari/tgl Jam Implementasi Evaluasi

Resiko Selasa/ 14:00  Memonitor tanda dan S:

infeksi 07 gejala infeksi lokal - Pasien mengatakan keluar

b.d Januari dan sistemik air-air dari kemaluan sejak 6

ketuban 2020  Membatasi jumlah jam sebelum dibawa ke RS

pecah dini pengunjung -Pasien mengatakan air

 Mencuci tangan yang keluar berwarna jernih,

sebelum dan sesudah merembes dari kemaluan

kontak dengan pasien dan membasahi 1 kain

46
dan lingkungan pasien panjang

 Mempertahankan

teknik aseptic pada


O:
pasien
- KU : sedang
 Menjelaskan tanda
- Pada pemeriksaan dalam
dan gejala infeksi
ketuban sudah tidak ada
 Menganjurkan
-Pembukaan 1-2 cm
meningkatkan asupan
A:
cairan

Masalah resiko infeksi

teratasi sebagian

P:

Intervensi dilanjutkan

 Memonitor tanda

dan gejala infeksi

lokal dan sistemik

 Membatasi jumlah

pengunjung

 Mencuci tangan

sebelum dan sesudah

kontak dengan

47
pasien dan

lingkungan pasien

 Mempertahankan

teknik aseptic pada

pasien

 Menjelaskan tanda

dan gejala infeksi

 Menganjurkan

meningkatkan

asupan cairan

Nyeri Selasa/ 14:30  Mengidentifikasi lokasi, S :

akut b.d 07 karakteristik, durasi dan -Pasien mengatakan nyeri

intensitas Januari kualitas nyeri pada pinggang dan menjalar

kontraksi 2020 ke ari-ari


 Mengidentifikasi skala
uterus -Pasien mengatakan nyeri
nyeri
dirasakan hilang timbul
 Mengidentifikasi respon -Pasien mengatakan nyeri

nyeri non verbal pada pinggang semakin

 Mengajarkan teknik lama semakin meningkat

relaksasi nafas dalam O:

-Pasien tampak meringis


 Menjelaskan penyebab,

48
periode dan pemicu nyeri -Skala nyeri 5

-TD : 125/92 MmHg

-N : 90 x/m

-S : 36,7 0C

-RR : 20 x/m

A:

Masalah nyeri akut teratasi

Sebagian

P:

Intervensi dilanjutkan

 Mengidentifikasi lokasi,

karakteristik, durasi dan

kualitas nyeri

 Mengidentifikasi skala

nyeri

 Mengidentifikasi respon

nyeri non verbal

 Mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam

49
 Menjelaskan penyebab,

periode dan pemicu

nyeri

Ansietas Selasa/ 15:00  Memonitor tanda S:

b.d 07 anxietas (verbal dan  Pasien mengatakan

perubahan Januari non verbal) cemas terhadap

status 2020  Menciptakan suasana kondisi janin dan

kesehatan terapeutik untuk dirinya

menumbuhkan  Pasien mengatakan

kepercayaan takut terjadi hal-hal

 Menemani pasien yang tidak

untuk mengurangi diinginkan

kecemasan O:

 Memahami situasi
 Pasien tampak
yang membuat
gelisah
anxietas
 Pasien dan keluarga
 Mendengarkan
sering bertanya
dengan penuh
tentang kondisinya
perhatian
 Nadi : 99x/i
 Menggunakan
A:
pedekatan yang
Masalah ansietas teratasi

50
tenang dan sebagian

meyakinkan
P:
 Menjelaskan prosedur,
Intervensi dilanjutkan
termasuk sensasi yang

mungkin dialami  Mengidentifikasi

 Menginformasikan saat tingkat anxietas

secara factual berubah

mengenai diagnosis,  Memonitor tanda

pengobatan, dan anxietas (verbal dan

prognosis non verbal)

 Menganjurkan  Menciptakan

keluarga untuk tetap suasana terapeutik

bersama pasien untuk menumbuhkan

 Meatih teknik kepercayaan

relaksasi  Menemani pasien

untuk mengurangi

kecemasan

 Memahami situasi

yang membuat

anxietas

 Mendengarkan

dengan penuh

51
perhatian

 Menggunakan

pedekatan yang

tenang dan

meyakinkan

 Menjelaskan

prosedur, termasuk

sensasi yang

mungkin dialami

 Menganjurkan

keluarga untuk tetap

bersama pasien

 Melatih teknik

relaksasi : teknik

napas dalam

Resiko Rabu/ 20:00  Memonitor tanda dan S:

infeksi 08 WIB gejala infeksi lokal - Pasien mengatakan anak

b.d Januari dan sistemik sudah lahir

ketuban 2020  Membatasi jumlah O:

pecah dini pengunjung - KU : sedang

 Mencuci tangan - pasien partus spontan

sebelum dan sesudah pukul 17 : 30

52
kontak dengan pasien A : Masalah Teratasi

dan lingkungan pasien


P : Intervensi selesai
 Mempertahankan

teknik aseptic pada

pasien

 Menjelaskan tanda

dan gejala infeksi

 Menganjurkan

meningkatkan asupan

cairan

Nyeri Rabu/ 20:15  Mengidentifikasi lokasi, S :

akut b.d 08 WIB karakteristik, durasi dan -Pasien mengatakan nyeri

intensitas Januari kualitas nyeri pada abdomen bagian

kontraksi 2020 bawah


 Mengidentifikasi skala
uterus -Pasien mengatakan nyeri
nyeri
dirasakan hilang timbul
 Mengidentifikasi respon O :

nyeri non verbal


-Pasien tampak meringis
 Mengajarkan teknik -Skala nyeri 3

relaksasi nafas dalam -TD : 120/90 MmHg

-N : 89 x/m
 Menjelaskan penyebab,

53
periode dan pemicu nyeri -S : 36,7 0C

-RR : 20 x/m

A : Masalah nyeri akut

teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

 Mengidentifikasi lokasi,

karakteristik, durasi dan

kualitas nyeri

 Mengidentifikasi skala

nyeri

 Mengidentifikasi respon

nyeri non verbal

 Mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam

 Menjelaskan penyebab,

periode dan pemicu

nyeri

Ansietas Rabu/ 20:30  Memonitor tanda S:

b.d 08 anxietas (verbal dan  Pasien mengatakan

54
perubahan Januari WIB non verbal) tidak cemas lagi

status 2020  Menciptakan suasana terhadap kondisi

kesehatan terapeutik untuk janin dan dirinya

menumbuhkan  Pasien mengatakan

kepercayaan merasa lebih rileks

 Menemani pasien O:

untuk mengurangi
 Pasien tampak
kecemasan
tenang
 Memahami situasi
 Pasien tampak rileks
yang membuat
 Nadi : 89x/i
anxietas

 Mendengarkan

dengan penuh

perhatian

 Menggunakan

pedekatan yang

tenang dan

meyakinkan

 Menjelaskan prosedur,

termasuk sensasi yang

mungkin dialami

 Menginformasikan

55
secara factual

mengenai diagnosis,

pengobatan, dan

prognosis

 Menganjurkan

keluarga untuk tetap

bersama pasien

 Meatih teknik

relaksasi

56
BAB IV
PEMBAHASAN

Penulis akan membahas permasalahan tentang Asuhan Keperawatan Ny.R


Dengan G1p0a0h0 + Parturient Aterm + 39 – 40 Minggu Kala I Fase Klaten + KPD di
IGD Ponek Rsud Ahmad Mocthar Bukittinggi Tahun 2020
Penulis membagi pembahasan menjadi lima sub bahasan yaitu pengkajian,
diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan.

Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan


menggunakan pendekatan konsep dasar yang mendukung. Penulis akan
menguraikan tentang kesenjangan yang muncul pada asuhan keperawatan antara
teoritis dengan kasus yang penulis kelola

A. Pengkajian
Penulis tidak `menemukan kesenjangan dalam melakukan pengkajian
pada saat membandingkan data yang diperoleh dari pengkajian pada pasien
dengan yang ada dalam teoritis.Sehingga penulis dapat menegakkan diagnose
keperawatan. Penulis menegakkan diagnose keperawatan berdasarkan tanda dan
gejala khas yang ada dalam teoritis, seperti Asuhan keperawatan pada pasien
KPD Hal ini didukung oleh teori yang menyatakan tanda dan gejala KPD :
Penulis menemukan semua tanda dan gejala khas tersebut pada pasien.
Sehingga tegaknya diagnose keperawatan penulis berdasarkan ilmu teoritis dan
keadaan pasien yang penulis temukan di lapangan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
actual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat mempunyai

57
izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan potensial klien di
dapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauann literature yang berkaitan, catatan
medis klien dimasa lalu yang dikumpulkan selama pengkajian (Potter dan
perry, 2005).
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan ketuban
pecah dini sebagai berikut:

a. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketuban pecah dini


b. Cemas b/d kehilangan kehamilan
c. Keletihan b/d paska persalinan
d. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kontraksi uterus
e. Intoleransi aktivitas b.d premeturus iminen
f. Ansietas b/d perubahan status kesehatan

Diagnosa keperawatan yang penulis temukan di kasus sebanyak 3


diagnose, yaitu :
c. Resiko infeksi b/d ketuban pecah dini
d. Nyeri akut b/d intensitas kontraksi uterus
e. Ansietas b/d perubahan status kesehatan

Penulis akan membahas diagnose keperawatan yang tidak muncul dikasus


namun ada dalam tinjauan teoritis :
a. Intoleransi aktivitas
Ketidak cukupan energy psikologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang inigin
dilakukan .
b. Kecemasan
Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fitri Fauziah & Julianti
Widuri, 2007:73) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang
mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai
58
perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah
dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.

Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon


autonom perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.

. Diagnosa tersebut ditegakkan dengan adanya batasan krakteristik


sebagai berikut penurunan produktifita, gelisah , tampak waspada , kontak
mata yang buruk, gelisah,

c. Resiko infeksi
Mengalami peningkatan resiko terserang organism patogenik (Nanda
NicNoc 2015). Penulis menegakkan diagnose ini karena menemukan data
pendukung seperti factor factor resiko pengetahuan yang tidak cukup untuk
menghindari pemanjanan pathogen , pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat, ketidak adekuat pertahanan sekunder.
d. Ansietas
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samaer disertai respon
autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan kemampuan individu untuk berindak menghadapi
ancaman.
b. Keletihan
Rasa letih yang luar biasa dan dan penurunan kapasitas keja fisik dan
jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus menerus.( NIC-NOC)
Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan
istirahat.

59
C. Implementasi
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Pada tahap implementasi tidak semua rencana asuhan keperawatan yang
dibuat dapat dilakukan oleh kelompok, oleh karena itu kelompok menyerahkan
kembali perawatan pasien pada perawat yang tertugas di ruangan, hal ini
disebabkan oleh keterbatasan kelompok :
1. Tingkat keberhasilan intervensi yang diberikan ada masalah yang dapat
diatasi dengan beberapa tindakan implementasi namun ada juga masalah
yang tidak teratasi dengan kerebatasan waktu
Adapun faktor pendukung terlaksananya implementasi adalah:
a) Adanya Koperafit pasien terhadap semua implementasi yang dilakukan
b) Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan tim
kesehatan lainnya.

D. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang
menundakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakandan
penatalaksanaan yang sudah berhasil di capai (Potter dan Perry, 2005).

Pada evaluasi terhadap perkembangan kondisi akan menggambarkan


mutu langkah rencana asuhan keperawatan. Penulis menegakkan 3 diagnosa
keperawatan sesuai data yang ditemukan saat pengkajian, yaitu :

f. Resiko infeksi b/d ketuban pecah dini


g. Nyeri akut b/d intensitas
h. Keletihan b/d paska persalinan

60
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G.(1998).Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka

Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta: YBP-SP

Asrining,Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma,Nur,.(2003), Perawatan Bayi Risiko


Tinggi. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I.Jakarta : Media


Aesculapius

Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Material & Neonatal. Jakarta : EGC.

Hidayat, A.A.A. (2000).Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2.


Jakarta:Salemba Medika

61

Anda mungkin juga menyukai