Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Senyawa amina tersusun oleh atom C, H dan N. Gugus fungsi amina dapat diketahui
dari sifat basanya, amina alfalik sederhana larut dalam air dan akan memperlihatkan
perubahan warna lakmus merah, selain itu sifat basa dari amina dapat diketahui
melalui yang sederhana dengan direaksikan dengan asam. Sedangkan nitril disebut
juga sebagai senyawa siano. Senyawa ini mempunyai gugus fungsional tidak jenuh
– CN yang tidak dapat bereaksi dengan Br2 /CCl4 atau dengan KMnO4.

Perbedaan sifat kelarutan dari amina dan nitril dapat digunakan sebagai identifikasi.
Amina primer, sekunder, dan tersier dari rantai alifatik mudah larut dalam HCl
encer. Untuk amina aromatik dengan satu cincin mudah larut dalam larutan 10%
HCl tetapi dengan kenaikan cincin seperti diarilamina dan triarilamina tidak larut
dalam amina. Nitril tidak dapat larut dalam larutan HCl 10%. Hal ini disebabkan
karena gugus –CN tidak cukup basa untuk membentuk garam hidroklorida.

Test karakteristik kimia yang dipakai unutk menunjukkan adanya senyawa amina
yang larut dalam air dapat menggunakan larutan CuSO4 10%. Hasil tes ini positif
bila terbebtuk warna biru atau hijau kebiru-biruan. Untuk membedakan sub
kelompok amina digunakan test Hinsberg. Test ini didasarkan pada reaksi amina
primer dan sekunder dengan bensensulfonil klorida membentuk bensensulfonamida
yang tersubstitusi. Oleh karean itu, untuk lebih memahami penjelasan di atas
makalah ini dibuat.
1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Mampu melakukan identifikasi terhadap senyawaan amina primer, sekunder, dan
tersier.
2. Mampu membedakan senyawa amina dan nitril berdasarkan reaksi identifikasi
bagi keduanya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Amina

Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen trivalent yang
berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga
merupakan suatu senyawa yang mengandung gugusan amino (-NH2, -NHR, atau –
NH2). Gugusan amino mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom
karbon (tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah satu karbon yang terikat
pada atom nitrogen adalah karbonil, senyawanya adalah amida, bukan amina.

2.2 Klasifikasi dan Tata Nama Amina

Terdapat tiga jenis amina sesuai dengan jumlah atom H yang dapat digantikan oleh
gugus alkil, yaitu amina primer (R–NH2), amina sekunder (R2–NH), dan amina
tersier (R3–N).

Tata nama trivial untuk ketiga senyawa tersebut diturunkan dari nama gugus
alkilnya.
Contoh :

Penataan nama secara sistematis (IUPAC), amina primer diturunkan dari alkana
dengan menambahkan kata –amino. Nomor atom karbon terkecil diberikan kepada
atom karbon yang mengikat gugus –NH2.
Contoh :

2.3 Pembuatan Amina

Ada dua jalan umum untuk pembentukan amina yaitu reduksi dan substitusi. Yang
pertama akan dibahas adalah reaksi reduksi terlebih dahulu, adapun prosesnya
adalah sebagai berikut.

Cara reduksi:
1. Pembuatan amina primer

Untuk pembuatan amina primer, reaksi terjadi dalam dua tahapan. Pada tahapan
pertama, terbentuk sebuah garam – dalam hal ini, etilamonuim bromida. Garam
ini sangat mirip dengan amonium bromida, kecuali bahwa salah satu atom hidrogen
dalam ion amonium telah diganti oleh sebuah gugus etil.

Dengan demikian, ada kemungkinan untuk terjadinya reaksi reversibel (dapat


balik) antara garam ini dengan amonia berlebih dalam campuran.

Amonia mengambil sebuah atom hidrogen dari ion etilamonium sehingga


menjadikannya amina primer, yakni etilamina. Semakin banyak amonia yang
terdapat dalam campuran, semakin besar kemungkinan terjadi reaksi selanjutnya.

2. Pembuatan amina sekunder

Reaksi di atas tidak berhenti setelah amina primer terbentuk. Etilamina juga
bereaksi dengan bromoetana – dalam dua tahapan yang sama seperti reaksi
sebelumnya. Pada tahap pertama, terbentuk sebuah garam – kali ini, dietilamonium
bromida. Anggap garam yang terbentuk ini adalah amonium bromida dengan dua
atom hidrogen yang digantikan oleh gugus-gugus etil.
Lagi-lagi terdapat kemungkinan terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara
garam ini dengan amonia berlebih dalam campuran tersebut, seperti diperlihatkan
pada gambar berikut:

Amonia mengambil sebuah ion hidrogen dari ion dietilamonium sehingga


menjadikannya amina sekunder, yakni dietilamin. Amina sekunder adalah amina
yang memiliki dua gugus alkil terikat pada atom nitrogen.

3. Pembuatan amina tersier

Setelah amina sekunder terbentuk, reaksi masih belum berhenti. Dietilamina juga
bereaksi dengan bromoetana – dalam dua tahapan yang sama seperti pada reaksi
sebelumnya. Pada tahapan pertama, terbentuk trietilamonium bromida.

Lagi-lagi ada kemungkinan terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara garam
ini dengan amonia berlebih dalam campuran tersebut, sebagaimana ditunjukkan
berikut:

Amonia mengambil sebuah ion hidrogen dari ion trietilamonium sehingga


menjadikannya amina tersier, yakni trietilamin. Amina tersier adalah amina yang
memiliki tiga gugus alkil terikat pada nitrogen.
Reaksi substitusi dengan amina:

2.4 Reaksi-Reaksi Amina

Reaksi Amina dengan Asam Nitrit

1. Amina alifatik primer dengan HNO2 menghasilkanalkohol disertai pembebasan gas


N2.
2. Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2 menghasilkan senyawa N-
nitrosoamina yang mengandung unsur N-N=O
3. Amina alifatik/aromatik dengan HNO2 memberikan hasil reaksi yang ditentukkan
oleh jenus amina tersier yang digunakan. Pada amina alifatik/aromatik tersier
reaksinya dengan HNO2 mengakibatkan terjadinya sustitusi cincin aromatik oleh
gugus –NO.
4. Amina aromatik primer jika direaksikan dengan HNO2 pada suhu 0°C menghasilkan
garam diazonium.

2.5 Pengertian Nitril

Nitril adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsi -CN. Gugus fungsi -CN
disebut gugus nitril. Senyawa nitril biasanya berupa cairan tidak berwarna dengan
bau yang menyenangkan. Dalam gugus -CN, atom karbon dan atom nitrogen
berikatan rangkap tiga. Siano prefix digunakan dalam tata nama kimia untuk
menunjukkan adanya kelompok nitril dalam suatu molekul. Ion sianida adalah ion negatif
dengan rumus -CN. Gugus ± CN kadang-kadang disebut sebagai gugus sianid atau siano,
senyawa yang mengandung gugus sianid disebut sianida. Senyawa yang
mengandung gugus nitril sangat beracun karena dapat melepas ion CN.

Nitrilase adalah salah satu jenis enzim penghidrolisa senyawa nitril. Substrat utama
dari enzim ini adalah indol-3-asetonitril dan senyawa ini kemudian akan diubah
menjadi indol-3-asam asetat. Nitril (R-CN) terdapat di alam dalam jumlah yang
sangat besar dalam bentuk sianoglikosida. Senyawa ini banyak digunakan sebagai
pembentuk polimer dan senyawa kimia lainnya. Oleh karena itu, enzim nitrilase
menjadi salah satu enzim yang banyak dikembangkan saat ini. Enzim ini dapat
ditemukan pada tanaman, hewan, dan fungi. Enzim nitrilase dapat dikelompokkan
menjadi 3 golongan berdasarkan spesifitas substratnya, yaitu alifatik, aromatik, dan
arilaceto-nitrilase. Enzim-enzim ini tidak membutuhkan ion logam atau gugus
prostetik sebagaikofaktornya. Aktivitas nitrilase dapat dianalisis dengan
menggunakan high performance liquid chromatography ( HPLC) dan infrared
spectroscopy (FTIR).

2.6 Tata Nama Nitril

Dalam sistem tata nama IUPAC, nitril diberi nama berdasarkan rantai induk
alkananya, atom c yang terikat pada atom N juga termasuk kedalam rantai induk.
Nama lkana itu diberi nama akhiran –nitril. Beberapa nitril diberi nama menurut
nama trivial asam karboksilatnya dengan menggantikan imbuhan asam-oat menjadi
akhiran –nitril, atau –onitril, jika huruf akhirnya tidak nerupa –o.

Contoh :

a. Etananitril (IUPAC)
b. Asetonitril (trivial)
c. Benzanakarbonitril (IUPAC)
d. Benzonitril (trivial)

2.7 Reaksi-Reaksi Nitril

Kelompok nitril dalam senyawa organik dapat mengalami berbagai reaksi ketika
tunduk pada reaktan atau kondisi tertentu. Sebuah kelompok nitril dapat
dihidrolisis,dikurangi, atau dikeluarkan dari molekul sebagai ion sianida. Hidrolisis
nitril umumnya dianggap sebagai salah satu metode terbaik untuk persiapan asam
karboksilat. Namun, reaksi katalis basa atau asam ini memilikiketerbatasan tertentu
dan / atau kerugian untuk persiapan amida. Pembatasan umum adalah bahwa
netralisasi akhir dari basis baik atau asam mengarah ke pembentukan garam yang
luasdengan kontaminasi produk nyaman dan efek polusi. Keterbatasan tertentu
adalah sebagai berikut:

1. Reaksi katalis basa.

Studi kinetik memungkinkan perkiraan harga relatif untuk hidrasi pada setiap
langkah reaksi dan, sebagai contoh khas, konstanta laju orde kedua untuk
hidroksida-ion hidrolisis katalis asetonitril dan asetamida adalah 1,6 × 10-6 dan7,4
× 10-5 M-1 s-1, masing-masing. Perbandingan dari dua nilai menunjukkan bahwa
langkah kedua hidrolisis untuk reaksi basa-katalis lebih cepat dari yang pertama,
dan reaksi harus melanjutkan ke produk hidrasi akhir (garam karboksilat) daripada
berhenti pada tahap amida. Ini berarti bahwa amida disiapkan dalam logam-bebas
reaksi basa-katalis konvensional harus terkontaminasi dengan asam karboksilat dan
mereka dapat diisolasi hanya hasil moderat.

2. Reaksi katalis asam.

Penerapan solusi asam kuat membutuhkan kontrol yang cermat dari suhu dan rasio
reagen untuk menghindari pembentukan polimer, yang dipromosikan oleh karakter
eksotermik hidrolisis.
3. Pengurangan

Dalam pengurangan organik nitril berkurang dengan bereaksi dengan hidrogen


dengan nikel katalis, sebuah amina terbentuk dalam reaksi ini. Pengurangan ke imin
diikuti hidrolisis untuk aldehida berlangsung dalam sintesis aldehida Stephen.

4. Alkilasi

Nitril alkil yang cukup asam untuk membentuk carbanion, yang Alkylate berbagai
elektrofil. Kunci untuk nucleophilicity biasa adalah permintaan sterik kecil unit CN
dikombinasikan dengan stabilisasi induktif. Fitur-fitur ini membuat nitril ideal
untuk membuat ikatan karbon-karbon baru di sterik menuntut lingkungan untuk
digunakan dalam sintesis kimia obat. Perkembangan terakhir telah menunjukkan
bahwa sifat dari logam kontra-ion menyebabkan koordinasi berbeda baik nitrogen
nitril atau karbon nukleofilik yang berdekatan, sering dengan perbedaan yang
mendalam dalam reaktivitas dan stereokimia.

2.8 Pembuatan Nitril

Berikut adalah beberapa proses yang dapat dilakukan dalam pembuatan nitril:
1. Amoksidasi
Dalam ammonoxidation, hidrokarbon sebagian teroksidasi dengan adanya
amonia. Konversi ini dilakukan dalam skala besar untuk akrilonitril:

CH 3 CH = CH 2 + 3/2 O 2 + NH 3 → NCCH = CH 2 + 3 H 2 O

Sebuah produk samping dari proses ini adalah asetonitril . Kebanyakan turunan
dari benzonitrile serta isobutironitril disusun oleh amoksidasi.

2. Hydrocyanation
Contoh dari hydrocyanation adalah produksi adiponitril dari 1,3-butadiena:
CH 2 = CH-CH = CH 2 + 2 HCN → NC (CH 2) 4 CN

3. Dari halida organik dan garam sianida


Seringkali untuk aplikasi khusus lagi, nitril dapat dibuat dengan berbagai metode
lain. Misalnya, alkil halida menjalani substitusi nukleofilik alifatik dengan logam
alkali sianida dalam sintesis nitrile Kolbe . Nitril aril disiapkan di Rosenmund-von
Braun sintesis .
4. Cyanohydrins
Para cyanohydrins adalah kelas khusus nitril yang dihasilkan dari penambahan
sianida logam untuk aldehida dalam reaksi sianohidrin. Karena polaritas dari
karbonil organik, reaksi ini tidak memerlukan katalis, seperti hydrocyanation
alkena.
5. Dehidrasi amida dan oximes
Nitril dapat disiapkan oleh Dehidrasi primer amida. Banyak reagen yang tersedia,
kombinasi etil dichlorophosphate dan DBU hanya salah satu dari mereka dalam
konversi ini benzamide ke benzonitrile:

Dua intermediet dalam reaksi ini adalah amida tautomer A dan fosfat aduk B.
Dalam terkait dehidrasi, sekunder amida memberikan nitril oleh von Braun
degradasi amida. Dalam kasus ini, satu ikatan CN dibelah. Dehidrasi aldoximes
(RCH = NOH) juga mampu nitril. Reagen Khas untuk transformasi ini arewith
triethylamine/sulfur dioksida, zeolit, atau sulfuryl klorida. Pemanfaatan pendekatan
ini adalah sintesis Satu-pot nitril dari aldehida dengan hidroksilamin di hadapan
natrium sulfat.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:


Perlakuan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
2 ml methanol + Campuran Ada endapan Ada 2 lapisan
5 ml tetes amina
homogen
+ 8 tetes
bensensulfonil
klorida +
pemanasan + 10
ml NaOH 10%

Campuran Ada endapan Tidak terjadi larut


larutan + HCl
adalam suasana perubahan
6M sampai
larutan bersifat asam
basa

3.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan “Pengujian Senyawa Amina dan
Nitril yang bertujuan untuk mengidentifikasi senyawaan amina primer, amina
sekunder, dan amina tersier serta membedakan senyawa amina dan nitril
berdasarkan reaksi identifikasi bagi keduanya.

Pada percobaan ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah memasukkan 2 ml


etanol ke dalam 3 tabung reaksi. Kemudian memasukkan 5 tetes senyawa amina
yang belum diketahui ke dalam masing-masing tabung. Setelah itu, pada masing-
masing tabung ditambahkan 8 tetes benzensulfonil klorida lalu memanaskan
campuran dalam 3 tabung reaksi tersebut di atas penangas air selama 5 menit.
Setelah dingin, menambahkan 10 ml NaOH 10% ke dalam masing-masingtabung
karena terdapat kelebihan benzensulfonil klorida sebagai cairan dari bawah tabung
maka dilakukan pemanasan lagi. Tujuannya untuk menghidrolisis kelebihan
benzensulfonil klorida tersebut. Kemudian ketiga tabung didinginkan pada suhu
kamar.

Dari hasil pengamatan, didapatkan hasil pada tabung 1 terbentuk campuran larutan
yang homogen. Pada tabung 2 tidak terjadi perubahan, tetap mengendap. Pada
tabung 3 terbentuk larutan 2 lapisan. Langkah selanjutnya, menambahkan larutan
HCl 6 M ke dalam masing-masing tabung reaksi tadi tetes demi tetes sampai
campuran bersifat asam. Setelah HCl ditambahkan, pada tabung 1 terbentuk
endapan. Pada tabung 2 tidak terjadi perubahan, tetap mengendap. Sedangkan pada
tabung 3 terbentuk larutan dalam suasana asam.

Penambahan NaOH disamping untuk membuat suasana basa, juga agar terbentuk
garam benzensulfonamida. NaOH yang ditambahkan harus berlebih. Reaksi antara
amina primer dan sekunder dapat menghasilkan sutu benzensulfonilamida yang
tersubstitusi sadangkan pada amina tersier tidak. Hal ini karena ion yang terbentuk
dari reaksi ini tidak stabil dalam suasana basa. Ketidakstabilan ini menyebabkan
ikatan antara N dengan S putus sehingga amina tersiernya akan terbentuk kembali
yang terlihat seperti minyak. Benzensulfonilamida yang terbentuk dari amina
primer dapat larut dalam NaOH sedangkan benzensulfonilamida yang terbentuk
dari amina sekunder tidak larut dalam NaOH atau dalam suasana basa. Amida
tersiernya juga tidak larut dalam NaOH.

Fungsi penambahan HCl sebagai penyedia suasana asam. Penambahan HCl


berfungsi agar pada pada suasan asam ini benzensulfonilamida dari amina primer
akan mengendap sedangkan amian tersier akan larut dalam suasana asam. Endapan
sulfonamide dari amina sekunder tidak larut dalam suasana asam.
Fungsi pemanasan agar larutan dapat cepat larut. Fungsi pendinginan agar struktur
amina tiadak terdenaturasi/rusaknya struktur amina.

Berdasarkan teori, jika suatu amina direaksikan dengan benzensulfonil klorida


menghasilkan suatu larutan yang homogen dalam suasana basa dan menghasilkan
endapan dalam suasana asam, maka senyawa ini merupakan amina primer dan
apabila senyawa amina yang direaksikan dengan benzensulfonil klorida
menghasilkan endapan dalam suasana basa dan dalam suasana asam tetap tidak
larut, maka senyawa amina tersebut merupakan amina sekunder sedangkan apabila
senyawa amina yang direaksikan dengan benzensulfonil klorida menghasilkan
suatu lapisan di atas permukaan larutan dalam suasana basa dan menghasilkan suatu
campuran yang larut dalam suasana asam, maka senyawa amina tersebut adalah
amina tersier.

Dapat disimpulkan bahwa senyawa amina pada tabung 1 adalah amina primer yaitu
etiamina. Pada tabung 2 adalah amina sekunder yaitu dietilamina. Sedangkan
senyawa pada tabung 3 adalah amina tersier yaitu trietilamina.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Amina merupakan senyawa organik yang terpenting dalam kehidupan sehari-


hari dan memiliki urutan yang paling penting dalam senyawa organik.
2. Senyawa amina diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu amina primer, amina
sekunder, dan amina tersier.
3. Titik didih amina tersier lebih rendah dari pada amina primer atau sekunder yang
bobot melekulnya sepadan, dan titik didihnya lebih dekat ke titik didih alkana
yang bobot molekulnya bersamaan.
4. Ada dua cara umum dalam pembentukan amina, yaitu dengan cara reduksi dan
sustitusi.
5. Reaksi subtitusi dari alkil halida dengan amonia menghasilkan garam dari amin
primer.
6. Reduksi dari amida atau nitril dengan litium aluminium hidrida atau dengan gas
hidrogen (hidrogenasi katalitik) menghasilkan amina.
7. Senyawa nitril biasanya berupa cairan tidak berwarna dengan bau yang
menyenangkan.
8. Pembuatan senyawa nitril dapat dilakukan dengan cara amoksidasi,
Hydrocyanation, dari halida organik dan garam sianida, Cyanohydrins, dan
dehidrasi amida dan oximes.
9. Sebuah kelompok nitril dapat dihidrolisis,dikurangi, atau dikeluarkan dari
molekul sebagai ion sianida.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J. dan Fessenden, Joan S. 2006. Kimia Organik Edisi Ketiga
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hard, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.
Keenan. 1984. Kimia Untuk Universita. Jakarta: Erlangga.
Lestari, S. 2004. Mengurai Susunan Periodik Unsur Kimia. Jakarta: Kawan

Pustaka.

http://www.ukmpenelitianunila.com/2014/09/pengujian-senyawa-amina-dan-nitril.html

Anda mungkin juga menyukai