Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATERNITAS ll

TREN DAN ISU

Disusun Oleh:

Nama : Dera Tri Yolendari

NIM : P05120218058

Kelas : 2B

Dosen Pembimbing : Asmawati, S.Kp., M.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU

PRODI D III JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


TREND DAN ISSUE MATERNITAS

“ANCAMAN SERIUS INFEKSI MENULAR SEKSUAL

YANG TAK BISA SEMBUH”

Tirto.id – World Health Organization (WHO) baru saja mengeluarkan rangkuman


statistik terbaru soal infeksi menular seksual (IMS) di dunia. Laporan tersenut
menggambarkan bahwa penyebaran penyakit ini menunjukkan tren peningkatan. Selain itu,
usaha memerangi IMS semakin sulit karena beberapa bakteri telah menunjukkan gejala
resistensi antimikrobial.

Badan kesehatan PBB itu menyebut ada lebih dari satu juta IMS terjadi setiap hari.
Saat ini, IMS di derita oleh satu dari 25 orang di dunia, dengan jumlah infeksi baru (antara
klamidia, gonore, sifilis, dan trikomoniasis) per tahun sebanyak 276 juta. Mirisnya, IMS tak
hanya membikin msalah pada orang dewasa saja, tapi bisa memengaruhi harapan hidup janin,
atau anak yang baru dilahirkan.

IMS dapat menular terutama melalui kontak seksual, termasuk hubungan seks
vaginal, anal, dan oral. Lebih dari 30 bakteri, virus, dan parasit penyebab IMS ditularkan
melalui kontak seksual. Delapan di antaranya merupakan insiden terbesar penyakit menular
seksual (IMS).

Empat dari delapan infeksi tersebut (sifilis, gonore, klamidia, dan trikomoniasis)
sudah bisa disembuhkan. Sementara empat lainnya merupakan infeksi virus yang tidak dapat
disembuhkan, termasuk di antaranya hepatitis B, virus herpes simpeks (HSV atau herpes),
HIV, dan human papillomanavirus (HPV).

Namun, selain menular secara seksual, beberapa jenis IMS juga bisa menular dengan
cara non-seksual, seperti melalui darah atau produk darah. Banyak IMS termasuk sifilis,
hepatitis B, HIV, klamidia, genore, herpes, dan HPV dapat ditularkan dari ibu ke anak selama
kehamilan dan persalinan.

Gejala umum IMS termasuk keputihan, keputihan pada uretra atau rasa terbakar pada
pria, bisul kelamin, dan sakit perut. Penyakit asli IMS seringkali bersembunyi di balik gejala-
gejala penyakit semu tersebut, sehingga kurang bisa dibedakan jika hanya dengan
pengetahuan awam. IMS, jika tidak dikonsultasikan segera dengan dokter, maka
penanganannya akan semakin sulit.

Namun, disamping permasalahan-permasalahan klasik seperti itu, muncul hambatan


lain yang lebih besar dalam upaya pengobatan IMS. Kini dunia sedang menghadapi
Resistensi Antimikrobial (AMR) di segala sektor pengobatan antimikrobial, dan beberapa
patogen IMS mulai menunjukkan kekebalannya terhadap obat-obatan antimikrobial.

AMR merupakan kondisi ketika mikroorganisme (bakteri, jamur, virus, dan parasit)
bermutasi kerena terpapar obat antimikroba (antimalaria, dan anthelmintik). Akibatnya, obat
antimikroba tidak lagi bisa mengatasi mikroorganisme baru dalam tubuh, sehingga membuat
infeksi terus berlanjut, dan meningkatkan risiko penyebaran kepada orang lain.

Berdasarkan estimasi World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, setiap
tahun terjadi 357 juta kasus baru IMS yang dapat disembuhkan pada usia 15-49 tahun. Sifilis
pada ibu hamil dapat menyebabkan kematian fetus dan neonatus lebih dari 300.000 setiap
tahun. Infeksi HPV berhubungan dengan 530.000 kasus kanker serviks dan 264.000 kematian
akibat kanker serviks setiap tahun. Adapun gonore dan klamidia merupakan penyebab utama
infertilitas di seluruh dunia. Untuk itu WHO mencanangkan strategi global untuk tahun 2030
dengan target: menurunkan insidens sifilis, gonore, infeksi baru HIV, dan kematian akibat
AIDS sebanyak 90%, serta menurunkan kasus kongenital sifilis kurang dari 50 per 100.000
kelahiran hidup.

Bagaimana kondisi IMS di Indonesia?


Data IMS non-HIV di Indonesia belum tercatat seperti data HIV, sehingga data yang
sebenarnya tidak diketahui dengan pasti. Berdasarkan laporan HIV-AIDS & IMS triwulan IV
tahun 2017 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), jumlah
kumulatif infeksi HIV dan kasus AIDS sampai dengan bulan Desember 2017 masing-masing
sebanyak 280.623 orang dan 102.667 orang. Jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun
2015 sampai dengan tahun 2017 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Dalam 10 tahun
terakhir penularan HIV telah bergeser dari melalui penggunaan jarum suntik tidak steril
menjadi melalui hubungan seksual.

Adapun jumlah kasus duh tubuh uretra dan ulkus genital dari tahun 2016 sampai
dengan Desember 2017 masing-masing sebanyak 20.262 orang dan 5.754 orang. Pada
periode waktu yang sama dilaporkan jumlah ibu hamil yang berkunjung pertama kali ke
klinik antenatal care (ANC) sebanyak 149.209 orang, dari jumlah tersebut yang dilakukan
tes sifilis hanya 108.430 orang, yang positif sifilis 8.092 orang, dan hanya 1.706 orang yang
diterapi. Berdasarkan data dari sebagian besar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis (IPDS)
Dermatologi dan Venereologi di Indonesia, IMS yang paling sering adalah kutil anogenital,
gonore, dan sifilis. Hasil penelitian uji resistansi N.gonorrhoeae terhadap beberapa
antibiotika pada tahun 2014 di Jakarta, Yogyakarta, dan Bali, terungkap bahwa semua isolate
telah resistan terhadap tetrasiklin dan siprofloksasin, tetapi masih sensitif terhadap seftriakson
(100%), sefiksim (100%), dan azitromisin (98,7%).

Berdasarkan laporan survei terpadu biologis dan perilaku (STBP) pada populasi kunci
di beberapa kota di Indonesia pada tahun 2007, 2011, dan 2015, prevalensi HIV, gonore,
klamidia, dan sifilis masih jauh lebih tinggi dari target pengendalian IMS terutama pada
populasi LSL, wanita penjaja seks komersial langsung (WPSL), dan waria. Sayangnya
pengetahuan komprehensif mengenai IMS dan HIV, serta penggunaan kondom pada populasi
tersebut masih sangat rendah.

Dari ulasan di atas menunjukkan bahwa kasus IMS masih belum terkendali. Melalui
pengendalian yang baik, diharapkan prevalensi IMS akan menurun, yang selanjutnya akan
berdampak kepada penurunan penularan HIV, serta angka kesakitan dan angka kematian
yang terkait dengan IMS.
DAFTAR PUSTAKA

Anindia DE.11 tanda anda tertular penyakit menular seksual available

Kementerian kesehatan Republik Indonesia Pedoman nasional penanganan infeksi


menular seksual . direktorat Jenderal Pengendalian Dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta,
2011

https://tirto.id/ancaman-serius-infeksi-menular-seksual-yang-tak-bisa-sembuh-eevs

Anda mungkin juga menyukai