Anda di halaman 1dari 12

Rekayasa Ide

RINGKASAN

Sering kali kita bingung ketika masalah dalam hal kepemimpinan muncul tanpa kita
sadari.Terkadang kita tidak sadar saat masalah kepemimpinan itu muncul di hadapan kita.
Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan
dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam
kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya
dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. Gaya partisipatif dan orientasi prestasi
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hal ini mengandung pengertian bahwa kinerja
karyawan dapat ditingkatkan apabila gaya partisipatif dan orientasi prestasi terus ditingkatkan.
Variabel gaya partisipatif dan orientasi prestasi merupakan variabel yang memiliki pengaruh
terbesar dalam hubungannya dengan kinerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa gaya
partisipatif dan orientasi prestasi sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Hubungan antara Gaya
Pengasuh dengan Kinerja Karyawan Pengujian hipotesis ini terbukti bahwa gaya pengasuh
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan
yang erat dengan motivasi. Sebutan pemimpin terlepas dari perbedaan definisi, perbedaan status
formal dan non-formal, perbedaan strata atau job title-nya, mengarah pada satu pemahaman
sebagai sumber solusi suatu urusan. Jadi pemimpin adalah orang yang isi pikirannya berupa
solusi bukan masalah yang ia rasakan. Perilaku pemimpin merupakan salah satu faktor penting
yang dapat mempengaruhi kinerja. Hubungan yang akrab dan saling tolong-menolong dengan
teman sekerja serta dengan pemimpin adalah sangat penting dan memiliki hubungan kuat dengan
kinerja pegawa, semakin baik pemimpin dalam membawahi karyawannya semakin nyaman dan
puas juga para karyawan dalam melakukan pekerjaanya, begitu pula sebaliknya Kepuasan kerja
juga ditemukan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Semakin
tinggi kepuasan kerja perawat, semakin tinggi kinerja.

1
Rekayasa Ide

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,


memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi.
Sebutan pemimpin terlepas dari perbedaan definisi, perbedaan status formal dan non-formal,
perbedaan strata atau job title-nya, mengarah pada satu pemahaman sebagai sumber solusi suatu
urusan. Jadi pemimpin adalah orang yang isi pikirannya berupa solusi bukan masalah yang ia
rasakan. Perilaku pemimpin merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
kinerja. Hubungan yang akrab dan saling tolong-menolong dengan teman sekerja serta dengan
pemimpin adalah sangat penting dan memiliki hubungan kuat dengan kinerja pegawa, semakin
baik pemimpin dalam membawahi karyawannya semakin nyaman dan puas juga para karyawan
dalam melakukan pekerjaanya, begitu pula sebaliknya Kepuasan kerja juga ditemukan
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Semakin tinggi kepuasan
kerja perawat, semakin tinggi kinerja.

B. Rasionalisasi pentingnya TRI

Sering kali kita bingung ketika masalah dalam hal kepemimpinan muncul tanpa kita
sadari.Terkadang kita tidak sadar saat masalah kepemimpinan itu muncul di hadapan
kita.Misalnya dari masalah Kepemimpinan Operasional, organisasi, dan publik dalam
kemimpinan .

Oleh karena itu, penulis membuat Tugas Rekayasa Ide ini untuk mempermudah pembaca
dalam memilih dan memilah tentang permasalahan dalam kepemimpinan.

C. Tujuan penulisan TRI

Melihat dan mencari permasalahan yang ada dalam konteks kepimpinan. Setelah kita
dengan teliti mencari tahu permasalahannya dalam kepemimpinan, kita mencari solusi yang tepat
untuk mengatasi permasalahan tersebut.

D. Manfaat TRI

• untuk menambah wawasan tentang kepemimpinan.

• Untuk mengetahui metode dan sifat-sifat seorang pemimpin.

• Untuk mengetahui prinsip apa yang ditanam dalam pemimpin

2
Rekayasa Ide

BAB II

PEMBAHASAN

Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan


dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam
kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya
dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti
kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.Adapun pendapat lain tentang
kepemimpinan adalah sbb:

· Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui
proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler
and Nassarik, 1961, 24).

· Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).

· Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur
untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).

· Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau
orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.

Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada
kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs &
Jacques, 1990, 281).

Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi
dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi.
Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan
konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah
kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama
sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan,
bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan
kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:

1. Seorang yang belajar seumur hidup Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga
diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar.
Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

3
Rekayasa Ide

2. Berorientasi pada pelayanan Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip
pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi
pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

3. Membawa energi yang positif Setiap orang mempunyai energi dan semangat.Menggunakan
energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain.
Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus
dapat dan mau bekerja untuk Jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan.

A. Permasalahan Umum Kepemimpinan


Hubungan Gaya Kepemimpinan terhadap Persepsi Kepemimpinan oleh Karyawan
Menurut Lord & Maher (Nye &Simonetta, 1996, dalam Muh Su’ud, 2000),seseorang menjadi
pemimpin karena dipersepsikan pihak lain sebagai pemimpin. Pemimpin adalah obyek persepsi,
apakah akan dipersepsi sebagai orang yang kredibel, juga tergantung pada pelaku persepsi
(perceiver) dalam menyeleksi, mengorganisasikan, dan menafsirkan informasi yang diterimanya.
Penjelasan yang lebih spesifik tentang gaya kepemimpinan dikemukakan oleh:

Hersey dan Blanchard (dalam Thoha, 2001), yaitu pola perilaku yang diperlihatkan oleh
orang itu pada saat mempengaruhi aktivitas orang lain seperti yang dipersepsikan orang lain.
Gaya kepemimpinan yang dimaksudkan dalam pengertian ini merupakan persepsi orang lain,
pengikut atau bawahan yang akan dipengaruhi perilakunya dan bukannya persepsi pemimpin itu
sendiri. Segala sesuatu yang dikatakan, dilakukan dan segala perasaan yang ditunjukkan adalah
diamati oleh orang lain dan memiliki pengaruh terhadap organisasi. Para pemimpin mewarisi
tanggung jawab untuk memberi teladan perilaku yang diinginkan bukan hanya untuk memberi
manfaat bagi organisasi, tetapi juga bagi manfaat orangorang yang mereka bimbing. Di
sepanjang sejarah, model-model memiliki pengaruh yang penting terhadap pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Seperti yang terbukti benar pada seluruh agama dan pemerintahan yang
sukses; para pemimpin memodelkan standar, iklim dan ekspektasi bagi organisasi.

(Scarnati, 2002) Dengan demikian, kredibilitas pemimpin mempunyai peranan penting,


karena bawahan atau pengikut akan bersedia menerima kepemimpinan seseorang setelah
mempunyai persepsi bahwa pemimpin organisasi kredibel, kemudian baru mengikuti langkah-
langkah pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi. Persepsi dari para karyawan digunakan
untuk mengevaluasi kinerja kepemimpinan dan untuk menunjukkan kelemahan dan area-area
perbaikan. Mengingat bahwa karyawan merupakan satu dari publik terpenting sistem organisasi,
penelitian yang berlangsung tentang pandangan mereka menyangkut kepemimpinan dianggap
sangat penting (Menon, 2002).

4
Rekayasa Ide

Hubungan Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan, Komitmen dan Kinerja

Karyawan Seperti yang telah dikemukakan oleh Porter dan Miles (dalam Stoner dan
Freeman, 1989) bahwa ada 3 hal yang mempengaruhi kinerja seseorang, yaitu motivasi,
kemampuan dan persepsi peran. Timpe (1999) juga menyatakan bahwa yang berpengaruh
terhadap kinerja seseorang karyawan adalah perilaku manajemen dan desain jabatan. Jadi kalau
seseorang karyawan memiliki persepsi yang positif tentang karir masa depannya yang
merupakan salah satu kebijakan dari pihak manajemen, maka ia akan memiliki kinerja yang
positif pula (dalam Rahayu, 2001) Studi yang dilakukan Redmond et.al (1993), melaporkan
bahwa kreativitas pekerja meningkat jika pemimpin menerima dan menunjukkan penghargaan
terhadap perbedaan kognitif dan ketidaksesuaian. Demikian juga apabila para pemimpin
memiliki dorongan motivasi yang kuat terhadap tugas-tugas kreatif karyawan yang pada
akhirnya mempengaruhi kinerja pekerja itu sendiri. (dalam Tierney, et.al, 1999). Untuk
mempertimbangkan interaksi antara para pemimpin dan pekerja, kinerja yang tinggi akan
menjadi satu kesatuan dalam kontribusi yang tergantung pada kedua belah pihak. (Le Pine,
Hollenbeck, Ilgen&Hedlund, 1997 dalam Tierney, et.al, 1999)

B. Identifikasi Permasalahan
1. Permasalahan Hubungan antara Gaya Partisipatif, Orientasi Prestasi dengan Kinerja
Karyawan

Gaya partisipatif dan orientasi prestasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
Hal ini mengandung pengertian bahwa kinerja karyawan dapat ditingkatkan apabila gaya
partisipatif dan orientasi prestasi terus ditingkatkan. Variabel gaya partisipatif dan orientasi
prestasi merupakan variabel yang memiliki pengaruh terbesar dalam hubungannya dengan
kinerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa gaya partisipatif dan orientasi prestasi sangat
mempengaruhi kinerja karyawan. Hasil pengujian hipotesis ini memperkuat hasil penelitian
empiris dari Griffin (1980), Mc Nesse-Smith (1996) dan Alimuddin (2001) yang menyatakan
adanya korelasi positif antara sikap pimpinan gaya partisipatif dan orientasi prestasi dengan
kinerja karyawan. Hubungan antara Gaya Direktif dengan Kinerja Karyawan Pengujian hipotesis
ini terbukti bahwa gaya direktif berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hal ini
mengandung pengertian bahwa kinerja karyawan dapat ditingkatkan apabila gaya direktif dijaga.
Variabel gaya direktif merupakan variabel yang memiliki pengaruh terbesar dalam hubungannya
dengan kinerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa gaya direktif sangat mempengaruhi
kinerja karyawan.

Hasil Pengujian hipotesis ini memperkuat hasil penelitian empiris dari Griffin (1980),
Mc Nesse-Smith (1996) dan Alimuddin (2002) yang menyatakan adanya korelasi positif antara
sikap pimpinan gaya direktif dengan kinerja karyawan. Hubungan antara Gaya Supportif dengan
Kinerja Karyawan Pengujian hipotesis ini terbukti bahwa gaya supportif berpengaruh positif
terhadap kinerja karyawan. Hal ini mengandung pengertian bahwa kinerja karyawan dapat

5
Rekayasa Ide

ditingkatkan apabila gaya supportif terus dijaga dan ditingkatkan. Variabel gaya supportif
merupakan variabel yang memiliki pengaruh terbesar dalam hubungannya dengan kinerja
karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa gaya supportif sangat mempengaruhi kinerja karyawan.
Hasil pengujian hipotesis ini memperkuat hasil penelitian empiris Griffin (1980) dan Mc Nesse-
Smith (1996) yang menyatakan adanya korelasi positif antara sikap pimpinan dan perilaku
kepemimpinan dengan kinerja karyawan.

2. Permasalahan Hubungan Gaya Pengasuh dengan Kinerja Karyawan

Hubungan antara Gaya Pengasuh dengan Kinerja Karyawan Pengujian hipotesis ini
terbukti bahwa gaya pengasuh berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hal ini
mengandung pengertian bahwa kinerja karyawan dapat ditingkatkan apabila gaya pengasuh terus
dijaga dan ditingkatkan. Variabel gaya pengasuh merupakan variabel yang memiliki pengaruh
terbesar dalam hubungannya dengan kinerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa gaya
pengasuh sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Hasil pengujian hipotesis ini memperkuat
hasil penelitian empiris dari Griffin (1980) dan Mc Nesse-Smith (1996) yang menyatakan adanya
korelasi positif antara sikap pimpinan gaya pengasuh dengan kinerja karyawan.

3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan.

Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi secara simultan berpengaruh positif


signifikan terhadap kinerja karyawan. Budaya terlahir dari pemimpinnya dan pemimpin
mencerminkan budaya organisasinya. Ibarat dua sisi mata uang dalam satu koin. Setiap
pemimpin memiliki perangai yang berbeda-beda yang nantinya akan menciptakan budaya yang
mencerminkan kepribadiannya. Senada dengan apa yang terjadi di semua tempat. Dimana
pemimpinnya menjunjung tinggi nilai-nilai kedisiplinan sehingga mampu menjadikan dirinya
sebagai changeagent untuk mempengaruhi karyawan dalam meningkatkan kedisiplinan yakni
penegakan hukuman disiplin karyawan melalui budaya birokrasi. Disamping itu pemimpin
sangat dekat dengan para karyawan, turut menciptakan suasana yang nyaman dan akrab dalam
bekerja sehingga karyawan menjadikan dirinya teladan dalam membangun budaya suportif yang
tercermin dari rasa kekeluargaan yang cukup solid. Tak hanya menjadi change agent dan teladan
dalam membangun budaya birokratif dan suportif. Menjadi Pilot Project dalam pengembangan
diri melalui sharing knowledge, berbagi pengalaman pekerjaan, sehingga mampu mendorong
para karyawan untuk lebih meningkatkan potensi yang mereka miliki. Hal ini dicerminkan
melalui budaya inovatif.

6
Rekayasa Ide

4. Pengaruh antara Budaya Organisasi terhadap Kinerja karyawan

Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Budaya
organisasi merupakan nilai-nilai yang dianut oleh orang-orang yang ada di dalam
organisasi.Dibudaya organisasi sangat dijunjung tinggi. Budaya organisasi sudah tertanam,
bahkan mendarah daging pada para karyawan, walaupun telah munculnya sebuah budaya yang
bisa dikatan budaya yang masih baru yaitu budaya transparansi atau peningkatan citra. Walaupun
mereka fokus pada budaya transparansi, namun mereka tetap mempertahankan keunggulan
kompetitif mereka melalui eksistensi dengan budaya yang lama. Budaya organisasi mampu
menggerakkan nurani dan pikiran untuk melakukan sesuatu menjadi lebih baik. Budaya
Birokrasi dicerminkan melalui penegakan hukuman disiplin karyawan, pembagian tugas
dilakukan secara merata, yang sesuai dengan standar dan kompetensi karyawan.

Salah satu contoh, rata-rata karyawan menyelesaikan pekerjaan sesuai standar yang
ditetapkan, itu terjadi karena sudah menjadi budaya organisasi. Sehingga budaya tersebut mampu
menjadi motivator dalam diri para karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Budaya Inovatif
diwujudkan dengan pemberian kesempatan kepada karyawan untuk berkarya dan
mengembangkan diri melalui pendidikan dan pelatihan formal maupun informal. Didukung
dengan Budaya Suportif melalui membangun komunikasi yang baik antar sesama karyawan, dan
adanya rasa kekeluargaan.

7
Rekayasa Ide

BAB III

REKAYASA IDE

1. Cara Pemimpin

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,


memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal
tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan
itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan
pimpinan itu sendiri dan pimpinan/pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah (two way
communications), yaitu untuk membantu bawahan dalam meningkatkan motivasi
kerjanya. Dalam dunia jasa konstruksi kepemimpinan yang baik mana kala seorang pemimpin
dapat menjalankan atau memotifasi rekan-rekan ataupun karyawannya untuk lebih baik lagi dan
untuk itu semua di butuhkan seorang pemimpin yang memiliki jiwa ;

- Percaya sama orang lain - Keseimbangan dalam kehidupan

- Melihat hidup sebagai tantang - Sinergi

Gaya kepemimpinan yang efektif terdiri atas tiga jenis, yaitu :

1. Eksekutif. Gaya ini mempunyai perhatian yang banyak terhadap tugas-tugas pekerjaan
dan hubungan kerja. Manajer seperti ini berfungsi sebagai motivator yang baik dan mau
menetapkan produktivitas yang tinggi.

2. Pencinta Pengembangan (Developer). Pada gaya ini lebih mempunyai perhatian yang
penuh terhadap hubungan kerja, sedangkan perhatian terhadap tugas-tugas pekerjaan adalah
minim.

3. Otokratis yang baik. Gaya kepemimpinan ini menekankan perhatian yang maksimum
terhadap pekerjaan (tugas-tugas) dan perhatian terhadap hubungan kerja yang minimum sekali,
tetapi tetap berusaha agar menjaga perasaan bawahannyaSedang Gaya-gaya kepemimpinan yang
perlu di hindari adalah :

- Pencinta Kompromi (Compromiser). Gaya Kompromi ini menitikberatkan perhatian


kepada tugas dan hubungan kerja berdasarkan situasi yang kompromi

- Missionari Manajer seperti ini menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan, dalam arti
memberikan perhatian yang besar dan maksimum pada orang-orang dan hubungan kerja tetapi
sedikit perhatian terhadap tugas dan perilaku yang tidak sesuai.

8
Rekayasa Ide

- .Otokrat Pemimpin tipe seperti ini memberikan perhatian yang banyak terhadap tugas
dan sedikit perhatian terhadap hubungan kerja dengan perilaku yang tidak sesuai.

- Lari dari tugas (Deserter) Manajer yang memiliki gaya kepemipinan seperti ini sama
sekali tidak memberikan perhatian, baik kepada tugas maupun hubung kerja.

2. Membangun Sifat Kepemimpinan DalamPermasalahan Hubungan Gaya Pengasuh


dengan Kinerja Karyawan

Belajar Siap Dipimpin Dalam hal kepemimpinan, dunia ini hanya memberikan dua
pilihan antara anda dipimpin atau memimpin sesuai dengan kapabilitas, kualitas, dan kekuatan
anda. Kekacauan akan segera terjadi ketika anda dipimpin tetapi melakukan hal-hal yang
seharusnya dilakukan pemimpin atausebaliknya. Untuk menjadi pemimpin, maka anda harus
mengawalinya dengan kesiapan untuk mau dipimpin. Dalam organisasi, bawahan yang tidak siap
dipimpin akan kehilangan kesempatan emas untuk mempelajari bagaimana kelak ia akan
menjadi seorang pemimpin. Seluruh waktu dan energinya dihabiskan hanya untuk menciptakan
reaksi-reaksi sesaat yang sia-sia. Di bidang politik seringkali terjadi kepemimpinan yang diraih
dengan cara yang melupakan proses kesiapan dipimpin akan berakhir dengan cara yang sama
dengan ketika ia mendapatkannya. Sebelum anda memimpin orang lain, maka wujud dari
kesiapan untuk dipimpin adalah begaimana memimpin diri anda (Personal Mastery). Wilayah
yang harus anda kuasai adalah self understanding (pemahaman diri) dan self management
(pengelolaan diri) yang meliputi perangkat nilai hidup, tujuan hidup, misi hidup anda. Kedua
kemampuan tersebut akan mengantarkan anda menuju pola kehidupan beradab dan efektif.
Dengan kata lain, self understanding dan self management pada saat anda dipimpin akan
menciptakan tradisi hidup sehat di mana fokus adalah tujuan akhir, bukan lagi egoisme posisi
jangka pendek tetapi realisasi misi. Jika tujuan akhir anda adalah kemajuan dan kebahagian,
maka tinggalkan tradisi "Ngerumpi" tentang begitu jelasnya kesalahan hidup yang dilakukan
oleh pemimpin anda sehingga akan menjadikan anda kabur melihat sesuatu yang perlu anda
lengkapi untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin.

3. Melatih Diri Sejak Dini Mampu Memimpin Dalam Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan
Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan.

Sebutan pemimpin terlepas dari perbedaan definisi, perbedaan status formal dan non-
formal, perbedaan strata atau job title-nya, mengarah pada satu pemahaman sebagai sumber
solusi suatu urusan. Jadi pemimpin adalah orang yang isi pikirannya berupa solusi bukan
masalah yang ia rasakan. Maka syarat mutlak yang bersifat fundamental adalah memiliki paket
keahlian dan paket kekuatan. Paket keahlian merujuk pada kualitas personal yang sifatnya
internal mulai dari skill, knowledge, attitude, atau lainnya sedangkan paket kekuatan merujuk
pada power yang bisa berbentuk kekayaan, networking, atau mungkin kekuatan fisik. Keahlian
berguna untuk memimpin kelompok ahli sementara kekuatan berguna untuk memimpin khalayak
umum. Kedua paket tersebut yang menjadikan pemimpin sebagai pemilik suatu urusan bukan

9
Rekayasa Ide

lagi menjadi bagiannya, mulai dari urusan pribadi, khalayak, system, atau kiblat hidup orang
banyak. Karena sebagai pemilik urusan, maka harga seorang pemimpin senilai dengan harga
jumlah orang - orang yang dipimpinnya. Satu Mahatma Gandhi atau satu Soekarno nilainya sama
dengan jutaan manusia yang mengkuasakan urusan kehidupan kepadanya. Di dunia ini tidak
ditemukan calon pemimpin yang siap pakai. Tetapi bisa diselesaikan dengan cara belajar
mengembangkan diri. Pemimpin yang berhenti mengembangkan keahlian dan kekuatannya maka
akan muncul fenomena di mana tantangan kepemimpinan lebih besar dari kapasitasnya sehingga
akan cepat sampai pada titik di mana ia harus di-disqualified-kan untuk segera diganti.
Mengapa? Karena semua keputusan yang dihasilkan dari kepemimpinannya ibarat bumbu ayam
goreng yang hanya dipoleskan pada permukaan sehingga rasanya tidak menyeluruh atau meresap
hingga ke dalam daging ayam tersebut. Setiap orang tua pernah menjadi anak-anak, setiap atasan
pernah menjadi bawahan tetapi tidak semua orang tua dan atasan mampu memimpin ketika ia
dinobatkan menjadi pemimpin. Banyak alasan mengapa hal itu terjadi yang antara lain karena
keputusan kepemimpinannya kehilangan konteks atau keahlian dan kekuatan memimpin yang
digunakan sudah tidak lagi berlaku pada zamannya alias sudah kadaluwarsa.

Ketika anda memimpin pahamilah isi pikiran anda ketika menjadi bawahan; ketika anda
menjadi atasan jangan lantas melupakan bagaimana anda dahulu menjadi bawahan. Selain itu
gunakan keahlian dan kekuatan yang masih relevan untuk kondisi saat itu.

4. Pengaruh antara Budaya Organisasi terhadap Kinerja karyawan

Hal ini juga berarti bahwa perilaku pemimpin merupakan salah satu faktor penting yang
dapat mempengaruhi kinerja. Hubungan yang akrab dan saling tolong-menolong dengan teman
sekerja serta dengan pemimpin adalah sangat penting dan memiliki hubungan kuat dengan
kinerja pegawa, semakin baik pemimpin dalam membawahi karyawannya semakin nyaman dan
puas juga para karyawan dalam melakukan pekerjaanya, begitu pula sebaliknya Kepuasan kerja
juga ditemukan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Semakin
tinggi kepuasan kerja perawat, semakin tinggi kinerja. Hasil penelitian ini searah dengan hasil
studi yang dilakukan Ostroff (1992), yang menunjukkan hubungan positif antara kepuasan kerja
dengan kinerja karyawan. Selanjutnya diungkapkan lebih khusus, organisasi dengan karyawan
yang lebih puas, berkomitmen, sesuai dan tidak stress tinggi akan memiliki tingkat kinerja yang
lebih tinggi daripada karyawan yang kurang puas, kurang berkomitmen, kurang mampu
menyesuaikan dan lebih banyak mengalami

10
Rekayasa Ide

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana pimpinan/pemimpin dapat mempengaruhi
bawahannya/orang lain, agar bawahan/orang lain tersebut mau melakukan apa yang diinginkan
oleh pimpinan/pemimpin tersebut. Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan
pimpinan/pemimpin dalam mempengaruhi bawahan/orang lain, agar tercapai apa yang
diinginkannya. Produktivitas kerja adalah hasil kerja yang nyata diperoleh oleh tenaga kerja yang
didasari sikap mental yang patriotik yang menganggap bahwa hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Cara-cara kerja hari ini harus lebih baik dari
cara-cara kerja kemarin, dan cara-cara kerja hari esok harus lebih baik dari cara- cara kerja hari
ini. Untuk meningkatkan Produktivitas kerja, gaya kepemimpinan situasional adalah gaya yang
paling sesuai diterapkan seorang pemimpin/pimpinan saat ini, mengingat bahwa penerapan gaya
ini disesuaikan dengan tingkat kematangan bawahan/pengikut. Hal ini didasari asumsi bahwa
setiap bawahan/orang lain akan memiliki tingkat kematangan yang berbeda satu sama lain.

B. Rekomendasi
Adapun saran yang saya dapat berikan dalam pengplikasian rekayasa ide melatih jiwa
kepemimpinan ini adalah pada bagian pendalaman aspek-aspek yang berkaitan dengan
bagaimana cara kita memimpin diri sendiri secara bertahap dan selanjutnya bagaimana
memimpin orang lain maupun kelompok.

11
Rekayasa Ide

DAFTAR PUSTAKA

Andre Wijaya.2015.Kepemimpinan Dengan Metode Memimpin Diri Sendiri http://intisari-


online.com.Diakses Pada 20 Oktober 2017

Bayu Pradana.2012.Kepemimpinan Dengan Metode Memimpin Diri


Sendiri.http://ekonomi.kompasiana.com. Diakses Pada 24 Oktober 2017

Kartono,kartini.2017.Pemimpin dan Kepemimpinan.Jakarta :Rajawali Press

Thoha,Miftha.2013.Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Ali,Erdi.2013.Merajut Jiwa Kepemimpinan.Bogor:PT Penerbit IPB Press

http://www.artikata.com/arti-319094-animo.html

http://id.scribd.com/doc/54057570/Arti-Kader-Dan-Pengkaderan

http://christhoper.wordpress.com/2010/12/21/masalah-dalam-kepemimpinan-di-organisasi-saat-
ini.com

12

Anda mungkin juga menyukai