Prposal Fiks Bissmillah
Prposal Fiks Bissmillah
PENDAHULUAN
Halusinasi adalah perubahan sensori dimana pasien merasakan sensasi yang tidak
ada berupa suara, pendengaran, pengelihatan, pengecapan, dan perabaan (Damiyanti,
2014). Menurut Valcaloris dalam Yosep Iyus (2010) mengatakan lebih dari 90% pasien
dengan skizofrenia mengalami halusinasi, halusinasi yang sering terjadi yaitu halusinasi
pendengaran, halusinasi pengalihatan, dan halusinasi penciuman. Menurut Valcarolis
dalam Yosep Iyus (2010) mengatakan lebih dari 90% pasien dengan skizofrenia
mengalami halusinasi, dan halusinasi yang sering terjadi adalah halusinasi pengelihatan,
halusinasi pendengaran, halusinasi penciuman, dan halusinasi pengecapan.
Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa di dunia ini
sudah menjadi masalah yang semakin serius. Paling tidak ada satu dari empat orang di
dunia ini mengalami gangguan jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di
dunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa. Halusinasi pendengaran adalah klien
mendengar suara-suara yang tidak berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain
tidak mendengarnya (Dermawan dan Rudi, 2013). Sedangkan menurut Kusumawati
(2010) halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang jelas maupun
tidak jelas, dimana suara tersebut bisa mengajak klien berbicara dan melakukan sesuatu.
Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana cara pasien dalam mengontrol
halusinasi yang di antaranya adalah halusinasi pendengaran, dengan berbagai cara yang
telah diajarkan dan juga berbagai macam metode untuk mengontrol halusinasi
pendengaran tersebut.
1
7. Apa akibat terjadinya halusinasi?
⮚ Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian pada kien dengan masalah gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran di RSJ dr. radjiman wediodiningrat lawang.
2. Merumuskan diagnose keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran di RSJ dr. radjiman wediodiningrat lawang.
3. Menyusun rencana keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran di RSJ dr. radjiman wediodiningrat lawang.
4. Melakukan implementasi pada klien gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran di RSJ dr. radjiman wediodiningrat lawang.
5. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran di RSJ dr. radjiman wediodiningrat lawang.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1 Pengertian
Stuart (2016) mendefinisikan halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi
pada respons neurobiologis maladaptif. Klien sebenarnya mengalami distorsi sensorik
sebagai hal yang nyata dan meresponsnya. Pada halusinasi, tidak ada stimulus eksternal
atau internal yang diidentifikasi.
3
Respon adaptif Respon
maladaptifMenurut Stuart (2016), halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.
a. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
b. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca
indra yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu
sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
c. Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek
keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung
tidak lama.
d. Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social
dan budaya umum yang berlaku.
e. Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis
menyangkut hubungan antar individu dan individu, individu dan
kelompok dalam bentuk kerjasama.
f. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi
impuls eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi
gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi
sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
g. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek
keluar berlebihan atau kurang.
h. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa
tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh
norma – norma social atau budaya umum yang berlaku.
i. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-
norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
j. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
k. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial
dalam berinteraksi
1.3 Penyebab
4
Etiologi halusinasi menurut Stuart (2016) dibedakan menjadi faktor
predisposisi dan faktor presipitasi :
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi adalah:
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien
tidakmampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang
percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak
bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di
dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
alam khayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1) Biologis
5
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stress.
6
Karakteristik : Membau bau-bau seperti darah, urine, feses umumnya
bau-bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan demensia.
d. Halusinasi pengecapan
Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan
seperti darah, urine, atau feses.
e. Halusinasi perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
7
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
4) Klien merasa makan sesuatu.
5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
6) Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan
didengar.
7) Klien ingin memukul/ melempar barang-barang
(e.g. Retina)CBS
MLF
RASPS
ILnPD
Thalamic Relay
(e.g. LGN)PD/DLB
Superior colliculus
Brainstem neuromodulators
8
Dopamine:
acetyl cholinePH,Mod
SerotoninMod
Serotonin
(Arnygdala)PD,PTSD
VAN
9
PTSD - post traumatic stress disorder (stress pasca trauma)
E - Epilepsi
M - migraine (migrain)
AS - Anton Syndrome,
PCA - Posterior cortical atrophy (nama lainnya benson syndrome)
CBS - charles bonnet syndrome,
Med - medication (pengobatan)
SZ - schizophrenia,
10
Ansietas tingkat berat, Secara umum halusinasi bersifat menjijikan.
Karakteristik:
Pengalaman sensori yang bersifat menjijikan dan menakutkan. Orang
yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin
berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan,
individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya dan
menarik diri dari orang lain (Non psikotik).
Perilaku klien:
● Peningkatan syaraf otonom yang menunjukkan ansietas
misalnya, peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
● Penyempitan kemampuan konsentrasi
● Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi
dengan realitas.
c. Fase III: Controling
Ansietas tingkat berat, pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Karakteristik:
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman
halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi
halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami
kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir (Psikotik).
Perilaku klien:
● Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya
● Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
● Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
● Gejala fisik dari ansietas berat, seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
11
Pengalaman sensori menjadi menakutkan dan mengancam jika klien
tidak mengikuti perintah. Halusinasi bisa berlangsung dalam
beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik
(Psikotik).
Perilaku klien:
● Perilaku menyerang seperti panic
● Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang
lain
● Aktivitas fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri, atau katatonik
● Tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang kompleks
● Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
1.7 Akibat
Halusinasi yang berisi perintah dapat menyuruh seseorang untuk
melakukan sesuatu, seperti membunuh dirinya sendiri, melukai orang lain,
atau bergabung dengan seseorang di kehidupan sesudah mati
1.8 Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Masalah utama
Isolasi sosial
Penyebab
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. D
Umur : 38 th
Alamat : Sidoarjo
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Status : Menikah
No CM : 117825
Data Sekunder (RM px) : suami mengatakan tanggal 2 Februari 2020 px dibawa control ke
RSJRW, tetapi pasien menolak minum obat, lalu kambuh tanggal 5 Februari karena tidak
mau minum obat, marah-marah ( verbal ), menjambak suaminya, membuang baju dan
barang ke tempat sampah, makan tidak teratur. Lalu px dibawa ke RSJ tanggal 8 Februari
2020 masuk POLI RSJ RW lalu rawat inap ke IPCU mawar selama 2 hari. Lalu dipindah
ke rawat inap Sedap Malam tanggal 11 Februari 2020.
❑ Tidak
JikaYa, Jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan :
Px mengatakan sakit sejak 2017 lalu oleh keluarga dibawa ke RSUD Sidoarjo
untuk berobat jalan, selama 3 bulan sebelum masuk RSJ RW px sembat putus
obat sehingga px kambuh dibawa ke RSUD lalu dirujuk ke RSJ RW untuk
berobat jalan sampai SMRS. Px mengatakan baru 1x rawat inap, selebihnya
berobat jalan.
Riwayat Psikosoial
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1.
Aniaya fisik 38th px suami …………
2.
14
Kekerasan dalam keluarga 38th px suami
…………
5.
Jelaskan:
Diagnosa Keperawatan: --
c. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian,
perpisahan )
Jika ada jelaskan :
Jika ya jelaskan
Tidak pernah
Diagnosa Keperawatan: --
Diagnosa Keperawatan: --
15
2. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Jelaskan :
Px dibawa ke RSJ tanggal 8 Februari 2020 masuk POLI RSJ RW lalu rawat
inap ke IPCU mawar selama 2 hari. Dan dipindah ke rawat inap Sedap Malam
tanggal 11 Februari 2020.
Diagnosa Keperawatan: --
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
❑ Ada
✔ Tidak
Jika ada :
Hubungan keluarga :
Gejala :
Riwayat pengobatan :
Diagnosa Keperawatan: --
388
16
KETERANGAN :
: perempuan : meninggal
: tinggal serumah
: laki-laki :pasien
Jelaskan: ayah klien adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dan ibu klien adalah
anak ke dua dari tiga bersaudara. Klien adalah anak pertama dari dua bersaudara.
Klien tinggal bersama orang tua dan saudara perempuan klien.
Pola Asuh : Saat kecil sampai dewasa klien diasuh oleh kedua orangtuanya dengan
pola asuh demokratis.
Pola Komunikasi : Terbuka (klien dapat menjelaskan dan bercerita tentang dirinya)
Diagnosa Keperawatan: --
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Klien tidak ada masalah terhadap bentuk, ukuran, fungsi tubuhnya. Klien merasa
nyaman terhadap seluruh anggota tubuhnya.
b. Identitas :
Klien mengatakan puas sebagai seorang perempuan yang berperan menjadi ibu
dan istri yang selalu mencintai suami dan anaknya.
c. Peran :
Peran klien sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
d. Ideal diri :
Klien berharap sembuh dari penyakitnya klien ingin pulang dan berkumpul
dengan keluarga.
17
e. Harga diri :
Klien menerima dengan kondisi kesehatannya saat ini. Saat bercerita klien tidak
malu dengan kondisinya saat ini.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
SMRS :Orang terdekat/berarti bagi klien adalah suami dan ibunya
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama islam. Berperilaku sopan. Klien beryakinan penyakitnya
adalah ujian dari Tuhan YME
b. Kegiatan ibadah
Klien rajin beribadah, meskipun sakit klien tetap melaksanakan sholat 5 waktu.
V. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Keadaan umum
K/U cukup, Bersih dan rapi
2. Kesadaran (Kuantitas)
Composmentis, GCS 456
Kwalitatif: kalien tidak berubah (klien memiliki etika wajar dalam berhubungan
dengan lingkungan).
3. Tanda vital:
18
TD :120/60 mm/Hg
N : 90 x/menit
S : 36.6 CO
P : 20 x/menit
4. Ukur:
BB : 57 Kg
TB : 160 Cm
5. Keluhan fisik:
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan: --
Diagnosa Keperawatan: --
Diagnosa Keperawatan: -
3. Aktifitasmotorik/Psikomotor
Kelambatan:
√ Hipokinesia,hipoaktifitas
❑ Katalepsi
❑ Sub stupor katatonik
❑ Fleksibilitas serea
Jelaskan:
19
Klien mengalami penurunan aktifitas, klien tampak malas tidur- tiduran dan tidak
mau membantu temannya.
❑ Hiperkinesia,hiperaktifitas ❑ Grimace
❑ Stereotipi ❑ Otomatisma
❑ Gaduh Gelisah Katatonik ❑ Negativisme
❑ Reaksikonversi
❑ Mannarism ❑ Tremor
❑ Katapleksi ❑ Verbigerasi
❑ Tik ❑ Berjalankaku/rigid
❑ Ekhopraxia ❑ Kompulsif :sebutkan …………
❑ Command automatism
Peningkatan:
Jelaskan:
Jelaskan
b. Afek
√ Sesuai ❑ Tidak sesuai
❑ Tumpul/dangkal/datar ❑ Labil
Jelaskan:
Sesuai dengan keadaan yang dirasakan pada saat dia bercerita dengan
memberikan ekspresi senyuman saat bercerita tentang keluarga px sangat
bersemangat.
20
Diagnosa Keperawatan: -
6. Persepsi Sensorik
a.Halusinasi
√ Pendengaran
❑ Penglihatan
❑ Perabaan
❑ Pengecapan
❑ Penciuman
b. Ilusi
❑ Ada
√ Tidak ada
Jelaskan:
Klien menderita halusinasi pendengar klien sering mendengar suara-suara kamar
mandi ada penunggunya, ketika tidur klien disuruh miring kanan kiri, dan disuruh
mengkosongkan pikiran. Suara tersebut muncul ketika akan tidur. Suara muncul
saat klien sendiri, suara yang di dengar seperti suara laki- laki. Klien ketakutan
setelah mendengar suara tersebut.
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
√Koheren ❑ Inkoheren
21
❑ Clang Association ❑ Main kata kata
❑ Afasia ❑ Lain lain…
Jelaskan:
Ketika diajak berbicara klien selalu menjawab pertanyaan dengan baik atau
sesuai dengan pertanyaan yang diberikan.
b. Isi Pikir
❑ Obsesif ❑ Fobia,sebutkan…………..
❑ Ekstasi ❑ Waham:
❑ Fantasi ○ Agama
❑ Alienasi ○ Somatik/hipokondria
❑ Pikiran bunuh diri ○ Kebesaran
❑ Preokupasi ○ Kejar / curiga
✔ Pikiran isolasi sosial ○ Nihilistik
❑ Ide yang terkait ○ Dosa
❑ Pikiran Rendah diri ○ Sisip pikrr
❑ Pesimisme ○ Siar piker
❑ Pikiran magis ○ Kontrol pikir
❑ Pikiran curiga ❑ Lain lain :
Jelaskan: klien mengatakan malas berinteraksi lebih suka menyendiri
Bentuk pikir :
❑ Realistik
√ Non realistik
❑ Dereistik
❑ Otistik
Jelaskan:
Klien tetap mendengar bisikan-bisakan sehingga membuat klien merasa
ketakutan.
8. Kesadaran
❑ Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan:
22
Klien dapat mengenali tempat dimana ia sekarang berada, klien dapat orang-
orang yang berada disekitarnya dan selalu menanyakan waktu terutama waktu-
waktu saat sholat.
Diagnosa Keperawatan: -
9. Memori
✔ Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
✔ Gangguan dayaingat jangka pendek ( 24 jam - ≤ 1 bulan)
❑ Gangguan daya ingat saat ini (kurun waktu 10 detik sampai 15 menit)
Jelaskan:
Gangguan daya ingat jangka Panjang : klien tidak bias mengingat kejadian 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Dengan bukti saat ditanya kapan terakhir kontrol di
RSJ klien tidak ingat.
Gangguan daya ingat jangka pendek : klien tidak mampu mengingat kejadian 3 hari
yang lalu. Dengan bukti saat ditanya kemaren melakukan kegiatan apa saja di
rumah sakit, tetapi pasien lupa.
Gangguan daya ingat saat ini : klien mampu mengingat kegiatan yang di lakukan
tadi pagi, seperti menyapu.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Memori
b. Berhitung
Jelaskan:
Klien bisa berhitung, klien bisa mengurutkan angka 1-10, dan bisa menghitung
7+7=14
Diagnosa Keperawatan:--
23
Jelaskan :
Klien mampu menilai saat di beri pertanyaan “apabila ada orang yang berbicara
sendiri tanpa ada lawan bicara normal atau tidak?” klien menjawab tidak normal
alasannya karena ngobrol harus ada temannya
Diagnosa Keperawatan: -
√ transportasi,
√ tempat tinggal.
√ Keuangan dan kebutuhan lainnya.
Jelaskan:
Klien membutuhkan kesehatan tentang sakit jiwa yang diderita, klien perlu
kontrol dan pemenuhan minum obat.
24
3) Makan
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan:-
b. Nutrisi
Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari.
Diagnosa Keperawatan: -
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 13.00 s/d 15.00
Jelaskan
Klien mulai tidur siang mulai jam 1 sampai jam 3 (tidak menentu), klien
mulai tidur malam jam 9 sampai setengah 5 (tidak menentu), sebelum tidur
klien biasanya makan siang terlebih dulu dan mandi pagi setelah tidur
malam.
2) Gangguan tidur
❑ Insomnia
❑ Hipersomnia
❑ Parasomnia
√ Lain lain
25
Jelaskan:
Diagnosa Keperawatan: -
Baik.
Diagnosa Keperawatan:-
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan :
Klien dapat motivasi dari keluarga untuk sembuh dan didukung oleh tenaga
kesehatan yang berada di RSJ, klien juga mendapatkan dukungan dari teman
maupun pasien yang ada disini.
Diagnosa Keperawatan: -
Diagnosa Keperawatan:--
26
Tidak ada masalah.
Diagnosa Keperawatan: -
X. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal? Tidak
27
obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan
dengan spesifiknya masalah tsb
Jelaskan :
Keluarga dan klien sudah paham terkait penyakit gangguan jiwa klien.
Diagnosa Keperawatan: -
Axis II :
Axis III
:
Axis IV
:
Axis V :
2. Terapi Medis
Clozapine 12,5 mg 0-0-0-1.
28
1. DS: Gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran
Klien mengatakan sering mendengar bisikan
memberi tahu kalau dikamar mandi ada
penunggunya, ketika tidur disuruh miring kanan
kiri, dan disuruh mengkosongkan pikiran. Suara
tersebut muncul ketika akan tidur. Suara muncul
saat sendirian, suara yang di dengar seperti suara
laki- laki. Saya ketakutan mbak setelah
mendengar suara tersebut. Dan sulit tidur
DO:
DO:
29
-px mengatakan jarang berinteraksi dengan teman
sekamar
DO:
DO:
-px menyendiri
DO:
30
DO: -px mengingkari penyakitnya
31
XIV. POHON MASALAH
Resti PK
Halusinasi
Isolasi social
Support sistem
Trauma
32
Lawang, ……………………….
____________________
NIM: ..…………………
33
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DX
TGL PERENCANAAN
KEPERAWATAN
- Klien mau
mengutarakan masalah
yang dihadapi
34
TUK 2: Klien mampu mengenal 1. Adakan kont
halusinasinya dengan bertahap
Klien dapat mengenal criteria hasil:
halusinasinya 2. Tanyakan ap
- Klien dapat halusinasinya
menyebutkan waktu
timbul halusinasi 3. Tanyakan ka
- Katakan bah
mendengar sua
tidak mendeng
bersahabat tanp
- Katakan bah
seperti pasien
- Katakan bah
pasien
6. Diskusikan d
- Situasi yang
menimbulkan h
- Waktu, frek
(pagi, sore, sian
sendiri, jengke
7. Diskusikan d
dirasakan jika t
takut, sedih, se
mengungkapka
35
yang dilakukan untuk 2. Diskusikan m
mengendalikan halusinasi digunakan klie
- Temui oran
bercakap-cakap
yang didengar
- Membuat ja
- Meminta te
menyapa klien
melamun
4. Bantu klien m
mengontrol hal
5. Beri kesempa
yang dilatih, ev
pujian
6. Anjurkan klie
orientasi realita
- Cara klien d
memutus halus
- Cara meraw
mengalami hal
Beri kegiatan, j
- Beri inform
kapan perlu me
36
tidak terkontro
lain
3. Diskusikan d
tentang jenis, d
obat
4. Pastikan klie
program dokter
- Klien dapet
memahami akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi
- Klien dapat
menyebutkan prinsip 5
benar penggunaan obat
37
FORMAT
SP 1
A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien:
Klien gelisah, selalu curiga terhadap orang orang yang mendekatinya, mendengar
suara suara untuk memukul orang lain
2. Diagnosa Keperawatan.
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai berikut.
38
b. Membantu klien mengenal halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
b. Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
4) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang
sesuai
39
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
2. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan mbak hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada
keluhan tidak?”
3. Kontrak
Topik : “Apakah mbak tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut mbak
sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan
sesuatu yang selama ini mas dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
Waktu : “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? mbaknya maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
b. FASE KERJA
40
“Apakah Mas mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apakah Mbak melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”
“Kapan paling sering Mas melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar
tidak muncul?”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
1) Saat suara-suara itu muncul, langsung Mbak bilang dalam hati, “Pergi Saya tidak mau
dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai
41
suara itu tidak terdengar lagi. Coba mbak peragakan! Nah begitu………….. bagus!
Coba lagi! Ya bagus Mbak sudah bisa.”
2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Mbak bilang, pergi Saya tidak mau
lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang sampai
bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Mbak peragakan! Nah begitu……….. bagus! Coba
lagi! Ya bagus Mbak sudah bisa.”
c. FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan Mbak dengan obrolan kita tadi? Mbak merasa senang tidak
dengan latihan tadi?”
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Mbak simpulkan
pembicaraan kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak
muncul lagi.”
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Mbak coba cara tersebut!
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?”
42
Topik : “Mbak, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara
dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara itu muncul?”
Waktu : “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30
WIB, bisa?”
Tempat : “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya?
Sampai jumpa besok.
Wassalamualaikum,……………
FORMAT
SP 2
A. PROSES KEPERAWATAN.
43
1. Kondisi Klien:
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak jelas
2. Diagnosa Keperawatan.
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
” Selamat pagi, mbak? Bagaimana kabarnya hari ini? mbak masih ingat dong
dengan saya? mbak sudah mandi belum? Apakah massudah makan?
2. Evaluasi / validasi
”bagaimana perasaan mbak hari ini? Kemarin kita sudah berdiskusi tentang
halusinasi, apakah mbak bisa menjelaskan kepada saya tentang isi suara-suara
yang mbak dengar dan apakah mbak bisa mempraktekkan cara mengontrol
halusinasi yang pertama yaitu dengan menghardik?”
3. Kontrak
44
dulu agar suara itu tidak muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu bercakap-
cakap dengan orang lain.
Tempat : ”dimana tempat yang menurut mbak cocok untuk kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? mbak setuju?”
b. FASE KERJA
● ”kalau mbak mendengar suara yang kata mbak kemarin mengganggu dan
membuat mbak jengkel. Apa yang mbak lakukan pada saat itu? Apa yang telah
saya ajarkan kemarin apakah sudah dilakukan?”
● ”cara yang kedua adalah mbak langsung pergi ke perawat. Katakan pada perawat
bahwa mas mendengar suara. Nanti perawat akan mengajak mbak mengobrol
sehingga suara itu hilang dengan sendirinya.
c. FASE TERMINASI
”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama. Saya senang sekali mbak mau
berbincang-bincang denagan saya. Bagaimana perasaan mbak setelah kita
berbincang-bincang?”
”jadi seperti yang mbak katakan tadi, cara yang mbak pilih untuk mengontrol
halusinasinya adalah......
45
”nanti kalau suara itu terdengar lagi, mbak terus praktekkan cara yang telah saya
ajarkan agar suara tersebut tidak menguasai pikiran mbak.”
Waktu : ”jam berapa mbak bisa? Bagaimana kalau besok jam .....? mbak
setuju?”
FORMAT
SP 3
A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien:
DO : Klien tenang
46
2. Diagnosa Keperawatan.
4. Tindakan Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian klien.
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
2. Evaluasi / validasi
”mbak tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini ? sudah siap kita
berbincang bincang ? masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah
mbak masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin
3. Kontrak
Topik : ”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang
tentang suara- suara yang sering mbak dengar agar bisa dikendalikan engan cara
melakukan aktifitas / kegiatan harian.”
Waktu : ”dimana tempat yang menurut mbak cocok untuk kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Ibu setuju?”
47
Tempat : ”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana mbak
setuju?”
b. FASE KERJA
c. FASE TERMINASI
”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag sekali mbak mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mbak setelah berbincang-
bincang?”
”tolong nanti mbak praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti yang sudah
diajarkan tadi?
48
Waktu : ”jam berapa mbak bisa? Bagaimana kalau jam 08.00? mbak setuju?”
FORMAT
SP 4
A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien:
DO : Klien tenang
2. Diagnosa Keperawatan.
49
Agar klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh obat.
4. Tindakan Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu penggunaan obat
secara teratur (jenis, dosis, waktu, manfaat, dan efek samping)
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
2. Evaluasi / validasi
”mbak tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini ? sudah siap kita
berbincang bincang ? masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah
mbak masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin.
3. Kontrak
Waktu : ”kita nanti akan berbincang kurang lebih ..... menit,bagaimana mbak
50
setuju?”
Tempat : ”dimana tempat yang menurut mbak cocok untuk kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalu di ruang tamu? mbak setuju?”
b. FASE KERJA
”ini obat yang harus diminum oleh mbak setiap hari. Obat yang warnanya....ini
namanya....dosisnya.....mg dan yang warna.....dosisnya.....mg. kedua obat ini
diminum....sehari siang dan malam, kalau yang warna...minumnya....kali sehari.
Obat yang warnanya....ini berfungsi untuk mengendalikan suara yang sering mas
dengar sedangkan yang warnanya putih agar mbak tidak merasa gelisah. Kedua
obat ini mempunyai efek samping diantaranya mulut kering, mual, mengantuk,
ingin meludah terus, kencing tidak lancar. Sudah jelas mas? Tolong nanati mas
sampaikan ke dokter apa yang mas rasakan setelah minum obat ini. Obat ini harus
diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kemudian
mbak jangan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter, gejala seperti
yang mbak alami sekarang akan muncul lagi, jadi ada lima hal yang harus
diperhatikan oleh mbak pada saat mionum obat yaitu beanr obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu dan benar frekuensi. Ingat ya mbak..?!!”
c. FASE TERMINASI
”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag sekali mbak mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mbak setelah berbincang-
bincang?”
”coba mbak jelaskan lagi obat apa yang diminum tadi? Kemudian berapa dosisnya?
51
3. Rencana Tindak Lanjut
”tolong nanti mbak minta obat ke perawat kalau saatnya minum obat.”
Topik : ”bagaimana mbak kalau kita akan mengikuti kegiatan TAK (Terapi
Aktifitas Kelompok) yaitu menggambar sambil mendengarkan musik.”
52
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO TANGGAL
EVALUASI
DX DAN JAM IMPLEMETASI KEPERAWATAN
P : Lanjutkan ke SP 2
53
19 – 2 - 2020 4. bercakap cakap dengan pasien O : klien kooperatif, sering berjabat
atau perawat ketika mendengar tangan dengan pasien lain, ingin
suara suara aneh berkenalan dengan pasien lain
5. Mengevaluasi SP 2 yang telah
dilakukan klien
6. Melakukan kontrak waktu untuk
pertemuan berikutnya A : pasien mampu mengikuti
kegiatan dengan baik
P : Lanjutkan ke SP 3
P : Lanjutkan ke SP 4
1. Mengucapkan salam
54
2. Melakukan kontrak waktu S : “selamat pagi mbak, baik mbak.
dengan pasien Saya sdh paham tentang cara minum
21 – 2 - 2020 3. Mengajarkan pasien tentang obat yang mbak ajari tadi.”
patuh minum obat
4. Mengevaluasi SP 4 yang telah
dilakukan klien
5. Melakukan kontrak waktu untuk O : klien kooperatif, mudah
pertemuan berikutnya mengingat
P : Lanjutkan ke intervensi
selanjutnya
55
BAB IV
PEMBAHASAN
56
Pasien memiliki ciri-ciri gangguan persepsi sensori halusinasi
sesuai dengan definisi gangguan persepsi sensori halusinasi yaitu
klien mengalami perubahan persepsi sensori seperti merasakan
sensasi palsu berupa suara. Klien merasa stimulasi yang
sebutulnya tidak ada.
57
a. Faktor perkembangan serta membuang-buang baju
b. Faktor sosio kultur di tong sampah.
biokima
c. Faktor psikologis, dan
d. Faktor genetic
Berdasarkan faktor predisposisi yang ada, hal ini sudah
membuktikan klien memiliki faktor yang memang dimiliki oleh
klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi.
Dari pengkajian diatas yang dilakukan gangguan yang paling menojol adalah
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.
58
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ny.D adalah klien dengan diagnosa keperawatan halusinasi pendengaran, klien
pernah sebelumnya dirawat di RSJ Lawang. Pada kasus halusinasi pendengaran yang
dialami oleh Ny. D Tindakan yang dilakukan sesuai konsep teori adalah melakukan bina
hubungan saling percaya dengan klien, mengenal halusinasinya dan mengontrol haulisani
dengan cara menghardik, mengontrol halusinasi dengan cara minum obat, mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap, mengontrol halusinasi dengan cara beraktivitas
sehari-hari.
5.2 Saran
Dukungan keluarga dan petugas sangat penting untuk kesembuhan klien jadi
diharapkan keluarga dan petugas yang mempunyai anggota yang mengalami halusinasi
dapat melibatkan diri dalam merawat anggota keluarganya.
59
DAFTAR PUSTAKA
Schultz dan Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott- Raven Publisher: Philadelphia.
Stuart dan Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Stuart, Gain., W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart. Jakarta : Elsevier.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung.
60