Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Halusinasi adalah perubahan sensori dimana pasien merasakan sensasi yang tidak
ada berupa suara, pendengaran, pengelihatan, pengecapan, dan perabaan (Damiyanti,
2014). Menurut Valcaloris dalam Yosep Iyus (2010) mengatakan lebih dari 90% pasien
dengan skizofrenia mengalami halusinasi, halusinasi yang sering terjadi yaitu halusinasi
pendengaran, halusinasi pengalihatan, dan halusinasi penciuman. Menurut Valcarolis
dalam Yosep Iyus (2010) mengatakan lebih dari 90% pasien dengan skizofrenia
mengalami halusinasi, dan halusinasi yang sering terjadi adalah halusinasi pengelihatan,
halusinasi pendengaran, halusinasi penciuman, dan halusinasi pengecapan.
Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa di dunia ini
sudah menjadi masalah yang semakin serius. Paling tidak ada satu dari empat orang di
dunia ini mengalami gangguan jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di
dunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa. Halusinasi pendengaran adalah klien
mendengar suara-suara yang tidak berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain
tidak mendengarnya (Dermawan dan Rudi, 2013). Sedangkan menurut Kusumawati
(2010) halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang jelas maupun
tidak jelas, dimana suara tersebut bisa mengajak klien berbicara dan melakukan sesuatu.
Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana cara pasien dalam mengontrol
halusinasi yang di antaranya adalah halusinasi pendengaran, dengan berbagai cara yang
telah diajarkan dan juga berbagai macam metode untuk mengontrol halusinasi
pendengaran tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?
2. Bagaimana rentang respon terjadinya halusinasi?
3. Apa penyebab terjadinya halusinasi?
4. Apa tanda dan gejala terjadinya halusinasi?
5. Bagaimana proses terjadinya halusinasi?
6. Bagaimana fase terjadinya halusinasi?

1
7. Apa akibat terjadinya halusinasi?

1.3 Tujuan Penelitian


⮚ Tujuan umum

Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah “gangguan persepsi


sensori halusinasi pendengaran “di RSJ dr. radjiman wediodiningrat lawang.

⮚ Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian pada kien dengan masalah gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran di RSJ dr. radjiman wediodiningrat lawang.
2. Merumuskan diagnose keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran di RSJ dr. radjiman wediodiningrat lawang.
3. Menyusun rencana keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran di RSJ dr. radjiman wediodiningrat lawang.
4. Melakukan implementasi pada klien gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran di RSJ dr. radjiman wediodiningrat lawang.
5. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran di RSJ dr. radjiman wediodiningrat lawang.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

1.1 Pengertian
Stuart (2016) mendefinisikan halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi
pada respons neurobiologis maladaptif. Klien sebenarnya mengalami distorsi sensorik
sebagai hal yang nyata dan meresponsnya. Pada halusinasi, tidak ada stimulus eksternal
atau internal yang diidentifikasi.

1.2 Rentang Respon


Pikiran logis Distorsi pikiran Waham

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi Konsisten Menarik diri Sulit berespons

Perilaku sesuai Reaksi emosi > / < Perilaku disorganisasi

Hubungan sosial Perilaku tidak biasa Isolasi sosial

3
Respon adaptif Respon
maladaptifMenurut Stuart (2016), halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.
a. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
b. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca
indra yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu
sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
c. Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek
keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung
tidak lama.
d. Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social
dan budaya umum yang berlaku.
e. Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis
menyangkut hubungan antar individu dan individu, individu dan
kelompok dalam bentuk kerjasama.
f. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi
impuls eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi
gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi
sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
g. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek
keluar berlebihan atau kurang.
h. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa
tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh
norma – norma social atau budaya umum yang berlaku.
i. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-
norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
j. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
k. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial
dalam berinteraksi

1.3 Penyebab

4
Etiologi halusinasi menurut Stuart (2016) dibedakan menjadi faktor
predisposisi dan faktor presipitasi :
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi adalah:
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien
tidakmampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang
percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak
bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di
dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
alam khayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1) Biologis

5
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stress.

1.4 Tanda dan Gejala


Berdasarkan jenis dan karakteristik halusinasi tanda dan gejalanya
sesuai. Berikut ini merupakan beberapa jenis halusinasi dan karakteristiknya
menurut (Stuart, 2016 ) meliputi :
a. Halusinasi pendengaran
Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang.
Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang
bicara mengenai klien. Jenis lain termasuk pikiran yang dapat didegar
yaitu pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa
yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.
b. Halusinasi penglihatan
Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar
geometris, gambar karton atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu
yang menakutkan seperti monster.
c. Halusinasi penciuman

6
Karakteristik : Membau bau-bau seperti darah, urine, feses umumnya
bau-bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan demensia.
d. Halusinasi pengecapan
Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan
seperti darah, urine, atau feses.
e. Halusinasi perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.

Menurut Stuart (2016) data subyektif dan obyektif klien halusinasi


adalah sebagai berikut:
a. Data Obyektif:
1) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3) Gerakan mata cepat
4) Respon verbal lamban atau diam
5) Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
6) Terlihat bicara sendiri
7) Menggerakkan bola mata dengan cepat
8) Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
9) Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke
ruangan lain
10) Disorientasi (waktu, tempat, orang)
11) Perubahan perilaku dan pola komunikasi
12) Gelisah, ketakutan, ansietas
13) Peka rangsang
14) Melaporkan adanya halusinasi
b. Data Subyektif:
1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata.
2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang
nyata.

7
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
4) Klien merasa makan sesuatu.
5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
6) Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan
didengar.
7) Klien ingin memukul/ melempar barang-barang

1.5 Proses Terjadinya


Visual object input
III, IV, and VI nuclei

Primary sensory organ

(e.g. Retina)CBS

MLF

RASPS

ILnPD

Thalamic Relay

(e.g. LGN)PD/DLB

Superior colliculus

Brainstem neuromodulators

8
Dopamine:

acetyl cholinePH,Mod
SerotoninMod

Serotonin

(Arnygdala)PD,PTSD

VAN

Mekanisme saraf umum untuk halusinasi visual (diadaptasi dari Shine


et al., 2014). Kerusakan patologis di berbagai daerah di sepanjang jalur
persepsi visual bermanifestasi sebagai kesalahan persepsi dan halusinasi
karena gangguan komunikasi antara jaringan kontrol perhatian, seperti
jaringan mode default (DAN =default mode network ).
Singkatan:
RAS - retikular activating system (sistem pengaktif retikular)
ILn - intra laminar nuelei of the thalamus
LGN - lateral geniculate nucleus,
VI - Visual region I (Visual area I)
MLF - medial longitudinal fasiculus (fasikula longitudinal medial)
PD - parkinson's disease (penyakit parkinson)
DLB - dimentia with lewy bodies (dimensia dengan badan yangagak longgar
atau pendek)
PH - peducular hallucinosis (halusinasi pedicular)
PS - Parasomnic

9
PTSD - post traumatic stress disorder (stress pasca trauma)
E - Epilepsi
M - migraine (migrain)
AS - Anton Syndrome,
PCA - Posterior cortical atrophy (nama lainnya benson syndrome)
CBS - charles bonnet syndrome,
Med - medication (pengobatan)
SZ - schizophrenia,

1.6 Fase Halusinasi


Terjadinya Halusinasi dimulai dari beberapa fase. Hal ini dipengaruhi
oleh intensitas keparahan, respon individu dalam menanggapi adanya
rangsangan dari luar, dan mengendalikan dirinya. Menurut (Stuart, 2007)
tahapan halusinasi ada empat tahap. Semakin berat tahap yang diderita klien,
maka akan semakin berat klien mengalami ansietas dan makin dikendalikan
oleh halusinasinya. Berikut ini merupakan tingkat intensitas halusinasi yang
dibagi dalam empat fase:
a. Fase I: Comforting
Ansietas tingkat sedang, secara umum halusinasi bersifat
menyenangkan.
Karakterisitik:
klien mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa
bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada
penenangan pikiran untuk mengurani ansietas, individu mengetahui
bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya tersebut dapat
dikendalikan jika ansietasnya bisa diatasi (Non psikotik).
Perilaku klien:
● Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
● menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara
● pergerakan mata yang cepat
● respon verbal yang lambat
● diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan

b. Fase II: condemning

10
Ansietas tingkat berat, Secara umum halusinasi bersifat menjijikan.
Karakteristik:
Pengalaman sensori yang bersifat menjijikan dan menakutkan. Orang
yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin
berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan,
individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya dan
menarik diri dari orang lain (Non psikotik).
Perilaku klien:
● Peningkatan syaraf otonom yang menunjukkan ansietas
misalnya, peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
● Penyempitan kemampuan konsentrasi
● Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi
dengan realitas.
c. Fase III: Controling
Ansietas tingkat berat, pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Karakteristik:
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman
halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi
halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami
kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir (Psikotik).
Perilaku klien:
● Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya
● Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
● Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
● Gejala fisik dari ansietas berat, seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk

d. Fase IV: Conquering


Ansietas tingkat panic, Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit
dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik:

11
Pengalaman sensori menjadi menakutkan dan mengancam jika klien
tidak mengikuti perintah. Halusinasi bisa berlangsung dalam
beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik
(Psikotik).
Perilaku klien:
● Perilaku menyerang seperti panic
● Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang
lain
● Aktivitas fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri, atau katatonik
● Tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang kompleks
● Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

1.7 Akibat
Halusinasi yang berisi perintah dapat menyuruh seseorang untuk
melakukan sesuatu, seperti membunuh dirinya sendiri, melukai orang lain,
atau bergabung dengan seseorang di kehidupan sesudah mati
1.8 Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Efek / Akibat Risiko

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Masalah utama

Isolasi sosial

Penyebab

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal MRS : 8 Februari 2020


Tanggal Dirawat di Ruangan : 11 Februari 2020
Tanggal Pengkajian : 18 Februari 2020

Ruang Rawat : Ruang Sedap Malam

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. D

Umur : 38 th

Alamat : Sidoarjo

Pendidikan : SLTA

Agama : Islam

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Jenis Kel. : Perempuan

No CM : 117825

II. ALASAN MASUK


Px. : Px mengatakan kalau dirinya bingung kenapa dibawa ke RSJ.

RM : Suami mengatakan kalau px marah-marah.

Keluhan Utama Saat Pengkajian :

Klien mengatakan sering mendengar suara-suara bahwa kamar mandi ada


penunggunya.
13
I. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Data Primer : px mengatakan dirinya mendengar bisikan “ kamar mandi ada
penunggunya”.

Data Sekunder (RM px) : suami mengatakan tanggal 2 Februari 2020 px dibawa control ke
RSJRW, tetapi pasien menolak minum obat, lalu kambuh tanggal 5 Februari karena tidak
mau minum obat, marah-marah ( verbal ), menjambak suaminya, membuang baju dan
barang ke tempat sampah, makan tidak teratur. Lalu px dibawa ke RSJ tanggal 8 Februari
2020 masuk POLI RSJ RW lalu rawat inap ke IPCU mawar selama 2 hari. Lalu dipindah
ke rawat inap Sedap Malam tanggal 11 Februari 2020.

III. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
√ Ya

❑ Tidak
JikaYa, Jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan :

Px mengatakan sakit sejak 2017 lalu oleh keluarga dibawa ke RSUD Sidoarjo
untuk berobat jalan, selama 3 bulan sebelum masuk RSJ RW px sembat putus
obat sehingga px kambuh dibawa ke RSUD lalu dirujuk ke RSJ RW untuk
berobat jalan sampai SMRS. Px mengatakan baru 1x rawat inap, selebihnya
berobat jalan.

Riwayat Psikosoial

a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi

1.
Aniaya fisik 38th px suami …………
2.

Aniaya seksual ………… ………… ………… …………


3.

Penolakan ………… ………… ………… …………


4.

14
Kekerasan dalam keluarga 38th px suami
…………
5.

Tindakan kriminal ………… ………… ………… …………

Jelaskan:

Pasien melakukan perilaku kekerasan kepada suaminya dan menjadi korban


aniaya fisik yang di lakukannya. Px mengamuk saat dirumah lalu menjambak
rambut suaminya. Dan membuang baju- baju miliknya di tong sampah.

Diagnosa Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan


b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri
Jelaskan:

Tidak pernah melakukan upaya.percobaan bunuh diri

Diagnosa Keperawatan: --
c. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian,
perpisahan )
Jika ada jelaskan :

Px mengatakan pernah di fitnah oleh tetangganya. Seperti tidak bisa membayar


iuran arisan, setiap mau membayar selalu di belit- belitkan sehingga px malas
untuk ikut lagi. Yang menyebabkan dia malas untuk bersosialisasi dengan
tetangganya.

Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial


d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)√
❑ Ya
√ Tidak

Jika ya jelaskan

Tidak pernah

Diagnosa Keperawatan: --

e. Riwayat Penggunaan NAPZA


Tidak pernah menggunakan Narkoba/ obatan-obatan terlarang, tidak pernah
meminum-minuman beralkohol

Diagnosa Keperawatan: --
15
2. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Jelaskan :

Px dibawa ke RSJ tanggal 8 Februari 2020 masuk POLI RSJ RW lalu rawat
inap ke IPCU mawar selama 2 hari. Dan dipindah ke rawat inap Sedap Malam
tanggal 11 Februari 2020.

Diagnosa Keperawatan: --
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?

❑ Ada
✔ Tidak
Jika ada :

Hubungan keluarga :

Gejala :

Riwayat pengobatan :

Diagnosa Keperawatan: --

IV. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram:

388

16
KETERANGAN :

: perempuan : meninggal

: tinggal serumah

: laki-laki :pasien

Jelaskan: ayah klien adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dan ibu klien adalah
anak ke dua dari tiga bersaudara. Klien adalah anak pertama dari dua bersaudara.
Klien tinggal bersama orang tua dan saudara perempuan klien.

Pola Asuh : Saat kecil sampai dewasa klien diasuh oleh kedua orangtuanya dengan
pola asuh demokratis.

Pola Komunikasi : Terbuka (klien dapat menjelaskan dan bercerita tentang dirinya)

Pola pengambil keputusan : Klien mengatakan dilibatkan dalam mengambil keputusan


Bersama kedua orang tuanya.

Diagnosa Keperawatan: --

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Klien tidak ada masalah terhadap bentuk, ukuran, fungsi tubuhnya. Klien merasa
nyaman terhadap seluruh anggota tubuhnya.

b. Identitas :
Klien mengatakan puas sebagai seorang perempuan yang berperan menjadi ibu
dan istri yang selalu mencintai suami dan anaknya.

c. Peran :
Peran klien sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.

d. Ideal diri :
Klien berharap sembuh dari penyakitnya klien ingin pulang dan berkumpul
dengan keluarga.

17
e. Harga diri :
Klien menerima dengan kondisi kesehatannya saat ini. Saat bercerita klien tidak
malu dengan kondisinya saat ini.

Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah Situasional

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
SMRS :Orang terdekat/berarti bagi klien adalah suami dan ibunya

MRS : klien mengatakan tidak ada teman dekat

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial


SMRS: mengikuti kegiatan pengajian dan arisan.

MRS: tidak mengikuti kegiatan apa- apa.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Klien selalu menyendiri dan tidak pernah bersosialisasi kecuali dengan orang
tertentu.

Diagnosa Keperawatan: Isolasi sosial

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama islam. Berperilaku sopan. Klien beryakinan penyakitnya
adalah ujian dari Tuhan YME
b. Kegiatan ibadah

Klien rajin beribadah, meskipun sakit klien tetap melaksanakan sholat 5 waktu.

V. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Keadaan umum
K/U cukup, Bersih dan rapi

2. Kesadaran (Kuantitas)
Composmentis, GCS 456

Kwalitatif: kalien tidak berubah (klien memiliki etika wajar dalam berhubungan
dengan lingkungan).

3. Tanda vital:
18
TD :120/60 mm/Hg

N : 90 x/menit

S : 36.6 CO

P : 20 x/menit

4. Ukur:
BB : 57 Kg

TB : 160 Cm

5. Keluhan fisik:
Jelaskan :

Klien mengatakan tidak ada keluhan atau merasakan sakit dibadannya

Diagnosa Keperawatan: --

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan (Penanpilan usia, cara perpakaian, kebersihan)
Jelaskan:

Penampilan sesuai dengan usianya, cara berpakaian rapi, selalu menjaga


kebersihan, ADL dilakukan secara mandiri.

Diagnosa Keperawatan: --

2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) :


Jelaskan:
Klien berbicara dengan volume normal, kata-kata mudah dimengerti.

Diagnosa Keperawatan: -

3. Aktifitasmotorik/Psikomotor
Kelambatan:

√ Hipokinesia,hipoaktifitas

❑ Katalepsi
❑ Sub stupor katatonik
❑ Fleksibilitas serea

Jelaskan:

19
Klien mengalami penurunan aktifitas, klien tampak malas tidur- tiduran dan tidak
mau membantu temannya.

❑ Hiperkinesia,hiperaktifitas ❑ Grimace
❑ Stereotipi ❑ Otomatisma
❑ Gaduh Gelisah Katatonik ❑ Negativisme
❑ Reaksikonversi
❑ Mannarism ❑ Tremor
❑ Katapleksi ❑ Verbigerasi
❑ Tik ❑ Berjalankaku/rigid
❑ Ekhopraxia ❑ Kompulsif :sebutkan …………
❑ Command automatism
Peningkatan:

Jelaskan:

Diagnosa Keperawatan: Gangguan Interaksi Sosial

4. Mood dan Afek


a. Mood
❑ Depresi ❑ Khawatir
❑ Ketakutan ❑ Anhedonia
❑ Euforia ❑ Kesepian
✔ Lain lain

Jelaskan

Klien sesuai dengan pemberian stimulus saat di persilahkan bercerita tentang


keluarganya. Px merasa senang keluarganya mendukung pongobatannya saat ini.

b. Afek
√ Sesuai ❑ Tidak sesuai

❑ Tumpul/dangkal/datar ❑ Labil
Jelaskan:

Sesuai dengan keadaan yang dirasakan pada saat dia bercerita dengan
memberikan ekspresi senyuman saat bercerita tentang keluarga px sangat
bersemangat.

20
Diagnosa Keperawatan: -

5. Interaksi Selama Wawancara


❑ Bermusuhan ❑ Kontak mata kurang
❑ Tidak kooperatif ❑ Defensif
❑ Mudah tersinggung ✔ Curiga
Jelaskan:
Saat berinteraksi klien selalu mengamati lawan bicara seakan tidak percaya
Diagnosa Keperawatan: gangguan interaksi sosial

6. Persepsi Sensorik
a.Halusinasi

√ Pendengaran

❑ Penglihatan
❑ Perabaan
❑ Pengecapan
❑ Penciuman
b. Ilusi
❑ Ada
√ Tidak ada

Jelaskan:
Klien menderita halusinasi pendengar klien sering mendengar suara-suara kamar
mandi ada penunggunya, ketika tidur klien disuruh miring kanan kiri, dan disuruh
mengkosongkan pikiran. Suara tersebut muncul ketika akan tidur. Suara muncul
saat klien sendiri, suara yang di dengar seperti suara laki- laki. Klien ketakutan
setelah mendengar suara tersebut.

Diagnosa Keperawatan: gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
√Koheren ❑ Inkoheren

❑ Sirkumtansial ❑ Asosiai longgar


❑ Tangensial ❑ Flight of Idea
❑ Blocking ❑ Perseverasi
❑ Logorhoe ❑ Neologisme

21
❑ Clang Association ❑ Main kata kata
❑ Afasia ❑ Lain lain…
Jelaskan:
Ketika diajak berbicara klien selalu menjawab pertanyaan dengan baik atau
sesuai dengan pertanyaan yang diberikan.

b. Isi Pikir
❑ Obsesif ❑ Fobia,sebutkan…………..
❑ Ekstasi ❑ Waham:
❑ Fantasi ○ Agama
❑ Alienasi ○ Somatik/hipokondria
❑ Pikiran bunuh diri ○ Kebesaran
❑ Preokupasi ○ Kejar / curiga
✔ Pikiran isolasi sosial ○ Nihilistik
❑ Ide yang terkait ○ Dosa
❑ Pikiran Rendah diri ○ Sisip pikrr
❑ Pesimisme ○ Siar piker
❑ Pikiran magis ○ Kontrol pikir
❑ Pikiran curiga ❑ Lain lain :
Jelaskan: klien mengatakan malas berinteraksi lebih suka menyendiri
Bentuk pikir :
❑ Realistik
√ Non realistik
❑ Dereistik
❑ Otistik
Jelaskan:
Klien tetap mendengar bisikan-bisakan sehingga membuat klien merasa
ketakutan.

Diagnosa Keperawatan: gangguan proses pikir

8. Kesadaran
❑ Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan:

22
Klien dapat mengenali tempat dimana ia sekarang berada, klien dapat orang-
orang yang berada disekitarnya dan selalu menanyakan waktu terutama waktu-
waktu saat sholat.

Diagnosa Keperawatan: -

9. Memori
✔ Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
✔ Gangguan dayaingat jangka pendek ( 24 jam - ≤ 1 bulan)
❑ Gangguan daya ingat saat ini (kurun waktu 10 detik sampai 15 menit)

Jelaskan:
Gangguan daya ingat jangka Panjang : klien tidak bias mengingat kejadian 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Dengan bukti saat ditanya kapan terakhir kontrol di
RSJ klien tidak ingat.
Gangguan daya ingat jangka pendek : klien tidak mampu mengingat kejadian 3 hari
yang lalu. Dengan bukti saat ditanya kemaren melakukan kegiatan apa saja di
rumah sakit, tetapi pasien lupa.
Gangguan daya ingat saat ini : klien mampu mengingat kegiatan yang di lakukan
tadi pagi, seperti menyapu.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Memori

10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


a. Konsentrasi
❑ Mudah beralih
❑ Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan:
Konsentrasi klien baik

b. Berhitung
Jelaskan:
Klien bisa berhitung, klien bisa mengurutkan angka 1-10, dan bisa menghitung
7+7=14

Diagnosa Keperawatan:--

11. Kemampuan Penilaian


✔ Gangguan ringan
❑ Gangguan bermakna

23
Jelaskan :

Klien mampu menilai saat di beri pertanyaan “apabila ada orang yang berbicara
sendiri tanpa ada lawan bicara normal atau tidak?” klien menjawab tidak normal
alasannya karena ngobrol harus ada temannya

Diagnosa Keperawatan: -

12. Daya Tilik Diri


✔ Mengingkari penyakit yang diderita
❑ Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan:
Klien mengatakan dirinya hanya sakit biasa, tidak diinfus malah cuma disuruh
minum obat dan banyak tidur.

Diagnosa Keperawatan: konfusi akut

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
√ perawatan kesehatan,

√ transportasi,
√ tempat tinggal.
√ Keuangan dan kebutuhan lainnya.
Jelaskan:
Klien membutuhkan kesehatan tentang sakit jiwa yang diderita, klien perlu
kontrol dan pemenuhan minum obat.

2. Kegiatan Hidup Sehari hari


a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan :

Klien mandi 2x sehari untuk menjaga kebesihan diri.

2) Berpakaian, berhias dan berdandan


Jelaskan :

Untuk menjaga kebersihan penampilan dan kerapian, klien tidak perlu


dibimbing untuk berpakaian berias dan berdandan.

24
3) Makan
Jelaskan :

Klien tidak ada masalah untuk makan dan minum.

4) Toileting (BAK, BAB)


Jelaskan :

Mampu melakukan secara mandiri.

Diagnosa Keperawatan:-

b. Nutrisi
Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari.

Klien mendapatkan makanan 3xsehari dan selalu menghabiskan makanan


setiap kali makan.

Bagaimana nafsu makannya

Nafsu makan baik, selalu habis 1 porsi makan

Bagaimana berat badannya.

Berat badan tetap 57kg

Diagnosa Keperawatan: -

c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 13.00 s/d 15.00

Tidur malam, lama :21.00 s/d 05.00

Aktifitas sebelum/sesudah tidur :makan , mandi

Jelaskan

Klien mulai tidur siang mulai jam 1 sampai jam 3 (tidak menentu), klien
mulai tidur malam jam 9 sampai setengah 5 (tidak menentu), sebelum tidur
klien biasanya makan siang terlebih dulu dan mandi pagi setelah tidur
malam.

2) Gangguan tidur
❑ Insomnia
❑ Hipersomnia
❑ Parasomnia
√ Lain lain

25
Jelaskan:

Klien tidur tidak sesuai dengan jadwal tidur biasanya.

Diagnosa Keperawatan: -

3. Kemampuan lain lain


❑ Mengantisipasi kebutuhan hidup

Baik.

❑ Membuat keputusan berdasarkan keinginannya,


Klien mampu memutuskan untuk mengontrol halusinasinya

❑ Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri.


klien mampu mengatur penggunaan minum obat dan periksa kesehatan yang
lain secara mandiri

Diagnosa Keperawatan:-

4. Sistem Pendukung Ya Tidak


Keluarga 

Terapis

Teman sejawat

Kelompok sosial

Jelaskan :

Klien dapat motivasi dari keluarga untuk sembuh dan didukung oleh tenaga
kesehatan yang berada di RSJ, klien juga mendapatkan dukungan dari teman
maupun pasien yang ada disini.

Diagnosa Keperawatan: -

VIII. MEKANISME KOPING


Jelaskan :

Kalau ada masalah px menyelesaikannya dengan Baik, klien adaptif dengan


mengungkapkan masalah dan perasaanya pada perawat dan keluarga.

Diagnosa Keperawatan:--

IX. MASALAH PSIKOSOSIALDAN LINGKUNGAN


❑ Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan :

26
Tidak ada masalah.

❑ Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya


Jelaskan :

Tidak ada masalah.

❑ Masalah dengan pendidikan, spesifiknya


Jelaskan :

Tidak ada masalah.

❑ Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya


Jelaskan :

Tidak ada masalah.

❑ Masalah dengan perumahan, spesifiknya


Jelaskan :

Tidak ada masalah.

❑ Masalah dengan ekonomi, spesifiknya


Jelaskan :

Tidak ada masalah.

❑ Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya


Jelaskan :

Tidak ada masalah.

❑ Masalah lainnya, spesifiknya


Jelaskan :

Tidak ada masalah

Diagnosa Keperawatan: -

X. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal? Tidak

Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit / gangguan jiwa,


perawatan dan penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah (presipitasi), obat-

27
obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan
dengan spesifiknya masalah tsb

❑ Penyakit/gangguan jiwa ❑ Penatalaksanaan


❑ Sistem pendukung ❑ Lain-lain, jelaskan
❑ Faktor presipitasi

Jelaskan :

Keluarga dan klien sudah paham terkait penyakit gangguan jiwa klien.

Diagnosa Keperawatan: -

XI. ASPEK MEDIS


1. Diagnosis Multi Axis
Axis I : F20.1 – paranoid Schizophrenia

Axis II :

Axis III
:

Axis IV
:

Axis V :

2. Terapi Medis
Clozapine 12,5 mg 0-0-0-1.

Depakote 250 mg 1-0-1-0.

Lodomer Drop 1cc.0.1cc.0

XII. ANALISA DATA

NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN

28
1. DS: Gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran
Klien mengatakan sering mendengar bisikan
memberi tahu kalau dikamar mandi ada
penunggunya, ketika tidur disuruh miring kanan
kiri, dan disuruh mengkosongkan pikiran. Suara
tersebut muncul ketika akan tidur. Suara muncul
saat sendirian, suara yang di dengar seperti suara
laki- laki. Saya ketakutan mbak setelah
mendengar suara tersebut. Dan sulit tidur

DO:

-klien tampak gelisah terbukti dengan selalu


berjalan mondar mandir, ekspresi wajah datar dan
terlihat sedih.

- klien terlihat menyendiri

2. DS: Risiko perilaku kekerasan

Suami px mengatakan pernah di jambak, dimaki


maki px, lalu px membuang baju dan barang ke
tempat sampah {Data sekunder dari RM}

DO:

-klien tampak menyembunyikan sesuatu


informasi saat di anamnese terbukti dari saat
berinteraksi px merasa curiga seperti mengamati
lawan bicaranya terus menerus. Sesekali px
senyum senyum sendiri saat berinteraksi.

3. DS: Px mengatakan pernah di fitnah oleh tetangganya. Isolasi sosial


Seperti tidak bisa membayar iuran arisan, setiap mau
membayar selalu di belit- belitkan sehingga px malas
untuk ikut lagi. Yang menyebabkan dia malas untuk
bersosialisasi dengan tetangganya.

-px mengatakan tidak mempunyai teman dekat

-px mengatakan tidak mau mengikuti kegiatan

29
-px mengatakan jarang berinteraksi dengan teman
sekamar

DO:

-klien sering menyendiri

-klien jarang bergaul dengan temannya

4. DS: Gangguan interaksi sosial

-px mengatakan malas berbicara dengan teman


sekamarnya, px berbicara jika ada perlu saja

DO:

-px menyendiri

-px lebih banyak diatas tempat tidur

5. DS: -Gangguan daya ingat jangka Panjang : klien Gangguan memori


mengatakan tidak bias mengingat kejadian 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit. (Dengan bukti saat ditanya
kapan terakhir kontrol di RSJ klien tidak ingat.)
-Gangguan daya ingat jangka pendek : klien
mengatakan tidak mampu mengingat kejadian 3 hari
yang lalu.( Dengan bukti saat ditanya kemaren
melakukan kegiatan apa saja di rumah sakit, tetapi
pasien lupa. )

DO:

- klien tampak bingung

-kontak mata klien berkurang

6. DS: px mengatakan dirinya hanya sakit biasa, tidak Konfusi akut


diinfus malah cuma disuruh minum obat dan banyak
tidur.

30
DO: -px mengingkari penyakitnya

XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran


2. Risiko perilaku kekerasan
3. Harga diri situasional
4. Isolasi social
5. Gangguan interaksi social
6. Gangguan memori
7. Konfusi akut

31
XIV. POHON MASALAH
Resti PK

Halusinasi

Isolasi social

Mekanisme koping tidak efektif

Support sistem

Trauma

XV. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

32
Lawang, ……………………….

Perawat yang mengkaji

____________________

NIM: ..…………………

33
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN HALUSINASI

NAMA KLIEN : Ny. D DX MEDIS : F.20

No CM : 117xxx RUANGAN : Ruang Sedap


Malam

DX
TGL PERENCANAAN
KEPERAWATAN

TUJUAN KRITERIA HASIL

18-2- Gangguan persepsi TUM: Setelah dilakukan satu 1. Bina hubung


2020 sensori : halusinasi kali interaksi klien menggunakan p
Klien tidak mencederai mampu membina
diri, orang lain, atau hubungan saling percayaa. Sapa klien d
lingkungan dengan perawat, dengan k maupun non ve
TUK 1: riteria hasil: b. Perkenalkan

Klien dapat membina - Membalas sapaan c. Tanyakan na


hubungan saling percaya perawat panggilan kesu
- Ekspresi wajah d. Jelaskan mak
bersahabat dan senang
e. Berikan perh
- Ada kontak mata kebutuhan dasa
- Mau berjabat tangan 2. Beri kesempa
- Mau menyebutkan perasaannya
nama 3. Dengarkan u
- Klien mau duduk
berdampingan dengan
perawat

- Klien mau
mengutarakan masalah
yang dihadapi

34
TUK 2: Klien mampu mengenal 1. Adakan kont
halusinasinya dengan bertahap
Klien dapat mengenal criteria hasil:
halusinasinya 2. Tanyakan ap
- Klien dapat halusinasinya
menyebutkan waktu
timbul halusinasi 3. Tanyakan ka

- Klien dapat 4. Tanyakan isi


mengidentifikasi kapan 5. Bantu klien m
frekwensi, situasi saat
terjadi halusinasi - Jika menem
tanyakan apaka
- Klien dapat
mengungkapkan perasaan- Jika pasien
saat muncul halusinasi. yang dikatakan

- Katakan bah
mendengar sua
tidak mendeng
bersahabat tanp

- Katakan bah
seperti pasien

- Katakan bah
pasien

6. Diskusikan d

- Situasi yang
menimbulkan h

- Waktu, frek
(pagi, sore, sian
sendiri, jengke

7. Diskusikan d
dirasakan jika t
takut, sedih, se
mengungkapka

TUK 3: - Klien dapat 1. Identifikasi b


mengidentifikasi tindakan bias dilakukan
Klien dapat mengontrol
halusinasinya

35
yang dilakukan untuk 2. Diskusikan m
mengendalikan halusinasi digunakan klie

- Klien dapat 3. Diskusikan c


menunjukkan cara baru mengontrol hal
untuk mengontrol
halusinasinya - Tutup mata
mau dengar, ka

- Temui oran
bercakap-cakap
yang didengar

- Membuat ja

- Meminta te
menyapa klien
melamun

4. Bantu klien m
mengontrol hal

5. Beri kesempa
yang dilatih, ev
pujian

6. Anjurkan klie
orientasi realita

TUK 4: - Klien dapat memilih 1. Anjurkan klie


cara mengatasi halusinasi mengalami hal
Klien dapat dukungan
dari keluarga dalam - Klien melaksanakan 2. Diskusikan d
mengontrol halusinasinya cara yang telah dipilih keluarga berku
memutus halusinasinya
- Gejala halu

- Cara klien d
memutus halus

- Cara meraw
mengalami hal

Beri kegiatan, j

- Beri inform
kapan perlu me

36
tidak terkontro
lain

3. Diskusikan d
tentang jenis, d
obat

4. Pastikan klie
program dokter

` TUK 5: - Keluarga dapat 1. Anjurkan klie


membina hubungan tentang manfaa
Klien dapat saling percaya dengan dirasakan
menggunakan obat perawat
dengan benar untuk 2. Diskusikan a
mengendalikan - Keluarga dapat konsultasi
halusinasi menyebut pengertian,
tanda dan tindakan untuk3. Bantu klien m
mengalihkan halusinasi

- Klien dan keluarga


dapat menyebutkan
manfaat, dosis dan efek
samping obat

- Klien minum obat


teratur

- Klien dapat informasi


tentang manfaat dan efek
samping obat

- Klien dapet
memahami akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi

- Klien dapat
menyebutkan prinsip 5
benar penggunaan obat

37
FORMAT

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(Disaat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)

SP 1

A. PROSES KEPERAWATAN.

1. Kondisi Klien:

Klien gelisah, selalu curiga terhadap orang orang yang mendekatinya, mendengar
suara suara untuk memukul orang lain

2. Diagnosa Keperawatan.

Gangguan Persepsi sensori : halusinasi

3. Tujuan Khusus (TUK)

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai berikut.

1) Ekspresi wajah bersahabat

2) Menunjukkkan rasa senang

3) Klien bersedia diajak berjabat tangan

4) Klien bersedia menyebutkan nama

5) Ada kontak mata

6) Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat

7) Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.

38
b. Membantu klien mengenal halusinasinya

c. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi

4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik

1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal

2) Perkenalkan diri dengan sopan

3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

4) Jelaskan tujuan pertemuan

5) Jujur dan menepati janji

6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

7) Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien.

b. Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi

c. Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan


tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Jelaskan cara menghardik halusinasi

2) Peragakan cara menghardik halusinasi

3) Minta klien memperagakan ulang

4) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang
sesuai

5) Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

39
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN

a. FASE ORIENTASI

1. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan dengan


mbak? Nama Saya Tya Dwi boleh panggil Saya Tya saya Mahasiswa
Poltekkes Malang, Saya sedang praktik di sini dari pukul 08.00 WIB sampai
dengan pukul 13.30 WIB siang. Kalau boleh Saya tahu nama mbak siapa dan
senang dipanggil dengan sebutan apa?”

2. Evaluasi / validasi

“Bagaimana perasaan mbak hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada
keluhan tidak?”

3. Kontrak

Topik : “Apakah mbak tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut mbak
sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan
sesuatu yang selama ini mas dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”

Waktu : “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? mbaknya maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”

Tempat : “Di mana kita akan bincang-bincang ???

Bagaimana kalau di ruang tamu saja ???

b. FASE KERJA

40
“Apakah Mas mendengar suara tanpa ada wujudnya?”

“Apa yang dikatakan suara itu?”

“Apakah Mbak melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”

“Seperti apa yang kelihatan?”

“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja?”

“Kapan paling sering Mas melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”

“Berapa kali sehari Mbaknya mengalaminya?”

“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”

“Apa yang Mbak rasakan pada saat melihat sesuatu?”

“Apa yang Mbak lakukan saat melihat sesuatu?”

“Apa yang Mbak lakukan saat mendengar suara tersebut?”

“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”

“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar
tidak muncul?”

“Mbak ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”

“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”

“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”

“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”

“Keempat, minum obat dengan teratur.”

“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”

“Caranya seperti ini:

1) Saat suara-suara itu muncul, langsung Mbak bilang dalam hati, “Pergi Saya tidak mau
dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai

41
suara itu tidak terdengar lagi. Coba mbak peragakan! Nah begitu………….. bagus!
Coba lagi! Ya bagus Mbak sudah bisa.”

2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Mbak bilang, pergi Saya tidak mau
lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang sampai
bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Mbak peragakan! Nah begitu……….. bagus! Coba
lagi! Ya bagus Mbak sudah bisa.”

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi Subyektif (Klien)

“Bagaimana perasaan Mbak dengan obrolan kita tadi? Mbak merasa senang tidak
dengan latihan tadi?”

2. Evaluasi Obyekti (Perawat)

“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Mbak simpulkan
pembicaraan kita tadi.”

“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak
muncul lagi.”

3. Rencana Tindak Lanjut

“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Mbak coba cara tersebut!
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?”

(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian


klien, Jika mbak melakukanya secara mandiri makan mbak menuliskan M, jika
mbak melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka mbak
buat B. Jika mbak tidak melakukanya maka mbak tulis T. apakah mbak mengerti?).

3. Kontrak yang akan datang

42
Topik : “Mbak, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara
dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara itu muncul?”

Waktu : “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30
WIB, bisa?”

Tempat : “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya?
Sampai jumpa besok.

Wassalamualaikum,……………

FORMAT

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)

SP 2

A. PROSES KEPERAWATAN.

43
1. Kondisi Klien:

DO : Klien tenang

DS : Klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak jelas

2. Diagnosa Keperawatan.

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

3. Tujuan Khusus (TUK)

Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

4. Tindakan Keperawatan

Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan


orang lain.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

a. FASE ORIENTASI

1. Salam Terapeutik

” Selamat pagi, mbak? Bagaimana kabarnya hari ini? mbak masih ingat dong
dengan saya? mbak sudah mandi belum? Apakah massudah makan?

2. Evaluasi / validasi

”bagaimana perasaan mbak hari ini? Kemarin kita sudah berdiskusi tentang
halusinasi, apakah mbak bisa menjelaskan kepada saya tentang isi suara-suara
yang mbak dengar dan apakah mbak bisa mempraktekkan cara mengontrol
halusinasi yang pertama yaitu dengan menghardik?”

3. Kontrak

Topik : ”sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan berbincang-bincang


di ruamg tamu mengenai cara-cara mengontrol suara yang sering mbak dengar

44
dulu agar suara itu tidak muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu bercakap-
cakap dengan orang lain.

Waktu : Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit


saja, bagaimana mbak setuju?”

Tempat : ”dimana tempat yang menurut mbak cocok untuk kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? mbak setuju?”

b. FASE KERJA

● ”kalau mbak mendengar suara yang kata mbak kemarin mengganggu dan
membuat mbak jengkel. Apa yang mbak lakukan pada saat itu? Apa yang telah
saya ajarkan kemarin apakah sudah dilakukan?”
● ”cara yang kedua adalah mbak langsung pergi ke perawat. Katakan pada perawat
bahwa mas mendengar suara. Nanti perawat akan mengajak mbak mengobrol
sehingga suara itu hilang dengan sendirinya.

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi Subyektif (Klien)

”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama. Saya senang sekali mbak mau
berbincang-bincang denagan saya. Bagaimana perasaan mbak setelah kita
berbincang-bincang?”

2. Evaluasi Obyekti (Perawat)

”jadi seperti yang mbak katakan tadi, cara yang mbak pilih untuk mengontrol
halusinasinya adalah......

3. Rencana Tindak Lanjut

45
”nanti kalau suara itu terdengar lagi, mbak terus praktekkan cara yang telah saya
ajarkan agar suara tersebut tidak menguasai pikiran mbak.”

3. Kontrak yang akan datang

Topik : ”bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara


mengontrol halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu menyibukkan diri dengan
kegiatan yang bermanfaat.”

Waktu : ”jam berapa mbak bisa? Bagaimana kalau besok jam .....? mbak
setuju?”

Tempat : ”besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Termakasih


mbak sudah berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”

FORMAT

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)

SP 3

A. PROSES KEPERAWATAN.

1. Kondisi Klien:

DO : Klien tenang

DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas

46
2. Diagnosa Keperawatan.

Gangguan Persepsi sensori : halusinasi

3. Tujuan Khusus (TUK)

Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan


melakukan aktifitas / kegiatan harian.

4. Tindakan Keperawatan

Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian klien.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

a. FASE ORIENTASI

1. Salam Terapeutik

” Selamat pagi, mbak? Masih ingat saya ?

2. Evaluasi / validasi

”mbak tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini ? sudah siap kita
berbincang bincang ? masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah
mbak masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin

3. Kontrak

Topik : ”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang
tentang suara- suara yang sering mbak dengar agar bisa dikendalikan engan cara
melakukan aktifitas / kegiatan harian.”

Waktu : ”dimana tempat yang menurut mbak cocok untuk kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Ibu setuju?”

47
Tempat : ”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana mbak
setuju?”

b. FASE KERJA

● ”cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi


tentang cara pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi
yaitu cara ketiga adalah mbak menyibukkan diri dengan berbagi
kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk melamun
saja.”
● ”jika mas mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri
dengan kegiatan seperti menyapa, mengepel, atau menyibukkan dengan
kegiatan lain.”

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi Subyektif (Klien)

”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag sekali mbak mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mbak setelah berbincang-
bincang?”

2. Evaluasi Obyekti (Perawat)

”coba mbak jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ketiga?

3. Rencana Tindak Lanjut

”tolong nanti mbak praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti yang sudah
diajarkan tadi?

3. Kontrak yang akan datang

Topik : ”bagaimana mbak kalau kita berbincang-bincang lagi tentang cara


mengontrol halusinasi dengan cara yang keempat yaitu dengan patuh obat.”

48
Waktu : ”jam berapa mbak bisa? Bagaimana kalau jam 08.00? mbak setuju?”

Tempat : ”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain?


Terimakasih mbak sudah mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu
besok pagi.”

FORMAT

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)

SP 4

A. PROSES KEPERAWATAN.

1. Kondisi Klien:

DO : Klien tenang

DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas

2. Diagnosa Keperawatan.

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

3. Tujuan Khusus (TUK)

49
Agar klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh obat.

4. Tindakan Keperawatan

Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu penggunaan obat
secara teratur (jenis, dosis, waktu, manfaat, dan efek samping)

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

a. FASE ORIENTASI

1. Salam Terapeutik

” Selamat pagi, mbak? Masih ingat saya ???

2. Evaluasi / validasi

”mbak tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini ? sudah siap kita
berbincang bincang ? masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah
mbak masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin.

3. Kontrak

Topik : ”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-


bincang tentang obat-obatgan yang mbak minum.”

Waktu : ”kita nanti akan berbincang kurang lebih ..... menit,bagaimana mbak

50
setuju?”

Tempat : ”dimana tempat yang menurut mbak cocok untuk kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalu di ruang tamu? mbak setuju?”

b. FASE KERJA

”ini obat yang harus diminum oleh mbak setiap hari. Obat yang warnanya....ini
namanya....dosisnya.....mg dan yang warna.....dosisnya.....mg. kedua obat ini
diminum....sehari siang dan malam, kalau yang warna...minumnya....kali sehari.
Obat yang warnanya....ini berfungsi untuk mengendalikan suara yang sering mas
dengar sedangkan yang warnanya putih agar mbak tidak merasa gelisah. Kedua
obat ini mempunyai efek samping diantaranya mulut kering, mual, mengantuk,
ingin meludah terus, kencing tidak lancar. Sudah jelas mas? Tolong nanati mas
sampaikan ke dokter apa yang mas rasakan setelah minum obat ini. Obat ini harus
diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kemudian
mbak jangan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter, gejala seperti
yang mbak alami sekarang akan muncul lagi, jadi ada lima hal yang harus
diperhatikan oleh mbak pada saat mionum obat yaitu beanr obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu dan benar frekuensi. Ingat ya mbak..?!!”

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi Subyektif (Klien)

”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag sekali mbak mau
berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mbak setelah berbincang-
bincang?”

2. Evaluasi Obyektif (Perawat)

”coba mbak jelaskan lagi obat apa yang diminum tadi? Kemudian berapa dosisnya?

51
3. Rencana Tindak Lanjut

”tolong nanti mbak minta obat ke perawat kalau saatnya minum obat.”

3. Kontrak yang akan datang

Topik : ”bagaimana mbak kalau kita akan mengikuti kegiatan TAK (Terapi
Aktifitas Kelompok) yaitu menggambar sambil mendengarkan musik.”

Waktu : ”jam berapa mbak bisa? Bagaimana kalau jam .....?mbak


setuju?”

Tempat : ”Besok kita akan melakukan kegiatan di ruang makan.


Terimakasih mbak sudah mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu
besok pagi.”

52
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NAMA : Ny.D RUANG: Sedap Malam No.RM :117xxx

NO TANGGAL
EVALUASI
DX DAN JAM IMPLEMETASI KEPERAWATAN

I 18 – 2 - 2020 1. Melakukan BHSP S : “nama saya D mbak. Saya baik


2. Melakukan kontrak waktu dengan hari ini. Baik mas saya bersedia
pasien untuk mengontrol halusinasi yang
3. Mengajarkan klien mengontrol
akan mas ajarkan pada saya”
halusinasi dengan menghardik
4. Menganjurkan klien untuk
memperagakan cara menghardik
ketika halusinasi itu muncul O : klien kooperatif, mau mengikuti
5. Mengevaluasi hasil SP 1 yang apa yang diajarkan perawat, mampu
telah diajarkan pada pasien
memperagakan menghardik
6. Melakukan kontrak waktu untuk
pertemuan berikutnya halusinasi dengan baik

A : pasien mampu mengikuti


kegiatan dengan baik

P : Lanjutkan ke SP 2

1. Mengucapkan salam S : “selamat pagi mbak, baik mbak.


2. Melakukan kontrak waktu dengan Saya mau bercakap cakap dengan
pasien yang lain mbak”
3. Menganjurkan pada klien untuk

53
19 – 2 - 2020 4. bercakap cakap dengan pasien O : klien kooperatif, sering berjabat
atau perawat ketika mendengar tangan dengan pasien lain, ingin
suara suara aneh berkenalan dengan pasien lain
5. Mengevaluasi SP 2 yang telah
dilakukan klien
6. Melakukan kontrak waktu untuk
pertemuan berikutnya A : pasien mampu mengikuti
kegiatan dengan baik

P : Lanjutkan ke SP 3

S : “selamat pagi mbak, baik mbak.


Saya mau melakukan aktivitas. Saya
1. Mengucapkan salam
20 – 2 - 2020 mau menyapu lantai mbak”
2. Melakukan kontrak waktu
dengan pasien
3. Menganjurkan pada klien untuk
melakukan aktivitas seperti O : klien kooperatif, bersemangat
menyapu lantai
4. Mengevaluasi SP 3 yang telah
dilakukan klien
5. Melakukan kontrak waktu untuk A : pasien mampu mengikuti
pertemuan berikutnya kegiatan dengan baik

P : Lanjutkan ke SP 4

1. Mengucapkan salam

54
2. Melakukan kontrak waktu S : “selamat pagi mbak, baik mbak.
dengan pasien Saya sdh paham tentang cara minum
21 – 2 - 2020 3. Mengajarkan pasien tentang obat yang mbak ajari tadi.”
patuh minum obat
4. Mengevaluasi SP 4 yang telah
dilakukan klien
5. Melakukan kontrak waktu untuk O : klien kooperatif, mudah
pertemuan berikutnya mengingat

A : pasien mampu mengikuti


kegiatan dengan baik

P : Lanjutkan ke intervensi
selanjutnya

55
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan teori gangguan persepsi sensori halusinasi yang telah dijelaskan


didalam tinjauan pustaka dan studi kasus pada Ny.D dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi yang berada diruangan camar didapatkan data sebagai berikut

Aspek Teori Kasus kelolaan

Definisi Salah satu gejala gangguan Klien sering mendengarkan


jiwa dimana klien mengalami suara atau bisikan di kamar
perubahan persepsi sensori, mandi suaranya seperti laki-
seperti merasakan sensasi laki saat mau tidur. Laki-
palsu berupa suara lakinya bilang bahwa ada
penglihatan, pengecap, penunggunya di kamar mandi.
perabaan, atau penghidupan.
Klien merasa stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Selain
itu, perubahan persepsi
sensori: halusinasi juga bisa
diartikan sebagai persepsi
sensori tentang suatu obyek,
gambaran, dan pemikiran yang
sering terjadi tanpa adanya
rasangan dari luar meliputi
semua system pengindreraan
(pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan dan
pengecapkan).

56
Pasien memiliki ciri-ciri gangguan persepsi sensori halusinasi
sesuai dengan definisi gangguan persepsi sensori halusinasi yaitu
klien mengalami perubahan persepsi sensori seperti merasakan
sensasi palsu berupa suara. Klien merasa stimulasi yang
sebutulnya tidak ada.

Tanda dan gejala, a. Menarik diri klien menarik diri, selalu


b. Melamun mengunci diri dikamar, sering
c. Bengong melamun dan bengong, dan
d. Tatapan kosong
tatapan mata kosong. Klien
Pada halusinasi dengar
sering mendengarkan suara
karakteristiknya yaitu:
laki-laki yang
a. Mendengar suara-suara memberitahukan bahwa
atau bisikan, paling dikamar mandi ada
sering suara orang penunggunya.
b. Suara berbentuk
kebisingan yang
kurang jelas sampai
kata-kata yang jelas
berbicara dengan klien,
bahkan sampai
kepercakapan lengkap
antara 2 orang atau
lebih tentang orang
yang mengalami
halusinasi.
c. Pikiran yang terdengar
dimana klien
mendengar perkataan
bahwa klien disuruh
untuk melakukan
sesuatu, kadang-
kadang dapat
membahayakan.
Berdasarkan tanda dan gejala dari teori yang ditemukan diatas,
pasien memiliki tanda gejala gangguan persepsi sensori
halusinasi. Hal ini membuktikan pasien mengalami halusinasi
khususnya yaitu halusinasi pendengaran.

Faktor predisposisi Faktor predisposisi adalah Faktor klien mengalami


faktor risiko yang gangguan persepsi sensori
mempengaruhi jenis dan halusinasi adalah klien
jumlah sumber yang dapt memiliki riwayat perilaku
dibangkitkan oleh individu kekerasan dibuktikan dengan
untuk mengatasi stress. Faktor marah-marah SMRS dan
predisposisi dapat meliputi : menjambak rambut suaminya,

57
a. Faktor perkembangan serta membuang-buang baju
b. Faktor sosio kultur di tong sampah.
biokima
c. Faktor psikologis, dan
d. Faktor genetic
Berdasarkan faktor predisposisi yang ada, hal ini sudah
membuktikan klien memiliki faktor yang memang dimiliki oleh
klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi.

Sumber koping Suatu evaluasi terhadap pilihan Kemampuan personal: Jika


koping dan strategi seseorang, ada masalah klien hanya mau
individu dapat mengatasi stress bercerita kepada suami dan
dan ansietas dengan kedua orangtuanya yang
menggunakan sumber koping dipercaya oleh klien.
yang ada di lingkungan.
Dukungan social dan Dukungan social : klien tidak
keyakinan budaya dapat pernah bercerita tentang
membantu seseorang dapat masalahnya kepada pasien
mengintegrasikan pengalaman lain tetapi kadang temannya
yang menimbulkan stress dan bertanya tetapi tidak dijawab.
mengadopsi strategi koping Keyakinan positif : klien
yang efektif. memiliki kemauan untuk
sembuh dan cepat pulang.

Dapat disimpulkan bahwa klien memiliki keyakanan yang


positif yang dapat memotivasi klien untuk melakukan usaha
untuk sembuh.

Mekanisme koping Mekanisme koping merupakan Mekanisme koping yang


tiap upaya yang diharapkan digunakan Ny.D adalah
pada pengendalian stress upaya terbukti klien bisa
penyelesaian masalah secara berinteraksi dengan perawat
langsung dan mekanisme maupun pasien yang ada
pertahanan lain yang digunakan diruang Sedap Malam.
untuk melindungi diri.

Mekanisme koping klien adalah adaktif

Dari pengkajian diatas yang dilakukan gangguan yang paling menojol adalah
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.

58
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ny.D adalah klien dengan diagnosa keperawatan halusinasi pendengaran, klien
pernah sebelumnya dirawat di RSJ Lawang. Pada kasus halusinasi pendengaran yang
dialami oleh Ny. D Tindakan yang dilakukan sesuai konsep teori adalah melakukan bina
hubungan saling percaya dengan klien, mengenal halusinasinya dan mengontrol haulisani
dengan cara menghardik, mengontrol halusinasi dengan cara minum obat, mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap, mengontrol halusinasi dengan cara beraktivitas
sehari-hari.

5.2 Saran
Dukungan keluarga dan petugas sangat penting untuk kesembuhan klien jadi
diharapkan keluarga dan petugas yang mempunyai anggota yang mengalami halusinasi
dapat melibatkan diri dalam merawat anggota keluarganya.

59
DAFTAR PUSTAKA

Potter, A. P&Perry,G,A. 2005. Fundamental of Nursing: Concepts, Process and Practice.


Mosby Year Book, St. Louis.

Schultz dan Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott- Raven Publisher: Philadelphia.

Stuart dan Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Stuart, Gain., W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart. Jakarta : Elsevier.

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung.

60

Anda mungkin juga menyukai