Oleh
Kelompok G1
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
“Laporan Tutorial Skenario B Blok 22” sebagai tugas kelompok.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran agar laporan tutorial kami yang
selanjutnya dapat menjadi lebih baik kedepannya.
Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi
tutorial.
2. dr. Rachmat Hidayat, M.Sc., selaku tutor kelompok G1
3. Teman-teman sejawat FK Unsri, terutama kelas PSPD Gamma 2017
4. Teman-teman kelompok G1
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala kepada semua orang yang telah
mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga
kita selalu dalam lindungan Tuhan.
Kelompok G1
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
SKENARIO............................................................................................................. 1
I. Klarifikasi Istilah......................................................................................... 2
II. Identifikasi Masalah................................................................................... 2
III. Analisis Masalah....................................................................................... 3
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan................................................................ 22
V. Sintesis Ilmiah............................................................................................ 23
VI. Kerangka Konsep...................................................................................... 59
VII. Kesimpulan.............................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 60
A male baby was born at a type C public hospital from a 40-year-old woman. Her mother,
Mrs. Ayu was hospitalized at the hospital due to ante partum bleeding. She was G7P3A3.
The pregnancy was 34 weeks. She only had 3 times antenatal care to midwife. Her blood
pressure was 160/100 mmHg. The fetal heart rate was 180 beats perminute. An
emergency C-section was performed by the obstetrician.
The baby did not cry spontaneously after birth, but gasping and his whole body was in
cyanosis. The doctor who resuscitate the baby did first step of resuscitation to the baby
and continued with VTP. APGAR score at first minute was 1, fifth minute was 3, and
tenth minute was 7. The amnion liquor was greenish, not thick, and not smelly.
On physical examination:
Body weight was 1100 g, body length was 40 cm, and head circumference was 31 cm.
Half an hour after resuscitation the baby started to have difficulty of breathing. There
were moderate epigastric retraction, breathing sound decreased, grunting that could be
heard without stethoscope, respiration rate 70 breaths perminute, there was still cyanosis
after oxygen was given. Heart rate 168 beats perminute. Saturation 85% with nasal
oxygen. Temperature was 36 °C. The baby looked pale. The skin looked thin, there were
lanugo, and plantar creases was 1/3, from genital examination there was a little rugae,
and testes were not in the scrotum, from the rectal examination there was no anal dimple
but there was hole on the perineum below the scrotum.
INSTRUCTION
Please discuss the appropriate management for the baby.
The baby did not cry spontaneously after birth, Tidak sesuai harapan VV
but gasping and his whole body was in cyanosis.
The doctor who resuscitate the baby did first
step of resuscitation to the baby and continued
with VTP. APGAR score at first minute was 1,
fifth minute was 3, and tenth minute was 7. The
2. She only had 3 times antenatal care to midwife. Her blood pressure was
160/100 mmHg. The fetal heart rate was 180 beats perminute. An
emergency C-section was performed by the obstetrician.
a. Berapa kali selama kehamilan antenatal care harusnya dilakukan?
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal:
1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 –
36 dan sesudah minggu ke 36)
4) Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada
gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam.
Condition Criteria
3. The baby did not cry spontaneously after birth, but gasping and his whole
body was in cyanosis. The doctor who resuscitate the baby did first step of
resuscitation to the baby and continued with VTP. APGAR score at first
minute was 1, fifth minute was 3, and tenth minute was 7. The amnion
liquor was greenish, not thick, and not smelly.
a. Apa penyebab bayi tidak menangis spontan saat lahir?
Bayi tidak menangis spontan diakibatkan oleh kurangnya oksigen akibat
paru-paru tidak dapat berkembang dengan baik. Tangisan bayi ketika lahir
membantu membuka paru-parunya agar bisa bernapas. Pada kasus,
pematangan paru belum sempurna dan terjadi defisiensi surfaktan. Surfaktan
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan alveoli, sehingga alveoli
dapat tetap terbuka sepanjang siklus pernafasan. Defisiensi ini menyebabkan
alveoli tidak dapat mengembang/kolaps sehingga bayi sulit bernafas
(kekurangan oksigen).
4. On physical examination:
Body weight was 1100 g, body length was 40 cm, and head circumference
was 31 cm. Half an hour after resuscitation the baby started to have
difficulty of breathing. There were moderate epigastric retraction,
breathing sound decreased, grunting that could be heard without
stethoscope, respiration rate 70 breaths perminute, there was still cyanosis
after oxygen was given. Heart rate 168 beats perminute. Saturation 85%
with nasal oxygen. Temperature was 36 °C. The baby looked pale. The skin
looked thin, there were lanugo, and plantar creases was 1/3, from genital
examination there was a little rugae, and testes were not in the scrotum,
from the rectal examination there was no anal dimple but there was hole on
the perineum below the scrotum.
a. Bagaimana klasifikasi berat bayi baru lahir?
- Bayi Berat Lahir Lebih (BBLL): >4000gram
- Bayi Berat Lahir Cukup (BBLC): 2500-4000gram
- Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR): 1500-2500gram
- Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR): <1500gram
- Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER): <1000gram
b. Bagaimana interpretasi dari berat badan, Panjang badan, lingkar kepala, RR,
HR, saturasi oksigen, dan temperature?
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Interpretasi
Berat Badan 1500 – 2700 gram 1100 gram Abnormal
Panjang Badan 40,5 – 49 kg 40 cm Abnormal
Lingkar Kepala 29 - 33,75 cm 31 cm Normal
Respiratory rate 30 – 60 x/menit 70 x/menit Takikardi
Heart rate 133 x/menit 168 x/menit Takikardi
Saturasi oksigen 91 – 95% 85% Hipoksemia
j. Apa makna kulit tipis, terdapat lanugo, dan plantar crease 1/3?
i. Kulit tipis: Lanugo harusnya rontok pada usia 7-8 bulan dan kulit janin
akan dilapisi lemak (vernix caseosa yg berfungsi melindungi bayi dari
pengikisan kulit dan menjaga bayi dari hipotermi). Dikarenakan
premature maka kulit masih tipis dan lanugo masih ada serta belum
dilapisi oleh vernix caseosa.
ii. Lanugo: berkembang pada usia kehamilan 4-5 bulan, berfungsi
mengatur temperatur bayi dan menjaga kulit dan menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan. Pada extreme premature (-) lanugo,
pada middle/ TM 3 terdapat banyak lanugo, saat aterm lanugo ada tapi
tipis. Lanugo harusnya rontok pada usia 7-8 bulan dan kulit janin akan
dilapisi lemak (vernix caseosa yg berfungsi melindungi bayi dari
pengikisan kulit). Lanugo tipis karena kurang nutrisi dan juga
premature serta lanugo tetap ada untuk membantu meregulasi suhu
bayi.
iii. Plantar crease: pada usia kehamilan 33 minggu baru terbentuk 1/3
anterior creases. normalnya sudah terbentuk 3/3 creases pada saat
aterm. Bayi yang sangat prematur dan sangat imatur tidak memiliki
plantar creases yang terdeteksi. Usia kehamilan masih 34 minggu dan
plantar creases belum terbentuk sempurna dan seluruhnya. Untuk lebih
membantu menentukan usia kehamilan bayi-bayi ini, mengukur
panjang kaki atau jarak tumit-jari kaki sangat membantu.
HIPOTESIS
Bayi Ny. Ayu, lahir preterm, kecil masa kehamilan (KMK) dengan berat bayi lahir sangat
rendah (BBLSR) lahir section cesaria (SC), asfiksia dan respiratory distress, diduga
disebabkan oleh penyakit membran hyaline, atresia ani dan hipotermia, dan kemungkinan
anemia.
a. Apa algoritma penegakan diagnosis dari kasus?
V. Sintesis Ilmiah
1. RD (Respiratory Distress)
a. Definisi
Gagal nafas (respiratory failure) dan distress nafas (respiratory distress)
merupakan diagnosis yang ditegakkan secara klinis dimana sistem pernafasan
tidak mampu untuk melakukan pertukaran gas secara normal tanpa bantuan.
Terminologi respiratory distress digunakan untuk menunjukkan bahwa
pasien masih dapat menggunakan mekanisme kompensasi untuk
mengembalikan pertukaran gas yang adekuat, sedangkan respiratory failure
merupakan keadaan klinis yang lanjut akibat kegagalan mekanisme
kompensasi dalam mempertahankan pertukaran gas atau tercukupinya aliran
oksigen.
Gagal nafas merupakan kegagalan sistem respirasi dalam memenuhi
kebutuhan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara dan
darah, sehingga terjadi gangguan dalam asupan oksigen dan ekskresi
karbondioksida, keadaan ini ditandai dengan abnormalitas nilai PO2 dan
PCO2. Gagal nafas dapat disebabkan oleh penyakit paru yang melibatkan
jalan nafas, alveolus, sirkulasi paru atau kombinasi ketiganya. Gagal nafas
juga dapat disebabkan oleh gangguan fungsi otot pernafasan, gangguan
neuromuskular dan gangguan sistem saraf pusat.
Gagal nafas tipe hiperkapnik terjadi akibat CO2 tidak dapat dikeluarkan
dengan respirasi spontan sehingga berakibat pada peningkatan PCO2 arterial
(PaCO2) dan turunnya pH. Hiperkapnik dapat terjadi akibat obstruksi saluran
napas atas atau bawah, kelemahan otot pernapasan atau biasanya akibat
produksi CO2 yang berlebihan. Gagal nafas tipe hipoksemia terjadi akibat
2. Invasif
Dibagi menjadi dua yaitu:
a. Konvensional
i. Intermittent Mandatory Ventilation (IMV)
Dengan IMV tenaga medis dapat menentukan kadar di
mana ventilator mekanis memberikan nafas mekanis pada
bayi, dimana ada interval regularnya. Ini membolehkan
bayi bernafas spontan antara dua jarak nafas buatan.
Kekurangannya adalah bayi sering bernafas tidak teratur
dengan penggunaan IMV. Pertukaran gas sangat bervariasi
pada IMV, tergantung kondisi bayi bernafas dengan atau
melawan ventilator. Selain menyebabkan tidak
effisiensinya proses pertukaran gas tapi juga bisa
mengakibatkan terperangkapnya udara.
ii. Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation (SIMV)
Pada SIMV, onset dari nafas buatan ditentukan berdasarkan
onset dari nafas spontan jika terjadi dalam timing window.
Contohnya, jika kadar SIMV berdasarkan frekuensi nafas
30 kali/menit, siklus ventilator akan terjadi setiap 2 detik.
Pada setiap kali ventilator seharusnya memulai nafas
buatan, ia akan menunggu nafas spontan terlebih dahulu,
jika nafas spontan didapatkan dalam timing window
iii. Assist/Control Ventilation (A/C)
2. Bayi Prematur
Prematuritas adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20
minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Terdapat 3
subkategori usia kelahiran prematur berdasarkan kategori World Health
Organization (WHO), yaitu:
1) Extremely preterm (< 28 minggu)
2) Very preterm (28 hingga < 32 minggu)
3) Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu).
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi
pada primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya stres fisik
maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-
Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
Aksis HPA ini menyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan
mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan
mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon Corticotropin Releasing Hormone
(CRH), perubahan pada Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin,
reseptor oksitosin, matrix metaloproteinase (MMP), interleukin-8,
cyclooksigenase-2, dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrogen plasenta
dan pembesaran kelenjar adrenal.
Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis, yaitu infeksi bakteri
yang menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini merupakan penyebab
potensial terjadinya persalinan premature. Infeksi intraamnion akan terjadi
pelepasan mediator inflamasi seperti pro-inflamatory sitokin (IL-1β, IL-6, IL-8,
dan TNF-α ). Sitokin akan merangsang pelepasan CRH, yang akan merangsang
aksis HPA janin dan menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon-hormon ini
2) Masalah Paru
- Pusat pengaturan paru di medulla oblongata masih belum sepenuhnya
dapat mengatur pernapasan.
- Tumbuh kembang paru masih belum matur sehingga sulit berkembang
dengan baik.
- Otot pernafasan masih lemah, sehingga tangis bayi prematur terdengar
lemah dan merintih.
3) Gastrointestinal
- Belum sempurna sehingga tidak mampu menyerap makanan ASI yang
sesuai dengan kemampuannya.
- Pengosongan lambung terlambat sehingga menimbulkan desistensi
lambung dan usus.
4) Hati
- Belum matur sehingga kurang dapat berfungsi untuk mendukung
metabolism.
- Cadangan glikogen rendah.
- Metabolisme bilirubin rendah menimbulkan hiperbilirubinema yang
selanjutnya akan menyebabkan ikterus sampai terjadi timbunan
bilirubin dalam otak “kem ikterus”.
- Tidak mampu mengolah vitamin K dan faktor pembekuan darah
5) Masih prematur sehingga tidak sanggup untuk mengatur air dan elektrolit .
Pengaturan protein darah masih kurang sehingga mungkin dapat terjadi
hipoproteinemia.
6) Tendensi
Ballard score adalah penilaian untuk menentukan usia gestasi bayi baru
lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular
meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to
ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan
plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia
Untuk bayi matur, dan premature normal (SMK/AGA) = 10th – 90th percentile. Pada
bayi KMK/SGA = <10th precentil , >90th precentil adalah BMK /LGA .
- Faktor Lingkungan
Tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan
zat-zat racun.
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang tampak pada bayi berat lahir rendah yaitu:
- Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
- Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
- Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
- Lingkar badan sama dengan atau kurang dari 30 cm
- Jaringan lemak sub kutan tipis atau kurang
- Tulang rawan daun telinga belum tumbuh sempurna
- Tumit mengkilap, telapak kaki halus
- Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rogue pada skrotum
kurang.
- Testis belum turun dalam skrotum atau perempuan klitoris
e. Klasifikasi
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010) dalam Kristiani (2014), terdapat 2
jenis klasifikasi BBLR:
- Menurut Harapan Hidupnya
o Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
o Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500
gram.
4. Asfiksia
a. Definisi