Anda di halaman 1dari 53

Skenario B

Blok 27
Kelompok A1 Alpha
Tutor: dr. Emma Novita, M.Kes
2

Aisyah Sri Delima 04011181621022


Assyifa Rachmadina 04011181621025
Utami Nurul Fajriyah 04011181621031
Mia Rizki Aprilla 04011181621045
Nurunnisa Arsyad 04011181621052
Nyimas Nisyah Nadhirah 04011181621053
Nazlatul Nur Aini 04011181621054
Siti Aisyah 04011181621061
Salsa Amalia 04011181621063
Nadila Miranda 04011181621064
Anny Mur Diana 04011181621218
Inggrid Chyntiaputri 04011281621100
Adinda Amalia 04011281621216
Outline

Skenario & Identifikasi & Learning Issues Kesimpulan


Klarifikasi Istilah Analisis Masalah Kerangka Konsep
4

S ke n a r i o
Andre, seorang anak laki-laki berumur 7 tahun dibawah seorang Ibu ke klinik
pratama di Palembang, dengan keluhan utama panas tinggi disertai luka memar
diseluruh tubuh. Dari info si Ibu, Andre bukanlah anaknya, tetapi seorang anak yang
ditemukan tergeletak di trotoar parkir sebuah mall setelah Ibu tersebut pulang
berbelanja. Kondisi Andre saat ditemukan seorang diri dan terbaring di trotoar
dengan suara mengerang kesakitan, si Ibu dengan naluri keibuan mendekati Andre
dan melihat kondisinya. Pada saat ditanya dimana Ibu Andre atau dengan siapa dia
datang ke situ hanya dijawab lirih bahwa dia dibawah Ibunya dan diletakkan di
trotoar serta langsung ditinggal oleh Ibunya yang tidak tahu pergi kemana. Saat
dilihat kondisi Andre cukup menyedihkan dengan balutan pakaian seadanya dengan
tubuh menggigil dan terlihat kaki serta tangannya penuh dengan luka memar yang
membiru.
5

Pada anamnesis Andre menderita demam sejak 5 hari yang lalu disertai batuk
dan sesak napas. Andre merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Andre dan
adiknya lahir tanpa diketahui siapa ayahnya dan tinggal di daerah kumuh dengan
kondisi ekonomi dibawah
Mission 1 rata-rata. Ibu andre bekerja sebagai pengamen
Mission 2 sekaligus
wanita tuna susila sehingga seringkali tidak dapat bertemu dengan Andre maupun
adik Andre. Andre dititipkan dan dirawat oleh Kakeknya. Dari Kakek ini Andre
sering mendapat perlakuan kekerasan secara fisik dan psikis tanpa alasan yang jelas.
Bahkan tindak kekerasan sering di alami oleh Andre meskipun Andre tidak
melakukan suatu kesalahan. Kekerasan yang di alami oleh Andre antara lain
dibentak, dimaki sambil dipukul dengan atau tanpa menggunakan kayu, ditendang,
dibentur-bentur ke dinding sampai diinjak-injak. Tindak kekerasan tersebut terus
diulangi setiap hari pada waktu tertentu oleh Kakek Andre, seakan seperti sudah
dijadwalkan.
6

Perlakuan kekerasan tersebut dilakukan pula pada adik Andre bahkan


Ibu Andre pun seringkali melakukan kekerasan fisik terhadap Andre dan
adiknya. Perlakuan kekerasan yang dialami oleh Andre dan adiknya dilakukan
agar mendapat uang serta simpati dari orang lain. Cara yang dilakukan adalah
membawa Andre ke jalanan dalam kondisi penuh luka untuk meminta-minta
atau mencari sumbangan dengan alasan memerlukan uang untuk membawa
Andre berobat. Kakek maupun Ibu Andre tidak memperdulikan kondisi fisik
maupun psikologis yang dialami oleh Andre. Semakin Andre luka parah maka
semakin banyak pula uang yang didapatkan sehingga ketika luka fisik Andre
mulai mengering, perlakuan kekerasan kembali dialami oleh Andre. Beberapa
waktu lalu adik Andre akhirnya meninggal karena menderita patah tulang
punggung.
7

Pada pemeriksaan fisik anak didapatkan terlihat lemah, ketakutan,


menggigil, tampak sangat kurus (terlihat sangat pendek dan sangat kurus dari anak
seusianya), Nadi: 110x/menit (isi dan tegangan kurang), RR: 30x/menit, T: 38,8O C.
Tidak mampu duduk, inginnya berbaring saja. Rambut warna kuning dan jarang.
Konjungtiva pucat, bibir kering dan pecah-pecah, tampak retraksi supraklavikula,
interkostal dan epigastrium, tidak ada wheezing, terdengar ronki basah halus
nyaring pada kedua lapangan paru. Tampak hematom di ekstremitas inferior dan
superior dan abdomen. Tampak luka laserasi pada telapak tangan kanan. Tampak
jejas bentuk setrika yang menghitam pada punggung. Tanda-tanda fraktur tidak
ditemukan. Genital tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan perkembangan dengan
menggunakan KPSP didapatkan sesuai dengan anak usia 5 tahun pada semua sektor
perkembangan.
K l a r i fi k a s i I s ti l a h
8

No Istilah Makna

Sebuah jejas tumpul yang terjadi pada kulit sehingga terjadi hematom ataupun
1 Memar Mission 1 Mission 2
ekstravasasi darah yang diffuse tanpa disertai robeknya kulit (Farlex).

Seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan sesama atau lawan


2 Tunasusila jenisnya secara berulang-ulang dan bergantian di luar perkawinan yang sah
dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi atau jasa (KBBI).

Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,


3 Kekerasan psikis hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan
psikis berat pada seseorang (Pasal 7 UU No. 23 Tahun 2004).
9
No Istilah Makna

4 Kekerasan fisik Trauma fisik yang diakibatkan bukan akibat kecelakaan.

Kuesioner pra skrining perkembangan adalah instrumen pemeriksaan


5 KPSP perkembangan anak yang berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak sesuai kelompok usianya (IDAI).

Luka terbuka yang tepinya tidak rata atau compang-camping yang disebabkan
6 Laserasi
oleh benda yang permukaannya tidak rata.

Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar (Permenkes 28 Tahun


7 Klinik pratama
2011 Tentang Klinik).

8 Fraktur Terputusnya kontinuitas tulang atau pemisahan, patah tulang.


Identi fi kasi &
Analisis Masalah
11
No Masalah Keterangan

Andre, seorang anak laki-laki berumur 7 tahun dibawah seorang Ibu ke klinik
pratama di Palembang, dengan keluhan utama panas tinggi disertai luka, si Ibu
dengan naluri keibuan mendekati Andre dan melihat kmemar diseluruh tubuh.
Dari info si Ibu, Andre bukanlah anaknya, tetapi seorang anak yang ditemukan
tergeletak di trotoar parkir sebuah mall setelah Ibu tersebut pulang berbelanja.
Kondisi Andre saat ditemukan seorang diri dan terbaring di trotoar dengan suara
Keluhan Utama
1. mengerang kesakitanondisinya. Pada saat ditanya dimana Ibu Andre atau dengan
siapa dia datang ke situ hanya dijawab lirih bahwa dia dibawah Ibunya dan
diletakkan di trotoar serta langsung ditinggal oleh Ibunya yang tidak tahu pergi
kemana. Saat dilihat kondisi Andre cukup menyedihkan dengan balutan pakaian
seadanya dengan tubuh menggigil dan terlihat kaki serta tangannya penuh
dengan luka memar yang membiru.

Pada anamnesis Andre menderita demam sejak 5 hari yang lalu disertai batuk
dan sesak napas. Andre merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Andre dan
Anamnesis
2. adiknya lahir tanpa diketahui siapa ayahnya dan tinggal di daerah kumuh dengan
kondisi ekonomi dibawah rata-rata.
12
No Masalah Keterangan

Ibu andre bekerja sebagai pengamen sekaligus wanita tuna susila sehingga seringkali
tidak dapat bertemu dengan Andre maupun adik Andre. Andre dititipkan dan dirawat
oleh Kakeknya. Dari Kakek ini Andre sering mendapat perlakuan kekerasan secara
fisik dan psikis tanpa alasan yang jelas. Bahkan tindak kekerasan sering di alami oleh
Andre meskipun Andre tidak melakukan suatu kesalahan. Kekerasan yang di alami
oleh Andre antara lain dibentak, dimaki sambil dipukul dengan atau tanpa
menggunakan kayu, ditendang, dibentur-bentur ke dinding sampai diinjak-injak.
Tindak kekerasan tersebut terus diulangi setiap hari pada waktu tertentu oleh Kakek
Andre, seakan seperti sudah dijadwalkan.

Perlakuan kekerasan tersebut dilakukan pula pada adik Andre bahkan Ibu Andre pun
Anamnesis
3. seringkali melakukan kekerasan fisik terhadap Andre dan adiknya.
13
Masalah Keterangan

Perlakuan kekerasan yang dialami oleh Andre dan adiknya dilakukan agar mendapat uang
serta simpati dari orang lain. Cara yang dilakukan adalah membawa Andre ke jalanan dalam
kondisi penuh luka untuk meminta-minta atau mencari sumbangan dengan alasan
memerlukan uang untuk membawa Andre berobat. Kakek maupun Ibu Andre tidak
memperdulikan kondisi fisik maupun psikologis yang dialami oleh Andre. Semakin Andre
luka parah maka semakin banyak pula uang yang didapatkan sehingga ketika luka fisik
Andre mulai mengering, perlakuan kekerasan kembali dialami oleh Andre. Beberapa waktu
lalu adik Andre akhirnya meninggal karena menderita patah tulang punggung.

Pada pemeriksaan fisik anak didapatkan terlihat lemah, ketakutan, menggigil, tampak sangat
kurus (terlihat sangat pendek dan sangat kurus dari anak seusianya), Nadi: 110x/menit (isi Pemeriksaan Fisik
4
dan tegangan kurang), RR: 30x/menit, T: 38,8O C.
14

Masalah Keterangan

Tidak mampu duduk, inginnya berbaring saja. Rambut warna kuning dan
jarang. Konjungtiva pucat, bibir kering dan pecah-pecah, tampak retraksi
supraklavikula, interkostal dan epigastrium, tidak ada wheezing, terdengar
ronki basah halus nyaring pada kedua lapangan paru. Tampak hematom di
ekstremitas inferior dan superior dan abdomen. Tampak luka laserasi pada
telapak tangan kanan. Tampak jejas bentuk setrika yang menghitam pada
punggung. Tanda-tanda fraktur tidak ditemukan. Genital tidak ditemukan
kelainan. Pemeriksaan perkembangan dengan menggunakan KPSP didapatkan
sesuai dengan anak usia 5 tahun pada semua sektor perkembangan.
15

Analisis Masalah

1.Andre, seorang anak laki-laki berumur 7 tahun dibawah seorang Ibu ke klinik pratama di Palembang, dengan
keluhan utama panas tinggi disertai luka memar diseluruh tubuh. Dari info si Ibu, Andre bukanlah anaknya,
tetapi seorang anak yang ditemukan tergeletak di trotoar parkir sebuah mall setelah Ibu tersebut pulang
berbelanja. Kondisi Andre saat ditemukan seorang diri dan terbaring di trotoar dengan suara mengerang
kesakitan, si Ibu dengan naluri keibuan mendekati Andre dan melihat kondisinya. Pada saat ditanya dimana
Ibu Andre atau dengan siapa dia datang ke situ hanya dijawab lirih bahwa dia dibawah Ibunya dan diletakkan
di trotoar serta langsung ditinggal oleh Ibunya yang tidak tahu pergi kemana. Saat dilihat kondisi Andre cukup
menyedihkan dengan balutan pakaian seadanya dengan tubuh menggigil dan terlihat kaki serta tangannya
penuh dengan luka memar yang membiru.
16
A. Apa perbedaan klinik utama dan klinik pratama?
17
B. Termasuk masalah apakah pada paragraf Alur pelaporan dapat dibagi dua, yaitu di
pertama dan bagaimana alur pelaporan puskesmas dan rumah sakit:
yang tepat terkait kasus?

Masalah pada paragraf pertama termasuk


dalam masalah penelantaran anak (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Andre mengalami
penelantaran anak (child neglect), yaitu kegagalan
untuk memberikan atau mendukung perkembangan
anak di segala domain (kesehatan, edukasi,
perkembangan emosional, nutrisi, tempat tinggal,
kondisi tempat tinggal yang aman) oleh keluarga
atau pengasuh, sehingga dapat membahayakan atau
berdampak buruk pada kesehatan, fisik, mental,
spiritual, moral, atau perkembangan sosial anak
Gambar pelaporan kasus kekerasan (Kementerian
(WHO, 2002). Kesehatan RI, 2015)
18
19
C. Apa saja bentuk-bentuk penelantaran pada anak secara umum?

Jenis/contoh penelantaran anak menurut Kementerian Sosial Republik Indonesia tahun 2018,
yaitu:
1. Penelantaran Fisik
Terjadi jika seseorang melalaikan kewajiban tugas dan tanggung jawabnya untuk memenuhi
kebutuhan anak yang bersifat fisik
2. Penelantaran Mental
Terjadi jika orang tua/pengganti orang tua tidak memberikan pendidikan, kasih
sayang, dan perhatian kepada anak
3. Penelantaran Spiritual
Terjadi jika orang tua tidak melakukan tugas dan tanggung jawabnya untuk mengenalkan nilai-
nilai baik dan buruk, sehingga anak tidak pernah tahu atau memahami nilai-nilai kehidupan.
4. Penelantaran Sosial
Jika anak tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan terkait dengan hubungan dengan orang lain
seperti: ditinggal pergi dan sendirian, didiamkan oleh orang lain dalam kurun waktu tertentu,
tidak dipedulikan.
20

D. Apa saja dampak dari penelantaran terhadap anak?


Anak yang ditelantarkan akan memiliki dampak psikologis yaitu merasa
ditolak oleh kedua orang tua nya, penolakan tersebut bisa mengakibatkan anak
tersebut menarik diri dari lingkungan social, menutup diri, tidak dapat menaruh
kepercayaan pada orang lain dan kemudian kemampuannya untuk bersosialisasi
tidak berkembang dengan baik. Ketidakmampuan anak dalam bersosialisasi
akan mengakibatkan anak tumbuh menjadi individu yang penyendiri, tertutup,
egosentris serta tidak mampu mengembangkan rasa empati.
21
2. Pada anamnesis Andre menderita demam sejak 5 hari yang lalu disertai batuk dan
sesak napas. Andre merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Andre dan
adiknya lahir tanpa diketahui siapa ayahnya dan tinggal di daerah kumuh dengan
kondisi ekonomi dibawah rata-rata. Ibu andre bekerja sebagai pengamen sekaligus
wanita tuna susila sehingga seringkali tidak dapat bertemu dengan Andre maupun
adik Andre. Andre dititipkan dan dirawat oleh Kakeknya. Dari Kakek ini Andre
sering mendapat perlakuan kekerasan secara fisik dan psikis tanpa alasan yang
jelas. Bahkan tindak kekerasan sering di alami oleh Andre meskipun Andre tidak
melakukan suatu kesalahan. Kekerasan yang di alami oleh Andre antara lain
dibentak, dimaki sambil dipukul dengan atau tanpa menggunakan kayu, ditendang,
dibentur-bentur ke dinding sampai diinjak-injak. Tindak kekerasan tersebut terus
diulangi setiap hari pada waktu tertentu oleh Kakek Andre, seakan seperti sudah
dijadwalkan.
A. Apa interpretasi dari “Andre menderita demam sejak 5 hari yang lalu disertai batuk dan sesak napas”?

Merupakan suatu tanda infeksi saluran napas yang merupakan bronkopneumonia, hal ini
berkaitan dengan kondisi Andre yang tidak diperhatikan/ditelantarkan oleh keluarganya sehingga
Andre tidak dibawa berobat oleh keluarganya.
  22
B. Apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkan kekerasan dan
penelantaran pada kasus?

Faktor Masyarakat atau sosial:


Faktor Orang tua
•Adat istiadat tentang pola asuh anak
•Riwayat Orang tua dengan kekerasan fisik pada
•Budaya hukuman badan terhadap anak
masa kecil, KDRT •Tingkat kriminalitas yang tinggi
•Kurang mampu merawat anak
•Kemiskinan, tingkat pengangguran
•Kurangnya pemahaman tentang perkembangan
tinggi
anak •Pengaruh media masa
•Imaturitas emosi
•Masalah depresi dan kesehatan mental (ansietas,
skizofrenia)
•Riwayat penggunaan obat terlarang (NAPZA) Faktor Anak
•Keterasingan dari masyarakat
•Kemiskinan dan banyak anak •Anak yang tidak diinginkan
•Nilai-nilai hidup yang dianut orangtua •Kelainan: Palsi cerebral, sindrom down,
perilaku (autisme, ADHD), penyakit kronis.
C. Apa saja hak-hak yang seharusnya didapatkan oleh anak? 23

Menurut UU nomor 10 tahun 2012 (Presiden Republik Indonesia, 2012), yang diadopsi dari Konvensi Hak Anak
PBB tahun 1989, hak anak berada pada pasal 8 hingga pasal 32, yaitu:

1. Hak anak untuk memelihara jati diri, termasuk kebangsaan, nama dan hubungan keluarganya (Pasal 8)
2. Hak anak tidak dipisahkan dari orangtuanya yang bertentangan dengan kemauan mereka (Pasal 9)
3. Hak anak untuk menyatakan secara bebas pandangannya sendiri mengenai semua hal yang menyangkut anak
itu (Pasal 12)
4. Hak atas kebebasan berpikir, berhati nurani, dan beragama (Pasal 14)
5. Hak kebebasan berhimpun dan berkumpul secara damai (Pasal 15)
6. Hak untuk menikmati setatus kesehatan tertinggi yang dapat dicapai dan memperoleh sarana perawatan
penyakit dan pemulihan kesehatan (Pasal 24)
7. Hak untuk memperoleh manfaat jaminan sosial (Pasal 26)
8. Hak atas taraf hidup yang layak bagi pengembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan sosial anak (Pasal 27)
9. Hak atas pendidikan (Pasal 28)
10. Hak untuk beristirahat dan bersenang-senang, untuk terlibat dalam kegiatan bermain dan rekreasi yang layak
(Pasal 31)
11. Hak untuk dilindungi dari exploitasi ekonomi dan dari melakukan pekerjaan yang mungkin akan berbahaya
atau mengganggu pendidikan, kesehatan, atau perkembangan anak (Pasal 32)
24
D. Apa saja anamnesis yang tepat untuk menggali informasi mengenai bukti
kekerasan yang diderita oleh Andre?

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis:


1. Apabila memungkinkan, anamnesa terhadap anak
yang diduga sebagai korban dan pengantar dilakukan
secara terpisah.
2. Menilai adanya kemungkinan ketidaksesuaian yang
muncul antara penuturan orang tua/pengantar dan
anak dengan temuan medis.
3. Memperhatikan sikap/perilaku anak yang diduga
sebagai korban dan pengantar, apakah korban terlihat
takut, cemas, ragu-ragu dan tidak konsisten dalam
memberikan jawaban.
4. Melakukan konfirmasi ulang urutan kejadian, apa yang
menjadi pemicu, penyiksaan apa yang telah terjadi,
oleh siapa, dengan menggunakan apa, berapa kali, apa
dampaknya terhadap anak yang diduga sebagai
Bagan Pendekatan untuk memulai penyelidikan kecurigaan adanya
korban, waktu dan lokasi kejadian. perlakuan salah (IDAI, 2014).
5. Menggali informasi .
25

E. Apa saja bentuk kekerasan psikis pada anak?

Kekerasan psikis dapat berupa:


1. Menurunkan harga diri serta martabat korban
2. Penggunaan kata-kata kasar
3. Penyalahgunaan kepercayaan,
4. Mempermalukan orang di depan orang lain atau di depan umum,
5. Melontarkan ancaman dengan kata-kata dan sebagainya.

Bentuk kekerasan psikis, antara lain: dihina, dicaci maki, diejek, dipaksa melakukan sesuatu
yang tidak dikehendaki, dibentak, dimarahi, dihardik, diancam, dipaksa bekerja menjadi
pemulung, dipaksa mengamen, dipaksa menjadi pembantu rumah tangga, dipaksa
mengemis.
26

3. Perlakuan kekerasan tersebut dilakukan pula pada adik Andre bahkan Ibu Andre
pun seringkali melakukan kekerasan fisik terhadap Andre dan adiknya. Perlakuan
kekerasan yang dialami oleh Andre dan adiknya dilakukan agar mendapat uang
serta simpati dari orang lain. Cara yang dilakukan adalah membawa Andre ke
jalanan dalam kondisi penuh luka untuk meminta-minta atau mencari sumbangan
dengan alasan memerlukan uang untuk membawa Andre berobat. Kakek maupun
Ibu Andre tidak memperdulikan kondisi fisik maupun psikologis yang dialami oleh
Andre. Semakin Andre luka parah maka semakin banyak pula uang yang
didapatkan sehingga ketika luka fisik Andre mulai mengering, perlakuan kekerasan
kembali dialami oleh Andre. Beberapa waktu lalu adik Andre akhirnya meninggal
karena menderita patah tulang punggung.
A. Apa dasar hukum dan sanksi dari permasalahan pada kasus? 27

UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah memuat tindak pidana yang dapat
dikenakan terhadap penegak hukum yang dalam memeriksa perkara anak yang berhadapan
dengan hukum melakukan tindak kekerasan atau penyiksaan terhadap anak. Ketentuan tersebut
terdapat di dalam Pasal 80 ayat (1), (2), dan (3) sebagaimana tersebut di bawah ini:

Pasal 80
Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan
terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).

Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).

Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
B. Apa saja bentuk-bentuk kekerasan pada anak? 28

Ada beberapa jenis-jenis kekerasan terhadap anak, meliputi:


1. Kekerasan Fisik
Mengakibatkan cidera fisik nyata ataupun potensial terhadap anak sebagai akibat dari tindakan
kekerasan yang dilakukan orang lain
2. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual meliputi eksploitasi seksual dalam prostitusi atau pornografi, perabaan, memaksa
anak untuk memegang kemaluan orang lain, hubungan seksual, perkosaan, dll.
3. Kekerasan Emosional
Mengakibatkan gangguan kesehatan atau perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial.
Contoh: pembatasan gerak, sikap yang meremehkan anak, mengancam, menakut-nakuti,
mendiskriminasi, mengejek atau menertawakan.
4. Penelantaran anak
 Kelalaian di bidang kesehatan
 Kelalaian di bidang pendidikan
 Kelalaian di bidang fisik
 Kelalaian di bidang emosional
5. Eksploitasi anak
Penggunaan anak dalam pekerjaan atau aktivitas lain untuk keuntungan orang lain, termasuk pekerja
anak dan prostitusi.
29

C. Apa saja bentuk-bentuk kekerasan D. Apa saja dampak jangka pendek dan
fisik pada anak? jangka panjang yang dapat ditimbulkan
dari kekerasan pada anak?
•Pukulan
•Tendangan Jangka pendek: gangguan tumbuh kembang,
•Lemparan ketakutan, timbulnya infeksi, luka akibat
•Tamparan
•Membakar/ menyulut Jangka panjang: agresif, PTSD (Post Traumatic Stress
Disorder), drug abuse, bulimia nervosa, anoreksia,
•Mencekik
gangguan pola makan, kecanduan alkohol, perilaku
•Melempar seksual menyimpang seperti prostitusi sampai
•Mencambuk mempunyai dorongan untuk bunuh diri.
30

E.Siapa saja pihak yang terlibat F. Apa peran dari pihak-pihak yang terlibat
dalam menangani kasus ini? dalam menangani kasus ini?

1. Dinas sosial
2. Dinas kesehatan 1. P2TP2A
3. Dinas pendidikan •Pelaksanaan fasilitasi dan penyediaan layanan
4. Kepolisian daerah perlindungan perempuan dan anak, yaitu
5. KPAI informasi, rujukan medis, hokum, psikologis,
6. Shelter/P2TP2A, rumah singgah psikis, shelter, home visit, dan pelatihan
7. Organisasi sosial keteampilan
8. Kelompok/forum peduli anak •Penyelenggaraan koordinasi dan membangun
9. Dokter spesialis anak jejaring kerja yang bersinergi dengan instansi
10.Psikiater terkait di tingkat kecamatan, kabupaten,
provinsi dan tingkat pusat
•Pemantauan terhadap korban pasca
penanganan P2TP2A dan atau mitra kerja
31

2. UPPA Rumah Sakit 3. Puskesmas

•Menjadi unit pelayanan korban kekerasan •Melaporkan segala kasus dan informasi atas
terhadap anak dan perempuan adanya dugaan kekerasaan terhadap anak
•Menjadi rujukan dari puskesmas dan fasilitas •Memberikan pertolongan pertama, konseling
kesehatan lainnya •Pencatatan lengkap, dan bisa membuat Visum
•Menjalin jejaring dengan Kepolisian dan et Repertum apabila diminta secara resmi
P2TP2A •Melakukan rujukan apabila diperlukan
•Pencatatan lengkap, dan bisa membuat Visum
et Repertum apabila diminta secara resmi
32

4. Pada pemeriksaan fisik anak didapatkan terlihat lemah, ketakutan, menggigil,


tampak sangat kurus (terlihat sangat pendek dan sangat kurus dari anak
seusianya), Nadi: 110x/menit (isi dan tegangan kurang), RR: 30x/menit, T:
38,8OC. Tidak mampu duduk, inginnya berbaring saja. Rambut warna kuning
dan jarang. Konjungtiva pucat, bibir kering dan pecah-pecah, tampak retraksi
supraklavikula, interkostal dan epigastrium, tidak ada wheezing, terdengar
ronki basah halus nyaring pada kedua lapangan paru. Tampak hematom di
ekstremitas inferior dan superior dan abdomen. Tampak luka laserasi pada
telapak tangan kanan. Tampak jejas bentuk setrika yang menghitam pada
punggung. Tanda-tanda fraktur tidak ditemukan. Genital tidak ditemukan
kelainan. Pemeriksaan perkembangan dengan menggunakan KPSP
didapatkan sesuai dengan anak usia 5 tahun pada semua sektor
perkembangan.
A . Apa interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik? 33
34
35

B. Dari hasil pemeriksaan fisik manakah yang merupakan tanda kekerasan yang dialami
oleh Andre?

•Tampak retraksi supraklavikula, interkostal dan epigastrium.


•Tampak hematom di ekstremitas inferior dan superior dan abdomen.
•Tampak luka laserasi pada telapak tangan kanan.
•Tampak jejas bentuk setrika yang menghitam pada punggung.

C. Apa dampak dari hasil pemeriksaan KPSP yang tidak sesuai dengan usianya?

Andre mengalami gangguan perkembangan sehingga tidak mampu menyesuaikan


perkembangan sesuai usianya. Dampak yang terjadi dari terhambatnya perkembangan
sesuai usianya adalah gangguan dalam 5 aspek berikut yakni merawat diri, bahasa reseptif
dan ekspresif, belajar, mobilitas dan kemampuan untuk hidup mandiri.
D. Pada usia 7 tahun bagaimana seharusnya perkembangan 36

yang baik?
Usia 7 tahun merupakan masa anak usia sekolah (7-12 tahun), perkembangan yang baik
adalah:
1. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif merupakan kemampuan anak untuk berpikir secara logis tentang
hal yang bukan bersifat abstraksi. Kemampuan berpikir anak sudah rasional, imajinatif,
dan dapat menggali objek atau situasi lebih banyak untuk memecahkan masalah.
2. Perkembangan Moral
Perkembangan moral anak didasarkan pada perkembangan kognitif anak
3. Perkembangan Spiritual
Anak usia sekolah berada pada tahap 2 perkembangan spiritual, yaitu pada tahapan
mitos–faktual. Anak-anak belajar untuk membedakan khayalan dan kenyataan.
4. Perkembangan Psikoseksual
Selama fase ini, fokus perkembangan adalah pada aktivitas fisik dan intelektual,
sementara kecenderungan seksual seolah ditekan.
5. Perkembangan Psikososial
Masalah sentral psikososial pada masa ini sebagai krisis antara keaktifan dan
inferioritas.
37
E. Bagaimana cara mengejar ketertinggalan perkembangan pada Andre?

Dalam mengejar ketertinggalan perkembangan, harus diketahui dulu domain mana


yang mengalami keterlambatan. Setelah diketahui, maka masing-masing ketertinggalan
tersebut dapat ditatalaksana sesuai dengan domainnya. (Kementerian Kesehatan RI,
2012).

1. Kelainan Bicara & Bahasa 2.Kelainan Motorik


a. Terapi:
• Pada masalah pendengaran perlu penggunaan alat bantu
Dapat dilakukan beberapa pendekatan, seperti
dengar atau penggunaan implant kohlea terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi
• Penanganan masalah infeksi telinga
bicara/bahasa, dan dapat dipertimbangkan sebagai
• Edukasi
terapi standar atau tradisional.
b. Terapi wicara dengan jenis sesuai kebutuhan, yaitu:
• Oral Motor
• Pengucapan (Articulation)
• Kosakata & Konsep Bahasa
• Ketrampilan Berkomunikasi (Communication Skills)
• Ketrampilan Pragmatik (Pragmatic Skills)
• Ketrampilan Akademis (Academic Skills)
38
3. Kelainan Perilaku 5. Gangguan Penglihatan
Terapi
A. Tatalaksana perilaku • Kacamata
B. Intervensi pendidikan • Lensa kontak:
C. Farmakoterapi • Tindakan bedah keratorefraktif

4. Gangguan Pendengaran 6. Gangguan Pertumbuhan


Apabila ditemukan adanya gangguan Terapi pada perawakan pendek
pendengaran sensorineural; • Medikamentosa (hormon)
•Harus dilakukan rehabilitasi berupa • Suportif (nutrisi, rujukan sub spesialis,
amplifikasi pendengaran misalnya dengan konsultasi psikiatri jika ada gangguan
alat bantu dengar (ABD). makan)
•Selain itu bayi/anak juga perlu mendapat Terapi Pada gagal tumbuh
habilitasi wicara berupa terapi wicara atau •Suportif
terapi audioverbal terapi (AVT) sehingga •Diet etik (dengan rumus kalori untuk
dapat belajar mendeteksi suara dan tummbuh kejar dan protein untuk tumbuh)
memahami percakapan agar mampu
berkomunikasi dengan optimal.
39

D. Apa pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan terkait kasus?

1. Pemeriksaan status mental


2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi Rontgen dan USG (jika tersedia);
pemeriksaan laboratorium: darah dan urin rutin.
Learning Issues
Kerangka Konsep
Le a r n i n g I s s u e s

1.Kekerasan pada Anak


2. Penelantaran pada Anak
42

Kerangka
Konsep
Kesimpulan
Ke s i m p u l a n

Andre, anak laki-laki usia 7 tahun mengalami infeksi saluran


pernapasan tipe bronkopneumonia, gangguan pertumbuhan
berupa gizi buruk tipe marasmus, gangguan perkembangan
global karena kekerasan berupa fisik, emosi, penelantaran,
dan eksploitasi oleh Ibu dan Kakeknya.
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatrics,Comitee on Child Abuse and Neglect. Guidliness for the
evacuation of sexual abuse of children: subject review. Pediatrics 1999
Amy (2010). "2. Social Development, Social Investment, and Child Welfare". In Midgley, James; Conley,
Amy (eds.). Social Work and Social Development: Theories and Skills for Developmental Social Work. 
Oxford University Press. pp. 53–55. ISBN 978-0-19-045350-3. 
Bonnie S. Fisher; Steven P. Lab, eds. (2010). Encyclopedia of Victimology and Crime Prevention. 
Sage Publications. pp. 86–92. ISBN 978-1-4522-6637-4. 
Coghill, D.; Bonnar, S.; Duke, S.; Graham, J.; Seth, S. (2009). Child and Adolescent Psychiatry. 
Oxford University Press. p. 412. ISBN 978-0-19-923499-8. 
IDAI. Practical Management in Peadiatric. 2014. Diakses lewat https://fk.ui.ac.id/wp-
content/uploads/2017/05/Buku-PKB-IDAI-Jaya-XI_oke.pdf pada 4 November 2019.
Kementerian Sosial RI. 2018. Buku Pintar Perlindungan Anak Pertempuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga (P2K2) Program Keluarga Harapan (PKH). Diakses dari
https://pkh.kemsos.go.id/dokumen/DOCS20181010110255.pdf pada 05 oktober 2019 pukul 18.36 WIB.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Kekerasan Terhadap Anak dan Remaja. Pusat Data Dan Informasi.
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Penanganan Kasus Rujukan Kelainan Tumbuh Kembang Balita.
Bina Kesehatan Masyarakat.
Kurnia, Ingridwati. dkk. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
McCoy, M.L.; Keen, S.M. (2013). "Introduction". Child Abuse and Neglect (2 ed.). New York: Psychology
Press. pp. 3–22. ISBN 978-1-84872-529-4. OCLC 863824493.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2011). Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Penanganan Anak Korban Kekerasan. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia, 109(82). Retrieved from www.djpp.depkumham.go.id
Peraturan menteri kesehatan nomor 68 tahun 2013 tentang kewajiban memberikan informasi adanya dugaan
kekerasan terhadap anak oleh pemberi layanan kesehatan. Diakses lewat
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2013/bn1399-2013lamp.pdf pada 4 November 2019.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Nomor 08 tahun 2012 Tentang
Panduan Penguatan Kelompok Dasawisma Untuk Pencegahan dan Penanganan Dini Tindak Kekerasan
Terhadap Anak. Diakses darihttp://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ bn/2012/bn939-2012lamp.pdf pada 05
oktober 2019 pukul 18.25 WIB.
Presiden Republik Indonesia. (2012). Undang-undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2012.
Presiden Republik Indonesia. (2002). Undang-undang Republik Indonesia No 23 Tahun 2002.
47

TERIMA KASIH
RAHMI , kelompok 3
48
• Andre, 7 tahun, pada kasus klinik pratama melakukan KPSP dan ditemui kemungkinan penyimpangan. Apa
peran doga untuk menangani hal tersebut? Apa bentuk evaluasi (jika ada selain KPSP) yang dapat dilakukan
DOGA?
• Menurut peraturan menteri pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak No.2 thn 2011 tentang alur
penanganan kekerasan, setelah penulangan ada reunifikasi dan home visit oleh dokter/pusat pelayanan
terpadu (PPT), apakah dokter di klinik pratama ini memiliki kewajiban/tanggung jawab tersebut? Klo ada
berapa kali dilakukan evaluasi/home visit?

Nadya
Kelompok 2 juga bingung kenapa dilakukan pemeriksaan KPSP, ketika melihat kondisi anak tersebut dokter melihat ada
keterlambatan perkembangan. Yang dapat dilakukan dokter merujuk pasien kepada SpA atau rumah sakit yang memiliki
divisi tumbuh kembang anak

Adib :
Depkes RI : pediatric symptom checklist yang bisa dilakukan paramedis atau tenaga kesehatan lainnya, berisi 35 checklist
yang bisa di lakukan para medis untu screening gangguan perilaku. Hanya 1 item emosi saja

Rama : Apabila sudah dikembalikan di rumah kita memiliki tanggung jawab untuk pemantauan perkembangan dan gizi.
Andre akan di titipkan dulu di shelter, yang memiliki pihak-pihak untuk memantau perkembangan anak

Faresy : Untuk melakukan home visit merupakan bukan ranah sebagai dokter, tetapi ranah sebagai KPAI
49
Gazka, kelompok 7

Berapa lama anak diberikan treatment terutama dalam bidang psikis? Agar tidak terjadi
kembali

Saran : (kelompok 1) UU no.22 tahun 2002 diganti uu no. 35 tahun 2014

Dinda :
Belum membahas masalah ini, untuk teruatama psikis harus ditindak lanjuti ke belakang untuk melihat
keparahan kekerasan pada anak, sehingga tidak dapat memberikan waktu pasti berapa lama waktu
yang diperlukan. Disini kita bisa menjalin kerjasama dengan dinas-dinas lainnya.
Menurut UU No.2 Tahun 2011 penangana anak korban kekerasan, pada psikis sampai dengan fungsi
sosial anak itu kembali

Gazka :
Kelompok kami belum membahas detail masalah ini

Nadya :
50

Diana, kelompok 5

Salah satu penyebab adala f.ekonomi, apa peran doga dalam hal koordinasi dengan lembaga
atau dinas lain untuk mencegah terjadinya hal yang sama dikemudian hari?

Di Indonesia sudah banyak kasusnya, apa yang sudah dilakukan pemerintah?


51

Dr. Yudianita :
Secara kesulurhan sasaran sudah terpenuhi. Penulisan masih terdapat salah kaprah.
Identifikasi masalah diulang-ulang, apakah harus seperti itu? Anamnesis ambil poin-poin.

Materi :
Kel. 3 : kenapa msih dilakukan KPSP?
KPSP betul sampai usia anak 6 tahun, dalam kondisi normal pra screening, tetapi pada kasus
tertentu yang kita curigai sebgaia doga hanya bisa menggunakan KPSP itu tidak masalah
menjadi alat ukur.

Doga : pelaporan, home visit tim dokter ptp.

Psikis : Tidak dapat mengetahui berapa lama pengobatan di lakukan, tergantung kondisi anak

Preventif doga : program germas (keutuhan rumah), dokter melakukan penjemputan bola
(door to door)

Hak anak : Asuh, asih, asah jangan terbalik


52

Dr. Yudianita :
Home visit doga secara kesuluruhan WAJIB untuk melalkuakn diagnosis secara holistik. Pada
kasus ini untuk melakukan tatalaksana.

Take home message


Mampu mengidentifikasi apakah ini kasus kekerasan atau bukan, mampu mengetahui batas
kompetensi untuk tatalaksana, mengetahui dampak kekerasan pada tumbuh kembang anak.
53

Dr. Ridwan:

Penulisan : rujukan family medicine. PPT yang dibuat tulisan harus terlihat jelas. Sumber
disertakan dalam setiap kutipan.

Objective learning : sudah terpenuhi. Prinsip doga, pngaruh keluarga terhadap kesehatan,
fungsi keluarga, konsep gg kesehatan dengan pendekata biopsikososial. Fungsi cinta kasih,
fungsi untuk tumbuh kembang anak yang di langgar. Bentuk keluarga single parent
(perceraian dsb). Konsep biopsikososial tidak cukup hanya yang terdapat di skenario, doga
harus melalukan anamnesis holistik. Home visit bagi doga WAJIB untk menegakan diagnosis
holistik. Apa punn kasusnya dalam pendekatan keluarga, harus anamnesis holistik.
Menggunakan kpnsep mandala of health

Anda mungkin juga menyukai