Anda di halaman 1dari 16

KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- Klien mengatakan terdapat luka - Terdapat luka post op di bagian
post operasi di bagian perut abdmen
- Klien mengatakan terasa nyeri di - Jumlah jahitan pada luka berjumlah
luka post. Op bagian perut bawah 11 jahitan
- Klien mengatakan luka post. Op - Dimensi luka = 2D (pxl) 21 cm x 2
dari hari rabu tgl 22-01-2020 cm = 42cm2
- Klien mengatakan terdapat nanah - Warna sekitar luka merah
yang keluar dari luka post op - Terdapat pengeluaran pus (nanah)
- Klien mengatakan terasa nyeri di ≤ 25 cm
luka post op di bagian perut bawah - Luka berbau
- Klien mengatakan nyeri muncul - Klien tampak meringis
ketika bergerak - Klien teraba berkeringat dingin
- Klien mengatakan merasa lemah - Pengkajian nyeri:
- Klien mengatakan ketika bergerak P : nyeri post op laparascopy
terasa nyeri Q : tertusuk-tusuk
- Klien mengatakan merasa lemah R : abdomen
- Klien mengatakan aktivitas S:6
terbatas karena luka post op di T : timbul jika begerak
bagian abdomen - Hasil pemeriksaan laboratorium:
Leukosit = 21.9 103/Ul
Hb = 10.7 g/dl
- Klien tampak lemah dan pucat
- ADL:
Mandi = dibantu orang
Makan = dibantu orang
BAB = dibantu orang dan alat
BAK = dibantu alat
Berpakaian = dibantu orang
Kerapihan = dibantu orang
Mobilisasi = dibantu orang
Ambulasi = dibantu orang
- Kesadaran = CM, GCS = 15
- TTV : TD = 114/89 mmhg
N = 80x/menit
R = 20x/meni
SB = 36,2oC
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: Gangguan
- Klien mengatakan terdapat integritas kulit
luka post operasi di bagian
perut
- Klien mengatakan terasa
nyeri di luka post. Op bagian
perut bawah
- Klien mengatakan luka post.
Op dari hari rabu tgl 22-01-
2020
- Klien mengatakan terdapat
nanah yang keluar dari luka
post op
DO:
- Kesadaran = CM, GCS = 15
- TTV : TD = 114/89 mmhg
N = 80x/menit
R = 20x/meni
SB = 36,2oC
- Terdapat luka post op di
bagian abdmen
- Jumlah jahitan pada luka
berjumlah 11 jahitan
- Dimensi luka = 2D (pxl) 21
cm x 2 cm = 42cm2
- Warna sekitar luka merah
- Terdapat pengeluaran pus
(nanah) ≤ 25 cm
- Luka berbau
2 DS: Nyeri akut
- Klien mengatakan terasa
nyeri di luka post. Op bagian
perut bawah
- Klien mengatakan nyeri
muncul ketika bergerak
DO:
- Kesadaran = CM, GCS = 15
- TTV : TD = 114/89 mmhg
N = 80x/menit
R = 20x/meni
SB = 36,2oC
- Klien tampak meringis
- Klien teraba berkeringat
dingin
- Pengkajian nyeri:
P : nyeri post op laparascopy
Q : tertusuk-tusuk
R : abdomen
S:6
T : timbul jika begerak
3 DS: Resiko infeksi
- Klien mengatakan terdapat
nanah yang keluar dari luka
post op
- Klien mengatakan luka post.
Op dari hari rabu tgl 22-01-
2020
- Klien mengatakan terasa
nyeri di luka post. Op bagian
perut bawah
- Klien mengatakan merasa
lemah
DO:
- Kesadaran = CM, GCS = 15
- TTV : TD = 114/89 mmhg
N = 80x/menit
R = 20x/meni
SB = 36,2oC
- Terdapat luka post op di
bagian abdmen
- Jumlah jahitan pada luka
berjumlah 11 jahitan
- Dimensi luka = 2D (pxl) 21
cm x 2 cm = 42cm2
- Warna sekitar luka merah
- Terdapat pengeluaran pus
(nanah) ≤ 25 cm
- Luka berbau
- Klien tampak lemah dan
pucat
- Klien teraba berkeringat
dingin
- Hasil pemeriksaan
laboratorium:
Leukosit = 21.9 103/Ul
Hb = 10.7 g/dl
4 DS: Intoleransi
- Klien mengatakan ketika aktivitas
bergerak terasa nyeri
- Klien mengatakan merasa
lemah
- Klien mengatakan aktivitas
terbatas karena luka post op
di bagian abdomen
DO:
- Kesadaran = CM, GCS = 15
- TTV : TD = 114/89 mmhg
N = 80x/menit
R = 20x/meni
SB = 36,2oC
- Klien tampak lemah dan
pucat
- Klien teraba berkeringat
dingin
- ADL:
Mandi = dibantu orang
Makan = dibantu orang
BAB = dibantu orang dan
alat
BAK = dibantu alat
Berpakaian = dibantu orang
Kerapihan = dibantu orang
Mobilisasi = dibantu orang
Ambulasi = dibantu orang

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
2 Nyeri akut berhubungan dengan
3 Resiko infeksi berhubungan dengan
4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Nama : Ny. B.E


No. Rekam Medik : 00704842
Tanggal Lahir : 20/04/1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Kota : Bolaang Mongondow
Usia : 23 th 9 bln 3 hr
Alamat : Dusun IV

Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan


HEMATOLOGI
Leukosit 21.9 4.0-10.0 103/uL
Eritrosit 3.95 4.70-6.10 106/uL
Hemoglobin 10.7 12.0-16.0 g/dL
Hematokrit 31.1 37.0-47.0 %
Trombosit 325 150-450 103/uL
MCH 27.1 27.0-35.0 pg
MCHC 34.4 30.0-40.0 g/Dl
MCV 78.7 80.0-100.0 fL
KIMIA KLINIK
SGOT 58 33 U/L
SGPT 24 43 U/L
Fosfor 5.1 2.7-4.5 Mg/dL
LAMPIRAN
DAFTAR OBAT YANG DIBERIKAN PADA PASIEN

Nama Obat : Paracetamol


Klasifikasi Obat : Antipiretik, analgesik
Dosis Obat : Dosis Parasetamol dewasa untuk demam dan nyeri:
Pedoman umum: 325-650 mg diminum setiap 4 sampai 6
jam atau 1000 mg setiap 6 sampai 8 jam. Paling sering
adalah Parasetamol 500mg tablet: 500 mg tablet oral setiap
4 sampai 6 jam. Dosis Parasetamol anak untuk demam dan
nyeri: Dosis diberikan setiap 4 sampai 6 jam sesuai
kebutuhan (maksimum: 5 dosis dalam 24 jam), <= 1 bulan:
10-15 mg/kg BB/dosis setiap 6 sampai 8 jam sesuai
kebutuhan.
Dosis yang diberikan pada pasien : 1 gr setiap 8 jam.
Cara Pemberian Obat : Melalui intravena.
Mekanisme Kerja / Fungsi obat : Parasetamol bekerja langsung di pusat saraf dengan
mempengaruhi ambang rasa sakit dengan menghambat
enzim cyclooxsygenase, COX-1, COX-2 dan COX-3 yang
terlibat dalam pembentukan prostaglandin, substansi yang
bertindak mengatur rasa sakit dan diketahui juga sebagai
regulator panas pada hipotalamus. Dengan berkurangnya
produksi prostaglandin di otak maka efek rasa sakit dan
demam dapat berkurang.
Kontraindikasi : Memiliki riwayat alergi parasetamol atau acetaminophen,
gangguan fungsi hati dan penyakit hati, gangguan fungsi
ginjal serius, shock, overdosis acetaminophen, gizi buruk.
Efek samping : Ruam atau pembengkakan - ini bisa menjadi tanda dari
reaksi alergi, hipotensi (tekanan darah rendah) ketika
diberikan di rumah sakit dengan infus, kerusakan hati dan
ginjal, ketika digunakan pada dosis lebih tinggi dari yang
direkomendasikan (overdosis).
Nama Obat : Tramadol
Klasifikasi Obat : Analgesik Opiat
Dosis Obat : Jika diperlukan 50 mg dosis tunggal. Bila masih terasa
nyeri, dapat ditambahkan 50 mg setelah selang waktu 30-
60 menit. Dosis maksimal 400 mg sehari. Dosis sangat
tergantung pada intensitas rasa nyeri yang diderita.
Penderita gangguan hati dan ginjal dengan klirens kreatinin
< 30 mg/menit maka dosisnya 50-100 mg setiap 12 jam,
maksimal 200 mg sehari. Dosis yang dianjurkan untuk
pasien dengan sirosis adalah 50 mg tiap 12 jam.
Dosis yang diberikan pada pasien : 100 mg setiap 8 jam.
Cara Pemberian Obat : melalui intravena.
Mekanisme Kerja / Fungsi obat : Tramadol merupakan obat analgesik opioid. Obat ini
meredakan rasa nyeri dengan mempengaruhi reseptor
spesifik pada sistem syaraf pusat yang bertanggung jawab
pada timbulnya rasa nyeri. Terdapat dua mekanisme kerja
utama. Pertama tramadol merupakan agonis bagi reseptor
μ-opioid yang bertanggungjawab pada aktifitas analgesik.
Dengan demikian obat ini akan mengikat reseptor tersebut
secara stereospesifik sehingga akan mengaktifkan
mekanisme analgesia pada bagian syaraf tersebut. Kedua,
tramadol menekan produksi neurotransmitter dari syaraf
aferen sehingga dapat menghambat impuls rasa nyeri.
Kontraindikasi : Pasien yang memiliki hipersensitifitas terhadap tramadol
dan opiat pada umumnya dan komponen lain yang
terkandung di dalam obat, pasien yang sedang dalam terapi
obat-obatan monoamine oxidase (MAO) inhibitors dan
obat-obatan yang berefek hinotik, sedatif, serta nalgesik
lainnya yang mempengaruhi sistem syaraf pusat, pengguna
alkohol, penderita depresi pernafasan yang signifikan,
pasien dengan riwayat asma akut dan asma bronkial berat.
Efek samping : Gangguan pencernaan meliputi mual, muntah, dispepsia,
dan opstipasi, mulut kering, gatal-gatal, kulit kemerahan,
berkeringat, sakit kepala, pusing, sedasi, lelah,
ketergantungan namun efek ini jarang terjadi.
Nama Obat : Ondansetron
Klasifikasi Obat : Antiemetik
Dosis Obat : Dosis ondansetron diberikan pertama kali biasanya 30
menit sebelum proses kemoterapi, 1 hingga 2 jam sebelum
terapi radiasi, atau 1 jam sebelum prosedur operasi. Apabila
diperlukan, dokter akan meresepkan tambahan dosis untuk
diberikan 1 hingga 3 kali sehari selama kemoterapi atau
radiasi dan selama 1 sampai 2 hari setelah terapi.
Dosis yang diberikan pada pasien : 4 mg setiap 8 jam.
Cara Pemberian Obat : melalui intravena.
Mekanisme Kerja / Fungsi obat : Ondansetron termasuk antiemetik golongan serotonin 5-
HT3 antagonis reseptor yang bekerja dengan cara
menghambat reseptor serotonin di saluran cerna dan sistem
persarafan pusat, senyawa kimia alami yang merangsang
timbulnya mual dan muntah.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, sindroma perpanjangan interval QT
bawaan.
Efek samping : Sangat umum: sakit kepala; umum: sensasi hangat atau
kemerahan, konstipasi, reaksi lokasi injeksi, tidak umum:
kejang, gangguan gerakan (termasuk reaksi ekstrap
iramidal seperti reaksi distoni, oculogyric crisis,
diskinesia), aritmia, nyeri dada dengan atau tanpa depresi
segmen ST, bradikardi, cegukan, peningkatan uji fungsi
hati tanpa gejala; jarang: reaksi hipersensitivitas yang
terjadi segera dan kadang berat termasuk anafilaksis, pusing
saat pemberian intravena secara cepat, gangguan
penglihatan sepintas (pandangan kabur) setelah mendapat
obat intravena; sangat jarang: kebutaan sementara selama
pemberian intravena.
Nama Obat : Ciprofloxacin
Klasifikasi Obat : Antibiotik Kuinolon
Dosis Obat : Infeksi saluran pernapasan bagian bawah, Infeksi kulit
dan jaringan lunak, Infeksi saluran pernafasan atas:
Dewasa: 500-750 mg, dibagi untuk dua kali konsumsi per
hari selama 7-14 hari. Otitis eksternal ganas: 750 mg selama
28 hari hingga 3 bulan. Prostatitis, dewasa: 500-750 mg
untuk 2-4 minggu (akut) atau 4-6 minggu (kronis). Tifoid,
dewasa: 500 mg selama 7 hari. Cervicitis, uretritis
Gonococcal, dewasa: 500 mg sebagai dosis tunggal.
Radang panggul, dewasa: 500-750 mg, dibagi untuk dua
kali konsumsi per hari selama setidaknya 14 hari. Infeksi
tulang dan sendi, dewasa: 500-750 mg, dibagi untuk dua
kali konsumsi per hari hingga maksimal 3 bulan.
Perawatan dan Anthrax, dewasa: 500 mg, dibagi untuk dua
kali konsumsi per hari selama 60 hari, anak-anak: 10-15
mg/kgBB, dibagi untuk dua kali konsumsi per hari selama
60 hari. (Maksimal 500 mg/dosis). Infeksi saluran kemih
(cystitis), dewasa: tidak terkomplikasi: 250-500 mg selama
3 hari; wanita pra-menopause: 500 mg sebagai dosis
tunggal. Terkomplikasi: 500 mg selama 7 hari. Infeksi oleh
bakteri usus, dewasa: 500-750 mg, dibagi untuk dua kali
konsumsi per hari selama 5-14 hari.
Dosis yang diberikan pada pasien : 400 mg setiap 12 jam.
Cara Pemberian Obat : melalui intravena.
Mekanisme Kerja / Fungsi obat : Obat ciprofloxacin mengandung bahan aktif ciprofloxacin
Hcl yang memiliki cara kerja menghentikan pertumbuhan
bakteri. Oleh karena itu, obat ini bukan digunakan untuk
mengobati infeksi yang disebabkan virus, seperti common
cold (batuk pilek biasa) atau flu.
Kontraindikasi : Ciprofloxacin diekskresi terutama melalui ginjal, dosis
harus disesuaikan pada penderita gangguan fungsi ginjal.
Hati-hati pemberian ciprofloxacin pada gangguan fungsi
liver. Dosis terpantau pada anak, wanita hamil dan
menyusui serta dipertimbangkan jika memang keuntungan
lebih besar daripada potensi efek sampingnya. Riwayat
gejala alergi dengan ciprofloxacin sebelumnya, sehingga
penggalian riwayat alergi menjadi sangat penting. Untuk
menghindari terjadinya kristaluria maka harus diminum
dengan air yang cukup. Hindari konsumsi susu, kopi dan
coklat agar tidak mengurangi keefektivitasannya
Efek samping : Sakit maag, mual dan muntah, diare, sakit kepala, sulit
tidur, vagina terasa gatal atau keputihan.
Nama Obat : Asam Tranexamat
Klasifikasi Obat : Antifibrinolitik
Dosis Obat : Sediaan Suntik: Penanganan Pendarahan untuk Jangka
Pendek Dewasa: 0,5-1 gram atau 10 mg/kgBB, 3 kali sehari
atau 25-50 mg/kgBB/hari melalui infus. Anak-anak: 10
mg/kgBB, 2-3 kali sehari. Tablet/kapsul: Penanganan
Pendarahan untuk Jangka Pendek Dewasa: 1-1,5 gram atau
15-25 mg/kgBB, 2-3 kali sehari. Anak-anak: 25 mg/kgBB,
2-3 kali sehari. Angioedema Herediter: Dewasa: 1-1,5
gram, 2-3 kali sehari. Anak-anak: 25 mg/kgBB, 2- 3 kali
sehari.
Dosis yang diberikan pada pasien : 1 gr setiap 8 jam.
Cara Pemberian Obat : melalui intravena.
Mekanisme Kerja / Fungsi obat : Aktivitas antiplasminik: menghambat aktivitas dari
aktivator plasminogen dan plasmin. Aktivitas hemostatis:
mencegah degradasi fibrin, pemecahan trombosit,
peningkatan kerapuhan vaskular dan pemecahan faktor
koagulasi.
Kontraindikasi : Pendarahan subaraknoid, riwayat pembekuan darah (pada
kaki, paru-paru, otak, mata), penyakit jantung (detak
jantung tidak teratur), masalah ginjal (darah dalam urin),
pendarahan menstruasi tidak teratur,riwayat penyakit
tromboembolik, hematuria.
Efek samping : Diare, mual atau muntah, gangguan penglihatan, pusing,
hipotensi (setelah suntikan), tromboembolik (setelah
suntikan).
Nama Obat : Ranitidine
Klasifikasi Obat : Antihistamine
Dosis Obat : Ranitidine injeksi: Injeksi IM : 50 mg (tanpa pengenceran)
tiap 6 - 8 jam. Injeksi IV : intermittent, intermittent bolus :
50 mg (2 mL) tiap 6 - 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam
larutan NaCI 0,9% atau larutan injeksi IV lain yang cocok
sampai diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL
(total volume 20 mL). Kecepatan injeksi tidak lebih dad 4
mL /menit (dengan waktu 5 menit). Intermittent infusion:
50 mg (2 mL) tiap 6 - 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam
larutan dekstrose 5% atau larutan IV lain yang cocok
sampai didapat konsentrasi tidak lebih besar dari 0,5
mg/mL (total volume 100 mL). Kecepatan infus tidak lebih
dari 5 - 7 mUmenit (dengan waktu 15 - 20 menit). Infus
kontinyu: 150 mg Ranitidine HCI diencerkan dalam 250 mL
dekstrose atau larutan IV lain yang cocok dan diinfuskan
dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama 24 jam. Untuk
penderita sindrom Zollinger Ellison atau hipersekretori
lain, Ranitidine HCI injeksi harus diencerkan dengan
larutan dekstrose 5% atau larutan IV lain yang cocok
sehingga diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL.
Kecepatan infus dimulai 1 mg/kg BB/jam dan harus
disesuaikan dengan keadaan penderita.
Dosis yang diberikan pada pasien : 50 mg setiap 5 jam.
Cara Pemberian Obat : melalui intravena.
Mekanisme Kerja / Fungsi obat : Ranitidin merupakan antagonis kompetitif reversibel
reseptor histamin pada sel parietal mukosa lambung yang
berfungsi untuk mensekresi asam lambung. Ranitidin
mensupresi sekresi asam lambung dengan 2 mekanisme:
Histamin yang diproduksi oleh sel ECL gaster diinhibisi
karena ranitidin menduduki reseptor H2 yang berfungsi
menstimulasi sekresi asam lambung. Substansi lain (gastrin
dan asetilkolin) yang menyebabkan sekresi asam lambung,
berkurang efektifitasnya pada sel parietal jika reseptor H2
diinhibisi.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap ranitidine.
Efek samping : Paling sering sakit kepala, konstipasi, diare, mual, muntah,
nyeri perut.

Anda mungkin juga menyukai