Anda di halaman 1dari 32

CASE REPORT

PENGARUH TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK TERHADAP PREEKLAMPSIA

Pembimbing:
Mayor Laut (K/W) dr Titut H., M.Kes

Penyusun :

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH


LEMBAGA KESEHATAN ANGKATAN LAUT
Drs. Med. R. Rijadi S., Phys
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul case report “Pengaruh Terapi Oksigen Hiperbarik terhadap Preeklampsia”


telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas baca dalam rangka
menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian LAKESLA RSAL dr
Ramelan Surabaya.

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Mayor Laut (K/W) dr Titut H., M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmatNya, kami bisa menyelesaikan case report dengan
topik “PENGARUH TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK TERHADAP
PREEKLAMPSIA” dengan lancar. Case report ini disusun sebagai salah satu
tugas wajib untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian LAKESLA
RSAL dr. RAMELAN Surabaya, dengan harapan dapat dijadikan sebagai
tambahan ilmu yang bermanfaat bagi pengetahuan penulis maupun
pembaca.
Dalam penulisan dan penyusunan case report ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima
kasih kepada:

A. Mayor Laut (K/W) dr Titut H., M.Kes


B. Para dokter di bagian LAKESLA RSAL dr. RAMELAN Surabaya.
C. Para perawat dan pegawai di LAKESLA RSAL dr. RAMELAN Surabaya.

Kami menyadari bahwa case report yang kami susun ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak sangat diharapkan. Semoga referat ini dapat memberi manfaat.

Surabaya, Juni 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terapi Oksigen Hiperbarik (HBOT) merupakan terapi oksigen yang


menggunakan 100% O2 dalam ruang tertutup (ruang hiperbarik) dengan
tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan parsial oksigen tinggi di
semua jaringan, itu menyebabkan aktivasi fibroblas dan makrofag yang
merangsang angiogenesis dan peningkatan oksigenasi jaringan.
Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah disertai proteinuria pada wanita hamil
dengan umur kehamilan ≥ 20 minggu (Kuan et al, 2013). Preeklampsia
saat ini masih memberikan morbiditas dan mortalitas maternal maupun
perinatal terutama di negara berkembang. Prevalensi kejadian
preeklampsia sekitar 5%-15% dari keseluruhan kehamilan di dunia,
dimana kasus hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklampsia
ditemukan dalam jumlah yang cenderung meningkat dan merupakan
komplikasi medis tersering dalam kehamilan. Sekitar 70% wanita yang
didiagnosis hipertensi dalam kehamilan merupakan kasus preeklampsia
(Lei et al, 2014)
Pre-eklampsia berasal dari remodeling arteri spiral yang rusak,
yang mengarah ke iskemia seluler dalam plasenta, yang menyebabkan
ketidakseimbangan antara faktor anti-angiogenik dan pro-angiogenik.
Ketidakseimbangan ini dalam mendukung faktor anti-angiogenik
menyebabkan disfungsi endotel meluas, mempengaruhi semua sistem
organ ibu. Selain itu, ada pembatasan pertumbuhan janin (IUGR).
Terapi Oksigen Hiperbarik dapat merangsang angiogenesis dan
meningkatkan oksigenasi (peningkatan difusi oksigen dalam plasenta)
sehingga dapat menstabilkan struktur pembuluh darah, menurunkan
edema, dan meningkatkan pertumbuhan janin
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HYPERBARIC OXYGEN THERAPY (HBOT)

2.1.1 Definisi
Terapi hiperbarik oksigen (HBOT) adalah pengobatan dengan
menghirup 100% oksigen murni di dalam hiperbarik chamber dengan tekanan
lebih besar dari permukaan laut (1-3 ATA)

Gambar 2.1 Chamber (Khandelwal, Sorabh; Kaide, Colin G. 2015)

2.1.2 Fisiologi Terapi Oksigen Hiperbarik


Terapi HBO pada dasarnya melibatkan distribusi oksigen melalui
pembuluh darah. Di lingkungan yang jenuh oksigen, paru-paru manusia tidak
mampu menyerap oksigen tingkat tinggi tanpa bantuan. Pada ruang HBOT,
tingginya tekanan memaksa paru-paru untuk menyerap oksigen yang
menyebabkan oksigen dibawa keseluruh tubuh dan berikatan dengan
hemoglobin. Tubuh kemudian secara bertahap akan melarutkan oksigen ke
dalam plasma darah (Khandelwal, Sorabh; Kaide, Colin G. 2015)

Hiperoksigenasi memberi 4 manfaat terhadap tubuh :


(i) Mekanik: Oksigen mengurangi ukuran gelembung udara dalam aliran
darah bagi orang yang menderita penyakit dekompresi dan emboli gas.
(ii) Bakteriostatik: Peningkatan oksigenasi jaringan bertindak sebagai agen
bakteriostatik, atau agen pembunuh biologis, melawan bakteri, yang sangat
penting ketika melawan infeksi.
(iii) Metabolisme energi sel: peningkatan kadar oksigen meningkatkan
kemampuan tubuh untuk memperbaiki luka dengan meningkatkan produksi
bahan kimia dan enzim regeneratif dan penyerapan nutrisi, yang mengarah
pada penyembuhan luka dan infeksi lebih cepat.
(iv) Perpindahan karbon monoksida dan zat asing lainnya dari hemoglobin:
Kehadiran oksigen semata-mata memaksa zat asing berbahaya untuk
meninggalkan hemoglobin. Ini berguna untuk mengobati kasus keracunan
karbon monoksida dan jenis keracunan serupa lainnya.

Gambar 2.2 Multiplace hyperbaric chamber

2.1.3 Manfaat HBOT


Kemampuan HBOT untuk memberikan peningkatan kadar oksigen ke
tubuh bermanfaat untuk mengatasi berbagai macam penyakit dan penyakit,
terutama yang melibatkan diabetes kronis atau luka terkait radiasi.
- Emboli gas dan udara (gelembung dalam aliran darah yang menghalangi
sirkulasi)
- Keracunan sianida dan karbon monoksida
- Myonecrosis (kerusakan nekrotik pada otot) dan myositis clostridial
(infeksi otot)
- Sindrom kompartemen, cedera remuk dan kejadian iskemia tertentu
(keterbatasan pasokan oksigen / darah ke jaringan)
- Penyakit dekompresi
- Perawatan luka (biasanya yang berhubungan dengan diabetes)
- Abses intrakranial (otak)
- Necrotizing fasciitis (infeksi jaringan lunak)
- Osteomielitis kronis (infeksi tulang)
- Degenerasi tulang dan sel jaringan lunak (nekrosis radiasi)
- Luka bakar
Selain itu, HBOT diyakini meningkatkan efektivitas beberapa jenis antibiotik
seperti aminoglikosida dan sulfasoksazol. (Khandelwal, Sorabh; Kaide, Colin
G. 2015)

2.1.4 Prosedur
HBO adalah teknik dimana pasien menghirup 100% oksigen untuk
periode yang ditentukan selama beberapa waktu dan pada tekanan tertentu.
Dimana tekanan atmosfer yang tinggi didalam monoplace atau multichamber.
Tekanan oksigen untuk HBO berkisar 1-4 ATA atau lebih didalam monoplace
chamber pasien bernapas dengan 100% oksigen murni secara langsung.
Pada multiple chamber bisa lebih dari 1 pasien, bernapas dengan 100%
oksigen tidak secara langsung (dengan alat) mellliputi cap, masker atau
endothraceal tube.
HBO terdiri dari 1 sesinya 60 menit per harinya didalam hiperbarik
chamber pada 2 ATA dengan 100% oksigen. Durasi terapi yang ditentukan
biasanya 7 hari.

2.1.5 Indikasi HBOT


Indikasi-indikasi untuk terapi HBO (Weaver, 2014) :

1. Emboli udara dan gas


2. Insufisiensi arteri
a. Oklusi arteri centralis retina
b. Peningkatan penyembuhan luka
3. Keracunan karbon monoksida
4. Clostridial myonecrosis (gas gangrene)
5. Crush injury dan Skeletal Muscle-Compartment Syndrome
6. Penyakit dekompresi
7. Kerusakan akibat radiasi (nekrosis jaringan lunak dan tulang
8. Idiopathic Sudden Sensorineural Hearing Loss
9. Abses Intrakranial
10. Infeksi akibat nekrosis jaringan lunak
11. Refractory Osteomyelitis
12. Anemia berat
13. Luka bakar

2.1.6 Kontraindikasi HBOT

Tabel 2.1 Kontraindikasi Absolut (Latham, 2016)

Kontraindikasi Absolut Alasan Perlu Dilakukan

Pneumotoraks yang  Emboli gas Torakostomi


belum diterapi  Tension pneumotoraks
 pneumomediastinum
Tabel 2.2 Kontraindikasi Relatif (Latham, 2016)

Kontraindikasi Relatif Alasan Perlu Dilakukan

Asma Udara terperangkap saat Harus terkontrol baik


naik mengakibatkan dengan medikasi
pneumotoraks

Klaustrofobia Kecemasan Terapi dengan


benzodiazepine

Penyakit Paru Obstruktif Kesulitan bernapas dapat Observasi dalam


Kronis (PPOK) menyebabkan hipoksia chamber

Disfungsi Tuba Eustachii Barotrauma pada Latihan


membran timpani

Demam Tinggi Resiko lebih besar Antipiretik


mengalami kejang

Pacemakers atau Malfungsi atau deformasi Memastikan bahwa alat


epidural pain pump dari alat saat dibawah yang digunakan tahan
tekanan terhadap tekanan dalam
kedalaman tertentu

Kehamilan Efek yang tidak diketahui Tidak ada, tetapi HBOT


pada janin (penelitian mungkin dapat
sebelumnya dari Rusia digunakan saat keadaan
menyatakan HBO aman) darurat

Kejang Mungkin menurunkan Harus distabilkan dengan


ambang batas kejang medikasi, dapat diterapi
dengan benzodiazepibe

Infeksi Saluran Barotrauma Menyembuhkan gejala


Pernapasan Atas (ISPA) atau menggunakan
dekongestan
2.1.7 Efek Samping HBOT

 Barotrauma Paru mengacu pada kerusakan jaringan paru-paru


sebagai akibat dari perubahan tekanan, yang mengakibatkan udara
bocor dari paru-paru ke rongga dada, atau pneumothroax
 Barotrauma di telinga, cedera karena peningkatan tekanan.
Barotrauma telinga adalah komplikasi HBO yang paling sering. Telinga
tengah adalah rongga berisi udara di belakang gendang telinga yang
menghubungkan ke tenggorokan melalui celah seperti celah yang
disebut tabung eustachius. Selama kompresi, jika tekanan udara di
telinga tengah tidak bisa disamakan dengan tekanan eksternal,
gendang telinga akan membungkuk ke dalam, menyebabkan rasa
sakit dan mungkin pecah, yang menyebabkan gangguan
pendengaran.
 Merasa tidak nyaman atau nyeri selama prosedur terapi oksigen
hiperbarik.
 Rabun jauh sementara setelah menjalani terapi oksigen hiperbarik.
 Kejang akibat penumpukan oksigen di otak.
 Cedera pada telinga.
 Cedera pada paru-paru.
 Kebakaran atau ledakan di ruang hiperbarik, terutama jika pasien
menggunakan atau membawa bahan-bahan atau produk mudah
terbakar.

2.2 PREEKLAMPSIA

2.2.1 Definisi
Preeklampsia adalah kondisi hipertensi yang didapatkan pada usia
kehamilan di atas 20 minggu di mana tekanan darah ≥140/90 mm Hg pada
dua kali pengukuran dengan jeda waktu 4 jam, atau tekanan darah ≥160/100
mm Hg pada preeklampsia berat, yang disertai dengan proteinuria dengan
atau tanpa edema patologis. Jika tidak terdapat proteinuria, preeklampsia
tetap dapat didiagnosis apabila hipertensi disertai kondisi patologis lain.
(Cunningham FG, et.al, 2014)
Kriteria proteinuria pada preeklampsia yakni proteinuria ≥300 mg pada
spesimen urin 24 jam atau rasio protein/kreatin ≥0.3 atau nilai ≥1+
pada dipstick protein urin. Sementara kondisi patologis lain yang juga dapat
menjadi kriteria diagnostik preeklampsia jika terdapat hipertensi tanpa
proteinuria adalah:
a) Trombositopenia (<100.000/μL)

b) Gangguan fungsi ginjal (level serum kreatinin >1.1 mg/dL atau


kenaikan level serum kreatinin dua kali lipat tanpa penyakit ginjal
lainnya)

c) Gangguan fungsi hati (kenaikan level transaminase sekurang-


kurangnya dua kali nilai normal)

d) Edema pulmoner

e) Gangguan pada sistem saraf pusat (sakit kepala, gangguan


penglihatan, kejang) (Lim, KH., 2016)

2.2.2 EPIDEMIOLOGI
Preeklampsia ditemukan pada 3% kehamilan yang berkomplikasi.
Sedangkan hipertensi pada kehamilan diperkirakan berkontribusi sebesar
10%.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa preeklampsia


dan eklampsia berperan besar sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal, dimana dilaporkan bahwa preeklampsia adalah
penyebab utama kematian ibu di negara industri, dengan estimasi sekitar
16%. Di Afrika dan Asia, angka ini sedikit lebih rendah yaitu 9%. Sebuah
studi di rumah sakit rujukan di Brazil menemukan 8.9% kasus preeklampsia
dari seluruh pasien hamil yang datang ke rumah sakit.

2.2.3 ETIOLOGI

Etiologi pasti preeklampsia masih belum diketahui. Walaupun begitu,


beberapa peneliti menduga kuat adanya hubungan antara preeklamsia
dengan kelainan pada pembuluh darah plasenta. Diduga bahwa pembuluh
darah plasenta mengalami kelainan sehingga menjadi lebih sempit
dibandingkan normal. Hal ini akan menyebabkan gangguan dalam aliran
darah melalui pembuluh darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
darah dan gangguan pertumbuhan janin intrauterin.

Faktor Risiko
Faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinta preeklampsia
adalah:

1. Nuliparitas
2. Usia lebih tua dari 40 tahun
3. Riwayat preeklampsia sebelumnya
4. Riwayat keluarga yang juga mengalami preeklampsia
5. Hipertensi
6. Sindrom antifosfolipid
7. Diabetes mellitus
8. Kehamilan kembar
9. Obesitas

2.2.4 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi preeklampsia masih belum diketahui secara pasti. Terdapat
beberapa teori mengenai mekanisme yang menjadi penyebab terjadinya
preeklampsia. Dari beberapa teori tersebut, yang dianggap substansial
adalah sebagai berikut:

1. Implantasi plasenta dengan invasi tropoblas abnormal pada pembuluh


darah uterus

2. Toleransi maladaptif imunologi antara jaringan maternal, plasenta, dan


fetal

3. Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular dan respon


inflamasi pada kehamilan normal

4. Faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan

Mekanisme Dasar
Patofisiologi preeklamsia diduga melibatkan beberapa mekanisme yaitu
invasi tropoblas abnormal, faktor imunologis, disfungsi endotel, faktor nutrisi,
dan faktor genetik.

1. Kelainan Vaskularisasi Plasenta


Rahim dan plasenta pada kehamilan normal mendapat aliran darah dari
cabang-cabang arteriuterina dan artei ovarika yang menembus miometrium
berupa arteri arkuata dan membericabang arteria radialis. Arteria radialis
menembus endometrium menjadi arteri basalis danarteri basalis memberi
cabang arteria spiralis.
Pada kehamilan normal ada sebuah proses yang dinamakan “remodeling
arteri spiralis”. Terjadinya invasi trofoblas ke dalam otot arteria spiralis
degenerasi lapisan otot dilatasi arteri spiralis penurunan
tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, peningkatan aliran darah pada
daerah utero plasenta aliran darah ke janin tercukupi, perfusi jaringan
meningkat pertumbuhan janin baik
Pada hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri
spiralis” karena tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri
spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Sehingga lapisan otot arteri spiralis
tidak memungkinkan terjadi vasodilatasi. Sehingga dalam keadaan
vasokontriksi aliran darah utero plasenta menurun, terjadi hipoksia dan
iskemia plasenta.
2. Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel
Sebagai kelanjutan dari teori kelainan vaskularisasi plasenta yang mengalami
kegagalan “remodeling arteri spiralis” akibatnya plasenta mengalami iskemia.
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia menghasilkan oksidan
(radikal hidroksil yang sangat toksis terhadapmembran sel endotel pembuluh
darah. Membran sel akan dirusak oleh radikal hidroksil.Membran sel yang
banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak yang juga
akanmerusak nukleus dan protein sel endotel.
3. Disfungsi Sel Endotel

Sel endotel yang terpapar peroksida lemak kerusakan sel endotel


fungsi endotel terganggu, bahkan rusak seluruh struktur sel endotel (disfungsi
endotel) yang akan menyebabkan :
a. mengganggu metabolisme prostaglandin, yakni menurunnya produksi
prostasiklin (PGE2) suatu vasodilator kuat.
b. Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan, dimana
agregasi trombosit ini akan memproduksi tromboksan (TXA2) suatu
vasokonstriktor kuat.(Dalam keadaan normal perbandingan kadar
prostasiklin/tromboksan akan lebih tinggi prostasiklin, namun pada
preeklampsia kadar tromboksan akan lebih tinggi) oleh karena itu terjadi
vasokonstriksi dengan terjadinya kenaikan tekanan darah.
c. perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus
d. peningkatan permeabilitas kapiler
e. peningkatan produksi bahan-bahan vasopressor
f. peningkatan faktor koagulasi
Hal ini juga yang mengakibatkan restriksi pertumbuhan intrauterin (IUGR)
pada janin

4. Intoleransi Imunologik antara Ibu dan Janin


Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak adanya “hasil
konsepsi” yang bersifat asing oleh karena adanya HLA-G atau human
leukocyte antigen protein G yangmemodulasi respons imun sehingga pada
plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisisoleh sel NK (natural killer)
ibu. Pada hipertensi dalam kehamilan terjadi penurunan ekspresi HLA-G
pada desidua daerah plasenta yang dapat menghambat invasi trofoblas ke
dalamdesidua. HLA-G juga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi.
Sehingga pada preeklampsia terjadi kemungkinan Immune Maladaption.
5. Genetik
Faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Telah terbukti
bahwa pada ibu yangmengalami preeklampsia, 26% anak perempuannya
akan mengalami preeklampsia pula.
6. Defisiensi Gizi
Teori ini lahir karena beberapa hasil penelitian yang telah menunjukkan
bahwa defisiensi giziberperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Dalam sebuah penelitian dikatakanbahwa mengkonsumsi minyak ikan dapat
mengurangi risiko preeklampsia karena minyak ikan banyak mngandung
asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan
sehingga mencegah vasokonstriksi pembuluh darah.

2.2.5 DIAGNOSIS

Kriteria Diagnosis

Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan apabila didapatkan :


1. Kondisi hipertensi pada usia kehamilan di atas 20 minggu di mana
tekanan darah ≥140/90 mm Hg pada dua kali pengukuran dengan jeda
waktu 4 jam, atau tekanan darah ≥160/100 mm Hg pada preeklampsia
berat
2. Proteinuria

Kriteria proteinuria pada preeklampsia yakni proteinuria ≥300 mg pada


spesimen urin 24 jam atau rasio protein/kreatin ≥0.3 atau nilai ≥1+
pada dipstick protein urin

3. Edema patologis

Kondisi patologis lain yang juga dapat menjadi kriteria diagnostik


preeklampsia jika terdapat hipertensi tanpa proteinuria adalah:

1. Trombositopenia (<100.000/μL)
2. Gangguan fungsi ginjal (level serum kreatinin >1.1 mg/dL atau
kenaikan level serum kreatinin dua kali lipat tanpa penyakit ginjal
lainnya)
3. Gangguan fungsi hati (kenaikan level transaminase sekurang-
kurangnya dua kali nilai normal)
4. Edema pulmoner
5. Gangguan pada sistem saraf pusat (sakit kepala, gangguan
penglihatan, kejang)

2.2.6 PROGNOSIS

Prognosis preeklampsia pada ibu dikaitkan dengan diagnosis dan


pengobatan dini. Jika penderita tidak terlambat mendapatkan penanganan
sesegera mungkin, terlebih untuk kasus gawat darurat, gejala perbaikan akan
tampak jelas setelah persalinan/terminasi.
2.2.7 KOMPLIKASI

Komplikasi preeklampsia yang sering terjadi adalah perkembangannya


menjadi eklampsia yang ditandai dengan timbulnya kejang grand mal (tonik-
klonik). Komplikasi yang lain yang mungkin timbul adalah sindroma hellp.

Sindrom HELLP

Sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme, low platelets) . Gejala


yang dapat timbul bervariasi dan tidak spesifik mulai dari lemas, mual-
muntah, nyeri epigastrium, hingga sesak napas. Sementara tanda yang dapat
ditemukan pada pemeriksaan fisik di antaranya hipertensi, takikardia,
takipnea, nyeri tekan epigastrium, ikterus, dan ronki dari pemeriksaan
auskultasi jika terjadi edema paru.

2.2.8 EDUKASI DAN PREVENSI


Edukasi Pasien
 Pada seluruh pasien hamil diinformasikan mengenai gejala yang mungkin
mengindikasikan timbulnya preeklampsia, seperti bengkak pada tangan
dan kaki, nyeri kepala yang menetap, penglihatan kabur, mual-muntah,
peningkatan berat badan yang tiba-tiba, dan kesulitan bernafas.

 Pada pasien yang sudah menderita preeklampsia, diberitahu mengenai


risiko munculnya kejang. Pasien juga diminta untuk mengontrol tekanan
darah secara rutin. Pasien juga harus paham mengenai risiko persalinan
prematur dan kemungkinan komplikasi yang timbul pada janin.

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


 Upaya pencegahan dan pengendalian preeklampsia masih diteliti hingga
saat ini. Mulai dari manipulasi diet (diet rendah garam, suplementasi
kalsium dan minyak ikan), olahraga, pemberian obat-obatan
(antihipertensi, antikoagulan, trombolitik), sampai konsumsi antioksidan
(vitamin C, D, E). Dari kesemuanya belum ada satupun yang
memuaskan. Bahkan diet rendah garam saat ini sudah tidak
direkomendasikan lagi oleh banyak ahli karena dinilai tidak efektif.
Namun, WHO tetap merekomendasikan pemberian aspirin dalam dosis
rendah (60-150 mg/hari) untuk perempuan yang berisiko.

 Cara pencegahan yang dianggap paling efektif untuk dilakukan adalah


pelaksanaan ANC (Antenatal Care) yang baik sehingga kemungkinan
preeklampsia pada seorang ibu hamil dapat diketahui sedini mungkin.
(Cunningham FG, et.al, 2014)

2.3 HUBUNGAN IUGR DENGAN PREEKLAMPSIA


IUGR (intra uterine growth restriction) atau PJT (pertumbuhan janin
terhambat) merupakan suatu keadaan saat pertumbuhan janin di dalam
kandungan terhambat. Padaumumnya janin yang mengalami IUGR tidak
mendapat cukup oksigen atau nutrisi dariibunya. Beberapa factor dapat
menimbulkan terjadinya hal tersebut diantaranya insufisiensi plasenta,
kehamilan ganda, preeklamsia atau eklamsia
Preeklamsia mempengaruhi arteri yang membawa darah ke plasenta. Jika
plasenta tidak mendapatkan cukup darah, bayi mungkin menerima
oksigen dan nutrisi lebih sedikit. Hal inidapat berakibat memperlambat
pertumbuhan, berat badan lahir rendah, kelahiran prematurdan kesulitan
bernapas untuk bayi (Mayo Clinic,2010)
2.4 HUBUNGAN HBOT TERHADAP PREEKLAMPSIA
Pembatasan pertumbuhan intrauterin yang parah (IUGR), yang
disebabkan oleh insufisiensi plasenta dan preeklampsia, adalah kondisi
prenatal yang serius. Hal ini sering dikaitkan dengan redistribusi aliran
darah arteri dan vena yang mempertahankan pengiriman darah yang
beroksigen ke otak, dan pengurangan suplai darah ke liver janin. Namun,
berkurangnya suplai darah ke liver janin dapat memperburuk
pertumbuhan janin. Patofisiologi yang terjadi pada hipertensi adalah
terjadinya ketidaknormalan struktur pembuluh darah terutama pada
jantung. Diperlukan pembentukan pemuluh darah baru (proses
angiogenesis) untuk memperbaiki ketidakstablian struktur pembuluh
darah sebagai stabilisasi homeostasis vaskular jantung. Diharapkan
mampu memperbaiki remodeling vaskular. Apabila tidak segera
diperbaiki maka akan mengakibatkan komplikasi yang fatal dan
hipertensi. (Tchirikov et al. 2010b)

Pilihan pengobatan untuk IUGR terbatas dan biasanya memerlukan


persalinan dini. Transpor aktif asam amino, glukosa, dan oksigen plasenta
dari ibu ke janin berkurang pada IUGR. Asam amino janin dan
suplementasi glukosa dikombinasikan dengan oksigenasi hiperbarik
(HBO) dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan janin, dan
kehamilan yang berkepanjangan. Nutrisi tambahan janin IUGR dapat
menyebabkan asidosis laktat, HBO dapat meningkatkan difusi oksigen
dalam plasenta sehingga meningkatkan metabolisme energi pada janin.
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL
Preeklampsia Kegagalan
remodeling arteri
spiralis, karena
tidak terjadi invasi
Hipoksia & Iskemik plasenta sel tropoblas

Disfungsi Endotel

IUGR

Transpor aktif As. Amino, glukosa & Oksigen


plasenta dari ibu ke janin berkurang

Pertumbuhan janin
terhambat

HBO
(dikombinasi dengan Angiogenesis Hiperoksia
asam amino +
glukosa + O2)

Memperbaiki ketidakstablian struktur pembuluh


darah & meningkatkan difusi O2 dalam
plasenta

- Penurunan Edema
- Peningkatan pertumbuhan janin &
kehamilan
BAB 4 yang berkepanjangan
BAB 4

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian diatas, pada jurnal diatas, dapat disimpulkan


bahwa preeklampsia terjadi karena kegagalan remodeling arteri spiralis
karena tidak terjadi invasi sel-sel tropoblas pada lapisan otot arteri spiralis,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya hipoksia dan iskemik plasenta. lalu
terjadi disfungsi endotel yang menyebabkan terganggunya metabolisme
prostaglandin, kerusakan agregasi sel trombosit pada endotel sehingga
memproduksi tromboksan (vasokonstriktor kuat), perubahan sel endotel
kapiler glomerulus, peningkatan permeabilitas kapiler, yang mengakibatkan
restriksi pertumbuhan intauterin (IUGR) pada janin.

Pada kondisi IUGR menyebabkan transpor aktif asam amino, glukosa,


dan oksigen plasenta dari ibu ke janin berkurang. Karena oksigen ke janin
berkurang, maka pertumbuhan janin terhambat.

Pemberian terapi HBO yang dikombinasikan dengan asam amino,


glukosa, dan oksigen menyebabkan terjadinya proses angiogenesis yaitu
proses pembentukan pembuluh darah baru yang berfungsi memperbaiki
ketidakstablian struktur pembuluh darah untuk memperbaiki remodeling
vaskular. Hiperoksia dan angiogenesis menyebabkan peningkatan oksigenasi
jaringan sehingga dapat memperbaiki ketidakstabilan struktur pembuluh
darah dan meningkatkan difusi oksigen dalam plasenta. Kondisi tersebut
dapat menyebabkan penurunan edema, peningkatan pertumbuhan janin dan
kehamilan yang berkepanjangan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, et.al., editor. William’s Obstetric Textbook. 24th ed.


New York: Mc Graw Hill; 2014.
Lim, KH. Preeclampsia. September 2016; Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1476919
2. English FA, and Kenny LC, and McCarthy FP. Risk factors and effective
management of preeclampsia. Integrated Blood Pressure Control.
2015;8: 7-12
3. Hanna J, et.al. Decidual NK cells regulate key developmental processe
at the human fetal-maternal interface. Nature Medicine.
2006;12:1065-1074. [medline]
4. Howell, et al. (2018). Hyperbaric Oxygen Therapy: Indications,
Contraindications, and Use at a Tertiary Care Center. AORN Journal,
107 (4), pp. 442-453
5. Hyperbaric oxygen therapy, Test and Procedures, Mayo Clinic. Accessed
on 19 June, 2019 http://www.mayoclinic.org/tests-
procedures/hyperbaric-oxygen-therapy/basics/why-its-done/prc-
20019167
6. Khandelwal, Sorabh; Kaide, Colin G. 2015. Hyperbaric Oxygen Therapy:
Introduction. The Undersea and Hyperbaric Medicine Society
http://r.wildcatem.com/wp-content/uploads/2014/11/18.1_ Hyperbaric-
Oxygen-Therapy_Tintinalli.pdf
7. Latham, Emi 2016, Hyperbaric Oxygen Therapy, Medscape, viewed 19
Juni 2019, < http://emedicine.medscape.com/article/1464149-
overview#a2>
8. Latham, E. Medscape (2017). Hyperbaric Oxygen Therapy
9. Mayo Clinic (2018). Tests and Procedures. Hyperbaric Oxygen Therapy.
10. Mayo Clinic Staff. Preeclampsia; Complications [Internet]. 2011 [cited
2019 June 19].Avaiable from : http://www.mayoclinic.com/health/
preeclampsia/DS00583 /DSECTION =complications
11. Nall, R. Healthline (2016). Speeding Healing : Hyperbaric Oxygen
(HBO) Therapy.
12. Sahni T, Hukku S, Jain M, Prasad A, Prasad R, Singh K. Recent
advances in hyperbaric oxygen therapy. Medicine update. Assoc
Physicians India 2004;14:632-9
13. Tchirikov M. 2017. Künstliches Gebärmuttersystem und Plazenta.
Angemeldet durch Universitätsklinikum Halle (Saale), Deutschland
am 19.06.2019. Anmeldenr: 513976. Veröffentlichungsnr:
PCT/EP2017/056704.
14. Tchirikov M., Steetskamp J., Hohmann M., and Koelbl H.. 2010b. Long
term amnioinfusion through a subcutaneously implanted amniotic fluid
replacement port system for treatment of PPROM in humans. Eur. J.
Obstet. Gynecol. Reprod. Biol. 152:30–33.
15. Zhang C, et.al. Vitamin C and the risk of preeclampsia-results from
dietary questionnaire and plasma assay. Epidemiology.
2002;13(4):409-16. [medline]
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai