REFERAT THT
“ANGIOFIBROMA NASOFARING”
PRESENTAN
PRESEPTOR
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan
Referat guna memenuhi penugasan ujian stase THT-KL dapat kami selesaikan. Shalawat
beserta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan dan tekhnologi
seperti saat ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Elfahmi, Sp.THT-KL selaku dokter
pembimbing Rumah Sakit yang telah banyak mengajarkan ilmu serta pengetahuan kepada
penulis, serta semua pihak yang membantu penyelesaian penulisan referat ini.
Tak ada gading yang tak retak, untuk itu saran dan kritik yang membangun
sangatlah diperlukan untuk penyempurnaan referat ini dimasa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Anatomi…....…….….………………………………………………………..2
Definisi……………..…………………………………………………………4
Etiologi………..………………………………………………………………4
Epidemiologi………………………………………………………………….4
Patogenesis…………………………………………………………………....5
Diagnosis……………………………………………………………………..5
Diagnosis Banding……………………………………………………………9
Penatalaksanaan………………………………………………………………9
Komplikasi………………………………………………………………….10
Prognosis……………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. . 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Nasofaring
Relatif kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur
penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring, torus tubarius,
kantong Rathke, choanae, foramen jugulare, dan muara tuba Eustachius. Batas
antara cavum nasi dan nasopharynx adalah choana.
2
Gambar 2. Bagian dari nasofaring
2.1.2 Orofaring
Struktur yang terdapat di sini adalah dinding posterior faring, tonsil palatina,
fossa tonsilaris, arcus faring, uvula, tonsil lingual, dan foramen caecum.
2.1.3 Laringofaring
Struktur yang terdapat di sini adalah vallecula epiglotica, epiglotis, serta
fossa piriformis.
3
2.2 Angiofibroma Nasofaring
2.2.1 Definisi
2.2.2 Etiologi
Etiologi tumor ini masih belum jelas, berbagai macam teori banyak
diajukan. Salah satu di antaranya adalah teori jaringan asal, yaitu pendapat bahwa
tempat perlekatan spesifik angiofibroma adalah di dinding posterolateral atap
rongga hidung.
2.2.3 Epidemiologi
4
2.2.4 Patogenesis
Tumor pertama kali tumbuh di bawah mukosa di tepi sebelah posterior dan
lateral koana di atap nasofaring. Tumor akan tumbuh besar dan meluas di bawah
mukosa, sepanjang atap nasofaring, mencapai tepi posterior septum dan meluas ke
arah bawah membentuk tonjolan massa di atap rongga hidung posterior. Perluasan
ke arah anterior akan megisi rongga hidung, mendorong septum ke sisi kontralateral
dan memipihkan konka. Pada perluasan ke arah lateral, tumor melebar ke arah
foramen sfenopalatina, masuk ke fisura pterigomaksila dan akan mendesak dinding
posterior sinus maksila. Bila meluas terus, akan masuk ke fosa intratemporal yang
akan menimbulkan benjolan di pipi, dan “rasa penuh” di wajah. Apabila tumor telah
mendorong salah satu atau kedua bola mata maka tampak gejala yang khas pada
wajah, yang disebut “muka kodok”.
2.2.5 Diagnosis
Pada pemeriksaan fisik secara rinoskopi posterior akan terlihat massa tumor
yang konsistensinya kenyal, warnanya bervariasi dari abu-abu sampai merah muda.
Bagian tumor yang terlihat di nasofaring biasanya diliputi oleh selaput lendir
bewarna keunguan, sedangkan bagian yang meluas ke luar nasofaring berwarna
putih atau abu-abu. Pada usia muda warnanya merah muda, pada usia yang lebih
5
tua warnanya kebiruan, karena lebih banyak komponen fibromanya. Mukosanya
mengalami hipervaskularisasi dan tidak jarang ditemukan adanya ulserasi .
6
Gambar 4. CT Scan Angiofibroma Nasofaring Stadium I
7
Gambar 5. MRI (a dan b), Angiografi (c dan d)
Stadium IB : Tumor meliputi nares posterior dan atau nasofaringeal voult dengan
meluas sedikitnya 1 sinus pranasal
Stadium IIB : Tumor memenuhi fossa pterigomaksila tanpa mengerosi tulang orbita
8
Stadium IIIA: Tumor telah mengerosi dasar tengkorak dan meluas sedikit ke
intrakranial
Stadium IIIB: Tumor telah meluas ke intrakranial dengan atau tanpa meluas ke
sinus kavernosus
Stadium III : Tumor menginvasi fossa infratemporal, orbita dengan atau regio
paraselar
Stadium IV : Tumor menginvasi sinus kafernosus, regio chiasma optik dan atau
fossa pituitary. 1,2
Berdasarkan penyebab lain dari obstruksi nasal adalah polip nasal, polip
antrokoanal, teratoma, encephalocele, dermoids, inverting papilloma,
rhabdomyosarcoma, karsinoma sel skuamous.3
2.2.7 Penatalaksanaan
9
Selain itu operasi melalui bedah endoskopi transnasal juga dapat dilakukan dengan
dipandu CT scan 3 dimensi dan pengangkatan tumor dapat dibantu dengan laser.
2.2.8 Komplikasi
2.2.9 Prognosis
10
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Roezin A., Dharmabakti U S., Musa Z., 2008. Angiofibroma Nasofaring Belia..
Dalam: Soepardi E A., Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 164-66.
2. Goodenberger J, Ross PJ. Juvenile nasopharyngeal angiofibroma. Radiol
Technol. July-August 2000, 595-8.
3. Tewfik T L., 2014. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma. Available from
URL: http://www.emedicine.com/ent/topic470.htm
4. Mansfield, E. Angiofibroma. In: eMedicine Specialities. Vascular Surgetry.
Medical Topics. Jun 26, 2006.
5. Schick B, Veldung B, Wemmert S, et al. P53 in Juvenile Angiofibromas. Oncol
Rep. Mar 2005;13, 453.
12