Anda di halaman 1dari 6

Kelompok aktif berobat adalah tipe kedua dari tahapan pengobatan kelompok.

Ketika anggota
dari kelompok persuasive (bab 9) pindah ke tahap berobat aktif, mereka akan merasa terbantu untuk
masuk ke grup yang aktif berobat.. focus dari grup persuasive adalah membantu klien mengerti
pengaruh penyalahgunaan zat di hidup mereka dan menjadi termotivasi untukmengatasi masalah
kebiasaan penyalahgunaan mereka. Karena kelompok persuasive perlu menjaga fokusnya, mereka
tidaka bisa terlalu banyak menghabiskan wwaktu untuk mengajari skill untuk mengurangi kebiasaan
penyalahgunaan zat. Dalam sisi lain, kelompok berobat aktif, anggotanya telah memiliki kesadaran
bahaya zat terhadap kehidupan mereka, dan focus dari kegiatan kelompok ini berubah menjadi
menolong partisipan mengurangi penggunaan zat atau secara sukses menghindari penggunaannya.

Dalam bab ini. Kami mendeskripsikan bagaimana menginisiasi dan menjalankan grup berobat
aktif. Dimulai dengan mempertimbangkan peran keseluruhan kelompok berobat aktif dalam
pengobatan dual-disorder, dan mempertanyakan klien mana yang sesuai untuk berpartisipasi dalam
grup ini. Hal ini diikuti oleh diskusi detil fungsi organisir dan pelaksanaan kelomok berobat aktif.
Selanjutnya kita inti prinsip terapeutik dalam memfasilitasi kelompok ini, dilanjutkan dengan review
struktur dari sesi kelompok, dan penggunaan proses kelompok untuk membantu tujuan dari
pengurangan penggunaan zat dan pantangan. Topic dan aktifitas yang berbeda untuk kelompok berobat
aktif kemudian di review. Terakhir, kita membandingkan keuntungan yang berhubungan antara
persuasive terpisah dan kelompok aktif berobat kepada kelompok gabungan itu.

PERAN KELOMPOK BEROBAT AKTIF DALAM PENGOBATAN DUAL DISORDER

Kelompok berobat aktif, seperti prekursornya yaitu rup persuasive, dapat menjadi komponen
pengobatan yang efektif untuk dual-disorder karena mereka dapat memanfaatkan support dari orang
terdekatnya. Dalam kebanyakan pengobatan yang mengembangkan kelompok berobat aktif, formasi
dari kelompok berobat aktif terpisah butuh waktu sekitar beberapa bulan atau bahkan lebih lama
setelah kelompok persuasive terbentuk, ketika kebutuhan untuk support secara langsung trhadap
pengurangan penggunaan zat dan pantangan semakin terlihat. Identifikasi terhadap klien yang
sesuaidan lebih akan mendapat manfaat dari elompok berobat aktif dari mereka yang sudah mendapat
progress banyak dalam menumbuhkan motivasi untuk membicarakan masalahnya dalam grup
persuasive, walaupun beberapa klien yang belum berpartisipasi di kelompok persuasive juga bisa
mendapat manfaatnya.

Berdasarkan informasi yang didapat selama asesmen dan perencanaan pengobatan,


penyerahakn ke kelompok berobat aktif harus dipertimbangkan untuk semua klien yang sedang aktif
berobat atau dalam tahap pencegahan relaps. Karna tujuan khusus kelompok ini adalah untuk
membantu klien mengurangi penyalahgunaan zat atau menjaga pantangan, klien yang masih aktif dalam
penyalahgunaan zat tidak cocok untuk kelompok ini. Walaupun penyerahan klien kepada kelompok
berobat aktif paling efektif ketika mereka mencapai tahapan berobat aktif, klien yang sudah mulai
mengurangi kebiasaan penyalahgunaan zat secara signifikan dan berhasil mengurangi penggunaan zat
atau menahan pantangan untuk beberapa minggu(contohnya klien dengan persuasi lambat) juga bisa
mendapat manfaat dari kelompok berobat aktif.
Durasi partisipasi dalam kelompok berobat aktif bervariasi untuk tiap klien. Beberapa klien
memilih berpartisipasi dalam waktu yang cukup singkat(rentang waktu 3-9 bulan), dan mampu
melnajutkan ke tahap pencegahan relaps tanpa kesulitan. Individu ini mendapat manfaat dari focus
pada kelompok berobat aktif dalam strategi praktisi tahap pencegahan relaps, dan dari support anggota
kelompok untuk progress yang telah mereka capai. penghentian partisipasi dalam kelompok berobat
aktif dihubungkan dengan keterlibatan organisasi bantuan mandiri untuk gangguan adiksi yang tersedia,
seperti Alcoholics Anonymous(AA), Narcotics Anonymous(NA), atau Dual Recovery Anonymous. Untuk
klien lainnya, partisipasi dalam kelompok berobat aktif bisa berlanjut hingga beberapa tahun. Untuk
individu ini, kelompok kelompok tersebut berperan penting sebagai support social. Klien dengan
kemampuan bersosialisasi yang rendah memiliki kesulitan bergabung dengan komunitas bantuan
mandiri (noordsy et al, 1996). Lebih jauh lagi, penitik beratan pentingnya skill dalam pencegah relaps
dan menghadapi dengan dengan dorongan sangat kritis untuk menjaga ketenangan dan meminimalisir
keparahan relaps. Untuk klien yang memutuskan untuk berhenti berpartisipasi dalam kelompok berobat
aktif, penting bagi ketuanya untuk mempertimbangkan dengannya sumber potensial sosial lainnya
untuk menjaga kemajuan yang sudah dicapai dalam memanajemen gangguan penyalahgunaan zatnya.

Klien dalam kelompok berobat aktif kadang kadang mengalami relaps parsial atau total.
Walaupun salah satu tujuan kelompok berobat aktif adalah mencegah relaps, tujuan lainnya adalah
meminimalisir keparahan relaps yang terjadi. Klien yang mengalami relaps(atau relaps total yang
singkat) biasanya sudah mendapat skill menahan pantangan, dukungan social untuk menghadaoi dan
pulih dari relaps, dan mendapat manfaat dari partisipasi berkelnajutan dalam kelompok berobat aktif.
Jika relaps terjadi untuk waktu yang signifikan(beberapa minggu), kelompok berobat aktif bisa jadi tidak
membantu untuk klien ini, dan keberadaan mereka yang berlanjut bisa merusak semangat kelompok.
Dalam kasus tersebut, ketua seharusnya berdiskusi dengan klien untuk pengembalian sementara ke
kelompok persuasive sampai masalah kecanduan klien tersebut terkontrol.

PERTIMBANGAN PERENCANAAN

Kebanyakan elemen perencanaan dalam menjalankan kelompok berobat aktif sama dengan
yang direview di bab 9 untuk grup persuasive. Namundemikian, beberapa aspek berbeda diantara dua
kelompok. Dalam bagian ini kita secara ringkas membahas perencanaan dalam menjalankan kelompok
berobat aktif, dan memperlihatkan perbedaan antara kelompok ini dan kelompok persuasive.

Seperti kelompok persuasive, kelompok berobat aktif mendapat manfaat dengan memiliki dua
ketua, dan paling bagus jika tiap ketua datang dari dunia profesi yang berbeda(contohnya kesehatan
mental dan penyalahgunaan zat). Dan seperti ketua dari kelompok persuasive, ketua kelompok berobat
aktif harus kontak langsung dengan tim berobat dari klien, untuk memastikan integrasi penuh
pengobatan kesehatan mental dan peyalahgunaan zat. Untuk tambahan, susunan dari kelompok
berobat(biasanya di center kesehatan mental), ukuran dari kelompoknya(6-12 partisipan), dan waktunya
( satu sesi perminggu) sama dengan kelompok persuasive.

Salah satu perbedaan kelompok berobat aktif dan kelompok persuasive yaitu duras per sesi.
Dimana persesi sangat jarang lebih dari 75 menit dalam kelompok persuasive., sesi dalam kelompok
berobat aktif karna fokusnya mempelajari skill spesifik dan dukungan kelompok bisa sampai 90 menit,
dengan tambahan istirahat yang terjadwal dipertengahan. Kelompok berobat aktif tidak harus berjalan
selama 90 menit; namun demikian, beberapa kliensanggup mempertahankan perhatian untuk waktu
yang lebih lama ketika mereka mencapai tahap pengobatan aktif dan pencegahan elaps.

Dalam grup persuasive, kehadiran dibiarkan terbuka, klien dipancing untuk hadir, tapi ada
tolerasi yang tinggi untuk klien irregular dan yang datang sesekali. Dalam kelompok berobat aktif, disisi
lain, klien regular biasanya lebih semangat, dan mereka pasti akan hadir kecuali mereka ada hal penting
yang membuatnya tidak bisa hadir. Sama seperti kelompok persuasive, klien dalam kelompok berobat
aktif bisa membuat kehadiran mereka sebagai bagian dari pengobatan. Namun, ketika khadiran klien
irregular, ketua bisa secara langsung mengkonfrontasi komitmennya kepada kelompok, dengan usaha
untuk mencapai lanjutan yang sesuai.

Satu perbedaan terakhir antara kelompok persuasive dan kelompok berobat aktif meliputi
masalah memotivasi klien untuk berpartisipasi. Dalam kelompok persuasive, saat aktif
menyalahgunakan zat, kebanyakan klien memiliki motivasi yang rendah untuk berpartisipasi; langkah
khusus harus diambil untuk meningkatkan motivasi mereka untuk hadir kembali(contohnya,
menawarkan refreshing, menyediakan transportasi, merencanakan pertemuan seera setelah sesi
persuasive). Ketika klien sukses menurunkan penyalahgunaan zatnya atau menjaga pantangan, motivasi
untuk berpartisipasi dalam kelompok berobat aktif makin besar, dikarenakan keinginan menghindari
relaps. Karena besarnya motivasi, usaha yang dibutuhkan lebih kecil untuk memotivasi klien untuk
terlibat dalam kelompok berobat aktif dengan penghargaan external. Contohnya, refreshmen tidak
perlu dilakukan dalam kelompok berobat aktif(walaupun masih bisa menjadi opsi untuk menjaga
kelompok tetap rileks), dan pertemuan khusus tidak perlu dijadwalkan saat pertemuan. Walapun
sentuhan lebih diperlukan sedikit untuk memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam kelompok, strategi
motivasional mungkin berguna untuk beberapa waktu, seperti saat tahap awal relaps.

PRINSIP TERAPEUTIK

Prinsip terapeutik membedakan kelompok berobat aktif dengan kelompok persuasive. Dalam
kelompok persuasive, klien berada dalam titik rapuh selama proses pemulihan dari penyalahgunaan zat.
Mereka biasanya baru saja dikenal di pengobatan; toleransi mereka untuk berdiskusi mengenai
penggunaan zat mungkin terbatas; dan mereka biasnaya sesitif terhadap kritisi dan terhadap tantangan
social. Klien dalam kelompok berobat aktif biasanya tidak lebih rentan, dengan tingkat toleransi yang
tinggi untuk konflik dan lebih kecil kemungkinan keluar dari pengobatan. Dibandingkan dengan
kelompok persuasive, prinsip terpeutik dari kelompok berobat aktif meliputi membahas peyalahgunaan
zat dan masalah yang berhubungan secara langsung, dan focus pada strategi untuk mendukung
penurunan penggunaan zat dan menjaga pantangan. Untuk mengilutsrasikan peran kelompok berobat
aktif ini dalam memfasilitasi pemulihan dari penyalahgunaan zat, kami menyediakan sketsa klinis yang
mendeskripsikan progress salah satu anggota kelompok.

CONTOH KASUS
Setelah 2 tahun dalam kelompok persuasive, april menyadari bahwa penggunaan marijuananya
meningkatkan paranoid dan halusinasi auditorik. Dia memutusskan untuk berhenti merokok marijuana
diikuti rawatan dirumah sakit dikarenakan eksaserbasi gejala psikotik, karena dia tidak mau kembali
kerumah sakit. Dia melakukan pulang paksa, tapi dia ikut menggunakan kelompok berobat aktif untuk
mendiskusikan masalahnya dengan marijuana dan mengembangkan skill untuk menahan keinginan
kembali mengkonsumsi marijuana. Anggota lainnya dengan pengalaman yang sama selama 6 bulan
menjaga pantangan pertama mereka, mendukung keinginannya untuk berhenti, dan mengatakan jika
dia harus memulai dari awal lagi jika dia mulai menggunakan marijuana lagi.

April menghadiri beberapa pertemuan NA karena dorongan dari ketua kelompoknya, tapi dia
terlalu cemas untuk melanjutkan. Dia menyadari saat di kelompok berobat aktif bahwa kecemasannya
terhadap kecanduan alcohol pacarnya menyebabkan ia semakin menginginkan marijuana, dan
membuatnya melepaskan fikiran itu. Setelah dua episode singkat penggunaan marijuana yang langsung
menyebabkan paranoid, dia mampu menahan pantangan. 3 bulan kemudian, psikiaternya mengurangi
dosis medikasi antipsikotiknya, karna gejala psikotik yang dialaminya berkurang. Dia melanjutkan
menghadiri kelompok persuasive sebagai role model untuk yang lainnya, dan kelompok berobat aktif
mendukung ia dalam menjaga pantangannya.

Kita mendiskusikan prinsip terpaeutik yang mengarahkan kelompok berobat aktif dalam detil
lebih dibawah ini.

KONFRONTASI YANG DIIZINKAN

konfrontasi hamper selalu dihindari dalam kelompok persuasive, klien dalam kelompok berobat
aktif memiliki komitmen yang cukup untuk dihadapkan dengan masalahnya, dan hubungan yang cukup
kuat dengan penyedia layanan, untuk menghindari konfrontasi interpersonal. Lebih sering daripada
tidak, konfrontasi terjadi dalam saat teman terdekat mengkonfrontasi yang lain mengenaipenolakan
mereka terhadap masalah yg berhubungan dengan peenyalahgunaan, atau kerentanan dirinya untuk
relaps. Konfrontasi itu biasanya membantu dalam tahap awal relaps, ketika relaps klien menerima
masukan dari orang lain, dan sebelum kecenderungan untuk kembali candu terjadi.

Walaupun konfrontasi bisa diterima dalam kelompok berobat aktif, ketua harus menjaga tetap
tenang, respek, dan mendukung atmosfir kelompok agar kondusif untuk partisipasi seluruh anggota.
Menghindari interaksi emosional sangat penting, karna banyak orang dengan gangguan mental sensitive
terhadap interpersonal stress(butziaff & hooley, 1998), dan stress itu akan meningkatkan kemungkinan
anggota untuk berhenti., disilusi, dan peningkatan gejala psikiatrik. Olehkarenaitu, seorang ketua harus
mengintervensi jika konfrontasi meliputi peningkatan suara, amarah, penuduhan, atau penekanan.

Jika secara emosional konfrontasi terjadi, seorang ketua dapat meminta klien yang
menkonfrontasi mengucapkan kembali kalimatnya dengan kalimat yang lebih lembut dan membantu.
Feedback ini bisa difasilitasi jika ketua menyediakan informasi spesifik tentang tingkahlaku klien selama
interaksi. Contohnya ketua bisa berkata.
“Jeremy. Saya lihat kamu terdengar cukup mrah dengan john ketika kamu mengkonfrontasinya
mengenai minum saat pesta, dan kamu menaikkan nada bicara sedikit. Saya rasa kamu punya pesan
penting untuk john, tapi amarahmu bisa menjadi halangan untuk pesan ini. Akan sangat membantu jika
kamu bisa memberitahu john secara spesifik apa yang kamu khawatirkan dan mengapa kamu berfikir
demikian, tanpa menaikkan nada bicara kamu.”

Fasilitasi interaksi rekan ke rekan

Ketua selalu melihat kesempatan untuk memfasilitasiinteraksi rekan ke rekan secara langsung
selama kegiatan kelompok berobat aktif. Sama dengan kelompok persuasive interaksi ini berwujud
seperti sharing pengalaman dan memberi feedback tentang penyalahgunaan zat, dalam interaksi rekan
kelompok berobat aktif fokusnya adalah memberikan saran dalam menangani situasi dengan resiko
tinggi, rasa candu,, dan tanda awal relaps. Klien dalam kelompok berobat aktif memiliki
pengalaman(individual dan kolektif) dalam bekerja mencapai tujuan melampaui kencaduan zat,
feedback yang mereka dapatkan satu sama lain biasanya berharga; tentu, biasanya terlihat lebih
kredibel disbanding yang disediakan ketua. Faktanya partisipan dalam kelompok berobat aktif memiliki
tujuan yang sama sehingga memfasilitasi komunikasi rekan menjadi tugas yang jelas.

Psikoedukasi

Seperti dijelaskan pada bab 9, psikoedukasi memiliki peran penting dalam memfasilitasi diskusi
dan memahami dual disorder. Dalam kelompok berobat aktif, psikoedukasi memiliki peran yang penting.
Motivasi klien bisa membuat mereka lebih menerima terhadap informasi yang mungkin bisa membantu
mencapai tujuan pemulihannya. Topic psikoedukasinal yang umum dalam kelompok berobat aktif
tumpang tindih dengan kelompok persuasive; meliputi jenis dan gejala dari kgangguan psikiatrik yang
spesifik, prinsip dalam pengobatannya, interaksi antara penyalahgunaan zat dan kelainan mental, asek
biologis dan psikologis adiksi, dan prinsip bantuan mandiri dan kelompok. Materi dan handout yang
tertulis, seperti itu terdapat dalam appendix b dan dalam formal curricula lainnya, yang bisa diatur
secara bebas dalam kelompok berobat aktif.

Sebagai tambahan untuk psikoedukasi formal, ketua peka terhadap kesempatan informal untuk
mengedukasi klien tentang dual disorder dan strategi untuk menangani masalah umum. Kesempatan ini
bisa muncul ketika klien menghadapi masalah mengatur gejala problematic yang berkontribusi terhadap
keinginan menggunakan zat(kecemasan yg berlebihan); ketika seorang klien mengantisipasi melawan
situasi dengan resiko tinggi;atau ketika klien mendiskusikan keyakinan bahwa kembali lagi setelah
kecanduan yg terkontrol dalah alternative yang layak dicoba untuk menjaga pantangan sebagaimana
terdapat kesulitan pada klien dengan gangguan mental parah dalam mengikuti pelatihan, diharapkan
mengaitkan psikoedukasi terhadap dilemma spesifik yang sedang mereka hadapi.

Mengajarkan skill dan prilaku

Ketua membantu anggota kelompok mengebangkan skill spesifik dan prilaku untuk membantu
tujuan mereka mengurangi penyalahgunaan zat dan menjaga pantangan. Focus kelompok tpada skill
untuk menjadi tegas yg sesuai, memberi dan menerima kritik, menolak minuman dan obat, dan
mengatur fikiran tentang penggunaan alcohol dan obat. Anggota belajar untuk mengenali situasi yang
meningkatkan resiko mereka ketika menggunakan zat, dan menggunakan tektik pencegahan relaps
untuk menghadapi situasi tersebut.

Prinsip prilaku yang digunakan dalam pengobatan adiksi bisa mengarahkan secara efektif
pengobatan kelompok untuk klien dengan dual disorder(lihat bab 8). Pendekatan prilaku meliputi
mengembangkan intra dan interpersonal skill yang biasanya rendah pada klien khususnya skill social.
Memanfaatkan prinsip prilaku sebagaimana mereka juga digunakan dalam pengobatan adiksi diragukan
memberi manfaat pada klien dengan dual disorder karna klien mempelajari dua skill yaitu skill
menghadapi kelainan mental dan skill menghadapi pemulihan kecanduan. Dalam kelompok berobat
aktif pelatihan skill prilaku disediakan dalam kondisi yg spontan terhadap respon kebutuhan anggota,
dan berhubungan dengan perhatian yang sama kepada proses kelompok dan dukungan social antar
anggota. Ketua kelompok berobat aktif selalu melihat contoh dari deficit skill yang terlihat di anggota
saat bercerita dan dapat direspondengan pelatihan skill bertarget. Menyediakan pelatihan tersebut
untuk kebutuhan cepat bisa meningkatkan efektifitas. Kelompok dual diagnosis yang focus secara
spesifik terhadap perkembangan skill menghadapi dan spsial, da lainnya berorientasi terhadap
mengajarkan skill spesifik, dideskripsikan pada bab 11.

Anda mungkin juga menyukai