REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
TAHUN 2020-2024
4. Undang- ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
3. Rencana
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
Pasal 2
(3) RPJM
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
Pasal 3
(3) Dalam
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Pasal 4
Pasal 5
b. Proyek
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
Pasal 6
Pasal 7
Agar ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Januari 2020
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Januari 2020
ttd.
YASONNA H. LAOLY
hakti Parikesit
LAMPIRAN I
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
NASIONAL TAHUN 2020-2024
NARASI
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
TAHUN 2020-2024
-ii-
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Cakupan JKN Berdasarkan Kelompok Peserta (dalam juta jiwa)........ IV.6
Gambar 4.2 10 Peringkat Teratas dan Perubahan Beban Penyakit
(Disability Adjusted Life Years/DALYs) Tahun 1990 dan 2017
di Indonesia...................................................................................... IV.8
Gambar 4.3 Kesenjangan Taraf Pendidikan Antarwilayah dari Pencapaian
Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15 Tahun Keatas per Provinsi,
2018................................................................................................. IV.9
Gambar 4.4 Proporsi Anak Kelas 9 di Atas Standar Minimum
Kemampuan Matematika, Sains, dan Membaca pada Tes PISA.......... IV.9
Gambar 4.5 Perbandingan Beberapa Negara Mengenai Proporsi Anak
di Bawah Standar Minimum Kemampuan Matematika pada
Tes PISA.......................................................................................... IV.10
Gambar 4.6 Jumlah dan Kualifikasi SDM Iptek tahun 2018............................... IV.15
Gambar 6.1 Bauran Sumber Air untuk Keperluan Domestik (2019)...................... VI.7
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Struktur Ekonomi Tahun 2020-2024 (persen)...... I.28
Tabel 1.2 Neraca Pembayaran Indonesia Tahun 2020-2024 (USD Miliar).......... I.30
Tabel 1.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahnn 2020-2024
(persen PDB)..................................................................................... I.31
Tabel 1.4 Perubahan Luas Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut................... I.32
Tabel 3.1 Rata-rata Kontribusi Setiap Pulau terhadap PDB Nasional (%)........... III.3
Tabel 3.2 Isu-isu Strategis Wilayah................................................................... III.5
Tabel 3.3 Target Pembangunan Wilayah Tahun 2024....................................... III.9
Tabel 3.4 Sasaran/Indikator/Target Prioritas Pembangunan Kewilayahan...... III.10
Tabel 3.5 Lingkup Wilayah Adat dan Strategi Pengembangannya................... III. 29
Tabel 7.1 Perbandingan antara Target dan Capaian Penurunan Emisi GRK..... VII.7
Tabel 7.2 Gunung Api Aktif di Indonesia........................................................ VII.15
DAFTAR ISTILAH
BAB I
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL
2020-2024
-I.2-
Visi Misi Presiden 2020-2024 disusun berdasarkan arahan RPJPN 2020-2025. RPJMN
2020-2024 dilaksanakan pada periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil
Presiden K.H. Ma’ruf Amin dengan visi “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Visi tersebut diwujudkan
melalui 9 (sembilan) Misi yang dikenal sebagai Nawacita Kedua.
VISI
MISI
Pengelolaan Pemerintahan
yang Bersih, Efektif, dan
Terpercaya
Mencapai Lingkungan Hidup
yang Berkelanjutan
RPJMN 2020-2024 merupakan titik tolak untuk mencapai sasaran Visi Indonesia 2045
yaitu Indonesia Maju. Untuk itu, penguatan proses transformasi ekonomi dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan tahun 2045 menjadi fokus utama dalam rangka pencapaian
infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, serta kesejahteraan rakyat
yang lebih baik.
Gambar 1.1
Target Pertumbuhan Ekonomi Menuju Indonesia Maju
Arahan Presiden
Presiden menetapkan 5 (lima) arahan utama sebagai strategi dalam pelaksanaan misi
Nawacita dan pencapaian sasaran Visi Indonesia 2045. Kelima arahan tersebut mencakup
Pembangunan Sumber Daya Manusia, Pembangunan Infrastruktur, Penyederhanaan
Regulasi, Penyederhanaan Birokrasi, dan Transformasi Ekonomi.
1 Pembangunan SDM
Membangun SDM pekerja keras yang dinamis, produktif, terampil, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi didukung dengan kerjasama industri dan talenta global.
2 Pembangunan Infrastruktur
Melanjutkan pembangunan infrastruktur untuk menghubungkan kawasan produksi
dengan kawasan distribusi, mempermudah akses ke kawasan wisata, mendongkrak
lapangan kerja baru, dan mempercepat peningkatan nilai tambah perekonomian rakyat.
3 Penyederhanaan Regulasi
Menyederhanakan segala bentuk regulasi dengan pendekatan Omnibus Law, terutama
menerbitkan 2 undang-undang. Pertama, UU Cipta Lapangan Kerja. Kedua, UU
Pemberdayaan UMKM.
4 Penyederhanaan Birokrasi
Memprioritaskan investasi untuk penciptaan lapangan kerja, memangkas prosedur
dan birokrasi yang panjang, dan menyederhanakan eselonisasi.
5 Transformasi Ekonomi
Melakukan transformasi ekonomi dari ketergantungan SDA menjadi daya saing
manufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran
bangsa demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
-I.6-
PEMBANGUNAN SDM
STRATEGI
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
STRATEGI
INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR
PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR EKONOMI PERKOTAAN
PENYEDERHANAAN REGULASI
STRATEGI
UU terkait PENYEDERHANAAN
Cipta Lapangan Kerja RUU
177 (termasuk regulasi terkait Cipta Lapangan Kerja
kemudahan dan perlindungan PENCABUTAN
UMKM)
PENYEDERHANAAN BIROKRASI
STRATEGI
4 hari waktu memulai Indeks Maturitas Sistem 2,9-3,2 hari waktu rata-
usaha (EoDB) Pemerintahan Berbasis rata pengeluaran barang
Elektronik (SPBE): ≥ 2,6 (dwelling time)
(predikat baik)
TRANSFORMASI EKONOMI
STRATEGI
PENGUATAN EKONOMI
PENGEMBANGAN
INDUSTRIALISASI KREATIF DAN EKONOMI
DESTINASI UNGGULAN
DIGITAL
Industrialisasi berbasis Pengembangan Destinasi Penguatan Ekonomi
SDA dan rantai produksi Unggulan, melalui: Kreatif dan Ekonomi
global perbaikan aksesibilitas, Digital, pada sektor:
atraksi, dan amenitas kuliner, fashion, kriya,
di Destinasi Pariwisata aplikasi dan konten
Prioritas digital, games, film, dan
musik.
17,6
e-commerce
triliun
persen -2018-
Kontribusi
tenaga kerja Rp 170
-2024-
di sektor triliun
industri
terhadap total 15,7
pekerja persen
-2018-
14,9
persen
-I.12-
RPJPN 2005 – 2025, Visi Indonesia 2045, dan Visi Misi Presiden menjadi landasan utama
penyusunan RPJMN 2020–2024, yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam 7 agenda
pembangunan sesuai kerangka pikir pada Gambar 1.2.
VISI PRESIDEN
6
Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Memperkuat Infrastruktur untuk
Penyederhanaan
Korupsi, Bermartabat, dan Terpercaya 4 Birokrasi Mendukung Pengembangan
Ekonomi dan Pelayanan Dasar
Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan
7 Memberikan Rasa Aman pada Seluruh
Warga Membangun Lingkungan Hidup,
Transformasi Meningkatkan Ketahanan
5 Ekonomi Bencana, dan Perubahan Iklim
8 Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih,
Efektif, dan Terpercaya
Memperkuat Stabilitas
Polhukhankam dan Transformasi
9 Sinergi Pemerintah Daerah dalam
Kerangka Negara Kesatuan Pelayanan Publik
-I.13-
Gambar 1.2
Kerangka Pikir 7 Agenda Pembangunan
5 PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Dilaksanakan
melalui:
Memperhatikan/
mempertimbangkan
2 kondisi:
LINGKUNGAN HIDUP DAN
1 TRANSFORMASI EKONOMI
WILAYAH KERENTANAN BENCANA 6
• Rata-rata pertumbuhan SEBAGAI BASIS
5,7-6,0% per tahun PEMBANGUNAN
dengan struktur ekonomi
yang lebih baik
Sebagai
Prasyarat:
Namun demikian, perekonomian domestik tetap tumbuh rata-rata 5,0 persen per tahun
sepanjang pelaksanaan RPJMN (Tahun 2015 – 2019). Pertumbuhan ekonomi tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi negara berkembang
di dunia sebesar 4,4 persen per tahun1. Pencapaian tersebut terjadi utamanya karena
berjalannya berbagai kebijakan reformasi struktural, antara lain melalui pembangunan
infrastruktur, perbaikan iklim investasi, perbaikan daya saing industri, perbaikan efisiensi
logistik, stimulus ekspor, serta promosi pariwisata dan penguatan daya beli masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi tersebut didorong oleh pertumbuhan di berbagai
sektor, diantaranya: (1) Industri pengolahan tumbuh rata-rata 4,2 persen per tahun; (2)
Industri pertanian tumbuh rata-rata 3,7 persen per tahun, yang salah satunya didukung
oleh perbaikan infrastruktur pertanian untuk memacu produktivitas; (3) Industri jasa
yang mampu menjadi motor pertumbuhan ekonomi, di antaranya jasa informasi dan
komunikasi; dan (4) Industri transportasi dan pergudangan yang tumbuh masing-masing
sebesar 8,9 dan 7,1 persen per tahun.
Dari sisi pengeluaran, investasi tumbuh rata-rata 5,4 persen per tahun dan merupakan
pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Dukungan terhadap pertumbuhan investasi
utamanya bersumber dari perbaikan iklim investasi, pembangunan infrastruktur, dan
peningkatan layanan investasi. Selanjutnya, konsumsi rumah tangga mampu tumbuh rata-
rata 5,0 persen per tahun. Di samping itu, konsumsi pemerintah mampu tumbuh rata-rata
3,4 persen per tahun. Ekspor dan impor barang dan jasa riil masing-masing tumbuh sebesar
2,1 dan 0,6 persen per tahun.
Stabilitas makro ekonomi diupayakan tetap terjaga, yang tercermin dari terkendalinya
laju inflasi dan nilai tukar, cadangan devisa yang meningkat, dan defisit transaksi berjalan
yang berada dalam batas aman. Sepanjang tahun 2015– 2019, inflasi mencapai rata-rata
3,2 persen per tahun, berada dalam rentang target yang telah ditetapkan. Sementara itu,
di tengah upaya pengendalian nilai tukar dan defisit transaksi berjalan, kondisi neraca
pembayaran Indonesia masih relatif kuat yang tercermin dari peningkatan cadangan
devisa Indonesia dari USD111,9 miliar pada tahun 2014 menjadi USD129,2 miliar pada
tahun 2019.
Di sisi fiskal, kebijakan tetap diarahkan untuk mendukung pertumbuhan dan menjaga
stabilitas ekonomi, dengan tetap memperhatikan kesinambungan fiskal jangka menengah.
Hal ini tercermin dari rasio utang yang di bawah 30 persen Pertumbuhan Domestik Bruto
(PDB) dan defisit anggaran yang terjaga lebih rendah dari 3,0 persen PDB.
Melalui kinerja perekonomian yang kuat dan stabil, kesejahteraan masyarakat meningkat.
Ekspansi perekonomian domestik mampu menciptakan tambahan lebih dari 11 juta
lapangan kerja pada tahun 2015-2019, melebihi target 10 juta lapangan kerja. Tingkat
pengangguran terbuka turun menjadi 5,28 persen pada tahun 2019 dari 6,18 persen pada
tahun 2015. PDB per kapita terus meningkat dari USD3.531 pada tahun 2014 menjadi
USD3.927 pada tahun 2018, setara dengan GNI per kapita (Atlas Method) USD3.840
mendekati ambang batas negara berpendapatan menengah-tinggi2.
Tingkat kemiskinan turun hingga satu digit (9,41 persen pada Maret 2019), karena program
penanggulangan kemiskinan telah dilaksanakan secara efektif. Rasio gini mengalami
penurunan dari 0,414 (2014) menjadi 0,382 (2019) yang menunjukkan berkurangnya
ketimpangan antargolongan pendapatan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengalami
peningkatan dari 68,90 (2014) menjadi 71,39 (2018).
Gambar 1.3
Pencapaian Sasaran Makro Pembangunan 2015-2019
CAPAIAN SASARAN
MAKRO PEMBANGUNAN
9,41 5,28
(2019) (2018)
2.Batas GNI per kapita (Atlas Method) negara berpendapatan menengah tinggi menurut World Bank per Juli 2019
sebesar USD3.996.
-I.19-
Ketidakpastian Global
Ke depan, risiko ketidakpastian masih akan mewarnai perkembangan perekonomian
dunia. Pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia diperkirakan akan cenderung
stagnan dengan tren melambat, masing-masing diproyeksikan3 sebesar 3,5 dan 3,7
persen per tahun sepanjang tahun 2020-2024. Harga komoditas internasional ekspor
utama Indonesia, antara lain batubara dan minyak kelapa sawit, diperkirakan juga relatif
rendah. Selain itu, risiko ketidakpastian lainnya yang perlu diantisipasi antara lain perang
dagang, perlambatan ekonomi China, dan risiko geopolitik di Timur Tengah.
Gambar 1.4
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1968-2019 (Persen)
basis pertumbuhan
15 lonjakan
yang rendah
harga minyak penurunan pertumbuhan dari sektor
10 harga minyak manufaktur & liberalisasi
lonjakan harga komoditas
5
Rata-rata Rata-rata Rata-rata
1968-1979 1980-1996 2000-2019*
0 7,5% 6,4% 5,3%
*angka 2019 berdasarkan
perkiraan Bappenas
-5
-10
Krisis Keuangan Asia
-15
1968 1973 1978 1983 1988 1993 1998 2003 2008 2013 2018
Industry
4.0
-I.21-
Selain menjaga pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga tetap menjadi prioritas. Sasaran
inflasi tahun 2020-2024 dijaga stabil dengan tren menurun, menjadi sekitar 2,7 persen
pada tahun 2024. Pencapaian sasaran tersebut diupayakan melalui penyelesaian
permasalahan struktural, pengelolaan ekspektasi, dan penguatan koordinasi.
Gambar 1.5
Skenario Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2020-2024
6,5
(6.000) Rata-rata
Pertumbuhan Ekonomi, Persen 6,3 6,0
(GNI Per Kapita Harga Berlaku Atlas Method ) (5.550)
Rata-rata
6,0
5,7
(5.130)
6,2
(5.810)
5,7 6,0
(4.730) (5.420)
5,7
5,3
(5.060)
(4.350)
5,4
(4.700)
Gambar 1.6
Rincian Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2020-2024
RATA-RATA 2020-2024
2015-2019 PDB SISI PRODUKSI (PERSEN/TAHUN) PDB SISI PENGELUARAN
Industri Pengolahan
4,2
6,2-6,5 2015-2019
Pertanian Konsumsi RT & LNPRT
3,7 5,0
3,8-3,9 5,4-5,6
Perdagangan Konsumsi Pemerintah
4,1 3,4
6,0-6,3 4,7-4,9
Jasa Keuangan Investasi
6,6 5,4
6,8-7,2 6,6-7,0
Informasi dan Komunikasi PERTUMBUHAN Ekspor
8,9 EKONOMI INDONESIA 2,1
8,3-8,9 4,7-4,9
6,0
Konstruksi
6,1-6,4 5,7-6,0 Impor
4,7-4,8 0,6
Pertambangan
0,4
1,9-2,0
Sumber: Bappenas
-I.22-
Gambar 1.7
Sasaran Makro Pembangunan Tahun 2020-2024
*) Sasaran pada
Defisit Transaksi skenario
Share Industri Berjalan pertumbuhan
Pertumbuhan Investasi Pengolahan
6,6-7,0 persen 1,7* rata-rata 6,0 persen
(2020-2024)
21,0* persen PDB (2024)
per tahun
persen (2024)
Pertumbuhan
Pertumbuhan Ekspor Industri Pengolahan Rasio Pajak
Tingkat Inflasi
2,7* persen
Non Migas Non Migas
10,7-12,3
(2024)
7,4* persen 6,6-7,0 persen persen PDB (2024)
(2020-2024) (2020-2024)
Sumber: Bappenas
Salah satu kunci untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dalam
lima tahun ke depan adalah transformasi struktural. Perbaikan transformasi struktural
utamanya didorong oleh revitalisasi industri pengolahan dengan tetap mendorong
perkembangan sektor lain melalui transformasi pertanian, hilirisasi pertambangan,
pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, dan transformasi sektor jasa.
Gambar 1.8
Sasaran PDB Sisi Produksi: Transformasi Struktural
untuk Peningkatan Kesejahteraan
REVITALISASI INDUSTRI TRANSFORMASI PERTANIAN TRANSFORMASI SEKTOR JASA
Memperbaiki lingkungan usaha yang Meningkatkan produktivitas lahan dan Mendorong sektor jasa dengan nilai tambah yang
mendukung modernisasi industri, termasuk memperkuat nilai tambah pertanian tinggi didorong oleh inovasi dan teknologi
melalui penerapan Industri 4.0
Keterangan:
LISTRIK KONSTRUKSI PERTAMBANGAN Rata-rata pertumbuhan (Persen)
Angka tahun 2019 merupakan
perkiraan
Di sisi permintaan domestik, konsumsi masyarakat (rumah tangga dan Lembaga Non
Profit Rumah Tangga/LNPRT) diharapkan tumbuh rata-rata 5,4-5,6 persen per tahun.
Peningkatan konsumsi masyarakat didorong oleh peningkatan pendapatan masyarat
seiring dengan penciptaan lapangan kerja yang lebih besar dan lebih baik, stabilitas harga,
dan bantuan sosial pemerintah yang lebih tepat sasaran.
Konsumsi pemerintah tumbuh rata-rata 4,7-4,9 persen per tahun didukung oleh
peningkatan belanja pemerintah, baik pusat maupun transfer ke daerah, seiring dengan
peningkatan pendapatan negara, terutama penerimaan perpajakan.
Gambar 1.9
Sasaran PDB Sisi Pengeluaran: Memperkuat Permintaan Domestik
Sumber: Bappenas
-I.24-
Secara keseluruhan, ekspor barang dan jasa secara riil tumbuh rata-rata 4,7-4,9 persen
per tahun. Peningkatan ekspor barang tahun 2020-2024 akan didukung oleh revitalisasi
industri pengolahan yang mendorong diversifikasi produk ekspor non-komoditas, terutama
ekspor produk manufaktur berteknologi tinggi dan mengurangi ketergantungan impor.
Peningkatan juga didorong oleh peningkatan ekspor jasa, utamanya jasa perjalanan,
melalui pengembangan sektor pariwisata. Diversifikasi ekspor tidak hanya dilakukan
dari sisi produk, namun juga dalam hal negara tujuan ekspor. Perluasan pasar ekspor
utamanya dilakukan ke kawasan Afrika, Amerika Latin, dan Eropa Timur. Sementara
impor barang dan jasa secara riil tumbuh rata-rata 4,7-4,8 persen per tahun didorong
oleh peningkatan permintaan domestik, terutama investasi.
Gambar 1.10
Sasaran PDB Sisi Pengeluaran: Diversifikasi Ekspor dan Stabilitas Eksternal
EKSPOR RIIL BARANG DAN JASA IMPOR RIIL BARANG DAN JASA
Kontribusi net ekspor diharapkan menuju positif, didukung oleh revitalisasi sektor industri pengolahan yang mendorong
diversifikasi produk ekspor dan ketergantungan terhadap impor. Peningkatan ekspor juga didukung oleh
pengembangan sektor pariwisata
Sumber: Bappenas
-I.25-
Pemerintah berkomitmen untuk menjaga APBN yang sehat dengan tetap memberikan
stimulus terhadap perekonomian. Pendapatan negara ditargetkan meningkat menjadi
12,9-14,6 persen PDB pada tahun 2024, dengan rasio perpajakan mencapai 10,7-12,3
persen pada tahun 2024. Hal ini dicapai melalui perbaikan yang berkelanjutan baik dari
sisi administrasi maupun kebijakan perpajakan. Dari sisi administrasi, terus dilakukan
pembaruan sistem administrasi perpajakan sebagai upaya perbaikan basis data perpajakan
dan peningkatan kepatuhan. Dari sisi kebijakan, pemerintah terus melakukan penggalian
potensi penerimaan, antara lain potensi yang berasal dari aktivitas jasa digital lintas negara,
reformasi kebijakan cukai melalui penyederhanaan struktur tarif cukai Hasil Tembakau
(HT), peningkatan tarif cukai HT, dan ekstensifikasi barang kena cukai. Kebijakan ini juga
diimbangi dengan peran kebijakan perpajakan sebagai instrumen pendorong investasi
melalui penyediaan insentif fiskal yang mendukung aktivitas penciptaan nilai tambah
ekonomi (industri manufaktur, pariwisata, ekonomi kreatif dan digital).
Gambar 1.11
Sasaran Keuangan Negara Tahun 2024 (Persen PDB)
10,7 - 12,3* 2,1 - 2,2 0,1 - 0,1 9,5 - 11,2 4,9 - 5,1 0,2 - 0,0 (1,5) - (1,7)
Dalam kurun waktu tahun 2020-2024, kebijakan pengendalian inflasi diarahkan untuk: (i)
meningkatkan ketersediaan komoditas pangan strategis; (ii) memperkuat tata kelola sistem
logistik nasional dan konektivitas antarwilayah; (iii) meningkatkan kerjasama antardaerah;
(iv) menjangkar ekspektasi inflasi dalam sasaran yang ditetapkan; serta (iv) meningkatkan
kualitas data/statistik.
Sepanjang tahun 2020-2024, nilai tukar stabil pada tingkat fundamentalnya untuk
menjaga daya saing ekspor. Hal ini dapat dicapai melalui: (i) pengendalian tingkat inflasi; (ii)
optimalisasi suku bunga acuan Bank Indonesia; (iii) kecukupan likuiditas; (iv) pendalaman
pasar keuangan; (v) penurunan defisit transaksi berjalan; serta (vi) sinergi kebijakan yang
diarahkan untuk penerapan reformasi struktural yang mampu meningkatkan daya saing
perekonomian domestik.
Perekonomian nasional dalam kurun waktu lima tahun ke depan diarahkan agar tumbuh
lebih cepat di luar Pulau Jawa dan Sumatera. Pergeseran perekonomian ditandai dengan
bergesernya porsi (share) perekonomian secara nominal sebesar 1,1 persen ke luar Pulau
Jawa dan Sumatera. Angka pergeseran ini telah mempertimbangkan kemampuan wilayah
yang berpotensi untuk tumbuh lebih cepat dari Pulau Jawa dan Sumatera.
Momentum pertumbuhan Pulau Sumatera tetap dijaga dan didorong akan melebihi tingkat
pertumbuhan Pulau Jawa. Kebijakan hilirisasi komoditas unggulan, pengembangan
potensi pariwisata, perkuatan infrastruktur konektivitas antarwilayah menjadi kunci
percepatan pertumbuhan Pulau Sumatera.
Pulau Jawa – Bali tetap menjadi wilayah yang memiliki porsi (share) terbesar dalam
perekonomian didorong oleh pergeseran struktur ekonomi ke sektor jasa dengan tetap
mempertahankan pertumbuhan di sektor industri pengolahan. Pergeseran struktur
ekonomi ini diharapkan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi pulau Jawa - Bali yang
lebih stabil sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Nusa Tenggara bertumpu pada hilirisasi sumber daya
alam, perdagangan, dan pariwisata. Pulau Nusa Tenggara diarahkan untuk melakukan
diversifikasi industri pengolahan yang berbasis pada sektor pertanian, peternakan, dan
perkebunan dengan mengurangi ketergantungan perekonomian pulau tersebut pada
sektor pertambangan.
-I.27-
Pulau Sulawesi masih menjadi penopang pertumbuhan di Kawasan Indonesia Timur dengan
didorong oleh investasi untuk hilirisasi sumber daya alam, peningkatan konektivitas sentra
industri, dan sebagai pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia.
Pulau Papua diharapkan tumbuh lebih tinggi untuk meningkatkan skala ekonomi
di Kawasan Timur Indonesia dengan didorong oleh hilirisasi sumber daya alam dan
diversifikasi industri pengolahan berbasis perkebunan, pangan, dan perikanan. Penguatan
konektivitas juga dilakukan untuk menurunkan disparitas harga komoditas dan biaya
logistik. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, Maluku dan Papua diharapkan
mampu mengejar ketertinggalan dari wilayah lainnya.
Gambar 1.12
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi per Pulau Tahun 2020-2024
MALUKU
2015-2019 : 6,2
2020-2024 : 7,3
Sumber : Bappenas
-I.28-
Untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,7-6,0 persen per tahun,
dibutuhkan investasi sebesar Rp35.212,4-35.455,6 triliun sepanjang tahun 2020-2024.
Dari total kebutuhan tersebut, pemerintah dan BUMN akan menyumbang masing-masing
sebesar 8,4-10,1 persen dan 8,5-8,8 persen, sementara sisanya akan dipenuhi oleh
masyarakat atau swasta.
Tabel 1.1
Pertumbuhan dan Stuktur Ekonomi Tahun 2020-2024 (Persen)
Tabel 1.2
Neraca Pembayaran Indonesia Tahun 2020-2024 (USD Miliar)
Transaksi Modal dan Finansial 39,3 31,2 33,4 35,8 38,0 42,0
Memorandum:
Tabel 1.3
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2020-2024 (Persen PDB)
- Dana Desa 0,4 0,4 – 0,4 0,4 – 0,4 0,4 – 0,4 0,4 – 0,4 0,4 – 0,4
Keseimbangan Primer (0,5) 0,0–(0,3) 0,1 – 0,0 0,1 – 0,0 0,2 – 0,0 0,2 – 0,0
Surplus/Defisit Ang- (1,8) – (1,6) – (1,6) – (1,6) – (1,5) –
(2,2)
garan (2,0) (1,7) (1,7) (1,7) (1,7)
Pembiayaan o/w 2,5 1,8 – 2,0 1,6 – 1,7 1,6 – 1,7 1,6 – 1,7 1,5 – 1,7
Pembiayaan Utang 2,7 2,0 – 2,3 1,8 – 2,1 1,8 – 2,1 1,8 – 2,1 1,7 – 2,1
Pembiayaan In- (0,3) – (0,3) – (0,3) – (0,3) – (0,3) –
(0,3)
vestasi (0,5) (0,5) (0,5) (0,5) (0,5)
Pembiayaan Lain-
0,1 0,1 – 0,2 0,1 – 0,1 0,1 – 0,1 0,1 – 0,1 0,1 – 0,1
nya
29,6 – 29,4 – 29,1 – 28,9 – 28,5 –
Rasio Utang 29,8
30,4 30,0 29,8 29,6 29,2
*) Berdasarkan Realisasi APBN 2019 Sementara s.d. 31 Desember 2019
Batasan Pembangunan
(Development Constraint)
Keterbatasan daya dukung sumber daya alam dan daya tampung lingkungan hidup dalam
mendukung pembangunan didefinisikan sebagai batas kemampuan sumber daya alam
untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan
antar keduanya; serta kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/
atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. Daya dukung sumber
daya alam dan daya tampung lingkungan hidup tersebut wajib menjadi pertimbangan
dalam setiap proses perencanaan pembangunan karena akan menentukan keberlanjutan
pembangunan.
Beberapa parameter daya dukung sumber daya alam dan daya tampung lingkungan hidup
yang perlu diperhatikan meliputi: (a) Tutupan Hutan Primer; (b) Tutupan Hutan di atas
Lahan Gambut; (c) Habitat Spesies Kunci; (d) Luas Pemukiman di Area Pesisir terdampak
Perubahan Iklim; (e) Kawasan Rawan Bencana; (f) Ketersediaan Air; serta (g) Ketersediaan
Energi.
Hutan memberikan jasa lingkungan yang tidak ternilai bagi keberlangsungan kehidupan.
Nilai manfaat jasa lingkungan hutan yang paling optimal terdapat pada hutan primer,
yakni tutupan hutan alam dengan kondisi masih utuh yang belum mengalami gangguan
eksploitasi oleh manusia.
Walaupun laju deforestasi hutan primer telah berhasil dikurangi secara signifikan dengan
diterapkannya kebijakan moratorium hutan primer sejak tahun 2011, namun penyusutan
tutupan hutan primer masih terjadi di beberapa lokasi tertentu. Pada tahun 2045
Gambar 1.13
Proyeksi Penurunan Tutupan Hutan Primer
28,0%
luas daratan
54
luas hutan primer (juta
52
50 24,9%
luas daratan
24,4%
luas daratan
48
ha)
46
44
42
2000 2005 2010 2015 2018 2020 2024 2030 2035 2040 2045
Proyeksi
Data
Historis
diproyeksikan luas tutupan hutan primer tinggal tersisa 45,8 juta ha atau 24 persen dari
total luas daratan nasional sebesar 188 juta ha. (Gambar 1.13). Agar dapat mempertahankan
fungsinya, maka area hutan primer dalam Peta Moratorium seluas 45-46 juta ha (kondisi
tahun 2019) atau sekitar 24-25 persen dari luas total lahan nasional merupakan luas
minimal yang harus dipertahankan dalam perencanaan pembangunan.
Selain kaya akan keanekaragaman hayati dan memiliki fungsi hidrologis yang sangat
penting dalam mengatur tata air di wilayah sekitarnya, ekosistem gambut juga
mengandung cadangan karbon yang sangat tinggi sehingga diperlukan upaya terintegrasi
dalam mengkonservasi dan merestorasinya.
Ekosistem gambut saat ini terus mengalami ancaman terutama dari pengeringan lahan
gambut, deforestasi, serta kebakaran di lahan gambut yang berpotensi meningkatkan
emisi gas rumah kaca (GRK) dan mengganggu fungsi ekosistem gambut tersebut. Luas
tutupan hutan, baik hutan primer maupun sekunder yang terletak di atas lahan gambut
cenderung semakin berkurang sehingga menunjukkan semakin meluasnya kerusakan
pada lahan gambut dari tahun ke tahun (Tabel 1.4).
Total lahan gambut yang telah direstorasi pada kawasan budidaya berizin/konsesi (Hak
Guna Usaha dan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan) hanya mencapai 143.448 ha
dari target 1.784.353 ha sampai tahun 2020 (8 persen); sementara lahan gambut yang
berhasil direstorasi pada kawasan non-izin (HL, HP, KK, APL) baru mencapai 682.694 dari
target 892.248 ha sampai tahun 2020 (77 persen). Apabila tidak ada perbaikan kebijakan,
dikhawatirkan target pemulihan dan restorasi gambut tidak dapat tercapai dengan optimal.
Dalam rencana pembangunan ke depan total tutupan hutan di atas lahan gambut perlu
dipertahankan pada luas minimal 9,2 juta ha seperti kondisi di tahun 2000 sehingga pada
periode RPJMN 2020-2024 setidaknya diperlukan tambahan gambut yang direstorasi
seluas 1,5-2 juta ha. Untuk itu, upaya restorasi lahan gambut yang telah dilaksanakan
secara intensif sejak tahun 2015 perlu tetap menjadi prioritas dalam RPJMN 2020-2024.
Tabel 1.4
Perubahan Luas Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut
Luas Tutupan Hutan di Lahan Gambut
Luas Lahan
Pulau 2000 2015
Gambut (Ha)
Ha % Ha %
Sumatera 4.120.325 1.789.500 43,43 837.675 20,33
Salah satu faktor pembatas yang harus menjadi perhatian utama dalam merencanakan
pembangunan di Indonesia adalah habitat dari spesies kunci. Spesies kunci ini adalah
tumbuhan atau satwa yang diprioritaskan untuk dilindungi serta dapat mewakili
keanekaragaman hayati secara keseluruhan dalam sebuah ekosistem. Kehilangan spesies
kunci akan mengakibatkan gangguan terhadap keberlanjutan struktur, fungsi dan
produktifitas dari habitat/ekosistem tersebut.
Terdapat sembilan spesies kunci yang menjadi faktor pembatas di dalam analisis daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup, yaitu Babirusa, Anoa, Badak Jawa, Owa
Jawa, Gajah Kalimantan, Orang Utan Kalimantan, Orang Utan Sumatera, Gajah Sumatera,
dan Harimau Sumatera. Habitat spesies kunci ini diproyeksikan akan berkurang secara
signifikan akibat pengurangan luas tutupan hutan, sehingga menjadikan spesies tersebut
semakin terancam punah (Gambar 1.14).
Analisis menunjukkan bahwa tutupan hutan pada habitat spesies kunci di sebelah barat
Garis Wallacea akan menyusut dari 80,3 persen di tahun 2000 menjadi 49,7 persen di tahun
2045, terutama pada wilayah Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan luas key biodiversity
areas di sisi timur Garis Weber, khususnya wilayah Maluku dan Papua diperkirakan juga
berkurang signifikan akibat dari masifnya pembangunan. Sebagai wilayah yang mengalami
Gambar 1.14
Proyeksi Penyusutan Tutupan Hutan pada Habitat Beberapa Spesies Kunci
Tahun 2000-2045
penurunan luas habitat spesies kunci terbesar maka pembangunan di wilayah Sumatera
dan Kalimantan harus lebih mempertimbangkan keberadaan habitat dari spesies yang
terancam punah tersebut.
Sesuai hasil analisis tersebut, luas tutupan habitat spesies kunci secara nasional terutama
di sebelah barat Garis Weber yang harus dipertahankan adalah minimal seluas 43,2 juta
ha. Bila luasan habitat satwa kunci ini tidak dapat dipertahankan maka dikhawatirkan
mengganggu fungsi ekosistem yang dapat menjadi hambatan utama dalam mewujudkan
pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.
Kemiringan lereng pantai menjadi faktor utama dalam menentukan tingkat kerentanan
di daerah pesisir pantai. Daerah pesisir pantai yang memiliki tingkat kerentanan tinggi
adalah daerah yang rawan terjadi abrasi, yaitu pantai dengan tingkat kemiringan yang
rendah (landai). Sedangkan daerah pesisir pantai yang memiliki tingkat kerentanan yang
rendah merupakan daerah yang aman dari bahaya abrasi, yaitu pantai dengan tingkat
kemiringan yang tinggi (curam).
Tinggi muka air laut pada tahun 2040 diproyeksikan akan mengalami kenaikan hingga
50 cm dibandingkan pada tahun 2000 akibat dampak perubahan iklim. Kenaikan tinggi
gelombang laut ini akan mendorong perubahan kemiringan lereng pantai dan lingkungan
pantai akibat banjir dan perubahan suplai sedimen sehingga diperkirakan meningkatkan
cakupan luas wilayah permukiman di pesisir yang rentan abrasi/akresi akibat perubahan
tinggi muka air laut hingga sepanjang lebih dari 18.480 km di tahun 2045.
Berdasarkan hasil analisis KLHS diketahui daerah pemukiman yang saat ini sudah terkena
efek abrasi sepanjang 11 km. Daerah pemukiman yang berpotensi terkena efek abrasi
sepanjang 253 km. Sedangkan daerah pemukiman yang perlu waspada akan dampak
abrasi sepanjang 155 km. Kondisi tersebut menjadi faktor pembatas pembangunan
karena akan mengancam permukiman dan infrastruktur lain yang sudah ada, sehingga
tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, perubahan iklim juga berdampak
pada tingginya gelombang laut yang mempengaruhi pola penangkapan ikan dan nelayan
(Bappenas, 2018).
Secara geografis, Indonesia merupakan negara yang rawan akan bencana alam. Sebagian
besar wilayah Indonesia terletak di atas jalur-jalur sumber gempa besar dari zona
megathrust-subduksi lempeng dan sesar-sesar aktif sehingga bukan hanya berpotensi
menimbulkan kerusakan infrastruktur dan konektivitas dasar namun juga dapat
menimbulkan kerugian korban jiwa yang sangat besar.
F. Ketersediaan Air
Kerusakan tutupan hutan diperkirakan akan memicu terjadinya kelangkaan air baku
khususnya pada pulau-pulau yang memiliki tutupan hutan sangat rendah seperti Pulau
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Kelangkaan air baku juga mulai terjadi pada beberapa
wilayah lainnya dikarenakan dampak dari perubahan iklim global yang menerpa sebagian
besar wilayah Indonesia.
Saat ini ketersediaan air sudah tergolong langka hingga kritis di sebagian besar wilayah
Pulau Jawa dan Bali. Diperkirakan luas wilayah kritis air meningkat dari 6 persen (2000)
menjadi 9,6 persen (2045), yang mencakup wilayah Sumatera bagian selatan, Nusa
Tenggara Barat, dan Sulawesi bagian selatan.
Agar kelangkaan air tidak sampai menghambat pembangunan maka wilayah aman air
secara nasional perlu dipertahankan seluas minimal 175,5 juta ha (93 persen dari luas
wilayah Indonesia); sedangkan ketersediaan air pada setiap pulau harus dipertahankan
di atas 1.000 m3/kapita/tahun. Khusus untuk Pulau Jawa, mengingat ancaman krisis air
sudah sangat mengkhawatirkan maka proporsi wilayah aman air perlu ditingkatkan secara
signifikan.
G. Ketersediaan Energi
Suplai energi dari dalam negeri pada tahun 2018 hanya mampu memenuhi sekitar 75
persen dari permintaan energi nasional dan diperkirakan akan terus menurun hingga 28
persen di tahun 2045. Berkurangnya kemampuan produksi energi domestik diperkirakan
dapat mempengaruhi keseimbangan antara suplai dan kebutuhan energi nasional di masa
yang akan datang.
Guna memenuhi kebutuhan energi nasional, maka pada tahun 2024 porsi energi baru
terbarukan harus ditingkatkan hingga menuju 23 persen dari bauran energi nasional.
Selain itu, diperlukan peningkatan upaya penemuan sumber-sumber energi baru untuk
mengantisipasi laju penurunan cadangan sumber daya energi fosil di masa mendatang.
Keterbatasan daya dukung sumber daya alam dan degradasi daya tampung lingkungan
hidup merupakan tantangan nyata yang dapat menghambat pencapaian target-target
pembangunan. Diperlukan upaya yang holistik dan terintegrasi dari berbagai sektor
untuk mengatasi tantangan tersebut. Perencanaan pembangunan perlu memperhatikan
keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan pencapaian target-
target pembangunan serta memperhatikan arahan fungsi dan struktur ruang dalam
pembangunan kewilayahan.
-I.37-
Sasaran tersebut dapat dicapai melalui investasi publik yang berkualitas yaitu: 1) Tepat
sasaran dan waktu; 2) Memberikan dampak positif yang signifikan dan berkelanjutan;
3) Konsisten dengan arah kebijakan, program, dan rencana pembangunan; serta 4)
Penggunaan sumber daya dan dana yang efisien.
Dalam lima tahun terakhir, penerimaan perpajakan terhadap PDB (tax ratio) Indonesia
masih rendah, bahkan lebih rendah dibandingkan dengan tax ratio negara yang
berpendapatan setara. Akar permasalahan utama dari rendahnya tax ratio tesebut
adalah kebijakan perpajakan yang belum cukup memadai untuk mewujudkan sistem
perpajakan yang mampu memobilisasi penerimaan perpajakan secara optimal. Selain itu,
sistem administrasi perpajakan, kepatuhan individu dalam kewajiban perpajakan, serta
peran kelembagaan perpajakan turut mempengaruhi terhadap belum optimalnya kinerja
perpajakan. Berbagai permasalahan perpajakan tersebut menyebabkan terbatasnya
ruang fiskal untuk mendanai kebutuhan pembangunan.
MEMBANGUN KEMANDIRIAN
Melaksanakan pembangunan berdasarkan kemampuan dalam negeri
sesuai dengan kondisi masyarakat, pranata sosial yang ada dan
memanfaatkan kelebihan dan kekuatan bangsa Indonesia.
MENJAMIN KEADILAN
Keadilan adalah pembangunan dilaksanakan untuk memberikan
manfaat yang sesuai dengan apa yang menjadi hak warga negara, bersifat
proporsional dan tidak melanggar hukum dalam menciptakan masyarakat
yang adil dan makmur.
MENJAGA KEBERLANJUTAN
Keberlanjutan adalah memastikan bahwa upaya pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan saat ini dengan mempertimbangkan kemampuan
generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri pada
saatnya nanti.
Keadilan antar generasi dimana setiap Keadilan dalam satu generasi, dimana
generasi manusia di dunia memiliki hak keadilan di dalam sebuah generasi umat
untuk menerima dan menempati bumi manusia dimana beban permasalahan
bukan dalam kondisi yang buruk akibat lingkungan harus dipikul bersama oleh
perbuatan generasi sebelumnya. masyarakat dalam satu generasi.
Tujuan Gender
Pembangunan
Berkelanjutan
Pada RPJMN 2020-2024 direncanakan 41 Major Project yang dirinci hingga proyek dengan
target, lokasi dan instansi pelaksana yang jelas. Dalam penyusunan dan pelaksanaannya,
Major Project melibatkan Kementerian/Lembaga (K/L), Pemerintah Daerah, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) serta Masyarakat/Badan Usaha.
Major Project menjadi acuan penekanan kebijakan dan pendanaan dalam RPJM, RKP dan
APBN tahunannya. Di dalam pendanaannya dilakukan langkah-langkah integrasi antar
sumber pendanaan melalui Belanja K/L serta sumber-sumber pendanaan lainnya seperti
Subsidi, Transfer Ke Daerah, Daerah, Masyarakat, BUMN serta sumber pendanaan lainnya.
Selain itu juga diupayakan langkah-langkah mendorong inovasi skema pembiayaan
(innovative financing) antara lain seperti Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU),
Blended Finance, Green Finance serta Output Based Transfer/Hibah ke daerah.
Selain itu, Major Project dapat menjadi alat kendali pembangunan sehingga sasaran dan
target Pembangunan dalam RPJMN 2020-2024 dapat terus dipantau dan dkendalikan.
Rincian Indikator Major Project memenuhi kaidah SMART (Specific, Measurable, Achievable,
Realistic, Timely).
-I.44-
Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
1 Industri 4.0 di 5 Sub • Meningkatnya kontribusi 245,8 a.l Kemenperin,
Sektor Prioritas: industri dalam PDB menjadi • APBN: 13,0 Kemendag, Badan
Makanan dan 21,0% • BUMN 125,9 Usaha (BUMN/
Minuman, Tekstil • Swasta: 106,9 Swasta)
dan Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
2 10 Destinasi • Meningkatnya devisa sektor 161 a.l Kemenparekraf,
Pariwisata Prioritas: pariwisata menjadi 30 miliar (APBN, KPBU, KemenPUPR,
Danau Toba, USD (2024) BUMN, Swasta) Pemda, Badan
Borobudur Dskt, • Meningkatnya jumlah Usaha (BUMN/
Lombok-Mandalika, perjalanan wisatawan 350- Swasta)
Labuan Bajo, Manado- 400 juta perjalanan dan
Likupang, Wakatobi, wisatawan mancanegara
Raja Ampat, Bromo- 22,3 juta kedatangan (2024)
Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
3 9 Kawasan Industri • Industrialisasi diluar Pulau 317,4 a.l KemenESDM,
di luar Jawa dan 31 Jawa, mampu mencapai • APBN: 15,7 Kemenperin,
smelter target pertumbuhan • Swasta: 176,0 Pemda, Badan
ekonomi diluar Pulau Jawa • KPBU: 14,3 Usaha (BUMN/
• BUMN: 111,4
Swasta)
4 Penguatan Jaminan • Meningkatnya pendapatan 226,4 a.l Kementan,
Usaha Serta 350 petani rata-rata 5% per • APBN: 200,9 KemenKP,
Korporasi Petani dan tahun dan pendapatan • Swasta: 25,5 KemenKUKM,
Nelayan nelayan rata-rata 10% per Kemenperin,
tahun (target SDGs) Badan Usaha
• Meningkatnya produktivitas (BUMN/ Swasta)
komoditas 5% per tahun.
5 Pembangunan Energi • Meningkatnya porsi energi 32,0 a.l Kementan
Terbarukan Green baru terbarukan dalam • APBN: 1,1 KemenESDM,
Fuel Berbasis Kelapa bauran energi nasional • BUMN: 11,9 BPDPKS, Badan
Sawit menuju 23% • Swasta: 19,0 Usaha (BUMN/
Swasta)
6 Revitalisasi Tambak • Meningkatnya produksi 25 a.l KemenKP,
di Kawasan Sentra perikanan budidaya (ikan • APBN: 3,3 KemenPUPR,
Produksi Udang dan menjadi 10,32 Juta ton) • Swasta: 21,7 Kemendag,
Bandeng • Meningkatnya pertumbuhan KemenKUKM,
ekspor udang 8% per tahun KemenESDM,
Pemda, Badan
Usaha (BUMN/
Swasta)
-I.45-
Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
7 Integrasi Pelabuhan • Meningkatnya produksi 30 a.l KemenKP,
Perikanan dan Fish perikanan tangkap bernilai • APBN: 7,2 KemenPUPR,
Market Bertaraf ekonomi tinggi menjadi • KPBU dan Kemenperin,
Internasional 10,10 Juta ton pada tahun Swasta: 22,8 Pemda, Badan
2024 Usaha (BUMN/
• Meningkatnya nilai ekspor Swasta)
hasil perikanan menjadi
USD 8,0 miliar pada tahun
2024
8 Pembangunan • Meningkatnya pertumbuhan 69,9 a.l BP Batam,
Wilayah Batam – industri dan pariwisata • APBN: 6,4 KemenPUPR,
Bintan Batam-Bintan • KPBU: 9,5 Pemda, Badan
• Badan Usaha: Usaha (BUMN/
54,0
Swasta)
9 Pengembangan • Meningkatnya share PDRB 222,9 a.l KemenPUPR,
Wilayah wilayah Metropolitan luar (APBN, KPBU & Kemenhub,
Metropolitan: Jawa terhadap Nasional Swasta) KemenKominfo,
Palembang, • Meningkatnya Indeks Kota KemenESDM,
Banjarmasin, Berkelanjutan (IKB) untuk Kemendagri, BPS,
Makassar, Denpasar kabupaten/kota didalam Badan Usaha
wilayah metropolitan (BUMN/ Swasta)
10 Ibu Kota Negara • Meningkatnya pembangunan 466,04 a.l KemenPPN/
(IKN) KTI untuk pemerataan • APBN: 90,35 Bappenas,
wilayah • KPBU: 252,46 KemenATR/BPN,
• Badan Usaha: KemenPUPR,
123,23
Badan Usaha
(BUMN/ Swasta)
11 Pengembangan Kota • Meningkatnya Indeks Kota 134,6 a.l KemenPUPR,
Baru: Berkelanjutan untuk Kab. (APBN, Badan Kemenhub, Badan
Maja, Tanjung Selor, Lebak (Maja), Kab. Bulungan Usaha & Swasta) Usaha (BUMN/
Sofifi, dan Sorong (Tanjung Selor), Kota Tidore Swasta)
Kepulauan (Sofifi), Kota
Sorong (Sorong)
12 Wilayah Adat Papua: • Meningkatnya pertumbuhan 27,4 a.l KemenPUPR,
Wilayah Adat Laa ekonomi, pemerataan (APBN) Kemen ESDM,
Pago dan Wilayah pembangunan, dan Kementan,
Adat Domberay kesejahteraan masyarakat KemenDesa PDTT,
pada 10 Kabupaten di Kemenhub, Pemda
Wilayah Adat Laa Pago dan
11 Kabupaten di Wilayah
Adat Domberay
• Meningkatnya aksesibilitas
transportasi dan distribusi
komoditas unggulan
-I.46-
Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
13 Pemulihan • Meningkatnya kualitas 15,2 a.l BNPB,
Pascabencana: kehidupan masyarakat • APBN: 14,8 Kemensos,
(Kota Palu dan terdampak bencana melalui • APBD: 0,4 KemenPUPR,
Sekitarnya, Pulau kegiatan rehabilitasi dan Masyarakat,
Lombok dan rekonstruksi pascabencana Badan Usaha
Sekitarnya, serta • Percepatan pemulihan (BUMN/ Swasta)
Kawasan Pesisir Selat infrastruktur pendukung
Sunda) ekonomi, peningkatan
kondisi ekonomi, serta
mendorong peningkatan
ekonomi lokal masyarakat
pada daerah terdampak
bencana
14 Pusat Kegiatan • Sebagai Pusat perkotaan 3,4 a.l KemenPUPR,
Strategis Nasional: yang berpotensi sebagai pos • APBN: 3,0 Kemenhub,
PKSN Paloh-Aruk, pemeriksaan lintas batas • KPBU: 0,4 KemenKP
PKSN Nunukan, dengan negara tetangga
PKSN Atambua, PKSN • Sebagai Pusat perkotaan
Kefamenanu, PKSN yang berfungsi sebagai pintu
Jayapura, & PKSN gerbang internasional yang
Merauke menghubungkan dengan
negara tetangga
• Sebagai Pusat perkotaan
yang merupakan simpul
utama transportasi yang
menghubungkan wilayah
sekitarnya
• Sebagai Pusat perkotaan
yang merupakan pusat
pertumbuhan ekonomi
yang dapat mendorong
perkembangan kawasan di
sekitarnya
15 Percepatan • Menurunnya angka 87,1 a.l Kemenkes,
Penurunan Kematian kematian lbu hingga 183 per (APBN) BKKBN,
Ibu dan Stunting 100.000 kelahiran hidup KemenPUPR,
• Menurunnya prevalensi Kemendagri,
stunting hingga 14% Kemendikbud,
Pemda
16 Pembangunan • Meningkatnya kapabilitas 0,8 a.l Kemenristek/
Science Techno penciptaan inovasi dan (APBN) BRIN,
Park (Optimalisasi produk inovasi nasional Kemendikbud,
Triple Helix di 4 Major Perguruan Tinggi
Universitas) Negeri (UGM, IPB,
ITB dan UI) dan
Swasta
17 Pendidikan dan • Meningkatnya tenaga 29,1 a.l Kemenaker,
Pelatihan Vokasi kerja berkeahlian yang (APBN) Kemenperin
untuk Industri 4.0 mendukung pengembangan Kemdikbud, BPS
industri 4.0
-I.47-
Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
18 Integrasi Bantuan • Meningkatkan ketepatan 406,5 a.l Kemensos,
Sosial Menuju Skema sasaran dan efektifitas (APBN) KemenKominfo,
Perlindungan Sosial program bantuan sosial Kemendikbud,
Menyeluruh • Meningkatnya cakupan Kemenristek/
layanan keuangan non BRIN, Kemendag,
tunai dan keuangan formal Kemen ESDM,
terutama penduduk miskin Kemendagri, BPS
dan rentan
19 Jalan Tol Trans • Berkurangnya waktu 308,5 a.l KemenPUPR,
Sumatera Aceh- tempuh Lampung – Aceh • APBN: 105,5 Badan
Lampung dari 48 jam menjadi 30 jam • KPBU: 203,0 Usaha (BUMN/
Swasta)
20 KA Kecepatan Tinggi Berkurangnya waktu tempuh: 63,6 a.l Kemenhub,
Pulau Jawa • Jakarta – Semarang dari 5 • APBN: 21,6 KemenPUPR,
(Jakarta – Semarang jam menjadi 3,5 jam • KPBU: 42,0 BPPT, Badan
dan Jakarta – • Jakarta – Bandung dari 3 Usaha (BUMN/
Bandung) jam menjadi 40 menit Swasta)
21 Kereta Api Makassar- • Terhubungnya Kawasan 6,4 a.l Kemenhub,
Pare Pare Industri dengan Pelabuhan • APBN: 3,8 KemenBUMN,
Garongkong dan Makassar • Badan Usaha: Badan Usaha
New Port 2,6 (BUMN/ Swasta)
• Berkurangnya beban
angkutan barang di Jalan
Nasional Lintas Barat
Sulawesi 20-30% pada
tahun 2045 (target 1,5 juta
ton/tahun)
22 Jaringan Pelabuhan • Meningkatnya kinerja 113,0 a.l Kemenhub,
Utama Terpadu pelabuhan dengan (BUMN/Swasta) Badan Usaha
standardisasi pelabuhan (BUMN/ Swasta)
utama
• Meningkatnya efisiensi rute
pelayaran domestik dengan
membentuk loop secara
teratur menjadi 27%
• Meningkatnya keterpaduan
pelabuhan dengan kawasan
pada hinterland
23 Sistem Angkutan • Berkurangnya potensi 118,8 a.l Kemenhub,
Umum Massal kerugian ekonomi akibat (APBN, APBD, KemenPUPR,
Perkotaan kemacetan di wilayah BAdan Usaha) Pemda, Badan
di 6 Wilayah metropolitan Usaha (BUMN/
Metropolitan: Swasta)
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
-I.48-
Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
24 Pembangunan dan • Meningkatnya kapasitas 637,0 a.l Pertamina,
Pengembangan produksi minyak menjadi (Badan Usaha) Badan
Kilang Minyak 1,9 Juta Barrel Per Hari di Usaha,
tahun 2026; Kementerian
• Perbaikan neraca ESDM, Kemenkeu,
perdagangan di sektor BUMN
migas.
25 Pembangkit Listrik • Berlanjutnya penyelesaian 1.121,0 a.l KemenPUPR,
27.000 MW, target program 35.000 MW (Badan Usaha) Kementan,
Transmisi 19.000 • Mendukung target EBT pada KemenESDM,
KMS dan Gardu bauran energi primer pada Badan Usaha
Induk 38.000 MVA akhir tahun 2024 sebesar (BUMN/ Swasta)
19,5%
• Tersedianya pasokan listrik
untuk target penggunaan
listrik 1.400 kWh per kapita
di 2024
• Penurunan Emisi CO2
Pembangkit sebesar 3,5 juta
ton CO2 pada 2024
• Menurunnya tingkat
pemadaman listrik (SAIDI)
menjadi 1 jam/pelanggan di
2024
• Terpenuhinya kebutuhan
listrik di kawasan prioritas
nasional
26 Infrastruktur TIK • Berkurangnya kesenjangan 435,2 a.l KemenKominfo,
untuk Mendukung digital • APBN: 7,2 Kemenkes, Badan
Transformasi Digital • Menyediakan layanan • Badan Usaha: Usaha (BUMN/
internet cepat untuk 428,0 Swasta), K/L
mendukung digitalisasi terkait
sektor ekonomi, sosial, dan
pemerintahan
27 Pengamanan Pesisir • Mengatasi bencana banjir 54,9 a.l KemenPUPR,
5 Perkotaan Pantura rob di DKI Jakarta, • APBN: 31,4 KemenESDM,
Jawa Semarang, Pekalongan, • KPBU: 18,7 KemenLHK,
Demak, dan Cirebon • APBD: 4,8 Pemda, Badan
• Berkurangnya waktu Usaha (BUMN/
tempuh Semarang – Demak Swasta)
(1 jam menjadi 25 menit)
28 18 Waduk Multiguna • Tersedianya pasokan air 92,9 a.l KemenPUPR,
baku dari waduk 23,5 m3/ • APBN: 12,9 Swasta
detik dan pasokan listrik • KPBU: 24,0
2.438 MW • Swasta : 60,0
• Tersedianya pasokan
air di 51 daerah irigasi
premium sebesar 20% guna
mendukung ketahanan
pangan
• Meningkatnya efisiensi
dan kinerja irigasi di atas
70% yang didukung oleh
pemanfaatan teknologi di 9
DI
-I.49-
Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
29 Jembatan Udara 37 • Menurunnya harga bahan 7,7 a.l Kemenhub,
Rute di Papua pokok di Wilayah Papua (APBN)
sebesar 50%
30 Jalan Trans pada 18 • Meningkatnya konektivitas 12,4 a.l KemenPUPR,
Pulau Tertinggal, dan mobilitas barang (APBN) Pemda
Terluar, dan dan penumpang untuk
Terdepan menurunkan harga
komoditas
31 Jalan Trans Papua • Meningkatnya konektivitas 15,4 a.l KemenPUPR,
Merauke - Sorong dan aksesibilitas bagi (APBN)
wilayah perdalaman,
terutama wilayah
Pegunungan Tengah Papua
• Berkurangnya biaya logistik
angkutan bahan pokok
mencapai 50%.
32 Akses Sanitasi (Air • Meningkatnya rumah tangga 140,9 a.l KemenPUPR,
Limbah Domestik) yang memiliki akses sanitasi • APBN: 73,5 Kemenkes,
Layak dan Aman layak menjadi 90% • APBD: 1,7 Kemendagri,
(90% Rumah Tangga) • Masyarakat/ Pemda, Badan
Swasta: 65,7
Usaha (BUMN/
Swasta), dan
Masyarakat
33 Akses Air Minum • Meningkatnya akses air 123,5 a.l KemenPUPR,
Perpipaan (10 Juta minum layak pada tahun • APBN: 77,9 Pemda, dan Badan
Sambungan Rumah) 2024 menjadi 100% • APBD: 15,6 Usaha
• KPBU: 29,9
Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
37 Pipa Gas Bumi Trans • Tersambungnya jaringan 36,4 a.l. KemenESDM,
Kalimantan (2.219 pipa gas bumi wilayah (Badan Usaha) Badan Usaha
km) Kalimantan (Trans (BUMN/ Swasta)
Kalimantan);
• Terpenuhinya kebutuhan
gas bumi di sektor industri,
pembangkit listrik, hingga
kebutuhan jaringan gas
rumah tangga dan komersial
di Kalimantan;
• Mendukung penyediaan
energi untuk calon ibukota
negara;
• Meningkatnya pemanfaatan
potensi gas bumi di wilayah
Natuna
38 Pembangunan • Meningkatnya kapasitas 4,6 a.l KemenLHK,
Fasilitas Pengolahan jumlah limbah B3 yang • APBN: 0,6 Kemenkes, Badan
Limbah B3 terolah hingga 26.880 ton/ • KPBU: 3,0 Usaha (BUMN/
tahun • Swasta: 1,0 Swasta)
39 Penguatan Sistem • Meningkatnya kecepatan 13,0 a.l BMKG, BNPB,
Peringatan Dini penyampaian peringatan (APBN) KemenLHK,
Bencana dini bencana dari 5 menit KemenESDM,
menjadi 3 menit BIG, BPPT
40 Penguatan • Menurunnya insiden 8,0 a.l BSSN, Polri,
NSOC - SOC dan serangan siber; (APBN) Kemenhan/TNI,
Pembentukan 121 • Meningkatnya integrasi dan BIN
CSIRT sharing data informasi antar
stakeholder terkait (baik
pemerintah, swasta, dan
komunitas siber lainnya).
Catatan: Deskripsi lengkap Proyek Prioritas Strategis (Major Project) dapat dilihat pada lampiran 2.
-II.1-
BAB II
MEMPERKUAT KETAHANAN
EKONOMI UNTUK PERTUMBUHAN
YANG BERKUALITAS DAN
BERKEADILAN
-II.2-
Pendahuluan
Pengelolaan pangan
menunjukan capaian
produksi yang meningkat.
Surplus beras sekitar 2,8
juta ton pada tahun 2018
dan rata-rata pertumbuhan
produksi daging sebesar 5,5%
per tahun. Peningkatan kunjungan
wisatawan mancanegara dari
9,4 juta orang pada tahun
2014 menjadi 15,8 juta orang,
dengan penerimaan devisa
Angka kerawanan pangan sebesar USD 19,3 miliar pada
menurun menjadi 7,9 % tahun 2018.
pada tahun 2018
Peningkatan realisasi
investasi dari Rp 545,4 triliun
pada tahun 2015 menjadi Rp
721,3 triliun pada tahun 2018.
8 Kawasan Industri /
Kawasan Ekonomi Khusus
sudah beroperasi.
-II.4-
Peningkatan pengelolaan dan produksi sumber pangan ini berdampak positif pada
membaiknya kualitas konsumsi dan gizi masyarakat seperti ditunjukkan dengan skor
Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 91,3/100 (AKE, 2000 kkal/kapita/hari), dan angka
kerawanan pangan yang menurun menjadi 7,9 persen. Konsumsi ikan masyarakat terus
meningkat dari 41,1 kg/kapita/tahun pada tahun 2015 menjadi 50,7 kg/kapita/tahun
pada tahun 2018. Akses masyarakat ke sumber air minum yang layak meningkat menjadi
87,8 persen pada tahun 2018.
Kualitas kehidupan masyarakat juga meningkat dengan akses ke sumber energi yang
lebih baik. Hal ini terlihat dari Rasio Elektrifikasi (RE) yang telah mencapai 98,3 persen
pada tahun 2018. Capaian ini didukung perluasan jaringan distribusi listrik, serta
pengembangan dan pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) termasuk melalui
pembangunan EBT skala kecil, penerapan smartgrid, dan pemanfaatan bahan bakar
nabati.
Akses ke sumber energi lainnya, seperti gas, semakin diperluas. Sampai dengan tahun
2018, jaringan gas telah dibangun sebanyak 463.643 sambungan (kumulatif) untuk
rumah tangga dan sepanjang 10.942,5 km (kumulatif) untuk pipa transmisi dan distribusi.
Pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri dapat dipenuhi yang ditunjukkan
oleh realisasi Domestic Market Obligation (DMO) mencapai 60 persen dari produksi gas
bumi pada tahun 2018.
Pengelolaan cadangan air masih perlu ditingkatkan. Meskipun cadangan air secara nasional
masih dalam kategori aman, perhatian khusus perlu diberikan untuk cadangan air di Pulau
Jawa yang sudah memasuki status langka, dan di wilayah Bali-Nusa Tenggara yang sudah
berstatus stres. Perbaikan juga perlu dilakukan untuk kualitas air yang cenderung menurun
sejak tahun 2015.
-II.5-
Di sisi sumber daya energi, pemenuhan kebutuhan energi nasional masih perlu ditingkatkan.
Konsumsi listrik nasional baru mencapai 1.064 kWh per kapita pada tahun 2018, atau
jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata konsumsi listrik negara-negara Eropa
yang mencapai 5.000 kWh per kapita. Pemanfaatan EBT juga perlu ditingkatkan untuk
mencapai target bauran EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025. Sampai dengan tahun
2018, porsi bauran EBT baru mencapai 8,6 persen, atau sekitar 2,5 persen (9,8 GW) dari
potensi yang ada (441,7 GW).
Industri nasional juga belum dapat memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal
sehingga masih bergantung pada impor. Sekitar 71,0 persen dari total impor merupakan
impor bahan baku dan bahan antara/pendukung industri pengolahan. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor, tetapi hasilnya belum
siginifikan. Salah satu upaya yaitu dengan menarik investasi untuk hilirisasi sumber daya
alam di Kawasan Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbasis industri
terutama yang dibangun di luar Jawa.
Dari 21 KI/KEK prioritas di luar Jawa, sampai dengan tahun 2018 baru 8 KI/KEK yang
sudah beroperasi, yaitu KI/KEK Sei Mangkei, KI Dumai, KEK Galang Batang, KI Ketapang,
KI Bantaeng, KI Konawe, KI/KEK Palu, dan KI Morowali. Nilai investasi yang telah
direalisasikan sebesar Rp.179,9 triliun dari 58 perusahaan PMA dan PMDN. Pengembangan
KI dan KEK lainnya masih menghadapi tantangan dalam pengadaan lahan, pengelolaan,
konektivitas, akses energi yang kompetitif, dan rendahnya investasi.
Gambar 2.1
Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan dan Nasional
7%
6% 5,17% 5,04%
4,98% 4,88% 5,03% 5,07%
5%
4%
3%
2%
1%
0%
2014 2015 2016 2017 2018 2019*
-1%
-2%
-3%
-4% Industri Non Migas (%) Industri (%) Industri Migas (%) Nasional
Kapasitas industri nasional untuk mengolah dan mengekspor produk bernilai tambah
tinggi juga masih terbatas. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan nilai tambah industri
nasional pada periode 2015-2019 masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata
pertumbuhan nasional. Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan
cenderung stagnan pada kisaran 20 persen dalam empat tahun terakhir. Ke depan, kinerja
Industri nasional ditingkatkan.
Kinerja pariwisata serta ekonomi kreatif terus meningkat. Kontribusi pariwisata dalam
penciptaan devisa meningkat dari USD 11,2 miliar pada tahun 2014 menjadi USD 19,3
miliar pada tahun 2018. Kenaikan devisa ini dihasilkan dari peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara (wisman) untuk menikmati wisata alam, budaya dan buatan di Indonesia dari
9,4 juta pada tahun 2014 menjadi 15,8 juta pada tahun 2018. Jumlah perjalanan wisatawan
nusantara juga meningkat dari 251 juta pada tahun 2014 menjadi 303 juta pada tahun
2018. Secara total, kontribusi sektor pariwisata kepada perekonomian nasional diperkirakan
meningkat dari 4,2 persen pada tahun 2015 menjadi 4,8 persen pada tahun 2018.
Kreativitas dalam pemanfaatan dan pemaduan sumber daya ekonomi dan budaya
mendorong perkembangan aktivitas ekonomi kreatif. Beberapa indikatornya diantaranya
pertumbuhan nilai tambah ekonomi kreatif yang mencapai 5,1 persen pada tahun 2017,
dengan kontribusi ekspor mencapai USD 19,8 miliar atau 11,8 persen dari total ekspor.
Jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor ekonomi kreatif meningkat dari 15,5 juta orang
pada tahun 2014 menjadi 17,7 juta orang pada tahun 2017. Capaian ekspor dan tenaga
kerja ekonomi kreatif tersebut telah melampaui target-target dalam RPJMN 2015-2019.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi digital, berbagai sumber daya ekonomi saat ini
dimanfaatkan dengan kecepatan distribusi dan kualitas yang semakin baik. Penetrasi
ekonomi digital yang berlangsung cepat dan dinamis telah membentuk lanskap ekonomi
digital di Indonesia saat ini tidak saja mencakup on demand services, e-commerce dan
financial technology (Fintech), namun juga penyedia layanan internet of things (IoT). Proyeksi
perkembangan ekonomi digital di Indonesia diantaranya ditunjukkan oleh pertumbuhan
nilai transaksi e-commerce sebesar 1.625 persen menjadi USD 130 miliar dalam periode
2013-2020. Layanan Fintech berbasis peer-to-peer lending (P2P) sampai tahun 2020 juga
diperkirakan semakin luas untuk menjangkau 145 juta pengguna telepon pintar (53,0
persen penduduk). Pemanfaatan IoT juga berpotensi untuk mendorong integrasi pengelolaan
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat sehingga menjadi lebih efisien. Perkembangan
ekonomi digital ke depan masih dihadapkan pada tantangan terkait kerangka regulasi,
serta kecepatan untuk penerapan teknologi telekomunikasi seperti 5G.
Pertumbuhan ekonomi telah berhasil menciptakan lapangan kerja yang cukup tinggi.
Selama periode 2015-2019, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi rata-rata dapat
menciptakan sekitar 470.000 lapangan kerja. Hasilnya menunjukkan bahwa secara total,
jumlah lapangan kerja baru yang tercipta mencapai sekitar 11,9 juta dan pengangguran
terbuka menurun dari 6,2 persen (2015) menjadi 5,3 persen (2019). Sektor jasa mampu
menciptakan lapangan kerja tertinggi yaitu sekitar 12,6 juta orang tenaga kerja, sedangkan
sektor industri pengolahan hanya mampu menyerap sekitar 3,7 juta orang. Di sisi lain,
tenaga kerja di sektor pertanian menurun sekitar 4,4 juta orang. Proporsi pekerja formal
juga meningkat dari 42,3 persen pada tahun 2015 menjadi 44,3 persen pada tahun 2019.
Selain penciptaan kesempatan kerja di dalam negeri, tenaga kerja Indonesia juga ikut
mengisi pangsa pasar kerja luar negeri. Kontribusi nilai remitansi pekerja migran Indonesia
mencapai USD 8,6 miliar hingga triwulan III 2019, yang berasal dari pekerja migran
-II.7-
Indonesia sejumlah 3,7 juta orang. Selama periode 2015-2019, Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) memfasilitasi penempatan pekerja
migran Indonesia yang mencapai 1,3 juta orang. Jumlah penempatan pekerja migran di
sektor formal mencapai 648 ribu orang atau 50,4 persen, sedangkan informal mencapai
638 ribu orang atau 49,6 persen. Meskipun berstatus formal, sebagian besar pekerja
migran Indonesia masih mengisi lapangan kerja berkeahlian rendah.
Daya saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) perlu terus ditingkatkan melalui
kebijakan yang mendorong UMKM untuk naik kelas. Hal ini mengingat UMKM menyerap
tenaga kerja terbesar yaitu sekitar 97 persen. Peningkatan kapasitas dan nilai tambah UMKM
dilakukan melalui kemudahan berusaha, perluasan akses pasar, akselerasi pembiayaan,
peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan penguatan koordinasi lintas sektor.
Beberapa capaian pembangunan tersebut juga didukung dengan perbaikan tata kelola
pembangunan. Salah satu capaian ditunjukkan dari perbaikan peringkat Ease of Doing
Business (EoDB) dari 106 pada tahun 2015 menjadi 72 pada tahun 2017. Peringkat
EoDB turun menjadi 73 pada tahun 2018 dan 2019, meskipun skor Distance to Frontier
(DTF), yaitu kedekatan jarak Indonesia dengan negara yang berkinerja terbaik dalam hal
kemudahan usaha, meningkat dari 61,2 pada tahun 2015 menjadi 67,9 pada tahun 2018
dan 69,6 pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan tantangan bahwa meskipun Indonesia
terus memperbaiki EoDB, negara-negara lain lebih cepat melakukan perbaikan. Percepatan
dalam perbaikan EoDB diharapkan dapat mendorong iklim usaha yang semakin kondusif.
Hasil dari perbaikan EoDB dalam periode 2015-2018 ditunjukkan oleh peningkatan
realisasi nilai investasi dari Rp.545,4 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp.721,3 triliun
pada tahun 2018. Porsi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) baru sebesar 45,6
persen, dan perlu terus ditingkatkan. Sebaran investasi juga menjadi aspek yang perlu
diperbaiki, mengingat realisasi investasi masih terfokus di Jawa (56,2 persen). Percepatan
pembangunan infrastruktur, penyiapan tenaga kerja terampil, kepastian lahan, dan
harmonisasi peraturan menjadi kunci untuk penyebaran investasi ke luar Jawa. Aspek-
aspek tersebut juga menjadi kunci sukses dari upaya percepatan pembangunan kawasan
industri dan kawasan pariwisata sebagai pusat pertumbuhan baru di luar Jawa.
Perbaikan dari sisi tata kelola pembangunan juga ditunjukkan dari peningkatan kualitas
data dan informasi statistik. Sensus Ekonomi yang dilaksanakan pada tahun 2016 menjadi
pondasi bagi analisis ekonomi dan dunia usaha untuk pembangunan ke depan. Perbaikan
kualitas data produksi beras pada tahun 2018 menjadi basis bagi perbaikan kebijakan
pangan. Perbaikan dan penyediaan data-data pariwisata, ekonomi kreatif dan investasi juga
dilaksanakan untuk meningkatkan keakurasian dari pencapaian target-target pembangunan
dan basis pengambilan kebijakan.
Seiring dengan proyeksi naiknya status menjadi upper-middle income country, Indonesia
dapat lebih berperan aktif sebagai key partners bersama Tiongkok, Brazil, India dan Afrika
Selatan dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
-II.8-
Ketersediaan sumber daya alam (SDA) yang menjadi modal utama dalam pembangunan
makin berkurang. Hal itu terjadi karena adanya peningkatan pemanfaatan SDA sebagai
sumber bahan mentah bagi kebutuhan industri dalam negeri, sekaligus juga menjadi
sumber devisa.
Terkait sumber daya energi, salah satu tantangan yang dihadapi adalah menipisnya
cadangan minyak dan gas. Penemuan cadangan minyak dan gas bumi baru belum
signifikan. Pada lima tahun terakhir, Reserve Replacement Ratio (RRR) minyak dan gas
bumi rata-rata hanya sebesar 70,4 persen. Di sisi lain, pemanfaatan sumber energi
terbarukan dan efisiensi dalam penggunaan energi perlu ditingkatkan.
Gambar 2.2
Proyeksi Keberlanjutan Hutan dan Air hingga 2045
Pengelolaan sumber daya ekonomi menghadapi tantangan terkait daya dukung lingkungan,
ketersediaan lahan, keterbatasan infrastruktur, penataan ruang, serta kesejahteraan
petani-nelayan dan masyarakat yang bergantung penghidupannya pada pemanfaatan
sumber daya alam.
Pengelolaan sumber daya pangan dan pertanian menghadapi isu semakin meningkatnya
kebutuhan akan lahan dan air sebagai dampak dari peningkatan aktivitas perekonomian.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan persaingan dalam pemanfaatan lahan dan air,
khususnya di antara sektor pertanian, industri pengolahan, dan perumahan.
Tantangan lain yang tidak kalah penting adalah peningkatan kebutuhan pangan seiring
dengan peningkatan populasi penduduk sebesar 1,2 persen. Di sisi lain, produksi pangan
dipengaruhi oleh faktor musim, serta ketersediaan dan kehandalan sarana prasarana
produksi termasuk irigasi. Ketidakpastian produksi menyebabkan fluktuasi harga pangan;
sebagai contoh, fluktuasi harga beras rata-rata 0,6 persen per bulan. Dari sisi produsen,
produktivitas yang rendah dan fluktuasi harga menyebabkan daya tawar petani (nilai
tukar petani) yang rendah yaitu sebesar rata-rata 101,3 pada tahun 2017.
Pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan juga menghadapi beberapa tantangan,
di antaranya: (1) dominasi perikanan skala kecil dan penggunaan teknologi sederhana,
(2) tingginya biaya input produksi, (3) rendahnya akses permodalan untuk peningkatan
usaha, (4) sarana prasarana kelautan dan perikanan belum memadai, seperti pelabuhan
perikanan, sistem pembenihan dan induk, sistem rantai dingin, pertambakan garam,
serta sarana prasarana pendukung lainnya, (5) perizinan yang belum efektif dan efisien,
(6) rendahnya integrasi hulu hilir perikanan dan persoalan rantai nilai produk, dan (7)
degradasi ekosistem dan pengaruh perubahan iklim terhadap lingkungan laut.
Dalam pengelolaan perikanan dan kelautan, isu yang dihadapi adalah: (1) perlunya
penguatan manajemen dan kelembagaan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP); (2) belum
optimalnya produktivitas perikanan; dan (3) perlunya peningkatan harmonisasi tata ruang
laut dan darat berupa penyelarasan antara RTRW dengan RZWP3K dan Rencana Zonasi
Kawasan Strategis Nasional/Tertentu (RZKSN/KSNT).
Berkaitan dengan sumber daya energi, isu yang dihadapi yaitu pengelolaan dan
pemanfaatan energi yang kurang efisien. Selain itu, pemanfaatan batubara untuk
-II.10-
Isu-isu pengelolaan dan pemanfaatan energi lainnya yang perlu ditangani yaitu: (1)
kecukupan pasokan energi terutama gas, dan listrik untuk memenuhi kebutuhan sektor
riil; (2) pemanfaatan sumber daya energi secara maksimal untuk bahan baku industri; (3)
kualitas dan kehandalan penyaluran energi terutama di luar Jawa; (4) pemanfaatan energi
belum memberi dampak pengembangan ekonomi secara luas; (5) konsumsi energi yang
belum efisien, penghematan energi di sektor industri, transportasi, bangunan dan sarana
komersial perlu terus ditingkatkan dengan potensi penghematan sekitar 30 persen dari
penggunaan energi saat ini; dan (6) belum adanya fasilitas cadangan penyangga energi
nasional untuk mengantisipasi kondisi krisis dan darurat energi.
Indonesia belum mampu melanjutkan transformasi sosial ekonomi yang sempat terhenti
akibat krisis moneter pada tahun 1997-1998. Transformasi struktural saat ini juga masih
berjalan lambat. Rata-rata pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia terus turun dari
sebelumnya mencapai 6,0 persen pada periode 1990-2000 hingga menjadi rata-rata
sekitar 5,0 persen pada periode 2000-2015. Kontribusi PDB industri pengolahan terus
menurun menjadi 19,9 persen pada tahun 2018. Di sisi lain, pada tahun yang sama
kontribusi PDB sektor jasa terus meningkat menjadi sekitar 59,2 persen dan kontribusi
PDB sektor primer sebesar 20,9 persen.
Gambar 2.3
Perbandingan Produktivitas di Berbagai Sektor
Rp Juta/Orang
1.000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
2015 2016 2017 2018
Real Estate Informasi dan Komunikasi Pertambangan
Listrik, Gas, dan Es Jasa Keuangan dan Asuransi Konstruksi
Industri Pengolahan Transportasi dan Pergudangan Perdagangan
Jasa-jasa lainnya Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum* Pertanian
Air Nasional
Sumber: BPS, 2018 (diolah)
-II.11-
Peningkatan PDB sektor jasa menunjukkan adanya transisi sumber pertumbuhan dari
sektor primer ke tersier. Namun transisi ekonomi tersebut belum mampu mendorong
pertumbuhan yang lebih tinggi. Sektor jasa yang menyerap perpindahan tenaga kerja dari
sektor primer didominasi oleh sektor jasa informal dengan kontribusi pertumbuhan yang
rendah. Sektor industri pengolahan, yang memiliki potensi terbesar untuk mendorong
pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja formal, masih menghadapi tantangan
yang antara lain kenaikan upah tenaga kerja yang belum diikuti dengan peningkatan
produktivitas yang setara.
Gambar 2.4
Tingkat Pendidikan Pekerja di Indonesia 2015-2019
140 12,28
11,32 11,65
120 9,56 11,09
3,46 3,41
3,09 3,42 3,29
100 12,59 13,68 14,84
10,84 12,17
80 19,81 20,41 21,13 22,34 23,19
40
50,83 49,97 50,98 50,46 50,18
20
0
2015 2016 2017 2018 2019
Masalah produktivitas yang rendah ini berkaitan dengan kualitas SDM yang rendah.
Tenaga kerja masih didominasi oleh lulusan SD ke bawah yaitu sebanyak 50,2 juta orang
(39,7 persen). Sementara, tidak semua tenaga kerja lulusan pendidikan yang lebih tinggi
memiliki kesiapan dan kapasitas sesuai kebutuhan dunia kerja. Mismatch keterampilan,
kesenjangan kualitas pendidikan antarwilayah, keterbatasan talenta untuk siap dilatih
dan bekerja menjadi tantangan dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja.
Rasio ekspor yang rendah dan dominasi ekspor komoditas menggambarkan tiga isu dalam
struktur industri nasional yang perlu ditangani ke depan. Pertama, adanya disharmoni
antara sektor hulu dan hilir menyebabkan kerentanan dalam rantai pasok/nilai industri
nasional sehingga daya saing industri nasional rendah. Kedua, kapasitas inovasi di
Indonesia rendah seperti yang ditunjukkan ekspor produk industri berkandungan
teknologi tinggi asal Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara
yang setara.
-II.12-
Gambar 2.5
Kondisi Ekspor Indonesia Dibandingkan Negara-Negara Lain
Sumber: Atlas of Economic Complexity, World Development Indicators (2016), dan Bank Dunia (2018)
Gambar 2.6
Persentase Ekspor Industri Berteknologi Tinggi
40
35
30
25
20
15
10
0
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Gambar 2.7
Keterkaitan Hulu-Hilir yang Menurun dalam 15 Tahun Terakhir
Gambar 2.8
Pergeseran Investasi ke Sektor Tersier
54,8 50,9
43,3 42,4
30,7 30,8
39,3 39,6
Ketiga, kualitas investasi rendah dimana investasi belum sepenuhnya berorientasi ekspor,
khususnya untuk Penanaman Modal Asing (PMA). Transfer teknologi dan pengetahuan
dari masuknya PMA yang dapat mendorong inovasi dan diversifikasi produk ekspor belum
sepenuhnya terwujud. Sebagian besar investasi masih menyasar pasar dalam negeri yang
besar dan belum banyak yang berorientasi ekspor. Investasi juga bergeser dari sektor
sekunder ke sektor tersier dalam dua tahun terakhir.
Upaya peningkatan investasi dan ekspor, termasuk pariwisata, juga dilakukan melalui
diplomasi ekonomi. Namun, pelaksanaannya belum berjalan secara optimal dikarenakan
beberapa kendala: (1) belum terpadunya kebijakan dan koordinasi antar pemangku
kepentingan (Pemerintah, BUMN, swasta dan masyarakat) dalam penyelenggaraan
diplomasi ekonomi; (2) belum adanya mekanisme koordinasi penyelenggaraan investasi ke
luar negeri; (3) belum harmonisnya regulasi dalam negeri yang menunjang pelaksanaan
perundingan perjanjian dagang; dan (4) belum optimalnya penetrasi pasar Indonesia ke
negara non tradisional.
Transformasi struktural yang berjalan lambat juga ditunjukkan oleh dominasi usaha
skala mikro dalam struktur pelaku usaha nasional (99,0 persen). Kondisi ini menunjukkan
adanya hollow middle yang menjadikan kapasitas dunia usaha untuk membangun
keterkaitan hulu-hilir menjadi terbatas.
Upaya untuk meningkatkan skala usaha UMKM saat ini belum menunjukkan hasil yang
optimal. Fasilitasi UMKM untuk berkoperasi terus dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan skala ekonomi. Namun, upaya ini masih menghadapi tantangan kapasitas
koperasi untuk menjadi usaha yang modern dan profesional.
-II.14-
Peningkatan keterkaitan usaha antar UMKM, kemitraan usaha antara UMKM dan usaha
besar, serta kewirusahaan juga terus didorong. Namun, baru sekitar 7,0 persen Usaha
Mikro dan Kecil (UMK) yang menjalin kemitraan dengan perusahaan lain.
Sementara itu, tren perbaikan terdapat pada sisi kewirausahaan seperti ditunjukkan rasio
kewirausahaan di Indonesia yang sudah mencapai 3,3 persen pada tahun 2019. Kondisi
ini ditunjang oleh tren peningkatan masyarakat yang berwirausaha dalam beberapa
tahun terakhir. Data Global Entrepreneurship Monitor (2017) menunjukkan peningkatan
kepercayaan diri, kapasitas dan partisipasi masyarakat Indonesia untuk berwirausaha
dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2014. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan: (1)
keyakinan masyarakat untuk berwirausaha, (2) kepemilikan usaha sendiri, (3) pandangan
bahwa berwirausaha merupakan pilihan karir dan status sosial yang baik, dan (4) partisipasi
perempuan untuk berwirausaha. Tren ini sejalan dengan perkembangan ekonomi digital
yang membuka banyak kesempatan berusaha.
Namun di sisi lain, terdapat tantangan yang cukup besar untuk menjamin keberlanjutan
wirausaha. Minat berwirausaha tersebut belum diikuti dengan kapasitas yang memadai
untuk menjalankan usaha. Sebagian besar wirausaha merupakan usaha mencontoh dan
tidak didasarkan pada pemahaman tentang model bisnis, pasar dan inovasi.
Gambar 2.9
Network Readiness Index Negara-negara di ASEAN
Penggunaan Keterjangkauan
oleh Pemerintah
Indonesia Thailand
Malaysia China
Industry
4.0
Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital
Pada tahun 2018, Pemerintah telah meluncurkan gerakan Making Indonesia 4.0. Gerakan
ini sejalan dengan era digitalisasi yang memfasilitasi pengintegrasian informasi untuk
tujuan peningkatan produktivitas, efisiensi, dan kualitas layanan.
Pemanfaatan ekonomi digital ke depan memiliki potensi yang besar untuk tujuan
peningkatan nilai tambah ekonomi. Sebagai contoh, pemanfaatan Industry 4.0 sepanjang
rantai nilai dapat meningkatkan efisiensi hulu-hilir serta kontribusi nilai tambah industri
pengolahan secara agregat dalam perekonomian.
Namun tantangan yang dihadapi Indonesia dalam era digitalisasi juga cukup besar. Dari
sisi kesiapan inovasi untuk menghadapi revolusi digital seperti yang ditunjukkan oleh
Network Readiness Index, Indonesia berada pada peringkat 73 dari 139 negara. Sementara
negara-negara yang setara memiliki kesiapan yang lebih baik, seperti Malaysia (peringkat
31), Turki (48), China (59), Thailand (62). Indonesia memiliki keunggulan dalam harga,
namun jauh tertinggal dalam infrastruktur dan pemanfaatan oleh masyarakat.
Kesiapan Indonesia untuk mengadopsi dan mengeksplorasi teknologi digital yang mampu
mendorong transformasi dalam pemerintahan, model usaha dan pola hidup masyarakat
juga kurang. Hal ini ditunjukkan oleh data World Digital Competitiveness Ranking tahun
2019 di mana Indonesia berada pada peringkat ke 56 dari 63 negara. Cara beradaptasi,
pendidikan dan pelatihan, ekosistem teknologi dan integrasi informasi teknologi menjadi
isu-isu yang perlu ditangani agar Indonesia dapat memanfaatkan kemajuan teknologi
digital bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup.
Tantangan lain yang dihadapi oleh Indonesia berkaitan dengan pengembangan SDM dan
persaingan usaha. Era digitalisasi membawa dampak pada perubahan pola bekerja dan
berpotensi menghilangkan pekerjaan yang bersifat sederhana dan repetitif. Di sisi lain,
pola perdagangan dan penyediaan layanan berbasis daring serta penggunaan pembayaran
nontunai menjadikan banyak model usaha konvensional tidak lagi relevan. Kondisi ini
mengharuskan adanya kebijakan dan pola adaptasi yang menyeluruh dalam pemanfaatan
transformasi digital bagi keberlanjutan dan pemerataan pertumbuhan ekonomi, serta
perbaikan kualitas kehidupan sosial dan lingkungan.
-II.16-
Tabel 2.1
Sasaran, Indikator, dan Target Tahun 2024
Baseline Target
No Sasaran Indikator
2019 2024
A. Meningkatnya daya dukung dan kualitas sumber daya ekonomi sebagai modalitas bagi
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
1 Pemenuhan 1. Porsi EBT dalam bauran energi
8,6 a)
menuju 23
kebutuhan nasional (7.2.1*) (%)
energi dengan 2. Intensitas energi primer (harga konstan
mengutamakan 141 b)
133,8
2010) (7.3.1*) (SBM/Rp.Miliar)
peningkatan
3. Penurunan intensitas energi final
energi baru 0,9 b)
0,8
(harga konstan 2010) (SBM/Rp.Miliar)
terbarukan (EBT)
4. Kapasitas terpasang pembangkit EBT
10,2 b)
19,2
(GW)
5. Produksi gas bumi (juta SBM/hari) 1,1 b)
1,2
6. Pemanfaatan biofuel untuk domestik
6,9 c)
17,4
(juta kiloliter)
7. Domestic Market Obligation (DMO)
120 d)
187
Batubara (juta ton)
8. Alokasi pemanfaatan gas domestik (%) 64 b)
68
9. TKDN Sektor pembangkit EBT
a. Surya (%) 40 b)
40
b. Bioenergi (%) 40 b)
40
c. Panas Bumi (%) 30 b)
35
2 Peningkatan 1. Luas minimal kawasan berfungsi
55 65
kuantitas/ lindung (juta ha)
ketahanan 2. Kawasan hutan produksi (juta ha) 33,7 36,0
air untuk
mendukung 3. Peningkatan persentase irigasi
12,3 16,4
pertumbuhan premium (%)
ekonomi 4. Pembangunan jaringan irigasi baru (ha) 1.000.000e) 500.000
5. Peningkatan ketersediaan air baku
domestik dan industri (kumulatif) (m3/ 81,4 131,4
detik)
6. Pembangunan bendungan multiguna
45 63
(kumulatif) (unit)
-II.17-
Baseline Target
No Sasaran Indikator
2019 2024
3 Peningkatan 1. Skor Pola Pangan Harapan (2.2.2(c)) 86,4 b)
95,2
ketersediaan, 2. Angka Kecukupan Energi (AKE)
akses dan 2.121 b)
2.100
(2.1.2(a)) (kkal/kapita/hari)
kualitas
3. Angka Kecukupan Protein (AKP)
konsumsi 62,9 b)
57
(gram/ kapita/hari)
pangan
4. Prevalensi Ketidakcukupan
Konsumsi Pangan (Prevalence of 6,7 b)
5
Undernourishment/PoU)
5. Prevalensi Penduduk dengan
Kerawanan Pangan Sedang atau Berat 5,8 b)
4
(Food Insecurity Experience Scale/FIES)
6. Konsumsi ikan (2.2.2(c)) (kg/kapita/
50,7 c)
62
tahun)
7. Konsumsi daging (kg/kapita/tahun) 13,2 b)
14,6
8. Konsumsi protein asal ternak (gram/
10,9 b)
11
kapita/hari)
9. Konsumsi sayur dan buah (gram/
244,3 b)
316,3
kapita/hari)
10. Persentase pangan segar yang
memenuhi syarat keamanan pangan 94 a) §
85-95
(%)
11. Luas lahan Produksi beras
195 §§
200.000
biofortifikasi (ha padi)
100%
penerima
12. Akses terhadap beras biofortifikasi dan
Bantuan
fortifikasi bagi keluarga yang kurang 480 ton §§§
Pangan
mampu dan kurang gizi
Non Tunai
(BPNT)
13. Persentase pangsa pangan organik (%) 2 20
14. Penggunaan benih bersertifikat (%) 53 80
15. Ketersediaan beras** (juta ton) 38,4 b)
46,8
16. Ketersediaan protein hewani (juta ton) 2,4 b)
2,9
17. Produksi jagung (juta ton) 24,8 b)
35,3
18. Produksi daging (juta ton) 3,8 b)
4,9
19. Produksi umbi-umbian (juta ton) 23,3 b)
25,5
20. Teknologi yang diterapkan oleh petani
65 b)
80-95
(%)
21. Nilai tambah per tenaga kerja
pertanian (2.3.1*) (Rp.juta/tenaga 46,9 b)
59,9
kerja)
22. Nilai tukar petani 100 a)
105
23. Persentase lahan baku sawah yang
ditetapkan sebagai Lahan Pertanian 50 b)
100
Pangan Berkelanjutan (LP2B) (%)
-II.18-
Baseline Target
No Sasaran Indikator
2019 2024
30 varietas 30 varietas
unggul unggul
24. Jumlah varietas unggul tanaman dan tanaman tanaman
hewan untuk pangan yang dilepas baru dan baru dan
(2.5.1*) 8 galur 8 galur
hewan hewan
ternak b) ternak
25. Sumber daya genetika tanaman
dan hewan sumber pangan yang 4.250 b)
4.250
terlindungi/tersedia (2.5.2*) (aksesi)
26. Global food security index 62,6 69,8
4 Peningkatan 1. Penjaminan akurasi pendataan stok
pengelolaan sumberdaya ikan dan pemanfaatan 11 WPP 11 WPP
kemaritiman, WPP
perikanan, dan 2. Model percontohan penguatan tata
kelautan 3 WPP 11 WPP
kelola WPP (14.2.1(b))
3. Luas kawasan konservasi laut/
22,7 26,9
perairan (14.5.1*) (juta ha)
4. Penyelesaian penataan ruang laut dan 102 RZ
24 RZ
zonasi pesisir (kumulatif)
5. Pemetaan bathimetri prioritas skala
5.689 50.000
1:50.000 (km2)
6. Produksi ikan (juta ton) 14,8 b)
20,4
7. Proporsi tangkapan jenis ikan yang
berada dalam batasan biologis yang 53,6 a)
≤ 80
aman (14.4.1*) (%)
8. Produksi rumput laut (juta ton) 9,9 b)
12,3
9. Produksi garam (juta ton) 2,8 b)
3,4
10. Jumlah pendanaan pelaku usaha
kelautan dan perikanan skala kecil 2,8 c)
4,2
(Rp.triliun)
11. Jumlah hasil riset kemaritiman,
kelautan dan perikanan yang 5 15
diadopsi/diterapkan
12. Kawasan klaster sentra produksi
10 50
perikanan budidaya unggulan
13. Nilai tukar nelayan 100 f)
107
14. Nilai tukar pembudidaya ikan 100 f)
105
15. Persentase Kepatuhan (Compliance)
Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan 93,5 c)
98
(%)
-II.19-
Baseline Target
No Sasaran Indikator
2019 2024
B. Meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja, investasi, ekspor, dan daya saing
perekonomian
1 Penguatan 1. Rasio kewirausahaan nasional (%) 3,3 g) 3,9
kewirausahaan 2. Kontribusi UMKM terhadap PDB (%) 57,2 a) 65
dan Usaha
3. Kontribusi koperasi terhadap PDB (%) 5,1 a) 5,5
Mikro, Kecil
dan Menengah 4. Proprosi Industri Mikro Kecil (IMK)
8,1 a)
11
(UMKM), dan yang menjalin kemitraan (%)
koperasi 5. Proporsi UMKM yang mengakses kredit
lembaga keuangan formal (8.10.1(b)) 24,7c) 30,8
(%)
6. Rasio kredit UMKM terhadap total
19,7c) 22
kredit perbankan (%)
7. Proporsi nilai penyaluran pinjaman
2,4 5
perbankan kepada IKM (9.3.2*) (%)
8. Proporsi penyaluran Kredit Usaha
50,4c) 80
Rakyat (KUR) Sektor Produksi (%)
9. Nilai penyaluran KUR (Rp. Triliun) 140 325
10. Jumlah koperasi modern yang 500
0
dikembangkan (unit) (kumulatif)
11. Pertumbuhan wirausaha (%) 1,7 g)
4
12. Jumlah sentra Industri Kecil dan
22 30
Menengah (IKM) baru di luar Jawa
(kumulatif) (kumulatif)
yang beroperasi (sentra)
13. Proporsi nilai tambah IKM terhadap
total nilai tambah industri pengolahan 18,5 20
non migas (9.3.1*) (%)
14. Kontribusi usaha sosial (% PDB) 1,9 2,5
3.500
15. Penumbuhan start-up (unit) h)
748
(kumulatif)
2 Peningkatan 1. Pertumbuhan PDB industri pengolahan
3,9 c)
8,1
nilai tambah, (9.2.1(a)) (%)
lapangan kerja, 2. Pertumbuhan PDB industri
dan investasi di 4,5 c)
8,4
pengolahan non migas (%)
sektor riil, dan
3. Kontribusi PDB industri pengolahan
industrialisasi 19,9 a)
21,0
(9.2.1*) (%)
4. Kontribusi PDB industri pengolahan
17,6 a)
18,9
non migas (%)
5. Pertumbuhan PDB pertanian (%) 3,5 c)
4,1
6. Pertumbuhan perdagangan besar dan
eceran, bukan mobil dan sepeda motor 5,2 b)
6,8
(%)
7. Pertumbuhan PDB Perkebunan (%) 4,9 c)
5,0
8. Peningkatan Produksi Kakao (%) 1,7 b)
2,7
9. Peningkatan Produksi Kopi (%) 1,4 b)
1,5
10. Peningkatan Produksi Kelapa Sawit (%) 5,7 b)
6,0
-II.20-
Baseline Target
No Sasaran Indikator
2019 2024
11. Pertumbuhan PDB Hortikultura (%) 5,8 c)
6,0
12. Peningkatan Produksi Buah-buahan
3,5 i)
5,7
(%)
13. Peningkatan Produksi Sayuran (%) 2,5 i)
3,1
14. Peningkatan Produksi Florikultura (%) 5,0 i)
5,5
15. Kontribusi PDB kemaritiman (%) 6,0 j)
7,8
16. Pertumbuhan PDB perikanan (%) 5,2 a)
8,7
17. Produksi kayu terutama dari hutan
45 60
produksi (juta m3/tahun)
18. Kontribusi PDB pariwisata (8.9.1*) (%) 4,8 k)
5,5
19. Percepatan pengembangan destinasi 4 10
pariwisata prioritas (destinasi) (kumulatif) (kumulatif)
20. Destinasi wisata alam berkelanjutan 25
9
berbasiskan kawasan hutan prioritas (kumulatif)
21. Destinasi wisata global geopark (global 12
4
geopark) (kumulatif)
6
22. Destinasi wisata bahari (destinasi) 6
(kumulatif)
23. Nilai tambah ekonomi kreatif
989 j)
1.846
(Rp Triliun)
24. Jumlah kab/kota kreatif yang 20
20
dikembangkan (kab/kota) (kumulatif)
25. Jumlah kawasan dan klaster kreatif
N/A 11
yang dikembangkan (lokasi)
154
26. Revitalisasi ruang kreatif (unit) 39
(kumulatif)
27. Kontribusi ekonomi digital (%) 2,5 a)
4,7
28. Pertumbuhan PDB informasi dan
9,3 c)
11,2
telekomunikasi (%)
29. Nilai transaksi e-commerce (Rp Triliun) 170 a)
600
30. Penyediaan lapangan kerja per tahun
2,5 2,6-3,0
(juta orang)
31. Laju pertumbuhan PDB per tenaga
3,0-4,0 3,7-4,5
kerja (8.2.1*) (%)
32. Jumlah tenaga kerja industri
18,9 g)
22,5
pengolahan (juta orang)
33. Kontribusi tenaga kerja di sektor
industri terhadap total pekerja (9.2.2*) 14,9 g)
15,7
(%)
34. Jumlah tenaga kerja pariwisata (8.9.2*)
13 15
(juta orang)
35. Jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif
19 l)
21
(juta orang)
36. Persentase pekerja migran Indonesia
yang bekerja pada pemberi kerja
57 70
berbadan hukum terhadap total
pekerja migran (10.7.2(b)) (%)
37. Pertumbuhan investasi (PMTB) (%) 4,7c) 8,4
-II.21-
Baseline Target
No Sasaran Indikator
2019 2024
38. Peringkat kemudahan berusaha
73 Menuju 40
di Indonesia (ranking EoDB) yang
ditunjukkan antara lain dengan
meningkatnya indikator memulai
usaha:
11 5
a. jumlah prosedur
13 4
b. waktu (hari)
39. Nilai realisasi PMA dan PMDN (Rp
792,0 b)
1.500
Triliun)
40. Kontribusi PMDN terhadap total
47,1c) 49,5
realisasi PMA dan PMDN (%)
41. Nilai realisasi PMA dan PMDN industri
198,0 b)
782,0
pengolahan (Rp Triliun)
42. Kontribusi realisasi investasi luar Jawa
45,1c) 49,7
(%)
43. Penerapan Perizinan Berusaha
Bertahap Selesai
Terintegrasi Secara Elektronik
44. Belanja modal (Capex) BUMN
488 d) 680
(Rp Triliun)
45. Profitabilitas BUMN (Rp Triliun) 171 b) 325
46. Pembentukan holding BUMN (holding) 1 3
47. Peningkatan pasar BUMN ke luar
30 b) 54
negeri (negara)
48. Jumlah Kawasan Industri (KI) prioritas
8 9
di luar Jawa yang beroperasi dan
(kumulatif) (kumulatif)
meningkatkan investasi (KI)
49. Jumlah Kawasan Industri (KI) yang 15 18
dikembangkan (KI) (kumulatif) (kumulatif)
50. Fasilitas percepatan pembangunan 31
2
smelter di luar Jawa (unit) (kumulatif)
51. Fasilitasi kawasan industri dengan 3
N/A
zona tematik: industri halal (kawasan) (kumulatif)
52. Jumlah Daerah Tertib Ukur (DTU) N/A 10
53. Indeks persepsi persaingan usaha 4,7 5,0
54. Persentase SNI bidang industri yang
3 20
diterapkan (%)
3 Peningkatan 1. Neraca perdagangan (USD Miliar) -3,1 l) m) 15,0
ekspor bernilai 2. Pertumbuhan ekspor riil barang dan
tambah tinggi -1,2 c) m) 6,2
jasa (%)
dan penguatan
3. Pertumbuhan ekspor nonmigas (%) -5,7 l) m) 9,8
Tingkat
Komponen 4. Ekspor hasil pertanian (FOB) (US$
3,2 l) n) 5,5
Dalam Negeri Miliar)
(TKDN) 5. Ekspor hasil perikanan (USD Miliar) 4,4 l) o) 8,0
6. Pertumbuhan ekspor industri
-3,6 l) p) 10,1
pengolahan (%)
7. Nilai ekspor produk industri
115,7 l) p) 183,4
pengolahan (USD Miliar)
-II.22-
Baseline Target
No Sasaran Indikator
2019 2024
8. Kontribusi Ekspor Produk Industri
10,7 c) q)
13,0
berteknologi tinggi (9B.1) (%)
9. Rasio ekspor jasa terhadap PDB (BoP)
2,6 )
3,0
(%)
10. Nilai devisa pariwisata (8.9.1(c)) (USD
19,3 a)
30
Miliar)
11. Jumlah wisatawan mancanegara
16,3 22,3
(8.9.1(a)) (juta kunjungan)
12. Jumlah warisan budaya yang
20
diregenerasi (cultural heritage N/A
(kumulatif)
regeneration) (lokasi)
13. Nilai ekspor ekonomi kreatif (USD
19,8 j) s)
24,5
Miliar)
14. Tingkat Komponen Dalam Negeri
43,3 50
(TKDN) (Rerata Tertimbang) (%)
15. Jumlah produk tersertifikasi TKDN ≥
6.097 8.400
25% yang masih berlaku
16. Jumlah perjalanan wisatawan
303,4 a)
350-400
nusantara (8.9.1(b) (juta perjalanan)
17. Jumlah promosi Tourism, Trade and
6 8
Investment (TTI) terintegrasi
18. Jumlah negara akreditasi yang
mencapai target peningkatan nilai 71 98
perdagangan dengan Indonesia
19. Jumlah negara akreditasi yang
mencapai target peningkatan jumlah 84 94
wisatawan mancanegara ke Indonesia
20. Jumlah ratifikasi perjanjian kerjasama
4 4
ekonomi internasional
21. Pertumbuhan jumlah produk dalam
negeri dalam pengadaan barang/jasa 5 5
pemerintah (%)
14 40
22. PTA/FTA/CEPA yang disepakati
(kumulatif) (kumulatif)
4 Penguatan pilar 1. Kontribusi sektor jasa keuangan/PDB
4,2 c)
4,4
pertumbuhan (%)
dan daya saing 2. Rasio M2/PDB (%) 38,9 a)
43,2
ekonomi
3. Jumlah ATM per 100.000 penduduk
54,0 t)
57,5
(8.10.1*) (unit)
4. Jumlah kantor bank per 100.000
15,6 t)
15,3
penduduk (8.10.2*) (unit)
5. Skema pembiayaan Ekonomi Kreatif
N/A 1
berbasis HKI
6. Biaya logistik terhadap PDB (%) 23,2 20
7. Skor logistic performance index 3,1 a)
3,5
8. Tingkat Inflasi (%) 2,7 2,7
9. Inflasi pangan bergejolak (%) 4,3 3,1
-II.23-
Baseline Target
No Sasaran Indikator
2019 2024
10. Jumlah pelaku kreatif yang difasilitasi 43.000
8.500
infrastruktur TIK (orang) (kumulatif)
11. Jumlah perusahaan dengan nilai
60
Indonesia Industry 4.0 Readiness Index 24
(kumulatif)
(INDI 4.0) ≥ 3.0 (perusahaan)
12. Jumlah perusahaan yang tersertifikasi
28 71
Standar Industri Hijau (SIH)
13. Jumlah lokasi penerapan sustainable
12 22
tourism development (12.b.1) (lokasi)
14. Peringkat Travel and Tourism
40 29-34 u)
Competitiveness Index
15. Rasio perpajakan terhadap PDB
9,6 v)
10,7-12,3
(17.1.1(a)) (%)
16. Imbal Hasil (Yield) Surat Berharga
7,3*** Menurun
Negara (%)
17. Rasio TKDD yang berbasis kinerja
10,4 20,6
terhadap TKDD meningkat (%)
18. Pembaruan sistem inti administrasi
perpajakan (core tax administration 0 Selesai
system) (%)
19. Ketersediaan data statistik pariwisata
3 3
dan ekonomi kreatif (database)
20. Ketersediaan data statistik e-commerce
1 1
(database)
21. Pelaksanaan Sensus Pertanian 2023
2 2
dan perbaikan data pangan (database)
Keterangan:
Angka dalam kurung pada indikator menunjukkan indikator SDGs
* Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global untuk Sustainable Development Goals (SDGs)
** Mencakup produksi nasional dan stok beras di pemerintah dan non pemerintah
*** Angka Yield SBN Tenor 10 Tahun (data IBPA pada 31 Desember 2019
§
Hasil uji dengan sampel yang relatif kecil; jumlah sampel akan diperbesar sehingga dilakukan penyesuaian angka target
§§
Uji coba benih biofortifikasi
§§§
Uji coba beras fortifikasi
a)
Capaian tahun 2018; b) Prognosa/estimasi tahun 2019; c) Capaian tiga triwulan pertama tahun 2019; d) Target tahun 2019; e)
Capaian tahun 2015-2019; f) Angka dasar tahun 2018; g) Sakernas Agustus tahun 2019, diolah; h) Jumlah kumulatif start-up
yang difasilitasi oleh Bekraf, Kemenkominfo, dan Kemenristekdikti; i) Rata-rata 2015-2018; j) Capaian tahun 2017; k) Prognosa/
estimasi tahun 2018; l) Capaian hingga 11 bulan pertama tahun 2019; m) Sumber BPS; n) Sumber BPS, realisasi per November 2019
menggunakan pengelompokkan sesuai Kementan; o) Sumber BPS, realisasi per November 2019 menggunakan pengelompokkan
sesuai KKP; p) Sumber BPS, realisasi per November 2019 menggunakan pengelompokkan sesuai Kemenperin; q) Sumber BPS,
realisasi per September 2019 menggunakan pengelompokkan sesuai Kemendag; r) Sumber BI; s) Sumber BPS, realisasi tahun 2017
menggunakan pengelompokkan sesuai Kemenparekraf; t) Capaian hingga 10 bulan pertama tahun 2019; u) Sasaran tahun 2025,
TTCI terbit biennial/dua tahun sekali; v) Realisasi sementara tahun 2019.
-II.24-
Arah kebijakan dalam rangka pengelolaan sumber daya ekonomi pada tahun 2020-2024
mencakup:
(i) Pemenuhan kebutuhan energi dengan mengutamakan peningkatan energi baru
terbarukan (EBT) yang dilaksanakan dengan strategi: (1) mempercepat pengembangan
pembangkit energi baru dan terbarukan; (2) meningkatkan pasokan bahan bakar
nabati; (3) meningkatkan pelaksanaan konservasi dan efisiensi energi; (4) meningkatkan
pemenuhan energi bagi industri; serta (5) mengembangkan industri pendukung EBT.
Pemanfaatan sumber daya gas bumi dan batu bara difokuskan pada: (1) pemanfaatan
dalam negeri baik sebagai sumber energi maupun bahan baku industri untuk
meningkatkan nilai tambah; dan (2) peningkatan industri pengolahan batubara
menjadi gas untuk kebutuhan bahan baku industri dalam negeri.
Penyediaan energi bagi industri dan kelistrikan akan dipenuhi melalui pengembangan
potensi energi terbarukan di Kawasan Industri melalui integrasi dengan sektor lain.
Pola penyediaan energi terintegrasi difokuskan pada Kawasan Industri di Sumatera
bagian utara, Sumatera bagian selatan, Jawa, Kalimantan bagian utara, Sulawesi
bagian utara dan selatan, Maluku Utara dan Papua Barat. Peningkatan penyediaan
listrik juga diupayakan dengan dimulainya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) di Kalimantan.
Dukungan infrastruktur dalam ketahanan air meliputi penyediaan air baku untuk
kawasan prioritas yang difokuskan pada daerah tertinggal, terdepan terluar; pulau
kecil terluar; perkotaan; kawasan strategis (KI, KEK, KSPN); kawasan pantai utara
Pulau Jawa; dan wilayah rawan air. Nilai produktivitas air dapat ditingkatkan melalui
efisiensi penggunaan air, terutama dalam pertanian.
-II.25-
(iii) Peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas konsumsi pangan yang dilaksanakan
dengan strategi: (1) meningkatkan kualitas konsumsi, keamanan, fortifikasi dan
biofortifikasi pangan; (2) meningkatkan ketersediaan pangan hasil pertanian,
perikanan dan pangan hasil laut terutama melalui peningkatan produktivitas dan
teknik produksi secara berkelanjutan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga
kebutuhan pokok; (3) meningkatkan produktivitas, kesejahteraan sumber daya
manusia (SDM) pertanian, perikanan serta kepastian pasar; (4) menjaga keberlanjutan
produktivitas sumber daya pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim, sistem
pertanian presisi, pengelolaan lahan dan air irigasi; serta (5) meningkatkan tata kelola
sistem pangan nasional.
Pengelolaan sumber daya pangan difokuskan pada: (1) daerah sentra produksi dan
daerah dengan tingkat permintaan tinggi di Sumatera, Jawa dan Sulawesi; dan (2)
daerah yang rawan pangan, rentan kelaparan dan stunting, serta daerah miskin dan
perbatasan di Maluku dan Papua.
-II.26-
Strategi pertama mencakup penguatan data stok sumber daya ikan dan pengembangan
kelembagaan WPP, pengelolaan perikanan di Perairan Umum Daratan (PUD), penyelesaian
rencana zonasi laut, serta pengendalian pemanfaatan ruang laut dan pulau-pulau kecil,
termasuk penyelarasan RZWP3K dan RTRW Provinsi. Strategi kedua dilaksanakan
melalui penguatan manajemen dan pemanfaatan kawasan konservasi perairan secara
berkelanjutan, dan peningkatan pemanfaatan marine bioproduct dan bioteknologi.
Strategi ketiga mencakup akselerasi produksi akuakultur, pengembangan klaster
perikanan budidaya modern berkelanjutan, revitalisasi tambak udang dan bandeng,
ekstensifikasi lahan budidaya; pengembangan sistem pembenihan dan induk unggul;
pengembangan armada perikanan tangkap yang berskala ekonomi dan berkelanjutan,
eksplorasi perikanan di ZEE dan laut lepas, penguatan kerjasama usaha kecil dan besar
perikanan, pengembangan pelabuhan perikanan berwawasan lingkungan (eco fishing
port), pengembangan perikanan berbasis digital, ekstensifikasi dan intensifikasi lahan
garam, peningkatan kualitas garam, pengembangan sentra kelautan dan perikanan,
dan penguatan sistem karantina ikan. Strategi keempat mencakup kemudahan
fasilitasi usaha dan investasi pemberian asuransi nelayan dan usaha pembudidaya
ikan, sertifikasi tanah nelayan dan pembudidaya ikan, pengembangan pemukiman
nelayan maju, pengembangan skema pembiayaan/bank mikro nelayan yang murah
dan mudah diakses, penguatan kelembagaan nelayan, pengaturan akses nelayan
terhadap pengelolaan sumber daya, penataan dan penyederhanaan perizinan usaha,
dan investasi perikanan kelautan yang efisien dan didukung regulasi yang kondusif,
serta peningkatan kepatuhan pelaku usaha kelautan dan perikanan. Strategi kelima
mencakup pelatihan dan penyuluhan berbasis digital, penguatan pendidikan vokasi,
penguatan literasi maritim, pengembangan kewirausahaan perikanan, pengembangan
sertifikasi kompetensi, pengembangan angkatan kerja perikanan generasi milenial,
pengembangan riset dan inovasi, diseminasi teknologi perikanan dan kelautan yang
berkelanjutan dan produktif, pembentukan pusat unggulan riset kelautan dan
kemaritiman, serta penguatan basis data kelautan dan perikanan.
Arah kebijakan dalam rangka peningkatan nilai tambah ekonomi pada tahun 2020-2024
mencakup:
(i) Penguatan kewirausahaan, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi
yang dilaksanakan dengan strategi: (1) meningkatkan kemitraan usaha antara
usaha mikro kecil dan usaha menengah besar; (2) meningkatkan kapasitas usaha
dan akses pembiayaan bagi wirausaha; (3) meningkatkan kapasitas, jangkauan, dan
inovasi koperasi; (4) meningkatkan penciptaan peluang usaha dan start-up; serta (5)
meningkatkan nilai tambah usaha sosial.
(ii) Peningkatan nilai tambah, lapangan kerja, dan investasi di sektor riil, dan
industrialisasi yang dilaksanakan dengan strategi: (1) meningkatkan industrialisasi
berbasis pengolahan komoditas pertanian, kehutanan, perikanan, kemaritiman,
dan non agro yang terintegrasi hulu-hilir; (2) meningkatkan industrialisasi melalui
pengembangan smelter dan kawasan industri terutama di luar Jawa; (3) meningkatkan
daya saing destinasi dan industri pariwisata yang didukung penguatan rantai pasok
dan ekosistem pariwisata; (4) meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk dan
usaha kreatif dan digital; (5) memperbaiki iklim usaha dan meningkatkan investasi,
termasuk reformasi ketenagakerjaan; serta (6) mengembangkan industri halal.
Akselerasi industrialisasi berbasis pertanian dan non pertanian difokuskan pada: (1)
industri pengolahan hulu agro, kimia dan logam; dan (2) industri pengolahan yang
memiliki kontribusi nilai tambah dan daya saing yang tinggi yaitu makanan minuman,
farmasi dan alat kesehatan, alat transportasi termasuk yang berbahan bakar listrik,
elektrikal dan elektronik, mesin dan peralatan, tekstil dan produk tekstil, dan alas
kaki. Pelaksanaannya juga didukung oleh harmonisasi dan sinergi kebijakan antara
sektor primer, sekunder dan tersier.
bentuk sentra IKM, termasuk agroindustri perdesaan, yang dikelola koperasi, usaha
perdesaan, dan lembaga sosial ekonomi lainnya yang berbasis masyarakat.
Dukungan untuk KI juga mencakup penyiapan SDM terampil melalui kerja sama
vokasi antara Kementerian/Lembaga, lembaga diklat, industri dan Pemerintah Daerah.
Beberapa kawasan industri juga akan difasilitasi penyusunan Rencana Rinci Tata
Ruang/Rencana Detil Tata Ruang (RRTR/RDTR) di sekitar kawasan industri.
Khusus kawasan industri di pantai utara Jawa, termasuk KI Brebes dan KI Madura,
akan diintegrasikan dengan dukungan konektivitas, serta pasokan energi dan SDM
yang memadai. Dukungan ini diharapkan menurunkan biaya, serta meningkatkan
produktivitas dan daya saing industri pengolahan.
Hilirisasi sumber daya alam melalui pembangunan smelter akan difokuskan pada
hasil tambang nikel (22 smelter), bauksit (5 smelter), besi (2 smelter), timbal (1 smelter)
dan tembaga (1 smelter).
Dalam lima tahun mendatang, peningkatan nilai tambah pariwisata difokuskan pada
peningkatan lama tinggal dan pengeluaran wisatawan sebagai hasil dari perbaikan
aksesibilitas, atraksi dan amenitas. Fokus utama pengembangan yaitu percepatan
10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) yaitu Danau Toba dan sekitarnya, Borobudur
dan sekitarnya, Lombok-Mandalika, Labuan Bajo, Manado-Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bangka Belitung, Bromo-Tengger-Semeru, dan Morotai. Pengembangannya
akan difasilitasi untuk meningkatkan kontribusi nilai tambah dan devisa pariwisata
sesuai potensinya. Revitalisasi Bali juga akan dilaksanakan untuk meningkatkan daya
dukung.
Jenis pariwisata yang akan ditingkatkan diversifikasi mencakup: (1) wisata alam
(ekowisata, wisata bahari, wisata petualangan); (2) wisata budaya (heritage tourism,
-II.30-
wisata sejarah, wisata kuliner, wisata kota yang difokuskan pada Cultural Heritage
Regeneration, dan wisata desa); (3) wisata buatan (meeting-incentive-convention-
exhibition/MICE, yacht and cruise, wisata kebugaran/wellness tourism, wisata
kesehatan/medical tourism, dan wisata olah raga). Pengembangan ketiga jenis
pariwisata tersebut juga membuka kesempatan bagi wisatawan untuk terlibat dalam
kegiatan pengembangan pengetahuan, pendidikan dan kesukarelawanan yang
terintegrasi dengan kegiatan wisata.
Pengembangan amenitas dan atraksi wisata juga melibatkan industri dan partisipasi
masyarakat. Pelaksanaannya mencakup kerja sama pembiayaan, perbaikan pengelolaan
destinasi, penerapan standar layanan, penguatan rantai pasok industri pariwisata,
penataan kota sebagai service hub pariwisata, penataan kawasan perdesaan untuk
mendukung pariwisata, serta pengembangan desa wisata.
Peningkatan nilai tambah ekonomi kreatif akan dilaksanakan melalui: (1) pendampingan
dan inkubasi; (2) pengembangan center of excellence; (3) fasilitasi inovasi dan penguatan
brand, (4) pengembangan dan revitalisasi ruang kreatif, klaster/kota kreatif dan Be
Creative District (BCD); (5) penerapan dan komersialisasi hak atas kekayaan intelektual;
serta (6) penguatan rantai pasok dan skala usaha kreatif. Peningkatan populasi pelaku
usaha digital juga akan difasilitasi melalui pengembangan klaster digital, termasuk
yang berbasis desa, kemudahan usaha, serta akses kepada pembiayaan dan pasar.
Penguatan ekonomi kreatif dan ekonomi digital ke depan difokuskan pada 8 klaster
kreatif di Jawa, Bali, Medan dan Makassar. Sektor yang diperkuat yaitu kuliner, fashion,
kriya, aplikasi dan konten digital, e-sport dan games, film, dan musik. Perluasan
aktivitas ekonomi kreatif dilaksanakan secara bertahap di wilayah lain yang memiliki
potensi nilai tambah yang besar.
Perbaikan iklim usaha dan peningkatan investasi dilaksanakan melalui: (1) harmonisasi
dan sinkronisasi peraturan serta kebijakan antar sektor dan wilayah; (2) fasilitasi
kemudahan usaha dan investasi, antara lain pemberian fasilitasi kepabeanan dan
perpajakan, penyusunan peraturan untuk meningkatkan iklim usaha dan investasi
melalui Omnibus Law perpajakan yang akan mengatur tentang PPh, PPN, pajak dan
retribusi daerah, serta ketentuan umum perpajakan, perbaikan peringkat kemudahan
berusaha, dan penerapan sistem perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik;
(3) reformasi ketenagakerjaan melalui upaya penciptaan iklim ketenagakerjaan yang
kondusif yang didukung oleh hubungan industrial yang harmonis, penguatan collective
bargaining, penyempurnaan peraturan ketenagakerjaan, peningkatan keahlian dan
produktivitas tenaga kerja, peningkatan peran pemerintah daerah, serta peningkatan
perlindungan tenaga kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Perlindungan
tenaga kerja akan diwujudkan melalui penerapan sistem perlindungan sosial
universal bagi pekerja, pembenahan sistem pelayanan penempatan dan perlindungan
pekerja migran, dan penerapan sistem pengawasan ketenagakerjaan secara efektif;
-II.31-
(4) penguatan kebijakan dan kelembagaan persaingan usaha; dan (5) peningkatan
kapasitas, kapabilitas serta daya saing BUMN, antara lain melalui pembentukan
holding BUMN dan membuka pasar pada jaringan internasional.
Perbaikan iklim usaha dan peningkatan investasi akan difokuskan untuk mendukung
sektor prioritas nasional seperti energi, industri pengolahan terutama yang berorientasi
ekspor, pariwisata, ekonomi kreatif, ekonomi digital, serta pendidikan dan pelatihan
vokasi.
(iii) Peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi dan penguatan Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN) dilaksanakan dengan strategi (1) meningkatkan diversifikasi,
nilai tambah, dan daya saing produk ekspor dan jasa; (2) meningkatkan akses dan
pendalaman pasar ekspor; (3) mengelola impor; (4) meningkatkan kandungan dan
penggunaan produk dalam negeri termasuk melalui pengadaan pemerintah yang
efektif; (5) meningkatkan partisipasi dalam jaringan produksi global; (6) meningkatkan
citra dan diversifikasi pemasaran pariwisata, serta produk kreatif dan digital; serta
(7) meningkatkan efektivitas Preferential Trade Agreement (PTA)/Free Trade Agreement
(FTA)/Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan diplomasi ekonomi.
Strategi peningkatan dan perluasan ekspor akan difokuskan pada: (1) peningkatan
ekspor produk industri yang lebih kompleks termasuk yang berteknologi menengah dan
tinggi; (2) peningkatan ekspor jasa melalui peningkatan kapasitas dari pelaku sektor
jasa dalam negeri berdasarkan peta kompetensi, harmonisasi regulasi sektor jasa,
serta penyediaan statistik perdagangan jasa; (3) penguatan platform informasi ekspor
dan impor yang mencakup informasi pasar, regulasi dan prosedur, serta insentif dan
advokasi termasuk tentang kerja sama bilateral dan multilateral; (4) pengembangan
marketplace berorientasi ekspor, termasuk yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM dan
start-up teknologi untuk memasok produk dan jasa ke pasar internasional; dan (5)
fasilitasi peningkatan daya saing brand barang dan jasa Indonesia.
Strategi peningkatan dan perluasan ekspor, serta pengelolaan impor juga dilaksanakan
secara sinergi dengan peningkatan partisipasi di rantai produksi global antara lain
dengan memberikan insentif fiskal terhadap bahan baku melalui Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor. Sinerginya diwujudkan dalam bentuk fasilitasi pengembangan kerja
sama investasi di dalam negeri (inbound), serta diplomasi ekonomi dan kerja sama
investasi di negara tujuan ekspor (outbound). Pelaksanaannya membutuhkan peran
aktif dan kerjasama dengan aktor non-pemerintah. Selain itu, peningkatan ekspor juga
dilaksanakan melalui pendekatan fasilitasi bahan baku impor untuk tujuan ekspor.
Peningkatan citra dan diversifikasi pemasaran pariwisata difokuskan pada inovasi dan
keterpaduan pemasaran, serta penguatan nation branding. Berbagai ajang promosi
pariwisata akan dijadikan sebagai wahana untuk meningkatkan penghargaan dan
perayaan terhadap warisan alam, budaya dan keragaman tatanan sosial masyarakat
yang memperkuat regenerasi dan citra bangsa Indonesia. Keterpaduan pemasaran
juga melibatkan diaspora Indonesia dalam perayaan kekayaan budaya, termasuk
kekayaan kuliner Indonesia melalui diplomasi gastronomi.
Berbagai strategi tersebut didukung oleh optimalisasi kerja sama ekonomi dan diplomasi
ekonomi, baik secara bilateral, multilateral dan regional. Salah satu langkah konkrit
yaitu melalui penguatan perwakilan pariwisata, perdagangan dan investasi di luar
negeri, promosi terintegrasi, dan memperluas partisipasi aktif Indonesia di organisasi
dan inisiatif internasional seperti Association of Southeast Asian Nations (ASEAN),
World Trade Organization (WTO), Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), Belt Road
Initiatives (BRI), Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD),
serta kerja sama regional/sub-regional lainnya. Pelaksanaannya membutuhkan
reformasi tata kelola dan kebijakan pemerintahan dalam rangka mencapai standar
yang berlaku dan mendukung pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang disepakati dan
direkomendasikan.
(iv) Penguatan pilar pertumbuhan dan daya saing ekonomi yang dilaksanakan dengan
strategi: (1) meningkatkan pendalaman sektor keuangan; (2) mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi digital dan industri 4.0; (3) meningkatkan sistem logistik dan
stabilitas harga; (4) meningkatkan penerapan praktik berkelanjutan pada industri
pengolahan dan pariwisata; (5) reformasi fiskal; serta (6) meningkatkan ketersediaan
dan kualitas data dan informasi perkembangan ekonomi, terutama pangan dan
pertanian, kemaritiman, pariwisata, ekonomi kreatif, dan ekonomi digital.
Penerapan kemajuan teknologi, terutama industri 4.0 dalam lima tahun mendatang
dilaksanakan secara bertahap pada lima subsektor yaitu makanan-minuman, tekstil
dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, dan kimia termasuk farmasi. Penerapannya
diperluas untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan daya saing di sektor
-II.33-
Peningkatan ketersediaan kualitas data dan informasi difokuskan pada: (1) peningkatan
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kegiatan statistik yang diselenggarakan
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan swasta; (2) peningkatan hubungan dengan
responden dan pengguna data; (3) peningkatan jumlah dan kompetensi SDM; (4)
peningkatan sarana dan prasarana, termasuk yang berbasis teknologi informasi
dan komunikasi dalam kegiatan statistik; (5) peningkatan penggunaan standar dan
metodologi statistik internasional di Indonesia; dan (6) peningkatan ketersediaan
statistik dengan menerapkan standar penjaminan kualitas.
-III.1-
BAB III
MENGEMBANGKAN WILAYAH
UNTUK MENGURANGI
KESENJANGAN DAN MENJAMIN
PEMERATAAN
-III.2-
Pendahuluan
Gambar 3.1
Peta Koridor Pertumbuhan dan Pemerataan Wilayah
Saat ini sumbangan Pulau Jawa dan Sumatera masih dominan. Pada tahun 2018,
kontribusi ekonomi Pulau Jawa sebesar 60,1 persen dan Pulau Sumatera sebesar 21,6
persen terhadap PDB nasional. Ketimpangan antarwilayah pulau masih sangat tinggi
sedangkan ketimpangan antarprovinsi di dalam wilayah pulau bervariasi, dimana yang
paling tinggi adalah di Pulau Jawa-Bali dan Kalimantan. Demikian pula ketimpangan
antardesa-kota dalam wilayah pulau paling tinggi adalah di Pulau Jawa-Bali, Nusa
Tenggara dan Sulawesi.
Tabel 3.1
Rata-rata Kontribusi Setiap Pulau terhadap PDB Nasional (%)
Capaian
No Indikator Target 2019
2018
1 Papua 1,9 1,7
2 Maluku 0,5 0,5
3 Nusa Tenggara 1,5 1,5
4 Sulawesi 6,2 6,3
5 Kalimantan 8,2 8,1
6 Sumatera 21,6 21,3
7 Jawa-Bali 60,1 60,6
Sumber: Badan Pusat Statistik. Data diolah
Keterangan:
* Realisasi sampai dengan tiga triwulan pertama tahun 2019
Pembangunan
15 KEK
Penurunan
desa tertinggal
sebanyak 6.518
desa
Penguatan
39 pusat
pertumbuhan
sebagai PKL/PKW
62 Kabupaten
Daerah
Tertinggal
terentaskan
Optimalisasi 20
kota sedang di
luar Jawa sebagai
PKN/PKW
Peningkatan
2.665 desa
mandiri
Luas bidang
tanah
bersertipikat
yang terdigitasi
13.777.508 Ha
Perencanaan
7 WM
-III.5-
Tabel 3.2
Isu-isu Strategis Wilayah
Kemiskinan* Kesenjangan
Tingkat
Wilayah antarprovinsi Dalam
No Pengangguran**
Pembangunan Jumlah Wilayah (Indeks
% (%)
(ribu jiwa) Williamson)***
1 Papua 1.137,3 26,34 4,2 0,15
2 Maluku 402,2 13,21 7,6 0,08
3 Nusa Tenggara 1.882,3 17,94 3,3 0,19
4 Sulawesi 2.009,9 10,23 4,9 0,17
5 Kalimantan 974,2 5,93 5,0 0,69
6 Sumatera 5.851,1 10,03 5,2 0,48
7 Jawa Bali 12.886,9 8,31 5,8 0,73
Keterangan:
* Susenas, 2019, diolah Bappenas
** BPS, 2018, diolah Bappenas
*** BPS, 2017, diolah Bappenas
persen. Peningkatan jumlah penduduk perkotaan ini memberikan tekanan pada kawasan
perkotaan, menurunkan kesejahteraan, dan menyebabkan sebagian wilayah perkotaan
tidak layak huni. Hal ini dapat dilihat, misalnya, di DKI Jakarta, yang mengalami
peningkatan angka kejadian banjir, penurunan permukaan tanah, kenaikan muka air laut,
penurunan kualitas air sungai (96% tercemar berat), dan kerugian akibat kemacetan (Rp
65 triliun per tahun). Selain itu, WM Jakarta masih harus menampung populasi sebesar
32,8 juta jiwa (BPS, 2017), tertinggi di Indonesia. Di sisi lain, WM Jakarta berkontribusi
20,9 persen terhadap PDB Nasional (BPS, 2018), menunjukkan dominasi WM Jakarta
dalam perekonomian nasional dan tingginya kesenjangan dengan wilayah lain.
Faktor penyebab lainnya adalah masih rendahnya kepastian hukum hak atas tanah dan
tingginya ketimpangan pemilikan, penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
yang ditandai dengan: (1) cakupan peta dasar pertanahan baru 49,05 persen; (2) cakupan
bidang tanah bersertipikat yang terdigitasi baru 20,91 persen; (3) dari total 27,2 juta
rumah tangga, 15,8 juta rumah tangga tani (58 persen) hanya menguasai lahan kurang
dari 0,5 hektar/ keluarga (Survei Pertanian Antar Sensus 2018); (4) sengketa, konflik dan
perkara pertanahan yang terselesaikan baru 4.031 kasus dari total 10.802 kasus yang
ditangani.
terdapatnya praktik penangkapan ikan ilegal (illegal fishing), serta praktik penanaman,
perdagangan, dan pemanfaatan tanaman ganja secara ilegal; (h) tingginya potensi konflik
pada kawasan perbatasan Natuna, khususnya di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE); dan
(i) masih rentannya ketahanan fisik dan sosial atas perubahan iklim, bencana, polusi,
dan abrasi pantai khususnya pulau-pulau di perbatasan negara, serta rentan terhadap
kesenjangan sosial dan kemiskinan perdesaan dan perkotaan.
Tabel 3.3
Target Pembangunan Wilayah Tahun 2024
Kontribusi
Rata-Rata (Share) Kebutuhan Tingkat Tingkat
Wilayah Pertumbuhan Ekonomi Investasi Kemiskinan Pengangguran
Pembangunan Ekonomi (%) Regional (% (Rp. Triliun) (%) Terbuka (%)
2020-2024 per PDRB) 2024 2024 2024
2024
Nusa
6,0 1,5 19,9 12,1 2,1
Tenggara
Sasaran pembangunan kewilayahan tahun 2020-2024 akan dicapai melalui lima (5)
prioritas, yaitu: pengembangan kawasan strategis; pengembangan sektor unggulan;
pengembangan kawasan perkotaan; pembangunan daerah tertinggal, kawasan perbatasan,
perdesaan, dan transmigrasi; serta pengelolaan kelembagaan dan keuangan daerah (Tabel
3.4).
-III.10-
Tabel 3.4
Sasaran/Indikator/Target Prioritas Pembangunan Kewilayahan
Gambar 3.2
Pengembangan Wilayah yang Terintegrasi
Skenario
Pengembangan
Wilayah yang
Terintegrasi
Keterbatasan SDA
dan Lingkungan
(Tutupan Lahan)/
Development
Constraint
Koridor
Pertumbuhan
dan Koridor
Pemerataan
Infrastruktur
Wilayah
Kawasan
Strategis
Gambar 3.3
Alur Pikir Pendekatan Pertumbuhan dan Pemerataan Wilayah
Kawasan Strategis
Pendekatan Koridor
Kerangka
Ekonomi Makro • Kota-Desa Arahan Sektor
Pemenuhan
Mitigasi Bencana Tata Kelola
Pelayanan Dasar
Pendekatan Koridor
Pemerataan
Pemerataan
melalui: (i) perluasan akses pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan; (ii)
penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan, air bersih dan sanitasi, dan
listrik; (iii) peningkatan konektivitas transportasi darat, sungai, laut dan udara; (iv)
pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi sebagai basis ekonomi digital;
(v) perluasan kerjasama dan kemitraan dalam investasi, promosi, pemasaran dan
perdagangan; (vi) meningkatkan pengawasan dan penjagaan pada Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE); serta (vii) pemenuhan hak-hak transmigran sesuai mandat regulasi
yang berlaku.
b. Percepatan pembangunan desa secara terpadu untuk mendorong transformasi
sosial, budaya dan ekonomi desa yang didukung dengan: (i) tata kelola pemerintahan
yang baik melalui peningkatan kapasitas aparatur desa, pendampingan, peran
serta masyarakat desa yang inklusif; (ii) penetapan batas desa, (iii) pengembangan
desa wisata, desa digital dan produk unggulan desa dan kawasan perdesaan,
pengembangan BUMDesa/BUMDes Bersama; (iv) peningkatan pelayanan dasar
desa, (v) optimalisasi pemanfaatan dana desa untuk mendorong kegiatan produktif,
memberdayakan masyarakat desa termasuk membiayai pendamping lokal desa; dan
(vi) penguatan peran kecamatan sebagai pusat perubahan dan pertumbuhan, serta
pembinaan dan pengawasan desa.
c. Penguatan keterkaitan desa-kota yang mendukung pusat pertumbuhan berbasis
keunggulan wilayah desa, Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN), kawasan
transmigrasi, dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) perbatasan negara
melalui: (i) peningkatan aksesibilitas dan konektivitas termasuk jaringan logistik dari
desa ke pusat-pusat perdagangan baik pasar lokal, regional maupun internasional;
dan (ii) pengembangan kerjasama dan kemitraan dalam investasi, promosi,
pemasaran dan perdagangan dengan multipihak.
Aceh
Sumatera
Utara
Kalimantan
Utara Sulawesi
Maluku
Utara
Riau Utara
Gorontalo
Sumatera
Bengkulu Selatan Kalimantan Maluku
Jawa Tengah Kalimantan Sulawesi
Lampung Jawa Barat Tengah Selatan Sulawesi Tenggara
-III.16-
Karet Yogyakarta
Nanas
Pisang Kelapa
Komoditas
Mangga Sawit Tanaman Obat
1
Gambar 3.5
Persebaran Sentra Produksi Perikanan Budidaya dan Garam
G ARAM
G ARAM
G ARAM
G ARAM
-III.17-
G ARAM
G ARAM
G ARAM
G ARAM
G ARAM
G ARAM
Aceh
Sumatera
Utara Sulawesi
Gorontalo Utara Maluku
Utara
Riau Papua
Barat
Kalimantan
Barat Sulawesi
Tengah Papua
Sumatera
Barat Sulawesi
Barat Sulawesi
-III.18-
Kalimantan Tenggara
Sumatera Tengah Kalimantan Maluku
Selatan Jawa Jawa Selatan
Barat Tengah Jawa
Lampung Sulawesi
Timur Selatan
Banten
Jagung Sapi
Potensi : 425,4 ribu ton Potensi : 767,1 ribu ton Potensi : 597,1 ribu ton Potensi : 1.242,5 ribu ton
Produksi : 439,1 ribu ton (103,2%) Produksi : 685,2 ribu ton (89,3%) Produksi : 258,0 ribu ton (43,2%) Produksi : 789,5 ribu ton (63,5%)
Σ Kapal : 36,2 ribu unit Σ Kapal : 66,2 ribu unit Σ Kapal : 38,2 ribu unit Σ Kapal : 37,0 ribu unit
Σ Alat Tangkap : 89,7 ribu unit Σ Alat Tangkap : 25,9 ribu unit Σ Alat Tangkap : 18,4 ribu unit Σ Alat Tangkap : 16,6 ribu unit
WPP 716
Pelabuhan Perikanan WPP 717
Nusantara (PTN)
Balai Budidaya WPP 715
(UPT pusat DJPB)
SKPT
-III.19-
Pelabuhan Perikanan
Samudera (PPS)
Kawasan Konservasi WPP 572 WPP 712
Perairan WPP 714
Potensi : 1.341,6 ribu ton Potensi : 1.267,5 ribu ton Potensi : 1.177,9 ribu ton Potensi : 788,9 ribu ton
Produksi : 1,221,2 ribu ton (91,0%) Produksi : 659,8 ribu ton (52,6%) Produksi : 697,3 ribu ton (59,2%) Produksi : 764,0 ribu ton (96,8%)
Σ Kapal : 75,3 ribu unit Σ Kapal : 73,7 ribu unit Σ Kapal : 92,1 ribu unit Σ Kapal : 62,4 ribu unit
Σ Alat Tangkap : 262,5 ribu unit Σ Alat Tangkap : 125,4 ribu unit Σ Alat Tangkap : 402,0 ribu unit Σ Alat Tangkap : 80,8 ribu unit
Keterangan: 1. Data potensi berdasarkan Kepmen KP No. 50/2017 tentang Estimasi Potensi, jumlah tangkap yang diperbolehkan dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di WPP
2. Data produksi perikanan tangkap di laut tahun 2018 (KKP, 2019)
3. Jumlah kapal dan alat tangkap perikanan tahun 2018 (KKP, 2019)
Gambar 3.8
Persebaran Sumber Gas Bumi dan Batubara Untuk Kebutuhan Industri dan Listrik
Tangguh Train 3
Kalimantan Selatan
Cadangan Gas Bumi 5,7 TSCF
Cadangan Gas Bumi Cadangan Batubara
Kemampuan Produksi: 709 MMSCFD
Cadangan Batubara 5,27 miliar ton.
First gas in tahun II-2020
Rencana Pemanfaatan:
Rencana Pemanfaatan: Petrokimia & Asap-Kido-Merah
Kelistrikan, dan Industri
Kelistrikan Cadangan Gas Bumi 1,49 TSCF
East Natuna Kemampuan Produksi: 170
Cadangan Gas Kalimantan Timur
MMSCFD
Bumi 46 TSCF Cadangan Batubara
First gas in tahun II-2021
7,19 miliar ton.
Rencana Pemanfaatan: Petrokimia
Rencana Pemanfaatan:
& Kelistrikan
Kelistrikan, dan Industri
Blok A Aceh
Cadangan Gas Bumi 0,56 TSCF
Rencana pemanfaaatan: Pupuk
-III.20-
Sumatera Selatan
Cadangan Batubara 11,1 miliar ton. Abadi
Jambaran Tiung Biru Cadangan Gas Bumi 10,73 TSCF
Rencana Pemanfaatan: Cadangan Gas Bumi 1,20 TSCF
Kelistrikan, Industri dan Penyediaan Kemampuan Produksi:
Rencana Produksi: 1.200 MMSCFD
energi alternatif 330 MMSCFD First gas in tahun 2027
First gas in tahun 2020 Rencana Pemanfaatan:
Rencana Pemanfaatan: Petrokimia
Kelistrikan dan Industri
Gambar 3.9
Hilirisasi Sumber Daya Alam Melalui Pembangunan Smelter
Halmahera Tengah
27 28 29 Halmahera Timur
Mempawah 31
3
Senggau Morowali Utara
4 5 26
Ketapang Morowali Halmahera
6 24 25 Selatan
Konawe Utara 30
Kotawaringin
22 23
Kaur Barat Bantaeng Konawe
2 11
-III.21-
7 21
Tanah Bambu Kolaka
8
14 15 16 Konawe Selatan
Kota Baru 17 18 19 20
9 Bombana
12 13
Sumbawa Barat
10
Keterangan:
erangan:
31 Kawasan Smelter
KI Tanjung Buton
KI Kuala Tanjung 2
1 KI Bintan Aerospace
17 KI Tanah Kuning
KI/KEK Galang Batang
23
4 3 8
KI Teluk Weda
KI Tenayan I Kemingking KI/KEK Palu*
7
5 KI Ketapang KI Surya Borneo
5 KI Teluk Bintuni**
KI Tanjung Enim 9
4 6
KI Batulicin
14 16
6 15
KI Batanjung
7
-III.22-
Keterangan:
9 Kawasan Industri 18 Kawasan Industri yang
Prioritas Nasional Dikembangkan
-III.23-
Gambar 3.12
Persebaran Destinasi Pariwisata
5 7 2 8 10 13 14
Keterangan : Banyuwangi 5 Geopark Sawahlunto 13 Geopark Rinjani
Bali 6 Geopark Belitong 14 Geopark Tambora
Desnasi Pariwisata Prioritas (10 lokasi) 6 8 11 7 9 12 15 Geopark Maros-Pangkep
7 Geopark Ciletuh-
Desnasi Pariwisata Pengembangan (8 lokasi) Palabuhanratu 16 Geopark Raja Ampat
Revitalisasi Desnasi Pariwisata Bali
Ekowisata KSPN/KPPN
1 TN Gunung Leuser dan KHDTK Aek Nauli 1 KSPN Toba dskt. 9 Seluruh KSPN di Provinsi Bali.
TWA : Taman Wisata Alam TN : Taman Nasional 2 TWA Muka Kuning 2 KSPN Nongsa-Pulau Abang dskt. dan KSPN Lagoi-Bintan dskt. 10 KSPN Pantai Selatan Lombok dskt, KSPN Rinjani dskt,
TWP : Taman Wisata Perairan KSPN : Kawasan Strategis 3 TWA Kamojang Papandayan 3 KSPN Bukinggi dskt, KSPN Maninjau dskt, KSPN Singkarak dan KSPN Gili Tramena dskt.
SAP : Suaka Alam Peraian Pariwisata Nasional 4 TN Gunung Merapi, TN Gunung Merbabu, dan Hutan Pendidikan Wanagama dskt, KPPN Padang dskt, dan KPPN Sawahlunto dskt. 11 KSPN Komodo dskt. dan KSPN Ende-Kelimutu dskt.
KHDTK: Kawasan Hutan KPPN : Kawasan Pengembangan 5 TN Bromo-Tengger-Semeru 4 KSPN Tanjung Kelayang dskt. dan KPPN Pangkal Pinang- 12 KSPN Sambas dskt. dan KPPN Singkawang dskt.
Dengan Tujuan Khusus Pariwisata Nasional 6 TN Alas Purwo, TN Baluran, dan TWA Kawah Ijen Sungai Liat dskt. 13 KPPN Derawan–Sangalaki dskt. dan KPPN Tanjung
dskt. : dan sekitarnya 7 TN Bali Barat 5 KSPN Ciwidey dskt, KSPN Tangkuban Parahu dskt, KSPN Redeb dskt.
8 TN Gunung Rinjani, TN Gunung Tambora, dan TWA Gunung Tunak Bandung Kota dskt, dan KSPN Halimun dskt. 14 KSPN Toraja dskt, KPPN Selayar dskt, KSPN
Wisata Bahari 9 TN Komodo dan TN Kelimutu 6 KSPN Prambanan–Kalasan dskt, KSPN Yogyakarta Kota dskt, Takabonerate dskt, dan KPPN Makassar Kota dskt.
1 TWP Pulau Pieh dan Laut Sekitarnya 10 TN Danau Sentarum dan TWA Tanjung Belimbing KSPN Sangiran dskt, KSPN Merapi–Merbabu dskt, KSPN 15 KSPN Wakatobi dskt, KPPN Kendari dskt, dan KPPN
2 TWP Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan 11 TN Banmurung Bulusaraung dan TN Takabonerate Borobudur dskt, KSPN Pantai Selatan Yogyakarta dskt, KSPN Baubau dskt.
3 TWP Laut Sawu dan Sekitarnya 12 TN Wakatobi Karst Gunung Kidul dskt, KSPN Karimunjawa dskt, dan KSPN 16 KSPN Bunaken dskt, KSPN Bitung-Lembeh dskt, KPPN
4 TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya 13 TN Bunaken Dieng dskt. Likupang dskt, dan KPPN Manado Kota dskt.
5 SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut Sekitarnya 14 TWA Sorong 7 KSPN Bromo–Tengger–Semeru dskt. 17 KSPN Morotai dskt.
6 SAP Kepulauan Waigeo Sebelah Barat 15 TN Teluk Cenderawasih 8 KSPN Ijen-Baluran dskt. dan KPPN G Land-Alas Purwo dskt. 18 KSPN Raja Ampat dskt. dan KPPN Sorong dskt.
19 KSPN Biak dskt. dan KSPN Teluk Cenderawasih dskt.
1
-III.25-
b. Optimalisasi Wilayah Metropolitan (WM) dan kota besar di luar Jawa, termasuk
perencanaan ruang, pembangunan infrastruktur perkotaan, perencanaan investasi
dan pembiayaan pembangunan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan dan
meningkatkan daya dukung lingkungan untuk WM dan kota besar di Jawa;
c. Pembangunan kota baru sebagai contoh untuk pengembangan kota publik inklusif
yang terencana; dan
d. Pembangunan Ibu Kota Negara di luar pulau Jawa di posisi yang lebih seimbang
secara spasial dan ekonomi, sebagai stimulus pertumbuhan perekonomian melalui
peningkatan permintaan agregat, mendorong diversifikasi ekonomi Pulau Kalimantan,
sumber pertumbuhan ekonomi baru jangka panjang terutama untuk Wilayah Pulau
Kalimantan dan Kawasan Timur Indonesia, dan mengurangi ketimpangan antar
wilayah, didukung oleh kebijakan pengelolaan ASN berbasis smart governance;
3. Meningkatkan kualitas tata kelola pelayanan dasar, daya saing, serta kemandirian
daerah, melalui strategi pembangunan:
a. Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi khusus (Provinsi Aceh, Papua, dan Papua
Barat) melalui peningkatkan kapasitas daerah otonom dan daerah khusus/daerah
istimewa untuk pemenuhan standar pelayanan minimum, pengelolaan keuangan
daerah dan pemenuhan pelayanan publik yang lebih efektif dan efisien;
i. Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dengan peningkatan kapasitas
pemerintah daerah antara lain melalui: (a) penerapan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) di daerah secara penuh dan konsisten termasuk perbaikan mekanisme
pengaduan yang terintegrasi dengan manajemen kinerja; (b) penataan
lembaga dan organisasi Pemerintah Daerah yang lebih efisien dan efektif; (c)
optimalisasi pemanfataan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) guna
menciptakan pelayanan yang lebih cepat, murah dan efisien; (d) peningkatan
riset dan inovasi daerah untuk peningkatan kualitas pelayanan publik dan
percepatan pembangunan; (e) peningkatan kapasitas aparatur daerah dalam
manajemen pemyelenggaraan pemerintahan daerah dan keahlian khusus lainnya
sesuai dengan kebutuhan daerah termasuk perencanaan pembangunan dan
penganggaran daerah; (f) optimalisasi dana transfer daerah yang lebih produktif
dan afirmatif bagi kemajuan daerah; (g) peningkatan penerimaan dan pendapatan
daerah baik pajak dan retribusi daerah maupun sumber-sumber penerimaan dan
pendapatan lainnya melalui penataan dan pengembangan data dan informasi;
(h) pengelolaan keuangan daerah yang efektif dan efisien, (i) peningkatan kualitas
belanja daerah yang berdampak bagi percepatan pencapaian SPM, peningkatan
kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah
ii. Pelaksanaan otonomi khusus di Aceh diarahkan pada pelaksanaan Undang-
undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh secara sungguh-
sungguh, konsisten, nyata dan bertanggung jawab antara lain melalui: (a)
penguatan dan pemberdayaan rakyat Aceh berlandaskan budaya dan syariat
Islam yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan; (b) penguatan tata kelola
pemerintahan yang partisipatif, transparan, akuntabel, dan adil dengan
mengutamakan pelayanan prima; (c) optimalisasi pengelolaan Dana Otonomi
Khusus Aceh bagi pelayanan publik dan pengembangan ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat; serta (d) peningkatan kapasitas aparatur
dan pengembangan manajemen berbasis kinerja;
iii. Pelaksanaan otonomi khusus di Papua dan Papua Barat diarahkan pada
pelaksanaan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
-III.26-
bagi Provinsi Papua dan Papua Barat secara sungguh-sungguh, konsisten, nyata
dan bertanggung jawab antara lain melalui: (a) penguatan dan pemberdayaan
Orang Asli Papua berlandaskan budaya dan adat yang mengutamakan nilai-nilai
kemanusiaan; (b) pengembangan wilàyah adat Tabi, Saereri, La Pago, Me Pago,
Anim Ha, Bomberai dan Domberai dalam mendukung perekonomian wilayah; (c)
penguatan tata kelola pemerintahan yang partisipatif, transparan, akuntabel,
dan adil dengan mengutamakan pelayanan prima; (d) optimalisasi pengelolaan
Dana Otonomi Khusus Papua bagi pelayanan publik dan pengembangan ekonomi
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah; (e) peningkatan
kapasitas aparatur dan pengembangan manajemen berbasis kinerja; serta (f)
penguatan distrik sebagai pusat perubahan dan pertumbuhan, serta pembinaan
dan pengawasan desa; dan
iv. Pelaksanaan daerah khusus/daerah istimewa diarahkan pada pelaksanaan
Undang-undang Nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) secara sungguh-sungguh, konsisten, nyata dan bertanggung
jawab antara lain melalui: (a) pemberdayaan masyarakat Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan berlandaskan pada budaya, adat istiadat dan keistimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta; (b) penguatan tata kelola pemerintahan yang
partisipatif, transparan, akuntabel, dan adil dengan mengutamakan pelayanan
prima; (c) optimalisasi pengelolaan Dana Keistimewaan bagi penguatan ketahanan
sosial dan budaya dan pengembangan ekonomi rakyat untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah; serta (d) peningkatan kapasitas
aparatur dan pengembangan manajemen berbasis kinerja.
b. Pengembangan kerja sama antardaerah otonom dalam peningkatan daya saing
daerah dan membangun sentra-sentra ekonomi baru, melalui;
i. Penguatan peran PTSP sebagai percepatan pelayanan dan perijinan kepada
masyarakat dan dunia usaha;
ii. Penataan regulasi daerah dalam mendukung kemudahan berusaha;
iii. Pengembangan skema kerjasama pemerintah dan badan usaha; dan
iv. Perluasan kerjasama, kemitraan dan kolaborasi pemerintah daerah dengan mitra
pembangunan dalam pelayanan publik, pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan, pembiayaan dan investasi pembangunan, penyelesaian permasalahan
publik bersama, dan pengembangan daya saing dan inovasi daerah.
c. Penataan hubungan pusat dan daerah yang lebih sinergis, melalui:
i. Penguatan peran gubernur melalui sebagai wakil Pemerintah Pusat dalam
koordinasi dan pengendalian pembangunan daerah;
ii. Harmonisasi dan sinkronisasi peraturan tentang perencanaan, penganggaran,
pengadaan barang dan jasa, pengendalian dan evaluasi, serta audit antara pusat
dan daerah; dan
iii. Penguatan hubungan keuangan pusat dan daerah melalui percepatan
penyelesaian revisi Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Hubungan
Keuangan Pusat dan Daerah, dan peraturan perundang-undangan lain mengenai
manajemen keuangan daerah.
-III.27-
Selain itu, kebijakan pembangunan wilayah tahun 2020-2024 dijabarkan ke dalam tujuh
(7) wilayah pembangunan, yaitu: Wilayah Papua, Wilayah Maluku, Wilayah Nusa Tenggara,
Wilayah Sulawesi, Wilayah Kalimantan, Wilayah Jawa-Bali dan Wilayah Sumatera, sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau untuk menjamin kebijakan, program dan
kegiatan yang konsisten, terpadu dan bersifat lintas sektor dengan memperhatikan
karakter geografis, potensi wilayah, karakteristik nilai-nilai sosial, budaya dan adat
daerah, daya dukung lingkungan, serta risiko bencana di setiap wilayah.
-III.28-
Wilayah
Kabupaten/Kota Strategi Pengembangan
Adat
Kabupaten Puncak, Puncak
Jaya, Tolikara, Mamberamo Strategi pengembangan ekonomi
Laa Pago Tengah, Lanny Jaya, Nduga, menjadi bagian dari Major
Jayawijaya, Yalimo, Yahukimo, dan Project Wilayah Adat Laa Pago.
Pegunungan Bintang
Hilirisasi industri perikanan,
industri pengalengan ikan dan
Kabupaten Supiori, Biak Numfor,
Saireri industri pariwisata budaya dan
Kepulauan Yapen, dan Waropen
bahari Kepulauan Padaido dan
Kepulauan Ambai
Hilirisasi industri sagu, kelapa,
Kota Jayapura, Kabupaten
kakao dan pengembangan
Mamta Mamberamo Raya, Sarmi,
pariwisata Danau Sentani dan
Jayapura, dan Keerom
wisata bahari
Hilirisasi industri sagu, kelapa,
Kabupaten Nabire, Intan Jaya, kakao dan pengembangan
Mee Pago
Paniai, Dogiyai, Deiyai, dan Mimika pariwisata Danau Sentani dan
wisata bahari
-III.30-
Wilayah
Kabupaten/Kota Strategi Pengembangan
Adat
Hilirisasi industri tebu, sagu,
Kabupaten Asmat, Merauke,
Anim Ha perikanan, industri pangan dan
Mappi, dan Boven Digoel
industri peternakan
Hilirisasi industri pala,
Bomberay Kabupaten Fak-Fak dan Kaimana peternakan dan pariwisata
budaya dan bahari Teluk Triton
Kota Sorong, Kabupaten Sorong,
Raja Ampat, Tambrauw, Maybrat, Strategi pengembangan ekonomi
Domberay Sorong Selatan, Pegunungan Arfak, menjadi bagian dari Major
Manokwari, Manokwari Selatan, Project Wilayah Adat Domberay.
Teluk Bintuni, dan Teluk Wondama
(4) Penguatan konektivitas dilakukan melalui antara lain (a) pembangunan jalan, pelabuhan
laut, dan udara; dan (b) pengembangan dan penguatan konektivitas antarmoda laut,
sungai, darat dan udara yang terintegrasi, khususnya pelabuhan hub komoditas
mentah maupun barang hasil olahan.
(5) Pengarusutamaan penanggulangan bencana dan adaptasi perubahan iklim dilakukan
melalui antara lain: (a) peningkatan kapaitas masyarakat dan aparat; (b) peningkatan
ketahanan kawasan pantai utara Pulau Papua; (c) adaptasi masyarakat terhadap
perubahan iklim di daerah rawan bencana berbasis kearifan lokal masyarakat dengan
fokus utama pada peningkatan ketahanan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS); (d)
peningkatan investigasi mitigasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana,
serta (e) peningkatan penanganan abrasi pantai di daerah kepulauan, dan konservasi
hutan.
(6) Penguatan koordinasi kementerian/lembaga dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian dan evaluasi pembangunan di Tanah Papua
Gambaran integrasi pembangunan Wilayah Papua dapat dilihat pada peta berikut.
Gambar 3.13
Peta Pengembangan Wilayah Papua
-III.31-
(4) Penguatan konektivitas dilakukan melalui antara lain: (a) pengembangan dan
penguatan konektivitas antarmoda laut, sungai, darat dan udara yang terintegrasi;
dan (b) pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi.
(5) Pengarusutamaan penanggulangan bencana dan adaptasi perubahan iklim dilakukan
melalui antara lain: (a) peningkatan kapasitas masyarakat dan aparat; (b) peningkatan
ketahanan kawasan utara dan selatan Kepulauan Maluku; (c) adaptasi masyarakat
terhadap perubahan iklim di daerah rawan bencana berbasis kearifan lokal masyarakat;
(d) peningkatan investasi mitigasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana;
dan (e) peningkatan penanganan abrasi pantai di pesisir dan daerah kepulauan, serta
konservasi hutan.
Gambaran integrasi pembangunan Wilayah Maluku dapat dilihat pada peta berikut.
Gambar 3.14
Peta Pengembangan Wilayah Maluku
-III.33-
(1) Peningkatan pelayanan dasar antara lain: (a) peningkatkan kualitas SDM khususnya
peningkatan akses layanan pendidikan dan kesehatan, pendidikan vokasional
pertanian, perikanan pertambangan dan pariwisata; dan revitalisasi Balai Latihan
Kerja; (b) percepatan pembangunan daerah tertinggal dilakukan dengan fokus pada
pemenuhan pelayanan dasar, pengembangan ekonomi lokal berbasis komoditas
unggulan dengan memanfaatkan teknologi digital, dan pengembangan infrastruktur;
(c) pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta pelaku pembangunan lainnya
dilaksanakan terhadap daerah tertinggal yang telah terentaskan tahun 2019, selama
maksimal 3 tahun (2020-2022); (d) pemenuhan pelayanan dasar dan peningkatan
tata kelola di kecamatan perbatasan; (e) percepatan pembangunan desa secara
terpadu untuk mendorong transformasi sosial, budaya dan ekonomi desa; dan (f)
pelaksanaan pembangunan afirmatif.
(2) Penguatan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dilakukan melalui antara lain:
(a) pengembangan komoditas unggulan Wilayah Nusa Tenggara yaitu lada, pala,
cengkeh, kopi, kelapa, tebu, garam, tembaga, emas, perikanan budidaya, dan
perikanan tangkap; (b) pengembangan sentra perikanan dan industri pengolahan
hasil perikanan di SKPT/WPP; (c) pengembangan sentra produksi peternakan dan
perkebunan yang tersebar di beberapa KPPN, (d) revitalisasi kawasan transmigrasi;
(e) pengembangan ekonomi kawasan perbatasan berbasis komoditas unggulan;
(f) pengembangan kawasan strategis, dan pengolahan sumber daya alam berupa
perkebunan dan pertambangan; (g) destinasi pariwisata alam, budaya dan sejarah
sebagai salah satu motor penggerak pengembangan ekonomi lokal melalui sektor
jasa pada Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)/Kawasan Ekonomi Khusus (KEK); (h)
pengembangan kawasan perkotaan; (i) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan
baru dengan bertumpu pada skema investasi swasta; (j) peningkatan peran dan
efisiensi pelayanan kota besar, menengah, dan kecil untuk meningkatkan sinergi
pembangunan perkotaan dan perdesaan; dan (k) penguatan keterkaitan desa-kota
yang mendukung pusat pertumbuhan wilayah.
(3) Pelaksanaan otonomi daerah dilakukan melalui antara lain: (a) peningkatan kapasitas
pemerintahan daerah (kelembagaan, aparatur dan keuangan daerah); (b) pengembangan
dan penguatan peran kecamatan sebagai pusat data, informasi dan pengetahuan, pusat
pelayanan dasar, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pengembangan inovasi dan
kewirausahaan, pusat pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, serta pusat
pertumbuhan ekonomi kabupaten; dan (c) percepatan penerapan SPM, peningkatan
pelayanan perizinan investasi, dan perluasan kerjasama antardaerah.
(4) Penguatan konektivitas dilakukan melalui antara lain: (a) pengembangan dan penguatan
konektivitas antarmoda laut, sungai, darat dan udara yang terintegrasi; (b) penyediaan
pusat perdagangan komoditas mentah dan barang hasil olahan di Nusa Tenggara; dan
(c) pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi.
(5) Pengarusutamaan penanggulangan bencana dan adaptasi perubahan iklim dilakukan
melalui antara lain: (a) peningkatan kapaitas masyarakat dan aparat; (b) peningkatan
ketahanan kawasan utara dan selatan Kepulauan Nusa Tenggara dan pemantapan
pemulihan pascabencana di Pulau Lombok dan sekitarnya; (c) adaptasi masyarakat
terhadap perubahan iklim di daerah rawan bencana berbasis kearifan lokal masyarakat;
(d) peningkatan investasi mitigasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana;
dan (e) peningkatan penanganan abrasi pantai di pesisir dan daerah kepulauan, serta
konservasi hutan.
Gambaran integrasi pembangunan Wilayah Nusa Tenggara dapat dilihat pada peta berikut.
Gambar 3.15
Peta Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara
-III.35-
Gambaran integrasi pembangunan Wilayah Sulawesi dapat dilihat pada peta berikut.
Gambar 3.16
Peta Pengembangan Wilayah Sulawesi
-III.37-
Pulau Kalimantan dikenal sebagai lumbung energi nasional dan paru-paru dunia, maka
pembangunan wilayah Pulau Kalimantan dalam lima tahun mendatang diarahkan untuk
mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia (Heart of Borneo) dengan
menjaga kawasan berfungsi pelestarian lingkungan dan ekologis; meningkatkan konservasi
dan rehabilitasi DAS, lahan kritis, hutan lindung, dan hutan produksi; mengembangkan
pencegahan bencana alam banjir dan kebakaran hutan; mempertahankan peran sebagai
lumbung energi nasional melalui pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, termasuk
pengembangan energi baru terbarukan berbasis biomassa dan air atau matahari atau
sesuai dengan kondisi wilayah; pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit,
karet, bauksit, bijihbesi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa.
Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan diharapkan
dapat membantu mendorong diversifikasi ekonomi dan peningkatan output sektor ekonomi
non tradisional seperti jasa, pemerintahan, transportasi, perdagangan, pengolahan akan
terpacu untuk menopang pertumbuhan ekonomi Pulau Kalimantan. Selain itu juga
diharapkan terjadi peningkatan perdagangan antarwilayah, meningkatkan kesempatan
kerja dan menurunkan ketimpangan pendapatan, serta menciptakan peluang investasi
baru dan peningkatan kontribusi investasi Pulau Kalimantan terhadap nasional.
(3) Pelaksanaan otonomi daerah dilakukan melalui antara lain: (a) peningkatan kapasitas
pemerintahan daerah (kelembagaan, aparatur dan keuangan daerah); (b) pengembangan
dan penguatan peran kecamatan sebagai pusat data, informasi dan pengetahuan, pusat
pelayanan dasar, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pengembangan inovasi dan
kewirausahaan, pusat pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, serta pusat
pertumbuhan ekonomi kabupaten; dan (c) percepatan penerapan SPM, peningkatan
pelayanan perizinan investasi, dan perluasan kerjasama antardaerah.
(4) Penguatan konektivitas, infrastruktur pelayanan dasar pada wilayah metropolitan,
kota, dan perkotaan dilakukan melalui antara lain: (a) pengembangan dan penguatan
konektivitas antarmoda laut, sungai, darat dan udara yang terintegrasi; dan (b)
pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi;
(5) Pengarusutamaan penanggulangan bencana dan adaptasi perubahan iklim dilakukan
melalui antara lain: (a) peningkatan kapasitas masyarakat dan aparat; (b) peningkatan
ketahanan kawasan wilayah timur Pulau Kalimantan; (c) adaptasi masyarakat terhadap
perubahan iklim di daerah rawan bencana berbasis kearifan lokal masyarakat; (d)
peningkatan investasi mitigasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana;
dan (e) peningkatan penanganan abrasi pantai di pesisir dan daerah kepulauan, serta
konservasi hutan.
Gambaran integrasi pembangunan Wilayah Kalimantan dapat dilihat pada peta berikut.
Gambar 3.17
Peta Pengembangan Wilayah Kalimantan
-III.39-
Wilayah Sumatera yang berdekatan dengan negara-negara lain terutama Asia menjadi
salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional; dan menjadi
lumbung energi nasional dan lumbung pangan nasional. Berbagai inisiasi kerja sama
internasional yang mencakup wilayah Sumatera seperti Segitiga Pertumbuhan Indonesia–
Malaysia–Thailand (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle), integrasi kawasan
(belt and road initiatives), dan masyarakat ekonomi ASEAN akan memperluas investasi,
perdagangan, serta diversifikasi pasar regional dan global.
Gambaran integrasi pembangunan Wilayah Sumatera dapat dilihat pada peta berikut
Gambar 3.18
Peta Pengembangan Wilayah Sumatera
-III.41-
pertumbuhan ekonomi kabupaten; dan (c) percepatan penerapan SPM antara lain
sanitasi, air bersih, pengelolaan sampah, peningkatan pelayanan perizinan investasi,
dan perluasan kerjasama antardaerah.
(5) Penguatan konektivitas dilakukan melalui antara lain: (a) pengembangan dan penguatan
konektivitas antarmoda laut, sungai, darat dan udara yang terintegrasi antara lain;
(b) pengembangan outlet untuk komoditas mentah maupun barang hasil olahan di
pelabuhan hub; (c) meningkatkan kualitas pelayanan transportasi perkotaan massal
multimoda; dan (d) pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi.
(6) Pengarusutamaan penanggulangan bencana dan adaptasi perubahan iklim dilakukan
melalui antara lain: (a) peningkatan kapasitas masyarakat dan aparat; (b) peningkatan
ketahanan kawasan pantai selatan Pulau Jawa-Bali dan pemantapan pemulihan
pascabencana di Kawasan Selat Sunda dan Sekitarnya; (c) adaptasi masyarakat
terhadap perubahan iklim di daerah rawan bencana berbasis kearifan lokal; (d)
peningkatan investasi mitigasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana; dan
(e) peningkatan penanganan abrasi pantai di pesisir.
Gambaran integrasi pembangunan Wilayah Sumatera dapat dilihat pada peta berikut
Gambar 3.19
Peta Pengembangan Wilayah Pulau Jawa-Bali
-IV.1-
BAB IV
MENINGKATKAN SUMBER DAYA
MANUSIA BERKUALITAS DAN
BERDAYA SAING
-IV.2-
Pendahuluan
Laju Pertumbuhan
Penduduk Rata-rata lama sekolah
penduduk usia 15 tahun
Status Awal: 1,14% (2015- ke atas
2016)
Capaian Akhir: 1,07% (2017- Status Awal: 8,22 tahun (2014)
2018) Capaian Akhir: 8,52 tahun
(2018)
Jumlah penduduk usia produktif yang besar tersebut harus dimanfaatkan agar
Indonesia dapat memaksimalkan bonus demografi. Apabila tidak dikelola dengan baik,
dapat menyebabkan tingginya tingkat pengangguran, konflik sosial, serta tekanan
pada pangan dan lingkungan. Selain itu, perubahan struktur umur penduduk yang
cepat juga membawa implikasi terhadap penduduk yang menua (ageing population)
yang tidak produktif. Perubahan struktur umur penduduk tersebut dapat memberikan
kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan memberikan
perhatian pada pembangunan manusia berdasarkan siklus hidup. Pendekatan siklus
hidup mencakup 1000 Hari Pertama Kehidupan, pendidikan usia dini, pola asuh dan
pembentukan karakter anak dalam keluarga, remaja, transisi dari sekolah menuju
dunia kerja, serta penyiapan kehidupan berkeluarga dan lansia.
kesejahteraan antar wilayah dan bersifat lintas sektor dengan pendekatan mobilitas
penduduk yang akurat, seimbang, dan memperhatikan pola kependudukan per wilayah
(baik provinsi maupun kabupaten dan kota). Hal ini antara lain dapat dilakukan dengan
percepatan perluasan administrasi kependudukan dan penggunaan mobile positioning
data (MPD) menuju satu data kependudukan yang digunakan untuk formulasi kebijakan
terkait penduduk dan tata wilayah serta perencanaan pembangunan berdasarkan kondisi
kependudukan melalui Grand Design Pembangunan Kependudukan (GPDK).
Upah (PBPU) melambat; (b) jumlah peserta tidak aktif (berhenti membayar iuran) cukup
banyak dan kepatuhan para pemberi kerja maupun pada kelompok PBPU; (c) regulasi
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Jaminan Sosial bidang Ketenagakerjaan masih
belum harmonis; (d) kelembagaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) belum optimal
terutama dari sisi koordinasi antar kelembagaan dan penegakan fungsi Dewan Jaminan
Sosial Nasional (DJSN); (e) respon lembaga pengawasan terhadap pelanggaran belum
sekuat yang diharapkan; (f) lembaga aktuaria yang diperlukan untuk memperkirakan dan
menegakkan keberlanjutan fiskal program belum terkoordinasi dengan baik serta lembaga
yang independen belum tersedia; dan (g) sistem monitoring dan evaluasi masih parsial dan
belum terintegrasi dengan baik.
Gambar 4.1
Cakupan JKN Berdasarkan Kelompok Peserta (dalam juta jiwa)
100
50
0
2014 2015 2016 2017 2018 2019*
PBI-APBN PPU PBPU BP PBI-APBD/Integrasi Jamkesda Total
Keterangan: PBI: Penerima Bantuan Iuran PBPU: Peserta Bukan Penerima Upah Sumber: BPJS Kesehatan
PPU: Peserta Penerima Upah BP: Bukan Pekerja
Terlepas dari semakin seringnya kejadian bencana alam serta adanya perubahan iklim di
beberapa tempat, perlindungan sosial yang adaptif belum sepenuhnya berkembang. Sistem
yang ada saat ini belum mampu untuk merespon kebutuhan penduduk yang menjadi korban
bencana. Oleh karena itu, penduduk yang berada pada daerah rawan bencana menjadi
rentan miskin. Terlebih lagi, penduduk yang mengalami perubahan iklim yang secara pasti
belum mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dalam penyesuaian mata pencaharian
atau penyesuaian produksi sesuai iklim yang berubah. Perlindungan sosial pun masih belum
memihak sepenuhnya terhadap kelompok khusus antara lain penyandang disabilitas maupun
penduduk lansia yang rentan miskin. Kesejahteraan kelompok penduduk tersebut masih
cukup rentan dan belum sepenuhnya diperhatikan. Bertambahnya usia penduduk berkaitan
erat dengan penurunan kapasitas intrinsik dan kapabilitas fungsional. Penduduk lansia yang
tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari sebesar 7,9 persen dan sebesar 11,4 persen
yang tidak mempunyai kemampuan berbicara, melihat, dan mendengar (SUPAS 2015). Selain
itu, tingkat kesejahteraan lanjut usia masih rendah, dan tingkat kemiskinannya relatif lebih
tinggi dari kelompok umur lainnya. Penduduk lanjut usia juga rentan terhadap kekerasan,
kejahatan, penipuan, diskriminasi, dan eksklusi.
-IV.7-
Kondisi yang dialami oleh kelompok lansia tersebut pada dasarnya juga terjadi pada
penyandang disabilitas. Berdasarkan SUPAS 2015, terdapat 8,56 persen atau sekitar
21,84 juta penduduk merupakan penyandang disabilitas, di mana 48,5 persen dari jumlah
tersebut merupakan penyandang disabilitas ganda. Penyandang disabilitas memiliki tingkat
partisipasi yang rendah dalam berbagai bidang seperti pendidikan dan ketenagakerjaan
serta kurang memiliki akses terhadap fasilitas dan layanan publik yang menyebabkan
penyandang disabilitas berisiko lebih tinggi hidup di bawah garis kemiskinan.
Derajat kesehatan dan tingkat pendidikan membaik, namun belum menjangkau seluruh
penduduk. Kematian ibu dan bayi masih tinggi. Kapasitas tenaga kesehatan, sistem
rujukan maternal, dan tata laksana pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta pelayanan
kesehatan reproduksi belum berjalan optimal. Penggunaan kontrasepsi (Contraceptive
Prevalence Rate/CPR) cara modern menurun dari 57,9 persen (SDKI 2012) menjadi
57,2 persen (SDKI 2017). Angka kelahiran (Age Specific Fertility Rate/ASFR) umur 15-19
tahun juga masih tinggi disebabkan rendahnya pemahaman remaja tentang kesehatan
reproduksi dan masih tingginya angka perkawinan anak serta penyiapan kehidupan
berkeluarga yang masih belum optimal. Pemahaman orangtua mengenai pola asuh yang
baik, kesehatan lingkungan serta kemampuan menyediakan gizi yang cukup juga masih
rendah sehingga prevalensi stunting masih tinggi.
Prevalensi penyakit menular utama (HIV/AIDS, tuberkulosis dan malaria) masih tinggi
disertai dengan ancaman emerging diseases akibat tingginya mobilitas penduduk. Pola
hidup yang tidak sehat meningkatkan faktor risiko penyakit seperti obesitas, tekanan darah
tinggi, dan masih tingginya merokok serta kurangnya aktivitas fisik, sehingga penyakit
tidak menular (PTM) seperti stroke, jantung dan diabetes meningkat. Kondisi lingkungan
diperburuk dengan polusi udara, air dan sanitasi dan limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3) yang belum terkelola dengan baik. Proporsi rumah tangga yang menempati rumah
layak huni sebanyak 54,1 persen dengan akses terhadap air minum layak sebesar 87,8
persen, dan sanitasi layak sebesar 74,6 persen (BPS 2018, diolah Bappenas 2019).
Sistem rujukan pelayanan kesehatan belum optimal dilihat dari banyaknya antrian pasien.
Puskesmas dan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) swasta belum mampu secara
maksimal berperan sebagai gate keeper. Kekosongan obat dan vaksin serta penggunaan
obat yang tidak rasional masih terjadi, ketergantungan yang tinggi terhadap impor bahan
baku sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta sistem pengawasan obat dan makanan
belum optimal. Ketimpangan kinerja sistem kesehatan antar wilayah juga masih tinggi,
misalnya cakupan imunisasi yang rendah di Indonesia bagian timur. Fasilitas pelayanan
kesehatan yang terakreditasi dan tenaga kesehatan masih menumpuk di Jawa-Bali dan
daerah perkotaan.
-IV.8-
Gambar 4.2
10 Peringkat Teratas dan Perubahan Beban Penyakit (Disability Adjusted Life Years/
DALYs) Tahun 1990 dan 2017 di Indonesia
Di bidang pendidikan, pada tahun 2018, masih terdapat 4,4 juta anak usia 7-18 tahun
yang tidak atau belum mendapatkan layanan pendidikan (anak tidak sekolah/ATS). ATS
disebabkan pada masih rendahnya upaya lintas sektor dalam meminimalisasi hambatan
sosial, ekonomi, budaya, maupun geografis, serta pola layanan pendidikan yang belum
optimal untuk anak berkebutuhan khusus, anak jalanan dan anak terlantar, anak
berhadapan dengan hukum, anak dalam pernikahan atau ibu remaja, dan anak yang
bekerja atau pekerja anak. Partisipasi pendidikan pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) dan pendidikan tinggi (PT) juga masih sangat rendah, yaitu masing-masing sebesar
36,06 persen, dan 30,19 persen (Susenas, 2018). Kesenjangan pendidikan antarkelompok
ekonomi juga masih menjadi permasalahan dan semakin lebar seiring dengan semakin
tingginya jenjang pendidikan. Rasio APK 20 persen penduduk termiskin dibandingkan
20 persen terkaya pada jenjang menengah dan tinggi pada tahun 2018, masing-masing
sebesar 0,67 dan 0,16. Kesenjangan taraf pendidikan antarwilayah juga masih tinggi.
Pembelajaran berkualitas juga belum berjalan secara optimal dan merata antarwilayah.
Upaya yang dilakukan belum dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang
menumbuhkan kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Hasil
Program for International Student Assessment (PISA), menunjukkan bahwa proporsi siswa
-IV.9-
Gambar 4.3
Kesenjangan Taraf Pendidikan Antarwilayah dari Pencapaian Rata-rata Lama Sekolah
Penduduk 15 Tahun ke Atas per Provinsi, 2018
yang berada di atas standar minimum kompetensi matematika, sains, dan literasi, pada
periode 2006-2018, menunjukkan perkembangan yang masih rendah. Pada PISA 2018,
proporsi siswa yang berada di atas standar minimum kompetensi matematika, jauh lebih
rendah dibandingkan negara-negara lain di kawasan ASEAN.
Gambar 4.4
Proporsi Anak Kelas 9 di Atas Standar Minimum Kemampuan Matematika, Sains,
dan Membaca pada Tes PISA
Selain itu, hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI), menunjukkan bahwa
kompetensi siswa di berbagai wilayah masih sangat jauh tertinggal. Hal ini terlihat dari masih
rendahnya siswa yang mencapai batas kompetensi minimum, seperti di Sulawesi Barat
untuk membaca (20,92 persen), Maluku untuk matematika (12,19 persen), dan Gorontalo
untuk sains (13,52 persen). Kualitas pendidik menjadi faktor utama yang mempengaruhi
kualitas pembelajaran. Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) 2015, menunjukkan nilai rata-rata
-IV.10-
Gambar 4.5
Perbandingan Beberapa Negara Mengenai Proporsi Anak di Bawah Standar Minimum
Kemampuan Matematika pada Tes PISA
100%
80%
60%
40%
71,9%
52,7%
20%
15% 23,9%
0% 0% 7,1%
Indonesia Thailand Vietnam Korea Singapura Rata-rata OECD
<level 2 level 2 level 3 level 4 level 5 level 6
sebesar 53,02, lebih rendah dari standar kompetensi minimum sebesar 60,0. Sementara itu,
pada jenjang pendidikan tinggi, hanya 14,1 persen dari 290.687 dosen yang berkualifikasi
doktor/S-3 (Kemristekdikti, 2018).
Intervensi berdasarkan kebutuhan yang sesuai dengan tahap kehidupan dan karakteristik
individu diperlukan dalam mewujudkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing. Anak,
perempuan, dan pemuda merupakan kelompok penduduk yang memiliki kriteria spesifik
sehingga dibutuhkan pendekatan yang berbeda demi menjamin kualitas hidup mereka.
Pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak penting untuk memastikan anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal, serta terlindungi dari berbagai tindak kekerasan,
diskriminasi dan eksploitasi. Kesetaraan gender, pemberdayaan, dan perlindungan
perempuan menjadi faktor penting untuk memastikan keterlibatan perempuan secara
bermakna di dalam pembangunan. Sementara itu, pembangunan pemuda memiliki arti
penting bagi keberlangsungan suatu negara-bangsa karena pemuda adalah penerima
tongkat estafet kepemimpinan bangsa dan salah satu penentu optimalisasi bonus
demografi.
-IV.11-
Pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak, peningkatan kesetaraan gender dan
perlindungan perempuan, serta pembangunan pemuda belum berjalan optimal. Indeks
Perlindungan Anak yang mengukur pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak baru
mencapai 62,7 pada tahun 2018. Pemenuhan hak anak dalam kondisi tertentu masih
memerlukan upaya yang besar. Masih ada sekitar 59,2 persen anak di dalam lapas yang
belum mendapatkan akses pendidikan (Kementerian Hukum dan HAM, 2019) dan 16,4
persen anak belum memiliki akta kelahiran (Susenas, 2018). Selain itu, tindak kekerasan
terhadap anak masih terjadi. Pada tahun 2018, terdapat sekitar 61,7 persen laki-laki dan
62 persen perempuan usia 13-17 tahun yang pernah mengalami kekerasan sepanjang
hidupnya (SNPHAR, 2018), dan sekitar 7,05 persen anak berusia 10-17 tahun yang bekerja
(Sakernas,2018). Di samping itu, sekitar 23 persen pelajar pernah terlibat perkelahian
(SNKBS, 2015), 11,21 persen perempuan usia 20-24 tahun menikah sebelum usia 18 tahun
(Susenas, 2018), dan meningkatnya laporan cyber crime yang melibatkan anak dari 608
kasus di tahun 2017 menjadi 679 kasus di tahun 2018 (KPAI). Sementara itu, pengasuhan
anak juga belum optimal, antara lain ditandai oleh balita yang mendapatkan pengasuhan
tidak layak sekitar 3,73 persen dan sekitar 4,84 persen anak tidak tinggal bersama
kedua orangtuanya (Susenas, 2018). Selanjutnya, perilaku berisiko perlu ditangani sedini
mungkin untuk mencegah dampak jangka panjang bagi anak. Saat ini terdapat sekitar
4,71 persen anak usia 5-17 tahun merokok (integrasi Susenas - Riskesdas, 2018) dan
sekitar 1,9 persen pelajar di bawah usia 15 tahun yang menggunakan narkotika dalam
satu tahun terakhir (SPPGN, 2016).
Kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan masih relatif tinggi dan kelembagaan
PUG belum efektif. IPG dan IDG pada tahun 2018 baru mencapai 90,99 dan 72,10, Gender
Inequality Index Indonesia berada di peringkat 104 dari 162 negara yang diukur dan merupakan
negara ketiga terendah di ASEAN, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan
baru mencapai 51,89 persen dibandingkan laki-laki sebesar 83,13 persen (Sakernas,
Agustus 2019). Partisipasi perempuan di lapangan kerja formal juga masih sangat rendah
yaitu 34,22 persen dibandingkan laki-laki yang sudah mencapai 65,78 persen (Sakernas,
Agustus 2018). Selanjutnya, pelaksanaan strategi PUG menghadapi berbagai tantangan,
diantaranya penerapan kebijakan, peranti analisis, serta komitmen dan dukungan politik
terhadap kesetaraan gender masih belum optimal, pemahaman mengenai konsep dan isu
gender serta manfaat PUG dalam pembangunan, terutama di provinsi, kabupaten/kota, dan
desa masih rendah dan belum seragam, serta kapasitas kelembagaan dalam melaksanakan
PUG, terutama SDM serta penyediaan dan pemanfaatan data gender di dalam setiap tahapan
pembangunan masih belum memadai.
-IV.12-
Kekerasan terhadap perempuan (KtP) terus meningkat dengan spektrum yang semakin
beragam. Hasil Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) tahun 2016
menunjukkan 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik
selama hidupnya. Jumlah KTP yang dilaporkan pada tahun 2018 meningkat 14 persen
dibandingkan tahun 2019 yaitu dari 348.466 kasus menjadi 406.178 kasus. Dari jumlah
tersebut, 71 persen adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan 28 persen adalah
kekerasan di komunitas seperti perkosaan, pencabulan, dan kekerasan seksual. Di dalam
KDRT, kasus inses adalah bentuk kekerasan seksual yang paling dominan dan anak
perempuan paling rentan menjadi korban. Kasus inses sering tidak terungkap dan sulit
dilaporkan karena pelakunya adalah orang yang terdekat dengan korban. Perempuan juga
semakin rentan mengalami kekerasan pada situasi darurat dan bencana. Selain itu, kekerasan
pada pekerja migran perempuan juga masih terjadi mulai dari pemberangkatan, transit, dan
pemulangan (Komnas Perempuan, 2019). Jumlah kasus tindak pidana perdagangan orang
(TPPO) juga masih tinggi dengan modus yang semakin kompleks. Jumlah korban TPPO
pada tahun 2018 mencapai 297 orang di mana 70 persen diantaranya adalah perempuan
dan anak perempuan (Bareskrim Polri, 2019). Selanjutnya, perkembangan teknologi juga
membuka peluang terjadinya kasus kekerasan berbasis gender online (KBGO) yang sebagian
besar korbannya adalah perempuan. Sepanjang 2017, terdapat 65 kasus KBGO dalam
berbagai bentuk, antara lain pendekatan untuk memperdaya (cyber grooming), pelecehan
online (cyber harassment), peretasan (hacking), konten ilegal (illegal content), pelanggaran
privasi (infringement of privacy), ancaman distribusi foto/video pribadi (malicious distribution),
pencemaran nama baik (online defamation), dan rekrutmen daring (online recruitment).
1 dari 3 perempuan
usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan
fisik dan seksual selama hidupnya
(SPHPN-BPS, 2016)
Peran dan partisipasi pemuda dalam pembangunan juga belum optimal. Hanya 6,7
persen pemuda yang pernah memberikan saran/pendapat dalam kegiatan pertemuan
dan hanya 6,4 persen terlibat aktif dalam kegiatan organisasi (Susenas, 2018). Sebagian
pemuda cenderung memiliki perilaku berisiko yang berakibat pada terjadinya cedera,
penyakit, dan kurangnya produktivitas. Sebanyak 26,3 persen pemuda tercatat pernah
merokok (Susenas, 2017). Penyalahguna narkoba usia kurang dari 30 tahun masih lebih
tinggi dari usia lebih dari 30 tahun, yaitu 3,0 berbanding 2,8 (BNN, 2017). Sebesar 63,8
persen jumlah infeksi HIV baru terjadi pada rentang usia 15–19 tahun dan sekitar 56,5
persen terjadi pada pemuda dengan rentang usia 20–24 tahun (Kemenkes, 2018).
-IV.13-
Pengentasan Kemiskinan
Dalam satu dekade terakhir ekonomi Indonesia tumbuh positif. Namun, elastisitasnya
terhadap tingkat kemiskinan menurun sehingga laju penurunan kemiskinan cenderung
melambat. Hal ini terjadi antara lain karena sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan
cukup tinggi seperti sektor keuangan dan jasa bukan merupakan sektor andalan penghidupan
bagi masyarakat miskin dan rentan. Sebagai contoh, sektor pertanian yang menjadi tumpuan
penghidupan mayoritas tenaga kerja, khususnya tenaga kerja miskin, memiliki produktivitas
yang rendah serta kontribusi terhadap PDRB yang cenderung menurun. Sebanyak 49,8
persen kepala keluarga dari kelompok miskin dan rentan bekerja di sektor pertanian dan
13,4 persen bekerja di sektor perdagangan dan jasa akomodasi (Susenas, 2018). Di sisi
lain, rata-rata pendapatan sektor tersebut merupakan yang terendah, rata-rata pendapatan
sektor pertanian adalah Rp. 743.399,- sementara sektor perdagangan dan jasa akomodasi
sebesar Rp. 1.218.955,- per bulan (Sakernas, 2017). Rendahnya produktivitas di sektor ini
karena masih minimnya kepemilikan aset produktif, minimnya akses terhadap pembiayaan
serta kurangnya pengetahuan dan keterampilan. Rumah tangga miskin dan rentan yang
memiliki akses terhadap layanan keuangan hanya sekitar 25,6 persen (Susenas, 2018).
Selain minimnya pendanaan yang sesuai dengan profil usaha kelompok miskin dan rentan
dibutuhkan juga pengembangan skema pendanaan bagi dunia usaha dengan kegiatan yang
memiliki dampak sosial (social impact fund). Dalam hal kemandirian ekonomi, kelompok
miskin dan rentan masih sulit bersaing dalam usaha produktif karena daya saing yang
rendah, akses terhadap pasar dari produk yang dihasilkan serta kolaborasi usaha yang
rendah dan kolaborasi keperantaraan usaha belum optimal.
Saat ini terdapat dua kerangka kebijakan dalam upaya pengentasan kemiskinan, yaitu
kerangka kebijakan makro dan mikro. Dalam kerangka kebijakan makro, pemerintah
perlu terus menjaga stabilitas inflasi, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif,
menciptakan lapangan kerja produktif, menjaga iklim investasi dan regulasi perdagangan,
meningkatkan produktivitas sektor pertanian, serta mengembangkan infrastruktur di
wilayah tertinggal. Sedangkan dalam kerangka mikro, upaya mengurangi kemiskinan
dikelompokkan dalam dua strategi utama, yaitu penyempurnaan kebijakan bantuan sosial
yang bertujuan untuk menurunkan beban pengeluaran dan peningkatan pendapatan
kelompok miskin dan rentan melalui program ekonomi produktif. Strategi kedua ini perlu
dikembangkan pemerintah dalam upaya menjadikan kelompok miskin dan rentan lebih
produktif dan berdaya secara ekonomi sehingga tidak terus bergantung pada bantuan
pemerintah. Selain itu, pemerintah mengupayakan pendanaan bagi inisiatif-inisiatif
masyarakat yang terbukti memiliki dampak sosial ekonomi. Dalam jangka menengah
kombinasi dari berbagai skema tersebut diharapkan dapat mendorong kelompok rentan
untuk dapat meningkat menjadi kelompok ekonomi menengah.
-IV.14-
1
sst
PL
t
PLACE
LA
LLAC
ACE
Produktivitas dan daya saing manusia Indonesia masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan
Global Human Capital Index oleh World Economic Forum (WEF) 2017, peringkat SDM
Indonesia berada pada posisi 65 dari 130 negara, tertinggal dibandingkan Malaysia
(peringkat 33), Thailand (peringkat 40), dan Vietnam (peringkat 64). Meskipun produktivitas
tenaga kerja Indonesia mengalami peningkatan, yaitu dari 81,9 juta rupiah/orang pada
tahun 2017 menjadi 84,07 juta rupiah/orang pada tahun 2018, produktivitas tenaga
kerja Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Selain itu,
pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 4,9 persen di tahun 2017, hanya 0,6 persen yang
bersumber dari Total Factor Productivity (TFP). Sisanya 2,8 persen pertumbuhan ekonomi
bersumber dari modal kapital dan 1,5 persen dari modal manusia.
Kebutuhan tenaga kerja terampil, kreatif, inovatif dan adaptif belum dapat dipenuhi
secara optimal. Rendahnya kualitas tenaga kerja yang belum merespon perkembangan
kebutuhan pasar kerja merupakan salah satu penyebab mengapa produktivitas dan
daya saing Indonesia masih tertinggal. Saat ini proporsi pekerja pada bidang keahlian
menengah dan tinggi di Indonesia hanya sekitar 40,60 persen (Sakernas Agustus, 2019),
lebih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Sementara itu, pekerja masih
didominasi lulusan SMP ke bawah (57,54 persen atau 72,79 juta orang), sedangkan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan pendidikan menengah dan tinggi mencapai 8,01
persen. Informasi pasar kerja andal yang belum tersedia dan keterlibatan industri yang
rendah, menyebabkan masih terjadinya mismatch antara penyediaan layanan pendidikan,
termasuk pendidikan dan pelatihan vokasi, dengan kebutuhan pasar kerja.
Program studi yang dikembangkan pada jenjang pendidikan tinggi juga belum sepenuhnya
menjawab potensi dan kebutuhan pasar kerja. Saat ini, mahasiswa aktif dan lulusan
perguruan tinggi sebagian besar didominasi oleh program studi sosial humaniora. Sementara
itu, jumlah mahasiswa dan lulusan bidang ilmu sains dan keteknikan masih terbatas. Pada
jalur pendidikan dan pelatihan vokasi, peningkatan kualitas layanan belum sepenuhnya
didukung dengan sarana dan prasarana pembelajaran dan praktik yang memadai dan
berkualitas, kecukupan pendidik produktif berkualitas, kecukupan magang dan praktik
kerja, serta keterbatasan kapasitas sertifikasi kompetensi. Selain itu, pembelajaran juga
belum mendorong penguasaan soft-skills yang mendukung kebekerjaan, seperti penguasaan
bahasa asing, serta kemampuan berpikir kritis, analisis, inovasi, kepemimpinan, negosiasi,
dan kerja tim.
Kapasitas adopsi Iptek dan penciptaan inovasi Indonesia masih rendah. Indonesia berada di
peringkat 85 dari 129 negara dengan skor Global Innovation Index (GII) 29,72 dari skala 0-100
(2019). Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya belanja litbang terhadap PDB, jumlah
paten, serta publikasi sains dan teknik di tingkat global. Selain itu, infrastruktur litbang
masih terbatas. Jumlah SDM Iptek masih terbatas dan hanya 14,08 persen diantaranya
yang berkualifikasi S3. Ekosistem inovasi belum sepenuhnya tercipta sehingga proses
hilirisasi dan komersialisasi hasil litbang terhambat. Kolaborasi triple helix belum didukung
oleh kapasitas perguruan tinggi yang memadai sebagai sumber inovasi teknologi (center of
excellence).
-IV.15-
Gambar 4.6
Jumlah dan kualifikasi SDM Iptek tahun 2018
S3 S3 S3
146 41.066
1.284
Sumber: diolah dari data Pusbindiklatren LIPI, Pusbindiklatren BPPT, dan Kemristekdikti, Juni 2018
Perguruan tinggi belum terlalu fokus dalam mengembangkan bidang ilmu yang menjadi
keunggulan dan masih kurang terhubung dengan jejaring kerjasama riset, baik antara
perguruan tinggi dan pusat-pusat penelitian di dalam dan luar negeri. Dari sisi produktivitas
penelitian, jumlah publikasi dosen di jurnal internasional mengalami peningkatan, namun
kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Jumlah publikasi internasional yang dapat disitasi
pada tahun 2018 baru mencapai 31.708 (peringkat 22 dari 233 negara).
Tabel 4.1
Perkembangan jumlah aplikasi pendaftaran paten dan paten yang diberikan
(2015-2019)
Tahun
Indikator
2015 2016 2017 2018 2019*
1 Aplikasi pendaftaran paten 1244 1391 1777 1362 760
2 Jumlah paten yang diberikan 233 399 568 790 991
Paten diberikan berdasarkan
3
tahun pendaftaran:
2019 17
2018 27 276
2017 17 169 253
2016 9 64 141 129
2015 0 13 85 138 131
2014 9 34 80 82 65
2013 23 95 87 95 53
2012 28 78 57 66 25
2011 51 71 63 31 21
2010 45 49 51 14 9
2009 26 20 23 9 2
2008 19 15 18 7 3
*) per 18 Oktober 2019
Sumber: https://pdki-indonesia.dgip.go.id [diakses 18 Oktober 2019]
-IV.16-
Meskipun jumlah paten yang diberikan (granted) terus meningkat dan mencapai 991
paten di tahun 2019, jumlah aplikasi pendaftaran paten dari warga negara Indonesia
masih rendah dan berfluktuasi setiap tahunnya. Untuk mendorong produktivitas ekonomi
melalui inovasi teknologi, perlu dibangun ekosistem inovasi yang didukung dengan
komitmen peningkatan belanja litbang nasional.
Prestasi olahraga juga menjadi salah satu indikator daya saing SDM Indonesia. Namun,
capaian prestasi olahraga Indonesia masih tertinggal dan belum didukung oleh budaya
olahraga yang baik. Indonesia telah sukses sebagai tuan rumah pada Asian Games 2018
dan berhasil memperoleh peringkat ke-4 dari sebelumnya peringkat ke-17 pada Asian
Games tahun 2014. Akan tetapi di tingkat dunia, Indonesia hanya mampu memperoleh
satu medali emas pada Olimpiade tahun 2016 di Brazil. Budaya olahraga masyarakat
yang belum naik ditunjukkan oleh penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melakukan
olahraga selama seminggu terakhir sebesar 31,39 persen pada tahun 2018, meningkat
sedikit dari 27,61 persen pada tahun 2015 (MSBP-BPS). Pembangunan budaya olahraga
perlu ditempuh melalui pemassalan olahraga untuk mengembangkan kesadaran
masyarakat dalam meningkatkan kesehatan, kebugaran, kegembiraan, dan hubungan
sosial.
Selain talenta unggul dari dalam negeri, manajemen talenta akan memanfaatkan
diaspora bertalenta tinggi Indonesia yang saat ini bekerja di luar negeri. Berdasarkan
data Kementerian Luar Negeri, sampai Juli 2019 terdapat sekitar 8.828 warga negara
Indonesia yang bekerja di luar negeri di profesi berkeahlian tinggi di berbagai bidang seperti
pertambangan dan minyak, hukum, industri pengolahan, penerbangan, pendidikan,
teknologi informasi, industri mode, dan seni budaya.
-IV.17-
sehat termasuk pengembangan standar dan pedoman untuk sektor non kesehatan,
peningkatan cukai hasil tembakau secara bertahap dengan mitigasi dampak bagi
petani tembakau dan pekerja industri hasil tembakau, pelarangan total iklan dan
promosi rokok, perbesaran pencantuman peringatan bergambar bahaya merokok,
perluasan pengenaan cukai pada produk pangan yang berisiko tinggi terhadap
kesehatan dan pengaturan produk makanan dengan kandungan gula, garam dan
lemak; d) promosi perubahan perilaku hidup sehat yang inovatif dan pembudayaan
olahraga, pemberdayaan masyarakat dan penggerakan masyarakat madani untuk
hidup sehat; dan e) peningkatan penyediaan pilihan pangan sehat termasuk
penerapan label pangan, perluasan akses terhadap buah dan sayur, dan perluasan
gerakan memasyarakatkan makan ikan.
3.5) Penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan, mencakup:
a) Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang difokuskan pada
penguatan fungsi puskesmas dan jaringannya dalam upaya kesehatan masyarakat
yang berkualitas dan didukung peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, sarana
dan prasarana, serta pembiayaan; optimalisasi penguatan pelayanan kesehatan
dasar melalui pendekatan keluarga; revitalisasi posyandu dan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat lainnya; pengembangan kebijakan khusus untuk
pelayanan kesehatan di daerah terpencil, sangat terpencil dan daerah dengan
karakteristik geografis tertentu (kepulauan) termasuk sistem rujukan, pola
pembiayaan, regulasi dan kelembagaan; pengembangan pelayanan kesehatan
lanjut usia; penyempurnaan sistem akreditasi pelayanan kesehatan pemerintah
dan swasta; pemenuhan dan pemerataan penyediaan sarana, prasarana, dan
alat kesehatan yang mengacu rencana induk penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan; inovasi dan pemanfaatan teknologi dalam pelayanan kesehatan
meliputi perluasan sistem rujukan online termasuk integrasi fasilitas pelayanan
kesehatan swasta dalam sistem rujukan, perluasan cakupan dan pengembangan
jenis layanan telemedicine, digitalisasi rekam medis dan rekam medis online;
perluasan pelayanan kesehatan bergerak (flying dan sailing health care) dan gugus
pulau; pengembangan dan peningkatan kualitas RS khusus; dan penyediaan
pengelolaan limbah medis fasilitas pelayanan kesehatan dan pengendalian bahan
berbahaya dan beracun (B3);
b) Pemenuhan dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan yang difokuskan
pada afirmasi pemenuhan tenaga kesehatan strategis termasuk pengembangan
paket pelayanan kesehatan (tenaga kesehatan, farmasi dan alat kesehatan);
afirmasi pendidikan (beasiswa dan tugas belajar) tenaga kesehatan di daerah
tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) dan daerah kurang diminati;
afirmasi pendayagunaan dan mekanisme redistribusi tenaga kesehatan yang
-IV.28-
6.2) Keperantaraan usaha dan dampak sosial, mencakup: (a) penguatan kapasitas
usaha kelompok miskin dan rentan dengan skema pembinaan usaha serta
menghubungkan dengan mitra usaha strategis; (b) pengembangan skema
pendanaan program ekonomi produktif yang berdampak sosial; (c) transformasi
ekonomi kampung terpadu (TEKAD); (d) penguatan forum tanggung jawab sosial
perusahaan; dan (e) penyuluhan dan/ atau pendampingan bagi kelompok masyarakat
lingkungan hidup dan kehutanan (mencakup peningkatan kapasitas penyuluh dan
pembentukan kelompok tani hutan (KTH) mandiri untuk pengembangan usaha
produktif.
6.3) Reforma agraria, mencakup: (a) penyediaan sumber Tanah Obyek Reforma
Agraria (TORA), termasuk melalui pelepasan kawasan hutan; (b) pelaksanaan
redistribusi tanah, termasuk untuk pengembangan kawasan transmigrasi; (c)
pemberian sertipikat tanah (legalisasi), termasuk untuk kawasan transmigrasi yang
penempatan sebelum tahun 1998; dan (d) pemberdayaan masyarakat penerima
TORA.
6.4) Pengelolaan kawasan hutan oleh masyarakat melalui skema perhutanan
sosial, mencakup: (a) pemberian akses kelola kawasan hutan oleh masyarakat
dalam skema Hutan Desa (HD), Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman
Rakyat (HTR), Ijin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS) dan kemitraan
kehutanan; (b) peningkatan kapasitas (kelola kawasan, kelembagaan, dan usaha)
kelompok masyarakat; (c) membangun kemitraan investasi/usaha antara investor
dengan kelompok usaha perhutanan sosial; (d) pembangunan industri untuk
pengolahan produk hasil kelompok perhutanan sosial sebagai upaya peningkatan
nilai tambah; dan (e) pemberian fasilitasi pemasaran/promosi produk perhutanan
sosial kepada kelompok usaha perhutanan sosial.
BAB V
REVOLUSI MENTAL DAN
PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN
-V.2-
Pendahuluan
Revolusi mental merupakan gerakan nasional untuk mengubah cara pandang, sikap,
perilaku yang berorientasi pada kemajuan melalui internalisasi nilai-nilai esensial revolusi
mental pada individu, masyarakat, keluarga, institusi sosial, sampai dengan lembaga-
lembaga negara. Nilai-nilai esensial revolusi mental tersebut meliputi integritas, etos
kerja, dan gotong royong yang merupakan nilai luhur budaya bangsa. Revolusi mental
sebagai gerakan kebudayaan memiliki kedudukan penting dan berperan sentral dalam
pembangunan nasional. Karakter dan sikap mental dapat menjadi faktor penentu untuk
mencapai kemajuan melalui proses pembangunan dan modernisasi. Mentalitas disiplin,
etos kemajuan, etika kerja, jujur, taat hukum dan aturan, tekun, dan gigih adalah karakter
dan sikap mental yang diperlukan untuk mewujudkan negara-bangsa yang maju, modern,
unggul, dan berdaya saing, sehingga mampu berkompetisi dengan negara-negara lain.
Indonesia memiliki kekayaan budaya yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk
memperkuat karakter dan memperteguh jati diri bangsa, meningkatkan kesejahteraan
rakyat, dan mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia. Selain itu melalui
gerakan revolusi mental, nilai budaya dan kearifan lokal dapat memperkuat kohesi sosial,
kerukunan, toleransi, gotong royong, dan kerja sama antarwarga sebagai syarat utama
bagi keberhasilan pembangunan nasional.
Revolusi mental sebagai gerakan kebudayaan harus pula meneguhkan Indonesia sebagai
negara-bangsa majemuk, memiliki keragaman suku, adat-istiadat, budaya, bahasa,
dan agama, yang membentuk satu kesatuan dalam keragaman: Bhinneka Tunggal
Ika. Kekuatan bangsa Indonesia terletak pada perbedaan dan keragaman, bukan pada
persamaan dan keseragaman. Untuk memperkuat Bhinneka Tunggal Ika, kesadaran
sebagai negara-bangsa yang majemuk harus ditanamkan sejak dini di dalam keluarga,
diperkuat di dalam sistem pendidikan, dan terus dipupuk dan dirawat di dalam sistem
sosial-kemasyarakatan.
Untuk itu dalam RPJMN Tahun 2020-2024, revolusi mental terus dilanjutkan secara lebih
holistik dan integratif yang bertumpu pada: (1) revolusi mental dalam sistem pendidikan
dengan menekankan nilai-nilai integritas, etos kerja, gotong royong, dan budi pekerti dalam
pembelajaran; (2) revolusi mental dalam tata kelola pemerintahan dengan pembudayaan
nilai-nilai transparansi dan akuntabilitas; dan (3) revolusi mental dalam sistem sosial
dengan pembudayaan nilai-nilai luhur budaya bangsa dalam institusi keluarga dan
interaksi antarwarga. Selain itu revolusi mental juga diperkuat melalui upaya pemajuan
dan pelestarian kebudayaan, memperkuat moderasi beragama untuk mengukuhkan
kerukunan; dan meningkatkan budaya literasi, inovasi, dan kreativitas bagi terwujudnya
masyarakat berpengetahuan, inovatif, kreatif, dan berkarakter.
-V.3-
Untuk itu pembinaan dan aktualisasi Pancasila dalam setiap sendi kehidupan berbangsa
dan bernegara mutlak diperlukan. Secara kelembagaan pada tahun 2017 Pemerintah telah
membentuk Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila, yang kemudian pada tahun
2018 berubah menjadi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Lembaga ini bersama dengan
Kementerian/Lembaga terkait menyusun arah kebijakan dan strategi pembinaan ideologi
Pancasila. Langkah maju ini perlu diikuti dengan pembinaan dan aktualisasi Pancasila bagi
seluruh warga negara mulai dari lingkup keluarga dan masyarakat.
Pancasila merupakan kepribadian bangsa yang mencerminkan nilai, sikap mental, dan
tingkah laku bangsa Indonesia. Pancasila menjadi benteng pertahanan budaya bangsa
yang dapat menjadi penyaring nilai-nilai budaya asing yang tidak selaras dengan nilai-
nilai budaya bangsa Indonesia. Berbagai upaya pembinaan dan aktualisasi Pancasila yang
dilaksanakan perlu ditingkatkan untuk merespons arus globalisasi yang membawa dampak
sangat luas, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun politik. Globalisasi membuat pergaulan
antarnegara semakin intensif, mobilitas manusia kian mudah dan cepat, serta pertukaran
budaya antarbangsa kian longgar. Bila tidak diantisipasi dengan baik, pertukaran budaya
melalui globalisasi tentu dapat mempengaruhi budaya bangsa Indonesia.
Pertukaran budaya global yang tidak disertai dengan ketahanan budaya yang tangguh
dapat menggerus nilai-nilai luhur budaya bangsa. Nilai kehidupan masyarakat silih asah
(saling bertukar pikiran), silih asih (saling mengasihi), dan silih asuh (saling menjaga dan
melindungi) melemah di beberapa daerah digantikan dengan sikap saling menghujat, saling
mencurigai, dan saling membenci. Padahal nilai dan modal sosial tersebut bila dilestarikan
dan dikembangkan dengan baik dapat digunakan untuk membangun relasi sosial yang
harmonis dan memperkuat daya rekat sosial masyarakat.
-V.5-
Indonesia sebagai negara-bangsa majemuk memiliki khazanah budaya yang kaya dan
melimpah bersumber dari nilai, tradisi, adat istiadat, kearifan lokal, seni, dan bahasa
yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat. Kekayaan budaya tersebut tidak
cukup hanya untuk dilestarikan, tapi juga perlu dikembangkan dan dimanfaatkan.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan membawa arah
baru dalam pembangunan kebudayaan dengan menjadikan kebudayaan sebagai investasi
untuk membangun masa depan dan peradaban bangsa. Melalui pemajuan kebudayaan,
diharapkan kekayaan budaya dapat menjadi kekuatan penggerak dan modal dasar
pembangunan.
Namun, pendidikan karakter dan budi pekerti belum sepenuhnya dapat terwujud dalam
lingkungan sekolah dan budaya belajar yang mampu tumbuh sebagai kebiasaan yang
baik. Hal ini tercermin dari rendahnya indeks integritas sekolah dalam mengikuti Ujian
Nasional (UN), yakni masih 30 persen daerah yang memiliki indeks integritas UN rendah
(Kemdikbud, 2017). Pelajar pengguna Narkoba juga masih tinggi, dari 3,3 juta pengguna
Narkoba, sebanyak 24 persen atau 810.267 orang pengguna adalah pelajar (BNN,
2017). Selain itu kekerasan fisik di kalangan pelajar juga masih marak terjadi, sekitar
32,7 persen pelajar pernah setidaknya satu kali diserang secara fisik (Survei Nasional
Kesehatan Berbasis Sekolah – SNKBS, 2015). Partisipasi pemuda dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan juga mengalami penurunan dari 82,0 (Susenas MSBP, 2015) menjadi
81,4 (Susenas MSBP, 2018).
Dalam kerangka pembangunan nasional agama dapat menjadi landasan spiritual, moral
dan etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai Sila Pertama Pancasila,
Ketuhanan Yang Maha Esa, para pendiri bangsa menempatkan nilai agama sebagai landasan
moralitas bangsa. Nilai-nilai agama dapat ditransformasikan untuk membentuk insan
yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, dan bermanfaat bagi
diri dan lingkungannya. Namun, karena masih lemahnya pemahaman dan pengamalan
nilai agama, moralitas keagamaan tersebut belum dapat terwujud dengan baik dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
7.094 kecamatan yang telah memiliki KUA. Pengembangan ekonomi umat dan sumber
daya keagamaan juga masih belum optimal. Berdasarkan kajian BAZNAS diperkirakan
potensi zakat Indonesia mencapai Rp 286 triliun per tahun (BAZNAS, 2017), namun
pengumpulan zakat yang tercatat oleh BAZNAS pada tahun 2017 baru mencapai Rp 6
triliun. Penyelenggaraan jaminan produk halal dalam pelaksanaannya masih terhambat
oleh terbatasnya infrastruktur dan SDM, serta masih rendahnya kesadaran pelaku usaha
untuk memperoleh sertifikat halal. Sementara itu, kualitas penyelenggaraan ibadah haji
terus meningkat, yang ditandai dengan indeks kepuasan jamaah haji pada tahun 2019
sebesar 85,9 atau naik 0,7 poin dari tahun 2018 sebesar 85,2.
Moderasi beragama merupakan upaya strategis dalam rangka memperkukuh toleransi dan
meneguhkan kerukunan dalam kebhinekaan. Masyarakat Indonesia yang memeluk agama
beragam perlu mengembangkan wawasan dan sikap moderasi beragama, untuk membangun
saling pengertian, merawat keragaman, dan memperkuat persatuan di antara umat beragama
yang berbeda. Perspektif moderasi beragama merujuk pada pandangan bahwa umat beragama
harus mengambil jalan tengah dalam praktik kehidupan beragama.
Indonesia sebagai negara dengan suku bangsa, agama, dan kepercayaan yang beragam perlu
mengelola keragaman tersebut dengan baik untuk meminimalisir risiko timbulnya konflik di
antara warga negara maupun antarkelompok dan pemeluk agama. Gejala intoleransi yang
mulai mengemuka perlu mendapat perhatian serius agar tidak merusak semangat persatuan
dalam kemajemukan. Sementara itu, perkembangan teknologi dan informasi yang tidak disertai
dengan kearifan dan pengetahuan dapat memicu perselisihan yang berpotensi mengganggu
kerukunan dan harmoni sosial. Pengamalan nilai-nilai agama secara baik bagi seluruh umat,
yang disertai penghargaan dan penghormatan atas perbedaan, diharapkan dapat menjadi
perekat dan pemersatu bangsa.
Indeks Kerukunan Umat Beragama menurun dari 75,4 pada tahun 2015 menjadi 73,8 pada
2019. Penurunan indeks ini menggambarkan masih lemahnya toleransi, kesetaraan, dan kerja
sama antarumat. Untuk memperkukuh kerukunan berbagai upaya terus dilakukan, antara
lain dengan memperkuat peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di tingkat provinsi,
kabupaten/kota, dan kecamatan sebagai wadah komunikasi dan dialog lintas iman untuk
menyelesaikan persoalan kehidupan beragama.
-V.8-
Keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian individu
dari usia dini sampai dewasa. Penanaman karakter anak dilakukan melalui internalisasi
nilai dalam proses pengasuhan, baik di dalam keluarga inti, keluarga besar, maupun
masyarakat. Keluarga merupakan pengasuh utama dan pertama bagi anak sehingga
keluarga berperan penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian, terutama
untuk menginternalisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa dan mencegah perilaku berisiko.
Sebagai orang tua, laki-laki dan perempuan memiliki peran dan tanggung jawab yang
sama dalam mendidik dan mengasuh anak di dalam keluarga.
Indonesia memiliki 81.210.230 keluarga (SUPAS, 2015). Dari jumlah tersebut, sebanyak
76 persen (61,75 juta) keluarga dengan kepala keluarga laki-laki, dan 24 persen (19,45
juta) keluarga dengan kepala keluarga perempuan. Saat ini, pembangunan keluarga
masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan antara lain: (a) masih tingginya angka
perkawinan anak 11,2 persen (Susenas 2018); (b) meningkatnya angka perceraian rata-
rata 3 persen pertahun (Pengadilan Agama, 2017); dan (c) masih tingginya angka kehamilan
yang tidak diinginkan, yaitu sebesar 7,1 persen berupa kehamilan tidak direncanakan,
dan 1,3 persen perempuan yang menikah menganggap hamil bukan pada waktu yang
tepat (SUPAS, 2015).
-V.9-
Literasi merupakan faktor esensial dalam upaya membangun fondasi yang kukuh bagi
terwujudnya masyarakat berpengetahuan, inovatif, kreatif, dan berkarakter. Pada era
revolusi industri 4.0, masyarakat dengan budaya literasi tinggi mutlak diperlukan untuk
menghadapi tantangan zaman. Pada era ini wajah dunia akan banyak berubah dengan
adanya proses otomatisasi yang memungkinkan terjadinya pembagian tugas antara
manusia dan piranti lunak. Akibatnya akan banyak pekerjaan yang hilang dan digantikan
oleh mesin, meskipun di sisi lain muncul pekerjaan-pekerjaan baru yang berbasiskan
pada inovasi dan kreativitas yang didasarkan pada akal budi dan karya budaya manusia.
Sementara itu literasi sebagai bentuk kemampuan kognitif (cognitive skills) memampukan
manusia untuk mengidentifikasi, memahami, dan menginterpretasi informasi yang
diperoleh untuk ditransformasikan ke dalam kegiatan-kegiatan produktif yang memberi
manfaat sosial, ekonomi, dan kesejahteraan. Literasi memiliki kontribusi positif
dalam rangka membantu menumbuhkan kreativitas dan inovasi, serta meningkatkan
keterampilan dan kecakapan sosial seperti komunikasi, negosiasi, kerja kelompok, dan
relasi sosial yang sangat dibutuhkan pada era revolusi industri 4.0.
sebagai pusat syiar agama yang toleran; dan (e) pemanfaatan ruang publik untuk
pertukaran ide dan gagasan di kalangan pelajar, mahasiswa, dan pemuda lintas
budaya, lintas agama, dan lintas suku bangsa.
c. Penyelarasan relasi agama dan budaya, mencakup: (a) penghargaan atas ekspresi
budaya berbasis nilai-nilai agama; (b) pengembangan literasi khazanah budaya
bernafas agama; (c) pelestarian situs keagamaan dan pemanfaatan perayaan
keagamaan dan budaya untuk memperkuat toleransi.
BAB VI
MEMPERKUAT INFRASTRUKTUR
UNTUK MENDUKUNG
PEMBANGUNAN EKONOMI DAN
PELAYANAN DASAR
-VI.2-
Pendahuluan
Dalam upaya mencapai target pertumbuhan PDB dalam RPJMN 2020-2024, kebutuhan
belanja infrastruktur mencapai Rp 6.445 triliun sementara kemampuan pemerintah
untuk mendanai hanya sebesar Rp 2.385 triliun (hanya 37 persen dari total kebutuhan).
Untuk itu diperlukan upaya inovatif untuk mendorong peran serta investasi masyarakat
dan badan usaha melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan
skema pembiayaan kreatif lainnya. Hal ini sesuai dengan paradigma baru pendanaan
infrastruktur yang menjadikan APBN/APBD sebagai alternatif sumber pendanaan terakhir.
-VI.3-
Udara
Sumber Daya Air
16 1Juta Ha 330
Bendungan Irigasi Baru
Pengendali 14 88%
Baru sediman Bandara On Time
dan lahar Baru Performance
3Juta Ha
30m /detik
3
Rehabilitasi
1.485
Tambahan Irigasi
kapasitas Eksisting Pengendali
air baku banjir dan Darat
pengaman
pantai
1.212
Embung
947km 1.147km 1
2,79 (2018) 2,02 (2018) Jalan Tol Baru Jalan KA Baru KA Perkotaan
Rasio Kejadian Rasio Kejadian
Kecelakaan Kecelakaan KA per
Penerbangan per 1 1 Juta km Perjalanan
juta Penerbangan KA (baseline 2015:
(baseline 2015: 16,7) 1,15)
64,8%
98,86% 1.077kWh/kapita Penetrasi
Rasio Konsumsi Pengguna
Elektrifikasi Listrik Internet 2018
Keterbatasan akses perumahan dan permukiman yang layak, aman, dan terjangkau.
Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia yang dijamin dalam
Pasal 28 (h) Undang-Undang Dasar 1945, namun dukungan Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan dunia usaha untuk pemenuhan kebutuhan tersebut masih terbatas terutama
dalam penyediaan akses masyarakat terhadap hunian layak dan terjangkau. Meskipun
tingkat kepemilikan rumah berada pada kisaran 80 persen dalam dasawarsa terakhir,
namun masih terdapat 45,9 persen rumah tangga pada tahun 2018 yang menempati
hunian tidak layak dan permukiman kumuh berdasarkan empat aspek minimal kelayakan
hunian yang meliputi ketahanan bangunan, luas lantai per kapita serta akses terhadap
air minum dan sanitasi layak.
Salah satu tantangan dalam perluasan akses tersebut adalah belum mapannya pasar
pembiayaan primer dan sekunder perumahan termasuk masih terjadinya maturity
mismatch sumber pembiayaan. Kebijakan pemerintah dalam pemberian kemudahan
dan bantuan belum berjalan optimal dan berkelanjutan karena sangat tergantung pada
ketersediaan anggaran pemerintah. Pada sisi lainnya jumlah bantuan yang diberikan
belum proporsional dengan besar pendapatan penerima yang beragam.
Pada sisi pasokan, lokasi rumah yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah cenderung tersebar serta menjauh dari pusat kota sehingga
menyebabkan tumbuhnya wilayah perkotaan yang tidak terstruktur (urban sprawl).
Kondisi tersebut disebabkan oleh manajemen lahan untuk perumahan yang belum
efektif serta tidak terintegrasinya perumahan dengan sistem transportasi publik dan
infrastruktur dasar permukiman. Di samping itu, pembinaan dan pengawasan di bidang
perumahan dan kawasan permukiman perlu ditingkatkan untuk menjamin keandalan
dan tertib bangunan dalam rangka mengurangi risiko terhadap bencana, serta mencegah
tumbuhnya permukiman kumuh.
Di tingkat daerah, meskipun seluruh provinsi dan kabupaten/kota telah memiliki Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) yang menangani perumahan dan kawasan permukiman namun
keberadaannya belum diiringi dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber
daya manusia. Peran pemerintah daerah perlu diperkuat untuk menciptakan iklim kondusif
bagi industri perumahan seperti perizinan dan pemenuhan standar keandalan bangunan
serta memastikan penyediaan perumahan yang serasi dengan tata ruang dan dilayani
ketersediaan infrastruktur dasar yang memadai.
Pemerintah Daerah sebagai penanggung jawab utama dalam penyediaan akses air minum
untuk masyarakat perlu meningkatkan komitmennya melalui pengintegrasian target
dan sasaran penyediaan air minum nasional dalam dokumen perencanaan daerah dan
didukung dengan alokasi APBD yang memadai. Pemerintah Daerah perlu memprioritaskan
perluasan cakupan layanan melalui pemanfaatan kapasitas yang telah terbangun sebesar
57.000 liter/detik, peningkatan dan pembangunan SPAM serta pengelolaan aset yang
diharapkan dapat menurunkan tingkat non revenue water dari 33 persen menjadi 25
persen serta menjamin keberlanjutan dari infrastruktur yang telah terbangun.
Alokasi anggaran untuk program perumahan dan permukiman masih sangat terbatas.
Laporan Urban Sanitation Development Program tahun 2017 menunjukkan hanya 19 dari
47 kabupaten/kota yang dikaji telah mengalokasikan anggaran pengembangan sektor
sanitasi yang ideal minimal 2 persen dari total APBD.
Fungsi kelembagaan regulator dan operator layanan dasar di daerah masih terbatas baik
dalam jumlah maupun kapasitas. Sebagai contoh, baru 77 kabupaten/kota yang sudah
memiliki Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
pengelolaan layanan air limbah domestik (Kementerian PUPR, 2018).
Pengelolaan air tanah dan air baku di Indonesia masih diliputi beberapa tantangan
mendasar: tingkat layanan penyediaan air baku yang masih rendah, permasalahan
kuantitas dan kualitas air (3T: Too much, Too little, Too dirty), dan permasalahan
pemanfaatan teknologi untuk menjamin kuantitas dan kualitas air baku yang aman
dan layak secara berkelanjutan.
-VI.7-
Kapasitas layanan infrastruktur penyedia air baku yang aman dan layak di Indonesia
hingga tahun 2019 hanya mencakup 30 persen dari total kebutuhan air baku nasional.
Kondisi ini mendorong maraknya pemanfaatan sumber air baku lain yang belum tentu
aman dan layak, baik secara kuantitas maupun kualitas. Permasalahan timbul ketika
sering dijumpai kualitas air tanah maupun air sungai yang digunakan masyarakat
kurang memenuhi syarat sebagai air bersih, bahkan di beberapa tempat tidak layak
untuk diminum karena terkontaminasi oleh bakteri dan zat kimia tertentu. Sebagai
contoh, 45 persen air tanah di Jakarta tercemar oleh bakteri E.coli. Selain itu, layanan
infrastruktur air baku pada daerah 3T, pulau-pulau kecil terluar (PPKT), dan daerah-
daerah rawan air juga masih memerlukan pengembangan yang lebih intensif.
Pemanfaaatan teknologi cerdas juga dinilai masih minim untuk menjamin kuantitas dan
kualitas air secara berkelanjutan. Perlu adanya pengembangan teknologi cerdas yang
tepat guna seperti pengembangan SIH3 (sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi,
dan hidrogeologi), sistem informasi sumber daya air, dan teknologi integrasi pemanfaatan
aneka sumber air. Penguatan kelembagaan dan regulasi pengelolaan sumber daya
air secara terpadu juga masih harus dikembangkan untuk menjawab tantangan dan
kebutuhan penyediaan air baku yang terus berkembang, termasuk pengembangan
skema kerjasama pembiayaan pemerintah dan swasta.
Gambar 6.1
Bauran Sumber Air untuk Keperluan Domestik (2019)
Lain-lain
13% Air Tanah
PDAM
46%
9%
Air
Kemasan
4%
Sungai/
Danau/
Kolam
9%
Mata Air
19%
-VI.8-
Isu utama keselamatan moda transportasi jalan adalah tingginya angka kematian akibat
kecelakaan lalu lintas. Pada tahun 2018, jumlah korban meninggal akibat kecelakaan lalu
lintas di Indonesia mencapai 29.478 orang, atau rata-rata mencapai 3-4 orang setiap jam.
Kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian ke-3 terbesar di Indonesia, setelah
penyakit jantung dan stroke. Tingginya tingkat fatalitas mengakibatkan kerugian ekonomi
yang besar dan berpotensi menurunkan tingkat kesejahteraan, mengingat sebagian
besar korban (77 persen) berada pada usia produktif (15-64 tahun) yang pada umumnya
merupakan pencari nafkah. Tingginya jumlah korban jiwa akibat kecelakaan lalu lintas
disebabkan oleh berbagai aspek, meliputi kelaikan kendaraan, kondisi prasarana jalan,
perilaku pengguna jalan, maupun kecepatan penanganan bagi korban kecelakaan.
Koordinasi yang kurang optimal dari berbagai pemangku kepentingan menjadi kendala
terwujudnya sistem lalu lintas jalan yang lebih berkeselamatan.
Dari aspek pencarian dan pertolongan korban pada kejadian kecelakaan transportasi
termasuk bencana, isu yang dihadapi adalah masih terbatasnya ketersediaan sumber
daya manusia dan peralatan. Kebutuhan tenaga penyelamat (rescuer) saat ini mencapai
-VI.9-
3.564 personel, namun yang tersedia saat ini baru sejumlah 1.673 personel (46,94 persen).
Aspek lain adalah ketersediaan sarana dan prasarana pertolongan dan penyelamatan
yang dimiliki belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan sesuai dengan luas dan kondisi
geografis, karakteristik kecelakaan, jenis bencana, serta kemampuan menjangkau
seluruh wilayah Indonesia.
Untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap bencana seperti banjir; gempa bumi;
tanah longsor; dan letusan gunung berapi, dibutuhkan infrastruktur ketahanan bencana
yang memadai. Kerugian finansial akibat bencana alam dalam kurun waktu 2002-2015
di Indonesia mencapai 1,26 miliar USD per tahun (International Disaster Database, 2018).
Risiko bencana juga semakin meningkat seiring tren urbanisasi serta perubahan iklim.
Kawasan perkotaan seperti Jakarta, kota-kota pesisir utara Jawa, serta beberapa wilayah
sungai prioritas menghadapi kerawanan bencana yang semakin tinggi akibat perkembangan
kota dan posisinya yang berada pada zona rawan bencana. Perkembangan kota memberikan
dampak ekonomi yang positif secara nasional. Namun di sisi lain, hal ini menyebabkan
tingkat keterpaparan masyarakat dan aset ekonomi terhadap bencana semakin tinggi.
Fenomena ini belum didukung oleh upaya penataan ruang yang memperhatikan risiko
bencana. Selain itu, tingkat keamanan infrastruktur vital perkotaan seperti transportasi,
energi, dan sumber daya air masih belum memadai dalam menghadapi risiko bencana.
Secara khusus, pengembangan kawasan pesisir utara (Pantura) Pulau Jawa sebagai tulang
punggung ekonomi nasional yang ditunjukkan oleh sumbangan lebih dari 20 persen GDP
Indonesia di 3 kawasan aglomerasi perkotaan, masih menghadapi beberapa tantangan.
Pengembangan kawasan ini menghadapi potensi kenaikan muka air laut, banjir rob dan
penurunan tanah terutama di DKI Jakarta, Pekalongan, dan Semarang. Selain itu, kawasan
Pantura Jawa juga mengalami abrasi yang mengakibatkan kehilangan lahan dan degradasi
ekosistem.
Selain kerentanan terhadap bencana alam, Indonesia juga dihadapkan pada meningkatnya
risiko bencana lingkungan. Proses pemulihan kondisi lingkungan memerlukan waktu yang
cukup lama dan sangat bergantung pada pemulihan kondisi daerah tangkapan air (catchment
area). Upaya rehabilitasi hutan dan lahan belum mampu mengatasi laju kerusakan lahan.
Di samping itu, kinerja pemulihan 15 DAS kritis dan 15 danau prioritas, serta pengelolaan
kawasan rawa dan gambut masih rendah.
Kapasitas tampungan air masih rendah akibat terbatasnya jumlah bendungan, embung,
dan penampung air lainnya. Kapasitas tampungan air baru mencapai 13,8 miliar m3 dari
target 14,7 miliar m3 pada tahun 2019. Optimalisasi bendungan menghadapi tantangan
tata kelola akibat ancaman sedimentasi dan penurunan tingkat keamanan. Hal ini terkait
dengan usia bendungan yang semakin tua, operasi dan pemeliharaan yang belum memadai,
serta instrumen keamanan bendungan yang masih belum lengkap dan sesuai dengan
standar keamanan. Rata-rata penurunan volume tampungan waduk akibat sedimentasi
hingga tahun 2019 mencapai 19 persen, bahkan di pulau Jawa mencapai 31 persen.
Dari sisi pemanfaatan, fungsi multiguna bendungan belum optimal. Sebagai contoh,
pemanfaatan potensi energi listrik baru mencapai 28 persen dari total potensi yang
dapat dihasilkan. Selain itu, pasokan air irigasi dari bendungan hingga tahun 2019 baru
mencapai 12,3 persen dari keseluruhan luas daerah irigasi.
Pengelolaan sumber daya air untuk mendukung ketahanan pangan dan nutrisi dihadapkan
pada rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi. Hal ini disebabkan, antara
lain belum optimalnya sistem pemantauan dan pencatatan kerusakan infrastruktur dan
pemanfaatan air secara online dan real time. Kinerja sistem irigasi juga masih rendah,
terutama pada daerah irigasi yang merupakan kewenangan daerah. Rendahnya kinerja
tersebut berdampak pada rendahnya efisiensi air irigasi. Upaya penyediaan infrastruktur
irigasi belum diselaraskan dengan lahan pertanian baru, yang difokuskan terutama pada
lahan pertanian di luar Pulau Jawa. Hal ini mempertimbangkan tingginya alih fungsi
lahan dari pertanian ke fungsi lain dan terbatasnya lahan baru di Pulau Jawa.
-VI.11-
Infrastruktur Ekonomi
Konektivitas Jalan
Jaringan jalan sebagai moda utama angkutan penumpang dan logistik, dihadapkan
pada tantangan belum memadainya kualitas prasarana jalan serta masih kurangnya
ketersediaan jaringan jalan untuk mendukung pengembangan wilayah. Total panjang
jaringan jalan mencapai 582.200 km, yang terdiri dari yang berstatus jalan nasional
sepanjang 47.017 km, dan yang berstatus jalan daerah (provinsi dan kabupaten/kota)
sepanjang 481.183 km. Dari aspek kualitas, terdapat ketimpangan antara jalan nasional
dengan jalan daerah. Jalan nasional yang memiliki proporsi 8 persen dari seluruh jaringan
yang ada, dengan kondisi mantap mencapai 92 persen, sementara jalan daerah yang
memiliki proporsi 92 persen dari seluruh jaringan jalan, baru mencapai kondisi mantap
sebesar 68 persen untuk provinsi, dan 57 persen untuk kabupaten/kota. Kualitas jalan
yang ada juga belum ditunjang sepenuhnya dengan penyediaan kelengkapan jalan yang
memadai, terutama drainase yang merupakan kelengkapan penting dalam mencegah
kerusakan jalan akibat genangan air.
Pada sisi lain, ketersediaan jaringan jalan yang ada belum memadai dalam mendukung
pengembangan wilayah, baik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi maupun
pemerataan pembangunan. Kurangnya ketersediaan jalan pada jalur logistik terlihat dari
kinerja waktu tempuh pada jalan lintas utama pulau yang baru mencapai 2,3 jam per
100 km. Ketersediaan jalan tol pada jalur utama logistik masih terbatas di sepanjang jalur
Pantura Jawa. Ketersediaan jaringan jalan untuk mendukung pengembangan kawasan
industri maupun pariwisata juga masih terbatas. Masih terdapat sejumlah simpul
transportasi (bandara, pelabuhan, dan terminal) yang belum memiliki akses jalan yang
memadai. Ketersediaan jaringan jalan pada daerah 3T termasuk pada pulau tertinggal,
terluar, dan terdepan, juga masih belum memadai untuk mendukung aksesibilitas
masyarakat.
Konektivitas Laut
Isu strategis transportasi laut adalah belum terwujudnya efisiensi kinerja angkutan logistik
yang antara lain disebabkan oleh kinerja pelabuhan yang belum memenuhi standar
(panjang dermaga, kedalaman kolam, dan alur pelayaran), jaringan pelayaran yang masih
menggunakan ukuran kapal yang belum optimal dengan rute yang belum membentuk
jaringan saling terhubung (loop), belum berkembangnya kawasan pendukung pelabuhan
(hinterland), masih terbatasnya konektivitas multimoda dan antarmoda pada pelabuhan
dan hinterland, serta terbatasnya pemanfaatan teknologi informasi logistik kemaritiman.
Di samping itu, armada kapal niaga dalam negeri masih didominasi oleh kapal berumur
di atas 25 tahun. Isu strategis lainnya adalah kebutuhan peran angkutan laut yang lebih
besar dalam menjangkau daerah kepulauan dan 3T dalam rangka mengurangi disparitas
harga barang antarwilayah. Moda angkutan laut yang melayani wilayah 3T masih belum
mengoptimalkan keterpaduan antarmoda transportasi termasuk moda jalan, angkutan
perintis darat, dan udara. Keterbatasan moda angkutan laut dalam melayani wilayah
3T juga disebabkan oleh belum memadainya fasilitas pelabuhan termasuk ketersediaan
peralatan bongkar muat.
Konektivitas Udara
Konektivitas Darat
Isu penting dalam penyelenggaraan transportasi darat adalah masih tingginya angka
pelanggaran muatan berlebih (overloading) di jalan. Pada jalur Pantura Jawa, terdapat
rata-rata 12.000 truk barang yang melintas per harinya, dimana sebanyak 67,5 persen
truk yang diperiksa melanggar ketentuan batas maksimal kapasitas angkut. Pada sisi lain,
-VI.13-
angkutan feri jarak jauh (long distance ferry/LDF) yang berpotensi untuk menurunkan
beban angkutan jalan belum cukup berkembang. Pengembangan transportasi sungai,
danau, dan penyeberangan masih terbatas, khususnya untuk mendukung kawasan
pariwisata dan daerah 3T yang berbasis kepulauan. Selain itu, terdapat isu penggunaan
kapal penyeberangan yang belum memenuhi spesifikasi dan berumur di atas 25 tahun,
termasuk untuk mendukung angkutan perintis.
Infrastruktur Perkotaan
Transportasi Perkotaan
Peningkatan kebutuhan listrik perkotaan jika tidak diiringi dengan diversifikasi sumber
penyediaan listrik berpotensi semakin menurunkan mutu lingkungan. Hal tersebut
disebabkan sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia saat ini masih menggunakan
sumber energi fosil. Potensi tenaga surya yang merupakan salah satu sumber energi
bersih di perkotaan saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Hal tersebut karena
pemanfaatan atap panel surya (solar rooftop) masih terkendala keterbatasan produksi
sel surya dalam negeri, kebijakan harga yang belum mendukung, sifat energi surya yang
tidak stabil (intermitten) dan jaringan listrik yang belum sepenuhnya dapat menerima
pembangkit listrik yang berasal dari EBT.
-VI.14-
Pemanfaatan energi bersih di sektor transportasi masih belum berkembang. Hal itu terlihat
dari belum dimanfaatkannya kendaraan listrik dan angkutan masal bertenaga listrik.
Demikian pula infrastruktur pengisian kendaraan listrik (Stasiun Pengisian Kendaraan
Listrik Umum/SPKLU) di berbagai kota juga masih terbatas.
Penyediaan infrastruktur layanan air minum dan sanitasi di perkotaan masih lemah.
Tingkat pelayanan air minum layak di kawasan perkotaan baru mencapai 51,54
persen, termasuk di dalamnya cakupan layanan akses air minum perpipaan yang baru
mencapai 29,30 persen. Begitu halnya dengan layanan air limbah domestik yang layak di
perkotaan hanya 69,36 persen, termasuk di dalamnya terdapat akses aman 11,12 persen.
Permasalahan lainnya adalah masih terdapat rumah tangga yang mempraktikan Buang
Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat terbuka (3,85 persen), dan rumah tangga yang
memiliki toilet namun tidak memiliki tangki septik (pembuangan langsung ke kolam/
sawah/sungai/danau/laut dan/ atau pantai/tanah lapang/kebun) sebesar 8,52 persen
di perkotaan. Permasalahan tersebut menimbulkan penurunan kualitas lingkungan
permukiman, penurunan kualitas air, dan penyakit yang ditularkan melalui air seperti
diare dan stunting.
Di sisi lain, rendahnya akses air limbah yang aman di perkotaan disebabkan oleh
pemanfaatan Instalasi Pengolahan Air Limbah Skala Kota dan penyediaan layanan
pengolaan lumpur tinja (Fecal Sludge Management) yang belum optimal. Perlu upaya dan
kerja lebih keras dalam percepatan pembangunan penyediaan air minum dan air limbah
khususnya di perkotaan sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi.
-VI.15-
Sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan energi fosil (minyak,
batubara, dan gas bumi) yang mencapai 81,3 persen di 2018. Selain semakin terbatasnya
ketersediaan energi fosil dari waktu ke waktu, hal tersebut berdampak pada penurunan
mutu lingkungan akibat emisi CO2 dan bahan partikulat yang cukup besar. Pemanfaatan
Energi Baru Terbarukan (EBT) masih jauh dari target bauran EBT pada penyediaan energi
primer sebesar 23 persen di 2025 sesuai dengan komitmen penurunan emisi Gas Rumah
Kaca (GRK).
Isu penting lainnya adalah susut energi pada transmisi dan distribusi ketenagalistrikan
yang masih besar (9,55 persen pada tahun 2018). Hal ini menunjukkan pemanfaatan
energi yang belum efisien. Hal tersebut akibat belum berkembangnya pengelolaan kualitas
bahan bakar, penggantian mesin dan perangkat lunak untuk perangkat kontrol, serta
belum berkembangnya pembangkit listrik yang menggunakan teknologi batubara yang
lebih bersih. Begitu pula penggunaan gas bumi masih perlu tetap ditingkatkan untuk
mengurangi penggunaan BBM (pengganti PLTD) dan menekan emisi karbon.
-VI.16-
Untuk kegiatan memasak, penduduk yang masih menggunakan kayu bakar juga masih
cukup banyak (21,57 persen di 2017) karena pertimbangan harga dan keterjangkauan
pelayanan. Di sisi lain, konsumsi Liquefied Petroleum Gas (LPG) terutama untuk bahan
bakar memasak sebagian besar masih berasal dari impor (75 persen) yang disebabkan
karena penurunan produksi bahan baku dalam negeri, dan peningkatan konsumsi.
Hingga tahun 2018, konsumsi LPG nasional per tahun mencapai 7,5 juta metrik ton (MT).
Indikator konsumsi listrik per kapita mencerminkan tingkat pembangunan sosial ekonomi
dan produktivitas masyarakat suatu negara. Konsumsi listrik per kapita di Indonesia saat
ini baru mencapai 1.064 kWh pada tahun 2018, jauh dibandingkan dengan Malaysia
yang sudah mencapai 4.460 kWh pada tahun 2016. Pengembangan kegiatan produktif
masyarakat yang masih terbatas menjadi penyebab penggunaan listrik per kapita di
Indonesia masih cukup rendah jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi listrik per
kapita di negara berpendapatan menengah lain.
Tata kelola industri ketenagalistrikan juga masih belum optimal dimana kebijakan
harga dan tarif listrik belum sepenuhnya mempertimbangkan kemampuan membayar
masyarakat dan keberlanjutan industri penyediaan listrik. Di sisi lain, pengembangan
kelembagaan untuk mendorong industri ketenagalistrikan masih perlu ditingkatkan agar
industri dan distribusi penyediaan listrik berjalan dengan lebih efisien dan berkembang.
Pemenuhan kebutuhan domestik akan bahan bakar minyak dan gas bumi juga masih
menjadi tantangan. Pasokan dalam negeri belum sepenuhnya memadai akibat tata
kelola sistem perdagangan yang belum optimal dan keterbatasan infrastruktur gas bumi.
Demikian pula halnya dengan kapasitas infrastruktur kilang bahan bakar minyak yang
relatif stagnan. Hal ini mengakibatkan besarnya impor BBM untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri.
-VI.17-
Transformasi Digital
Di samping itu, migrasi penyiaran dari sistem analog ke sistem digital juga diperlukan
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi dan kualitas penyiaran
khususnya televisi. Digitalisasi penyiaran akan memberikan ruang pemanfaatan
spektrum frekuensi untuk kebutuhan penggunaan lain (digital divident).
Pemanfaatan TIK sudah diterapkan untuk perluasan jangkauan layanan dan peningkatan
kualitas layanan pada sektor pemerintahan, industri, jasa, maupun sosial. Dalam bidang
pemerintahan, pemanfaatan TIK dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan yang
disediakan oleh pemerintah. Namun demikian, kondisi saat ini masih banyak instansi yang
membangun aplikasi umum dan masih banyaknya data yang belum teringrasi membuat
pemanfaatan TIK menjadi tidak optimal. Dalam pelayanan umum, seperti pendidikan
dan kesehatan, pemanfaatan TIK dapat memperluas layanan dan pemerataan kualitas
layanan. Meskipun demikian, saat ini penerapan pembelajaran jarak jauh pada dunia
pendidikan khususnya di perdesaan masih belum maksimal sehingga pemerataan kualitas
-VI.18-
pendidikan melalui TIK masih belum efektif. Pemanfaatan TIK di bidang kesehatan juga
masih belum optimal dimana data kesehatan belum terintegrasi. Selain itu, beberapa
pemanfaatan platform digital seperti telemedicine, telediagnosis dan teknologi kesehatan
lainnya juga belum efektif.
Dalam bidang ekonomi, industri, maupun jasa, pemanfaatan TIK juga dapat memberikan
dampak yang besar. Namun demikian, saat ini pemanfaatan TIK di sektor pertanian dan
perikanan masih sangat minim, sehingga manfaat TIK bagi petani dan nelayan belum
signifikan seperti memberikan informasi harga yang paling aktual dan memperluas jaringan
penjualan kepada nelayan. Dalam bidang perdagangan dan ekonomi kreatif, pemanfaatan
TIK berdampak besar pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Salah satu kajian
menunjukkan kontribusi mitra start up ridesharing mencapai Rp 44,2 triliun terhadap
perekonomian nasional. Inovasi start up digital tersebut perlu terus dikembangkan dan
dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Mempertimbangkan
besarnya potensi pemanfaatan TIK tersebut, pemanfaatan TIK diharapkan dapat diperluas
untuk digitalisasi seluruh sektor pembangunan.
Perkembangan TIK disamping mempercepat penyediaan barang dan jasa, juga menghasilkan
berbagai barang dan jasa baru yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut seperti Mahadata (Big
Data). Agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan pengembangan barang dan jasa hasil
TIK, perlu ditingkatkan kemampuan literasi digital masyarakat dalam memahami dan
menggunakan informasi.
Pengembangan SDM TIK tersebut juga sejalan dengan besarnya pasar TIK di Indonesia.
Pengembangan kemampuan SDM dalam memproduksi barang dan jasa TIK diperlukan
agar Indonesia tidak hanya menjadi konsumen pasar TIK. Peningkatan penelitian dan
pengembangan (research and development) TIK serta penyempurnaan kebijakan industri
seperti insentif pasar dan fiskal perlu diberlakukan agar dapat mendorong peningkatan
kemampuan industri TIK dalam negeri terutama menghadapi industri 4.0.
Di era digital, berbagai jenis data dan informasi dapat disimpan di jaringan internet yang
saling terinterkoneksi tanpa dibatasi jarak dan waktu. Terobosan teknologi tersebut telah
memberikan berbagai kemudahan bagi aktivitas sosial ekonomi dan kehidupan masyarakat
sehari-hari. Namun demikian berbagai kemudahan tersebut juga memiliki konsekuensi
potensi penyalahgunaan data dan informasi. Jaminan keamanan bagi masyarakat,
pemerintah, dan dunia usaha dalam mempertukarkan data dan informasi di jaringan
internet menjadi tantangan yang perlu dimitigasi seperti melalui peningkatan keamanan
teknologi informasi, penyempurnaan regulasi dan peningkatan literasi masyarakat.
-VI.19-
Baseline
No Sasaran/Indikator* Target 2024
2019
2. Meningkatnya konektivitas wilayah
1. Waktu tempuh pada jalan lintas utama pulau
2,3 1,9
(Jam/100 Km)
2. Panjang jalan tol baru yang terbangun dan/
1.461 2.500
atau beroperasi (Km)
3. Panjang jalan baru yang terbangun (Km) 3.387 3.000
4. Persentase kondisi mantap jalan nasional/
92/68/57 97/75/65
provinsi/kabupaten-kota (%)
5. Panjang jaringan KA yang terbangun
6.164 7.451
(kumulatif) (Km’s)
6. Kondisi jalur KA sesuai standar Track Quality
81,5 94,0
Index (TQI) kategori 1 dan 2 (%)
7. Rute pelayaran yang paling terhubung (loop)
23 27
(%)
8. Jumlah pelabuhan utama yang memenuhi
1 7
standar (lokasi)
9. Jumlah rute subsidi tol laut (rute) 14 25
10. Jumlah pelabuhan penyeberangan baru yang
24 36
dibangun (lokasi)
11. Jumlah bandara baru yang dibangun (lokasi) 15 21
12. Jumlah rute jembatan udara (rute) 35 43
3. Meningkatnya layanan angkutan umum massal di 6 (enam) kota metropolitan
1. Jumlah kota metropolitan dengan sistem
angkutan umum massal perkotaan yang 1 6
dibangun dan dikembangkan (kota)
2. Jumlah kota yang dibangun perlintasan tidak
3 6
sebidang (kota)
Meningkatnya akses dan pasokan energi dan tenaga listrik yang merata, andal,
4.
dan efisien
1. Jumlah Sambungan Jaringan Gas untuk
Rumah Tangga (kumulatif) (Sambungan 537.936 4.000.000
Rumah/SR)
2. Jumlah Kapasitas Kilang Minyak (kumulatif)
1.151.000 1.276.000
(Barrel per Calendar Day/BPCD)
3. Kebutuhan (konsumsi) listrik per kapita
1.077 1.400
nasional (kWh)
4. Rasio Elektrifikasi (%) 98,86 ~ 100
Meningkatnya pembangunan dan pemanfaatan infrastruktur TIK, serta kontribusi
5.
sektor informasi dan komunikasi dalam pertumbuhan ekonomi
1. Jangkauan infrastruktur jaringan tetap
35,71 60
pitalebar (% total kecamatan)
2. Jangkauan infrastruktur jaringan bergerak
87,4 95
pitalebar (% Desa)
3. Populasi yang terlayani penyiaran digital (%) 52,28 80
4. Fasilitasi start up unicorn baru (perusahaan) 5 8
-VI.21-
Proyek prioritas mendukung Penyediaan Akses Perumahan dan Permukiman Layak, Aman,
dan Terjangkau meliputi: i) Peningkatan Fasilitasi Penyediaan Hunian Baru; ii) Peningkatan
Fasilitasi Pembiayaan Perumahan; iii) Pengembangan Fasilitasi Peningkatan Kualitas
Rumah; iv) Penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman; v)
Fasilitasi Peningkatan Standar Keandalan Bangunan dan Keamanan Bermukim (IMB dan
SLF); vi) Penyediaan 1 juta Rumah Susun Perkotaan (Major Project); dan vii) Fasilitasi
Penanganan Permukiman Kumuh.
Strategi untuk percepatan penyediaan air baku dari sumber air terlindungi antara lain:
(a) Penambahan kapasitas air baku dari bendungan dan sumber air lainnya didukung
oleh pengamanan kualitas air; (b) Rehabilitasi dan peningkatan efisiensi infrastruktur
penyedia air baku; dan (c) Pelaksanaan konservasi air tanah yang terintegrasi dengan
sistem penyediaan air baku serta didukung oleh penegakan peraturan pengambilan air
tanah. Strategi tersebut perlu dikembangkan secara bersamaan dengan peningkatan
kinerja Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan sistem distribusi air bersih. Percepatan
sistem penyediaan air baku juga perlu melibatkan badan usaha. Ketersediaan air secara
berkelanjutan juga perlu didukung oleh peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
perilaku hemat air; dan (d) Penyusunan Indeks Ketahanan Air.
Strategi untuk peningkatan kebijakan pengelolaan sumber daya air terpadu antara lain: (a)
Penyelesaian peraturan pemerintah terkait UU Sumber Daya Air; (b) Peningkatan kinerja
pengelolaan wilayah sungai melalui optimalisasi pola rencana SDA dalam jejaring air,
pangan, dan energi; (c) Perkuatan pengelolaan sumber daya air dan peningkatan kapasitas
BUMN/D/S dan KPBU air baku/air minum; dan (d) Penyusunan Indeks Ketahanan Air.
Strategi untuk pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan sumber daya air antara lain: (a)
Pengembangan sistem informasi sumber daya air; dan (b) Pengembangan sistem informasi
hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi.
Proyek prioritas mendukung Pengelolaan Air Tanah dan Air Baku Berkelanjutan meliputi:
i) Penyediaan dan pengamanan air baku dan air tanah termasuk Major Project Akses Air
Minum Perpipaan (10 Juta Sambungan Rumah); ii) Penataan regulasi serta perkuatan
kelembagaan SDA; dan iii) Pengembangan SISDA Terpadu berbasis teknologi cerdas (smart
water management).
(Jakstrada, RISPAM, RPP Air Minum, dan Rencana Bisnis PDAM) yang didukung dengan
sistem data dan informasi (e) Perkuatan fungsi kelembagaan regulator air minum; serta
(f) Optimalisasi pendanaan dan pengembangan alternatif pendanaan diantaranya melalui
hibah berbasis kinerja serta kejasama pemerintah dan badan usaha (KPBU).
2) Peningkatan kapasitas penyelenggara air minum, melalui: (a) Peningkatan kinerja
PDAM melalui pendampingan teknis dan non teknis untuk meningkatkan mutu layanan
antara lain penurunan tingkat kehilangan air, efisiensi produksi, pengelolaan keuangan
dan SDM, penerapan tarif yang memadai, serta peningkatan kualitas pelayanan; serta
(b) Pemberdayaan dan peningkatan kapasitas penyelenggara SPAM lainnya (UPTD,
BUMDes, KPSPAM, dll).
3) Pengembangan dan pengelolaan SPAM, melalui:
(a) Optimalisasi dan pemanfaatan kapasitas SPAM yang dapat dimanfaatkan melalui
perluasan cakupan layanan; (b) Peningkatan dan pembangunan SPAM; (c) Pengelolaan
aset (inventarisasi jaringan, operasi, pemeliharaan, dan perbaikan); (d) Penyediaan akses
air minum untuk daerah rawan air dan kepulauan; dan (e) Penyediaan akses air minum
bukan jaringan perpipaan terlindungi baik secara swadaya oleh masyarakat maupun
oleh pemerintah dan pemerintah daerah di lokasi khusus; (f) Pengembangan teknologi
pengolahan dan pengamanan air minum.
4) Penyadaran masyarakat untuk menerapkan perilaku hemat air, mengakses layanan
air minum perpipaan atau menggunakan sumber air minum bukan jaringan perpipaan
terlindungi secara swadaya, serta menerapkan pengelolaan air minum aman dalam
rumah tangga;
Proyek prioritas mendukung penyediaan akses air minum dan sanitasi yang layak dan
aman meliputi: i) Pengembangan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Layak dan Aman; ii) Pembinaan Penyelenggaraan Air Minum dan Sanitasi Layak
dan Aman; iii) Pengaturan Penyelenggaraan Air Minum dan Sanitasi Layak dan Aman; iv)
Pengawasan Kualitas Air Minum dan Sanitasi; v) Akses Sanitasi (Air Limbah) Layak dan
Aman (90 persen RT) (Major Project); vi) Akses Air Minum Perpipaan (10 Juta Sambungan
Rumah) (Major Project).
Kebijakan ini diperkuat dengan penerbitan regulasi Peraturan Presiden tentang Rencana
Umum Nasional Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (RUNK LLAJ) yang memuat
rencana aksi keselamatan jalan pada masing-masing pilar. Manajemen keselamatan jalan
perlu berfokus pada penguatan koordinasi antarunit kerja pemangku kepentingan pada
kementerian/lembaga tingkat pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga pendidikan
dan penelitian, badan usaha dan organisasi masyarakat. Diperlukan penguatan
kelembagaan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah yang dilakukan melalui
keterpaduan koordinasi, pemanfaatan data dan informasi, dan kegiatan penelitian yang
dapat menjadi basis bagi perencanaan dan pelaksanaan rencana aksi keselamatan jalan
nasional.
Untuk moda transportasi lainnya, kebijakan keselamatan diarahkan pada penguatan peran
kelembagaan, peningkatan kelaikan keselamatan sarana dan prasarana, serta peningkatan
kapasitas SDM untuk mendukung kinerja keselamatan. Peningkatan keselamatan
perkeretaapian dilakukan melalui penyediaan sarana dan prasarana perkeretaapian
yang memenuhi kelaikan, termasuk sarana kereta, prasarana rel dan persinyalan. Untuk
menjamin kondisi prasarana perkeretaapian maka kebutuhan perawatan prasarana
harus dipenuhi. Tingkat keselamatan sarana perkeretaapian dipenuhi melalui peremajaan
-VI.25-
armada kereta api sesuai dengan usia laik operasi yaitu dibawah 25 tahun. Keselamatan
transportasi laut dan penyeberangan ditingkatkan melalui penguatan kelembagaan
syahbandar, penyediaan infrastruktur keselamatan, standardisasi kapal yang memenuhi
aspek keselamatan, dan pengembangan sistem informasi penumpang (tiket) dan barang
(manifes) untuk mencegah muatan berlebih.
Strategi untuk mendukung pengelolaan terpadu kawasan rawan bencana antara lain:
(a) Program terintegrasi dalam pengelolaan risiko bencana, khususnya risiko banjir pada
daerah perkotaan, dengan kombinasi pendekatan struktural dan non-struktural termasuk
infrastruktur hijau; (b) Penetapan rencana induk ketahanan wilayah terhadap bencana;
(c) Penyusunan peta risiko bencana berdasarkan karakteristik wilayah; (d) Pengembangan
sistem pemantauan penurunan tanah; dan (e) Penyediaan sistem peringatan dini bencana
banjir dan tanah longsor.
Strategi untuk mendukung restorasi dan konservasi daerah aliran sungai antara lain:
(a) Normalisasi dan peningkatan kapasitas aliran sungai; (b) Konservasi kawasan rawa
dan gambut; dan (c) Pengendalian pencemaran pada waduk dan danau dengan tingkat
pencemaran tinggi.
Strategi untuk penambahan kapasitas tampungan air antara lain: (a) Perencanaan bendungan
multiguna dengan protokol berkelanjutan; (b) Perencanaan pemanfaatan tampungan alami;
(c) Rehabilitasi bendungan kritis; dan (d) Pembangunan bendungan multiguna dengan
melibatkan badan usaha. Strategi tersebut didukung oleh pengembangan kawasan ekonomi
terintegrasi berbasis bendungan multiguna serta penerapan skema investasi bendungan
baru yang melibatkan badan usaha.
Strategi untuk peningkatan dan pemanfaatan fungsi tampungan air adalah: (a) Pemanfaatan
bendungan untuk berbagai keperluan secara terpadu seperti air baku, irigasi, dan
pengendali banjir; (b) Pengembangan potensi waduk untuk penyediaan energi terbarukan;
(c) Revitalisasi danau kritis; dan (d) Pemanfaatan potensi danau untuk air baku, dan
kebutuhan lainnya. Strategi tersebut didukung oleh peningkatan dan pemulihan kondisi
waduk serta pengembangan skema kerjasama dengan BUMN dan badan usaha dalam
optimalisasi fungsi waduk.
Strategi untuk peningkatan kinerja bendungan dan penurunan risiko bendungan antara
lain: (a) Peningkatan tingkat keamanan bendungan dengan risiko tinggi; (b) Konservasi
daerah tangkapan air bendungan; (c) Peningkatan kapasitas SDM bidang pengelolaan
bendungan; dan (d) Peningkatan kinerja operasi bendungan yang sesuai standar dan
didukung oleh unit pengelola bendungan yang kompeten. Strategi tersebut didukung oleh
penataan aset bendungan sebagai barang milik negara.
Strategi untuk peningkatan efisiensi dan kinerja sistem irigasi dengan penerapan konsep
modernisasi irigasi antara lain: (a) Pembangunan jaringan irigasi baru; (b) Rehabilitasi
jaringan irigasi; (c) Peningkatan kapasitas kelembagaan irigasi; (d) Peningkatan efektivitas
alokasi air irigasi; dan (e) Pemanfaatan lahan sub-optimal melalui revitalisasi rawa.
Strategi untuk penyediaan air untuk komoditas pertanian bernilai tinggi antara lain:
(a) Pembangunan tampungan air dan sistem irigasi untuk komoditas perkebunan,
peternakan, hortikultura dan perikanan; (b) Pembangunan jaringan irigasi untuk tambak
rakyat; dan (c) Pengembangan mikro irigasi terutama untuk lahan belum termanfaatkan
dengan optimal. Strategi tersebut didukung oleh peningkatan peran pemerintah daerah,
partisipasi masyarakat, dan kemitraan dengan badan usaha dalam pengelolaan irigasi.
Infrastruktur Ekonomi
Konektivitas Jalan
Peningkatan kualitas jalan dilaksanakan melalui pemenuhan kebutuhan pemeliharaan
jalan, termasuk pemeliharaan rutin jalan serta pemenuhan kelengkapan jalan. Pemenuhan
kebutuhan pemeliharaan jalan didorong melalui perbaikan tata kelola penyelenggaraan
jalan yang memprioritaskan kegiatan pemeliharaan rutin dan berkala. Skema kerjasama
antara Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) Availability Payment (AP) yang berbasis
kinerja serta Program Hibah Jalan Daerah yang mendorong kinerja pemeliharaan jalan
perlu diperluas. Skema KPBU-AP juga mendukung kualitas jalan melalui keterpaduan
penyelenggaraan jalan dan pengoperasian jembatan timbang untuk mengendalikan
perilaku pembebanan berlebih di jalan (road overloading) yang menjadi penyebab utama
kerusakan jalan.
dan akses KA ke pelabuhan. Pendekatan terpadu ini diterapkan dengan skema KPBU
yang terhubung dengan kawasan industri di Makassar dan sepanjang koridor KA serta
dengan Pelabuhan Makassar New Port dan Pelabuhan Garongkong. Pembangunan KA
kecepatan tinggi penumpang antarkota difokuskan pada koridor konurbasi Pulau Jawa
khususnya antara Jakarta–Bandung dan Jakarta–Semarang. Pembangunan jalur KA
pada koridor lain termasuk melanjutkan pembangunan jalur KA Trans Sumatera serta
pembangunan jalur ganda dan reaktivasi jalur KA di Pulau Jawa dan Sumatera. Dalam
rangka mendukung transportasi antarmoda menuju bandara dan pelabuhan, akan
dilaksanakan pembangunan KA akses bandara dan pelabuhan.
Konektivitas Laut
Pembangunan konektivitas transportasi laut untuk mendukung kinerja logistik
nasional dilaksanakan melalui standardisasi kinerja yang ditetapkan oleh Kementerian
Perhubungan pada sejumlah pelabuhan utama, antara lain meliputi tingkat kedalaman
pelabuhan, panjang dermaga, dan kinerja bongkar muat. Standardisasi kinerja yang
disertai dengan pengembangan kawasan pada sejumlah pelabuhan utama diharapkan
meningkatkan konsolidasi angkutan barang domestik serta memungkinkan kapal-
kapal berukuran lebih besar untuk singgah membentuk rute jaringan saling terhubung
(loop). Terdapat tujuh pelabuhan utama yang dirancang menjadi titik konsolidasi barang
domestik yaitu pelabuhan Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Kijing, Tanjung Perak, Makassar
New Port, Bitung, dan Sorong.
Konektivitas Udara
Pembangunan transportasi udara difokuskan pada peningkatan bandara dan kapasitas
angkut dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan aksesibilitas daerah 3T.
Pembangunan/peningkatan kapasitas bandara dilakukan melalui pembangunan bandara
baru pengembangan bandara hub primer, rehabilitasi dan pengembangan bandara,
pengembangan bandara mendukung kawasan prioritas (KSPN, KEK, dan KI), serta
serta pembangunan bandara perairan (waterbased airport) untuk mendukung destinasi
pariwisata perairan. Dukungan aksesibilitas daerah 3T dilaksanakan melalui peningkatan
cakupan layanan penerbangan perintis, implementasi Program Jembatan Udara terpadu
dengan Tol Laut di Papua, serta revitalisasi skema subsidi perintis penerbangan yang
menjamin kepastian dan keberlanjutan layanan (multiyears), termasuk menggali potensi
pemanfaatan skema pembiayaan KPBU-AP. Kebutuhan konektivitas udara di wilayah
terpencil, terutama di Papua yang tergambar dari keberadaan lapangan terbang (airstrip)
yang cukup dominan, perlu diakomodasi melalui dukungan regulasi, pembinaan dan
pengawasan termasuk aspek keselamatan.
Proyek prioritas konektivitas udara meliputi: i) Jembatan Udara 37 Rute di Papua (Major
Project), ii) Pembangunan 21 bandara baru, iii) Pengembangan 10 bandara hub primer,
iv) Rehabilitasi dan pengembangan 175 bandara mendukung kawasan prioritas (KSPN,
KEK, dan KI), serta v) Pembangunan bandara perairan (waterbased airport) di 5 lokasi
mendukung destinasi pariwisata perairan.
Konektivitas Darat
Pembangunan transportasi darat diprioritaskan untuk mengurangi praktik pembebanan
berlebih di jalan (road overloading) melalui penyelenggaraan jembatan timbang yang
terintegrasi dengan penyelenggaraan jalan (skema KPBU-AP), pengembangan fasilitas
dan perlengkapan jalan, serta pembangunan terminal antarnegara untuk mendukung
kemudahan arus penumpang dan barang di wilayah perbatasan negara, pembangunan
pelabuhan penyeberangan baru, pembangunan kapal penyeberangan untuk mendukung
daerah 3T, dan penyediaan subsidi perintis untuk angkutan penyeberangan, sungai,
danau dan bus. Selain itu, dalam rangka mendukung keterpaduan layanan transportasi
antarmoda akan dilaksanakan penyediaan angkutan bus yang terhubung dengan simpul-
simpul transportasi serta Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Infrastruktur Perkotaan
Transportasi Perkotaan
Pengembangan sistem angkutan umum massal perkotaan diprioritaskan pada 6 (enam)
kota metropolitan utama, yaitu kawasan metropolitan Jakarta, Surabaya, Bandung,
Medan, Semarang, dan Makassar. Dalam upaya percepatan pengembangan angkutan
umum massal di perkotaan metropolitan, disiapkan program pembangunan angkutan
umum massal perkotaan yang mengatur dukungan pendanaan Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah dengan sejumlah kriteria. Kriteria penting yang harus dipenuhi oleh
pemerintah daerah yaitu tersedianya rencana mobilitas perkotaan terpadu dan keberadaan
kelembagaan otoritas transportasi perkotaan yang berbasis wilayah metropolitan (lintas
batas administratif).
Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi yang Layak dan Aman di Perkotaan
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka penyediaan akses air minum dan sanitasi (air
limbah dan sampah) yang layak dan aman di perkotaan adalah:
1) Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dan Sanitasi di Perkotaan,
melalui (a) penguatan fungsi operator dan regulator; (b) penyiapan layanan lumpur
tinja perkotaan (Fecal Sludge Management); (c) penyediaan layanan terintegrasi air
minum, air limbah dan persampahan; (d) pengembangan kawasan dengan layanan
air siap minum (portable water) / Zona Air Minum Prima (ZAMP); dan (e) peningkatan
keandalan pengelolaan jaringan air minum melalui Smart Grid Water Management.
2) Peningkatan perubahan perilaku masyarakat dalam mencapai akses aman sanitasi,
melalui (a) pelaksanaan program perubahan perilaku di tiap kelurahan yang belum
Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS); (b) penguatan mekanisme pemantauan
yang terjadwal; (c) penguatan keberlanjutan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
di tingkat kabupaten dan kota.
Proyek prioritas mendukung penyediaan akses air minum dan sanitasi yang layak dan
aman di perkotaan adalah Penyediaan dan Penyelenggaraan Air Minum dan Sanitasi yang
Andal dan Terintegrasi
Proyek prioritas yang mendukung penyediaan perumahan dan permukiman layak, aman
dan terjangkau di perkotaan adalah fasilitasi penanganan permukiman kumuh perkotaan
melalui peremajaan permukiman kumuh.
-VI.32-
Lima arah kebijakan dan strategi dalam rangka pemenuhan akses, pasokan energi, dan
tenaga listrik merata, handal, efisien, dan berkelanjutan, adalah:
1) Diversifikasi energi dan ketenagalistrikan untuk pemenuhan kebutuhan, ditempuh
melalui (a) peningkatan EBT seperti panas bumi, air, surya, dan biomasa, serta EBT
lainnya; (b) pengembangan mini/micro grid berbasis energi bersih; (c) pengembangan
dan pemanfaatan teknologi penyimpanan energi (energy storage system) termasuk
baterai; serta (d) pemanfaatan energi surya atap (solar rooftop) dan PLTS terapung
(floating solar power plant) beserta pengembangan industri sel surya dalam negeri;
2) Peningkatan efisiensi pemanfaatan energi dan tenaga listrik, melalui (a) pengembangan
Energy Service Company (ESCO); (b) memperluas, merehabilitasi dan peningkatan
kapasitas sistem transmisi dan distribusi; (c) pengembangan sistem manajemen informasi
dan kontrol data; (d) pengembangan dan pemanfaatan teknologi jaringan cerdas (smart
grid) dan (e) pemanfaatan teknologi yang lebih efisien dan rendah emisi (high efficiency
and low emission/HELE).
3) Penguatan dan perluasan pelayanan pasokan energi dan tenaga listrik, ditempuh
melalui (a) pemenuhan tenaga listrik di kawasan-kawasan prioritas; (b) penyediaan
bantuan pasang baru listrik untuk rumah tangga tidak mampu; (c) dukungan
penyediaan energi primer (gas dan batubara) untuk listrik; (d) peningkatan kapasitas
kilang minyak dalam negeri; (e) peningkatan infrastruktur gas bumi, khususnya seperti
jaringan pipa transmisi gas dan distribusi non pipa khususnya LNG receiving terminal;
(f) pengembangan cadangan penyangga/operasional BBM dan LPG; (g) pembangunan
jaringan gas perkotaan, LPG, dan kompor bersih berbasis listrik; (h) peningkatan
kemampuan rekayasa nasional untuk energi dan ketenagalistrikan yang didukung
industri dalam negeri; (i) perluasan penyaluran BBM satu harga; dan (j) pengembangan
infrastruktur pendukung kendaraan bermotor listrik.
4) Peningkatan tata kelola energi dan ketenagalistrikan, ditempuh melalui (a) peningkatan
tugas dan fungsi kelembagaan di sektor ketenagalistrikan; (b) penguatan independensi
operator sistem transmisi; serta (c) mendorong kebijakan harga/tarif energi dan
penerapannya sehingga mencapai harga keekonomian secara bertahap.
5) Pengembangan kebijakan pendanaan dan pembiayaan, ditempuh melalui (a)
pengembangan subsidi tepat sasaran melalui subsidi langsung dan realokasi belanja;
(b) penerapan penyesuaian tarif listrik dan harga energi; (c) memanfaatkan pembiayaan
dengan persyaratan yang ringan dan wajar, alternatif instrumen dan leverage asset;
serta (d) pengembangan skema pendanaan yang sesuai dan berkesinambungan.
Transformasi Digital
BAB VII
MEMBANGUN LINGKUNGAN
HIDUP, MENINGKATKAN
KETAHANAN BENCANA,
DAN PERUBAHAN IKLIM
-VII.2-
Pendahuluan
Penurunan kualitas lingkungan hidup serta deplesi sumber daya alam berpotensi
menghambat keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini masih bertumpu
pada sektor komoditas dan sumber daya alam. Selain itu, karakteristik Indonesia yang
memiliki risiko bencana tinggi ditambah dengan adanya pengaruh perubahan iklim dapat
menimbulkan kehilangan, kerugian, dan kerusakan yang lebih besar di masa mendatang
apabila tidak diantisipasi dan ditangani dengan baik.
01 02 03 04 05
06 07 08 09 10
Rehabilitasi hutan dan lahan untuk pemulihan lahan kritis di dalam kesatuan pengelolaan
hutan (KPH) dan daerah aliran sungai (DAS) belum memenuhi target akibat terkendala
hak dan status lahan kritis yang akan direhabilitasi, serta belum optimalnya pengendalian
pemanfaatan ruang di sekitar DAS. Namun demikian, laju deforestasi di dalam kawasan
hutan berhasil diturunkan. Luas hutan dan lahan terbakar juga telah berkurang secara
signifikan melalui penanggulangan yang efektif.
Capaian kinerja penegakan hukum untuk mendukung pengelolaan lingkungan hidup dan
kehutanan semakin meningkat dalam aspek penanganan pengaduan, pengawasan izin;
pemberian sanksi administratif, penyelesaian sengketa di luar pengadilan, serta penegakan
hukum pidana. Penegakan hukum yang diberikan dapat membuat perubahan perilaku
dan efek jera sehingga dapat melindungi hutan dan lingkungan hidup. Namun demikian,
potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang cukup besar dari denda maupun
nilai pengganti kerugian dan pemulihan masih sulit direalisasikan akibat beberapa
proses eksekusi putusan pengadilan belum berhasil dilaksanakan. Kedepannya dalam
penyelesaian eksekusi akan dicoba melalui pendekatan kerja sama dengan melibatkan
institusi penegakan hukum lainnya.
Indonesia tercatat memiliki riwayat kejadian bencana yang tinggi, dengan sebagian besar
di antaranya (>75 persen) merupakan bencana hidrometeorologis yang terkait dengan
iklim dan dinamika perubahannya. Bencana-bencana tersebut antara lain puting beliung,
banjir, banjir bandang, longsor, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan serta cuaca
ekstrim.
Gambar 7.1
Capaian Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim
serta Pembangunan Rendah Karbon 2015-2019
Daerah 94%
15 Percontohan
RAN-API
Akurasi Informasi gempa bumi &
peringatan dini tsunami yang disampaikan
4 Sektor Prioritas
(Kelautan dan
dalam waktu kurang dari 5 menit
Pesisir, Air,
Pertanian &
87% 87% 77%
Ketersediaan layanan Akurasi Akurasi layanan
Kesehatan sistem operasi jaringan informasi informasi iklim di
komunikasi cuaca tingkat kecamatan
perubahan iklim (API) dan pengurangan risiko bencana (PRB), maka Indeks Risiko Bencana
Indonesia (IRBI) pada pusat-pusat pertumbuhan nasional telah berhasil diturunkan
(Gambar 7.1). Capaian tersebut dihasilkan melalui pelaksanaan program dan kegiatan
penanggulangan bencana yang dilakukan oleh kementerian/lembaga (K/L) bekerja sama
dengan pemerintah daerah, masyarakat, relawan, dan pelaku usaha.
Capaian lain yang telah diwujudkan dalam kerangka pengurangan kerentanan (vulnerability)
adalah upaya mitigasi dan peningkatan kapasitas adaptif, yakni kemampuan/kesiapan
untuk mengantisipasi atau mengurangi dampak bencana di daerah-daerah rawan
bencana. Upaya mitigasi dan peningkatan peningkatan kapasitas adaptif dilakukan
melalui pembangunan infrastruktur-infrastruktur strategis pada sektor-sektor prioritas;
peningkatan SDM pemerintah daerah dan masyarakat yaitu kegiatan penyuluhan-
penyuluhan, pelatihan dan simulasi situasi bencana (drill); serta peningkatan regulasi
terkait ketahanan terhadap bencana dan iklim pada sektor prioritas.
-VII.6-
Capaian penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) semakin mendekati target penurunan
emisi GRK 26 persen di tahun 2020. Capaian potensi penurunan emisi GRK sampai
dengan tahun 2018 adalah sebesar 22,59 persen dari Baseline akumulatif hingga tahun
2018. Capaian penurunan emisi GRK tahunan pada tahun 2018 adalah sebesar 23,18
persen atau 452.613 Ribu Ton CO2e. Adapun intensitas Emisi GRK pada tahun 2017
adalah sebesar 412 ton CO2e/miliar rupiah.
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan RAN-GRK dengan membandingkan antara target dan
capaian penurunan emisi GRK tahun 2018 menunjukkan tiga sektor (bidang berbasis
lahan, energi, dan IPPU) telah mencapai, bahkan melebihi target tahunan. Perbandingan
capaian dan target penurunan emisi GRK tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 7.1.
contoh, pembangunan rendah karbon sektor energi yang dilakukan melalui 3 (tiga)
program inti yaitu energi terbarukan, efisiensi energi, dan substitusi bahan bakar minyak
telah menunjukkan beberapa hasil positif. Penggunaan bahan bakar nabati B20 sebagai
subtitusi BBM yang tercatat menyumbang penghematan negara sebesar USD385.926.208
diantara periode 2018/2019. Penghematan ini menjadi angin segar dalam upaya pemerintah
Indonesia menangani Current Account Deficit. Selain itu, melalui upaya efisiensi energi
yang dicanangkan oleh Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian, Pemerintah
Indonesia mampu mencatat penurunan intensitas energi (konsumsi energi per miliar PDB)
sebesar rata-rata 2 persen per tahun. Hal ini menunjukkan fluktuasi konsumsi energi
sektor industri yang relatif stabil serta efisiensi sektor industri dalam melakukan aktivitas
ekonomi semakin meningkat.
Pada bidang kehutanan, penurunan emisi GRK paling tinggi diturunkan dari adanya
kebijakan moratorium hutan, pengendalian kebakaran hutan, dan upaya rehabilitasi
hutan. Berdasarkan data BPS tahun 2018, luas areal kelapa sawit perkebunan dari tahun
2000 hingga tahun 2018 terus meningkat. Luasan areal kelapa sawit pada tahun 2018
diperkirakan telah mencapai 12,7 juta Ha. Optimalisasi produktivitas lahan sawit yang
dapat ditingkatkan diperkirakan dapat berdampak positif bagi peningkatan ekonomi
maupun menekan laju deforestasi hutan menjadi lahan sawit. Selain peningkatan
produktivitas lahan sawit, upaya sertifikasi penjaminan kelestarian sawit melalui
sertifikasi RSPO apabila terus ditingkatkan juga memiliki dampak positif bagi upaya tata
kelola lahan berkelanjutan.
Tabel 7.1
Perbandingan antara Target dan Capaian Penurunan Emisi GRK
Target Potensi Persentase
Penurunan Penurunan Pemenuhan
No Bidang
Emisi GRK Emisi GRK Target
2018 2018 (Efektivitas)
Kehutanan dan Lahan
1 1.141.745,26 377.634,56 33,1%
Gambut serta Pertanian
Energi, Transportasi
2 733.834,99 70.030,83 9,5%
dan Industri
3 Pengelolaan Limbah 168.106,64 4.948 2,9%
Catatan:
• Target Penurunan Emisi GRK menggunakan hasil pemodelan sistem dinamik (Indoclimos) yang disusun oleh Kementerian
PPN/Bappenas
• Capaian penurunan emisi GRK merupakan pelaporan dari K/L dan pemerintah daerah pada tahun 2018
-VII.8-
Tutupan hutan diperkirakan berkurang dari 50 persen luas lahan total Indonesia di tahun
2017 menjadi sekitar 45 persen di tahun 2045. Penurunan tutupan hutan akan semakin
memicu terjadinya kelangkaan air, khususnya pada wilayah dengan tutupan hutan sangat
rendah, seperti Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Berkurangnya tutupan hutan juga memicu penyusutan luas habitat spesies langka di
sebelah barat garis Wallacea dari 80,3 persen di tahun 2000 menjadi 49,7 persen di
tahun 2045. Kondisi yang sama diperkirakan akan terjadi di sebelah timur garis Wallacea
khususnya wilayah Papua. Hal ini antara lain didorong oleh peningkatan luas perkebunan
monokultur khususnya kelapa sawit yang semakin menekan tutupan hutan dan dapat
mengakibatkan peningkatan kehilangan keanekaragaman hayati apabila tidak segera
dilakukan penanganan.
Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman hayati tinggi mempunyai peluang besar
untuk mengembangkan produk dari keragaman hayatinya. Pemanfaatan keanekaragaman
hayati melalui kegiatan bioprospekting dapat memenuhi kebutuhan bahan baku obat,
sandang, pangan, rempah, pakan ternak, penghasil resin, pewarna dan lain-lain. LIPI
(2014) mencatat sebanyak 410 spesies mikroba telah diketahui berdasarkan data koleksi
mikroba pada berbagai koleksi jaringan Indonesia dan hasil penelitian eksplorasi-
bioprospeksi. Selain itu, hasil pengujian spons dan makroalgae menunjukkan potensi
sebagai antitumor, antioksidan, antikanker dan antibakteri. Di samping itu, diversifikasi
produk primer tumbuhan obat menjadi produk sekunder memiliki nilai tambah ekonomi
yang tinggi
Walaupun cadangan air nasional secara keseluruhan masih dalam kategori aman, namun
masih terdapat permasalahan dalam hal aksesibilitas, kontinuitas, dan juga kualitas yang
belum memenuhi standar. Proporsi luas wilayah krisis air secara nasional diproyeksikan
akan meningkat dari 6,0 persen di tahun 2000 menjadi 9,6 persen di tahun 2045. Hal
ini akibat ketidakseimbangan neraca air akibat kondisi daerah hulu tangkapan air yang
semakin kritis serta eksplorasi air tanah yang berlebihan terutama di daerah perkotaan.
Beberapa wilayah seperti Pulau Jawa yang nilai ketersediaan air per kapitanya sudah
berstatus langka, dan Bali-Nusa Tenggara yang berstatus tertekan membutuhkan
perhatian khusus.
Kualitas air diperkirakan terus menurun signifikan akibat kondisi daerah hulu tangkapan
air yang kritis dan pencemaran air yang berasal dari permukiman, industri, pertanian
serta kegiatan pertambangan. Kajian Bappenas (2018) menunjukkan kandungan Biological
-VII.9-
Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) rata-rata (mg/L) secara
nasional diproyeksikan meningkat 1,1 kali lipat di tahun 2024 dan 1,2 kali di tahun 2030
dibandingkan kondisi tahun 2020. Walaupun proyeksi nilai BOD dan COD tersebut belum
melampaui standar baku mutu, namun nilai rata-rata BOD sudah mendekati ambang
batas sehingga perlu diperhatikan.
Daya tampung lingkungan hidup juga semakin merosot akibat tingginya pencemaran
dan upaya penanganannya yang belum optimal. Beberapa sumber pencemar yang perlu
menjadi prioritas penanganan antara lain adalah sampah rumah tangga, sampah plastik
dan limbah B3.
Pada tahun 2018, tingkat keberhasilan penanganan sampah nasional baru mencapai
68,8 persen dari total timbulan sampah yang dihasilkan sebesar 65,8 juta ton, sementara
tingkat pengurangan sampah hanya mencapai 2,8 persen. Sebagai dampaknya, terdapat
timbulan sampah yang tidak tertangani sebesar 28,4 persen atau sekitar 18,7 juta ton yang
dibuang langsung ke lingkungan (leakage) dan menimbulkan pencemaran. Dari timbulan
sampah yang tidak tertangani tersebut, sekitar 0,7 juta ton/tahun terbawa hingga ke laut,
yang mana sebagian besar diantaranya merupakan sampah plastik.
Kondisi tersebut disebabkan sistem pengelolaan sampah secara nasional yang masih belum
optimal, baik dari sisi infrastruktur, sarana prasarana penunjang, retribusi pengelolaan
sampah, kapasitas SDM, kelembagaan, maupun penegakan hukumnya. Untuk itulah
diperlukan sistem pengelolaan sampah terintegrasi dari hulu sampai ke hilir menuju
ekonomi sirkular.
Isu Limbah B3 dan Limbah Medis juga perlu menjadi prioritas penanganan secara
nasional. Pada tahun 2018, jumlah timbulan limbah B3 dari RS adalah 294,7 ton/hari
sementara jumlah rumah sakit yang memiliki izin pengolahan limbah B3 adalah sebanyak
-VII.10-
69 rumah sakit dengan kapasitas pengolahan 54,2 ton/hari dan jumlah jasa pengolah
limbah medis (pihak ketiga) berizin: 6 jasa dengan kapasitas 115,7 ton/hari. Mengacu
kepada data tersebut, diperkirakan terdapat 41.9 persen limbah B3 medis yang belum
terkelola dan berpotensi terbuang langsung ke lingkungan atau ke Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Sampah.
Temuan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2015 menunjukkan potensi
kerugian negara tahun 2003-2014 akibat indikasi tidak tercatatnya produksi kayu
secara akurat yang bersumber dari dana reboisasi dan provisi sumber daya hutan sekitar
Rp7,3 triliun per tahun, serta dari nilai komersial produk kayu sekitar Rp66,8 triliun per
tahun. Selain kerugian negara, kasus kejahatan SDA dan lingkungan hidup juga dapat
mengakibatkan bencana ekologis, serta ancaman terhadap kepastian hukum, kewibawaan
negara, dan ketahanan nasional.
Upaya penegakan hukum terhadap kasus-kasus SDA dan lingkungan hidup menghadapi
beberapa tantangan berupa beragamnya tipologi kejahatan, skala kejahatan yang masif
dan lokasi kejahatan yang tersebar bahkan lintas batas wilayah administrasi, besarnya
dampak dan nilai kerugian yang ditimbulkan, serta modus kejahatan yang semakin
dinamis dan terorganisir.
Gambar 7.2
Grafik Perbandingan Bencana dan Jumlah Kejadian
Bencana Hidrometeorologi
Berdasarkan data pada Gambar 7.2 dapat dikenali perbandingan jumlah dan tren
peningkatan antara dua jenis kejadian bencana alam yang terjadi di Indonesia, yaitu
bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim dan bencana akibat aktivitas geologi.
Gambar 7.3
Dampak Bencana Alam pada Tahun 2010-2017
Rata-rata Korban Jiwa Meninggal & Hilang Per 100.000 Jumlah Jiwa Terdampak Per 100.000 Pendududuk Tahun
Penduduk Tahun 2010-2017 2010-2017
3,000
1.00
2,527.92
0.80 2,500
0.80
2,000
0.60 1,436.33
1,500
0.40 862.08 872.22
0.24 0.22 1,000
604.02
0.18 0.13
0.20 500
0.21
0.11 0.14 410.63
319.50 415.62
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah kejadian bencana hidrometeorologi jauh lebih besar dan cenderung semakin
meningkat dibandingkan bencana geologi.
Selama kurun waktu 8 tahun (2010-2017) terjadi peningkatan 887 kejadian bencana
hidrometeorologi; sementara dalam kurun waktu yang sama, bencana geologi meningkat
64 kejadian. Jenis bencana hidrometereologi dengan peningkatan jumlah kejadian
terbesar selama kurun waktu 2010-2017 adalah puting beliung (363 kejadian), kebakaran
hutan dan lahan (346 kejadian), tanah longsor (145 kejadian), banjir (105 kejadian), dan
gelombang pasang/abrasi (17 kejadian).
Meskipun sebagian besar kejadian bencana dipicu oleh faktor iklim, namun karakteristik
geologi yang berada di pertemuan antarlempeng juga menjadikan Indonesia menjadi
kawasan yang rawan dengan bencana geologi seperti gempa bumi, letusan gunung api
dan potensi tsunami. Secara frekuensi bencana geologi ini memang jarang, namun lebih
berpotensi menimbulkan korban jiwa maupun kerugian ekonomi dalam skala besar akibat
banyaknya pemukiman penduduk dan infrastruktur penting yang dibangun di sekitar
sesar aktif (Gambar 7.3).
Frekuensi gempa bumi dengan magnitudo kurang dari 5 SR juga relatif tinggi. Meskipun
dengan magnitudo yang kecil, namun bila terjadi pada sesar tektonik di kedalaman
Gambar 7.4
Paparan dan Kerentanan
terhadap Bahaya Bencana Gempa bumi dan Sesar Aktif
yang dangkal maka gempa tersebut dapat menimbulkan kerusakan infrastruktur dan
meresahkan masyarakat. Upaya pengamatan gempa bumi dengan magnitudo kecil tersebut
hingga saat ini masih belum optimal sehingga informasinya pun tidak tersampaikan
dengan baik. Masih dibutuhkan penambahan jumlah dan peningkatan kualitas peralatan
pemantauan short period seismograph sensor yang peka terhadap gempa skala kecil,
terutama pada lokasi yang berada di sekitar sesar aktif.
Risiko tinggi karena goncangan yang tinggi (>0,5 g) diestimasi pada wilayah Sumatera,
Sulawesi, Maluku dan Papua yang diberi warna merah. Sementara itu, wilayah berisiko
tinggi dengan bahaya goncangan lebih dari 0,1 g dan memiliki densitas populasi tinggi
berada pada kota Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Padang,
Banda Aceh, dan sekitarnya.
Sebaran penduduk terdampak oleh gempa bumi adalah wilayah Pulau Jawa dan Bali,
yakni sekitar 50 persen penduduk Indonesia (±130 juta jiwa). Pulau Sumatera (±48 juta
jiwa), Pulau Sulawesi (±21 juta jiwa), Kepulauan Nusa Tenggara (±7 juta jiwa), Kepulauan
Maluku (±6 juta jiwa), dan Pulau Papua (±4 juta jiwa). Sementara itu, Pulau Kalimantan
memiliki jumlah penduduk terdampak gempa bumi paling sedikit, yakni ±2 juta jiwa.
Indonesia juga tergolong sebagai negara yang rawan tsunami, karena merupakan daerah
pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-
Australia dan Lempeng Pasifik. Catatan sejarah tsunami di Indonesia menunjukkan bahwa
kurang lebih 172 tsunami yang terjadi dalam kurun waktu antara tahun 1600–2012.
Sejumlah daerah di pulau-pulau yang berhadapan langsung dengan zona penunjaman
antar lempeng ini, seperti bagian barat Pulau Sumatra, selatan Pulau Jawa, Nusa Tenggara,
bagian utara Papua, serta Sulawesi dan Maluku merupakan kawasan yang sangat rawan
tsunami (Gambar 7.5).
Hampir seluruh kabupaten/kota di garis pantai masuk dalam tingkat risiko Sangat Tinggi
dan Tinggi karena perkiraan tinggi gelombang di atas tiga meter. Ada empat kawasan utama
yang memiliki risiko dan probabilitas tsunami tinggi, antara lain: Megathrust Mentawai,
Megathrust Selat Sunda dan Jawa bagian selatan, Megathrust selatan Bali dan Nusa
Tenggara, serta Kawasan Papua bagian utara. Penduduk yang terdampak bahaya bencana
tsunami pada tahun 2015 berjumlah 3,7 juta jiwa dan pada tahun 2030 diproyeksikan
berpotensi bertambah menjadi 4,4 juta jiwa atau naik 19 persen (BNPB 2019).
Pemahaman informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami di masyarakat masih
belum optimal, sehingga menyebabkan tingginya potensi dampak akibat ancaman gempa
bumi dan tsunami. Kurang optimalnya pemahaman masyarakat disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain adalah masih kurangnya sosialisasi produk informasi gempa bumi dan
peringatan dini tsunami kepada masyarakat serta masih kurangnya penelitian ‘prekursor’
(pratanda) untuk peramalan kejadian gempa bumi pada sesar aktif di sekitar kota besar
dengan penduduk dan infrastruktur yang padat.
Jangkauan pelayanan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami belum dapat
menjangkau seluruh daerah yang rawan terhadap gempa bumi dan tsunami. Peningkatan
frekuensi kejadian gempa bumi termasuk yang berpotensi tsunami menjadi peringatan
bahwa keterpaparan masyarakat akan bencana tersebut masih tinggi.
-VII.14-
Gambar 7.5
Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Gempa bumi dan Tsunami
Lokasi Riwayat Kejadian Gempa bumi dan Tsunami
Tidak hanya gempa dan tsunami, Indonesia juga berpotensi terdampak bencana geologi
yang berasal dari erupsi gunung api. Tercatat sebanyak 127 gunung api (sekitar 13 persen
gunung api di dunia) tersebar di wilayah Indonesia. Gunung api tersebut membentuk
busur kepulauan yang membentang dari ujung barat sampai timur, yaitu dari pulau
Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi bagian utara,
dan Kepulauan Sangir Talaud (Gambar 7.6 dan Tabel 7.2).
Erupsi gunung api dapat menyebabkan bencana bagi penduduk di sekitarnya. Tidak kurang
dari 5 juta jiwa bermukim dan beraktivitas di sekitar gunung api aktif, sehingga risiko bila
terjadi bencana erupsi gunung api sangat besar. Dalam beberapa tahun ke depan, potensi
-VII.15-
Gambar 7.6
Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Erupsi Gunung Api
risiko bencana gunung api yang perlu mendapat perhatian adalah Gunung Sinabung, Gunung
Merapi, Gunung Soputan, Gunung Agung, dan Gunung Lokon. Sedangkan kawah gunung
api yang perlu mendapat perhatian khusus adalah kawah Gunung Ijen dan Gunung Dempo.
Selain kenaikan temperatur, perubahan iklim juga mempengaruhi curah hujan di Indonesia.
Besarnya pengaruh perubahan iklim terhadap curah hujan di Indonesia ditunjukkan dengan
semakin tingginya curah hujan pada bulan-bulan basah dan semakin rendah curah hujan
pada bulan-bulan kering dengan rentang nilai perbedaan curah hujan berkisar -2,5 hingga
2,5 mm/hari.
Gambar 7.7
Prediksi Peluang Kejadian Iklim Ekstrem Kering Tahun 2020-2025
Tahun 2020 Tahun 2021
Hasil prediksi iklim dasawarsa untuk Indonesia menunjukkan bahwa di masa mendatang
akan terjadi penurunan curah hujan yang signifikan pada saat El Nino berlangsung, baik
secara independen atau saat El Nino berbarengan dengan fenomena Indian Ocean Dipole
(IOD) positif. Prediksi dasawarsa untuk periode RPJMN juga menunjukkan kejadian iklim
ekstrem kering akan lebih sering berpeluang di atas normal (AN), yang diprediksi meliputi
sebagian besar wilayah Indonesia, terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua (Gambar
7.7). Sementara itu, prediksi indeks ekstrem basah (Gambar 7.8) menunjukkan adanya
variasi selama periode RPJMN, dimana beberapa wilayah diprediksi akan lebih sering
berada dalam kondisi di atas normal (AN) terutama di wilayah selatan Indonesia, meliputi
bagian selatan Sumatera dan Sulawesi, sebagian besar Pulau Jawa serta sebagian Nusa
Tenggara dan Maluku.
Pada peristiwa iklim ekstrem kering, perhatian lebih perlu ditujukan terutama pada wilayah-
wilayah yang berpotensi besar mengalami bencana seperti kebakaran hutan, kegagalan
panen dan kekurangan air bersih. Selain itu, untuk antisipasi dampak lainnya yang
mungkin terjadi seperti masalah polusi udara, kesehatan dan keselamatan transportasi
akibat gangguan asap. Sementara pada wilayah yang mengalami kejadian iklim ektrem
basah diperlukan adanya langkah antisipasi dan mitigasi bencana hidrometeorologis seperti
banjir dan tanah longsor.
Gambar 7.8
Prediksi Peluang Kejadian Iklim Ekstrem Basah Tahun 2020-2025
Tahun 2020 Tahun 2021
Gambar 7.9
Peta Proyeksi Bahaya Iklim Gelombang di Perairan Indonesia Tahun 2045
Antisipasi juga diperlukan untuk mencegah bertambahnya angka jiwa terdampak bencana
dan kerugian ekonomi akibat tingginya ancaman bencana hidrometeorologis di Indonesia.
Tercatat sekitar 100 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah berpotensi banjir. Dalam
periode 2005-2018 kejadian banjir banyak terjadi di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Sulawesi
Selatan. Sementara itu, kejadian longsor sering terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatera Barat dan Papua dengan potensi jiwa terdampak mencapai 14 juta.
Sedangkan untuk kebakaran lahan dan hutan yang berdampak pada gangguan asap
terjadi di Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Temperatur permukaan laut diproyeksikan naik 1oC dan 2oC dibandingkan tahun 2000
dan 1961. Sementara itu, salinitas permukaan terus menurun dari 33,2 psu pada tahun
2000 menjadi 32,1 psu pada 2040. Kondisi lautan yang semakin panas dan asam memicu
timbulnya berbagai gangguan terhadap organisme laut, khususnya pemutihan terumbu
karang. Diperkirakan luas terumbu karang akan berkurang sebesar 70-90 persen hingga
tahun 2030-2045 bila terdapat kenaikan 1,5oC (IPCC, 2018).
Bahaya lain yang ditimbulkan oleh perubahan suhu dan curah hujan secara ekstrem
meliputi perubahan neraca air yang mempengaruhi analisis dalam memproyeksikan
bahaya banjir, ketersediaan air, dan kekeringan air; peningkatan bahaya penerbangan;
penurunan produksi pertanian; hingga meningkatkan perkembangbiakan vektor penyakit
DBD di wilayah perkotaan. Kondisi tersebut turut andil terhadap meningkatnya risiko
kejadian bencana di Indonesia.
-VII.19-
Saat ini, upaya peningkatan ketahanan bencana belum didukung anggaran yang memadai,
khususnya untuk pemulihan pascabencana. Berdasarkan pemantauan dan evaluasi
program 2017 terdapat 31 K/L yang terlibat pada penanggulangan bencana dengan total
anggaran Rp54,670 triliun. Anggaran ini sebagian besar digunakan untuk prabencana
sebesar Rp32,370 triliun, tanggap darurat sebesar Rp11,975 triliun, dan pascabencana hanya
sebesar Rp9,33 triliun. Selain di level nasional, kurangnya alokasi anggaran pemulihan ini
terjadi pula pada level pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
Dari sisi pembiayaan, dukungan inovasi pembiayaan terhadap risiko kebencanaan belum
banyak dikembangkan. Saat ini pemerintah sedang menyusun peraturan perundangan,
kerangka kelembagaan dan berbagai skema inovasi pembiayaan yang menyasar pada
kemampuan tata kelola risiko bencana (tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi).
Selain dari kontribusi APBN/APBD, pendanaan dapat berasal dari himpunan dana
swasta, badan internasional, BUMN dan masyarakat, yang akan dilaksanakan oleh badan
pengelolaan yang ditetapkan melalui regulasi. Pembentukan pooling fund dan produk
turunannya akan dirumuskan sebagai instrumen transfer risiko tepat sasaran yang
memperkuat pembiayaan dari APBN yang sudah berjalan.
Berdasarkan survei (BNPB, 2018), dari seluruh daerah yang telah menyusun dokumen
RPB, tercatat hanya 45 persen yang telah menggunakannya sebagai masukan RPJM
Daerah. Oleh karena itu, kajian perencanaan dan penanganan risiko bencana lintas
daerah administrasi juga perlu mendapat perhatian. Banyak kawasan risiko bencana yang
melintasi beberapa wilayah administrasi pemerintahan, seperti: daerah aliran sungai,
kawasan gunung api, area kebakaran hutan dan pesisir rawan tsunami.
Penurunan Emisi dan Intensitas Emisi GRK melalui Pembangunan Rendah Karbon
Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan penyebab utama terjadinya perubahan iklim yang
dapat mengancam kehidupan bangsa. Indonesia menjadi salah satu negara yang mendukung
berbagai upaya dalam rangka menanggulangi perubahan iklim. Pada tahun 2009, Pemerintah
Indonesia menyampaikan komitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar 26 persen
dengan usaha sendiri, dan mencapai 41 persen dengan dukungan internasional pada tahun
2020. Dalam pertemuan UNFCCC COP 21 tahun 2015 di Paris komitmen ini ditingkatkan
menjadi penurunan emisi GRK sebesar 29 persen dengan usaha sendiri, dan sebesar 41
persen dengan dukungan internasional di bawah baseline emisi GRK tahun 2030.
Article 3.4. UNFCCC. Dalam konteks ini, perubahan iklim tidak hanya menyangkut isu
lingkungan semata, namun juga terkait erat dengan pembangunan ekonomi dari setiap
negara sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Oleh karena itu, diperlukan transisi penanganan perubahan iklim dari semula hanya
fokus pada upaya penurunan emisi GRK menjadi penanganan yang lebih holistik
dengan tetap menjaga keberkelanjutan dan keselarasan antara pembangunan ekonomi,
sosial-budaya, dan perbaikan lingkungan hidup melalui platform pembangunan rendah
karbon.
Salah satu indikator utama yang digunakan dalam PRK adalah Intensitas Emisi.
Intensitas Emisi (IE) didefinisikan sebagai jumlah emisi Gas Rumah Kaca (CO2e) per
satuan output ekonomi (miliar rupiah PDB). Perilaku Intensitas Emisi dalam kurun
waktu tertentu dapat menggambarkan relasi kecepatan peningkatan emisi terhadap laju
pertumbuhan ekonomi.
Emisi GRK semakin meningkat pada kondisi baseline, sedangkan intensitas emisi
meskipun cenderung menurun namun belum mampu mendukung upaya penurunan
emisi secara keseluruhan. Untuk menuju pencapaian target penurunan emisi 29 persen
(skenario fair) maka emisi GRK harus dipertahankan di bawah 1,56 Gton CO2e per tahun
pada tahun 2024 (penurunan 27,3 persen dari baseline). Adapun intensitas emisi GRK
harus dipertahankan di bawah 333,7 ton CO2e/miliarRp pada tahun 2024 (penurunan
31,6 persen dari baseline) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 7.10.
Penurunan emisi GRK dan Intensitas Emisi akan sangat tergantung dari implementasi
kebijakan di sektor energi, lahan dan gambut, industri, limbah, pertanian, serta pesisir
dan kelautan (blue carbon). Untuk itu, kelima sektor tersebut perlu menjadi prioritas
Pembangunan Rendah Karbon dalam RPJMN 2020-2024.
Pada sektor energi, Indonesia masih bergantung kepada sumber energi yang tinggi emisi.
Pada tahun 2018, produksi pembangkit listrik Indonesia sebagian besar bersumber dari
bahan bakar fosil, hanya sebesar 17,1 persen berasal dari Energi Baru Terbarukan
(Kementerian ESDM, 2019). Apabila kita tinjau dari sisi ketahanan energi, Indonesia
perlu melakukan transisi sumber energi menuju energi baru terbarukan, terutama sejak
Indonesia menjadi net importir minyak di tahun 2014. Transisi yang dilakukan tidak
hanya dari sektor ketenagalistrikan tetapi juga dari sektor transportasi, industri, hingga
rumah tangga.
Pada sektor lahan dan gambut, pemerintah telah menerbitkan moratorium alih fungsi
hutan alam primer dan lahan gambut untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya
hutan secara berkelanjutan. Kebijakan tersebut diharapkan dapat menyelamatkan 66
-VII.21-
Gambar 7.10
Batasan Tingkat Emisi dan Intensitas Emisi yang diperbolehkan
Total Emisi
Total emisi (Gigaton CO2e/tahun)
4
Batas atas emisi
3.5
yang diperbolehkan
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
2000
2002
2006
2008
2010
2012
2016
2018
2020
2022
2026
2028
2030
2032
2036
2038
2040
2042
2046
2048
2050
2004
2014
2024
2034
2044
Fair Scenario
Intensitas Emisi
Intensitas emisi (ton CO2e/miliarRp)
1,000
Batas atas intensitas emisi
800 yang diperbolehkan
600
400
200
0
2016
2018
2020
2022
2026
2028
2030
2032
2036
2038
2040
2042
2046
2048
2050
2000
2002
2006
2008
2010
2012
2034
2044
2004
2014
2024
Fair Scenario
Sumber: Bappenas, 2019
juta ha hutan alam dan gambut dari ancaman kerusakan. Ancaman yang seringkali
terjadi berkaitan dengan lahan gambut adalah kebakaran, terutama jika bersamaan
dengan periode El Nino yang melanda Indonesia. Potensi emisi GRK yang dihasilkan pada
saat kebakaran gambut sangat besar. Sebagai gambaran, emisi GRK yang dilepaskan
pada saat terjadi kebakaran hutan dan gambut pada tahun 2015 adalah sebesar 1,54
Gton CO2e.
Pada sektor limbah industri dan sampah, pengelolaan limbah industri dan sampah yang
tepat diyakini berkontribusi terhadap penurunan emisi GRK sebesar 1,69 persen. Secara
jangka panjang, pengelolaan limbah industri dan sampah dapat memperbaiki kualitas air
dan udara yang dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan dan peningkatan
produktivitas sumber daya manusia.
Pada lingkup nasional, dukungan terhadap Pembangunan Rendah Karbon terus bergulir.
Tidak hanya pada lingkup pemerintah pusat, pemerintah daerah yang diwakili oleh
pemerintah provinsi menunjukkan komitmen dan dukungan yang kuat terhadap penerapan
pembangunan rendah karbon di daerah. Komitmen dan upaya tersebut ditunjukkan melalui
penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Kepala Bappenas dengan Pemerintah Provinsi tentang Perencanaan Pembangunan
Rendah Karbon (PPRK). Keterlibatan dan dukungan pemerintah daerah dalam pembangunan
rendah karbon perlu semakin ditingkatkan khususnya terkait penyusunan dokumen
Rencana Pembangunan Rendah Karbon Daerah (RPRKD) pada tingkat provinsi. RPRKD
akan menjadi dokumen rujukan bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan berbagai
aksi pembangunan rendah karbon yang terintegrasi dengan dokumen perencanaan daerah
lainnya.
Di sisi lain, keterlibatan aktor non-pemerintah seperti sektor swasta dan organisasi
kemasyarakatan masih perlu ditingkatkan. Informasi mengenai berbagai dampak dan
manfaat dari pembangunan rendah karbon yang belum tersampaikan secara merata kepada
berbagai pihak menjadi salah satu faktor yang menyebabkan dukungan dari sektor swasta
belum optimal. Komunikasi dan penjangkauan terhadap aktor non-pemerintah untuk
peningkatan kesadaran (awareness) perlu semakin digencarkan, sehingga diharapkan
keterlibatan aktor non-pemerintah terhadap agenda pembangunan rendah karbon dapat
semakin ditingkatkan.
Kondusivitas dan stabilitas politik nasional perlu menjadi perhatian mengingat risiko dan
potensi dukungan terhadap kebijakan rendah karbon dan tata kelola lingkungan hidup
secara keseluruhan bergantung kepada situasi politik. Perumusan kebijakan yang selaras
dengan prinsip keberlanjutan hanya dapat terwujud bila situasi politik berlangsung kondusif.
Inovasi usaha yang berprinsip ramah lingkungan juga perlu terus dikembangkan untuk
menurunkan dampak negatif pencemaran sekaligus meningkatkan kompetisi usaha
ramah lingkungan. Di samping itu, potensi dukungan dunia usaha melalui program CSR
pada bidang-bidang pembangunan rendah karbon perlu lebih dioptimalkan.
-VII.23-
Baseline Target
No Sasaran Indikator 2019a 2024
Indeks Kualitas Udara (IKU) 86,8 84,5
Peningkatan Indeks Kualitas Air (IKA) 47,0 55,5
Kualitas
1 Indeks Kualitas Air Laut (IKAL) N/A 60,5
Lingkungan
Hidup Indeks Kualitas Tutupan Lahan dan
60,6 65,5
Ekosistem Gambut (IKTL)
Jumlah lokasi pemantauan kualitas
1.048 1.141
lingkungan (lokasi)
Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang
memenuhi baku mutu lingkungan 1.705b 3.750
(perusahaan)
Baseline Target
No Sasaran Indikator 2019a 2024
Penanggulangan Jumlah sampah yang terkelola secara
67,45b 339,4c
Pencemaran nasional (juta ton)
dan Kerusakan Persentase penurunan sampah yang
1.2 Sumber Daya N/A 60
terbuang ke laut dari baseline (persen)
Alam dan
Lingkungan Jumlah limbah B3 yang terkelola (juta
367,3b 539,8c
Hidup ton)
Pemulihan Jumlah lahan terkontaminasi limbah B3
475.676b 1.200.000c
Pencemaran yang dipulihkan (ton)
dan Kerusakan
Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau
1.3 Sumber Daya 17 26
kecil rusak yang dipulihkan (lokasi)
Alam dan
Lingkungan Jumlah spesies TSL terancam punah yang
25 25
Hidup ditingkatkan populasinya (jenis)
Persentase pemegang izin yang taat
terhadap peraturan terkait pengelolaan 30 70
lingkungan hidup dan kehutanan (persen)
Penguatan
Kelembagaan Jumlah kasus pidana dan perdata
dan Penegakan lingkungan hidup dan kehutanan yang 193 540
Hukum di ditangani (kasus)
1.4
Bidang Sumber Jumlah luas hutan yang diamankan dari
Daya Alam dan 4.384.918 10.000.000c
gangguan dan ancaman (ha)
Lingkungan
Hidup Jumlah daerah yang memiliki
perencanaan pemanfaatan dan
N/A 34c
pengendalian sumber daya alam dan
lingkungan hidup (provinsi)
Persentase potensi kehilangan PDB akibat
N/A 0,10
dampak bencana (persen PDB)
Peningkatan Persentase penurunan potensi kehilangan
Ketahanan PDB sektor terdampak bahaya iklim N/A 1,15
2
Bencana dan (persen PDB)
Iklim Kecepatan penyampaian informasi
peringatan dini bencana kepada 5,0 3,0
masyarakat (menit)
Rasio investasi PRB terhadap APBN
0,04 1,36
(persen)
Penanggulangan
2.1 Persentase kelengkapan peralatan sistem
Bencana
peringatan dini untuk bencana tektonik 87 100
dan hidrometeorologi (persen)
Persentase penurunan potensi kehilangan
PDB akibat bahaya iklim di sektor N/A 0,732
kelautan dan pesisir (persen PDB)
Persentase penurunan potensi kehilangan
PDB akibat bahaya iklim di sektor air N/A 0,072
Peningkatan (persen PDB)
2.2
Ketahanan Iklim Persentase penurunan potensi kehilangan
PDB akibat bahaya iklim di sektor N/A 0,251
pertanian (persen PDB)
Persentase potensi penurunan kehilangan
PDB akibat bahaya iklim di sektor N/A 0,093
kesehatan (persen PDB)
-VII.25-
Baseline Target
No Sasaran Indikator 2019a 2024
Persentase penurunan emisi GRK
terhadap baseline pada sektor energi 10,3b 13,2
(persen)
Persentase penurunan emisi GRK
terhadap baseline pada sektor lahan 36,4b 58,3
(persen)
Persentase penurunan emisi GRK
Pembangunan
3 terhadap baseline pada sektor limbah 8,0b 9,4
Rendah Karbon
(persen)
Persentase penurunan emisi GRK
terhadap baseline pada sektor IPPU 0,6b 2,9
(persen)
Persentase penurunan emisi GRK
terhadap baseline pada sektor pesisir dan N/A 7,3
kelautan (persen)
Porsi energi baru terbarukan dalam
8,55b menuju 23
Pembangunan bauran energi nasional (persen)
3.1 Energi Intensitas Energi Primer (SBM/miliar Rp) 141,0 133,8
Berkelanjutan Penurunan Intensitas Energi Final (SBM/
0,9 0,8
miliar Rp)
Luas lahan gambut terdegradasi yang
330.000 ha
dipulihkan dan difasilitasi restorasi 122.833
per tahun
gambut (ha)
Pemulihan Lahan Luas tutupan hutan dan lahan yang 420.000 ha
3.2 206.000
Berkelanjutan ditingkatkan secara nasional (ha) per tahun
Persentase lahan baku baku sawah yang
ditetapkan sebagai Lahan Pertanian 50 100
Pangan Berkelanjutan/LP2B (persen)
Jumlah sampah yang terkelola secara
67,5b 339,4c
nasional (juta ton)
Jumlah rumah tangga yang terlayani TPA
N/A 3.885.755
Pengelolaan dengan standar sanitary landfill (KK)
3.3
Limbah Jumlah rumah tangga yang terlayani
N/A 409.078
TPS3R (RT)
Jumlah rumah tangga yang terlayani
N/A 494.152
TPST (RT)
Persentase perusahaan industri menengah
besar yang tersertifikasi Standar Industri N/A 10
Hijau/SIH (perusahaan)
Jumlah rancangan standar penurunan
3 20
Pengembangan GRK sektor industri (rancangan standar)
3.4
Industri Hijau Jumlah rancangan standar penanganan
masalah limbah B3 sektor industri dan
penerapan ekonomi sirkular dalam 3 20
pembangunan industri berkelanjutan
(rancangan standar)
Rendah Karbon Luas pemulihan ekosistem mangrove dan
3.5 1.000 50.000c
Pesisir dan Laut pantai (ha)
Keterangan:
a
baseline 2019 menggunakan capaian sementara sampai Triwulan III 2019 (kecuali dicantumkan keterangan lain);
b
baseline menggunakan capaian tahun 2018;
c
target kumulatif selama lima tahun (2020-2024)
-VII.26-
Strategi untuk mewujudkan Arah Kebijakan Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim
pada RPJMN 2020-2024 mencakup:
1. Penanggulangan Bencana, yang dilaksanakan dengan: (a) Penguatan Data, Informasi,
dan Literasi Bencana; (b) Penguatan Sistem, Regulasi dan Tata Kelola Bencana; (c)
Penguatan Rencana Pengurangan Risiko Bencana melalui Rencana Aksi Pengurangan
Risiko Bencana secara nasional dan daerah yang akan diintegrasikan dengan Rencana
Aksi Adaptasi Perubahan Iklim; (d) Peningkatan Sarana Prasarana Mitigasi dan
Penanggulangan Bencana; (e) Integrasi kerja sama antar daerah terkait kebijakan
dan penataan ruang berbasis risiko bencana dan implementasi penanggulangan
bencana; (f) Penguatan Penanganan Darurat Bencana; (g) Pelaksanaan rehabilitasi
dan rekonstruksi di daerah terdampak bencana; (h) Penguatan sistem mitigasi multi
ancaman bencana terpadu, terutama melalui penguatan INATEWS dan MHEWS; dan
(i) Penguatan kesiapsiagaan dalam penanganan bencana melalui social re-engineering
ketahanan bencana multilevel, terutama level keluarga, komunitas maupun desa; dan (j)
Peningkatan pengembangan dan inovasi skema alternatif pembiayaan penanggulangan
bencana.
2. Peningkatan Ketahanan Iklim, yang dilaksanakan dengan implementasi Rencana
Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) pada sektor-sektor prioritas, melalui:
(a) Perlindungan Kerentanan Pesisir dan Sektor Kelautan, baik berupa penguatan
infrastruktur adaptasi berbasis ekosistem, penyadartahuan masyarakat, pengembangan
teknologi, maupun diversifikasi mata pencaharian masyarakat pesisir; (b) Perlindungan
Ketahanan Air pada Wilayah Berisiko Iklim, melalui peningkatan penyediaan pasokan
air baku dan perlindungan terhadap daya rusak air; (c) Perlindungan Ketahanan
Pangan terhadap Perubahan Iklim; serta (d) Perlindungan Kesehatan Masyarakat dan
Lingkungan dari Dampak Perubahan Iklim.
Pembangunan Rendah Karbon dilakukan melalui upaya penurunan emisi dan intensitas
emisi pada bidang-bidang prioritas, yakni meliputi bidang energi, lahan, limbah, industri,
dan kelautan.
Strategi untuk mewujudkan Arah Kebijakan Pembangunan Rendah Karbon pada RPJMN
2020-2024 mencakup:
1. Pembangunan Energi Berkelanjutan, yang dilaksanakan melalui: (a) Pengelolaan
Energi Baru Terbarukan melalui pengembangan pembangkit energi terbarukan serta
meningkatkan pasokan bahan bakar nabati dari bahan baku rendah karbon; serta (b)
Efisiensi dan Konservasi Energi.
2. Pemulihan Lahan Berkelanjutan yang dilaksanakan melalui: (a) Restorasi dan
Pemulihan Lahan Gambut; (b) Rehabilitasi Hutan dan Lahan; (c) Pengurangan Laju
Deforestasi; serta (d) Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Pertanian menuju
Pertanian Berkelanjutan.
3. Pengelolaan Limbah yang dilaksanakan melalui: (a) Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga; dan (b) Pengelolaan Limbah Cair.
4. Pengembangan Industri Hijau yang dilaksanakan melalui: (a) Konservasi dan Audit
Penggunaan Energi pada Industri; (b) Penerapan Modifikasi Proses dan Teknologi; serta
(c) Manajemen Limbah Industri.
5. Rendah Karbon Pesisir dan Laut yang dilaksanakan melalui Inventarisasi dan
Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Kelautan.
-VIII.1-
BAB VIII
MEMPERKUAT STABILITAS
POLHUKHANKAM DAN
TRANSFORMASI PELAYANAN
PUBLIK
-VIII.2-
Pendahuluan
Dinamika ekonomi politik global juga terjadi dengan adanya perang dagang antara
AS dan Tiongkok. Selain itu, persaingan antarnegara juga terjadi pada pembangunan
infrastruktur kawasan Asia - Afrika, di mana Tiongkok mendorong kerja sama Belt and
Road Initiative (BRI), sementara Amerika Serikat menginisiasi pendanaan pembangunan
infrastruktur kawasan Asia - Afrika dengan investasi Better Utilization of Investments
Leading to Development (BUILD) Act.
Demokrasi prosedural terlihat dari nilai Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) aspek Kebebasan
Sipil (78,46), dan Lembaga Demokrasi (75,25) yang lebih tinggi dibandingkan aspek Hak-
Hak Politik (65,79).
Tantangan lain yang dihadapi adalah tidak meratanya kualitas pelaksanaan Reformasi
Birokrasi (RB). Capaian RB di tingkat Kabupaten/Kota masih rendah terlihat dari skor
indeks RB “B ke atas”, baru mencapai 11,22 persen sehingga perlu mendapat perhatian
khusus. Sementara itu, perilaku koruptif masih terjadi. Hal ini ditandai dengan masih
adanya Kepala Daerah yang terbukti melakukan tindak pidana korupsi.
Kelompok Kriminal Bersenjata yang mengancam kedaulatan negara, seperti yang ada di
Papua, merupakan isu yang menonjol di tingkat nasional. Selain itu, peredaran gelap dan
penyalahgunaan narkotika masih menjadi tantangan dalam mewujudkan keamanan.
Kualitas Reformasi
Demokrasi Prosedural Birokrasi Tidak Merata
Isu Strategis
Konsolidasi Demokrasi
Dalam mewujudkan konsolidasi demokrasi terdapat empat isu yang perlu diperhatikan.
Pertama, kualitas representasi seperti masalah dalam proses rekrutmen, kaderisasi, dan
kandidasi dalam partai politik yang dapat menciptakan jarak antara wakil dan konstituen.
Kedua, biaya politik tinggi merupakan masalah multidimensi yang harus diselesaikan
secara tepat. Masalah ini mengakibatkan maraknya praktik korupsi, rusaknya tata nilai
dalam masyarakat dan tata kelola pemerintahan.
Keempat, pengelolaan informasi dan komunikasi publik di pusat dan daerah belum
terintegrasi; akses dan konten informasi belum merata dan berkeadilan; kualitas SDM
bidang komunikasi dan informatika; peran lembaga pers dan penyiaran belum optimal;
rendahnya literasi masyarakat, akan menyebabkan turunnya partisipasi dan kepercayaan
masyarakat.
Dalam mewujudkan optimalisasi kebijakan luar negeri, terdapat empat aspek yang perlu
diperhatikan.
Gambar 8.1
Perbandingan Tren Mobilitas WNI ke Luar Negeri dengan Kasus WNI
di Luar Negeri
Tren Jumlah WNI ke LN
(ribu Jiwa)
10.600
7.000
6.600
18,45
Kedua, belum optimalnya penanganan pasar nontradisional yang sebagian besar negara
Selatan–Selatan. Untuk itu perlunya penguatan kerja sama pembangunan internasional
dengan mengoptimalkan kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) untuk
mendukung perdagangan dan investasi. Kelembagaan pelaksana pemberian bantuan
dan kerja sama pembangunan internasional diperkuat, adapun sumber-sumber dan
mekanisme pendanaan baru terus dikembangkan, misalnya skema kredit ekspor yang
disalurkan melalui lembaga penyedia pembiayaan ekspor.
Partisipasi aktor non pemerintah, terutama pihak swasta perlu ditingkatkan. Hal ini dalam
upaya memperkenalkan produk dan teknologi yang dikembangkan perusahaan swasta,
serta meningkatkan citra dan pengakuan produk nasional secara global.
Ketiga, perlunya sinergi diplomasi publik yang lebih mengaktualisasi kekayaan sosial
budaya, seperti: kuliner, kebhinekaan, dan toleransi, guna meningkatkan citra positif
Indonesia di pergaulan internasional. Selain itu, perlu ada kesepakatan tentang visi citra
Indonesia yang akan ditampilkan kepada publik internasional.
Keempat, perlunya penguatan kepemimpinan dan tata kelola dalam merespons perkembangan
dinamika global dengan pendekatan diplomasi total. Penataan peran dan fungsi K/L diperlukan
untuk mengefektifkan implementasi kebijakan luar negeri.
Upaya pembangunan hukum di Indonesia selama lima tahun terakhir terus dilakukan.
Namun indeks Rule of Law Indonesia selama kurun waktu lima tahun terakhir (2013-
2018) menunjukkan penurunan. Menurut indeks tersebut, dimensi pembangunan hukum
Indonesia masih cenderung lemah, khususnya sistem peradilan (pidana dan perdata),
penegakan peraturan perundang-undangan, dan maraknya praktik korupsi.
Gambar 8.2
Isu Strategis Pemantapan Sistem Hukum Nasional
Regulasi yang
Disharmoni
Inkonsisten
Tumpang Tindih
Lemahnya Penegakan Kontrak:
Multitafsir
Peringkat 146 dari 190 Negara
Sumber: World Bank 2019
Permasalahan pembangunan bidang hukum yang dihadapi saat ini, antara lain adalah
kondisi terlalu banyaknya peraturan perundang-undangan (hyper regulation), regulasi
yang tumpang tindih, inkonsisten, multitafsir, dan disharmoni yang berdampak pada
ketidakpastian hukum. Di sisi lain, pelaksanaan sistem peradilan, baik pidana maupun
perdata belum secara optimal memberikan kepastian hukum dan meningkatkan
kepercayaan masyarakat. Sistem peradilan pidana saat ini cenderung punitif yang tercermin
dari jumlah penghuni lembaga pemasyarakatan yang melebihi kapasitasnya (overcrowding)
hingga 103 persen.
Sementara itu, pada sistem peradilan perdata, pelaksanaan eksekusi perlu dibenahi. Salah
satunya karena Indonesia pada indikator penegakan kontrak masih berada pada peringkat
146 dari 190 negara. Praktik suap masih marak terjadi di berbagai sektor termasuk
penegakan hukum, meskipun upaya pencegahan dan penindakan sudah dilakukan.
Untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan negara, diperlukan ASN yang mampu
menjalankan peran sebagai pelaksana kebijakan dan penyelenggara pelayanan publik,
serta perekat dan pemersatu bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Masih ada beberapa permasalahan isu strategis selama 5 tahun ke depan. Pertama, terkait
dengan profesionalitas ASN, data Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) menunjukkan
bahwa dari 34 Kementerian, baru 6 Kementerian yang menerapkan sistem merit dengan
sangat baik. Selanjutnya, hirarki eselonisasi saat ini terdiri dari 5 level membuat proses
pengambilan keputusan tidak efisien, sehingga perlu penyederhanaan eselonisasi serta
perluasan jabatan fungsional dengan keahlian dan kompetensi yang semakin spesifik.
Dari sisi kompetensi, jumlah tenaga spesialis di lingkungan ASN masih kurang, serta
rendahnya kompetensi dan tingkat pendidikan ASN, terutama di luar Jawa. Dari sisi
distribusi, persebaran ASN dengan keahlian tertentu/fungsional belum berbasiskan sektor
unggulan kewilayahan. Selain itu, masih terdapat intervensi politik terutama dari Kepala
Daerah dalam pengelolaan kepegawaian. Dari sisi kesejahteraan, perlu terus diupayakan
perbaikan sistem kesejahteraan ASN dan pensiunan ASN. Dari aspek regulasi, perlu
percepatan penerbitan peraturan pelaksana UU No.5/2014 tentang ASN.
Kedua, dari aspek kelembagaan, masih terdapat tumpang tindih tugas dan fungsi
antarlembaga pemerintah pusat (Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(LPNK), Lembaga Non Struktural (LNS)). Tumpang tindih tersebut disebabkan oleh belum
adanya penataan tugas dan fungsi dari lembaga-lembaga tersebut. Fragmentasi tugas dan
fungsi tersebut mempersulit pola koordinasi antarlembaga sehingga tata kelola menjadi
tidak efektif. Salah satu upaya untuk mengatasi persoalan tumpang tindih tersebut adalah
dengan menerapkan arsitektur proses bisnis pemerintahan yang juga akan mendukung
penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan Satu Data Indonesia
(SDI) yang terintegrasi, baik dari sisi tata kelola, infrastruktur TIK, maupun layanan.
-VIII.9-
Ketiga, pada aspek pelayanan publik, data Ombudsman RI menunjukkan bahwa jumlah
pengaduan masyarakat meningkat signifikan dari 6.859 di tahun 2015 menjadi 8.314
pada tahun 2018, mayoritas pengaduan terkait penundaan berlarut dan penyimpangan
prosedur. Terkait pelayanan terpadu, perlu adanya pelimpahan/pendelegasian
kewenangan pelayanan kepada Mal Pelayanan Publik dan Unit Pelayanan Publik (UPP)
di desa, kelurahan, dan kecamatan. Persoalan lain adalah belum adanya integrasi proses
bisinis dan pemanfaatan data terpadu dalam penyediaan layanan. Selain itu, penerapan
inovasi pelayanan publik secara elektronik (e-service) masih belum terintegrasi antar
jenis layanan dengan tingkat kematangan (maturitas) yang beragam.
Keempat, dari sisi akuntabilitas, data Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun
2018 menunjukkan masih terdapat permasalahan sistem pengendalian internal dan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan praktik korupsi.
Untuk itu perlu percepatan keterpaduan sistem dan melanjutkan money follow program
sehingga perencanaan dan penganggaran lebih berorientasi pada hasil yang mendukung
pencapaian tujuan pembangunan. Oleh karena itu, perlu sistem manajemen kinerja
kelembagaan, sistem perencanaan dan penganggaran yang terpadu dan andal serta
implementasi sistem integritas.
Baseline Target
No Sasaran Indikator
2019 2024
Menguatnya Stabilitas Polhukhankam dan Terlaksananya Transformasi Pelayanan
Publik
1 Konsolidasi 72,39
1. Indeks Demokrasi Indonesia 78,37*
Demokrasi (2018)
2. Indeks Kerawanan Pemilu 49 39
3. Persentase kepuasan masyarakat
terhadap konten informasi publik
70 72
terkait Kebijakan dan Program
Prioritas Pemerintah (%)
4. Jumlah SDM Bidang Komunikasi
dan Informatika yang kompeten dan 37.000 50.000
profesional (Orang)
2 Optimalisasi 1. Indeks Pelayanan dan Perlindungan 92,46*
90*
Kebijakan WNI dan BHI di Luar Negeri (2018)
Luar Negeri 2. Jumlah program/kegiatan kerja sama
76 152
Selatan-Selatan dan Triangular
3. Jumlah pendanaan kegiatan kerja
sama pembangunan internasional 112 190
termasuk KSST (Rp Miliar)
4. Tingkat partisipasi aktor non
pemerintah dalam kegiatan kerja 2,23 2,96-3,16
sama pembangunan internasional (%)
5. Indeks Citra Indonesia di dunia
3,8 (2018) 4,0
Internasional
6. Jumlah forum yang dipimpin oleh
Indonesia pada tingkat regional dan 8 16
multilateral
3 Penegakan 0,61
1. Indeks Pembangunan Hukum 0,73*
Hukum (2018)
Nasional yang 13,15 dan
Mantap 2. Persentase judicial review yang 8,15 dan
12,05
dikabulkan (%) 7,05
(2018)
3. Peringkat EoDB Indonesia untuk
146 70
aspek penegakan kontrak
4. Peringkat EoDB Indonesia untuk
36 20
aspek penyelesaian kepailitan
-VIII.12-
Baseline Target
No Sasaran Indikator
2019 2024
5. Peringkat EoDB Indonesia untuk
44 20
aspek mendapatkan kredit
6. Persentase pelaku residivis (%) 9,06 6,56
7. Indeks Perilaku Anti Korupsi 3,70 4,14
8. Indeks Akses terhadap Keadilan (%) 69,6 71-80
4 Reformasi 1. Persentase Instansi Pemerintah
Birokrasi dan dengan Indeks RB ≥ Baik*
Tata Kelola 93,98
a. Kementerian/Lembaga (%) 85
(2018)
70,59
b. Provinsi (%) 85
(2018)
11,22
c. Kabupaten/Kota (%) 70
(2018)
2. Persentase Instansi Pemerintah
dengan Indeks Sistem Merit Kategori
≥ Baik
a. Kementerian (%) 32 (2018) 100
b. LPNK (%) 24 (2018) 100
c. Provinsi (%) 15 (2018) 85
0,58
d. Kabupaten/Kota (%) 30
(2018)
3. Instansi Pemerintah (IP) dengan
164 per
tingkat Kepatuhan Pelayanan Publik 90 per 277
623
Kategori Baik (IP)
4. Persentase Instansi Pemerintah
dengan Indeks Maturitas SPBE
kategori baik
43,3
a. Kementerian/Lembaga (%) 100
(2018)
32,4
b. Provinsi (%) 80
(2018)
6,1
c. Kabupaten/Kota (%) 50
(2018)
5. Persentase Instansi Pemerintah pusat
(K/L) yang mendapatkan Opini WTP
a. Kementerian/Lembaga (%) 94 (2018) 95
b. Provinsi (%) 94 (2018) 95
c. Kabupaten (%) 79 (2018) 85
90
d. Kota (%) 95
(2018)
-VIII.13-
Baseline Target
No Sasaran Indikator
2019 2024
6. Persentase Instansi Pemerintah
dengan Skor Sakip ≥ B:
92,77
1. Kementerian/Lembaga (%) 100
(2018)
94,12
2. Provinsi (%) 100
(2018)
46,85
3. Kabupaten/Kota (%) 80
(2018)
5 Menjaga 1. Global Fire Power Index 0,28 0,20
Stabilitas 2. Global Terrorism Index 5,07 4,24
Keamanan
Nasional 3. Proporsi orang yang merasa aman 53,32
>60
berjalan Sendirian (%) (2017)
4. Indeks Keamanan dan Ketertiban
N/A* 3,4
Nasional
38,24
5. Indeks Risiko Terorisme (Pelaku) 37,80
(2018)
54,46
6. Indeks Risiko Terorisme (target) 54,00
(2018)
7. Angka Pelanggaran Lintas Batas
332 <150
Negara
8. Angka Kejadian Konflik 60 35
16.000
9. Angka Korban Pengungsi Internal 14.000
(2018)
10. Terpenuhinya Minimum Essential
68,9 100
Force (MEF) (%)
11. Kontribusi Industri Pertahanan
41,9 ≥50
terhadap Pemenuhan Alutsista (%)
12. Angka Pelanggaran Hukum dan
300 202
Gangguan Keamanan di Laut
13. Angka Prevalensi Penyalahgunaan
1,8 1,69
Narkotika (%)
14. Tingkat Kriminalitas (Orang/100.000 113
111
Penduduk) (2018)
15. Pelayanan Publik Polri yang Prima
61 65
(%)
0,776
16. Skor Global Cyber Security Index 0,838
(2018)
Konsolidasi Demokrasi
Penguatan Kapasitas Lembaga Demokrasi melalui:
1. Penguatan peraturan perundangan bidang politik;
2. Pemantapan demokrasi internal parpol;
3. Penguatan transparansi dan akuntabilitas parpol;
4. Penguatan penyelenggara Pemilu.
Gambar 8.3
Arah Kebijakan dan Strategi Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
“Terwujudnya kepemerintahan
yang baik, bersih, dan berwibawa yang berdasarkan
hukum serta birokrasi yang profesional dan netral”
AKUNTABILITAS
PROSES BISNIS
PENGAWASAN
KINERJA DAN
ORGANISASI
NEGARA
Pencapaian sasaran pokok ke depan dilaksanakan melalui arah kebijakan dan strategi
sebagai berikut:
1. Penguatan implementasi manajemen ASN, melalui: penerapan manajemen talenta
nasional ASN, peningkatan sistem merit ASN, penyederhanaan eselonisasi, serta
penataan jabatan fungsional;
2. Penataan kelembagaan dan proses bisnis, melalui: penataan kelembagaan instansi
pemerintah dan penerapan SPBE terintegrasi;
3. Reformasi sistem akuntabilitas kinerja, melalui: perluasan implementasi sistem
integritas, penguatan pengelolaan reformasi birokrasi dan akuntabilitas kinerja
organisasi, serta reformasi sistem perencanaan dan penganggaran;
4. Transformasi pelayanan publik, melalui: pelayanan publik berbasis elektronik
(e-service), penguatan pengawasan masyarakat atas kinerja pelayanan publik,
penguatan ekosistem inovasi, dan penguatan pelayanan terpadu.
-VIII.17-
BAB IX
KAIDAH PELAKSANAAN
-IX.2-
Pendahuluan
RPJMN 2020-2024 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden dan Wakil
Presiden periode 2019-2024, yang sejalan dengan perencanaan pembangunan jangka
panjang di Indonesia. Dokumen ini merupakan pedoman bagi Kementerian/Lembaga
dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) dan pedoman
bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD). Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, serta masyarakat dan dunia
usaha dalam melaksanakan program-program RPJMN perlu memperhatikan kaidah-
kaidah pelaksanaan RPJMN.
Gambar 9.1
Kerangka Pelaksanaan RPJMN 2020-2024
Program Pembangunan
Kerangka Regulasi
Regulasi dan kelembagaan menjadi salah satu penghambat utama (the most binding
constraint) pertumbuhan ekonomi di Indonesia (hasil penelitian Growth Diagnostic, A New
Approach to National Development Strategies: Identifying The Binding Constraint to Growth
in Indonesia, Bappenas, 2018). Untuk itu, kerangka regulasi yang disusun secara tepat,
sederhana, fleksibel, dan membuka inovasi yang konstruktif diyakini akan membantu
memfasilitasi, mendorong, dan mengatur perilaku masyarakat serta penyelenggara Negara
dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Peningkatan kualitas dan kuantitas regulasi harus dilakukan dengan tatakelola yang tidak
saja memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dalam pembentukan regulasi, namun
juga mampu menghasilkan regulasi yang sederhana, mudah dipahami, dan tertib, serta
memberikan manfaat konkrit dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
Untuk memastikan dukungan kualitas dan kuantitas regulasi, harus diperhatikan prinsip-
prinsip sebagaimana tercantum pada Gambar 9.2.
Gambar 9.2
Prinsip – Prinsip Kerangka Regulasi yang Menjadi Koridor Penyusunan
Kebutuhan regulasi
dalam RPJMN yang
Memfasilitasi dan Mempertimbang- Memperhatikan Pelibatan
mendukung
mengatur perilaku kan aspek biaya asas-asas pemangku
kebijakan kepentingan
masyarakat dan dan manfaat Cost pembentukan
pembangunan
aparatur and Benefit Analysis regulasi
nasional dan
(CBA)
Visi-Misi Presiden
Pola pikir yang selama ini dilakukan dan dipahami oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah dengan membuat regulasi sebanyak-banyaknya, harus diubah dengan terlebih
dahulu mempelajari kebijakan prioritas, menganalisis dampak regulasi (Regulatory Impact
Analysis), didukung oleh teknologi informasi sehingga akan menghasilkan regulasi dan/
atau kebijakan berdasarkan data-data yang akurat (evidence based) pada lima tahun ke
depan (2020-2024).
Pendekatan tersebut akan mengurangi jumlah regulasi yang tidak perlu dan menghemat
biaya pembentukan peraturan perundangan sehingga terlihat jelas kontribusi kerangka
regulasi untuk mendukung Visi-Misi Presiden dan Wakil Presiden 2020-2024, sebagaimana
pada Gambar 9.3.
Gambar 9.3
Peran Regulasi Dalam Pembangunan
Sebagai salah satu strategi penataan regulasi, pendekatan Omnibus Law dapat diterapkan
yaitu dengan opsi penyederhanaan atau pencabutan, perevisian atau penggabungan
beberapa regulasi (Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden
(Perpres), Peraturan Menteri (Permen), dan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi serta
Kabupaten/Kota) yang substansinya hampir sama satu dengan lainnya, tumpang tindih
dan konflik.
Pendekatan Omnibus Law dalam praktiknya telah dilakukan melalui simplifikasi regulasi
dan deregulasi paket kebijakan ekonomi. Contoh konkrit, revisi UU Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum telah mencabut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
tentang Penyelenggaraan Pemilu, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pemilu Anggota
DPR, DPD, dan DPRD, serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh pada Pasal 57,dan 60 Ayat (1),(2), dan Ayat (4). Contoh lain, PP Nomor 17 Tahun
2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
yang telah mencabut beberapa pasal pada PP Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional dan beberapa pasal pada PP Nomor 90
Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara dan
Lembaga yang konflik dan menghambat pencapaian target pembangunan nasional.
Inti pendekatan omnibus law adalah evaluasi, pengkajian, penelitian terkait regulasi dan
pilihan kebijakan untuk memastikan regulasi yang tepat, fleksibel, namun akuntabel.
Sesuai dengan arahan Presiden dalam rangka mendukung kemudahan berusaha dan
investasi serta penyederhanaan regulasi, Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
yang membuat 1 (satu) regulasi baru harus mencabut paling sedikit 2 (dua) regulasi yang
masih berlaku dan substansinya mengatur hal yang sama.
Pendekatan Omnibus Law dapat diterapkan salah satunya dalam rangka pemberdayaan
UMKM dan Cipta Lapangan Kerja dimana identifikasi awal menunjukkan terdapat 177
UU terkait Cipta Lapangan Kerja dimana terdapat 11 klaster atau pembidangan terkait
yang berpotensi dilakukan pendekatan Omnibus Law yaitu: 1) Perizinan Berusaha; 2)
Persyaratan Investasi; 3) Ketenagakerjaan; 4) Kemudahan dan Perlindungan UMKM; 5)
Kemudahan Berusaha; 6) Dukungan Riset dan Inovasi; 7) Administrasi Pemerintahan;
8) Pengenaan Sanksi; 9) Pengadaan Lahan; 10) Kemudahan Proyek Pemerintah; dan 11)
Kawasan Ekonomi.
-IX.5-
Gambar 9.4
Pendekatan Omnibus Law
Gambar 9.5
Alur Pikir Sinergi Kebijakan dan Regulasi
Kebijakan Regulasi
Penelitian Pembahasan
(analisis biaya dan manfaat/CBA)
RUU
Alternatif Kebijakan
Naskah Akademik
Alur perumusan kebijakan dan/atau perumusan regulasi didorong melalui suatu evaluasi berdasarkan suatu hambatan/dinamika pembangunan
PENGKAJIAN: meliputi kegiatan (1) menemukali permasalahan mendasar; (2) penetapan tujuan/sasaran; dan (3) Identifikasi regulasi yang sudah
ada dan/atau terkait
PENELITIAN: meliputi kegiatan analisis mendalam terhadap hasil pengkajian termasuk analisis biaya dan manfaat (CBA) dan/atau analisis terhadap
regulasi yang ada.
3a. Hasil penelitian bisa merekomendasikan revisi/pembentukan/pencabutan pada tingkat UU
3b. Hasil penelitian tidak selalu merekomendasikan revisi/pembentukan/pencabutan UU namun bisa juga pada tingkat peraturan pelaksanaan
3c. Non-regulatory policy (kebijakan diluar peraturan): apabila hasil analisis merekomendasikan tindakan yang tidak bersifat pengaturan, misalnya
ketersediaan anggaran pelaksanaan dari regulasi, dan SDM pelaksana.
-IX.6-
Pendekatan Omnibus Law harus dipahami sebagai upaya menyeluruh dan terpadu dalam
rangka penataan dan peningkatan kualitas regulasi sebagaimana tergambarkan pada
Gambar 9.4.
Dari alur pikir di atas, efektifitas atau hambatan suatu regulasi dapat dideteksi sejak dini.
Untuk memastikan kualitas regulasi yang baik beberapa batu uji diperlukan sebagai
berikut: 1) aspek legalitas, 2) aspek kebutuhan dan 3) aspek kemanfaatan, sebagaimana
tercantum pada Gambar 9.6.
Gambar 9.6
Batu Uji Pengusulan Kerangka Regulasi (KR)
1. Apakah regulasi merupakan 1. Apakah regulasi mendesak untuk 1. Apakah regulasi akan membebani
amanat regulasi di atasnya ditetapkan? APBN dan/atau APBD?
dan/atau regulasi lain? 2. Apakah regulasi memberikan 2. Apakah regulasi akan memberikan
2. Apakah regulasi bertentangan menfaat bagi masyarakat? manfaat yang lebih besar daripada
dengan regulasi yang lain? 3. Apakah regulasi memberikan biaya yang akan dikeluarkan?
3. Apakah regulasi menimbulkan kemudahan bagi masyarakat?
disharmoni dan inkonsisten 4. Apakah regulasi berpotensi
dengan regulasi yang lain? menghambat pencapaian
4. Apakah regulasi menimbulkan sasaran dan target pembangunan
multitafsir (menimbulkan nasional?
pemahaman berbeda)?
Kerangka Regulasi
Agenda Pembangunan
UU PP Perpres
Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang
4 8 4
Berkualitas
Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan 8 9 18
Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan
10 20 24
Berdaya Saing
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung
1 3 3
Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar
-IX.7-
TOTAL REKAPITULASI KR 37 49 53
a. Undang-Undang (UU)
1) Revisi UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua
2) Revisi UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
3) Revisi UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
4) RUU tentang Ibu Kota Negara
5) Revisi UU Nomor 29 Tahun 2007 Tentang Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta Sebagai
Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia
6) Revisi UU Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Kalimantan
7) RUU tentang Perkotaan
8) Revisi UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah
-IX.8-
a. Undang-Undang (UU)
1) Revisi UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
2) Revisi UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
3) RUU tentang Pengasuhan Anak
-IX.9-
a. Undang-Undang (UU)
1) Revisi Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Kewenangan Daerah
a. Undang-Undang (UU)
1) Revisi UU Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan
Hutan
-IX.11-
a. Undang-Undang (UU)
1) Revisi UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Terhadap UU Nomor 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik
2) Revisi UU Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI
3) Revisi UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
4) Revisi UU Nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri
5) RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional
6) Revisi UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
7) Revisi UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
8) Revisi UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang
9) RUU Jaminan Benda Bergerak
10) RUU Hukum Acara Perdata dalam HIR, Rbg dan RV
11) RUU Badan Usaha
12) Revisi UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
13) RUU Kitab UU Hukum Pidana
Kerangka Kelembagaan
Kerangka Kelembagaan (KK) berperan untuk mendorong efektivitas pelaksanaan
pembangunan dengan dukungan kelembagaan yang tepat ukuran, tepat fungsi dan tepat
proses. Dalam konteks Mekanisme Penghantaran (delivery mechanism), kelembagaan
difokuskan pada penataan organisasi pemerintah beserta aturan main di dalamnya,
baik yang bersifat inter maupun antar organisasi, yang berfungsi untuk melaksanakan
program-program pembangunan. Adapun fokus kebijakan kerangka kelembagaan dalam
RPJMN 2020-2024 ditujukan pada organisasi pemerintah yang mencakup rumusan tugas,
fungsi, kewenangan, peran, dan struktur, sebagaimana telah digambarkan pada Kerangka
Pelaksanaan RPJMN 2020 – 2024 (Gambar 9.1).
Kelembagaan yang tepat fungsi, tepat ukuran dan tepat proses diharapkan akan mendorong
efektivitas kelembagaan yang sejalan dengan arah pembangunan. Dengan menekankan
nilai ‘Struktur Mengikuti Strategi’ (structure follow strategy), maka pembentukan organisasi
pemerintah didasarkan pada strategi untuk pencapaian tujuan pembangunan. Adapun
organisasi pemerintah sesuai dengan peraturan perundangan mencakup: (a) Lembaga
Negara; (b) Kementerian; (c) Lembaga Pemerintah Non Kementerian; (d) Lembaga Non
Struktural; (e) Pemerintah Daerah beserta Organisasi Perangkat Daerah; dan (f) Lembaga
koordinasi lain seperti Badan Koordinasi, Komite Nasional, Tim Nasional dan lain-lain.
Dalam kurun waktu pelaksanaan RPJMN 2015-2019 total terdapat 313 Lembaga Non
Struktural (LNS) yang dibentuk berdasarkan mandat dari peraturan perundangan, dengan
detail sebagaimana Tabel 9.2. Selain itu, hasil penataan kelembagaan terhadap LNS
menghasilkan sebanyak 13 LNS telah dihapuskan, sebagaimana Gambar 9.7.
Peraturan
2015 2016 2017
Perundangan
Peraturan Presiden/
31 29 20
Keputusan Presiden
Gambar 9.8
Prinsip Kerangka Kelembagaan
Memperhatikan
Dilakukan dengan
Memperhatikan asas pembagian
transparan,
manfaat kewenangan/urusan
partisipatif, dan
antara pemerintah
akuntabel
pusat dan daerah
Mengedepankan
kerjasama multi
pihak yang
kolaboratif
3
PEMBANGUNAN MANUSIA (2 KK)
11
2
Kerangka Pendanaan
Dalam upaya mengoptimalkan dan mensinergikan pemanfaatan sumber-sumber
pendanaan pembangunan diperlukan adanya kerangka pendanaan yang mencakup sumber
pendanaan, arah pemanfaatan, dan prinsip pelaksanaan pendanaan pembangunan.
e) Pinjaman Dalam Negeri (PDN), adalah setiap pinjaman oleh pemerintah yang diperoleh dari
pemberi pinjaman dalam negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu,
sesuai dengan masa berlakunya. Pinjaman dalam negeri utamanya digunakan untuk
pengembangan industri dalam negeri dan mendukung pencapaian sasaran pembangunan
nasional;
f) Surat Berharga Negara (SBN), merupakan surat berharga berupa pengakuan utang
dalam mata uang Rupiah atau valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan
pokoknya oleh Negara. Penerbitan SBN digunakan untuk membiayai kegiatan
operasional dan investasi pemerintah
g) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), ialah surat berharga negara yang diterbitkan
dalam mata uang rupiah maupun valuta asing, yang memiliki ciri khas menggunakan
prinsip syariah dan memerlukan aset yang dijadikan sebagai jaminan (underlying).
SBSN Sukuk Berbasis Proyek (Project Based Sukuk) (SBSN-PBS) pemanfaatannya lebih
diutamakan untuk pembangunan infrastrukur dan penyediaan sarana pelayanan umum.
Sumber Pendanaan non-Pemerintah atau swasta dapat diperoleh dari: Badan Usaha
(Swasta dan BUMN/D) dan masyarakat.
I. Pengelolaan Belanja
Pendanaan dari berbagai sumber tersebut dikelola dengan fokus pada: (a) Pengelolaan
Belanja Pusat dan (b) Pengelolaan Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
Langkah pemerintah untuk meningkatkan kualitas alokasi pada prioritas harus diawali
dengan peningkatan kualitas program/kegiatan dan proyek prioritas yang direncanakan
untuk mencapai sasaran pembangunan. Rencana pembangunan tersebut harus fokus
serta jelas sasaran yang hendak dituju serta penanggung jawabnya.
Peningkatan kualitas alokasi pada prioritas juga harus disertai dengan mekanisme
pengendalian yang baik sehingga rencana pembangunan yang direncanakan dapat
dipastikan ketepatan pelaksanaannya. Untuk itu pemerintah akan mengendalikan
rencana pembangunan hingga tingkat proyek prioritas dimana lokasi dan penanggung
jawab kegiatannya jelas terukur. Penyempurnaan proyek prioritas juga terus
diupayakan baik pada kriteria pemilihan maupun didalam mekanisme pengendalian
pelaksanaannya.
Di dalam RPJMN 2020-2024 disusun Proyek Prioritas Strategis (Major Project) yang
dirinci hingga target, lokasi dan instansi pelaksana yang jelas. Major Project ini
menjadi acuan penekanan kebijakan dan pendanaan dalam RPJMN, RKP dan APBN
tahunannya. Pendanaan Major Project mensinergikan berbagai sumber pendanaan
-IX.19-
Gambar 9.9
Arah Pengelolaan Belanja Pemerintah
DANA TRANSFER
BELANJA PUSAT
KE DAERAH DAN
DANA DESA
• Pemerataan SPM
• Kualitas Alokasi • Peningkatan Transparansi dan
Akuntabilitas
• Perkuatan Pengendalian • Peningkatan kualitas Pemanfaatan
• Sinergi Pendanaan TKDD
• Peningkatan Kinerja Belanja
Daerah dari TKDD
meliputi Belanja Pusat baik Belanja K/L maupun Non-K/L (antara lain subsidi/PSO
dan hibah), Transfer ke Daerah dan Dana Desa, Pemerintah Daerah, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), maupun Masyarakat/Badan Usaha.
Integrasi dan sinergi antar sumber pendanaan ini dilakukan sejak dari penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah hingga RAPBN tiap tahunnya. Hal ini didukung oleh berbagai
agenda koordinasi lintas K/L, lintas instansi, dan antar tingkatan pemerintahan
dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah. Perkuatan sinergi pusat dan daerah
juga dilakukan melalui pengembangan dan perluasan mekananisme hibah ke Daerah
melalui transfer berbasis kinerja (output based transfer). Hal ini juga sangat terkait
dengan pengendalian program untuk menjamin pencapaian prioritas nasional di
daerah.
Upaya untuk meningkatkan kualitas alokasi pada prioritas juga dilakukan melalui
peningkatan efektivitas dan efisiensi program yang dilakukan secara berkesinambungan.
Untuk itu dilakukan tinjau ulang (review) secara berkala terhadap program
pembangunan. Tinjau ulang dilakukan dengan mengacu hasil evaluasi terhadap kinerja
pembangunan dan kinerja anggaran. Hasil dari tinjau ulang ini kemudian digunakan
sebagai salah satu pertimbangan dalam pengalokasian perencanaan pembangunan
serta sebagai bagian dari perbaikan mekanisme pendanaan dan pelaksanaan program
(delivery mechanism).
Arah Kebijakan Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa adalah sebagai berikut:
1. Mendukung pelaksanaan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
UU Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pemerintah Aceh, UU Nomor 21 Tahun 2001
tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, UU Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa
secara penuh, konsisten, nyata dan bertanggung jawab;
2. Mendorong pemenuhan standar pelayanan minimum (SPM) secara bertahap
terutama pelayanan dasar yang menjadi kewajiban pemerintah daerah dengan
memperhitungkan kapasitas fiskal daerah dan kemampuan keuangan negara, serta
tindakan afirmatif kepada daerah-daerah tertinggal, terluar dan terdepan, kawasan
perbatasan, pulau-pulau kecil terluar dan daerah berciri kepulauan;
3. Mendukung pemerintah daerah mencapai tujuan dan sasaran prioritas nasional
seperti peningkatan kemandirian dan keberdayaan masyarakat desa, pertumbuhan
ekonomi, perluasan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, pengurangan
kesenjangan, peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pengurangan
angka stunting, penyediaan air bersih dan sanitasi, peningkatan mutu sumber daya
manusia siap kerja, pengurangan emisi karbon, pengelolaan kawasan hutan dan
daerah konservasi, dan pengurangan risiko bencana; kawasan ekonomi strategis;
serta pencapaian tujuan pembangunan global (SDGs);
4. Meningkatkan keterpaduan pemanfaatan Dana TKDD dengan belanja kementerian/
lembaga (K/L) dan sumber dana lainnya secara lebih efisien, efektif dengan prinsip
nilai ekonomi (value for money);
5. Meningkatkan kualitas tata kelola Dana TKDD mulai dari perencanaan,
pengalokasian, pelaksanaan hingga mengembangkan sistem pengendalian dan
evaluasi berbasis sistem informasi.
Arah Kebijakan Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai berikut: (1) Menyempurnakan
formulasi alokasi DAU dengan memperhitungkan perubahan bobot Alokasi Dasar
(gaji PNSD), serta kebutuhan pemenuhan standar pelayanan minimum dan kapasitas
fiskal; (2) mempertahankan afirmasi kepada daerah kepulauan dengan tetap
-IX.21-
memberikan bobot luas wilayah laut dalam variabel luas wilayah menjadi 100 persen;
(3) mempertimbangkan afirmasi kepada daerah konservasi dengan memperhitungkan
kemampuan daerah dalam mempertahankan luas hutan tanaman nasional; (4)
menyempurnakan formula alokasi DAU agar terjadi pemerataan antardaerah dan
keseimbangan alokasi provinsi dan kabupaten/kota melalui perbaikan indeks
pemerataan kemampuan fiskal antardaerah; serta (5) mengarahkan minimal 25 persen
dari DTU (DAU dan DBH) untuk belanja infrastruktur daerah.
penguatan dan pemberdayaan rakyat Aceh berlandaskan budaya dan syariat Islam
yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan; penguatan tata kelola pemerintahan
yang partisipatif, transparan, akuntabel dan adil; pelayanan publik dan
pengembangan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemajuan
daerah; dan peningkatan kapasitas aparatur dan pengembangan manajemen
berbasis kinerja; serta (2) memperkuat koordinasi, kerjasama dan kemitraan antara
Pemerintah Provinsi Aceh dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dan K/L dalam
perencanaan, pengalokasian, penganggaran, penyaluran, pelaporan, pemantauan,
pengendalian dan evaluasi pemanfaatan dana;
2. Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat untuk: (1) penguatan dan pemberdayaan
Orang Asli Papua berlandaskan budaya dan adat yang mengutamakan nilai-nilai
kemanusiaan; pengembangan wilayah adat dalam mendukung perekonomian wilayah;
penguatan tata kelola pemerintahan yang partisipatif, transparan, akuntabel, dan adil;
pelayanan publik dan pengembangan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan kemajuan daerah; dan peningkatan kapasitas aparatur dan pengembangan
manajemen berbasis kinerja; (2) memperkuat koordinasi, kerjasama dan kemitraan
antara Pemerintah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dengan Pemerintah
Kabupaten/Kota dan K/L dalam perencanaan, pengalokasian, penganggaran,
penyaluran, pelaporan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi pemanfaatan dana;
serta (3) mempertajam sinkronisasi dan integrasi pemanfaatan Dana Otonomi Khusus
dengan kegiatan yang didukung oleh sumber pendanaan lainnya, termasuk dunia
usaha dan mitra pembangunan.
3. Dana Keistimewaan DI Yogyakarta untuk: (1) meningkatkan pemanfaatan dana untuk
penguatan dan pemberdayaan rakyat berlandaskan budaya dan adat; penguatan
tata kelola pemerintahan yang partisipatif, transparan, akuntabel, dan adil dengan
mengutamakan pelayanan prima; penguatan ketahanan sosial dan budaya dan
pengembangan ekonomi rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan
kemajuan daerah; dan peningkatan kapasitas aparatur dan pengembangan manajemen
berbasis kinerja; serta (2) memperkuat koordinasi, kerjasama dan kemitraan antara
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Pemerintah Kabupaten/Kota
dan K/L dalam perencanaan, pengalokasian, penganggaran, penyaluran, pelaporan,
pemantauan, pengendalian dan evaluasi pemanfaatan dana.
Pemanfaatan KPBU untuk pembangunan nasional akan terus diperluas dan dikembangkan
untuk sektor sosial antara lain pendidikan, kesehatan, dan lain- lain. Pengembangan
pemanfaatan KPBU di sektor sosial disertai dengan penyempurnaan terhadap peraturan
perundangan yang berlaku. Sedangkan pemanfaatan CSR diarahkan pada peningkatan
keselarasan kegiatannya dengan program pemerintah dalam mendukung pembangunan
nasional.
Dari sisi mekanisme penyaluran (delivery mechanism), Pemerintah juga terus mengembangkan
dan mengimplementasikan proses pengadaan Pemerintah yang memasukkan kriteria
keberlanjutan dengan pendekatan yang lebih sistematis dan konsisten didasarkan pada
praktik yang baik (best practice).
-IX.25-
Selain efisiensi investasi publik, Pemerintah juga akan menetapkan syarat dan kondisi
serta kerangka kerja dimana investasi swasta diharapkan berperan lebih besar, bahkan
melebihi pembiayaan Pemerintah seperti misalnya di sektor energi. Untuk itu, dukungan
dan kerjasama internasional dalam hal akses keuangan, akses ke teknologi bersih,
peningkatan kapasitas dan tatakelola akan tetap diperlukan.
1. Fokus Meningkatkan Kualitas Alokasi pada Prioritas melalui Proyek Prioritas dan
Integrasi Pendanaan, dilakukan dengan beberapa langkah yaitu
a. Mengutamakan alokasi pada prioritas: Mengalokasikan sumber dana yang terbatas
dengan mendahulukan kegiatan atau proyek yang menjadi prioritas nasional
khususnya Proyek Prioritas Strategis (Major Project). Pendanaan pembangunan
harus diarahkan berdasarkan pada strategi pembangunan nasional dimana
fokus alokasi anggaran adalah pendanaan prioritas pembangunan terutama pada
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang menjadi kewajiban pemerintah
untuk masyarakat.
b. Memperkuat sinergi dan integrasi pendanaan pembangunan dengan mensinergikan
dan mengintegrasikan pemanfaatan belanja K/L dan Non K/L (antara lain Subsidi,
Dana Transfer Khusus, dan Dana Desa) serta sumber pendanaan lainnya, baik
pusat, daerah maupun swasta untuk mendukung pembiayaan prioritas nasional.
dari pinjaman luar negeri dapat dioptimalkan melalui pemanfaatan pinjaman dari
lembaga pembiayaan pembangunan dan pemanfaatan skema pendanaan kerjasama
pembangunan, serta fasilitas pembiayaan luar negeri lainnya dengan persyaratan yang
menguntungkan. Dalam pemanfaatan pinjaman luar negeri terdapat beberapa hal
yang menjadi pertimbangan di antaranya: tingkat bunga, penyediaan barang dengan
syarat dan ikatan (tied dan untied), serta keunggulan komparatif mitra pembangunan.
Gambar 9.10
Kaidah Pelaksanaan Pendanaan
Fokus Meningkatkan
01
Kualitas Alokasi pada
Prioritas melalui Proyek
Prioritas dan Integrasi
Pendanaan
02
Identifikasi Proyek yang
Dapat Dilakukan Pusat,
Daerah, BUMN, dan
Masyarakat
Menyesuaikan Modalitas
03
Pendanaan dengan Sasaran
Pembangunan serta
Memastikan Kesiapan
Pelaksanaan Proyek
04
Optimalisasi dan
Perluasan
Pemanfaatan Sumber
Pendanaan
05
Inovasi Pendanaan
Pembangunan
-IX.28-
Secara garis besar kerangka evaluasi dan pengendalian pembangunan nasional (termasuk
aspek pemantauan yang melihat progres pelaksanaan program/kegiatan per triwulan)
dapat digambarkan pada Gambar 9.11 berikut. Evaluasi mencakup: (1) evaluasi atas proses
penyusunan dokumen (ex-ante) dan pelaksanaan RPJMN (on-going dan ex-post); serta (2)
evaluasi atas proses penyusunan dokumen (ex-ante) dan pelaksanaan RKP (on-going dan ex-
post). Sementara itu, pengendalian mencakup tindakan korektif atas pelaksanaan program
dan kegiatan yang dilakukan berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi. Pelaksanaan
evaluasi dan pengendalian dalam 5 (lima) tahun ke depan difokuskan untuk menilai kinerja
pelaksanaan 7 (tujuh) agenda pembangunan dan 5 (lima) arahan Presiden melalui Sistem
Informasi Terpadu Evaluasi dan Pengendalian (SITEP) yang pelaksanaannya diharapkan
efektif pada pertengahan periode pelaksanaan RPJMN 2020-2024. Penjelasan lebih rinci
mengenai evaluasi dan pengendalian pada bagian berikut.
Gambar 9.11
Kerangka Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Nasional
Pemantauan Evaluasi
PENGENDALIAN
Tindakan korektif atas pelaksanaan program prioritas dan kegiatan prioritas
berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi
-IX.29-
A. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dalam rangka menilai pencapaian tujuan kebijakan, program, ataupun
kegiatan dan menganalisis permasalahan yang terjadi dalam proses implementasi sehingga
dapat menjadi umpan balik bagi perbaikan kinerja pembangunan. Hasil evaluasi seharusnya
dapat menyediakan data dan informasi tentang efisiensi, efektivitas, kebutuhan, manfaat
dan dampak program atau kegiatan sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai
masukan dalam perencanaan dan penganggaran pada periode selanjutnya. Untuk itu perlu
disusun kerangka evaluasi untuk memastikan bahwa evaluasi berjalan dengan baik dan
hasil evaluasi bermanfaat bagi proses pengambilan kebijakan dan proses penyusunan
perencanaan dan penganggaran pada periode berikutnya.
1. Tujuan Pelaksanaan Evaluasi, antara lain: (a) mengetahui hasil capaian kinerja
pembangunan, identifikasi permasalahan dan tindak lanjut yang direkomendasikan
sebagai bahan untuk perumusan dan perbaikan kebijakan/program/kegiatan; dan (b)
membantu penentuan penyusunan sasaran dan target kinerja pembangunan secara
tepat.
2. Waktu Pelaksanaan Evaluasi
Evaluasi RPJMN 2020-2024 dilakukan minimal dua kali (Gambar 9.12), yaitu :
a. Evaluasi paruh waktu RPJMN dilakukan pada tahun ketiga pelaksanaan RPJMN
2020-2024, yang hasilnya digunakan sebagai bahan masukan dalam penyusunan
RKP dan bahan untuk melakukan revisi RPJMN 2020-2024 jika diperlukan.
Pada setiap tahun dilakukan evaluasi RKP yang merupakan bagian tahapan dari
pelaksanaan RPJMN. Evaluasi RKP ini menjadi bahan masukan untuk perencanaan
RKP tahun berikutnya;
b. Evaluasi akhir RPJMN dilakukan pada tahun terakhir pelaksanaan RPJMN, yang
hasilnya digunakan sebagai input dalam penyusunan RPJMN periode selanjutnya
(RPJMN 2025-2029).
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam pelaksanaan evaluasi RPJMN adalah hasil evaluasi
Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) dan dapat menggunakan data
dari Sistem Informasi Terpadu Evaluasi dan Pengendalian (SITEP) yang memanfaatkan:
a. Satu Data Indonesia
b. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE),
Gambar 9.12
Waktu Pelaksanaan Evaluasi RPJMN
-IX.30-
Gambar 9.13
Mekanisme Evaluasi RPJMN
PRESIDEN
MEN PPN/KEPALA
SISTEM INFORMASI TERPADU BAPPENAS
EVALUASI DAN PENGENDALIAN (SITEP),
yang memanfaatkan: LAPORAN EVALUASI
LAPORAN EVALUASI RPJMN RENSTRA
Satu Data Indonesia
KEMENTERIAN/
1 LEMBAGA
(SDI)
LAPORAN EVALUASI
Sistem Pemerintahan
LAPORAN EVALUASI RKP RENJA
2 Berbasis Elektronik
(SPBE)
b. Dasar untuk melakukan revisi RPJMN 2020-2024, dengan pertimbangan: (i) terjadi
perkembangan permasalahan pokok yang mendasar; dan (ii) terjadi perubahan arah
kebijakan Presiden.
B. Pengendalian
Berdasarkan UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN), pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan melalui tindakan koreksi dan penyesuaian
selama pelaksanaan rencana pembangunan. Untuk itu perlu disusun kerangka
pengendalian dengan penjelasan sebagai berikut.
1. Tujuan Pelaksanaan Pengendalian adalah untuk menjamin dan memastikan agar
pelaksanaan program prioritas/kegiatan prioritas sesuai dengan rencana (on-track)
dengan memperhatikan rekomendasi atau temuan atas hasil pemantauan dan evaluasi.
2. Ruang Lingkup Pengendalian, mencakup:
a. Terdapat berbagai jenis pengukuran kinerja yang dapat dilakukan untuk kepentingan
pengendalian, baik dilakukan secara bersamaan (komprehensif) atau hanya masing-
masing jenis pengukuran tersendiri.
b. Pengendalian yang dilakukan terdiri atas pengendalian pelaksanaan program
prioritas dan atau kegiatan prioritas.
c. Pengendalian tersebut merupakan tugas dan fungsi yang melekat pada masing-
masing instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah, dan dilakukan oleh
pimpinan K/L atau pemerintah daerah sesuai dengan tugas dan kewenangan
masing-masing melalui kegiatan pemantauan dan pengawasan.
d. Satu hal yang harus dipahami, bahwa pengendalian dan pengawasan adalah berbeda
karena pengawasan merupakan bagian dari pengendalian.
e. Bila pengendalian dilakukan dengan disertai tindakan korektif (pelurusan), pada
level program prioritas dan atau kegiatan prioritas pada paruh waktu pelaksanaan
RPJMN, maka pengawasan adalah pemeriksaan di lapangan yang dilakukan pada
periode tertentu secara berulang kali.
-IX.32-
Gambar 9.14
Waktu Pelaksanaan Pengendalian Pembangunan
Mekanisme pengendalian pembangunan tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.15 berikut.
Gambar 9.15
Mekanisme Pengendalian Pembangunan
PRESIDEN
-X.1-
BAB 10
Penutup
Pembangunan dalam lima tahun ke depan yang digariskan dalam RPJMN ini
dilaksanakan melalui upaya seluruh komponen bangsa. RPJMN 2020-2024 merupakan
titik tolak untuk mencapai sasaran pada visi 2045 yaitu Indonesia menjadi negara
maju.
ttd.
ti Parikesit
LAMPIRAN II
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
NASIONAL TAHUN 2020-2024
Indikasi
No Nama Proyek Prioritas Strategis Manfaat Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
1 Industri 4.0 di 5 Sub Sektor Prioritas: • Meningkatnya kontribusi industri dalam PDB menjadi 245,8 a.l Kemenperin,
Makanan dan Minuman, Tekstil dan 21,0 % • APBN: 13 Kemendag, Badan Usaha
Pakaian Jadi, Otomotif, Elektronik, Kimia • BUMN: 125,9 (BUMN/ Swasta)
dan Farmasi • Swasta: 106,9
2 10 Destinasi Pariwisata Prioritas: • Meningkatnya devisa sektor pariwisata menjadi 30 miliar 161 a.l Kemenparekraf,
Danau Toba, Borobudur Dskt, Lombok- USD (2024) (APBN, KPBU, KemenPUPR, Pemda,
Mandalika, Labuan Bajo, Manado- • Meningkatnya jumlah wisatawan nusantara 350-400 juta BUMN, Swasta) Badan Usaha (BUMN/
Likupang, Wakatobi, Raja Ampat, Bromo- perjalanan dan wisatawan mancanegara 22,3 juta Swasta)
Tengger-Semeru, Bangka Belitung, dan kunjungan (2024)
Morotai
3 9 Kawasan industri di luar Jawa dan • Industrialisasi di luar Pulau Jawa, mampu mencapai 317,4 a.l KemenESDM,
31 Smelter target pertumbuhan ekonomi di luar Pulau Jawa • APBN: 15,7 Kemenperin, BKPM,
• Swasta: 176,0 Pemda,
• KPBU: 14,3 Badan Usaha (BUMN/
• BUMN: 111,4 Swasta)
4 Penguatan Jaminan Usaha Serta 350 • Meningkatnya pendapatan petani rata-rata 5% per tahun 226,4 a.l Kementan, KemenKP,
Korporasi Petani dan Nelayan dan pendapatan nelayan rata-rata 10% per tahun (target • APBN: 200,9 KemenKUKM,
SDGs) • Swasta: 25,5 Kemenperin, Badan
• Meningkatnya produktivitas komoditas 5% per tahun Usaha (BUMN/Swasta),
Perguruan Tinggi
-3-
Indikasi
No Nama Proyek Prioritas Strategis Manfaat Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
5 Pembangunan Energi Terbarukan • Meningkatnya porsi energi baru terbarukan dalam 32,0 a.l Kementan
Green Fuel Berbasis Kelapa Sawit bauran energi nasional menuju 23% • APBN: 1,1 KemenESDM,
• BUMN: 11,9 Kemendagri, Badan
• Swasta: 19 Usaha (BUMN/Swasta)
6 Revitalisasi Tambak di Kawasan • Meningkatnya produksi perikanan budidaya (ikan 25 a.l KemenKP,
Sentra Produksi Udang dan Bandeng menjadi 10,32 Juta ton) • APBN: 3,3 KemenPUPR, Kemendag,
• meningkatnya pertumbuhan ekspor udang 8% per tahun • KPBU dan Swasta: KemenKUKM,
21,7 KemenESDM, Pemda,
Badan Usaha (BUMN/
Swasta)
7 Integrasi Pelabuhan Perikanan dan • Meningkatnya produksi perikanan tangkap bernilai 30 a.l KemenKP,
Fish Market Bertaraf Internasional ekonomi tinggi menjadi 10,10 Juta ton pada tahun 2024 • APBN: 7,2 KemenPUPR,
• Meningkatnya nilai ekspor hasil perikanan menjadi USD • KPBU dan Swasta: Kemenperin, Pemda,
8,0 miliar pada tahun 2024 22,8 Badan Usaha (BUMN/
Swasta)
8 Pembangunan Wilayah Batam – Bintan • Meningkatnya pertumbuhan industri dan pariwisata 69,9 a.l BP Batam,
Batam-Bintan • APBN: 6,4 KemenPUPR, Kemenhub,
• KPBU: 9,5 Kemenperin, Kemenpar,
• Badan Usaha: 54 Badan Usaha (BUMN/
Swasta)
-4-
Indikasi
No Nama Proyek Prioritas Strategis Manfaat Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
9 Pengembangan Wilayah Metropolitan: • Meningkatnya share PDRB wilayah Metropolitan luar 222,9 a.l KemenPUPR,
Palembang, Banjarmasin, Makassar, Jawa terhadap Nasional (APBN, KPBU & Kemenhub,
Denpasar • Meningkatnya Indeks Kota Berkelanjutan (IKB) untuk Swasta) KemenKominfo,
kabupaten/kota didalam wilayah metropolitan KemenESDM,
Kemendagri, BPS, Badan
Usaha (BUMN/ Swasta)
10 Ibu Kota Negara (IKN) • Meningkatnya pembangunan Kawasan Timur Indonesia 466,98 a.l KemenPPN/Bappenas,
(KTI) untuk pemerataan wilayah • APBN: 91,29 KemenATR/BPN,
• KPBU: 252,46 KemenPUPR, Badan
• Badan Usaha: Usaha (BUMN/ Swasta)
123,23
11 Pengembangan Kota Baru: • Meningkatnya Indeks Kota Berkelanjutan untuk Kab. 134,6 a.l KemenPUPR,
Maja, Tanjung Selor, Sofifi, dan Sorong Lebak (Maja), Kab. Bulungan (Tanjung Selor), Kota Tidore (APBN, Badan Kemenhub, Badan Usaha
Kepulauan (Sofifi), Kota Sorong (Sorong) Usaha & Swasta) (BUMN/ Swasta)
12 Wilayah Adat Papua: • Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, pemerataan 27,4 a.l KemenPUPR, Kemen
Wilayah Adat Laa Pago dan Wilayah Adat pembangunan, dan kesejahteraan masyarakat pada 10 (APBN) ESDM, Kementan,
Domberay Kabupaten di Wilayah Adat Laa Pago dan 11 Kabupaten KemenDesa PDTT,
di Wilayah Adat Domberay Kemenhub, Kemenkes,
• Meningkatnya aksesibilitas transportasi dan distribusi Pemda
komoditas unggulan
-5-
Indikasi
No Nama Proyek Prioritas Strategis Manfaat Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
13 Pemulihan Pasca Bencana: • Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat terdampak 15,2 a.l BNPB, Kemensos,
(Kota Palu dan Sekitarnya, Pulau bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi • APBN: 14,8 KemenPUPR,
Lombok dan Sekitarnya, serta Kawasan pascabencana. • APBD: 0,4 KemenESDM,
Pesisir Selat Sunda) • Percepatan pemulihan infrastruktur pendukung ekonomi, KemenKUKM,
peningkatan kondisi ekonomi, serta mendorong Kemendikbud,Pemda
peningkatan ekonomi lokal masyarakat pada daerah
terdampak bencana
14 Pusat Kegiatan Strategis Nasional: • Sebagai Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos 3,4 a.l KemenPUPR,
PKSN Paloh-Aruk, PKSN Nunukan, PKSN pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga • APBN: 3,0 Kemenhub, KemenKP
Atambua, PKSN Kefamenanu, PKSN • Sebagai Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu • KPBU: 0,4
Jayapura, & PKSN Merauke gerbang internasional yang menghubungkan dengan
negara tetangga
• Sebagai Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama
transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya
• Sebagai Pusat perkotaan yang merupakan pusat
pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong
perkembangan kawasan di sekitarnya
15 Percepatan Penurunan Kematian Ibu • Menurunnya angka kematian lbu hingga 183 per 100.000 187,1 a.l Kemenkes, BKKBN,
dan Stunting kelahiran hidup (APBN) KemenPUPR,
• Menurunnya prevalensi stunting balita hingga 14% Kemendagri,
Kemendikbud, Pemda
-6-
Indikasi
No Nama Proyek Prioritas Strategis Manfaat Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
16 Pembangunan Science Techno Park • Meningkatnya kapabilitas penciptaan inovasi dan 0,8 a.l Kemristek/BRIN,
(Optimalisasi Triple Helix di 4 Major produk inovasi nasional (APBN) Kemdikbud, Kemenperin,
Universitas) Perguruan Tinggi Negeri
(UGM, IPB, ITB dan UI),
dan Swasta
17 Pendidikan dan Pelatihan Vokasi • Meningkatnya tenaga kerja berkeahlian yang mendukung 29,1 a.l Kemenaker,
untuk Industri 4.0 pengembangan industri 4.0 (APBN) Kemenperin
Kemdikbud, BPS
18 Integrasi Bantuan Sosial Menuju • Meningkatnya ketepatan sasaran dan efektifitas program 406,5 a.l Kemensos,
Skema Perlindungan Sosial bantuan sosial (APBN) KemenKominfo,
Menyeluruh • Meningkatnya cakupan layanan keuangan non tunai dan Kemendikbud,
keuangan formal terutama penduduk miskin dan rentan Kemenristek/ BRIN,
Kemendag, KemenESDM,
Kemendagri, BPS
19 Jalan Tol Trans Sumatera Aceh – • Berkurangnya waktu tempuh Lampung – Aceh dari 48 308,5 a.l KemenPUPR, Badan
Lampung jam menjadi 30 jam • APBN: 105,5 Usaha (BUMN/ Swasta)
• Menjadi enabler bagi pengembangan kawasan Industri • KPBU: 203,0
dan Pariwisata di Sumatera
-7-
Indikasi
No Nama Proyek Prioritas Strategis Manfaat Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
20 KA Kecepatan Tinggi Pulau Jawa Berkurangnya waktu tempuh: 63,6 a.l Kemenhub,
(Jakarta – Semarang dan Jakarta – • Jakarta – Semarang dari 5 jam menjadi 3,5 jam • APBN: 21,6 KemenPUPR, BPPT
Bandung) • Jakarta – Bandung dari 3 jam menjadi 40 menit • KPBU: 42,0 Badan Usaha (BUMN/
Swasta)
21 Kereta Api Makassar-Pare Pare • Terhubungnya Kawasan Industri dengan Pelabuhan 6,4 a.l Kemenhub,
Garongkong dan Makassar New Port • APBN: 3,8 KemenBUMN, Badan
• Berkurangnya beban angkutan barang di Jalan Nasional • KPBU: 2,6 Usaha (BUMN/ Swasta)
Lintas Barat Sulawesi 20-30% pada tahun 2045 (target
1,5 juta ton/tahun)
22 Jaringan Pelabuhan Utama Terpadu • Meningkatnya kinerja pelabuhan dengan standardisasi 113 a.l Kemenhub, Badan
pelabuhan utama (BUMN/Swasta) Usaha (BUMN/ Swasta)
• Meningkatnya efisiensi rute pelayaran domestik dengan
membentuk loop secara teratur menjadi 27%
• Meningkatnya keterpaduan pelabuhan dengan kawasan
pada hinterland
23 Sistem Angkutan Umum Massal • Mengurangi potensi kerugian ekonomi akibat kemacetan 118,8 a.l Kemenhub,
Perkotaan di 6 Wilayah Metropolitan: di wilayah metropolitan (APBN, APBD, KemenPUPR, Pemda,
Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Badan Usaha) Badan Usaha (BUMN/
Semarang, dan Makassar Swasta)
-8-
Indikasi
No Nama Proyek Prioritas Strategis Manfaat Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
24 Pembangunan dan Pengembangan • Meningkatnya kapasitas produksi minyak menjadi 1,9 637,0 a.l Pertamina, Badan
Kilang Minyak Juta Barrel Per Hari di tahun 2026 (Badan Usaha) Usaha, Kementerian
• Perbaikan neraca perdagangan di sektor migas ESDM, Kemenkeu,
BUMN
25 Pembangkit Listrik 27.000 MW, • Melanjutkan penyelesaian target program 35.000 MW 1.121,0 a.l KemenPUPR,
Transmisi 19.000 KMS dan Gardu • Mendukung target EBT pada bauran energi primer pada (APBN dan Badan Kementan, KemenESDM,
Induk 38.000 MVA akhir tahun 2024 sebesar 19,5% Usaha) Badan Usaha (BUMN/
• Tersedianya pasokan listrik untuk target penggunaan Swasta)
listrik 1.400 kWh per kapita di 2024
• Penurunan Emisi CO₂ Pembangkit sebesar 6,07 juta ton
CO₂ pada 2024
• Menurunnya tingkat pemadaman listrik (SAIDI) menjadi 1
jam/pelanggan di 2024
• Terpenuhnya kebutuhan listrik di kawasan prioritas
nasional
26 Infrastruktur TIK untuk Mendukung • Berkurangnya kesenjangan digital 435,2 a.l Kominfo, Kemenkes,
Transformasi Digital • Menyediakan layanan internet cepat untuk mendukung • APBN: 7,2 Badan Usaha (BUMN/
digitalisasi sektor ekonomi, sosial, dan pemerintahan • Badan Usaha: Swasta), K/L terkait
428,0
27 Pengamanan Pesisir 5 Perkotaan • Teratasinya bencana banjir rob di DKI Jakarta, 54,9 a.l KemenPUPR,
Pantura Jawa Semarang, Pekalongan, Demak, dan Cirebon • APBN: 31,4 KemenESDM,
• Berkurangnya waktu tempuh Semarang – Demak (1 jam • KPBU: 18,7 KemenLHK,
menjadi 25 menit) • APBD: 4,8 Pemda, Badan Usaha
(BUMN/ Swasta)
-9-
Indikasi
No Nama Proyek Prioritas Strategis Manfaat Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
28 18 Waduk Multiguna • Tersedianya pasokan air baku dari waduk 23,5 m³/detik 92,9 a.l KemenPUPR, Swasta
dan pasokan listrik 2.438 MW • APBN: 12,9
• Tersedianya pasokan air di 51 daerah irigasi premium • KPBU: 24
sebesar 20% guna mendukung ketahanan pangan • Swasta : 60
• Meningkatnya efisiensi dan kinerja irigasi di atas 70%
yang didukung oleh pemanfaatan teknologi di 9 DI
29 Jembatan Udara 37 Rute di Papua • Menurunnya harga bahan pokok di Wilayah Papua 7,7 a.l Kemenhub
sebesar 50% (APBN)
30 Jalan Trans pada 18 Pulau Tertinggal, • Meningkatnya konektivitas dan mobilitas barang dan 12,4 a.l KemenPUPR, Pemda
Terluar, dan Terdepan penumpang untuk menurunkan harga komoditas (APBN)
31 Jalan Trans Papua Merauke - Sorong • Meningkatnya konektivitas dan aksesibilitas bagi wilayah 15,4 a.l KemenPUPR
perdalaman, terutama wilayah Pegunungan Tengah (APBN)
Papua
• Berkurangnya biaya logistik angkutan bahan pokok
mencapai 50%.
32 Akses Sanitasi (Air Limbah Domestik) • Meningkatnya rumah tangga yang memiliki akses sanitasi 140,9 a.l KemenPUPR,
Layak dan Aman (90% Rumah Tangga) layak menjadi 90% • APBN: 73,5 Kemenkes, Kemendagri,
• APBD: 1,7 Pemda, Badan Usaha,
• Masyarakat/Swast dan Masyarakat
a: 65,7
-10-
Indikasi
No Nama Proyek Prioritas Strategis Manfaat Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
33 Akses Air Minum Perpipaan (10 Juta • Meningkatnya akses air minum layak pada tahun 2024 123,5 a.l KemenPUPR, Pemda,
Sambungan Rumah) menjadi 100% • APBN: 77,9 dan Badan Usaha
• APBD: 15,6
• KPBU: 29,9
34 Rumah Susun Perkotaan (1 Juta) • Meningkatnya akses masyarakat terhadap perumahan 397,9 a.l Kementerian PUPR,
layak dan aman yang terjangkau untuk sejuta rumah • APBN: 18 ,0 Pemerintah Daerah,
tangga perkotaan dan menangani permukiman kumuh • APBD: 109,2 BUMN, Swasta, dan
• Terbentuknya sistem perumahan publik yang profesional • BUMN: 28,0 Masyarakat
di metropolitan (lintas kab/kota) • Swasta: 237,5
• Masyarakat: 5,0
35 Infrastruktur Jaringan Gas Kota untuk • Penghematan subsidi LPG sebesar Rp. 297,6 M per tahun 38,4 a.l KemenESDM, Badan
4 Juta Sambungan Rumah • Berkurangnya import LPG sebesar 603,720 ribu ton per • APBN: 4,1 Usaha (BUMN/ Swasta)
tahun • BUMN: 6,9
• KPBU: 27,4
36 Pemulihan Empat Daerah Aliran • Penurunan erosi di wilayah DAS kritis dengan 30,9 a.l. KemenPUPR,
Sungai Kritis penghijauan lahan kritis 150.000 Ha (APBN) Pemerintah Daerah
• Reduksi dampak bencana banjir di Provinsi Banten, DKI
Jakarta, Jawa Barat dan Sumatera Utara
-11-
Indikasi
No Nama Proyek Prioritas Strategis Manfaat Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
37 Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan • Tersambungnya jaringan pipa gas bumi wilayah 36,4 a.l. KemenESDM,
(2.219 km) Kalimantan (Trans Kalimantan) (Badan Usaha) Badan Usaha (BUMN/
• Terpenuhinya kebutuhan gas bumi di sektor industri, Swasta)
pembangkit listrik, hingga kebutuhan jaringan gas rumah
tangga dan komersial di Kalimantan
• Mendukung penyediaan energi untuk calon ibukota
negara
• Meningkatnya pemanfaatan potensi gas bumi di wilayah
Natuna
38 Pembangunan Fasilitas Pengolahan • Meningkatnya kapasitas jumlah limbah B3 yang terolah 4,6 a.l KemenLHK,
Limbah B3 hingga 26.880 ton/tahun • APBN: 0,6 Kemenkes, Badan Usaha
• KPBU: 3,0 (BUMN/ Swasta)
• Swasta: 1,0
39 Penguatan Sistem Peringatan Dini • Meningkatnya kecepatan penyampaian peringatan dini 13,0 a.l BMKG, BNPB,
Bencana bencana dari 5 menit menjadi 3 menit (APBN) KemenLHK,
KemenESDM, BIG, BPPT
40 Penguatan NSOC - SOC dan • Menurunnya insiden serangan siber; 8,0 a.l BSSN, Polri,
Pembentukan 121 CSIRT • Meningkatnya integrasi dan sharing data informasi antar (APBN) Kemenhan/TNI, BIN
stakeholder terkait (baik pemerintah, swasta, dan
komunitas siber lainnya).
-12-
Indikasi
No Nama Proyek Prioritas Strategis Manfaat Pendanaan Pelaksana
(Rp Triliun)
41 Penguatan Keamanan Laut di Natuna • Peningkatan deterrent effect dan penegakan kedaulatan di 12,2 a.l. Kemenhan/TNI,
perairan Natuna; (APBN) Bakamla
• Penurunan aktivitas perompakan, kekerasan dan tindak
kejahatan di laut, IUUF, trans-national crimes dan
penguatan sistem pengelolaan pengamanan navigasi.
Rincian Proyek Prioritas Strategis
(Major Project)
13
-14-
1. Industri 4.0 di 5 Sub Sektor Prioritas: Makanan dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif, Elektronik, Kimia dan Farmasi
• Nilai kontribusi PDB industri menurun menjadi di bawah 20 persen, dengan rata-rata pertumbuhan PDB 4,3% lebih rendah dari pertumbuhan nasional.
• Produktivitas tenaga kerja industri meningkat namun dalam laju yang lebih lambat dibandingkan peningkatan produktivitas tenaga kerja di negara lain
Latar Belakang • Kontribusi ekspor industri Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara China, Filipina, Thailand, Vietnam dan Malaysia, dan sebagian besar ekspor industri
dari Indonesia memiliki kandungan teknologi yang lebih rendah.
• Potensi pemanfaatan teknologi digital sangat besar untuk meningkatan produktivitas dan daya saing industri berbasis konten.
Meningkatnya pertumbuhan PDB industri pengolahan menjadi 8,1 persen Kontribusi ekspor produk industri berteknologi tinggi menjadi 13 persen
Manfaat Meningkatnya kontribusi industri pengolahan dalam PDB menjadi 21,0 persen Jumlah perusahaan dengan nilai Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI
Meningkatnya nilai ekspor produk industri pengolahan menjadi USD 183,4 miliar 4.0) ≥ 3.0 menjadi 60 perusahaan (kumulatif)
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
INDIKASI TARGET INDIKASI PENDANAAN
2020 2021 2022 2023 2024
Kontribusi PDB Industri Kontribusi PDB Industri Kontribusi PDB Industri Kontribusi PDB Industri Kontribusi PDB Industri Rp 245,8 T
Indikasi Target Pengolahan : 19,7% Pengolahan : 19,8% Pengolahan : 20% Pengolahan : 20,4% Pengolahan : 21% • APBN: Rp 13 T
dan Pendanaan Pertumbuhan PDB Pertumbuhan PDB Pertumbuhan PDB Pertumbuhan PDB Pertumbuhan PDB • Swasta: Rp 106,9 T
Industri Pengolahan: 5,0% Industri Pengolahan: Industri Pengolahan: Industri Pengolahan: Industri Pengolahan: • BUMN: Rp 125,9 T
5,5% 6,5% 7,5% 8,1%
Kemenperin, Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, Kemenkominfo, Kemenristek, Kemenparekraf, KemenKUKM, KemenKP, Kemendag, KPPU, KemenLHK, K/L lainnya
Pelaksana
(Sesuai Making Indonesia 4.0: KemenPUPR, KemenESDM, Kementan, Bappenas, BKPM, Kemenaker dan Kemendagri), Pemda, Dunia Usaha
1. Harmonisasi peraturan dan kebijakan (Kemenperin, Kemendag, KPPU, Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, Kemendagri, Bappenas)
2. Perbaikan alur aliran material dan penerapan standar keberlanjutan (Kemenperin, KemenKP, Kemendag, KemenKP, KemenLHK, Kementan, KemenESDM,
Kemenkeu)
Highlight
3. Pengembangan ekosistem inovasi, infrastruktur digital dan insentif investasi teknologi (Kemenristek, Kemenperin, Kemenkominfo, Kemenparekraf, KemenKP,
Proyek
KemenLHK, KemenKUKM, Kementan, KemenESDM, Kemenkeu)
4. Peningkatan investasi (BKPM, Kemenperin, Kemenko Perekonomian)
5. Pemberdayaan UMKM (Kemenperin, KemenKUKM, Kemenparekraf)
-15-
2. 10 Destinasi Pariwisata Prioritas: Danau Toba Dskt, Borobudur Dskt, Lombok-Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang, Wakatobi, Raja Ampat, Bromo-Tengger-Semeru, Bangka Belitung, dan Morotai
Latar Pariwisata Indonesia masih bertumpu pada Bali (41 persen). Pengembangan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas membuka peluang pengembangan destinasi yang memberikan manfaat
Belakang ekonomi bagi masyarakat lokal sekelas Bali. Pemerintah mendorong penyiapan 5 destinasi super prioritas dan 5 destinasi pariwisata prioritaslainnya
• Perpres ITMP untuk • Perpres ITMP untuk Labuan • Perpres ITMP untuk • Percepatan • Percepatan • 10 Rp 161 T
Borobudur dskt, Danau Bajo, Manado-Likupang, BTS, Raja Ampat (100%) infrastruktur, infrastruktur, Kawasan (APBN, KPBU,
Toba dskt, dan Lombok Wakatobi, Morotai, Bangka • Percepatan pemberdayaan pemberdayaan Prioritas BUMN, Swasta)
(100%) Belitung (100%) infrastruktur, masyarakat dan masyarakat dan Selesai
Indikasi • Penyusunan ITMP untuk • Penyusunan ITMP untuk Raja pemberdayaan investasi di BTS dan investasi di BTS dan 100%
Target dan Labuan Bajo, Manado- Ampat masyarakat dan Wakatobi (80%) Wakatobi (100%)
Pendanaan Likupang, Bromo-Tengger- • Percepatan infrastruktur, investasi di BTS dan • Percepatan • Percepatan
Semeru (BTS), Wakatobi, pemberdayaan masyarakat dan Wakatobi (40%) infrastruktur, infrastruktur,
Bangka Belitung dan investasi di Labuan bajo, dan • Percepatan pemberdayaan pemberdayaan
Morotai Manado-Likupang (100%) infrastruktur, masyarakat dan masyarakat dan
• Percepatan infrastruktur, • Percepatan infrastruktur, pemberdayaan investasi di Morotai, investasi di Morotai,
pemberdayaan masyarakat pemberdayaan masyarakat dan masyarakat dan Bangka Belitung, dan Bangka Belitung,
dan investasi di Danau investasi di BTS dan Wakatobi investasi di Morotai, Raja Ampat (60%) dan Raja Ampat
Toba, Borobudur dskt, (20%) Bangka Belitung, dan (100%)
Lombok (100%) Raja Ampat (20%)
Kemenparekraf, KemenPUPR, Kemenhub, KemenLHK, KemenKP, KemendesPDTT, KemenKUKM, KemenESDM, Kemenaker, BKPM, BNPB, Kemendagri, Kemenkes, Kemendikbud, Kemenko
Pelaksana Kemaritiman dan Investasi, Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, KemenATR/BPN, Kementan, KemenBUMN, Kemendag, Bappenas, Pemda, Badan Pengelola Otorita Kawasan Pariwisata,
BUMN, Dunia Usaha dan Mitra Pembangunan
1.Perintisan Destinasi Pariwisata (Kemenparekraf, KemenATR/BPN, BKPM) 4.Pembanguan Desa Wisata dan Fasilitasi BUMDes (Kemenparekraf, KemendesPDTT, Kemendikbud,
2.Penanganan Jalan Mendukung 10 DPP (KemenPUPR, Pemda) Kemenaker, KemenKUKM)
Highlight
3.Pembangunan Pelabuhan dan Bandara (Kemenhub, BUMN) 5.Pembangunan Amenitas Kawasan Pariwisata (KemenPUPR, KemenESDM, Kemenkes, BNPB, Pemda)
Proyek
6.Pembangunan dalam Wilayah dan Kawasan (Kemenparekraf, Kementan, KemenKP, KemenLHK, BUMN,
Badan Otorita, Kemendag)
-16-
3. 9 Kawasan Industri di Luar Jawa dan 31 Smelter
• Nilai kontribusi PDB industri cenderung menurun menjadi di bawah 20 persen, dengan rata-rata pertumbuhan PDB 4,3% atau lebih rendah dari pertumbuhan
nasional.
• Kontribusi ekspor industri Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara China, Filipina, Thailand, Vietnam dan Malaysia, dan sebagian besar ekspor
Latar indiustri dari Indonesia memiliki kandungan teknologi yang lebih rendah.
Belakang • Sekitar 71 persen impor Indonesia adalah bahan baku and produk antara untuk industri.
• Kapasitas industri domestik yang tidak mampu memenuhi standar dan kualitas yang ditetapkan oleh Global Value Chain.
• Pembangunan infrastruktur yang dilakukan selama periode 2015-2019 di luar Pulau Jawa membuka akses pusat-pusat produksi yang selama ini belum
terkoneksi
Manfaat Mendorong hilirisasi industri berbasis SDA agro dan mineral untuk penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi di luar Pulau Jawa.
INDIKASI TARGET
INDIKASI
2020 2021 2022 2023 2024 Total PENDANAAN
Indikasi
Target dan KI beroperasi : 3 KI beroperasi : 4 KI beroperasi : 5 KI beroperasi : 7 KI beroperasi : 9 KI beroperasi : 9 KI Rp 317,4 T
Pendanaan Smelter beroperasi: (kumulatif) (kumulatif) (kumulatif) (kumulatif) Smelter beroperasi : • APBN: Rp 15,7 T
4 smelter Smelter beroperasi: Smelter beroperasi: Smelter beroperasi: Smelter 31 smelter • Swasta: Rp 176,0 T
(kumulatif) 30 smelter 31 smelter 31 smelter beroperasi: 31 (kumulatif) • KPBU: Rp 14,3 T
(kumulatif) (kumulatif) (kumulatif) smelter (kumulatif) • BUMN: Rp 111,4 T
Kemenperin, KemenESDM, KemenPUPR, Kemenhub, KemenATR/BPN, Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, BKPM, KemenLHK, KPPU, KemenKUKM, Kemendag,
Pelaksana
KemenKP, Kementan, Kemenaker, KemenBUMN, Pemda, Swasta
1. Harmonisasi regulasi, tata ruang, perizinan, dan fasilitasi investasi (Kemenko Perekonomian, Kemenperin, KemenESDM, Kemen ATR/BPN, Kemenkeu, BKPM,
KemenLHK, Kemendag, KPPU)
Highlight 2. Pembangunan kawasan industri dan smelter (Swasta, Kemenperin, KemenESDM, KemenBUMN, KemenATR/BPN)
Proyek 3. Pengembangan infrastruktur pendukung (KemenPUPR, Kemenhub, KemenBUMN)
4. Peningkatan investasi, pemasaran dan kerjasama internasional (BKPM, Kemenperin, Kemendag, KemenBUMN)
5. Fasilitasi kemitraan usaha dan penyediaan SDM (Kemenperin, KemenKUKM, Kementan, KemenKP, KemenLHK, Kemenaker, KemenBUMN, KPPU)
-17-
4. Penguatan Jaminan Usaha Serta 350 Korporasi Petani Dan Nelayan
• Belum terbentuk business model korporasi petani dengan skala ekonomi yang menerapkan konsep society 5.0
• Belum terintegrasinya 1.029 klaster komoditas pertanian basis produksi pertanian dengan akses pasar.
• Akses sumber daya produktif rendah: akses KUR untuk sektor pertanian hanya 23% dan keterbatasan nelayan untuk mengakses skema perkreditan, permodalan,
Latar Belakang teknologi dan pasar.
• Rantai pasok komoditas panjang dan biaya logistik mahal: harga beras di tingkat konsumen 2,1-2,7 kali dibandingkan harga petani (jeruk 4 kali lipat).
• Pengembangan 1.000 Toko Tani Indonesia sebagai simpul distribusi perdagangan komoditas pangan dan pertanian.
• Jumlah koperasi nelayan yang aktif sekitar 1.907 unit dengan jumlah nelayan mencapai 2,6 juta jiwa (2016).
1. Meningkatnya pendapatan petani rata-rata 5% per tahun dan pendapatan nelayan rata-rata 10% per tahun (target SDGs).
2. Meningkatnya produktivitas komoditas 5% per tahun.
Manfaat
3. Terjadinya perubahan prilaku masyarakat dalam penglolaan pertanian dan perikanan dari tergantung pemerintah (APBN dan Subsidi) menjadi mandiri (investasi dan
bisnis).
INDIKASI TARGET
INDIKASI
2020 2021 2022 2023 2024 PENDANAAN
Pelaksana Kementan, KemenKP, KemenKUKM, KemenPUPR, Kemenperin, Perguruan Tinggi, dan Swasta
1. Penerapan Good Agricultural Practices dan Precision Farming/ Agro Maritim 4.0 4. Kemitraan KUKM dan wirausaha pertanian dan perikanan
Highlight Proyek 2. Penguatan kelembagaan petani 5. Fasilitasi pemasaran
3. Investasi, pembiayaan, asuransi sektor pertanian dan perikanan
-18-
5. Pembangunan Energi Terbarukan Green Fuel Berbasis Kelapa Sawit
• Porsi energi terbarukan dalam bauran energi primer per tahun 2018 baru mencapai 8,55 persen, sementara target yang harus dicapai pada tahun 2025 sebesar 23 persen
(RUEN).
Latar • Indonesia impor minyak mentah tahun 2018: 309.739 barel/hari (26,49% kapasitas Kilang) dan BBM: 395.386 BOPD (kebutuhan Indonesia: 1,3 Juta BOPD)
Belakang • Perkebunan sawit rakyat 5,8 juta ha (41%), namun hanya menghasilkan 14 juta ton (34%), perkebunan sawit swasta 8,1 juta ha
• Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia dengan kapasitas produksi sekitar 40 juta ton per tahun, dan minyak sawit merupakan ekspor
komoditas andalan Indonesia saat ini.
1. Meningkatnya porsi energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional menuju 23 persen;
2. Meningkatnya produktivitas sawit 10 persen per tahun;
Manfaat
3. Meningkatnya produksi bahan bakar nabati untuk kebutuhan Indonesia;
4. Meningkatnya nilai tambah hasil perkebunan sawit rakyat.
INDIKASI TARGET
INDIKASI PENDANAAN
2020 2021 2022 2023 2024
Green Refinery Penyusunan BEDP: Penyusunan EPC EPC Mid 2024 Rp 32,0 Triliun
Standalone kapasitas 20 Basic Engineering dokumen FEED Start Up dan On • APBN: Rp 1,1 Triliun
ribu barrel per day di Design Project dan dan persetujuan Stream • BUMN: Rp 11,9 Triliun
Indikasi RUIII Plaju tender DFC (Dual FID (Final • Swasta: Rp 19 Triliun
Target dan (Tahapan Pembangunan) Feed Competition) Investment Decision)
Pendanaan
Volume produksi kelapa
43,7 juta 44,6 juta 45,5 juta 46,4 juta 50,4 juta
sawit (Ton CPO)
Green Refinery Perkiraan Capex USD 650-850 Juta = perkiraan Rp 11,9 Triliun (BUMN)
Standalone kapasitas 20
ribu barrel per day di
RUIII Plaju
• Meningkatnya produksi perikanan budidaya menjadi 10,32 Juta ton pada tahun 2024 atau tumbuh 8,5 persen per tahun.
Manfaat
• Meningkatnya pertumbuhan ekspor udang 8 persen per tahun
Durasi dan
2020-2024 (5 tahun) : Pantai Utara Jawa, Lampung, Sulawesi Selatan, dan NTB
Lokasi
INDIKASI TARGET
INDIKASI
2020 2021 2022 2023 2024 PENDANAAN
• Produksi perikanan • Produksi perikanan • Produksi perikanan • Produksi perikanan • Produksi perikanan Rp 25 Triliun
Indikasi budidaya (ikan) 7,45 budidaya (ikan) 7,92 budidaya (ikan) 8,69 budidaya (ikan) 9,48 budidaya (ikan) • APBN: Rp 3,3
Target dan Juta ton Juta ton Juta ton Juta ton 10,32 Juta ton Triliun
Pendanaan • Pertumbuhan ekspor • Pertumbuhan ekspor • Pertumbuhan ekspor • Pertumbuhan ekspor • Pertumbuhan ekspor • KPBU dan
udang 7 % per tahun udang 8 % per tahun udang 10 % per udang 12 % per udang 15 % per Swasta: Rp 21,7
tahun tahun tahun Triliun
Pelaksana KemenKP, KemenPUPR, Kemendag, KemenATR/BPN, KemenESDM, Kemenristek/BRIN, KemenLHK, LIPI, BPPT, Pemda, Badan Usaha (BUMN/Swasta)
Latar • Produktivitas perikanan tangkap masih rendah; Jaringan sistem pemasaran produk perikanan Internasional belum memiliki
Belakang • Dukungan infrastruktur produksi belum optimal; Tata kelola Perikanan perlu ditingkatkan
1. Mewujudkan Indonesia sebagai produsen perikanan utama dunia, dengan fasilitas Internasional
Manfaat 2. Meningkatkan produksi perikanan tangkap bernilai ekonomi tinggi menjadi 10,10 Juta ton pada tahun 2024.
3. Meningkatnya nilai ekspor hasil perikanan menjadi USD 8,0 miliar pada tahun 2024
Durasi dan
2020-2024 (5 tahun) : Lokasi Sulawesi Utara, Sumatera Utara/Riau, Maluku
Lokasi
INDIKASI TARGET
INDIKASI
2020 2021 2022 2023 2024 Total PENDANAAN
• Produksi perikanan • Produksi perikanan • Produksi perikanan • Produksi perikanan • Produksi 3 lokasi Rp 30 Triliun
Indikasi tangkap 8,02 juta ton tangkap 8,42 juta tangkap 8,88 juta tangkap 9,43 juta perikanan integrasi • APBN: 7,2
Target dan • Nilai ekspor hasil ton ton ton tangkap 10,10 pelabuhan Triliun
Pendanaan perikanan USD 6,1 • Nilai ekspor hasil • Nilai ekspor hasil • Nilai ekspor hasil juta ton perikanan dan • KPBU dan
miliar perikanan USD 6,6 perikanan USD 7,0 perikanan USD 7,5 • Nilai ekspor fish market Swasta: 22,8
miliar miliar miliar hasil perikanan Triliun
USD 8,0 miliar
Pelaksana KemenKP, KemenPUPR, Kemenperin, Kemendag, Kemenhub, Kemenristek, KemenLHK, KemenESDM, Pemda, Badan Usaha (BUMN/Swasta)
1. Pembangunan Pelabuhan Perikanan berskala internasional dan restrukturisasi armada kapal perikanan (KemenKP, Kemenperin, Pemda, BUMN/swasta)
2. Pembangunan infrastruktur pendukung, pasar, cold storage dan sistem logistik (KemenPUPR, KemenESDM, BUMN/Swasta , KemenKP, Kemendag, Pemda)
Highlight
3. Penguatan data stock perikanan dan harmonisasi perijinan (KemenKP, Kemenhub, Kemenristek, Pemda)
Proyek
4. Penguatan lembaga pengelola WPP (KemenKP, Pemda)
5. Peningkatan kualitas pengelolaan kawasan konservasi dan fishing ground (KemenKP, KemenLHK, Pemda)
-21-
8. Pembangunan Wilayah Batam – Bintan (1/2)
1. Kawasan Batam-Bintan di Provinsi Kepulauan Riau berada pada lokasi yang strategis terhadap hub di Singapura sehingga berpotensi menarik pasar global
terutama di wilayah Asia. Namun, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dalam 5 tahun mengalami penurunan dari 6,60% (2014) menjadi 4,56% (2018). Share
sektor industri pengolahan juga mengalami penurunan dari 38,21% (2014) menjadi 36,86% (2018).
2. Tingkat pengangguran tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau berada di Kota Batam, Kota Tanjung Pinang, dan Kabupaten Bintan, padahal di tiga wilayah ini
telah didukung dengan adanya pengembangan kawasan pertumbuhan ekonomi.
Latar Belakang
3. Pusat pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan yaitu: KEK Galang Batang (operasional), KPBPB Batam (belum optimal), rencana pengembangan KI Bintan
Aerospace, KSPN Nongsa (belum optimal), KSPN Lagoi-Bintan (belum optimal dikembangkan oleh swasta).
4. KI Bintan Aerospace akan dikembangkan seluruhnya oleh PT Bintan Aviation Investment (Salim Group) bekerjasama dengan PT. Angkasa Pura II dengan
klaster Bintan offshore marine center dan New Bintan Airport. Untuk mendukung pengembangan pariwisata dan industri kedirgantaraan secara terpadu. KI
Bintan Aerospace akan beroperasi pada tahun 2021.
1. Meningkatnya LPE di Kabupaten/Kota Wilayah Batam – Bintan dengan rata-rata mencapai 5,83 persen yang akan berkontribusi terhadap LPE Kepulauan
Riau yang mencapai rata-rata 6,2 persen dan Nasional 6,0 persen
2. Meningkatkan Foreign Direct Investment (FDI) secara nasional
Manfaat
3. Meningkatnya nilai kontribusi dan laju pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor akomodasi makan minum Wilayah Batam - Bintan
4. Meningkatnya angka serapan tenaga kerja di Wilayah Batam – Bintan yang akan berpotensi menurunkan angka pengangguran di Kepulauan Riau
5. Meningkatnya nilai ekspor Wilayah Batam – Bintan yang akan berkontribusi terhadap nilai ekspor nasional
Durasi 2020 – 2024 (5 Tahun)
Target 2020 2021 2022 2023 2024
a. LPE 4,7% a. LPE 5,8% a. LPE 6,4% a. LPE 6,8% a. LPE 7,2%
Provinsi b. LP Sektor Industri 5,4% b. LP Sektor Industri 5,3% b. LP Sektor Industri 5,5% b. LP Sektor Industri 5,6% b. LP Sektor Industri 5,7%
Kepulauan Riau c. LP Sektor Akomodasi Makan c. LP Sektor Akomodasi c. LP Sektor Akomodasi c. LP Sektor Akomodasi c. LP Sektor Akomodasi
Minum 12,9% Makan Minum 12,8% Makan Minum 12,9% Makan Minum 12,9% Makan Minum 13%
Kota Tanjung a. LPE 4,26% a. LPE 4,25% a. LPE 4,40% a. LPE 4,52% a. LPE 4,63%
Pinang
a. LPE 5,07% a. LPE 5,07% a. LPE 5,36% a. LPE 5,58% a. LPE 5,80%
b. LPE Sektor Industri 4,5% b. LPE Sektor Industri b. LPE Sektor Industri b. LPE Sektor Industri b. LPE Sektor Industri
Kota Batam c. LPE Sektor Akomodasi Makan 5,0% 6,0% 6,0% 6,5%
Minum 6,0% c. LPE Sektor Akomodasi c. LPE Sektor Akomodasi c. LPE Sektor Akomodasi c. LPE Sektor Akomodasi
Makan Minum 6,3% Makan Minum 6,7% Makan Minum 6,7% Makan Minum 7,0%
-22-
8. Pembangunan Wilayah Batam – Bintan (2/2)
a. LPE 6,66% a. LPE 6,66% a. LPE 6,81% a. LPE 6,93% a. LPE 7,05%
b. LPE Sektor Industri 5,2% b. LPE Sektor Industri b. LPE Sektor Industri 5,4% b. LPE Sektor Industri 5,5% b. LPE Sektor Industri 5,6%
Kabupaten
c. LPE Sektor Akomodasi Makan 5,3% c. LPE Sektor Akomodasi c. LPE Sektor Akomodasi c. LPE Sektor Akomodasi
Bintan
Minum 9,5% c. LPE Sektor Akomodasi akan Minum 9,6% Makan Minum 9,6% Makan Minum 9,7%
Makan Minum 9,5%
Rp 69,9 Triliun
Indikasi APBN: Rp 6,4 Triliun
Pendanaan KPBU: Rp 9,5 Triliun
Badan Usaha : Rp 54,0 Triliun
BP Batam, Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, PT Bintan Aviation Investment, PT Pelindo II, PT. Bintan Alumina Indonesia, Kementerian Pariwisata,
Pelaksana
Kementerian Perindustrian, PT. Bintan Resort Cakrawala
1. Pembangunan jembatan Batam-Bintan (Potensi) 12. Penyediaan air baku untuk kawasan Barelang
2. Perintisan Destinasi Pariwisata Regional I (DP Prioritas: Danau Toba dskt, 13. Infrastruktur jalan, jembatan, dan drainase
Bangka Belitung) + 2 DP Pengembangan (DPP Batam – Bintan) 14. Pembangunan infrastruktur energi gas
3. Fasilitasi dan Pembangunan Investasi Infrastruktur Kawasan Industri 15. Pembangunan infrastruktur energi listrik
4. Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan Akademi Komunitas / 16. Pengembangan sistem pengelolaan limbah industri B3
Politeknik Industri berbasis kompetensi di WPPI / KI 17. Pengembangan pusat kesehatan berskala internasional
Highlight
5. Pengembangan KI Bintan Aerospace 18. Jalan Batam
Proyek
6. Pengembangan fasilitas Pelabuhan Batu Ampar 19. Jalan Bintan
7. Pengembangan fasilitas Bandar Udara Hang Nadim 20. Pembangunan Fly Over Sp. Kabil
8. Pengembangan fasilitas pelabuhan penumpang domestik dan internasional 21. Akses KEK Galang Batang I
9. Pengembangan fasilitas dermaga curah pelabuhan Kabil 22. Pembangunan PLTG MPP (Mobile Power Plant) Tanjung Pinang
10. Pengembangan kawasan Bintan Resort
11. Pengembangan KEK Galang Batang
-23-
9. Pengembangan Wilayah Metropolitan Palembang, Denpasar, Banjarmasin dan Makassar
PALEMBANG: Pertumbuhan ekonomi WM Palembang sebesar 5,76% dengan dominasi sektor industri, perdagangan dan jasa, sehingga memiliki potensi untuk
menjadi pengungkit di wilayah Sumatera.
DENPASAR: Posisi WM Denpasar (Sarbagita) sebagai PKN yang memiliki aktivitas ekonomi pariwisata yang maju namun belum berfungsi optimal untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah lainnya.
Latar Belakang
BANJARMASIN: WM Banjarmasin (Banjarbakula) berpotensi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dengan potensi share PDRB terhadap provinsi 44,13%, Pulau
Kalimantan 6,26%, dan nasional 0,51%
MAKASSAR: Makassar sebagai pusat perdagangan di Indonesia Timur yang pertumbuhan ekonominya mencapai rata-rata 8,5% per tahun, jauh di atas
pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 5,9%.
Pelaksana Kementerian PUPR, Kemenhub, Kementerian Kominfo, Kementerian ESDM, Kemendagri, BPS, BUMN, Swasta, Pemda
1. Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal Perkotaan; Bandara; Pelabuhan; Jalan (Kemenhub, Kementerian PUPR, KPBU, APBD)
2. Penyediaan Air Baku di Kawasan Perkotaan (Kementerian PUPR)
Highlight
3. SPALD-S Skala Kota, SPALD-T Skala Kota dan Permukiman, TPA, TPST, TPS3R (Kementerian PUPR, DAK, Swasta, Masyarakat, KPBU, APBD)
Proyek
4. Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama dalam penyelesaian permasalahan pelayanan publik (Kemendagri)
5. Publikasi/Laporan Metropolitan Statistical Area (BPS)
-24-
10. Ibu Kota Negara (IKN) (1/2)
• Terpusatnya kegiatan perekonomian di Jakarta dan Jawa mengakibatkan kesenjangan ekonomi Jawa dan Luar Jawa.
Latar Belakang • Pemindahan Ibu Kota Negara ke luar Jawa mendorong percepatan pengurangan kesenjangan dan peningkatan pertumbuhan perekonomian daerah di
Luar Jawa terutama Kawasan Timur Indonesia
Lokasi Kab. Penajam Paser Utara dan Kab. Kutai Kartanegara, Prov. Kalimantan Timur
INDIKASI TARGET
INDIKASI
PENDANAAN
2020 2021 2022 2023 2024 Total
Bappenas, Kementerian ATR/BPN, Kementerian PUPR, Setneg, Kemenkeu, Kemhan, TNI, POLRI, BIG, Kementerian ESDM, KLHK, Kementerian PANRB,
Pelaksana
BKN, Kemendikbud, Kemenkes, Kementerian Kominfo, Kemenhub, Kemendagri, Badan Otorita IKN, BUMN, Swasta
1. Penyiapan Regulasi dan Kerangka Kebijakan tentang Ibu Kota Negara (Bappenas, ATR/BPN, Kemendagri, Setneg, Kemenkeu)
2. Perencanaan Ibu Kota Negara (Masterplan, RTR, RDTR, KLHS) – (Bappenas, ATR/BPN, KLHK, PUPR)
Highlight 3. Penyusunan Grand Design Rencana Mobilisasi dan Insentif Pemindahan ASN, TNI, POLRI (Kementerian PANRB, BKN)
Proyek 4. Pembangunan Infrastruktur Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (Kementerian PUPR, Kemenhub, Kominfo, ESDM, PLN)
5. Pembangunan Infrastruktur markas besar dan pangkalan militer TNI AD, AL, AU dan POLRI (Kemhan, TNI, POLRI)
-26-
11. Pengembangan Kota Baru Maja, Tanjung Selor, Sofifi dan Sorong (1/2)
MAJA:
• Percontohan pengembangan compact city, sebagai opsi lokasi lahan termurah dan terdekat dengan Jakarta sebagai kota inti, dengan dukungan akses
transportasi murah commuter line.
• Telah disusun Master Plan Development Plan (2016), RDTR, DED dan Rencana Strategis Permukiman (2018), direncanakan untuk implementasi tahun
2018-2019 dengan tema perencanaan: Compact City.
• Infrastruktur pelayanan dasar masih perlu ditingkatkan (capaian akses air minum layak 27,62% dan sanitasi layak 50,84% di Tahun 2017 di Kab. Lebak)
TANJUNG SELOR:
• Tahap pembangunan di Kabupaten Bulungan, Inpres 09/2018, arahan Menteri PPN/Kepala Bappenas untuk pembangunan ibu kota provinsi baru.
• Kota Tanjung Selor sebagai pusat pelayanan bagi wilayah perbatasan negara dan berdekatan dengan PKN Tarakan yang merupakan pusat kegiatan
regional. Potensi kenaikan jumlah penduduk sebesar 8% dari eksisting 2019 hingga tahun 2024 (Kab. Bulungan).
• Dukungan infrastruktur pelayanan dasar: capaian akses air minum 74% dan sanitasi 67,57% di Tahun 2017 (Kab. Bulungan)
Latar Belakang
SOFIFI:
• Penyusunan RDTR untuk PKW Sofifi, arahan Menteri PPN/Kepala Bappenas untuk pembangunan ibu kota provinsi
• Posisi strategis dalam simpul transportasi nasional dengan adanya pelabuhan Ternate (dalam jaringan Tol Laut). Potensi kenaikan jumlah penduduk sekitar
6% dari eksisting 2019 hingga tahun 2024. (Kota Tidore Kepulauan)
• Dukungan infrastruktur pelayanan dasar: capaian akses air minum 71% dan sanitasi 87,45% di tahun 2017 (Kota Tidore Kepulauan)
• Daya dukung Kota Ternate yang telah melampaui batas. Sudah dibangun pusat pemerintahan di Sofifi, namun belum dimanfaatkan secara optimal
SORONG:
• Kota Sorong merupakan gerbang untuk Raja Ampat, penunjang dari Raja Ampat dan perbatasan dengan negara luar.
• Delineasi Kota Baru Sorong terpacu pada penggerak ekonomi yang berada di sekitar KEK Sorong yang pusatnya adalah Distrik Aimas
• BPIW sudah menyusun MPDP Sorong dengan fokus pembangunan awal pada KEK di sekitar kota Sorong
• Dukungan infrastruktur pelayanan dasar: capaian akses air minum 64,04% dan sanitasi 77,32% di Tahun 2017
Manfaat Meningkatnya Indeks Kota Berkelanjutan untuk Kab. Lebak (Maja), Kab. Bulungan (Tanjung Selor), Kota Tidore Kepulauan (Sofifi), Kota Sorong (Sorong)
INDIKASI TARGET
INDIKASI
PENDANAAN
2020 2021 2022 2023 2024 Total
• Maja, Sorong, • Maja, Sorong, • Maja, Sorong, • Maja, Sorong, Pelaksanaan Pelaksanaan Rp. 134,6 Triliun
Sofifi: Sofifi: Sofifi: Sofifi: kegiatan dlm kegiatan dlm (APBN, Badan Usaha,
Penyusunan Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan Renaksi Kota Baru Renaksi Kota Baru dan Swasta)
Indikasi Target
Renaksi Kota kegiatan dalam kegiatan dalam kegiatan dalam 100% 100%
dan Pendanaan
Baru Renaksi Kota Renaksi Kota Renaksi Kota
• Tanjung Selor: Baru 20% Baru 50% Baru 75%
Pelaksanaan • Tanjung Selor: • Tanjung Selor: • Tanjung Selor:
kegiatan dalam Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan
Renaksi Kota kegiatan dalam kegiatan dalam kegiatan dalam
Baru 20% Renaksi Kota Renaksi Kota Renaksi Kota
Baru 40% Baru 60% Baru 80%
• Merupakan wilayah adat di kawasan pegunungan dengan tingkat kesulitan akses dan keterisolasian yang tinggi serta harus dikembangkan sesuai
amanat Inpres 9/2017 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat;
• Kabupaten di Kawasan pegunungan sebagian besar ditetapkan sebagai daerah tertinggal sesuai amanat PP 78/2014 tentang Percepatan Pembangunan
Latar Belakang
Daerah tertinggal sehingga paling membutuhkan keberpihakan pembangunan
• Memiliki potensi pertanian berupa: Ternak Sapi, Kopi, Kacang Tanah dan tanaman Hortikultura. Potensi pertanian tersebut cukup besar dan sesuai
dengan potensi agroklimat, kondisi sosiologis dan antropologis masyarakat.
• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat pada 10 Kabupaten di wilayah Adat Laa Pago dan 11
Manfaat kabupaten di wilayah Adat Domberay
• Meningkatnya aksesibilitas transportasi dan distribusi komoditas unggulan
1. Peningkatan IPM 1. Peningkatan IPM 1. Peningkatan IPM 1. Peningkatan IPM 1. Peningkatan IPM Rp 27,4 Triliun
Indikasi Target Wilayah Adat Laa Wilayah Adat Laa Wilayah Adat Laa Wilayah Adat Laa Wilayah Adat Laa Pago (APBN)
dan Pendanaan Pago menjadi 47,5 Pago menjadi 48,4 Pago menjadi 49,4 Pago menjadi 50,4 menjadi 51,4
2. Peningkatan IPM 2. Peningkatan IPM 2. Peningkatan IPM 2. Peningkatan IPM 2. Peningkatan IPM
Wilayah Adat Wilayah Adat Wilayah Adat Wilayah Adat Wilayah Adat
Domberay menjadi Domberay menjadi Domberay menjadi Domberay menjadi Domberay menjadi
62,6 63,3 63,9 64,5 65,2
KemenPUPR, Kemenhub, Kemenkominfo, Kemendikbud, Kemenristekdikti, Kemenkes, Kementan, Kemen KUKM, Kemenperin, Kemendag, Kemendes PDTT,
Pelaksana
Pemda Provinsi Papua dan Pemda Provinsi Papua Barat
1. Berbagai Kementerian/Lembaga memiliki akun kegiatan pasca bencana namun sampai saat ini belum mengajukan prioritas intervensi kegiatan per
Latar Belakang sektornya
2. Masih minimnya manajemen penanganan pasca bencana lintas sektor pembangunan
1. Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat terdampak bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.
Manfaat 2. Mempercepat pemulihan infrastruktur pendukung ekonomi, peningkatan kondisi ekonomi, serta mendorong peningkatan ekonomi lokal masyarakat pada
daerah terdampak bencana.
Persentase pelayanan Persentase pelayanan Persentase pelayanan Persentase pelayanan Rp 15,2 Triliun
publik yang berhasil publik yang berhasil publik yang berhasil publik yang berhasil • APBN: Rp 14,8 T
Indikasi Target dipulihkan dipulihkan dipulihkan dipulihkan • APBD: Rp 0,4 T
dan Pendanaan pascabencana di Kota pascabencana di Kota pascabencana di Kota pascabencana di Kota
Palu dan sekitarnya, Palu dan sekitarnya, Palu dan sekitarnya, Palu dan sekitarnya, -
Pulau Lombok dan Pulau Lombok dan Pulau Lombok dan Pulau Lombok dan
sekitarnya, serta sekitarnya, serta sekitarnya, serta sekitarnya, serta
Kawasan Pesisir Selat Kawasan Pesisir Selat Kawasan Pesisir Selat Kawasan Pesisir Selat
Sunda 50% Sunda 75% Sunda 90% Sunda 100%
Pelaksana BNPB, Kemen ESDM, Kemen KUKM, Kemendikbud, Kemenhub, Kemen PUPR, Kemensos, Pemerintah Daerah
• Merupakan salah satu kawasan yang harus dikembangkan sesuai dengan arahan presiden untuk mengembangkan kawasan sekitar PLBN yang tercantum
dalam Inpres No. 6 Tahun 2015 dan Inpres No. 1 Tahun 2019
Latar Belakang
• PKSN ditetapkan sebagai Pusat pelayanan utama dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
• Memiliki potensi destinasi wisata dengan didukung oleh adanya infrastruktur transportasi, dan Potensi pengembangan pertanian dan pariwisata
• Sebagai Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga
• Sebagai Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga
Manfaat
• Sebagai Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya
• Sebagai Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya
1. Rata – rata nilai 1. Rata – rata nilai 1. Rata – rata nilai 1. Rata – rata nilai 1. Rata – rata nilai Indeks Rp 3,36 Triliun
Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Pengelolaan Kawasan • APBN Rp 3,0 T
Kawasan Perbatasan Kawasan Perbatasan Kawasan Perbatasan Kawasan Perbatasan Perbatasan (IPKP) • KPBU Rp 0,4 T
(IPKP) PKSN (IPKP) PKSN Atambua (IPKP) PKSN (IPKP) PKSN Atambua PKSN Atambua : 0,48
Atambua : 0,40 : 0,41 Atambua : 0,44 : 0,46 2. Rata – rata nilai Indeks
Indikasi Target 2. Rata – rata nilai 2. Rata – rata nilai 2. Rata – rata nilai 2. Rata – rata nilai Pengelolaan Kawasan
dan Pendanaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Perbatasan (IPKP)
Kawasan Perbatasan Kawasan Perbatasan Kawasan Perbatasan Kawasan Perbatasan PKSN Kefamenanu :
(IPKP) PKSN (IPKP) PKSN (IPKP) PKSN (IPKP) PKSN 0,57
Kefamenanu : 0,47 Kefamenanu : 0,49 Kefamenanu : 0,52 Kefamenanu : 0,54 3. Rata – rata nilai Indeks
3. Rata – rata nilai 3. Rata – rata nilai 3. Rata – rata nilai 3. Rata – rata nilai Pengelolaan Kawasan
Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Perbatasan (IPKP)
Kawasan Perbatasan Kawasan Perbatasan Kawasan Perbatasan Kawasan Perbatasan PKSN Paloh Aruk : 0,52
(IPKP) PKSN Paloh (IPKP) PKSN Paloh (IPKP) PKSN Paloh (IPKP) PKSN Paloh
Aruk : 0,43 Aruk : 0,45 Aruk : 0,47 Aruk : 0,50
-31-
14. Pusat Kegiatan Strategis Nasional:
PKSN Paloh-Aruk, PKSN Nunukan, PKSN Atambua, PKSN Kefamenanu, PKSN Jayapura, & PKSN Merauke (2/2)
INDIKASI TARGET
INDIKASI PENDANAAN
2021 2022 2023 2024
4. Rata – rata nilai 4. Rata – rata nilai 4. Rata – rata nilai 4. Rata – rata nilai 4. Rata – rata nilai
Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan
Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan
Perbatasan (IPKP) Perbatasan (IPKP) Perbatasan (IPKP) Perbatasan (IPKP) Perbatasan (IPKP)
PKSN Nunukan : PKSN Nunukan : PKSN Nunukan : PKSN Nunukan : PKSN Nunukan :
0,37 0,38 0,40 0,42 0,44
Indikasi Target dan 5. Rata – rata nilai 5. Rata – rata nilai 5. Rata – rata nilai 5. Rata – rata nilai 5. Rata – rata nilai
Pendanaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan
Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan
Perbatasan (IPKP) Perbatasan (IPKP) Perbatasan (IPKP) Perbatasan (IPKP) Perbatasan (IPKP)
PKSN Jayapura : PKSN Jayapura : PKSN Jayapura : PKSN Jayapura : PKSN Jayapura :
0,38 0,39 0,41 0,43 0,45
6. Rata – rata nilai 6. Rata – rata nilai 6. Rata – rata nilai 6. Rata – rata nilai 6. Rata – rata nilai
Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan Indeks Pengelolaan
Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan
Perbatasan (IPKP) Perbatasan (IPKP) Perbatasan (IPKP) Perbatasan (IPKP) Perbatasan (IPKP)
PKSN Merauke : PKSN Merauke : PKSN Merauke : PKSN Merauke : PKSN Merauke :
0,49 0,51 0,53 0,56 0,59
Latar Belakang • Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yakni sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup (2015)
• 27,7% balita di Indonesia stunting (tahun 2019)
Manfaat Meningkatnya status kesehatan masyarakat yang ditandai dengan:
1. Menurunnya angka kematian Ibu hingga 183 per 100.000 kelahiran hidup
2. Menurunnya prevalensi stunting pada balita hingga 14 persen
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
INDIKASI TARGET
INDIKASI
2020 2021 2022 2023 2024 Total PENDANAAN
• AKI menurun • AKI menurun • AKI menurun • AKI menurun • AKI menurun • AKI Rp 187,1 Triliun
Indikasi Target hingga hingga hingga hingga hingga 183/100.000
(APBN)
dan Pendanaan 230/100.000 KH 217/100.000 KH 205/100.000 KH 194/100.000 KH 183/100.000 KH KH
• Prevalensi stunting • Prevalensi • Prevalensi • Prevalensi • Prevalensi stunting • Prevalensi
balita menurun stunting balita stunting balita stunting balita balita 14,0% stunting balita
hingga 24,1% 21,1% (prioritas 18,4% (prioritas 16,0% (prioritas (prioritas di 514 turun menjadi
(prioritas di 260 di 360 kab/kota) di 460 kab/kota) di 514 kab/kota) kab/kota) 14,0%
kab/kota)
Pelaksana Kemenkes, BKKBN, Kemendikbud, KKP, KemenPUPR, BPOM, KemenPPPA, Kemendagri, Kemenkominfo, Pemda.
1. Pemberian makanan tambahan (PMT), suplementasi gizi mikro, serta STBM (Kemenkes), pelayanan KB berkualitas di fasilitas kesehatan (BKKBN)
2. PAUD Holistik-Integratif & kelas pengasuhan (Kemendikbud)
Highlight 3. Penyediaan akses air minum & penyediaan akses sanitasi (air limbah domestik) layak (Kemen PUPR)
Proyek 4. Bantuan operasional kesehatan (DAK Kesehatan)
-33-
Latar • Skor Global Innovation Index (GII) tahun 2018 adalah 29,8 (peringkat 85 dari 126 negara).
Belakang • Pembangunan Science-Techno Park (STP) tersebar di berbagai daerah namun tidak didukung dengan source of knowledge yang kuat
• Hasil-hasil riset inovasi belum sepenuhnya dapat dikonversi menjadi produk komersial
• Perlu optimaliasi STP di major universitas (UI, ITB, IPB, dan UGM) yang memiliki potensi sumber inovasi dan kandidat tenant (peneliti dan mahasiswa) yang besar untuk
komersialisasi produk riset dan inovasi
Lokasi 2 Provinsi (Jawa Barat: ITB, UI, IPB; dan DIY: UGM)
• Pembangunan • Pembangunan sarana • Pembangunan sarana • Pembangunan sarana • Pengembanga • Beroperasinya 4 STP Rp 0,8 Triliun
sarana inkubator inkubator bagi tenant inkubator bagi tenant inkubator bagi tenant n STP ITB, secara penuh dan (APBN)
Indikasi bagi tenant (25%) (50%) (75%) (100%) IPB, UI, dan menghasilkan startup
Target dan • Pembangunan kerja • Pembangunan kerja • Pembangunan kerja • Pembangunan kerja UGM (100%) (PPBT)
Pendanaan sama dan dukungan sama dan dukungan sama dan dukungan sama dan dukungan • Produk riset yang
pengadaan pengadaan peralatan pengadaan peralatan pengadaan peralatan dikomersialkan oleh
peralatan untuk untuk industri in wall untuk industri in wall untuk industri in wall industri
industri in wall STP STP (50 %) STP (75%) STP (100%) - ITB : 10 Produk
(25 %) • Pemenuhan alat • Pemenuhan alat • Pemenuhan alat - UI: 19 Produk
instalasi STP (35%) instalasi STP (65%) instalasi STP (100%) - IPB: 6 Produk
- UGM: 22 Produk
Pelaksana • Kementerian Ristek/BRIN, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Perguruan Tinggi Negeri (ITB, IPB, UI dan UGM), Kementerian Perindustrian, Swasta
Latar Belakang • Produktivitas Indonesia masih tertinggal di tingkat ASEAN, dan mayoritas kesempatan kerja yang tercipta memiliki produktivitas dan nilai tambah rendah.
• Kebutuhan tenaga kerja terampil, kreatif, inovatif dan adaptif belum dapat dipenuhi secara baik.
• Masih belum optimalnya penyediaan layanan pendidikan dan pelatihan vokasi dalam menghasilkan SDM sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Manfaat • Meningkatnya tenaga kerja berkeahlian yang mendukung pengembangan industri 4.0
INDIKASI TARGET
INDIKASI
2020 2021 2022 2023 2024 Total PENDANAAN
Indikasi Target
• Pekerja • Pekerja • Pekerja • Pekerja berkeahlian • Pekerja berkeahlian • Pekerja berkeahlian Rp 29,1 Triliun
dan Pendanaan
berkeahlian berkeahlian berkeahlian menengah dan menengah dan tinggi menengah dan (APBN)
menengah dan menengah dan menengah dan tinggi sebesar sebesar 43,1% tinggi sebesar
tinggi sebesar tinggi sebesar tinggi sebesar 42,41% 43,1%
41% 41,55% 41,92%
1. Penyaluran bantuan sosial dan subsidi dalam bentuk barang dan tunai memiliki mekanisme yang beragam
Latar Belakang 2. Penyaluran bantuan sosial menggunakan lebih dari satu kartu sehingga tidak efisien dan menyulitkan penerima
3. Data penerima manfaat belum sepenuhnya terintegrasi sehingga mengurangi ketepatan sasaran dan efektivitas program
• Meningkatkan ketepatan sasaran dan efektivitas bantuan sosial yang diukur melalui 5T (Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, Tepat Waktu, Tepat Kualitas, dan Tepat
Administrasi)
Manfaat
• Mendorong cakupan layanan keuangan non tunai dan keuangan formal terutama bagi masyarakat miskin dan rentan
• Mendorong pelaksanaan digitalisasi bantuan sosial serta mensukseskan Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) dan mendukung Industry 4.0
INDIKASI TARGET
INDIKASI
PENDANAAN
2020 2021 2022 2023 2024
• Bantuan tunai bersyarat • Bantuan tunai bersyarat • Bantuan tunai bersyarat • Bantuan tunai bersyarat • Bantuan tunai bersyarat Rp. 406,5
10 juta KPM 10 juta KPM 10 juta KPM 10 juta KPM 10 juta KPM Triliun
• Bantuan pendidikan • Bantuan pendidikan • Bantuan pendidikan • Bantuan pendidikan • Bantuan pendidikan (APBN)
melalui KIP 20,1 juta siswa melalui KIP 20,1 juta melalui KIP 20,1 juta melalui KIP 20,1 juta melalui KIP 20,1 juta
• Bantuan pangan melalui siswa siswa siswa siswa
program sembako 15,6 juta • Bantuan pangan melalui • Bantuan pangan melalui • Bantuan pangan melalui • Bantuan pangan melalui
KPM program sembako 15,6 program sembako 15,6 program sembako 15,6 program sembako 15,6
Indikasi Target • Bantuan pendidikan tinggi juta KPM juta KPM juta KPM juta KPM
dan Pendanaan melalui KIP kuliah 830,2 • Bantuan pendidikan • Bantuan pendidikan • Bantuan pendidikan • Bantuan pendidikan tinggi
ribu mahasiswa tinggi melalui KIP kuliah tinggi melalui KIP kuliah tinggi melalui KIP kuliah melalui KIP kuliah 830,2
• Penyaluran subsidi LPG 3 830,2 ribu mahasiswa 830,2 ribu mahasiswa 830,2 ribu mahasiswa ribu mahasiswa
kg dan listrik tepat sasaran • Penyaluran subsidi LPG 3 • Penyaluran subsidi LPG • Penyaluran subsidi LPG 3 • Penyaluran subsidi LPG 3
31,4 juta KK kg dan listrik tepat 3 kg dan listrik tepat kg dan listrik tepat kg dan listrik tepat
• Diklat peningkatan sasaran 31,4 juta KK sasaran 31,4 juta KK sasaran 31,4 juta KK sasaran 31,4 juta KK
kemampuan keluarga • Diklat peningkatan • Diklat peningkatan • Diklat peningkatan • Diklat peningkatan
12.000 pendamping kemampuan keluarga kemampuan keluarga kemampuan keluarga kemampuan keluarga
• Penyediaan infrastruktur 12.000 pendamping 12.000 pendamping 12.000 pendamping 12.000 pendamping
dan layanan internet 514 • Penyediaan infrastruktur • Penyediaan infrastruktur • Penyediaan infrastruktur • Penyediaan infrastruktur
kab/kota dan layanan internet 514 dan layanan internet 514 dan layanan internet 514 dan layanan internet 514
kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota
-36-
18. Integrasi Bantuan Sosial Menuju Skema Perlindungan Sosial Menyeluruh (2/2)
• Verifikasi-validasi data dan • Verifikasi-validasi data dan • Verifikasi-validasi data • Verifikasi-validasi data • Verifikasi-validasi data
pelengkapan NIK bagi pelengkapan NIK bagi dan pelengkapan NIK dan pelengkapan NIK dan pelengkapan NIK
penduduk miskin dan rentan penduduk miskin dan bagi penduduk miskin bagi penduduk miskin bagi penduduk miskin
514 kab/kota rentan 514 kab/kota dan rentan 514 dan rentan 514 dan rentan 514 kab/kota
• Pengembangan layanan • Pengembangan layanan kab/kota kab/kota • Pengembangan layanan
Indikasi terpadu kemiskinan 220 terpadu kemiskinan 300 • Pengembangan layanan • Pengembangan layanan terpadu kemiskinan 514
Target dan kab/kota kab/kota terpadu kemiskinan 514 terpadu kemiskinan 514 kab/kota
Pendanaan • Integrasi data administrasi • Integrasi data administrasi kab/kota kab/kota • Integrasi data
kependudukan dan data kependudukan dan data • Integrasi data • Integrasi data administrasi
terpadu kesejahteraan sosial terpadu kesejahteraan administrasi administrasi kependudukan dan data
100 % sosial 100 % kependudukan dan data kependudukan dan data terpadu kesejahteraan
• Bantuan sosial yang • Bantuan sosial yang terpadu kesejahteraan terpadu kesejahteraan sosial 100 %
terintegrasi 5T 30 persen terintegrasi 5T 50 persen sosial 100 % sosial 100 % • Bantuan sosial yang
• Bantuan sosial yang • Bantuan sosial yang terintegrasi 5T 100
terintegrasi 5T 70 terintegrasi 5T 90 persen
persen persen
Peran Swasta 1) Penyediaan infrastruktur telekomunikasi dan layanan internet, 2) Penyediaan infrastruktur perbankan, 3) Penyediaan e-warung sebagai agen pengambilan bahan pangan
Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas, Kemsos, Kemdikbud, Kemenristekdikti, Kemenag, Kementerian ESDM, Kemenkominfo,
Pelaksana Kemendagri, Kementan, KKP, BPS, BPN, BNPB, Bank Indonesia, Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), swasta/BUMN, Pemerintah Daerah
• Jalan arteri primer P. Sumatera (Lintas Barat, Lintas Timur, dan Lintas Tengah) kondisinya belum mantap seluruhnya, memiliki traffic cukup tinggi, dan terjadi
kemacetan pada beberapa titik, dengan perkiraan waktu tempuh Aceh-Lampung 48 jam
Latar
• Jalan Tol Trans Sumatera memiliki total panjang 2.800 km, baru terbangun sepanjang 540 km (pada ruas Bakahuni-Terbanggi Besar, Medan-Binjai, Medan-
Belakang
Kualanamu-Tebing Tinggi, Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung, dan Palembang-Indralaya), memerlukan penyelesaian untuk mendorong
pengembangan wilayah Sumatera.
1. Menurunkan waktu tempuh Lampung – Aceh dari 48 jam menjadi 30 jam
Manfaat 2. Menjadi enabler bagi pengembangan Kawasan Industri dan Pariwisata di Sumatera
3. Menghubungkan koridor Timur dan Barat Sumatera
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
INDIKASI TARGET INDIKASI PENDANAAN
Indikasi
Target dan 2020 2021 2022 2023 2024 Total Rp 308,5 Triliun
Pendanaan • APBN: 105,5
472 km 590 km 495 km 325 km 149 km 2.031 km • KPBU: 203,0
20. KA Kecepatan Tinggi Pulau Jawa (Jakarta – Semarang dan Jakarta - Bandung)
• Tingginya urbanisasi di kota-kota besar (Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Bandung) belum diimbangi dengan ketersediaan konektivitas KA berkecepatan
tinggi untuk melayani mobilitas penumpang pada koridor antarkota metropolitan (konurbasi)
• Koridor Jakarta-Bandung dan Jakarta-Semarang diperkirakan akan jenuh memiliki kepadatan lalu lintas tinggi dengan jarak 158 km ditempuh dengan
Latar Belakang
kendaraan umum 4 – 5 jam dan menggunakan kereta api regular 3 – 4 jam
• Frekuensi penerbangan Jakarta-Surabaya sangat padat (peringkat ke-9 di Dunia), mencapai 150 pergerakan pesawat terbang per hari dan diperkirakan
ada 3,849 juta kursi dalam penerbangan per tahun
1. Mendorong pertumbuhan koridor ekonomi dan kota-kota lain (Semarang, Cirebon, Bandung)
Manfaat 2. Mendorong pertumbuhan TOD di sekitar stasiun
3. Mengurangi waktu tempuh Jakarta – Bandung dari 3 jam menjadi 40 menit dan pada Koridor Jakarta – Semarang dari 5 jam menjadi 3 jam 30 menit
INDIKASI TARGET
Indikasi Target
INDIKASI PENDANAAN
dan Pendanaan 2020 2021 2022 2023 2024 Total
KA cepat Jakarta – Persiapan Persiapan Persiapan Konstruksi Konstruksi • Panjang jalur KA: 435 km Rp 63,6 Triliun
Surabaya Phase 1 • Target konstruksi selesai akhir • APBN: Rp 21,6 Triliun
(Jakarta – 2024 • KPBU: Rp 42,0 Triliun
Semarang)
KA cepat Jakarta - Konstruksi Konstruksi Operasi Operasi Operasi • Target 142,3 km (selesai akhir
Bandung 2021)
Pelaksana Kementerian Perhubungan, Kementerian PUPR, BPPT, dan Badan Usaha
1. Penyiapan dan pengadaan lahan
2. Pembangunan infrastruktur (bangunan Rel dan Flyover/Underpass lintas Jakarta-Semarang 226 unit)
Highlight Proyek 3. Sistem persinyalan dan kelistrikan
4. Pembangunan Depo dan Stasiun
5. Pembangunan 13 terowongan pada Lintas Jakarta-Bandung
-39-
21. Kereta Api Makassar-Pare Pare
• Jalan nasional koridor Makassar – Pare-pare merupakan jalur utama angkutan batubara dari Kalimantan melalui pelabuhan Pare-pare menuju kawasan
industri di Makassar sebagai pusat industri di Pulau Sulawesi dengan proyeksi permintaan angkutan barang umum/industri sebesar 6.33% per tahun
Latar Belakang • Jalan arteri lintas barat Sulawesi koridor Makassar – Barru – Pare-pare memiliki kapasitas yang kurang memadai untuk mendukung logistik sehingga terjadi
beban muatan lebih
1. Terhubungkannya Kawasan Industri dengan Pelabuhan Garongkong dan Makassar New Port melalui Jalur Kereta Api
2. Mengurangi beban angkutan barang di Jalan Nasional Lintas Barat Sulawesi sebesar 20-30% pada tahun 2045 dengan target 1,5 juta ton per tahun
Manfaat
3. Dalam jangka panjang Jaringan KA Makassar-Pare-Pare bagian dari jaringan KA Kawasan Metropolitan Makassar
INDIKASI TARGET
INDIKASI PENDANAAN
2020 2021 2022 2023 2024 Total
Indikasi Target
dan Pendanaan • Konstruksi Segmen
Rp 6,4 Triliun
B, C dan D • Penyiapan • Konstruksi Konstruksi Konstruksi Segmen Full Operasional
• APBN: Rp 3,8 Triliun
• Konstruksi Segmen Segmen A dan E Segmen A dan E segmen A dan E A dan E pada tahun 2024
• KPBU: Rp 2,6 Triliun
F
• Biaya Logistik Indonesia tertinggi dibandingkan sejumlah negara, termasuk India, Malaysia, Tiongkok, Thailand, dan Vietnam
• 28 pelabuhan utama dalam rencana induk pelabuhan belum terkonsolidasi
Latar Belakang • 77% Rute pelayaran di Indonesia didominasi port to port, sedangkan rute loop hanya 23%
• Belum adanya standardisasi pelabuhan utama (panjang dermaga, kedalaman dan area penumpukan), untuk dijadikan pelabuhan utama transhipment
domestik.
• Meningkatkan kinerja pelabuhan dengan adanya standardisasi pelabuhan utama (nilai turn round time maksimum 24 jam)
Manfaat • Meningkatkan efisiensi rute pelayaran domestik dengan membentuk loop secara teratur menjadi 27%
• Sebagai penunjang Kawasan ekonomi yang terintegrasi dengan pelabuhan
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 INDIKASI PENDANAAN
Indikasi
Target dan
Pendanaan Rp 113 Triliun
1 pelabuhan utama 2 pelabuhan utama 4 pelabuhan utama 6 pelabuhan utama 7 pelabuhan utama
(BUMN/Swasta)
1. Standardisasi infrastruktur dan suprastruktur pelabuhan utama (pengembangan dermaga dan terminal peti kemas)
Highlight 2. Pengerukan kolam pelabuhan dan alur pelayaran, dan pembangunan breakwater
Proyek 3. Pengadaan kapal besar kapasitas 3000-5000 TEUs
4. Pengembangan Kawasan Industri
-41-
23. Sistem Angkutan Umum Massal Perkotaan di 6 Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, dan Makassar
• Urbanisasi berkembang pesat, diperkirakan pada 2045, 230 juta penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan dimana 6 metropolitan menyumbang sebesar 41%
Latar PDB nasional (setara Rp 5.554 triliun)
Belakang • Pangsa angkutan umum di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan kota-kota lain masih di bawah 20%
• Emisi yang masih tinggi dan dampak biaya kesehatan akibat emisi sektor transportasi mencapai 4,2 miliar dolar/tahun
• Jakarta kota termacet ke-7 di dunia, dengan kerugian akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta mencapai Rp 65 triliun per tahun
1. Industri minyak bumi nasional sudah beroperasi lebih dari 100 tahun dan produksinya semakin menurun;
Latar Belakang 2. Belum ada penambahan kapasitas kilang dalam 10 tahun terakhir;
3. Meningkatnya kebutuhan BBM dan Produk Petrokimia.
1. Menambah kapasitas produksi minyak menjadi 1,9Juta Barrel Per Hari di tahun 2026;
Manfaat
2. Memperbaiki neraca perdagangan di sektor migas.
Pembangunan Penyediaan Lahan BMN Financing dan EPC Financing dan EPC (Engineering, EPC +300 Ribu Rp 637,0
kilang baru (grass KLHK, Lahan Masyarakat EPC Procurement, and (Engineering, BCPD Triliun
root) Tuban General Engineering Construction) Procurement, (2026) (Badan Usaha)
Design, Site Development and
Construction)
Pembangunan Land Acquisition, AMDAL, AMDAL, BED-FEED EPC (Engineering, EPC (Engineering, EPC +300 Ribu
kilang baru (grass BED-FEED, Site Procurement, and Procurement, and (Engineering, BCPD
root) Bontang Development Construction) Construction) Procurement, (2025)
and Construction
Indikasi Target
Kilang RDMP BEDP (Basic Engineering Early Works EPC (Engineering, EPC (Engineering, EPC + 50 Ribu
dan Pendanaan
Cilacap Design Package)/FEED Procurement, and Procurement, and (Engineering, BCPD
(Front and Engineering Construction) Construction) Procurement, (2026)
Design, Site Development and Construction
Kilang RDMP Proses Dual FEED sd EPC (Engineering, Commissioning & +100 Ribu
Balongan Phase I Contract Award EPC, Site Procurement and Start Up, Operational BCPD
Development Construction) Works Acceptance (2025)
25 ribu BCPD
Kilang RDMP BEDP (Basic Engineering BEDP (Basic Engineering EPC Works stage II EPC Works stage II EPC Works stage
Balongan Phase II Design Package), site Design Package), Dual II
development FEED sd Contract Award
EPC
-43-
24. Pembangunan dan Pengembangan Kilang Minyak (2/2)
Kilang RDMP RFCC (Residue Fluid OA (Operational OA EPC Lawe-Lawe Commissioning & +100 Ribu Rp 637,0
Balikpapan Phase I Catalytic Cracker) FEED Acceptance) Sub Sea Pipe dan RFSU Boiler Start Up, BCPD Triliun
Tank Completed Plan Lawe-Lawe Operational (2025) (Badan Usaha)
RFSU (Ready For Start Acceptance 100
Indikasi Target Up) Ribu BCPD
dan Pendanaan Kilang RDMP BEDP (Basic Engineering Dual FEED Process EPC (Engineering, EPC (Engineering, EPC
Balikpapan Design Package) Procurement, and Procurement, and
Phase II Construction) Construction)
Kilang RDMP Dumai BFS (Bankable Feasibility BEDP (Basic Engineering Dual Feed Process EPC (Engineering, EPC +100 Ribu
Study) Design) Procurement, and (Engineering, BCPD
Construction) Procurement, (2026)
and
Construction)
Pelaksana 1. Pertamina, Badan Usaha, KESDM, KEMENKEU, BUMN
Indikasi Tambahan Kapasitas Pembangkit (MW) 5.452,5 6.446,1 3.442,8 6.209,2 5.727,7 27.277 MW
Target dan
Pendanaan Rp 1.121 Triliun
Kapasitas Jaringan Transmisi (kms)
4.459,6 4.765,9 4.632,1 3.519,5 1.692,0 19.069,10 kms (APBN dan Badan
Usaha)
Kapasitas Gardu Induk (MVA)
14.247,0 8.460,0 7.510,0 3.900,0 4.490,0 38.607 MVA
1. Pengembangan mini grid off grid di daerah terisolir terutama pulau-pulau kecil Indonesia Timur (KESDM);
Highlight
2. Pemanfaatan dan Pembangunan Bendungan Multifungsi (KPUPR);
Proyek
3. Pembangunan pembangkit, transmisi dan gardu induk (BUMN, IPP).
-45-
26. Infrastruktur TIK Untuk Mendukung Transformasi Digital
1. Terdapat 7.971 desa blankspot (tidak terlayani akses telekomunikasi dan internet);
2. Investasi pembangunan jaringan dengan teknologi serat optik untuk melayani daerah rural dan yang sulit terjangkau sangat mahal;
Latar
3. Belum terintegrasinya data pemerintahan yang memiliki standar kehandalan dan keamanan yang ideal;
Belakang
4. Pemanfaatan infrastruktur untuk digitalisasi layanan masih terbatas pada 5 sektor strategis rencana pita lebar (e-Pemerintahan, e-Pendidikan, e-Kesehatan, e-
Pengadaan, dan E-Logistik) serta e-Commerce sehingga digitalisasi belum dirasakan secara masif.
1. Mengurangi kesenjangan digital khususnya pada daerah-daerah yang masih belum terlayani akses infrastruktur TIK
2. Menyediakan layanan internet cepat untuk digitalisasi pelayanan pendidikan, kesehatan, kantor pemerintah desa/kecamatan/kantor/pos pertahanan & keamanan
Manfaat
3. Menyediakan kebutuhan penyimpanan data untuk berbagai aplikasi, konten dan layanan pemerintah, dengan teknologi yang aman, terintegrasi, dan dapat diakses
setiap saat, serta mampu untuk melakukan analisa Big Data dari berbagai sumber data yang tersedia.
INDIKASI TARGET
INDIKASI
PENDANAAN
Target Kumulatif 2020 2021 2022 2023 2024 Total
Pembangunan BTS/Lastmile 5.052 5.052 5.052 5.052 5.052 5,052 desa Rp 435,2 Triliun
(desa non komersial) APBN: Rp 7,2 Triliun
Swasta: Rp 428 Triliun
Kapasitas satelit Satria (Gbps) Konstruksi Konstruksi Konstruksi 150 150 150 Gbps
Indikasi
Target dan Persentase kecamatan yang 36,42 37,15 42,85 50,00 60,60 60%
Pendanaan terjangkau serat optik(%)
Penyelenggaraan Pusat data K/L:30% K/L:50% K/L:80% K/L:100% K/L:100% K/L:100%
nasional Pemprov/kab/ Pemprov/kab/ Pemprov/kab/ Pemprov/kab/ Pemprov/kab/ Pemprov/kab/
kot:30% kot:50% kot:80% :100% kot:100% kot:100%
Sistem infrastruktur penyiaran 44 lokasi 50 lokasi satuan 60 lokasi 74 lokasi 55 lokasi satuan 283 lokasi satuan
digital satuan transmisi satuan satuan transmisi transmisi
transmisi transmisi transmisi
Pelaksana Kemenkominfo, Kemenkes, Kemendikbud, Kemenperin, Kemendagri, KemenPAN, BSSN, BPPT, dan Badan Usaha
1. Perluasan jangkauan jaringan bergerak pitalebar (BTS/Last Mile) (Kemenkominfo, BUMN, Swasta)
2. Satelit Satria (Kemenkominfo, Kemendikbud, Kemenkes, Kemenhan/Polri, Kemendagri)
Highlight
3. Peningkatan jangkauan jaringan tetap pitalebar hingga ke tingkat kecamatan (Kemenkominfo, BUMN, Swasta)
Proyek
4. Penyediaan Infrastruktur SPBE (Kemenkominfo, BSSN, BPPT)
5. Penyediaan infrastruktur penyiaran publik digital (Kemkominfo, LPP TVRI)
-46-
27. Pengaman Pesisir 5 Perkotaan Pantura Jawa
1. Banjir rob masih terjadi beberapa kawasan perkotaan Pantai Utara Jawa (Jabodetabek, Cirebon Raya, Kedungsepur, Petanglong,
Gerbangkertosusila)
Latar Belakang
2. Kualitas air di 10 wilayah sungai di Kawasan Pantai Utara Pulau Jawa tercemar sedang hingga berat
3. Belum terhubungnya konektivitas JIPS Demak dengan Simpul Pelabuhan Tanjung Emas
1. Mengatasi bencana banjir rob di Jakarta Utara, Semarang, Pekalongan, Demak, Cirebon
2. Meningkatkan kualitas air sungai tercemar menjadi kualitas kelas II
Manfaat 3. Menurunkan waktu tempuh Semarang - Demak (dari 1 jam menjadi 25 menit)
4. Meningkatkan konektivitas Kawasan Industri Jatengland Industrial Park Sayung (JIPS) Demak dengan Simpul Pelabuhan
Tanjung Emas
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
INDIKASI TARGET INDIKASI
Indikasi Target dan Pendanaan
2020 2021 2022 2023 2024 Total PENDANAAN
• Terpasangnya alat pemantauan • 16 unit • 19 unit • 36 unit • 28 unit • 5 unit • 104 unit Rp 54,9 Triliun
penurunan tanah APBN: Rp 31,4
Triliun
• Terbangunnya tanggul laut dan • 12,8 Km • 21,4 Km • 21,8 Km • 22,6 Km • 22,5 Km • 100,9 Km KPBU: Rp 18,7
bangunan pengaman pantai Triliun
APBD: Rp 4,8 Triliun
• Terbangunnya SPALDT permukiman dan • 66.611 KK • 105.205 KK • 105.205 KK • 157.808 KK • 157.808 KK • 592.637 KK
perkotaan
• Terbangunnya stasiun pemantauan • 47 unit • 16 unit • 14 unit • 12 unit • 11 unit • 100 unit
kualitas air yang beroperasi secara
kontinyu/ONLIMO
• Terbangunnya jalan Tol Semarang-Demak • 27 Km • 27 Km
Pelaksana KemenPUPR, KemenESDM, Pemda, & Badan Usaha
1. Alat pemantauan penurunan tanah (KemenESDM)
2. Tanggul Laut dan bangunan pengaman pantai (KemenPUPR)
Highlight Proyek 3. Sistem pengolahan air limbah domestik terpusat (KemenPUPR)
4. Jalan Tol Semarang-Demak (KemenPUPR)
-47-
28. 18 Waduk Multiguna
1. Berkurangnya total volume tampungan sebesar 19% akibat sedimentasi (Pulau Jawa hingga 31%)
2. Sekitar 59% bendungan eksiting hanya memiliki fungsi tunggal, terutama untuk irigasi
Latar Belakang 3. Rendahnya efisiensi pemanfaatan air irigasi (tingkat kehandalan jaringan irigasi 70%)
4. Semakin tingginya kompetisi air seiring pertumbuhan populasi dan ekonomi, terutama di Pulau Jawa
1. Tersedianya tampungan air untuk mereduksi risiko bencana banjir sebesar 12.999,41 m³/detik
2. Tersedianya pasokan air baku dari waduk 23,48 m³/detik
3. Tersedianya pasokan listrik untuk mendukung KEK/KI dan industri yang bersumber dari waduk sebesar 2.437,55 MW
Manfaat 4. Tersedianya pasokan air di 51 daerah irigasi premium sebesar 20% guna mendukung ketahanan pangan
5. Peningkatan efisiensi dan kinerja irigasi di atas 70% yang didukung oleh pemanfaatan teknologi di 9 DI (DI Jatiluhur, DI Kedungputri, DI
Pamukkulu, DI Waduk Wadaslintang, DI Sadang, DI Mrican, DI Way Sekampung, DI Rentang, dan DI Komering)
6. Peningkatan IP (Indeks Pertanaman) sebesar rata-rata 25% di 9 DI
INDIKASI TARGET
Indikasi Target dan
INDIKASI PENDANAAN
Pendanaan 2020 2021 2022 2023 2024 Total
• Jumlah waduk • 0 unit • 4 unit • 3 unit • 2 unit • 9 unit • 18 unit (10 APBN, 6 Rp 92,9 Triliun
multiguna yang KPBU, 2 SWASTA/BUMN) APBN: Rp 12,96 Triliun
dibangun KPBU: Rp 20 Triliun
Swasta: Rp 60 Triliun
• Alat ukur air • 1 DI • 2 DI • 3 DI • 2 DI • 1 DI • 9 DI
(water
accounting)
yang terpasang
• Keterbatasan sistem jaringan jalan di Papua dan masih sangat tergantung dengan moda udara untuk distribusi barang dan mobilitas manusia mengakibatkan
Latar tingginya harga bahan pokok dan barang lainnya.
Belakang • Distribusi logistik di wilayah Pegunungan Tengah dilakukan melalui moda udara melalui bandara di Timika, Dekai, Wamena, Oksibil, dan Tanah Merah
• Kondisi bandara yang ada memerlukan peningkatan kapasitas dan dukungan subsidi perintis baik untuk penumpang maupun kargo
• Menurunkan harga bahan pokok di Wilayah Papua sebesar 50 persen
Manfaat
• Mendorong peningkatan perekonomian daerah melalui kepastian ketersediaan angkutan untuk hasil komoditas di daerah
INDIKASI TARGET
INDIKASI
PENDANAAN
2020 2021 2022 2023 2024
• 9 bandara • 9 bandara dikembangkan • 9 bandara dikembangkan • 9 bandara dikembangkan • 7 bandara Rp 7,7 Triliun
Indikasi dikembangkan • Pengembangan • Pengembangan Pelabuhan • Penyediaan subsidi dikembangkan (APBN)
Target dan • Penyediaan subsidi Pelabuhan 2 Lokasi 2 Lokasi perintis 37 Rute • Penyediaan subsidi
Pendanaan perintis 37 Rute • Penyediaan subsidi • Penyediaan subsidi perintis (penumpang, kargo, dan perintis 37 Rute
(penumpang, kargo, perintis 37 Rute 37 Rute (penumpang, BBM) (penumpang, kargo,
dan BBM) (penumpang, kargo, dan kargo, dan BBM) • Subsidi Perintis Tol Laut dan BBM)
• Subsidi Perintis Tol BBM) • Subsidi Perintis Tol Laut 2 2 Rute • Subsidi Perintis Tol
Laut 2 Rute • Subsidi Perintis Tol Laut Rute Laut 2 Rute
2 Rute
• Pulau Papua memiliki keterbatasan jaringan jalan yang menghubungkan koridor dari Marauke hingga Sorong, termasuk koridor penghubung ke pusat
kegiatan ekonomi dan Kawasan permukiman di Kabupaten/Kota.
Latar Belakang
• Jalan Trans Papua dengan panjang total 3.416,02 km (2.345,40 km di Papua dan 1.070,62 km di Papua Barat), masih terdapat ruas jalan yang belum
terhubung dan memerlukan penanganan agar dapat berfungsi dalam menunjang kegiatan ekonomi masyarakat.
• Meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas bagi wilayah perdalaman, terutama wilayah Pegunungan Tengah Papua
Manfaat
• Mengurangi biaya logistik angkutan bahan pokok mencapai 50%.
INDIKASI TARGET
INDIKASI PENDANAAN
2020 2021 2022 2023 2024 Total
Indikasi Target
dan Pendanaan • Pembangunan Jalan 109,54 km 109,54 km 89,54 km 89,54 km 89,54 km 487,68 km
Rp 15,38 Triliun
• Pembangunan/Penggantian (APBN)
4.027 m 4.197 m 3.647 m 3.212 m 3.276 m 18.361 m
Jembatan
1. Pembangunan Jalan Ruas Waghete - Timika; Oksibil - Seredala; Wamena - Habema - Mumugu; Wamena - Elelim - Jayapura; Enarotali - Ilaga - Mulia -
Wamena; Fakfak (SP. Moyana) - Windesi; Sp.3 Moyana - Tiwara - Bofuer; Sp.3 Moyana - Wanoma; Wanggar - Kwatisore - Kampung Muri (Bts Provinsi
Highlight Proyek Papua Barat)
2. Pembangunan/penggantian jembatan ruas Enarotali - Ilaga - Mulia - Wamena; Wamena - Elelim - Jayapura (Yetti); Wamena - Habema - Mumugu;
Kenyam - Dekai; Dekai - Oksibil; Wagete - Timika; Fakfak (SP. Moyana) - Windesi; Sp.3 Moyana - Wanoma; Wanggar - Kwatisore - Kampung Muri (Bts
Provinsi Papua Barat)
-51-
32. Akses Sanitasi (Air Limbah Domestik) Layak dan Aman (90% Rumah Tangga)
Sampai dengan tahun 2018 rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak masih mencapai 74,58% termasuk akses sanitasi aman hanya mencapai
Latar 7,42%. Selain itu, 9,36% rumah tangga masih mempraktikan buang air besar sembarangan (BABS) di tempat terbuka. Masih terdapat gap sebesar 7,58%
Belakang untuk mencapai target akses sanitasi aman sebesar 15% pada tahun 2024. Penyediaan akses sanitasi sangat berkorelasi dengan penurunan angka stunting
dan penurunan pencemaran air dari sumber air limbah domestik.
1. Meningkatnya rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak menjadi 90% (termasuk di dalamnya 15% rumah tangga memiliki akses sanitasi aman)
Manfaat 2. Menurunkan persentase rumah tangga yang BABS di tempat terbuka menjadi 0%
3. Menurunkan angka stunting akibat akses sanitasi buruk menjadi kurang dari 10%
51
-52-
33. Akses Air Minum Perpipaan (10 Juta Sambungan Rumah)
1. Capaian akses air minum layak pada tahun 2018 adalah 87,75%, yang terdiri dari akses air minum jaringan perpipaan sebesar 20,14% dan bukan jaringan
perpipaan sebesar 67,61%
Latar 2. Defisit air baku 2018 mencapai 181,3 m3/detik
Belakang 3. Baru 59,6% PDAM yang memiliki kinerja sehat (2018).
4. Kurangnya akses air minum yang layak dan aman merupakan salah satu penyebab tingginya prevalensi penyakit yang disebabkan oleh air, seperti diare dan juga
stunting.
1. Meningkatkan pelayanan dasar kepada masyarakat melalui pembangunan akses air minum perpipaan untuk 10 juta rumah tangga.
2. Meningkatkan akses air minum layak nasional menjadi 100% yang terdiri dari akses air minum jaringan perpipaan 30,45% dan bukan jaringan perpipaan 69,55%
Manfaat 3. Menjamin ketersediaan air baku untuk air minum (50 m3/detik)
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui penyediaan akses air minum layak dan aman yang dapat diakses pada saat dibutuhkan dan memenuhi
standar kesehatan
5. Meningkatkan tingkat kesehatan, penyediaan akses air minum layak dan aman memiliki kontribusi sebesar 70% dalam penanganan stunting
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
INDIKASI TARGET INDIKASI
2020 2021 2022 2023 2024 Total PENDANAAN
• Pembangunan air • Pembangunan air • Pembangunan air • Pembangunan air • Pembangunan air • Pembangunan air Rp 123,4 Triliun
Indikasi baku: 11,4 baku: 11,4 baku: 11,4 baku: 11,4 APBN : 77,9 Triliun
Target dan baku: 4,27 m3/detik m3/detik m3/detik m3/detik m3/detik baku: 50 m3/detik APBD : 15,6 Triliun
Pendanaan KPBU : 29,9 Triliun
• Pembangunan Sistem • Pembangunan • Pembangunan • Pembangunan • Pembangunan • Pembangunan
Penyediaan Air Minum SPAM: 1.500.000 SPAM: 2.000.000 SPAM: 2.500.000 SPAM: 3.000.000 SPAM: 10.000.000
(SPAM): 1.000.000 SR SR SR SR SR Sambungan Rumah
di 34 Provinsi
Pelaksana Kementerian PUPR, Pemerintah Daerah, Badan Usaha
1.Menyediakan air baku di kawasan prioritas pulau kecil terluar sebanyak 0,96 m³/s.
2.Menyediakan air baku di kawasan prioritas daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) sebanyak 17,62 m³/s
3.Menyediakan air baku untuk mendukung kawasan perkotaan sebanyak 9,8 m³/s.
4.Menyediakan air baku untuk mendukung kawasan strategis (KEK, KI, KSPN) sebanyak 2,64 m³/s.
Highlight 5.Menyediakan air baku di Kawasan pantai utara Jawa sebesar 2,45 m³/s.
Proyek 6.Penyediaan air baku di kawasan rawan air sebanyak 16.54 m³/s.
7.Penurunan tingkat kebocoran hingga 25% (Ditjen. CK - Kemen PUPR, Pemerintah Daerah, PDAM)
8.Perluasan jaringan dan pemanfaatan kapasitas terpasang 2,89 juta SR (Ditjen. CK - Kemen PUPR, Pemerintah Daerah)
9.Peningkatan/pembangunan SPAM baru 40.400 L/dtk (Ditjen. CK - Kemen PUPR, Pemerintah Daerah)
10.Pembangunan SPAM regional 10.150 L/dtk (Ditjen. CK - Kemen PUPR, Pemerintah Daerah)
11.Peningkatan kinerja operator air minum, 100% sehat (Ditjen CK - Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah)
52
-53-
34. Rumah Susun Perkotaan (1 Juta)
• Persentase rumah tangga yang tinggal di hunian layak pada tahun 2018 sebesar 54,1%
Latar • Belum optimalnya pemanfaatan lahan di perkotaan untuk kebutuhan hunian
Belakang • Masyarakat menengah ke bawah bertempat tinggal jauh dari pusat kegiatan
• Belum adanya sistem penyediaan perumahan di perkotaan yang terjangkau bagi seluruh kalangan masyarakat
1. Meningkatnya akses masyarakat terhadap perumahan layak dan aman yang terjangkau untuk sejuta rumah tangga perkotaan dan menangani
Manfaat permukiman kumuh
2. Terbentuknya sistem perumahan publik yang profesional di metropolitan (lintas kab/kota)
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
INDIKASI TARGET
INDIKASI PENDANAAN
2020 2021 2022 2023 2024 Total
53
-54-
Latar 1. Produksi gas bumi nasional cukup besar sehingga harus dimanfaatkan secara maksimal untuk penggunaan dalam negeri
Belakang 2. Jaringan gas kota terbangun saat ini masih cukup rendah (537.000 SR)
1. Penghematan subsidi LPG sebesar Rp 297,55 M per tahun dan penghematan pengeluran energi masyarakat sebesar Rp 386 M per
tahun (setara 1 juta SR);
2. Mengurangi impor LPG sebesar 603.720 ribu ton per tahunnya, serta pengurangan defisit neraca perdagangan migas mencapai Rp
Manfaat
2,64 T per tahun.
3. Lokasi prioritas: DKI Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Depok, Bekasi, Bogor, Semarang, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan,
Medan, Palembang
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
INDIKASI TARGET 2020 2021 2022 2023 2024 Total INDIKASI
PENDANAAN
Indikasi Pembangunan Jaringan Gas Kota 266.070 SR 100.000 - - - 366.070 SR Rp 38,4 Triliun
Target dan (APBN) (Sambungan Rumah/SR) SR APBN: Rp 4,1 Triliun
Pendanaan BUMN: Rp 6,9 Triliun
Pembangunan Jaringan Gas Kota 50.000 839.555 800.000 800.000 2.489.555
KPBU: Rp 27,4 Triliun
(KPBU) (Sambungan Rumah/SR) SR
1. Pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga melalui APBN (KESDM)
Highlight 2. Review dokumen FEED-DEDC pembangunanan jaringan gas bumi untuk rumah tangga (KESDM)
Proyek 3. Penyediaan dukungan pemerintah (Kemenkeu)
4. Pembangunan Infrastruktur jaringan gas bumi untuk rumah tangga (BUMN)
-55-
36. Pemulihan 4 Daerah Aliran Sungai Kritis
1. Kebutuhan pengembangan infrastruktur gas bumi untuk menghubungkan antara sumber gas dengan pengguna baik untuk rumah tangga,
Latar Belakang transportasi, industri, serta kelistrikan, terutama untuk wilayah Indonesia bagian tengah dan timur;
2. Diperkirakan sumber daya gas bumi di region V Kalimantan akan mengalami surplus dari tahun 2018-2027.
1. Menyambungkan jaringan pipa gas bumi wilayah Kalimantan (Trans Kalimantan);
2. Memenuhi kebutuhan gas bumi di sektor industri, pembangkit listrik, hingga kebutuhan jaringan gas rumah tangga dan komersial di Kalimantan;
Manfaat
3. Mendukung penyediaan energi untuk calon ibukota negara;
4. Mendorong pemanfaatan potensi gas bumi di wilayah Natuna
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
INDIKASI PENDANAAN
INDIKASI TARGET
1. Peningkatan timbulan limbah B3 di Indonesia menimbulkan masalah kesehatan dan pencemaran lingkungan, namun ketersediaan fasilitas
Latar pengolahannya masih sangat terbatas sehingga biaya pengolahan menjadi tinggi, terutama dari segi komponen transportasi
Belakang 2. Jumlah dan sebaran fasilitas pengolahan limbah B3 medis masih terbatas (kebutuhan minimal 34 unit atau 1 unit di setiap provinsi) sedangkan
pengolahan limbah B3 secara terpadu belum tersedia (kebutuhan minimal 1 unit di tiap 4 pulau utama: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa)
Manfaat Meningkatkan kapasitas jumlah limbah B3 medis yang terolah hingga mencapai 26.880 ton/tahun
INDIKASI TARGET
INDIKASI
2020 2021 2022 2023 2024 Total PENDANAN
Indikasi Kapasitas limbah Kapasitas limbah B3 Kapasitas limbah Kapasitas limbah Kapasitas limbah Kapasitas limbah Rp 4,6 Triliun
Target dan B3 terolah sebesar terolah sebesar B3 terolah B3 terolah sebesar B3 terolah B3 terolah sebesar APBN: Rp 0,6
Pendanaan 4.200 ton/tahun 9.240 ton/tahun sebesar 15.120 21.000 ton/tahun sebesar 26.880 26.880 ton/tahun Triliun
ton/tahun ton/tahun KPBU : Rp 3,0
Triliun
Swasta : Rp 1,0
Triliun
Pelaksana Kemen LHK, Kemenkes, Badan Usaha
1. Pembangunan Pusat Pengolahan Limbah B3 terpadu wilayah Kalimantan (KPBU – koordinasi KLHK)
2. Pembangunan Pusat Pengolahan Limbah B3 terpadu wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua/Sumapapua (KPBU – koordinasi KLHK)
Highlight
3. Pembangunan Pusat Pengolahan Limbah B3 terpadu wilayah Jawa Timur (Swasta – koordinasi KLHK)
Proyek
4. Penyediaan fasilitas pengolahan limbah B3 terintegrasi yang berasal dari berbagai sumber fasilitas pelayanan kesehatan (KLHK)
-58-
39. Penguatan Sistem Peringatan Dini Bencana
1. Ancaman bencana semakin masif, kompleks, dan tidak dapat diprediksi seiring dengan perubahan lingkungan; terutama ancaman bencana
hidrometeorologi (akibat perubahan iklim dan cuaca), bencana geologi (akibat aktivitas tektonik dan vulkanik); serta bencana lingkungan akibat
Latar pencemaran dan kerusakan lingkungan (khususnya air dan udara).
Belakang 2. Kelengkapan peralatan serta akurasi dan kecepatan dari sistem peringatan dini yang tersedia belum cukup memadai untuk mengantisipasi
tingginya frekuensi dan banyaknya jenis ancaman bencana di Indonesia, selain itu belum terbentuk sistem peringatan dini yang terintegrasi dan
efisien.
Meningkatkan kecepatan penyampaian informasi peringatan dini bencana dari 5 menit menjadi 3 menit, sehingga dapat mengurangi kerusakan
Manfaat
dan/atau kerugian akibat bencana.
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
INDIKASI TARGET INDIKASI
2020 2021 2022 2023 2024 Total PENDANAAN
Pelaksana BMKG, BNPB, KLHK, BIG, Kemen ESDM, LAPAN, LIPI, BPPT
1. Jumlah serangan siber terbanyak ke Indonesia adalah virus malware /trojan-activity sebesar 92% dari total 20.033.257 serangan siber (Jan-Mei 2019).
2. Fenomena digitalisasi pada sektor jasa dan keuangan serta meningkatnya pengguna internet dengan penetrasi sebesar 56% (Jan 2019).
Latar Belakang 3. BSSN hanya memiliki satu sistem monitoring Mata Garuda yang belum mampu mencakup seluruh titik rentan di Indonesia.
4. Belum ada pusat informasi terpadu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber informasi dan aduan keamanan siber.
5. Belum ada mekanisme integrasi dan sharing data informasi serangan siber antar stakeholder terkait
1. Menurunnya insiden serangan siber; 3. Meningkatnya pelayanan multistakeholder keamanan siber melalui pusat
2. Meningkatnya kemampuan bersama multistakeholder keamanan siber informasi terpadu bagi masyarakat;
Manfaat
dalam melakukan deteksi dini serangan/ancaman siber; 4. Meningkatnya integrasi dan sharing data informasi antar stakeholder terkait
(baik pemerintah, swasta, dan komunitas siber lainnya).
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
INDIKASI TARGET
INDIKASI
2020 2021 2022 2023 2024 Total PENDANAAN
• Penguatan • Penguatan NSOC • Penguatan NSOC • Penguatan NSOC • Penguatan NSOC • Kapasitas SDM Rp 8,0 Triliun
NSOC BSSN BSSN BSSN BSSN BSSN Kamsiber 3600 (APBN)
Indikasi Target • Peningkatan • Penguatan SOC • Penguatan SOC • Penguatan SOC • Peningkatan orang
dan Pendanaan kapasitas SDM Tahap I Tahap II Tahap III kapasitas SDM • Penguatan
Kamsiber 800 • Peningkatan • Peningkatan • Peningkatan Kamsiber700 SOC di 5 KL
orang kapasitas SDM kapasitas SDM kapasitas SDM orang 100%
• Pembentukan Kamsiber 700 orang Kamsiber 700 orang Kamsiber 700 orang • Pembentukan • Pembentukan
dan penguatan • Pembentukan dan • Pembentukan dan • Pembentukan dan dan penguatan CSIRT 121
CSIRT 15 KLD penguatan CSIRT 25 penguatan CSIRT penguatan CSIRT 27 CSIRT 27 KLD KLD 100%
KLD 27 KLD KLD
Pelaksana Badan Siber dan Sandi Negara; Kepolisian Nasional R.I; Kementerian Pertahanan/TNI; Badan Intelijen Negara; Kejaksaan Agung.
1. Peningkatan Kapasitas SDM CSSA (BSSN, BIN, Kemhan/TNI, Polri, Kejaksaan)
Highlight 2. Perluasan cakupan NSOC (BSSN)
Proyek 3. Pembangunan SOC (BSSN, BIN, Kemhan/TNI, Polri, Kejaksaan)
4. Pembentukan CSIRT Sektor Pemerintah (BSSN)
-60-
41. Penguatan Keamanan Laut di Natuna (1/2)
Dm
03-o
O Z
-
in
T.
73
(A
C
ii
-0
Z
41. Penguatan Keamanan Laut di Natuna(2/2)
Kementerian Pertahanan/TNI
Z$a)
v
137
0
ca
Bakamla
Pengadaan Alutsista TNI AL
Pembangunan Sarpras Pertahanan dan Dukungannya
N- ti-
.0 ,..,.
0 to
PengadaanAlpalkamla
Pembangunan SarprasKamla
1. 2. 1. 2. 3. 4. 5.
Salinansesuai denganaslinya
IN ,L2NIERTH IVINVI2NN3S OUOUIM 0}10P
4I s031I-red IP[[
LAMPIRAN III
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
NASIONAL TAHUN 2020-2024
MATRIKS PEMBANGUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
TAHUN 2020-2024
A.1.1
PP : Pemenuhan kebutuhan energi Porsi EBT dalam Bauran Energi 13,4 14,5 15,7 17,9 19,5 177.775,2
dengan mengutamakan peningkatan Nasional* (Persen)
Energi Baru Terbarukan (EBT)
Indeks Ketahanan Energi (Indeks) 68,0 68,0 68,8 69,2 70,3
KP : Akselerasi pengembangan Kapasitas terpasang tambahan 686,5 1.001,1 1.921,8 1.778,2 3.662,7 165.677,1
pembangkit energi terbarukan pembangkit EBT (MW)
ProP : Percepatan Pembangunan 165.677,1
Pembangkit Energi Terbarukan
PLTA Kapasitas terpasang tambahan (MW) 165,2 440,3 955,9 397,0 1.951,4 74.996,7 Tersebar KESDM, BUMN,
Swasta
PLT Panas Bumi (PLTP) Kapasitas terpasang tambahan (MW) 140,0 80,0 132,0 300,0 375,0 42.270,0 Tersebar KESDM, BUMN,
Swasta
PLT Bioenergi Kapasitas terpasang tambahan (MW) 246,7 152,0 484,8 159,0 252,6 24.656,0 Tersebar KESDM, BUMN,
Swasta
PLT Surya (PLTS) Kapasitas terpasang tambahan (MW) 134,6 328,8 339,1 643,2 643,7 17.931,6 Tersebar KESDM, BUMN,
Swasta
PLT Bayu (PLTB) Kapasitas terpasang tambahan (MW) - - 10,0 279,0 440,0 5.797,9 Tersebar KESDM, BUMN,
Swasta
A.1.2
Pembangunan PLTN Komersial PLTN Komersial yang Dibangun Meneliti Mendorong Membangun Melakukan Menyusun 25,0 Pusat KESDM
(Tambahan Baru) pengembangan penguasaan kerja sama analisis peta jalan
teknologi PLTN teknologi PLTN internasional multikriteria (roadmap)
disertai aspek- sejalan dengan terkait studi terhadap implementasi
aspek perkembangan pengembangan implementasi PLTN sebagai
keekonomian terkini PLTN PLTN pilihan terakhir
dan kemajuan mencakup dalam prioritas
keselamatan teknologi PLTN kepentingan pengembangan
di dunia mendesak, energi
skala besar, nasional.
jaminan
pasokan,
keseimbangan
pasokan
energi,
pengurangan
emisi karbon,
faktor
keselamatan
dan skala
keekonomian
dengan
melibatkan
berbagai
pandangan
dari berbagai
stakeholder.
KP : Peningkatan pasokan bahan bakar Pemanfaatan biofuel untuk Domestik 10,0 10,2 14,2 14,6 17,4 11.969,0
nabati (Juta kilo liter)
ProP : Akselerasi Pengembangan 11.969,0
BBN
Kilang BBN Tahapan Pembangunan Green Refinery Penyusunan Penyusunan EPC EPC Mid 2024 11.900,0 Pusat Pembangunan Energi Pertamina
Stand Alone kapasitas 20 ribu Barrel per BEDP: Basic dokumen Start Up dan Terbarukan Green Fuel
Day di RUIII Plaju (Tahapan ) Engineering FEED dan On Stream Berbasis Kelapa Sawit
Design Project persetujuan
dan tender FID (Final
DFC (Dual Investment
Feed Decision)
Competition)
A.1.3
Pembangunan Unit Pengolahan Pembangunan Unit Pengolahan Minyak 1.520,0 1.520,0 1.520,0 1.520,0 1.520,0 19,0 Sentra Sawit Pembangunan Energi Swasta
Minyak Sawit Industri di Perdesaan Sawit Industri di Perdesaan dekat Terbarukan Green Fuel
dekat Perkebunan (Demetalized Perkebunan (Demetalized Palm Oil Mill) Berbasis Kelapa Sawit
Palm Oil Mill) (mill) (mill)
Pengembangan Teknologi FCC untuk Penelitian dan Pengembangan Teknologi - 1 1 1 1 50,0 Pusat Pembangunan Energi Kemen ESDM
Pembuatan Green Gasoline Berbasis FCC untuk Green Gasoline berbasis CPO (Penyempurna (Simulasi (Simulasi (FS dan DED Terbarukan Green Fuel
CPO 100% 100% hingga Pembuatan Desain Skala an Pilot Plant menggunakan menggunakan skala Berbasis Kelapa Sawit
Komersial (Unit ) (alat kontrol bahan baku bahan baku komersial dan
dan alat ukur)) Olein (Co- RBDPO (refine, simulasi
Product CPO)) bleached, konversi
deodorized, minyak nabati
palm oil) (Main menjadi green
Product CPO)) gasoline)
KP : Peningkatan pelaksanaan Intensitas energi primer (SBM/Rp 139,5 138,0 136,6 135,2 133,8 2,1
konservasi dan efisiensi energi Miliar)
penurunan Intensitas energi final 0,9 0,9 0,9 0,8 0,8
(SBM/Rp Miliar)
ProP : Perluasan Penerapan 2,1
Efisiensi Energi
Penyusunan Standar Kinerja Energi Jumlah peralatan yang disusun SKEM- 3,0 2,0 1,0 - - 2,1 34 Provinsi Kemen ESDM
Minimum nya (Peralatan)
KP : Peningkatan pemenuhan energi Domestic Market Obligation (DMO) 155,0 168,0 177,0 184,0 187,0 37,5
domestik Batubara (Juta Ton)
Alokasi Pemanfaatan Gas Domestik 64,0 65,0 66,0 67,0 68,0
(Persen)
ProP : Pemenuhan Energi yang 37,5
Kompetitif bagi Energi
DMO Batubara DMO Batubara (Juta Ton) 155,0 168,0 177,0 184,0 187,0 5,0 Pusat KESDM, Kemen
PUPR
Alokasi Pemanfaatan Gas Domestik Alokasi Pemanfaatan Gas Domestik 64,0 65,0 66,0 67,0 68,0 15,5 Pusat Kemen ESDM
(Persen)
Produksi Gas Bumi Produksi Gas Bumi (Ribu BOPD) 1.191,0 1.234,0 1.241,0 1.199,0 1.163,0 17,0 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemen ESDM
Luar Jawa dan 31 Smelter
TKDN Pembangkit PLT Bayu TKDN Pembangkit PLT Bayu (Persen) 40,0 40,0 40,0 40,0 40,0 6,5 Pusat Kemen ESDM
TKDN Pembangkit PLT Surya TKDN Pembangkit PLT Surya (Persen) 40,0 40,0 40,0 40,0 40,0 6,5 Pusat Kemen ESDM
A.1.4
TKDN Pembangkit PLT Air TKDN Pembangkit PLT Air (Persen) 70,0 70,0 70,0 70,0 70,0 6,5 Pusat Kemen ESDM
TKDN Pembangkit PLT Bioenergi TKDN Pembangkit PLT Bioenergi (Persen) 40,0 40,0 40,0 40,0 40,0 6,5 Pusat Kemen ESDM
TKDN Pembangkit PLT Panas Bumi TKDN Pembangkit PLT Panas Bumi 30,0 30,0 33,0 33,0 35,0 6,5 Pusat Kemen ESDM
(Persen)
Proyek Bangunan dan Fasilitas 57,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub PT. LEN
Pabrik Solar Module Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
PP : Peningkatan kuantitas/ketahanan Produktivitas air (water productivity) 4,0 4,4 4,7 5,1 5,4 283.664,7
air untuk mendukung pertumbuhan (US$/m³)
ekonomi
KP : Pemantapan Kawasan berfungsi Luas Minimal Kawasan berfungsi 65 65 65 65 65 6.220,7
Lindung (kumulatif) Lindung (kumulatif) (Juta ha)
ProP : Inventarisasi Jasa Luas area dengan Indeks Jasa 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 1.996,4
Lingkungan Tinggi Lingkungan Tinggi (Ekoregion)
Identifikasi pemetaan kawasan Luas kawasan hutan dengan Indeks 65,0 65,0 65,0 65,0 65,0 73,3 Pusat KLHK, Pemerintah
hutan dengan Indeks Jasa Jasa Lingkungan tinggi (Juta ha) Daerah,
Lingkungan tinggi Pemerintah Desa
Verifikasi lapangan kawasan Jumlah daerah yang melakukan 7,0 10 8 6 3 91,6 Pusat KLHK, Pemerintah
dengan Indeks Jasa Lingkungan verifikasi lapangan kawasan dengan Daerah,
tinggi Indeks Jasa Lingkungan tinggi secara Pemerintah Desa
partisipatif (Provinsi)
Inventarisasi dan verifikasi Luas kawasan yang diinventarisasi dan 70,0 70,0 70,0 70,0 70,0 1.831,5 Pusat KLHK, Pemerintah
kawasan dengan nilai diverifikasi dengan nilai Daerah,
keanekaragaman tinggi partisipatif keanekaragaman tinggi secara Pemerintah Desa
partisipatif (Juta ha)
ProP : Perlindungan dan Desa dalam dan sekitar kawasan 500 1.500,0 2.500,0 3.500,0 4.500,0 4.224,3
Pengamanan Kawasan Lindung konservasi
Nasional secara Partisipatif
Pemantapan (prakondisi) status dan Unit kawasan konservasi yang dilakukan 552,0 552,0 552,0 552,0 552,0 122,1 Pusat Kemen LHK
fungsi serta penilaian efektivitas pemantapan (prakondisi) status dan
kawasan konservasi fungsi (Unit KK)
Pemberdayaan masyarakat di Jumlah desa di kawasan konservasi 500 1.500,0 2.500,0 3.500,0 4.500,0 2.747,3 Pusat Kemen LHK
kawasan konservasi (desa)
Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Jumlah Kawasan Ekosistem Esensial 11 22 33 44 55 54,9 Pusat Kemen LHK
ekosistem esensial yang ditingkatkan Efektivitas
Pengelolaannya (Unit KEE)
Penanganan permasalahan di Luas opened area di kawasan 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1.000,0 Pusat Kemen LHK
kawasan Konservasi (opened area) konservasi yang ditangani (Juta Ha)
A.1.5
Penetapan/Pemantapan Kawasan Luas kawasan hutan yang ditetapkan 1 1,6 1 - - 300,0 Pusat Kemen LHK
Hutan terutama pada Kawasan (juta ha)
Konservasi
KP : Pengelolaan hutan berkelanjutan Luas kawasan hutan produksi (Juta 34.1 34,3 34,5 34,7 1.288,4
33,9
Ha)
ProP : Optimalisasi Hasil Hutan dan Jumlah unit usaha pemanfaatan hasil 30 30 30 30 30 197,8
Jasa Lingkungan hutan dan jasa lingkungan (juta m3)
Produksi HHBK Jumlah Produksi HHBK (Ton) 353.000,0 378.000,0 403.000,0 428.000,0 453.000,0 107,8 Pusat Kemen LHK
Pemanfaatan jasa lingkungan hutan Jumlah unit pemanfaatan (Unit) 20,0 20 20 20 20 10,0 Pusat Kemen LHK
konservasi (air, panas bumi, dan
karbon)
Implementasi IPTEK Hasil Hutan, Jumlah pilot IPTEK yang dimanfaatkan - 10 10 10 10 80,0 Pusat Kemen LHK
Jasa Lingkungan, dan oleh satuan kerja terkait (Unit)
Keanekaragaman hayati
ProP : Penguatan Kesatuan Jumlah KPH yang difasilitasi 20 40 60 80 110 1.090,7
Pengelolaan Hutan penguatannya (KPH)
KPH yang masuk kategori Maju Jumlah KPH yang masuk kategori Maju 20 40 60 80 110 180,0 Pusat KLHK,
(Unit ) Kemendagri,
Kemenperin,
Kemendag
Perencanaan dan Penetapan Luas kawasan hutan yang ditetapkan 4 8,5 9 9 3 830,0 Pusat Kemen LHK
Kawasan Hutan (juta ha)
Peningkatan kapasitas SDM LHK di Jumlah SDM LHK ditingkat tapak yang 2310 3210 3210 3210 3210 80,7 Pusat Kemen LHK
tingkat tapak kompeten (Orang)
KP : Penyediaan air untuk pertanian 101.185,4
ProP : Pembangunan dan Luas jaringan irigasi teknis yang 45.000,0 113.750,0 113.750,0 113.750,0 113.750,0 99.833,1
rehabilitasi jaringan irigasi dibangun (Hektare) (Hektare)
Luas jaringan daerah irigasi teknis 874.469,8 281.382,5 281.382,5 281.382,5 281.382,5
yang direhabilitasi (Hektare) (Hektare)
Pembangunan jaringan irigasi Luas jaringan irigasi permukaan dan 15.000,0 79.625,0 79.625,0 79.625,0 79.625,0 50.925,0 Tersebar Kemen PU&PERA
permukaan kewenangan pusat irigasi rawa kewenangan pusat yang
dibangun (Hektare) (Hektare)
Pembangunan jaringan irigasi Luas jaringan irigasi permukaan 30.000,0 34.125,0 34.125,0 34.125,0 34.125,0 11.655,0 Tersebar Pemda (DAK
permukaan kewenangan daerah kewenangan daerah yang dibangun Provinsi dan
(Hektare) (Hektare) Kabupaten/kota)
Rehabilitasi jaringan daerah irigasi Luas jaringan daerah irigasi permukaan 80.000,0 115.403,3 115.403,3 115.403,3 115.403,3 14.820,3 Tersebar Kemen PU&PERA
permukaan kewenangan pusat kewenangan pusat yang direhabilitasi
(Hektare) (Hektare)
A.1.6
Rehabilitasi jaringan daerah irigasi Luas jaringan daerah irigasi permukaan 783.082,0 143.826,2 143.826,2 143.826,2 143.826,2 20.375,8 Tersebar Pemda (DAK
permukaan kewenangan daerah kewenangan daerah yang direhabilitasi Provinsi dan
(Hektare) (Hektare) Kabupaten/kota)
Rehabilitasi jaringan irigasi rawa Luas jaringan daerah irigasi rawa yang 11.387,8 22.153,0 22.153,0 22.153,0 22.153,0 2.056,9 Tersebar Kemen PU&PERA
direhabilitasi (Hektare) (Hektare)
ProP : Pembangunan sistem Luas lahan komoditas pertanian 229,2 2.192,7 2.392,7 2.592,7 2.592,7 1.352,3
penyediaan air untuk komoditas bernilai ekonomi tinggi beririgasi
pertanian bernilai ekonomi tinggi (Hektare) (Hektare)
Penyediaan air untuk komoditas Jumlah prasarana penyediaan air yang - 1,0 1,0 2,0 2,0 24,0 Tersebar Penguatan Jaminan Kemen PU&PERA
perkebunan rakyat dibangun untuk perkebunan rakyat (Unit) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Penyediaan air untuk komoditas Jumlah prasarana penyediaan air yang - 2,0 2,0 2,0 2,0 32,0 Tersebar Penguatan Jaminan Kemen PU&PERA
peternakan rakyat dibangun untuk peternakan rakyat (Unit) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Penyediaan air untuk komoditas Jumlah prasarana penyediaan air yang - 2,0 3,0 3,0 3,0 44,0 Tersebar Penguatan Jaminan Kemen PU&PERA
hortikultura rakyat dibangun untuk hortikultura (Unit) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Pembangunan jaringan irigasi untuk Luas irigasi tambak rakyat yang 229,2 1.192,7 1.192,7 1.192,7 1.192,7 1.252,3 Sumatera Utara, Sumatera Penguatan Jaminan Kemen PU&PERA
tambak rakyat dibangun (Hektare) (Hektare) Selatan, Lampung, Banten, Usaha Serta 350
Jawa Barat, Jawa Timur, Korporasi Petani dan
Sulawesi Selatan, Nelayan
Sulawesi Tenggara, Revitalisasi Tambak di
Sulawesi Barat, NTB Kawasan Sentra Produksi
Udang dan Bandeng
KP : Penyediaan air baku untuk Tambahan penyediaan Air Baku dari 4,3 11,3 11,4 11,4 11,4 16.838,5
kawasan prioritas Sumber Air Berkelanjutan (m3/detik)
(m3/detik)
ProP : Penyediaan dan pengamanan Tambahan penyediaan air baku 4,3 11,3 11,4 11,4 11,4 16.838,5
air baku dan air tanah (m3/detik) (m3/detik)
Penyediaan air baku di lokasi Tambahan debit air baku di lokasi 0,2 0,2 0,0 0,3 0,2 360,2 Provinsi Nusa Tenggara Kemen PU&PERA
prioritas pulau kecil terluar prioritas pulau kecil terluar (m3/detik) Timur, Maluku, Kalimantan
(m3/detik) Utara, Papua, Sulawesi
Tengah, Kalimantan Timur,
Sulaewsi Utara, Riau,
Kepulauan Riau
A.1.7
Penyediaan air baku di daerah 3T Tambahan debit air baku di daerah 3T 0,5 4,2 4,1 5,1 3,7 5.783,8 Provinsi Nusa Tenggara Kemen PU&PERA
(Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) (m3/detik) (m3/detik) Timur, Sulawesi Tengah,
Bengkulu, Nusa Tenggara
Barat, Papua, Gorontalo,
Maluku, Maluku Utara,
Papua Barat, Kalimantan
Tengah, Sulawesi Barat,
Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara,
Banten, Jawa Timur,
Kalimantan Selatan,
Sumatera Selatan,
Sumatera Utara, Aceh,
Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur,
Lampung, Sumatera Barat
Penyediaan air baku di kawasan Tambahan debit air baku di kawasan 1,1 2,0 2,3 2,3 2,1 3.320,8 Kawasan Metropolitan Kemen PU&PERA
perkotaan perkotaan (m3/detik) (m3/detik) Banjarmasin, Denpasar,
Manado, Palembang,
Makassar, Perkotaan di
Provinsi Aceh, Bengkulu,
Jawa Barat, Jawa Tengah,
Nusa Tenggara Barat,
Papua Barat, Maluku
Utara, Maluku, Papua,
Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Tengah,
Gorontalo, Bangka
Belitung, Lampung,
Sulawesi Utara, Jawa
Timur, Kepulauan Riau,
Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Sumatera Utara,
Kota Baru Sofifi, Maja,
Tanjungselor, Ibu Kota
Negara
A.1.8
Penyediaan air baku di kawasan Tambahan debit air baku di kawasan - 0,2 0,3 - - 232,7 KI/KEK Sei Mangkei, KI 9 Kawasan industri di Kemen PU&PERA
strategis (KI, KEK, DPP) strategis KI/KEK Sei Mangkei, KI Bintan Bintan Aerospace, KI/KEK luar Jawa dan 31 smelter
Aerospace, KI/KEK Galang Batang, KI Galang Batang, KI
Ketapang, KI Sadai, KI Surya Borneo, KI Ketapang, KI Sadai, KI
Teluk Weda, KI Teluk Bintuni, KI/KEK Surya Borneo, KI Teluk
Palu (m3/detik) (m3/detik) Weda, KI Teluk Bintuni,
KI/KEK Palu
Penyediaan air baku di kawasan Tambahan debit air baku di kawasan - 0,1 0,2 - 0,0 134,4 DPP Danau Toba, 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
strategis (KI, KEK, DPP) strategis DPP Danau Toba Dskt, Borobudur Dskt, Lombok, Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok, Labuan Bajo, Labuan Bajo, Bromo- Borobudur Dskt, Lombok-
Likupang, Wakatobi, Raja Ampat, Tengger-Semeru, Wakatobi, Mandalika, Labuan Bajo,
Bangka Belitung, Bromo-Tengger- Likupang, Raja Ampat, Manado-Likupang,
Semeru, Morotai (m3/detik) (m3/detik) Bangka Belitung, dan Wakatobi, Raja Ampat,
Morotai Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.9
Penyediaan air baku di kawasan Tambahan debit air baku di kawasan - 0,1 0,1 0,7 0,7 535,2 KI/KEK Arun Kemen PU&PERA
strategis (KI, KEK, DPP) strategis lainnya (m3/detik) (m3/detik) Lhokseumawe, KI Kuala
Tanjung, DPP Padang-
Bukittinggi, KI Kemingking,
KEK/DPP Tanjung
Kelayang, KI Tanjung
Enim, KEK Tanjung Api-
Api, KI Tanggamus,
KEK/DPP Tanjung Lesung,
KI Madura, KI Jorong-
Tanah Laut, DPP Derawan-
Berau, KI Batulicin, KEK
Maloy Batuta Trans
Kalimantan, KI Tanah
Kuning, DPP Wakatobi,
KI/KEK Bitung, KEK/DPP
Morotai, DPP Raja Ampat,
KI/KEK Sorong, KEK/DPP
Singosari, KI Tenayan, KI
Brebes, KI Ladong, KI
Katibung, KI Tanjung
Buton, KI Sumbawa Barat,
KI Pesawaran, KI
Batanjung, KEK Kendal, KI
Way Pisang, KI Takalar,
DPP Baru Biak-Teluk
Cenderawasih, DPP Baru
Penyediaan air baku di Kawasan Tambahan debit air baku di kawasan - 2,0 0,5 - - 796,8 Bandung-Halimun-
Kabupaten Cirebon, Kemen PU&PERA
Pantai Utara Pulau Jawa Pantai Utara Pulau Jawa (m3/detik) Pekalongan
(m3/detik)
Penyediaan air baku di Kawasan Tambahan debit air baku di kawasan 2,4 2,5 3,8 3,1 4,7 5.674,6 Tersebar Kemen PU&PERA
Rawan Air Rawan Air (m3/detik) (m3/detik)
KP : Pemeliharaan, pemulihan, dan Peningkatan tutupan hutan (Hektar) 375.000,0 385.000,0 425.000,0 450.000,0 475.000,0 7.224,7
konservasi sumber daya air dan
ekosistemnya termasuk revitalisasi
danau dan infrastruktur hijau
ProP : Rehabilitasi hutan dan lahan Luas hutan dan lahan yang 375.000,0 385.000,0 425.000,0 450.000,0 475.000,0 7.097,7
terehabilitasi secara nasional (Hektar)
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Luas hutan dan lahan yang direhabilitasi 56.000,0 40.000,0 30.000,0 25.000,0 20.000,0 6.540,5 Pusat dan Daerah KLHK, Pemerintah
secara Vegetatif (Hektar) Daerah
A.1.10
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Bangunan rehabilitasi sipil teknis yang 3.000,0 5.000,0 5.000,0 5.000,0 5.000,0 502,0 Pusat dan Daerah Kemen LHK
Secara Sipil Teknis terbangun (Unit)
Penanaman/pengkayaan pada Luas penanaman di hutan produksi 310.000,0 330.000,0 370.000,0 400.000,0 400.000,0 55,2 Pusat Kemen LHK
hutan produksi (Hektar)
ProP : Revitalisasi/ Penyelamatan Indeks kualitas danau 127,0
Danau Prioritas Nasional
Pengendalian Kerusakan Danau Jumlah danau yang dilakukan 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 100,0 Pusat Kemen LHK
pengendalian kerusakannya (Danau)
Tampungan alami yang Jumlah tampungan alami yang 8,0 8,0 10,0 10,0 15,0 7,5 Pusat dan Daerah Kemen PU&PERA
direvitalisasi direvitalisasi (kumulatif) (Unit)
Pengembangan perikanan tangkap Jumlah usaha perikanan di luar danau 45,0 90,0 90,0 90,0 90,0 0,0 Pusat KKP
darat (KemenKP) (Unit)
Pengendalian Pemanfaatan Ruang Jumlah obyek penyusunan instrumen 3,0 2,0 2,0 2,0 2,0 19,5 Pusat Kemen ATR/BPN
di DAS pada wilayah sungai pengendalian pemanfaatan ruang di
sekitar Situ, Danau, Embung, Waduk
(SDEW) (DAS)
Fasilitasi Budidaya Pertanian Jumlah danau yang terfasilitasi 15,0 30,0 30,0 30,0 30,0 0,0 Pusat Kementan
berkaidah konservasi/ramah pertanian ramah lingkungan (Danau)
lingkungan (Kementan)
KP : Pengembangan waduk multiguna Jumlah volume tampungan baru 14,3 15,2 15,8 16,3 16,8 150.907,0
untuk memenuhi kebutuhan air
(miliar m3) (Kumulatif) (m3)
ProP : Pembangunan dan Jumlah pembangunan bendungan - - - - 8,0 139.001,5
rehabilitasi bendungan multiguna (Unit)
A.1.11
Bendungan baru yang selesai Jumlah pembangunan bendungan 45 lanjutan 34 lanjutan 23 lanjutan 11 lanjutan 4 selesai 42.415,1 Bendungan Marangkayu, Kemen PU&PERA
dibangun multiguna lanjutan (Unit) 11 selesai 11 selesai 12 selesai 7 selesai Bendungan Kuningan,
Bendungan Bendo,
Bendungan Gongseng,
Bendungan Tukul,
Bendungan Pidekso,
Bendungan Tugu,
Bendungan Karalloe,
Bendungan Keureuto,
Bendungan Tapin,
Bendungan Lolak,
Bendungan Bintang Bano,
Bendungan Karian,
Bendungan Rukoh,
Bendungan Way
Sekampung, Bendungan
Kuwil Kawangkoan,
Bendungan Ladongi,
Bendungan Ciawi,
Bendungan Sukamahi,
Bendungan Leuwikeris,
Bendungan Cipanas,
Bendungan Tigadihadji,
Bendungan Semantok,
Bendungan Pamukkulu,
Bendungan Bener,
Bendungan Sadawarna,
Bendungan baru yang dibangun Jumlah bendungan multiguna baru yang - 4 baru 3 baru 2 baru 2 baru 12.401,4 Bendungan Rongkong,
Bendungan Lau Simeme, Kemen PU&PERA
dibangun (Unit) 4 lanjutan 7 lanjutan 9 lanjutan Bendungan Matenggeng,
Bendungan Mbay,
Bendungan Pelosika,
Bendungan Jenelata,
Bendungan Digul,
Bendungan Busuk,
Bendungan Lambakkan,
Bendungan Riam Kiwa,
Bendungan Warsamson
A.1.12
Bendungan baru yang dibangun Jumlah bendungan multiguna baru yang - - - - 6,0 24.000,0 Bendungan Merangin, KPBU
dibangun dengan skema KPBU (Unit) Bendungan Muara Juloi,
Bendungan Sakagilas,
Bendungan Krekeh,
Bendungan Pasir Kopo,
Bendungan Kusan
Bendungan baru yang dibangun Jumlah bendungan multiguna baru yang - - - - 2,0 60.000,0 Bendungan Kayan, BUMN dan/atau
dibangun (Unit) Bendungan Mentarang Swasta
Bendungan yang direhabilitasi Jumlah bendungan yang sedang 2,0 1,0 1,0 1,0 - 185,0 Bendungan Wonogiri, Kemen PU&PERA
direhabilitasi /ditingkatkan (Unit) Benanga, Bili-bili, Sutami
ProP : Optimalisasi dan Jumlah bendungan yang 14,0 17,0 28,0 40,0 50,0 11.905,5
pemanfaatan tampungan dimanfaatkan sesuai fungsi
rencananya (Kumulatif) (Unit)
Bendungan yang dimanfaatkan Jumlah energi listrik yang bersumber 112,7 1,7 27,4 33,9 11,9 5.250,8 Bendungan Bajulmati, BUMN dan/atau
untuk PLTA dari bendungan (MW) (MW) Bendungan Titab, Swasta
Bendungan Jatigede,
Bendungan Gondang,
Bendungan Raknamo,
Bendungan Rotiklot,
Bendungan Logung,
Bendungan Marangkayu,
Bendungan Kuningan,
Bendungan Gongseng,
Bendungan Tukul,
Bendungan Tugu,
Bendungan Karalloe,
Bendungan Keureuto,
Bendungan Tapin,
Bendungan Lolak,
Bendungan Bintang Bano,
Bendungan Karian,
Bendungan Rukoh,
Bendungan Way
Sekampung, Bendungan
Kuwil Kawangkoan,
Bendungan Ladongi,
Bendungan Leuwikeris,
Bendungan Cipanas,
Bendungan Pamukkulu,
Bendungan Lau Simeme,
Bendungan Sidan,
A.1.13
Bendungan yang dimanfaatkan Jumlah debit air baku yang bersumber 6,2 0,9 10,0 5,6 0,9 883,7 Bendungan Paya Seunara, Kemen PU&PERA
untuk air baku dari bendungan (m3/detik) (m3/detik) Bendungan Bajulmati,
Bendungan Nipah,
Bendungan Rajui,
Bendungan Titab,
Bendungan Jatigede,
Bendungan Teritip,
Bendungan Gondang,
Bendungan Sei Gong,
Bendungan Raknamo,
Bendungan Rotiklot,
Bendungan Mila,
Bendungan Tanju,
Bendungan Sindangheula,
Bendungan Logung,
Bendungan Marangkayu,
Bendungan Kuningan,
Bendungan Bendo,
Bendungan Gongseng,
Bendungan Tukul,
Bendungan Pidekso,
Bendungan Tugu,
Bendungan Karalloe,
Bendungan Keureuto,
Bendungan Tapin,
Bendungan Passeloreng,
Bendungan Lolak,
Bendungan Bintang Bano,
A.1.14
Bendungan yang dimanfaatkan Luas lahan irigasi yang diairi dari 105.461,0 14.697,0 116.375,0 53.959,0 52.057,0 5.771,0 Bendungan Bajulmati, Kemen PU&PERA
untuk irigasi bendungan (Ha) (Hektare) Bendungan Nipah,
Bendungan Rajui,
Bendungan Titab,
Bendungan Jatigede,
Bendungan Gondang,
Bendungan Raknamo,
Bendungan Rotiklot,
Bendungan Mila,
Bendungan Tanju,
Bendungan Sindangheula,
Bendungan Logung,
Bendungan Marangkayu,
Bendungan Kuningan,
Bendungan Bendo,
Bendungan Gongseng,
Bendungan Tukul,
Bendungan Pidekso,
Bendungan Tugu,
Bendungan Karalloe,
Bendungan Keureuto,
Bendungan Tapin,
Bendungan Passeloreng,
Bendungan Lolak,
Bendungan Bintang Bano,
Bendungan Karian,
Bendungan Rukoh,
PP : Peningkatan ketersediaan, akses dan Skor Pola Pangan Harapan (2.2.2(c)) 90,4 91,6 92,8 94,0 95,2 235.053,8 Bendungan Way
kualitas konsumsi pangan
Angka Kecukupan Energi (AKE) 2.100,0 2.100,0 2.100,0 2.100,0 2.100,0
(2.1.2(a)) (kkal/hari)
Angka Kecukupan Protein (AKP) 57,0 57,0 57,0 57,0 57,0
(gram/ kapita/hari)
Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi 6,2 5,8 5,5 5,2 5,0
Pangan (Prevelence of Under-
nourishment/PoU)
Prevalensi Penduduk dengan 5,2 4,8 4,5 4,2 4,0
Kerawanan Pangan Sedang atau Berat
(Food Insecutiry Experience
Scale/FIES)
A.1.15
KP : Peningkatan kualitas konsumsi, Konsumsi ikan (2.2.2(c)) 58,3 58,9 59,5 60,2 60,9 4.319,3
keamanan, fortifikasi dan (kg/kapita/tahun)
biofortifikasi pangan
Konsumsi daging (kg/kapita/tahun) 13,5 13,8 14,1 14,4 14,7
Benih sumber aneka kacang dan Jumlah benih sumber aneka kacang dan 65.000,0 65.000,0 65.000,0 65.000,0 65.000,0 5,0 17 Provinsi Kementan
serea lain serea lain (kg)
Upaya Khusus Peningkatan Upaya Khusus Peningkatan Produksi 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 30,4 Pusat Kementan
Produksi Tanaman Pangan Tanaman Pangan (Lokasi)
Pengembangan industri pangan Teroptimalkanya pangan lokal (Lokasi) 34,0 34,0 34,0 34,0 34,0 122,1 34 Provinsi Kementan
lokal berbasis UMKM
A.1.16
Pekarangan Pangan Lestari Terbinanya kelompok pemanfaatan 2.231,0 2.000,0 2.000,0 2.500,0 2.500,0 667,6 34 provinsi Kementan
pekarangan (Lokasi)
Pekarangan Pangan Lestari Stunting Terlaksananya intervensi stunting 1.369,0 1.000,0 1.000,0 500,0 500,0 396,7 260 Kab/Kota Kementan
(Lokasi)
ProP : Peningkatan Keamanan 1.374,2
Pangan
Penguatan Keamanan dan Mutu Terjaminnya keamanan dan mutu 35,0 35,0 35,0 35,0 35,0 140,4 Pusat, 34 provinsi Kementan
Pangan Segar pangan segar (Lokasi)
Pemenuhan persyaratan produk Pemenuhan Persyaratan Teknis Produk 135,0 160,0 175,0 200,0 220,0 36,6 34 Provinsi Kementan
hewan yang ASUH Hewan (Unit Usaha)
Pengawasan mutu dan keamanan Penjaminan Produk Hewan yang Aman, 29.800,0 40.000,0 40.000,0 40.000,0 40.000,0 115,4 34 Provinsi Kementan
produk Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) (Sampel)
Kebijakan Pengawasan dan Kebijakan Teknis Pengawasan dan 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 24,4 Pusat Kementan
Penindakan Perkarantinaan Penindakan Kerjasama dan Informasi
Perkarantinaan (Jumlah)
Kebijakan Kerjasama Kebijakan Kerjasama 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 18,9 Pusat Kementan
nasional/Internasional nasional/Internasional (Kebijakan)
Kebijakan Sistem Informasi Kebijakan Sistem Informasi 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 13,4 Pusat Kementan
Perkarantinaan Perkarantinaan (Kebijakan)
Kebijakan Teknis Karantina Hewan Kebijakan Teknis Karantina Hewan dan 41,0 41,0 41,0 41,0 41,0 56,8 Pusat Kementan
dan Keamanan Hayati Hewani Keamanan Hayati Hewani (Kebijakan)
Kebijakan Teknis Karantina Kebijakan Teknis Karantina Tumbuhan 43,0 43,0 43,0 43,0 43,0 66,5 Pusat Kementan
Tumbuhan dan Keamanan Hayati dan Keamanan Hayati Nabati (Kebijakan)
Nabati
Metode Uji Terap Teknik dan Metode Metode Uji Terap Teknik dan Metode 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 9,8 1 Provinsi Kementan
Karantina Pertanian dan Keamanan Karantina Pertanian dan Keamanan
Hayati Hayati (Dokumen)
Metode Uji Laboratorium Karantina Metode Uji Laboratorium Karantina 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 32,4 1 Provinsi Kementan
Pertanian dan Pengawasan Pertanian dan Pengawasan Keamanan
Keamanan Hayati Hayati (Dokumen)
Pengawasan dan Penindakan Pengawasan dan Penindakan (kasus) 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 54,9 33 Privinsi Kementan
Prasarana infrastruktur PLBN Prasarana infrastruktur PLBN (m2) 400,0 400,0 400,0 400,0 400,0 58,0 3 Provinsi Kementan
Sarana PLBN Sarana PLBN (unit) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 34,2 4 Provinsi Kementan
Prasarana Wilker Daerah Sentra Prasarana wilker sentra produksi, 750,0 750,0 750,0 750,0 750,0 52,5 3 Provinsi Kementan
Produksi distribusi, dan importasi/pengembangan
sapi/lainnya (M2)
A.1.17
Sertifikasi Karantina Pertanian dan Sertifikasi Karantina Pertanian dan 1.000.000,0 1.000.000,0 1.000.000,0 1.000.000,0 1.000.000,0 589,1 34 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Pengawasan Keamanan Hayati Pengawasan Keamanan Hayati (laporan) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Desiminasi Karantina Pertanian dan Desiminasi Karantina Pertanian dan 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 70,8 1 Provinsi Kementan
Keamanan Hayati Keamanan Hayati (Diseminasi)
Pemenuhan Gizi Masyarakat Melalui Jumlah kab/kota fokus penurunan 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 0,0 Pusat Kemenperin
Peningkatan Konsumsi Pangan stunting (Kab/Kota)
Olahan Sehat
ProP : Pengembangan Fortifikasi 725,7
dan Biofortifikasi Pangan
Kawasan Padi Kaya Gizi Jumlah Kawasan Padi Kaya Gizi 10.000,0 50.000,0 100.000,0 150.000,0 200.000,0 707,4 Sentra padi Penguatan Jaminan Kementan
(Biofortifikasi) (Biofortifikasi) (hektar) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 18,3 1 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Biofortifikasi Pangan Biofortifikasi Pangan (varietas) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
KP : Peningkatan ketersediaan pangan Penggunaan Benih Bersertifikat 60,0 65,0 70,0 75,0 80,0 191.890,3
hasil pertanian, perikanan dan pangan (Persen)
hasil laut secara berkelanjutan
Kawasan Padi Jumlah Kawasan Padi (hektar) 791.000,0 791.000,0 791.000,0 791.000,0 791.000,0 6.766,1 Pusat, 32 provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Areal yang diberikan Bantuan Benih Jumlah areal yang diberikan Bantuan 2.120.000,0 2.120.000,0 2.120.000,0 2.120.000,0 2.120.000,0 3.000,4 Pusat, 33 provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Padi Bersertifikat Benih Padi Bersertifikat (hektar) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Benih Sumber Padi Jumlah benih Sumber Padi (kg) 1.044.000,0 1.044.000,0 1.044.000,0 1.044.000,0 1.044.000,0 60,2 31 Provinsi Kementan
Produsen Benih Padi Terlaksananya pemberdayaan produsen 5.560,0 5.560,0 5.560,0 5.560,0 5.560,0 70,2 Pusat, 4 Provinsi Kementan
benih padi (unit)
A.1.18
Areal sertifikat benih Jumlah areal sertifikat benih (hektar) 124.500,0 124.500,0 124.500,0 124.500,0 124.500,0 221,6 31 Provinsi Kementan
Upaya Khusus Peningkatan Upaya Khusus Peningkatan Produksi 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 9,4 Pusat Kementan
Produksi Tanaman Pangan Tanaman Pangan (Lokasi)
Area yang mendapatkan Sarana Jumlah area yang mendapatkan Sarana 100.000,0 100.000,0 100.000,0 100.000,0 100.000,0 1.353,8 Pusat Penguatan Jaminan Kementan
Prasarana Pengendalian OPT Prasarana Pengendalian OPT (hektar) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Hasil Pengujian Mutu Produk Jumlah sertifikat/LHP Hasil Pengujian 2.450,0 2.450,0 2.485,0 2.485,0 2.485,0 50,2 Pusat Kementan
Tanaman Mutu Produk Tanaman (Sertifikat/LHP)
Penerapan Penanganan DPI Terlaksananya Penerapan Penanganan 550,0 560,0 570,0 580,0 590,0 17,8 22 Provinsi Kementan
DPI (hektar)
Area yang mendapatkan Sarana Jumlah area yang mendapatkan Sarana 5.000,0 5.000,0 5.000,0 5.000,0 5.000,0 303,9 Pusat Kementan
Prasarana Penanganan DPI Prasarana Penanganan DPI (Lokasi)
Areal yang difasilitasi untuk Jumlah areal yang difasilitasi untuk 44.180,0 50.000,0 51.000,0 52.000,0 53.000,0 370,0 Pusat, 32 provinsi Kementan
penanganan OPT penanganan OPT (hektar)
Upaya Khusus Peningkatan Upaya Khusus Peningkatan Produksi 34,0 34,0 34,0 34,0 34,0 36,5 Pusat Kementan
Produksi Tanaman Pangan Tanaman Pangan (Lokasi)
Upaya Khusus Peningkatan Upaya Khusus Peningkatan Produksi 34,0 34,0 34,0 34,0 34,0 979,7 34 Provinsi Kementan
Produksi Tanaman Pangan Tanaman Pangan (Lokasi)
Uji Terap Metode Pengujian Mutu Terlaksananya Uji Terap Metode 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 23,2 Pusat Kementan
Benih Pengujian Mutu Benih (Metode)
Model Percontohan Pertanian Jumlah Model Percontohan Pertanian 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 82,9 Jawa Barat Penguatan Jaminan Kementan
Modern Modern (Model) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Model Peramalan OPT Jumlah Model Peramalan OPT (Model) 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 24,3 Jawa Barat Kementan
Upaya Khusus Peningkatan Upaya Khusus Peningkatan Produksi 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0 6,6 Pusat Kementan
Produksi Tanaman Pangan Tanaman Pangan (Lokasi)
Galur Harapan Unggul Tanaman Galur Harapan Unggul Tanaman (Galur) 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0 25,6 1 Provinsi Kementan
Teknologi Berbasis Bioteknologi dan Teknologi Berbasis Bioteknologi dan 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 9,2 1 Provinsi Kementan
Bioprospeksi, serta Teknologi Bioprospeksi, serta Teknologi
Pengelolaan SDG Pengelolaan SDG (Teknologi)
Diseminasi Litbang Bioteknologi dan Diseminasi Litbang Bioteknologi dan 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 18,9 1 provinsi Kementan
Sumber Daya Genetik Pertanian Sumber Daya Genetik Pertanian
(Teknologi)
Benih Padi Benih Padi (ton) 700,0 700,0 700,0 700,0 700,0 49,6 32 Provinsi Kementan
Diseminasi Teknologi Mektan Diseminasi Teknologi Mektan (Teknologi) 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 17,1 1 Provinsi Kementan
Varietas Unggul Padi Varietas Unggul Padi (varietas) 2,0 3,0 3,0 3,0 3,0 15,3 1 Provinsi Kementan
A.1.19
Teknologi produksi padi Teknologi produksi padi (Teknologi) 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 22,0 2 Provinsi Kementan
Teknologi Mekanisasi Pertanian Teknologi Mekanisasi Pertanian 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 36,0 1 Provinsi Kementan
(Teknologi)
Diseminasi Inovasi Teknologi Diseminasi Inovasi Teknologi Komoditas 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 62,3 Kementan
Komoditas Strategis Tanaman Strategis Tanaman Pangan (Teknologi)
Pangan
Benih Padi Jumlah Benih Padi yang Diproduksi (Ton) 185,0 190,0 195,0 200,0 205,0 17,7 2 Provinsi Kementan
Kawasan jagung Jumlah kawasan jagung (hektar) 50.000,0 50.000,0 50.000,0 50.000,0 50.000,0 476,9 27 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Serealia Lainnya Jumlah Kawasan Serealia Lainnya 5.000,0 5.000,0 5.000,0 5.000,0 5.000,0 29,8 20 Provinsi Kementan
(hektar)
Upaya Khusus Peningkatan Upaya Khusus Peningkatan Produksi 33,0 33,0 33,0 33,0 33,0 49,7 33 Provinsi Kementan
Produksi Tanaman Pangan Tanaman Pangan (Lokasi)
Area yang diberikan Bantuan Benih Jumlah area yang diberikan Bantuan 2.150.000,0 2.150.000,0 2.150.000,0 2.150.000,0 2.150.000,0 7.260,7 Pusat, 31 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Jagung Bersertifikat Benih Jagung Bersertifikat (hektar) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Benih Sumber Jagung Jumlah Benih Sumber Jagung (kg) 71.000,0 71.000,0 71.000,0 71.000,0 71.000,0 6,1 16 Provinsi Kementan
Produsen Benih Jagung Terlaksananya Pemberdayaan Produsen 2.000,0 2.000,0 2.000,0 2.000,0 2.000,0 59,7 Pusat Kementan
Benih Jagung (hektar)
Benih Jagung Benih Jagung (Ton) 158,0 158,0 158,0 158,0 158,0 22,6 10 Provinsi Kementan
Teknologi Budidaya Jagung Teknologi Budidaya Jagung (Teknologi) 3,0 2,0 2,0 2,0 2,0 9,8 1 Provinsi Kementan
Varietas Unggul Jagung Varietas Unggul Jagung (Varietas) 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 16,5 1 Provinsi Kementan
Benih Jagung Jumlah Benih Jagung yang Diproduksi 32,0 111,0 111,0 111,0 111,0 7,9 1 Provinsi Kementan
(Ton)
Pro P : Peningkatan Produksi 3.306,7
Kedelai
A.1.20
Kawasan Kedelai Jumlah Kawasan Kedelai (Ha) 500.000,0 517.500,0 535.613,0 554.359,0 573.267,0 3.053,3 26 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Produsen Benih Kedelai Terlaksananya Pemberdayaan Produsen 1.050,0 1.050,0 1.050,0 1.050,0 1.050,0 32,6 Pusat, Kalimantan Barat, Kementan
Benih Kedelai (Unit) Sulawesi Utara
Benih Sumber Kedelai Jumlah Benih Sumber Kedelai (kg) 192.600,0 192.600,0 192.600,0 192.600,0 192.600,0 14,4 25 Provinsi Kementan
Benih bersertifikat yang diawasi Benih bersertifikat yang diawasi 150.000,0 150.000,0 150.000,0 150.000,0 150.000,0 95,0 31 Provinsi Kementan
peredarannya peredarannya (ton)
Upaya Khusus Peningkatan Upaya Khusus Peningkatan Produksi 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 26,5 Pusat Kementan
Produksi Tanaman Pangan Tanaman Pangan (Lokasi)
Benih Kedelai Benih Kedelai (Ton) 656,0 656,0 656,0 656,0 656,0 84,9 13 Provinsi Kementan
ProP : Peningkatan Produksi Daging 6.744,2
Hijauan Pakan Ternak Penanaman dan Pemeliharaan Hijauan 2.341,0 2.341,0 2.341,0 2.341,0 2.341,0 247,9 25 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Pakan Ternak (HPT) (Ha) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Pakan Olahan dan Bahan Pakan Produksi bahan pakan/pakan (ton) 8.000,0 8.500,0 9.000,0 9.500,0 10.000,0 271,1 9 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Mutu dan Keamanan Pakan Pengawasan mutu dan keamanan bahan 5.000,0 6.000,0 7.000,0 8.000,0 9.000,0 65,9 24 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
pakan/pakan (Sampel) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Pengamatan dan Identifikasi Surveilans Penyakit Hewan (sampel) 190.000,0 325.296,0 325.296,0 325.296,0 325.296,0 398,0 Pusat, 9 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Penyakit Hewan Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Pencegahan dan Pengamanan Pencegahan dan Pengamanan PHMS 5.167.450,0 5.167.450,0 5.167.450,0 5.167.450,0 5.167.450,0 591,2 Pusat, 33 provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Penyakit Hewan (Dosis) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Surveilans Obat Hewan (Sampel) 1.610,0 1.610,0 1.610,0 1.610,0 1.610,0 43,3 1 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Hewan Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Obat Hewan dan Bahan Biologik Penyedian vaksin dan bahan biologik 6.030.325,0 5.471.100,0 5.471.100,0 5.471.100,0 5.471.100,0 125,8 Pusat, 1 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
(Dosis) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
A.1.21
Kelembagaan Veteriner Penguatan Kelembagaan Veteriner (Unit) 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 209,3 Pusat, 9 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Optimalisasi Reproduksi Jumlah Akseptor IB, PKB, ATR dan 5.000.000,0 5.000.000,0 5.000.000,0 5.000.000,0 5.000.000,0 2.604,5 Pusat, 34 provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Sinkronisasi (akseptor) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Benih Ternak Unggul Penyediaan Semen Beku dan Embrio 5.450.945,0 5.450.945,0 5.450.945,0 5.450.945,0 5.450.945,0 242,0 2 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Ternak (dosis) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Bibit Ternak Unggul Jumlah produksi bibit ternak unggul 956.054,0 956.054,0 956.054,0 956.054,0 956.054,0 359,0 Pusat, 8 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
(Sapi Potong, Sapi Perah, Kambing, Usaha Serta 350
Kerbau, Babi, Ayam dan Itik) (ekor) Korporasi Petani dan
Nelayan
Pengembangan ternak ruminansia Pengembangan ternak ruminansia potong 16.500,0 5.000,0 5.000,0 5.000,0 5.000,0 873,8 Pusat, 8 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
potong (Sapi Potong, Kerbau, Kambing/Domba) Usaha Serta 350
(ekor) Korporasi Petani dan
Nelayan
Pengembangan ternak ruminansia Pengembangan ternak ruminansia perah 400,0 500,0 500,0 700,0 700,0 44,8 Pusat, 13 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
perah (Sapi Perah, Kerbau Perah dan Kambing Usaha Serta 350
Perah) (ekor) Korporasi Petani dan
Nelayan
Pengendalian Pemotongan Betina Penurunan Pemotongan Betina Produktif 82,0 82,0 82,0 82,0 82,0 39,1 33 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
produktif (RPH) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Pengembangan unggas dan aneka Pengembangan unggas dan aneka ternak 501.000,0 501.000,0 501.000,0 501.000,0 501.000,0 303,9 Pusat, 1 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
ternak (ekor) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Sarana dan Prasarana Penjaminan Terlaksananya fasilitasi sarana 6,0 10,0 16,0 20,0 25,0 6,7 3 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Keamanan Produk Hewan prasarana penjaminan keamanan produk Usaha Serta 350
hewan (Unit) Korporasi Petani dan
Nelayan
Pengembangan Pengolahan Pangan Terlaksananya Sarana Pengolahan 17,0 20,0 20,0 20,0 20,0 26,7 13 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
dan Non Pangan Pangan dan Non Pangan (unit) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
A.1.22
Pengembangan Pemasaran Terlaksananya Fasilitasi Pemasaran 6,0 10,0 10,0 10,0 10,0 14,1 6 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Peternakan Peternakan (unit) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kelembagaan dan Usaha Terlaksananya kelembagaan dan usaha 112,0 115,0 117,0 120,0 120,0 87,3 34 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Peternakan peternakan (Lokasi) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Galur/rumpun unggul/ harapan Galur/rumpun unggul/ harapan ternak 21,0 21,0 21,0 21,0 21,0 34,8 3 Provinsi Kementan
ternak dan Tanaman Pakan Ternak dan Tanaman Pakan Ternak (galur)
Teknologi peternakan dan veteriner Teknologi peternakan dan veteriner 31,0 31,0 31,0 31,0 31,0 57,4 3 Provinsi Kementan
(Teknologi)
Bibit Sumber Ternak Unggulan (Non Bibit Sumber Ternak Unggulan (Non 82.990,0 82.990,0 82.990,0 82.990,0 82.990,0 3,7 1 Provinsi Kementan
Strategis) Strategis) (ekor)
Bibit sumber ternak Bibit Sumber Ternak (ekor) 45.250,0 45.250,0 45.250,0 45.250,0 45.250,0 55,6 3 Provinsi Kementan
Diseminasi teknologi Diseminasi dan penyiapan teknologi 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 38,5 3 Provinsi Kementan
peternakan dan veteriner untuk
dimanfaatkan pengguna (Kegiatan)
ProP : Peningkatan Produksi Cabai 515,9
Kawasan Aneka Cabai Luas Kawasan Aneka Cabai (hektar) 13.328,0 13.328,0 13.328,0 13.328,0 13.328,0 489,6 33 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Benih bawang dan cabai Jumlah Produksi Benih Bawang dan 39.744,0 39.744,0 39.744,0 39.744,0 39.744,0 26,3 20 Provinsi Kementan
Cabai (Kg)
Benih Cabai Jumlah produksi benih cabai (Kg) 100,0 110,0 120,0 130,0 140,0 0,0 1 Provinsi Kementan
ProP : Peningkatan Produksi 955,4
Bawang Merah
Kawasan Bawang Merah Kawasan Bawang Merah (hektar) 5.704,0 5.704,0 5.704,0 5.704,0 5.704,0 925,5 33 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Benih Bawang merah Jumlah Benih Sumber dan Sebar 34.400,0 35.890,0 37.380,0 38.870,0 40.360,0 0,0 1 Provinsi Kementan
Bawang Merah
VUB Bawang Merah dan Cabai Jumlah VUB Bawang Merah dan Cabai 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 6,1 1 Provinsi Kementan
(VUB)
Benih bawang dan cabai Jumlah Benih Bawang Merah dan Cabai 34.500,0 36.000,0 37.500,0 39.000,0 40.500,0 18,3 1 Provinsi Kementan
(Kg)
Teknologi Produksi Bawang Merah Jumlah Teknologi Budidaya Bawang 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 5,5 1 Provinsi Kementan
dan Cabai Merah dan Cabai (Teknologi)
A.1.23
Asuransi Usaha Ternak (AUT) Jumlah ternak yang terlindungi asuransi 120.000,0 150.000,0 175.000,0 200.000,0 225.000,0 161,0 Pusat dan 20 provinsi Penguatan Jaminan Kementan
(ekor) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Asuransi Pertanian Jumlah luas pertanaman pertanian yang 1.000.000,0 1.000.000,0 1.000.000,0 1.000.000,0 1.000.000,0 779,8 Pusat dan 24 provinsi Penguatan Jaminan Kementan
terlindungi asuransi (hektar) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
A.1.24
Pendampingan Kebijakan Strategis Terjalinnya Kemitraan dengan 1.215,0 1.300,0 1.400,0 1.500,0 1.600,0 354,4 Pusat, 8 Provinsi Kementan
Pembangunan Pertanian di Mahasiswa/Alumni dari Perguruan
Kawasan Pertanian dan Kawasan Tinggi dalam Kegiatan Peningkatan
Perbatasan Produksi Komoditas Strategis Pertanian
dan KOSTRATANI (Orang)
Fasilitasi Pendidikan Formal S2 dan Jumlah Dosen, Guru dan Aparatur 300,0 300,0 300,0 300,0 300,0 127,0 Pusat Kementan
S3 melalui Tugas Belajar Pertanian yang Mengikuti Pendidikan
Formal S2 dan S3 (Orang)
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Jumlah Siswa yang Mengikuti 22.427,0 22.427,0 22.427,0 22.427,0 22.427,0 190,5 Pusat, 5 Provinsi Kementan
pada SMK-PP Pendidikan Menengah Pertanian di SMK-
PP (Siswa)
Tenaga Pendidik, dan Tenaga Jumlah Tenaga Pendidik dan 315,0 350,0 400,0 450,0 500,0 63,1 Pusat, 11 Provinsi Kementan
kependidikan vokasi Pertanian yang Kependidikan Vokasi yang Ditingkatkan
ditingkatkan kompetensinya Kualitasnya (Orang)
Penumbuhan Wirausahawan Muda Jumlah Wirausahawan Muda Pertanian 2.090,0 2.100,0 2.110,0 2.120,0 2.130,0 423,6 Pusat, 11 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Pertanian yang ditumbuhkan sebagai pengusaha Usaha Serta 350
pertanian milenial (Kelompok) Korporasi Petani dan
Nelayan
Sarana dan Prasarana Pendidikan Terpenuhinya Sarana Prasarana 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 1.097,1 Pusat, 11 Provinsi Kementan
Pertanian (Teaching Factory, dll) Pendidikan Vokasi yang Berkualitas
(satker)
Lulusan Politeknik Pembangunan Lulusan Politeknik Pembangunan 250,0 300,0 350,0 400,0 450,0 37,3 Pusat Kementan
Pertanian yang mengikuti Pertanian yang mengikuti Permagangan
Permagangan (Retooling) (Retooling) mendukung pengusaha
pertanian milenial (Orang)
Taman Teknologi Pertanian (TTP) Jumlah Taman Teknologi Pertanian (TTP) 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 0,0 3 Provinsi Kementan
(Kabupaten)
Kerjasama Kemitraan Penelitian Kerjasama Kemitraan Penelitian 80,0 80,0 80,0 80,0 80,0 164,2 1 Provinsi Kementan
Pertanian Pertanian (kontrak)
Pengembangan Sumberdaya Pengembangan Sumberdaya Manusia 1.200,0 1.200,0 1.200,0 1.200,0 1.200,0 186,2 1 Provinsi Kementan
Manusia (Orang)
Invensi yang didaftarkan Invensi yang didaftarkan Perlindungan 45,0 45,0 45,0 45,0 45,0 9,8 1 Provinsi Kementan
Perlindungan HKI, promosi, naskah HKI, promosi, naskah perjanjian lisensi
perjanjian lisensi (Invensi)
Perjanjian Kerjasama Lisensi Hasil Perjanjian Kerjasama Lisensi Hasil 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 14,7 1 Provinsi Kementan
Balitbangtan Balitbangtan (Lisensi)
A.1.25
Jumlah varietas unggul tanaman dan 30 dan 8 30 dan 8 30 dan 8 30 dan 8 30 dan 8
hewan untuk pangan yang dilepas
(2.5.1*) (Varietas unggul baru dan
galur)
Sumber daya genetika tanaman dan 4.250,0 4.250,0 4.250,0 4.250,0 4.250,0
hewan sumber pangan yang
terlindungi/tersedia (2.5.2*) (Aksesi)
A.1.27
Unit Pengolahan Pupuk Organik Jumlah unit pengolah pupuk organik 500,0 500,0 500,0 500,0 500,0 716,7 Pusat Penguatan Jaminan Kementan
(UPPO) yang tersedia (Unit) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Lahan Konservasi dan Rehabilitasi Terlaksananya konservasi dan 20.000,0 20.000,0 20.000,0 20.000,0 20.000,0 265,5 Pusat Kementan
rehabilitasi lahan pertanian (ha)
Rekomendasi Perlindungan dan Jumlah rekomendasi perlindungan dan 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0 143,9 Pusat dan 25 provinsi Kementan
antisipasi alih fungsi lahan pengendalian alih fungsi lahan pertanian
Pertanian (Rekomendasi)
Survei Investigasi dan Desain Cetak Jumlah dokumen Survei Investigasi dan 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 95,2 10 Provinsi Kementan
Sawah Desain cetak sawah yang tersedia
(Dokumen)
Perbengkelan Alsintan Jumlah perbengkelan Alsintan yang 18,0 18,0 18,0 18,0 18,0 68,5 Pusat Kementan
tersedia (Unit)
Teknologi Pertanian Jumlah Teknologi Pengelolaan 16,0 16,0 16,0 16,0 16,0 199,0 3 Provinsi Kementan
Sumberdaya Lahan Pertanian (Tanah, Air
dan Lingkungan Pertanian) (Teknologi)
Diseminasi Teknologi Pertanian Jumlah Diseminasi Inovasi teknologi 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0 97,1 3 Provinsi Kementan
Pengelolaan Sumberdaya Lahan
Pertanian (Teknologi)
Teknologi Adaptasi Perubahan Iklim Jumlah Teknologi Adaptasi Perubahan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 3,1 1 Provinsi Kementan
Iklim (Teknologi)
Teknologi Mitigasi Perubahan Iklim Jumlah Teknologi Mitigasi Perubahan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,8 1 Provinsi Kementan
Iklim (Teknologi)
Peta Sumberdaya Lahan Pertanian Peta Potensi Sumberdaya Lahan 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0 31,7 1 Provinsi Kementan
Pertanian (Peta)
Teknologi untuk Lahan Eks Teknologi untuk Lahan Eks 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 4,9 1 Provinsi Kementan
Pertambangan Pertambangan dan Pemetaan (Teknologi)
KP : Peningkatan tata kelola sistem Global food security index 64,0 65,5 66,9 68,4 69,8 2.025,1
pangan nasional
ProP : Stabilisasi Harga Pangan 743,2
Lumbung Pangan Masyarakat Terbinanya lumbung pangan 300,0 220,0 220,0 220,0 225,0 109,9 28 provinsi Kementan
masyarakat (Unit)
Lembaga Distribusi Pangan Terbinanya lembaga distribusi pangan 962,0 1.000,0 1.000,0 1.000,0 1.000,0 603,8 22 provinsi Kementan
(Unit)
Pengelolaan Informasi Pemasaran Terlaksananya Pengelolaan Informasi 35,0 35,0 35,0 35,0 35,0 23,2 Pusat, 34 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Pemasaran (Lokasi) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
A.1.29
Kebijakan Impor Pangan yang Jumlah Peraturan Menteri terkait Impor 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 6,3 pusat Kemendag
Harmonis dengan Kebijakan Pangan Bahan Pokok (Permendag)
Nasional
ProP : Penanganan Rawan Pangan 1.281,9
serta Cadangan Pangan Pemerintah
dan Masyarakat
Peta Ketahanan dan Kerentanan Tersedianya Peta Ketahanan dan 389,0 135,0 135,0 135,0 135,0 160,2 Pusat, 34 provinsi Kementan
Pangan (FSVA) Kerentanan Pangan (Lokasi)
Pengembangan Pertanian Terbentuknya pertanian keluarga/family 727,0 646,0 565,0 485,0 404,0 992,3 17 provinsi Kementan
Keluarga/Family Farming farming (Lokasi)
Pertanian Masuk Sekolah Terbentuknya pertanian masuk sekolah 340,0 340,0 340,0 340,0 340,0 129,4 34 provinsi Kementan
(Lokasi)
PP : Peningkatan pengelolaan Konservasi kawasan kelautan 23,4 24,2 25,1 26,0 26,9 15.942,0
kemaritiman, perikanan dan kelautan (14.5.1*) (Juta ha)
Proporsi tangkapan jenis ikan yang <64 <67 <72 <76 ≤80
berada dalam batasan biologis yang
aman (14.4.1*) (%) (Persen)
KP : Peningkatan pengelolaan Wilayah Pengelola WPP (14.2.1(b)) (Unit) 11,0 11,0 11,0 11,0 11,0 600,3
Pengelolaan Perikanan (WPP) dan
penataan ruang laut dan rencana
zonasi pesisir serta pengelolaan ruang
laut
Akurasi pendataan stock dan 11,0 11,0 11,0 11,0 11,0
pemanfaatan WPP (WPP)
Penyelesaian penataan ruang laut dan 14,0 24,0 26,0 26,0 12,0
zonasi pesisir (RZ)
ProP : Pengelolaan Wilayah Jumlah Wilayah Pengelolaan 11,0 11,0 11,0 11,0 11,0 283,4
Pengelolaan Perikanan (WPP) Perikanan (WPP) yang dikelola oleh
lembaga (WPP)
Data dan/atau Informasi stok Jumlah Data dan/atau Informasi Stok 11,0 11,0 11,0 11,0 11,0 137,5 11 WPP Integrasi Pelabuhan KKP
sumber daya perikanan di Wilayah Sumber Daya Perikanan di Wilayah Perikanan dan Fish
Pengelolaan Perikanan (WPP) NRI Pengelolaan Perikanan (WPP) NRI (WPP) Market Bertaraf
Internasional
Laut pedalaman, teritorial dan Tingkat pengelolaan sumber daya ikan di 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 12,7 11 WPP KKP
perairan kepulauan yang terkelola laut pedalaman, teritorial, perairan
sumber daya ikannya kepulauan (%)
Lembaga Pengelola Perikanan Jumlah Lembaga Pengelola Perikanan 11,0 11,0 11,0 11,0 11,0 101,1 11 WPP Integrasi Pelabuhan KKP
Wilayah Pengelolaan Perikanan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Perikanan dan Fish
Negara Republik Indonesia Republik Indonesia (WPPNRI) yang Market Bertaraf
(WPPNRI) yang operasional operasional (WPP) Internasional
A.1.30
Data dan/atau Informasi Stok Jumlah Data dan/atau Informasi Stok 8,0 10,0 12,0 14,0 14,0 32,1 15 PUD KKP
Sumber Daya Perikanan di Perairan Sumber Daya Perikanan di Perairan
Umum Daratan (PUD) Umum Daratan (PUD) (KPP-PUD)
ProP : Penataan Ruang Laut dan Penyelesaian penataan ruang laut dan 14,0 24,0 26,0 26,0 12,0 257,6
Rencana Zonasi Pesisir zonasi pesisir (RZ)
Perairan laut antar wilayah yang Jumlah perairan laut antar wilayah yang 6,0 6,0 4,0 - - 19,7 10 perairan laut KKP
memiliki dokumen RZ Kawasan memiliki dokumen RZ Kawasan Antar
Antar Wilayah yang ditetapkan wilayah yang ditetapkan melalui
melalui peraturan perundangan Peraturan Perundangan (Perairan laut)
Kawasan Strategis Nasional dan Jumlah KSN dan KSNT yang Memiliki 25,0 28,0 19,0 9,0 5,0 41,9 75 kawasan KKP
Kawasan Strategis Nasional Rencana Zonasi KSN dan Rencana
Tertentu yang memiliki Rencana Zonasi KSNT yang ditetapkan Melalui
Zonasi KSN dan Rencana Zonasi Peraturan Perundangan (Kawasan)
KSNT yang ditetapkan melalui
peraturan perundangan
Provinsi yang memiliki dokumen Jumlah Provinsi yang memiliki dokumen 13,0 24,0 29,0 24,0 31,0 28,0 31 Provinsi KKP
penyelenggaraan rencana zonasi monitoring evaluasi/kajian peninjauan
kembali/peraturan turunan peraturan
daerah rencana zonasi WP3K (Provinsi)
Pemetaan garis pantai prioritas Panjang garis pantai terpetakan 10.000,0 6.000,0 6.000,0 6.000,0 6.000,0 165,5 Lombok, Selat Sunda, Bali, BIG
Tanjung Pandan, Tanjung
Pinang, Kendari, Kolaka,
Labuan Bajo, Maumere,
Manokwari, Makassar,
Pare-Pare, Selayar, Poso,
Kaimana, Nabire, Biak,
Serui, Merauke, Bontang,
Tarakan, Tegal,
Pekalongan, pemalang,
Madura, Probolinggo,
Jakarta, Cirebon,
Indramayu, Cilacap,
Rembang, Jepara, Padang,
Mamuju, Gorontalo,
Manado, Bengkulu, Batam,
Singkawang, Palopo, Toli-
Toli, Waingapu, Amahae
A.1.31
Sinkronisasi antara RZWP3K Jumlah daerah yang sinkron antara 5,0 10,0 20,0 30,0 34,0 2,5 Pusat Kemendagri
dengan dokumen perencanaan RZWP3K dengan dokumen perencanaan
pembangunan daerah pembangunan daerah (daerah)
Fasilitasi Pengelolaan Reklamasi Jumlah Kawasan yang terfasilitasi 4,0 5,0 5,0 5,0 5,0 17,9 Daerah KKP
pengelolaan reklamasinya (lokasi)
KP : Peningkatan ekosistem kelautan 292,7
dan pemanfaatan jasa kelautan
Kawasan konservasi yang Luas kawasan konservasi yang 10.000.000,0 14.500.000,0 17.500.000,0 19.000.000,0 20.000.000,0 143,6 34 Provinsi 10 Destinasi Pariwisata KKP
dimanfaatkan secara berkelanjutan dimanfaatkan secara berkelanjutan Prioritas : Danau Toba,
(kumulatif) (Hektare) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.32
Bahan Kebijakan Jasa Kemaritiman Jumlah Bahan Rumusan dan 9,0 10,0 10,0 10,0 10,0 22,0 Pusat Kemenko Marin
Rekomendasi Kebijakan Bidang Jasa
Kemaritiman yang dikoordinasikan
(Dokumen) (Dokumen)
ProP : Pengembangan marine 42,1
bioproduct dan bioteknologi
Pengelolaan Biofarmakologi Jumlah unit bisnis biofarmakologi yang 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 20,0 10 Provinsi KKP
dibangun (Unit)
Teknologi Hasil Riset Pengolahan Jumlah Teknologi Hasil Riset Pengolahan 6,0 6,0 7,0 7,0 7,0 22,1 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub KKP
Produk dan Bioteknologi Kelautan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Sektor Prioritas : Makanan
dan Perikanan Perikanan (Paket) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
KP : Peningkatan produksi, Produksi ikan (Juta ton) 15,5 16,3 17,6 18,5 20,4 12.794,2
produktivitas, standardisasi mutu dan
nilai tambah produk kelautan dan
perikanan
Produksi rumput laut (Juta ton) 11,0 11,6 11,9 12,1 12,3
Produksi garam (Juta ton) 3,0 3,1 3,2 3,3 3,4
ProP : Peningkatan Produksi Jumlah Produksi Ikan 15,5 16,3 17,6 18,5 20,4 11.159,8
Perikanan
Produksi induk unggul Jumlah produksi induk unggul (ekor, non 1.000.000,0 1.100.000,0 1.200.000,0 1.300.000,0 1.400.000,0 327,1 34 provinsi Revitalisasi Tambak di KKP
kumulatif) (Ekor) Kawasan Sentra Produksi
Udang dan Bandeng
Benih Bermutu Ikan Air Tawar yang Jumlah Benih ikan Air Tawar yang 48.960.722,0 50.000.000,0 51.000.000,0 52.000.000,0 54.000.000,0 137,1 34 provinsi KKP
didistribusikan ke masyarakat didistribusikan ke masyarakat (Ekor)
Benih Bermutu Ikan Air Payau yang Jumlah Benih ikan Air Payau yang 158520000 159000000 160000000 161000000 162000000 90,5 34 provinsi Revitalisasi Tambak di KKP
didistribusikan ke masyarakat didistribusikan ke masyarakat (Ekor) Kawasan Sentra Produksi
Udang dan Bandeng
Benih Bermutu Ikan Air Laut yang Jumlah Benih ikan Air Laut yang 8.277.000,0 9.000.000,0 9.500.000,0 10.000.000,0 10.500.000,0 219,8 34 provinsi KKP
didistribusikan ke masyarakat didistribusikan ke masyarakat (Ekor)
Rehabilitasi sarana dan prasarana Jumlah rehabilitasi sarana dan 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 369,1 10 provinsi Revitalisasi Tambak di KKP
UPT prasarana UPT (Lokasi) Kawasan Sentra Produksi
Udang dan Bandeng
Bantuan sarana prasarana Jumlah bantuan sarana prasarana 80,0 110,0 120,0 140,0 150,0 42,6 18 provinsi KKP
perikanan budidaya dan perikanan budidaya dan percontohan
percontohan perbenihan ikan perbenihan ikan (Paket)
A.1.33
Pembangunan/Rehabilitasi Unit Jumlah unit Pembenihan Ikan yang 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 148,0 33 provinsi KKP
Pembenihan Ikan Skala Rakyat direvitalisasi (Unit)
yang bersertifikat
Pengujian residu produk perikanan Jumlah monitoring residu (Paket) 10.000,0 14.000,0 18.000,0 22.000,0 26.000,0 256,0 24 Provinsi KKP
budidaya dan sertifikasi untuk
ekspor bidang kawasan dan
kesehatan ikan
Bantuan sarana prasarana dan Jumlah bantuan sarana prasarana 551,0 800,0 900,0 1.000,0 1.100,0 506,7 34 provinsi Revitalisasi Tambak di KKP
percontohan produksi dan usaha perikanan budidaya dan percontohan Kawasan Sentra Produksi
perikanan budidaya perikanan budidaya bidang produksi dan Udang dan Bandeng
usaha (Paket)
Bantuan sarana prasarana Jumlah bantuan sarana prasarana 38,0 100,0 110,0 120,0 125,0 552,9 10 provinsi Revitalisasi Tambak di KKP
perikanan budidaya dan perikanan budidaya dan percontohan Kawasan Sentra Produksi
percontohan kawasan dan kawasan dan kesehatan ikan (Paket) Udang dan Bandeng
kesehatan ikan
Percontohan pengelolaan kluster Jumlah Percontohan pengelolaan kluster 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 302,5 10 Provinsi KKP
kawasan budidaya berkelanjutan kawasan budidaya berkelanjutan (lokasi)
Bantuan sarana prasarana dan Jumlah bantuan sarana prasarana 91,0 101,0 110,0 120,0 130,0 177,0 20 provinsi KKP
percontohan pakan ikan mandiri perikanan budidaya dan percontohan
pakan mandiri (Paket)
Kapal perikanan bantuan yang Jumlah kapal perikanan bantuan yang 30,0 50,0 70,0 90,0 110,0 183,4 34 Provinsi Integrasi Pelabuhan KKP
terbangun terbangun (Unit) Perikanan dan Fish
Market Bertaraf
Internasional
Alat penangkapan ikan dan/atau Jumlah alat penangkapan ikan dan/atau 500,0 750,0 1.000,0 1.250,0 1.500,0 150,5 34 Provinsi Integrasi Pelabuhan KKP
alat bantu penangkapan ikan alat bantu penangkapan ikan bantuan Perikanan dan Fish
bantuan yang terbangun yang terbangun (Unit) Market Bertaraf
Internasional
Pelabuhan Perikanan Samudera Jumlah Pengembangan Pelabuhan 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 199,7 7 lokasi KKP
(PPS) yang ditingkatkan fasilitasnya Perikanan Samudera (Lokasi)
Pelabuhan Perikanan Samudera Tingkat operasional Pelabuhan Perikanan 80,0 81,0 82,0 83,0 84,0 127,9 7 lokasi KKP
(PPS) yang meningkat Samudera (%)
Pelabuhan Perikanan Nusantara Jumlah Pengembangan Pelabuhan 17,0 18,0 19,0 20,0 21,0 326,3 21 lokasi KKP
(PPN) yang ditingkatkan fasilitasnya Perikanan Nusantara (Lokasi)
Pelabuhan Perikanan Nusantara Tingkat operasional Pelabuhan Perikanan 80,0 81,0 82,0 83,0 84,0 132,9 21 lokasi KKP
(PPN) yang meningkat Nusantara (%)
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Jumlah Pengembangan Pelabuhan 12,0 3,0 4,0 5,0 6,0 423,7 18 lokasi KKP
yang ditingkatkan fasilitasnya Perikanan Pantai (lokasi)
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jumlah Pengembangan Pangkalan 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 444,5 15 lokasi KKP
yang ditingkatkan fasilitasnya Pendaratan Ikan (lokasi)
A.1.34
Pelabuhan Perikanan yang Jumlah Pelabuhan Perikanan yang - 3,0 3,0 3,0 3,0 750,0 3 lokasi Integrasi Pelabuhan KKP
Terintegrasi dan Bertaraf Terintegrasi dan Bertaraf Internasional Perikanan dan Fish
Internasional (lokasi) Market Bertaraf
Internasional
Kapal perikanan yang menerapkan Jumlah kapal perikanan yang 12.000,0 15.000,0 16.000,0 18.000,0 20.000,0 21,7 UPT Pusat dan UPT Daerah Industri 4.0 di 5 Sub KKP
Logbook penangkapan ikan menerapkan logbook penangkapan ikan Sektor Prioritas : Makanan
(unit) (Unit) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pembangunan / Rehabilitasi Sarana Jumlah pembangunan / rehabilitasi 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 1.670,0 32 Provinsi Integrasi Pelabuhan Pemda/DAK
dan Prasarana Fasilitas Pokok dan sarana dan prasarana fasilitas pokok Perikanan dan Fish
Fungsional Pelabuhan Perikanan dan fungsional pelabuhan perikanan Market Bertaraf
(UPTD Provinsi) - Menu DAK Bidang (unit) Internasional
KP
Pengadaan Sarana dan Prasarana Jumlah pengadaan sarana dan 350,0 350,0 350,0 350,0 350,0 3.600,0 34 Provinsi Pemda/DAK
Pemberdayaan Usaha Nelayan dan prasarana pemberdayaan usaha nelayan
Pembudidaya Ikan Skala Kecil - dan pembudidaya ikan skala kecil
Menu DAK Bidang KP (lokasi)
ProP : Peningkatan Produksi Jumlah Produksi Rumput Laut (Juta 11,0 11,6 11,9 12,1 12,3 73,6
rumput laut ton)
Bibit rumput laut yang Jumlah Bantuan Bibit Rumput Laut yang 200.000,0 350.000,0 400.000,0 450.000,0 500.000,0 73,6 18 provinsi KKP
didistribusikan ke masyarakat didistribusikan ke masyarakat (kg)
ProP : Peningkatan Produksi garam Jumlah Produksi Garam (Juta ton) 3,0 3,1 3,2 3,3 3,4 751,7
Lahan Garam yang difasilitasi Jumlah lahan garam yang difasilitasi 600,0 750,0 750,0 750,0 750,0 381,0 12 Provinsi KKP
(Ha)
Pembangunan Sarana Niaga Garam Jumlah sarana niaga garam rakyat yang 70,0 100,0 100,0 100,0 100,0 170,7 12 Provinsi KKP
Rakyat direvitalisasi (Unit)
Jumlah sarana dan/atau prasarana di 4,0 2,0 2,0 2,0 2,0 80,0 4 Provinsi KKP
kawasan garam terpadu yang dibangun
(Unit)
Pengadaan Sarana dan Prasarana Jumlah pengadaan sarana dan 13,0 13,0 13,0 13,0 13,0 120,0 13 Provinsi Pemda/DAK
Tambak Garam - Menu DAK prasarana tambak garam (Provinsi)
ProP : Karantina Ikan dan jaminan 809,2
mutu
Sarana dan prasarana pengawasan Jumlah sarana dan prasarana 25,0 28,0 30,0 32,0 32,0 296,8 10 Provinsi KKP
karantina pengawasan karantina (Lokasi)
A.1.35
Operasional pengawasan mutu hasil Persentase jumlah pengiriman 98,0 98,0 98,0 98,0 98,0 113,9 34 Provinsi KKP
perikanan (consignment) hasil perikanan yang
memenuhi persyaratan negara tujuan
ekspor (Persentase)
Sarana dan prasarana pengujian Jumlah sarana dan prasarana pengujian 33,0 35,0 37,0 38,0 38,0 148,8 34 Provinsi KKP
mutu mutu (Lokasi)
Penerapan Sistem Jaminan Jumlah unit kerja yang menerapkan 150,0 150,0 150,0 150,0 150,0 87,4 34 Provinsi KKP
Kesehatan Ikan, Mutu dan Sistem Pengendalian (Official Control)
Keamanan Hasil Perikanan Lingkup Otoritas Kompeten (Unit Kerja)
Jumlah unit pelaksana teknis yang 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 0,0 34 Provinsi KKP
menerapkan sistem manajemen biorisiko
laboratorium (SNI 8340:2016) (Unit Kerja)
Jumlah unit kerja yang menerapkan 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 0,0 34 Provinsi KKP
sistem manajemen anti penyuapan SNI
ISO 37001:2016 (Unit Kerja)
Jumlah unit pelaksana teknis BKIPM 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 0,0 34 Provinsi KKP
yang terakreditasi menerapkan sistem
manajemen mutu yang terintegrasi (ISO
17020, ISO 9001, ISO 17025) (Unit Kerja)
Laporan Penindakan Pelanggaran Persentase kasus pelanggaran 95,0 95,0 95,0 95,0 95,0 26,3 34 Provinsi KKP
Perkarantinaan dan Keamanan perkarantinaan ikan yang diselesaikan
Hayati Ikan (Persentase)
Operasional pengawasan ekspor, Persentase penyakit ikan karantina yang 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 136,1 34 Provinsi KKP
impor dan domestik dicegah masuk ke wilayah RI
(Persentase)
KP : Peningkatan fasilitasi usaha, Jumlah pendanaan pelaku usaha 3,0 3,3 3,6 3,9 4,2 523,5
pembiayaan, dan akses perlindungan kelautan dan perikanan skala kecil
usaha kelautan dan perikanan skala (Rp Triliun)
kecil serta akses terhadap pengelolaan
sumber daya
Nilai Tukar Nelayan (NTN) (indeks) 102,0 103,0 105,0 106,0 107,0
Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 101,0 102,0 103,0 104,0 105,0
(indeks)
ProP : Peningkatan Perlindungan Jumlah nelayan dan pembudidaya 190.000,0 172.000,0 174.000,0 176.000,0 178.000,0 146,8
Nelayan dan Pembudidaya Ikan ikan yang terlindungi (orang)
Bantuan premi asuransi nelayan Jumlah bantuan premi asuransi nelayan 150.000,0 120.000,0 120.000,0 120.000,0 120.000,0 107,7 34 Provinsi Penguatan Jaminan KKP
yang tersalurkan yang tersalurkan (Orang) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
A.1.36
Luasan usaha budidaya yang Jumlah luasan usaha budidaya yang 5.000,0 6.000,0 7.500,0 9.000,0 10.000,0 39,1 33 Provinsi Penguatan Jaminan KKP
dilindungi asuransi dilindungi asuransi untuk kelangsungan Usaha Serta 350
usahanya (Hektar ) Korporasi Petani dan
Nelayan
ProP : Peningkatan Akses Jumlah pendanaan pelaku usaha 3,0 3,3 3,6 3,9 4,2 234,5
Pembiayaan Usaha Perikanan kelautan dan perikanan skala kecil
(Rp Triliun)
Nelayan yang terfasilitasi kredit Jumlah nelayan yang terfasilitasi kredit 2.000,0 2.000,0 2.000,0 2.000,0 2.000,0 34,3 34 Provinsi Penguatan Jaminan KKP
perikanan tangkap perikanan tangkap (nelayan) (Nelayan) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan sentra/kampung nelayan Jumlah fasilitasi kawasan 40,0 40,0 40,0 40,0 40,0 15,0 25 Provinsi Penguatan Jaminan KKP
yang difasilitasi penataannya sentra/kampung nelayan yang tertata Usaha Serta 350
(lokasi) Korporasi Petani dan
Nelayan
Kampung Nelayan Maju Jumlah Kampung Nelayan Maju (Lokasi) - 10,0 10,0 15,0 20,0 55,0 20 lokasi KKP
Bidang lahan budidaya yang Jumlah bidang lahan budidaya yang 13.000,0 13.000,0 13.000,0 13.000,0 13.000,0 8,5 23 Provinsi Penguatan Jaminan KKP
disiapkan sertifikasinya (Bidang) disiapkan sertifikasinya (Bidang) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Sertifikasi hak atas tanah nelayan Jumlah fasilitasi sertifikasi hak atas 15.000,0 15.000,0 15.000,0 15.000,0 15.000,0 27,8 34 Provinsi Penguatan Jaminan KKP
yang difasilitasi sertifikasinya tanah nelayan (Bidang) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Pelaku usaha yang difasilitasi Jumlah pelaku usaha yang difasilitasi 1.510,0 1.620,0 1.730,0 1.840,0 1.950,0 30,7 34 Provinsi Penguatan Jaminan KKP
kemudahan berusaha dan dalam kegiatan berusaha dan Usaha Serta 350
berinvestasinya berinvestasi (Pelaku usaha) Korporasi Petani dan
Nelayan
Kelompok Usaha Bersama yang Jumlah Kelompok Usaha Bersama yang 2.250,0 2.400,0 2.550,0 2.750,0 3.000,0 16,6 34 Provinsi Penguatan Jaminan KKP
meningkat kapasitas meningkat kapasitas kelembagaannya Usaha Serta 350
kelembagaannya (kumulatif) (Kelompok) Korporasi Petani dan
Nelayan
Penumbuhan wirausaha KP Jumlah wirausaha hasil KP yang 200,0 200,0 200,0 200,0 200,0 11,0 34 Provinsi Penguatan Jaminan KKP
ditumbuhkan (wirausaha) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Peningkatan kapasitas lembaga Jumlah lembaga usaha hasil kelautan 20,0 30,0 35,0 40,0 45,0 9,5 34 Provinsi Penguatan Jaminan KKP
usaha KP dan perikanan yang ditingkatkan Usaha Serta 350
kapasitasnya (Lembaga usaha) Korporasi Petani dan
Nelayan
A.1.37
Keluarga nelayan yang difasilitasi Jumlah Keluarga nelayan yang 2.900,0 4.000,0 5.000,0 6.000,0 7.000,0 26,3 34 Provinsi KKP
diversifikasi usahanya difasilitasi diversifikasi usahanya (RTP)
ProP : Penataan Perizinan Kelautan Jumlah provinsi yang 34,0 34,0 34,0 34,0 34,0 142,2
dan Perikanan mengintegrasikan sistem perizinan
pusat-daerah (provinsi)
Sistem perizinan pusat-daerah yang Jumlah provinsi yang mengintegrasikan 34,0 34,0 34,0 34,0 34,0 84,1 34 Provinsi Penguatan Jaminan KKP
terintegrasi sistem perizinan pusat-daerah (provinsi) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Alokasi Izin yang Diterbitkan Jumlah Alokasi Izin yang Diterbitkan 10.500,0 10.600,0 10.650,0 10.700,0 10.750,0 16,0 34 Provinsi Penguatan Jaminan KKP
(Unit) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kapal Perikanan yang diperiksa Jumlah kapal Perikanan yang diperiksa 17.100,0 21.500,0 21.750,0 22.000,0 22.350,0 42,1 Pusat dan Daerah KKP
kepatuhannya kepatuhannya (Unit)
KP : Peningkatan SDM dan riset Jumlah hasil riset yang 5,0 8,0 11,0 13,0 15,0 1.731,1
kemaritiman dan kelautan serta diadopsi/diterapkan (hasil riset)
database kelautan dan perikanan
ProP : Peningkatan SDM kelautan (Mutu) 1.070,4
dan perikanan
Masyarakat Kelautan dan Perikanan Jumlah masyarakat kelautan dan 25.200,0 26.000,0 27.000,0 28.000,0 30.000,0 289,3 34 Provinsi Pendidikan dan Pelatihan KKP
yang dilatih perikanan yang dilatih (Orang) Vokasi untuk Industri 4.0
Kelompok Pelaku Utama/Usaha Jumlah kelompok pelaku utama/usaha 41.000,0 42.000,0 43.000,0 44.000,0 45.000,0 543,6 34 Provinsi KKP
yang Mendapatkan Pendampingan yang disuluh (Kelompok)
dari Penyuluh KP
Sarana dan Prasarana Pelatihan Satuan Pelatihan Kelautan dan 7,0 7,0 7,0 7,0 10,0 237,5 Tegal, Banyuwangi, KKP
dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan yang terstandar (unit) Ambon, Medan,
Perikanan Sukamandi, Bitung,
Palembang
ProP : Penguatan Inovasi Teknologi 660,8
dan Riset Kelautan dan Perikanan
Teknologi Hasil Riset Perikanan Jumlah Teknologi Hasil Riset Perikanan 23,0 30,0 30,0 30,0 30,0 105,2 5 Provinsi KKP
(Paket)
Sarana dan Prasarana Riset Jumlah Sarana dan Prasarana Riset 10,0 12,0 12,0 12,0 12,0 170,3 4 Provinsi Revitalisasi Tambak di KKP
Perikanan Perikanan (Unit) Kawasan Sentra Produksi
Udang dan Bandeng
Model Sosial Ekonomi Sektor Jumlah Model Sosial Ekonomi Sektor 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 35,3 Jakarta Utara KKP
Kelautan dan Perikanan Kelautan dan Perikanan (paket)
A.1.38
Sarana dan Prasarana Riset Jumlah Sarana dan Prasarana Riset 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 207,2 7 Provinsi KKP
Kelautan Kelautan (Unit)
Sarana dan Prasarana Riset Data Jumlah Sarana dan Prasarana Riset 500,0 500,0 500,0 500,0 500,0 87,9 BROL-Perancak KKP
Satelit Radar Data Satelit Radar (Scene)
Sarana dan Prasarana Stasiun Bumi Jumlah Sarana dan Prasarana Stasiun 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 32,9 BROL-Perancak KKP
Penerima Data Satelit Radar Bumi Penerima Data Satelit Radar (Unit)
Bahan Kebijakan Bidang Jejaring Jumlah Rumusan Kebijakan dan 6,0 7,0 7,0 7,0 7,0 22,0 Pusat Kemenko Marin
Inovasi Maritim yang Dihasilkan Rumusan Tindaklanjut Kebijakan Bidang
Jejaring Inovasi Maritim yang
dikoordinasikan (Dokumen) (Dokumen)
PP : Penguatan kewirausahaan, Usaha Rasio kewirausahaan nasional 3,6 3,7 3,8 3,9 4,0 6.006,8
Mikro, Kecil Menengah (UMKM), dan (Persen)
koperasi
Kontribusi UMKM terhadap PDB 61,0 62,0 63,0 64,0 65,0
(Persen )
Kontribusi koperasi terhadap PDB 5,1 5,2 5,3 5,4 5,5
(Persen )
KP : Peningkatan kemitraan usaha Proporsi IMK (Industri Mikro Kecil) 8,5 9,0 9,5 10,0 10,5 542,5
antara Usaha Mikro Kecil dan Usaha yang menjalin kemitraan (Persen)
Menengah Besar
ProP : Pengembangan Kapasitas 297,0
Usaha dan Kualitas Produk
KUMKM yang difasilitasi Koperasi dan UMKM yang difasilitasi 1.703,0 2.000,0 2.100,0 2.205,0 2.315,0 31,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemen KUKM
standarisasi mutu dan sertifikasi standardisasi mutu dan sertifikasi Sektor Prioritas : Makanan
produk produk (KUMKM) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Produk/Usaha Ekonomi Kreatif Jumlah Produk/Usaha Ekonomi Kreatif 250,0 270,0 330,0 230,0 200,0 41,1 Kabupaten/kota di 34 Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
yang Distandardisasi yang Distandardisasi (Produk/usaha) provinsi Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Jumlah Pengguna Pasar Lelang Jumlah Pelaku Pengguna Pasar Lelang 430,0 430,0 430,0 430,0 430,0 9,5 Riau, Jambi, Lampung, Kemendag
(Pelaku) Bali, NTB, Sulut,Sultra,
Gorontalo, Jabar, Jatim,
Sulsel, Jateng, Sumbar,
DKI Jakarta
A.1.39
Pembinaan Penerapan SPK bagi Jumlah Pelaku Usaha dan LPK yang 225,0 350,0 430,0 585,0 628,0 41,1 Pusat BSN
Pelaku Usaha dan Lembaga dibina penerapan SPK (Pelaku Usaha
Penilaian Kesesuaian (LPK) dan LPK)
Pelayanan Standardisasi dan Jumlah stakeholder yang terlayani 1.800,0 1.800,0 2.000,0 2.000,0 2.000,0 25,0 Makassar, Riau, BSN
Penilaian Kesesuaian di Kantor standardisasi dan penilaian kesesuaian Palembang, Surabaya,
Layanan Teknis (Stakeholder) Bekasi
Pengembangan IKM Pangan, Barang Jumlah IKM Startup Berbasis Teknologi 6,0 20,0 30,0 50,0 80,0 33,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Dari Kayu dan Furnitur Berbasis (IKM (Kumulatif)) Sektor Prioritas : Makanan
Teknologi dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pengembangan IKM Kimia, Jumlah IKM Startup Berbasis Teknologi 8,0 20,0 40,0 60,0 100,0 33,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Sandang, Kerajinan, dan Industri (IKM (Kumulatif)) Sektor Prioritas : Makanan
Aneka Berbasis Teknologi dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pengembangan IKM Logam, Mesin, Jumlah IKM Startup Berbasis Teknologi 6,0 20,0 30,0 50,0 80,0 28,4 Pusat 9 Kawasan industri di Kemenperin
Elektronika, dan Alat Angkut (IKM (Kumulatif)) luar Jawa dan 31 smelter
Berbasis Teknologi
Pengembangan Layanan IKM Layanan BPIPI (layanan ) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 46,5 Sidoarjo, Jawa Timur Kemenperin
Persepatuan melalui BPIPI
Penyusunan Rekomendasi Rekomendasi Kebijakan (Rekomendasi) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 7,4 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Kebijakan mendukung Sektor Prioritas : Makanan
Pengembangan IKM Ekspor, dan Minuman, Tekstil dan
Kemitraan Usaha, dan Penerapan Pakaian Jadi, Otomotif,
Making Indonesia 4.0 Elektronik, Kimia dan
Farmasi
ProP : Perluasan Kemitraan Usaha 141,1
Koperasi dan Usaha Mikro dan Kecil TERFASILITASINYA KEMITRAAN 150 KUMK di 170 KUMK di 179 KUMK di 187 KUMK di 197 KUMK di 38,8 Pusat Penguatan Jaminan Kemen KUKM
(KUMK) yang difasilitasi kemitraan strategis ANTARA KUMK DENGAN 3 Lokasi 3 Lokasi 3 Lokasi 3 Lokasi 4 Lokasi Usaha Serta 350
dengan Usaha Menengah dan Besar USAHA MENENGAH (UM) DAN USAHA Korporasi Petani dan
BESAR (UB) (KUMK) Nelayan
Advokasi Kemitraan Jumlah Advokasi Kemitraan (Advokasi) 12,0 13,0 14,0 15,0 16,0 6,5 Pusat 9 Kawasan industri di KPPU
luar Jawa dan 31 smelter
Pengawasan Pelaksanaan Jumlah Perkara Pengawasan Kemitraan 18,0 19,0 21,0 23,0 25,0 17,4 Pusat 9 Kawasan industri di KPPU
Kemitraan (Perkara) luar Jawa dan 31 smelter
Monitoring Pelaksanaan Surat Jumlah Laporan Monitoring Pelaksanaan 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 1,2 Pusat 9 Kawasan industri di KPPU
Peringatan Surat Peringatan (Laporan) luar Jawa dan 31 smelter
A.1.40
Kemitraan Industri Pengolahan Susu Terjalinnya kemitraan antara industri 3,0 3,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
dengan Peternak dalam rangka pengolahan susu dengan peternak Sektor Prioritas : Makanan
Peningkatan Mutu Bahan Baku (Kemitraan) dan Minuman, Tekstil dan
Industri Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pengembangan Produk Pangan, Jumlah IKM yang menjadi pemasok 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 24,8 Kabupaten/kota di 34 9 Kawasan industri di Kemenperin
Barang Dari Kayu dan Furnitur Industri Besar dan Sedang (IKM provinsi luar Jawa dan 31 smelter
Untuk Industri Besar dan Sedang (Kumulatif))
Pengembangan Produk Kimia, Jumlah IKM yang menjadi pemasok 20,0 60,0 90,0 125,0 165,0 24,8 Kabupaten/kota di 34 9 Kawasan industri di Kemenperin
Sandang, Kerajinan, dan Industri Industri Besar dan Sedang (IKM provinsi luar Jawa dan 31 smelter
Aneka Untuk Industri Besar dan (Kumulatif))
Sedang
Pengembangan Produk Logam, Jumlah IKM yang menjadi pemasok 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 24,8 Kabupaten/kota di 34 9 Kawasan industri di Kemenperin
Mesin, Elektronika, dan Alat Angkut Industri Besar dan Sedang (IKM provinsi luar Jawa dan 31 smelter
Untuk Industri Besar dan Sedang (Kumulatif))
ProP : Penguatan Kapasitas 104,4
Kelembagaan untuk Bermitra
KUKM bidang pertanian dan Meningkatnya Volume Usaha KUKM 25,0 40,0 42,0 44,0 46,0 30,9 Pusat Penguatan Jaminan Kemen KUKM
perkebunan yang diperkuat bidang pertanian dan perkebunan yang Usaha Serta 350
kapasitas usahanya melalui Difasilitasi Pendampingan Kemitraan Korporasi Petani dan
kemitraan (KUKM) Nelayan
KUKM Sektor Perikanan dan Meningkatnya Volume Usaha KUKM 25,0 40,0 42,0 44,0 46,0 33,4 Pusat Penguatan Jaminan Kemen KUKM
Peternakan yang diperkuat bidang perikanan dan peternakan yang Usaha Serta 350
kapasitas usaha melalui Kemitraan Difasilitasi Pendampingan Kemitraan Korporasi Petani dan
(KUKM) Nelayan
KUKM bidang Industri dan Jasa KOPERASI/SENTRA USAHA MIKRO 25,0 40,0 42,0 44,0 46,0 30,9 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemen KUKM
yang diperkuat kapasitas usahanya BIDANG INDUSTRI DAN JASA YANG Luar Jawa dan 31 Smelter
melalui Kemitraan DIPERKUAT KAPASITAS USAHANYA
MELALUI KEMITRAAN (KUKM)
Koperasi dan UMKM Penerima Jumlah Koperasi dan UMKM Penerima 20,0 21,0 22,0 23,0 24,0 9,3 Pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemen KUKM
Dukungan Pengembangan Usaha Dukungan Pengembangan Usaha Eco Prioritas : Danau Toba,
Eco Tourism Tourism (KUMKM) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.41
KP : Peningkatan kapasitas usaha dan Proporsi UMKM yang Mengakses 25,2 26,5 27,8 29,3 30,8 586,8
akses pembiayaan bagi wirausaha Kredit Lembaga Keuangan Formal
(8.10.1(b)) (Persen)
Rasio kredit UMKM terhadap total 19,8 20,3 20,9 21,4 22,0
kredit perbankan (Persen)
Proporsi IKM dengan pinjaman/kredit 2,4 2,8 3,4 4,1 5,0
(9.3.2*) (Persen)
Proporsi penyaluran kredit usaha 60,0 65,0 70,0 75,0 80,0
rakyat (KUR) sektor produksi (Persen
)
ProP : Dukungan Pemberian Modal 551,3
Awal Usaha
Wirausaha baru yang didukung Tersalurnya Dukungan Modal Awal 1.900,0 2.000,0 2.100,0 2.205,0 2.315,0 167,1 Pusat Penguatan Jaminan Kemen KUKM
modal awal usaha (Start Up Capital) Usaha Usaha Serta 350
kepada Wirausaha Pemula (Orang) Korporasi Petani dan
Nelayan
Modal disalurkan dari sektor Non- Jumlah Modal yang disalurkan dari 255,0 270,0 320,0 240,0 220,0 255,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
Perbankan kepada Pelaku Ekonomi sektor Non-Perbankan kepada Pelaku Sektor Prioritas : Makanan
Kreatif yang aksesnya Ekonomi Kreatif yang aksesnya dan Minuman, Tekstil dan
diintermediasi diintermediasi (Miliar) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Modal yang disalurkan dari akses Jumlah Modal yang disalurkan dari 5.082,0 5.225,0 5.650,0 5.150,0 4.900,0 128,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
Perbankan kepada Pelaku ekonomi akses Perbankan kepada Pelaku Sektor Prioritas : Makanan
kreatif yang difasilitasi ekonomi kreatif (Miliar) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
ProP : Pendampingan UMKM untuk 31,0
Mengakses Kredit
Usaha Mikro Sektor Prioritas Yang Jumlah usaha mikro dan kecil yang 3.000,0 5.000,0 5.250,0 5.513,0 5.788,0 24,6 Pusat Penguatan Jaminan Kemen KUKM
Didampingi Mengakses dan difasilitasi mangakses KUR (UMi) Usaha Serta 350
Mengelola Pembiayaan/Kredit KUR Korporasi Petani dan
Nelayan
Usaha mikro dan kecil yang Jumlah usaha mikro dan kecil yang - 750,0 788,0 827,0 868,0 6,5 Pusat Kemen KUKM
difasilitasi untuk mengakses kredit difasilitasi melalui kerjasama dengan
melalui lembaga keuangan non perusahaan fintech (UMK)
ProP : Pengembangan Skema 4,4
Pembiayaan bagi Wirausaha dan
UMKM
Desain skema pembiayaan usaha Jumlah skema pembiayaan yang 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 4,4 Kemen KUKM
dikembangkan (Skema)
A.1.42
Proporsi nilai tambah IKM terhadap 18,5 18,9 19,3 19,6 20,0
total nilai tambah industri (9.3.1*)
(Persen)
Penumbuhan startup (unit ) 700,0 1.400,0 2.100,0 2.800,0 3500
(kumulatif)
ProP : Pelatihan Kewirausahaan 2.309,0
Pemberdayaan Kewirausahaan Terlatihnya SDM KUMKM melalui 6.500,0 7.500,0 7.875,0 8.269,0 8.682,0 194,1 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemen KUKM
melalui pelatihan kewirausahaan pelatihan kewirausahaan (Orang) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Wirausaha baru Jumlah wirausaha baru (orang) 43.340,0 45.057,0 47.782,0 50.171,0 52.680,0 981,4 34 Provinsi KemenNaker
Wirausaha baru berbasis ekonomi Jumlah wirausaha usaha berbasis 5.000,0 5.250,0 5.513,0 5.788,0 6.078,0 150,7 34 Provinsi KemenNaker
digital yang diberdayakan ekonomi digital yang diberdayakan
(orang)
Penumbuhan Wirausaha Muda Jumlah wirausaha muda pertanian yang 1.513,0 1.763,0 2.013,0 2.263,0 2.513,0 486,6 Polbangtan (Medan, Bogor, Penguatan Jaminan Kementan
Pertanian Dalam Rangka Regenerasi ditumbuhkan Yogya, Magelang, Malang, Usaha Serta 350
Petani Gowa, Manokwari) dan Korporasi Petani dan
SMK PP (Sembawa Nelayan
Palembang, Banjarbaru
Kalsel, Kupang NTT)
Fasilitasi pemuda sebagai kader Jumlah pemuda yang difasilitasi sebagai 5.000,0 5.000,0 5.000,0 5.000,0 5.000,0 24,1 Pusat Kemenpora
wirausaha kader kewirausahaan
Mahasiswa Mulai Berwirausaha Jumlah Mahasiswa Mulai Berwirausaha 3.000,0 4.000,0 4.500,0 5.000,0 5.500,0 100,0 Pusat Kemen
Ristek/BRIN
Wirausaha yang Meningkat Jumlah wirausaha yang meningkat 750,0 750,0 750,0 750,0 750,0 41,8 Pusat Kemendes, PDT &
Pendapatannya Dalam Rangka pendapatannya dalam rangka TRANS
Pengembangan Produk Unggulan pengembangan produk unggulan daerah
Daerah Tertinggal tertinggal
Pelatihan dan Inkubasi Terlatihnya SDM yang siap diinkubasi 1.500,0 2.000,0 2.100,0 2.205,0 2.315,0 50,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemen KUKM
Kewirausahaan Technopreneur (Orang) Sektor Prioritas : Makanan
melalui Kerjasama Lembaga dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.44
Penumbuhan dan Pengembangan Wirausaha baru industri kecil yang 810,0 2.800,0 4.200,0 5.600,0 7.000,0 79,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Wirausaha Industri Kecil dan tumbuh (WUB (Kumulatif)) Sektor Prioritas : Makanan
Menengah dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Penumbuhan dan Pengembangan Wirausaha baru industri kecil yang 1.400,0 2.800,0 4.200,0 5.600,0 7.000,0 79,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Wirausaha Industri Kecil dan tumbuh (WUB (Kumulatif)) Sektor Prioritas : Makanan
Menengah dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Penumbuhan dan Pengembangan Wirausaha baru industri kecil yang 1.200,0 2.400,0 3.600,0 4.800,0 6.000,0 79,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Wirausaha Industri Kecil dan tumbuh (WUB (Kumulatif)) Sektor Prioritas : Makanan
Menengah dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pelatihan bagi dinas yang Jumlah dinas yang meningkat 9,0 9,0 8,0 8,0 14,4 34 Provinsi Kemen PPPA
membidangi pemberdayaan kapasitasnya dalam memberikan
perempuan dalam memberikan pendampingan kewirausahaan bagi
pendampingan bagi perempuan perempuan korban kekerasan (Unit)
korban kekerasan untuk
memperoleh peningkatan kapasitas
berwirausahakapasitas pendamping
Peningkatan Persentase Pusat Layanan Usaha 31,0 14,0 27,0 28,0 5,4 32 Provinsi Kemen PPPA
perempuan pelaku kewirausahaan Terpadu (PLUT) yang difasilitasi dalam
tentang isu pemberdayaan pendampingan tentang isu
perempuan dan perlindungan anak pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak (Persen)
Jumlah SDM pendamping perempuan 18.000,0 18.000,0 18.000,0 18.000,0 21,1 32 Provinsi Kemen PPPA
pelaku kewirausahaan (Mekaar) yang
ditingkatkan kapasitasnya tentang isu
pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak (Orang)
ProP : Inkubasi Usaha 531,9
Fasilitasi Ide usaha melalui Terlaksananya Jumlah Inkubator yang 4,0 5,0 5,0 6,0 6,0 14,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemen KUKM
kompetisi dan inkubasi memberikan pendampingan Sektor Prioritas : Makanan
pengembangan ide usaha (Inkubator) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.45
Wirausaha baru inkubasi bisnis Jumlah wirausaha yang diberdayakan 9.000,0 9.270,0 9.550,0 9.835,0 10.130,0 400,2 34 Provinsi KemenNaker
melalui inkubasi bisnis (orang)
Pre-Start Up yang Difasilitasi Jumlah Pre-Start Up yang Difasilitasi 250,0 384,8 400,0 372,7 363,6 116,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
(termasuk melalui Digital Lab, Digital (Orang/ Sektor Prioritas : Makanan
Enterpreneurship, Pemagangan komunitas) dan Minuman, Tekstil dan
Internasional) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
ProP : Penguatan Kapasitas Layanan 1.370,8
Usaha
Sarana prasarana layanan usaha Terwujudnya pusat layanan usaha 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 154,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemen KUKM
terpadu terpadu koperasi, usaha mikro, kecil dan Sektor Prioritas : Makanan
menengah (PLUT-KUMKM) (Unit) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pedagang skala mikro Tersedianya fasilitasi PKL untuk 350,0 368,0 386,0 405,0 425,0 23,0 Pusat Kemen KUKM
informal/pedagag kaki lima yang memperoleh kepastian tempat usaha
difasilitasi penataan lokasi dan (UMi)
promosi
BUM Desa Bersama yang Jumlah BUM Desa Bersama yang 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 71,1 Kemendes, PDT &
Ditingkatkan Kapasitas dan Sarana Ditingkatkan Kapasitas dan Sarana serta TRANS
serta Permodalannya Permodalannya
Bantuan Peningkatan Nilai Tambah Bantuan peningkatan nilai tambah 34,0 34,0 34,0 35,0 35,0 352,5 Pusat Kemendes, PDT &
Prukades di Daerah Tertinggal Prukades di Daerah Tertinggal TRANS
Peningkatan Kewirausahaan dan Jumlah bantuan sarana usaha 10.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 10.000,0 644,8 Pusat Kemendag
Bantuan Pemasaran perdagangan (Unit)
Pelaku Usaha dan Aparatur di Jumlah pelaku usaha dan aparatur yang 2.000,0 2.000,0 2.000,0 2.000,0 2.000,0 74,7 Kemendag
Bidang Perdagangan yang mendapat pembinaan (Pelaku
Mendapat Pembinaan Usaha/Aparatur)
UMKM Go Online Jumlah (Active Selling) UMKM Go Online 100.000,0 100.000,0 100.000,0 100.000,0 2.000,0 50,0 Industri 4.0 di 5 Sub Kemen Kominfo
(UMKM) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
ProP : Pengembangan sentra 370,3
Industri Kecil dan Menengah
Pembangunan/revitalisasi sentra jumlah provinsi yang 34,0 34,0 34,0 34,0 34,0 370,3 Kabupaten/kota di 34 9 Kawasan industri di Kemenperin
IKM dibangun/direvitalisasi sentra IKM-nya provinsi luar Jawa dan 31 smelter
(Provinsi)
A.1.46
KP : Peningkatan nilai tambah usaha Kontribusi usaha sosial (Persen PDB) 1,9 2,1 2,2 2,4 2,5 79,2
sosial
ProP : Pendampingan akses 56,8
permodalan bagi wirausaha sosial
berbasis ekonomi kreatif
Social Entrepreneur Mentoring Jumlah Social Entrepreneur yang - 685,0 725,0 690,0 650,0 56,8 Pusat Kemenparekraf
Program difasilitasi (Orang/
komunitas)
ProP : Pembinaan Wirausaha Sosial 22,4
Pelatihan dan Inkubasi (Orang) 600,0 700,0 735,0 772,0 810,0 18,1 Pusat Kemen KUKM
Kewirausahaan Sosial melalui
Kerjasama Lembaga
Forum Kewirausahaan Sosial (Forum) - 1,0 1,0 1,0 1,0 4,3 Pusat Kemen KUKM
PP : Peningkatan nilai tambah, lapangan Pertumbuhan PDB pertanian (Persen) 3,7 3,7 3,9 4,0 4,1 800.341,9
kerja, dan investasi di sektor riil, dan
industrialisasi
Kontribusi PDB kemaritiman (Persen) 6,5 6,9 7,2 7,5 7,8
Akselerasi, Replanting dan Pertumbuhan volume ekspor untuk 7.400,0 7.400,0 7.400,0 7.400,0 7.400,0 40,8 14 Provinsi Pembangunan Energi Kementan
Penerapan GAP Sawit Rakyat produk perkebunan (Pekebun) Terbarukan Green Fuel
Berbasis Kelapa Sawit
Area Penanganan Dampak Area Penanganan Dampak Perubahan 1.245,0 1.245,0 1.245,0 1.245,0 1.245,0 84,7 15 Provinsi Kementan
Perubahan Iklim dan Pencegahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran Lahan
Kebakaran Lahan dan Kebun dan Kebun (Ha)
Penanganan Gangguan dan Konflik Penanganan Gangguan dan Konflik 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 6,2 13 Provinsi Pembangunan Energi Kementan
Usaha Perkebunan Usaha Perkebunan (Kasus) Terbarukan Green Fuel
Berbasis Kelapa Sawit
Kawasan Tanaman Substitusi Impor Kawasan Tanaman Substitusi Impor 11.425,0 11.425,0 11.425,0 11.425,0 11.425,0 459,7 13 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
(Tebu) (Tebu) (Ha) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Lada, Pala dan Cengkeh Kawasan Lada, Pala dan Cengkeh (Ha) 32.030,0 32.030,0 32.030,0 32.030,0 32.030,0 219,5 25 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Nursery Nursery (Unit) 19,0 19,0 19,0 19,0 19,0 999,8 3 Provinsi Pembangunan Energi Kementan
Terbarukan Green Fuel
Berbasis Kelapa Sawit
Sarana dan Prasarana Pasca panen Sarana dan Prasarana Pasca panen 184,0 184,0 184,0 184,0 184,0 361,9 27 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
tanaman perkebunan tanaman perkebunan (Unit) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Sarana dan Prasarana Pengolahan Sarana dan Prasarana Pengolahan Hasil 251,0 251,0 251,0 251,0 251,0 440,8 28 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Hasil Perkebunan Perkebunan (Unit) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kebun Sumber Benih Bahan Tanam Kebun Sumber Benih Bahan Tanam 1.920,0 1.920,0 1.920,0 1.920,0 1.920,0 195,1 33 Provinsi Kementan
Komoditi Perkebunan Komoditi Perkebunan (Ha)
Penyediaan Benih Unggul Tanaman Penyediaan Benih Unggul Tanaman 41.195.600,0 41.195.600,0 41.195.600,0 41.195.600,0 41.195.600,0 2.261,2 32 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Perkebunan Perkebunan (Batang) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Benih Tebu Jumlah benih tebu yang dihasilkan 540,0 540,0 540,0 540,0 540,0 1,8 4Provinsi Kementan
(Budset)
Benih Tanaman Palma Jumlah benih tanaman palma yang 196.420,0 196.420,0 196.420,0 196.420,0 196.420,0 14,0 27 Provinsi Kementan
dihasilkan (Butir)
Varietas Unggul Tanaman Varietas Unggul Tanaman Perkebunan 8,0 6,0 6,0 6,0 6,0 25,6 3 Provinsi Kementan
Perkebunan (Varietas)
Teknologi Tanaman Perkebunan Teknologi Tanaman Perkebunan 22,0 22,0 22,0 22,0 22,0 50,7 3 Provinsi Kementan
(Teknologi)
A.1.49
Model Pengembangan Kawasan Model Pengembangan Kawasan 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 93,4 2 Provinsi Kementan
Pertanian Berbasis Inovasi sebagi Pertanian Berbasis Inovasi sebagi simpul
simpul Hilirisasi dan Komersialisasi Hilirisasi dan Komersialisasi Litbang
Litbang (Model)
Diseminasi Inovasi Teknologi Diseminasi Inovasi Teknologi Komoditas 14,0 14,0 14,0 14,0 14,0 28,7 3 Provinsi Kementan
Komoditas Tanaman Perkebunan Tanaman Perkebunan (Teknologi
Diseminasi)
Benih komoditas perkebunan non Benih komoditas perkebunan non 1.148.520,0 1.148.520,0 1.148.520,0 1.148.520,0 1.148.520,0 54,9 27 Provinsi Kementan
strategis strategis (Pohon)
Model Inovasi Perbenihan untuk Model Inovasi Perbenihan untuk 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 37,2 3 Provinsi Kementan
Pengembangan Benih VUB Pengembangan Benih VUB (Model)
VUB Bibit Tebu (Budset) Jumlah VUB Bibit Tebu (Budset) 3.370.000,0 3.400.000,0 3.450.000,0 3.500.000,0 4.000.000,0 5,5 2 Provinsi Kementan
Benih Unggul Tebu Mendukung Jumlah Benih Unggul Tebu (Budset) - - - - - 0,0 2 Provinsi Kementan
Kemandirian Benih
Koordinasi penyusunan dan Jumlah daerah yang menyusun rencana 6,0 12,0 18,0 25,0 2,5 Pusat Pembangunan Energi Kemendagri
penerapan rencana aksi daerah dan menerapkan rencana aksi daerah Terbarukan Green Fuel
kelapa sawit berkelanjutan kelapa sawit berkelanjutan (daerah ) Berbasis Kelapa Sawit
Koordinasi Kebijakan Peningkatan Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 3,5 Pusat Kemenko
Industri Hilirisasi Komoditi Peningkatan Industri Hilirisasi Komoditi Perekonomian
(Paket Rekomendasi)
ProP : Pengembangan industri 4.218,0
berbasis hortikultura
Kawasan Bawang putih Luas Kawasan Bawang putih (hektar) 8.353,0 5.000,0 5.000,0 5.000,0 5.000,0 1.639,2 15 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Sayuran Lainnya Luas Kawasan Sayuran Lainnya (hektar) 760,1 760,1 760,1 760,1 760,1 78,1 Pusat, 12 provinsi Kementan
Benih Umbi Luas Produksi Benih Umbi (m2 ) 1.570.000,0 1.570.000,0 1.570.000,0 1.570.000,0 1.570.000,0 106,8 31 Provinsi Kementan
Benih Batang Luas Produksi Benih Batang (batang) 4.808.000,0 4.808.000,0 4.808.000,0 4.808.000,0 4.808.000,0 188,0 33 Provinsi Kementan
Penerapan PHT (PPHT) Jumlah Penerapan PHT (PPHT) 180,0 180,0 180,0 180,0 180,0 48,2 30 Provinsi Kementan
(Kelompok)
Area Penanganan Dampak Jumlah Area Penanganan Dampak 75,0 75,0 75,0 75,0 75,0 11,0 31 Provinsi Kementan
Perubahan Iklim Perubahan Iklim (hektar)
Sarana Kelembagaan Perlindungan Jumlah Kelembagaan Perlindungan 250,0 250,0 250,0 250,0 250,0 26,9 Penguatan Jaminan Kementan
Hortikultura Hortikultura (Unit) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
A.1.50
GAP Buah dan Florikultura Jumlah GAP Buah dan Florikultura 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 29,3 20 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
(Kelompok) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Registrasi Lahan Usaha (Lahan Usaha) - - - - - 0,0 Kementan
Sertifikasi dan Standarisasi Jumlah Sertifikasi dan Standarisasi 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0 20,1 17 Provinsi Kementan
Hortikultura Hortikultura (Unit)
Sertifikasi Benih Hortikultura Jumlah Sertifikasi Benih Hortikultura 4.000,0 4.000,0 4.000,0 4.000,0 4.000,0 152,6 32 Provinsi Kementan
(unit)
Sarana Prasarana Benih Jumlah Sarana Prasarana Benih 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 30,5 16 Provinsi Kementan
Hortikultura Hortikultura (Unit)
Kawasan Jeruk Luas Kawasan Jeruk (hektar) 1.000,0 1.000,0 1.000,0 1.000,0 1.000,0 48,8 9 Provinsi Kementan
Kawasan Florikultura Luas Kawasan Florikultura (M2) 300.000,0 300.000,0 300.000,0 300.000,0 300.000,0 274,7 12 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Mangga Luas Kawasan Mangga (hektar) 1.375,0 1.375,0 1.375,0 1.375,0 1.375,0 67,8 7 Provinsi Kementan
Kawasan Manggis Luas Kawasan Manggis (hektar) 1.600,0 1.600,0 1.600,0 1.600,0 1.600,0 109,9 6 Provinsi Kementan
Kawasan Pisang Luas Kawasan Pisang (hektar) 1.500,0 1.500,0 1.500,0 1.500,0 1.500,0 213,1 6 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Durian Luas Kawasan Durian (hektar) 1.800,0 1.800,0 1.800,0 1.800,0 1.800,0 87,9 10 Provinsi Kementan
Kawasan Buah Lainnya Luas Kawasan Buah Lainnya (hektar) 1.351,0 1.351,0 1.351,0 1.351,0 1.351,0 93,4 5 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Area Pengendalian OPT Hortikultura Jumlah Area Pengendalian OPT 14.215,0 14.215,0 14.215,0 14.215,0 14.215,0 357,8 33 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Hortikultura (hektar) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
GHP Hortikultura Jumlah GHP Hortikultura (kelompok) 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0 12,8 16 Provinsi Penguatan Jaminan Kementan
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Registrasi Kebun dan Lahan Usaha Jumlah Kebun dan Lahan Usaha 1.100,0 1.100,0 1.100,0 1.100,0 1.100,0 13,4 9 Provinsi Kementan
Hortikultura Hortikultura yang teregistrasi (Unit)
Sarana Peningkatan Nilai Tambah Jumlah Sarana pascapanen, pengolahan 462,0 462,0 462,0 462,0 462,0 305,9 34 Provinsi Kementan
Hortikultura dan pemasaran hortikultura (Unit)
Prasarana Peningkatan Nilai Jumlah Fasilitasi Prasarana Produk 46,0 46,0 46,0 46,0 46,0 68,4 19 Provinsi Kementan
Tambah Hortikultura Hortikultura (unit)
A.1.51
Benih Buah Tropika dan Sub Benih Buah Tropika dan Sub Tropika 19.000,0 19.000,0 19.000,0 19.000,0 19.000,0 4,9 2 Provinsi Kementan
Tropika (Batang)
Model Pengembangan Kawasan Model Pengembangan Kawasan 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 93,4 2 Provinsi Kementan
Pertanian Berbasis Inovasi sebagi Pertanian Berbasis Inovasi sebagi simpul
simpul Hilirisasi dan Komersialisasi Hilirisasi dan Komersialisasi Litbang
Litbang (Model)
Varietas Unggul Baru Tanaman Varietas Unggul Baru Tanaman 17,0 20,0 23,0 25,0 27,0 26,9 3 Provinsi Kementan
Hortikultura Hortikultura (Varietas)
Teknologi dan Inovasi Peningkatan Teknologi dan Inovasi Peningkatan 10,0 10,0 11,0 11,0 12,0 44,6 3 Provinsi Kementan
Produksi Tanaman Hortikultura Produksi Tanaman Hortikultura
(Teknologi)
Diseminasi Inovasi Teknologi Diseminasi, Inovasi, Teknologi Komoditas 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 63,5 3 Provinsi Kementan
Komoditas Hortikultura Hortikultura (Teknologi Diseminasi)
Pengembangan entitas pemanfaatan Jumlah entitas pemanfaatan 1.800,0 1.800,0 1.800,0 1.800,0 1.800,0 6,8 Pusat Kemen LHK
keanekaragaman hayati keanekaragaman spesies dan genetik
TSL (unit) (Unit)
A.1.52
Penumbuhan dan Pengembangan Peningkatan Kapasitas produksi sektor 2,5 3,5 4,5 6,0 7,0 46,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Industri Bahan Baku Obat Industri Kimia Hulu (Persentase) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Rekomendasi kebijakan dalam Persentase Rekomendasi yang Ditindak 3,0 3,0 4,0 4,0 4,0 18,8 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemenperin
rangka peningkatan daya saing dan lanjuti (Rekomendasi) Luar Jawa dan 31 Smelter
produktivitas Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
ProP : Pengembangan industri Nilai ekspor perikanan (USD miliar) 6,2 6,6 7,0 7,5 8,0 1.407,7
Kemaritiman
Pengembangan Industri Antara Berkembangnya industri antara baha 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 22,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Berbahan Baku Hasil Samping baku hasil samping perikanan (industri ) Sektor Prioritas : Makanan
Perikanan dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Implementasi Rencana Aksi Tersedianya Rencana Aksi 1,0 2,0 2,0 2,0 2,0 3,0 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemenperin
Pengembangan Kemampuan Industri Pengembangan Kemampuan Industri Luar Jawa dan 31 Smelter
Perkapalan Perkapalan (Paket Kebijakan)
Sarana Prasarana Pengadaan dan Jumlah Sarana prasarana pengadaan 31,0 35,0 35,0 40,0 45,0 385,3 34 Provinsi Industri 4.0 di 5 Sub KKP
Penyimpanan Ikan dan penyimpanan ikan yang disediakan Sektor Prioritas : Makanan
(unit) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Sarana distribusi hasil perikanan Jumlah sarana distribusi hasil perikanan 41,0 41,0 41,0 45,0 50,0 171,9 34 Provinsi Industri 4.0 di 5 Sub KKP
yang disediakan yang disediakan (unit) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Sarana dan Prasarana pemasaran Jumlah pasar ikan yang dibangun (unit) 4,0 2,0 2,0 2,0 2,0 151,8 10 Provinsi Industri 4.0 di 5 Sub KKP
yang dibangun Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Jumlah sentra kuliner yang dibangun 2,0 10,0 10,0 10,0 10,0 0,0
(unit)
A.1.53
Pembangunan Pasar Ikan Bertaraf Jumlah Pasar Ikan Bertaraf Internasional - 3,0 3,0 3,0 3,0 450,0 3 Provinsi Integrasi Pelabuhan KKP
Internasional yang dibangun (unit) Perikanan dan Fish
Market Bertaraf
Internasional
Keikutsertaan dalam promosi skala Nilai potensi transaksi dari promosi skala 250,0 275,0 300,0 325,0 350,0 63,7 5 negara Industri 4.0 di 5 Sub KKP
internasional internasional (USD Juta) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Sertifikat Kelayakan Pengolahan Jumlah sertifikat kelayakan pengolahan 2.250,0 2.500,0 2.750,0 3.000,0 3.250,0 54,6 34 Provinsi Industri 4.0 di 5 Sub KKP
(SKP) yang diterbitkan bagi Unit yang diterbitkan bagi unit pengolahan Sektor Prioritas : Makanan
Pengolahan Ikan ikan (dokumen) (sertifikat) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Fasilitasi Sarana dan Prasarana Jumlah Sarana dan Prasarana Sistem 400,0 500,0 500,0 500,0 500,0 57,0 34 Provinsi Industri 4.0 di 5 Sub KKP
Sistem Rantai Dingin dan Rantai Dingin dan Pengolahan yang Sektor Prioritas : Makanan
Pengolahan disediakan (unit) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
UPI bernilai tambah yang dibangun Jumlah UPI bernilai tambah yang 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 34,4 5 Provinsi Industri 4.0 di 5 Sub KKP
menuju Zero Waste dibangun menuju Zero Waste (lokasi) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Unit Penanganan dan/atau Unit Penanganan dan/atau Pengolahan 200,0 200,0 200,0 200,0 200,0 13,3 34 Provinsi Industri 4.0 di 5 Sub KKP
Pengolahan Ikan yang menerapkan Ikan yang menerapkan sistem Sektor Prioritas : Makanan
sistem traceability traceability (UPI) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
ProP : Pengembangan industri 140.332,0
Kimia, Farmasi dan Logam
Alokasi Availability Payment KPBU Jumlah Industri yang terbangun (Jumlah 1,0 1,0 1,0 825,0 Papua Barat 9 Kawasan Industri di Kemenperin
Teluk Bintuni Industri) Luar Jawa dan 31 Smelter
A.1.54
Pilot Project Industri daur ulang Rasio impor bahan baku sektor Industri 1,0 2,1 2,0 2,0 2,0 36,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
sampah plastik Kimia Hilir dan Farmasi terhadap PDB Sektor Prioritas : Makanan
sektor industri non migas (Persentase) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pilot Project Produk Karet dalam Jumlah Perusahaan Pilot Project - 2,0 2,0 2,0 2,0 19,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
rangka peningkatan utilisasi (Perusahaan) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Fasilitasi Investor Dalam Rangka Jumlah Industri yang Terbangun (Jumlah 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 29,7 Pusat - Papua Barat 9 Kawasan industri di Kemenperin
Pengembangan Industri Petrokimia Industri) luar Jawa dan 31 smelter
di Teluk Bintuni
Pemanfaatan Limbah Sebagai Persentase Pemanfaatan Limbah sebagai 20,0 22,5 25,0 27,5 30,0 17,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Bahan Baku Industri Sektor Industri Bahan Baku Industri Barang Galian Non Sektor Prioritas : Makanan
Kimia, Farmasi, dan Tekstil Logam (Persentase) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pengembangan Industri Antara Jumlah industri antara sektro minuman, 1,0 1,0 1,0 1,0 7,9 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemenperin
sektor Industri Minuman, Hasil hasil tembakau dan bahany penyegar Luar Jawa dan 31 Smelter
Tembakau dan Bahan Penyegar yang berkembang (industri )
Peningkatan Kapasitas Produksi 17 Tingkat utilisasi kapasitas produk 75,0 80,0 85,0 90,0 95,0 25,3 Pusat 9 Kawasan industri di Kemenperin
Juta Ton Baja Nasional (2020 - (Persen) luar Jawa dan 31 smelter
Ferronickel Stainless Steel 11.139,2 Antam
Fasilitasi dan Pembangunan Kawasan Industri yang difasilitasi 3,0 27,0 27,0 27,0 27,0 41,5 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemenperin
Investasi Infrastruktur Kawasan (Jumlah Kawasan Industri) Luar Jawa dan 31 Smelter
Industri
A.1.57
Pembangunan sarana dan Lembaga Pendidikan Baru Yang 1,0 4,0 7,0 10,0 13,0 460,0 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemenperin
prasarana pendidikan Akademi Didirikan di Dalam WPPI dan KI Luar Jawa dan 31 Smelter
Komunitas / Politeknik Industri (Unit)
berbasis kompetensi di WPPI / KI
Jalan Trans Papua Panjang jalan yang dibangun (km) 109,5 109,5 89,5 89,5 89,5 5.123,6 Papua 9 Kawasan Industri di Kemen PU&PERA
Luar Jawa dan 31 Smelter
Jalan Trans Papua Barat Panjang jalan yang dibangun (km) 109,5 109,5 89,5 89,5 89,5 800,0 Papua Barat 9 Kawasan Industri di Kemen PU&PERA
Luar Jawa dan 31 Smelter
Jalan Akses KI Bintuni (Bintuni - Panjang jalan yang dibangun (km) 5,0 8,0 7,0 5,5 250,0 Papua Barat 9 Kawasan Industri di Kemen PU&PERA
Susumuk) Luar Jawa dan 31 Smelter
Jalan Sp.3 Moyana - Wanoma Panjang Jalan yang dibangun dan 4,5 6,0 2,1 120,0 Papua Barat 9 Kawasan Industri di Kemen PU&PERA
ditingkatkan kapasitasnya (km) Luar Jawa dan 31 Smelter
Pengembangan Bandara Babo Bandara mendukung Prioritas yang 1 1 - - - 38,1 Papua Barat 9 Kawasan Industri di Kemenhub
dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai) Luar Jawa dan 31 Smelter
Pengembangan Bandara Bintuni Bandara mendukung Prioritas yang - 1,0 - - - 45,0 Papua Barat 9 Kawasan Industri di Kemenhub
dikembangkan (lokasi) Luar Jawa dan 31 Smelter
Jalan akses KI Weda Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 25,0 275,0 Maluku Utara 9 Kawasan Industri di Kemen PU&PERA
Luar Jawa dan 31 Smelter
Pembangunan Bandara Weda Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1 1 1 1 1 220,0 Maluku Utara 9 Kawasan Industri di Kemenhub
(berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Luar Jawa dan 31 Smelter
Jalan Penanganan Jalan dampak Panjang jalan yang dibangun (km) 786,0 - - - - 1.016,0 Sulawesi Tengah 9 Kawasan Industri di Kemen PU&PERA
bencana Palu Luar Jawa dan 31 Smelter
Rekonstruksi Jembatan Palu 4 Jembatan yang dibangun (lokasi) 1,0 - - - - 325,0 Sulawesi Tengah 9 Kawasan Industri di Kemen PU&PERA
Luar Jawa dan 31 Smelter
Rehabilitasi dan Penggantian Jembatan yang dibangun (lokasi) 1,0 - - - - 32,8 Sulawesi Tengah 9 Kawasan Industri di Kemen PU&PERA
Jembatan dampak bencana Palu Luar Jawa dan 31 Smelter
Jalan Akses KI/KEK Palu Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 7,0 60,0 Sulawesi Tengah 9 Kawasan Industri di Kemen PU&PERA
Luar Jawa dan 31 Smelter
Rekonstruksi Pelabuhan Pantoloan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Fasilitas 1 1 1 - - 812,0 Sulawesi Tengah 9 Kawasan Industri di Kemenhub (PHLN)
(PHLN) Pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Luar Jawa dan 31 Smelter
A.1.58
Pengembangan Bandara Mutiara Bandara mendukung Prioritas yang 1 1 1 1 - 245,0 Sulawesi Tengah 9 Kawasan Industri di Kemenhub
dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Luar Jawa dan 31 Smelter
Jalan Tol Maminasata Panjang jalan tol yang dibangun (km) 6.000,0 Sulawesi Selatan Kemen PU&PERA
Jalan Akses KI Madura Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 5,0 50,0 Jawa Timur 9 Kawasan Industri di Kemen PU&PERA
Luar Jawa dan 31 Smelter
Penyiapan kawasan siap bangun Luas lahan kawasan (ha) 50,0 50,0 25,0 25,0 25,0 384,8 Jawa Timur 9 Kawasan Industri di BPWS
(Mendukung KI Madura) Luar Jawa dan 31 Smelter
Stimulasi infrastruktur Mendukung Panjang jalan dibangun/dipelihara (km) 22,8 26,3 24,8 31,1 29,4 308,6 Jawa Timur 9 Kawasan Industri di BPWS
KI Madura Luar Jawa dan 31 Smelter
Jalan akses menuju KKJSM yang Panjang jalan yang dibangun (km) - - 20,0 20,0 20,0 180,0 Jawa Timur 9 Kawasan industri di BPWS
terintegrasi dari Pelabuhan Tanjung luar Jawa dan 31 smelter
Bulu Pandan
Jalan Akses KI Brebes Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 3,0 30,0 Jawa Tengah 9 Kawasan industri di Kemen PU&PERA
luar Jawa dan 31 smelter
Peningkatan jalan kabupaten akses Panjang Jalan yang dibangun dan 5,0 5,0 80,0 Jawa Tengah 9 Kawasan industri di Kemen PU&PERA
kawasan industri, Kab. Brebes ditingkatkan kapasitasnya (km) luar Jawa dan 31 smelter
Jalan Akses KI Ketapang Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 12,0 123,0 Kalimantan Barat 9 Kawasan industri di Kemen PU&PERA
luar Jawa dan 31 smelter
Pembangunan Bandara Ketapang Bandara baru yang dibangun (lokasi) - 1 1 (lanjutan) 1 1 250,0 Kalimantan Barat 9 Kawasan industri di Kemenhub
Baru/Kayong Utara (berlanjut) (berlanjut) (selesai) luar Jawa dan 31 smelter
Jalan Akses Pelabuhan Panjang jalan yang dibangun (km) - 2,0 - - - 10,0 Kalimantan Barat 9 Kawasan industri di Kemen PU&PERA
Kendawangan luar Jawa dan 31 smelter
Jalan Akses KI Surya Borneo Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 1,0 10,0 Kalimantan Tengah 9 Kawasan industri di Kemen PU&PERA
luar Jawa dan 31 smelter
Pembangunan KA Barang Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) 96 96 96 96 96 3.001,4 Kalimantan Timur, 9 Kawasan industri di Kemenhub, Pemda,
Kalimantan (Puruk Cahu - (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Kalimantan Tengah luar Jawa dan 31 smelter KPBU
Bangkuang; - Batanjung; Gunung
mas -Katingan) (KPBU)
Jalan Akses KI Jorong Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 6,0 60,0 Kalimantan Selatan 9 Kawasan industri di Kemen PU&PERA
luar Jawa dan 31 smelter
Jalan Akses KI Batu Licin Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 6,0 60,0 Kalimantan Selatan 9 Kawasan industri di Kemen PU&PERA
luar Jawa dan 31 smelter
Pengembangan Bandara Bersujud Bandara mendukung Prioritas yang - - 1,0 - - 45,0 Kalimantan Selatan 9 Kawasan industri di Kemenhub
(Batulicin) dikembangkan (lokasi) luar Jawa dan 31 smelter
Jalan Akses KIPI Tanah Kuning Panjang jalan yang dibangun (km) - - - 12,5 12,5 600,0 Kalimantan Utara 9 Kawasan industri di Kemen PU&PERA
luar Jawa dan 31 smelter
Pengembangan Bandara Tanjung Bandara mendukung Prioritas yang - 1 1 - - 115,0 Kalimantan Utara 9 Kawasan industri di Kemenhub
Harapan dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai) luar Jawa dan 31 smelter
A.1.59
Stimulasi infrastruktur Mendukung Panjang jalan dibangun/dipelihara (Km) 22,8 Km 26,3 Km 24,8 Km 31,1 Km 29,4 Km 308,6 Jawa Timur BPWS
KI Madura (Km)
Jalan akses KI Sadai Panjang jalan yang dibangun (km) - 2,0 3,9 1,0 50,0 Bangka Belitung 9 Kawasan industri di Kemen PU&PERA
luar Jawa dan 31 smelter
Jalan Trans Bangka Panjang jalan yang dibangun (km) (Km) 100,0 Bangka Belitung Kemen PU&PERA
Jalan lintas Bintan Panjang jalan yang dibangun (km) - - - 25,0 - 250,0 Kepulauan Riau 9 Kawasan industri di Kemen PU&PERA
luar Jawa dan 31 smelter
Jembatan Batam-Bintan (Potensi) Panjang jalan yang dibangun (km) (Km) 0,0 Kepulauan Riau KemenPUPR
(KPBU)
Pengembangan Pelabuhan Teluk Terlaksananya pengembangan/ 36,3 Kepulauan Riau Kemenhub
Sasah pembangunan pelabuhan (lokasi)
Jalan Akses KEK Galang Batang I Panjang jalan yang dibangun (km) - 1,8 - - - 11,8 Kepulauan Riau 9 Kawasan industri di Kemen PU&PERA
luar Jawa dan 31 smelter
Pengembangan Pelabuhan Tanjung Terlaksananya pengembangan/ 75,0 Kepulauan Riau Kemenhub
Mocoh pembangunan pelabuhan (lokasi)
Jalan Akses KI Tanggamus Panjang jalan yang dibangun (km) (Km) 2,0 20,0 Lampung Kemen PU&PERA
Jalan Akses KI Seimangke Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 10,0 30,0 Sumatera Utara 9 Kawasan industri di Kemen PU&PERA
luar Jawa dan 31 smelter
Pengembangan Pelabuhan Terselenggaranya standardisasi dan 1 1 1 1 1 25.000,0 Sumatera Utara 9 Kawasan industri di Kemenhub, BUMN
Belawan/Kuala Tanjung pengelolaan Pelabuhan Belawan/Kuala (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) luar Jawa dan 31 smelter (Pelindo I), Swasta
Tanjung (lokasi)
Peningkatan Jalur KA di Sumatera Panjang Jalur Kereta Api yang 8,0 20,0 20,0 20,0 6,0 438,8 Sumatera Selatan Kemenhub
Selatan (Lahat - Lubuk Linggau) Ditingkatkan (Km)
Jalan akses KI Tanjung Enim Panjang jalan yang dibangun (km) 3,0 4,0 4,3 85,0 Sumatera Selatan 9 Kawasan industri di Kemen PU&PERA
luar Jawa dan 31 smelter
Pembangunan KA Tanjung Enim - Panjang Jalur Kereta Api dibangun (Km) 8,0 2.100,0 Sumatera Selatan Kemenhub
Tanjung Api Api (KPBU)
Jalan Akses Pelabuhan Tanjung Api- Panjang jalan yang dibangun (km) (Km) 8,0 80,0 Sumatera Selatan Kemen PU&PERA
Api
Percepatan pembangunan smelter Fasilitasi Percepatan Pembangunan 4,0 30,0 31,0 31,0 31,0 23,5 Tersebar di Luar Pulau 9 Kawasan industri di Kemen ESDM
Smelter (Kumulatif) (Unit Smelter) Jawa luar Jawa dan 31 smelter
Pecepatan hilirisasi mineral skala Fasilitasi percepatan hilirisasi mineral 32,0 39,0 51,0 42,0 41,0 5,0 Tersebar 9 Kawasan industri di Kemen ESDM
kecil skala kecil (Unit Pengolahan) luar Jawa dan 31 smelter
Pembangunan smelter alumunium di Pembangunan smelter (Tahapan) EPC EPC EPC EPC EPC 12.196,2 Balungan, Kalimantan 9 Kawasan industri di BUMN (PT.Antam-
Balungan (Engineering, (Engineering, (Engineering, (Engineering, (Engineering, Utara luar Jawa dan 31 smelter PT.Inalum)
Procurement Procurement Procurement Procurement Procurement
and and and and and
Construction) Construction) Construction) Construction) Construction)
A.1.60
Pembangunan smelter tembaga di Pembangunan smelter (Tahapan) EPC EPC EPC Operasional - 38.938,8 Gresik, Jawa Timur 9 Kawasan industri di Swasta
Gresik (Engineering, (Engineering, (Engineering, luar Jawa dan 31 smelter (PT.Freeport)
Procurement Procurement Procurement
and and and
Construction) Construction) Construction)
PT Ketapang Bangun Sarana (Pembangunan Infrastruktur Fisik Konstruksi Konstruksi Operasional Operasional Operasional 18.200,0 KI Ketapang 9 Kawasan industri di Swasta
Kawasan Industri dan Smelter Smelter Smelter Smelter Smelter Smelter luar Jawa dan 31 smelter
Alumunium) Alumina Alumina Alumina Alumina Alumina
Kapasitas 1,5 Kapasitas 1,5 Kapasitas 3,0 Kapasitas 4,5 Kapasitas 4,5
Mtpa Mtpa Mtpa Mtpa Mtpa
PT Bintan Alumina Indonesia (Pembangunan Infrastruktur Fisik Konstruksi Konstruksi Operasional Operasional Operasional 28.250,0 KI/KEK Galang Batang 9 Kawasan industri di Swasta
Kawasan Industri dan Smelter Smelter Smelter Smelter Smelter Smelter luar Jawa dan 31 smelter
Alumunium) Alumina Alumina Alumina Alumina Alumina
Kapasitas 1,0 Kapasitas 1,0 Kapasitas 1,0 Kapasitas 1,0 Kapasitas 1,0
Mtpa Mtpa Mtpa Mtpa Mtpa
PT Indonesia Weda Bay Industrial (Pembangunan Infrastruktur Fisik KI, Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan 64.400,0 KI Teluk Weda 9 Kawasan industri di Swasta
Park Smelter Nikel dan Pabrik Baterai) Power Plant, Power Plant, Power Plant, Smelter dan Smelter dan luar Jawa dan 31 smelter
Smelter FeNi Smelter FeNi Smelter FeNi Pabrik Baterai Pabrik Baterai
dan dan dan
infrastruktur infrastruktur infrastruktur
kawasan kawasan kawasan
PT Surya Borneo Industri (Pembangunan Infrastruktur Fisik KI 2.070,0 KI Surya Borneo 9 Kawasan industri di Swasta
Surya Borneo ) luar Jawa dan 31 smelter
PT Ration Bangka Abadi (Pembangunan Infrastruktur Fisik 5.000,0 KI Sadai 9 Kawasan industri di Swasta
Kawasan Industri Aneka Industri) luar Jawa dan 31 smelter
KPBU KI Teluk Bintuni (Pembangunan Infrastruktur Kawasan Pembangunan Pembangunan Pembangunan 11.300,0 KI Teluk Bintuni 9 Kawasan industri di KPBU
dan Pabrik Methanol) infrastruktur infrastruktur infrastruktur luar Jawa dan 31 smelter
kawasan kawasan kawasan
PT Bintan Inti Industrial Estate (Pembangunan infrastruktur Bintan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan 10.500,0 KI Bintan Aerospace 9 Kawasan industri di Swasta
Aerospace Park) Runway Bandar Bintan infrastruktur infrastruktur infrastruktur luar Jawa dan 31 smelter
Bintan Airport Aerospace Aerospace Aerospace
KI/KEK Sei Mangkei (Pembangunan Kawasan dan Investasi 8.396,2 KI/KEK Sei Mangkei 9 Kawasan industri di Swasta
Tenant) luar Jawa dan 31 smelter
KI/KEK Palu (Investasi Tenant) 276,3 KI/KEK Palu 9 Kawasan industri di Swasta
luar Jawa dan 31 smelter
Konversi Batubara menjadi DMF 46.900,0 Bukit Asam
A.1.61
Teknologi pirolisis batubara untuk Pembangunan dan pengembangan pilot - Pengadaan, ujicoba ujicoba desain scale 9,8 Pusat Kemen ESDM
produksi syncrude oil ,COG dan plant teknologi pirolisis batubara hingga perakitan, dan formula syncrude up pirolisis
batubara kualitas tinggi desain skala komersial (Tahapan ) commisioning produksi skala lab di batubara skala
pilot plant syncrude oil Pertamina komersial dan
pirolisis sebagai umpan pemanfaatan
batubara di kilang mini syncrude pada
palimanan kilang
dengan pertamina
kapasitas (satu rancang
25kg/jam bangun, 2
usulan paten)
Pengembangan katalis sintetik Pembuatan dan pengembangan katalis - Pembuatan Optimalisasi scale up - 8,5 Pusat Kemen ESDM
untuk proses konversi syngas sintetik (Tahapan ) dan uji Pembuatan pemanfaatan
batubara menjadi DME aktifitas dan uji katalis
Katalis aktifitas
Katalis terpilih
Rekomendasi Wilayah Keprospekan Jumlah rekomendasi wilayah 14,0 16,0 16,0 16,0 16,0 40,8 Pusat Kemen ESDM
Mineral keprospekan mineral (Rekomendasi)
Dokumen Studi Kelayakan Mineral Jumlah dokumen studi kelayakan 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 Pusat Kemen ESDM
untuk mendukung Kawasan Industri mineral untuk mendukung kawasan
industri (Dokumen)
Rekomendasi Sumber Daya Potensi Jumlah rekomendasi Sumber Daya 9,0 10,0 10,0 10,0 10,0 54,6 Pusat Kemen ESDM
Batubara batubara
(Rekomendasi)
A.1.62
Gasifikasi Batubara Tanjung Enim Konversi Batubara menjadi Urea, Front End Engineering Engineering Engineering Operasional 74.021,4 Tanjung Enim, Sumatera 9 Kawasan industri di BUMN (PT. Bukit
Dimethyl Ether (DME), dan Polypropylene Engineering Procurement Procurement Procurement (500 kta Urea, Selatan luar Jawa dan 31 smelter Asam)
(Tahapan ) Design (FEED) Construction Construction Construction 400 kta DME,
(EPC) (EPC) (EPC) 450 kta
Polypropylene)
KP : Peningkatan daya saing destinasi Destinasi pariwisata prioritas yang 5 (kumulatif) 10 10 10 10 175.879,7
dan industri pengolahan pariwisata, dipercepat pengembangannya (kumulatif) (kumulatif) (kumulatif) (kumulatif)
termasuk wisata alam, yang didukung (Destinasi)
penguatan rantai pasok
ProP : Pengembangan 25 Kawasan Jumlah Destinasi wisata alam 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 1.800,0
Hutan untuk mendukung Destinasi prioritas (Unit)
Pariwisata Prioritas
Pengembangan Ekowisata dan Jumlah Taman Nasional Laut (Unit) 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 400,0 Taman Nasional (TN) 10 Destinasi Pariwisata KLHK, KKP
wisata bahari pada Kawasan Wakatobi, TN Bunaken, TN Prioritas : Danau Toba,
Konservasi (Bahari: TN Wakatobi, Takabonerate Borobudur Dskt, Lombok-
TN Bunaken, TN Takabonerate) Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.63
Pengembangan Ekowisata dengan Jumlah destinasi wisata alam prioritas 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 500,0 TN Komodo, TN Alas 10 Destinasi Pariwisata KLHK,
konsep SAVE (Science, Academic, (Unit) Purwo, TN Baluran, TWA Prioritas : Danau Toba, Kemendikbud
Voluntary, Education) = TN Komodo, Kamojang Papandayan, TN Borobudur Dskt, Lombok-
TN Alas Purwo, TN Baluran, TWA Gunung Leuser, KHDTK Mandalika, Labuan Bajo,
Kamojang Papandayan, TN Gunung Aek Nauli, Hutan Manado-Likupang,
Leuser, KHDTK Aek Nauli, Hutan Pendidikan dan Penelitian Wakatobi, Raja Ampat,
Pendidikan dan Penelitian Wanagama) Bromo-Tengger-Semeru,
Wanagama) Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Taman Nasional dan Jumlah destinasi wisata alam prioritas 15 15 15 15 15 900,0 TN Bromo Tengger Semeru, 10 Destinasi Pariwisata Kemen LHK
Taman Wisata Alam sebagai (Unit) TN Bantimurung Prioritas : Danau Toba,
dukungan destinasi wisata prioritas Bulusaraung, TN Gunung Borobudur Dskt, Lombok-
(TN Bromo Tengger Semeru, TN Rinjani, TN Bali Barat, Mandalika, Labuan Bajo,
Bantimurung Bulusaraung, TN TWA Kawah Ijen, TN Manado-Likupang,
Gunung Rinjani, TN Bali Barat, TWA Gunung Merapi, TN Wakatobi, Raja Ampat,
Kawah Ijen, TN Gunung Merapi, TN Gunung Merbabu, TN Bromo-Tengger-Semeru,
Gunung Merbabu, TN Gunung Gunung Tambora, TN Bangka Belitung, dan
Tambora, TN Gunung Kelimutu, Gunung Kelimutu, TWA Morotai
TWA Muka Kuning, TWA Tanjung Muka Kuning, TWA
Belimbing, TN Danau Sentarum, TN Tanjung Belimbing, TN
Teluk Cenderawasih, TWA Sorong, Danau Sentarum, TN Teluk
TWA Gunung Tunak) Cenderawasih, TWA
Sorong, TWA Gunung
Tunak
ProP : Peningkatan Aksesibilitas, Destinasi Pariwisata (Destinasi 5,0 10,0 10,0 10,0 10,0 169.582,0
Amenitas, dan Atraksi, serta Daya Pariwisata Prioritas)
Dukung Destinasi Pariwisata
(Destinasi Pariwisata Pengembangan) 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0
Perintisan Destinasi Pariwisata Jumlah Perintisan Destinasi Pariwisata 2,0 6,0 6,0 6,0 6,0 47,0 DI Yogyakarta, Jawa 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Regional II (DP Prioritas: Borobudur Regional II (DP Prioritas: Borobudur dskt, Tengah, Jawa Timur, Jawa Prioritas : Danau Toba,
dskt, Bromo Tengger Semeru) + 4 DP Bromo Tengger Semeru) + 4 DP Barat, Kalimantan Barat, Borobudur Dskt, Lombok-
Pengembangan Pengembangan (DPP) kalimantan Timur Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Perintisan Destinasi Pariwisata Jumlah Perintisan Destinasi Pariwisata 4,0 8,0 8,0 8,0 8,0 65,0 Nusa Tenggara Barat, 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Wilayah Regional III (DP Prioritas: Wilayah Regional III (DP Prioritas: Nusa Tenggara Timur, Prioritas : Danau Toba,
Lombok-Mandalika, Morotai, Lombok-Mandalika, Morotai, Wakatobi, Maluku Utara, Sulawesi Borobudur Dskt, Lombok-
Wakatobi, Labuan Bajo, Raja Ampat, Labuan Bajo, Raja Ampat, Manado- Utara, Sulawesi Tenggara, Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang) + 2 DPP baru Likupang) + 2 DPP baru (DPP) Papua Barat, Sulawesi Manado-Likupang,
Selatan, Papua Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Revitalisasi Bali Selesainya Revitalisasi Bali (Destinasi) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,0 Bali 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Profil dan Promosi Investasi Jumlah Profil dan Promosi Investasi 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0 29,4 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Pariwisata di Destinasi Prioritas Pariwisata di Destinasi Prioritas Prioritas : Danau Toba,
(Destinasi) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.65
Materi I-Pro Pariwisata di Destinasi Jumlah Materi I-Pro Pariwisata di 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 21,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Prioritas Destinasi Prioritas (Dokumen) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Market sounding di destinasi Jumlah Market sounding di destinasi - 4,0 4,0 4,0 4,0 16,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
investasi investasi (Event) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Kajian makro di bidang Jumlah Kajian makro di bidang - 1,0 2,0 2,0 2,0 21,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
pengembangan investasi pariwisata pengembangan investasi pariwisata Prioritas : Danau Toba,
dalam peningkatan devisa dalam peningkatan devisa pariwisata Borobudur Dskt, Lombok-
pariwisata (Rekomendasi Kebijakan) Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Koordinasi perencanaan dan Jumlah Koordinasi perencanaan dan - 10,0 10,0 10,0 10,0 8,4 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
evaluasi DAK wilayah barat evaluasi DAK wilayah barat (Daerah) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.66
Koordinasi perencanaan dan Jumlah Koordinasi perencanaan dan - 10,0 10,0 10,0 10,0 8,4 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
evaluasi DAK wilayah tengah evaluasi DAK wilayah tengah (Daerah) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Perumusan kebijakan operasional di Jumlah Perumusan kebijakan - 4,0 5,0 6,0 7,0 44,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
destinasi prioritas operasional di destinasi prioritas Prioritas : Danau Toba,
(Daerah) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Koordinasi perencanaan dan Jumlah Koordinasi perencanaan dan - 10,0 10,0 10,0 10,0 8,4 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
evaluasi DAK wilayahTimur evaluasi DAK wilayahTimur (Daerah) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Perumusan kebijakan operasional di Jumlah Perumusan kebijakan - 4,0 5,0 6,0 7,0 44,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
destinasi prioritas operasional di destinasi prioritas Prioritas : Danau Toba,
(Daerah) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.67
Penyusunan integrated tourism Jumlah Penyusunan integrated tourism 1,0 3,0 3,0 3,0 1,0 28,6 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
masterplan (ITMP) masterplan (ITMP) (Destinasi) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Penyusunan peta potensi destinasi Jumlah Penyusunan peta potensi 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 12,5 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
pariwisata prioritas destinasi pariwisata prioritas (Lokasi) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Rekomendasi kebijakan strategis Jumlah Rekomendasi kebijakan strategis 2,0 3,0 4,0 5,0 5,0 28,5 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
pariwisata pariwisata (Dokumen) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Penyusunan Desain Manajemen Jumlah Penyusunan Desain Manajemen 4,0 5,0 6,0 5,0 - 29,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Produk Wisata Kota Tua (urban Produk Wisata Kota Tua (urban heritage) Prioritas : Danau Toba,
heritage) (Dokumen) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.68
Diversifikasi Produk perjalanan Jumlah Diversifikasi Produk perjalanan 5,0 5,0 5,0 5,0 3,0 23,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
wisata budaya wisata budaya (Dokumen) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Penyusunan concept note Bidding Jumlah Penyusunan concept note 6,0 10,0 12,0 15,0 18,0 61,0 pusat Kemenparekraf
MICE Internasional Bidding MICE Internasional (Dokumen)
Diversifikasi Produk perjalanan Jumlah Diversifikasi Produk perjalanan 10,0 12,0 14,0 15,0 15,0 69,3 pusat Kemenparekraf
wisata alam dan buatan wisata alam dan buatan (Dokumen)
Kajian Pengembangan Jumlah Kajian Pengembangan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 15,0 pusat Kemenparekraf
Kepariwisataan Kepariwisataan (Dokumen)
Penyusunan Concept Note Jumlah Penyusunan Concept Note - 1,0 - - - 2,0 pusat Kemenparekraf
Kontribusi Peneliti Pariwisata Kontribusi Peneliti Pariwisata terhadap
terhadap penyusunan Kebijakan penyusunan Kebijakan Pariwisata
Pariwisata (Dokumen)
Perintisan Destinasi Pariwisata Jumlah Perintisan Destinasi Pariwisata 11,0 13,0 15,0 17,0 20,0 34,5 pusat Kemenparekraf
Prioritas Prioritas (DPP)
Perintisan Destinasi Pariwisata Jumlah Perintisan Destinasi Pariwisata 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 8,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Regional I (Taman Nasional Prioritas) Regional I (Taman Nasional Prioritas) Prioritas : Danau Toba,
(Taman Nasional Prioritas) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.69
Perintisan Destinasi Pariwisata Jumlah Perintisan Destinasi Pariwisata 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 52,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Regional II (Taman Nasional Regional II (Taman Nasional Prioritas) Prioritas : Danau Toba,
Prioritas) (Taman Nasional Prioritas) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Perintisan Destinasi Pariwisata Jumlah Perintisan Destinasi Pariwisata 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 84,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Wilayah Regional III (Taman Wilayah Regional III (Taman Nasional Prioritas : Danau Toba,
Nasional Prioritas) Prioritas) (Taman Nasional Prioritas) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan Akses KSPN Bromo Tengger Panjang jalan yang dibangun (km) (km) pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Semeru Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
- - - - 20,0 223,0
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan Jalur Ganda Jawa Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) pusat Kemenhub
38 17 90 90 90
Barat (Bogor-Sukabumi; Cikampek- 3.007,3
(berlanjut) Selesai (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut)
Padalarang; Bandung - Banjar)
Reaktivasi Jalur KA Jawa Barat Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) pusat Kemenhub (KPBU)
(Cianjur-Padalarang; Rancaekek-
Jatinangor-Tanjungsari; Cibatu- 15 15 15 24 24
1.010,0
Garut-Cikajang; Banjar-Cijulang; (berlanjut) (berlanjut) (selesai) (berlanjut) (berlanjut)
Cikudapateh-Ciwidey) (Dukungan
APBN)
A.1.70
Reaktivasi Jalur KA Jawa Barat Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) pusat Kemenhub (KPBU)
(Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari;
15 15 15 24 24
Cibatu-Garut-Cikajang; Banjar- 1.010,0
(berlanjut) (berlanjut) (selesai) (berlanjut) (berlanjut)
Cijulang; Cikudapateh-Ciwidey)
(Dukungan KPBU)
Peningkatan Jalur KA di Jawa Barat Panjang Jalur Kereta Api yang pusat Kemenhub
100,0 56,0 - - - 209,6
(Bandung - Banjar) Ditingkatkan (km)
Peningkatan Jalur KA di Jawa Panjang Jalur Kereta Api yang pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Tengah (Semarang-Solo; Banjar- Ditingkatkan (km) Prioritas : Danau Toba,
Kroya) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
91,0 20,0 20,0 30,0 53,0 699,0
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Peningkatan Jalur KA di Jawa Timur Panjang Jalur Kereta Api yang pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
(Surabaya - Banyuwangi; Surabaya- Ditingkatkan (km) Prioritas : Danau Toba,
Malang; Bangil-Kertosono) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
65,0 60,0 70,0 70,0 60,0 908,2
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan KA akses Pelabuhan KA akses Pelabuhan yang dibangun (km) pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Tanjung Emas Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
2,0 - - - - 7,5
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.71
Pembangunan KA akses Bandara KA akses Bandara yang dibangun (km) pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Adi Sumarmo Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
13 13 13 Manado-Likupang,
- - 240,0
(berlanjut) (berlanjut) (selesai) Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan Akses Kereta Api KA akses Bandara yang dibangun (km) pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Menuju Bandara Juanda Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
10 10 Manado-Likupang,
- - - 300,0
(berlanjut) (selesai) Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Pelabuhan Tanjung Terlaksananya pengembangan/ pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub, BUMN
Emas pembangunan pelabuhan (lokasi) Prioritas : Danau Toba, (Pelindo III), Swasta
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
1 1 1 1 1 Manado-Likupang,
10.000,0
(berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Bandara Dewadaru- Jumlah bandara yang pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Karimunjawa direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
1 1 1 1 Manado-Likupang,
- 13,2
(berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.72
Elektrifikasi Jalur KA Jogja-Solo Panjang jalur Elektrifikasi KA yang pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
dibangun (km) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
60,0 - - - - 600,0
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan Lingkar Parakan, Kab. Panjang jalan yang dibangun (km) pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Temanggung dan Kab. Wonosobo Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
- 3,8 3,8 3,8 3,8 150,1
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan Lingkar Utara Kertek, Kab. Panjang jalan yang dibangun (km) Jawa Tengah 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Wonosobo Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
- - 3,0 3,0 3,0 85,0
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan Magelang -Kaliangkrik-Bts. Panjang jalan yang dibangun (km) Jawa Tengah 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Kab. Wonosobo, Kab. Magelang Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
- 3,0 3,0 - - 45,0
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.73
Jalan Ringroad Timur Purworejo, Panjang jalan yang dibangun (km) Jawa Tengah 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Kab. Purworejo Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
- 5,5 5,5 5,5 5,5 176,0
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Peningkatan Jalan Surakarta- Panjang jalan dibangun/dipelihara (km) - - 3,8 - - 19,0 Jawa Tengah 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Gemolong-Geyer/batas Kab. Prioritas : Danau Toba,
Grobogan, Kab. Sragen Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan Bandara Sukabumi Bandara baru yang dibangun (lokasi) - - 1 1 1 400,0 Jawa Barat Kemenhub
(berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Jalan Akses KSPN Borobudur Panjang jalan yang dibangun (km) - 20,0 - - - 175,0 Yogyakarta 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan KA akses Bandara KA akses Bandara yang dibangun (km) 6 6 - - - 800,0 yogyakarta 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Internasional Yogyakarta (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.74
Pengembangan Bandara Kulon Jumlah bandara hub primer yang - 1 1 - - 200,0 Yogyakarta 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub, BUMN
Progo dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Bandara Adi Bandara mendukung Prioritas yang - 1 1 - - 300,0 Jawa Tengah 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub, BUMN
Sumarmo Solo dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan Lintas Utara Bali Panjang jalan yang dibangun (km) - 1.083,0 1.083,0 933,0 - 1.050,0 Bali Kemen PU&PERA
Jalan Singaraja - Mengwitani Panjang jalan yang dibangun (km) - 3,0 2,3 5,0 215,0 Bali Kemen PU&PERA
(shortcut)
Jembatan Shortcut Denpasar - Jembatan yang dibangun (lokasi) - 1,0 - - - 80,0 Bali Kemen PU&PERA
Gilimanuk (Tk. Yeh Otan)
Pembangunan Jalur KA Mengwitani - Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) - - 14 14 14 325,0 Bali Kemenhub (KPBU)
Singaraja (Dukungan APBN) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut)
Pembangunan jalur KA Mengwitani - Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) - - 14 14 14 2.770,0 Bali Kemenhub (KPBU)
Singaraja (Dukungan KPBU) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut)
Pengembangan Pelabuhan Benoa Terlaksananya pengembangan/ - 1 1 1 1 184,0 Bali 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub (KPBU)
pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan Bandara Bali Baru Bandara baru yang dibangun (lokasi) - 1 1 (lanjutan) 1 1 1.500,0 Bali 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
(berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Bandara Ngurah Rai Jumlah bandara hub primer yang 1 1 1 1 - 900,0 Bali 10 Destinasi Pariwisata BUMN
dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan By Pass Balige Panjang jalan yang dibangun (km) 7,0 6,5 - - - 135,0 Sumatera Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan Akses KSPN Danau Toba Panjang jalan yang dibangun (km) 5,0 16,5 12,5 12,5 12,5 1.333,0 Sumatera Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan Akses Terminal Tipe A Panjang jalan yang dibangun (km) - - - 1,5 - 36,0 Sumatera Barat Kemen PU&PERA
Pembangunan Jalur KA Pemantang Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) - - 15 15 15 305,0 Sumatera Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub (KPBU)
Siantar - Danau Toba (Dukungan (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
APBN) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan Jalur KA Pemantang Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) - - 15 15 15 1.105,0 Sumatera Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub (KPBU)
Siantar - Danau Toba (Dukungan (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
KPBU) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.77
Pengembangan Bandara Kualanamu Jumlah bandara hub primer yang 1 1 - - - 200,0 Sumatera Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub, BUMN
dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Bandara Silangit Bandara mendukung Prioritas yang - 1,0 - - - 100,0 Sumatera Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub (KPBU)
dikembangkan (lokasi) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Bandara Sibisa Bandara mendukung Prioritas yang 1 1 - - - 124,2 Sumatera Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan pelabuhan Jumlah dermaga penyeberangan yang 7 7 - - 295,3 Sumatera Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
penyeberangan KSPN Danau Toba dibangun (lokasi) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.78
Jalan Trans Bangka Panjang jalan yang dibangun (km) - 10,0 12,0 16,0 12,0 350,0 Bangka Belitung 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan Trans Belitung Panjang jalan yang dibangun (km) - 5,0 8,0 10,0 7,0 210,0 Bangka Belitung 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Bandara HAS Bandara mendukung Prioritas yang - 1 1 1 1 120,0 Bangka Belitung 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub, BUMN
Hanandjoedin dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - - 1 1 60,0 Bangka Belitung 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Penyeberangan Manggar dibangun (lokasi) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.79
Pembangunan pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang 1 1 1 - - 85,0 Bangka Belitung 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
penyeberangan Tj. Kelayang (Tj. dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Nyato) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan lintas Batam (Ruas Sp.Sei Panjang jalan yang dibangun (km) - - - 10,0 12,0 80,0 Kepulauan Riau Kemen PU&PERA
Harapan-Sp.Basecamp dan
Sp.Tembesi - Tg Berikat)
Jalan lintas Bintan Panjang jalan yang dibangun (km) - - - 25,0 - 250,0 Kepulauan Riau Kemen PU&PERA
Jembatan Batam-Bintan (Potensi) Jembatan yang dibangun (lokasi) - 1,0 - - - 0,0 Kepulauan Riau KemenPUPR
(KPBU)
Pengembangan Pelabuhan Teluk Terlaksananya pengembangan/ - - 1 1 - 36,3 Kepulauan Riau Kemenhub
Sasah pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Batu Terlaksananya pengembangan/ - - 1 1 - 90,0 Kepulauan Riau Kemenhub
Ampar pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Dompak Terlaksananya pengembangan/ - - 1 1 - 50,0 Kepulauan Riau Kemenhub
pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Tambelan Bandara di daerah terisolir, perbatasan 1 1 1 - - 62,0 Kepulauan Riau Kemenhub
dan rawan bencana yang direhabilitasi/ (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Natuna Bandara di daerah terisolir, perbatasan - 1 1 - - 49,0 Kepulauan Riau Kemenhub
dan rawan bencana yang direhabilitasi/ (berlanjut) (selesai)
dikembangkan (lokasi)
Jembatan Muna-Buton (Potensi) Jembatan yang dibangun (lokasi) - - - 1,0 - 0,0 Sulawesi Tenggara 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.80
Jalan Akses KSPN Wakatobi Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 30,0 225,0 Sulawesi Tenggara 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan Akses Likupang (Dukungan Panjang jalan yang dibangun (km) 4,0 5,0 4,3 120,0 Sulawesi Utara 10 Destinasi Pariwisata KPBU
KPBU) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jembatan Kapota (Wakatobi) Jembatan yang dibangun (km) - - - - 1,0 250,0 Sulawesi Tenggara 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan Akses Terminal Tipe A Liwas Panjang jalan yang dibangun (km) - - - 3,0 - 72,0 Sulawesi Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.81
Jalan Trans Pulau Buton Panjang jalan yang dibangun (km) 3,4 5,0 4,8 4,7 4,4 279,7 Sulawesi Tenggara 10 Destinasi Pariwisata KemenPUPR/Pemd
(DAK/APBN) Prioritas : Danau Toba, a
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan Trans Pulau Muna Panjang jalan yang dibangun (km) 5,3 7,8 7,5 7,3 6,9 436,8 Sulawesi Tenggara 10 Destinasi Pariwisata KemenPUPR/Pemd
(DAK/APBN) Prioritas : Danau Toba, a
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Pelabuhan Bau-Bau Terlaksananya pengembangan/ - 1,0 - - - 244,3 Sulawesi Tenggara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub (KPBU)
pembangunan pelabuhan (lokasi) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Pelabuhan Wanci Terlaksananya pengembangan/ 1 1 1 1 - 90,0 Sulawesi Tenggara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.82
Pengembangan Pelabuhan Likupang Terlaksananya pengembangan/ 1,0 - - - - 7,5 Sulawesi Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
pembangunan pelabuhan (lokasi) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Pelabuhan Kaledupa Terlaksananya pengembangan/ 1,0 - - - - 5,0 Sulawesi Tenggara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
pembangunan pelabuhan (lokasi) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Bandara Jumlah bandara hub primer yang 1 1 - - - 250,0 Kota Makassar-Sulawesi Kemenhub, BUMN
Hasanuddin dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai) Selatan
Pengembangan Bandara Matahora Bandara mendukung Prioritas yang 1 1 1 1 - 288,2 Sulawesi Tenggara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
(Wakatobi) dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang 1 1 1 - - 85,0 Sulawesi Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Penyeberangan Siompu dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.83
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang 1 1 1 - - 85,0 Sulawesi Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Penyeberangan Kadatua dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - 1 1 1 85,0 Sulawesi Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Penyeberangan Siladen dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang 1 1 1 - - 85,0 Sulawesi Tenggara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Penyeberangan Binongko dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang 1 1 1 - - 85,0 Sulawesi Tenggara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Penyeberangan Tomia dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.84
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun 1 1 - - - 30,0 Sulawesi Tenggara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
perintis Kaledupa-Tomia-Binongko (unit) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan perbatasan Kalbar Panjang jalan yang dibangun (km) 12,0 - - - - 98,4 Kalimantan Barat Kemen PU&PERA
Jembatan Sambas Besar jembatan yang dibangun (lokasi) 1,0 1.860,0 Kalimantan Barat Kemenhub
Bandara Sultan Aji Muhammad Jumlah bandara hub primer yang 1,0 - - - - 200,0 Balikpapan, Prov. Kemenhub, BUMN
Sulaiman dikembangkan (lokasi) Kalimantan Timur
Pengembangan Bandara Tanjung Bandara mendukung Prioritas yang - 1 (berlanjut) 1 (selesai) - - 115,0 Kabupaten Bulungan, Prov. Kemenhub
Harapan dikembangkan (lokasi) Kalimantan Utara
Pengembangan Bandara Maratua Bandara di daerah terisolir, perbatasan - 1 (berlanjut) 1 (selesai) - - 75,0 Prov. Kalimantan Timur Kemenhub
dan rawan bencana yang direhabilitasi/
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Pangsuma- Jumlah bandara yang 1,0 - - - - 1,5 Kalimantan Barat Kemenhub
Putussibau direhabilitasi/dikembangkan (Lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - - 1 (berlanjut) 1 (selesai) 60,0 Prov. Kalimantan Barat Kemenhub
Penyeberangan Karimata dibangun (lokasi )
Pembangunan Terminal Temajuk Jumlah terminal antarnegara yang - - - 1 (berlanjut) 1 (selesai) 50,0 Kalimantan Barat Kemenhub
dibangun/ditingkatkan (lokasi )
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun 1 (berlanjut) 1 (berlanjut) 30,0 Kalimantan Barat Kemenhub
perintis Penagi-Sintete (unit)
Penanganan Jalan lingkar Nunukan Panjang Jalan lingkar yang - - 10,0 - - 80,0 Kalimantan Utara Kemen PU&PERA
dibangun/ditingkatkan (Km)
Jalan Akses Pelabuhan Panjang jalan yang dibangun (km) - 2,0 - - - 10,0 Kalimantan Barat Kemen PU&PERA
Kendawangan
Pembangunan Bandara Singkawang- Bandara baru yang dibangun (Lokasi) - 1 (berlanjut) 1 (berlanjut) 1 (berlanjut) 1 (selesai) 1.000,0 Kalimantan Barat Kemenhub
Kalbar
A.1.85
Jalan Lingkar Pulau Morotai Panjang jalan yang dibangun (km) 14,0 9,7 9,7 9,7 - 422,8 Maluku Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
(Dukungan DAK/APBN) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Bandara Pitu- Bandara mendukung Prioritas yang 1 (berlanjut) 1 (selesai) - - - 47,0 Maluku Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Morotai dikembangkan (Lokasi) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Trans Pulau Biak (DAK/APBN) Panjang jalan yang dibangun (km) (km) 12,9 18,9 18,2 17,6 16,6 1.054,4 Papua Kemen PU&PERA
Pengembangan Pelabuhan Sorong Terselenggaranya standardisasi dan 1 (berlanjut) 1 (berlanjut) 1 (berlanjut) 1 (berlanjut) 1 (selesai) 30.000,0 Papua Barat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub, BUMN
pengelolaan Pelabuhan Sorong (Lokasi) Prioritas : Danau Toba, (Pelindo IV),
Borobudur Dskt, Lombok- Swasta
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan Bandara Perairan Jumlah bandara perairan yang - 1 (berlanjut) 1 (selesai) - - 30,0 Papua Barat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Raja Ampat dibangun (Lokasi) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.86
Pengembangan Bandara Marinda Bandara mendukung Prioritas yang 1,0 - - - - 0,8 Papua Barat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
(Waisai) dikembangkan (Lokasi) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan Bandara Perairan Jumlah bandara perairan yang - 1 (berlanjut) 1 (selesai) - - 30,0 Papua Barat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Raja Ampat dibangun (Lokasi) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - 1 (berlanjut) 1 (berlanjut) 1 (selesai) - 85,0 Papua Barat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Penyeberangan Salawati dibangun (lokasi ) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan Bypass BIL-Mandalika Panjang jalan yang dibangun (km) - 17,4 10,2 11,2 12,6 1.392,0 Nusa Tenggara Barat 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.87
Jalan Akses KSPN Labuan Bajo Panjang jalan yang dibangun (km) (km) 6,7 21,4 21,4 21,4 21,4 1.402,2 Nusa Tenggara Timur 10 Destinasi Pariwisata Kemen PU&PERA
Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Jalan Akses KEK Mandalika Panjang jalan yang dibangun (km) - 4,5 4,0 5,0 4,2 150,0 Nusa Tenggara Barat 10 Destinasi Pariwisata KemenPUPR
(dukungan untuk Key Tourism Area Prioritas : Danau Toba, (KPBU)
Prioritas) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Pelabuhan Labuan Terlaksananya pengembangan/ 1,0 - - - - 28,5 Nusa Tenggara Timur 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub (KPBU)
Bajo (Terminal Multipurpose) pembangunan pelabuhan (lokasi) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Pelabuhan Gili Terlaksananya pengembangan/ - 1 1 1 - 150,0 Nusa Tenggara Barat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub
Trawangan pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.88
Pengembangan Bandara Lombok Bandara mendukung Prioritas yang 1 1 - - - 350,0 Nusa Tenggara Barat 10 Destinasi Pariwisata Kemenhub, BUMN
dikembangkan (Lokasi) (berlanjut) (selesai) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Investasi amenitas dan atraksi Jumlah investasi amenitas dan atraksi 3,0 5,0 5,0 5,0 10,0 94.208,2 10 DPP 10 Destinasi Pariwisata Swasta
dalam kawasan pariwisata di 10 dalam kawasan pariwisata di 10 Prioritas : Danau Toba,
Destinasi Pariwisata Prioritas Destinasi Pariwisata Prioritas (Destinasi Borobudur Dskt, Lombok-
Pariwisata Prioritas) Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Koordinasi penyusunan dan Jumlah daerah yang menyusun dan 11,0 11,0 19,0 19,0 34,0 2,0 Pusat (alokasi Kemendagri
penerapan rencana aksi destinasi menerapkan rencana aksi destinasi Kementerian)
wisata wisata (Provinsi)
ProP : Penguatan Rantai Pasok 788,4
Industri dan Kapasitas Masyarakat,
termasuk Melalui Desa Wisata
Bimbingan teknis dan supervisi Jumlah Bimbingan teknis dan supervisi - 10,0 20,0 34,0 34,0 49,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
daerah dalam penyusunan profil daerah dalam penyusunan profil Prioritas : Danau Toba,
investasi di daerah investasi di daerah (Daerah) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.89
Kerjasama Desa Wisata dengan Jumlah Kerjasama Desa Wisata dengan - 5,0 5,0 5,0 4,0 19,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Badan usaha Badan usaha (Kerjasama) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Fasilitasi Kerjasama Wisata Kuliner Jumlah Fasilitasi Kerjasama Wisata - 5,0 5,0 5,0 4,0 19,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
dan Belanja Kuliner dan Belanja (Kerjasama) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Fasilitasi Kerjasama Wisata Sejarah Jumlah Fasilitasi Kerjasama Wisata - 5,0 5,0 5,0 4,0 19,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
dan Warisan Budaya Sejarah dan Warisan Budaya Prioritas : Danau Toba,
(Kerjasama) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Penyusunan dan Pemutakhiran Jumlah Penyusunan dan Pemutakhiran 10,0 15,0 17,0 10,0 10,0 27,9 pusat Kemenparekraf
Standar Usaha Pariwisata Standar Usaha Pariwisata (Jenis usaha)
Pembinaan Lembaga Sertifikasi Jumlah Pembinaan Lembaga Sertifikasi 2,0 5,0 8,0 6,0 6,0 13,5 pusat Kemenparekraf
Usaha Pariwisata Usaha Pariwisata (Ruang Lingkup)
Penyusunan Concept Note Perluasan Jumlah Penyusunan Concept Note 1,0 - - - - 1,0 pusat Kemenparekraf
Rantai Pasok Industri Pariwisata Perluasan Rantai Pasok Industri
Pariwisata (Dokumen)
Fasilitasi Perluasan Rantai Pasok Jumlah Fasilitasi Perluasan Rantai Pasok - 5,0 6,0 7,0 8,0 26,0 pusat Kemenparekraf
Industri Pariwisata Industri Pariwisata (Kerjasama)
A.1.90
Regulasi dan Penelitian Jumlah Regulasi dan Penelitian - 1,0 1,0 1,0 1,0 20,0 pusat Kemenparekraf
Pengembangan Pariwisata Pengembangan Pariwisata (Sistem
Informasi)
Bimbingan teknis dan supervisi Jumlah Bimbingan teknis dan supervisi - 500,0 750,0 1.000,0 1.250,0 10,5 pusat Kemenparekraf
usaha masyarakat usaha masyarakat (Orang)
Assesor yang dilatih Jumlah Assesor yang dilatih (Orang) 1.000,0 1.500,0 2.000,0 1.750,0 1.500,0 77,5 pusat Kemenparekraf
SDM Tersertfikasi dan Memperoleh Jumlah SDM Tersertfikasi dan 104.000,0 130.000,0 136.500,0 102.375,0 81.900,0 388,5 pusat Kemenparekraf
Pembekalan Bidang Pariwisata Memperoleh Pembekalan Bidang
Pariwisata (Orang)
Masyarakat yang Memperoleh Jumlah Masyarakat yang Memperoleh 11.800,0 11.800,0 12.390,0 9.912,0 9.416,4 117,4 pusat Kemenparekraf
Pemberdayaan dan Pembinaan Pemberdayaan dan Pembinaan
Kemitraan usaha sebagai pemasok Kemitraan usaha sebagai pemasok
industri pariwisata industri pariwisata (Orang)
ProP : Pengelolaan dan Standar 3.613,2
Layanan Destinasi Pariwisata
Perumusan kebijakan operasional di Jumlah Perumusan kebijakan - 4,0 5,0 6,0 7,0 44,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
destinasi prioritas operasional di destinasi prioritas Prioritas : Danau Toba,
(Daerah) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Layanan Investasi Badan Pelaksana Jumlah Layanan Investasi Badan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 10,0 Sumatera Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Otorita Danau Toba Pelaksana Otorita Danau Toba (Potensial Prioritas : Danau Toba,
Investor) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.91
Fasilitasi Pengembangan Atraksi, Jumlah Fasilitasi Pengembangan Atraksi, 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 1.629,0 Sumatera Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Aksesibilitas, Dan Amenitas Badan Aksesibilitas, Dan Amenitas Badan Prioritas : Danau Toba,
Pelaksana Otorita Danau Toba Pelaksana Otorita Danau Toba (Lokasi) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Promosi Pariwisata Badan Jumlah Promosi Pariwisata Badan 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 45,0 Sumatera Utara 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Pelaksana Otorita Danau Toba Pelaksana Otorita Danau Toba (Pasar Prioritas : Danau Toba,
Wisatawan) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Layanan Investasi Badan Otorita Jumlah Layanan Investasi Badan Otorita 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 15,0 DI Yogyakarta, Jawa 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Borobudur Borobudur (Potensial Investor) Tengah Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Fasilitasi Pengembangan Atraksi, Jumlah Fasilitasi Pengembangan Atraksi, 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 693,5 DI Yogyakarta, Jawa 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Aksesibilitas, Dan Amenitas Badan Aksesibilitas, Dan Amenitas Badan Tengah Prioritas : Danau Toba,
Otorita Borobudur Otorita Borobudur (Lokasi) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.92
Promosi Pariwisata Badan Otorita Jumlah Promosi Pariwisata Badan Otorita 2,0 2,0 4,0 4,0 4,0 32,0 DI Yogyakarta, Jawa 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Borobudur Borobudur (Pasar Wisatawan) Tengah Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Layanan Investasi Badan Otorita Jumlah Layanan Investasi Badan Otorita 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 3,7 Nusa Tenggara Timur 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Labuan Bajo Labuan Bajo (Potensial Investor) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Fasilitasi Pengembangan Atraksi, Jumlah Fasilitasi Pengembangan Atraksi, 11,0 11,0 11,0 11,0 11,0 960,0 Nusa Tenggara Timur 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Akseibilitasi, Dan Amenitas Badan Akseibilitasi, Dan Amenitas Badan Prioritas : Danau Toba,
Otorita Labuan Bajo Otorita Labuan Bajo (Lokasi) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Promosi Pariwisata Badan Otorita Jumlah Promosi Pariwisata Badan Otorita 3,0 3,0 5,0 5,0 5,0 35,0 Nusa Tenggara Timur 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Labuan Bajo Labuan Bajo (Pasar Wisatawan) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
A.1.93
Penyusunan bisnis model Jumlah Penyusunan bisnis model 4,0 5,0 5,0 5,0 5,0 42,0 pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
manajemen pariwisata unggulan manajemen pariwisata unggulan Prioritas : Danau Toba,
(Dokumen) Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Penyusunan site design Jumlah Penyusunan site design - 8,0 8,0 4,0 4,0 48,0 pusat Kemenparekraf
pengembangan infrastruktur dalam pengembangan infrastruktur dalam
kawasan taman nasional berbasis kawasan taman nasional berbasis
pariwisata berkelanjutan pariwisata berkelanjutan (Dokumen)
Penyusunan site design Jumlah Penyusunan site design - 7,0 7,0 7,0 7,0 56,0 pusat Kemenparekraf
pengembangan infrastruktur dalam pengembangan infrastruktur dalam
kawasan wisata bahari dan kawasan wisata bahari dan ekowisata
ekowisata berbasis pariwisata berbasis pariwisata berkelanjutan
berkelanjutan (Dokumen)
ProP : Pengembangan 16 Destinasi 96,2
Pariwisata Geopark
Pusat informasi Geopark Jumlah pusat informasi Geopark/Geologi 2,0 3,0 4,0 3,0 3,0 51,0 Geopark Kaldera Toba, 10 Destinasi Pariwisata Kemen ESDM
(Unit) Geopark Natuna, Geopark Prioritas : Danau Toba,
Silokek, Geopark Ngarai Borobudur Dskt, Lombok-
Sianok, Geopark Mandalika, Labuan Bajo,
Sawahlunto, Geopark Manado-Likupang,
Belitong, Geopark Pongkor, Wakatobi, Raja Ampat,
Geopark Cileteuh Bromo-Tengger-Semeru,
Pelabuhan Ratu, Geopark Bangka Belitung, dan
Karangsambung, Geopark Morotai
Gunung Sewu, Geopark
Banyuwangi, Geopark
Rinjani, Geopark Tambora,
Geopark Maros-Pangkep,
Geopark Raja Ampat
Rekomendasi Penetapan Jumlah Rekomendasi Penetapan - 4,0 4,0 4,0 4,0 10,2 Pusat Kemen ESDM
Geoheritage Geoheritage (Rekomendasi)
A.1.94
Pusat Informasi Pariwisata berbasis (Unit) 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 10,0 Tersebar (16 Geopark 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Geopark dalam DPP) Prioritas : Danau Toba,
Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Fasilitasi Implementasi Rencana Jumlah Fasilitasi Pengembangan 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 15,0 Pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemen
Aksi dan Penyusunan Rencana Geopark (Geopark) Prioritas : Danau Toba, PPN/Bappenas
Induk Pengembangan Geopark Borobudur Dskt, Lombok-
Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Pengembangan Pola Pendanaan Alternatif Pendanaan Pengembangan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 10,0 Pusat Kemen
Pengembangan Geopark Geopark (Skema) PPN/Bappenas
KP : Peningkatan nilai tambah dan Pertumbuhan PDB ekonomi kreatif 5,3 5,34-5,5 5,38-5,7 5,42-5,9 5,45-6,10 100.326,6
daya saing produk dan usaha kreatif (Persen)
dan digital
Pertumbuhan PDB informasi dan 7,26-7,54 7,40-7,95 7,40-8,22 7,54-8,37 7,54-8,78
telekomunikasi (Kab/kota)
Jumlah kab/kota kreatif yang 4,0 5,0 5,0 3,0 3,0
dikembangkan (Kab/kota)
Jumlah kawasan dan klaster kreatif 8,0 8,0 8,0 8,0 11,0
yang dikembangkan (Lokasi)
Pelaku Ekraf yang mendapat Jumlah Pelaku Ekraf yang mendapat 4.650,0 4.850,0 5.250,0 4.650,0 4.450,0 77,5 Kabupaten/kota di 34 Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
fasilitasi Konsultasi HKI (Orang) fasilitasi Konsultasi HKI (Orang) (Orang) provinsi Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Produk/Jasa Ekraf yang Jumlah Produk/Jasa Ekraf yang 2.500,0 2.650,0 2.950,0 2.400,0 2.300,0 110,4 Kabupaten/kota di 34 Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
didaftarkan HKI (Produk/Jasa) didaftarkan (Produk/Jasa) (Produk/jasa) provinsi Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pelaku/Usaha Kreatif yang Jumlah Pelaku/Usaha Kreatif yang 200,0 220,0 245,0 195,0 165,0 25,7 Kabupaten/kota di 34 Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
Difasilitasi Komersialisasi HKI Difasilitasi Komersialisasi HKI provinsi Sektor Prioritas : Makanan
(Orang/Usaha) (Orang/Usaha) (Orang/usaha) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
ProP : Fasilitasi Rantai Pasok dan 142,7
Scale-up Karya dan Platform Kreatif
Unggulan
Kerja sama quadruple helix untuk Jumlah Kerja sama quadruple helix 25,0 30,0 35,0 20,0 15,0 142,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
Scale-Up Rintisan Produk dan untuk Scale-Up Rintisan Produk dan Sektor Prioritas : Makanan
Platform Kreatif (termasuk Platform Kreatif (Kerjasama) dan Minuman, Tekstil dan
komersialisasi hasil riset) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
ProP : Peningkatan Kerja Sama 321,3
Pengembangan Kota Kreatif
Kabupaten/kota kreatif yang Jumlah kab/kota kreatif yang 4,0 5,0 5,0 3,0 3,0 51,3 Kabupaten/kota di 34 Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
dikembangkan dikembangkan (Kab/kota) provinsi Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.96
Pengembangan Ruang Kreatif dan Jumlah lokasi pengembangan ruang - 25,0 30,0 25,0 20,0 270,0 Pusat 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Sarana Kreatif di destinasi kreatif dan sarana kreatif (Lokasi ) Prioritas : Danau Toba,
pariwisata prioritas dan lokasi Borobudur Dskt, Lombok-
Cultural Heritage Regeneration Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Ruang Kreatif yang Direvitalisasi Jumlah Ruang Kreatif yang Direvitalisasi 30,0 31,5 34,0 31,0 27,0 419,9 Kabupaten/kota di 34 10 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
dan Sarana Kreatif yang difasilitasi dan Sarana Kreatif yang difasilitasi (Unit) provinsi Prioritas : Danau Toba,
(khususnya di lokasi pengembangan Borobudur Dskt, Lombok-
klaster ekonomi kreatif) Mandalika, Labuan Bajo,
Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat,
Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan
Morotai
Kerjasama Pengembangan Roadmap Jumlah Kerjasama Pengembangan 3,0 3,0 4,0 3,0 2,0 49,3 Pusat Kemenparekraf
Rencana Induk Pengembangan Roadmap Rencana Induk Pengembangan
Ekonomi Kreatif Ekonomi Kreatif (Kebijakan)
Pelaku Ekonomi Kreatif yang Jumlah Pelaku Ekonomi Kreatif yang 5.000,0 5.400,0 5.875,0 5.300,0 5.000,0 131,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
mendapatkan Fasilitasi Sertifikasi mendapatkan Fasilitasi Sertifikasi Profesi Sektor Prioritas : Makanan
Profesi Bidang Ekonomi Kreatif Bidang Ekonomi Kreatif (Orang) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Modal disalurkan dari sektor Non- Jumlah Modal yang disalurkan dari 255,0 270,0 320,0 240,0 220,0 255,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
Perbankan kepada Pelaku Ekonomi sektor Non-Perbankan kepada Pelaku Sektor Prioritas : Makanan
Kreatif yang aksesnya Ekonomi Kreatif yang aksesnya dan Minuman, Tekstil dan
diintermediasi diintermediasi (Miliar) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.98
Pendampingan akses permodalan Jumlah pelaku ekonomi kreatif yang 1.700,0 1.800,0 2.000,0 1.650,0 1.550,0 38,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
sektor Non Perbankan Modal mendapat Pendampingan akses Sektor Prioritas : Makanan
Ventura dan Dana Masyarakat permodalan sektor Non Perbankan Modal dan Minuman, Tekstil dan
Ventura dan Dana Masyarakat (Orang) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Modal yang disalurkan dari akses Jumlah Modal yang disalurkan dari 5.082,0 5.225,0 5.650,0 5.150,0 4.900,0 128,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
Perbankan kepada Pelaku ekonomi akses Perbankan kepada Pelaku Sektor Prioritas : Makanan
kreatif yang difasilitasi ekonomi kreatif (Miliar) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pelatihan akses permodalan Jumlah Pelaku Ekonomi Kreatif yang 1.500,0 1.600,0 1.750,0 1.450,0 1.350,0 46,2 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
ekonomi kreatif Sektor Perbankan mendapat pelatihan akses permodalan Sektor Prioritas : Makanan
(Orang) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Skema pembiayaan ekonomi kreatif Jumlah Skemapembiayaan ekonomi 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 33,4 Pusat Kemenparekraf
berbasis HKI kreatif berbasis HKI yang dikembangkan
(Naskah)
Infrastruktur TIK yang Difasilitasi Jumlah Infrastruktur TIK yang 8.500,0 9.000,0 10.100,0 8.500,0 7.500,0 274,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
Difasilitasi (Orang) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pre-Start Up yang Difasilitasi Jumlah Pre-Start Up yang Difasilitasi 250,0 384,8 400,0 372,7 363,6 116,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
(termasuk melalui Digital Lab, Digital (Orang/ Sektor Prioritas : Makanan
Enterpreneurship, Pemagangan komunitas) dan Minuman, Tekstil dan
Internasional) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pelaku Ekraf yang mendapat Jumlah Pelaku Ekraf yang mendapat 4.650,0 4.850,0 5.250,0 4.650,0 4.450,0 77,5 Kabupaten/kota di 34 Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
fasilitasi Konsultasi HKI (Orang) fasilitasi Konsultasi HKI (Orang) (Orang) provinsi Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.99
Produk/Jasa Ekraf yang Jumlah Produk/Jasa Ekraf yang 2.500,0 2.650,0 2.950,0 2.400,0 2.300,0 110,4 Kabupaten/kota di 34 Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
didaftarkan HKI (Produk/Jasa) didaftarkan (Produk/Jasa) (Produk/jasa) provinsi Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pelaku/Usaha Kreatif yang Jumlah Pelaku/Usaha Kreatif yang 200,0 220,0 245,0 195,0 165,0 25,7 Kabupaten/kota di 34 Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
Difasilitasi Komersialisasi HKI Difasilitasi Komersialisasi HKI provinsi Sektor Prioritas : Makanan
(Orang/Usaha) (Orang/Usaha) (Orang/usaha) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Produk/Usaha Ekonomi Kreatif Jumlah Produk/Usaha Ekonomi Kreatif 250,0 270,0 330,0 230,0 200,0 41,1 Kabupaten/kota di 34 Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
yang Distandardisasi yang Distandardisasi (Produk/usaha) provinsi Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Kerja sama quadruple helix untuk Jumlah Kerja sama quadruple helix 25,0 30,0 35,0 20,0 15,0 142,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
Scale-Up Rintisan Produk dan untuk Scale-Up Rintisan Produk dan Sektor Prioritas : Makanan
Platform Kreatif (termasuk Platform Kreatif (Kerjasama) dan Minuman, Tekstil dan
komersialisasi hasil riset) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pengembangan Be Creative District Jumlah kawasan Be Creative District 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 445,0 Jawa Barat dan Banten Kemenparekraf
(BCD) (BCD) dikembangkan (Kawasan)
Implementasi Kerjasama Dalam Jumlah Implementasi Kerjasama Dalam 5,0 6,0 6,0 4,0 4,0 138,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
Lingkup WCCE (COE, Resolusi PBB, Lingkup WCCE (Kerjasama) Sektor Prioritas : Makanan
Friend Of Creative Economy) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Penyediaan air baku di kawasan Tambahan debit air baku di kawasan 1,1 2,0 2,3 2,3 2,1 3.320,8 Maja Kemen PU&PERA
perkotaan perkotaan (m3/detik) (m3/detik)
Penyediaan air baku di kawasan Tambahan debit air baku di kawasan - 0,6 0,6 0,7 0,7 856,7 KEK BCD Maja-Rangkas Kemen PU&PERA
strategis (KI, KEK, DPP) strategis KEK BCD Maja-Rangkas Bitung, Bitung, KEK BCD
KEK BCD Karawang (m3/detik) Karawang
(m3/detik)
Peningkatan Kinerja BUMN/BUMD Jumlah PDAM yang menerapkan Smart 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 12,0 Maja KPBU
Penyelenggara SPAM Grid Water Management (PDAM)
Pembangunan Jalur Ganda KA Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) - 20 20 20 (selesai); 15 800,0 Banten Kemenhub
Rangkasbitung-Merak (berlanjut) (berlanjut) 15 (berlanjut) (berlanjut)
A.1.100
Reaktivasi Jalur KA Banten Panjang Jalur Kereta Api (angkutan - 17 17 17 20 900,0 Banten Kemenhub
(Rangkasbitung-Pandeglang- Saketi- Barang dan Penumpang) dibangun (Km) (berlanjut) (berlanjut) Selesai (berlanjut)
Menes-Labuhan, Saketi - Bayah)
Pembangunan infrastruktur dalam - - - - - 90.000,0 Jawa Barat dan Banten BUMN dan Swasta
kawasan BCD
Pelatihan dan Inkubasi Terlatihnya SDM yang siap diinkubasi 1.500,0 2.000,0 2.100,0 2.205,0 2.315,0 50,6 Pusat Kemen KUKM
Kewirausahaan Technopreneur (Orang)
melalui Kerjasama Lembaga
Wirausaha baru berbasis ekonomi Jumlah wirausaha usaha berbasis 5.000,0 5.250,0 5.513,0 5.788,0 6.078,0 150,7 34 Provinsi KemenNaker
digital yang diberdayakan ekonomi digital yang diberdayakan
(Orang)
Pemasaran Investasi berdasarkan Jumlah Rencana Investasi melalui (Rp 1.022,8 (Rp 1.125,1 (Rp 1.237,6 (Rp 1.361,3 (Rp 1.497,4 47,6 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
sektor pendukung prioritas nasional kegiatan promosi penanaman modal Triliun) Triliun) Triliun) Triliun) Triliun) Luar Jawa dan 31
dalam forum-forum internasional di Smelter;
dalam dan luar negeri (rencana investasi) 10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Fasilitasi promosi penanaman modal Jumlah minat investasi dalam kegiatan 350,0 450,0 500,0 500,0 500,0 40,7 Daerah di 34 Provinsi 9 Kawasan Industri di BKPM
daerah di dalam dan luar negeri Promosi Penanaman Modal Daerah di Luar Jawa dan 31
dalam dan luar negeri (minat investasi) Smelter;
10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Gerakan menuju Smart City Jumlah Kab/Kota yang difasilitasi untuk 40,0 70,0 100,0 125,0 150,0 18,5 Tersebar Kemen Kominfo
menerapkan Smart City (kumulatif)
(Kab/kota)
Digital technopreuner Jumlah startup aktif yang terbentuk 30,0 60,0 90,0 120,0 150,0 140,5 Tersebar Kemen Kominfo
(start-up)
A.1.101
Fasilitasi startup menjadi unicorn Jumlah penambahan unicorn baru - - 1,0 2,0 3,0 6,1 Tersebar Kemen Kominfo
(kumulatif) (unicorn)
KP : Perbaikan iklim usaha dan Peringkat kemudahan berusaha di menuju 40 menuju 40 menuju 40 menuju 40 menuju 40 1.573,3
peningkatan investasi, termasuk Indonesia (Ranking EODB) yang
reformasi ketenagakerjaan ditunjukkan antara lain dengan
meningkatnya indikator memulai
usaha:
-jumlah prosedur
-waktu (Ranking - - - - 5 prosedur
EoDB) 4 hari
Nilai Realisasi PMA dan PMDN (Rp 886,0 991,3 1128,3 1294,1 1.500,0
triliun)
Kontribusi PMDN terhadap total 47,4 47,8 48,3 48,9 49,5
realisasi PMA dan PMDN (Persen)
Nilai realisasi PMA dan PMDN industri 246,3 316,3 422,2 573,2 782
pengolahan (Rp Triliun)
Kontribusi realisasi investasi luar 45,6 46,2 47,4 48,5 49,67
Jawa (Persen)
Penerapan Perizinan Berusaha bertahap bertahap bertahap bertahap Selesai
Terintegrasi Secara Elektronik
(K/L/D)
ProP : Kepastian Hukum Berusaha 394,9
dan Investasi
Standarisasi tata kelola perizinan Jumlah usulan standard tatakelola 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,9 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
dan nonperizinan penanaman modal perizinan dan nonperizinan penanaman Luar Jawa dan 31
daerah modal daerah (dokumen usulan Smelter;
standard) 10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
A.1.102
Sistem informasi standardisasi Jumlah usulan standar sistem informasi 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 4,7 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
NSPK perizinan dan nonperizinan perizinan dan nonperizinan penanaman Luar Jawa dan 31
penanaman modal daerah modal daerah (dokumen usulan Smelter;
standard) 10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Rencana Aksi peningkatan peringkat Jumlah rekomendasi usulan untuk 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 13,4 Jakarta, Surabaya, Pusat BKPM
EoDB meningkatkan kemudahan berusaha
(usulan rekomendasi)
Penyederhanaan Perizinan yang Jumlah usulan perubahan 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 22,7 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
menghambat investasi regulasi/peraturan yang menghambat Luar Jawa dan 31
investasi (usulan rekomendasi) Smelter;
10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Pelaksanaan simplifikasi, Jumlah rumusan rekomendasi peraturan 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 6,7 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
harmonisasi dan sinkronisasi perizinan tingkat Pusat/Kementerian Luar Jawa dan 31
peraturan perizinan investasi tingkat Lembaga dan daerah yang disimplifikasi, Smelter;
pusat/kementerian lembaga dan diharmonisasi dan disinkronisasi 10 Destinasi Pariwisata
daerah (usulan rekomendasi) Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
A.1.103
Pengawasan Persaingan Usaha Jumlah kajian pengawasan persaingan 7,0 7,0 8,0 8,0 8,0 15,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub KPPU
usaha (kajian) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pengawasan Pelaku Usaha di Jumlah pengawasan pelaku usaha di 18,0 20,0 20,0 20,0 24,0 8,5 Sumut, Kepri, Kaltim, KPPU
Daerah daerah (pengawasan) Jabar, Jatim, Sulsel
Investigasi Pelanggaran Persaingan Jumlah investigasi pelanggaran 100,0 117,0 137,0 157,0 177,0 36,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub KPPU
Usaha persaingan usaha (dugaan pelanggaran) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Rekomendasi Perkara Persaingan Jumlah rekomendasi perkara persaingan 36,0 36,0 40,0 46,0 46,0 17,6 Sumut, Kepri, Kaltim, KPPU
Daerah usaha di daerah (perkara) Jabar, Jatim, Sulsel
Pemberkasan Dugaan Pelanggaran Jumlah laporan pemberkasan perkara 32,0 25,0 25,0 30,0 30,0 11,1 Pusat KPPU
Persaingan Usaha Tidak Sehat persaingan usaha (perkara)
Penilaian Merger dan Akuisisi Jumlah penilaian merger dan akuisisi 39,0 38,0 42,0 46,0 50,0 16,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub KPPU
(penilaian ) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Penanganan Perkara Persaingan Jumlah persidangan majelis dan 45,0 47,0 50,0 52,0 55,0 58,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub KPPU
Usaha penetapan/putusan perkara persaingan Sektor Prioritas : Makanan
usaha (perkara) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Layanan Pembinaan Jabatan Jumlah pejabat fungsional bidang 400,0 400,0 400,0 400,0 400,0 3,1 Jawa Barat Kemendag
Fungsional Bidang Kemetrologian kemetrologian yang diberikan pembinaan
(orang)
Pengawasan Barang Beredar Jumlah pengawasan barang beredar 660,0 670,0 680,0 690,0 700,0 34,8 Pusat Kemendag
terhadap Ketentuan SNI, Manual terhadap ketentuan SNI, MKG, dan Label
Kartu Garansi, dan Label (produk)
Pembinaan PPNS-PK dan PPBJ Jumlah PPNS-PK dan PPBJ yang 115,0 115,0 115,0 115,0 115,0 17,7 Jawa Barat Kemendag
diberikan pembinaan (orang)
Pembinaan PPNS Perdagangan dan Jumlah PPNS Perdagangan dan PPTN 150,0 150,0 150,0 150,0 150,0 26,3 Jawa Barat Kemendag
PPTN yang diberikan pembinaan (orang)
Pengawasan Kegiatan Perdagangan Jumlah pelaku usaha perdagangan yang 150,0 160,0 170,0 180,0 190,0 34,2 Pusat Kemendag
diawasi (pelaku usaha)
A.1.104
Penanganan Perkara Merger dan Jumlah dugaan perkara merger dan 6,0 8,0 9,0 10,0 2,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub KPPU
Akuisisi akuisisi yang ditindaklanjuti (perkara) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Penuntutan Perkara Dugaan Jumlah penuntutan perkara persaingan 19,0 21,0 23,0 25,0 23,2 Pusat KPPU
Pelanggaran pada usaha (perkara)
Pemeriksaan/Sidang Majelis Komisi
Litigasi/Penanganan Upaya Hukum Jumlah laporan litigasi perkara 12,0 14,0 16,0 18,0 7,7 Pusat KPPU
terhadap Putusan KPPU persaingan usaha (perkara)
Pembinaan SDM Lembaga Jumlah SDM LPK yang dibina (Orang) 330,0 330,0 330,0 330,0 330,0 21,5 Pusat Kemendag
Perlindungan Konsumen
Pengawasan Jasa Distribusi dan Jumlah Pengawasan (Pelaku Usaha) 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0 5,9 Pusat Kemendag
Jasa Bisnis
ProP : Fasilitasi Kemudahan Usaha 1.018,3
dan Investasi
Pengadaan Lisensi/ATS yang Pengadaan Perpanjangan Lisensi/ 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 109,9 Pusat BKPM
mendukung OSS Annual Technical Support (ATS) (paket)
Pengembangan Data Center dan Jumlah pengembangan data center, DRC, 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 109,0 Pusat BKPM
DRC yang mendukung OSS jaringan dan sistem keamanan informasi
yang handal (paket)
Peningkatan mutu pelayanan Tingkat mutu pelayanan penanaman 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 6,7 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
penanaman modal PTSP Pusat modal di PTSP Pusat (IKM dari skala 4) Luar Jawa dan 31 Smelter
Partisipasi dalam kerjasama Jumlah Partisipasi dalam Kerjasama 14,0 23,0 24,0 24,0 25,0 22,1 Pusat BKPM
internasional Internasional (partisipasi)
Penyusunan bahan posisi Jumlah bahan posisi pertemuan 14,0 23,0 24,0 24,0 25,0 3,2 Pusat BKPM
pertemuan kerjasama internasional kerjasama internasional di bidang
di bidang penanaman modal penanaman modal (bahan posisi)
Penyelenggaraan kerjasama Jumlah kerjasama penanaman modal 3,0 4,0 5,0 5,0 6,0 4,2 Pusat BKPM
penanaman modal dengan dengan Pemangku Kepentingan Usaha di
pemangku kepentingan usaha dalam dan luar negeri (MoU)
Penyelenggaraan fasilitasi minat Jumlah forum fasilitasi minat outward 15,0 15,0 18,0 18,0 20,0 4,4 Pusat BKPM
outward investment investment kepada perusahaan nasional
(perusahaan)
A.1.105
Perkuatan peta potensi dan peluang Jumlah Pemetaan Potensi dan Peluang 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 19,9 Daerah di 34 Provinsi 9 Kawasan Industri di BKPM
investasi daerah Investasi (peta potensi daerah) Luar Jawa dan 31
Smelter;
10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Penyelenggaraan dan Jumlah penyelenggaraan dan 1.850,0 1.850,0 1.850,0 1.850,0 1.850,0 246,3 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
pengembangan IIPC (Indonesian pengembangan IIPC (Indonesian Luar Jawa dan 31
Investment Promotion Center) di Luar Investment Promotion Center) di luar Smelter;
Negeri negeri (minat investasi) 10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Penyusunan analisis negara target Jumlah Analisis Negara Target dan 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 11,4 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
dan negara pesaing Negara Pesaing (kajian) Luar Jawa dan 31
Smelter;
10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
A.1.106
Pemasaran Investasi berdasarkan Jumlah Rencana Investasi melalui (Rp 1.022,8 (Rp 1.125,1 (Rp 1.237,6 (Rp 1.361,3 (Rp 1.497,4 47,6 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
sektor pendukung prioritas nasional kegiatan promosi penanaman modal Triliun) Triliun) Triliun) Triliun) Triliun) Luar Jawa dan 31
dalam forum-forum internasional di Smelter;
dalam dan luar negeri (rencana investasi) 10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Fasilitasi promosi penanaman modal Jumlah minat investasi dalam kegiatan 350,0 450,0 500,0 500,0 500,0 40,7 Daerah di 34 Provinsi 9 Kawasan Industri di BKPM
daerah di dalam dan luar negeri Promosi Penanaman Modal Daerah di Luar Jawa dan 31
dalam dan luar negeri (minat investasi) Smelter;
10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Keikutsertaan Pada Pameran Jumlah minat investasi yang dicapai 700,0 700,0 700,0 700,0 700,0 28,7 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
Penanaman Modal di Dalam dan melalui keikutsertaan pameran Luar Jawa dan 31
Luar Negeri penanaman modal baik di dalam maupun Smelter;
di luar negeri (minat investasi) 10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
A.1.107
Fasilitasi penyelesaian masalah Jumlah perusahaan yang difasilitasi 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 8,1 Provinsi Aceh, Provinsi 9 Kawasan Industri di BKPM
investasi wilayah I penyelesaian masalah penanaman modal Bengkulu, Provinsi Jambi, Luar Jawa dan 31 Smelter
di Wilayah I (perusahaan) Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, Provinsi
Kepulauan Riau, Provinsi
Lampung, Provinsi Riau,
Provinsi Sumatera Barat,
Provinsi Sumatera Selatan,
Provinsi Sumatera Utara,
Pusat
Fasilitasi penyelesaian masalah Jumlah perusahaan yang difasilitasi 33,0 41,0 44,0 47,0 50,0 8,0 Provinsi Banten, Provinsi 9 Kawasan Industri di BKPM
investasi wilayah II penyelesaian masalah penanaman modal Gorontalo, Provinsi Jawa Luar Jawa dan 31 Smelter
di Wilayah II (perusahaan) Barat, Provinsi Jawa
Tengah, Provinsi Sulawesi
Barat, Provinsi Sulawesi
Selatan, Provinsi Sulawesi
Tengah, Provinsi Sulawesi
Tenggara, Provinsi
Sulawesi Utara, Pusat
Fasilitasi penyelesaian masalah Jumlah perusahaan yang difasilitasi 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0 7,7 Provinsi Banten, Provinsi 9 Kawasan Industri di BKPM
investasi wilayah III penyelesaian masalah penanaman modal Gorontalo, Provinsi Jawa Luar Jawa dan 31 Smelter
di Wilayah III (perusahaan) Barat, Provinsi Jawa
Tengah, Provinsi Sulawesi
Barat, Provinsi Sulawesi
Selatan, Provinsi Sulawesi
Tengah, Provinsi Sulawesi
Tenggara, Provinsi
Sulawesi Utara, Pusat
Fasilitasi penyelesaian masalah Fasilitasi penyelesaian masalah investasi 30,0 33,0 36,0 39,0 42,0 12,9 Provinsi Bali, Provinsi 9 Kawasan Industri di BKPM
investasi wilayah IV wilayah IV (perusahaan) Jawa Timur, Provinsi Luar Jawa dan 31 Smelter
Maluku, Provinsi Maluku
Utara, Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Provinsi
Nusa Tenggara Timur,
Provinsi Papua, Provinsi
Papua Barat, Pusat
A.1.108
Fasilitasi rencana proyek Jumlah Fasilitasi Rencana Proyek 10,0 12,0 12,0 12,0 12,0 2,8 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
penanaman modal di bidang Penanaman Modal di Bidang Industri Luar Jawa dan 31 Smelter
Industri Agribisnis dan Sumber Agribisnis dan Sumber Daya Alam
Daya Alam Lainnya Lainnya yang terfasilitasi (proyek)
Evaluasi Rencana Strategis BKPM Jumlah Dokumen Evaluasi Rencana 1,0 1,0 1,0 1,0 2,3 Pusat BKPM
Strategis BKPM (dokumen evaluasi)
Penyusunan Investment Project Jumlah profil proyek Investment Project 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 12,5 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
Ready to Offer (IPRO) di bidang Ready to Offer (IPRO) di bidang Industri Luar Jawa dan 31 Smelter
Industri Agribisnis dan Sumber Agribisnis dan Sumber Daya Alam
Daya Alam Lainnya Lainnya (profil proyek)
Fasilitasi rencana penanaman Jumlah Proyek di Sektor Industri 6,0 7,0 7,0 8,0 8,0 3,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub BKPM
modal di bidang industri Manufaktur yang terfasilitasi (proyek) Sektor Prioritas : Makanan
manufaktur dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Fasilitasi rencana penanaman Jumlah Workshop Penyusunan Rencana 4,0 4,0 4,0 5,0 5,0 6,1 Daerah di 34 Provinsi BKPM
modal di daerah Umum Penanaman Modal (RUPM)
Kepada Provinsi dan Kabupaten/Kota
(kegiatan)
Evaluasi pelaksanaan Rencana Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan 20,0 24,0 28,0 32,0 36,0 2,8 Daerah di 34 Provinsi BKPM
Umum Penanaman Modal Rencana Umum Penanaman Modal
(RUPMP/RUPMK) (RUPM) Provinsi dan Kabupaten/Kota
(daerah)
Penyusunan Investment Project Jumlah Profil Proyek Investment Project 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 6,1 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub BKPM
Ready to Offer (IPRO) di bidang Ready to Offer (IPRO) di bidang Industri Sektor Prioritas : Makanan
Industri Manufaktur Manufaktur (profil proyek) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.109
Fasilitasi Proyek Strategis di Bidang Jumlah Proyek Prioritas Pemerintah yang 7,0 8,0 9,0 10,0 10,0 17,1 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
Jasa dan Kawasan Terfasilitasi (proyek) Luar Jawa dan 31
Smelter;
10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Percepatan Pelaksanaan Berusaha Jumlah Fasilitasi Percepatan 5,0 6,0 7,0 7,0 7,0 2,9 Daerah di 34 Provinsi 9 Kawasan Industri di BKPM
di Bidang Jasa dan Kawasan Pelaksanaan Berusaha di Bidang Jasa Luar Jawa dan 31
dan Kawasan (kawasan) Smelter;
10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Percepatan Pengembangan jumlah Fasilitasi Percepatan 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 10,6 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
Destinasi Pariwisata Prioritas Pengembangan Destinasi Pariwisata Luar Jawa dan 31
Prioritas (proyek) Smelter;
10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Fasilitasi rencana investasi proyek Jumlah fasilitasi percepatan 5,0 7,0 7,0 8,0 8,0 11,9 Pusat BKPM
Kerjasama Pemerintah dan Badan pelaksanaan proyek KPBU (proyek)
Usaha (KPBU)
A.1.110
Fasilitasi rencana proyek Jumlah fasilitasi percepatan 10,0 10,0 10,0 12,0 12,0 7,9 Pusat BKPM
penanaman modal di bidang pelaksanaan proyek infrastruktur
infrastruktur (proyek)
Analisis Strategik Penanaman Modal Jumlah kajian analisis strategik 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,3 Pusat BKPM
Berbasis Infrastruktur 2020-2024 penanaman modal berbasis infrastruktur
(kajian)
Penyusunan Investment Project Jumlah profil proyek Investment Project 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 14,1 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
Ready to Offer (IPRO) di bidang Ready to Offer (IPRO) di bidang Luar Jawa dan 31 Smelter
Infrastruktur Infrastruktur (profil proyek)
Pelaksanaan Tata Kelola Sistem Jumlah dokumen tata kelola sistem 8,0 10,0 10,0 12,0 12,0 14,7 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
Perizinan Berusaha Terintegrasi perizinan berusaha terintegrasi secara Luar Jawa dan 31
Secara Elektronik elektronik (SOP) Smelter;
10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Pelaksanaan Integrasi Sistem Jumlah Inventarisasi, Sinkronisasi dan 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 20,8 Daerah di 34 Provinsi 9 Kawasan Industri di BKPM
Perizinan Berusaha Terintegrasi Koordinasi Integrasi Sistem Perizinan Luar Jawa dan 31
Secara Elektronik Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Smelter;
di Pusat dan Daerah (KL/D) 10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
A.1.111
Pengembangan sistem Perizinan Jumlah Pengembangan Sistem Perizinan 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 39,5 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
Berusaha Terintegrasi Secara Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Luar Jawa dan 31
Elektronik (paket) Smelter;
10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Implementasi Perizinan Berusaha Jumlah Implementasi Perizinan Berusaha 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 44,0 Daerah di 34 Provinsi 9 Kawasan Industri di BKPM
Terintegrasi Secara Elektronik Terintegrasi Secara Elektronik (KL/D) Luar Jawa dan 31
Smelter;
10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Analisa dan Evaluasi Kebijakan Jumlah kajian analisa kebijakan 7,0 9,0 9,0 11,0 11,0 15,0 pusat Industri 4.0 di 5 Sub KPPU
Pemerintah persaingan (kajian) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Advokasi Persaingan Usaha Jumlah advokasi persaingan usaha 15,0 15,0 16,0 17,0 18,0 10,9 pusat Industri 4.0 di 5 Sub KPPU
(advokasi) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.112
Harmonisasi Kebijakan Persaingan Jumlah kebijakan daerah yang harmonis 18,0 20,0 20,0 20,0 24,0 19,0 Sumut, Kepri, Kaltim, Industri 4.0 di 5 Sub KPPU
Daerah dengan nilai persaingan usaha sehat Jabar, Jatim, Sulsel Sektor Prioritas : Makanan
(kebijakan daerah) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Fasilitasi Investasi pada Sektor Jumlah Perusahaan yang terfasilitasi 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 17,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Industri Barang Galian Non Logam (Perusahaan) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Penyusunan Rekomendasi Jumlah rekomendasi yang ditindak 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 24,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Kebijakan Dalam Rangka lanjuti (Rekomendasi) Sektor Prioritas : Makanan
Mendorong Iklim Investasi Industri dan Minuman, Tekstil dan
Minuman Hasil Tembakau dan Pakaian Jadi, Otomotif,
Bahan Penyegar Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Harmonisasi Kebijakan untuk Jumlah Kebijakan yang - 2,0 3,0 3,0 4,0 11,9 Pusat Kemenperin
Mendorong Ekspor dan Investasi Diharmonisasikan (Jumlah Kebijakan)
Penyusunan dan Monitoring Surat Jumlah surat saran pertimbangan KPPU 10,0 10,0 10,0 12,0 12,0 0,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub KPPU
Saran kepada K/L/D (surat saran Sektor Prioritas : Makanan
pertimbangan) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Penyusunan bahan kajian terkait Jumlah bahan kajian terkait pengaturan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2,5 Pusat BKPM
pengaturan Outward Investment Outward Investment (paket)
Perusahaan di kawasan industri Jumlah perusahaan di kawasan industri 8.000,0 8.400,0 8.820,0 9.261,0 9.724,1 62,0 34 provinsi KemenNaker
yang menerapkan norma kerja dan yang menerapkan norma kerja dan
jamsos tenaga kerja jamsos tenaga kerja (perusahaan)
Koordinasi Kebijakan Cipta Ditetapkannya Undang - undang dan 1 UU dan 1 - - - - 15,0 Pusat Kemenko
Lapangan Kerja Naskah Akademik UU Cipta Lapangan Naskah Perekonomian
Kerja (UU / Naskah Akademik) Akademik
Terselesaikannya Peraturan Pelaksana 15,0 - - - - 0,0 Pusat Kemenko
Undang-undang Cipta Lapangan Kerja Perekonomian
(Peraturan Perundang-undangan)
Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 0,0 Pusat Kemenko
Pelaksanaan Undang-undang Cipta Perekonomian
Lapangan Kerja (Paket Rekomendasi)
Koordinasi Kebijakan Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 5,0 Pusat Kemenko
Pengembangan Ekosistem Pengembangan Ekosistem Perekonomian
Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan (Paket Rekomendasi)
KP : Pengembangan industri halal Kawasan Industri yang difasilitasi 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 75,7
(Jumlah Kawasan Industri)
ProP : Pengembangan Infrastruktur 75,7
Industri Halal
Fasilitasi Kawasan Industri Tematik Kawasan Industri yang difasilitasi 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 4,0 Pusat Kemenperin
(Jumlah Kawasan Industri)
Daerah Tertib Ukur Jumlah Daerah Tertib Ukur (Daerah 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 16,2 Pusat Kemendag
Tertib Ukur)
Pengawasan Kemetrologian Pengawasan Kemetrologian (Unit) 15.000,0 15.000,0 15.000,0 15.000,0 15.000,0 55,6 Pusat Kemendag
PP : Peningkatan ekspor bernilai tambah Pertumbuhan ekspor barang dan jasa 3,9 4,2 4,8 5,5 6,2 12.112,3
tinggi dan penguatan Tingkat Kandungan (Persen)
Dalam Negeri (TKDN)
Pelatihan dan pendampingan ekspor Jumlah IKM yang mendapatkan 20,0 30,0 40,0 40,0 40,0 24,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
IKMKimia, Sandang, Kerajinan, dan pelatihan (IKM) Sektor Prioritas : Makanan
Industri Aneka dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pelatihan dan pendampingan ekspor Jumlah IKM yang mendapatkan 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 24,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
IKM Logam, Mesin, Elektronika, dan pelatihan (IKM) Sektor Prioritas : Makanan
Alat Angkut dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
KUMKM yang difasilitasi (KUMKM) 400,0 500,0 525,0 551,0 579,0 32,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemen KUKM
standarisasi mutu dan sertifikasi Sektor Prioritas : Makanan
produk untuk ekspor dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
ProP : Peningkatan Nilai Tambah 511,4
Produk Ekspor dan Jasa
Layanan Pengujian Mutu Barang Jumlah contoh/sampel yang diuji mutu 4.500,0 4.600,0 4.700,0 4.800,0 4.900,0 57,4 DKI Jakarta Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
barang (Contoh) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Layanan Pembinaan Jabatan Jumlah pejabat fungsional penguji mutu 150,0 150,0 150,0 150,0 150,0 12,2 DKI Jakarta Kemendag
Fungsional Penguji Mutu Barang barang yang diberikan pembinaan
(orang)
Pemantauan Mutu BOKOR Jumlah pemantauan mutu bokor 6,0 7,0 8,0 9,0 10,0 15,1 Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
(Komoditi) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Layanan Kalibrasi Jumlah sertifikat/sampel yang diuji 7.100,0 7.120,0 7.140,0 7.160,0 7.180,0 20,3 DKI Jakarta Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
layanan kalibrasi (Sertifikat) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.116
Layanan Sertifikasi Jumlah layanan sertifikasi (Sertifikat) 169,0 179,0 189,0 199,0 209,0 13,1 DKI Jakarta Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Peningkatan Peran Indonesian Jumlah desain produk yang 70,0 80,0 90,0 100,0 110,0 55,1 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Design Development Center dikembangkan melalui IDDC (Produk) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Fasilitasi Pengembangan produk Jumlah produk ekspor yang diberikan 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 16,1 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Ekspor fasilitasi pengembangan produk (Produk) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pengembangan Produk Ekspor Jasa Jumlah produk ekspor sektor jasa dan 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0 50,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
dan Ekonomi Kreatif ekonomi kreatif yang dikembangkan Sektor Prioritas : Makanan
(Produk) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Jumlah pendidikan dan pelatihan ekspor 119,0 124,0 129,0 134,0 139,0 70,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
(Angkatan) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Export Coaching Program Jumlah peserta export coaching program 125,0 150,0 175,0 200,0 225,0 26,4 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
(Peserta) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Fasilitasi Kebijakan Peningkatan Jumlah fasilitasi kebijakan peningkatan 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 26,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Hilirisasi Ekspor Produk Pertanian nilai tambah ekspor produk pertanian Sektor Prioritas : Makanan
dan Kehutanan dan kehutanan (Paket) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.117
Fasilitasi Promosi dan Diklat kepada Jumlah UKM yang diberikan fasilitasi 500,0 550,0 600,0 650,0 700,0 99,4 Pusat Kemendag
UKM promosi dan diklat (UKM)
Kebijakan Ekspor Produk Industri Jumlah Peraturan Menteri terkait ekspor 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 10,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
produk industri (Permendag) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Fasilitasi peningkatan hilirisasi Jumlah fasilitasi kebijakan dan kegiatan 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 26,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
ekspor produk perindustrian dan peningkatan nilai tambah ekspor produk Sektor Prioritas : Makanan
pertambangan berteknologi tinggi industri dan pertambangan (Paket) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Layanan Standardisasi dan Layanan Standardisasi dan 7.500,0 7.500,0 7.500,0 7.500,0 7.500,0 11,5 DKI Jakarta Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Pengendalian Mutu Pengendalian Mutu (Nomor Pendaftaran) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
KP : Peningkatan akses dan Jumlah negara tujuan ekspor (Negara) 219,0 220,0 221,0 222,0 223,0 2.343,6
pendalaman pasar ekspor
Share ekspor produk Indonesia di 0,8 1,3 1,8 2,3 2,8
kawasan Afrika, Amerika Selatan, dan
Eropa Timur (Persen)
Share ekspor produk Indonesia di 3,0 3,3 3,6 3,9 4,2
pasar tradisional (Persen)
ProP : Peningkatan Pangsa Pasar 975,7
Produk Indonesia
Pusat Promosi Ekspor Dalam dan Jumlah pusat promosi ekspor dalam dan 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 40,9 Sydney, Jeddah, Lagos, Kemendag
Luar Negeri luar negeri (Pusat promosi) Hongkong, Skow,
Nunukan, Atambua
Penyebaran Informasi dan Analisa Jumlah informasi dan analisa pasar 6,0 10,0 15,0 20,0 25,0 41,4 Pusat Kemendag
Pasar Ekspor Negara Mitra Dagang ekspor negara mitra dagang utama
Utama (Laporan Intel Bisnis)
Penyebaran Informasi dan Analisa Jumlah informasi dan analisa pasar 4,0 7,0 10,0 15,0 20,0 27,9 Pusat Kemendag
Pasar Ekspor Negara Mitra Dagang ekspor negara mitra dagang di kawasan
di Kawasan Timur Tengah, Afrika, Timur Tengah, Afrika, Amerika Selatan
Amerika Selatan dan Eropa Timur dan Eropa Timur (Laporan Intel Bisnis)
A.1.118
Layanan Customer Service Center ( Jumlah export helpdesk (Kegiatan) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 19,5 Pengumpulan data 9 Kawasan Industri di Kemendag
Export helpdesk) Online/Ofline dilakukan di Luar Jawa dan 31 Smelter
daerah(Jateng, Bangka
Belitung, Sumatera
Selatan, Jawa Timur,
Banten, Sulawesi Selatan,
Jawa Barat, Kalimantan
Selatan, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, NTT,
Sulawesi Utara, Lampung,
Kalimantan Tengah,
Kalimantan Utara, Maluku)
Pengembangan market place Jumlah Layanan Market Place (Market 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 25,0 Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
berorientasi ekspor Place) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Promosi Dagang dan Misi Dagang ke Jumlah promosi dan misi dagang ke 11,0 15,0 20,0 25,0 30,0 101,0 Amerika Serikat, Eropa Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Negara Mitra Dagang Utama negara mitra dagang utama (Kegiatan Barat, Vietnam, Jepang, Sektor Prioritas : Makanan
promosi) Australia dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Promosi Dagang dan Misi Dagang ke Jumlah promosi dan misi dagang ke 4,0 10,0 15,0 20,0 25,0 138,8 Timur Tengah, Afrika, Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Kawasan Timur Tengah, Afrika, negara mitra dagang di kawasan Timur Amerika Selatan, Eropa Sektor Prioritas : Makanan
Amerika Selatan dan Eropa Timur Tengah, Afrika, Amerika Selatan dan Timur dan Minuman, Tekstil dan
Eropa Timur (Kegiatan promosi) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Kegiatan Pencitraan Jumlah kegiatan pencitraan (Kegiatan) 11,0 11,0 11,0 11,0 11,0 27,5 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemendag
Luar Jawa dan 31 Smelter
Promosi Produk dan Jasa Potensi Jumlah Promosi Produk dan Jasa Potensi 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 67,1 Jakarta, Surabaya Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Ekspor di Dalam Negeri dan Trade Ekspor di Dalam Negeri dan Trade Expo Sektor Prioritas : Makanan
Expo Indonesia Indonesia (Promosi) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.119
Kesepakatan Kerjasama Jumlah Kesepakatan Kerjasama 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 12,6 Swiss, Amerika Serikat, Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Pengembangan Ekspor Pengembangan Ekspor (MOU) RRT, Jakarta, Bali, Sektor Prioritas : Makanan
Yogyakarta, Jawa Barat dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Aktivasi Kerjasama Pengembangan Jumlah kerjasama pengembangan 750,0 770,0 790,0 810,0 830,0 16,8 Jateng, Jatim, Kaltim, 9 Kawasan Industri di Kemendag
Ekspor ekspor (Pelaku usaha) Sumut, Sumsel, Bali Luar Jawa dan 31 Smelter
Pengembangan Kerjasama Ekspor Jumlah kerjasama pengembangan 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 3,2 Jabar, Banten 9 Kawasan Industri di Kemendag
Sektor Jasa ekspor sektor jasa (Rekomendasi) Luar Jawa dan 31 Smelter
Monitoring dan Evaluasi Jumlah kegiatan monitoring dan evaluasi 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 7,0 Sulsel, NTT, Kalbar, Jabar, Kemendag
Implementasi Kerja Sama implementasi kerja sama (Kegiatan) Yogya, Jatim
Peningkatan Pengamanan dan (Submisi) 29,0 31,0 33,0 35,0 37,0 54,9 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemendag
Perlindungan Akses Pasar Luar Jawa dan 31 Smelter
Informasi Standar Mitra Tujuan Jumlah informasi standar mitra tujuan 10,0 11,0 12,0 13,0 14,0 4,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Ekspor ekspor (Mitra) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Peningkatan Pengamanan dan Jumlah pengamanan dan perlindungan 29,0 31,0 33,0 35,0 37,0 54,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Perlindungan Akses Pasar akses pasar (Submisi) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Buyer Inquiry Jumlah buyer inquiry (inquiry) 9,0 12,0 15,0 18,0 21,0 75,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.120
Market Intelligence dan Co Working Jumlah Market Intelligence dan Co 21 Martel dan 22 Martel dan 23 Martel dan 24 Martel dan 25 Martel dan 168,0 Canberra, Sydney, Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Space di Pasar Potensial Working Space (Paket) 5 Co Working 6 Co Working 7 Co Working 8 Co Working 9 Co Working Singapore, KL, Bangkok, Sektor Prioritas : Makanan
Space Space Space Space Space Manila, Hanoi, Hongkong, dan Minuman, Tekstil dan
Taiwan, Shanghai, Beijing, Pakaian Jadi, Otomotif,
Seoul, Busan, Osaka, Elektronik, Kimia dan
Tokyo, Chenai, New Delhi, Farmasi
Dubai, Riyadh, Jedah,
Kairo, Johanesburg, Lagos,
Moscow, Budapest, Roma,
Barcelona, Madrid, Milan,
Lyon, Jenewa, Paris,
London, Denhag, Brussel,
Hamburg, Berlin,
Copenhagen, Santiago, Sao
Paolo, Mexico, LA,
Vancouver, Chicago,
Washington, Ottawa
Promosi dan Pemasaran Luar Negeri (KUMKM) 140,0 200,0 210,0 221,0 232,0 63,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemen KUKM
Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Fasilitasi Peningkatan Akses Pasar Negara 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,6 Pusat Kemendag
Melalui Skema Imbal Dagang
Penghargaan Pelaku Ekspor Jumlah Pelaku Usaha yang diberi 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0 17,5 Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
penghargaan dan fasilitas (Pelaku Sektor Prioritas : Makanan
Usaha) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Koordinasi Kebijakan Bidang Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2,5 Pusat Kemenko
Peningkatan Ekspor yang Bernilai Bidang Peningkatan Ekspor yang Perekonomian
Tambah Tinggi Bernilai Tambah Tinggi (Paket
Rekomendasi)
ProP : Fasilitasi Ekspor 503,6
A.1.121
Pendampingan dan Fasilitasi Ekspor Jumlah Pelaku Ekonomi Kreatif yang 1.500,0 1.650,0 1.775,0 1.450,0 1.250,0 141,2 Kabupaten/kota di 34 Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
untuk Pelaku/Usaha Kreatif mendapat Pendampingan dan Fasilitasi provinsi Sektor Prioritas : Makanan
Ekspor (Orang/usaha) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Kerjasama yang Berkontribusi Jumlah Kerjasama yang Berkontribusi 10,0 10,0 12,0 10,0 9,0 51,3 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
terhadap Peningkatan Ekspor terhadap Peningkatan Ekspor Ekonomi Sektor Prioritas : Makanan
Ekonomi Kreatif Kreatif (Kerjasama) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Produk Ekonomi Kreatif yang Jumlah Produk Ekonomi Kreatif yang 32,0 34,0 40,0 30,0 28,0 231,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
Difasilitasi Difasilitasi Roadshow/Pameran/Platform Sektor Prioritas : Makanan
Roadshow/Pameran/Platform E- E-Commerce di Luar Negeri (Produk) dan Minuman, Tekstil dan
Commerce di Luar Negeri Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Layanan Fasilitasi Ekspor dan Jumlah layanan fasilitasi ekspor dan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 10,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Impor Melalui Inatrade impor melalui Inatrade (Layanan) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Fasilitasi Penerbitan Surat Jumlah Skema Fasilitasi Perdagangan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 8,3 DI Aceh, Sumut, Sumbar, 9 Kawasan Industri di Kemendag
Keterangan Asal (SKA) dan Skema dan Ketentuan Asal Barang Ekspor Riau, Kepri, Jambi, Luar Jawa dan 31 Smelter
Perdagangan dan Ketentuan Asal Indonesia dan Fasilitasi Perdagangan Sumsel,
Barang Ekspor Indonesia Lainnya (Skema) Bengkulu,Lampung,
Bangka Belitung, Banten,
DKI Jakarta, Jabar,
Jateng, Jatim, DIY, Kalbar,
Kalteng, Kaltim, Kalsel,
Bali, NTB, NTT, Sulsel,
Sulteng, Sulbar, Gorontalo,
Sulut, Sultra, Maluku,
Maluku Utara, Papua,
Papua Barat
A.1.122
Layanan Fasilitasi Ekspor dan Jumlah Layanan Fasilitasi Ekspor dan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 6,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Impor melalui Fasilitasi Pembiayaan Impor melalui Fasilitasi Pembiayaan Sektor Prioritas : Makanan
Perdagangan Perdagangan (Laporan) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Dukungan terhadap Implementasi Jumlah layanan KNFP (Layanan) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 13,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Fasilitasi Perdagangan (KNFP) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Fasilitasi Ekspor dan Impor di 20,0 31,0 31,0 31,0 38,0 Pusat Integrasi Pelabuhan Kemendag
Wilayah Perbatasan dan Sentra Perikanan dan Fish
Kelautan dan Perikanan Market Bertaraf
Terpadu(SKPT) Internasional
Koordinasi Kebijakan Bidang Tersusunnya Kebijakan Bidang Fasilitasi 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2,5 Pusat Kemenko
Fasilitasi Perdagangan dan Perdagangan dan Penyederhanaan Tata Perekonomian
Penyederhanaan Tata Niaga Niaga Perdagangan Internasional (Paket
Perdagangan Internasional Rekomendasi)
Fasilitasi Peningkatan Ekspor Terfasilitasinya Industri Agro dalam temu 60,0 60,0 65,0 65,0 65,0 28,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Produk Industri Berbasis Agro bisnis dan promosi dalam skala Sektor Prioritas : Makanan
Melalui Temu Bisnis dan Promosi internasional (Perusahaan ) dan Minuman, Tekstil dan
Pada Pameran Berskala Pakaian Jadi, Otomotif,
Internasional Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Quick Wins Peningkatan Ekspor Jumlah industri yang mendapatkan 2,0 2,0 Pusat Kemenperin
Produk (Komoditas) Prioritas Sektor pendampingan (Industri)
ILMATE
Fasilitasi Industri permesinan dan Jumlah industri yang difasilitasi ekspor 5,0 7,0 8,0 8,0 19,8 Pusat Kemenperin
alat mesin pertanian yang (Industri)
berkontribusi dalam peningkatan
ekspor
Pengembangan Industri dalam Jumlah industri yang mendapatkan 3,0 10,0 10,0 10,0 10,0 3,9 Pusat 9 Kawasan industri di Kemenperin
rangka Peningkatan Daya Saing dan pendampingan (Industri) luar Jawa dan 31 smelter
Produktivitas Industri Logam
Pengembangan Market Intelligence Rekomendasi Industrial dan Market 6,0 8,0 10,0 10,0 12,0 34,7 Pusat Kemenperin
Intelligence (Jumlah Rekomendasi Market
Intelligence)
Penilaian Akreditasi Laboratorium Jumlah akreditasi laboratorium (Penilaian 1.035,0 1.095,0 1.150,0 1.205,0 1.260,0 97,2 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub BSN
Akreditasi) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Laboratorium SNSU Jumlah Laboratorium yang terakreditasi 1,0 70,0 Serang Industri 4.0 di 5 Sub BSN
(Laboratorium) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Penilaian Akreditasi Lembaga Jumlah Lembaga Inspeksi dan sertifikasi 650,0 700,0 750,0 800,0 850,0 41,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub BSN
Inspeksi dan Lembaga Sertifikasi yang terakreditasi (Penilaian Akreditasi) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Sistem dan Skema Akreditasi Jumlah total skema dan sistem yang 14,0 15,0 16,0 17,0 18,0 14,5 Pusat BSN
dihasilkan pada tahun berjalan (Skema)
A.1.124
Sistem Informasi Standardisasi dan Jumlah Sistem Informasi Standardisasi 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 15,0 Pusat BSN
Penilaian Kesesuaian dan Penilaian Kesesuaian (Sistem)
Penelitian Standardisasi dan Jumlah total penelitian standardisasi dan 4,0 10,0 12,0 14,0 18,0 15,2 Pusat BSN
Penilaian Kesesuaian penilaian kesesuaian yang dihasilkan
pada tahun berjalan (Penelitian)
Roadmap Pengembangan SPK Jumlah dokumen roadmap yang 1,0 1,0 1,0 Pusat BSN
diselesaikan (Rekomendasi)
Pelatihan dan Pendidikan Jenis Pendidikan dan Pelatihanuntuk 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 35,9 Pusat BSN
Standardisasi dan Penilaian SDM standardisasi (Pendidikan dan
Kesesuaian pelatihan)
Pengembangan keahlian spesifik Jumlah Kegiatan pengembangan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 15,0 Pusat BSN
SPK bagi Standards Professionals keahlian spesifik SPK (Kegiatan
Indonesia pengembangan)
Skema Penerapan Standar Jumlah kebijakan penerapan SPK 275,0 375,0 480,0 600,0 725,0 14,1 Pusat BSN
berbasis penelitian (kebijakan/ Skema)
Regulasi di bidang Standardisasi Jenis Layanan di bidang standardisasi 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 4,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub BSN
dan Penilaian Kesesuaian dan penilaian kesesuaian (layanan) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Standar Nasional Satuan Ukuran Jumlah keterukuran yang dapat dipenuhi 62,0 62,0 65,0 65,0 65,0 110,1 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub BSN
Mekanika, Radiasi dan Biologi oleh SNSU Mekanika, Radiasi dan Biologi Sektor Prioritas : Makanan
(Kemampuan Pengukuran) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Standar Nasional Satuan Ukuran Jumlah keterukuran yang dapat dipenuhi 71,0 71,0 73,0 73,0 73,0 169,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub BSN
(SNSU) Termoelektrik dan Kimia oleh SNSU Termoelektrik dan Kimia Sektor Prioritas : Makanan
(Kemampuan Pengukuran) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Koordinasi Kebijakan Peningkatan Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 3,5 Pusat Kemenko
Industri Berorientasi Ekspor Peningkatan Industri Berorientasi Ekspor Perekonomian
(Paket Rekomendasi)
Koordinasi Kebijakan Peningkatan Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 3,0 Pusat Kemenko
Industri Substitusi Impor Peningkatan Industri Substitusi Impor Perekonomian
(Paket Rekomendasi)
A.1.125
Pengembangan Produk Kimia, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 37,7 38,5 39,2 40,0 40,8 15,1 Pusat Kemenperin
Sandang, Kerajinan, dan Industri (Rerata Tertimbang) (Persen)
Aneka Dalam Negeri
Pengembangan Produk Logam, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 37,7 38,5 39,2 40,0 40,8 15,1 Pusat Kemenperin
Mesin, Elektronika, dan Alat Angkut (Rerata Tertimbang) (Persen)
Dalam Negeri
Peningkatan Ketahanan dan Iklim Rekomendasi kebijakan teknis dalam 7,0 10,0 10,0 11,0 12,0 16,1 Pusat Kemenperin
Usaha Industri meningkatkan ketahanan dan iklim
usaha industri (Jumlah Rekomendasi)
Fasilitasi dan pendampingan Industri Dalam Negeri (IDN) yang 12,0 12,0 13,0 14,0 15,0 13,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
peningkatan daya tahan industri didampingi (Jumlah IDN) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Promosi Event Pariwisata Daerah Di Jumlah Promosi Event Pariwisata Daerah 89,0 89,0 89,0 89,0 89,0 246,4 pusat Kemenparekraf
Destinasi Prioritas dan Destinasi Di Destinasi Prioritas dan Destinasi
Branding Branding (Event)
KP : Peningkatan Kandungan dan Pertumbuhan jumlah produk dalam 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 100,5
Penggunaan Produk Dalam Negeri negeri dalam pengadaan barang/jasa
termasuk Melalui Pengadaan pemerintah (Persen)
Pemerintah yang Efektif
ProP : Pengembangan sistem 100,5
katalog
Persentase nilai capaian Rekomendasi penggunaan produk dalam 1 1 1 1 1 27,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
penggunaan produk dalam negeri negeri dalam pengadaan barang dan Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Sektor Prioritas : Makanan
dalam pengadaan barang dan jasa jasa pemerintah (rekomendasi ) dan fasilitasi dan fasilitasi dan fasilitasi dan fasilitasi dan fasilitasi dan Minuman, Tekstil dan
pemerintah 250 sertifikat 850 sertifikat 950 sertifikat 1150 sertifikat 1200 sertifikat Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Kontrak Katalog Lokal/ Sektoral Jumlah Kontrak Katalog Lokal/Sektoral 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 20,2 Pusat LKPP
(Kontrak Katalog Lokal dan daerah
/Sektoral)
Pengembangan Produk yang Masuk Jumlah Produk yang tersedia dalam e- 125.000,0 150.000,0 175.000,0 200.000,0 225.000,0 12,8 Pusat LKPP
e-catalogue catalogue (Produk)
Proses Bisnis Pembelian Langsung Jumlah Dokumen Proses Bisnis 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 39,8 Pusat LKPP
Secara Elektronik Pembelian Langsung Secara Elektronik
(Dokumen)
KP : Peningkatan Partisipasi dalam Jumlah sektor prioritas yang 3,0 4,0 4,0 5,0 5,0 350,4
Jaringan Produksi Global difasilitasi investasi dalam jaringan
produksi global (Sektor)
A.1.127
Fasilitasi industri komponen Jumlah industri komponen yang 1,0 2,0 2,0 2,0 2,0 15,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
difasilitasi (Industri komponen yang Sektor Prioritas : Makanan
terfasilitasi) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Penyusunan Kebijakan Jumlah Rekomendasi Kebijakan 2,0 3,0 Pusat Kemenperin
Pengembangan Industri Permesinan (Dokumen Kebijakan)
dan Alat Mesin Pertanian
Penyusunan Peta Jalan Jumlah Dokumen Peta Jalan (Peta Jalan) 2,0 6,0 Pusat Kemenperin
Pengembangan Industri Permesinan
dan Alat Mesin Pertanian
Penyusunan Profil Investasi Industri Industri Logam yang berkontribusi pada 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 19,3 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemenperin
Logam Dasar Non-Besi peningkatan nilai tambah, peningkatan Luar Jawa dan 31 Smelter
ekspor dan subtitusi impor (Industri yang
Terbangun)
Fasilitasi investasi dalam Global Jumlah kesepakatan industri dalam 10,0 2,0 2,0 2,0 2,0 91,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Value Chain jaringan produksi global (Jumlah Sektor Prioritas : Makanan
Kesepakatan) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pendampingan investasi Jumlah perusahaan multinasional 2,0 3,0 3,0 4,0 5,0 12,9 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemenperin
perusahaan Multinasional (Jumlah perusahaan multinasional) Luar Jawa dan 31 Smelter
Peningkatan kemitraan dalam Jumlah Industri yang difasilitasi (Jumlah - 10,0 10,0 10,0 10,0 11,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Global Value Chain Perusahaan) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Peningkatan utilisasi tarif preferensi Utilisasi Tarif Preferensi FTA/PTA/EPA 30 35 40 45 50 32,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
FTA/PTA/EPA (Persentase) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.129
Penyusunan Profil Investasi Sektor Tersedianya Profil Investasi (Profile 3,0 12,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Industri Maritim, Alat Transportasi Investasi Project ) Sektor Prioritas : Makanan
dan Alat Pertahanan dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Implementasi Pilot Project Jumlah Pilot Project yang dikembangkan 1,0 6,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Pengembangan AMMDES (Pilot Project) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
KP : Peningkatan Citra dan Jumlah wisatawan mancanegara 18,0 19,0 20,0 21,0 22,3 4.752,3
Diversifikasi Pemasaran Destinasi (8.9.1(a)) (Juta orang)
Pariwisata Prioritas dan Destinasi
Branding, dan Produk Kreatif
Nilai ekspor ekonomi kreatif (USD 21,5-22,6 22,25-23,4 23-24,2 23,75-25 24,5
miliar)
ProP : Branding Wonderful 1.739,6
Indonesia
Publikasi Destinasi Prioritas dan Jumlah Publikasi Destinasi Prioritas dan 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 361,7 Pusat Kemenparekraf
Destinasi Branding melalui Media Destinasi Branding melalui Media
Elektronik Elektronik (Media)
Publikasi Destinasi Prioritas dan Jumlah Publikasi Destinasi Prioritas dan 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 134,3 Pusat Kemenparekraf
Destinasi Branding melalui Media Destinasi Branding melalui Media Cetak
Cetak (Media)
Publikasi Destinasi Prioritas dan Jumlah Publikasi Destinasi Prioritas dan 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 442,4 Pusat Kemenparekraf
Destinasi Branding melalui Media Destinasi Branding melalui Media Ruang
Ruang (Media)
Publikasi Destinasi Prioritas dan Jumlah Publikasi Destinasi Prioritas dan 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 801,2 Pusat Kemenparekraf
Destinasi Branding melalui Media Destinasi Branding melalui Media Digital
Digital (Media)
ProP : Pendalaman Pasar 2.354,3
Tradisional dan Diversifikasi
Pemasaran ke Pasar Baru
Pameran Wisata Destinasi Prioritas Jumlah Pameran Wisata Destinasi 26,0 26,0 26,0 26,0 26,0 702,2 Pusat Kemenparekraf
dan Destinasi Branding Prioritas dan Destinasi Branding
(Pameran)
Misi Penjualan Destinasi Prioritas Jumlah Misi Penjualan Destinasi Prioritas 28,0 28,0 28,0 28,0 28,0 265,1 Pusat Kemenparekraf
dan Destinasi Branding dan Destinasi Branding (Misi Penjualan)
A.1.130
Perjalanan Wisata Pengenalan Jumlah Perjalanan Wisata Pengenalan 1.415,0 1.415,0 1.415,0 1.415,0 1.415,0 413,6 Pusat Kemenparekraf
Destinasi Prioritas dan Destinasi Destinasi Prioritas dan Destinasi
Branding Branding (Orang)
Misi Penjualan bagi pelaku Industri Misi Penjualan bagi pelaku Industri MICE 24,0 24,0 24,0 24,0 24,0 107,4 Pusat Kemenparekraf
MICE (Misi Penjualan)
Kerjasama Pemasaran ke wilayah Jumlah Kerjasama Pemasaran ke 195.359,0 195.359,0 195.359,0 195.359,0 195.359,0 385,1 Pusat Kemenparekraf
yang dikerjasamakan dengan wilayah yang dikerjasamakan dengan
Maskapai dan Wholesaler Maskapai dan Wholesaler (Orang)
Kerjasama Pemasaran Terpadu Jumlah Kerjasama Pemasaran Terpadu 31,0 31,0 31,0 31,0 31,0 326,3 Pusat Kemenparekraf
Dengan Maskapai, Ferry dan Dengan Maskapai, Ferry dan
Wholesaler/Tour Operator Wholesaler/Tour Operator (Kerjasama)
International MICE Bidding Jumlah International MICE Bidding 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 76,5 Pusat Kemenparekraf
(Forum)
Promosi Wisata Gastronomi Jumlah Promosi Wisata Gastronomi 76,6 Pusat Kemenparekraf
(Kegiatan)
Partisipasi Indonesia dalam Promosi Perekonomian Maluku Utara 2,0 - - - - 1,5 Kemenlu
Peringatan 500 Tahun Perjalanan melalui Partisipasi pada Peringatan 500
Mengelilingi Bumi (Circumnavigation) Tahun Perjalanan Mengelilingi Bumi
oleh Magellan (Circumnavigation) (Dokumen)
ProP : Perluasan Pemasaran Produk 145,5
Kreatif, termasuk Melalui e-
commerce
Pelaku ekonomi kreatif yang Jumlah Pelaku ekonomi kreatif yang 2.050,0 2.100,0 2.350,0 2.000,0 1.950,0 145,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
mendapatkan fasilitasi promosi mendapatkan fasilitasi promosi dalam Sektor Prioritas : Makanan
dalam negeri (termasuk melalui negeri (Orang) dan Minuman, Tekstil dan
platform e-commerce dan event Pakaian Jadi, Otomotif,
promosi berkelas internasional Elektronik, Kimia dan
dalam negeri) Farmasi
ProP : Perluasan Diklat Manajemen 512,8
Usaha dan Pemasaran
Pelatihan pelaku kreatif terkait Jumlah Pelaku Ekonomi Kreatif yang 1.500,0 1.600,0 1.900,0 1.480,0 1.200,0 38,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
manajemen pemasaran dan mendapat Pelatihan manajemen Sektor Prioritas : Makanan
pemasaran online (e-commerce) pemasaran dan pemasaran online (e- dan Minuman, Tekstil dan
commerce) (Orang) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.131
Pendampingan akses permodalan Jumlah pelaku ekonomi kreatif yang 1.700,0 1.800,0 2.000,0 1.650,0 1.550,0 38,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
sektor Non Perbankan Modal mendapat Pendampingan akses Sektor Prioritas : Makanan
Ventura dan Dana Masyarakat permodalan sektor Non Perbankan Modal dan Minuman, Tekstil dan
Ventura dan Dana Masyarakat (Orang) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pelatihan akses permodalan Jumlah Pelaku Ekonomi Kreatif yang 1.500,0 1.600,0 1.750,0 1.450,0 1.350,0 46,2 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
ekonomi kreatif Sektor Perbankan mendapat pelatihan akses permodalan Sektor Prioritas : Makanan
(Orang) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
SDM Ekonomi Kreatif yang Jumlah SDM Ekonomi Kreatif yang 11.200,0 11.500,0 12.000,0 11.400,0 11.200,0 258,2 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
Diedukasi Diedukasi (Orang) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pelaku Ekonomi Kreatif yang Jumlah Pelaku Ekonomi Kreatif yang 5.000,0 5.400,0 5.875,0 5.300,0 5.000,0 131,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenparekraf
mendapatkan Fasilitasi Sertifikasi mendapatkan Fasilitasi Sertifikasi Profesi Sektor Prioritas : Makanan
Profesi Bidang Ekonomi Kreatif Bidang Ekonomi Kreatif (Orang) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
KP : Peningkatan efektivitas Jumlah negara akreditasi yang 90,0 92,0 94,0 96,0 98,0 3.309,6
Prefrential Trade Agreement mencapai target peningkatan nilai
(PTA)/Free Trade Agreement perdagangan dengan Indonesia
(FTA)/Comprehensive Economic (Negara)
Partnership Agreement (CEPA) dan
diplomasi ekonomi
Jumlah negara akreditasi yang 82,0 82,0 86,0 92,0 94,0
mencapai target peningkatan jumlah
wisatawan mancanegara ke Indonesia
(Negara)
Jumlah ratifikasi perjanjian 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
kerjasama ekonomi internasional
(Ratifikasi)
Jumlah promosi Tourism, Trade and 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0
Investment (TTI) terintegrasi
(Promosi terintegrasi)
PTA/FTA/CEPA yang disepakati 20 25 30 35 40
(kumulatif) (kumulatif) (kumulatif) (kumulatif) (kumulatif)
A.1.132
Tindak Lanjut Perundingan Jumlah tindak lanjut perundingan 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 7,3 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemendag
Perdagangan Internasional perdagangan internasional (Dokumen) Luar Jawa dan 31 Smelter
A.1.133
Peningkatan Akses Pasar Jasa di Jumlah kegiatan perundingan penurunan 40,0 42,0 44,0 46,0 48,0 33,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Pasar hambatan akses pasar sektor jasa di Sektor Prioritas : Makanan
negara mitra (Dokumen) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Koordinasi Perundingan Bidang Jumlah dokumen koordinasi perundingan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 20,4 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Jasa bidang jasa (Dokumen) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Penyusunan Statistik, dan Roadmap Jumlah dokumen Statistik, dan Roadmap 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 41,3 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
serta Dokumen Daya Saing di serta Dokumen Daya Saing di Bidang Sektor Prioritas : Makanan
Bidang Jasa Jasa (Dokumen) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Peningkatan Akses Pasar Barang Jumlah kegiatan perundingan penurunan 29,0 31,0 33,0 35,0 29,0 41,3 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Olahan di Fora Multilateral hambatan akses pasar barang olahan di Sektor Prioritas : Makanan
Fora Multilateral (Dokumen) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pengamanan Kebijakan Jumlah kegiatan Pengamanan Kebijakan 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 6,7 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemendag
Perdagangan Nasional Dan Akses Perdagangan Nasional Dan Akses Pasar Luar Jawa dan 31 Smelter
Pasar Di Fora Multilateral Di Fora Multilateral (Laporan)
Peningkatan Akses Pasar Barang Jumlah kegiatan perundingan penurunan 110,0 115,0 120,0 125,0 110,0 56,3 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Olahan di Forum ASEAN dan Mitra hambatan akses pasar barang olahan di Sektor Prioritas : Makanan
ASEAN forum ASEAN dan Mitra ASEAN dan Minuman, Tekstil dan
(Dokumen) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pemahaman dan Pemanfaatan Jumlah diseminasi pemahaman dan 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 5,7 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemendag
Perundingan Perdagangan ASEAN pemanfaatan perundingan perdagangan Luar Jawa dan 31 Smelter
dan Mitra ASEAN ASEAN dan Mitra ASEAN (Laporan)
A.1.134
Peningkatan Akses Pasar Barang Jumlah kegiatan perundingan penurunan 90,0 100,0 110,0 120,0 100,0 75,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Olahan dan Jasa di negara mitra hambatan akses pasar barang olahan di Sektor Prioritas : Makanan
serta Kerja Sama Ekonomi dan Fora Bilateral (Dokumen) dan Minuman, Tekstil dan
Investasi Melalui Fora Bilateral Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Peningkatan Akses Pasar Barang Jumlah kegiatan perundingan penurunan 76,0 81,0 86,0 91,0 96,0 38,3 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Olahan di Forum APEC dan hambatan akses pasar barang olahan di Sektor Prioritas : Makanan
Organisasi Internasional forum APEC dan organisasi internasional dan Minuman, Tekstil dan
(Dokumen) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pengembangan Tata Aturan Jumlah laporan Pengembangan Tata 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 9,4 Pusat Kemendag
Eksternal yang Kondusif bagi Lalu Aturan Eksternal yang Kondusif bagi
Lintas Perdagangan RI Lalu Lintas Perdagangan RI (Laporan)
Penurunan Hambatan Akses Pasar Jumlah kegiatan perundingan penurunan 88,0 90,0 92,0 94,0 88,0 218,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Di Negara Mitra hambatan akses pasar di negara mitra Sektor Prioritas : Makanan
(Dokumen) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
ProP : Promosi Terintegrasi 2.442,5
Promosi penanaman modal dalam Jumlah Rencana Investasi melalui (Rp 2.386,5 (Rp 2.625,1 (Rp 2.887,6 (Rp 3.176,4 (Rp 3.494,0 137,8 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
forum internasional Kegiatan Pemasaran Investasi Triliun) Triliun) Triliun) Triliun) Triliun) Luar Jawa dan 31
berdasarkan sektor pendukung prioritas Smelter;
nasional (KEK, KI, Pariwisata, 10 Destinasi Pariwisata
Berorientasi Ekspor, Energi, Ketahanan Prioritas: Danau Toba
Pangan) (rencana investasi) Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
A.1.135
Penyelenggaraan Forum Jumlah minat investasi dalam kegiatan 800,0 800,0 800,0 800,0 800,0 47,8 Pusat 9 Kawasan Industri di BKPM
Internasional bekerjasama dengan Penyelenggaraan Forum Internasional Luar Jawa dan 31
Media Internasional bekerjasama dengan Media Internasional Smelter;
(minat investasi) 10 Destinasi Pariwisata
Prioritas: Danau Toba
Dskt, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-
Likupang, Wakatobi, Raja
Ampat, Bromo-Tengger-
Semeru, Bangka Belitung,
dan Morotai
Persiapan, Pelaksanaan dan Pasca Jumlah pelaksanaan WED 2020 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 330,5 Dubai Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Kegiatan, World Dubai Expo 2020 (Kegiatan promosi) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
CA Expo Nanning China dan Jumlah promosi terintegrasi (Pameran) 7,0 7,0 8,0 8,0 8,0 50,1 China, Jerman, Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Penugasan Pameran Terintegrasi Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
FTA Center Jumlah layanan FTA Center Piloting 903,0 910,0 910,0 910,0 903,0 70,1 Jakarta, Jateng, Maluku, Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
(Sebelum beralih ke export center) Sulsel, Sumut, Jabar Sektor Prioritas : Makanan
(Pelayanan) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pameran/Promosi dan Publikasi Jumlah Laporan Promosi yang dilakukan 1.800,0 1.850,0 1.900,0 1.950,0 2.000,0 1.764,4 Perwakilan RI Industri 4.0 di 5 Sub Kemenlu
(Laporan) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Partisipasi Industri Minuman Hasil Terciptanya posisi perundingan dalam 4,0 6,0 6,0 6,0 6,0 11,9 Pusat Kemenperin
Tembakau dan Bahan Penyegar kegiatan ACCSQ, CODEX, dan
Dalam Kegiatan ACCSQ, CODEX, Sidang/Forum Kerjasama lain (Posisi
Dan Sidang/Forum Kerjasama Runding)
Lainnya
A.1.136
Pilot Project Pendirian Export Center Jumlah Export Center di Daerah (Export 1,0 2,0 3,0 4,0 30,0 Medan, Bandung, Industri 4.0 di 5 Sub Kemendag
Center) Surabaya, Makassar Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
PP : Penguatan Pilar Pertumbuhan dan Kontribusi sektor jasa keuangan/PDB 4,2 4,3 4,3 4,4 4,4 197.732,7
Daya Saing Ekonomi (Persen)
Biaya logistik terhadap PDB (Persen) 23,2 22,2 21,1 20,1 18,0
Skema pembiayaan ekonomi kreatif Jumlah skema pembiayaan ekonomi - 1,0 1,0 1,0 1,0 26,9 Pusat Kemenparekraf
berbasis HKI kreatif berbasis HKI yang dikembangkan
(Skema)
ProP: Peningkatan Pengembangan 7,4
dan Pendalaman Pasar Keuangan
Pemerintah
Daerah yang mengelola pinjaman Jumlah daerah yang mengelola pinjaman 50,0 55,0 60,0 65,0 70,0 6,1 Pusat Kemendagri
daerah dan obligasi daerah secara daerah dan obligasi daerah secara
efektif dan efisien efektif dan efisien (Daerah)
Pengembangan Pembiayaan Proyek Kajian perubahan PP terkait 1,0 - - - - 0,6 Pusat Kemenkeu
Infrastruktur melalui Penerbitan pengembangan pembiayaan proyek
SBSN dengan Skema Investasi infrastruktur melalui penerbitan SBSN
Pemerintah dengan skema investasi pemerintah
(Draft perubahan PP)
A.1.137
Kajian Mengenai Dampak dan Rekomendasi kebijakan terkait dampak 1,0 - - - - 0,7 Pusat Kemenkeu
Kontribusi Sistem Jaminan Sosial dan kontribusi Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) terhadap Nasional (SJSN) terhadap pendalaman
Pendalaman Pasar Keuangan pasar keuangan (Rekomendasi
kebijakan)
KP : Optimalisasi Pemanfaatan Kontribusi ekonomi digital (Persen) 3,2 3,5 3,9 4,3 4,7 189.295,2
Teknologi Digital dan Industry 4.0
Nilai transaksi e-commerce (Rp 260,0 345,0 430,0 515,0 600,0
triliun)
Jumlah pelaku kreatif yang 8.500,0 9.000,0 10.100,0 8.500,0 7.500,0
difasilitasi infrastruktur TIK (Orang)
Pengoptimalan supply chain melalui Jumlah perusahaan yang teroptimalisasi 3,0 3,0 3,0 3,0 7,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
transformasi industri 4.0 di Industri supply chain di Industri minuman, hasil Sektor Prioritas : Makanan
Minuman, Hasil Tembakau dan tembakau dan bahan penyegar (industri ) dan Minuman, Tekstil dan
Bahan Penyegar Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Verifikasi Kebutuhan bahan baku Terverifikasinya kebutuhan bahan baku 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 25,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
industri pangan industri pangan (industri pangan) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Implementasi Rencana Aksi Dalam Industri Maritim, Alat Transportasi dan 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 23,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Rangka Penerapan Industri 4.0 Alat Pertahanan yang melakukan Sektor Prioritas : Makanan
Sektor Otomotif Melalui transformasi IR 4.0 (pilot project dan dan Minuman, Tekstil dan
Pendampingan dan Center of pendampingan terhadap perusahaan) Pakaian Jadi, Otomotif,
Excellence (Industri) Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Implementasi Rencana Aksi Dalam Industri Maritim, Alat Transportasi dan 6,0 7,0 8,0 9,0 10,0 11,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Rangka Penerapan Industri 4.0 Alat Pertahanan dengan Nilai INDI 3 Sektor Prioritas : Makanan
Sektor Otomotif Melalui Pilot Project (Kumulatif) (Industri) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Implementasi Rencana Aksi Dalam Industri Elektronika dan Telematika yang 5,0 8,0 9,0 9,0 10,0 26,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Rangka Penerapan Industri 4.0 melakukan transformasi IR 4.0 (pilot Sektor Prioritas : Makanan
Sektor Elektronika project dan pendampingan terhadap dan Minuman, Tekstil dan
perusahaan) (Industri) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Perluasan Akses Technopark ke Jumlah Tenant yang terfasilitasi (Tenant 3,0 2,4 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Industri Elektronika yang terfasilitasi) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Kerja Sama Akselerasi Penerapan Tersedianya rencana aksi dan kerjasama 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 12,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Industri 4.0 Dengan National dengan NRC Korea (rencana aksi) Sektor Prioritas : Makanan
Research Council (NRC) Korea dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.139
Fasilitasi Inovasi Produk Tanah produk inovasi (Produk tanah jarang) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 15,0 Pusat Kemenperin
Jarang
Pengembangan Helpdesk Industri Helpdesk Industry (Jumlah Modul) - 1,0 6,0 8,0 10,0 11,9 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemenperin
Luar Jawa dan 31 Smelter
Litbang PRN: Antioksidan, anti-aging Litbang PRN (Jumlah Litbang PRN) 1,0 1,0 1,0 1,0 49,4 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
dan fragrance untuk industri Sektor Prioritas : Makanan
kosmetik berbasis minyak atsiri dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Litbang PRN: Pengembangan Litbang PRN (Jumlah Litbang PRN) 1,0 1,0 1,0 1,0 49,4 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Collaborative Robot Machine pada Sektor Prioritas : Makanan
industri makanan/minuman dan dan Minuman, Tekstil dan
farmasi/kesehatan Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Litbang PRN: Material Serat, Tekstil Litbang PRN (Jumlah Litbang PRN) 1,0 1,0 1,0 1,0 49,4 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
dengan Fungsi Khusus dan Tekstil Sektor Prioritas : Makanan
Hijau Berbahan Baku Ramie yang dan Minuman, Tekstil dan
ramah Lingkungan (RM-SDA) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Penyusunan Kebijakan Ekosistem Kebijakan teknis terkait Teknologi 2,0 1,0 2,0 2,0 2,0 9,5 Pusat Kemenperin
Inovasi Industri KFTLMATE untuk Industri KFTLMATE (Jumlah
mendukung Industri 4.0 Rekomendasi Kebijakan)
Fasilitasi Inkubasi dan Konsultansi Paket Teknologi Industri KFTLMATE 25,0 40,0 55,0 70,0 9,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Teknologi Industri KFTLMATE (Jumlah Paket Teknologi) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Konsultasi dan Jasa Pemanfaatan Litbang dan Rekayasa Industri yang 7,0 20,0 20,0 20,0 20,0 33,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Teknologi Tepat Guna pada Industri Dimanfaatkan Industri (Jumlah Litbang Sektor Prioritas : Makanan
KFTLMATE dan Rekayasa Industri yang dan Minuman, Tekstil dan
Dimanfaatkan Industri) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.140
Penelitian, Pengembangan, Litbang dan Rekayasa Industri yang 11,0 13,0 15,0 16,0 20,0 88,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Perekayasaan Teknologi Industri Dimanfaatkan Industri (Jumlah Litbang Sektor Prioritas : Makanan
dan Rekayasa Industri yang dan Minuman, Tekstil dan
Dimanfaatkan Industri) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pengadaan alat riset untuk Pengadaan alat litbang (Jumlah alat - 35,0 25,0 24,0 23,0 58,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
mendukung PRN dan mendukung litbang (unit)) Sektor Prioritas : Makanan
transformasi industri KFTLMATE dan Minuman, Tekstil dan
4.0 Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Litbang Prioritas Riset Nasional Litbang PRN Agro (Jumlah Litbang PRN 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 51,1 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
(PRN) Industri Agro Industri Agro) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Penelitian, Pengembangan, Litbang dan Rekayasa Industri yang 10,0 10,0 10,0 10,0 9,0 67,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Perekayasaan Teknologi Industri Dimanfaatkan Industri (Jumlah Litbang Sektor Prioritas : Makanan
Agro dan Rekayasa Industri yang dan Minuman, Tekstil dan
Dimanfaatkan Industri) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Konsultasi dan Jasa Pemanfaatan Litbang dan Rekayasa Industri yang 6,0 15,0 16,0 19,0 20,0 30,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Teknologi Tepat Guna pada Industri Dimanfaatkan Industri (Jumlah Litbang Sektor Prioritas : Makanan
Agro dan Rekayasa Industri yang dan Minuman, Tekstil dan
Dimanfaatkan Industri) Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pengadaan alat riset untuk Pengadaan alat litbang (Jumlah alat - 25,0 25,0 24,0 22,0 40,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
mendukung PRN dan mendukung litbang (unit)) Sektor Prioritas : Makanan
transformasi industri agro 4.0 dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pembangunan gedung BBPK Pengadaan gedung (Luas Gedung (m2)) - 300,0 4.471,0 3.500,0 300,0 35,0 Bandung, Jawa Barat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.141
Pengadaan lahan BBPK Pengadaan lahan (Luas Lahan (m2)) - - - 3.568,0 3.568,0 85,0 Bandung, Jawa Barat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pengadaan lahan BBTPPI Pengadaan lahan (Luas Lahan (m2)) - - - 8.000,0 8.000,0 35,0 Semarang, Jawa Tengah Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pembangunan gedung BBK dalam Pengadaan gedung (Luas Gedung (m2)) - 400,0 4.000,0 3.000,0 200,0 30,0 Bandung, Jawa Barat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
rangka mendukung riset dan Sektor Prioritas : Makanan
layanan teknis dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Renovasi gedung kantor, lab, Renovasi gedung (Luas Gedung (m2)) - 19.775,2 5.368,3 5.664,4 1.773,9 98,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
layanan teknis Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pembangunan gedung B4T dalam Pengadaan gedung (Luas Gedung (m2)) - 300,0 4.000,0 3.000,0 200,0 28,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
rangka mendukung riset dan Sektor Prioritas : Makanan
layanan teknis dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Peningkatan investasi untuk Investasi Penerapan teknologi 4.0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 39.607,7 Industri 4.0 di 5 Sub Swasta
penerapan teknologi 4.0 - Subsektor (Jumlah Paket Teknologi) Sektor Prioritas : Makanan
Industri Makanan Minuman dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Peningkatan investasi untuk Investasi Penerapan teknologi 4.0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 17.947,3 Industri 4.0 di 5 Sub Swasta
penerapan teknologi 4.0 - Subsektor (Jumlah Paket Teknologi) Sektor Prioritas : Makanan
Industri Elektronika dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
A.1.142
Peningkatan investasi untuk Investasi Penerapan teknologi 4.0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 15.471,8 Industri 4.0 di 5 Sub Swasta
penerapan teknologi 4.0 - Subsektor (Jumlah Paket Teknologi) Sektor Prioritas : Makanan
Industri Otomotif dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Peningkatan investasi untuk Investasi Penerapan teknologi 4.0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 17.018,9 Industri 4.0 di 5 Sub Swasta
penerapan teknologi 4.0 - Subsektor (Jumlah Paket Teknologi) Sektor Prioritas : Makanan
Industri Kimia dan Farmasi dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Peningkatan investasi untuk Investasi Penerapan teknologi 4.0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 16.864,2 Industri 4.0 di 5 Sub Swasta
penerapan teknologi 4.0 - Subsektor (Jumlah Paket Teknologi) Sektor Prioritas : Makanan
Industri Tekstil dan Busana dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Ev Battery Value Chain 81.200,0 Industri 4.0 di 5 Sub Antam
Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
KP : Peningkatan Sistem Logistik dan Skor Logistic Performance Index 3,2 3,3 3,4 3,4 3,5 4.354,7
Stabilitas Harga
Tingkat inflasi (Persen) 3,1 3,0 2,9 2,8 2,7
ProP : Pembangunan Sarana dan 4.036,9
Prasarana Pendukung Efisiensi
Sistem Logistik
Pasar Rakyat Yang Jumlah Pasar Rakyat Yang 49,0 70,0 72,0 68,0 48,0 3.712,6 Pusat Integrasi Pelabuhan Kemendag
Dibangun/Direvitalisasi Dibangun/Direvitalisasi (Unit) Perikanan dan Fish
Market Bertaraf
Internasional
Implementasi pemanfaatan Digital Jumlah Implementasi pemanfaatan 3,0 10,0 20,0 30,0 40,0 51,5 Pusat Kemendag
Payment dan TIK Dalam Sistem Digital Payment dan TIK Dalam Sistem
Pembayaran dan Distribusi Pembayaran dan Distribusi (System
Pembayaran di Pasar)
Penataan Perdagangan Antar Jumlah Sistem Perdagangan Antar 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 30,7 Pusat Kemendag
Provinsi Provinsi (Kegiatan)
A.1.143
Pilot Project Gudang SRG Dengan Jumlah Pilot Project Gudang SRG Dengan 6,0 12,0 17,0 22,0 27,0 28,0 Tanah Datar, Madiun, Kemendag
Warehouse Management System Warehouse Management System (Daerah) Kudus, Gorontalo, Tapin,
Garut
Analisis pengembangan Jumlah analisis pengembangan 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 23,2 Pusat Kemendag
kelembagaan dan produk kelembagaan dan produk perdagangan
perdagangan berjangka/sistem resi berjangka/sistem resi gudang/pasar
gudang/pasar lelang lelang (Analisis)
Jumlah Pengelola Gudang yang Jumlah Pengelola Gudang yang telah 50,0 55,0 60,0 65,0 70,0 19,5 Pusat Kemendag
telah menerbitkan Resi Gudang menerbitkan Resi Gudang (Lembaga)
Revitalisasi pasar rakyat yang Jumlah Pasar yang Direvitalisasi (Unit) 29,0 30,0 32,0 34,0 35,0 171,3 Penguatan Jaminan Kemen KUKM
dikelola oleh koperasi Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
ProP : Pengendalian Inflasi 317,8
Verifikasi Data Gudang dan Stok Pelaksanaan Verifikasi Data Gudang dan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 75,0 Pusat Kemendag
Barang di Gudang Laporan Stok Barang di Gudang
(Kegiatan)
Data Harga dan Stok Barang Jumlah data harga dan stok barang 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 183,8 Pusat Kemendag
Kebutuhan Pokok dan Barang kebutuhan pokok dan barang penting
Penting yang akurat yang akurat (Data dan informasi)
Stabilitasasi Harga dan Jumlah stabilisasi harga dan 82,0 82,0 82,0 82,0 82,0 44,2 Pusat Kemendag
Ketersediaan Barang Kebutuhan ketersediaan barang kebutuhan pokok
Pokok Menjelang HBKN menjelang HBKN (Kab/Kota)
Rancangan Kebijakan di Bidang Jumlah kebijakan di bidang usaha 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 13,6 Pusat Kemendag
Usaha Perdagangan Konvensional perdagangan konvensional (Rancangan)
Pengendalian Inflasi Daerah Jumlah daerah yang menerapkan sistem 1,0 10,0 20,0 1,2 Kemendagri
pengendalian inflasi daerah (Daerah)
KP : Peningkatan Penerapan Praktik Jumlah perusahaan yang menerapkan 1.845,0 2.634,0 3.423,0 4.211,0 5.000,0 464,3
Berkelanjutan di Industri Pengolahan sertifikasi SNI ISO 14001 (12.6.1(a))
dan Pariwisata (Perusahaan)
Jumlah lokasi penerapan sustainable 12,0 15,0 17,0 20,0 22,0
tourism development (12.b.1)
(Lokasi)
ProP : Penerapan Standar Pariwisata 115,1
Berkelanjutan
Penerapan Sustainable Tourism Jumlah Penerapan Sustainable Tourism 10,0 12,0 12,0 12,0 12,0 34,8 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Practices Di Destinasi Branding dan Practices Di Destinasi Branding dan Prioritas dan destinasi
Prioritas (destinasi) Prioritas (destinasi) (Destinasi) branding
A.1.144
Fasilitasi Pelaksanaan Sustainable Jumlah Fasilitasi Pelaksanaan 3,0 5,0 5,0 6,0 6,0 58,3 Destinasi Pariwisata Kemenparekraf
Tourism Observatory (STO) Sustainable Tourism Observatory (STO) Prioritas
(Sustainable Tourism Observatory)
Pengembangan sistem pengelolaan Jumlah Pengembangan sistem 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0 17,5 Pusat Kemenparekraf
sampah plastik di destinasi wisata pengelolaan sampah plastik di destinasi
bahari (amanat Perpres 83/2018) wisata bahari (amanat Perpres 83/2018)
(Destinasi Pariwisata Prioritas)
Pembentukan Manajemen Krisis Jumlah Pembentukan Manajemen Krisis 1,0 2,0 2,0 2,0 2,0 4,5 Pusat Kemenparekraf
Kepariwisataan Kepariwisataan (Pedoman)
ProP : Penerapan Industri Hijau Jumlah perusahaan yang menerapkan 349,2
sertifikasi SNI ISO 14001 (12.6.1(a))
(Perusahaan)
Penyusunan Regulasi Teknis Rancangan Regulasi Teknis (Jumlah 21,0 23,0 23,0 23,0 23,0 19,3 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Standardisasi Industri Regulasi Teknis) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Pengawasan dan Penegakan Tingkat Kepatuhan Lembaga Penilaian 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 14,4 Pusat Kemenperin
Hukum terkait Penerapan Kesesuaian dalam menerbitkan SPPT
Pemberlakuan Standardisasi SNI/sertifikat kesesuaian sesuai regulasi
Industri (Persentase)
Penguatan Kemampuan Lembaga Peningkatan Kapasitas Lab Uji (Jumlah 13,0 205,0 128,0 104,0 148,0 181,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub Kemenperin
Penilaian Kesesuaian Paket Peralatan dan Bangunan) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Penurunan Emisi GRK Sektor Rancangan Standar (Jumlah Rancangan 5,0 4,0 12,0 16,0 20,0 11,4 Pusat Kemenperin
Industri Standar)
Penanganan masalah limbah B3 Rancangan Standar (Jumlah Rancangan 4,0 4,0 12,0 16,0 20,0 16,8 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemenperin
sektor industri dan penerapan Standar) Luar Jawa dan 31 Smelter
ekonomi sirkuler dalam
pembangunan industri
berkelanjutandan Penerapan
Penyusunan Perusahaan industri menengah besar 9,0 9,0 9,0 10,0 10,0 24,2 Pusat 9 Kawasan Industri di Kemenperin
Standar Industri Hijau (SIH) yang tersertifikasi Standar Industri Hijau Luar Jawa dan 31 Smelter
(SIH) (Persentase Perusahaan
IndustriMenengah Besar)
A.1.145
Standar Nasional Indonesia bidang Jumlah SNI Mekanika, Energi, 150,0 175,0 190,0 205,0 230,0 20,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub BSN
Mekanika, Energi, Elektroteknika, Elektroteknika, Transportasi, dan Sektor Prioritas : Makanan
Transportasi, dan Teknologi Teknologi Informasi yang berkekuatan dan Minuman, Tekstil dan
Informasi hukum sesuai kepentingan nasional Pakaian Jadi, Otomotif,
(akumulatif) (SNI) Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Standar Nasional Indonesia bidang Jumlah SNI Infrastruktur, Penilaian 150,0 170,0 190,0 210,0 230,0 20,5 Pusat BSN
Infrastruktur, Penilaian Kesesuaian, Kesesuaian, Personal, dan Ekonomi
Personal, dan Ekonomi Kreatif Kreatif yang berkekuatan hukum sesuai
kepentingan nasional (akumulatif) (SNI)
Standar Nasional Indonesia bidang Jumlah SNI agro, kimia, kesehatan, dan 200,0 220,0 240,0 260,0 280,0 28,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub BSN
Standar Agro, Kimia, Kesehatan dan halal yang berkekuatan hukum sesuai Sektor Prioritas : Makanan
halal kepentingan nasional (akumulatif) (SNI) dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
Restrukturisasi komtek dan Jumlah Komtek yang difasilitasi 160,0 166,0 172,0 178,0 180,0 12,4 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub BSN
pengelolaan komtek baru (KOMTEK) Sektor Prioritas : Makanan
dan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi, Otomotif,
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
KP : Reformasi Fiskal Rasio perpajakan terhadap PDB 9,7-10,5 10,1 -10,7 10,3-11,2 10,5-11,7 10,7-12,3 2.581,0
(17.1.1(a)) (Persen)
Pembaruan sistem inti administrasi 1,5 9,5 52,4 100,0 Selesai
perpajakan (core tax administration
system) (Persen)
Imbal hasil (yield) surat berharga Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun
negara (Persen)
Rasio TKDD yang berbasis kinerja 10,6 13,1 15,6 18,1 20,6
terhadap TKDD Meningkat (Persen)
Publikasi/Laporan Tanaman Pangan Jumlah Publikasi/Laporan Statistik 506,0 506,0 506,0 506,0 506,0 361,1 Pusat BPS
Terintegrasi dengan Kerangka Tanaman Pangan Terintegrasi dengan
Sampel Area Kerangka Sampel Area yang terbit tepat
waktu (Publikasi/Laporan)
Publikasi/Laporan Sensus Jumlah Publikasi/Laporan Sensus 0,0 Pusat BPS
Pertanian* Pertanian (Publikasi/Laporan)
JUMLAH 1.728.629,5
Keterangan :
Indikasi target dan pendanaan dapat dimutakhirkan melalui RKP dengan mempertimbangkan : (1) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; (2) Kesiapan dan Sumber Pendanaan; (3) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha dan Masyarakat
A.3.1
PP : PERLINDUNGAN SOSIAL DAN TATA Proporsi penduduk yang tercakup 78,7 98 3.992,5
KELOLA KEPENDUDUKAN dalam program jaminan sosial (%)
Angka kelahiran total (Total fertility 2,26 2,24 2,21 2,19 2,10
rate/TFR)
Proporsi rumah tangga miskin dan 65,2 80
rentan yang memperoleh bantuan
sosial pemerintah (%)
KP : Percepatan Cakupan Administrasi 175,0
Kependudukan
ProP : Perluasan jangkauan layanan 140,0
administrasi kependudukan
Peningkatan cakupan kepemilikan Persentase cakupan kepemilikan akta 92 95 97 98 100 35,0 34 Provinsi Integrasi Bantuan Sosial Kemendagri
akta kelahiran bagi penduduk 0-17 kelahiran pada penduduk 0 – 17 tahun Menuju Skema
tahun Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Proporsi anak umur di bawah 5 tahun N/A N/A N/A N/A 100 0,0 34 Provinsi Kemendagri
yang kelahirannya dicatat oleh lembaga
pencatatan sipil, menurut umur (16.9.1*)
Peningkatan cakupan kepemilikan Persentase cakupan kepemilikan akta 20 40 60 80 100 35,0 34 Provinsi Kemendagri
akta kematian pada seluruh kematian pada seluruh peristiwa
peristiwa kematian
Peningkatan cakupan kepemilikan kematian
Persentase cakupan kepemilikan buku 20 40 60 80 100 35,0 34 Provinsi Kemendagri
buku nikah dan akta perkawinan nikah dan akta perkawinan pada semua
pada semua pasangan yang pasangan yang menikah
Peningkatan cakupan kepemilikan Persentase cakupan kepemilikan akta 70 100 100 100 100 35,0 34 Provinsi Kemendagri
akta perceraian pada semua perceraian pada semua individu yang
individu yang sudah bercerai sudah bercerai
ProP : Percepatan kepemilikan 35,0
dokumen pendataran penduduk dan
pencatatan sipil bagi kelompok
khusus
Peningkatan layanan pendaftaran Jumlah layanan pendaftaran penduduk 112 112 112 112 112 35,0 23 Provinsi Kemendagri
penduduk dan pencatatan sipil yang dan pencatatan sipil yang mudah dan
mudah dan inovatif di wilayah 3T inovatif di wilayah 3T
A.3.2
Pengembangan Sistem layanan dan Daerah yang menyelenggarakan Sistem 220 300 380 460 514 401,7 34 Provinsi Integrasi Bantuan Sosial Kemensos
rujukan terpadu layanan dan rujukan terpadu Menuju Skema
(Kabupaten/Kota) Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Pengembangan Pusat Kesejahteraan Desa/ Kelurahan yang 600 760 920 1.028 900 66,5 34 Provinsi Integrasi Bantuan Sosial Kemensos
Sosial (Puskesos) menyelenggarakan Pusat Kesejahteraan Menuju Skema
Sosial Perlindungan Sosial
Menyeluruh
ProP : Penguatan pendampingan 1.386,7
masyarakat
Sertifikasi bagi SDM kesejahteraan Sumber Daya Manusia Kesejahteraan 27.695 32.000 35.000 38.000 40.000 170,9 34 Provinsi Integrasi Bantuan Sosial Kemensos
sosial Sosial yang telah dibina/dikembangkan Menuju Skema
profesinya Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Pelatihan Pertemuan Peningkatan Sumber Daya Manusia Kesejahteraan 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 559,7 34 Provinsi Integrasi Bantuan Sosial Kemensos
Kemampuan Keluarga (P2K2) bagi Sosial pendamping Program Bantuan Menuju Skema
pendamping Program Bantuan Tunai Tunai Bersyarat yang memperoleh Perlindungan Sosial
Bersyarat pendidikan dan pelatihan Menyeluruh
Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial 5.000 12.000 18.000 20.000 23.000 310,9 34 Provinsi Integrasi Bantuan Sosial Kemensos
Sosial Yang Telah Mendapatkan Akreditasi Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Lembaga Kesejahteraan Sosial 189 195 200 210 220 0,0 Kemensos
Rehabilitasi Sosial Korban
Penyalanggunaan Napza
Lembaga Kesejahteraan Sosial 200 214 221 228 195 0,0 Kemensos
Rehabilitasi Sosial Penyandang
disabilitasKesejahteraan Sosial
Lembaga 55 55 55 55 55 0,0 Kemensos
Rehabilitasi Sosial Tuna sosial dan
Korban Perdagangan Orang
Lembaga Kesejahteraan Sosial 100 100 100 100 100 0,0 Kemensos
Rehabilitasi Sosial Orang Dengan HIV
Lembaga Kesejahteraan Sosial 300 300 300 300 300 0,0 Kemensos
Rehabilitasi Sosial Anak
Lembaga Kesejahteraan Sosial 50 100 100 150 150 0,0 Kemensos
Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia
Pendamping Rehabilitasi Sosial Korban 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 0,0 Kemensos
Penyalanggunaan Napza
Pendamping Rehabilitasi Sosial 240 288 346 415 498 0,0 Kemensos
Penyandang disabilitas
Pendamping Rehabilitasi Sosial Tuna 50 100 100 100 100 0,0 Kemensos
sosial dan Korban Perdagangan Orang
A.3.4
Pemanfaatan Data dan Informasi Indeks Kualitas Data dan Informasi 57,60 60,69 63,41 66,51 70,05 671,7 Pusat dan 34 Provinsi BKKBN
KKBPK Program KKBPK
PP : PENGUATAN PELAKSANAAN Proporsi penduduk yang tercakup 78,7 98 821.547,7
PERLINDUNGAN SOSIAL dalam program jaminan sosial
Proporsi rumah tangga miskin dan 65,2 80
rentan yang memperoleh bantuan
sosial pemerintah
KP : Sistem jaminan sosial nasional 249.988,4
ProP : Pengembangan program 249.938,4
jaminan sosial
Peningkatan kepesertaan Penerima Jumlah penduduk yang menjadi peserta 107 109 110 111 113 249.938,4 34 Provinsi Kemenkes
Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui
Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Jaminan Kesehatan Nasional
Indonesia Sehat (KIS) (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
ProP : Penguatan kelembagaan 50,0
penyelenggara sistem jaminan
sosial nasional
Rekomendasi kebijakan yang Rekomendasi kebijakan yang diterapkan 10 7 5 3 3 50,0 181 Kab/Kota; 11 Provinsi Kemenko PMK
diterapkan oleh pemangku oleh pemangku kepentingan
kepentingan
KP : Bantuan sosial dan subsidi tepat Penyaluran Bantuan keluarga untuk 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 567.063,6
sasaran kesehatan dan pendidikan
Penyaluran Bantuan Pangan melalui 15.600.000 15.600.000 15.600.000 15.600.000 15.600.000
Kartu Sembako Murah
Penyaluran Bantuan LPG 3 Kg 31.400.000 31.400.000 31.400.000 31.400.000 31.400.000
Penyaluran Bantuan listrik daya 450 31.400.000 31.400.000 31.400.000 31.400.000 31.400.000
VA dan 900 VA
ProP : Penyelenggaraan Bantuan 567.063,6
dan Subsidi Tepat Sasaran
Penyelenggaraan Bantuan Tunai Keluarga Miskin dan Rentan yang 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 154.422,2 514 Kab/Kota; 34 Provinsi Kemensos
Bersyarat bagi keluarga miskin Memperoleh Bantuan Tunai Bersyarat
(KPM)
Penyelenggaraan Bantuan Sosial Keluarga Miskin dan Rentan yang 5.513.785 5.513.785 5.513.785 5.513.785 5.513.785 49.853,7 11 Provinsi; 181 Kab/Kota Kemensos
Pangan bagi keluarga miskin dan Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
rentan (KPM) melalui Program Sembako
Penyelenggaraan Bantuan Sosial Keluarga Miskin dan Rentan yang 5.238.377 5.238.377 5.238.377 5.238.377 5.238.377 47.336,4 12 Provinsi; 151 Kab/Kota Kemensos
Pangan bagi keluarga miskin dan Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
rentan (KPM) melalui Program Sembako
Penyelenggaraan Bantuan Sosial Keluarga Miskin dan Rentan yang 4.847.877 4.847.877 4.847.877 4.847.877 4.847.877 43.861,7 11 Provinsi; 182 Kab/Kota Kemensos
Pangan bagi keluarga miskin dan Memperoleh Bantuan Sosial Pangan
rentan (KPM) melalui Program Sembako
A.3.6
Penyediaan listrik yang tepat Alokasi Listrik untuk Rumah Tangga 60.080 64.258 68.894 73.609 78.191 12,9 514 Kab/Kota; 34 Provinsi Integrasi Bantuan Sosial Kemen ESDM
sasaran bagi rumah tangga miskin Miskin dan Rentan yang Memperoleh Menuju Skema
dan rentan Subsidi Listrik Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Penyediaan Elpiji 3 kg yang tepat Alokasi Elpiji 3 kg untuk Masyarakat, 7.000 7.364 - 7.399 7.754 - 7.836 8.165 - 8.321 8.614 - 8.870 271.576,7 514 Kab/Kota; 34 Provinsi Integrasi Bantuan Sosial Kemen ESDM
sasaran bagi Masyarakat, Usaha Usaha Makro, Nelayan, dan Petani Menuju Skema
Makro, Nelayan, dan Petani Sasaran Sasaran Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Terwujudnya kemudahan akses Realisasi capaian penambangan 4.920 0,0
dan keterjangkauan energi dan pembangkt tenaga listrik
ketenagalistrikan
KP : Perlindungan sosial adaptif Tersusunnya Sistem Perlindungan 1.668,5
Sosial Adaptif
ProP : Pelaksanaan Perlindungan 1.668,5
Sosial yang Adaptif
Peningkatan kapasitas masyarakat Korban bencana alam yang 163.500 163.500 163.500 163.500 163.500 595,1 34 Provinsi Integrasi Bantuan Sosial Kemensos
dalam mitigasi bencana melalui mendapatkan pemenuhan kebutuhan Menuju Skema
Kabupaten/Kota Siaga Bencana dasar (Jiwa) Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Peningkatan kesiapsiagaan dan Warga masyarakat di lokasi rawan 247.404 250.000 255.000 257.000 260.000 772,4 34 Provinsi Integrasi Bantuan Sosial Kemensos
mitigasi bagi masyarakat di lokasi bencana alam yang mendapatkan Menuju Skema
rawan bencana alam kesiapsiagaan dan mitigasi (Jiwa) Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Perlindungan sosial bagi korban Korban Bencana Sosial Yang Mendapat 120.000 121.000 121.000 121.000 121.000 0,0 34 Provinsi Kemensos
bencana sosial Pelayanan Kebutuhan Dasar
Perlindungan sosial bagi korban Warga masyarakat di lokasi rawan 43.018 44.000 44.000 44.000 44.000 301,0 34 Provinsi Kemensos
bencana sosial bencana yang mendapatkan pencegahan
konflik sosial
KP : Kesejahteraan Sosial Persentase rumah tangga dengan 18,9 20 22 24 25 2.827,2
lanjut usia yang memperoleh bantuan
sosial (%)
Persentase anak penyandang 37,5 42 45 48 50
disabilitas usia sekolah yang memiliki
akses terhadap layanan pendidikan
dasar (%)
Persentase pemerintah daerah yang 2,7 5 10 15 20
menerapkan prinsip-prinsip kab/kota
inklusif (%)
ProP : Penyelengaraan 1.009,4
Kesejahteraan Sosial yang Inklusif
A.3.7
Penjaminan kapasitas kelembagaan Penyandang disabilitas fisik, mental, 45.000 45.000 46.000 46.000 46.000 0,0 34 Provinsi Kemensos
dan kualitas pelayanan rehabilitasi sensorik dan intelektual yang
sosial tingkat lanjut yang terstandar mendapatkan rehabilitasi sosial tingkat
bagi penyandang disabilitas fisik, lanjut (jiwa)
mental, sensorik dan intelektual
Penyediaan literasi khusus bagi Literasi khusus bagi penyandang 47000 50000 52000 53000 55000 0,0 Kemensos
penyandang disabilitas disabilitas
Penjaminan kapasitas kelembagaan Lanjut usia yang mendapatkan 30200 31000 32000 33000 35000 644,0 34 Provinsi Kemensos
dan kualitas pelayanan rehabilitasi rehabilitasi sosial tingkat lanjut (jiwa)
sosial tingkat lanjut yang terstandar
bagi lanjut usia
Penjaminan kapasitas kelembagaan Anak yang mendapatkan rehabilitasi 27000 27000 27500 27500 27500 365,4 34 Provinsi Kemensos
dan kualitas pelayanan rehabilitasi sosial tingkat lanjut (jiwa)
sosial tingkat lanjut yang terstandar
ProP : Penguatan kelembagaan dan 97,0
pemberdayaan kelanjutusiaan
(lansia aktif dan produktif)
Peningkatan kualitas hidup lansia Persentase keluarga yang melaksanakan 12 13 14 15 16 97,0 Pusat BKKBN
melalui pendampingan keluarga pendampingan bagi lansia
ProP : Pelaksanaan Perawatan 116,9
Jangka Panjang berbasis komunitas
yang terintegrasi (Long-term Care)
Peningkatan Pelayanan Ramah Jumlah Kelompok BKL Yang 9984 10215 10214 10214 10214 116,9 34 Provinsi BKKBN
Lansia Melalui 7 (Tujuh) Dimensi Melaksanakan 7 (Tujuh) Dimensi Lansia
Lansia Tangguh dan Pendampingan Tangguh dan Pendampingan Perawatan
Perawatan Jangka Panjang Bagi Jangka Panjang Bagi Lansia
Lansia
ProP : Penguatan pelayanan sosial 1.603,9
kelompok rentan lainnya
Penjaminan kapasitas kelembagaan Korban penyalahgunaan Napza yang 21.714 25.000 27.000 28.000 30.000 1.192,6 34 Provinsi Kemensos
dan kualitas pelayanan rehabilitasi mendapatkan rehabilitasi sosial (Jiwa)
sosial bagi korban penyalahgunaan
Napza
Pemberdayaan bagi keluarga Keluarga Komunitas Adat Terpencil (KAT) 2.667 3.000 3.500 4.000 4.500 411,3 Pusat Kemensos
Komunitas Adat Terpencil (KAT) Yang Memperoleh Pemberdayaan
(Keluarga)
PP : Peningkatan Akses dan Mutu Angka kematian ibu (AKI) (per 230,0 217,0 205,0 194,0 183,0 303.770,9
Pelayanan Kesehatan 100.000 kelahiran hidup)
Angka kematian bayi (AKB) (per 1000 20,6 19,5 18,6 17,6 16,0
kelahiran hidup)
Angka kematian neonatal (per 1.000 12,9 12,2 11,6 11,0 10,0
kelahiran hidup)
A.3.8
Prevalensi wasting (kurus dan sangat 8,1 7,8 7,5 7,3 7,0
kurus) pada balita (persen)
Insidensi HIV (per 1.000 penduduk 0,21 0,21 0,19 0,19 0,18
yang tidak terinfeksi HIV)
Insidensi tuberkulosis (per 100.000 272,0 252,0 231,0 211,0 190,0
penduduk)
Jumlah kabupaten/kota yang 325,0 345,0 365,0 385,0 405,0
mencapai eliminasi malaria
Insidensi hepatitis B (persen) 1,68 1,54 1,39 1,24 1,09
Persentase merokok penduduk usia 9,1 9,0 8,9 8,8 8,7
10-18 tahun
Prevalensi obesitas pada penduduk 21,8 21,8 21,8 21,8 21,8
usia > 18 tahun (persen)
Persentase tekanan darah tinggi 34,1 34,1 34,1 34,1 34,1
Persentase fasilitas kesehatan tingkat 65,0 70,0 80,0 90,0 100,0
pertama terakreditasi
Persentase rumah sakit terakreditasi 80,0 85,0 90,0 95,0 100,0
Pencatatan kematian ibu Persentase RS yang melakukan 40 50 60 80 100 23,9 34 provinsi dan 514 Percepatan Penurunan Kemenkes
pencatatan dan pelaporan kematian ibu kabupaten/kota Kematian Ibu dan Stunting
Pelaksanaan imunisasi dasar Persentase bayi usia 0-11 bulan yang 92,9 93,6 94,1 94,6 95,0 267,5 32 provinsi Percepatan Penurunan Kemenkes
lengkap mendapat imunisasi dasar lengkap Kematian Ibu dan Stunting
Penyediaan vaksin imunisasi dasar Persentase kabupaten/kota dengan 91 92 93 94 95 6.092,8 Pusat/provinsi/ Percepatan Penurunan Kemenkes
lengkap ketersediaan vaksin imunisasi dasar kabupaten/kota Kematian Ibu dan Stunting
lengkap
Penyediaan obat dan perbekalan Persentase kabupaten/kota dengan 100 100 100 100 100 11,4 Pusat/provinsi/ Percepatan Penurunan Kemenkes
kesehatan program kesehatan ibu ketersediaan obat kesehatan dan kabupaten/kota Kematian Ibu dan Stunting
dan anak perbekalan kesehatan program ibu dan
anak
Pelatihan tenaga kesehatan dalam Jumlah tenaga kesehatan yang dilatih 960 960 960 960 960 165,5 34 provinsi Percepatan Penurunan Kemenkes
kegawatdaruratan maternal dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal Kematian Ibu dan Stunting
neonatal
Pelatihan tenaga kesehatan di Unit Jumlah tenaga kesehatan di Unit 100 100 100 100 100 10,3 34 provinsi Percepatan Penurunan Kemenkes
Transfusi Darah dan Bank Darah Transfusi Darah dan Bank Darah Rumah Kematian Ibu dan Stunting
Rumah Sakit Sakit yang dilatih
Pelaksanaan pelayanan operasi Jumlah RS dengan kemampuan 66 132 198 264 331 33,6 34 provinsi Percepatan Penurunan Kemenkes
sectio sesarea darurat dalam waktu melaksanakan operasi sectio sesarea Kematian Ibu dan Stunting
≤ 30 menit darurat dalam waktu ≤ 30 menit
Peningkatan pelayanan KB pasca Persentase pelayanan KB pasca 29 32 35 38 40 241,0 Pusat dan 34 provinsi Percepatan Penurunan BKKBN
persalinan persalinan Kematian Ibu dan Stunting
Peningkatan sarana cold chain Jumlah puskesmas yang mendapatkan 684 1.230 - - - 339,2 684 puskesmas Percepatan Penurunan DAK/Pemda
imunisasi dukungan peningkatan sarana cold chain Kematian Ibu dan Stunting
imunisasi
Jaminan persalinan Jumlah kabupaten/kota yang 514 514 514 514 514 5.309,1 514 kabupaten/kota Percepatan Penurunan DAK/Pemda
mendapatkan jaminan persalinan Kematian Ibu dan Stunting
ProP : Peningkatan KB dan Persentase tingkat putus pakai 25,79 24,50 23,10 21,59 20,00 1.684,6
Kesehatan Reproduksi pemakaian kontrasepsi (Drop out/DO)
A.3.10
Pelayanan kesehatan usia Jumlah kabupaten/kota yang 120 200 320 470 514 134,6 34 provinsi Percepatan Penurunan Kemenkes
reproduksi menyelenggarakan pelayanan kesehatan Kematian Ibu dan Stunting
usia reproduksi
Pembinaan fasilitas kesehatan Persentase fasilitas kesehatan (faskes) 38,32 46,12 53,92 61,72 69,52 1.507,5 Pusat dan 34 provinsi Percepatan Penurunan BKKBN
dalam pelayanan KB yang siap melayani KB MKJP Kematian Ibu dan Stunting
Peningkatan kualitas pelayanan KB Indeks Informasi Metode KB (method 77,50 79,50 81,50 83,50 85,50 10,7 Pusat dan 34 provinsi Percepatan Penurunan BKKBN
information index/MII) Kematian Ibu dan Stunting
Peningkatan kesertaan KB di Persentase kesertaan KB di 100 37,96 38,46 38,96 39,46 39,96 12,6 Pusat dan 34 provinsi Percepatan Penurunan BKKBN
wilayah dan sasaran khusus kabupaten/kota dengan kesertaan KB Kematian Ibu dan Stunting
rendah
Peningkatan kinerja penyuluh KB Persentase penyuluh KB yang berkinerja 60 65 70 75 85 17,8 Pusat dan 34 provinsi Percepatan Penurunan BKKBN
dalam capaian Program KKBPK baik Kematian Ibu dan Stunting
Integrasi rencana aksi daerah Jumlah daerah yang mengintegrasikan - 50 55 60 70 1,5 Pusat Percepatan Penurunan Kemendagri
program kesehatan ibu dan KB dan mempunyai rencana aksi daerah Kematian Ibu dan Stunting
berbasis hak program kesehatan ibu dan KB berbasis
hak
KP : Percepatan Perbaikan Gizi Persentase bayi usia kurang dari 6 40 45 50 55 60 149.219,5
Masyarakat bulan mendapat ASI eksklusif
Persentase ibu hamil Kurang Energi 16,0 14,5 13,0 11,5 10,0
Kronis (KEK)
Prevalensi wasting (kurus dan sangat 8,08 7,8 7,52 7,26 7,00
kurus) pada balita
ProP : Penurunan Stunting Persentase kabupaten/kota yang 51 70 90 100 100 149.219,5
melaksanakan surveilans gizi
Penanggulangan Kurang Energi Persentase ibu hamil Kurang Energi 16,0 14,5 13,0 11,5 10,0 1.016,0 514 kabupaten/kota Percepatan Penurunan Kemenkes
Kronik (KEK) pada ibu hamil Kronis (KEK) Kematian Ibu dan Stunting
Pemantauan tumbuh kembang balita Persentase balita yang dipantau 60 70 75 80 85 1.280,5 514 kabupaten/kota Percepatan Penurunan Kemenkes
pertumbuhan dan perkembangannya Kematian Ibu dan Stunting
Penyediaan obat gizi Persentase kabupaten/kota dengan 100 100 100 100 100 446,9 34 provinsi Percepatan Penurunan Kemenkes
ketersediaan obat gizi Kematian Ibu dan Stunting
Suplementasi gizi mikro pada balita Jumlah balita yang mendapatkan 90.000 140.000 190.000 240.000 290.000 284,6 514 kabupaten/kota Percepatan Penurunan Kemenkes
suplementasi gizi mikro Kematian Ibu dan Stunting
Pelaksanaan surveilans dan Persentase kabupaten/kota yang 51 70 90 100 100 481,3 514 kabupaten/kota Percepatan Penurunan Kemenkes
intervensi gizi berkualitas di melaksanakan surveilans gizi Kematian Ibu dan Stunting
kabupaten/kota
A.3.11
Pengawasan produk pangan Persentase sampel pangan fortifikasi 87 88 89 90 90 13,5 34 provinsi Percepatan Penurunan BPOM
fortifikasi yang memenuhi syarat Kematian Ibu dan Stunting
Promosi 1000 HPK pada keluarga Jumlah keluarga yang memiliki baduta 4.122.784 4.122.784 4.122.784 4.122.784 4.122.784 179,4 34 provinsi Percepatan Penurunan BKKBN
yang memiliki baduta yang terpapar promosi 1000 HPK Kematian Ibu dan Stunting
(keluarga)
Penguatan peran PIK remaja dan Jumlah PIK remaja dan BKR yang 29.327 29.327 29.327 29.327 29.327 340,1 33 provinsi Percepatan Penurunan BKKBN
BKR dalam edukasi kespro dan gizi mendapatkan pembinaan genre Kematian Ibu dan Stunting
bagi remaja putri sebagai calon ibu
Peningkatan pengetahuan Jumlah orang yang mengikuti 35.000 51.000 65.000 75.000 51.000 280,5 34 provinsi Percepatan Penurunan Kemendikbud
pengasuhan 1000 Hari Pertama peningkatan pengetahuan pengasuhan Kematian Ibu dan Stunting
Kehidupan bagi keluarga 1000 Hari Pertama Kehidupan
Fasilitasi PUG dan PPRG tentang Jumlah provinsi yang mendapatkan - 7 6 6 6 4,0 32 provinsi Percepatan Penurunan Kemen PPPA
upaya pencegahan stunting bagi fasilitasi PUG dan PPRG tentang upaya Kematian Ibu dan Stunting
provinsi pencegahan stunting
Diseminasi informasi kebijakan dan Persentase K/L/D yang melaksanakan 65 70 75 85 90 30,0 Pusat Percepatan Penurunan Kemen Kominfo
program prioritas nasional urusan PIKP dan mitra strategis yang Kematian Ibu dan Stunting
melaksanakan diseminasi informasi
kebijakan dan program prioritas nasional
Kampanye Gerakan Jumlah lokasi promosi Gemarikan 34,0 34,0 34,0 34,0 34,0 137,5 34 provinsi Percepatan Penurunan KKP
Memasyarakatkan Makan Ikan Kematian Ibu dan Stunting
(Gemarikan)
Peningkatan kapasitas aparatur Jumlah daerah yang meningkat 160 260 360 460 514 3,0 Pusat Percepatan Penurunan Kemendagri
dalam penilaian kinerja penanganan kapasitas aparaturnya dalam penilaian Kematian Ibu dan Stunting
stunting kinerja penanganan stunting
SPALD-T skala kota/regional Jumlah sambungan rumah tangga yang 62.352 62.352 62.352 62.352 62.352 19.965,0 28 kabupaten/kota Percepatan Penurunan KemenPUPR, DAK,
terhubung SPALD-Terpusat skala kota Kematian Ibu dan Stunting APBD
SPALD-T skala permukiman Jumlah sambungan rumah tangga yang 303.028 284.145 284.145 284.145 284.145 40.611,0 168 kabupaten/kota Percepatan Penurunan KemenPUPR, DAK,
terhubung SPALD-Terpusat skala Kematian Ibu dan Stunting Pemda
permukiman
SPALD-S skala kota (IPLT) Jumlah IPLT terbangun (unit) 24 77 101 152 151 4.435,0 374 kabupaten/kota Percepatan Penurunan Kemen PU&PERA
Kematian Ibu dan Stunting
SPALD-S skala individu Jumlah rumah tangga yang memiliki 2.940.304,0 2.940.304,0 2.940.304,0 2.940.304,0 2.940.304,0 74.220,0 514 kabupaten/kota Percepatan Penurunan KemenPUPR, DAK,
tangki septik sesuai standar (rumah Kematian Ibu dan Stunting Pemda,
tangga) Masyarakat
Implementasi dokumen SSK Jumlah kabupaten/kota yang terfasilitasi 66 66 62 62 52 385,0 34 provinsi Percepatan Penurunan KemenPUPR,
pendampingan implementasi SSK Kematian Ibu dan Stunting Pemda
(kabupaten/kota)
A.3.12
Fasilitasi penguatan kapasitas Jumlah kabupaten/kota yang terfasilitasi 87 87 87 88 88 327,9 437 kabupaten/kota Percepatan Penurunan KemenPUPR,
daerah dalam pengelolaan air penguatan kapasitas daerah dalam Kematian Ibu dan Stunting Pemda
limbah domestik (termasuk pengelolaan air limbah domestik
pengelolaan lumpur tinja) (kabupaten/kota)
Sosialisasi tentang upaya Jumlah provinsi yang mendapatkan 4 4 4 4 4 4,0 20 provinsi Percepatan Penurunan Kemen PPPA
penurunan stunting bagi provinsi sosialisasi tentang upaya penurunan Kematian Ibu dan Stunting
stunting
Penguatan intervensi stunting Jumlah kabupaten/kota yang 260 360 460 514 514 4.774,4 514 kabupaten/Kota Percepatan Penurunan DAK/Pemda
melalui Therapeutic Feeding Center, mendapatkan dukungan penguatan Kematian Ibu dan Stunting
penyediaan obat, makanan intervensi stunting
tambahan dan alat antropometri
KP : Peningkatan Pengendalian Persentase Orang Dengan HIV-AIDS 40 45 50 55 60 11.454,8
Penyakit yang menjalani Terapi ARV (ODHA on
ART)
Persentase angka keberhasilan 90 90 90 90 90
pengobatan TBC (TBC Success Rate)
Respon peringatan dini Kejadian Persentase kabupaten/kota yang 60 65 70 75 80 260,9 34 provinsi Kemenkes
Luar Biasa (KLB) merespon peringatan dini KLB (alert
systems)
Peningkatan kekarantinaan Persentase kabupaten/kota yang 20 40 60 80 100 633,0 34 provinsi Kemenkes
kesehatan memiliki pelabuhan/bandar
udara/PLBDN yang mempunyai
kapasitas sesuai standar dalam
pencegahan dan pengendalian
kedaruratan kesehatan masyarakat
Intensifikasi upaya eliminasi Jumlah kabupaten/kota dengan 141 130 119 110 95 315,5 32 provinsi Kemenkes
malaria intensifikasi upaya eliminasi malaria
Intervensi eliminasi schistosomiasis Jumlah desa endemis schistosomiasis 11 15 19 24 28 22,0 28 desa di 2 kabupaten Kemenkes
yang mencapai eliminasi (Poso dan Sigi)
Intervensi eliminasi filariasis Jumlah kabupaten/kota dengan 106 150 191 207 212 554,1 32 provinsi Kemenkes
intervensi eliminasi filariasis
Pengobatan ODHA baru yang Persentase ODHA baru ditemukan yang 77 80 85 90 95 519,4 34 provinsi Kemenkes
ditemukan memulai pengobatan ARV
Penemuan dan pengobatan TBC Persentase cakupan penemuan dan 80 85 90 90 90 1.073,5 34 provinsi Kemenkes
pengobatan TBC (TBC treatment
coverage)
Pencegahan dan pengendalian ISPA Persentase kabupaten/kota yang 50% 50 52 55 57 60 35,6 34 provinsi Kemenkes
puskesmasnya melaksanakan
tatalaksana penumonia standar
Intensifikasi penemuan dan Persentase penderita kusta yang 90 90 90 90 90 116,2 472 kabupaten/kota Kemenkes
pengobatan kasus kusta menyelesaikan pengobatan kusta tepat
waktu
Pencegahan dan pengendalian Persentase kabupaten/kota yang 85 90 95 100 100 503,5 514 kabupaten/kota Kemenkes
penyakit hepatitis melaksanakan deteksi dini Hepatitis B
dan C pada populasi berisiko
A.3.14
Pengendalian faktor risiko penyakit Persentase faktor risiko penyakit di pintu 86 89 93 97 100 753,9 49 KKP Kemenkes
di pintu masuk negara masuk yang dikendalikan
Kewaspadaan dini kejadian Persentase rekomendasi surveilans 80 85 90 95 100 242,1 10 BTKLPP Kemenkes
penyakit faktor risiko dan penyakit berbasis
laboratorium yang dimanfaatkan
Pengendalian anti microbial Persentase RS kelas A dan B Pendidikan 20 40 60 80 100 12,5 Pusat Kemenkes
resistance yang melakukan surveilan AMR sesuai
standar
Penyediaan obat dan perbekalan Persentase kabupaten/kota dengan 100 100 100 100 100 1.718,0 Pusat/provinsi/ Kemenkes
kesehatan program pencegahan dan ketersediaan obat program tuberkulosis kabupaten/kota
pengendalian TB
Penyediaan obat dan perbekalan Persentase kabupaten/kota dengan 100 100 100 100 100 2.693,4 34 provinsi Kemenkes
kesehatan program pencegahan dan ketersediaan obat program HIV/AIDS
pengendalian HIV/AIDS
Penyediaan obat dan perbekalan Persentase kabupaten/kota dengan 100 100 100 100 100 84,0 Pusat/provinsi/ Kemenkes
kesehatan program pengendalian ketersediaan obat program malaria yang kabupaten/kota
malaria disediakan
ProP : Pengendalian Penyakit Tidak Jumlah kabupaten/kota yg 103 205 308 411 514 1.917,4
Menular melakukan pelayanan terpadu (Pandu)
PTM di ≥ 80% puskesmas
Jumlah kabupaten/kota yang 324 374 424 474 514
menerapkan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR)
Deteksi dini faktor risiko PTM Jumlah kabupaten/kota yang melakukan 52 129 232 360 514 545,5 52 kabupaten/kota Kemenkes
deteksi dini faktor risiko PTM ≥ 80%
Pelaksanaan pengendalian PTM Jumlah kabupaten/kota yg melakukan 103 205 308 411 514 173,4 103 kabupaten/kota Kemenkes
terpadu di Puskesmas pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80%
Puskesmas
Pelayanan berhenti merokok Jumlah kabupaten/kota dengan ≥ 40% 50 100 175 275 350 204,8 50 kabupaten/kota Kemenkes
(konseling dan terapi) FKTP yang menyelenggarakan layanan
Upaya Berhenti Merokok (UBM)
Advokasi kepada pemerintah Jumlah kabupaten/kota yang 324 374 424 474 514 9,7 277 kabupaten/kota Kemenkes
daerah untuk penerapan Kawasan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok
Tanpa Rokok (KTR) (KTR)
Deteksi dini gangguan indera Jumlah kabupaten/kota yang 155 206 308 360 514 140,4 155 kabupaten/kota Kemenkes
melaksanakan deteksi dini gangguan
indera pada ≥ 40% populasi
Deteksi dini kanker Jumlah kabupaten/kota yang melakukan 283 309 360 411 514 170,0 283 kabupaten/kota Kemenkes
deteksi dini penyakit kanker di ≥ 80%
populasi usia 30-59 tahun
A.3.15
Pelayanan kesehatan bagi penderita Persentase orang dengan gangguan jiwa 45 60 75 90 100 40,2 34 provinsi Kemenkes
gangguan jiwa (ODGJ) berat yang mendapatkan
pelayanan sesuai standar
Pengawasan label dan iklan produk Jumlah label dan iklan produk tembakau 60.000 60.200 60.400 60.600 60.800 10,2 34 provinsi BPOM
tembakau yang diawasi yang memenuhi ketentuan
Penyediaan alat deteksi dini Jumlah kabupaten/kota yang 274 120 120 - - 623,1 35 provinsi DAK/Pemda
penyakit tidak menular mendapatkan dukungan alat deteksi dini
penyakit tidak menular
KP : Penguatan Gerakan Masyarakat Jumlah kabupaten/kota sehat 110 220 280 380 420 102.812,1
Hidup Sehat(Germas)
ProP : Pengembangan Lingkungan Persentase desa/kelurahan dengan 40 50 60 70 90 101.516,0
Sehat Stop Buang air besar Sembarangan
(SBS)
Jumlah kabupaten/kota sehat 110 220 280 380 420
Pembinaan pelaksanaan Jumlah kabupaten/kota sehat 110 220 280 380 420 76,0 34 provinsi Kemenkes
kabupaten/kota sehat
Pembinaan pelaksanaan Sanitasi Persentase desa/kelurahan dengan Stop 40 50 60 70 90 445,2 34 provinsi Percepatan Penurunan Kemenkes
Total Berbasis Masyarakat (STBM) Buang air besar Sembarangan (SBS) Kematian Ibu dan Stunting
Pengawasan kualitas air minum Persentase sarana air minum yang 60 64 68 72 76 291,2 34 provinsi Percepatan Penurunan Kemenkes
diawasi/diperiksa kualitas air minumnya Kematian Ibu dan Stunting
sesuai standar
Pembangunan SPAM Kapasitas Pembangunan SPAM 3225 3225 3225 3225 3225 8.272,3 34 provinsi Percepatan Penurunan Kemen PU&PERA
Kabupaten/Kota dan SPAM Lintas Kematian Ibu dan Stunting
Kabupaten/Kota (LPD)
Pembangunan baru bagi daerah Jumlah SR 44258 44258 44258 44258 44258 4.425,8 34 provinsi Percepatan Penurunan DAK/Pemda
yang belum memiliki layanan air Kematian Ibu dan Stunting
minum melalui Pembangunan SPAM
Perluasan SPAM Jumlah SR yang terlayani SPAM (SR) 25985 25985 25985 25985 25985 5.980,0 34 provinsi Percepatan Penurunan Kemen PU&PERA
Kematian Ibu dan Stunting
Perluasan SPAM perpipaan melalui Jumlah SR 221290 221290 221290 221290 221290 2.212,9 34 provinsi Percepatan Penurunan DAK/Pemda
pemanfaatan idle capacity Sistem Kematian Ibu dan Stunting
Penyediaan Air Minum (SPAM)
terbangun
Peningkatan kapasitas SPAM Kapasitas SPAM Kabupaten/Kota dan 940 940 940 940 940 1.050,0 34 provinsi Percepatan Penurunan Kemen PU&PERA
SPAM Lintas Kabupaten/Kota (LPD) Kematian Ibu dan Stunting
Peningkatan SPAM melalui Jumlah SR 36522 36522 36522 36522 36522 858,5 34 provinsi Percepatan Penurunan DAK/Pemda
penambahan kapasitas dan/atau Kematian Ibu dan Stunting
volume dari sarana dan prasarana
SPAM
A.3.16
Pembangunan baru bagi daerah Kumulatif jumlah rumah tangga yang 16948228 18572179 20354341 22310323 24457290 0,0 34 provinsi Percepatan Penurunan DAK/Pemda
yang belum memiliki layanan air terlayani air minum melalui Kematian Ibu dan Stunting
minum melalui pembangunan SPAM pembangunan SPAM BJP terlindungi
BJP terlindungi individual/komunal individual/komunal
Pembangunan rumah susun Jumlah rumah susun yang terbangun 4153 10847 20000 25000 35000 61.880,0 34 provinsi Kemen PU&PERA
(unit)
Fasilitasi peningkatan kualitas Jumlah rumah tangga yang 156000 156000 156000 156000 156000 15.677,0 34 provinsi Kemen PU&PERA
rumah mendapatkan bantuan peningkatan
kualitas (rumah tangga)
Penerapan sekolah dengan Pangan Jumlah sekolah dengan Pangan Jajanan 660 1330 2010 2700 3400 116,8 34 provinsi BPOM
Jajanan Anak Sekolah (PJAS) aman Anak Sekolah (PJAS) aman
Penerapan desa pangan aman Jumlah desa pangan aman 211 427 648 874 1.105 172,2 34 provinsi BPOM
Intervensi pasar aman dari bahan Jumlah pasar aman dari bahan 84 165 255 350 450 58,1 34 provinsi BPOM
berbahaya berbahaya
ProP : Penguatan Promosi Germas Persentase kabupaten/kota yang 30 35 40 45 50 1.296,1
menerapkan kebijakan Germas
Persentase kabupaten/kota dengan 25 35 50 60 70
minimal 80% posyandu aktif
Kampanye olahraga tradisional, Jumlah peserta olahraga tradisional, usia 11274 11274 11274 11274 11274 25,1 Pusat Kemenpora
usia dini dan lansia, olahraga dini dan lansia, olahraga penyandang
penyandang cacat, dan olahraga di cacat, dan olahraga di lembaga
lembaga pemasyarakatan pemasyarakatan
Kampanye olahraga di sekolah Jumlah peserta olahraga yang difasilitasi 17000 17000 17000 17000 17000 17,5 Pusat Kemenpora
dasar, menengah, perguruan tinggi, di sekolah dasar, menengah, perguruan
pendidikan nonformal dan informal tinggi, pendidikan nonformal dan
informal
A.3.17
Kampanye olahraga rekreasi, Jumlah peserta kampanye olahraga 14020 14020 14020 14020 14020 140,9 Pusat Kemenpora
massal, petualang, tantangan dan massal, petualang, tantangan dan wisata
wisata
Fasilitasi penyelenggaraan Jumlah fasilitasi penyelenggaraan 3 3 3 3 3 21,4 Pusat Kemenpora
kejuaraan olahraga rekreasi kejuaraan olahraga rekreasi
Fasilitasi bantuan untuk sarana Jumlah fasilitasi sarana olahraga 59 58 58 58 58 264,8 Pusat Kemenpora
olahraga pendidikan, olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan
rekreasi dan olahraga prestasi olahraga prestasi
KP : Penguatan Sistem Kesehatan dan Persentase puskesmas tanpa dokter 6 0 0 0 0 25.985,3
Pengawasan Obat dan Makanan
Persentase puskesmas dengan jenis 35 47 59 71 83
tenaga kesehatan sesuai standar
Pengembangan fasilitas rujukan di Jumlah RS UPT Vertikal di Kawasan 2 2 2 2 2 1.727,5 3 lokasi Kemenkes
Kawasan Timur Indonesia Timur Indonesia yang dikembangkan
Pengembangan dan penyediaan Jumlah RS UPT vertikal yang 6 6 6 7 7 3.596,7 7 RS Kemenkes
sarana dan prasarananya RS UPT dikembangkan dan ditingkatkan sarana
vertikal dan prasarananya
Penyusunan rencana induk nasional Jumlah rencana induk nasional 1 1 - - - 2,5 34 provinsi Kemenkes
pengembangan fasilitas pelayanan pengembangan fasilitas pelayanan
kesehatan kesehatan
Pembinaan RSUD di DTTPK (Daerah Jumlah RSUD di Daerah Tertinggal, 7 14 21 28 35 24,1 15 provinsi Kemenkes
Tertinggal, Terpencil, Perbatasan, Terpencil, Perbatasan, Kepulauan
Kepulauan) (DTTPK) yang dibina
Pembinaan puskesmas daerah Jumlah puskesmas Daerah Tertinggal, 250 200 200 200 200 16,3 28 provinsi Kemenkes
tertinggal, perbatasan, kepulauan Perbatasan, Kepulauan (DTPK) yang
yang ditingkatkan SPA sesuai ditingkatkan SPA sesuai standar
standar
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Jumlah Pelayanan Kesehatan Bergerak 18 51 84 117 150 324,9 28 provinsi Kemenkes
Bergerak (PKB) (PKB) yang dilakukan di daerah terpencil
dan sangat terpencil sesuai standar
Pelaksanaan Program Indonesia Jumlah kabupaten/kota yang telah 105 200 300,0 400,0 514,0 129,6 514 kabupaten/kota Kemenkes
Sehat dengan Pendekatan Keluarga melaksanakan PIS-PK dengan 100%
(PIS-PK) intervensi keluarga
Pelayanan rujukan non spesialistik Persentase FKTP dengan rasio rujukan 40,0 50,0 60,0 80,0 100,0 37,9 34 provinsi Kemenkes
di FKTP non spesialistik ≤ 2%
Pembinaan UTD yang memiliki Jumlah UTD yang mendapatkan 42 126 210 252 294 10,1 34 provinsi Kemenkes
sarana, prasarana dan alat pembinaan sesuai standar pelayanan
kesehatan sesuai standar transfusi darah
Penerapan telemedicine Jumlah fasyankes yang diampu dalam 67 134 201 268 335 62,2 34 provinsi Kemenkes
melaksanakan telemedicine
Penerapan Rekam Medis Elektronik Persentase rumah sakit rujukan yang 20 40 60 80 100 57,2 34 provinsi Kemenkes
(RME) terintegrasi menerapkan Rekam Medis Elektronik
(RME) terintegrasi
Penerapan sistem rujukan Jumlah provinsi yang menerapkan 34 34 34 34 34 25,2 34 provinsi Kemenkes
terintegrasi sistem rujukan terintegrasi
Pembinaan dalam rangka Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan 4.478 4.009 4.720 6.110 5.706 59,1 34 provinsi Kemenkes
peningkatan mutu FKTP untuk tingkat pertama yang memenuhi
diakreditasi persyaratan survei akreditasi
Pelayanan kesehatan lansia Persentase kabupaten/kota yang 45 50 55 60 65 115,4 34 provinsi Kemenkes
menyelenggarakan pelayanan kesehatan
lanjut lansia
Pembinaan dalam rangka Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan 1028 851 1195 1169 991 65,5 34 provinsi Kemenkes
peningkatan mutu rumah sakit rujukan yang memenuhi persyaratan
untuk diakreditasi survei akreditasi
A.3.19
Penugasan khusus tenaga Jumlah kumulatif penempatan baru dan 1356 1493 1200 1200 1200 296,8 100 puskesmas Kemenkes
kesehatan secara tim pemulangan tenaga kesehatan pada
penugasan khusus secara tim
Penugasan khusus tenaga Jumlah kumulatif penempatan baru dan 4177 5487 4000 4000 4000 270,0 500 puskesmas Kemenkes
kesehatan secara individu pemulangan tenaga kesehatan pada
penugasan khusus secara individu
Pendayagunaan dokter spesialis Jumlah lulusan pendidikan dokter 660 660 660 660 660 75,2 431 RS Kemenkes
spesialis yang didayagunakan
Penyediaan bantuan pendidikan Jumlah dokter penerima bantuan 2020 1885 1785 1650 1540 633,8 34 provinsi Kemenkes
Program Pendidikan Dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis
Spesialis (PPDS)/Program (PPDS)/Program Pendidikan Dokter Gigi
Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Spesialis (PPDGS)
(PPDGS)
Penyediaan bantuan biaya Jumlah penerima afirmasi bantuan biaya 0 500 1000 1500 1500 155,3 Pusat dan Poltekkes Kemenkes
pendidikan diutamakan pada pendidikan diutamakan pada daerah Kementerian Kesehatan
daerah bermasalah kesehatan dan bermasalah kesehatan dan DTPK
DTPK
Pelatihan strategis sumber daya Jumlah SDM kesehatan yang mendapat 2700 2700 2700 2700 2700 237,0 34 provinsi Kemenkes
manusia kesehatan pelatihan strategis
Penyesuaian prodi dan lembaga Jumlah prodi dan lembaga pendidikan 52 104 156 208 260 221,8 Pusat dan 38 Poltekkes Kemenkes
pendidikan SDM kesehatan SDM kesehatan yang disesuaikan Kementerian Kesehatan
dengan kebutuhan program
pembangunan kesehatan
Pendayagunaan tenaga kesehatan Jumlah tenaga kesehatan lulusan 0 500 1000 1500 1500 1.407,8 34 provinsi Kemenkes
lulusan Poltekkes Kemenkes di Poltekkes Kementerian Kesehatan RI
fasyankes Pemerintah yang didayagunakan di fasyankes
pemerintah
Pendayagunaan dokter pasca Jumlah dokter pasca internsip yang 0 400 600 800 1000 613,8 34 provinsi Kemenkes
internsip didayagunakan
A.3.20
Penyelesaian permohonan ekspor Jumlah permohonan ekspor impor obat, 16.300 16.500 16.700 16.900 17.100 5,3 33 provinsi BPOM
impor obat, narkotika, psikotropika narkotika, psikotropika, dan prekursor
dan prekursor yang diselesaikan yang diselesaikan tepat waktu
tepat waktu
Produksi alat kesehatan di dalam Jumlah alat kesehatan yang diproduksi 7 7 7 7 7 46,6 Industri Alkes di Kemenkes
negeri di dalam negeri provinsi/kabupaten/kota
ProP : Penguatan Tata Kelola, Jumlah provinsi/kabupaten/kota 25 35 45 55 65 1.786,8
Pembiayaan, Penelitian dan yang telah melakukan perbaikan tata
Pengembangan Kesehatan kelola program kesehatan
A.3.21
Penguatan sistem pencatatan data Jumlah rekomendasi penguatan sistem 2 1 1 1 1 48,5 35 provinsi Kemenkes
rutin program pencatatan data rutin program
Penyusunan rancangan kebijakan Jumlah rancangan kebijakan determinan 4 4 4 4 4 50,2 Pusat Kemenkes
determinan pembangunan pembangunan kesehatan yang
kesehatan dihasilkan
Penelitian dan pengembangan life Jumlah hasil penelitian dan 3 4 4 4 4 104,7 DKI Jakarta, Jawa Barat, Kemenkes
science bidang kesehatan pengembangan life science bidang Jawa Tengah, Jawa Timur,
kesehatan Banten, Yogyakarta,
Sumatera Barat
Penelitian dan pengembangan Jumlah hasil penelitian dan 1 1 1 1 1 256,2 34 provinsi Kemenkes
biomedis dan gizi masyarakat pada pengembangan biomedis dan gizi
Riset Kesehatan Nasional masyarakat pada Riset Kesehatan
Nasional
Riset evaluasi intervensi kesehatan Jumlah riset evaluasi intervensi 1 1 1 1 1 116,0 34 provinsi Kemenkes
prioritas di bidang upaya kesehatan kesehatan prioritas terkait upaya
masyarakat kesehatan masyarakat
Riset status kesehatan masyarakat Jumlah hasil riset status kesehatan 1 1 1 7 2 219,9 Sumut, Sumsel, Bengkulu, Kemenkes
pada riset kesehatan nasional masyarakat pada Riset Kesehatan Lampung, Jabar, Banten,
wilayah II Nasional (RISKESNAS) pada wilayah II Maluku
Riset status kesehatan masyarakat Jumlah hasil riset status kesehatan 1 1 1 6 2 133,1 Babel, Kalbar, Kalsel,, Kemenkes
pada Riset Kesehatan Nasional masyarakat pada Riset Kesehatan Sultra, Gorontalo, Pabar
wilayah V Nasional (RISKESNAS) pada wilayah V
A.3.22
Riset evaluasi intervensi kesehatan Jumlah hasil riset evaluasi intervensi 1 1 1 1 1 10,6 28 provinsi Kemenkes
prioritas di bidang sumber daya dan kesehatan prioritas terkait sumber daya
pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan
Riset status kesehatan masyarakat Jumlah hasil riset status kesehatan 1 1 1 7 2 205,6 Aceh, Riau, Jakarta, Kemenkes
pada riset kesehatan nasional masyarakat pada Riset Kesehatan Jateng, DIY, NTT, Sulsel
wilayah I Nasional (RISKESNAS) pada wilayah I
Riset status kesehatan masyarakat Jumlah hasil riset status kesehatan 1 1 1 7 2 108,2 Jambi, Kepri, Kalteng, Kemenkes
pada Riset Kesehatan Nasional masyarakat pada Riset Kesehatan Kaltim, Kaltara, Sulteng,
wilayah IV Nasional (RISKESNAS) pada wilayah IV Sulbar
Riset status kesehatan masyarakat Jumlah hasil riset status kesehatan 1 1 1 7 2 241,1 Ada 7 provinsi : Sumbar, Kemenkes
pada riset kesehatan nasional masyarakat pada Riset Kesehatan Jatim, Bali, NTB, Sulut,
wilayah III Nasional (RISKESNAS) pada wilayah III Malut, dan Papua
Penyusunan bahan kebijakan teknis Jumlah bahan kebijakan teknis 2 2 2 2 2 31,5 Pusat Kemenkes
pengembangan pembiayaan pengembangan pembiayaan kesehatan
kesehatan dan Jaminan Kesehatan dan jaminan kesehatan nasional
Nasional (JKN)
ProP : Peningkatan Efektivitas Persentase obat memenuhi syarat 80,8 83,6 86,6 90,0 92,3 2.914,3
Pengawasan Obat dan Makanan
Persentase makanan memenuhi 78 80 82 84 86
syarat
Sertifikasi pengawas obat dan Jumlah SDM pengawas obat dan 770 820 875 935 1.000 101,0 Pusat BPOM
makanan yang kompeten sesuai makanan yang tersertifikasi sesuai
standar standar
Pengembangan sistem informasi Persentase sistem informasi pengawasan 35 55 70 85 100 246,7 33 provinsi BPOM
pengawasan obat dan makanan obat dan makanan terintegrasi dan real
yang real time dan terintegrasi time
Penindakan terhadap kejahatan Persentase keberhasilan penindakan 50 52 54 56 58 179,8 33 provinsi BPOM
obat dan makanan obat dan makanan
Pemeriksaan dan pengujian sampel Persentase sampel makanan yang 75 77 80 83 85 192,5 33 provinsi BPOM
makanan sesuai standar diperiksa dan diuji sesuai standar
Pemeriksaan dan pengujian sampel Persentase sampel obat, obat tradisional, 82 85 88 91 94 262,0 33 provinsi BPOM
obat, obat tradisional, kosmetik dan kosmetik dan suplemen kesehatan yang
suplemen kesehatan sesuai standar diperiksa dan diuji sesuai standar
Pemeriksaan sarana produksi obat Persentase sarana produksi obat dan 50 55 60 65 70 48,0 33 provinsi BPOM
dan makanan yang memenuhi makanan yang memenuhi ketentuan
ketentuan
Pemeriksaan sarana distribusi obat Persentase sarana distribusi obat dan 60 63 66 68 71 301,1 33 provinsi BPOM
dan makanan yang memenuhi makanan yang memenuhi ketentuan
ketentuan
A.3.23
Pengembangan grand design Persentase pemenuhan grand design - 5 20 30 40 5,0 Pusat BPOM
penguatan laboratorium dan balai penguatan laboratorium pengujian obat
POM dan makanan dan penguatan balai POM
Harapan Lama Sekolah Penduduk Usia 13,41 13,6 13,79 13,97 14,16
25 Tahun Keatas(Tahun)
KP : Peningkatan Kualitas Pengajaran Proporsi Anak di Atas Batas 57,2 58,2 59,2 60,2 61,2 9.390,5
dan Pembelajaran Kompetensi Minimal dalam Test AKSI 26,5 27,4 28,3 29,2 30,1
(Persen): 30,4 31,4 32,4 33,4 34,4
a. Membaca
b. Matematika
c. Sains
Persentase Guru (TK, SD, SMP, SMA, 67,5 70,9 74,6 78,2 81,8
SMK, dan PLB) yang Bersertifikat
Pendidik (Persen)
ProP : Penerapan Kurikulum dan 996,8
Pola Pembelajaran Inovatif
Kurikulum yang dikembangkan Jumlah Kurikulum dan pembelajaran 148 148 148 148 148 75,4 Kemendikbud
pendidikan umum yang dikembangkan
Model PAUD-Dikmas yang Jumlah Model PAUD-Dikmas yang 171 171 171 171 171 195,7 Kemendikbud
dikembangkan dikembangkan
Sekolah Yang Menerapkan Jumlah Sekolah Yang Menerapkan 2.259 2.259 2.259 2.259 2.259 174,6 Kemendikbud
Kurikulum dan Model Pembelajaran Kurikulum dan Model Pembelajaran Yang
Yang Berlaku Berlaku
Sekolah Yang Menerapkan Jumlah Sekolah Yang Menerapkan 148.805 148.805 148.805 148.805 148.805 154,1 Kemendikbud
Kurikulum dan Model Pembelajaran Kurikulum dan Model Pembelajaran Yang
Yang Berlaku Berlaku
Sekolah Yang Menerapkan Jumlah Sekolah Yang Menerapkan 15.383 15.383 15.383 15.383 15.383 184,7 Kemendikbud
Kurikulum dan Model Pembelajaran Kurikulum dan Model Pembelajaran Yang
Yang Berlaku Berlaku
Sekolah Yang Menerapkan Jumlah Sekolah Yang Menerapkan 400 400 400 400 400 20,7 Kemendikbud
Kurikulum dan Model Pembelajaran Kurikulum dan Model Pembelajaran Yang
Yang Berlaku Berlaku
Madrasah yang melaksanakan Jumlah Madrasah yang melaksanakan 0,00 10,00 10,00 10,00 10,00 12,8 Kemenag
program keagamaan program keagamaan
Madrasah yang melaksanakan Jumlah Madrasah yang melaksanakan 0,00 22,00 22,00 22,00 22,00 79,0 Kemenag
program keterampilan/Kejuruan program keterampilan/Kejuruan
Madrasah yang menyelenggarakan Jumlah Madrasah yang 0,00 7,00 7,00 7,00 7,00 4,5 Kemenag
pendidikan inklusi/kebutuhan menyelenggarakan pendidikan
khusus inklusi/kebutuhan khusus
Program Studi Menerapkan Inovasi Jumlah Program Studi yang Menerapkan 600 700 800 900 1.000 58,2 Pusat Kemendikbud
Proses Pembelajaran Digital Inovasi Proses Pembelajaran Digital
A.3.25
Perguruan Tinggi Menerapkan Jumlah Perguruan Tinggi Menerapkan 200 250 300 350 400 8,0 Pusat Kemendikbud
Inovasi Pembelajaran Pendidikan Inovasi Pembelajaran Pendidikan Khusus
Khusus
Peningkatan Kualitas Pendidikan Peningkatan Kualitas Pendidikan 19,00 19,00 19,00 19,00 19,00 29,0 Kemenag
Khonghucu Khonghucu
ProP : Peningkatan Kompetensi 6.121,4
Pendidik
Guru Dikdas yang Difasilitasi dalam Jumlah Guru Dikdas yang Difasilitasi 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 105,2 Kemendikbud
Pengembangan Karir dalam Pengembangan Karir
Guru Dikdas yang Memperoleh Jumlah Guru Dikdas yang Memperoleh 676 676 676 676 676 150,3 Kemendikbud
Penghargaan dan Perlindungan Penghargaan dan Perlindungan
Guru Dikmen yang Difasilitasi Jumlah Guru Dikmen yang Difasilitasi 7.330 7.330 7.330 7.330 7.330 117,7 Kemendikbud
dalam Pengembangan Karir dalam Pengembangan Karir
Guru Kelas yang Mendapatkan Jumlah Guru Kelas yang Mendapatkan 21.219 21.219 21.219 21.219 21.219 499,8 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Bidang Peningkatan Kompetensi Bidang Tematik
Tematik
Guru yang Mendapatkan Jumlah Guru yang Mendapatkan 3.377 3.377 3.377 3.377 3.377 138,9 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Bidang Peningkatan Kompetensi Bidang Bahasa
Bahasa
Guru yang Mendapatkan Jumlah Guru yang Mendapatkan 3.388 3.388 3.388 3.388 3.388 133,3 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Bidang IPA Peningkatan Kompetensi Bidang IPA
Guru yang Mendapatkan Jumlah Guru yang Mendapatkan 3.388 3.388 3.388 3.388 3.388 135,8 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Bidang IPS Peningkatan Kompetensi Bidang IPS
Guru yang Mendapatkan Jumlah Guru yang Mendapatkan 3.377 3.377 3.377 3.377 3.377 150,8 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Bidang Peningkatan Kompetensi Bidang
Matematika Matematika
Guru yang Mendapatkan Jumlah Guru yang Mendapatkan 3.377 3.377 3.377 3.377 3.377 136,5 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Bidang Peningkatan Kompetensi Bidang
Penjaskes dan BK Penjaskes dan BK
Kepala Sekolah yang Difasilitasi Jumlah Kepala Sekolah yang Difasilitasi 1.567 1.567 1.567 1.567 1.567 96,5 Kemendikbud
dalam Pengembangan Karir dalam Pengembangan Karir
Guru yang Mendapatkan Jumlah Guru yang Mendapatkan 3.069 3.069 3.069 3.069 3.069 116,3 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Bidang Peningkatan Kompetensi Bidang TK/PLB
TK/PLB
Kepala Sekolah yang Memperoleh Jumlah Kepala Sekolah yang 39.564 39.564 39.564 39.564 39.564 1.022,1 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Memperoleh Peningkatan Kompetensi
Model-Model (Inovasi) Peningkatan Jumlah Model-Model (Inovasi) 14 14 14 14 14 58,1 Kemendikbud
Kompetensi Pendidik dan Tenaga Peningkatan Kompetensi Pendidik dan
Kependidikan Tenaga Kependidikan
A.3.26
Penyelenggara dan Tutor Jumlah Penyelenggara dan Tutor - 4.212 4.212 4.212 4.212 82,8 Kemendikbud
Pendidikan Keaksaraan dan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan
Kesetaraan yang memperoleh yang memperoleh Bimbingan Teknis
Bimbingan Teknis
Pengawas yang Difasilitasi dalam Jumlah Pengawas yang Difasilitasi 1.508 1.508 1.508 1.508 1.508 49,2 Kemendikbud
Pengembangan Karir dalam Pengembangan Karir
Pengawas yang Memperoleh Jumlah Pengawas yang Memperoleh - 900 900 900 900 27,2 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Peningkatan Kompetensi
Peserta didik/Penguji/Pengelola Jumlah Peserta didik/Penguji/Pengelola 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 64,8 Kemendikbud
Kursus dan Pelatihan memperoleh Kursus dan Pelatihan memperoleh
peningkatan kompetensi peningkatan kompetensi
Tenaga Kependidikan Lainnya yang Jumlah Tenaga Kependidikan Lainnya 204 204 204 204 204 16,6 Kemendikbud
Difasilitasi dalam Pengembangan yang Difasilitasi dalam Pengembangan
Karir Karir
Tenaga Profesional dan Calon Jumlah Tenaga Profesional dan Calon 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 27,9 Kemendikbud
Tenaga Profesional Terbina Tenaga Profesional yang Memperoleh
Kemahiran Berbahasa Indonesia Pembinaan Kemahiran Berbahasa
Indonesia
Alumni Diklat Tenaga Teknis Jumlah Alumni Diklat Tenaga Teknis 40.510,00 40.510,00 40.510,00 40.510,00 40.510,00 829,4 Kemenag
Pendidikan Pendidikan
Guru PAI yang meningkat Jumlah Guru PAI yang meningkat 3.950,00 4.000,00 4.500,00 5.000,00 5.500,00 49,7 Kemenag
kompetensinya kompetensinya
Guru Pendidikan Agama Katolik Jumlah Guru Pendidikan Agama Katolik 4.369,00 4.369,00 4.369,00 4.369,00 4.369,00 166,8 Kemenag
yang Meningkat Kompetensinya yang Meningkat Kompetensinya
Guru yang memperoleh peningkatan Jumlah Guru yang memperoleh 1.245,00 8.000,00 9.000,00 10.000,00 11.000,00 352,0 Kemenag
Kompetensi dan Pembinaan peningkatan Kompetensi dan Pembinaan
Kepala SDTK, SMPTK, dan SMTK Jumlah Kepala SDTK, SMPTK, dan SMTK 0,00 78,00 100,00 200,00 300,00 5,1 Kemenag
yang memperoleh Peningkatan yang memperoleh Peningkatan
Kompetensi dan Pembinaan Kompetensi dan Pembinaan
KKG/MGMP Katolik yang Menerima Jumlah KKG/MGMP Katolik yang 264,00 264,00 264,00 264,00 264,00 571,0 Kemenag
Bantuan Menerima Bantuan
Pengawas Pendidikan Agama Jumlah Pengawas Pendidikan Agama 120,00 120,00 120,00 120,00 120,00 4,2 Kemenag
Katolik yang Meningkat Katolik yang Meningkat Kompetensinya
Kompetensinya
Pengawas yang memperoleh Jumlah Pengawas yang memperoleh 0,00 56,00 56,00 56,00 56,00 2,3 Kemenag
Peningkatan Kompetensi dan Peningkatan Kompetensi dan Pembinaan
Pembinaan
Penguatan KKG/MGMP Jumlah Guru yang Mendapatkan 186,00 186,00 186,00 186,00 186,00 324,8 Kemenag
Penguatan KKG/MGMP
A.3.27
Peningkatan Kompetensi Guru Jumlah Guru yang Meningkat 5.712,00 5.712,00 5.712,00 5.712,00 5.712,00 62,7 Kemenag
Kompetensinya
Tenaga Kependidikan pada Sekolah Jumlah Tenaga Kependidikan pada 159,00 159,00 159,00 159,00 159,00 9,3 Kemenag
Keagamaan Katolik yang Meningkat Sekolah Keagamaan Katolik yang
Kompetensinya Meningkat Kompetensinya
Tenaga Pendidik dan Kependidikan Jumlah Tenaga Pendidik dan 1.900,00 1.900,00 1.900,00 1.900,00 1.900,00 71,9 Kemenag
Agama dan Keagamaan Buddha Kependidikan Agama dan Keagamaan
yang ditingkatkan kompetensinya Buddha yang ditingkatkan
kompetensinya
Tenaga Pendidik Sekolah Jumlah Tenaga Pendidik Sekolah 163,00 170,00 175,00 180,00 185,00 11,1 Kemenag
Keagamaan Katolik yang Meningkat Keagamaan Katolik yang Meningkat
Kompetensinya Kompetensinya
SDM DIKTI Yang Mengikuti Jumlah SDM DIKTI Yang Mengikuti 915 1.000 1.100 1.200 1.300 155,8 Pusat Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Peningkatan Kompetensi
SDM Dikti Yang Mengikuti Jumlah SDM Dikti Yang Mengikuti 380 500 600 700 800 22,9 Pusat Kemendikbud
Pendidikan Non Gelar Pendidikan Non Gelar
Dosen dan Guru Besar PTKI yang Jumlah Dosen dan Guru Besar PTKI 99 99 99 99 99 16,2 Pusat Kemenag
Ditingkatkan Kompetensinya yang Ditingkatkan Kompetensinya
Tenaga Kependidikan yang Jumlah Tenaga Kependidikan yang 115 115 115 115 115 12,0 Pusat Kemenag
Ditingkatkan Kompetensinya Ditingkatkan Kompetensinya
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jumlah Pendidik dan Tenaga 42 42 42 42 42 13,5 Pusat Kemenag
yang Ditingkatkan Mutunya Kependidikan yang Ditingkatkan
Mutunya
Dosen yang Tersertifikasi Jumlah Dosen yang disertifikasi 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 11,5 Pusat Kemenag
Dosen yang bersertifikat Jumlah Dosen yang disertifikasi 100 100 100 100 100 2,0 Pusat Kemenag
Dosen yang memperoleh Jumlah Dosen yang memperoleh 1.952 1.952 1.952 1.952 1.952 75,0 Daerah Kemenag
Peningkatan Kompetensi Peningkatan Kompetensi
Dosen PTA Katolik Tersertifikasi Jumlah Dosen PTA Katolik yang 50 50 50 50 50 1,5 Pusat Kemenag
Disertifikasi
Dosen dan Tenaga Kependidikan Jumlah Dosen dan Tenaga Kependidikan 635 635 635 635 635 55,6 Pusat Kemenag
yang Ditingkatkan Kompetensinya yang Ditingkatkan Kompetensinya
Peningkatan Kompetensi Dosen dan Jumlah Dosen dan Mahasiswa PTKH 921 921 921 921 921 40,0 Pusat Kemenag
Mahasiswa PTKH yang Ditingkatkan Kompetensinya
Sertifikasi Dosen Jumlah Dosen Yang Disertifikasi 50 50 50 50 50 0,5 Pusat Kemenag
Dosen yang tingkatkan Jumlah Dosen yang ditingkatkan 310 310 310 310 310 8,5 Pusat Kemenag
kompetensinya kompetensinya
SDM Dikti yang mengikuti Sertifikasi Jumlah SDM Dikti yang mengikuti 8.000 9.000 10.000 11.000 12.000 62,5 Pusat Kemendikbud
Dosen Sertifikasi Dosen
SDM DIKTI yang mengikuti Penilaian Jumlah SDM DIKTI yang mengikuti 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 49,4 Pusat Kemendikbud
Angka Kredit Penilaian Angka Kredit
Kompetensi Guru Agama Khonghucu Jumlah Guru yang Meningkat 0,00 50,00 50,00 50,00 50,00 1,8 Kemenag
Kompetensinya
A.3.28
Guru Agama Khonghucu Penerima Jumlah Guru yang Menerima Insentif 132,00 132,00 132,00 132,00 132,00 2,8 Kemenag
Insentif
ProP : Penguatan Kualitas Penilaian 1.398,7
Pendidikan
Bahan Kebijakan Hasil Penilaian Jumlah Bahan Kebijakan Hasil Penilaian 7 7 7 7 7 83,1 Kemendikbud
Pendidikan Pendidikan
Model Penilaian Pendidikan Jumlah Model Penilaian Pendidikan 9 9 9 9 9 49,3 Kemendikbud
Peserta Didik Yang Dinilai Jumlah Peserta Didik Yang Dinilai 8.424.500 8.424.500 8.424.500 8.424.500 8.424.500 1.003,2 Kemendikbud
Kompetensinya Melalui Ujian Kompetensinya Melalui Ujian Nasional
Nasional
Satuan Pendidikan Yang Jumlah Satuan Pendidikan Yang 90.000 105.000 120.000 135.000 150.000 86,8 Kemendikbud
Melaksanakan CBT Melaksanakan CBT
Soal yang dikembangkan Jumlah Soal yang dikembangkan 66.280 66.280 66.280 66.280 66.280 100,6 Kemendikbud
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jumlah Pendidik dan Tenaga 3.492,00 3.500,00 4.000,00 4.500,00 5.000,00 14,7 Kemenag
Madrasah Yang Dinilai Kinerjanya Kependidikan Madrasah Yang Dinilai
Kinerjanya
Penghargaan Bagi Pendidik dan Jumlah Penghargaan Bagi Pendidik dan 1.575,00 1.600,00 1.700,00 1.800,00 1.900,00 25,1 Kemenag
Tenaga Kependidikan pada Tenaga Kependidikan pada Madrasah
Madrasah dan RA dan RA
Penyelenggaraan Ujian Nasional Jumlah Penyelenggaraan Ujian Nasional 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 9,6 Kemenag
SMAK SMAK
Siswa yang Mengikuti Ujian Jumlah Siswa yang Mengikuti Ujian 1.158,00 1.158,00 1.158,00 1.158,00 1.158,00 26,4 Kemenag
Nasional Nasional
ProP : Pemanfaatan Teknologi 821,6
Informasi dan Komunikasi
Bahan Belajar Berbasis TIK Untuk Jumlah Bahan Belajar Berbasis TIK 6.150 6.150 6.150 6.150 6.150 180,0 Kemendikbud
Pembelajaran (Konten Dan Aplikasi) Untuk Pembelajaran (Konten Dan
Aplikasi)
Model Media Pendidikan Berbasis Jumlah Model Media Pendidikan 11 11 11 11 11 21,0 Kemendikbud
TIK Berbasis TIK
Satuan Pendidikan Yang Jumlah Sekolah Yang Menerapkan TIK 9.460 10.000 10.500 11.000 11.500 117,4 Kemendikbud
Menerapkan TIK untuk E- untuk E-Pembelajaran
Sekolah Garis Depan (Daerah 3T) Jumlah Sekolah Garis Depan (Daerah 3T) 300 500 600 700 800 116,2 Kemendikbud
Berbasis TIK Berbasis TIK
Produksi Dokumenter Jumlah paket siaran dokumenter 65 65 65 65 65 17,0 Pusat LPP RRI
Kanal Pendidikan dan Budaya Jumlah jam siar konten pendidikan dan 1.460 2.190 2.920 2.920 2.920 370,0 Pusat LPP TVRI
budaya
ProP : Integrasi Softskill dalam 52,0
Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang Jumlah Perangkat pembelajaran yang 106 106 106 106 106 52,0 Kemendikbud
dikembangkan dikembangkan
KP : Pemerataan Akses dan Wajib Angka Partisipasi Kasar (Persen) 33,4 35,4 37,4 39,5 41,7 232.259,8
Belajar 12 Tahun Pendidikan Tinggi
A.3.29
Rasio Angka Partisipasi Kasar (APK) 105,5 105,5 104,4 104,4 104,4
perempuan/laki-laki di Perguruan
Tinggi
ProP : Sarana dan Prasarana 24.250,5
Pendidikan
Lembaga PAUD di Daerah 3T yang Jumlah Lembaga PAUD di Daerah 3T 250 300 350 400 450 273,5 Kemendikbud
Dibangun/Direvitalisasi yang Dibangun/Direvitalisasi
Lembaga PAUD Pembina yang Jumlah Lembaga PAUD Pembina yang - 25 25 25 25 135,9 Kemendikbud
Dibangun/Direvitalisasi Dibangun/Direvitalisasi
Satuan Pendidikan Penyelenggara Jumlah Satuan Pendidikan - 500 500 500 500 150,2 Kemendikbud
Pendidikan Keaksaraan dan Penyelenggara Pendidikan Keaksaraan
Kesetaraan yang mendapatkan dan Kesetaraan yang mendapatkan
Peningkatan Sarana Peningkatan Sarana
SD-SMP Satu Atap yang dibangun Jumlah SD-SMP Satu Atap yang - 15 15 15 15 75,8 Kemendikbud
dibangun
Sekolah Yang Direnovasi Jumlah Sekolah Yang Direnovasi 5 5 5 5 5 49,8 Kemendikbud
Sekolah Yang Direnovasi Jumlah Sekolah Yang Direnovasi 58 58 58 58 58 459,0 Kemendikbud
Sekolah Yang Direnovasi Jumlah Sekolah Yang Direnovasi 132 132 132 132 132 373,9 Kemendikbud
Sekolah Yang Direnovasi Jumlah Sekolah Yang Direnovasi 20 20 20 20 20 59,4 Kemendikbud
Unit Sekolah Baru Yang Dibangun Jumlah Unit Sekolah Baru Yang 6 6 6 6 6 148,4 Kemendikbud
Dibangun
Unit Sekolah Baru Yang Dibangun Jumlah Unit Sekolah Baru Yang 8 8 8 8 8 131,0 Kemendikbud
Dibangun
Unit Sekolah Baru Yang Dibangun Jumlah Unit Sekolah Baru Yang 8 8 8 8 8 209,2 Kemendikbud
Dibangun
Unit Sekolah Baru Yang Dibangun Jumlah Unit Sekolah Baru Yang 20 20 20 20 20 316,2 Kemendikbud
Dibangun
Asrama pada Madrasah yang Jumlah Asrama pada Madrasah yang 0,00 10,00 10,00 10,00 10,00 24,8 Kemenag
dibangun dibangun
Asrama pada Pondok Pesantren Jumlah Asrama pada Pondok Pesantren 256,00 260,00 260,00 260,00 260,00 63,5 Kemenag
yang Dibangun yang Dibangun
Asrama pada Pondok Pesantren Jumlah Asrama pada Pondok Pesantren 245,00 250,00 250,00 250,00 250,00 30,7 Kemenag
yang Direhabilitasi yang Direhabilitasi
Laboratorium Komputer MA yang Jumlah Laboratorium Komputer MA yang 0,00 160,00 170,00 180,00 190,00 178,4 Kemenag
dibangun dibangun
Laboratorium Komputer MTs yang Jumlah Laboratorium Komputer MTs 0,00 160,00 170,00 180,00 190,00 178,4 Kemenag
dibangun yang dibangun
Madrasah di daerah 3T yang Jumlah Madrasah di daerah 3T yang 14,00 15,00 20,00 25,00 30,00 25,1 Kemenag
ditingkatkan mutunya ditingkatkan mutunya
Madrasah yang direvitalisasi Jumlah Madrasah yang direvitalisasi 0,00 5,00 5,00 5,00 5,00 15,8 Kemenag
Madrasah yang Ditingkatkan Mutu Jumlah Madrasah yang ditingkatan mutu 58,00 58,00 58,00 58,00 58,00 11,7 Kemenag
UKS/M UKS dan sanitasinya
A.3.30
MAN Insan Cendekia yang Jumlah MAN Insan Cendekia yang 27,00 27,00 27,00 27,00 27,00 451,7 Kemenag
mendapatkan bantuan mendapatkan bantuan
Penyediaan Sarana dan Prasarana Jumlah Penyediaan Sarana dan 55,00 55,00 55,00 55,00 55,00 72,2 Kemenag
pada SMAK Prasarana pada SMAK
Penyediaan Sarana dan Prasarana Jumlah Penyediaan Sarana dan 52,00 52,00 52,00 52,00 52,00 9,1 Kemenag
pada Taman Seminari Prasarana pada Taman Seminari
Peralatan Laboratorium Jumlah Peralatan Laboratorium 0,00 300,00 350,00 400,00 450,00 93,5 Kemenag
Komputer/ICT pada MA yang Komputer/ICT pada MA yang diadakan
diadakan
Peralatan Laboratorium Jumlah Peralatan Laboratorium 0,00 300,00 350,00 400,00 450,00 107,0 Kemenag
Komputer/ICT pada MTs yang Komputer/ICT pada MTs yang diadakan
diadakan
Ruang Belajar Pendidikan Jumlah Ruang Belajar Pendidikan 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 42,5 Kemenag
Keagamaan Islam yang Keagamaan Islam yang Direhabilitasi
Ruang kelas MA yang dibangun Jumlah Ruang kelas MA yang dibangun 135,00 140,00 150,00 160,00 170,00 27,5 Kemenag
Ruang kelas MA yang direhabilitasi Jumlah Ruang kelas MA yang 0,00 300,00 300,00 300,00 300,00 229,8 Kemenag
direhabilitasi
Ruang kelas MI yang dibangun Jumlah Ruang kelas MI yang dibangun 159,00 170,00 180,00 190,00 200,00 28,0 Kemenag
Ruang kelas MI yang direhabilitasi Jumlah Ruang kelas MI yang 0,00 300,00 300,00 300,00 300,00 229,8 Kemenag
direhabilitasi
Ruang kelas MTs yang dibangun Jumlah Ruang kelas MTs yang dibangun 180,00 190,00 200,00 210,00 220,00 26,2 Kemenag
Ruang kelas MTs yang direhabilitasi Jumlah Ruang kelas MTs yang 0,00 300,00 300,00 300,00 300,00 229,8 Kemenag
direhabilitasi
Ruang kelas RA yang dibangun Jumlah Ruang kelas RA yang dibangun 0,00 35,00 35,00 35,00 35,00 15,8 Kemenag
Ruang kelas RA yang direhabilitasi Jumlah Ruang kelas RA yang 0,00 100,00 100,00 100,00 100,00 76,6 Kemenag
direhabilitasi
Sarana dan Prasarana Penunjang Jumlah Sarana dan Prasarana 0,00 30,00 30,00 30,00 30,00 6,4 Kemenag
Pembelajaran RA yang ditingkatkan Penunjang Pembelajaran RA yang
Kualitasnya ditingkatkan Kualitasnya
Sekolah yang mendapatkan bantuan Jumlah Sekolah yang mendapatkan 74,00 80,00 85,00 90,00 95,00 21,0 Kemenag
penyediaan Sarana dan Prasarana bantuan penyediaan Sarana dan
Prasarana
Gedung Perguruan Tinggi Yang Jumlah Gedung Perguruan Tinggi Yang 80 50 50 50 50 5.086,9 Pusat Kemendikbud
Direvitalisasi Direvitalisasi
Sarana dan Prasarana PTKI melalui Jumlah PTKI yang Diperbaiki Sarana dan 8 10 10 10 10 5.291,6 Pusat Kemenag
SBSN Prasarananya melalui SBSN
Sarana dan Prasarana Jumlah PTKI yang Diperbaiki Sarana dan 58 58 58 58 58 43,0 Pusat Kemenag
Perpustakaan pada PTKI Prasarana Perpustakaannya
Sarana dan Prasarana PTKI Jumlah PTKI yang Diperbaiki Sarana dan 58 58 58 58 58 400,0 Pusat Kemenag
Prasarananya
A.3.31
Sarana dan Prasarana PTK yang Jumlah PTA yang direhabilitasi Sarana 95 355 355 355 355 402,5 Pusat Kemenag
memenuhi Standar dan Prasarana PTT/AK yang memnuhi
standar
Program Studi Di Luar Domisili Jumlah Program Studi Di Luar Domisili 2 5 5 5 5 17,6 Pusat Kemendikbud
(PDD) (PDD)
Sarana Prasarana yang dibiayai Jumlah Item Sarana Prasarana yang 12 8 2 2 2 2.472,1 Pusat Kemendikbud
melalui PHLN dibiayai melalui PHLN
Sarana dan Prasarana Pendidikan Jumlah Sarana dan Prasarana 24 24 24 24 24 3,3 Kemenag
Agama Khonghucu
Sarana dan Prasarana madrasah Jumlah Sarana dan Prasarana 136 136 136 136 136 5.871,4 Kemenag
Madrasah yang Diadakan (SBSN) Pendidikan Agama
Lembaga Pendidikan Keagamaan Jumlah Lembaga Pendidikan Keagamaan 21,00 21,00 21,00 21,00 21,00 39,8 Kemenag
Buddha yang memperoleh Bantuan Buddha yang memperoleh Bantuan
Rehab/ Renov/ Pembangunan Rehab/ Renov/ Pembangunan
Lembaga Pendidikan Keagamaan Jumlah Lembaga Pendidikan Keagamaan 272,00 272,00 272,00 272,00 272,00 45,0 Kemenag
Buddha yang memperoleh Bantuan Buddha yang memperoleh Bantuan
Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana
ProP : Bantuan Pendidikan Bagi 200.646,1
Anak Kurang Mampu, Daerah
Afirmasi, dan Berbakat
Siswa berkebutuhan khusus Jumlah Siswa berkebutuhan khusus 135.581 135.581 135.581 135.581 135.581 1.373,7 Kemendikbud
penerima bantuan penerima bantuan
Siswa Yang Mendapatkan Beasiswa Jumlah Siswa Yang Mendapatkan 3.078 3.078 3.078 3.078 3.078 60,4 Kemendikbud
Bakat dan Berprestasi Beasiswa Bakat dan Berprestasi
Siswa Yang Mendapatkan Beasiswa Jumlah Siswa Yang Mendapatkan 12.150 12.150 12.150 12.150 12.150 94,6 Kemendikbud
Bakat dan Berprestasi Beasiswa Bakat dan Berprestasi
Siswa Yang Mendapatkan Beasiswa Jumlah Siswa Yang Mendapatkan 2.303 2.303 2.303 2.303 2.303 38,2 Kemendikbud
Bakat dan Berprestasi Beasiswa Bakat dan Berprestasi
Sekolah yang Mendapatkan Jumlah Siswa yang Mendapatkan 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 27,9 Kemendikbud
Beasiswa Bakat dan Prestasi Beasiswa Bakat dan Prestasi
Siswa Yang Mendapatkan Program Jumlah Siswa Yang Mendapatkan 10.360.614 10.360.614 10.360.614 10.360.614 10.360.614 23.320,8 Integrasi Bantuan Sosial Kemendikbud
Indonesia Pintar Program Indonesia Pintar Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Siswa Yang Mendapatkan Program Jumlah Siswa Yang Mendapatkan 1.368.243 1.368.243 1.368.243 1.368.243 1.368.243 6.558,7 Integrasi Bantuan Sosial Kemendikbud
Indonesia Pintar Program Indonesia Pintar Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Siswa Yang Mendapatkan Program Jumlah Siswa Yang Mendapatkan 1.829.167 1.829.167 1.829.167 1.829.167 1.829.167 8.501,3 Integrasi Bantuan Sosial Kemendikbud
Indonesia Pintar Program Indonesia Pintar Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
A.3.32
Siswa Yang Mendapatkan Program Jumlah Siswa SMP penerima bantuan 4.369.968 4.369.968 4.369.968 4.369.968 4.369.968 15.065,5 Integrasi Bantuan Sosial Kemendikbud
Indonesia Pintar melalui KIP Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Siswa Yang Mengikuti Lomba, Jumlah Siswa Yang Mengikuti Lomba, 5.168 5.168 5.168 5.168 5.168 280,9 Kemendikbud
Festival, dan Olimpiade Festival, dan Olimpiade
Siswa Yang Mengikuti Lomba, Jumlah Siswa Yang Mengikuti Lomba, 4.842 4.842 4.842 4.842 4.842 238,6 Kemendikbud
Festival, dan Olimpiade Festival, dan Olimpiade
Siswa Yang Mengikuti Lomba, Jumlah Siswa Yang Mengikuti Lomba, 5.683 5.683 5.683 5.683 5.683 443,1 Kemendikbud
Festival, dan Olimpiade Festival, dan Olimpiade
Siswa Yang Mengikuti Lomba, Jumlah siswa SMK yang mengikuti 9.261 9.261 9.261 9.261 9.261 485,7 Kemendikbud
Festival, dan Olimpiade lomba/ olimpiade, festival, debat, dan
unjuk prestasi tingkat nasional dan
internasional
Siswa Yang Mengikuti Lomba, Jumlah Siswa Yang Mengikuti Lomba, 3.294 4.056 4.056 4.056 4.056 384,1 Kemendikbud
Festival, dan Olimpiade Festival, dan Olimpiade
Mahasiswa Penerima Bantuan Jumlah Mahasiswa Penerima Bantuan 365.380 289.854 208.624 113.572 - 9.239,3 Pusat Kemendikbud
Bidikmisi Bidikmisi
Mahasiswa Penerima Beasiswa Jumlah Mahasiswa Penerima Beasiswa 5.148 7.798 8.198 8.898 9.148 658,4 Pusat Kemendikbud
Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik)
Mahasiswa Penerima Beasiswa Jumlah Mahasiswa Penerima Beasiswa 297 400 500 600 700 7,6 Pusat Kemendikbud
Prestasi Prestasi
Bantuan Peningkatan Prestasi Jumlah Siswa penerima bantuan 970 970 970 970 970 14,6 Pusat Kemenag
Akademik (PPA) beasiswa PPA
Beasiswa BIDIK MISI Jumlah Siswa penerima bantuan 1.345 1.345 1.067 767 467 55,1 Pusat Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
beasiswa BIDIK MISI Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Beasiswa Mahasiswa Miskin Jumlah Siswa penerima bantuan 1.135 1.135 1.135 1.135 1.135 15,6 Pusat Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
beasiswa Mahasiswa Miskin Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Bidik Misi PTKI Jumlah Siswa penerima bantuan 38.000 26.364 18.576 10.788 3.000 1.006,2 Pusat Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
beasiswa Bidik Misi PTKI Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Mahasiswa Berprestasi Penerima Jumlah Mahasiswa Berprestasi Penerima 1.361 1.361 1.361 1.361 1.361 35,9 Pusat Kemenag
Beasiswa PPA Beasiswa PPA
Mahasiswa Miskin Penerima Bidik Jumlah Mahasiswa Miskin Penerima 1.768 1.768 1.607 1.107 607 77,8 Pusat Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
Misi Bidik Misi Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
A.3.33
Mahasiswa Penerima Beasiswa Jumlah Mahasiswa Penerima Beasiswa 5.300 5.300 5.300 5.300 5.300 100,0 Pusat Kemenag
Peningkatan Prestasi dan Akademik Peningkatan Prestasi dan Akademik
(PPA) (PPA)
Mahasiswa penerima beasiswa PPA Jumlah Mahasiswa penerima beasiswa 75 75 75 75 75 2,0 Pusat Kemenag
PPA
Mahasiswa Penerima Bidik Misi Jumlah Mahasiswa Penerima Bidik Misi 20 20 20 15 10 1,1 Pusat Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Mahasiswa PTA Katolik Penerima Jumlah Mahasiswa PTA Katolik Penerima 2.150 2.150 2.150 2.150 2.150 30,0 Pusat Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
Beasiswa Miskin Beasiswa Miskin Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Mahasiswa yang mendapatkan Jumlah Mahasiswa yang mendapatkan 250 250 100 150 100 12,5 Pusat Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
bantuan Bidik Misi bantuan Bidik Misi Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Bantuan Operasional Sekolah TK Jumlah Siswa Penerima Bantuan 333 333 333 333 333 2,2 Kemenag
Adi, Madya, dan Utama Widya Operasional Sekolah TK Adi, Madya, dan
Pasraman Utama Widya Pasraman
PIP Tk Adi, Madya dan Utama Jumlah Siswa Penerima Program 293 293 293 293 293 1,0 Pusat Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
Widya Pasraman Indonesia Pintar Tk Adi, Madya dan Menuju Skema
Utama Widya Pasraman Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Santri Pendidikan diniyah Jumlah Santri Pendidikan diniyah 30.176 30.176 30.176 30.176 30.176 79,7 Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
formal/muadalah/PPS Tk. Ula formal/muadalah/PPS Tk. Ula Penerima Menuju Skema
Penerima bantuan PIP bantuan PIP Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Santri Pendidikan diniyah Jumlah Santri Pendidikan diniyah 27.540 27.540 27.540 27.540 27.540 145,4 Kemenag
formal/muadalah/PPS Tk. Ula formal/muadalah/PPS Tk. Ula penerima
penerima BOS BOS
Santri Pendidikan diniyah Jumlah Santri Pendidikan diniyah 46.283,00 46.283,00 46.283,00 46.283,00 46.283,00 314,2 Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
formal/muadalah/PPS Tk. Ulya formal/muadalah/PPS Tk. Ulya Menuju Skema
penerima bantuan PIP penerima bantuan PIP Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Santri Pendidikan diniyah Jumlah Santri Pendidikan diniyah 18.562,00 18.562,00 18.562,00 18.562,00 18.562,00 153,9 Kemenag
formal/muadalah/PPS Tk. Ulya formal/muadalah/PPS Tk. Ulya
penerima BOS penerima BOS
Santri Pendidikan diniyah Jumlah Santri Pendidikan diniyah 105.203,00 105.203,00 105.203,00 105.203,00 105.203,00 462,4 Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
formal/muadalah/PPS Tk. Wustha formal/muadalah/PPS Tk. Wustha Menuju Skema
penerima bantuan PIP penerima bantuan PIP Perlindungan Sosial
Menyeluruh
A.3.34
Santri Pendidikan diniyah Jumlah Santri Pendidikan diniyah 114.516,00 114.516,00 114.516,00 114.516,00 114.516,00 696,1 Kemenag
formal/muadalah/PPS Tk. Wustha formal/muadalah/PPS Tk. Wustha
penerima BOS penerima BOS
Siswa berprestasi pada madrasah Jumlah Siswa berprestasi pada 2.500,00 2.500,00 2.500,00 2.500,00 2.500,00 7,4 Kemenag
penerima beasiswa madrasah penerima beasiswa
Siswa MA penerima Bantuan PIP Jumlah Siswa MA penerima Bantuan PIP 320.372,00 320.372,00 320.372,00 320.372,00 320.372,00 1.879,5 Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Siswa MI penerima Bantuan PIP Jumlah Siswa MI penerima Bantuan PIP 939.607,00 939.607,00 939.607,00 939.607,00 939.607,00 2.480,5 Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Siswa MTs penerima Bantuan PIP Jumlah Siswa MTs penerima Bantuan 745.086,00 745.086,00 745.086,00 745.086,00 745.086,00 3.278,3 Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
PIP Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Siswa SDTK Penerima BOS Jumlah Siswa SDTK Penerima BOS 2.273,00 2.273,00 2.273,00 2.273,00 2.273,00 10,7 Kemenag
PIP SDTK Jumlah Siswa SDTK Penerima KIP 1.032,00 1.032,00 1.032,00 1.032,00 1.032,00 2,7 Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Siswa SMAK Penerima Bantuan PIP Jumlah Siswa SMAK Penerima Bantuan 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 3,5 Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
PIP Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Siswa SMPTK Penerima BOS Jumlah Siswa SMPTK Penerima BOS 3.088,00 3.088,00 3.088,00 3.088,00 3.088,00 18,1 Kemenag
PIP SMPTK Jumlah Siswa SMPTK Penerima KIP 2.838,00 2.838,00 2.838,00 2.838,00 2.838,00 12,5 Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Siswa SMTK Penerima BOS Jumlah Siswa SMTK Penerima BOS 8.725,00 8.725,00 8.725,00 8.725,00 8.725,00 71,7 Kemenag
PIP SMTK/SMAK Jumlah Siswa SMTK penerima KIP 7.953,00 7.953,00 7.953,00 7.953,00 7.953,00 46,7 Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Mahasiswa PTKI Penerima Jumlah Mahasiswa PTKI Penerima 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 5,3 Pusat Kemenag
Beasiswa Afirmasi Beasiswa Afirmasi
Mahasiswa Penerima Beasiswa KIP Jumlah Mahasiswa Penerima Beasiswa 400.000 800.000 1.200.000 1.600.000 2.000.000 63.320,0 Pusat Integrasi Bantuan Sosial Kemendikbud
Kuliah KIP Kuliah Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
A.3.35
Mahasiswa yang mendapatkan KIP Jumlah mahasiswa yang mendapatkan 17.565 37.565 62.565 92.565 145.130 3.733,3 Pusat Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
Kuliah KIP Kuliah Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Mahasiswa yang mendapatkan KIP Jumlah mahasiswa yang mendapatkan 1.690 3.380 5.070 6.760 8.450 267,7 Pusat Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
Kuliah KIP Kuliah Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Mahasiswa yang mendapatkan KIP Jumlah mahasiswa yang mendapatkan 100 200 300 400 500 15,9 Pusat Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
Kuliah KIP Kuliah Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Mahasiswa yang mendapatkan KIP Jumlah mahasiswa yang mendapatkan 398 796 1.192 1.588 1.984 63,1 Pusat Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
Kuliah KIP Kuliah Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Mahasiswa yang mendapatkan KIP Jumlah mahasiswa yang mendapatkan 180 360 540 720 900 28,6 Pusat Integrasi Bantuan Sosial Kemenag
Kuliah KIP Kuliah Menuju Skema
Perlindungan Sosial
Menyeluruh
Siswa MI penerima BOS Jumlah Siswa MI penerima BOS 3.894.365 3.894.365 3.894.365 3.894.365 3.894.365 20.562,0 Kemenag
Siswa MTs penerima BOS Jumlah Siswa MTs penerima BOS 3.358.771,00 3.358.771,00 3.358.771,00 3.358.771,00 3.358.771,00 21.675,0 Kemenag
Siswa MA penerima BOS Jumlah Siswa MA penerima BOS 1.497.606,00 1.497.606,00 1.497.606,00 1.497.606,00 1.497.606,00 13.158,4 Kemenag
Siswa SMAK Penerima BOS Jumlah Siswa SMAK Penerima Bantuan 2.500,00 2.500,00 2.500,00 2.500,00 2.500,00 20,7 Kemenag
BOS
ProP : Penanganan Anak Tidak 1.767,7
Sekolah
Orang Dewasa memperoleh layanan Jumlah Orang Dewasa yang memperoleh - 100.000 100.000 100.000 100.000 866,1 Kemendikbud
Pendidikan Kesetaraan layanan Pendidikan Kesetaraan
SD-SMP Satu Atap Yang Jumlah SD-SMP Satu Atap Yang - 500 500 500 500 84,8 Kemendikbud
Mendapatkan Bantuan Pembinaan Mendapatkan Bantuan Pembinaan
Sekolah Garis Depan yang Jumlah Sekolah Garis Depan yang - 30 30 30 30 80,5 Kemendikbud
mendapatkan bantuan mendapatkan bantuan pengembangan
pengembangan
Sekolah Terbuka yang Jumlah Sekolah Terbuka yang - 549 549 549 549 52,2 Kemendikbud
mendapatkan bantuan operasional mendapatkan bantuan operasional
Sekolah Terbuka yang Jumlah Sekolah Terbuka yang 7 7 7 7 7 27,6 Kemendikbud
mendapatkan bantuan operasional mendapatkan bantuan operasional
Sekolah Terbuka yang Jumlah Sekolah Terbuka yang 245 245 245 245 245 179,4 Kemendikbud
mendapatkan bantuan operasional mendapatkan bantuan operasional
A.3.36
Sekolah Yang Menyelenggarakan Jumlah Sekolah Yang Menyelenggarakan 500 500 500 500 500 36,8 Kemendikbud
Program Pendidikan Inklusif Program Pendidikan Inklusif
Siswa Penerima Program Pendidikan Jumlah Siswa Penerima Program 2.895 2.895 2.895 2.895 2.895 440,2 Kemendikbud
Layanan Khusus Pendidikan Layanan Khusus
ProP : Penguatan Pelayanan 1 5.595,4
Tahun Prasekolah
Anak Usia Dini Memperoleh Jumlah Anak Usia Dini yang Memperoleh - 6.500 6.500 6.500 6.500 52,5 Kemendikbud
Pengasuhan dan Perlindungan Pengasuhan dan Perlindungan
Kabupaten/Kota Menuntaskan Jumlah Kabupaten/Kota yang - 514 514 514 514 521,9 Kemendikbud
PAUD Minimal 1 Tahun Pra-Sekolah Menuntaskan PAUD Minimal 1 Tahun Pra-
Dasar Sekolah Dasar
Lembaga PAUD Melaksanakan Jumlah Lembaga PAUD yang 8.000 10.000 10.000 10.000 10.000 245,1 Kemendikbud
Pembelajaran Berkualitas Melaksanakan Pembelajaran Berkualitas
Lembaga PAUD Menyelenggarakan Jumlah Lembaga PAUD yang - 1.200 1.200 1.200 1.200 83,7 Kemendikbud
Holistik Integratif Menyelenggarakan Holistik Integratif
Bantuan Operasional Pendidikan Jumlah Bantuan Operasional Pendidikan 53,00 53,00 53,00 53,00 53,00 6,5 Kemenag
pada Taman Seminari pada Taman Seminari
BOP RA Jumlah Siswa RA penerima BOP 1.331.207,00 1.331.207,00 1.331.207,00 1.331.207,00 1.331.207,00 4.685,8 Kemenag
KP : Peningkatan Pengelolaan dan 17.074,4
Penempatan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
ProP : Revitalisasi LPTK 100,5
Guru dan Tenaga Kependidikan Jumlah Guru dan Tenaga Kependidikan 60 60 60 60 60 11,6 Kemendikbud
PAUD dan Dikmas yang Menerima PAUD dan Dikmas yang Menerima
Bantuan Peningkatan Kualifikasi Bantuan Peningkatan Kualifikasi S1/D4
S1/D4
Guru Dikdas yang Menerima Jumlah Guru Dikdas yang Menerima 50 50 50 50 50 19,3 Kemendikbud
Bantuan Peningkatan Kualifikasi Bantuan Peningkatan Kualifikasi S1/D4
S1/D4
A.3.37
Guru Dikdas yang mengikuti Jumlah Guru Dikdas yang mengikuti 24.697 24.697 24.697 24.697 24.697 1.058,3 Kemendikbud
Sertifikasi Guru Sertifikasi Guru
Guru Dikmen yang Menerima Jumlah Guru Dikmen yang Menerima 20 20 20 20 20 9,9 Kemendikbud
Bantuan Peningkatan Kualifikasi Bantuan Peningkatan Kualifikasi S1/D4
S1/D4
Guru Dikmen yang mengikuti Jumlah Guru Dikmen yang mengikuti 11.052 11.052 11.052 11.052 11.052 538,1 Kemendikbud
Sertifikasi Guru Sertifikasi Guru
Guru TK/TKLB yang mengikuti Jumlah Guru TK/TKLB yang mengikuti 4.251 4.251 4.251 4.251 4.251 210,2 Kemendikbud
Sertifikasi Guru Sertifikasi Guru
Rata - rata Nilai Kompetensi Guru Jumlah Rata - rata Nilai Kompetensi Guru 899 899 899 899 899 168,4 Kemendikbud
dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Tenaga Kependidikan PAUD dan
dan Dikmas Dikmas
Rata - rata Nilai Kompetensi Guru Jumlah Rata - rata Nilai Kompetensi Guru 6.300 6.300 6.300 6.300 6.300 483,3 Kemendikbud
Dikdas Dikdas
Rata - rata Nilai Kompetensi Guru Jumlah Rata - rata Nilai Kompetensi Guru 1.693 1.693 1.693 1.693 1.693 246,8 Kemendikbud
Dikmen Dikmen
Rata - rata Nilai Kompetensi Kepala Jumlah Rata - rata Nilai Kompetensi 4.300 4.300 4.300 4.300 4.300 243,8 Kemendikbud
Sekolah Kepala Sekolah
Rata - rata Nilai Kompetensi Jumlah Rata - rata Nilai Kompetensi 90 90 90 90 90 18,7 Kemendikbud
Pengawas Pengawas
SDM Dikti yang Mengikuti Jumlah SDM Dikti yang Mengikuti 10.505 16.514 20.739 26.242 30.715 8.540,4 Pusat Kemendikbud
Pendidikan Gelar Pendidikan Gelar
GPAI yang mengikuti program Jumlah GPAI yang mengikuti program 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00 84,9 Kemenag
Pendidikan Profesi Guru (PPG) Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Guru Madrasah dan RA yang Jumlah Guru Madrasah dan RA yang 1.200,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00 120,7 Kemenag
tersertifikasi (PPG/PLPG) tersertifikasi (PPG/PLPG)
Guru PA Berkualifikasi S1/D4 dan Jumlah Guru PA Berkualifikasi S1/D4 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 3,5 Kemenag
S2 dan S2
Guru yang mengikuti Program PPG Jumlah Guru yang mengikuti Program 700,00 800,00 800,00 800,00 800,00 34,4 Kemenag
PPG
Guru/Dosen/Pengawas PAI yang Jumlah Guru/Dosen/Pengawas PAI yang 200,00 210,00 220,00 230,00 240,00 15,3 Kemenag
bermutu bermutu
Guru/Pengawas Madrasah Jumlah Guru/Pengawas Madrasah yang 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 44,2 Kemenag
penerima beasiswa S2 menerima beasiswa S2
Guru/Pengawas/Dosen PAI Jumlah Guru/Pengawas/Dosen PAI yang 0,00 500,00 600,00 700,00 800,00 118,9 Kemenag
penerima Beasiswa S2 menerima Beasiswa S2
KKM/KKG/MGMP Madrasah Yang Jumlah KKM/KKG/MGMP Madrasah 0,00 120,00 130,00 140,00 150,00 306,3 Kemenag
Diberdayakan Yang Diberdayakan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jumlah Pendidik dan Tenaga 150,00 160,00 170,00 180,00 190,00 15,7 Kemenag
Pendidikan Keagamaan Islam yang Kependidikan Pendidikan Keagamaan
bermutu Islam yang bermutu
A.3.38
Pengembangan Karir Pendidik dan Jumlah Pendidik dan Tenaga 1.662,00 1.700,00 2.000,00 2.200,00 2.400,00 13,4 Kemenag
Tenaga Kependidikan Pada Kependidikan pada Madrasah dan RA
Madrasah dan RA yang Mendapatkan Pengembangan Karir
Madrasah Education Quality Reform Jumlah Dokumen Madrasah Education 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1.398,9 Kemenag
(Realizing Education's Promise) Guru Quality Reform (Realizing Education's
dan Tenaga Kependidikan Promise) Guru dan Tenaga Kependidikan
Madrasah Madra
ProP : Pemenuhan dan Distribusi 3.108,4
Tenaga Pendidik Berbasis
Kebutuhan
Guru Dikdas yang Menerima Jumlah Guru Dikdas yang Menerima 17.797 18.000 18.000 18.000 18.000 1.629,3 Kemendikbud
Tunjangan Khusus Tunjangan Khusus
Guru Dikmen yang Menerima Jumlah Guru Dikmen yang Menerima 2.283 2.283 2.283 2.283 2.283 238,6 Kemendikbud
Tunjangan Khusus Tunjangan Khusus
Guru TK/TKLB yang Menerima Jumlah Guru TK/TKLB yang Menerima 893 893 893 893 893 94,4 Kemendikbud
Tunjangan Khusus Tunjangan Khusus
Kepala Sekolah yang menerima Jumlah Kepala Sekolah yang menerima 630 630 630 630 630 79,8 Kemendikbud
Tunjangan Khusus Tunjangan Khusus
Layanan Guru Daerah Khusus Jumlah Layanan Guru Daerah Khusus 800 800 850 900 950 148,3 Kemendikbud
(Gurdasus) (Gurdasus)
Layanan Guru Daerah Khusus Jumlah Layanan Guru Daerah Khusus 500 500 550 600 650 74,7 Kemendikbud
(Gurdasus) (Gurdasus)
Penataan Guru dan Tendik PAUD Jumlah Penataan Guru dan Tendik PAUD 34 34 34 34 34 113,9 Kemendikbud
dan Dikmas dan Dikmas
Penataan Guru Dikdas Jumlah Penataan Guru Dikdas 34 34 34 34 34 52,6 Kemendikbud
Penataan Guru Dikmen Jumlah Penataan Guru Dikmen 34 34 34 34 34 75,6 Kemendikbud
Penataan Tenaga Kependidikan Jumlah Daerah yang Melakukan 34 34 34 34 34 122,8 Kemendikbud
Dikdasmen Penataan Tenaga Kependidikan
Dikdasmen
Guru Non-PNS Penerima Tunjangan Jumlah Guru Non-PNS yang Menerima 4.514,00 4.500,00 4.500,00 4.500,00 4.500,00 427,7 Kemenag
Khusus Tunjangan Khusus
Tenaga Pendidik dan Kependidikan Jumlah Tenaga Pendidik dan 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 2,2 Kemenag
Agama dan Keagamaan Buddha Kependidikan Agama dan Keagamaan
Daerah Khusus (3T) yang mendapat Buddha Daerah Khusus (3T) yang
Tunjangan mendapat Tunjangan
Tenaga Pendidikan dan Jumlah Tenaga Pendidikan dan 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 48,4 Kemenag
Kependidikan Agama dan Kependidikan Agama dan Keagamaan
Keagamaan Buddha yang Buddha yang mendapatkan Insentif
mendapatkan Insentif
A.3.39
KP : Penjaminan Mutu Pendidikan Persentase satuan pendidikan 80,11 81,19 82,28 83,37 84,46 11.352,5
berakreditasi minimal B: 74,54 76,01 77,48 78,95 81,33
SD/MI 73,65 74,53 75,41 76,29 80,86
SMP/MTS
SMA/MA
Perguruan Tinggi Terakreditasi A 135,0 160,0 185,0 205,0 225,0
ProP : Penguatan Kapasitas dan 64 66 68 71 73 7.308,1
Akselerasi Akreditasi
Program/Satuan PAUD dan PNF Jumlah Program/Satuan PAUD dan PNF 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 1.185,1 Kemendikbud
Diakreditasi yang Diakreditasi
Satuan PAUD-Dikmas yang Jumlah Satuan PAUD-Dikmas yang 17.083 17.083 17.083 17.083 17.083 419,2 Kemendikbud
disiapkan untuk memenuhi Standar disiapkan untuk memenuhi Standar
Nasional Nasional
Satuan Pendidikan Formal Jumlah Satuan Pendidikan Formal yang 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 1.525,1 Kemendikbud
Diakreditasi Diakreditasi
Satuan Pendidikan yang telah Jumlah Satuan Pendidikan yang telah 15.943 15.943 15.943 15.943 15.943 2.155,0 Kemendikbud
Difasilitasi Berdasarkan 8 SNP Difasilitasi Berdasarkan 8 SNP
Satuan Pendidikan yang telah Jumlah Satuan Pendidikan yang telah 214.312 214.312 214.312 214.312 214.312 959,2 Kemendikbud
disupervisi dalam pencapaian SNP disupervisi dalam pencapaian SNP
SDM Satuan PAUD-Dikmas Jumlah SDM Satuan PAUD-Dikmas 10.795 10.795 10.795 10.795 10.795 146,0 Kemendikbud
memenuhi Standar Nasional memenuhi Standar Nasional Pendidikan
Pendidikan (SNP) (SNP)
Perguruan Tinggi/Prodi yang Jumlah Perguruan Tinggi/Prodi yang 2.500 5.000 5.000 5.000 5.000 820,4 Pusat Kemendikbud
diakreditasi (BAN-PT) diakreditasi (BAN-PT)
Madrasah dan RA yang Jumlah Madrasah dan RA yang 532,00 1.000,00 1.200,00 1.400,00 1.600,00 42,6 Kemenag
Terakreditasi Terakreditasi
Sekolah (SDTK, SMPTK, dan SMTK) Jumlah Sekolah (SDTK, SMPTK, dan 52,00 55,00 60,00 65,00 70,00 13,0 Kemenag
yang memperoleh persiapan SMTK) yang memperoleh persiapan
akreditasi akreditasi
SMAK yang Dipersiapkan Jumlah SMAK yang Dipersiapkan 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00 4,1 Kemenag
Terakreditasi Minimal B Terakreditasi Minimal B
Prodi yang Terkreditasi Menjadi Jumlah Prodi yang Terkreditasi Menjadi 425 500 500 500 500 21,0 Kemenag
Minimal B Minimal B
PTKI yang Terakreditasi Jumlah PTKI yang Terakreditasi 1 1 1 1 1 17,5 Kemenag
ProP : Perluasan Budaya Mutu 4.044,4
Pendidikan
Lembaga Kursus dan Pelatihan Jumlah Lembaga Kursus dan Pelatihan 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 81,9 Kemendikbud
mendapatkan Penguatan mendapatkan Penguatan
Lembaga/Mitra PAUD Memperoleh Jumlah Lembaga/Mitra PAUD yang 1.040 1.040 1.040 1.040 1.040 120,2 Kemendikbud
Peningkatan Kapasitas Memperoleh Peningkatan Kapasitas
A.3.40
Satuan Pendidikan Nonformal yang Jumlah Satuan Pendidikan Nonformal 350 350 350 350 350 97,1 Kemendikbud
menyelenggarakan Pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan
Kesetaraan mendapatkan Kesetaraan mendapatkan Pembinaan,
Pembinaan, Pendampingan Pendampingan
Satuan Pendidikan yang telah Jumlah Satuan Pendidikan yang telah 216.924 216.924 216.924 216.924 216.924 106,7 Kemendikbud
dipetakan mutu pendidikannya dipetakan mutu pendidikannya
Satuan Pendidikan yang Jumlah Satuan Pendidikan yang 216.974 216.974 216.974 216.974 216.974 651,5 Kemendikbud
Terverifikasi Mutu Pendidikannya Terverifikasi Mutu Pendidikannya
Sekolah Berbasis Komunitas Jumlah Sekolah Berbasis Komunitas - 425 425 425 425 112,0 Kemendikbud
Sekolah Dasar yang mendapatkan Jumlah Sekolah Dasar yang 514 514 514 514 514 59,4 Kemendikbud
Pembinaan mendapatkan Pembinaan
Sekolah yang dibina menjadi Jumlah Sekolah yang dibina menjadi - 280 280 280 280 66,0 Kemendikbud
Sekolah Rujukan Sekolah Rujukan
Sekolah yang Mendapatkan Jumlah Sekolah yang Mendapatkan 514 514 514 514 514 83,6 Kemendikbud
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Sekolah Yang Mendapatkan Jumlah Sekolah Yang Mendapatkan 650 650 650 650 650 409,7 Kemendikbud
Pembinaan Pembinaan
Sekolah Yang Mendapatkan Jumlah Sekolah Yang Mendapatkan 1.120 1.120 1.120 1.120 1.120 380,6 Kemendikbud
Pembinaan Pembinaan
Sekolah Yang Mendapatkan Jumlah Sekolah Yang Mendapatkan 9.871 9.871 9.871 9.871 9.871 198,0 Kemendikbud
Pembinaan Manajemen Berbasis Pembinaan Manajemen Berbasis Sekolah
Sekolah (MBS) (MBS)
Sekolah Yang Mendapatkan Jumlah Sekolah Yang Mendapatkan - 125 125 125 125 30,8 Kemendikbud
Pembinaan Manajemen Berbasis Pembinaan Manajemen Berbasis Sekolah
Sekolah (MBS) (MBS)
Sekolah Yang Mendapatkan Jumlah Sekolah Yang Mendapatkan 200 200 200 200 200 85,9 Kemendikbud
Pembinaan Manajemen Berbasis Pembinaan Manajemen Berbasis Sekolah
Sekolah (MBS) (MBS)
Sekolah yg Mendapat Pembinaan Jumlah Sekolah yg Mendapat Pembinaan - 200 200 200 200 28,6 Kemendikbud
Manajemen Barbasis Sekolah (MBS) Manajemen Barbasis Sekolah (MBS)
Program Studi Dibina Menjadi Prodi Jumlah Program Studi Dibina yang 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 51,6 Pusat Kemendikbud
Unggul Menjadi Prodi Unggul
Perguruan Tinggi yang meningkat Jumlah Perguruan Tinggi yang meningkat 360 400 400 400 400 780,4 Pusat Kemendikbud
Mutu Kelembagaannya Mutu Kelembagaannya
Lembaga Pendidikan Tinggi Jumlah Lembaga Pendidikan Tinggi 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 29,3 Kemenag
Keagamaan Islam yang Bermutu Keagamaan Islam yang Bermutu
Lembaga/POKJAWAS/KKG/MGMP Jumlah 211,00 211,00 211,00 211,00 211,00 268,0 Kemenag
yang Diberdayakan dan Lembaga/POKJAWAS/KKG/MGMP yang
Dikembangkan Diberdayakan dan Dikembangkan
A.3.41
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jumlah Pendidik dan Tenaga 250,00 250,00 250,00 250,00 250,00 4,1 Kemenag
pada Pendidikan Diniyah Formal Kependidikan pada Pendidikan Diniyah
dan Wajar Dikdas yang Bermutu Formal dan Wajar Dikdas yang Bermutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jumlah Pendidik dan Tenaga 170,00 170,00 170,00 170,00 170,00 5,2 Kemenag
pada Pendidikan Diniyah, Kependidikan pada Pendidikan Diniyah,
Pendidikan Al Quran dan Pendidikan Al Quran dan Pendidikan
Pendidikan Pesantren yang Bermutu Pesantren yang Bermutu
Siswa Madrasah yang Berdaya Jumlah Siswa Madrasah dan RA yang 1.535,00 1.600,00 1.700,00 1.800,00 1.900,00 61,8 Kemenag
Saing Berdaya Saing
Perguruan Tinggi yang dibina Jumlah Perguruan Tinggi yang dibina 5 11 14 14 14 303,7 Pusat Kemendikbud
menjadi Perguruan Tinggi Top 500 menjadi Perguruan Tinggi Top 500 Dunia
Dunia
Perguruan Tinggi Menerapkan Jumlah Perguruan Tinggi yang 900 1.000 1.000 1.000 1.000 28,3 Pusat Kemendikbud
SNDIKTI Menerapkan SNDIKTI
KP : Peningkatan Tata Kelola 19.702,8
Pendidikan
ProP : Penguatan Tata Kelola 2.841,5
Pemenuhan SPM Pendidikan
Provinsi/Kab/Kota yang telah Jumlah Provinsi/Kab/Kota yang telah 34 34 34 34 34 119,2 Kemendikbud
dievaluasi capaian SPMnya dievaluasi capaian SPMnya
Fasilitasi Perencanaan Pendidikan Jumlah Fasilitasi Perencanaan - 34 34 34 34 71,8 Kemendikbud
dan Kebudayaan Daerah Terpadu Pendidikan dan Kebudayaan Daerah
Terpadu yang Mendapatkan Peningkatan
Pelayanan
Norma Standar Prosedur Kriteria Jumlah Norma Standar Prosedur Kriteria 35 35 35 35 35 44,3 Kemendikbud
(NSPK) PAUD (NSPK) PAUD
Norma, Standar, Prosedur dan Jumlah Norma, Standar, Prosedur dan 192 192 192 192 192 43,4 Kemendikbud
Kriteria (NSPK) Pendidikan Kriteria (NSPK) Pendidikan Keaksaraan
Keaksaraan dan Kesetaraan dan Kesetaraan
Standar Nasional Pendidikan yang Jumlah Standar Nasional Pendidikan 8 8 8 8 8 78,6 Kemendikbud
Dikembangkan yang Dikembangkan
Dokumen Standar Nasional Jumlah Dokumen Standar Nasional 79,00 79,00 79,00 79,00 79,00 131,2 Kemenag
Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam
Madrasah Education Quality Reform Jumlah Dokumen Madrasah Education 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 2.351,0 Kemenag
(Realizing Education's Promise) Quality Reform (Realizing Education's
Promise)
Peningkatan kapasitas kelembagaan Jumlah tim pembina di daerah yang 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 2,0 Pusat Kemendagri
UKS/M di daerah melaksanakan pembinaan dan
pengembangan UKS/M
ProP : Penguatan Strategi 16.709,4
Pembiayaan dan Efektivitas
Pemanfaatan Anggaran Pendidikan
A.3.42
peningkatan hak sipil dan akses Jumlah daerah yang difasilitasi dalam 34 17 17 17 17 8,0 34 Kab/Kota Kemen PPPA
informasi layak anak peningkatan hak sipil dan akses
informasi layak anak
peningkatan peran ibu dan keluarga Jumlah daerah yang difasilitasi dalam 10 9 9 9 9 6,0 13 Prov/Kab/Kota Kemen PPPA
dalam pengasuhan anak pelatihan pengasuhan berbasis hak anak
promosi pemenuhan hak anak atas Jumlah daerah yang difasilitasi dalam 10 10 10 10 10 8,3 28 Kab/Kota Kemen PPPA
kesehatan dan kesejahteraan pemenuhan hak anak atas kesehatan
Jumlah daerah yang difasilitasi dalam 10 4 5 5 6 4,7 13 Kab/Kota Kemen PPPA
pemenuhan hak anak atas kesejahteraan
A.3.44
pencegahan kekerasan terhadap Jumlah daerah yang difasilitasi dalam 5 2 2 2 2 5,6 10 Kab/Kota Kemen PPPA
anak berbasis sekolah pengembangan sekolah ramah anak
fasilitasi kreativitas anak dan Jumlah daerah yang difasilitasi dalam 5 2 2 2 2 7,6 10 Kab/Kota Kemen PPPA
kegiatan budaya pembangunan fasilitas kreativitas dan
budaya anak
Penguatan kelembagaan Jumlah daerah yang difasilitasi dalam 0 34 34 34 34 15,0 34 Provinsi Kemen PPPA
Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) penerapan Kebijakan KLA
Koordinasi Kabupaten/Kota Layak Jumlah Daerah yang melakukan evaluasi 34 22 24 28 34 4,0 Pusat Kemendagri
Anak (KLA) Kabupaten/Kota Layak anak (KLA)
Pemenuhan Hak Pendidikan Anak di Persentase anak yang mengikuti 60 70 80 90 100 86,5 Daerah KemenKumham
LPKA sesuai standar pendidikan formal dan non formal
Pemenuhan Hak Pendidikan klien Persentase klien pemasyarakatan yang 20 25 30 35 40 64,5 Daerah KemenKumham
Anak di Luar Lembaga melanjutkan pendidikan di luar lembaga
koordinasi penanganan kasus Jumlah Provinsi yang difasilitasi dalam 0 12 14 14 16 3,7 56 provinsi/kab/kota Kemen PPPA
kekerasan dan eksploitasi pada peneyelenggaran penangangan
anak kekerasan dan eksploitasi pada anak
Aktivis PATBM yang dilatih tentang Jumlah Aktivis PATBM yang dilatih - 1584 1742 1916 2108 5,0 514 Kab/Kota Kemen PPPA
Perlindungan Anak, termasuk tentang Perlindungan Anak
eksploitasi seksual anak melalui
media online
Fasilitasi Desa Ramah Anak Bebas Jumlah Desa Ramah Anak Bebas - 3 6 6 3 6,0 Kota malang, Kab. Bintan, Kemen PPPA
Kekerasan Kekerasan Kota Kupang, Kota
Samarinda, Kab. Deli
Serdang, Kota Palu, Kota
Banda Aceh, kab. Solok,
Kab. Gorontalo
Fasilitasi Desa Wisata Ramah Anak Jumlah Desa Wisata Ramah Anak Bebas - 2 4 4 2 4,5 Kab. Berau, Kab. Lombok Kemen PPPA
Bebas Eksploitasi Eksploitasi Tengah, Kab. Manggarai
Barat, Kab. Tobasa, Kab.
Magelang, Kab. Bogor
SDM Penyedia Layanan yang dilatih Jumlah SDM Penyedia Layanan yang - 225 250 275 300 4,0 34 Provinsi Kemen PPPA
dalam menyelenggarakan dilatih dalam menyelenggarakan
Perlindungan Anak dari Eksploitasi Perlindungan Anak dari Eksploitasi di
di Lokasi Kebencanaan Lokasi Kebencanaan
Provinsi yang difasilitasi dalam Jumlah provinsi yang difasilitasi dalam 9 0 0 0 0 3,5 34 Provinsi Kemen PPPA
pelaksanaan Perlindungan Anak pelaksanaan Perlindungan Anak dari
dari Kekerasan dan Eksploitasi Kekerasan dan Eksploitasi
Anak yang mendapat sosialisasi Jumlah Anak yang mendapat sosialisasi 600 670 680 690 700 3,0 34 Provinsi Kemen PPPA
Internet Aman Untuk Anak (Teman Internet Aman Untuk Anak (Teman Anak)
Anak) di daerah dengan kasus daerah dengan kasus pornografi yang
pornografi yang tinggi tinggi
Fasilitasi Desa Bebas Pornografi Jumlah Desa Bebas Pornografi - 7 7 8 8 5,2 30 Desa/Kelurahan Kemen PPPA
Penyedia Layanan yang mampu Jumlah provinsi yang lembaga - 8 8 9 9 6,3 34 Provinsi Kemen PPPA
memberikan dukungan psikososial layanannya sudah mendapat pelatihan
berbasis masyarakat di kawasan dukungan psikososial
kebencanaan
Pelaksanaan koordinasi lintas K/L Jumlah K/L yang dikoordinasikan dalam - 8 8 8 8 3,8 Pusat Kemen PPPA
dalam upaya pencegahan dan upaya pencegahan dan pemenuhan hak
pemenuhan hak anak yang bekerja anak yang bekerja
Kab/Kota yang difasilitasi sarana Jumlah Kab/Kota yang difasilitasi 2 30 34 40 50 78,0 208 Kab/Kota Kemen PPPA
layanan bagi UPTD-PPA (MOLIN dan sarana layanan bagi UPTD-PPA (MOLIN
TORLIN) dan TORLIN)
A.3.46
Provinsi yang difasilitasi dalam Jumlah provinsi yang difasilitasi dalam 7 7 7 7 6 10,0 34 Provinsi Kemen PPPA
penguatan Forum Koordinasi perumusan kebijakan dan penguatan
Pelaksanaan Sistem Peradilan Forum Koordinasi Pelaksanaan Sistem
Pidana Anak Peradilan Pidana Anak
advokasi bagi aparat penegak Jumlah SDM yang mendapatkan - 200 200 200 200 2,8 34 Provinsi Kemen PPPA
hukum dan lembaga pelayanan advokasi tentang penanganan kasus
ABH berbasis pemenuhan hak anak
Provinsi yang difasilitasi dalam Jumlah Provinsi yang difasilitasi dalam 4 4 4 4 4 5,0 20Provinsi Kemen PPPA
penguatan Forum Koordinasi penguatan Forum Koordinasi
Pelaksanaan Kebijakan Pelaksanaan Kebijakan Perlindungan
Perlindungan Anak Korban Anak Korban Stigmatisasi dan Jaringan
Stigmatisasi dan Jaringan Terorisme Terorisme
Tenaga Pendidik dan Kependidikan Jumlah Tenaga Pendidik dan 200 100 100 100 100 2,2 34 Provinsi Kemen PPPA
yang dilatih dalam menerapkan Kependidikan yang dilatih dalam
Disiplin Positif (Guru Cerdas) menerapkan Disiplin Positif (Guru
Cerdas)
Provinsi yang difasilitasi dalam Jumlah Provinsi yang difasilitasi dalam 2 3 3 3 3 2,8 14 provinsi Kemen PPPA
penyelenggaraan perlindungan penyelenggaraan perlindungan anak
anak berkebutuhan khusus berkebutuhan khusus
Pembinaan Masyarakat mengenai Jumlah Wilayah yang Mendapat 19 - - - - 2,0 provinsi KemenKumham
Pelaksanaan UU 11/2012 tentang Pembinaan Masyarakat mengenai
SPPA Pelaksanaan UU 11/2012 tentang SPPA
Diklat berbasis Kompetensi di Jumlah APH yang Mengikuti Diklat 270 - - - - 2,7 Pusat dan Daerah KemenKumham
Bidang Pelatihan Terpadu SPPA bagi Kompetensi di Bidang Pelatihan Terpadu
Aparat Penegak Hukum dan SPPA
Instanse Teknis Lainnya
Diklat SPPA Terpadu di Pengadilan Jumlah Peserta Diklat SPPA Terpadu di 160 - - - - 2,1 Pusat dan Daerah MA
oleh Mahkamah Agung Pengadilan oleh Mahkamah Agung
Diklat Terpadu UU SPPA di Jumlah Angkatan Diklat Terpadu UU 8 - - - - 3,0 Pusat dan Daerah Kejagung
Kejaksaan SPPA di Kejaksaan
Layanan Pendidikan dan Persentase anak yang mengikuti 60 70 80 90 100 0,0 Pusat KemenKumham
Pengentasan Anak pendidikan dan pengentasan anak
Pekerja sektor anak yang dicegah Jumlah Pekerja sektor anak yang 9000 9.500 10.000 - - 16,0 Pusat KemenNaker
dan ditarik dari tempat kerja dicegah dan ditarik dari tempat kerja
KP : Peningkatan Kesetaraan Gender, 254,8
Pemberdayaan dan Perlindungan
Perempuan
ProP : Penguatan Kapasitas 61,7
Kelembagaan PUG
Fasilitasi PUG dan PPRG bidang Jumlah K/L bidang polhukam yang 5 10 10 10 10 6,6 Pusat Kemen PPPA
politik, hukum, pertahanan dan meningkat kapasitas PUG/PPRGnya
keamanan di KL
A.3.47
Fasilitasi PUG dan PPRG bidang Jumlah provinsi yang meningkat 4 4 4 4 4 5,0 Provinsi Kemen PPPA
politik, hukum, pertahanan dan kapasitas PUG/PPRG-nya di bidang
keamanan di provinsi polhukam
Fasilitasi PUG dan PPRG bidang Jumlah K/L bidang infrastruktur dan 2 10 10 10 10 6,7 Pusat Kemen PPPA
infrastruktur dan lingkungan di KL lingkungan yang meningkat kapasitas
PUG/PPRGnya
Fasilitasi PUG dan PPRG bidang Jumlah provinsi yang meningkat 9 9 9 9 9 11,9 Provinsi Kemen PPPA
infrastruktur dan lingkungan di kapasitas PUG/PPRG-nya di bidang
provinsi infrastruktur dan lingkungan
Fasilitasi PUG dan PPRG bidang Jumlah K/L bidang bidang pendidikan, 5 8 11 11 11 5,5 Pusat Kemen PPPA
pendidikan, kesehatan, dan kesehatan, dan pembangunan keluarga
pembangunan keluarga di KL yang meningkat kapasitas
PUG/PPRGnya
Fasilitasi PUG dan PPRG bidang Jumlah provinsi yang meningkat 5 7 9 9 9 7,0 Provinsi Kemen PPPA
bidang pendidikan, kesehatan, dan kapasitas PUG/PPRG-nya di bidang
pembangunan keluarga di provinsi pendidikan, kesehatan, dan
pembangunan keluarga
Fasilitasi PUG dan PPRG bidang Jumlah K/L bidang ekonomi yang 8 11 11 11 11 8,4 Pusat Kemen PPPA
ekonomi di KL meningkat kapasitas PUG/PPRGnya
Fasilitasi PUG dan PPRG bidang Jumlah provinsi yang meningkat 4 8 8 8 8 6,1 Provinsi Kemen PPPA
ekonomi di provinsi kapasitas PUG/PPRG-nya di bidang
ekonomi
Fasilitasi integrasi Perencanaan dan Jumlah daerah yang menerapkan - 22 24 28 34 4,6 Pusat Kemendagri
Penganggaran Responsif Gender perencanaan dan penganggaran
(PPRG) ke dalam dokumen responsif gender (PPRG)
perencanaan pembangunan daerah
ProP : Perlindungan perempuan, 193,1
termasuk pekerja migran dari
kekerasan dan tindak pidana
perdagangan orang
peningkatan kapasitas kelembagaan Jumlah K/L yang mendapat penguatan 21 21 21 21 21 17,9 Pusat Kemen PPPA
perlindungan perempuan dari TPPO kapasitas kelembagaan Gugus Tugas
TPPO
KIE Pencegahan dan Penanganan Jumlah dokumen KIE pencegahan dan 1 1 1 1 1 9,4 Pusat Kemen PPPA
TPPO melalui berbagai media penanganan TPPO melalui berbagai
media
Fasilitasi layanan dan Jumlah perempuan Korban TPPO yang 100 100 100 100 100 8,3 Pusat Kemen PPPA
pemberdayaan perempuan korban mendapat fasilitasi layanan dan
TPPO pemberdayaan
A.3.48
Koordinasi Pelaksanaan Gugus Jumlah daerah yang melaporkan - 20 22 26 32 4,3 Pusat Kemendagri
Tugas Pencegahan dan Penanganan pelaksanaan Gugus Tugas Pencegahan
Tindak Pidana Perdagangan orang dan Penanganan Tindak Pidana
(GT PP-TPPO) Perdagangan orang (GT PP-TPPO)
Jumlah SDM pada lembaga penyedia - 170 170 170 170 57,8 Provinsi Kemen PPPA
layanan bagi korban (UPTD dan P2TP2A)
yang dilatih tentang penanganan korban
dan pendataan
KIE Pencegahan dan Penanganan Jumlah dokumen KIE pencegahan dan - 1 1 1 1 7,7 Pusat Kemen PPPA
KDRT melalui berbagai media penanganan KDRT melalui berbagai
media
Fasilitasi penguatan kelembagaan Jumlah K/L dan provinsi yang 15 15 15 15 15 10,7 Pusat dan provinsi Kemen PPPA
perlindungan hak perempuan dalam difasilitasi dalam penguatan
situasi darurat dan kondisi khusus kelembagaan perlindungan hak
perempuan dalam situasi darurat dan
kondisi khusus
Fasilitasi layanan dan Jumlah perempuan yang mendapatkan 180 180 180 180 180 7,1 Pusat Kemen PPPA
pemberdayaan perempuan dalam layanan dan pemberdayaan dalam
situasi darurat dan kondisi khusus situasi darurat dan kondisi khusus
Penyusunan pedoman perempuan Jumlah pedoman perempuan tangguh 1 - - - - 0,3 Pusat Kemen PPPA
tangguh bencana bencana
KIE perempuan tangguh bencana Jumlah dokumen KIE perempuan - 1 1 1 1 7,7 Pusat Kemen PPPA
melalui berbagai media tangguh bencana melalui berbagai media
Fasilitasi penguatan kelembagaan Jumlah K/L yang difasilitasi dalam 11 11 11 11 11 11,3 34 Provinsi Kemen PPPA
perlindungan hak perempuan dalam penguatan kelembagaan perlindungan
ketenagakerjaan hak perempuan dalam ketenagakerjaan
Layanan pemberdayaan perempuan Jumlah perempuan yang mendapat 200 200 200 200 200 5,0 Pusat Kemen PPPA
dalam ketenagakerjaan layanan pemberdayaan perempuan
dalam ketenagakerjaan
Fasilitasi penguatan kelompok BK- Jumlah provinsi yang difasilitasi dalam 15 8 8 8 6 5,6 34 Provinsi Kemen PPPA
PMI penguatan kelompok BK-PMI
A.3.49
KIE hak perempuan dalam Jumlah dokumen KIE hak perempuan - 1 1 1 1 7,7 Pusat Kemen PPPA
ketenagakerjaan melalui berbagai dalam ketenagakerjaan melalui Berbagai
media Media
Monitoring dan Evaluasi SPPT Jumlah rekomendasi monitoring dan 1 - - - - 2,0 Pusat Komnas
PKKTP evaluasi SPPT PKKTP Perempuan
KP : Kualitas Pemuda 263,9
ProP : Penguatan Kapasitas 44,6
Kelembagaan dan Koordinasi Lintas
Sektor Layanan Kepemudaan
Fasilitasi pemuda kader dalam Jumlah pemuda kader yang difasilitasi 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 16,9 Pusat Kemenpora
pengembangan kepemimpinan, dalam pengembangan kepemimpinan,
kepedulian, kesukarelawanan, dan kepedulian, kesukarelawanan, dan
kepeloporan pemuda kepeloporan pemuda
Fasilitasi pengelola organisasi Jumlah pengelola organisasi 6.150 6.150 6.150 6.150 6.150 42,8 Pusat Kemenpora
kepemudaan dalam pelatihan kepemudaan yang difasilitasi dalam
manajemen organisasi kepemudaan pelatihan manajemen organisasi
kepemudaan
PP : PENGENTASAN KEMISKINAN Persentase rumah tangga miskin dan 27,9 40 12.759,1
rentan yang memiliki asset produktif
(layanan keuangan, modal, lahan,
pelatihan)
Persentase rumah tangga miskin dan 25,6 50
rentan yang mengakses pendanan
usaha
Luas kawasan hutan yang dikelola 630000 1600000 1850000 1350000 1100000
oleh masyarakat dan dilepaskan
untuk TORA (Ha)
Bidang tanah yang diredistribusi 750.000 7.750.000
Bidang tanah yang dilegalisasi 6.286.087 56.286.087
KP : Akselerasi penguatan ekonomi Penyelenggaraan bantuan usaha 2.285,9
keluarga ekonomi produktif dan pembiayaan
ultra mikro bagi penduduk (KK)
Modal Usaha bagi Penduduk Miskin Penduduk miskin dan rentan yang 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 648,9 34 Provinsi Kemensos
dan Rentan memperoleh bantuan kelompok usaha
Modal Usaha bagi Penduduk Miskin Penduduk miskin dan rentan yang 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 644,3 34 Provinsi Kemensos
dan Rentan memperoleh bantuan kelompok usaha
Modal Usaha bagi Penduduk Miskin Penduduk miskin dan rentan yang 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 661,4 34 Provinsi Kemensos
dan Rentan memperoleh bantuan kelompok usaha
Usaha mikro yang terfasilitasi Jumlah Kelompok yang Memperoleh 1.641.000 2.800.000 3.500.000 4.200.000 4.900.000 296,3 34 Provinsi Kemenkeu
pembiayaan ultra mikro (Umi) Pembiayaan Ultra Mikro
Proses Bisnis dan Kelembagaan Tingkat Efektivitas pembinaan terhadap 334 334 334 334 334 35,0 34 Provinsi Kemenkeu
Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) BLU Pengelola Dana (PIP)
Bantuan Ekonomi Keluarga Sakinah Jumlah keluarga yang Memperoleh 0,0 34 Provinsi Kemenag
Pelatihan Keluarga Sakinah
Bantuan Ekonomi Produktif melalui Jumlah keluarga yang Memperoleh Zakat 0,0 34 Provinsi Kemenag
Zakat dan Wakaf dan Wakaf Produktif
KP : Keperantaraan Usaha dan Desa yang mengembangkan 11500 11600 11700 11800 11900 701,7
Dampak Sosial keperantaraan usaha
A.3.51
Pembentukan Kelompok Tani Hutan Jumlah KTH Mandiri 100 200 300 400 500 120,8 Kemen LHK
(KTH) Mandiri untuk pengembangan
usaha produktif bagi kelompok
masyarakat
Pembentukan dan Pengembangan Jumlah Lembaga Pelatihan Pemagangan 10 20 30 40 50 6,2 Kemen LHK
Lembaga Pelatihan Pemagangan Usaha Kehutanan Swadaya
Usaha Kehutanan Swadaya Masyarakat/LP2UKS (Pembentukan
Masyarakat /LP2UKS bagi wanawiyata widyakarya)
Masyarakat
Pembentukan dan Pengembangan Pengembangan Lembaga Pelatihan 0 160 180 210 250 56,9 34 provinsi Kemen LHK
Lembaga Pelatihan Pemagangan Pemagangan Usaha Kehutanan Swadaya
Usaha Kehutanan Swadaya Masyarakat/LP2UKS sebagai lembaga
Masyarakat /LP2UKS bagi pelatihan terakreditasi
Masyarakat
A.3.52
Peningkatan kapasitas penyuluh Jumlah penyuluh dan/atau pendamping 5000 6000 6500 7000 7500 273,0 Kemen LHK
dan/atau pendamping yang handal yang handal (Perhutanan Sosial, RHL,
bagi kelompok masyarakat KPH, Gambut, dan Kemitraan
Konservasi).
KP : Reforma Agraria Luas bidang tanah yang diretribusi 1.502.135 1.766.315 1.766.315 1.766.315 1.766.315 7.573,2
dan dilegalisasi dalam kerangka
reforma agraria
Jumlah kelompok masyarakat 176 492 492 492 492
penerima tanah objek reforma agraria
(TORA) yang memperoleh
pemberdayaan
ProP : Penataan penguasaan dan 1.682,1
pemilikan TORA (termasuk
Pelepasan Kawasan Hutan)
Terlaksananya inventarisasi Jumlah bidang tanah yang 1.161.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 650,3 34 Provinsi Kemen ATR/BPN
Penguasaan, Pemilikan, diinventarisasi
Penggunaan dan Pemanfaatan
Terlaksananya Tindak Lanjut Jumlah bidang tanah terlantar yang 11.400 11.400 11.400 11.400 11.400 52,2 34 Provinsi Kemen ATR/BPN
Penertiban Tanah Terlantar ditertibkan
Teridentifikasinya data HGU habis, Jumlah bidang tanah hasil pengendalian 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 50,6 34 Provinsi Kemen ATR/BPN
tanah tidak termanfaatkan, dan HGU Habis, tanah tidak termanfaatkan,
pelepasan sebagian dan pelepasan sebagian
Terlaksannya Pelepasan Kawasan Luas kawasan hutan yang dilepaskan 130.000,0 600.000,0 600.000,0 600.000,0 600.000,0 929,0 Pusat Kemen LHK
Hutan untuk TORA untuk TORA
ProP : Peningkatan Kualitas Data 2.911,4
Pertanahan dan Legalisasi Atas Tora
Terlaksananya redistribusi tanah Luas bidang tanah yang diredistribusi 602.135 866.315 866.315 866.315 866.315 2.911,4 34 Provinsi Kemen ATR/BPN
Terlaksananya legalisasi tanah Luas cakupan bidang tanah yang 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 0,0 34 Provinsi Kemen ATR/BPN
(sertipikat hak atas tanah) dilegalisasi
ProP : Pemberdayaan masyarakat 2.979,7
dalam penggunaan, pemanfaatan,
dan produksi atas TORA
Terlaksananya operasional Gugus Jumlah Gugus Tugas Reforma Agraria 72 536 536 536 536 2.772,4 33 Provinsi Kemen ATR/BPN
Tugas Reforma Agraria
Terlaksananya Pemberdayaan Jumlah kelompok masyarakat yang 176 492 492 492 492 207,3 34 Provinsi Kemen ATR/BPN
masyarakat bagi masyarakat memperoleh pemberdayaan
penerima TORA
KP : Perhutanan Sosial Luas kawasan hutan yang dikelola 500.000,0 1.000.000 1.250.000 750 500,0 2.198,3
oleh masyarakat (HA)
ProP : Pengelolaan kawasan hutan Luas Kawasan hutan yang dikelola 500.000 1.000.000 1.250.000 750 500 2.198,3
oleh masyarakat oleh masyarakat (Ha)
A.3.53
Pemberian akses kelola kawasan Luas kawasan hutan yang dikelola oleh 500.000,0 1.000.000 1.250.000 750.000 500.000,0 648,4 Kemen LHK
hutan oleh masyarakat masyarakat dalam skema HD, HKm,
HTR, IPHPS, dan kemitraan kehutanan
Peningkatan Kapasitas (Kelola Jumlah Kelompok pengelola kawasan 2.077 3.150 3.600 3.300 3.250 1.388,6 Kementerian
Kawasan, Kelembagaan, dan hutan yang meningkat kinerjanya Lingkungan Hidup
Usaha) Kelompok Masyarakat dan Kehutanan,
Kementerian
Koperasi,
Kementerian
BUMN,
Kementerian
Pariwisata,
Kementerian
Perindustrian,
Kementerian
Perdagangan,
Kementerian
Pertanian dan
Kementerian
Kominfo
Kemitraan investasi/usaha Jumlah mitra usaha perhutanan sosial 125 150 175 200 225 46,4 Kementerian
(mitra) Lingkungan Hidup
dan Kehutanan,
Kementerian
Koperasi,
Kementerian
BUMN,
Kementerian
Pariwisata,
Kementerian
Perindustrian,
Kementerian
Perdagangan,
Kementerian
Pertanian dan
Kementerian
Kominfo
Industri nilai tambah produk jumlah sentra pengelolaan produk 14 14 14 14 14 52,5 Pusat Kemen LHK
unggulan (sentra industri kecil)
Pemasaran/Promosi produk Jumlah fasilitasi pemasaran produk 50 50 50 50 50 62,5 Kemen LHK
perhutanan sosial perhutanan sosial (kelompok usaha)
A.3.54
PP : PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Persentase angkatan kerja 44,8 46,6 48,4 50,2 52,1 135.227,1
DAN DAYA SAING berpendidikan menengah ke atas
Jumlah PT yang Masuk ke dalam
World Class University
a. Top 200 0 0 0 0 1
b. Top 300 1 1 1 1 2
c. Top 500 2 2 2 2 3
Proporsi pekerja berkeahlian 43,0 45,0 47,0 48,0 50,0
menengah dan tinggi (%)
KP : Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Lulusan pendidikan vokasi 1.890.345 1.890.345 1.890.345 1.890.345 1.890.345 97.283,9
Berbasis Kerjasama Industri bersertifikat kompetensi
PT Vokasi berakreditasi A 8 10 12 14 16
Jumlah lulusan pendidikan menengah 1.829.664 1.913.804 1.997.944 2.082.084 2.166.224
vokasi (orang)
Jumlah lulusan pendidikan tinggi 60.681,0 64.224,0 67.767,0 71.310,0 74.853,0
vokasi (orang)
Jumlah lulusan pelatihan vokasi 2 juta 2,2 juta 2,4 juta 2,6 juta 2,8 juta
(orang)
(Pelaksanaan Kartu Pra-Kerja)
Jumlah pemagangan dalam negeri 1.824.466 1.908.367 1.992.268 2.076.169 2.160.070
(orang) (SMK) (SMK) (SMK) (SMK) (SMK)
Jumlah pemagangan luar negeri 5.198 (SMK) 5.437 (SMK) 5.676 (SMK) 5.915 (SMK) 6.154 (SMK)
(orang)
ProP : Peningkatan Peran dan 2.036,7
Kerjasama Industri dalam
Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Analisis Pasar Kerja pada Sektor Jumlah dokumen analisis pasar kerja 8 Dokumen 8 Dokumen 8 Dokumen 8 Dokumen 8 Dokumen 35,4 Pusat Pendidikan dan Pelatihan KemenNaker
Prioritas pada sektor prioritas Vokasi untuk Industri 4.0
Layanan Informasi Pasar Kerja yang Jumlah informasi pasar kerja yang 1 Layanan 1 Layanan 1 Layanan 1 Layanan 1 Layanan 55,8 Pusat Pendidikan dan Pelatihan KemenNaker
terintegrasi dengan instansi, terintegrasi dengan instansi, Vokasi untuk Industri 4.0
kelembagaan, kementerian, badan kelembagaan, kementerian, dan badan
job portal swasta job portal swasta
Peserta yang Mengikuti Pemagangan Jumlah peserta yang mengikuti 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 872,8 Pusat Pendidikan dan Pelatihan KemenNaker
Dalam Negeri pemagangan dalam negeri Vokasi untuk Industri 4.0
Peserta yang Mengikuti Pemagangan Jumlah peserta yang mengikuti 1.822 3.000 5.000 7.500 8.000 248,7 Pusat Pendidikan dan Pelatihan KemenNaker
Luar Negeri pemagangan luar negeri Vokasi untuk Industri 4.0
Sertifikasi dan/atau Peningkatan Jumlah peserta pelatihan Sektor Industri 5.245 6.294 7.552 9.063 10.876 134,5 Kemen ESDM
Kompetensi Peserta Sektor Industri Migas
pada sub sektor Migas
A.3.55
Sertifikasi dan/atau Peningkatan Jumlah peserta pelatihan Sektor Industri 5.103 6.123 7.348 8.817 10.581 107,1 Kemen ESDM
Kompetensi Peserta Sektor Industri Gominerba
pada sub sektor Geominerba
Sertifikasi dan/atau Peningkatan Jumlah peserta pelatihan Sektor Industri 1.722 2.066 2.479 2.975 357 26,1 Kemen ESDM
Kompetensi Peserta Sektor Industri KEBTKE
pada sub sektor KEBTKE
Peningkatan Sertifikasi dan/atau Jumlah peserta pelatihan Vokasi bagi 300 360 432 518 622 22,6 Kemen ESDM
Kompetensi Masyarakat pada sub Masyarakat sub sektor Migas
sektor Migas
Peningkatan Sertifikasi dan/atau Jumlah peserta pelatihan Vokasi bagi 120 144 173 207 249 15,4 Kemen ESDM
Kompetensi Masyarakat pada sub Masyarakat sub sektor Geominerba
sektor Geominerba
Peningkatan Sertifikasi dan/atau Jumlah peserta pelatihan Vokasi bagi 160 192 230 276 332 9,9 Kemen ESDM
Kompetensi Masyarakat pada sub Masyarakat sub sektor KEBTKE
sektor KEBTKE
Peningkatan Sertifikasi dan/atau Jumlah peserta pelatihan Vokasi bagi 154 185 222 266 319 16,1 Kemen ESDM
Kompetensi Masyarakat pada sub Masyarakat sub sektor BDTBT
sektor BDTBT
Politeknik Bidang Energi dan Jumlah Mahasiswa Politeknik Bidang 998 1.058 1.118 1.178 1.178 136,0 Cepu Kemen ESDM
Mineral Akamigas
Politeknik Bidang Energi dan Jumlah Mahasiswa Politeknik Energi dan 262 532 720 840 900 106,4 Bandung, Prabumulih, Bali Kemen ESDM
Pertambangan Pertambangan
Koordinasi Kebijakan Kartu Pra- Tersusunnya Rekomendasi kebijakan 1 1 1 1 1 250,0 Pusat Kemenko
Kerja implementasi program Kartu Pra-Kerja Perekonomian
Terselenggaranya Pelaksanaan Kartu 1 1 1 1 1 0,0
Pra-Kerja dalam Lembaga Pengelola
Kartu Prakerja
ProP : Reformasi Penyelenggaraan 81.638,8
Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Revitalisasi SMK yang Mendukung Jumlah SMK yang mendukung industri - 15 15 16 16 31,6 Pusat dan daerah Pendidikan dan Pelatihan Kemendikbud
Industri 4.0 4.0 yang terrevitalisasi Vokasi untuk Industri 4.0
Revitalisasi SMK yang Mendukung Jumlah SMK yang mendukung industri - 15 15 16 16 638,4 Daerah Pendidikan dan Pelatihan DAK/Pemda
Industri 4.0 4.0 yang terrevitalisasi Vokasi untuk Industri 4.0
Sekolah yang Mutu Peserta Jumlah Sekolah yang Mutu Peserta 1.100 1.100 1.100 1.100 1.100 360,7 Pusat Kemendikbud
Didiknya Meningkat Didiknya Meningkat
Sekolah yang Sarana dan Jumlah Sekolah yang Sarana dan 400 400 400 400 400 406,6 Pusat Kemendikbud
Prasarananya Meningkat Prasarananya Meningkat
Sekolah yang Mutu Penilaiannya Jumlah Sekolah yang Mutu Penilaiannya 200 200 200 200 200 219,3 Pusat Kemendikbud
Meningkat Meningkat
Sekolah yang Tata Kelola Sekolah yang Tata Kelola 500 500 500 500 500 643,6 Pusat Kemendikbud
Kelembagaannya Meningkat Kelembagaannya Meningkat
A.3.56
Pendidikan Keterampilan dan Jumlah Pendidikan Keterampilan dan 140 140 140 140 140 65,0 Pusat Kemendikbud
Pelatihan yang Mutunya Meningkat Pelatihan yang Mutunya Meningkat
Fasilitasi Pengembangan Produk Jumlah SMK yang mendapatkan 200 200 200 200 200 100,0 Pusat Kemendikbud
Kreatif dan Kewirausahaan Fasilitasi Pengembangan Produk Kreatif
dan Kewirausahaan
Fasilitasi Pemberdayaan Budaya Jumlah SMK yang mendapatkan 300 300 300 300 300 150,0 Pusat Kemendikbud
Kerja bagi Peserta Didik Fasilitasi Pemberdayaan Budaya Kerja
bagi Peserta Didik
Fasilitasi Pengembangan Bakat dan Jumlah SMK yang mendapatkan 600 600 600 600 600 150,0 Pusat Kemendikbud
Minat Siswa Fasilitasi Fasilitasi Pengembangan Bakat
dan Minat Siswa
Fasilitasi Pengembangan Pusat Jumlah SMK yang mendapatkan 400 500 600 700 800 29.283,3 Pusat Kemendikbud
Keunggulan (Center of Excellence) Fasilitasi Pengembangan Pusat
SMK Keunggulan (Center of Excellence) SMK
Fasilitasi Peralatan Praktik Kejuruan Jumlah Sekolah yang Mendapatkan 315 315 315 315 315 1.575,0 Pusat Kemendikbud
Fasilitasi Peralatan Praktik Kejuruan
Fasilitasi Pengembangan Teaching Jumlah SMK yang mendapatkan 200 200 200 200 200 200,0 Pusat Kemendikbud
Factory Fasilitasi Pengembangan Teaching
Factory
Fasilitasi Sertifikasi Kompetensi Jumlah Siswa SMK yang Tersertifikasi 125.000 125.000 125.000 125.000 125.000 156,3 Pusat Kemendikbud
Siswa SMK
Fasilitasi Pembangunan Unit Jumlah Unit Sekolah Baru (USB) SMK 15 15 15 15 15 477,3 Pusat Kemendikbud
Sekolah Baru (USB) SMK yang Didirikan
Fasilitasi Pengembangan Pendidikan Jumlah Peserta Didik yang Mendapatkan 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 679,5 Pusat Kemendikbud
Kecakapan Kerja (PKK) Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK)
Fasilitasi Pengembangan Pendidikan Jumlah Peserta Didik yang Mendapatkan 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 843,1 Pusat Kemendikbud
Kecakapan Wirausaha (PKW) Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW)
Fasilitasi Pengembangan Sarana Jumlah Lembaga yang Mendapatkan 100 100 100 100 100 25,0 Pusat Kemendikbud
Praktik dan Prasarana Kursus dan Pengembangan Sarana Praktik dan
Pelatihan Prasarana Kursus dan Pelatihan
Fasilitasi Pengembangan Lembaga Jumlah Lembaga yang 40 40 40 40 40 10,0 Pusat Kemendikbud
Mitra Kursus dan Pelatihan MendapatkanPengembangan Lembaga
Mitra Kursus dan Pelatihan
Fasilitasi Uji Kompetensi Kepada Jumlah Peserta Didik yang Mendapatkan 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 25,0 Pusat Kemendikbud
Peserta Didik Fasilitasi Uji Kompetensi
Terwujudnya Kerjasama Dengan Jumlah Kerjasama Dengan Dunia 50 55 55 55 55 53,3 Kemendikbud
Dunia Usaha/Industri Secara Usaha/Industri Secara Optimal (Insentif
Optimal (Insentif Industry, Pemilihan Industry, Pemilihan Program Pelatihan)
Program Pelatihan)
A.3.57
Peserta Pendidikan Vokasi Kelautan Jumlah Peserta Pendidikan Vokasi 8.239 9.173 10.633 12.286 13.115 1.155,8 19 UPT KKP
dan Perikanan yang Kompeten Kelautan dan Perikanan yang
(Orang) Berkompeten (orang)
Sarana dan Prasarana Pendidikan Jumlah sarana dan prasarana 21 22 22 22 22 711,3 19 UPT KKP
Kelautan dan Perikanan pendidikan kelautan dan perikanan
Pengabdian Pendidikan Tinggi KP Jumlah Pengabdian Pendidikan Tinggi KP 17 17 17 17 17 34,4 14 UPT KKP
Lembaga pelatihan kerja dan Jumlah lembaga pelatihan kerja dan 433 423 423 424 424 3.358,6 Pusat Pendidikan dan Pelatihan KemenNaker
produktivitas yang ditingkatkan produktivitas yang ditingkatkan sarana Vokasi untuk Industri 4.0
sarana dan prasarananya dan prasarananya
Pengembangan BLK Komunitas Jumlah BLK Komunitas yang 2.000 500 500 500 500 4.000,0 Pusat Pendidikan dan Pelatihan KemenNaker
dikembangkan Vokasi untuk Industri 4.0
Tenaga Kerja yang Mendapat Jumlah tenaga kerja yang mendapat 228.820 225.000 250.000 260.000 275.000 9.559,4 34 Provinsi Pendidikan dan Pelatihan KemenNaker
Pelatihan Berbasis Kompetensi pelatihan berbasis kompetensi Vokasi untuk Industri 4.0
Tenaga teknis menengah kejuruan Jumlah tenaga teknis menengah 472 473 473 473 473 628,0 SMK kadipaten (jawa Kemen LHK
kehutanan yang tersedia kehutanan barat), SMK Pekanbaru
(Riau), SMK Makassar,
SMK Samarinda, SMK
Manokwari.
Penyelenggaraan Pelatihan Vokasi Jumlah lulusan pelatihan vokasi bidang 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000 273,0 Pusat Kemen LHK
tenaga teknis bidang LHK yang LHK yang berorientasi industri dan
berorientasi industri dan wirausaha wirausaha
Pelaksanaan Standardisasi, Dokumen Standardisasi Produk Iptek 6 7 7 7 7 3,5 Pusat BATAN
Jaminan Mutu Nuklir, Akreditasi Nuklir
dan Sertifikasi
Pelaksanaan Standardisasi, Akreditasi dan Sertifikasi Iptek Nuklir 2 7 7 7 7 3,2 Pusat BATAN
Jaminan Mutu Nuklir, Akreditasi
dan Sertifikasi
Revitalisasi Pendidikan Tinggi Jumlah Pendidikan Tinggi Vokasi yang 43 43 43 43 43 1.753,2 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kemendikbud
Vokasi (retooling dosen dan Direvitalisasi Vokasi untuk Industri 4.0
sertifikasi mahasiswa, penguatan
kelembagaan, dan penguatan prodi
bidang prioritas)
Peningkatan Daya Tampung Jumlah Politeknik yang Ditingkatkan 10 43 43 43 43 2.400,0 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kemendikbud
Politeknik Eksisting Daya Tampungnya Vokasi untuk Industri 4.0
Penambahan Jumlah Program Studi Jumlah Program Studi Politeknik 43 43 43 43 43 495,0 Pusat Kemendikbud
Politeknik Eksisting dan PSDKU Eksisting dan PSDKU yang Ditambah
A.3.59
Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi Jumlah lulusan SMK Kehutanan yang 472 473 473 473 473 612,9 SMK kadipaten (jawa Kemen LHK
berbasis SKKNI kompeten dan bersertifikat barat), SMK Pekanbaru
(Riau), SMK Makassar,
SMK Samarinda, SMK
Manokwari.
Perguruan Tinggi Penyelenggara Jumlah Perguruan Tinggi Penyelenggara 2 2 2 2 2 4,6 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kemendikbud
Prodi untuk kebutuhan industri Prodi untuk kebutuhan industri Vokasi untuk Industri 4.0
Lembaga Pendidikan Keagamaan Jumlah Lembaga Pendidikan Keagamaan 100 200 250 300 350 40,8 Kemenag
Islam yang Menyelenggarakan Life Islam yang Menyelenggarakan Life Skill
Skill
Renovasi Bangunan/Gedung Renovasi Gedung Pendidikan Non-Formal 0 2 2 2 1 79,0 Kemenperin
Pendidikan Non Formal Industri
Pengadaan Peralatan Pendidikan Peralatan Pendidikan Non Formal 0 2 2 2 1 59,3 Kemenperin
Non Formal Industri Industri
Renovasi Bangunan/Gedung Renovasi Gedung Pendidikan Menengah 0 2 2 2 3 138,3 Kemenperin
Pendidikan Menengah Industri
Pengadaan Peralatan Pendidikan Peralatan Pendidikan Menengah Industri 0 2 2 2 3 138,3 Kemenperin
Menengah Industri
Pilot Project Learning Factory 4.0 Implementasi Iindustri 4.0 pada 25 32 38 44 50 156,4 Kemenperin
pendidikan vokasi
Bangunan/Gedung Pendidikan Renovasi Gedung Pendidikan Tinggi 0 3 3 3 3 177,8 Kemenperin
Tinggi Industri melalui Renovasi Industri
gedung pendidikan satuan kerja
Pengadaan Peralatan Pendidikan Peralatan Pendidikan Tinggi Industri 0 2 2 2 3 138,3 Kemenperin
Tinggi Industri
Pembangunan Pusat Inovasi dan Pilot Project Learning Factory 4.0 0 1 1 1 1 313,5 Pendidikan dan Pelatihan Kemenperin
Pengembangan Industri 4.0 Vokasi untuk Industri 4.0
Diklat Vokasi Pendidikan Jumlah lulusanDiklat Vokasi Pendidikan 5.428 5.289 5.369 5.463 5.660 1.170,8 (Sumsel, Jateng, Kemenhub
Perhubungan Darat Perhubungan Darat Jatim,Jabar, Bali, Kalbar)
Diklat Teknis Pendidikan Jumlah Lulusan Diklat Teknis 4.652 7.746 9.393 9.673 9.574 655,1 (Sumsel, Jateng, Kemenhub
Perhubungan Darat Pendidikan Perhubungan Darat (orang) Jatim,Jabar, Bali, Kalbar)
Pemenuhan Kebutuhan Sarana dan Jumlah Sarana dan Prasarana 6 6 6 6 6 399,5 (Sumsel, Jateng, Kemenhub
Prasarana Penunjang Diklat Penunjang Diklat Transportasi Darat Jatim,Jabar, Bali, Kalbar)
Transportasi Darat
Diklat Vokasi Pendidikan Jumlah lulusan Diklat Vokasi Pendidikan 16.038 16.983 17.416 17.981 18.822 2.710,7 (Aceh, Sumbar, DKI, Kemenhub
Perhubungan Laut Perhubungan Laut Banten, Jabar, Jateng,
Jatim, Sulsel, Sulut, Papua
Barat)
A.3.60
Diklat Teknis Pendidikan Jumlah Lulusan Diklat Teknis 168.637 171.523 173.228 173.570 179.545 2.248,1 (Aceh, Sumbar, DKI, Kemenhub
Perhubungan Laut Pendidikan Perhubungan Laut (orang) Banten, Jabar, Jateng,
Jatim, Sulsel, Sulut, Papua
Barat)
Pemenuhan Kebutuhan Sarana dan Jumlah Sarana dan Prasarana - 12 12 12 12 431,0 (Aceh, Sumbar, DKI, Kemenhub
Prasarana Penunjang Diklat Penunjang Diklat Transportasi Laut Banten, Jabar, Jateng,
Transportasi Laut Jatim, Sulsel, Sulut, Papua
Barat)
Diklat Vokasi Pendidikan Jumlah Lulusan Diklat Vokasi 4.873 5.434 5.674 5.626 5.883 1.164,8 (Sumut, Sumsel, Banten, Kemenhub
Perhubungan Udara Pendidikan Perhubungan Udara Jatim, Sulsel, Papua)
Diklat Teknis Pendidikan Jumlah Lulusan Diklat Teknis 7.145 7.169 7.906 8.017 8.303 1.672,5 (Sumut, Sumsel, Banten, Kementerian
Perhubungan Udara Pendidikan Perhubungan Udara (orang) Jatim, Sulsel, Papua) Perhubungan
Pemenuhan Kebutuhan Sarana dan Jumlah Sarana dan Prasarana - 8 8 8 8 215,5 (Sumut, Sumsel, Banten, Kemenhub
Prasarana Penunjang Diklat Penunjang Diklat Transportasi Udara Jatim, Sulsel, Papua)
Transportasi Udara
Layanan Pendidikan Vokasi Jumlah lulusan Akademi Metrologi 165 165 215 265 315 38,2 Kemendag
Kemetrologian
Penyelenggaraan Pendidikan Jumlah lulusan Pendidikan Sekolah 2.350 2.350 2.550 2.750 2.800 229,0 Kemenparekraf
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Tinggi Pariwisata Bandung
Penyelenggaraan Pendidikan Jumlah lulusan Pendidikan Sekolah 2.400 2.400 2.450 2.450 2.450 182,6 Kemenparekraf
Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Tinggi Pariwisata Bali
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Jumlah lulusan Pendidikan Tinggi 1.411 1.411 1.611 1.811 2.011 156,8 Kemenparekraf
Pariwisata Politeknik Negeri Pariwisata Politeknik Negeri Pariwisata
Pariwisata Medan Medan
Penyelenggaraan Pendidikan Jumlah lulusan Pendidikan Politeknik 2.492 2.492 2.692 2.892 3.092 163,8 Kemenparekraf
Politeknik Pariwisata Makassar Pariwisata Makassar
Penyelenggaraan Pendidikan Jumlah lulusan Pendidikan Politeknik 1.200 1.300 1.400 1.600 1.700 162,6 Kemenparekraf
Politeknik Pariwisata Palembang Pariwisata Palembang
Penyelenggaraan Pendidikan Jumlah lulusan Pendidikan Politeknik 1.400 1.400 1.500 1.700 1.800 129,2 Kemenparekraf
Politeknik Pariwisata Lombok Pariwisata Lombok
Sarana dan prasarana Sekolah Jumlah Sarana dan prasarana Sekolah 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 97,5 Kemenparekraf
Tinggi Pariwisata Bandung Tinggi Pariwisata Bandung yang tersedia
Pembangunan Dan Renovasi Luas Pembangunan Dan Renovasi 5.000 5.000 0 0 0 327,1 Kemenparekraf
Gedung Pendidikan Sekolah Tinggi Gedung Pendidikan Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung Pariwisata Bandung
Sarana dan Prasarana Sekolah Jumlah Sarana dan Prasarana Sekolah 2.033 2.033 2.500 2.500 2.500 160,2 Kemenparekraf
Tinggi Pariwisata Bali Tinggi Pariwisata Bali
Pembangunan Politeknik Pariwisata Jumlah Pembangunan Politeknik 14.159 0 0 0 0 500,1 Kemenparekraf
Palembang Pariwisata Palembang
Peningkatan Sarana dan prasarana Jumlah Peningkatan Sarana dan 1.220 1.220 1.420 1.420 1.420 110,3 Kemenparekraf
Politeknik Negeri Pariwisata Medan prasarana Politeknik Negeri Pariwisata
Medan
A.3.61
Percepatan Pembangunan Politeknik Luas Pembangunan Politeknik Pariwisata 14.948 0 0 0 0 525,9 Kemenparekraf
Pariwisata Lombok Lombok
Sarana dan Prasarana Politeknik Jumlah Sarana dan Prasarana Politeknik 439 500 700 900 1.000 199,8 Kemenparekraf
Negeri Pariwisata Lombok Negeri Pariwisata Lombokyang tersedia
Sarana dan Prasarana Politeknik Jumlah Sarana dan Prasarana Politeknik 500 500 700 900 1.000 177,3 Kemenparekraf
Negeri Pariwisata Palembang Negeri Pariwisata Palembangyang
tersedia
Pembangunan Dan Renovasi Luas Pembangunan Dan Renovasi 11.872 0 0 0 0 218,4 Kemenparekraf
Gedung Pendidikan Politeknik Gedung Pendidikan Politeknik Negeri
Negeri Pariwisata Medan Pariwisata Medan
Sarana dan Prasarana Politeknik Jumlah Sarana dan Prasarana Politeknik 932 932 1.000 1.100 1.200 33,6 Kemenparekraf
Pariwisata Makassar Pariwisata Makassar yang tersedia
Pembangunan Laboratorium Luas Pembangunan Laboratorium 26.712 0 0 0 0 213,8 Kemenparekraf
Terpadu Sekolah Tinggi Pariwisata Terpadu Sekolah Tinggi Pariwisata Bali
Bali
Lanjutan Pembangunan Hotel Luas Pembangunan Hotel Praktik 10.656 0 0 0 0 186,7 Kemenparekraf
Praktik Perhotelan dan Gedung Perhotelan dan Gedung Kelas Politeknik
Kelas Politeknik Pariwisata Pariwisata Makassar
Penyusunan Feasibility Study dan Jumlah Penyusunan Feasibility Study 1 0 0 0 0 2,0 Kemenparekraf
Masterplan Pengembangan dan Masterplan Pengembangan
Pendidikan Tinggi Bidang Pariwisata Pendidikan Tinggi Bidang Pariwisata
Sulawesi Utara
Penyusunan Feasibility Study dan Sulawesi
Jumlah Utara Feasibility Study dan
dokumen 1 0 0 0 0 2,0 Kemenparekraf
Masterplan Pengembangan Masterplan Pengembangan Pendidikan
Pendidikan Tinggi Bidang Pariwisata Tinggi Bidang Pariwisata Sorong
Sorong
Penyusunan Feasibility Study dan Jumlah dokumen Penyusunan Feasibility 0 1 0 0 0 2,0 Kemenparekraf
Masterplan Pengembangan Study dan Masterplan Pengembangan
Pendidikan Tinggi Bidang Pariwisata Pendidikan Tinggi Bidang Pariwisata
Destinasi baru Destinasi baru
Penyusunan DED dan Studi Tapak Jumlah dokumen Penyusunan DED dan 0 2 0 0 0 14,0 Kemenparekraf
PTNP Sulawesi Utara Studi Tapak PTNP Sulawesi Utara
Penyusunan DED dan Studi Tapak Jumlah dokumen Penyusunan DED dan 0 2 0 0 0 14,0 Kemenparekraf
PTNP Sorong Studi Tapak PTNP Sorong
Penyusunan DED dan Studi Tapak Jumlah dokumen Penyusunan DED dan 0 0 2 0 0 14,0 Kemenparekraf
PTNP Destinasi baru Studi Tapak PTNP Destinasi baru
Pembangunan PTNP Sulawesi Utara Jumlah PTNP Destinasi Baru yang 0 0 1 1 1 106,0 Kemenparekraf
dibangun
Pembangunan PTNP Sorong Jumlah PTNP Destinasi Baru yang 0 0 1 1 1 36,0 Kemenparekraf
dibangun
Pembangunan PTNP Destinasi Baru Jumlah PTNP Destinasi Baru yang 0 0 0 1 1 6,0 Kemenparekraf
dibangun
ProP : Peningkatan Kualitas 5.099,4
Pendidik Vokasi
A.3.62
Guru yang Mendapatkan Jumlah Guru yang Mendapatkan 743 743 743 743 743 91,3 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Bidang Peningkatan Kompetensi Bidang
Bangunan dan Listrik Bangunan dan Listrik
Guru yang Mendapatkan Jumlah Guru yang Mendapatkan 1.856 1.856 1.856 1.856 1.856 105,2 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Bidang Peningkatan Kompetensi Bidang
Kelautan, Perikanan, Teknologi Kelautan, Perikanan, Teknologi Informasi
Informasi dan Komunikasi dan Komunikasi
Guru yang Mendapatkan Jumlah Guru yang Mendapatkan 556 556 556 556 556 94,6 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Bidang Peningkatan Kompetensi Bidang Mesin
Mesin dan Teknik Industri dan Teknik Industri
Guru yang Mendapatkan Jumlah Guru yang Mendapatkan 1.908 1.908 1.908 1.908 1.908 157,0 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Bidang Peningkatan Kompetensi Bidang Otomotif
Otomotif dan Elektronika dan Elektronika
Guru yang Mendapatkan Jumlah Guru yang Mendapatkan 1.997 1.997 1.997 1.997 1.997 145,8 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Bidang Peningkatan Kompetensi Bidang
Pariwisata Pariwisata
Guru yang Mendapatkan Jumlah Guru yang Mendapatkan 1.022 1.022 1.022 1.022 1.022 106,5 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Bidang Peningkatan Kompetensi Bidang
Pertanian Pertanian
Guru yang Mendapatkan Jumlah Guru yang Mendapatkan 3.432 3.432 3.432 3.432 3.432 125,1 Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Bidang Peningkatan Kompetensi Bidang Seni
Seni Dan Budaya Dan Budaya
Guru yang mendapatkan Jumlah Guru yang mendapatkan 0 2.000 2.000 2.000 2.000 265,8 Kemendikbud
peningkatan Kompetensi Ganda peningkatan Kompetensi Ganda
Dosen Vokasi yang mengikuti Jumlah Dosen Vokasi yang mengikuti 200 200 200 200 32,0 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kemendikbud
Magang ke Industri Magang ke Industri Vokasi untuk Industri 4.0
Dosen Vokasi yang mengikuti Jumlah Dosen Vokasi yang mengikuti 500 500 500 500 104,0 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kemendikbud
Peningkatan Kompetensi Peningkatan Kompetensi Vokasi untuk Industri 4.0
Dosen Vokasi yang mengikuti Jumlah Dosen Vokasi yang mengikuti 500 500 500 500 52,0 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kemendikbud
Sertifikasi Kompetensi Sertifikasi Kompetensi Vokasi untuk Industri 4.0
Guru Kejuruan yang Mengikuti Jumlah Guru Kejuruan yang Mengikuti 3.200 3.600 3.600 3.600 3.600 2.580,0 Pusat Kemendikbud
Pelatihan Berstandart Industri ( Pelatihan Berstandart Industri (
Upskilling dan Reskilling) dan Upskilling dan Reskilling) dan Kepala
Kepala Sekolah Yang Mengikuti Sekolah Yang Mengikuti Pelatihan
Pelatihan
Dosen Manajemen
Vokasi Usaha
yang Mengikuti Manajemen
Jumlah Usaha
Dosen Vokasi yang Mengikuti 240 500 500 500 500 328,0 Pusat Kemendikbud
Pelatihan Berstandart Industri Pelatihan Berstandart Industri (
(Upskilling dan Reskilling) Upskilling dan Reskilling)
Instruktur pemerintah dan swasta Jumlah instruktur pemerintah dan 2.160 240 160 160 160 168,5 Pusat Pendidikan dan Pelatihan KemenNaker
baru swasta baru yang dilatih Vokasi untuk Industri 4.0
A.3.63
Instruktur dan tenaga pelatihan Jumlah instruktur dan tenaga pelatihan 7.693 8.890 9.620 10.350 11.080 743,5 Pusat Pendidikan dan Pelatihan KemenNaker
pemerintah dan swasta yang pemerintah dan swasta yang Vokasi untuk Industri 4.0
ditingkatkan kompetensinya ditingkatkan kompetensinya
ProP : Penguatan Tata Kelola 3.633,5
Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Sekolah Yang Mendapatkan Jumlah Sekolah Yang Mendapatkan 300 1000 1250 1500 1750 2.802,4 Kemendikbud
Pembinaan Pembinaan
Pengembangan Pola Pendanaan Pengembangan pola pendanaan 1 1 1 1 1 28,7 Pusat Pendidikan dan Pelatihan KemenNaker
Pelatihan/Skill Development Fund pelatihan Vokasi untuk Industri 4.0
Lembaga pelatihan kerja dan Jumlah lembaga pelatihan kerja yang 1.513 1.500 1.500 1.500 1.500 378,3 Pusat Pendidikan dan Pelatihan KemenNaker
produktivitas yang ditingkatkan ditingkatkan kualitas mutu lembaga Vokasi untuk Industri 4.0
kualitas mutu dan lembaga
Pusat Pengembangan Keahlian/Skill Jumlah pusat pengembangan keahlian 20 22 24 25 25 303,8 Pusat Pendidikan dan Pelatihan KemenNaker
Development Center Vokasi untuk Industri 4.0
SKKNI dan KKNI berbasis okupasi Standar Kompetensi Kerja Nasional 20 20 20 20 20 31,7 Kemenperin
dan KKNI yang disusun Indonesia (SKKNI) bidang industri
LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) Fasilitasi Lembaga Sertifikasi Profesi 20 20 20 20 20 9,9 Kemenperin
dan TUK (Tempat Uji Kompetensi) (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi (TUP)
Unit Diklat bidang industri
Implementasi Iindustri 4.0 pada Pilot Project Learning Factory 4.0 9 12 17 22 27 76,9 Pendidikan dan Pelatihan Kemenperin
pendidikan vokasi Vokasi untuk Industri 4.0
Penetapan dan implementasi Jumlah daerah yang diimplementasikan 6 7 7 7 7 1,8 Pusat Kemendagri
kebijakan daerah sebagai tindak kebijakan daerah sebagai tindak lanjut
lanjut inpres No. 9 Tahun 2016 inpres No. 9 Tahun 2016 tentang
tentang Revitalisasi SMK Revitalisasi SMK
ProP : Penguatan Sistem Sertifikasi 4.875,6
Kompetensi
Siswa SMK yang Tersertifikasi Jumlah Siswa SMK yang Tersertifikasi 128.000 130.000 135.000 140.000 145.000 346,1 Kemendikbud
Sertifikasi Profesi Bidang Pertanian Jumlah yang tersertifikasi 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 454,0 Kementan
Tenaga kerja yang disertifikasi Jumlah tenaga kerja yang disertifikasi 382.083 400.000 400.000 400.000 425.000 2.069,8 Pendidikan dan Pelatihan KemenNaker
Vokasi untuk Industri 4.0
Skema Sertifikasi Kualifikasi KKNI Jumlah skema sertifikasi kualifikasi 50 50 50 50 50 15,4 Pendidikan dan Pelatihan KemenNaker
KKNI Vokasi untuk Industri 4.0
Tenaga Kerja Industri Kompeten Pelatihan 3 in 1 bagi calon tenaga kerja 32.000 39.000 42.000 44.000 46.000 840,9 Pendidikan dan Pelatihan Kemenperin
Lulusan Diklat Sistem 3 in 1 industri Vokasi untuk Industri 4.0
(Pelatihan, Sertifikasi, dan
Penempatan)
Registrasi tenaga kesehatan Jumlah tenaga kesehatan teregistrasi 150.000 155.000 160.000 165.000 170.000 194,3 Kemenkes
Peningkatan kompetensi dan Jumlah SDM LHK bersertifikat 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000 75,7 TUK Samarinda, TUK Kemen LHK
Sertifikasi SDM LHK kompetensi Makassar, TUK Kadipaten,
TUK, Pekanbaru, TUK,
Bogor, Jakarta
A.3.64
Prodi penyelenggaraan Rekognisi Jumlah Prodi penyelenggaraan Rekognisi 375 410 450 500 550 9,2 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kemendikbud
Pembelajaran Lampau (RPL) Pembelajaran Lampau (RPL) Vokasi untuk Industri 4.0
Siswa Aktif dan Lulusan Pendidikan Tenaga kerja industri terampil yang 7.000 2.100 2.200 2.400 2.600 189,8 Pendidikan dan Pelatihan Kemenperin
Berbasis Kompetensi Pendidikan kompeten Vokasi untuk Industri 4.0
Kejuruan
Mahasiswa dan Lulusan Program Tenaga kerja industri tingkat ahli yang 13.000 2.600 2.800 2.900 3.000 411,4 Pendidikan dan Pelatihan Kemenperin
DIII dan DIV Berbasis Kompetensi kompeten Vokasi untuk Industri 4.0
Mahasiswa dan Lulusan Program Tenaga kerja industri lulusan D1 industri 500 800 900 1.000 1.100 95,8 Pendidikan dan Pelatihan Kemenperin
D1 Berbasis Kompetensi dalam yang kompeten Vokasi untuk Industri 4.0
bentuk penyelenggaraan pendidikan
tinggi vokasi industri berbasis
kompetensiKompetensi Tenaga
Sertifikasi Jumlah Sertifikasi Kompetensi Tenaga 16.219 19.463 23.356 28.027 33.632 51,3 Kemen ESDM
Teknik Sektor Migas Teknik Sektor Migas
Sertifikasi Kompetensi Tenaga Jumlah Sertifikasi Kompetensi Tenaga 2.888 3.466 4.159 4.991 5.989 33,6 Kemen ESDM
Teknik Sektor Geominerba Teknik Sektor Geominerba
Sertifikasi Kompetensi Tenaga Jumlah Sertifikasi Kompetensi Tenaga 3.768 4.522 5.426 6.511 7.813 38,8 Kemen ESDM
Teknik Sektor KEBTKE Teknik Sektor KEBTKE
Pelatihan dan sertifikasi tenaga Tenaga kerja industri yang mendapatkan 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 49,5 Pendidikan dan Pelatihan Kemenperin
kerja industri serifikasi kompetensi Vokasi untuk Industri 4.0
KP : Penguatan Pendidikan Tinggi Persentase lulusan PT yang langsung 64,7 65,2 65,7 66,2 66,7 11.381,9
Berkualitas bekerja dalam jangka waktu 1 tahun
setelah kelulusan
Jumlah publikasi ilmiah di jurnal 14300 15730 17303 19033 20937
internasional
Jumlah sitasi di jurnal internasional 5760 6336 6969 7666 8433
Hasil Pengabdian Dosen kepada Jumlah Hasil Pengabdian Dosen kepada 1.022 1.100 1.200 1.300 1.400 880,0 Pusat Kemen
Masyarakat Masyarakat Ristek/BRIN
Hasil Penelitian Dosen di Perguruan Jumlah Hasil Penelitian Dosen di 13.000 14.000 14.500 15.000 15.500 6.029,0 Pusat Kemen
Tinggi (BOPTN) Non PTN BH Perguruan Tinggi (BOPTN) Non PTN BH Ristek/BRIN
Artikel Ilmiah dari Perguruan Tinggi Artikel Ilmiah dari Perguruan Tinggi yang 1.200 3.750 3.900 4.250 4.500 62,5 Pusat Kemen
yang di fasilitasi untuk di fasilitasi untuk dipublikasikan Ristek/BRIN
dipublikasikan
Jurnal Ilmiah dari Perguruan Tinggi Jurnal Ilmiah dari Perguruan Tinggi yang 800 2.650 2.800 3.000 3.150 74,7 Pusat Kemen
yang difasilitasi terakreditasi dan difasilitasi terakreditasi dan bereputasi Ristek/BRIN
bereputasi internasional internasional
Produk Inovasi Perguruan Tinggi di Jumlah Produk Inovasi Perguruan Tinggi 11 11 11 11 11 750,0 Pusat Kemen
Industri (Teaching Industry) di Industri Ristek/BRIN
Penelitian pada PTKI Penelitian pada PTKI 1 5 10 15 20 66,3 Pusat Kemenag
Penelitian yang Bermutu Penelitian yang Bermutu 150 150 150 150 150 25,0 Daerah Kemenag
Penelitian Dosen PTA Katolik yang Penelitian Dosen PTA Katolik yang 35 35 35 35 35 10,7 Pusat Kemenag
Bermutu Bermutu
Penelitian yang berkualitas Penelitian yang berkualitas 325 325 325 325 325 56,3 Pusat Kemenag
Penelitian yang mendapat HAKI Penelitian yang mendapat HAKI 5 5 5 5 5 1,0 Pusat Kemenag
Penelitian Dosen yang bermutu Penelitian Dosen yang bermutu 116 116 116 116 116 272,6 Pusat Kemenag
Penelitian Mahasiswa yang bermutu Penelitian Mahasiswa yang bermutu 150 150 150 150 150 3,1 Pusat Kemenag
Kemitraan Strategis Riset dan Jumlah Kemitraan Strategis Riset dan 1 1 1 1 1 20,0 Pusat Kemen
Pengembangan Pengembangan Ristek/BRIN
ProP : Peningkatan Kualitas Lulusan 286,7
PT
Lulusan yang Mengikuti Pusat Karir Jumlah Lulusan yang Mengikuti Pusat 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000 150,0 Kemendikbud
Karir
LSP dan TUK yang dibentuk Jumlah LSP dan TUK yang dibentuk 43 43 43 43 43 91,4 Kemendikbud
(Pendidikan Vokasi) (Pendidikan Vokasi)
Lulusan yang tersertifikasi di Jumlah lulusan Sekolah Tinggi Teknologi 96 68 107 96 96 31,9 Yogyakarta BATAN
bidang nuklir Nuklir
Pegawai yang melanjutkan pendidikan 15 20 20 20 20 13,4 BATAN
jenjang S2/S3 menuju kepakaran bidang
iptek nuklir
KP : Peningkatan Kapabilitas Iptek Peringkat Global Innovation Index 80-85 80-85 80-85 75-80 75-80 22.323,9
dan Penciptaan Inovasi
Jumlah paten yang diberikan 900 925 950 975 1.000
(resident)
ProP : Pemanfaatan Iptek dan 15.927,5
penciptaan Inovasi di Bidang-bidang
Fokus Rencana Induk Riset
Nasional 2017-2045 untuk
pembangunan yang berkelanjutan
Hasil inovasi Flagship Nasional Aplikasi Sistem Riset dan Pengembangan 1 1 1 1 1 20,0 Pusat Kemen
Prioritas Riset Nasional Ristek/BRIN
A.3.66
Data citra resolusi menengah, tinggi dan 3650000 3650000 3650000 3650000 3650000 296,0 Pusat LAPAN
sangat tinggi
(ANGGOTA PRN PENGINDERAAN JAUH)
Inovasi Teknologi Pilot Project Garam 1 1 1 1 1 173,7 Gresik, Jawa Timur BPPT
Industri
Inovasi Teknologi Pilot Project Garam 1 1 1 1 1 1,0 Serpong, Tangerang BPPT
Terintegrasi Selatan-Banten
Inovasi Teknologi Produksi Pembibitan 1 1 1 1 1 17,5 Serpong, Tangerang BPPT
Hortikultura Selatan-Banten
Inovasi Bioteknologi untuk 1 1 1 1 1 17,3 Serpong, Tangerang BPPT
Pengembangan Bahan Baku Obat Selatan-Banten
UJi Teknologi Infrastruktur Pelabuhan 1 1 1 1 1 8,7 Yogyakarta BPPT
dan Dinamika Pantai untuk mendukung
Bidang Maritim dan Transportasi
Inovasi Teknologi Pangan untuk 1 1 1 1 1 13,4 Serpong, Tangerang BPPT
Mencegah Stunting Selatan-Banten
Inovasi Teknologi Penyelenggaraan 1 1 1 1 1 24,6 Serpong, Tangerang BPPT
Sistem Elektronik Untuk e-Services (e- Selatan-Banten
Government dan e-Business)
Inovasi Teknologi Sistem Charging Station 1 1 1 1 1 4,1 Serpong, Tangerang BPPT
Selatan-Banten
Inovasi Teknologi Sistem Charging Station 1 1 1 1 1 2,5 Serpong, Tangerang BPPT
Selatan-Banten
Inovasi Teknologi Sistem Charging Station 1 1 1 1 1 2,8 Serpong, Tangerang BPPT
Selatan-Banten
Inovasi Teknologi Sistem Charging Station 1 1 1 1 1 83,4 Serpong, Tangerang BPPT
Selatan-Banten
Inovasi Teknologi Sistem Propulsi 1 1 1 1 1 25,0 Serpong, Tangerang BPPT
Kendaraan Berbasis Listrik Selatan-Banten
Inovasi Teknologi Puna Male Kombatan 3 3 3 3 3 607,0 Serpong, Tangerang BPPT
Selatan-Banten
Inovasi Teknologi Puna Male Kombatan 1 1 1 1 1 0,9 Serpong, Tangerang BPPT
Selatan-Banten
Inovasi Teknologi Sistem Informasi 1 1 1 1 1 77,3 Provinsi Riau BPPT
Zoonosis dan Emerging Infectious
Diseases
Produk bidang Transportasi 2 2 2 2 2 1.308,2 Serpong, Tangerang BPPT
Perkeretapian Selatan-Banten
Inovasi Teknologi Implan Tulang Titanium 2 2 2 2 2 120,2 Serpong, Tangerang BPPT
dan Gigi Selatan-Banten
Inovasi Teknologi Bangunan Tahan 1 1 1 1 1 10,0 Serpong, Tangerang BPPT
Gempa, Tahan Api, Cepat Bangun dan Selatan-Banten
Murah
Inovasi Teknologi Sistem Charging Station 1 1 1 1 1 11,4 Serpong, Tangerang BPPT
Selatan-Banten
A.3.68
Inovasi Sistem dan Teknologi Ina-TEWS 1 1 1 1 1 215,9 DKI Jakarta, Mentawai dan BPPT
Selat Sunda
Inovasi Sistem dan Teknologi Ina-TEWS 2 2 2 7,1 Serpong, Tangerang BPPT
Selatan-Banten
Inovasi Sistem dan Teknologi Ina-TEWS 1 1 1 1 1 4,6 Serpong, Tangerang BPPT
Selatan-Banten
Inovasi Sistem dan Teknologi Ina-TEWS 5 5 5 5 5 135,5 Serpong, Tangerang BPPT
Selatan-Banten
Kebun Raya Daerah yang Dikembangkan 2 2 2 2 2 86,2 Provinsi Jawa Barat LIPI
Lokasi Riset Interdisiplin Indonesia Early 3 16 16 16 26,5 Provinsi Jawa Barat LIPI
Warning System (InaTEWS)
Inovasi Sistem dan Teknologi Reduksi 1 1 1 1 1 2.250,0 Kepulauan Mentawai dan BPPT
Risiko Bencana Selat Sunda
Inovasi Teknologi Pengolahan dan 1 1 1 1 1 10,0 Morowali BPPT
Pemurnian Mineral Nikel
Uji Teknologi dan Armada untuk 4 4 4 4 4 101,0 Provinsi Riau BPPT
penanganan bencana hidrometeorologi di
Provinsi Rawan Bencana
Inovasi Sistem dan Teknologi Ina-TEWS 4 4 4 4 4 23,7 DKI Jakarta BPPT
Pengadaan armada pendukung 355,0 Serpong, Tangerang BPPT
modifikasi Cuaca dan Peralatannya Selatan-Banten
Hasil Penelitian Ilmu Pengetahuan 3 4,1 LIPI
Kebumian dan Kelautan untuk Kajian
Potensi Bencana
A.3.71
Teknologi garda depan (frontier) Pegawai yang melanjutkan pendidikan 0,0 Prov Banten BATAN
yang dikuasai jenjang S2/S3 menuju kepakaran bidang
iptek nuklir
Prototipe RF Radiosinovektori 1 Data Riset 1 Data Riset 1 Data Riset 1 Prototipe 4,2 Prov Banten BATAN
Prototipe Senyawa Bertanda untuk 1 Data Riset 1 Data Riset 1 Data Riset 1 Data Riset 1 Prototipe 23,7 BATAN
Diagnosis Spesifik Toksoplasmosis
Prototipe Radioisotop dan Radiofarmaka 5 5 7 7 7 31,3 Prov Banten BATAN
Dokumen Pengoperasian, Pemeliharaan 1 1 1 1 1 17,6 Prov Banten BATAN
Fasilitas Pengembangan Teknologi
Radioisotop dan Radiofarmaka
Dokumen Teknis Teknologi dan 4 5 6 7 8 32,7 Prov Banten BATAN
Keselamatan PLTN Besar dan SMR
Teknologi Operasi Terbang dan 2 2 2 2 2 5,0 Jawa barat LAPAN
Diseminasi
Prototipe Roket Untuk Pemanfaatan 2 5,0 LAPAN
Khusus
Hasil pengembangan dan aplikasi alat 0 3 3 3 3 90,0 Provinsi Banten LIPI
kesehatan: clip anuarisma untuk implan
bedah otak, implan tulang, dan karteter
diagnostik jantung
Hasil pengembangan dan aplikasi Alat 60,0 Provinsi Banten LIPI
Kesehatan
Literasi Iptek Berbasis Terbitan dan 1 1 1 1 1 11,5 DKI Jakarta LIPI
Multimedia yang Terdiseminasi kepada
Stakeholder
Hasil Penelitian dan Pengembangan Obat 3 3 3 3 32,0 Provinsi Banten LIPI
Tradisional
Repositori ilmiah nasional (RIN) - - - - - 26,0 Provinsi Banten LIPI
Inovasi Teknologi Hidrodinamika Bidang 3 3 3 3 3 29,5 Jawa Timur BPPT
Maritim
Hasil Pengungkapan dan Pemanfataan 21 4 5 5 7 107,5 Provinsi Jawa Barat LIPI
Biodiversitas Nusantara
Teknologi Kendaraan Listrik 1 1 1 1 1 873,0 Provinsi Jawa Barat LIPI
Teknologi Pangan Inovatif Berbasis Mikro 1 315,0 Provinsi DKI Jakarta LIPI
Alga Laut Strain Indonesia (MALSAI)
Penelitian Flagship Riset Nasional Penelitian Flagship Riset Nasional 22 43 43 43 43 2.100,0 Pusat Kemen
Ristek/BRIN
Penelitian Insentif Sistem Inovasi 260 260 260 260 260 405,2 Kemen
Nasional Pengembangan Teknologi
Penelitian 24 50 60 70 80 316,4 Ristek/BRIN
Kemen
Industri Ristek/BRIN
Pengkajian dan Penerapan Teknologi 138,5 Serpong, Tangerang BPPT
Kekuatan Struktur Selatan-Banten
A.3.72
Implementasi RIRN dan ARN Infrastruktur STP Berbasis PT/LPNK 5 5 5 5 5 750,0 Pusat Pembangunan Science Kemen
Iptek Eksisting Yang Dikembangkan Techno Park (Optimalisasi Ristek/BRIN
Triple Helix di 4 Major
Universitas)
Inkubator pada STP Eksisting yang 18 18 18 18 18 50,0 Pusat Pembangunan Science Kemen
Fungsional Techno Park (Optimalisasi Ristek/BRIN
Triple Helix di 4 Major
Universitas)
Produk Inovasi Litbang di Industri Jumlah Produk Inovasi Litbang di 60 65 70 75 80 394,5 Pusat Kemen
Lembaga Alih Teknologi yang Industri
Jumlah Lembaga Alih Teknologi yang 7 7 7 7 7 22,0 Pusat Ristek/BRIN
Kemen
Dikembangkan Dikembangkan Ristek/BRIN
Taman Sains dan Teknologi yang Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang 18 19 20 21 22 628,0 Pusat Kemen
dikembangkan dikembangkan Ristek/BRIN
Tenant yang dibina menjadi Jumlah Tenant yang dibina menjadi 297 250 250 250 250 605,5 Pusat Kemen
Perusahaan Pemula Berbasis Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi Ristek/BRIN
Teknologi
Klaster Inovasi Jumlah klaster inovasi sebagai wahana 4 5 5 5 5 30,0 Kemen
kolaborasi N-Helix Ristek/BRIN
ProP : Peningkatan jumlah dan 8,0
kualitas belanja litbang
A.3.74
Penguatan basis data riset/litbang Persentase industri manufaktur yang 80 90 100 100 0,0 Pusat Kemen
industri melalui pelaksanaan survei terpetakan data belanja riset/litbangnya Ristek/BRIN
belanja litbang industri (persen)
Fasilitasi platform kolaborasi Persentase kontribusi matching grant non 0,0
multisumber pendanaan APBN dalam pelaksanaan litbang di
Kemenristek/BRIN
Fasilitasi forum pendanaan inovasi Jumlah start-up teknologi yang 10 10 10 10 4,0 Kemen
(pitching) mendapatkan dukungan pendanaan non Ristek/BRIN
APBN dari fasilitasi forum pendanaan
inovasi
Optimalisasi pemanfaatan hasil Persentase hasil pengelolaan Dana Abadi 25 50 75 100 4,0 Pusat Kemen
Dana Abadi Penelitian Penelitian yang dimanfaatkan untuk Ristek/BRIN
penelitian, pengembangan, pengkajian,
dan penerapan Iptek
KP : Prestasi Olahraga Persentase penduduk usia 10 tahun meningkat 35,40 meningkat meningkat 40 4.237,3
ke atas yang berolahraga dalam
seminggu terakhir
Jumlah perolehan medali emas pada 2 N/A N/A N/A 3
Olympic Games
Jumlah perolehan medali emas pada 1 N/A N/A N/A 3
Paralympic Games
Peringkat pada Asian Games N/A N/A 5 N/A N/A
Peringkat pada Asian Para Games N/A N/A 4 s/d 6 N/A N/A
ProP : Penguatan dan penataan 1,3
regulasi keolahragaan
Penyusunan dan pemanfaatan Jumlah naskah kebijakan pembinaan 1 1 1 1 1 0,6 Pusat Kemenpora
naskah kebijakan pembinaan olahraga prestasi yang disusun dan
olahraga prestasi dimanfaatkan
Penyusunan dan pemanfaatan Jumlah naskah kebijakan 1 1 1 1 1 0,7 Pusat Kemenpora
naskah kebijakan pengembangan pengembangan sentra dan sekolah
sentra dan sekolah khusus khusus keolahragaan yang disusun dan
keolahragaan
ProP : Pengembangan budaya dimanfaatkan 204,9
olahraga
Kampanye olahraga tradisional, Jumlah peserta olahraga tradisional, usia 11.274 11.274 11.274 11.274 11.274 25,1 Pusat Kemenpora
usia dini dan lansia, olahraga dini dan Lansia, olahraga penyandang
penyandang cacat, dan olahraga di cacat, dan olahraga di lembaga
lembaga pemasyarakatan pemasyarakatan
Kampanye olahraga olimpik di Jumlah peserta olahraga olimpik yang 17.000 17.000 17.000 17.000 17.000 17,5 Pusat Kemenpora
Sekolah Dasar, Menengah, difasilitasi di sekolah dasar, menengah,
Perguruan Tinggi, Pendidikan perguruan tinggi, pendidikan nonformal
Nonformal dan Informal dan informal
Kampanye Olahraga Rekreasi, Jumlah peserta kampanye olahraga 14.020 14.020 14.020 14.020 14.020 140,9 Pusat Kemenpora
Massal, Petualang, Tantangan dan massal, petualang, tantangan dan wisata
Wisata
A.3.75
Fasilitasi Penyelenggaraan dan Jumlah fasilitasi penyelenggaraan dan 3 3 3 3 3 21,4 Pusat Kemenpora
KeikutsertaanKejuaraan Olahraga keikutsertaan kejuaraan olahraga
Rekreasi rekreasi
ProP : Penataan sistem pembinaan 3.525,6
olahraga berbasis cabang olahraga
Olimpiade
Fasilitasi peserta PPLP/PPLM dalam Jumlah peserta PPLP/PPLM yang 1381 1381 1381 1381 1381 623,0 Pusat dan Daerah Kemenpora
pembinaan dan pengembangan Memperoleh Fasilitas Pembinaan dan
Pengembangan
Peningkatan kualitas pengelolaan Jumlah peserta olahraga di sekolah 253 253 253 253 253 183,5 Pusat Kemenpora
sentra keolahragaan dan sekolah khusus keolahragaan
khusus keolahragaan
Fasilitasi olahragawan andalan Jumlah olahragawan andalan nasional 1000 1000 1000 1000 1000 1.409,3 Pusat Kemenpora
Fasilitasi penyelenggaraan Jumlah fasilitasi penyelenggaraan 44 44 44 44 44 50,7 Pusat Kemenpora
dan/atau keikutsertaan pada dan/atau keikutsertaan pada kejuaraan
kejuaraan olahraga prestasi tingkat olahraga prestasi tingkat Internasional
Internasional (single dan/atau multi (single dan/atau multi event)
event)
Fasilitasi penyelenggaraan dan Jumlah fasilitasi penyelenggaraan dan 2 N/A N/A N/A 2 328,2 Pusat Kemenpora
keikutsertaan pada kejuaraan multi keikutsertaan pada kejuaraan multi event
event olahraga prestasi di tingkat olahraga prestasi di tingkat nasional
nasional (PON, Peparnas)
Fasilitasi penyelenggaraan dan Jumlah fasilitasi penyelenggaraan dan 3 2 2 2 2 868,9 Pusat Kemenpora
keikutsertaan pada kejuaraan multi keikutsertaan pada kejuaraan multi event
event olahraga prestasi di tingkat olahraga prestasi di tingkat regional dan
regional dan internasional internasional (Olimpiade, Paralimpiade,
Asian Games, Asian Paragames, SEA
Games, ASEAN Para Games)
Fasilitasi penyelenggaraan Jumlah fasilitasi penyelenggaraan 62 62 62 62 62 62,0 Pusat Kemenpora
kejuaraan olahraga prestasi tingkat kejuaraan olahraga prestasi tingkat
nasional (single dan/atau multi nasional (single dan/atau multi event)
ProP : Penataan kelembagaan 24,2
olahraga
Fasilitasi pembinaan induk Jumlah pembinaan induk organisasi 17 17 17 17 17 24,2 Pusat Kemenpora
organisasi cabang-cabang olahraga cabang-cabang olahraga prestasi cabang
prestasi cabang olahraga olimpik, olahraga olimpik, olahraga fungsional
olahraga fungsional dan profesional dan profesional yang difasilitasi dalam
dalam memenuhi standar minimal memenuhi standar minimal organisasi
organisasi keolahragaan keolahragaan
ProP : Peningkatan ketersediaan 123,1
tenaga keolahragaan berstandar
internasional
A.3.76
Fasilitasi pengelola organisasi Jumlah pengelola organisasi 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 29,6 Pusat Kemenpora
keolahragaan olimpik dalam keolahragaan olimpik yang difasilitasi
pelatihan manajemen dan dalam pelatihan manajemen dan
perencanaan pembinaan dan perencanaan pembinaan dan
pengembangan olahraga pengembangan olahraga
Fasilitasi tenaga keolahragaan Jumlah tenaga keolahragaan olimpik 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 93,5 Pusat dan Daerah Kemenpora
olimpik dalam pengembangan yang difasilitasi dalam pengembangan
tenaga keolahragaan tenaga keolahragaan
ProP : Peningkatan sarana dan 329,6
prasarana olahraga berstandar
internasional
Fasilitasi bantuan untuk prasarana Jumlah fasilitasi prasarana olahraga 29 29 29 29 29 64,8 Pusat Kemenpora
olahraga pendidikan, olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan
rekreasi dan olahraga prestasi olahraga prestasi berbasis cabang
berbasis cabang olahraga olimpik olahraga olimpik
Fasilitasi bantuan untuk sarana Jumlah fasilitasi sarana olahraga 59 58 58 58 58 264,8 Pusat Kemenpora
olahraga pendidikan, olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan
rekreasi dan olahraga prestasi olahraga prestasiberbasis cabang
berbasis cabang olahraga olimpik olahraga olimpik
ProP : Pengembangan peran swasta 28,6
dalam pendampingan dan
pembiayaan keolahragaan
Penyusunan naskah kebijakan Jumlah naskah kebijakan 1 1 1 1 1 0,4 Pusat Kemenpora
pengembangan kemitraan dan pengembangan kemitraan dan
penghargaan olahraga yang dapat penghargaan olahraga yang disusun dan
dimanfaatkan dimanfaatkan
Koordinasi dan kemitraan Jumlah koordinasi dan kemitraan 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 28,2 Pusat Kemenpora
keolahragaan dengan lembaga keolahragaan dengan lembaga lintas
lintas sektoral, antar tingkat sektoral, antar tingkat pemerintah daerah
pemerintah daerah dan luar negeri dan luar negeri
JUMLAH 1.568.049,2
Keterangan :
Indikasi target dan pendanaan dapat dimutakhirkan melalui RKP dengan mempertimbangkan : (1) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; (2) Kesiapan dan Sumber Pendanaan; (3) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha dan Masyarakat
A.4.1
Sekolah yang Mendapatkan Jumlah Sekolah Dasar yang 540 540 540 540 540 174,4 Pusat dan daerah Kemendikbud
Pendidikan Karakter Bangsa Mendapatkan Pendidikan Karakter
Bangsa
Siswa yang Mendapatkan Jumlah Siswa Pendidikan Khusus yang 816 850 850 850 850 54,8 Pusat dan daerah Kemendikbud
Pendidikan Karakter Bangsa Mendapatkan Pendidikan Karakter
Bangsa
Siswa Yang Mendapatkan Jumlah Siswa SMA Yang Mendapatkan 5612 5612 5612 5612 5612 136,3 Pusat dan daerah Kemendikbud
Pendidikan Karakter Bangsa Pendidikan Karakter Bangsa
Peningkatan Kapasitas Personal dan Anak Remaja Mengikuti Peningkatan 20000 20000 20000 20000 20000 95,7 Pusat dan daerah Kemendikbud
Sosial Sebagai Agen Perubahan Kapasitas Personal dan Sosial Sebagai
Agen Perubahan
ProP : Penguatan pendidikan 853,7
agama, nilai toleransi beragama,
dan budi pekerti dalam sistem
pendidikan
A.4.2
Dokumen Standar Nasional Jumlah Dokumen Standar Nasional 79 79 79 79 79 131,2 Pusat Kemenag
Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam
Guru/Dosen/Pengawas PAI yang Jumlah Guru/Dosen/Pengawas PAI yang 200 210 220 230 240 15,3 Pusat dan daerah Kemenag
bermutu bermutu
Guru PAI yang meningkat Jumlah Guru PAI yang meningkat 3950 4000 4500 5000 5500 49,7 Pusat dan daerah Kemenag
kompetensinya kompetensinya
Guru Pendidikan Agama Katolik Jumlah Guru Pendidikan Agama Katolik 4369 4369 4369 4369 4369 166,8 Pusat dan daerah Kemenag
yang Meningkat Kompetensinya yang Meningkat Kompetensinya
Pengawas Pendidikan Agama Jumlah Pengawas Pendidikan Agama 120 120 120 120 120 4,2 Pusat dan daerah Kemenag
Katolik yang Meningkat Katolik yang Meningkat Kompetensinya
Kompetensinya
Peningkatan Kompetensi Guru Jumlah Guru yang Meningkat 5712 5712 5712 5712 5712 62,7 Pusat dan daerah Kemenag
Kompetensinya
Tenaga Pendidik dan Kependidikan Jumlah Tenaga Pendidik dan 1900 1900 1900 1900 1900 71,9 Pusat dan daerah Kemenag
Agama dan Keagamaan Buddha Kependidikan Agama dan Keagamaan
yang ditingkatkan kompetensinya Buddha yang ditingkatkan
kompetensinya
Guru yang memperoleh peningkatan Jumlah Guru yang memperoleh 1245 8000 9000 10000 11000 352,0 Pusat dan daerah Kemenag
Kompetensi dan Pembinaan peningkatan Kompetensi dan Pembinaan
Penguatan penyelenggaran KKN Mahasiswa Melaksanakan Kuliah Kerja 300 300 300 300 300 4,0 Pusat Kemendikbud
Revolusi Mental Nyata (KKN) Tematik
KP : Revolusi mental dalam tata 23,1
kelola pemerintahan untuk penguatan
budaya birokrasi yang bersih,
melayani, dan responsif
A.4.3
Pelaksanaan Forum Konsultasi Jumlah Intansi di Wilayah II yang - 50 50 50 50 0,8 Pusat/Daerah KEMEN PAN DAN
Publik Melaksanakan Forum Konsultasi Publik RB
Pelaksanaan Forum Konsultasi Jumlah Intansi di Wilayah III yang - 50 50 50 50 0,8 Pusat/Daerah KEMEN PAN DAN
Publik Melaksanakan Forum Konsultasi Publik RB
Keluarga Kristen memperoleh Keluarga Kristen memperoleh bimbingan 17 17 17 17 17 0,0 Pusat dan Daerah Kemenag
bimbingan keluarga Kristiani keluarga Kristiani
Keluarga Katolik yang Memperoleh Keluarga Katolik yang Memperoleh 805 805 805 805 805 0,0 Pusat dan Daerah Kemenag
Bimbingan Keluarga Bahagia Bimbingan Keluarga Bahagia
Bimbingan Keluarga Sukinah Bimbingan Keluarga Sukinah 1559 1559 1559 1559 1559 0,0 Pusat dan Daerah Kemenag
Pembinaan Keluarga Hittasukhaya Pembinaan Keluarga Hittasukhaya 100 138 190 263 363 0,0 Pusat dan Daerah Kemenag
ProP : peningkatan ketahanan 284,9
keluarga berdasarkan siklus hidup
dengan memperhatikan
kesinambungan antargenerasi,
sebagai upaya penguatan fungsi dan
nilai keluarga
Peningkatan kemampuan keluarga Persentase keluarga yang melaksanakan 38,68 39,68 40,68 41,68 42,68 153,1 Pusat dan 34 Provinsi BKKBN
dalam pengasuhan dan pengasuhan dan pendampingan
pendampingan anak dalam rangka pembentukan karakter
pembentukan karakter
Peningkatan pembangunan dan Persentase Keluarga yang berwirausaha 10,7 11,2 11,7 12,2 12,7 131,8 Pusat dan 34 rovinsi BKKBN
kesejahteraan keluarga
Keluarga Sakinah yang Terbina Keluarga Sakinah yang Terbina 18000 18000 18000 18000 18000 0,0 Pusat dan Daerah Kemenag
ProP : Pewujudan lingkungan yang 64,0
kondusif melalui penguatan
masyarakat, kelembagaan, regulasi,
penyediaan sarana dan prasarana,
serta partisipasi dunia usaha
Penguatan Pelembagaan PUG dan Jumlah Lembaga Masyarakat yang 10 50 70 100 150 15,3 Pusat/Daerah Kemen PPPA
PUHA bagi Organisasi Keagamaan mendapat Penguatan PUG dan PUHA di
dan Kemasyarakatan Bidang PPPA
Fasilitasi Partisipasi Organisasi Jumlah Lembaga Masyarakat yang - 100 150 200 250 14,8 Pusat/30 Provinsi Kemen PPPA
Keagamaan dan Kemasyarakatan Melakukan Sinergi dalam Program PPPA
dalam Sinergi Percepatan Program
PPPA
Fasilitasi Program Sinergi untuk Jumlah Lembaga Profesi, Dunia Usaha, - 130 160 200 250 14,2 Pusat/34 Provinsi Kemen PPPA
Lembaga Profesi, Dunia Usaha, dan dan Media yang Melakukan Sinergi
Media dalam Program PPPA
Fasilitasi Program Sinergi untuk Jumlah Provinsi yang difasilitasi Program - 10 20 25 34 12,8 Pusat/34 Provinsi Kemen PPPA
Peningkatan Kualitas Keluarga yang Sinergi untuk Peningkatan Keluarga yang
Responsif Gender Responsif Gender
Replikasi Inovasi Partisipasi Jumlah Organisasi Keagamaan dan - 6 9 12 15 4,2 Pusat/34 Provinsi Kemen PPPA
Organisasi Keagamaan dan Kemasyarakatan yang melakukan
Kemasyarakatan dalam Program replikasi inovasi partisipasi masyarakat
PPPA dalam program PPPA
A.4.5
Replikasi Inovasi Lembaga Profesi Jumlah Lembaga Profesi dan Dunia - 6 12 16 20 2,7 Pusat/34 Provinsi Kemen PPPA
dan Dunia Usaha dalam Program Usaha yang melakukan replikasi inovasi
PPPA partisipasi masyarakat dalam program
PPPA
KP : Penguatan pusat-pusat perubahan 457,9
gerakan revolusi mental
ProP : Pemantapan pelaksanaan 333,9
lima program Gerakan Nasional
Revolusi Mental untuk mewujudkan
Indonesia Melayani, Indonesia
Bersih, Indonesia Tertib, Indonesia
Mandiri, dan Indonesia Bersatu
Penguatan Kebijakan Pelayanan Jumlah Kebijakan Pelayanan Publik 5 5 5 5 5 3,0 Pusat KEMEN PAN DAN
Publik untuk mendorong Gerakan RB
Indonesia Melayani
Peningkatan perilaku hidup bersih Indeks Perilaku Ketidakpedulian 76 71 66 61 56 18,0 Pusat dan daerah Kemenko Marin
dan sehat lingkungan keluarga, Lingkungan Hidup Indonesia (%)
satuan pendidikan, satuan kerja,
dan komunitas
Peningkatan perilaku hidup bersih Persentase jumlah Kabupaten/ Kota 20 25 30 35 40 15,0 Pusat dan daerah Kemenko Marin
dan sehat lingkungan keluarga, yang memenuhi syarat kualitas
satuan pendidikan, satuan kerja, kesehatan lingkungan
dan komunitas
Peningkatan sinergi penyediaan Jumlah TPS 3R yang berfungsi dengan 15 20 25 30 35 15,0 Pusat dan daerah Kemenko Marin
sarana dan prasarana yang baik
menunjang perilaku hidup bersih
dan sehat
Peningkatan sinergi penyediaan Persentase pengurangan sampah 7 12 17 22 27 18,0 Pusat dan daerah Kemenko Marin
sarana dan prasarana yang nasional
menunjang perilaku hidup bersih
dan sehat
Peningkatan peran serta Jumlah partisipasi semua pihak dalam 16 20 24 30 34 18,0 Pusat dan daerah Kemenko Marin
masyarakat dalam menunjang aksi publik, edukasi, dan pendampingan
perilaku hidup bersih dan sehat terkait hidup bersih dan sehat
Peningkatan dan penyempurnaan Jumlah peraturan perundangan yang 9 14 19 24 29 15,0 Pusat dan daerah Kemenko Marin
peraturan terkait dengan perilaku diterbitkan oleh Pemerintah Daerah
hidup bersih dan sehat terkait perilaku hidup bersih dan sehat
A.4.6
Penguatan perilaku tertib di ruang Jumlah rekomendasi kebijakan 1 1 1 1 1 11,5 Pusat Kemenko Polhukam
publik melalui Gerakan Indonesia penguatan Gerakan Indonesia Tertib
Tertib
Penguatan sinergi program Jumlah rekomendasi kebijakan 1 1 1 1 1 0,0 Pusat Kemenko
peningkatan pendapatan melalui penguatan Gerakan Indonesia Mandiri Perekonomian
Gerakan Indonesia Mandiri
Penguatan Gerakan Indonesia Jumlah provinsi melaksanakan 34 34 34 34 34 10,5 Pusat dan Daerah Kemendagri
Bersatu dalam kebhinekaan kampanye Gerakan Indonesia Bersatu
dalam kebhinekaan
Perluasan diseminasi GNRM pada Jumlah Layanan Diseminasi GNRM pada 1 1 1 1 1 148,4 Pusat Kemenko PMK
Masyarakat Masyarakat
Penguatan Gerakan Nasional Jumlah Kegiatan Gerakan Nasional 49 49 49 49 49 45,8 Pusat Kemenko PMK
Revolusi Mental oleh Gugus Tugas Revolusi Mental oleh Gugus Tugas
Gerakan Gerakan
Nasional Revolusi Mental Nasional Revolusi Mental
Penyusunan Rekomendasi Jumlah Rekomendasi Kebijakan 1 1 1 1 1 15,8 Pusat Kemenko PMK
Kebijakan Pengembangan dan Pengembangan dan Rencana Tindak
Rencana Tindak Lanjut GNRM Lanjut GNRM
ProP : Penguatan pusat-pusat 124,0
perubahan gerakan revolusi mental
di daerah
Penguatan pusat-pusat perubahan Jumlah kabupaten/kota yang 15 20 25 30 34 124,0 Pusat dan Daerah Kemenko PMK
di tingkat daerah melaksanakan dan menguatkan program
GNRM
KP : Pembangunan dan Pembudayaan 166,7
Sistem Ekonomi Kerakyatan
berlandaskan Pancasila
Kaderisasi pendamping/penyuluh Terlatihnya SDM Koperasi di Bidang 3360 3360 3360 3360 3360 0,0 Pusat Kemen KUKM
untuk memperkuat pembentukan Perkoperasian bagi Pengurus dan
platform koperasi di tingkat Manajer Koperasi
kabupaten/kota dan desa
Kaderisasi pendamping/penyuluh Terlatihnya SDM Koperasi di Bidang 3360 3360 3360 3360 3360 0,0 Pusat Kemen KUKM
untuk memperkuat pembentukan Perkoperasian Syariah bagi Pengurus
platform koperasi di tingkat dan Manajer Koperasi
kabupaten/kota dan desa
ProP : Peningkatan etos kerja dan 15,2
kewirausahaan berlandaskan
semangat gotong royong
Pemasyarakatan Kewirausahaan Jumlah Peserta Pemasyarakatan 2000 2000 2000 2000 2000 15,2 Pusat Kemen KUKM
Kewirausahaan
A.4.7
Kebijakan Teknis dan Program Persentase pelaksanaan kebijakan teknis 100 100 100 100 100 13,8 BPIP
Strategis Standardisasi dan dan program strategis penyusunan
Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan standardisasi dan kurikulum pendidikan
Pembinaan Ideologi Pancasila dan pelatihan yang diselesaikan
Penyelenggaraan Pendidikan dan Jumlah dokumen kebijakan teknis dan 1 1 1 1 1 19,2 Pusat dan daerah BPIP
Pelatihan Pembinaan Ideologi program strategis penyelenggaraan
Pancasila pendidikan dan pelatihan yang
diselesaikan
A.4.8
Penyelenggaraan Pendidikan dan Persentase pelaksanaan kebijakan teknis 100 100 100 100 100 19,2 BPIP
Pelatihan Pembinaan Ideologi dan program strategis penyelenggaraan
Pancasila pendidikan dan pelatihan yang
diselesaikan
Penyelenggaraan Pendidikan dan Persentase tenaga pengajar dan sarana 100 100 100 100 100 19,2 BPIP
Pelatihan Pembinaan Ideologi pendidikan dan pelatihan yang
Pancasila disediakan
Penguatan ketahanan nasional Jumlah rapat koordinasi dan evaluasi 1 4 4 4 4 14,3 Pusat Wantanas
pelaksanaan aksi bela negara
Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Terselenggaranya Pemantapan Nilai-Nilai 0 500 500 500 500 12,8 Pusat dan Daerah Lemhanas
Kebangsaan
Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Terselenggaranya Training of Trainer 0 500 500 500 500 12,8 Pusat dan Daerah Lemhanas
(ToT) Nilai-Nilai Kebangsaan
Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Terselenggaranya Sosialisasi/Dialog 190 400 400 400 400 12,5 Pusat dan Daerah Lemhanas
Wawasan Kebangsaan
Pengembangan bela negara Jumlah Kader Bela Negara yang memiliki 42700 43000 43000 43000 43000 181,7 Pusat Kemenhan
Nilai-Nilai Bela Negara
Pengembangan bela negara Jumlah Keterlibatan Warga Negara - 875 875 875 875 51,9 Pusat Polri
dalam Upaya Bela Negara
Penguatan Pusat Pendidikan Jumlah Pusat Pendidikan Wawasan 15 16 17 18 19 8,0 Daerah Kemendagri
Wawasan Kebangsaan (PPWK) yang Kebangsaan (PPWK) yang berkinerja
berkinerja tinggi tinggi
ProP : Peningkatkan peran dan 155,6
fungsi Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila (BPIP)
Penguatan sinergi antar lembaga Jumlah dokumen kebijakan teknis dan 1 1 1 1 1 91,7 Pusat dan daerah BPIP
yang berfungsi melaksanakan program strategis kerja sama dengan
pembinaan ideologi Pancasila, lembaga tinggi
pendidikan kewargaan, wawasan negara,kementerian/lembaga,
kebangsaan, dan bela negara pemerintahan daerah ,organisasi sosial
politik, dan komponen masyarakat lainya
yang diselesaikan
Penguatan sinergi antar lembaga Jumlah dokumen kebijakan Teknis dan 1 1 1 1 1 30,6 Pusat dan daerah BPIP
yang berfungsi melaksanakan Program Strategis Sosialisasi,
pembinaan ideologi Pancasila, Komunikasi, dan Jaringan
pendidikan kewargaan, wawasan
kebangsaan, dan bela negara
Peningkatan peran dan fungsi Jumlah dokumen kebijakan teknis dan 3 3 3 3 3 11,1 Pusat dan daerah BPIP
Badan Pembinaan Ideologi program strategis peta jalan pembinaan
Pancasila (BPIP) hingga ke daerah ideologi Pancasila dan garis-garis besar
dan desa haluan ideologi Pancasila yang
diselesaikan
A.4.9
Peningkatan peran dan fungsi Persentase pelaksanaan kebijakan teknis 100 100 100 100 100 11,1 BPIP
Badan Pembinaan Ideologi dan program strategis peta jalan
Pancasila (BPIP) hingga ke daerah pembinaan ideologi Pancasila dan garis-
dan desa garis besar haluan ideologi Pancasila
yang diselesaikan
Peningkatan peran dan fungsi Persentase penyerapan pandangan dan 100 100 100 100 100 11,1 BPIP
Badan Pembinaan Ideologi penanganan aspirasi masyarakat yang
Pancasila (BPIP) hingga ke daerah diselesaikan
ProP : Harmonisasi dan evaluasi 64,3
peraturan perundang-undangan
yang bertentangan dengan ideologi
Pancasila.
Pembenahan dan harmonisasi Jumlah dokumen rekomendasi atas 3 3 3 3 3 13,8 Pusat dan daerah BPIP
peraturan perundang-undangan regulasi yang bertentangan dengan nilai
yang bertentangan dengan ideologi Pancasila yang diselesaikan
Pancasila
Pembenahan dan harmonisasi Persentase penyelesaian rekomendasi 100 100 100 100 100 13,8 Pusat dan daerah BPIP
peraturan perundang-undangan atas regulasi yang bertentangan dengan
yang bertentangan dengan ideologi nilai Pancasila
Pancasila
Analisis dan Sinkronisasi Hukum Jumlah dokumen analisis dan 1 1 1 1 1 36,7 Pusat dan daerah BPIP
Nasional sinkronisasi hukum tingkat pusat dan
daerah yang diselesaikan
ProP : Membersihkan unsur-unsur 85,2
yang mengancam ideologi negara
Evaluasi dan penanganan pendidik Jumlah dokumen evaluasi dan 1 1 1 1 1 28,4 Pusat dan daerah BPIP
dan tenaga kependidikan yang penanganan pendidik dan tenaga
menentang ideologi negara kependidikan yang menentang ideologi
negara
Evaluasi dan penanganan Jumlah dokumen evaluasi dan 1 1 1 1 1 28,4 Pusat dan daerah BPIP
penyelenggara negara dan ASN penanganan penyelenggara negara dan
yang menentang ideologi negara ASN yang menentang ideologi negara
Evaluasi dan penanganan ormas, Jumlah evaluasi dan penanganan ormas, 1 1 1 1 1 28,4 Pusat dan daerah BPIP
organisasi dan perusahaan asing organisasi dan perusahaan asing serta
serta media yang tidak bertentangan media yang tidak bertentangan dengan
dengan Ideologi negara/Pancasila Ideologi negara/Pancasila
A.4.10
Penguatan integrasi Kebudayaan Persentase satuan pendidikan yang 30.5 31 33 35 37 234,0 Pusat dan daerah Kemendikbud
pada proses pembelajaran mengintegrasikan Kebudayaan
mendapatkan proses pembelajaran
ProP : Peningkatan akses dan 577,3
kualitas pelayanan museum dan
arsip
Peningkatan kualitas layanan Persentase museum yang terstandarisasi 75 76 77 78 79 59,1 Pusat dan daerah Kemendikbud
museum dan galeri dan memperoleh layanan pembinaan
Peningkatan kualitas layanan Presentase koleksi museum yang 45 49 52 53 57 75,6 Pusat dan daerah Kemendikbud
museum dan galeri dipamerkan (terhadap total koleksi)
Peningkatan kualitas layanan Jumlah kunjungan museum 1861792 1861792 1861792 1861792 1861792 170,0 Pusat dan daerah Kemendikbud
museum dan galeri
Peningkatan kualitas layanan Jumlah kunjungan Galeri 1200472 1200472 1200472 1200472 1200472 75,0 Pusat dan daerah Kemendikbud
museum dan galeri
Peningkatan kualitas layanan Jumlah Kunjungan Cagar budaya 987000 987000 987000 987000 987000 140,0 Pusat dan daerah Kemendikbud
museum dan galeri
Pelayanan arsip sebagai memori Jumlah pengguna pelayanan arsip 254.650 280.110 308.145 338.945 372.835 37,7 Pusat/ Daerah Arsip Nasional
kolektif dan jati diri bangsa sebagai memori kolektif dan jati diri
bangsa
Pemanfaatan arsip sebagai memori Jumlah arsip yang dimanfaatkan sebagai 10.120 10.120 10.120 10.120 10.120 19,8 Pusat/ Daerah Arsip Nasional
kolektif dan jati diri bangsa memori kolektif dan jati diri bangsa
A.4.11
Pelestarian manuskrip melalui alih Jumlah alih aksara, alih bahasa dan 50 50 50 50 50 22,2 Pusat dan daerah Perpusnas
aksara, alih media, alih bahasa, penelitian naskah kuno dan budaya etnis
dan konservasi nusantara
Pelestarian manuskrip melalui alih Jumlah bahan perpustakaan dan naskah 34765 34765 34765 34765 34765 24,7 Pusat Perpusnas
aksara, alih media, alih bahasa, kuno yang dikonservasi
dan konservasi
Pelestarian manuskrip melalui alih Jumlah alih media bahan perpustakaan 39750 39750 39750 39750 39750 34,0 Pusat Perpusnas
aksara, alih media, alih bahasa, dan naskah kuno
dan konservasi
Pemanfaatan arsip terjaga dan arsip Jumlah arsip terjaga dan arsip statis 122.851 293.730 323.823 356.845 392.970 58,6 Pusat/Daerah Arsip Nasional
statis sebagai warisan budaya yang sebagai warisan budaya yang
dipreservasi dipreservasi
Pemanfaatan arsip terjaga dan arsip Jumlah manuskrip yang diinventarisasi, 347 347 347 347 347 85,0 Pusat dan daerah Kemendikbud
statis sebagai warisan budaya dikaji dan dimanfaatkan
Peningkatan penyelenggaraan Jumlah festival budaya yang terhubung 218 230 231 239 238 276,5 Pusat dan daerah Kemendikbud
festival budaya dalam platform festival budaya tingkat
nasional
ProP : Pengelolaan cagar budaya 427,2
untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat
Peningkatan pengelolaan cagar Persentase Cagar Budaya yang 3,91 4,65 5,39 6,13 6,90 69,5 Pusat dan daerah Kemendikbud
budaya ditetapkan (terhadap yang terdaftar)
Peningkatan pengelolaan cagar Persentase Cagar Budaya yang 34 37 40 43 45 217,7 Pusat dan daerah Kemendikbud
budaya dikembangkan (terhadap yang
dilindungi)
Peningkatan pengelolaan cagar Jumlah Kunjungan Cagar budaya 987000 987000 987000 987000 987000 140,0 Pusat dan daerah Kemendikbud
budaya
ProP : Pengembangan budaya bahari 94,4
dan sumber daya maritim
Penyusunan Bahan Kebijakan Jumlah rumusan kebijakan dan rumusan 6 7 7 7 7 24,4 Pusat Kemenko Marin
Bidang Seni, Budaya dan Olahraga tindak lanjut kebijakan bidang budaya,
Bahari seni dan olahraga bahari yang
dihasilkan
Pengembangan dan pemanfaatan Jumlah kekayaan budaya maritim yang 5 5 5 5 5 40,0 Pusat dan daerah Kemendikbud
kekayaan budaya maritim dikembangkan atau dimanfaatkan
Masyarakat hukum adat, tradisional Jumlah komunitas masyarakat hukum 5 12 18 24 30 30,0 7 provinsi KKP
dan lokal di Pesisir dan PPK yang adat, tradisional dan lokal di pesisir dan
diakui dan dikuatkan pulau-pulau kecil yang terfasilitasi dalam
kelembagaannya rangka penguatan dan perlindungannya
(kumulatif)
KP : Pelindungan Hak Kebudayaan dan 3.156,4
Ekspresi Budaya untuk memperkuat
kebudayaan yang inklusif
Pelindungan dan pengembangan SK Kelompok Usaha Perhutanan Soaial 1000 1500 2000 2500 3000 305,0 Daerah Kemen LHK
hutan adat (SK KUPS) dan RKU/RPH/RKT
Pelindungan dan pengembangan Berita acara serah terima bantuan 1393 1500 2000 2500 3000 634,2 Pusat Kemen LHK
hutan adat ekonomi produktif
Pelindungan dan pengembangan Meningkatnya kinerja kelompok usaha 200 400 600 800 1000 600,0 Daerah Kemen LHK
hutan adat Perhutanan Sosial
Pelindungan dan pengembangan Jumlah mitra pendamping Perhutanan 50 100 150 200 250 136,8 Pusat Kemen LHK
hutan adat Sosial
Pelindungan dan pengembangan Tersedianya pendamping dalam 2500 3000 3500 4000 4500 887,5 Pusat Kemen LHK
hutan adat pengembangan Perhutanan Sosial
Sosialisasi peraturan perundangan Jumlah provinsi yang dilaksanakan 34 34 34 34 34 251,1 Pusat Kemen ATR/BPN
terkait tanah adat ulayat sosialisasi peraturan perundangan
terkait tanah adat ulayat
ProP : Pemberdayaan masyarakat 100,0
adat dan komunitas budaya
Peningkatan dukungan terhadap Persentase komunitas adat dan 40 45 49 53 56 100,0 Pusat dan daerah Kemendikbud
komunitas adat dan penghayat penghayat kepercayaan yang
kepercayaan memperoleh dukungan kelembagaan
ProP : Pelindungan kekayaan 55,0
budaya komunal dan hak cipta
Inventarisasi kekayaan budaya Persentase kekayaan budaya komunal 48 52 55 56 57 50,0 Pusat dan daerah Kemendikbud
komunal dan kekayaan intelektual dan kekayaan intelektual bidang budaya
bidang budaya yang diinventarisasi
Pembuatan pusat data nasional Jumlah data KI komunal 120 120 120 120 120 5,0 Pusat Kemenkumham
kekayaan intelektual komunal
KP : Pengembangan Diplomasi Budaya 185,0
untuk memperkuat pengaruh
Indonesia dalam perkembangan
peradaban dunia
ProP : Pengembangan diplomasi 115,0
budaya melalui pengembangan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa
internasional, muhibah seni budaya,
dan kuliner nusantara
Penguatan diplomasi kebudayaan Jumlah misi dan karavan budaya tingkat 300 300 300 300 300 85,0 Pusat Kemendikbud
dunia yang dikirim
Penguatan diplomasi kebudayaan Jumlah forum kebudayaan internasional 10 10 10 10 10 30,0 Pusat Kemendikbud
yang diintervensi
ProP : penguatan pusat studi dan 70,0
rumah budaya Indonesia di luar
negeri
A.4.14
Penguatan kegiatan kebudayaan di Jumlah Diaspora Indonesia yang terlibat 60 60 60 60 60 50,0 Pusat Kemendikbud
luar negeri dalam kegiatan budaya Indonesia di
Luar Negeri
Penguatan kegiatan kebudayaan di Jumlah Rumah Budaya Indonesia yang 8 8 8 8 8 20,0 Pusat Kemendikbud
luar negeri memiliki program kebudayaan dan
dikelola secara berkelanjutan
KP : Pengembangan tata kelola 1.690,0
pembangunan kebudayaan
ProP : Pengelolaan dana perwalian 1.325,0
kebudayaan
Peningkatan fasilitasi melalui Jumlah pengelolaan dana perwalian 1 1 1 1 1 1.070,0 Pusat Kemendikbud
lembaga pengelola Dana Perwalian kebudayaan
Kebudayaan
Peningkatan fasilitasi melalui Jumlah fasilitasi yang diberikan melalui 189 189 189 189 189 255,0 Pusat Kemendikbud
lembaga pengelola Dana Perwalian lembaga pengelola Dana Perwalian
Kebudayaan Kebudayaan
ProP : Peningkatan kualitas sumber 95,0
daya manusia kebudayaan
Pengembangan SDM bidang Jumlah SDM bidang kebudayaan yang 450 450 450 450 450 75,0 Pusat Kemendikbud
kebudayaan memperoleh peningkatan kompetensi
dan/atau sertifikasi
Pengembangan SDM bidang Jumlah profesi bidang kebudayaan yang 5 5 5 5 5 20,0 Pusat Kemendikbud
kebudayaan terstandarisasi dan tercantum dalam
KBJI/KBLI
ProP : Peningkatan sarana dan 150,0
prasarana kebudayaan
Optimalisasi sarana dan prasarana Jumlah sarana dan prasarana publik 126 135 135 135 135 150,0 Pusat Kemendikbud
publik menjadi ruang interaksi yang dioptimalkan menjadi ruang
budaya masyarakat interaksi budaya masyarakat
ProP : Pengembangan sistem 30,0
pendataan kebudayaan terpadu
Pengembangan sistem pendataan Jumlah pusat data milik pemerintah dan 1 1 1 1 1 30,0 Pusat Kemendikbud
kebudayaan masyarakat yang tersambung dalam
Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu
Siaran Pendidikan Agama Jumlah jam siar konten pendidikan 1318 1400 1485 1550 1600 22,5 LPP TVRI
agama
ProP : Penguatan sistem pendidikan 1.538,3
yang berperspektif moderat
mencakup pengembangan
kurikulum, materi dan proses
pengajaran, pendidikan guru dan
tenaga kependidikan, dan
rekrutmen guru
Dokumen Standar Nasional Dokumen Standar Nasional Pendidikan 35 35 35 35 35 35,2 Pusat dan Daerah Kemenag
Pendidikan Agama Islam (lokasi) Agama Islam
Dokumen Pengembangan Sistem Dokumen Pengembangan Sistem 234 234 234 234 234 102,3 Pusat dan Daerah Kemenag
Kediklatan Tenaga Teknis Kediklatan Tenaga Teknis Pendidikan
Pendidikan
Alumni Diklat Tenaga Teknis Alumni Diklat Tenaga Teknis Pendidikan 40510 40510 40510 40510 40510 829,4 Pusat dan Daerah Kemenag
Pendidikan
Guru/Dosen/Pengawas PAI yang Guru/Dosen/Pengawas PAI yang 100 100 100 100 100 14,7 Daerah Kemenag
bermutu ditingkatkan keualitasnya
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidik dan Tenaga Kependidikan 133 133 133 133 133 14,7 Daerah Kemenag
Pendidikan Keagamaan Islam yang Pendidikan Keagamaan Islam yang
bermutu bermutu
Dokumen Standar Nasional Dokumen Standar Nasional Pendidikan 35 35 35 35 35 150,0 Pusat dan Daerah Kemenag
Pendidikan
KKM/KKG/MGMP Madrasah Yang KKM/KKG/MGMP Madrasah Yang 0 120 130 140 150 306,3 Daerah Kemenag
Diberdayakan Diberdayakan
Pendidikan Karakter dan Pendidikan Karakter dan 0 34 34 34 34 9,0 Pusat dan Daerah Kemenag
Kewarganegaraan Kewarganegaraan Siswa Beragama
Hindu
Pendidikan Karakter dan Peserta Didik yang mendapatkan 2160 2160 2160 2160 2160 48,9 Pusat dan Daerah Kemenag
Kewarganegaraan Pembinaan Karakter
Madrasah yang melaksanakan Jumlah Madrasah yang melaksanakan 0 10 10 10 10 12,8 Daerah Kemenag
program keagamaan program keagamaan
Buku Pendidikan Agama dan Jumlah Buku Pendidikan Agama dan 4000 4000 4000 4000 4000 15,0 Pusat dan Daerah Kemenag
Keagamaan Buddha Keagamaan Buddha
ProP : Penguatan peran pesantren 469,9
dalam mengembangkan moderasi
beragama melalui peningkatan
pemahaman dan pengamalan ajaran
agama untuk kemaslahatan
Santri Pendidikan Keagamaan Islam Jumlah Santri Pendidikan Keagamaan 500 500 500 500 500 29,3 Daerah Kemenag
yang Berdaya Saing Islam yang Berdaya Saing
A.4.17
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jumlah Pendidik dan Tenaga 133 133 133 133 133 14,7 Daerah Kemenag
Pendidikan Keagamaan Islam yang Kependidikan Pendidikan Keagamaan
bermutu Islam yang bermutu
Pondok Pesantren yang Jumlah Pondok Pesantren yang 30 30 30 30 30 17,6 Daerah Kemenag
Meningkatkan Mutu Layanan Meningkatkan Mutu Layanan Kesehatan
Kesehatan dan Sanitasinya dan Sanitasinya
Santri Penerima Bantuan Jumlah Santri Penerima Bantuan 1000 1000 1000 1000 1000 8,8 Daerah Kemenag
Pendidikan Terpadu Anak Harapan Pendidikan Terpadu Anak Harapan
Lembaga Pendidikan Tinggi Jumlah Lembaga Pendidikan Tinggi 12 12 12 12 12 29,3 Daerah Kemenag
Keagamaan Islam yang Bermutu Keagamaan Islam yang Bermutu
Santri Hafidz Al Quran Penerima Jumlah Santri Hafidz Al Quran Penerima 0 1000 1000 1000 1000 13,5 Daerah Kemenag
Beasiswa Beasiswa
Pondok Pesantren Daerah 3T yang Jumlah Pondok Pesantren Daerah 3T 10 12 14 16 18 25,2 Daerah Kemenag
Ditingkatkan Mutunya yang Ditingkatkan Mutunya
Madrasah Diniyah Takmiliyah, Jumlah Madrasah Diniyah Takmiliyah, 4000 4000 4000 4000 4000 331,4 Daerah Kemenag
Pendidikan Al Quran, Pendidikan Pendidikan Al Quran, Pendidikan
Pesantren Penerima Bantuan Pesantren Penerima Bantuan Operasional
Operasional
ProP : Pengelolaan rumah ibadah 912,2
sebagai pusat syiar agama yang
toleran
Rumah Ibadah yang suci dan damai Rumah Ibadah Agama Islam yang yang 590 1500 1500 1500 1500 639,3 Pusat dan Daerah Kemenag
suci dan damai
Rumah Ibadah Agama Kristen yang 280 280 280 280 280 82,1 Pusat dan Daerah Kemenag
Bersih dan Sehat (yang suci dan damai)
Rumah Ibadah Agama Katolik yang yang 62 62 62 62 62 17,7 Pusat dan Daerah Kemenag
suci dan damai
Rumah Ibadah Hindu yang suci dan 300 300 300 300 300 56,4 Pusat dan Daerah Kemenag
damai
Rumah Ibadah Agama Buddha yang suci 0 200 200 200 200 75,5 Pusat dan Daerah Kemenag
dan damai
Rumah Ibadat Agama Khonghucu yang 2 2 2 2 2 41,3 Pusat dan Daerah Kemenag
suci dan Damai
ProP : Pemanfaatan ruang publik 112,1
untuk pertukaran ide dan gagasan
di kalangan pelajar, mahasiswa, dan
pemuda lintas budaya, lintas
agama, dan lintas suku bangsa
Santri Pendidikan Keagamaan Islam Jumlah Santri Pendidikan Keagamaan 500 500 500 500 500 29,3 Pusat dan Daerah Kemenag
yang Berdaya Saing Islam yang Berdaya Saing
A.4.18
Siswa Madrasah yang Berdaya Jumlah Siswa Madrasah yang Berdaya 250 250 250 250 250 58,7 Pusat dan Daerah Kemenag
Saing Saing
Aktor-aktor Kerukunan Umat Jumlah Aktor-aktor Kerukunan Umat 1000 1000 1000 1000 1000 24,1 Pusat dan Daerah Kemenag
Beragama Beragama
KP : Penguatan Harmoni dan 621,4
Kerukunan Umat Beragama
ProP : Pelindungan umat beragama 57,8
untuk menjamin hak-hak sipil dan
beragama
Lembaga Kerukunan Agama dan Jumlah Lembaga Kerukunan Agama dan 546 546 546 546 546 19,9 Pusat dan Daerah Kemenag
Lembaga Keagamaan Lembaga Keagamaan
Aktor-aktor Kerukunan Umat Jumlah Aktor-aktor Kerukunan Umat 1000 1000 1000 1000 1000 24,1 Pusat dan Daerah Kemenag
Beragama Beragama
Desa Sadar Kerukunan jumlah Desa Sadar Kerukunan 52 52 52 52 52 13,7 Pusat dan Daerah Kemenag
ProP : Penguatan peran lembaga 433,5
agama, organisasi sosial keagamaan,
tokoh agama, tokoh masyarakat,
ASN, TNI, dan Polri sebagai perekat
persatuan dan kesatuan bangsa
Lembaga Kerukunan Agama dan Jumlah Lembaga Kerukunan Agama dan 546 546 546 546 546 19,9 Pusat dan Daerah Kemenag
Lembaga Keagamaan Lembaga Keagamaan
Pengembangan Kerukunan Hidup Kerukunan Hidup Umat Beragama yang 1 1 1 1 1 45,7 Pusat dan Daerah Kemenag
Umat Beragama dikembangkan
Pembinaan Aktor-aktor Kerukunan Aktor-aktor Kerukunan Umat Beragama 1000 1000 1000 1000 1000 24,1 Pusat dan Daerah Kemenag
Umat Beragama yang dibina
Dialog Kerukunan Intern Umat Dialog Kerukunan Intern Umat Agama 0 19 19 19 19 0,5 Pusat dan Daerah Kemenag
Agama Khonghucu Khonghucu yang dikembangkan
Dialog Kerukunan Intern Umat Dialog Kerukunan Intern Umat Beragama 34 34 34 34 34 6,3 Pusat dan Daerah Kemenag
Beragama Islam Islam yang dikembangkan
Dialog Kerukunan Intern Umat Dialog Kerukunan Intern Umat Kristen 23 23 23 23 23 23,1 Pusat dan Daerah Kemenag
Kristen yang dikembangkan
Dialog Kerukunan Intern Umat Dialog Kerukunan Intern Umat Beragama 35 35 35 35 35 9,5 Pusat dan Daerah Kemenag
Beragama Katolik Katolik yang dikembangkan
Dialog Kerukunan Intern Umat Dialog Kerukunan Intern Umat Hindu 100 115 115 115 115 11,5 Pusat dan Daerah Kemenag
Hindu yang dikembangkan
Dialog Kerukunan Intern Umat Dialog Kerukunan Intern Umat Buddha 0 34 34 34 34 0,0 Pusat dan Daerah Kemenag
Buddha yang dikembangkan
Ormas dan Lembaga Keagamaan Jumlah Ormas dan Lembaga Keagamaan 100 100 100 100 100 292,9 Pusat dan Daerah Kemenag
A.4.19
Operasional SEKBER FKUB Provinsi SEKBER FKUB Provinsi yang 34 34 34 34 34 10,0 Kemenag
dioperasionalkan
Operasional SEKBER FKUB SEKBER FKUB Kabupaten/Kota yang 512 512 512 512 512 120,1 Kemenag
Kabupaten/Kota dioperasionalkan
KP : Penyelarasan Relasi Agama dan 565,8
Budaya
ProP : Penghargaan atas ekspresi 57,7
budaya berbasis nilai-nilai agama
Budaya Keagamaan Islam yang Budaya Keagamaan Islam yang Terbina 1 1 1 1 1 0,4 Kemenag
Terbina
Budaya Keagamaan Kristen yang Budaya Keagamaan Kristen yang 1 1 1 1 1 0,4 Kemenag
Terbina Terbina
Budaya Keagamaan Hindu yang Budaya Keagamaan Hindu yang terbina 1 1 1 1 1 0,4 Pusat dan Daerah Kemenag
terbina dan dikembangkan dan dikembangkan
Budaya Keagamaan Katolik yang Budaya Keagamaan Katolik yang terbina 85 85 85 85 85 15,3 Pusat dan Daerah Kemenag
terbina dan dikembangkan dan dikembangkan
Pembinaan Paham Keagamaan Jumlah Pembinaan Paham Keagamaan 500 500 500 500 500 41,1 Pusat dan Daerah Kemenag
ProP : Pengembangan literasi 190,2
khazanah budaya bernafas agama
Hasil Penelitian Lektur, Khazanah Hasil Penelitian Lektur, Khazanah 1 1 1 1 1 3,0 Pusat dan Daerah Kemenag
Keagamaan dan Manajemen Keagamaan dan Manajemen Organisasi
Organisasi yang Berkualitas yang Berkualitas
Hasil Pengembangan Lektur, Hasil Pengembangan Lektur, Khazanah 1 1 1 1 1 2,2 Pusat dan Daerah Kemenag
Khazanah Keagamaan dan Keagamaan dan Manajemen Organisasi
Manajemen Organisasi
Hasil Penelitian Lektur dan Hasil Penelitian Lektur dan Khazanah 18 18 18 18 18 59,6 Pusat dan Daerah Kemenag
Khazanah Pendidikan Keagamaan Pendidikan Keagamaan yang Berkualitas
yang Berkualitas
Hasil Pengembangan Lektur dan Jumlah Hasil Pengembangan Lektur dan 16 16 16 16 16 93,8 Pusat dan Daerah Kemenag
Khazanah Pendidikan Keagamaan Khazanah Pendidikan Keagamaan
Bahan Bacaan Tafsir dan Literatur Jumlah Dokumen Pengkajian dan 0 1 1 1 1 0,4 Pusat dan Daerah Kemenag
Ke-Al-Qur'anan Pengembangan Mushaf Al-Qur'an
Dokumen Pengkajian dan Jumlah Dokumen Pengkajian dan 1 1 1 1 1 3,0 Pusat dan Daerah Kemenag
Pengembangan Mushaf Al-Qur'an Pengembangan Mushaf Al-Qur'an
Direktori Pustaka Islam Jumlah Direktori Pustaka Islam 700 700 700 700 700 28,2 Pusat dan Daerah Kemenag
A.4.20
Rehabilitasi KUA Jumlah KUA yang terehabilitasi 100 100 100 100 100 88,0 Pusat dan Daerah Kemenag
Sarana dan Prasarana KUA Sarana dan Prasarana KUA yang 750 1000 1000 1000 1000 75,6 Pusat dan Daerah Kemenag
ditingkatkan
Layanan Syariah Layanan Syariah 100 100 100 100 100 20,5 Pusat dan Daerah Kemenag
Kitab Suci Kitab Suci Agama Islam yang dicetak 650000 650000 650000 650000 650000 46,5 Pusat dan Daerah Kemenag
Pengelolaan Hisab Rukyat Pengelolaan Hisab Rukyat 1000 1000 1000 1000 1000 37,6 Pusat dan Daerah Kemenag
Gedung Pusat Observasi Bulan Gedung Pusat Observasi Bulan yang 1 1 1 1 1 32,7 Pusat dan Daerah Kemenag
ditingkatkan
Lembaga Agama Kristen yang Lembaga Agama Kristen yang 21 21 21 21 21 51,4 Pusat dan Daerah Kemenag
melaksanakan Pelayanan melaksanakan Pelayanan Keagamaan
Dukungan Layanan Agama dan Dukungan Layanan Agama dan 0 1 1 1 1 0,4 Pusat dan Daerah Kemenag
Keagamaan Kristen Keagamaan Kristen
Kitab Suci dan Buku Keagamaan Kitab Suci dan Buku Keagamaan Kristen 14100 14100 14100 14100 14100 7,0 Pusat dan Daerah Kemenag
Kristen lainnya lainnya yang dicetak
Lembaga Keagamaan Katolik yang Lembaga Keagamaan Katolik yang 274 274 274 274 274 46,7 Pusat dan Daerah Kemenag
Difasilitasi Difasilitasi
A.4.21
Pemberdayaan Kelompok Kategorial Jumlah Pemberdayaan Kelompok 45 45 45 45 45 3,4 Pusat dan Daerah Kemenag
Katolik Kategorial Katolik
Dukungan Layanan Keagamaan Dukungan Layanan Keagamaan Katolik 41 41 41 41 41 0,2 Pusat dan Daerah Kemenag
Katolik
Lembaga Agama dan Keagamaan Lembaga Agama dan Keagamaan Hindu 397 397 397 397 397 20,2 Pusat dan Daerah Kemenag
Hindu Yang Dibina Yang Dibina
Sarana Peribadatan Katolik yang Jumlah Sarana Peribadatan Katolik yang 0 2200 2200 2200 2200 4,7 Pusat dan Daerah Kemenag
Terfasilitasi terfasilitasi
Sarana dan Prasarana Keagamaan Sarana dan Prasarana Keagamaan 1289 1289 1289 1289 1289 12,6 Pusat dan Daerah Kemenag
Hindu Hindu yang ditingkatkan
Bantuan Operasional Lembaga Lembaga Agama dan Keagamaan Hindu 330 330 330 330 330 36,8 Pusat dan Daerah Kemenag
Agama dan Keagamaan Hindu yang mendapatkan bantuan operasional
Bantuan Lembaga Agama dan Lembaga Agama dan Keagamaan 44 44 44 44 44 57,2 Pusat dan Daerah Kemenag
Keagamaan Buddha Buddha yang mendapatkan bantuan
Lembaga Agama dan Keagamaan Lembaga Agama dan Keagamaan 35 35 35 35 35 0,4 Pusat dan Daerah Kemenag
Buddha yang Mendapatkan Buddha yang Mendapatkan Pembinaan
Pembinaan Manajemen Manajemen
Lembaga Agama dan Keagamaan Lembaga Agama dan Keagamaan 27 27 27 27 27 3,5 Pusat dan Daerah Kemenag
Buddha yang Menerima Bantuan Buddha yang Menerima Bantuan Sarana
Sarana dan Prasarana dan Prasarana
ProP : Peningkatan pelayanan 678,1
bimbingan perkawinan dan keluarga
Keluarga Sakinah yang Terbina Keluarga Sakinah yang Terbina 18000 18000 18000 18000 18000 91,8 Pusat dan Daerah Kemenag
Bimbingan Perkawinan Pra Nikah Jumlah pasangan yang mendapatkan 241000 353000 452000 577000 738000 534,5 Pusat dan Daerah Kemenag
Bimbingan Perkawinan Pra Nikah
Keluarga Kristen memperoleh Bimbingan bagi keluarga Kristiani 17 17 17 17 17 12,4 Pusat dan Daerah Kemenag
bimbingan keluarga Kristiani
Keluarga Katolik yang Memperoleh Keluarga Katolik yang Memperoleh 805 805 805 805 805 9,0 Pusat dan Daerah Kemenag
Bimbingan Keluarga Bahagia Bimbingan Keluarga Bahagia
Bimbingan Keluarga Sukinah Keluarga Sukinah yang mendapat 1559 1559 1559 1559 1559 27,2 Pusat dan Daerah Kemenag
bimbingan
Pembinaan Keluarga Hittasukhaya Keluarga Hittasukhaya yang mendapat 100 138 190 263 363 3,3 Pusat dan Daerah Kemenag
pembinaan
ProP : Penguatan Penyelenggaraan 51,1
Jaminan Produk Halal
Register Halal Register Halal 88000 88000 88000 88000 88000 4,0 Pusat dan Daerah Kemenag
Sertifikat Halal Sertifikat Halal 220000 220000 220000 220000 220000 4,6 Pusat dan Daerah Kemenag
Naskah Kerjasama Jaminan Produk Naskah Kerjasama Jaminan Produk 18 18 18 18 18 7,1 Pusat dan Daerah Kemenag
Halal Halal
Naskah Standardisasi Halal Naskah Standardisasi Halal 32 32 32 32 32 9,9 Pusat dan Daerah Kemenag
A.4.22
Produk dan RPU/RPH Yang Produk dan RPU/RPH Yang Terverifikasi 220000 220000 220000 220000 220000 8,7 Pusat dan Daerah Kemenag
Terverifikasi
Stakeholder JPH Yang Terbina Stakeholder JPH Yang Terbina 60 60 60 60 60 9,1 Pusat dan Daerah Kemenag
Stakeholder JPH Yang Terawasi Stakeholder JPH Yang Terawasi 60 60 60 60 60 7,6 Pusat dan Daerah Kemenag
ProP : Peningkatan Kualitas 6.159,7
Penyelenggaran Haji dan Umrah
Pembinaan Penyelenggara Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah 30 100 100 100 100 25,4 Pusat dan Daerah Kemenag
Perjalanan Ibadah Umrah yang terbina
Pembinaan Penyelenggaraan Ibadah Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus 30 100 100 100 100 24,0 Pusat dan Daerah Kemenag
Haji Khusus yang terbina
Pemantauan dan Pengawasan Pemantauan dan Pengawasan Umrah 75 150 150 150 150 17,2 Pusat dan Daerah Kemenag
Umrah dan Haji Khusus dan Haji Khusus
Pelayanan dokumen dan Pelayanan dokumen dan perlengkapan 231000 231000 231000 231000 231000 123,6 Pusat dan Daerah Kemenag
perlengkapan jemaah haji jemaah haji
Pengelolaan Asrama Haji Pengelolaan Asrama Haji 1 1 1 1 1 16,1 Pusat dan Daerah Kemenag
Pelayanan Transportasi Udara dan Transportasi Udara dan Perlindungan 2 2 2 2 2 43,3 Pusat dan Daerah Kemenag
Perlindungan Jemaah Haji Jemaah Haji yang terselenggara
Pelayanan Pendaftaran dan Pendaftaran dan Pembatalan Haji 10000 204000 204000 204000 204000 85,9 Pusat dan Daerah Kemenag
Pembatalan Haji Reguler Reguler yang terselenggara
Revitalisasi dan Pengembangan Asrama Haji yang dikembangkan dan 10 8 13 16 16 2.625,3 Pusat dan Daerah Kemenag
Asrama Haji direvitalisasi
Revitalisasi dan Pembangunan Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu 40 40 40 40 40 624,0 Pusat dan Daerah Kemenag
Pusat Layanan Haji dan Umrah yang dibangun dan direvitalisasi
Terpadu
Petugas haji yang profesional Petugas haji yang ditingkatkan 50 2288 2288 2288 2288 1.641,3 Pusat dan Daerah Kemenag
profesionalismenya
Bimbingan Jemaah Haji Bimbingan Jemaah Haji yang 500 500 500 500 500 171,8 Pusat dan Daerah Kemenag
terselenggara
Advokasi Haji Advokasi Haji yang terselenggara 12 12 12 12 12 10,8 Pusat dan Daerah Kemenag
Pengelolaan Data dan Sistem Data dan Sistem Informasi Haji Terpadu 12 12 12 12 12 124,5 Pusat dan Daerah Kemenag
Informasi Haji Terpadu
Petugas Haji di Arab Saudi Terselenggaranya ibadah haji oleh 1 1 1 1 1 594,6 Arab Saudi Kemenag
Petugas Haji di Arab Saudi
Penyediaan Akomodasi Jemaah Haji Jemaah Haji yang mendapatkan 214000 214000 214000 214000 214000 13,0 Arab Saudi Kemenag
di Arab Saudi akomodasi di Arab Saudi
Penyediaan Konsumsi Jemaah Haji Jemaah Haji yang mendapatkan 214000 214000 214000 214000 214000 10,0 Arab Saudi Kemenag
di Arab Saudi konsumsi di Arab Saudi
Pelayanan Transportasi Darat di Jamaah haji yang mendapatkan 214000 214000 214000 214000 214000 8,9 Arab Saudi Kemenag
Arab Saudi Pelayanan Transportasi Darat di Arab
Saudi
KP : Pengembangan Ekonomi dan 386,3
Sumber Daya Keagamaan
A.4.23
Penguatan literasi dalam Persentase jumlah siswa yang 5 10 5 15 10 110,0 Pusat dan daerah Kemendikbud
pembelajaran melakukan kegiatan membaca untuk
kesenangan/membaca buku nonteks
pelajaran 60 menit sehari
Penguatan literasi dalam Persentase satuan pendidikan yang 10 20 10 30 20 220,0 Pusat dan daerah Kemendikbud
pembelajaran mengintegrasikan literasi dalam
pembelajaran
Penguatan literasi dalam Rasio minimal ketersediaan buku 5 10 5 15 10 110,0 Pusat dan daerah Kemendikbud
pembelajaran nonteks pelajaran terhadap jumlah siswa
1
Peningkatan indeks gemar membaca Indeks gemar membaca dalam rangka 53,00 54,75 56,50 58,50 60,00 1,5 Pusat Kemendagri
dalam rangka meningkatkan meningkatkan budaya gemar membaca
budaya gemar membaca di daerah di daerah
Pengendalian Penggunaan Dana Jumlah regulasi penggunaan dan 33 33 33 33 33 39,1 33 Provinsi Kemendes, PDT &
Desa pengendalian Dana Desa TRANS
Fasilitasi literasi digital bagi Jumlah peserta literasi digital bagi 10000 20000 30000 40000 50000 0,0 Pusat dan daerah Kemen Kominfo
masyarakat masyarakat (termasuk peserta online)
ProP : Pengembangan sistem 481,7
perbukuan dan penguatan konten
literasi
Pengembangan koleksi Jumlah bahan perpustakaan yang 574139 631553 688967 746381 746381 277,0 Pusat Perpusnas
Perpustakaan Nasional diadakan dan e-jurnal yang dilanggan
Pengembangan koleksi Jumlah koleksi KCKR yang terhimpun 350000 355000 360000 365000 365000 46,0 Pusat Perpusnas
Perpustakaan Nasional
Penilaian dan Pengawasan Jumlah Penilaian dan Pengawasan 4010 4050 4100 4200 4300 102,3 Pusat Kemendikbud
Perbukuan Perbukuan
Sumber Daya Manusia dan Sistem Jumlah Sumber Daya Manusia dan 112 150 160 170 180 56,3 Pusat Kemendikbud
Informasi Perbukuan Sistem Informasi Perbukuan
ProP : Peningkatan akses dan 1.229,8
kualitas perpustakaan berbasis
inklusi sosial
Pengembangan perpustakaan Jumlah perpustakaan yang 681 1048 1267 1634 2248 1.121,9 Daerah Perpusnas
berbasis inklusi sosial bertransformasi berbasis inklusi sosial
(Daerah)
Pengembangan perpustakaan Jumlah layanan Perpusnas berbasis 13 15 17 19 21 65,4 Pusat Perpusnas
berbasis inklusi sosial inklusi sosial di Perpusnas (Perpusnas
Jakarta)
Pengembangan perpustakaan Jumlah layanan perpustakaan berbasis 10 11 12 13 14 12,0 Pusat Perpusnas
berbasis inklusi sosial inklusi sosial di UPT Perpustakaan
Proklamator Bung Karno (UPT Bung
Karno Blitar)
A.4.25
Pendampingan peneliti remaja oleh Produk riset dan produk inovasi 0 200 200 200 200 40,0 34 Provinsi Kemen
fungsional peneliti sederhana yang dihasilkan oleh siswa Ristek/BRIN
pendidikan menengah yang
mendapatkan pendampingan oleh
fungsional peneliti
Mahasiswa Mengikuti Kompetisi Jumlah Mahasiswa yang Mengikuti 2864 3000 3000 3000 3000 25,9 Pusat Kemen
Bidang Minat dan Bakat Kompetisi Bidang Minat dan Bakat Ristek/BRIN
ProP : Pengembangan budaya 8,0
produksi dan kreativitas berbasis
inovasi
Fasilitasi penguatan inovasi Jumlah produk inovasi industri di daerah 0 10 10 10 10 4,0 34 Provinsi Kemen
produksi di daerah yang berbasis yang berbasis sumber daya lokal yang Ristek/BRIN
sumber daya lokal dihasilkan
Dukungan perluasan pemanfaatan Jumlah teknologi tepat guna hasil karya 0 10 10 10 10 4,0 34 Provinsi Kemen
teknologi tepat guna hasil karya anak bangsa yang dikomersialisasikan Ristek/BRIN
anak bangsa
KP : Penguatan institusi sosial 353,7
penggerak literasi dan inovasi
ProP : Pengembangan mitra 141,9
perpustakaan (library supporter)
Pengembangan Mitra jejaring Jumlah perpustakaan yang tergabung 500 500 500 500 500 40,4 Daerah Perpusnas
perpustakaan yang difasilitasi TIK dalam jejaring nasional perpustakaan
Peningkatan kualitas pustakawan Jumlah tenaga Perpustakaan yang 1417 1500 1600 1700 1800 85,2 Pusat dan daerah Perpusnas
dan tenaga perpustakaan memperoleh diklat perpustakaan
Peningkatan kualitas pustakawan Jumlah pustakawan yang tersertifikasi 440 700 700 700 700 12,5 Pusat dan daerah Perpusnas
dan tenaga perpustakaan
Peningkatan kualitas pustakawan Peningkatan Pelibatan Publik di TBM 38 38 38 38 38 2,8 34 Provinsi Kemendikbud
dan tenaga perpustakaan
Peningkatan kualitas pustakawan Penguatan Tata Kelola TBM 27 27 27 27 27 1,0 34 Provinsi Kemendikbud
dan tenaga perpustakaan
ProP : Pengembangan inovasi sosial 211,8
yang didukung dari pendanaan
filantropi
Perluasan layanan perpustakaan Jumlah Pojok Baca Digital (Lokasi) 250 300 360 432 500 211,8 Provinsi/Kabupaten/Kota Perpusnas
berbasis digital
JUMLAH 36.143,8
Keterangan :
Indikasi target dan pendanaan dapat dimutakhirkan melalui RKP dengan mempertimbangkan : (1) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; (2) Kesiapan dan Sumber Pendanaan; (3) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha dan Masyarakat
A.5.1
PP : INFRASTRUKTUR PELAYANAN Persentase rumah tangga yang 92,84 93,44 94 94,63 95 1.383.141,9
DASAR menempati hunian dengan kecukupan
luas lantai per kapita (%)
Fasilitasi Pembangunan Baru Jumlah Rumah Swadaya Baru yang 12750 2700 2700 4000 4000 1.500,0 34 Provinsi KEMEN PU&PERA
Rumah Swadaya Terbangun melalui Fasilitasi Pemerintah
(Unit)
Bantuan Pembangunan Baru Jumlah Rumah Swadaya Baru yang 0 3000 3000 4500 4500 1.125,0 34 Provinsi KEMEN PU&PERA
Rumah Swadaya Mendapat Bantuan (unit)
Fasilitasi Pembangunan Rumah Jumlah pembangunan baru rumah 300 440 440 660 660 250,0 10 KSPN Super Prioritas KEMEN PU&PERA
Swadaya Mendukung KSPN swadaya mendukung KSPN (unit)
Pembangunan Rumah Susun Jumlah Rumah Susun yang Terbangun 3341 4600 4600 6900 6900 13.300,1 34 Provinsi Rumah Susun Perkotaan KEMEN PU&PERA
termasuk untuk buruh, pekerja, (unit) (1 Juta)
dan ASN
Pembangunan Rumah Susun Jumlah Rumah Susun yang Dibangun 0 0 0 5000 10000 0,0 6 Metropolitan Rumah Susun Perkotaan KPBU
Menggunakan Skema KPBU Menggunakan Skema KPBU (unit) (1 Juta)
Pembangunan rumah ASN di ibu Jumlah rumah yang dibangun (unit) 0 2000 2000 3000 3000 4.750,0 Ibu Kota Negara Rumah Susun Perkotaan KEMEN PU&PERA
kota negara (1 Juta)
Pembangunan Rumah Susun Jumlah rumah susun yang terbangun 20253 20253 42660 42660 67449 28.000,0 6 Metropolitan Rumah Susun Perkotaan BUMN
Sewa/Milik Sederhana untuk (unit) (1 Juta)
MBR oleh BUMN, termasuk
Perumnas dan holding
perumahan
Pembangunan Rumah Layak Jumlah rumah yang terbangun (unit) 35125 70510 106326 142743 179938 20.000,0 34 Provinsi BUMN
Huni oleh BUMN, termasuk
Perumnas dan holding
Pembangunan hunian tetap in Jumlah hunian tetap yang terbangun 100000 - - - - 5.000,0 Kota Palu, Kabupaten Sigi, Pemerintah Daerah
situ (unit) Kabupaten Donggala
Pembangunan Rumah Khusus Jumlah rumah khusus yang terbangun 2000 1570 1570 2355 2505 2.030,1 34 Provinsi KEMEN PU&PERA
(unit)
Bantuan Pembangunan Baru Jumlah rumah swadaya baru yang 10000 10000 10000 10000 10000 2.887,5 34 Provinsi DAK
Rumah Layak Huni secara terbangun (unit)
A.5.4
Fasilitasi Penyediaan Jasa Jumlah Rumah Swadaya yang Mendapat 0 100000 100000 150000 150000 500,0 34 Provinsi KEMEN PU&PERA
Rumah Swadaya Fasilitasi Pelayanan Jasa (unit)
Pembangunan Rumah Susun Jumlah Rumah Susun Sewa yang 20000 30000 40000 60000 80000 109.250,0 34 Provinsi Rumah Susun Perkotaan Pemerintah Daerah
Sewa oleh Pemerintah Daerah dibangun (unit) (1 Juta)
Pembangunan Rumah Susun oleh Jumlah Rumah Susun yang dibangun 100000 100000 100000 100000 100000 237.500,0 34 Provinsi Rumah Susun Perkotaan Swasta/Dunia
Swasta/Dunia Usaha (unit) (1 Juta) Usaha
Pembangunan Rumah Susun Jumlah Rumah Susun Sewa yang 2384 4000 5000 6000 8000 5.076,8 34 Provinsi Rumah Susun Perkotaan Masyarakat
Sewa oleh Masyarakat dibangun (unit) (1 Juta)
ProP : Peningkatan Fasilitasi Jumlah rumah tangga berpendapatan 102812 225842 200000 220000 220000 142.351,8
Pembiayaan Perumahan rendah yang menerima
bantuan/subsidi pembiayaan
perumahan berupa bantuan uang
muka dan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan (FLPP)
(rumah tangga)
Jumlah rumah tangga yang 58460 85000 110000 135000 161540
mendapatkan fasilitas pembiayaan
dari lembaga keuangan (rumah
tangga)
Layanan Bantuan Pembiayaan Jumlah rumah tangga yang terlayani 312 68342 0 0 - 2.796,2 34 Provinsi KEMEN PU&PERA
Perumahan bantuan pembiayaan perumahan melalui
BP2BT, SBUM dan Penyelesaian SSB
(rumah tangga)
Layanan Fasilitasi Pembiayaan Jumlah rumah tangga yang terlayani 58460 85000 110000 135000 161540 10,2 34 Provinsi KEMEN PU&PERA
Perumahan fasilitas pembiayaan perumahan (rumah
tangga)
Layanan Promosi, Kerjasama dan Jumlah rumah tangga yang terverifikasi 102500 157500 200000 220000 220000 45,4 Pusat KEMEN PU&PERA
Verifikasi untuk mendapatkan subsidi perumahan
(rumah tangga)
Bantuan pembiayaan perumahan Jumlah rumah tangga yang 50000 75000 100000 125000 150000 60.000,0 Pusat TAPERA (Badan
melalui TAPERA mendapatkan bantuan pembiayaan Hukum Milik
perumahan (rumah tangga) Negara)
Fasilitas pembiayaan perumahan Jumlah rumah tangga yang 8460 10000 10000 10000 11540 10.000,0 Pusat PT. SMF (BUMN)
melalui PT. SMF mendapatkan bantuan pembiayaan
perumahan (rumah tangga)
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Jumlah rumah tangga yang 102500 157500 200000 220000 220000 69.500,0 34 Provinsi SDI (Subsidi-
Perumahan (FLPP) mendapatkan FLPP (rumah tangga) Belanja Non KL)
ProP : Pengembangan Fasilitasi Jumlah rumah tangga yang 219005 152510 152510 208765 250910 27.708,1
Peningkatan Kualitas Rumah mendapatkan bantuan peningkatan
kualitas (rumah tangga)
A.5.5
Fasilitasi Peningkatan Kualitas Jumlah Rumah Swadaya yang 166000 72000 72000 108000 146700 13.470,2 34 Provinsi KEMEN PU&PERA
Rumah Swadaya (bedah rumah) Mendapatkan fasilitasi peningkatan
kualitas (unit)
Rehabilitasi sosial Rumah Tidak Jumlah Rumah Tangga miskin yg 14000 0 0 0 0 237,8 34 Provinsi Kementerian Sosial
Layak Huni memperoleh bantuan rehab RTLH (unit)
Bantuan Peningkatan Kualitas Jumlah Rumah Swadaya yang 0 40000 40000 60000 60000 10.000,0 34 Provinsi KEMEN PU&PERA
Rumah Swadaya Mendapat Bantuan peningkatan kualitas
(unit)
Fasilitasi Peningkatan Kualitas Jumlah Rumah Swadaya di KSPN yang 2450 510 510 765 765 250,1 10 KSPN Super Prioritas KEMEN PU&PERA
Rumah Swadaya Mendukung Mendapatkan fasilitasi peningkatan
KSPN kualitas (unit)
Bantuan Peningkatan Kualitas Jumlah rumah swadaya yang 36555 40000 40000 40000 43445 3.750,0 34 Provinsi DAK
Rumah Layak Huni secara ditingkatkan kualitasnya (unit)
ProP : Penyediaan Prasarana, Jumlah rumah yang dilayani bantuan 22500 40000 50000 62500 75000 3.905,5
Sarana dan Utilitas Perumahan PSU pada perumahan, termasuk PSU
dan Permukiman kawasan skala besar (unit)
Pembangunan PSU Perumahan Jumlah Rumah yang Dilayani Bantuan 22500 47970 47970 71950 71955 3.905,5 34 Provinsi KEMEN PU&PERA
PSU (unit)
ProP : Fasilitasi Peningkatan Jumlah kabupaten/kota yang 48 48 48 48 48 512,0
Standar Keandalan Bangunan dan menerbitkan Ijin Mendirikan
Keamanan Bermukim (IMB dan Bangunan (IMB) dan Sertifikat Laik
SLF) Fungsi (SLF) (kabupaten/ kota)
Peraturan Penataan Bangunan Jumlah NSPK terkait penataan bangunan 1 1 1 1 1 20,0 Pusat KEMEN PU&PERA
dan Lingkungan dan lingkungan (NSPK)
Pembinaan dan Pengawasan Jumlah kab/kota yang dibina (Kab/Kota) 48 48 48 48 48 480,0 Kawasan Metropolitan KEMEN PU&PERA
Penyelenggaraan Bangunan
Gedung dan Penataan
Fasilitasi Pengaturan dan Jumlah kab/kota yang difasilitasi dalam 48 48 48 48 48 12,0 Kawasan Metropolitan Kemendagri
Penyelenggaraan Perumahan dan pengaturan dan penyelenggaraan
Kawasan Permukiman perumahan dan kawasan permukiman
(Kab/Kota)
ProP : Fasilitasi Penanganan Jumlah luasan permukiman kumuh 1221 5779 1000 1000 1000 10.342,9
Permukiman Kumuh yang ditangani secara terpadu
(Hektar)
Pembangunan dan Jumlah luasan kawasan permukiman 258 742 1000 1000 1000 5.459,6 34 Provinsi KEMEN PU&PERA
Pengembangan Kawasan yang dibangun dan dikembangkan
Permukiman (Hektar)
A.5.6
Pembangunan Infrastruktur Jumlah luasan permukiman yang 963 5037 0 0 0 4.703,3 34 Provinsi KEMEN PU&PERA
Permukiman Berbasis dibangun infrastruktur berbasis
Masyarakat masyarakat (Hektar)
Penyediaan perumahan berbasis Jumlah unit rumah (Unit) 0 600 800 1000 1200 180,0 34 Provinsi DAK
kelompok untuk peremajaan
kawasan kumuh dan/atau
permukiman kembali masyarakat
pada permukiman ilegal, baik
secara insitu maupun relokasi
KP : Penyediaan Akses Air Minum dan Jumlah sambungan rumah yang 62352 62352 62352 62352 62352 333.278,1
Sanitasi Layak dan Aman terlayani SPALD-T skala kota/regional
(SR)
Jumlah sambungan rumah yang 303028,2607 284145,2607 284145,2607 284145,2607 284145,2607
terlayani SPALD-T skala permukiman
(SR)
Jumlah rumah tangga yang terlayani 1730314 1730314 1730314 1730314 1730314
IPLT (RT)
Jumlah rumah tangga yang terlayani 39 56 74 74 76
TPA dengan standar sanitary landfill
(RT)
Jumlah rumah tangga yang terlayani 223005,1183 255938,3636 316629,6299 376144,709 409077,9543
TPS3R (RT)
Jumlah rumah tangga yang terlayani 144127,6836 164717,3527 308845,0364 473562,3891 494152,0582
TPST (RT)
Jumlah kabupaten/kota yang 87 87 87 88 88
memiliki sistem pengelolaan air
limbah, termasuk layanan lumpur
tinja (Kab/Kota)
Jumlah kabupaten/kota yang 83 83 83 84 84
memiliki sistem pengelolaan sampah
domestik (Kab/Kota)
Jumlah rumah tangga dengan akses 15600000 17100000 19100000 21600000 24600000
air minum jaringan perpipaan (SR)
Jumlah rumah tangga dengan akses 48309000 48808000 49309000 49813000 50465000
air minum Bukan Jaringan Perpipaan
(RT)
Jumlah rumah tangga dengan akses 5030000 5858000 7100000 8772000 10892000
air minum aman (RT)
Persentase PDAM dengan kinerja 67,2 75,4 83,6 91,8 100
sehat (%)
A.5.7
Pembangunan baru dan Jumlah Sambungan Rumah (lpd) 1093 1639 2186 2732 3278 19.045,1 Seluruh Provinsi Akses Air Minum DAK
peningkatan SPAM bagi daerah Perpipaan (10 Juta
yang belum memiliki layanan air Sambungan Rumah)
Perluasan SPAM perpipaan Jumlah Sambungan Rumah (SR) 78065 117098 156130 195163 234196 7.158,4 Seluruh Provinsi Akses Air Minum DAK
melalui pemanfaatan idle Perpipaan (10 Juta
capacity Sistem Penyediaan Air Sambungan Rumah)
Minum (SPAM) terbangun
Pembangunan SPAM Bukan Jumlah Rumah Tangga yang terlayani air 496464 498974 501484 503995 651729 22.547,5 Seluruh provinsi DAK dan
Jaringan Perpipaan (BJP) minum melalui pembangunan SPAM BJP Pemerintah Daerah
terlindungi individual/komunal (RT)
Pembangunan dan Peningkatan Kapasitas Pembangunan dan 487 730 973 1217 1460 8.482,6 Seluruh provinsi Akses Air Minum Pemerintah Daerah
SPAM Peningkatan SPAM Kabupaten/Kota dan Perpipaan (10 Juta
SPAM Lintas Kabupaten/Kota ,SPAM Sambungan Rumah)
Regional, SPAM berbasis Masyarakat
(lpd)
Perluasan SPAM Jumlah SR yang terlayani SPAM (SR) 34770 52155 69540 86925 104310 3.188,3 Seluruh provinsi Akses Air Minum Pemerintah Daerah
Perpipaan (10 Juta
Sambungan Rumah)
Perluasan SPAM Jumlah SR yang terlayani SPAM (SR) 43307 64960 86614 108267 129920 3.971,1 Seluruh provinsi Akses Air Minum Pemerintah Daerah
Perpipaan (10 Juta melalui hibah
Sambungan Rumah)
Pembangunan dan Peningkatan Kapasitas Pembangunan dan 2278 2896 3514 4133 4751 25.816,0 Seluruh provinsi Akses Air Minum KPBU, dana
SPAM Peningkatan SPAM Kabupaten/Kota dan Perpipaan (10 Juta lainnnya
SPAM Lintas Kabupaten/Kota ,SPAM Sambungan Rumah)
Regional (lpd)
Perluasan SPAM Jumlah SR yang terlayani SPAM (SR) 45010 67516 90021 112526 135031 4.127,3 Seluruh provinsi Akses Air Minum KPBU, dana
Perpipaan (10 Juta lainnnya
Sambungan Rumah)
SPALD-T Skala Kota/Regional Jumlah sambungan rumah yang 6270 6270 6270 6270 6270 18.682,0 28 Kab/Kota Akses Sanitasi (Air KEMEN PU&PERA
terlayani SPALD-T Skala Kota (SR) Limbah Domestik) Layak
dan Aman (90% Rumah
Tangga)
SPALD-T Skala Kota/Regional Jumlah sambungan rumah yang 56082 56082 56082 56082 56082 1.283,0 28 Kab/Kota Akses Sanitasi (Air APBD; Masyarakat
terlayani SPALD-T Skala Kota (SR) Limbah Domestik) Layak Lainnya
dan Aman (90% Rumah
Tangga)
SPALD-T Skala Permukiman Jumlah sambungan rumah yang 125000 106117 106117 106117 106117 8.241,0 168 Kab/Kota Akses Sanitasi (Air DAK
terlayani IPAL Komunal (SR) Limbah Domestik) Layak
dan Aman (90% Rumah
Tangga)
A.5.9
SPALD-T Skala Permukiman Jumlah sambungan rumah yang 21663 21663 21663 21663 21663 25.894,0 168 Kab/Kota Akses Sanitasi (Air KEMEN PU&PERA
terlayani SPALD-T Skala Permukiman Limbah Domestik) Layak
(SR) dan Aman (90% Rumah
Tangga)
SPALD-T Skala Permukiman Jumlah sambungan rumah yang 156365,4 156365,4 156365,4 156365,4 156365,4 6.346,0 168 Kab/Kota Akses Sanitasi (Air APBD; Masyarakat;
terlayani SPALD-T Skala Permukiman Limbah Domestik) Layak Swasta (CSR)
(SR) dan Aman (90% Rumah
Tangga)
SPALD-S Skala Individu Jumlah rumah tangga yang memiliki 2347304 2347304 2347304 2347304 2347304 59.396,0 Seluruh provinsi Akses Sanitasi (Air APBD; Masyarakat;
fasilitasi sanitasi dan tangki septik (RT) Limbah Domestik) Layak Swasta (CSR)
dan Aman (90% Rumah
Tangga)
SPALD-S Skala Individu Jumlah rumah tangga yang memiliki 593000 593000 593000 593000 593000 14.825,0 Seluruh provinsi Akses Sanitasi (Air DAK
fasilitasi sanitasi dan tangki septik (RT) Limbah Domestik) Layak
dan Aman (90% Rumah
Tangga)
SPALD-S Skala Kota (IPLT) Jumlah pembangunan dan rehabilitasi 24 77 101 152 151 4.435,0 374 Kab/Kota Akses Sanitasi (Air KEMEN PU&PERA
IPLT (unit) Limbah Domestik) Layak
dan Aman (90% Rumah
Tangga)
Truk Tinja Jumlah truk tinja (unit) 86 86 173 259 259 383,0 374 Kab/Kota Akses Sanitasi (Air DAK
Limbah Domestik) Layak
dan Aman (90% Rumah
Tangga)
Truk Tinja Jumlah truk tinja (unit) 28 28 56 85 85 125,0 374 Kab/Kota Akses Sanitasi (Air APBD
Limbah Domestik) Layak
dan Aman (90% Rumah
Tangga)
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah TPA baru yang terbangun (unit) 39 46 46 46 47 25.391,0 224 kab/kota KEMEN PU&PERA
Skala Kota (TPA)
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah TPA baru yang terbangun (unit) 10 28 28 29 10.750,0 95 kab/kota KPBU
Skala Kota (TPA)
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah kabupaten/kota yang 39 56 74 74 76 13.645,0 319 kab/kota APBD
Skala Kota (TPA) menyediakan dukungan pembangunan
TPA (kab/kota)
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah truk sampah yang tersedia (unit) 1600 1600 1600 1601 1601 2.801,1 448 kab/kota APBD
Skala Kota/Truk Sampah
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah alat berat di TPA (unit) 39 46 46 46 47 1.120,0 224 kab/kota KEMEN PU&PERA
Skala Kota/Alat Berat
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah alat berat di TPA (unit) 10 28 28 29 570,0 95 kab/kota KPBU
Skala Kota/Alat Berat
A.5.10
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah kapasitas sampah yang terkelola 283 283 565 848 848 1.036,1 120 kab/kota DAK
Berbasis Masyarakat (TPS3R) unit TPS3R (ton/hari)
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah kapasitas sampah yang terkelola 189 189 377 565 565 691,0 120 kab/kota KEMEN PU&PERA
Berbasis Masyarakat (TPS3R) unit TPS3R (ton/hari)
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah kapasitas sampah yang terkelola 83 83 166 250 250 304,9 Tersebar APBD
Berbasis Masyarakat (TPS3R) unit TPS3R (ton/hari)
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah TPST yang terbangun (unit) 7 8 15 23 22 5.844,0 55 kab/kota KEMEN PU&PERA
Skala Kawasan (TPST)
ProP : Pembinaan Persentase PDAM yang memiliki 5 25 45 65 100 3.023,6
Penyelenggaraan Air Minum dan Business Plan menuju akses 100%
Sanitasi Layak dan Aman aman yang berlaku hingga tahun 2024
(%)
Persentase PDAM dengan Tarif Full 50 63 75 88 100
Cost Recovery (%)
Persentase pengelola/operator air 20 40 60 80 100
minum berkinerja sehat (PDAM,UPTD,
KPSPAMS dll) (%)
Jumlah provinsi yang terfasilitasi 33 33 33 33 33
pendampingan implementasi
dokumen Strategi Sanitasi
Kabupaten/Kota (provinsi)
Jumlah provinsi yang terfasilitasi 33 33 33 33 33
penguatan kapasitas daerah dalam
pengelolaan sampah dan air limbah
domestik (provinsi)
Persentase desa/kelurahan dengan 40 55 70 85 90
Stop Buang Air Besar Sembarangan
(SBS) (%)
Pembinaan dan Pengawasan Jumlah penyelenggaraan pembinaan dan Seluruh provinsi Akses Air Minum KEMEN PU&PERA
Penyelenggaraan SPAM pengawasan pengembangan air minum 509 509 509 509 509 1.055,0 Perpipaan (10 Juta
di kabupaten/kota (kab/kota) Sambungan Rumah)
Peningkatan Kerjasama Investasi Jumlah BUMN/BUMD yang difasilitasi Seluruh provinsi Akses Air Minum KEMEN PU&PERA
Penyelenggara SPAM dalam rangka kerjasama investasi 14 11 21 21 23 76,4 Perpipaan (10 Juta
(BUMN/BUMD) Sambungan Rumah)
Peningkatan Kinerja Jumlah BUMN/BUMD yang difasilitasi Seluruh provinsi Akses Air Minum KEMEN PU&PERA
BUMN/BUMD Penyelenggara dalam rangka peningkatan kinerja 30 32 32 32 30 261,3 Perpipaan (10 Juta
SPAM (BUMN/BUMD) Sambungan Rumah)
Penyusunan Business Plan pada Jumlah BUMN/BUMD yang difasilitasi Seluruh provinsi Akses Air Minum KEMEN PU&PERA
BUMN/ BUMD Penyelenggara dalam rangka penyusunan Business 12 12 12 12 12 38,9 Perpipaan (10 Juta
SPAM Plan (BUMN/BUMD) Sambungan Rumah)
A.5.11
Penyusunan Business Plan Jumlah PDAM yang melakukan Seluruh provinsi Pemerintah Daerah
menuju akses 100% aman yang penyusunan bussiness plan (PDAM) 30 124 76 77 77 13,4
berlaku hingga tahun 2024
Peningkatan tata kelola Jumlah provinsi yang melakukan Seluruh provinsi Kemendagri
kelembagaan Pemda dalam integrasi arah kebijakan dan sasaran
dokumen Perencanaan Daerah nasional dalam dokumen rencana daerah 0 34 34 34 34 4,0
untuk penyediaan air minum dan (provinsi)
sanitasi layak aman
Peningkatan tata kelola Jumlah provinsi yang mengalami Seluruh provinsi Kemendagri
kelembagaan Pemda dalam peningkatan komitmen daerah dan
dokumen Perencanaan Daerah kapasitas(provinsi) 0 34 34 34 34 4,0
untuk penyediaan air minum dan
sanitasi layak aman
Peningkatan tata kelola Jumlah provinsi yang mengalami Seluruh provinsi Kemendagri
kelembagaan Pemda dalam peningkatan kualitas Dokumen
Dokumen Perencanaan Daerah Perencanaan Daerah melalui Sistem 0 34 34 34 34 4,0
untuk penyediaan air minum dan Informasi(provinsi)
sanitasi layak aman
Peningkatan tata kelola Jumlah kab/kota yang mengintegrasikan 514 kab/kota Pemerintah Daerah
kelembagaan Pemda dalam kebijakan nasional air minum dan
dokumen Perencanaan Daerah sanitasi dalam dokumen perencanaan 0 514 514 514 514 61,6
untuk penyediaan air minum dan daerah (kab/kota)
sanitasi layak aman (APBD
Provinsi)
Implementasi Dokumen SSK Jumlah kabupaten/kota yang terfasilitasi Seluruh provinsi Akses Sanitasi (Air KEMEN PU&PERA
(APBN) pendampingan implementasi SSK Limbah Domestik) Layak
66 66 62 62 52 308,0
(kab/kota) dan Aman (90% Rumah
Tangga)
Implementasi Dokumen SSK Jumlah kabupaten/kota yang terfasilitasi 308 kab/kota Akses Sanitasi (Air Pemerintah
(APBD Provinsi) pendampingan implementasi SSK Limbah Domestik) Layak Provinsi
66 66 62 62 52 77,0
(kab/kota) dan Aman (90% Rumah
Tangga)
Fasilitasi penguatan kapasitas Jumlah kabupaten/kota yang terfasilitasi 437 kab/kota Akses Sanitasi (Air KEMEN PU&PERA
daerah dalam pengelolaan air penguatan kapasitas daerah dalam Limbah Domestik) Layak
87 87 87 88 88 218,5
limbah domestik (termasuk pengelolaan air limbah domestik dan Aman (90% Rumah
pengelolaan lumpur tinja) (kab/kota) Tangga)
Fasilitasi penguatan kapasitas Jumlah kabupaten/kota yang terfasilitasi 437 kab/kota Akses Sanitasi (Air Pemerintah
daerah dalam pengelolaan air penguatan kapasitas daerah dalam Limbah Domestik) Layak Provinsi
87 87 87 88 88 109,4
limbah domestik (termasuk pengelolaan air limbah domestik dan Aman (90% Rumah
pengelolaan lumpur tinja) (kab/kota) Tangga)
A.5.12
Fasilitasi penguatan Kapasitas Jumlah kabupaten/kota yang terfasilitasi 417 kab/kota KEMEN PU&PERA
Daerah dalam Pengelolaan penguatan kapasitas daerah dalam
83 83 83 84 84 208,5
Sampah (APBN) pengelolaan sampah (kab/kota)
Fasilitasi penguatan Kapasitas Jumlah kabupaten/kota yang terfasilitasi 417 kab/kota Pemerintah
Daerah dalam Pengelolaan penguatan kapasitas daerah dalam Provinsi
83 83 83 84 84 104,4
Sampah (APBD Provinsi) pengelolaan sampah (kab/kota)
Peraturan Pengembangan Sistem Peraturan pengembangan SPAM yang 3 4 4 3 2 11,2 Pusat Akses Air Minum KEMEN PU&PERA
Penyediaan Air Minum tersusun(NSPK) Perpipaan (10 Juta
Sambungan Rumah)
Peraturan Pengembangan Sistem Jumlah Kab/Kota yang memiliki RISPAM 101 102 102 102 102 66,1 508 kab/kota untuk Pemerintah Daerah
Penyediaan Air Minum (Kab/Kota) pemenuhan akses dasar
air minum dan Provinsi DKI
Jakarta
Peraturan Pengembangan Sistem Jumlah Kab/Kota yang memiliki 101 102 102 102 102 66,1 508 kab/kota untuk Pemerintah Daerah
Penyediaan Air Minum Jakstrada (Kab/Kota) pemenuhan akses dasar
air minum dan Provinsi DKI
Jakarta
ProP : Pengawasan Kualitas Air Jumlah kabupaten/kota dengan 101 102 102 102 102 370,7
Minum dan Sanitasi penyelenggara SPAM yang memiliki
dokumen Rencana Pengamanan Air
Minum (RPAM)
Jumlah kab/kota yang melakukan 514 514 514 514 514
pengawasan kualitas air minum
(kab/kota)
Jumlah kab/kota yang memiliki 33 40 60 60
effluent IPAL, IPLT, dan leachate TPA
yang memenuhi syarat (kab/kota)
Pengawasan Kualitas Air Minum Persentase sarana air minum yang 60 64 68 72 76 291,2 Seluruh provinsi Kementerian
diawasi/diperiksa kualitas air minumnya Kesehatan
sesuai standar (%)
Rencana Pengamanan Air Minum Jumlah kabupaten/kota dengan 101 102 102 102 102 50,0 509 Kab/Kota Akses Air Minum KEMEN PU&PERA
(RPAM) penyelenggara SPAM yang memiliki Perpipaan (10 Juta
dokumen Rencana Pengamanan Air Sambungan Rumah)
Minum (RPAM) (Kab/Kota)
Jumlah kab/kota yang Jumlah kab/kota yang dilakukan 0 33 40 60 60 29,5 Seluruh provinsi Kemen LHK
melakukan pengawasan kualitas pengawasan terhadap effluent IPAL,
air minum (kab/kota) IPLT, dan Leachate TPA (kab/kota)
KP : Pengelolaan Air Tanah dan Air Tambahan penyediaan Air Baku dari 4,27 11,43 11,43 11,43 11,43 38.748,0
Baku Berkelanjutan Sumber Air Berkelanjutan (m3/detik)
Penyediaan air baku di daerah Tambahan debit air baku di daerah 3T 0,5 4,2 4,1 5,1 3,7 5.783,8 Provinsi Nusa Tenggara Akses Air Minum KEMEN PU&PERA
3T (Terdepan, Terluar, dan (m3/detik) Timur, Sulawesi Tengah, Perpipaan (10 Juta
Tertinggal) Bengkulu, Nusa Tenggara Sambungan Rumah)
Barat, Papua, Gorontalo,
Maluku, Maluku Utara,
Papua Barat, Kalimantan
Tengah, Sulawesi Barat,
Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara,
Banten, Jawa Timur,
Kalimantan Selatan,
Sumatera Selatan,
Sumatera Utara, Aceh,
Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur,
Lampung, Sumatera Barat
A.5.15
Penyediaan air baku di kawasan Tambahan debit air baku di kawasan 1,1 2,0 2,3 2,3 2,1 3.320,8 Kawasan Metropolitan Akses Air Minum KEMEN PU&PERA
perkotaan perkotaan (m3/detik) Banjarmasin, Denpasar, Perpipaan (10 Juta
Manado, Palembang, Sambungan Rumah)
Makassar, Perkotaan di
Provinsi Aceh, Bengkulu,
Jawa Barat, Jawa Tengah,
Nusa Tenggara Barat,
Papua Barat, Maluku
Utara, Maluku, Papua,
Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Tengah,
Gorontalo, Bangka
Belitung, Lampung,
Sulawesi Utara, Jawa
Timur, Kepulauan Riau,
Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Sumatera Utara,
Kota Baru Sofifi, Maja,
Tanjungselor, Ibu Kota
Negara
A.5.16
Penyediaan air baku di kawasan Tambahan debit air baku di kawasan 0 0,58 0,64 0,70 0,72 856,7 KI/KEK Arun Akses Air Minum KEMEN PU&PERA
strategis (KI, KEK, DPP) strategis (m3/detik) Lhokseumawe, KI Kuala Perpipaan (10 Juta
Tanjung, KEK Sei Mangkei, Sambungan Rumah)
DPP Danau Toba, DPP
Padang-Bukittinggi,
KI/KEK Galang Batang, KI
Bintan Aerospace, KI
Kemingking, KEK/DPP
Tanjung Kelayang, KI
Sadai, KI Tanjung Enim,
KEK Tanjung Api-Api, KI
Tanggamus, KEK/DPP
Tanjung Lesung, DPP
Borobudur dsk, KI Madura,
DPP Bali, KEK/DPP
Mandalika, DPP Labuan
Bajo, KI Ketapang, KI
Surya Borneo, KI Jorong-
Tanah Laut, DPP Derawan-
Berau, KI Batulicin, KEK
Maloy Batuta Trans
Kalimantan, KI Tanah
Kuning, DPP Wakatobi,
KI/KEK Palu, DPP Manado-
Likupang, KI/KEK Bitung,
KEK/DPP Morotai, KI Teluk
Weda, DPP Raja Ampat,
KI/KEK Sorong, KI Teluk
A.5.17
KEK/DPP Singosari, KI
Tenayan, KI Brebes, KEK
Be Creative District
Karawang, KEK Be
Creative District Maja-
Rangkas, KI Ladong, KI
Katibung, KI Tanjung
Buton, KI Sumbawa Barat,
KI Pesawaran, KI
Batanjung, KEK Kendal, KI
Way Pisang, KI Takalar,
DPP Baru Biak-Teluk
Cenderawasih, DPP Baru
Bandung-Halimun-
Cileteuh, DPP Baru
Banyuwangi dan
sekitarnya, DPP Baru
Makassar-Selayar-Toraja
dan sekitarnya, DPP Baru
Sambas-Singkawang
Penyediaan air baku di Kawasan Tambahan debit air baku di kawasan 0 1,98 0,47 0 0 796,8 Kabupaten Cirebon, Akses Air Minum KEMEN PU&PERA
Pantai Utara Pulau Jawa Pantai Utara Pulau Jawa (m3/detik) Pekalongan Perpipaan (10 Juta
Sambungan Rumah)
Penyediaan air baku di Kawasan Tambahan debit air baku di kawasan 2,44 2,53 3,84 3,06 4,67 5.674,6 Tersebar Akses Air Minum KEMEN PU&PERA
Rawan Air Rawan Air (m3/detik) Perpipaan (10 Juta
Sambungan Rumah)
Penyediaan air baku di 5 Wilayah Tambahan debit air baku di 5 wilayah 11,49 11,49 11,49 11,49 11,49 17.235,0 Wilayah Metropolitan KPBU
Metropolitan dengan skema KPBU metropolitan (m3/detik) Mebidangro,
Jabodetabekpunjur,
Bandung Raya,
Kedungsepur,
Gerbangkertasusila
Rehabilitasi infrastruktur Jumlah unit infrastruktur penyedia air 35 35 35 35 35 1.016,8 Tersebar KEMEN PU&PERA
penyedia air baku baku yang direhabilitasi (unit)
Sumur Air Tanah untuk Air Baku Jumlah titik pembangunan sumur air 1000 500 500 500 500 1.854,0 Kawasan 3T dan rawan Kemen ESDM
tanah untuk air baku (unit) air
Pengawetan dan pengisian Jumlah BBWS/BWS yang menerapkan 0 7 8 9 10 340,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
kembali air tanah recharge air tanah (unit)
Pengembangan sistem Jumlah BBWS/BWS yang 0 7 8 9 10 510,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
penyediaan air baku terintegrasi mengembangkan sistem penyediaan air
(conjunctive use) baku terintegrasi air permukaan dan air
tanah (unit)
A.5.18
Penegakan peraturan Jumlah kabupaten/kota yang memiliki 19 19 19 19 19 190,0 Provinsi Banten, Provinsi Pengamanan Pesisir 5 Kemen ESDM
pengambilan air tanah pengendalian ekstraksi air tanah di DKI Jakarta, Provinsi Jawa Perkotaan Pantura Jawa
Kawasan Pesisir Utara Jawa dan Barat, Provinsi Jawa
Kawasan Prioritas (Kab./kota) Tengah, Provinsi Jawa
Timur
ProP : Penataan regulasi serta Jumlah peraturan perundangan 0 2 2 0 0 136,3
perkuatan kelembagaan SDA turunan UU SDA yang ditetapkan (PP)
Pengembangan ICT (Information Jumlah BBWS/BWS yang 0 7 8 9 10 68,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
and Communication Technology) mengembangkan ICT pengelolaan
infrastruktur SDA (unit)
Pengembangan GIS (Geographic Jumlah BBWS/BWS yang 0 7 8 9 10 170,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
Information System) dan mengembangkan GIS dan pemodelan
Pemodelan Sumber Daya Air sumber daya air (unit)
A.5.19
Pengembangan sistem informasi Jumlah BBWS/BWS yang 0 7 8 9 10 170,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
hidrologi dan lingkungan sumber mengembangkan sistem informasi
daya air hidrologi dan lingkungan sumber daya
air (unit)
Pengembangan sistem informasi Jumlah BBWS/BWS yang 0 7 8 9 10 170,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
air tanah mengembangkan sistem informasi air
tanah(unit)
Pengembangan sistem informasi Jumlah CAT dengan sistem pengelolaan 1 1 1 1 1 95,0 Tersebar Kemen ESDM
hidrogeologi hidrogeologi terpadu(unit)
KP : Keselamatan dan Keamanan a. Rasio kejadian kecelakaan 1,27 1,25 1,23 1,21 1,19 41.541,7
Transportasi pelayaran per 10.000 pelayaran (rasio)
Penanganan perlintasan sebidang Lokasi yang ditangani dan disediakan 1 10 10 10 10 1.095,0 Banten, DKI Jakarta, Jawa Kemenhub
KA dengan jalan, Pemasangan, fasilitas keselamatan jalan (provinsi) Barat, Jawa Tengah,
dan Penyediaan Fasilitas Yogyakarta, Jawa Timur,
Keselamatan Perkeretaapian Lampung, Sumatera
Selatan, Sumatera Barat,
Sumatera Utara
Penyediaan sarana bantu Jumlah sarana bantu navigasi pelayaran 67 70 73 75 77 1.118,2 Pusat Kemenhub
navigasi pelayaran yang disediakan (unit)
Penyediaan kapal navigasi Jumlah kapal navigasi yang dibangun 10 14 18 22 25 1.000,0 Pusat Kemenhub
(unit)
Penyediaan Vessel Traffic Jumlah Vessel Traffic Services 15 20 25 30 35 452,6 Pusat Kemenhub
Services Terintegrasi Terintegrasi yang disediakan (unit)
Pengadaan dan modernisasi Jumlah sarana navigasi CNS/ATM - 1 1 1 1 335,3 Pusat Kemenhub
sarana navigasi CNS/ATM disediakan dan dimodernisasi
(Communication, Navigation,
Surveilance/air traffic management
system) (unit)
Pengadaan Pesawat Udara Jumlah Pesawat Udara Kalibrasi yang 4 4 4 4 4 1.110,0 Pusat Kemenhub
Kalibrasi dibangun (unit)
Penyediaan perlengkapan
pencarian dan pertolongan
Pengadaan Peralatan SAR Jumlah peralatan SAR yang disediakan 1 1 1 1 1 60,9 Pusat Basarnas
(paket)
Pembangunan Prasarana SAR Jumlah Prasarana SAR yang disediakan 1 1 1 1 1 60,0 Pusat Basarnas
(paket)
Penyediaan perlengkapan
pencarian dan pertolongan matra
darat
Penyediaan Rescue Truck Tipe I Jumlah Rescue Truck Tipe I yang 6 20 20 20 20 161,3 Pusat Basarnas
disediakan (unit)
Penyediaan Rescue Truck Tipe II Jumlah Rescue Truck Tipe II SAR yang 32 34 34 34 34 126,0 Pusat Basarnas
disediakan (unit)
Penyediaan Rescue CarTipe I Jumlah Rescue CarTipe I yang 4 15 15 15 15 345,6 Pusat Basarnas
disediakan (unit)
Penyediaan Rescue CarTipe II Jumlah Rescue CarTipe II yang 31 33 33 33 33 307,1 Pusat Basarnas
disediakan (unit)
Penyediaan perlengkapan
pencarian dan pertolongan matra
laut
Penyediaan Multipurpose Rescue Jumlah Multipurpose Rescue Vessel Tipe - - - 1 1 1.120,0 Pusat Basarnas
Vessel Tipe 1 1 yang disediakan (unit) (berlanjut) (selesai)
A.5.21
Penyediaan Multipurpose Rescue Jumlah Multipurpose Rescue Vessel Tipe - - - 1 1 1.960,0 Pusat Basarnas
Vessel Tipe 2 2 yang disediakan (unit) (berlanjut) (berlanjut)
Penyediaan Rescue Boat Kelas 1 Jumlah Rescue Boat Kelas 1yang 1 3 3 3 2 1.880,0 Pusat Basarnas
disediakan (unit) (berlanjut) (1 selesai dan (2 selesai dan (1 selesai dan (2 selesai)
2 berlanjut) 1 berlanjut) 2 berlanjut)
Penyediaan Rescue Boat Kelas 2 Jumlah Rescue Boat Kelas 2 yang 6 6 6 6 6 1.752,0 Pusat Basarnas
disediakan (unit)
Penyediaan Rigid Inflatable Boat Jumlah Rigid Inflatable Boat Kelas 1 12 15 15 15 15 354,0 Pusat Basarnas
Kelas 1 yang disediakan (unit)
Penyediaan Rigid Inflatable Boat Jumlah Rigid Inflatable Boat Kelas 2 8 15 15 15 15 301,0 Pusat Basarnas
Kelas 2 yang disediakan (unit)
Penyediaan Landing Craft Jumlah Landing Craft yang disediakan 100 70 70 80 80 170,0 Pusat Basarnas
(unit)
Penyediaan Rafting Boat Jumlah sRafting Boat yang disediakan - 30 30 40 40 28,0 Pusat Basarnas
(unit)
Penyediaan perlengkapan
pencarian dan pertolongan matra
udara
Penyediaan Pesawat Fixed Wing Jumlah Pesawat Fixed Wing yang - - - 1 1 1.800,0 Pusat Basarnas
disediakan (unit)
Penyediaan Medium Helicopter Jumlah Medium Helicopter yang 1 3 3 3 2 1.880,0 Pusat Basarnas
disediakan (unit) (berlanjut) (1 selesai dan (2 selesai dan (1 selesai dan (2 selesai)
2 berlanjut) 1 berlanjut) 2 berlanjut)
Pengelolaan Operasi SAR
Pengelolaan Operasi SAR Jumlah Dokumen Pengerahan Potensi 44 44 44 44 44 464,8 Pusat Basarnas
dan Pengendalian Operasi SAR (satker)
Diklat Teknis Pendidikan Jumlah Lulusan Diklat Teknis 4652 7746 9393 9673 9574 655,1 Sumsel, Jateng, Kemenhub
Perhubungan Darat Pendidikan Perhubungan Darat (orang) Jatim,Jabar, Bali, Kalbar
A.5.22
Diklat Pemberdayaan Masyarakat Diklat Pemberdayaan Masyarakat 19510 27731 27831 28361 29071 746,4 Sumsel, Jateng, Kemenhub
Keselamatan Safety and Security Keselamatan Safety and Security SDM Jatim,Jabar, Bali, Kalbar
SDM Transportasi Darat Transportasi Darat (orang)
Pemenuhan Kebutuhan Sarana Jumlah Sarana dan Prasarana 6 6 6 6 6 399,5 Sumsel, Jateng, Kemenhub
dan Prasarana Penunjang Diklat Penunjang Diklat Transportasi Darat Jatim,Jabar, Bali, Kalbar
Transportasi Darat (paket)
Pendidikan Perhubungan Laut Jumlah SDM transportasi yang
berkompeten
Diklat Vokasi Pendidikan Jumlah lulusan Diklat Vokasi Pendidikan 16038 16983 17416 17981 18822 2.710,7 Aceh, Sumbar, DKI, Kemenhub
Perhubungan Laut Perhubungan Laut (orang) Banten, Jabar, Jateng,
Jatim, Sulsel, Sulut, Papua
Barat
Diklat Teknis Pendidikan Jumlah Lulusan Diklat Teknis 168637 171523 173228 173570 179545 2.248,1 Aceh, Sumbar, DKI, Kemenhub
Perhubungan Laut Pendidikan Perhubungan Laut (orang) Banten, Jabar, Jateng,
Jatim, Sulsel, Sulut, Papua
Barat
Diklat Pemberdayaan Masyarakat Jumlah lulusan Diklat Pemberdayaan 82392 71573 73912 73572 73942 1.311,2 Aceh, Sumbar, DKI, Kemenhub
Keselamatan Safety and Security Masyarakat Keselamatan Safety and Banten, Jabar, Jateng,
SDM Transportasi Laut Security SDM Transportasi Laut (orang) Jatim, Sulsel, Sulut, Papua
Barat
Pemenuhan Kebutuhan Sarana Jumlah Sarana dan Prasarana - 12 12 12 12 431,0 Aceh, Sumbar, DKI, Kemenhub
dan Prasarana Penunjang Diklat Penunjang Diklat Transportasi Laut Banten, Jabar, Jateng,
Transportasi Laut (paket) Jatim, Sulsel, Sulut, Papua
Barat
Pendidikan Perhubungan Udara Jumlah SDM transportasi yang
berkompeten
Diklat Vokasi Pendidikan Jumlah Lulusan Diklat Vokasi 4873 5434 5674 5626 5883 1.164,8 Sumut, Sumsel, Banten, Kemenhub
Perhubungan Udara Pendidikan Perhubungan Udara (orang) Jatim, Sulsel, Papua
Diklat Teknis Pendidikan Jumlah Lulusan Diklat Teknis 7145 7169 7906 8017 8303 1.672,5 Sumut, Sumsel, Banten, Kemenhub
Perhubungan Udara Pendidikan Perhubungan Udara (orang) Jatim, Sulsel, Papua
Diklat Pemberdayaan Masyarakat Jumlah Lulusan Diklat Pemberdayaan 12495 8222 8287 8317 8452 255,1 Sumut, Sumsel, Banten, Kemenhub
Keselamatan Safety and Security Masyarakat Keselamatan Safety and Jatim, Sulsel, Papua
SDM Transportasi Udara Security SDM Transportasi Udara (orang)
Pemenuhan Kebutuhan Sarana Jumlah Sarana dan Prasarana - 8 8 8 8 215,5 Sumut, Sumsel, Banten, Kemenhub
dan Prasarana Penunjang Diklat Penunjang Diklat Transportasi Udara Jatim, Sulsel, Papua
Transportasi Udara (paket)
Pembinaan Daerah untuk RUNK
A.5.23
Pembentukan Road Safety Jumlah kelembagaan Keselamatan Jalan 20 20 20 20 20 25,0 Pusat Kemenhub
Center/Sekretariat Keselamatan yang dibentuk oleh Pemda (pemda)
Jalan
Pembinaan Potensi SAR
Pengembangan SDM pencarian Jumlah SDM pencarian dan pertolongan 10000 10000 10000 10000 10000 459,2 Pusat Basarnas
dan pertolongan yang kompeten yang berkompeten (orang)
KP : Ketahanan Kebencanaan Jumlah Provinsi yang meningkatan 20 20 20 20 20 100.435,9
Infrastruktur ketahanan terhadap bencana
(hidrometeorologi, geologi, dan
lingkungan) (Provinsi)
Jumlah wilayah sungai yang 20 20 20 20 20
menerapkan restrorasi dan konservasi
lingkungan dan sumber daya air
(wilayah sungai)
ProP : Pengembangan kebijakan Jumlah wilayah sungai kewenangan 10 10 10 10 10 1.211,1
wilayah untuk ketahanan pusat dan daerah yang menetapkan
bencana dan penguatan rencana induk peningkatan
infrastruktur vital tahan bencana ketahanan wilayah dan infrastruktur
vital terhadap bencana banjir (wilayah
sungai)
Jumlah kabupaten/kota yang 2 1 2 1 2
memiliki rencana induk peningkatan
ketahanan wilayah dan infrastruktur
vital terhadap bencana tsunami dan
likuefaksi (kab./kota)
Penyusunan peta risiko dan Jumlah dokumen strategi pengelolaan 5 8 9 10 10 210,0 Diprioritaskan untuk KEMEN PU&PERA
rencana induk ketahanan risiko banjir perkotaan (dokumen) wilayah sungai pada kota :
wilayah terhadap bencana banjir Ambon, Bima, Manado,
Pontianak, Samarinda,
Medan, Semarang,
Cirebon, Padang,
Pekanbaru, Jambi, Banda
Aceh, Lhoksumawe,
Langsa, Binjai, Tebing
Tinggi, Tanjung Balai,
Palembang, Bengkulu,
Mataram, Denpasar,
Surabaya, Banjar Jawa
Barat, Tasikmalaya,
Sukabumi, Cirebon,
Surakarta, Salatiga,
Pekalongan, Tegal,
Yogyakarta, Malang,
Kediri, Blitar, Probolinggo,
Pasuruan, Mojokerto,
Madiun, Cilegon,
Serang,Singkawang,
Palangkaraya,
Banjarmasin, Balikpapan,
Makassar, Palopo,
Konawe, Gorontalo,
Sorong, Bandung,
Jabodetabek
A.5.25
Penyusunan peta risiko dan Jumlah dokumen strategi pengelolaan 0 2 2 2 2 40,0 Diprioritaskan untuk KEMEN PU&PERA
rencana induk ketahanan risiko banjir perkotaan (dokumen) wilayah sungai pada kota :
wilayah terhadap bencana banjir Ambon, Bima, Manado,
Pontianak, Samarinda,
Medan, Semarang,
Cirebon, Padang,
Pekanbaru, Jambi, Banda
Aceh, Lhoksumawe,
Langsa, Binjai, Tebing
Tinggi, Tanjung Balai,
Palembang, Bengkulu,
Mataram, Denpasar,
Surabaya, Banjar Jawa
Barat, Tasikmalaya,
Sukabumi, Cirebon,
Surakarta, Salatiga,
Pekalongan, Tegal,
Yogyakarta, Malang,
Kediri, Blitar, Probolinggo,
Pasuruan, Mojokerto,
Madiun, Cilegon,
Serang,Singkawang,
Palangkaraya,
Banjarmasin, Balikpapan,
Makassar, Palopo,
Konawe, Gorontalo,
Sorong, Bandung,
Jabodetabek
A.5.26
Penyusunan peta risiko dan Jumlah kabupaten/kota yang memiliki 1 1 1 1 1 15,0 Diprioritaskan untuk KEMEN PU&PERA
rencana induk ketahanan peta risiko ketahanan bencana tsunami wilayah prioritas berisiko
wilayah terhadap bencana (kab./kota) bencana tsunami tinggi :
tsunami Pantai Barat Sumatera dan
Kepulauan Mentawai (Kota
Padang dan Bengkulu) ,
Pantai Selatan Jawa
(Pangandaran, wilayah
Selat Sunda), Pantai
Selatan Bali - Lombok
(Denpasar, Badung,
Mandalika), Pantai Utara
Sulawesi Utara (Manado) ,
Pantai Pulau Buru - Seram
(Kota Ambon), Halmahera
dan Papua
Penyusunan peta risiko dan Jumlah kabupaten/kota yang memiliki 1 1 1 9,0 Diprioritaskan untuk KEMEN PU&PERA
rencana induk ketahanan peta risiko ketahanan bencana likuefaksi wilayah prioritas berisiko
wilayah terhadap bencana (kab./kota) bencana likuifaksi tinggi :
likuefaksi Palu, Lombok, Yogya
Penyusunan rencana pengelolaan Jumlah kawasan perkotaan pesisir utara 0 1 1 1 1 40,0 Terpusat Pengamanan Pesisir 5 KEMEN PU&PERA
terpadu kawasan pesisir utara jawa yang memiliki rencana pengelolaan Perkotaan Pantura Jawa
jawa pesisir terpadu(kawasan perkotaan)
Penyusunan peta risiko dan Jumlah peta risiko penurunan tanah di 2 2 2 2 2 2,1 Terpusat Kemen ESDM
rencana induk penurunan tanah kawasan prioritas (unit)
Peraturan penataan bangunan Jumlah peraturan penataan bangunan 1 1 1 1 1 10,0 Terpusat KEMEN PU&PERA
dan lingkungan dan lingkungan (unit)
Pembinaan dan pengawasan Jumlah kab/kota terselenggara 48 48 48 48 48 871,0 509 Kabupaten/Kota KEMEN PU&PERA
penyelenggaraan bangunan pembinaan dan pengawasan bangunan
gedung dan penataan lingkungan gedung dan penataan
lingkungan(kab./kota)
Fasilitasi penguatan Jumlah provinsi yang melaksanakan 34 34 34 34 10,0 Tersebar Kemendagri
kelembagaan dan partisipasi penguatan kelembagaan dan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan masyarakat dalam pengelolaan risiko
risiko bencana hidrometeorologi, bencana hidrometeorologi, geologi, dan
geologi, dan lingkungan lingkungan (provinsi)
A.5.27
Normalisasi dan peningkatan Panjang sungai yang dinormalisasi dan 23,7 13 15 15 18 2.991,5 DAS Citarum, DAS Pemulihan Empat Daerah KEMEN PU&PERA
kapasitas aliran sungai ditingkatkan kapasitas alirannya di WS Cisadane, DAS Ciliwung, Aliran Sungai Kritis
kritis (Km) DAS Toba Asahan
Normalisasi dan peningkatan Panjang sungai yang dinormalisasi dan 32,2 14 10 11 4 2.845,0 Provinsi Banten, Provinsi Pengamanan Pesisir 5 KEMEN PU&PERA
kapasitas aliran sungai ditingkatkan kapasitas alirannya di DKI Jakarta, Provinsi Jawa Perkotaan Pantura Jawa
Kawasan Pesisir Utara Pulau Jawa (Km) Barat, Provinsi Jawa
Tengah, Provinsi Jawa
Timur
Normalisasi dan peningkatan Panjang sungai yang dinormalisasi dan 61,8 50 55 60 65 6.777,2 Diprioritaskan untuk KEMEN PU&PERA
kapasitas aliran sungai ditingkatkan kapasitas alirannya di wilayah sungai yang telah
Kawasan Prioritas lainnya (Km) memiliki rencana induk
ketahanan bencana banjir
Pembangunan infrastruktur Panjang Infrastruktur pengendali banjir 14,4 20 25 30 35 746,4 Tersebar Pemda (DAK
pengendali banjir sungai kewenangan daerah yang Provinsi dan
dibangun (km) Kabupaten/kota)
Pembangunan infrastruktur hijau Jumlah kolam retensi multifungsi yang 3 5 8 10 10 1.003,5 DAS Citarum, DAS Pemulihan Empat Daerah KEMEN PU&PERA
untuk mendukung ketahanan dibangun atau ditingkatkan di wilayah Cisadane, DAS Ciliwung, Aliran Sungai Kritis
wilayah terhadap bencana banjir sungai kritis (unit) DAS Toba Asahan
A.5.28
Pembangunan infrastruktur hijau Jumlah kolam retensi multifungsi yang 3 4 4 10 10 866,0 Diprioritaskan untuk KEMEN PU&PERA
untuk mendukung ketahanan dibangun atau ditingkatkan di wilayah wilayah sungai yang telah
wilayah terhadap bencana banjir sungai prioritas (unit) memiliki rencana induk
ketahanan bencana banjir
Pembangunan Infrastruktur Jumlah kota dengan peningkatan sistem 20 20 20 20 20 3.870,0 Diprioritaskan untuk KEMEN PU&PERA
sistem drainase utama perkotaan drainase utama (kota) wilayah sungai melintasi
(kanal banjir, polder, pompa, dsb) perkotaan yang telah
memiliki rencana induk
ketahanan bencana banjir
Pembangunan infrastruktur untuk Panjang bangunan perkuatan tebing 5 8 8 10 10 3.480,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
mendukung ketahanan wilayah yang dibangun atau ditingkatkan (km)
terhadap bencana bencana banjir
Pembangunan dan peningkatan Jumlah unit check dam yang dibangun 2 5 10 15 20 525,0 DAS Citarum, DAS Pemulihan Empat Daerah KEMEN PU&PERA
check dam penahan banjir dan atau ditingkatakan di wilayah sungai Cisadane, DAS Ciliwung, Aliran Sungai Kritis
sedimen kritis (unit) DAS Toba Asahan
Pembangunan dan peningkatan Jumlah unit check dam yang dibangun 12 10 10 15 20 700,0 Diprioritaskan untuk KEMEN PU&PERA
check dam penahan banjir dan atau ditingkatkan di wilayah sungai wilayah sungai yang telah
sedimen prioritas (unit) memiliki rencana induk
ketahanan bencana banjir
Pembangunan dan peningkatan Jumlah sabo dam yang dibangun atau 14 15 15 15 15 1.145,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
sabo dam penahan banjir dan ditingkatkan (unit)
sedimen di wilayah sungai
Pembangunan dan peningkatan Panjang tanggul dan infrastruktur 28 10 8 7 5 130,0 Kabupaten Sidoarjo, KEMEN PU&PERA
tanggul penahan lumpur di penahan lumpur sidoarjo yang dibangun Provinsi Jawa Timur
wilayah terdampak bencana dan direhabilitasi (km)
Pembangunan dan peningkatan Panjang tanggul laut, breakwater, dan 12,8 14,1 14,5 15,3 15,2 641,5 Provinsi DKI Jakarta, Pengamanan Pesisir 5 KEMEN PU&PERA
tanggul laut, breakwater, dan bangunan pengaman pantai lainnya yang Provinsi Jawa Barat, Perkotaan Pantura Jawa
bangunan pengamanan pantai dibangun atau ditingkatkan di Kawasan Provinsi Jawa Tengah,
lainnya di Kawasan Pesisir Utara Pesisir Utara Pulau Jawa (km) Provinsi Jawa Timur
Pulau Jawa
Pengaman pesisir pantai utara Pengaman pesisir pantai utara Jakarta 0 7,3 7,3 7,3 7,3 13.370,0 Provinsi DKI Jakarta Pengamanan Pesisir 5 KPBU
Jakarta dengan skema KPBU (km) Perkotaan Pantura Jawa
Pembangunan dan peningkatan Panjang tanggul laut, breakwater, dan 8,8 10 15 20 20 7.656,8 Kawasan prioritas lainnya KEMEN PU&PERA
tanggul laut, breakwater, dan bangunan pengamanan pantai lainnya dan pulau pulau terluar
bangunan pengamanan pantai yang dibangun atau ditingkatkan di
lainnya Kawasan Pesisir Prioritas Lainnya (km)
A.5.29
Ketahanan kawasan pesisir dan Jumlah kawasan pesisir dan pulau- 20 20 20 20 20 124,0 Kawasan pesisir dan KKP
pulau kecil terluar pulau kecil yang meningkat pulau kecil terluar
ketangguhannya terhadap bencana dan
dampak perubahan iklim (Kumulatif)
Pembangunan dan peningkatan Jumlah wilayah sungai yang ditetapkan 10 20 20 20 20 90,0 Diprioritaskan untuk KEMEN PU&PERA
ketahanan infrastruktur vital ketahanan infrastruktur vitalnya wilayah sungai rawan
terhadap risiko bencana terhadap risiko bencana(wilayah sungai) banjir, tsunami, kawasan
pantura Jawa, dan DAS
Kritis
ProP : Penyediaan sistem terpadu Jumlah kabupaten/kota yang 2 4 5 4 1 805,3
peringatan dini dan tanggap melakukan pemasangan alat
darurat bencana pemantauan penurunan tanah dan
penggunaan air tanah (kab./kota)
Jumlah daerah aliran sungai yang 5 5 5 5 5
melakukan pengembangan peringatan
dini bencana banjir (DAS)
Pemasangan sistem peringatan Jumlah sistem peringatan dini bencana 25 25 25 25 25 125,0 Tersebar Kemen ESDM
dini di kawasan rawan longsor longsor yang dibangun (unit)
A.5.30
ProP : Restorasi dan konservasi Jumlah wilayah sungai prioritas yang 4 4 4 4 4 51.457,6
infrastruktur alami dikonservasi (wilayah sungai)
Konservasi wilayah sungai Jumlah wilayah sungai yang 4 4 4 4 4 60,0 Tersebar Kemen LHK
dikonservasi
Pencegahan kebakaran hutan di Jumlah kawasan rawa yang ditingkatkan 0 3 3 3 3 180,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
kawasan rawa tata kelola airnya
SPALD-T Skala Permukiman Jumlah sambungan rumah yang 4442,8 4442,8 4442,8 4442,8 4442,8 5.090,7 Kota Cilegon, Kota Pengamanan Pesisir 5 KEMEN PU&PERA
terlayani IPAL Komunal (SR) Tangerang, Kota Jakarta Perkotaan Pantura Jawa
Timur, Kota Jakarta
Selatan, Kota Jakarta
Barat, Kota Jakarta Utara,
Kota Jakarta Pusat, Kota
Bekasi, Kab. Indramayu,
Kota Cirebon, Kab.
Cirebon, Kota Tegal, Kab.
Tegal, Kab. Pemalang,
Kota Pekalongan, Kota
Semarang, Kab. Demak,
Kab. Jepara, Kab.
Rembang, Kab. Tuban,
Kab. Gresik, Kota
Surabaya, Kota Pasuruan
A.5.31
SPALD-T Skala Permukiman Jumlah sambungan rumah yang 21103,5 21103,5 21103,5 21103,5 21103,5 1.589,9 Kota Cilegon, Kota Pengamanan Pesisir 5 DAK/PEMDA
terlayani IPAL Komunal (SR) Tangerang, Kota Jakarta Perkotaan Pantura Jawa
Timur, Kota Jakarta
Selatan, Kota Jakarta
Barat, Kota Jakarta Utara,
Kota Jakarta Pusat, Kota
Bekasi, Kab. Indramayu,
Kota Cirebon, Kab.
Cirebon, Kota Tegal, Kab.
Tegal, Kab. Pemalang,
Kota Pekalongan, Kota
Semarang, Kab. Demak,
Kab. Jepara, Kab.
Rembang, Kab. Tuban,
Kab. Gresik, Kota
Surabaya, Kota Pasuruan
SPALD-T Skala Permukiman Jumlah sambungan rumah yang 29989,1 29989,1 29989,1 29989,1 29989,1 1.128,4 Kota Cilegon, Kota Pengamanan Pesisir 5 APBD/Masyarakat
terlayani IPAL Komunal (SR) Tangerang, Kota Jakarta Perkotaan Pantura Jawa /Badan Usaha
Timur, Kota Jakarta
Selatan, Kota Jakarta
Barat, Kota Jakarta Utara,
Kota Jakarta Pusat, Kota
Bekasi, Kab. Indramayu,
Kota Cirebon, Kab.
Cirebon, Kota Tegal, Kab.
Tegal, Kab. Pemalang,
Kota Pekalongan, Kota
Semarang, Kab. Demak,
Kab. Jepara, Kab.
Rembang, Kab. Tuban,
Kab. Gresik, Kota
Surabaya, Kota Pasuruan
A.5.32
SPALD-T Skala Kota/Regional Jumlah sambungan rumah yang 2056,24 2056,24 2056,24 2056,24 2056,24 6.160,8 Kota Cilegon, Kota Pengamanan Pesisir 5 KEMEN PU&PERA
terlayani IPAL Kota/Regional (SR) Tangerang, Kota Jakarta Perkotaan Pantura Jawa
Timur, Kota Jakarta
Selatan, Kota Jakarta
Barat, Kota Jakarta Utara,
Kota Jakarta Pusat, Kota
Bekasi, Kab. Indramayu,
Kota Cirebon, Kab.
Cirebon, Kota Tegal, Kab.
Tegal, Kab. Pemalang,
Kota Pekalongan, Kota
Semarang, Kab. Demak,
Kab. Jepara, Kab.
Rembang, Kab. Tuban,
Kab. Gresik, Kota
Surabaya, Kota Pasuruan
SPALD-T Skala Kota/Regional Jumlah sambungan rumah yang 18506,2 18506,2 18506,2 18506,2 18506,2 423,4 Kota Cilegon, Kota Pengamanan Pesisir 5 APBD/Masyarakat
terlayani IPAL Kota/Regional (SR) Tangerang, Kota Jakarta Perkotaan Pantura Jawa /Badan Usaha
Timur, Kota Jakarta
Selatan, Kota Jakarta
Barat, Kota Jakarta Utara,
Kota Jakarta Pusat, Kota
Bekasi, Kab. Indramayu,
Kota Cirebon, Kab.
Cirebon, Kota Tegal, Kab.
Tegal, Kab. Pemalang,
Kota Pekalongan, Kota
Semarang, Kab. Demak,
Kab. Jepara, Kab.
Rembang, Kab. Tuban,
Kab. Gresik, Kota
Surabaya, Kota Pasuruan
A.5.33
SPALD-S Skala Individu Jumlah rumah tangga yang memiliki 159,5 159,5 159,5 159,5 159,5 797,4 Kota Cilegon, Kota Pengamanan Pesisir 5 DAK/PEMDA
fasilitasi sanitasi dan tangki septik (RT) Tangerang, Kota Jakarta Perkotaan Pantura Jawa
Timur, Kota Jakarta
Selatan, Kota Jakarta
Barat, Kota Jakarta Utara,
Kota Jakarta Pusat, Kota
Bekasi, Kab. Indramayu,
Kota Cirebon, Kab.
Cirebon, Kota Tegal, Kab.
Tegal, Kab. Pemalang,
Kota Pekalongan, Kota
Semarang, Kab. Demak,
Kab. Jepara, Kab.
Rembang, Kab. Tuban,
Kab. Gresik, Kota
Surabaya, Kota Pasuruan
SPALD-S Skala Individu Jumlah rumah tangga yang memiliki 637,9 637,9 637,9 637,9 637,9 3.189,6 Kota Cilegon, Kota Pengamanan Pesisir 5 APBD/Masyarakat
fasilitasi sanitasi dan tangki septik (RT) Tangerang, Kota Jakarta Perkotaan Pantura Jawa /Badan Usaha
Timur, Kota Jakarta
Selatan, Kota Jakarta
Barat, Kota Jakarta Utara,
Kota Jakarta Pusat, Kota
Bekasi, Kab. Indramayu,
Kota Cirebon, Kab.
Cirebon, Kota Tegal, Kab.
Tegal, Kab. Pemalang,
Kota Pekalongan, Kota
Semarang, Kab. Demak,
Kab. Jepara, Kab.
Rembang, Kab. Tuban,
Kab. Gresik, Kota
Surabaya, Kota Pasuruan
A.5.34
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah TPA yang dibangun (unit) 4 4 4 4 5 5.954,2 Kota Cilegon, Kota Pengamanan Pesisir 5 KEMEN PU&PERA
Skala Kota Tangerang, Kota Jakarta Perkotaan Pantura Jawa
Timur, Kota Jakarta
Selatan, Kota Jakarta
Barat, Kota Jakarta Utara,
Kota Jakarta Pusat, Kota
Bekasi, Kab. Indramayu,
Kota Cirebon, Kab.
Cirebon, Kota Tegal, Kab.
Tegal, Kab. Pemalang,
Kota Pekalongan, Kota
Semarang, Kab. Demak,
Kab. Jepara, Kab.
Rembang, Kab. Tuban,
Kab. Gresik, Kota
Surabaya, Kota Pasuruan
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah TPS3R yang dibangun (ton/hari) 90,7 90,7 90,7 90,7 90,7 167,5 Kota Cilegon, Kota Pengamanan Pesisir 5 KEMEN PU&PERA
Skala Kawasan Tangerang, Kota Jakarta Perkotaan Pantura Jawa
Timur, Kota Jakarta
Selatan, Kota Jakarta
Barat, Kota Jakarta Utara,
Kota Jakarta Pusat, Kota
Bekasi, Kab. Indramayu,
Kota Cirebon, Kab.
Cirebon, Kota Tegal, Kab.
Tegal, Kab. Pemalang,
Kota Pekalongan, Kota
Semarang, Kab. Demak,
Kab. Jepara, Kab.
Rembang, Kab. Tuban,
Kab. Gresik, Kota
Surabaya, Kota Pasuruan
A.5.35
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah TPS3R yang dibangun (ton/hari) 136,07 136,07 136,07 136,07 136,07 251,3 Kota Cilegon, Kota Pengamanan Pesisir 5 DAK/PEMDA
Skala Kawasan Tangerang, Kota Jakarta Perkotaan Pantura Jawa
Timur, Kota Jakarta
Selatan, Kota Jakarta
Barat, Kota Jakarta Utara,
Kota Jakarta Pusat, Kota
Bekasi, Kab. Indramayu,
Kota Cirebon, Kab.
Cirebon, Kota Tegal, Kab.
Tegal, Kab. Pemalang,
Kota Pekalongan, Kota
Semarang, Kab. Demak,
Kab. Jepara, Kab.
Rembang, Kab. Tuban,
Kab. Gresik, Kota
Surabaya, Kota Pasuruan
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah TPS3R yang dibangun (ton/hari) 40,02 40,02 40,02 40,02 40,02 73,9 Kota Cilegon, Kota Pengamanan Pesisir 5 APBD/Masyarakat
Skala Kawasan Tangerang, Kota Jakarta Perkotaan Pantura Jawa /Badan Usaha
Timur, Kota Jakarta
Selatan, Kota Jakarta
Barat, Kota Jakarta Utara,
Kota Jakarta Pusat, Kota
Bekasi, Kab. Indramayu,
Kota Cirebon, Kab.
Cirebon, Kota Tegal, Kab.
Tegal, Kab. Pemalang,
Kota Pekalongan, Kota
Semarang, Kab. Demak,
Kab. Jepara, Kab.
Rembang, Kab. Tuban,
Kab. Gresik, Kota
Surabaya, Kota Pasuruan
SPALD-T Skala Permukiman Jumlah sambungan rumah yang 4832 4832 4832 4832 4832 4.537,0 Kab. Bandung, Kab. Pemulihan Empat Daerah KEMEN PU&PERA
terlayani IPAL Komunal (SR) Sumedang, Kab Aliran Sungai Kritis
Purwakarta, Kab. Bekasi,
Kab. Karawang, Kab.
Cianjur, Kab. Bandung
Barat, Kota Cimahi, Kota
Bandung
A.5.36
SPALD-T Skala Permukiman Jumlah sambungan rumah yang 22952 22952 22952 22952 22952 1.729,4 Kab. Bandung, Kab. Pemulihan Empat Daerah DAK/PEMDA
terlayani IPAL Komunal (SR) Sumedang, Kab Aliran Sungai Kritis
Purwakarta, Kab. Bekasi,
Kab. Karawang, Kab.
Cianjur, Kab. Bandung
Barat, Kota Cimahi, Kota
Bandung
SPALD-T Skala Kota/Regional Jumlah sambungan rumah yang 0 628,4 628,4 628,4 628,4 14.473,0 Kab. Bandung, Kab. Pemulihan Empat Daerah KEMEN PU&PERA
terlayani IPAL Kota/Regional (SR) Sumedang, Kab Aliran Sungai Kritis
Purwakarta, Kab. Bekasi,
Kab. Karawang, Kab.
Cianjur, Kab. Bandung
Barat, Kota Cimahi, Kota
Bandung
SPALD-S Skala Individu Jumlah rumah tangga yang memiliki 53147,8 53147,8 53147,8 53147,8 53147,8 884,6 Kab. Bandung, Kab. Pemulihan Empat Daerah DAK/PEMDA
fasilitasi sanitasi dan tangki septik (RT) Sumedang, Kab Aliran Sungai Kritis
Purwakarta, Kab. Bekasi,
Kab. Karawang, Kab.
Cianjur, Kab. Bandung
Barat, Kota Cimahi, Kota
Bandung
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah TPA yang dibangun (unit) 3 0 1 2 1 4.566,0 Kab. Bandung, Kab. Pemulihan Empat Daerah KEMEN PU&PERA
Skala Kota Sumedang, Kab Aliran Sungai Kritis
Purwakarta, Kab. Bekasi,
Kab. Karawang, Kab.
Cianjur, Kab. Bandung
Barat, Kota Cimahi, Kota
Bandung
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah TPS3R yang dibangun (ton/hari) 43,4 43,4 43,4 43,4 43,4 80,2 Kab. Bandung, Kab. Pemulihan Empat Daerah KEMEN PU&PERA
Skala Kawasan Sumedang, Kab Aliran Sungai Kritis
Purwakarta, Kab. Bekasi,
Kab. Karawang, Kab.
Cianjur, Kab. Bandung
Barat, Kota Cimahi, Kota
Bandung
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah TPS3R yang dibangun (ton/hari) 65,1 65,1 65,1 65,1 65,1 120,4 Kab. Bandung, Kab. Pemulihan Empat Daerah DAK/PEMDA
Skala Kawasan Sumedang, Kab Aliran Sungai Kritis
Purwakarta, Kab. Bekasi,
Kab. Karawang, Kab.
Cianjur, Kab. Bandung
Barat, Kota Cimahi, Kota
Bandung
A.5.37
KP : Waduk Multipurpose dan Jumlah volume tampungan baru 14,2 15,1 15,8 16,2 16,5 253.148,4
Modernisasi Irigasi untuk memenuhi kebutuhan air
(miliar m3) (Kumulatif)
Jumlah bendungan yang ditingkatkan 14 17 28 40 50
fungsinya (unit) (Kumulatif)
Bendungan baru yang selesai Jumlah pembangunan bendungan 45 lanjutan 34 lanjutan 23 lanjutan 11 lanjutan 4 selesai 42.415,1 Bendungan Marangkayu, KEMEN PU&PERA
dibangun multiguna lanjutan (unit) 11 selesai 11 selesai 12 selesai 7 selesai Bendungan Kuningan,
Bendungan Bendo,
Bendungan Gongseng,
Bendungan Tukul,
Bendungan Pidekso,
Bendungan Tugu,
Bendungan Karalloe,
Bendungan Keureuto,
Bendungan Tapin,
Bendungan Lolak,
Bendungan Bintang Bano,
Bendungan Karian,
Bendungan Rukoh,
Bendungan Way
Sekampung, Bendungan
Kuwil Kawangkoan,
Bendungan Ladongi,
Bendungan Ciawi,
Bendungan Sukamahi,
Bendungan Leuwikeris,
Bendungan Cipanas,
Bendungan Tigadihadji,
Bendungan Semantok,
Bendungan Pamukkulu,
Bendungan Bener,
Bendungan Sadawarna,
A.5.39
Bendungan baru yang dibangun Jumlah bendungan multiguna baru yang 0 4 baru 3 baru 2 baru 2 baru 12.401,4 Bendungan Rongkong, 18 Waduk Multiguna KEMEN PU&PERA
dibangun (unit) 4 lanjutan 7 lanjutan 9 lanjutan Bendungan Matenggeng,
Bendungan Mbay,
Bendungan Pelosika,
Bendungan Jenelata,
Bendungan Digul,
Bendungan Busuk,
Bendungan Lambakkan,
Bendungan Riam Kiwa,
Bendungan Warsamson
Bendungan baru yang dibangun Jumlah bendungan multiguna baru yang 0 0 0 0 5 20.000,0 Bendungan Merangin, 18 Waduk Multiguna KPBU
dibangun dengan skema KPBU (unit) Bendungan Muara Juloi,
Bendungan Sakagilas,
Bendungan Krekeh,
Bendungan Pasir Kopo,
Bendungan Kusan
Bendungan baru yang dibangun Jumlah bendungan multiguna baru yang 0 0 0 0 2 60.000,0 Bendungan Kayan, 18 Waduk Multiguna BUMN dan/atau
dibangun (unit) Bendungan Mentarang Swasta
Bendungan yang direhabilitasi Jumlah bendungan yang direhabilitasi 2 1 1 1 0 230,0 Bendungan Wonogiri, KEMEN PU&PERA
/ditingkatkan (unit) Benanga, Bili-bili, Sutami
A.5.40
Bendungan Pamukkulu,
Bendungan Lau Simeme,
Bendungan Sidan,
Bendungan Bagong,
Bendungan Randugunting,
Bendungan Napun Gete,
Bendungan Temef,
Bendungan Meninting,
Bendungan Jlantah,
Bendungan Manikin,
Bendungan Tamblang
Bendungan yang dimanfaatkan Jumlah debit air baku yang bersumber 6,19 0,85 10,03 5,55 0,86 883,7 Bendungan Paya Seunara, KEMEN PU&PERA
untuk air baku dari bendungan (m3/detik) Bendungan Bajulmati,
Bendungan Nipah,
Bendungan Rajui,
Bendungan Titab,
Bendungan Jatigede,
Bendungan Teritip,
Bendungan Gondang,
Bendungan Sei Gong,
Bendungan Raknamo,
Bendungan Rotiklot,
Bendungan Mila,
Bendungan Tanju,
Bendungan Sindangheula,
Bendungan Logung,
Bendungan Marangkayu,
Bendungan Kuningan,
Bendungan Bendo,
Bendungan Gongseng,
Bendungan Tukul,
Bendungan Pidekso,
Bendungan Tugu,
Bendungan Karalloe,
Bendungan Keureuto,
Bendungan Tapin,
Bendungan Passeloreng,
Bendungan Lolak,
A.5.42
Bendungan yang dimanfaatkan Luas lahan irigasi yang diairi dari 105461 14697 116375 53959 52057 5.771,0 Bendungan Bajulmati, KEMEN PU&PERA
untuk irigasi bendungan (Ha) Bendungan Nipah,
Bendungan Rajui,
Bendungan Titab,
Bendungan Jatigede,
Bendungan Gondang,
Bendungan Raknamo,
Bendungan Rotiklot,
Bendungan Mila,
Bendungan Tanju,
Bendungan Sindangheula,
Bendungan Logung,
Bendungan Marangkayu,
Bendungan Kuningan,
Bendungan Bendo,
Bendungan Gongseng,
Bendungan Tukul,
Bendungan Pidekso,
Bendungan Tugu,
Bendungan Karalloe,
Bendungan Keureuto,
Bendungan Tapin,
Bendungan Passeloreng,
Bendungan Lolak,
Bendungan Bintang Bano,
Bendungan Karian,
Bendungan Rukoh,
A.5.44
Bendungan Way
Sekampung, Bendungan
Ladongi, Bendungan
Leuwikeris, Bendungan
Cipanas, Bendungan
Semantok, Bendungan
Pamukkulu, Bendungan
Sadawarna, Bendungan
Margatiga, Bendungan
Bagong, Bendungan
Randugunting, Bendungan
Napun Gete, Bendungan
Temef, Bendungan
Meninting, Bendungan
Jlantah, Bendungan
Manikin, Bendungan
Tamblang
Tampungan alami yang Jumlah tampungan alami yang 8 8 10 10 15 1.319,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
direvitalisasi direvitalisasi (unit) (kumulatif)
Tampungan alami yang Jumlah tampungan alami yang 0 1 1 1 1 60,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
dikembangkan manfaatnya dikembangkan manfaatnya (unit)
ProP : Peningkatan OP dan Jumlah bendungan yang indeks 10 20 20 20 20 1.000,0
keamanan bendungan risikonya turun (unit)
Peningkatan keamanan Jumlah bendungan dengan risiko tinggi 10 20 20 20 20 450,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
bendungan yang memiliki risiko yang dirurunkan indeks resikonya (unit)
tinggi
Konservasi daerah tangkapan air Jumlah konservasi daerah tangkapan air 10 17 9 7 12 275,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
bendungan bendungan (unit)
Penyelesaian sertifikasi operasi Jumlah bendungan yang memiliki 10 17 9 7 12 275,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
bendungan sertifikat operasi (unit)
ProP : Pembangunan dan Luas jaringan irigasi teknis yang 45000 113750 113750 113750 113750 101.833,1
rehabilitasi jaringan irigasi dibangun (Hektare)
Luas jaringan daerah irigasi teknis 874469,8 281382,5 281382,5 281382,5 281382,5
yang direhabilitasi (Hektare)
Pembangunan jaringan irigasi Luas jaringan irigasi permukaan dan 15000 79625 79625 79625 79625 50.925,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
permukaan kewenangan pusat irigasi rawa kewenangan pusat yang
dibangun (Hektare)
Pembangunan jaringan irigasi Luas jaringan irigasi permukaan 30000 34125 34125 34125 34125 11.655,0 Tersebar Pemda (DAK
permukaan kewenangan daerah kewenangan daerah yang dibangun Provinsi dan
(Hektare) Kabupaten/kota)
A.5.45
Rehabilitasi jaringan daerah Luas jaringan daerah irigasi permukaan 80000,0 115403,3 115403,3 115403,3 115403,3 16.070,3 Tersebar KEMEN PU&PERA
irigasi permukaan kewenangan kewenangan pusat yang direhabilitasi
pusat (Hektare)
Rehabilitasi jaringan daerah Luas jaringan daerah irigasi permukaan 783082,0 143826,2 143826,2 143826,2 143826,2 21.125,8 Tersebar Pemda (DAK
irigasi permukaan kewenangan kewenangan daerah yang direhabilitasi Provinsi dan
daerah (Hektare) Kabupaten/kota)
Rehabilitasi jaringan irigasi rawa Luas jaringan daerah irigasi rawa yang 11387,8 22153,0 22153,0 22153,0 22153,0 2.056,9 Tersebar KEMEN PU&PERA
direhabilitasi (Hektare)
ProP : Peningkatan pengelolaan Daerah Irigasi yang melaksanakan 2 3 6 8 9 562,0
alokasi air dan kapasitas modernisasi irigasi (kumulatif)
kelembagaan irigasi
Pengembangan sistem water Jumlah sistem data pemantau 0 1 1 1 1 60,0 Terpusat 18 Waduk Multiguna KEMEN PU&PERA
accounting ketersediaan air yang dibangun (unit)
(kumulatif)
Pemasangan dan pengoperasian Jumlah daerah irigasi dengan 1 2 3 2 1 180,0 Provinsi Sumatera Selatan, 18 Waduk Multiguna KEMEN PU&PERA
alat ukur air (water accounting) pemasangan dan pengoperasian alat Lampung, Jawa Barat,
ukur air (water accounting) (daerah Jawa Tengah, Jawa Timur,
irigasi) Sulawesi Selatan
Peningkatan kapasitas SDM dan Jumlah daerah irigasi dengan 5 10 10 10 11 322,0 Provinsi Lampung, Jawa 18 Waduk Multiguna KEMEN PU&PERA
kelembagaan terkait modernisasi peningkatan kapasitas SDM dan Barat, Jawa Tengah, Jawa
irigasi kelembagaan terkait modernisasi irigasi Timur, DIY, Bali,
(daerah irigasi) Kalimantan Selatan, Nusa
Tenggara Barat, Sulawesi
Selatan
ProP : Pembangunan sistem Luas lahan komoditas pertanian 229,2 2192,7 2392,7 2592,7 2592,7 1.352,3
penyediaan air untuk komoditas bernilai ekonomi tinggi beririgasi
pertanian bernilai ekonomi tinggi (Hektare)
Penyediaan air untuk komoditas Jumlah prasarana penyediaan air yang 0 1 1 2 2 24,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
perkebunan rakyat dibangun untuk perkebunan rakyat (unit)
Penyediaan air untuk komoditas Jumlah prasarana penyediaan air yang 0 2 2 2 2 32,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
peternakan rakyat dibangun untuk peternakan rakyat (unit)
Penyediaan air untuk komoditas Jumlah prasarana penyediaan air yang 0 2 3 3 3 44,0 Tersebar KEMEN PU&PERA
hortikultura rakyat dibangun untuk hortikultura (unit)
A.5.46
Pembangunan jaringan irigasi Luas irigasi tambak rakyat yang 229,2 1192,7 1192,7 1192,7 1192,7 1.252,3 Sumatera Utara, Sumatera KEMEN PU&PERA
untuk tambak rakyat dibangun (Hektare) Selatan, Lampung, Banten,
Jawa Barat, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Barat, NTB
Jalan Penggantian Jembatan Jembatan yang dibangun (lokasi) 1 - - - - 75,0 Banten KEMEN PU&PERA
Pantura Banten (cs)
Jalan Lintas penghubung Kalbar Panjang jalan yang dibangun (km) 6 29,0 57,2 57,2 57,2 2.330,7 Kalimantan Barat KEMEN PU&PERA
Jalan Lintas Penghubung Sumsel Panjang jalan yang dibangun (km) - - 5 10 - 111,0 Sumatera Selatan KEMEN PU&PERA
Jalan Lintas Penghubung Sumut Panjang jalan yang dibangun (km) 2 10 10 6 6 475,6 Sumatera Utara KEMEN PU&PERA
Jalan Lintas Selatan Kalsel Panjang jalan yang dibangun (km) 7 7,5 348,0 Kalimantan Selatan KEMEN PU&PERA
Jalan Lintas Tengah Aceh Panjang jalan yang dibangun (km) 32,5 10,5 10,5 10,5 10,5 1.790,4 Aceh KEMEN PU&PERA
Jembatan Sp. Uning - Takengon Jembatan yang dibangun (lokasi) - 1 - - - 140,0 Aceh KEMEN PU&PERA
Jalan Lintas Tengah Jawa Timur Panjang jalan yang dibangun (km) - - 1,5 - - 11,8 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
Jalan Lintas Tengah Kalteng Panjang jalan yang dibangun (km) 19,5478 13,0136 13,0136 5,8625 5,8625 562,6 Kalimantan Tengah KEMEN PU&PERA
Jalan Lintas Timur Riau Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 20 193,0 Riau KEMEN PU&PERA
Jalan Lintas Timur Sumatera Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 64,5 387,0 Lampung KEMEN PU&PERA
Jalan Lintas Utara Bali Panjang jalan yang dibangun (km) - 1083 1083 933 - 1.050,0 Bali KEMEN PU&PERA
Jalan Singaraja - Mengwitani Panjang jalan yang dibangun (km) - 3 2,25 5 222,2 Bali KEMEN PU&PERA
(shortcut)
Jembatan Shortcut Denpasar - Jembatan yang dibangun (lokasi) - 1 - - - 80,0 Bali KEMEN PU&PERA
Gilimanuk (Tk. Yeh Otan)
Jalan Pansela Jawa Tengah Panjang jalan yang dibangun (km) 3 8 10 15 12,9 496,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
Jalan Pansela Jawa Timur Panjang jalan yang dibangun (km) 38 53,6 59,9 59,9 35,5 2.496,6 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
Jalan Pansela Yogyakarta Panjang jalan yang dibangun (km) 5 17,6 6,0 6,0 495,1 Yogyakarta KEMEN PU&PERA
Jalan Selingkar Wilis Ring 1 Panjang jalan yang dibangun (km) 10 30 50 70 52 1.060,0 Jawa Timur DAK/PEMDA
(APBD/DAK)
Jalan Selingkar Wilis Ring 2 dan Panjang jalan yang dibangun (km) 19 48 75 75 45 786,0 Jawa Timur KemenPUPR/Pemd
Radial (APBN) a
Jalan Penanganan Jalan dampak Panjang jalan yang dibangun (km) 786 - - - - 1.218,7 Sulawesi Tengah KEMEN PU&PERA
bencana Palu
Rekonstruksi Jembatan Palu 4 Jembatan yang dibangun (lokasi) 1 - - - - 325,0 Sulawesi Tengah KEMEN PU&PERA
Rehabilitasi dan Penggantian Jembatan yang dibangun (lokasi) 1 - - - - 23,2 Sulawesi Tengah KEMEN PU&PERA
Jembatan dampak bencana Palu
Jalan Penghubung lintas timur Panjang jalan yang dibangun (km) - - 7,5 15 - 200,0 Bengkulu KEMEN PU&PERA
dan barat Sumatera
Jalan Lingkar Luar Gorontalo Panjang jalan yang dibangun (km) 15 20 25 15 5 856,0 Gorontalo KEMEN PU&PERA
(GORR)
Jalan Penghubung lintas utara - Panjang jalan yang dibangun (km) - 20 20 - - 960,0 Gorontalo KEMEN PU&PERA
selatan Gorontalo
Jalan Penghubung lintas utara - Panjang jalan yang dibangun (km) 3 - - - - 136,6 Jawa Barat KEMEN PU&PERA
selatan Jabar
Jalan Perbatasan Kaltim Panjang jalan yang dibangun (km) 62,6 54,7 32,3 5,9 5,9 1.580,3 Kalimantan Timur KEMEN PU&PERA
Jalan Trans Papua Panjang jalan yang dibangun (km) 59 59 39 39 39 3.155,0 Papua Jalan Trans Papua KEMEN PU&PERA
Merauke - Sorong
Jalan Trans Papua Barat Panjang jalan yang dibangun (km) 50,5 50,5 50,5 50,5 50,5 2.768,6 Papua Barat Jalan Trans Papua KEMEN PU&PERA
Merauke - Sorong
A.5.48
Jembatan di Jalan Trans Papua Panjang jembatan jalan yang dibangun 3140 3230 2680 2325 2389 7.245,6 Papua Jalan Trans Papua KEMEN PU&PERA
(m) Merauke - Sorong
Jembatan di Jalan Trans Papua Panjang jembatan jalan yang dibangun 887,4 967,4 967,4 887,4 887,4 2.206,5 Papua Barat Jalan Trans Papua KEMEN PU&PERA
Barat (m) Merauke - Sorong
Jalan Perbatasan Papua Panjang jalan yang dibangun (km) 6 6 6 6 6 200,0 Papua KEMEN PU&PERA
Jembatan Pulau Lembeh (Potensi) Jembatan yang dibangun (lokasi) - - - - 1 0,0 Sulawesi Utara KemenPUPR
(KPBU)
Jembatan Samota Jembatan yang dibangun (lokasi) 1 - - - - 150,0 Nusa Tenggara Barat KEMEN PU&PERA
Jembatan Batam-Bintan Jembatan yang dibangun (lokasi) - 1 - - - 10,0 Kepulauan Riau KemenPUPR
(Potensi/penyiapan) (KPBU)
Jembatan Sumsel - Bangka Jembatan yang dibangun (lokasi) - - - - 1 10,0 Sumatera Selatan KemenPUPR
(Potensi/penyiapan) (KPBU)
Jembatan Muna-Buton Jembatan yang dibangun (lokasi) - - - 1 - 10,0 Sulawesi Tenggara KEMEN PU&PERA
(Potensi/Penyiapan)
Jalan Akses dan Jembatan Pulau Jembatan yang dibangun (lokasi) - 1 - - - 549,3 Kalimantan Timur KEMEN PU&PERA
Balang
Jembatan Pulau Laut (potensi) Jembatan yang dibangun (lokasi) - - 1 - 0 0,0 Kalimantan Selatan KEMEN PU&PERA
Jembatan Lewamori Jembatan yang dibangun (lokasi) - - - - 1 500,0 Nusa Tenggara Barat KEMEN PU&PERA
Jalan Lintas Utara Papua Panjang jalan yang dibangun (km) - 15 15 15 15 750,0 Papua KEMEN PU&PERA
(Jayapura - Sarmi)
Jembatan Kapuas 3 Jembatan yang dibangun (lokasi) - - - - 1 300,0 Kalimantan Barat KEMEN PU&PERA
Jembatan Srandaan Jembatan yang dibangun (lokasi) - - - - 1 700,0 Yogyakarta KEMEN PU&PERA
Jembatan Kahayan 2 Jembatan yang dibangun (lokasi) - - - - 1 300,0 Kalimantan Tengah KEMEN PU&PERA
Jembatan Sambas Besar Jembatan yang dibangun (lokasi) - - - - 1 1.860,0 Kalimantan Barat KEMEN PU&PERA
Jalan penghubung lintas Panjang jalan yang dibangun (km) 2 2 2 - - 120,0 Sulawesi Barat KEMEN PU&PERA
(tapalang-mambi)
Konektivitas Fakfak (jalan SP. Panjang Jalan yang dibangun dan - - 5 5 - 120,0 Papua Barat KEMEN PU&PERA
Moyana - Windesi) ditingkatkan kapasitasnya (km)
Jalan SP.3 Moyana - Tiwara - Panjang Jalan yang dibangun dan - 4 5 5 - 135,0 Papua Barat KEMEN PU&PERA
Bofuer ditingkatkan kapasitasnya (km)
Jalan Trans Bangka Panjang jalan yang dibangun (km) - 10 12 16 12 350,0 Bangka Belitung KEMEN PU&PERA
Jalan Trans Belitung Panjang jalan yang dibangun (km) - 5 8 10 7 210,0 Bangka Belitung KEMEN PU&PERA
Jalan Lingkar Rembang - Lasem Panjang jalan yang dibangun (km) 5 5 5,5 5 5 249,9 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
Jalan Tambakreja - Bantarsari Panjang jalan yang dibangun (km) 2 - - - - 25,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
(Lingkar Sidareja)(Pansela)
Jembatan Inari Jembatan yang dibangun (lokasi) - - 1 - - 900,0 Papua Barat KEMEN PU&PERA
Jalan By Pass Balige Panjang jalan yang dibangun (km) 7 6,5 - - - 135,0 Sumatera Utara KEMEN PU&PERA
Jalan Lingkar Parakan, Kab. Panjang jalan yang dibangun (km) - 3,8 3,8 3,8 3,8 150,1 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
Temanggung dan Kab. Wonosobo
Jalan Lingkar Utara Kertek, Kab. Panjang jalan yang dibangun (km) - - 3,0 3,0 3,0 85,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
Wonosobo
A.5.49
Jalan Lintas Selatan Madura Panjang jalan yang dibangun (km) - - 2,9 2,9 - 50,0 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
(Ruas Sreseh Pangarengan)
Jalan Magelang -Kaliangkrik-Bts. Panjang jalan yang dibangun (km) - 3 3 - - 45,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
Kab. Wonosobo, Kab. Magelang
Jembatan Ploso Jembatan yang dibangun (lokasi) - 1 - - - 200,0 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
Jalan Ringroad Timur Purworejo, Panjang jalan yang dibangun (km) - 5,5 5,5 5,5 5,5 176,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
Kab. Purworejo
Jalan Siantar By Pass Panjang jalan yang dibangun (km) - 3,6 3,6 3,6 96,0 Sumatera Utara KEMEN PU&PERA
Koordinasi penerapan Rencana jumlah daerah yang menerapkan - 167 323 479 633 18,5 Pusat Kemendagri
Aksi dan pembinaan rencana aksi dan pembinaan
pelaksanaan pengembangan pelaksanaan di bidang transportasi
infrastruktur di bidang (daerah)
ProP : Pembangunan Jalan Tol
transportasi Panjang jalan yang dibangun (2.500 682.903,8
km)
Jalan Tol Non Trans Jawa Panjang jalan tol yang dibangun (km) 3,18 3,18 3,18 3,18 3,18 3.903,5 Tersebar (Jawa) KEMEN PU&PERA
(Dukungan APBN)
Jalan Tol Non Trans Jawa Panjang jalan tol yang dibangun (km) 102,5 102,5 102,5 102,5 102,5 125.858,0 Tersebar (Jawa) KPBU
(Dukungan KPBU)
Jalan Tol Jabodetabek Panjang jalan tol yang dibangun (km) 60 75 80 75,04 57,9 110.823,0 Jabodetabek KPBU
(Dukungan KPBU)
Jalan Tol Trans Jawa (Dukungan Panjang jalan tol yang dibangun (km) 30 50 60 50 57 43.309,0 Tersebar (Jawa) KPBU
KPBU)
Jalan Tol Trans Sumatera Panjang jalan tol yang dibangun (km) 472 590 495 325 149 105.524,0 Tersebar (Sumatera) Jalan Tol Trans Sumatera KEMEN PU&PERA
(Dukungan APBN) Aceh-Lampung
Jalan Tol Trans Sumatera Panjang jalan tol yang dibangun (km) 472 590 495 325 149 203.026,0 Tersebar (Sumatera) Jalan Tol Trans Sumatera KPBU
(Dukungan KPBU) Aceh-Lampung
Jalan Tol Kalimantan (Dukungan Panjang jalan tol yang dibangun (km) 2 2 2 2 2,13 2.661,8 Tersebar (Kalimantan) KEMEN PU&PERA
APBN)
Jalan Tol Kalimantan (Dukungan Panjang jalan tol yang dibangun (km) 15 20 25 25 12,1 25.514,1 Tersebar (Kalimantan) KPBU
KPBU)
Jalan Tol Sulawesi (Dukungan Panjang jalan tol yang dibangun (km) 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3.061,0 Tersebar (Sulawesi) KEMEN PU&PERA
APBN)
Jalan Tol Sulawesi (Dukungan Panjang jalan tol yang dibangun (km) 10 15 20 20 11,2 15.153,5 Tersebar (Sulawesi) KPBU
KPBU)
Jalan Tol Semarang - Demak Panjang jalan tol yang dibangun (km) - - - - 11,5 5.300,0 Jawa Tengah Pengamanan Pesisir 5 KPBU
(Dukungan KPBU) Perkotaan Pantura Jawa
Jalan Tol Semarang - Demak Panjang jalan tol yang dibangun (km) - - - - 15,5 7.100,0 Jawa Tengah Pengamanan Pesisir 5 KEMEN PU&PERA
(Dukungan APBN) Perkotaan Pantura Jawa
Jalan Tol Samarinda - Bontang Panjang jalan tol yang dibangun (km) - - - - 5 2.970,0 Kalimantan Timur KPBU
(Potensi)
A.5.50
Jalan Tol Ngawi - Bojonegoro - Panjang jalan tol yang dibangun (km) - - - - 10 1.700,0 Jawa Timur KPBU
Tuban - Lamongan - Manyar -
Bunder (Potensi)
Jalan Tol Bandara Juanda - Panjang jalan tol yang dibangun (km) - - - - 25 8.500,0 Jawa Timur KPBU
Tanjung Perak (SERR) (Potensi)
Jalan Tol Waru (Aloha) Panjang jalan tol yang dibangun (km) - - - - 8 3.500,0 Jawa Timur KPBU
Wonokromo - Tanjung Perak
Jalan Tol Perkotaan Medan Panjang jalan tol yang dibangun (km) - - - 10 20 15.000,0 Sumatera Utara KPBU
ProP : Pembangunan Jalan Panjang jalan yang dibangun (KM) 9.659,0
Mendukung Kawasan Prioritas
(KI, KEK, dan KSPN)
Jalan Akses KEK Galang Batang Panjang jalan yang dibangun (km) - 1,8 - - - 11,8 Kepulauan Riau KEMEN PU&PERA
I
Jalan Bypass BIL-Mandalika Panjang jalan yang dibangun (km) - 17,4 10,2 11,2 12,6 1.392,0 Nusa Tenggara Barat KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KI Seimangke Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 10 30,0 Sumatera Utara KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KEK Sorong Panjang jalan yang dibangun (km) - 6,8 6,8 6,8 6,8 444,1 Papua Barat KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KI Bintuni (Bintuni - Panjang jalan yang dibangun (km) 5 8 7 5,5 249,9 Papua Barat KEMEN PU&PERA
Susumuk)
Jalan Sp.3 Moyana - Wanoma Panjang Jalan yang dibangun dan 4,5 6 2,13 120,0 Papua Barat KEMEN PU&PERA
ditingkatkan kapasitasnya (km)
Jalan Akses KI Gresik Panjang jalan yang dibangun (km) 5 60,0 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KI Madura Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 5 50,0 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KI Brebes Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 3 30,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KI Jorong Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 6 60,0 Kalimantan Selatan KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KI Batu Licin Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 6 60,0 Kalimantan Selatan KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KI Surya Borneo Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 1 10,0 Kalimantan Tengah KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KI Ketapang Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 12 123,0 Kalimantan Barat KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KI Kemingking Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 5 50,0 Jambi KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KI Tanggamus Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 2 20,0 Lampung KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KI/KEK Palu Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 7 60,0 Sulawesi Tengah KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KIPI Tanah Kuning Panjang jalan yang dibangun (km) - - - 12,5 12,5 600,0 Kalimantan Utara KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KSPN Borobudur Panjang jalan yang dibangun (km) - 20 - - - 175,0 Yogyakarta KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KSPN Labuan Bajo Panjang jalan yang dibangun (km) 6,7 21,4 21,4 21,4 21,4 1.402,2 Nusa Tenggara Timur KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KSPN Wakatobi Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 30 225,0 Sulawesi Tenggara KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KSPN Bromo Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 20 223,0 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
Tengger Semeru
Jalan Akses Likupang (Dukungan Panjang jalan yang dibangun (km) 4 5 4,33 120,0 Sulawesi Utara Kemenhub (KPBU)
KPBU)
Jalan Akses KEK Mandalika Panjang jalan yang dibangun (km) 4,5 4 5 4,15 150,0 Nusa Tenggara Barat KemenPUPR
(dukungan untuk Key Tourism (KPBU)
Area Prioritas)
Jalan Akses wisata Samota Panjang jalan yang dibangun (km) - - - 150 - 300,0 Nusa Tenggara Barat Pemda/KemenPUP
(Dukungan DAK/APBN) R
A.5.51
Jalan akses KEK Arun Panjang jalan yang dibangun (km) - - 8 - - 48,0 Aceh KEMEN PU&PERA
Lhoksumawe
Jalan akses KEK Tanjung Lesung Panjang jalan yang dibangun (km) - - 10 10 - 165,0 Banten KEMEN PU&PERA
Jalan akses KI Sadai Panjang jalan yang dibangun (km) - 2 3,9 1 58,5 Bangka Belitung KEMEN PU&PERA
Jembatan Nibung 1-2 Jembatan yang dibangun (lokasi) - - 1 - - 40,0 Bangka Belitung KEMEN PU&PERA
Jalan akses KI Tanjung Enim Panjang jalan yang dibangun (km) 3 4 4,3 85,0 Sumatera Selatan KEMEN PU&PERA
Jalan Akses KEK Kendal-KPI Panjang jalan yang dibangun (km) 2 4 5,2 95,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
Patebon
Jalan Lingkar Industri Brebes - Panjang jalan yang dibangun (km) 3 5 3,0 95,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
Tegal (Kecipir-Blangko -
Kelampok), Kab. Brebes
Peningkatan jalan kabupaten Panjang Jalan yang dibangun dan 5 5 80,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
akses kawasan industri, Kab. ditingkatkan kapasitasnya (km)
Jalan Akses KSPN Danau Toba Panjang jalan yang dibangun (km) 5 16,5 12,5 12,5 12,5 1.333,0 Sumatera Utara KEMEN PU&PERA
Jalan akses KI Weda Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 25 275,0 Maluku Utara KEMEN PU&PERA
Jalan Trans Halmahera Panjang jalan yang dibangun (km) 5 6 8 12 745,8 Maluku Utara Pemda/KemenPUP
(Dukungan DAK/APBN) R
Jalan Lingkar Pulau Morotai Panjang jalan yang dibangun (km) 14 9,7 9,7 9,7 - 422,8 Maluku Utara Jalan Trans pada 18 KEMEN PU&PERA
Pulau Tertinggal, Terluar,
dan Terdepan
Jembatan Kapota (Wakatobi) Jembatan yang dibangun (km) - - - - 1 250,0 Sulawesi Tenggara KEMEN PU&PERA
ProP : Pembangunan Jalan Akses Panjang jalan yang dibangun 3.700,8
Simpul Transportasi (Pelabuhan,
Bandara, Terminal)
Jalan Akses Pelabuhan Seruyan Panjang jalan yang dibangun (km) 4 5 90,0 Kalimantan Tengah KEMEN PU&PERA
(Teluk Sigintung)
Jalan Akses Bandara Bima Panjang jalan yang dibangun (km) - - 4 - - 45,0 Nusa Tenggara Barat KEMEN PU&PERA
Jalan Akses Bandara Samsoedin Panjang jalan yang dibangun (km) - - - 2 - 20,0 Kalimantan Selatan KEMEN PU&PERA
Noer
Jalan Akses Bandara Tambelan Panjang jalan yang dibangun (km) - - 5 - - 42,0 Kepulauan Riau Pemda/KemenPUP
(DAK/APBN) R
Jalan Akses Bandara Waingapu Panjang jalan yang dibangun (km) - 2 3 - - 120,0 Nusa Tenggara Timur KEMEN PU&PERA
Jalan Akses Pelabuhan Penajam Panjang jalan yang dibangun (km) - 1 1 1 1 67,2 Kalimantan Timur KEMEN PU&PERA
Paser
Jalan Akses Pelabuhan Depapre Panjang jalan yang dibangun (km) - 2 3 - - 72,0 Papua KEMEN PU&PERA
Jalan Akses Pelabuhan Gresik Panjang jalan yang dibangun (km) - - - 5 - 60,0 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
Jalan Akses Pelabuhan Kuala Panjang jalan yang dibangun (km) - - - 4 - 40,0 Riau KEMEN PU&PERA
Enok
Jembatan Akses Pelabuhan Panjang jembatan yang dibangun (lokasi) 1 1 1 400,0 Jambi KEMEN PU&PERA
Ujung Jabung (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Jalan Akses pelabuhan Kuala Panjang jalan yang dibangun (km) - 2,5 2,5 2,5 2,5 240,0 Jambi KEMEN PU&PERA
Tungkal
Jalan Akses Pelabuhan Pancur Panjang jalan yang dibangun (km) - 3,5 - - 30,0 Kepulauan Riau KEMEN PU&PERA
A.5.52
Jalan Akses Pelabuhan Panjang jalan yang dibangun (km) 4 5,625 5,625 5,625 5,625 636,0 Sumatera Utara KEMEN PU&PERA
Parlimbungan Ketek
Jalan Akses Pelabuhan Patimban Panjang jalan yang dibangun (km) 8 130,0 Jawa Barat KEMEN PU&PERA
Jalan Akses Pelabuhan Pelaihari Panjang jalan yang dibangun (km) - - - 5 - 50,0 Kalimantan Selatan Pemda/KemenPUP
(DAK/APBN) R
Jalan Akses Pelabuhan Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 20 193,0 Riau KEMEN PU&PERA
Penyeberangan (dari PKN)
Jalan Akses Pelabuhan Sangata Panjang jalan yang dibangun (km) 2 2 - - - 48,0 Kalimantan Timur KEMEN PU&PERA
Jalan Akses Pelabuhan Sintete Panjang jalan yang dibangun (km) - 1,3 1,3 1,3 1,3 120,0 Kalimantan Barat KEMEN PU&PERA
Jalan Akses Pelabuhan Tanjung Panjang jalan yang dibangun (km) - - - - 8 80,0 Sumatera Selatan KEMEN PU&PERA
Api- Api
Jalan Akses Pelabuhan Teluk Panjang jalan yang dibangun (km) 2 8 8 8 8 816,0 Sumatera Barat KEMEN PU&PERA
Tapang
Jalan Akses Stasiun Gede Bage Panjang jalan yang dibangun (km) - 6,1 2,02 - - 193,6 Jawa Barat KEMEN PU&PERA
Jalan Akses Terminal Tipe A Panjang jalan yang dibangun (km) - - - 3 - 72,0 Sulawesi Utara KEMEN PU&PERA
Liwas Akses Terminal Tipe A
Jalan Panjang jalan yang dibangun (km) - - - 1,5 - 36,0 Sumatera Barat KEMEN PU&PERA
Padang
Jalan Akses Pelabuhan Panjang jalan yang dibangun (km) - 2 - - - 10,0 Kalimantan Barat KEMEN PU&PERA
Kendawangan
Jalan Akses dari JLS menuju Panjang jalan yang dibangun (km) - - 3,8 - - 30,0 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
Pelabuhan Gelon
Jalan akses pelabuhan Belang Panjang jalan dibangun/dipelihara (km) - 3 3 - - 60,0 Sulawesi Barat KEMEN PU&PERA
Belang
ProP : Preservasi jalan nasional Persentase mantap jalan nasional 423,0
(termasuk (97%)(persen)
peningkatan/pelebaran)
Peningkatan dan Pelebaran Jalan Panjang jalan dibangun/dipelihara (km) - 3,8 - - - 30,0 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
Raya Sumenep - Pamekasan
Peningkatan Jalan Kab. Rembang Panjang jalan dibangun/dipelihara (km) - 4 4 4,71 - 89,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
- Bts. Kota Blora - Cepu Kab.
Rembang - Kab. Blora
Peningkatan Jalan Nasional Panjang jalan dibangun/dipelihara (km) - 6 - - - 30,0 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
Kolektor Primer/Daendels
(Lohgung (KM 93,175) - BTS. Kota
Peningkatan Jalan Akses Kaligua Panjang jalan dibangun/dipelihara (km) - 3 4,1 - - 50,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
Guci, Kab. Brebes dan Kab. Tegal
Peningkatan Jalan Banyumas - Panjang jalan dibangun/dipelihara (km) - 3 5 5,1 85,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
Klampok, Kab. Purbalingga
Peningkatan Jalan Surakarta- Panjang jalan dibangun/dipelihara (km) - - 3,8 - - 19,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
Gemolong-Geyer/batas Kab.
Grobogan, Kab. Sragen
Peningkatan Jalan Penghubung Panjang jalan dibangun/dipelihara (km) - 3 5 5,3 - 120,0 Sulawesi Barat KEMEN PU&PERA
Lintas (Mamasa - Bts Sulsel)
A.5.53
Jalan Trans Pulau Selaru Panjang jalan yang dibangun (km) 6,6 9,7 9,3 9,0 8,5 541,4 Maluku Jalan Trans pada 18 Pemda/KemenPUP
(DAK/APBN) Pulau Tertinggal, Terluar, R
dan Terdepan
Jalan Trans Pulau Aru Panjang jalan yang dibangun (km) 6,1 9,0 8,6 8,4 7,9 502,2 Maluku Jalan Trans pada 18 Pemda/KemenPUP
(DAK/APBN) Pulau Tertinggal, Terluar, R
dan Terdepan
Jalan Trans Pulau Babar Panjang jalan yang dibangun (km) 6,9 10,2 9,8 9,5 8,9 567,6 Maluku Jalan Trans pada 18 Pemda/KemenPUP
(DAK/APBN) Pulau Tertinggal, Terluar, R
dan Terdepan
Jalan Trans Pulau Buru Panjang jalan yang dibangun (km) 6,1 9,0 8,6 8,4 7,9 502,2 Maluku Jalan Trans pada 18 KEMEN PU&PERA
Pulau Tertinggal, Terluar,
dan Terdepan
Jalan Trans Pulau Sumba Panjang jalan yang dibangun (km) 18,1 26,6 25,5 24,8 23,4 1.483,5 Nusa Tenggara Timur Jalan Trans pada 18 Pemda/KemenPUP
(DAK/APBN) Pulau Tertinggal, Terluar, R
dan Terdepan
Jalan Trans Pulau Biak Panjang jalan yang dibangun (km) 12,9 18,9 18,2 17,6 16,6 1.054,4 Papua Jalan Trans pada 18 Pemda/KemenPUP
(DAK/APBN) Pulau Tertinggal, Terluar, R
dan Terdepan
Jalan Penghubung Lintas Panjang jalan dibangun/dipelihara (km) 6 7 7,6 5,8 250,8 Sulawesi Barat KEMEN PU&PERA
(Salubatu - Bonehau - Batuisi -
Jalan Trans Yapen Panjang Jalan yang dibangun dan 3 3,8 74,8 Papua KEMEN PU&PERA
ditingkatkan kapasitasnya (km)
Jalan Lingkar Pulau Weh Panjang jalan yang dibangun (km) - - 4 - - 40,0 Aceh KEMEN PU&PERA
Jalan akses wisata religi Cut Panjang jalan yang dibangun (km) - - 21 - - 148,0 Aceh Pemda/KemenPUP
Mutiah (DAK/APBN) R
Jalan Pulau Terluar Maluku Panjang jalan yang dibangun (km) 25 25 25 25 1.680,0 Maluku Jalan Trans pada 18 KEMEN PU&PERA
Pulau Tertinggal, Terluar,
dan Terdepan
Jembatan Bian Jembatan yang dibangun (lokasi) - - - 1 - 180,0 Papua KEMEN PU&PERA
ProP : Pengembangan Wilayah 2.719,4
Suramadu
Penyiapan kawasan siap bangun Luas lahan kawasan (ha) 50 50 25 25 25 384,8 Jawa Timur BPWS
(Mendukung KI Madura)
Stimulasi infrastruktur Panjang jalan dibangun/dipelihara (km) 22,8 26,3 24,8 31,1 29,4 308,6 Jawa Timur BPWS
Mendukung KI Madura
Jalan akses menuju KKJSM yang Panjang jalan yang dibangun (km) - - 20 20 20 180,0 Jawa Timur BPWS
terintegrasi dari Pelabuhan
Tanjung Bulu Pandan
KP : Konektivitas Kereta Api Panjang jalur KA yang dibangun 120.266,5
(termasuk reaktivasi dan jalur ganda)
(km)
A.5.55
Reaktivasi Jalur KA Jawa Barat Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) 15 15 15 24 24 1.010,0 Jawa Barat Kemenhub (KPBU)
(Cianjur-Padalarang; Rancaekek- (berlanjut) (berlanjut) (selesai) (berlanjut) (berlanjut)
Jatinangor-Tanjungsari; Cibatu-
Garut-Cikajang; Banjar-Cijulang;
Cikudapateh-Ciwidey) (Dukungan
APBN)
Reaktivasi Jalur KA Jawa Barat Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) 15 15 15 24 24 1.010,0 Jawa Barat Kemenhub (KPBU)
(Rancaekek-Jatinangor- (berlanjut) (berlanjut) (selesai) (berlanjut) (berlanjut)
Tanjungsari; Cibatu-Garut-
Cikajang; Banjar-Cijulang;
Cikudapateh-Ciwidey) (Dukungan
KPBU)
Pembangunan Jalur KA Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) 6 6 12 12 12 2.638,7 Sulawesi Selatan Kereta Api Makassar-Pare Kemenhub (KPBU)
Makassar - Pare Pare (Dukungan (berlanjut) (selesai) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Pare
Pembangunan Jalur KA Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) 43 (selesai) 64 12 12 12 3.790,4 Sulawesi Selatan Kereta Api Makassar-Pare Kemenhub (KPBU)
Makassar - Pare Pare (Dukungan 64 (berlanjut) (selesai) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Pare
Pembangunan Jalur Ganda KA Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) 23 20 20 25 25 1.210,0 Jawa Timur Kemenhub
Lintas Selatan Jawa (Wonokromo- (selesai) (berlanjut) (selesai) (berlanjut) (selesai)
Mojokerto-Jombang)
Pembangunan Jalur KA Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) - - 14 14 14 325,0 Bali Kemenhub (KPBU)
Mengwitani - Singaraja (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut)
Pembangunan jalur KA Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) - - 14 14 14 2.770,0 Bali Kemenhub (KPBU)
Mengwitani - Singaraja (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut)
Pembangunan KA Trans Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) - - 20 20 20 450,0 Kalimantan Timur Kemenhub (KPBU)
Kalimantan (Balik papan - (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Jalur KA Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) - - 15 15 15 305,0 Sumatera Utara Kemenhub (KPBU)
Pemantang Siantar - Danau Toba (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
(Dukungan APBN)
Pembangunan Jalur KA Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) - - 15 15 15 1.105,0 Sumatera Utara Kemenhub (KPBU)
Pemantang Siantar - Danau Toba (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
(Dukungan KPBU)
Pembangunan KA Barang Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) 96 96 96 96 96 3.001,4 Kalimantan Timur, Kemenhub, Pemda,
Kalimantan (Puruk Cahu - (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Kalimantan Tengah KPBU
Bangkuang; - Batanjung; Gunung
mas -Katingan) (KPBU)
Pembangunan Jalur Ganda KA Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) 20 20 20 500,0 Jawa Tengah, Jawa Barat Kemenhub
Banjar - Kroya (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Jalur Ganda KA Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) - 20 20 20 (selesai); 15 800,0 Banten Kemenhub
Rangkasbitung-Merak (berlanjut) (berlanjut) 15 (berlanjut) (berlanjut)
Pembangunan KA Tanjung Enim - Panjang Jalur Kereta Api dibangun (km) - - 8 8 8 700,0 Sumatera Selatan Kemenhub (KPBU)
Tanjung Api Api (KPBU) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
A.5.57
Peningkatan Jalur KA di Banten Panjang Jalur Kereta Api yang 15 15 15 15 9 676,4 Banten Kemenhub
(Rangkasbitung-Merak) Ditingkatkan
Peningkatan Jalur KA di Panjang Jalur Kereta Api yang 128 40 40 20 4 1.456,2 Sumatera Utara Kemenhub
Sumatera Utara (Araskabu - Ditingkatkan
Tebing Tinggi - Rantau Prapat
dan Tebing Tinggi - Siantar)
Peningkatan Jalur KA di Panjang Jalur Kereta Api yang 14 5 20 20 10 1.017,1 Sumatera Barat Kemenhub
Sumatera Barat (Padang - Ditingkatkan
Pariaman; Padang- Bukit Putus;
Kayu Tanam - Batu Tabal)
Peningkatan Jalur KA di Panjang Jalur Kereta Api yang 8 20 20 20 6 438,8 Sumatera Selatan Kemenhub
Sumatera Selatan (Lahat - Lubuk Ditingkatkan (km)
Peningkatan Jalur KA di Jawa Panjang Jalur Kereta Api yang 100 56 - - - 209,6 Jawa Barat Kemenhub
Barat (Bandung - Banjar) Ditingkatkan (km)
Peningkatan Jalur KA di Jawa Panjang Jalur Kereta Api yang 91 20 20 30 53 699,0 Jawa Tengah Kemenhub
Tengah (Semarang-Solo; Banjar- Ditingkatkan (km)
Kroya)
Peningkatan Jalur KA di Jawa Panjang Jalur Kereta Api yang 65 60 70 70 60 908,2 Jawa Timur Kemenhub
Timur (Surabaya - Banyuwangi; Ditingkatkan (km)
Surabaya-Malang; Bangil-
Pemeliharaan, Perawatan dan Terselenggaranya pemeliharaan, 1 1 1 1 1 7.500,0 Pusat Kemenhub
Pengoperasian Jaringan perawatan, dan pengoperasian jaringan
Prasarana Kereta Api prasarana kereta api (paket)
ProP : Pembangunan KA Akses Terbangunnya KA akses Pelabuhan 2.622,2
Pelabuhan dan Bandara: dan Bandara (km)
Pembangunan KA akses KA akses Pelabuhan yang dibangun (km) 2 - - - - 7,5 Jawa Tengah Kemenhub
Pelabuhan Tanjung Emas
Pembangunan KA akses KA akses Pelabuhan yang dibangun (km) 4 4 4 4 200,0 Jawa Timur Kemenhub
Pelabuhan Teluk Lamong (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan KA akses KA akses Pelabuhan yang dibangun (km) - - - 5 5 500,0 Lampung Kemenhub (KPBU)
Pelabuhan Tarahan (KPBU) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan KA akses KA akses Pelabuhan yang dibangun (km) - - 5 5 - 500,0 Sulawesi Selatan Kemenhub
Pelabuhan Garongkong (berlanjut) (selesai)
A.5.58
Pembangunan KA akses Bandara KA akses Bandara yang dibangun (km) 13 13 13 - - 240,0 Jawa Tengah Kemenhub
Adi Sumarmo (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan KA akses Bandara KA akses Bandara yang dibangun (km) 1,3 - - - - 74,7 Lampung Kemenhub
Raden Intan
Pembangunan KA akses Bandara KA akses Bandara yang dibangun (km) 6 6 - - - 800,0 yogyakarta Kemenhub
Internasional Yogyakarta (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Akses Kereta Api KA akses Bandara yang dibangun (km) - - - 10 10 300,0 Jawa Timur Kemenhub
Menuju Bandara Juanda (berlanjut) (selesai)
ProP : Penyediaan PSO dan 18.904,9
Subsidi
Penyediaan Kewajiban Pelayanan Tersedianya Dana PSO Perkeretaapian 1 1 1 1 1 17.000,0 Pusat Kemenhub,
Publik Perkeretaapian (APBN Non (paket) Kemenkeu
Kemenhub)
Penyediaan Subsidi Perintis KA Tersedianya Layanan Subsidi 7 9 9 10 10 1.904,9 Pusat Kemenhub
Perkeretaapian (lintas)
KP : Konektivitas Laut Jumlah pelabuhan pelabuhan utama 14 18 22 26 28 150.364,5
yang mencapai standar pelayanan (28
pelabuhan) (lokasi)
Jumlah trayek subsidi tol laut (25 21 22 23 24 25
trayek) (trayek)
ProP : Pengembangan pelabuhan Terselenggaranya standardisasi 113.000,0
utama (hub) infrastruktur dan pengelolaan
pelabuhan utama (hub)
Pengembangan Pelabuhan Terselenggaranya standardisasi dan 1 1 1 1 1 25.000,0 Sumatera Utara Jaringan Pelabuhan Kemenhub, BUMN
Belawan/Kuala Tanjung pengelolaan Pelabuhan Belawan/Kuala (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Utama Terpadu (Pelindo I), Swasta
Tanjung (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Kijing Terselenggaranya standardisasi dan 1 1 1 1 1 12.500,0 Kalimantan Barat Jaringan Pelabuhan Kemenhub, BUMN
pengelolaan Pelabuhan Kijing (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Utama Terpadu (Pelindo II), Swasta
Pengembangan Pelabuhan Terselenggaranya standardisasi dan 1 1 1 1 1 5.000,0 DKI Jakarta Jaringan Pelabuhan Kemenhub, BUMN
Tanjung Priok pengelolaan Pelabuhan Tanjung Priok (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Utama Terpadu (Pelindo II), Swasta
(lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Terselenggaranya standardisasi dan 1 1 1 1 1 5.500,0 Jawa Timur Jaringan Pelabuhan Kemenhub, BUMN
Tanjung Perak pengelolaan Pelabuhan Tanjung Perak (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Utama Terpadu (Pelindo III), Swasta
(lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Terselenggaranya standardisasi dan 1 1 1 1 1 10.000,0 Sulawesi Selatan Jaringan Pelabuhan Kemenhub, BUMN
Makassar pengelolaan Pelabuhan Makassar (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Utama Terpadu (Pelindo IV),
Swasta
Pengembangan Pelabuhan Bitung Terselenggaranya standardisasi dan 1 1 1 1 1 25.000,0 Sulawesi Utara Jaringan Pelabuhan Kemenhub, BUMN
pengelolaan Pelabuhan Bitung (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Utama Terpadu (Pelindo IV),
Swasta
A.5.59
Pengembangan Pelabuhan Sorong Terselenggaranya standardisasi dan 1 1 1 1 1 30.000,0 Papua Barat Jaringan Pelabuhan Kemenhub, BUMN
pengelolaan Pelabuhan Sorong (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Utama Terpadu (Pelindo IV),
Swasta
ProP : Pembangunan dan Terselenggaranya pengembangan 21.833,1
Pengembangan Pelabuhan laut pelabuhan laut
Pengembangan Pelabuhan Terlaksananya pengembangan/ 1 1 1 1 1 10.000,0 Jawa Tengah Kemenhub, BUMN
Tanjung Emas pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) (Pelindo III), Swasta
Pengembangan Pelabuhan Ba'a Terlaksananya pengembangan/ - - 1 1 - 33,8 Nusa Tenggara Timur Kemenhub
pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Soasio Terlaksananya pengembangan/ - - 1 1 - 37,5 Maluku Utara Kemenhub
pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Terlaksananya pengembangan/ - - 1 1 1 67,5 Maluku Kemenhub
Saumlaki pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Terlaksananya pengembangan/ 1 1 1 - - 50,0 Kalimantan Selatan Kemenhub
Sebuku pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Tual Terlaksananya pengembangan/ - - 1 1 1 45,0 Maluku Kemenhub
pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Terlaksananya pengembangan/ - - - 1 1 25,0 Maluku Kemenhub
Namlea pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Terlaksananya pengembangan/ - - - 1 1 25,0 Kepulauan Riau Kemenhub
Tanjung Batu Kundur pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Terlaksananya pengembangan/ - - 1 1 1 45,0 Nusa Tenggara Timur Kemenhub
Larantuka pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Moor Terlaksananya pengembangan/ 1 1 - - - 22,5 Papua Kemenhub
pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Terlaksananya pengembangan/ 1 1 - - - 25,0 Sulawesi Selatan Kemenhub
Jampea pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Geser Terlaksananya pengembangan/ - - - 1 1 25,0 Maluku Kemenhub
pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Gorom Terlaksananya pengembangan/ - - - 1 1 22,5 Maluku Kemenhub
pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Raijua Terlaksananya pengembangan/ - - - 1 1 22,5 Nusa Tenggara Timur Kemenhub
pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Wini Terlaksananya pengembangan/ - - - 1 1 45,0 Nusa Tenggara Timur Kemenhub
pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Moa Terlaksananya pengembangan/ 1 1 - - - 25,0 Maluku Kemenhub
pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan Ujung Terlaksananya pengembangan/ 1 1 1 1 1 80,0 Jambi Kemenhub
Jabung pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Terlaksananya pengembangan/ - - - 1 - 11,3 Kalimantan Selatan Kemenhub
Pelaihari pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Maloy Terlaksananya pengembangan/ - - 1 1 - 40,5 Kalimantan Timur Kemenhub
pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Terlaksananya pengembangan/ 1 1 50,0 Papua Kemenhub
Depapre pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut)
Pengembangan Pelabuhan Terlaksananya pengembangan/ - - - 1 1 90,0 Kepulauan Riau Kemenhub
Malarko pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Pelabuhan Batu Terlaksananya pengembangan/ - - 1 1 - 90,0 Kepulauan Riau Kemenhub
Ampar pembangunan pelabuhan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
A.5.61
Pengembangan Bandara Ilaga Jumlah bandara pendukung jembatan 1 1 1 1 1 470,5 Papua Jembatan udara 37 rute di Kemenhub
udara yang dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Papua
Pengembangan Bandara Mulia Jumlah bandara pendukung jembatan 1 1 1 1 1 120,5 Papua Jembatan udara 37 rute di Kemenhub
udara yang dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Papua
Penyediaan Subsidi perintis Jumlah subsidi perintis penumpang, 35 35 35 35 35 1.940,1 Papua Jembatan udara 37 rute di Kemenhub
penumpang, Kargo dan BBM kargo dan BBM (rute) Papua
ProP : Pembangunan bandara Jumlah bandara baru yang dibangun 11.798,9
baru
Pembangunan Bandara Buntu Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1 0 0 0 0 131,1 Sulawesi Selatan Kemenhub
Kunik
Pembangunan Bandara Nabire Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1 1 1 0 0 941,2 Papua Kemenhub
Baru (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Siboru Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1 1 1 1 0 1.138,5 Papua Barat Kemenhub
(berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Bukit Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1 1 1 1 250,0 Sumatera Utara Kemenhub
Malintang (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Bolaang Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1 1 1 1 463,1 Sulawesi Utara Kemenhub
Mongondow (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Banggai Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1 1 1 1 (lanjutan) 1 (lanjutan) 510,0 Sulawesi Tengah Kemenhub
Laut (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut)
Pembangunan Bandara Sobaham Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1 1 1 1 380,0 Papua Kemenhub
(berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1 1 1 1 1.000,0 Kalimantan Barat Kemenhub (KPBU)
Singkawang-Kalbar (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Ngloram- Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1 1 1 1 1 352,6 Jawa Tengah Kemenhub
Cepu (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Pahuwato Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1 1 1 1 1 265,0 Gorontalo Kemenhub
(berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Weda Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1 1 1 1 1 220,0 Maluku Utara Kemenhub
(berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Kediri- Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1 1 1 0 600,0 Jawa Timur Kemenhub, Swasta
Jatim (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Bali Baru Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1 1 (lanjutan) 1 1 1.500,0 Bali Kemenhub
(berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Ketapang Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1 1 (lanjutan) 1 1 250,0 Kalimantan Barat Kemenhub
Baru/Kayong Utara (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Murung Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1 1 (lanjutan) 1 1 297,4 Kalimantan Tengah Kemenhub
Raya-Kalteng (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Wasior Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1 1 (lanjutan) 1 1 600,0 Papua Barat Kemenhub
Baru (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Bandara baru yang dibangun (lokasi)) 0 1 1 0 0 600,0 Papua Kemenhub
Manokwari Selatan (berlanjut) (selesai)
A.5.65
Pembangunan Bandara Gorom Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 0 1 1 1 550,0 Maluku Kemenhub
(berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Labuan Bandara baru yang dibangun (lokasi)) 0 1 1 1 1 700,0 Sumatera Utara Kemenhub
Batu (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 0 1 1 1 400,0 Jawa Barat Kemenhub
Sukabumi (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Kolaka Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 0 0 1 1 650,0 Sulawesi Tenggara Kemenhub
Utara (berlanjut) (selesai)
ProP : Pengembangan Bandara 16.950,7
Hub Primer
Pengembangan Bandara Jumlah bandara hub primer yang - 1 1 1 1 6.500,0 Banten Kemenhub, BUMN
Soekarno-Hatta dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Kulon Jumlah bandara hub primer yang - 1 1 - - 200,0 Yogyakarta Kemenhub, BUMN
Progo dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Sultan Jumlah bandara hub primer yang 1 0 0 0 0 200,0 Kalimantan Timur Kemenhub, BUMN
Aji Muhammad Sulaiman dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Ngurah Jumlah bandara hub primer yang 1 1 1 1 0 900,0 Bali Kemenhub, BUMN
Rai dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Jumlah bandara hub primer yang 1 1 0 0 0 250,0 Kota Makassar-Sulawesi Kemenhub, BUMN
Hasanuddin dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai) Selatan
Pengembangan Bandara Sentani Jumlah bandara hub primer yang 0 1 1 1 0 400,0 Papua Kemenhub, BUMN
dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Juanda Jumlah bandara hub primer yang 1 1 0 0 0 250,0 Jawa Timur Kemenhub, BUMN
dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Jumlah bandara hub primer yang 1 1 0 0 0 200,0 Sumatera Utara Kemenhub, BUMN
Kualanamu dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Jumlah bandara hub primer yang 1 1 - - - 200,0 Maluku Kemenhub, BUMN
Patimura dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandar Udara Jumlah bandara hub primer yang - 1 1 - - 180,0 Papua Barat Kemenhub
Domine Eduard Osok dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan bandara yang
mendukung kawasan prioitas
(KSPN, KEK, dan KI)
Pengembangan Bandara Lombok Bandara mendukung Prioritas yang 1 1 0 0 0 350,0 Nusa Tenggara Barat Kemenhub, BUMN
dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Bandara mendukung Prioritas yang 1 0 0 0 0 28,4 Kalimantan Timur Kemenhub
Kalimarau dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Pitu- Bandara mendukung Prioritas yang 1 1 0 0 0 47,0 Maluku Utara Kemenhub
Morotai dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Bandara mendukung Prioritas yang 1 1 1 1 0 288,2 Sulawesi Tenggara Kemenhub
Matahora (Wakatobi) dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Labuhan Bandara mendukung Prioritas yang 1 1 1 1 1 1.200,0 Nusa Tenggara Timur Kemenhub (KPBU)
Bajo dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
A.5.66
Pengembangan Bandara Silangit Bandara mendukung Prioritas yang 0 1 0 0 0 100,0 Sumatera Utara Kemenhub (KPBU)
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Sibisa Bandara mendukung Prioritas yang 1 1 0 0 0 124,2 Sumatera Utara Kemenhub
dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Tanjung Bandara mendukung Prioritas yang 0 1 1 0 0 115,0 Kalimantan Utara Kemenhub
Harapan dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Bandara mendukung Prioritas yang 0 0 1 0 0 45,0 Kalimantan Selatan Kemenhub
Bersujud (Batulicin) dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Mutiara Bandara mendukung Prioritas yang 1 1 1 1 0 245,0 Sulawesi Tengah Kemenhub
dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Babo Bandara mendukung Prioritas yang 1 1 0 0 0 38,1 Papua Barat Kemenhub
dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Bintuni Bandara mendukung Prioritas yang 0 1 0 0 0 45,0 Papua Barat Kemenhub
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Marinda Bandara mendukung Prioritas yang 1 0 0 0 0 0,8 Papua Barat Kemenhub
(Waisai) dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Adi Bandara mendukung Prioritas yang 0 1 1 0 0 300,0 Jawa Tengah Kemenhub, BUMN
Sumarmo Solo dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara HAS Bandara mendukung Prioritas yang 0 1 1 1 1 120,0 Bangka Belitung Kemenhub, BUMN
Hanandjoedin dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan bandara di daerah Jumlah bandara di daerah terisolir,
terisolir, perbatasan dan rawan perbatasan dan rawan bencana yang
bencana direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Maimun Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 1 0 0 0 60,0 Aceh Kemenhub
Saleh dan rawan bencana yang direhabilitasi/
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Lasikin Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 0 1 0 0 85,0 Aceh Kemenhub
dan rawan bencana yang direhabilitasi/
dikembangkan (lokasi)
Rehabilitasi/Pengembangan Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 1 1 0 0 90,0 Sumatera Utara Kemenhub
Bandara Binaka dan rawan bencana yang direhabilitasi/ (berlanjut) (selesai)
dikembangkan (lokasi)
Rehabilitasi/Pengembangan Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 1 0 0 0 55,0 Sumatera Utara Kemenhub
Bandara Lasondre dan rawan bencana yang direhabilitasi/
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Rokot Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 1 1 1 0 465,0 Sumatera Barat Kemenhub
dan rawan bencana yang direhabilitasi/ (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Enggano Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 0 1 1 0 75,0 Bengkulu Kemenhub
dan rawan bencana yang direhabilitasi/ (berlanjut) (selesai)
dikembangkan (lokasi)
A.5.67
Pengembangan Bandara Bandara di daerah terisolir, perbatasan 1 1 1 0 0 62,0 Kepulauan Riau Kemenhub
Tambelan dan rawan bencana yang direhabilitasi/ (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Raja Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 1 1 0 0 85,0 Kepulauan Riau Kemenhub
Haji Abdullah dan rawan bencana yang direhabilitasi/ (berlanjut) (selesai)
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Letung Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 1 1 0 0 50,0 Kepulauan Riau Kemenhub
dan rawan bencana yang direhabilitasi/ (berlanjut) (selesai)
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Natuna Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 1 1 0 0 49,0 Kepulauan Riau Kemenhub
dan rawan bencana yang direhabilitasi/ (berlanjut) (selesai)
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Bandara di daerah terisolir, perbatasan 1 1 0 0 0 61,5 Kalimantan Barat Kemenhub
Pangsuma dan rawan bencana yang direhabilitasi/ (berlanjut) (selesai)
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Data Bandara di daerah terisolir, perbatasan 1 1 0 0 0 54,1 Kalimantan Timur Kemenhub
Dawai dan rawan bencana yang direhabilitasi/ (berlanjut) (selesai)
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Long Bandara di daerah terisolir, perbatasan 1 1 0 0 0 48,4 Kalimantan Utara Kemenhub
Apung dan rawan bencana yang direhabilitasi/ (berlanjut) (selesai)
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Yuwai Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 1 0 0 0 45,0 Kalimantan Utara Kemenhub
Semaring dan rawan bencana yang direhabilitasi/
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Maratua Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 1 1 0 0 75,0 Kalimantan Timur Kemenhub
dan rawan bencana yang direhabilitasi/ (berlanjut) (selesai)
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Harun Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 0 1 0 0 65,0 Jawa Timur Kemenhub
Thohir dan rawan bencana yang direhabilitasi/
dikembangkan (lokasi)
Rehabilitasi/Pengembangan Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 0 0 1 0 60,0 Sulawesi Utara Kemenhub
Bandara Naha dan rawan bencana yang direhabilitasi/
dikembangkan (lokasi)
Rehabilitasi/Pengembangan Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 1 0 0 0 40,0 Sulawesi Utara Kemenhub
Bandara Melongguane dan rawan bencana yang direhabilitasi/
dikembangkan (lokasi)
Rehabilitasi/Pengembangan Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 1 1 0 0 45,0 Sulawesi Utara Kemenhub
Bandara Miangas dan rawan bencana yang direhabilitasi/ (berlanjut) (selesai)
dikembangkan (lokasi)
Rehabilitasi/Pengembangan Bandara di daerah terisolir, perbatasan 0 1 0 0 0 35,0 Maluku Utara Kemenhub
Bandara Gebe dan rawan bencana yang direhabilitasi/
dikembangkan (lokasi)
A.5.68
Pengembangan Bandara M. Jumlah bandara yang 1 0 0 0 0 124,6 Nusa Tenggara Barat Kemenhub
Salahuddin-Bima direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Mau- Jumlah bandara yang 1 0 0 0 0 41,2 Nusa Tenggara Timur Kemenhub
Alor direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Soa- Jumlah bandara yang 0 1 1 1 1 43,5 Nusa Tenggara Timur Kemenhub
Bajawa direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Haliwen- Jumlah bandara yang 1 0 0 0 0 6,4 Nusa Tenggara Timur Kemenhub
Atambua direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Jumlah bandara yang 0 1 1 1 1 99,0 Maluku Kemenhub
Bandanaira direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Oesman Jumlah bandara yang 0 1 1 1 1 27,0 Maluku Utara Kemenhub
Sadik-Labuha direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Buli- Jumlah bandara yang 0 1 1 1 1 90,0 Maluku Utara Kemenhub
Maba direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Sanana Jumlah bandara yang 0 1 1 1 1 80,0 Maluku Utara Kemenhub
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Rendani Jumlah bandara yang 0 1 1 1 1 250,0 Papua Barat Kemenhub
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Kuffar Jumlah bandara yang 0 1 1 1 1 80,0 Maluku Kemenhub
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Kepi Jumlah bandara yang 0 0 0 0 0 20,0 Papua Kemenhub
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Mopah Jumlah bandara yang 1 1 0 0 0 48,1 Papua Kemenhub
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Moa Jumlah bandara yang 1 1 1 0 0 64,9 Maluku Kemenhub
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandar Udara Jumlah bandara yang 0 1 1 1 1 80,0 Papua Kemenhub
Tiom direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Bandara Anggi Jumlah bandara yang 0 1 1 1 1 250,0 Papua Barat Kemenhub
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Bandara Malikus Saleh Jumlah bandara yang 0 1 1 1 1 80,0 Aceh Kemenhub
Lhokseumawe direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Sultan Jumlah bandara yang 0 1 1 1 1 100,0 Jambi Kemenhub, BUMN
Thaha direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Tanjung Jumlah bandara yang 0 1 1 1 1 80,0 Kalimantan Timur Kemenhub
Bara direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara Jumlah bandara yang 0 1 1 1 1 150,0 Kalimantan Utara Kemenhub, BUMN
Internasional Juwata direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pengembangan Bandara JB Jumlah bandara yang 0 1 1 1 1 500,0 Jawa Tengah Kemenhub, BUMN
Soedirman, Kab. Purbalingga direhabilitasi/dikembangkan (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
A.5.70
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang 1 1 1 - - 85,0 Sumatera Utara Kemenhub
Penyeberangan Pulau Telo dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang 1 1 1 - - 85,0 Bali Kemenhub
Penyeberangan Bias Munjul dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang 1 1 1 - - 85,0 Bali Kemenhub
Penyeberangan Sampelan dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang 1 1 1 - - 85,0 Sulawesi Utara Kemenhub
Penyeberangan Siompu dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang 1 1 1 - - 85,0 Sulawesi Utara Kemenhub
Penyeberangan Kadatua dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang 1 1 1 - - 85,0 Maluku Kemenhub
Penyeberangan Leti dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang 1 1 1 - 85,0 Papua Barat Kemenhub
Penyeberangan Kaimana dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - 1 1 1 - 85,0 Sumatera Barat Kemenhub
Penyeberangan Sikabaluan dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - 1 1 1 - 85,0 Sulawesi Tengah Kemenhub
Penyeberangan Dolong dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - 1 1 1 - 85,0 Maluku Kemenhub
Penyeberangan Sermata dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - 1 1 1 - 85,0 Sulawesi Utara Kemenhub
Penyeberangan Makalehi dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
A.5.71
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - 1 1 1 - 85,0 Papua Barat Kemenhub
Penyeberangan Batanta dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - 1 1 1 - 85,0 Kepulauan Riau Kemenhub
Penyeberangan Letung dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - 1 1 1 - 85,0 Maluku Kemenhub
Penyeberangan Weda dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - 1 1 1 - 85,0 Papua Barat Kemenhub
Penyeberangan Salawati dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - 1 1 1 - 85,0 Papua Kemenhub
Penyeberangan Merauke dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - 1 1 1 - 85,0 Sulawesi Tengah Kemenhub
Penyeberangan Pangkalaseang dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - 1 1 1 85,0 Riau Kemenhub
Penyeberangan P. Burung dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - 1 1 1 85,0 Nusa Tenggara Timur Kemenhub
Penyeberangan Maritaing dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - 1 1 1 85,0 Riau Kemenhub
Penyeberangan Dakal dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - 1 1 1 85,0 Papua Kemenhub
Penyeberangan Bade dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - 1 1 1 85,0 Riau Kemenhub
Penyeberangan P. Merbau dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - 1 1 1 85,0 Kepulauan Riau Kemenhub
Penyeberangan Tarempa dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - 1 1 1 85,0 Sulawesi Utara Kemenhub
Penyeberangan Siladen dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - 1 1 1 85,0 Kepulauan Riau Kemenhub
Penyeberangan Serasan dibangun (lokasi) (berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - - 1 1 60,0 Kalimantan Barat Kemenhub
Penyeberangan Karimata dibangun (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - - 1 1 60,0 Sulawesi Tengah Kemenhub
Penyeberangan Talise dibangun (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - - 1 1 60,0 Sulawesi Tengah Kemenhub
Penyeberangan Pasokan dibangun (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - - 1 1 60,0 Papua Kemenhub
Penyeberangan Waren dibangun (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - - 1 1 60,0 Sumatera Barat Kemenhub
Penyeberangan Pagai Selatan dibangun (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - - 1 1 60,0 Riau Kemenhub
Penyeberangan Sei Guntung dibangun (lokasi) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan yang - - - 1 1 60,0 Bangka Belitung Kemenhub
Penyeberangan Manggar dibangun (lokasi) (berlanjut) (selesai)
A.5.72
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun 1 1 - - - 30,0 Sulawesi Tenggara Kemenhub
penyeberangan perintis Kaledupa- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun 1 1 - - - 30,0 Sulawesi Tenggara Kemenhub
penyeberangan perintis (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun 1 1 - - - 30,0 Kepulauan Riau Kemenhub
penyeberangan perintis Tg Uban- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun 1 1 - - - 30,0 Riau Kemenhub
penyeberangan perintis Alai Insit- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun 1 1 - - - 30,0 Sumatera Selatan Kemenhub
penyeberangan perintis Sri (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - 1 1 - - 30,0 Sumatera Utara Kemenhub
penyeberangan perintis Tk. (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - 1 1 - - 30,0 Kepulauan Riau Kemenhub
penyeberangan perintis Sei Asam- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - 1 1 - - 30,0 Maluku Utara Kemenhub
penyeberangan perintis Patani- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - 1 1 - - 30,0 Sumatera Utara Kemenhub
penyeberangan perintis Tk.Dalam- (unit) (berlanjut) (selesai)
Gn.Sitoli-P.Pulau Batu
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - 1 1 - - 30,0 Maluku Kemenhub
penyeberangan perintis Kisar-Leti- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - 1 1 - 30,0 Maluku Utara Kemenhub
penyeberangan perintis Bastiong- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - 1 1 - 30,0 Jawa Timur Kemenhub
penyeberangan perintis Sapudi- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - 1 1 - 30,0 Sumatera Barat Kemenhub
penyeberangan perintis Kep. (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - 1 1 - 30,0 Maluku Kemenhub
penyeberangan perintis Dobo- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - 1 1 - 30,0 Tersebar Kemenhub
penyeberangan Cadangan (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1 1 30,0 Sulawesi Selatan Kemenhub
penyeberangan perintis (unit) (berlanjut) (selesai)
Patumbukan-P. Tanah Jampea
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1 1 30,0 Maluku Utara Kemenhub
penyeberangan perintis Sofifi- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1 1 30,0 Maluku Kemenhub
penyeberangan perintis Teor- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1 1 30,0 Kalimantan Barat Kemenhub
penyeberangan perintis Penagi- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1 1 30,0 Sulawesi Selatan - Kemenhub
penyeberangan perintis (unit) (berlanjut) (selesai) Kalimantan Timur
A.5.74
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1 1 30,0 Papua Barat Kemenhub
penyeberangan perintis Kaimana- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1 1 30,0 Maluku Utara Kemenhub
penyeberangan perintis Babang- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1 1 30,0 Nusa Tenggara Timur Kemenhub
penyeberangan perintis Pamana- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1 1 30,0 Papua Barat Kemenhub
penyeberangan perintis (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1 1 30,0 Papua Barat Kemenhub
penyeberangan perintis Wahai- (unit) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan kapal kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1 1 30,0 Tersebar Kemenhub
penyeberangan Cadangan (unit) (berlanjut) (selesai)
ProP : Penyediaan layanan 3.695,0
perintis angkutan darat untuk
penumpang dan barang
Penyelenggaraan Keperintisan Jumlah trayek perintis angkutan jalan 307 375 450 500 550 965,0 Tersebar Kemenhub
Angkutan Jalan yang dilayani (lintas)
Penyelenggaraan Keperintisan Jumlah trayek perintis angkutan 234 300 315 325 335 2.650,0 Tersebar Kemenhub
Angkutan Penyeberangan penyeberangan yang dilayani (lintas)
Pelayanan Long Distance Ferry Jumlah trayek perintis angkutan 1 1 1 1 1 80,0 Jawa Timur Kemenhub
Jangkar - Lembar - NTT penyeberangan yang dilayani (lintas)
PP : INFRASTRUKTUR PERKOTAAN Jumlah layanan angkutan umum 143.296,9
masal perkotaan yang dibangun dan
dikembangkan (Kota)
KP : Transportasi Perkotaan Jumlah angkutan massal berbasis rel 7 142.919,7
yang dibangun (kota)
Jumlah Jalur Khusus BRT yang
dibangun/dikembangkan (kota)
Jumlah angkutan umum perkotaan
berbasis jalan (BRT dan Sistem
Transit) yang dibangun (kota)
a. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 26.150,0 Jawa Barat, DKI, Banten Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis rel (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Jakarta Berbasis Rel (Dukungan (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
KPBU) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
a. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 29.800,0 Jawa Barat, DKI, Banten Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis rel (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Jakarta Berbasis Rel (Dukungan (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
APBD) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 350,0 Jawa Barat, DKI, Banten Sistem Angkutan Umum Kemenhub
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan Massal Perkotaan di 6
Jakarta Berbasis Jalan (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
(Dukungan APBN) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 4.050,0 Jawa Barat, DKI, Banten Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Jakarta Berbasis Jalan (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
(Dukungan APBD) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
A.5.76
c. Perkeretaapian Jabodetabek Panjang jalur yang dibangun (km) 17 17 33 33 33 2.040,0 Jawa Barat, DKI, Banten Sistem Angkutan Umum Kemenhub
(berlanjut) (selesai) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
d. Elevated Loopline (Dukungan Panjang jalur yang dibangun (km) - - 8 8 8 4.140,0 Jawa Barat, DKI, Banten Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
KPBU) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
d. Elevated Loopline (Dukungan Panjang jalur yang dibangun (km) - - 8 8 8 23.460,0 Jawa Barat, DKI, Banten Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
APBD) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
e. KA Outer Jabodetabek Panjang jalur yang dibangun (km) - - 10 10 10 500,0 Jawa Barat, DKI, Banten Sistem Angkutan Umum Kemenhub
(berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
Pengembangan Sistem Jumlah Kawasan yang menerapkan - 1 1 1 1 120,0 Jawa Barat, DKI, Banten Sistem Angkutan Umum Kemenhub
Pengendalian Lalu Lintas Modern Sistem ERP dan atau Pembatasan Massal Perkotaan di 6
(termasuk ERP) di Jabodetabek Sepeda Motor (kawasan) Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
Pengembangan Sistem BRT Jumlah Rute Angkutan Pemadu Moda - 7 7 7 7 210,0 Jawa Barat, DKI, Banten Sistem Angkutan Umum Kemenhub
sebagai Feeder Transportasi yang ramah lingkungan yang Dibangun Massal Perkotaan di 6
Umum Jabodetabek yang ramah dan Dikembangkan (rute) Wilayah Metropolitan:
lingkungan Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
A.5.77
Pembangunan Terminal Type A Jumlah Terminal Type A yang di bangun 1 - - - - 14,1 Jawa barat Sistem Angkutan Umum Kemenhub
Jatijajar (terminal) Massal Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
Pengembangan Terminal Type A Jumlah Terminal Type A yang di 1 - - - - 48,1 Banten Sistem Angkutan Umum Kemenhub
Pondok Cabe kembangkan (terminal) Massal Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
Pembangunan dan Jumlah Sentra Logistik (Terminal Barang) - 1 1 1 1 75,0 Jawa Barat, DKI, Banten Sistem Angkutan Umum Kemenhub
Pengembangan Sistem Logistik Terintegrasi Angkutan Logistik Berbasis (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6
Perkotaan di Jabodetabek Jalan Rel dan Kanal yang dikembangkan Wilayah Metropolitan:
di kawasan peri-peri Jabodetabek Jakarta, Surabaya,
(terminal) Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
Pengembangan Inland Jumlah Kanal yang Dikembangkan - 1 1 1 1 70,0 Jawa Barat, DKI Sistem Angkutan Umum Kemenhub
Waterways sebagai Bagian Sebagai Alur Angkutan (paket) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6
Pengembangan Sistem Logistik Wilayah Metropolitan:
Perkotaan Jabodetabek Jakarta, Surabaya,
(Dukungan APBN) Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
Pengembangan Inland Jumlah prasarana transportasi - 1 1 1 1 1.500,0 Jawa Barat, DKI Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Waterways sebagai Bagian jabodetabek yang dikembangkan (paket) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Pengembangan Sistem Logistik Wilayah Metropolitan:
Perkotaan Jabodetabek Jakarta, Surabaya,
(Dukungan KPBU) Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
a. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum - - 1 1 1 1.710,0 Jawa Timur Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis rel (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Surabaya Berbasis Rel (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
(Dukungan APBN) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
a. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum - - 1 1 1 336,0 Jawa Timur Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis rel (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Surabaya Berbasis Rel (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
(Dukungan KPBU) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 100,0 Jawa Timur Sistem Angkutan Umum Kemenhub
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan Massal Perkotaan di 6
Surabaya Berbasis Jalan (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
(Dukungan APBN) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 670,0 Jawa Timur Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Surabaya Berbasis Jalan (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
(Dukungan KPBU) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 500,0 Jawa Timur Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Surabaya Berbasis Jalan (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
(Dukungan APBD) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
c. Pengembangan KA Komuter Panjang jalur KA yang dibangun (km) - - 20 20 20 1.000,0 Jawa Timur Sistem Angkutan Umum Kemenhub
Surabaya Gerbang Kertasusila (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
A.5.79
a. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 670,0 Sumatera Utara Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis rel (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Medan Berbasis Rel (Dukungan (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
KPBU) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
a. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 1.330,0 Sumatera Utara Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis rel (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Medan Berbasis Rel (Dukungan (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
APBD) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 125,0 Sumatera Utara Sistem Angkutan Umum Kemenhub
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan Massal Perkotaan di 6
Medan Berbasis Jalan (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
(Dukungan APBN) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 500,0 Sumatera Utara Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Medan Berbasis Jalan (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
(Dukungan KPBU) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
A.5.80
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 500,0 Sumatera Utara Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Medan Berbasis Jalan (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
(Dukungan APBD) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
c. Pengembangan /Peningkatan Panjang jalur KA yang 20 20 20 - - 244,3 Sumatera Utara Sistem Angkutan Umum Kemenhub
Jalur KA Komuter (Medan-Binjai- dibangun/ditingkatkan (km) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6
Besitang) Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
a. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum - - 1 1 1 669,0 Jawa Barat Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis rel (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Bandung Berbasis Rel (KPBU) (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
a. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum - - 1 1 1 1.329,0 Jawa Barat Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis rel (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Bandung Berbasis Rel (APBD) (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
A.5.81
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 60,0 Jawa Barat Sistem Angkutan Umum Kemenhub
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan Massal Perkotaan di 6
Bandung Berbasis Jalan (APBN) (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 720,0 Jawa Barat Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Bandung Berbasis Jalan (KPBU) (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 80,0 Jawa Barat Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Bandung Berbasis Jalan (APBD) (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
c. Pembangunan Jalur Ganda Panjang jalur yang dibangun (km) - 27 27 27 27 1.000,0 Jawa Barat Sistem Angkutan Umum Kemenhub
dan elektrifikasi KA Kiara (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6
Condong - Cicalengka Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
a. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 1.500,0 Jawa Tengah Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis rel (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Semarang Berbasis Rel (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
(Dukungan KPBU) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
a. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 310,0 Jawa Tengah Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis rel (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Semarang Berbasis Rel (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
(Dukungan APBD) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 150,0 Jawa Tengah Sistem Angkutan Umum Kemenhub
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan Massal Perkotaan di 6
Semarang Berbasis Jalan (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
(Dukungan APBN) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 510,0 Jawa Tengah Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Semarang Berbasis Jalan (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
(Dukungan APBD) Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
a. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum - - 1 1 1 1.000,0 Sulawesi Selatan Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis rel (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Makassar Berbasis Rel (KPBU) (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 150,0 Sulawesi Selatan Sistem Angkutan Umum Kemenhub
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan Massal Perkotaan di 6
Makassar Berbasis Jalan (APBN) (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
b. Pengembangan Angkutan Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 510,0 Sulawesi Selatan Sistem Angkutan Umum Kemenhub, Pemda,
Umum Massal Perkotaaan massal Perkotaan berbasis jalan (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) Massal Perkotaan di 6 KPBU
Makassar Berbasis Jalan (APBD) (perkotaan) Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan Makassar
Pembangunan perlintasan tidak Panjang Fly Over terbangun (lokasi) - - - 1 1 100,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
sebidang KA pada Ruas Pejagan - (berlanjut) (selesai)
Ketanggungan, Kab. Brebes
ProP : Pembangunan jalan Panjang jalan yang terbangun 5.784,2
perkotaan
Jalan Lingkar Luar Selatan Panjang jalan yang dibangun (km) 5 5 6 9 300,0 Sumatera Utara KEMEN PU&PERA
Medanlingkar perkotaan Sulawesi
Jalan Panjang jalan yang dibangun (km) 2 30,0 30,0 18,5 17,5 2.530,2 Sulawesi Selatan KEMEN PU&PERA
Jalan lingkar perkotaan Jawa Panjang jalan yang dibangun (km) 7 - 15,6 - - 350,1 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
Jalan Lingkar Pekalongan Panjang jalan yang dibangun (km) - 3 5 6 4 180,0 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
Pembangunan Jalan Lingkar Panjang jalan yang dibangun (km) - - 5 4,4 - 98,8 Jawa Tengah KEMEN PU&PERA
Temanggung - Parakan
Jalan Lingkar Samarinda Panjang jalan yang dibangun (km) - 3,9 3,9 3,9 3,9 373,0 Kalimantan Timur KEMEN PU&PERA
Pembangunan Jalan Lingkar Panjang jalan yang dibangun (km) - 5 5 5 5 220,0 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
Tuban
Pembangunan Fly Over Kopo Panjang Fly Over terbangun (lokasi) - 1 1 1 - 381,2 Jawa Barat KEMEN PU&PERA
(berlanjut) (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Fly Over Sp. Kabil Panjang Fly Over terbangun (lokasi) - 1 1 - - 379,0 Kepulauan Riau KEMEN PU&PERA
(berlanjut) (selesai)
Pembangunan Fly Over Gamping Panjang Fly Over terbangun (lokasi) - - 1 1 - 215,5 Yogyakarta KEMEN PU&PERA
(berlanjut) (selesai)
Pembangunan Underpass Bulak Panjang Underpass terbangun (lokasi) 1 1 - - - 122,9 Jawa Barat KEMEN PU&PERA
Kapal (berlanjut) (selesai)
Pembangunan Fly Over Aloha Panjang Fly Over terbangun (lokasi) - - 1 1 100 180,0 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
(berlanjut) (selesai)
Pembangunan Frontage Road (FR) Panjang jalan yang dibangun (km) - - 4 5 2,1 94,4 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
Waru - Gedangan
Percepatan pembangunan Jalan Panjang jalan yang dibangun (km) - 5 5 8,1 - 210,1 Jawa Timur KEMEN PU&PERA
Lingkar Utara Lamongan
Jalan Lingkar Kuningan Panjang jalan yang dibangun (km) 4 5 5,2 - 149,1 Jawa Barat KEMEN PU&PERA
ProP : Penyediaan subsidi Terselenggaranya subsidi angkutan 1.500,0
angkutan umum massal umum massal perkotaan (paket)
perkotaan
subsidi angkutan umum massal Terselenggaranya subsidi angkutan 6 8 10 12 14 1.500,0 Tersebar Kemenhub
perkotaan umum massal perkotaan (paket)
KP : Infrastruktur dan Ekosistem TIK Persentase pelanggan terlayani 13,3 16,3 21 25,4 30,00 41,0
perkotaan jaringan internet akses tetap
pitalebar terhadap total rumah
tangga (persen)(kumulatif)
ProP : Pengembangan TIK Persentase pelanggan terlayani 13,3 16,3 21 25,4 30,00 41,0
Perkotaan jaringan internet akses tetap
pitalebar terhadap total rumah
tangga (persen) (kumulatif)
A.5.86
Gerakan menuju Smart City Jumlah Kab/Kota yang difasilitasi untuk 40 70 100 125 150 15,0 Tersebar Kemenkominfo
menerapkan Smart City (kumulatif)
KP : Penyediaan Akses Air Minum dan Jumlah kawasan perkotaan prioritas 6 7 7 7 7 56,2
Sanitasi Layak dan Aman di Perkotaan dengan penyediaan dan
penyelenggaraan akses air minum dan
air limbah yang aman dan handal
(Kab/Kota)
ProP : Penyediaan dan Jumlah PDAM dengan layanan Zona 6 7 7 7 7 56,2
Penyelenggaraan Air Minum dan Air Minum Prima (ZAMP) (Kab/Kota)
Sanitasi yang Handal dan
Terintegrasi
Jumlah PDAM yang menerapkan 3 3 3 3 3
Smart Grid Water Management
Jumlah kab/kota yang 0 0 1 1 1
menyelenggarakan pelayanan air
minum dan air limbah yang
terintegrasi (kab/kota/kawasan)
Jumlah NSPK terkait layanan air 1 1 0 0 0
minum dan sanitasi yang
terintegrasi (unit)
Peningkatan Kinerja Jumlah PDAM yang menerapkan Smart 3 3 3 3 3 12,0 15 PDAM Pemerintah
BUMN/BUMD Penyelenggara Grid Water Management (PDAM) Daerah, PDAM
Peningkatan Kinerja Jumlah PDAM dengan layanan Zona Air 6 7 7 7 7 27,2 34 PDAM Pemerintah
BUMN/BUMD Penyelenggara Minum Prima (ZAMP) (Kab/Kota) Daerah, PDAM
Pelayanan Air Minum dan Jumlah kab/kota yang terfasilitasi 0 0 1 1 1 15,0 Kota Malang, Kota Akses Sanitasi (Air KEMEN PU&PERA
Sanitasi Terintegrasi peningkatan kapasitas pelayanan air Palembang, dan DKI/ Kota Limbah Domestik) Layak
minum dan sanitasi (air limbah) yang Bogor dan Aman (90% Rumah
terintegrasi (kab/kota) Tangga)
NSPK Layanan Air Minum dan Jumlah NSPK yang tersusun (unit) 1 1 0 0 0 2,0 Pusat Akses Sanitasi (Air KEMEN PU&PERA
Sanitasi Terintegrasi Limbah Domestik) Layak
dan Aman (90% Rumah
Tangga)
KP : Penyediaan Akses Perumahan dan Jumlah kawasan di permukiman 0 4 6 8 10 280,0
Permukiman Layak, Aman dan kumuh perkotaan yang ditangani
Terjangkau di Perkotaan melalui peremajaan (kawasan)
A.5.87
Penyediaan Infrastruktur Jumlah kawasan yang disediakan 0 4 6 8 10 280,0 Kawasan Perkotaan KEMEN PU&PERA
Permukiman dalam Rangka infrastruktur permukiman dalam rangka
Peremajaan peremajaan (kawasan)
PP : ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN 1.837.712,0
ProP : Perbaikan efisiensi dan Kapasitas Terpasang EBT Tambahan 686,5 1001,1 1921,8 1778,2 3662,7 168.646,9
emisi energi dan (MW)
ketenagalistrikan
Susut jaringan (%) 9,2 9,01 8,93 8,78 8,6
Peningkatan standarisasi dan Jumlah Standar Kinerja Energi Minimum 3 2 1 3 3 3,5 Tersebar Kemen ESDM
labelling (SKEM) dan Label Hemat Energi pada
Peralatan Pemanfaat Energi (Peralatan )
Layanan Dukungan Sektor Jumlah Layanan Dukungan Sektor 1 1 1 1 1 9,0 Pusat Kemen ESDM
Ketenagalistrikan Dalam Ketenagalistrikan Dalam Pencapaian
Pencapaian Target Mitigasi Gas Target Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor
Rumah Kaca Sektor Energi Energi (rekomendasi)
Pembangunan SPKLU Jumlah Penambahan SPKLU (Unit) 168 390 693 1030 1558 7,5 Tersebar Badan Usaha
(akumulasi)
Pengembangan smart grid Jumlah pengembangan smart grid 5 Sistem 5 Sistem 5 Sistem 5 Sistem 5 Sistem 7,2 Sistem Jamali Badan Usaha
(lokasi) Distribusi Distribusi Distribusi Distribusi Distribusi
tenaga Listrik tenaga Listrik tenaga Listrik tenaga Listrik tenaga Listrik
di Jawa Bali di Jawa Bali di Jawa Bali di Jawa Bali di Jawa Bali
A.5.88
Pembangunan PLTP Jumlah kapasitas terpasang PLTP (MW)- 140 80 132 300 375 42.270,0 Aceh, Banten, Bengkulu, Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
kumulatif Jambi, Jawa Barat, Jawa MW, Transmisi 19.000
Tengah, Jawa Timur, KMS dan Gardu Induk
Lampung, Maluku Utara, 38.000 MVA
Nusa Tenggara Timur,
Riau, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan,
Sumatera Utara
Pembangunan PLTM, PLTA, Kapasitas terpasang PLTM, PLTA, dan 165,2 440,3 955,9 397 1951,4 74.996,0 Tersebar Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
PLTMH PLTMH (MW)-kumulatif MW, Transmisi 19.000
KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Pembangunan PLT Bioenergi Jumlah kapasitas terpasang dari PLT 246,7 152 484,8 159 252,6 24.655,0 Tersebar Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
Bioenergi (MW) - kumulatif MW, Transmisi 19.000
KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Pembangunan PLT Surya (PLTS) Jumlah kapasitas terpasang PLT Surya 134,6 328,8 339,1 643,2 643,7 17.933,0 Tersebar Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
(MW) - kumulatif MW, Transmisi 19.000
KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Pembangunan PLT Bayu (PLTB) Jumlah kapasitas terpasang PLT Bayu - - 10 279 440 5.798,0 Tersebar Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
(MW) - kumulatif MW, Transmisi 19.000
KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
PLTS Rooftop Pembangunan PLTS Rooftop (MW) 34,6 35,9 38,5 47,4 51,8 1.203,2 Kota Medan, Kota Kemen ESDM
Palembang, Kota
Surakarta, Kota Surabaya,
Kota Denpasar, Kota
Kupang, Kota Samarinda,
Provinsi Kalimantan Utara,
Kota Manado, Kota
Makassar
A.5.89
Pembangunan instalasi Pengolah Jumlah instalasi PSEL (lokasi) 15 15 15 15 15 1.760,0 DKI Jakarta, Kota Pemda
Sampah menjadi Energi Listrik Tangerang, Kota
(PSEL) Tangerang Selatan, Kota
Bekasi, Kota Bandung,
Kota Semarang, Kota
Surakarta, Kota Surabaya,
Kota Makassar, Kota
Denpasar, Kota
Palembang, Kota Manado,
Kab. Bantul, Kab. Tuban,
Kab. Banyumas
Penertiban pemakaian listrik Jumlah penertiban pemakaian listrik 3 4 5 6 7 4,5 Regional Sumatera, Jawa Kemen ESDM
ilegal ilegal (regional) bagian barat, jawa bagian
tengah, jawa bagian timur
bali dan nusa tenggara,
kalimantan, sulawesi,
maluku dan papua
Peningkatan kualitas jaringan Jumlah penambahan trafo distribusi 0,0 Tersebar Badan Usaha
distribusi dan penambahan trafo sisipan baru (unit)
distribusi sisipan baru
KP : Akses dan Keterjangkauan Energi SAIDI menjadi (jam/pelanggan) 15 10 5 3 1 288.384,4
dan Ketenagalistrikan
Penyediaan gas (SBM) 176637 185530 194869 204680 214983
ProP : Perluasan Jaringan Gas Pembangunan Jaringan Gas Kota (SR) 876515 1610445 2410445 3210445 4010445 38.494,3
Kota (Kumulatif)
Infrastruktur Jaringan Gas Bumi Jumlah Sambungan Rumah Jaringan 266070 100000 0 0 0 4.096,0 Tersebar Infrastruktur Jaringan Kemen ESDM
untuk Rumah Tangga melalui Gas Kota (SR) (APBN) Gas Kota untuk 4 Juta
APBN Sambungan Rumah
Infrastruktur Jaringan Gas Bumi Jumlah Sambungan Rumah Jaringan 0 50000 839555 800000 800000 27.385,1 Provinsi: Aceh, Banten, DKI Infrastruktur Jaringan KPBU
untuk Rumah Tangga melalui Gas Kota (SR) (KPBU) Jakarta, Jambi, Jawa Brat, Gas Kota untuk 4 Juta
KPBU Jawa Tengah, Jawa Timur, Sambungan Rumah
Kalimantan Timur,
Kalimantan Utara,
Kepulauan Riau, Lampung,
Riau, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah,
Sumatera Selatan,
Sumatera Utara
Infrastruktur Jaringan Gas Bumi Jumlah Sambungan Rumah Jaringan 50000 583930 0 0 0 6.973,2 Tersebar Infrastruktur Jaringan BUMN
untuk Rumah Tangga melalui Gas Kota (BUMN) (SR) Gas Kota untuk 4 Juta
BUMN (Konstruksi) Sambungan Rumah
A.5.90
Studi Pendahuluan Pembangunan Jumlah Studi Pendahuluan 8 8 8 8 8 40,0 Pusat Kemen ESDM
Jaringan Gas Bumi untuk Rumah Pembangunan Jaringan Gas Bumi untuk
Tangga melalui Skema KPBU Rumah Tangga melalui Skema KPBU
(lokasi)
ProP : Perluasan akses dan Pelanggan Listrik (Ribu Pelanggan) 77107 79187 81217 83219 85216 249.890,2
keterjangkauan energi dan
ketenagalistrikan
Jumlah Penambahan Penyalur BBM 83 76 72 56 43
Satu Harga (penyalur)
Peningkatan kehandalan sistem Durasi pemadaman Sistem Sumatera On going On going On going On going 47,99 2.440,0 Sistem Sumatera Selatan, Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
Sumatera Selatan, Jambi, dan Selatan, Jambi, dan Bengkulu (S2JB) Jambi, dan Bengkulu MW, Transmisi 19.000
Bengkulu (S2JB) (Penurunan Durasi Pemadaman (jam) KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Peningkatan kehandalan sistem Durasi pemadaman Sistem Kalsel & On going On going On going On going 14,29 815,0 Sistem Kalsel & Kaltim Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
Sistem Kalsel & Kaltim Kaltim (Penurunan Durasi Pemadaman MW, Transmisi 19.000
(jam) KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Peningkatan kehandalan sistem Durasi pemadaman Sistem Sulsel, Sultra, On going On going On going On going 16,36 1.460,0 Sistem Sulsel, Sultra, Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
Sistem Sulsel, Sultra, & Sulbar & Sulbar (Penurunan Durasi Pemadaman Sulbar MW, Transmisi 19.000
(jam) KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Peningkatan kehandalan sistem Durasi pemadaman Sistem Papua On going On going On going On going 26,41 384,0 Sistem Papua Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
Sistem Papua (Penurunan Durasi Pemadaman (jam) MW, Transmisi 19.000
KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Penambahan Jaringan Distribusi Jumlah Penambahan Jaringan Distribusi 46412 42714 50657 43065 43113 101.300,0 Tersebar Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
(kms) MW, Transmisi 19.000
KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Penambahan Jaringan Gardu Jumlah Penambahan Gardu Distribusi 3212 3022 3615 3206 3119 141.820,0 Tersebar Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
Distribusi (MVA) MW, Transmisi 19.000
KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Rekomendasi Pengendalian Jumlah rekomendasi pengendalian 1 1 1 1 1 10,9 Pusat Pembangkit Listrik 27.000 Kemen ESDM
Pembangunan Jaringan Distribusi pembangunan jaringan distribusi dan MW, Transmisi 19.000
dan Gardu Distribusi gardu distribusi (rekomendasi) KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Rekomendasi penguatan Jumlah rekomendasi penguatan 1 1 1 1 1 29,8 Pusat Pembangkit Listrik 27.000 Kemen ESDM
pemenuhan akses dan konsumsi pemenuhan akses dan konsumsi listrik MW, Transmisi 19.000
listrik pada masyarakat pada masyarakat KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
A.5.91
Penyediaan Paket Konversi Jumlah paket konversi mitan ke LPG 522616 250397 117289 50000 50000 509,3 Tersebar Kemen ESDM
Minyak Tanah ke LPG Tabung 3 (unit)
Pengawasan Pelaksanaan BBM 1 Jumlah Layanan Pengawasan 1 1 1 1 1 30,5 Tersebar Kemen ESDM
(Satu) Harga Pelaksanaan BBM 1 (Satu) Harga
(layanan)
Penambahan Penyalur BBM Satu Jumlah Penambahan Penyalur BBM Satu 83 76 72 56 43 0,0 Tersebar Badan Usaha
Harga Harga (penyalur)
Pengembangan Pembangkit Jumlah PLTS Terpusat (Unit) 0 0 5 5 5 1.050,0 Tersebar Kemen ESDM
Listrik Tenaga Surya (PLTS)
terpusat di Kawasan 4T
Kebijakan harga jual Tenaga Jumlah Kebijakan harga jual Tenaga 2 2 2 2 2 17,3 Tersebar Kemen ESDM
listrik dan tarif tenaga listrik listrik dan tarif tenaga listrik
(rekomendasi)
Rekomendasi Subsidi Listrik Jumlah Rekomendasi Subsidi Listrik 1 1 1 1 1 10,5 Pusat KESDM
Tepat Sasaran Tepat Sasaran(Regulasi/Kebijakan)
Pengembangan Kebijakan Subsidi Jumlah Pengembangan Kebijakan 1 1 1 1 1 12,9 Pusat Kemen ESDM
Energi Subsidi Energi (Regulasi/Kebijakan)
KP : Kecukupan Penyediaan Energi Produksi tenaga listrik (TWh) 339082,7 359946,1 382696,1 406325,0 431281,2 1.380.680,7
dan Tenaga Listrik
Cadangan operasional BBM (hari) 23 23 23 23 23
ProP : Peningkatan kehandalan Jumlah Penambahan Kapasitas 5453 6446 3443 6209 5728 707.270,0
infrastruktur energi dan Pembangkit (GW)
ketenagalistrikan
Jumlah Kebijakan Peningkatan Tata 1 1 1 1 1
Kelola Ketenagalistrikan (Regulasi/
Rekomendasi)
Penambahan kapasitas Jumlah Penambahan PLTU (MW) 1194,5 855,5 576 471 65 63.240,0 Tersebar Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
pembangkit PLTU MW, Transmisi 19.000
KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Penambahan kapasitas Jumlah Penambahan PLTU USC (MW) 1950 2950 - 1000 2000 197.500,0 Tersebar Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
pembangkit PLTU USC MW, Transmisi 19.000
KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Penambahan kapasitas Jumlah Penambahan PLTU MT (MW) 0 840 600 900 46.800,0 Tersebar Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
pembangkit PLTU MT MW, Transmisi 19.000
KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Penambahan kapasitas Jumlah Penambahan PLTG/GU/MG (MW) 2384 370 990 880 70 93.880,0 Tersebar Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
pembangkit PLTG/GU/MG MW, Transmisi 19.000
KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
A.5.92
Pengembangan Jaringan Jumlah Penambahan Jaringan Transmisi 4459,6 4765,9 4632,1 3519,5 1692 132.855,5 Tersebar Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
Transmisi (kms) MW, Transmisi 19.000
KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Pengembangan Gardu Induk Jumlah penambahan gardu induk (MVA) 14247 8460 7510 3900 4490 172.752,8 Tersebar Pembangkit Listrik 27.000 Badan Usaha
MW, Transmisi 19.000
KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Rekomendasi Pengendalian Jumlah rekomendasi pengendalian 1 1 1 1 1 24,7 Pusat Pembangkit Listrik 27.000 Kemen ESDM
Pembangunan Pembangkit Listrik pembangunan pembangkit listrik MW, Transmisi 19.000
(Rekomendasi) KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Rekomendasi Pengendalian Jumlah rekomendasi pengendalian 1 1 1 1 1 24,3 Pusat Pembangkit Listrik 27.000 Kemen ESDM
Pembangunan Jaringan pembangunan jaringan transmisi dan MW, Transmisi 19.000
Transmisi dan Gardu Induk gardu induk (Rekomendasi) KMS dan Gardu Induk
38.000 MVA
Peningkatan tata kelola Jumlah Kebijakan Peningkatan Tata 3 3 3 3 3 6,7 Pusat Kemen ESDM
ketenagalistrikan Kelola Ketenagalistrikan (Regulasi/
Rekomendasi)
Peningkatan kebijakan harga Jumlah Kebijakan harga energi dan tarif 1 1 1 1 1 10,0 Pusat Kemen ESDM
(rekomendasi)
Pemetaan potensi PLTBayu Jumlah potensi terukur PLTBayu (MW) - 200 200 200 200 32,0 Pusat Kemen ESDM
Pemetaan potensi Jumlah potensi terukur PLTA/Mini/Mikro - 120 120 120 120 28,8 Pusat Kemen ESDM
PLTA/Mini/Mikro (MW)
Pemetaan potensi PLTBio Jumlah potensi terukur PLTBio (MW) - 60 60 60 60 14,4 Pusat Kemen ESDM
FS Commercial Plant Pembangkit Jumlah FS untuk ditawarkan kepada - Studi Site Pra FS di Nusa FS di Nusa Studi Site 8,0 Bali dan NTT Kemen ESDM
Listrik Tenaga Gelombang Laut Technology provider (dokumen) Selection dan Lembongan Lembongan Selection dan
Akuisisi data Akuisisi data
di perairan di perairan
Nusa Sumatera
Lembongan Barat dan
Jawa Barat
FS Commercial Plant Pembangkit Jumlah FS untuk ditawarkan kepada Studi Site Studi Site Pra FS di Selat FS di Selat 7,0 Selat Sunda dan NTT Kemen ESDM
Listrik Tenaga Arus Laut Technology provider (dokumen) Selection dan Selection dan Alas/Selat Alas/Selat
Akuisisi data Akuisisi data Sape/Selat Sape/Selat
di perairan di perairan Pantar Pantar
Selat Alas Selat Sape
Wilayah Panas Bumi yang Jumlah Wilayah Panas Bumi yang 2 2 2 2 2 2,6 Kab. Bangli, Kab. Maluku Kemen ESDM
Ditetapkan Ditetapkan (wilayah) Tengah
A.5.93
Wilayah Panas Bumi yang Jumlah Wilayah Panas Bumi yang 5 5 5 4 3 4,3 Kab. Sukabumi, Kab. Kemen ESDM
Ditawarkan Ditawarkan (Wilayah) Kuningan, Kab. Tegal,
Kab. Manggarai Barat,
Kab. Buru
Rekomendasi Wilayah Jumlah Rekomendasi Wilayah 8 10 10 10 10 55,6 Pusat Kemen ESDM
Keprospekan Panas Bumi Keprospekan Panas Bumi (Rekomendasi)
Rekomendasi Wilayah Kerja Jumlah Rekomendasi Wilayah Kerja 3 3 3 3 3 1,9 Pusat Kemen ESDM
Panas Bumi Panas Bumi (Wilayah)
Rekomendasi Wilayah Kerja Jumlah Rekomendasi Keprospekan 4 4 4 4 4 21,5 Tersebar Kemen ESDM
Geologi Migas Wilayah Kerja Geologi Migas
(Rekomendasi)
ProP : Pembangunan Kilang Jumlah peningkatan Infrastruktur 1151 1151 1176 1276 1276 637.000,0
Minyak Bumi Kilang Minyak Bumi (kumulatif) (ribu
BOPD)
Peningkatan infrastruktur kilang Jumlah RDMP (Balikpapan, Cilacap , On going On going 1 1 on going 203.000,0 Balikpapan, Cilacap , Pembangunan dan Badan Usaha
minyak bumi RDMP Balongan dan dumai) (Unit) (Stage-I (Stage-II Balongan, Dumai Pengembangan Kilang
Balongan 25 Balikpapan Minyak
Ribu BCPD) 100 Ribu
BCPD)
Peningkatan infrastruktur kilang Jumlah Kilang Minyak Baru (Grass Root Penyediaan Financing dan Financing dan EPC EPC 224.000,0 Tuban Pembangunan dan Badan Usaha
minyak GRR Tuban Refinery/ GRR) Tuban (Unit) Lahan BMN EPC EPC (Engineering, (Engineering, Pengembangan Kilang
KLHK, Lahan Procurement, Procurement, Minyak
Masyarakat and and
General Construction) Construction)
Engineering
Design, Site
Development
Peningkatan infrastruktur kilang Jumlah Kilang Minyak Baru (Grass Root Land AMDAL, BED- EPC EPC EPC 210.000,0 Bontang Pembangunan dan Badan Usaha
minyak bumi GRR Bontang Refinery/ GRR) Acquisition, FEED (Engineering, (Engineering, (Engineering, Pengembangan Kilang
AMDAL, BED- Procurement, Procurement, Procurement, Minyak
FEED, Site and and and
Development Construction) Construction) Construction
ProP : Pembangunan Pipa gas Jumlah Panjang Ruas Pipa Transmisi 2219 36.410,7
Bumi Trans Kalimantan Kalimantan (kms)
Pembangunan Pipa gas Bumi Jumlah Panjang Ruas Pipa Transmisi 208,8 36.400,0 Bontang-Banjarmasin Pipa Gas Bumi Trans Badan Usaha
Kaltim - Kalsel Kaltim-Kalsel (km) Kalimantan (2.219 KM)
Pembangunan Pipa gas Bumi Jumlah Panjang Ruas Pipa Transmisi 76,8 0,0 Banjarmasin-Palangkaarya Pipa Gas Bumi Trans Badan Usaha
Kalsel-Kaltim Kalsel-Kalteng (km) Kalimantan (2.219 KM)
Pembangunan Pipa gas Bumi Jumlah Panjang Ruas Pipa Transmisi 407,2 0,0 Palangkaraya-Pontianak Pipa Gas Bumi Trans Badan Usaha
Kalteng - Kalbar Kalteng-Kalbar (km) Kalimantan (2.219 KM)
A.5.94
Layanan Dukungan Percepatan Jumlah Layanan Dukungan Percepatan 15300 15800 16300 16800 17300 10,7 Tersebar Pipa Gas Bumi Trans Kemen ESDM
Pembangunan Ruas Pipa Pembangunan Ruas Pipa Transmisi dan Kalimantan (2.219 KM)
Transmisi dan Distribusi Gas Distribusi Gas Bumi(km)
Bumi
PP : TRANSFORMASI DIGITAL Persentase pertumbuhan sektor TIK 8,8 8,8 8,8 8,8 8,8 444.613,3
(rata-rata)
Persentase pengguna internet 72,6 74,2 79,2 80,7 82,3
(Persentase)
Persentase populasi yang dijangkau 97,5 98 98,5 99 100
oleh jaringan bergerak pitalebar (4G)
Existing Q2 2019 : 97,59%
Penggelaran jaringan tetap Persentase jangkauan infrastruktur 36,42 37,15 42,85 50 60 55,3 Tersebar Infrastruktur TIK untuk Kemenkominfo
pitalebar jaringan serat optik di kecamatan Mendukung Transformasi
(persen)(kumulatif) Digital
A.5.95
Penggelaran jaringan tetap Persentase jangkauan infrastruktur 36,42 37,15 42,85 50 60 428.000,0 Tersebar Infrastruktur TIK untuk Badan usaha
pitalebar jaringan serat optik di kecamatan Mendukung Transformasi
(persen)(kumulatif) Digital
BAKTI Palapa Ring Persentase pemanfaatan kapasitas Barat : 35% Barat : 40% Barat : 45% Barat : 50% Barat : 60% 2.545,0 Tersebar Kemenkominfo
Palapa Ring dengan rata-rata SLA 95% Tengah : 10% Tengah : 15% Tengah : 20% Tengah : 30% Tengah : 40%
(persen) Timur : 5% Timur : 10% Timur : 15% Timur : 20% Timur : 25%
Fasilitasi Ducting bersama Jumlah kabupaten/kota yang 2 3 5 7 8 9,0 Tersebar Kemenkominfo
memanfaatkan ducting bersama
(kab/kota)
BAKTI Sinyal/Last mile Desa non komersial yang mendapatkan 5052 5052 5052 5052 5052 2.615,0 Tersebar Infrastruktur TIK untuk Kemenkominfo
jaringan bergerak seluler (4G) (kumulatif) Mendukung Transformasi
(desa) Digital
BAKTI Satria Satelit Republik Kapasitas penyediaan satelit multi fungsi Konstruksi Konstruksi Konstruksi 150 150 2.802,0 Tersebar Infrastruktur TIK untuk Kemenkominfo
Indonesia SATRIA (Gbps) Mendukung Transformasi
Digital
Bakti Akses Internet Jumlah lokasi penyediaan akses internet 12000 27000 42000 61000 91000 5.231,0 Tersebar Kemenkominfo
broadband (Lokasi)(kumulatif)
Penyediaan perangkat komputer/laptop 0,0 Tersebar Kemenkes,
di sekolah, puskesmas, kantor Kemendiknas,
pemerintahan, dan lain-lain (unit) Kemendagri,
Kemenhan, Polri,
Pemda
Penataan spektrum frekuensi Penambahan spektrum Frekuensi Radio 30 MHz 50 MHz 1050 MHz 1120 MHz 1310 MHz 136,5 Pusat Kemenkominfo
radio dalam rangka mendukung untuk broadband (MHz)(Kumulatif) (2.3%) (3.8%) (80%) (85.5%) (100%)
ekonomi digital Indonesia
Pengembangan infrastruktur Jumlah penyediaan perangkat sistem 25 27 27 26 23 336,2 Tersebar Kemenkominfo
monitoring dan manajemen monitoring frekuensi radio (unit)
spektrum frekuensi radio - SMFR transportable: 75 site
- Stasiun bergerak: 6 unit
- Perangkat portable: 47 unit
A.5.96
Penataan bidang telekomunikasi Jumlah kebijakan bidang TIK beserta 1.Pengesahan 1. Naskah 1. Naskah 1. Pengesahan 1. Naskah 120,0 Pusat Kemenkominfo
untuk mendukung ekonomi digital aturan turannya (kebijakan): RUU Penyiaran dan Daftar dan Daftar RUU aturan turunan
1. RUU Penyiaran (UU 32 Tahun 2002) (UU 32 Tahun Inventaris Inventaris Telekomunikas UU
2. RUU Telekomunikasi (UU 36 Tahun 2002) Masalah (DIM) Masalah (DIM) i Telekomunikas
1999) 2. Naskah RUU RUU 2. Pengesahan i
3. RUU Pos (UU 38 Tahun 2009) akademik RUU Telekomunikas Telekomunikas RUU Pos 2. Naskah
4. RUU OMNIBUSLAW OMNIBUSLAW i i aturan turunan
5. Aturan Turunan (Bidang 2. Naskah dan 2. Naskah dan UU Pos
Telekomunikas DIM RUU Pos DIM RUU Pos
i dan 3. Naskah 3. Pengesahan
Penyiaran) aturan turunan aturan turunan
3. Naskah UU Penyiaran UU Penyiaran
akademik RUU
Telekomunikas
i
4. Naskah
akademik RUU
Pos
Penataan spektrum frekuensi Pelaksanaan optimalisasi pita spektrum 1 1 1 1 1 25,7 Pusat Kemenkominfo
radio dalam rangka mendukung frekuensi radio untuk penyiaran digital
ekonomi digital Indonesia (layanan)
Sarana dan prasarana Jumlah unit infrastruktur penyiaran TV 70 80 90 100 100 858,0 Tersebar Infrastruktur TIK untuk LPP TVRI
infrstruktur penyiaran TV publik publik (unit) Mendukung Transformasi
Digital
Sarana dan prasarana Jumlah pengembangan infrastruktur 15 15 15 15 15 100,0 Tersebar LPP RRI
infrastruktur penyiaran Radio stasiun radio publik (stasiun)
ProP : Pengembangan Persentase K/L/D yang K/L:30% K/L:50% K/L:80% K/L:100% K/L:100% 376,0
infrastruktur TIK pemerintahan menggunakan/terhubung jaringan Pemprov/kab Pemprov/kab Pemprov/kab Pemprov/kab Pemprov/kab
intra pemerintah (JIP/Government /kot:30% /kot:50% /kot:80% /kot:100% /kot:100%
Network)
Penyelenggaraan pusat data Persentase K/L/D yang K/L:30% K/L:50% K/L:80% K/L:100% K/L:100% 376,0 Pusat Infrastruktur TIK untuk Kemenkominfo
nasional menggunakan/terhubung jaringan intra Pemprov/kab/ Pemprov/kab/ Pemprov/kab/ Pemprov/kab/ Pemprov/kab/ Mendukung Transformasi
pemerintah (JIP/Government Network) kot:30% kot:50% kot:80% kot:100% kot:100% Digital
(persen)
KP : Pemanfaatan Infrastruktur TIK Persentase kontribusi sektor TIK 4,5-5,7 4,5-5,7 4,5-5,7 4,5-5,7 4,5-5,7 289,6
terhadap PDB
Persentase K/L/D yang memiliki 40 60 80 90 100
layanan publik terintegrasi
ProP : Pemanfaatan TIK layanan Persentase K/L/D yang memiliki 40 60 80 90 100 78,0
pemerintah layanan publik terintegrasi
Jumlah aplikasi generik yang 8 10 12 14 16
dikembangkan secara multi platform
Penyelenggaraan layanan e- Persentase layanan cloud pemerintah 20 40 60 80 100 58,0 Pusat Kemenkominfo
government (SPBE) Nasional dan interoperabilitas SPBE (persen)
Penyelenggaraan Layanan Jumlah aplikasi generik yang 8 10 12 14 16 20,0 Pusat Kemenkominfo
Aplikasi Informatika dikembangkan secara multi platform
Pemerintahan (aplikasi) (kumulatif)
ProP : Pemanfaatan TIK layanan Jumlah penambahan unicorn baru 0 0 1 2 3 211,6
masyarakat dan dunia usaha (kumulatif)
Persentase kontribusi sektor TIK 4,5-5,7 4,5-5,7 4,5-5,7 4,5-5,7 4,5-5,7
terhadap PDB
Fasilitasi startup menjadi unicorn Jumlah penambahan unicorn baru 0 0 1 2 3 6,1 Tersebar Kemenkominfo
(unicorn) (kumulatif)
Digital technopreuner Jumlah startup aktif yang terbentuk 30 60 90 120 150 140,5 Tersebar Kemenkominfo
(start-up)
A.5.98
Pengembangan teknologi digital Persentase fasilitasi adopsi teknologi Kajian 50 100 100 100 65,0 Tersebar Kemenkominfo
pada kawasan digital di Kawasan Prioritas (persen): pemetaan
prioritas(kumulatif) a. 12 KEK teknologi dan
b. 13 SKPT penyedia
c. 10 kawasan pariwisata platform
d. 30 kawasan IKM teknologi
digital
Fasilitasi scaling up UMKM Jumlah UMKM (produsen) yang naik Kajian 11000 22000 33000 44000 0,0 Tersebar Kemenkominfo
kelas dari UMK menjadi usaha pemetaan
menengah (dari total 4.4 juta UMKM UMKM dan
bidang pengolahan) (UMKM) kebutuhan
teknologi
digital
KP : Fasilitas Pendukung Transformasi Jumlah Peserta Pelatihan digital Skill 50000 50000 50000 50000 50000 494,5
Digital (termasuk kawasan prioritas) untuk
menuju ekonomi digital
ProP : Pengelolaan informasi 354,9
secara aman dan terintegrasi
Pengendalian konten negatif Jumlah konten internet (media sosial, 120000 150000 175000 210000 250000 354,9 Pusat Kemenkominfo
konten negatif, website) yang bisa
ditangani per tahun(konten)
ProP : Pengembangan literasi dan 34,6
keahlian TIK
Fasilitasi literasi digital bagi Jumlah Peserta Literasi Digital Bagi 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 34,6 Tersebar Kemenkominfo
masyarakat Masyarakat (peserta) (termasuk peserta
online)
Pelatihan SDM bidang TIK Jumlah Peserta Pelatihan digital Skill 50000 50000 50000 50000 50000 0,0 Tersebar Kemenkominfo
(termasuk kawasan prioritas) untuk
menuju ekonomi digital (peserta)
ProP : Pengembangan dan 105,0
fasilitasi industri TIK
Pelaksanaan pengujian perangkat Tahap penyelesaian laboratorium Perencanaan Penyiapan Transaksi dan Konstruksi Balai Uji 105,0 Pusat Kemenkominfo
TIK pengujian perangkat telekomunikasi konstruksi penanda Rujukan
rujukan nasional (tahapan) tanganan Nasional
JUMLAH 4.882.575,0
Keterangan :
Indikasi target dan pendanaan dapat dimutakhirkan melalui RKP dengan mempertimbangkan : (1) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; (2) Kesiapan dan Sumber Pendanaan; (3) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha dan Masyarakat
A.6.1
PP : PENINGKATAN KUALITAS Indeks Kualitas Udara (IKU) 84,10 84,20 84,30 84,40 84,50 32.352,9
LINGKUNGAN HIDUP
Indeks Kualitas Air (IKA) 55,10 55,20 55,30 55,40 55,50
Indeks Kualitas Air Laut (IKAL) 58,50 59,00 59,50 60,00 60,50
Indeks Kualitas Tutupan Lahan dan 61,60 62,50 63,50 64,50 65,50
Ekosistem Gambut (IKTL)
KP : Pencegahan Pencemaran dan Jumlah lokasi pemantauan kualitas 1.139 1.141 1.141 1.141 1.141 14.513,0
Kerusakan Sumber Daya Alam dan lingkungan (lokasi)
Lingkungan Hidup
Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang 1.668 2.625 3.000 3.375 3.750
terpantau memenuhi baku mutu
lingkungan hidup (perusahaan)
ProP : Pemantauan Kualitas Udara, Jumlah stasiun pemantauan kualitas 111 188 197 153 130 1.807,2
Air, dan Air Laut air secara otomatis, online, dan
kontinyu (unit)
Jumlah stasiun pemantauan kualitas 15 30 31 31 32
udara secara otomatis, online, dan
kontinyu (unit)
Jumlah provinsi yang terpantau 34 34 34 34 34
kualitas air lautnya (provinsi)
A.6.2
Pemantauan Kualitas Udara Jumlah stasiun pemantauan kualitas 10 25 26 26 27 249,1 Tersebar Penguatan sistem KEMEN LHK
Otomatis udara ambien yang beroperasi secara peringatan dini bencana
otomatis, online, dan kontinyu/AQMS
(unit)
Pemantauan Kualitas Air Otomatis Jumlah stasiun pemantau kualitas air 71 148 157 113 90 889,6 15 DAS prioritas Penguatan sistem KEMEN LHK
sungai yang beroperasi secara otomatis, pemulihan peringatan dini bencana
online, dan kontinyu (unit)
Pemantauan Kualitas Air Laut Jumlah provinsi yang terpantau kualitas 34 34 34 34 34 90,0 34 provinsi KEMEN LHK
air lautnya (provinsi)
Pembangunan Laboratorium Riset Jumlah Laboratorium Merkuri dan 1 0 0 0 0 74,0 Provinsi Banten Penguatan sistem KEMEN LHK
Merkuri dan Metrologi Lingkungan Metrologi Lingkungan yang Dibangun peringatan dini bencana
(unit)
Sertifikasi laboratorium lingkungan Jumlah sertifikasi laboratorium - 6 6 6 6 12,0 6 wilayah pulau KEMEN LHK
hidup lingkungan hidup daerah yang
diterbitkan (sertifikat)
Penguatan Early Warning System Jumlah stasiun pemantauan kualitas 5 5 5 5 5 47,4 Tersebar Penguatan sistem DAK LH
untuk Bencana Lingkungan Hidup udara ambien yang beroperasi secara peringatan dini bencana
(DAK alat pemantauan kualitas otomatis, online, dan kontinyu/AQMS
udara otomatis) (unit)
Penguatan Early Warning System Jumlah stasiun pemantau kualitas air 40 40 40 40 40 307,8 15 DAS prioritas Penguatan sistem DAK LH
untuk Bencana Lingkungan Hidup sungai yang beroperasi secara otomatis, pemulihan peringatan dini bencana
(DAK alat pemantauan kualitas air online, dan kontinyu (unit)
otomatis)
Penguatan Early Warning System Jumlah kab/kota yang memperoleh 37 37 37 37 37 137,3 Seluruh Indonesia Penguatan sistem DAK LH
untuk Bencana Lingkungan Hidup penambahan peralatan laboratorium peringatan dini bencana
(DAK alat laboratorium uji kualitas untuk uji kualitas air dan merkuri
air dan merkuri) (kab/kota)
ProP : Pemantauan Kinerja Jumlah industri yang terpantau 1.668 2.625 3.000 3.375 3.750 153,9
Pengelolaan Lingkungan pada Usaha memenuhi baku mutu emisi (unit
dan/atau Kegiatan usaha/kegiatan)
Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang 1.668 2.625 3.000 3.375 3.750
memenuhi baku mutu air limbah (unit
usaha/kegiatan)
Jumlah pelabuhan yang 20 25 30 40 50
melaksanakan pengendalian
pencemaran pesisir dan laut
(pelabuhan)
Jumlah usaha dan/atau kegiatan 80 85 90 110 113
tambang yang meningkat kinerja
pengelolaan lingkungannya (unit
usaha/kegiatan)
A.6.3
Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang 300 350 400 450 500
memenuhi persyaratan pemulihan
ekosistem gambut (unit
usaha/kegiatan)
Jumlah industri yang memenuhi Jumlah industri yang terpantau 1.668 2.625 3.000 3.375 3.750 20,5 34 provinsi KEMEN LHK
baku mutu emisi memenuhi baku mutu emisi (unit
usaha/kegiatan)
Jumlah usaha dan/atau kegiatan Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang 1.668 2.625 3.000 3.375 3.750 75,8 34 provinsi KEMEN LHK
yang memenuhi baku mutu air memenuhi baku mutu air limbah (unit
limbah usaha/kegiatan)
Jumlah pelabuhan yang Jumlah pelabuhan yang melaksanakan 20 25 30 40 50 10,2 34 provinsi KEMEN LHK
melaksanakan pengendalian pengendalian pencemaran pesisir dan
pencemaran pesisir dan laut laut (pelabuhan)
Jumlah industri yang melaksanakan Jumlah usaha dan/atau kegiatan 80 85 90 110 113 11,4 34 provinsi KEMEN LHK
pengendalian kerusakan lahan dan tambang yang meningkat kinerja
reklamasi tambang pengelolaan lingkungannya (unit
usaha/kegiatan)
Jumlah usaha dan/atau kegiatan Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang 300 350 400 450 500 6,5 34 provinsi KEMEN LHK
yang memenuhi persyaratan memenuhi persyaratan pemulihan
pemulihan ekosistem gambut ekosistem gambut (unit usaha/kegiatan)
Pengawasan Effluent IPAL, IPLT, Jumlah kab/kota yang dilakukan - 33 40 60 60 29,5 Seluruh provinsi KEMEN LHK
dan Leachate TPA pengawasan terhadap effluent IPAL,
IPLT, dan Leachate TPA (kab/kota)
ProP : Penyediaan Informasi Cuaca Persentase Informasi Meteorologi 80 81 82 82 83 2.606,4
dan Iklim yang Berkualitas (persen)
Persentase Informasi Klimatologi 76 77 79 80 82
yang berkualitas (persen)
Prediksi dan peringatan dini cuaca Jumlah stasiun yang menyediakan - 1 10 34 - 346,2 34 provinsi Penguatan sistem BMKG
dengan Scaling Up Weather layanan informasi cuaca digital skala peringatan dini bencana
Capacity II desa/kelurahan dengan scalling up
wheather capacity II (stasiun)
Informasi meteorologi maritim Jumlah pelabuhan yang memperoleh 20 20 20 20 20 1.792,3 100 pelabuhan Penguatan sistem BMKG
melalui Strengthening of Marine informasi meteorologi maritim peringatan dini bencana
Meteorology (pelabuhan)
Informasi peringatan dini windshear Jumlah bandara yang memperoleh 4 3 2 2 3 278,5 14 bandara Penguatan sistem BMKG
informasi peringatan dini windshear peringatan dini bencana
(bandara)
Informasi Iklim Terapan di pusat Jumlah Informasi Iklim Terapan di pusat 6 6 6 6 6 189,5 pusat Penguatan sistem BMKG
(informasi) peringatan dini bencana
A.6.4
ProP : Pencegahan Kebakaran Lahan Jumlah desa yang dicegah dari 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.357,3
dan Hutan kebakaran hutan dan lahan (desa)
Jumlah kawasan hidrologi gambut 100 125 150 200 300
yang memiliki infrastruktur tata air
adaptif kekeringan/ neraca air yang
semakin membaik dalam suatu KHG
(KHG)
Pencegahan Kebakaran Hutan dan Jumlah Desa Rawan Karhutla yang 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 865,5 24 provinsi rawan KEMEN LHK
Lahan dijangkau kegiatan Pencegahan kebakaran hutan dan
Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi lahan
Rawan Karhutla (desa)
Jumlah Provinsi Rawan Karhutla yang 24 24 24 24 24 0,0 24 provinsi rawan KEMEN LHK
ditingkatkan Dukungan Sarana kebakaran hutan dan
Prasarana Penanganan karhutla lahan
(provinsi)
Terlaksananya Peningkatan Kapasitas 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0,0 24 provinsi rawan KEMEN LHK
Tenaga Dalkarhutla di Provinsi Rawan kebakaran hutan dan
Karhutla (orang) lahan
Penanggulangan Kebakaran Hutan Jumlah pelaksanaan pemadaman udara 170 170 170 170 170 179,0 34 provinsi KEMEN LHK
dan Lahan /pemantauan dari udara (sorty)
Pembentukan desa mandiri peduli Jumlah desa mandiri peduli gambut yang 75 75 75 75 75 18,4 Sumatera Selatan, Jambi, KEMEN LHK
gambut di 7 provinsi prioritas dibentuk di 7 provinsi prioritas restorasi Riau, Kalimantan Barat,
restorasi gambut gambut (desa) Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, dan
Papua.
Pembentukan desa mandiri peduli Jumlah desa mandiri peduli gambut yang 60 60 60 60 60 14,7 Aceh, Bangka-Belitung, KEMEN LHK
gambut di 12 provinsi dibentuk di 12 Provinsi (desa) Bengkulu, Sumatera Utara,
Kepulauan Riau, Sumatera
Barat, Lampung,
Kalimantan Timur,
Kalimantan Utara,
Sulawesi Barat, Sulawesi
Tengah, Papua Barat
Area Penanganan Dampak Area Penanganan Dampak Perubahan 1.245 1.245 1.245 1.245 1.245 84,7 15 Provinsi Kementan
Perubahan Iklim dan Pencegahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran Lahan
Kebakaran Lahan dan Kebun dan Kebun (ha)
Pencegahan kebakaran hutan di Jumlah kawasan rawa yang ditingkatkan 0 3 3 3 3 180,0 Tersebar Kemen PU&PERA
kawasan rawa tata kelola airnya (wilayah sungai)
Sistem Penyediaan Data dan Produk Jumlah Sistem Penyediaan Data dan 1 1 1 1 1 15,0 pusat LAPAN
Data Hotspot Produk Data Hotspot (sistem)
A.6.5
ProP : Peningkatan Kesadaran dan Jumlah satuan pendidikan formal dan 518 730 840 960 1.080 682,4
Kapasitas Pemerintah, Swasta dan lembaga/komunitas masyarakat
Masyarakat terhadap Lingkungan peduli dan berbudaya lingkungan
Hidup hidup (unit)
Jumlah produk ramah lingkungan 5 10 15 20 25
yang teregister dan masuk dalam
pengadaan barang dan jasa
pemerintah (produk)
Peningkatan kapasitas dan Jumlah satuan pendidikan formal dan 518 730 840 960 1.080 140,0 34 provinsi KEMEN LHK
kesadaran masyarakat dalam lembaga/komunitas masyarakat peduli
pengelolaan LH dan berbudaya lingkungan hidup (unit)
Dokumen Rancangan Standar (SNI Jumlah Dokumen Rancangan Standar 20 20 20 20 20 11,4 pusat KEMEN LHK
dan Standar Khusus) (SNI dan Standar Khusus) (dokumen)
Dokumen Penerapan Standar Jumlah Dokumen Penerapan Standar 25 25 25 25 25 9,9 pusat KEMEN LHK
(dokumen)
Penerapan Label Ramah Lingkungan Jumlah Dokumen Penerapan Label 5 10 15 20 25 7,6 pusat KEMEN LHK
untuk Pengadaan Barang dan Jasa Ramah Lingkungan untuk Pengadaan
Barang dan Jasa (dokumen)
Dokumen Strategi Pelaksanaan Jumlah Dokumen Strategi Pelaksanaan 2 2 2 2 2 1,0 pusat KEMEN LHK
Pencapaian Sasaran Pola Konsumsi Pencapaian Sasaran Pola Konsumsi dan
dan Produksi Berkelanjutan (TPB Produksi Berkelanjutan (dokumen)
12)
Penurunan Konsumsi Bahan Persentase penurunan tingkat konsumsi 23,56 23,56 23,58 25,24 25,25 51,3 34 provinsi KEMEN LHK
Perusak Ozon bahan perusak ozon dari baseline
(persen)
Peningkatan Kapasitas Jumlah Lembaga/forum peduli DAS yang 34 34 34 34 34 340,0 34 provinsi KEMEN LHK
Lembaga/Forum Peduli DAS meningkat kapasitasnya
(lembaga/forum)
Penerapan IPTEK LHK untuk Jumlah hasil penelitian, pengembangan 33 65 65 65 65 121,1 Pusat KEMEN LHK
meningkatkan kapasitas dan inovasi yang dimanfaatkan (produk)
masyarakat
ProP : Pencegahan Kehilangan Luas hutan dengan Indeks Jasa 65 65 65 65 65 5.086,9
Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan tinggi (juta ha)
Kerusakan Ekosistem
Luas kawasan konservasi (juta ha) 27 27 27 27 27
Jumlah Kawasan Konservasi Laut 10 14,5 17,5 19 20
yang dikelola secara berkelanjutan
(juta ha)
A.6.6
Keanekaragaman hayati perairan Jumlah keanekaragaman hayati perairan 6 10 14 18 20 30,8 Pusat KKP
terancam punah yang dilindungi yang dilindungi, dan/atau dilestarikan
dan/atau dilestarikan (jenis)
Pelaku usaha pemanfaatan Jumlah pelaku usaha pemanfaatan 35 40 45 50 55 18,8 Daerah KKP
kawasan konservasi perairan kawasan konservasi perairan nasional
nasional yang diperiksa yang diperiksa kepatuhannya (pelaku
kepatuhannya usaha)
Kawasan Bentang Alam karst, Jumlah kawasan Bentang Alam karst, 4 4 4 4 4 5,8 Tersebar KEMEN ESDM
kawasan imbuhan, dan kawasan kawasan imbuhan, dan kawasan cagar
cagar alam geologi alam geologi (unit)
Kebun Raya Daerah yang Jumlah Kebun Raya Daerah yang 2 2 2 2 2 86,2 Pusat LIPI
Dikembangkan Dikembangkan (unit)
Pembangunan/Rehabilitasi Jumlah kawasan konservasi yang 30 40 45 50 55 350,0 34 provinsi Pemda/DAK
Prasarana Kawasan Konservasi dibangun sarana dan prasarana (unit)
Perairan atau kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
ProP : Penyediaan Data dan Tersedianya data & informasi Sumber 14 24 24 28 28 2.818,9
Informasi Keanekaragaman Hayati Daya Alam (SDA), Daya Dukung Daya
dan Ekosistem Tampung Lingkungan Hidup
(DDDTLH), dan Neraca SDA (NSDA)
Mekanisme Pendanaan Konservasi Jumlah sistem pendanaan konservasi 1 1 1 1 1 15,0 Pusat KEMEN LHK
Keanekaragaman Hayati keanekaragaman hayati (sistem)
Pusat Informasi Geopark Jumlah pusat informasi geopark/geologi 2 2 2 2 2 49,2 Tersebar KEMEN ESDM
(unit)
Rekomendasi Penetapan Jumlah rekomendasi penetapan - 4 4 4 4 10,2 Tersebar KEMEN ESDM
Geoheritage geoheritage (rekomendasi)
A.6.8
Sumberdaya Genetik yang Sumberdaya Genetik yang Terkonservasi 3.100 3.100 3.100 3.100 3.100 4,3 Kementan
Terkonservasi dan Terdokumentasi dan Terdokumentasi (aksesi)
Sumberdaya Genetik yang Sumberdaya Genetik yang 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 3,7 Kementan
Terkarakterisasi Terkarakterisasi (aksesi)
Penginderaan Jauh Untuk Data Sistem penginderaan jauh yang 1 2 2 2 1 35,0 LAPAN
Kawasan Konservasi, Pencegahan terbangun (sistem)
Pencemaran, Kebencanaan, dan
Pemanfaatan SDA
Infrastruktur Pusat Data Hayati dan Jumlah Infrastruktur Pusat Data Hayati 1 1 1 496,5 Kab. Bogor (Cibinong STP) LIPI
Kekayaan Intelektual dan Kekayaan Intelektual(unit)
Infrastruktur Fasilitas Genomic Jumlah Infrastruktur Fasilitas Genomic 1 1 0 0 0 259,0 Kab. Bogor (Cibinong STP) LIPI
Biodiversitas Tropika dan Biodiversitas Tropika dan Lingkungan
Lingkungan Nasional Terintegrasi Nasional Terintegrasi (unit)
Hasil Pengungkapan dan Jumlah Hasil Pengungkapan dan 21 4 5 5 7 107,5 Provinsi Jawa Barat LIPI
Pemanfataan Biodiversitas Pemanfataan Biodiversitas Nusantara
Nusantara (hasil riset)
Penguatan Riset Samudra Nasional Jumlah hasil riset (hasil riset) 1 1 1 1 0 102,2 Provinsi DKI Jakarta LIPI
KP : Penanggulangan Pencemaran dan Jumlah sampah yang terkelola secara 64,80 67,10 68,51 69,20 69,80 8.516,9
Kerusakan Sumber Daya Alam dan nasional (juta ton)
Lingkungan Hidup
Persentase penurunan sampah yang 20 30 40 50 60
terbuang ke laut dari baseline (persen)
Jumlah limbah B3 yang terkelola (juta 89,44 98,68 107,99 117,22 126,49
ton)
Persentase penurunan beban 0,025 0,032 0,039 0,046 0,053
pencemaran yang dibuang ke badan
air pada 15 DAS prioritas dari
baseline 4.546.946,30 kg BOD/hari
(persen)
ProP : Penanganan Pencemaran dan Jumlah lokasi pengendalian 42 52 62 72 82 761,7
Kerusakan Lingkungan pencemaran pesisir dan laut dari
tumpahan minyak dan sumber
pencemar lainnya (lokasi)
Jumlah fasilitas pengolahan air 53 60 70 70 70
limbah terbangun (unit)
Fasilitas pengolahan air limbah di Jumlah pembangunan fasilitas 4 10 20 20 20 124,6 Sungai Citarum KEMEN LHK
sungai Citarum pengolahan air limbah di Sungai Citarum
(unit)
Fasilitas Pengendalian Pencemaran Jumlah pembangunan fasilitas 49 50 50 50 50 265,5 14 DAS Prioritas KEMEN LHK
Air pengendalian pencemaran air (unit)
A.6.9
Pemantauan Sampah Laut dan Jumlah lokasi yang dilakukan 40 50 60 70 80 25,2 34 provinsi KEMEN LHK
Coastal Clean Up pemantauan sampah laut dan coastal
clean up (lokasi)
Penanggulangan Pencemaran Jumlah lokasi yang dilakukan 2 2 2 2 2 5,5 Batam, Bintan KEMEN LHK
Tumpahan Minyak dan Kejadian penanggulangan pencemaran tumpahan
Pencemaran Kerusakan Pesisir dan minyak dan kejadian pencemaran
Laut kerusakan pesisir dan laut (lokasi)
Kawasan pesisir dan pulau-pulau Jumlah kawasan pesisir dan pulau- 8 6 6 5 5 35,8 27 Lokasi KKP
kecil yang dilakukan pulau kecil yang dilakukan
penanggulangan pencemaran penanggulangan pencemaran (kawasan)
Core Reef Rehabilitation and Jumlah data status sumber daya pesisir 5 5 0 0 263,1 Provinsi DKI Jakarta LIPI
Management Program-Coral Triangle yang disediakan (jumlah data)
Initiative Project
Teknologi Konservasi DAS : Decision Jumlah teknologi yang dihasilkan 1 1 1 1 42,0 Provinsi Jawa Barat LIPI
Support System (DSS) & Konsep (produk/temuan)
Pengelolaan untuk Percepatan
Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan (P3K) Daerah Aliran
Sungai (DAS)
ProP : Pengelolaan Sampah Rumah Jumlah pengurangan timbulan 14,00 16,40 17,99 18,90 19,70 3.042,9
Tangga dan Sampah Plastik sampah secara nasional (juta ton)
Jumlah penanganan timbulan sampah 50,80 50,70 50,52 50,30 50,10
secara nasional (juta ton)
Peningkatan Jumlah Pengurangan Jumlah pengurangan timbulan sampah 5,65 6,23 6,81 7,14 7,48 100,9 34 provinsi KEMEN LHK
Timbulan Sampah Nasional (juta ton)
Pengurangan Timbulan Sampah Jumlah pengurangan timbulan sampah 8,35 10,17 11,18 11,76 12,22 162,7 34 provinsi Pemerintah
Nasional (juta ton) Daerah;
Masyarakat;
Badan Usaha;
lainnya
Peningkatan Jumlah Penanganan Jumlah penanganan timbulan sampah 19,26 19,19 19,12 19,05 18,97 673,9 34 provinsi KEMEN LHK
Timbulan Sampah Nasional (juta ton)
Penanganan Timbulan Sampah Jumlah penanganan timbulan sampah 31,54 31,51 31,40 31,25 31,13 1.105,4 34 provinsi Pemerintah
Nasional (juta ton) Daerah;
Masyarakat;
Badan Usaha;
lainnya
A.6.10
Pembuatan bahan bakar berbasis Jumlah fasilitas pengolahan sampah 0 1 1 1 1 1.000,0 Jawa Barat (Kabupaten KEMEN LHK
sampah/Refuse Derived Fuel (RDF) untuk pembuatan bahan bakar berbasis Bekasi); Sulawesi Selatan
sampah/Refuse Derived Fuel (RDF) yang (Kota Makassar); Sumatera
terbangun(unit) Barat (Kota Padang);
Banten (Kota Cilegon);
Jawa Timur (Kota
Probolinggo)
ProP : Pengurangan dan Persentase pengurangan dan 10% (5 ton) 10% (5 ton) 20% (10 ton) 20% (10 ton) 20% (10 ton) 70,1
Penghapusan Merkuri penghapusan merkuri dari baseline50
ton penggunaan merkuri (persen)
Pembangunan Pusat Pengolahan Terbangunnya Pusat Pengolahan Limbah Studi/Kajian Studi/Kajian pembangunan pembangunan operasi 1.002,0 Jawa Timur (Kab. Pembangunan Fasilitas SWASTA
Limbah B3 Terpadu Wilayah Jawa B3 terpadu untuk wilayah Jawa Timur (1 (SP) (OBC dan FBC) fisik fisik Lamongan) Pengolahan Limbah B3
Timur unit)
KP : Pemulihan Pencemaran dan Luas lahan gambut terdegradasi yang 301.800 318.200 325.000 325.000 330.000 5.694,9
Kerusakan Sumber Daya Alam dan dipulihkan dan difasilitasi restorasi
Lingkungan Hidup gambut (ha)
Jumlah lahan terkontaminasi limbah 260.000 220.000 270.000 220.000 230.000
B3 yang dipulihkan secara nasional
(ton)
Jumlah kawasan pesisir dan pulau- 20 21 22 24 26
pulau kecil rusak yang dipulihkan
(lokasi)
Jumlah spesies TSL terancam punah 25 25 25 25 25
yang ditingkatkan populasinya (jenis)
ProP : Restorasi dan Pemulihan Luas ekosistem gambut yang 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 2.993,7
Lahan Gambut terkordinasi dan difasilitasi restorasi
gambut pada 7 provinsi rawan
kebakaran hutan (ha)
Luas lahan gambut terdegradasi yang 1.800,0 18.200,0 25.000,0 25.000,0 30.000,0
dipulihkan di lahan masyarakat (ha)
Luas lahan gambut yang difasilitasi Luas ekosistem gambut yang 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 1.858,7 7 provinsi KEMEN LHK
restorasi gambut pada 7 provinsi terkordinasi dan difasilitasi restorasi
rawan kebakaran hutan gambut pada 7 provinsi rawan
kebakaran hutan (ha)
Luas Lahan Gambut yang Luas kawasan hidrologi gambut 1.800 18.200 25.000 25.000 30.000 1.135,1 12 provinsi KEMEN LHK
dipulihkan dari degradasi terdegradasi yang dipulihkan di lahan
masyarakat (ha)
ProP : Pemulihan Lahan Bekas Luas lahan bekas tambang yang 7.077,5 7.105,0 7.140,0 7.165,0 7.190,0 1.029,3
Tambang dan Lahan Terkontaminasi dipulihkan dan direklamasi secara
Limbah B3 nasional (ha)
Jumlah lahan terkontaminasi limbah 250.000 200.000 250.000 200.000 200.000
B3 dari kegiatan institusi yang
terpulihkan (ton)
Jumlah lahan terkontaminasi limbah 10.000 20.000 20.000 20.000 30.000
B3 dari kegiatan non institusi yang
terpulihkan (ton)
Peningkatan luasan lahan terlantar Luas lahan bekas tambang rakyat yang 77,5 80,0 90,0 90,0 90,0 381,1 4 provinsi KEMEN LHK
bekas pertambangan rakyat yang difasilitasi pemulihannya (ha)
terpulihkan
A.6.12
Lahan reklamasi pertambangan Luas lahan reklamasi pertambangan (ha) 7.000 7.025 7.050 7.075 7.100 50,0 17 provinsi KEMEN ESDM
Pemulihan Lahan Terkontaminasi Jumlah lahan terkontaminasi limbah B3 10.000 20.000 20.000 20.000 30.000 560,0 KEMEN LHK
Limbah B3 Non Institusi non-institusi yang terpulihkan (ton)
Peningkatan pemulihan lahan Jumlah lahan terkontaminasi limbah B3 250.000 200.000 250.000 200.000 200.000 33,2 KEMEN LHK
terkontaminasi limbah B3 akibat dari kegiatan institusi yang terpulihkan
kegiatan institusi (ton)
Teknologi untuk Lahan Eks Teknologi untuk Lahan Eks 2 2 2 2 2 5,0 1 Provinsi Kementan
Pertambangan Pertambangan dan Pemetaan (teknologi)
ProP : Pemulihan Habitat Spesies Jumlah luas kawasan konservasi yang 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 950,0
Terancam Punah ditangani permasalahannya (juta ha)
Penanganan permasalahan di Luas opened area di kawasan 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 950,0 KEMEN LHK
kawasan Konservasi (opened area) konservasi yang ditangani (juta ha)
ProP : Peningkatan Populasi Spesies Jumlah luas kawasan yang 10 10 10 10 10 684,0
Tumbuhan dan Satwa Liar diverifikasi sebagai Perlindungan
Terancam Punah Keanekaragaman Spesies dan Genetik
TSL (juta ha)
Luas kawasan yang diverifikasi Jumlah luas kawasan yang diverifikasi 10 10 10 10 10 493,2 Pusat dan Daerah KEMEN LHK
sebagai Perlindungan sebagai Perlindungan Keanekaragaman
Keanekaragaman Spesies dan Spesies dan Genetik TSL (juta ha)
Genetik TSL
Pengembangan entitas Jumlah entitas perlindungan, dan 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 6,8 Pusat KEMEN LHK
perlindungan, dan pengawetan pengawetan keanekaragaman spesies
keanekaragaman hayati dan genetik TSL (unit)
Perlindungan dan Penyelamatan Jumlah Pusat Konservasi yang dibangun 5 5 5 5 5 100,0 Medan, Pekanbaru, KEMEN LHK
Satwa Liar (unit) Surabaya, Denpasar,
Ambon, Manado,
Makassar, Pontianak,
Balikpapan, Jayapura
A.6.13
Konservasi Tumbuhan Pulau-Pulau Jumlah Unit Konservasi Tumbuhan Pulau- 2 2 2 2 84,0 LIPI
Terluar Indonesia : Primary Pulau Terluar Indonesia (unit)
KP : Penguatan Kelembagaan dan Persentase pemegang izin yang taat 50 60 65 68 70 3.628,1
Penegakan Hukum di Bidang Sumber terhadap peraturan terkait bidang
Daya Alam dan Lingkungan Hidup lingkungan hidup dan kehutanan
(persen)
Jumlah kasus pidana dan perdata 219 387 427 472 540
lingkungan hidup dan kehutanan yang
ditangani (kasus)
Jumlah luas hutan yang diamankan 1.700.000 1.900.000 2.150.000 2.150.000 2.100.000
dari gangguan dan ancaman (ha)
KLHS yang terjamin kualitasnya Jumlah Kajian Lingkungan Hidup 30 30 30 30 30 5,0 34 provinsi KEMEN LHK
berbasis Daya Dukung Daya Strategis (KLHS) yang tervalidasi
tampung kelayakannya dan terjamin kualitasnya
berbasis Dokumen Daya Dukung Daya
tampung (KLHS)
ProP : Penguatan Sistem Perizinan, Jumlah Usaha dan /atau Kegiatan 1.000 1.500 1.700 1.950 2.100 2.374,0
Pengawasan, dan Pengamanan yang diawasi ketaatannya terhadap
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan izin lingkungan dan Peraturan
Lingkungan Hidup Perundang-Undangan terkait Bidang
LHK (perusahaan)
A.6.14
Operasi pengamanan kawasan Jumlah operasi pengamanan kawasan 100 130 140 160 180 548,4 33 provinsi KEMEN LHK
hutan hutan
Operasi peredaran hasil hutan Jumlah operasi pembalakan liar, 110 250 300 380 400 1.028,6 34 provinsi KEMEN LHK
illegal tumbuhan & satwa liar (operasi)
Usaha dan/atau kegiatan yang Jumlah Usaha dan /atau Kegiatan yang 1.000 1.500 1.700 1.950 2.100 489,2 Pusat KEMEN LHK
diawasi ketaatannya terhadap diawasi ketaatannya terhadap izin
Peraturan Bidang LHK lingkungan dan Peraturan Perundang-
Undangan terkait Bidang LHK
(perusahaan)
PPLH yang ditingkatkan Jumlah PPLH yang ditingkatkan 200 550 700 800 900 178,5 Pusat KEMEN LHK
kapasitasnya kapasitasnya (orang)
Penguatan Sistem Kajian Dampak Pengembangan dan penerpaan sistem 3 3 3 3 3 46,7 34 provinsi KEMEN LHK
Lingkungan serta Penilaian dan informasi dokumen lingkungan dan izin
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan) lingkungan (sistem), Penguatan Komisi
Penilai Amdal (KPA) dan Evaluasi Kinerja
sistem kajian dampak lingkungan (Prov)
(laporan)
Pengembangan Sistem Aplikasi Jumlah data spesies kayu pada aplikasi 0 1.050 1.150 1.250 1.350 50,0 Pusat KEMEN LHK
AIKO (alat identifikasi kayu AIKO KLHK (jenis)
otomatis) untuk mendukung
Penegakan Hukum di bidang LHK
Kelompok Masyarakat Pengawas Jumlah Kelompok Masyarakat Pengawas 1.010 1.050 1.100 1.150 1.200 32,8 Pusat dan Daerah KKP
(POKMASWAS) yang dibina dalam (POKMASWAS) yang dibina dalam
membantu pengawasan sumber membantu pengawasan SDKP (kelompok)
daya kelautan dan perikanan
A.6.15
ProP : Penguatan Mekanisme Terselesaikannya kasus pidana LHK 173 285 315 350 400 1.226,0
Pidana, Perdata, dan Mediasi dalam sampai dengan P21/berkas perkara
Proses Penegakan Hukum Bidang dinyatakan lengkap (kasus)
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup
Jumlah Sengketa Lingkungan Hidup 46 102 112 122 140
yang diselesaikan melalui pengadilan
dan di luar pengadilan (kasus)
Kasus tindak pidana LHK yang Jumlah kasus pidana LHK yang 173 285 315 350 400 583,6 Pusat KEMEN LHK
diselesaikan sampai dengan P21 diselesaikan sampai dengan P21/berkas
perkara dinyatakan lengkap (kasus)
Sengketa Lingkungan Hidup yang Jumlah Sengketa Lingkungan Hidup 46 102 112 122 140 330,6 Pusat KEMEN LHK
diselesaikan yang diselesaikan melalui pengadilan
dan di luar pengadilan (kasus)
PPNS LHK yang ditingkatkan jumlah PPNS LHK yang ditingkatkan 210 500 600 750 1.000 311,7 Pusat KEMEN LHK
kapasitasnya kapasitasnya (orang)
PP : PENINGKATAN KETAHANAN Persentase potensi kehilangan PDB 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 63.375,1
BENCANA DAN IKLIM akibat dampak bencana (persen)
Peta potensi likuifaksi kota-kota Jumlah peta potensi likuifaksi kota-kota 2 2 2 2 2 2,1 Pusat Penguatan sistem KEMEN ESDM
besar, kawasan strategis nasional besar, kawasan strategis nasional dan peringatan dini bencana
dan kawasan industri kawasan industri (peta)
Peta potensi land subsiden kota-kota Jumlah peta potensi land subsiden kota- 2 2 2 2 2 2,1 Pusat Penguatan sistem KEMEN ESDM
besar, kawasan strategis nasional kota besar, kawasan strategis nasional peringatan dini bencana
dan kawasan industri dan kawasan industri (peta)
Penguatan Data Pemetaan Bencana Jumlah Peta Geologi Bersistem dan 12 12 12 12 12 19,5 Pusat Penguatan sistem KEMEN ESDM
Geologi Bertema (peta) peringatan dini bencana
Peningkatan kapasitas masyarakat Jumlah kabupaten/wilayah yang 11 29 29 29 29 15,3 Pusat dan daerah Penguatan sistem KEMEN ESDM
untuk ketahanan bencana geologi terlayani sosialisasi mitigasi bencana peringatan dini bencana
geologi (wilayah)
Prasarana pengelolaan database Jumlah daerah yang mendapat 10 10 10 10 10 58,0 34 Provinsi Penguatan sistem BNPB
dan teknologi informasi prasarana pengelolaan database dan peringatan dini bencana
kebencanaan teknologi informasi (lokasi)
Rencana Penanggulangan Jumlah daerah yang memiliki rencana 2 2 2 2 2 2,4 34 Provinsi BNPB
Kedaruratan Bencana dan Penilaian penanggulangan kedaruratan bencana
Ketangguhan Desa/Kelurahan (lokasi)
Budaya Sadar bencana Jumlah daerah yang mendapatkan 81 81 81 81 81 12,2 34 Provinsi BNPB
layanan budaya sadar bencana (lokasi)
Kajian Teknis, Riset dan Dukungan Jumlah kegiatan kajian teknis, riset dan 18 18 18 18 18 37,9 Pusat Penguatan sistem BNPB
Teknis Pengembangan Strategi PB dukungan teknis pengembangan strategi peringatan dini bencana
penanggulangan bencana yang
dilaksanakan (kegiatan)
Pendidikan dan Pelatihan Teknis Jumlah lokasi pelaksanaan pendidikan 19 19 19 19 19 54,9 34 Provinsi BNPB
dan Simulasi PB di Daerah pelatihan teknis dan simulasi PB di
daerah (kab/kota)
Masyarakat Dan Aparatur Pemda Jumlah Masyarakat Dan Aparatur Pemda 390 390 390 390 390 8,3 34 Provinsi KEMENDES, PDT &
Yang Ditingkatkan Kapasitasnya Yang Ditingkatkan Kapasitasnya Dalam TRANS
Dalam Penanggulangan Bencana Di Penanggulangan Bencana Di Daerah
Daerah Tertinggal Tertinggal (orang)
Pengurangan risiko krisis kesehatan Jumlah provinsi dan kabupaten/kota 117 123 124 124 124 65,2 6 provinsi, 26 kota, 85 Kemenkes
yang ditingkatkan kapasitasnya dalam kabupaten
upaya pengurangan risiko krisis
kesehatan (daerah)
ProP : Penguatan Sistem, Regulasi Jumlah penyusunan kajian untuk 14 14 14 14 14 335,9
dan Tata Kelola Bencana regulasi dan tata kelola bencana
(kajian)
Jumlah sistem kebencanaan yang 3 3 3 3 3
dikembangkan (sistem)
A.6.17
Distribusi Logistik dan Peralatan PB Jumlah Kegiatan Distribusi Logistik dan 5 5 5 5 5 52,2 34 Provinsi BNPB
Peralatan PB (kegiatan)
Korban Bencana Alam Yang Jumlah Korban Bencana Alam Yang 500 2.000 2.000 2.000 2.000 56,0 Pusat KEMENSOS
Mendapatkan Penanganan Darurat Mendapat Pemulihan Sosial Pada Saat
dan Pemulihan Sosial Pasca Bencana (jiwa)
Pembangunan infrastruktur untuk Panjang bangunan perkuatan tebing 5 8 8 10 10 3.480,0 Tersebar Kemen PU&PERA
mendukung ketahanan wilayah yang dibangun atau ditingkatkan (km)
terhadap bencana bencana banjir
A.6.18
Pembangunan dan peningkatan Jumlah sabo dam yang dibangun atau 14 15 15 15 15 1.145,0 Tersebar Kemen PU&PERA
sabo dam penahan banjir dan ditingkatkan (unit)
sedimen di wilayah sungai prioritas
Pembangunan dan peningkatan Jumlah wilayah sungai yang ditetapkan 10 20 20 20 20 90,0 Diprioritaskan untuk Kemen PU&PERA
ketahanan infrastruktur vital ketahanan infrastruktur vitalnya wilayah sungai rawan
terhadap risiko bencana terhadap risiko bencana (wilayah sungai) banjir, tsunami, kawasan
pantura Jawa, dan DAS
Kritis
Normalisasi dan peningkatan Panjang sungai yang dinormalisasi dan 32 14 10 11 4 2.845,0 Provinsi Banten, Provinsi Kemen PU&PERA
kapasitas aliran sungai ditingkatkan kapasitas alirannya di DKI Jakarta, Provinsi Jawa
Kawasan Pesisir Utara Pulau Jawa (Km) Barat, Provinsi Jawa
Tengah, Provinsi Jawa
Timur
ProP : Integrasi Kerjasama Jumlah penyusunan kajian untuk 50 50 50 50 50 104,6
Kebijakan dan Penataan Ruang kebijakan dan regulasi
berbasis Risiko Bencana penanggulangan bencana (kajian)
Jumlah dokumen kajian risiko dan 55 55 55 55 55
tata ruang di kawasan rawan bencana
dan pasca bencana (dokumen)
Master Plan Kawasan Rawan jumlah rekomendasi teknis kawasan 2 2 2 2 2 20,1 Pusat KEMEN ATR/BPN
Bencana rawan bencana yang disusun
(rekomendasi teknis)
Kajian pemetaan dan analisis risiko Jumlah kajian pemetaan dan analisis 5 5 5 5 5 26,3 Pusat BNPB
bencana risiko bencana tersusun (dokumen)
Penguatan data pemetaan kawasan Jumlah peta geologi gunung api dan peta 8 20 20 20 20 13,2 KEMEN ESDM
rawan bencana geologi kawasan rawan bencana geologi (peta)
Penegakkan rencana tata ruang Jumlah rekomendasi geologi terpadu 4 4 4 4 4 45,0 20 kota KEMEN ESDM
yang berbasis mitigasi bencana untuk daerah perkotaan (kawasan)
melalui peningkatan efektifitas
pengendalian pemanfaatan ruang
ProP : Penguatan Penanganan Rata-rata korban akibat bencana di 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 2.503,3
Darurat Bencana daerah rawan bencana per 100.000
jiwa (jiwa)
Persentase waktu Respon penanganan 100 100 100 100 100
darurat kurang dari 24 jam (persen)
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Jumlah Layanan Pengelolaan Sarana 40 40 40 40 40 0,0 34 provinsi BASARNAS
SAR dan Prasarana SAR (paket)
A.6.19
Pengelola Infrastruktur Darurat Jumlah pengelola infrastruktur darurat 100 100 100 100 100 6,1 34 provinsi BNPB
yang ditingkatkan kapasitasnya
(personil)
Sistem Komando Penanganan Jumlah personil yang mendapat 105 105 105 105 105 8,2 Pusat BNPB
Darurat Bencana dan keposkoan pendampingan SKPDB dan keposkoan
(personil)
Penanggulangan Krisis Kesehatan Jumlah Kabupaten/Kota yang 35 35 35 35 35 34,7 Kabupaten/kota Kemenkes
mendapatkan dukungan tim dalam terdampak bencana dan
upaya penanggulangan krisis kesehatan DTPK
(kab/kota)
Korban Bencana Alam yang Jumlah korban bencana alam yang 163.500 163.500 163.500 163.500 163.500 503,9 34 Provinsi KEMENSOS
Mendapatkan Pemenuhan mendapatkan pemenuhan kebutuhan
Kebutuhan Dasar dasar (jiwa)
Warga Masyarakat di Lokasi Rawan Jumlah penduduk di lokasi rawan 214.952 214.952 214.952 214.952 214.952 838,0 34 Provinsi KEMENSOS
Bencana yang Mendapatkan bencana yang memperoleh pelatihan
Kesiapsiagaan dan Mitigasi. kesiapsiagaan dan mitigasi (orang)
Pengelolaan Operasi SAR Jumlah Dokumen Pengerahan Potensi 39 39 39 39 39 0,0 34 provinsi BASARNAS
dan Pengendalian Operasi SAR
(dokumen laporan)
Pengelolaan dana bantuan jumlah kegiatan pengelolaan dana 10 10 10 10 10 1.056,4 34 provinsi BNPB
kedaruratan bantuan kedaruratan (kegiatan)
Pendamping penanganan korban Jumlah pendamping penanganan korban 490 orang 490 orang 490 orang 490 orang 490 orang 56,0 34 provinsi BNPB
dan pengungsi dan pengungsi (orang)
ProP : Pelaksanaan Rehabilitasi dan Persentase pelayanan publik yang 50 75 90 100 100 210,3
Rekonstruksi di daerah terdampak berhasil dipulihkan (persen)
bencana
Kenaikan ketahanan di daerah 5 5 5 5 5
pascabencana (persen)
Layanan pendampingan pemulihan Jumlah daerah yang mendapatkan 4 4 4 4 4 8,5 34 provinsi BNPB
Pascabencana Bidang Fisik layanan Pemulihan Pascabencana
Bidang Fisik (lokasi)
Layanan pemulihan pascabencana Jumlah daerah yang mendapatkan 8 8 8 8 8 25,2 34 provinsi BNPB
bidang pemulihan bidang sosial layanan pemulihan dan peningkatan
ekonomi sosial ekonomi (lokasi)
Pendamping Pengkajian Kebutuhan Jumlah personil yang didampingi 120 120 120 120 120 7,9 Pusat BNPB
Pascabencana (Jitupasna) dan (personil)
Rencana Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pascabencana
Revitalisasi pasar rakyat yang Jumlah Revitalisasi Pasar di Daerah 20 21 22 23 24 110,1 34 provinsi KEMEN KUKM
dikelola koperasi di daerah Tertinggal, Perbatasan dan Pasca
tertinggal, perbatasan dan pasca Bencana (unit)
A.6.20
Penanganan Dampak Perubahan Jumlah penanganan dampak perubahan 20 20 20 20 20 5,5 34 Provinsi KEMENTAN
Iklim dan Bencana Alam iklim (ha)
Sekolah yang mendapatkan bantuan Jumlah daerah bencana alam/bencana 30 30 30 30 30 25,4 34 Provinsi KEMENDIKBUD
Bencana Alam/Sosial sosial yang mendapat pendidikan
layanan khusus (sekolah)
Korban Bencana Alam Yang Jumlah Korban Bencana Alam Yang 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 27,6 34 provinsi KEMENSOS
Mendapatkan Penanganan Darurat Mendapat Pemulihan Sosial Pada Saat
dan Pemulihan Sosial Pasca Bencana (jiwa)
ProP : Penguatan sistem mitigasi Jumlah sistem mitigasi multi 1 1 1 1 1 8.555,6
multi ancaman bencana terpadu ancaman bencana (MHEWS) terpadu
(sistem)
Jumlah kelompok masyarakat 200 200 200 200 200
tangguh bencana (kelompok)
Jumlah daerah pelaksana kegiatan 514 514 514 514 514
mitigasi multi ancaman bencana
(kab/kota)
Kenaikan indeks kesiapsiagaan 0,0040 0,0044 0,0048 0,0053 0,0059
bencana (indeks)
Informasi Gempabumi dan Tsunami Jumlah penambahan peralatan 117 56 55 55 55 889,1 34 Provinsi Penguatan sistem BMKG
dengan pemasangan seismograf seismograf untuk informasi gempabumi peringatan dini bencana
dan peringatan dini tsunami (unit)
Informasi Gempa Bumi dan Jumlah Sistem Informasi Gempabumi 300 50 50 50 50 1.441,3 34 Provinsi Penguatan sistem BMKG
Peringatan Dini Tsunami yang dan Peringatan Dini Tsunami yang peringatan dini bencana
berkualitas berkualitas (sistem)
Sekolah Lapang Geofisika untuk Jumlah peserta yang meningkat 300 900 900 900 900 24,4 34 Provinsi Penguatan sistem BMKG
pemahaman masyarakat terhadap pemahaman terhadap informasi peringatan dini bencana
informasi gempabumi dan tsunami gempabumi dan peringatan dini tsunami
melalui sekolah lapang geofisika (orang)
Informasi Kerentanan Seismik di Jumlah kota besar yang dilakukan studi 5 2 2 2 2 11,8 13 kota Penguatan sistem BMKG
Kota Besar informasi kerentanan seismik (kota) peringatan dini bencana
Operasional Aloptama MKG yang Persentase alat operasional utama MKG 90 91 92 93 94 1.681,0 34 provinsi Penguatan sistem BMKG
Prima yang laik operasi (persen) peringatan dini bencana
Jaringan komunikasi yang handal Peningkatan persentase ketersediaan 92 93 94 95 96 812,5 34 provinsi Penguatan sistem BMKG
layanan jaringan komunikasi (persen) peringatan dini bencana
Prediksi dan peringatan dini cuaca Jumlah stasiun yang menyediakan - 1 10 34 - 346,2 34 provinsi Penguatan sistem BMKG
dengan Scaling Up Weather layanan informasi cuaca digital skala peringatan dini bencana
Capacity II desa/kelurahan dengan scalling up
wheather capacity II (stasiun)
A.6.21
Informasi meteorologi maritim Jumlah pelabuhan yang memperoleh 20 20 20 20 20 1.792,3 100 pelabuhan Penguatan sistem BMKG
melalui Strengthening of Marine informasi meteorologi maritim peringatan dini bencana
Meteorology (pelabuhan)
Informasi peringatan dini windshear Jumlah bandara yang memperoleh 4 3 2 2 3 278,5 14 bandara Penguatan sistem BMKG
informasi peringatan dini windshear peringatan dini bencana
(bandara)
Pengembangan Pos Pengamatan jumlah pos pengamatan gunungapi yang 10 13 13 13 14 141,8 Pusat dan Daerah Penguatan sistem KEMEN ESDM
Gunungapi dikembangkan (unit) peringatan dini bencana
Penguatan sistem mitigasi bencana Jumlah Lokasi sistem mitigasi bencana 8 17 17 17 17 303,0 34 provinsi Penguatan sistem KEMEN ESDM
geologi yang dikembangkan geologi yang dikembangkan (lokasi) peringatan dini bencana
Lokasi Riset Interdisiplin Indonesia Jumlah Lokasi Riset Interdisiplin 3 16 16 16 26,5 Provinsi Jawa Barat Penguatan sistem LIPI
Early Warning System (InaTEWS) Indonesia Early Warning System (lokasi) peringatan dini bencana
Sistem Peringatan Dini jumlah lokasi dengan sistem peringatan 6 6 6 6 6 22,0 34 provinsi Penguatan sistem BNPB
dini yang termanfaatkan (sistem) peringatan dini bencana
Desa Tangguh Bencana jumlah desa tangguh bencana yang 120 120 120 120 120 47,1 34 provinsi Penguatan sistem BNPB
dikembangkan (desa) peringatan dini bencana
Satuan Pendidikan Aman Bencana jumlah daerah yang menerapkan Satuan 8 8 8 8 8 19,5 34 provinsi Penguatan sistem BNPB
Pendidikan Aman Bencana (lokasi) peringatan dini bencana
Stasiun InaCORS yang Terbangun Jumlah Stasiun CORS Pemetaan Skala 30 45 45 45 45 242,5 Seluruh wilayah Indonesia, Penguatan sistem BIG
Besar dan Geodinamika yang dibangun sesuai dengan peta peringatan dini bencana
dalam Rangka Mendukung Mitigasi sebaran multi bencana
Bencana (InaTEWS) (titik) BMKG
Stasiun Pasang Surut Permanen Jumlah Stasiun Pasang Surut yang 26 31 31 31 31 136,6 Seluruh wilayah Indonesia, Penguatan sistem BIG
yang Dibangun dibangun untuk pemetaan skala besar, sesuai dengan peta peringatan dini bencana
serta dalam rangka mendukung program sebaran multi bencana
mitigasi bencana (InaTEWS) (titik) BMKG
Titik Pantau Geodinamika yang Jumlah stasiun CORS yang beroperasi di 90 90 90 90 90 8,0 34 provinsi Penguatan sistem BIG
terkelola lokasi sebaran sesar gempa (titik) peringatan dini bencana
Inovasi Sistem dan Teknologi Ina- Jumlah Inovasi Sistem dan Teknologi Ina- 1 1 1 1 1 215,9 DKI Jakarta, Mentawai dan Penguatan Sistem BPPT
TEWS TEWS (inovasi) Selat Sunda Peringatan Dini Bencana
Radio Tanggap Bencana Jumlah lokasi Radio Early Warning 5 10 15 20 25 28,2 Pusat Penguatan Sistem LPP RRI
System (EWS) (lokasi) Peringatan Dini Bencana
Pengembangan sistem peringatan Jumlah sistem peringatan dini bencana 4 4 4 4 4 50,0 DAS Citarum, DAS Penguatan sistem Kemen PU&PERA
dini banjir banjir di wilayah sungai kritis (unit) Cisadane, DAS Ciliwung, peringatan dini bencana
DAS Toba Asahan
A.6.22
Pengembangan sistem peringatan Jumlah sistem peringatan dini bencana 3 3 3 3 3 37,5 Diprioritaskan untuk Penguatan Sistem Kemen PU&PERA
dini banjir banjir di wilayah sungai prioritas lainnya wilayah sungai yang telah Peringatan Dini Bencana
(unit) memiliki rencana induk
ketahanan bencana banjir
KP : Peningkatan Ketahanan Iklim Persentase penurunan potensi 0,256 0,412 0,543 0,650 0,732 43.449,3
kehilangan PDB akibat bahaya iklim
di sektor kelautan dan pesisir (persen)
Kawasan pesisir dan pulau-pulau Jumlah Kawasan Pesisir dan Pulau- 12 12 12 12 12 130,0 Daerah KKP
kecil yang meningkat Pulau Kecil yang Meningkat
ketangguhannya terhadap bencana Ketangguhannya Terhadap Bencana dan
dan dampak perubahan iklim Dampak Perubahan Iklim (Kawasan)
Data dan/atau Informasi Pemetaan Jumlah Data dan/atau Informasi 10 10 12 12 13 25,0 34 provinsi KKP
Sumberdaya Kawasan Pesisir Pemetaan Sumberdaya Kawasan Pesisir
(kawasan)
A.6.23
Data dan/atau Informasi Pemetaan Jumlah Data dan/atau Informasi 2 2 3 4 4 10,0 11 WPP KKP
Karakteristik dan Dinamika Laut di Pemetaan Karakteristik dan Dinamika
WPP Laut di WPP (paket)
Fasilitasi Pengelolaan Reklamasi Jumlah kawasan yang terfasilitasi 4 5 5 5 5 17,9 Daerah KKP
pengelolaan reklamasinya (lokasi)
Kawasan di pesisir dan pulau-pulau Jumlah kawasan pesisir dan pulau- 16 (termasuk 16 (termasuk 16 (termasuk 16 (termasuk 16 (termasuk 187,4 60 Lokasi KKP
kecil yang direhabilitasi pulau kecil yang direhabilitasi (lokasi) 200 ha 400 ha 400 ha 400 ha 400 ha
rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi
mangrove) mangrove) mangrove) mangrove) mangrove)
Pembangunan dan peningkatan Panjang tanggul laut, breakwater, dan 12,75 14,1 14,5 15,3 15,2 641,5 Provinsi DKI Jakarta, Kemen PU&PERA
tanggul laut, breakwater, dan bangunan pengaman pantai lainnya yang Provinsi Jawa Barat,
bangunan pengamanan pantai dibangun atau ditingkatkan di Kawasan Provinsi Jawa Tengah,
lainnya di Kawasan Pesisir Utara Pesisir Utara Pulau Jawa (km) Provinsi Jawa Timur
Pulau Jawa
Pengaman pesisir pantai utara Pengaman pesisir pantai utara Jakarta 0 7,25 7,25 7,25 7,25 13.370,0 Provinsi DKI Jakarta Kemen PU&PERA
Jakarta dengan skema KPBU (km)
Pembangunan dan peningkatan Panjang tanggul laut, breakwater, dan 8,75 10 15 20 20 7.656,8 Kawasan prioritas lainnya Kemen PU&PERA
tanggul laut, breakwater, dan bangunan pengamanan pantai lainnya dan pulau pulau terluar
bangunan pengamanan pantai yang dibangun atau ditingkatkan di
lainnya Kawasan Pesisir Prioritas Lainnya (km)
Rehabilitasi Hutan Mangrove Jumlah luas rehabilitasi hutan mangrove 5.000 11.250 11.250 11.250 11.250 1.000,0 tersebar KEMEN LHK, KKP,
(ha) Pemerintah
Daerah;
Masyarakat;
Badan Usaha;
lainnya
Penguatan kelompok kerja mangrove Jumlah kelompok kerja mangrove dan 34 34 34 34 34 122,1 KEMEN LHK
dan forum peduli mangrove forum peduli mangrove yang meningkat
kapasitasnya (provinsi)
Jumlah lokasi pesisir dan laut yang Jumlah lokasi pesisir dan laut yang 4 5 6 8 10 37,9 34 provinsi KEMEN LHK
dipulihkan fungsi ekosistemnya dipulihkan fungsi ekosistemnya (lokasi)
Peningkatan pemahaman Jumlah nelayan yang meningkat 500 1.360 1.360 1.360 1.360 29,7 34 provinsi BMKG
masyarakat terhadap Informasi pemahamannya terhadap informasi
Meteorologi Maritim (Sekolah Lapang cuaca maritim dan peringatan dini cuaca
Nelayan) melalui sekolah lapang nelayan/SLN
(orang)
Penyediaan sarana bantu navigasi Jumlah sarana bantu navigasi pelayaran 67 70 73 75 77 1.118,2 Pusat Kemenhub
pelayaran yang disediakan (unit)
ProP : Perlindungan Ketahanan Air Tambahan debit air baku di kawasan 2 3 4 3 5 17.850,6
pada Wilayah Berisiko Iklim Rawan Air (m3/detik)
A.6.24
Pengembangan Sistem Data dan Jumlah Sistem Data dan Informasi DAS 1 1 1 1 1 194,0 KEMEN LHK
Informasi DAS Realtime Realtime yang dikembangkan (sistem)
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Luas hutan dan lahan yang direhabilitasi 56.000 40.000 30.000 25.000 20.000 5.740,5 33 provinsi KEMEN LHK
secara Vegetatif (ha)
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Jumlah bangunan rehabilitasi sipil teknis 3.000 5.000 5.000 5.000 5.000 502,0 KEMEN LHK
Secara Sipil Teknis yang terbangun (unit)
Penyediaan air baku di Kawasan Tambahan debit air baku di kawasan 2,44 2,53 3,84 3,06 4,67 5.674,6 Tersebar Kemen PU&PERA
Rawan Air Rawan Air (m3/detik)
Pembangunan infrastruktur hijau Jumlah kolam retensi multifungsi yang 3 5 8 10 10 1.003,5 DAS Citarum, DAS Kemen PU&PERA
untuk mendukung ketahanan dibangun atau ditingkatkan di wilayah Cisadane, DAS Ciliwung,
wilayah terhadap bencana banjir sungai kritis DAS Toba Asahan
Pembangunan infrastruktur hijau Jumlah kolam retensi multifungsi yang 3 4 4 10 10 866,0 Diprioritaskan untuk Kemen PU&PERA
untuk mendukung ketahanan dibangun atau ditingkatkan di wilayah wilayah sungai yang telah
wilayah terhadap bencana banjir sungai prioritas memiliki rencana induk
ketahanan bencana banjir
Pembangunan Infrastruktur sistem Jumlah kota dengan peningkatan sistem 20 20 20 20 20 3.870,0 Diprioritaskan untuk Kemen PU&PERA
drainase utama perkotaan (kanal drainase utama (kota) wilayah sungai melintasi
banjir, polder, pompa, dsb) perkotaan yang telah
memiliki rencana induk
ketahanan bencana banjir
ProP : Perlindungan Ketahanan Jumlah unit bangunan konservasi air 200 200 200 200 200 637,8
Pangan terhadap Perubahan Iklim dan lingkungan hidup untuk
penambahan areal pertanian (unit)
Jumlah Penyuluh Pertanian dan 1.000 1.275 1.450 1.650 1.650
Petani yang meningkat Pemahaman
Iklim melalui Sekolah Lapang Iklim
(orang)
Area Penanganan Dampak Area Penanganan Dampak Perubahan 1.245 1.245 1.245 1.245 1.245 84,7 15 Provinsi Kementan
Perubahan Iklim dan Pencegahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran Lahan
Kebakaran Lahan dan Kebun dan Kebun (ha)
Area Penanganan Dampak Jumlah Area Penanganan Dampak 75 75 75 75 75 11,0 31 Provinsi Kementan
Perubahan Iklim Perubahan Iklim (ha)
Bangunan Konservasi Air dan Jumlah unit bangunan konservasi air 200 200 200 200 200 134,2 Pusat dan 22 provinsi Kementan
Antisipasi Anomali Iklim dan lingkungan hidup untuk
penambahan areal pertanian (unit)
A.6.25
Teknologi Adaptasi Perubahan iklim Jumlah Teknologi Adaptasi Perubahan 1 1 1 1 1 3,1 1 Provinsi Kementan
Iklim (teknologi)
Penerapan Penanganan DPI Terlaksananya Penerapan Penanganan 550 560 570 580 590 19,9 22 Provinsi Kementan
DPI (ha)
Area yang mendapatkan Sarana Jumlah area yang mendapatkan Sarana 5000 5000 5000 5000 5000 335,8 Pusat Kementan
Prasarana Penanganan DPI Prasarana Penanganan DPI (lokasi)
Peningkatan pemahaman Jumlah Penyuluh Pertanian dan Petani 1.000 1.275 1.450 1.650 1.650 49,1 281 lokasi BMKG
masyarakat terhadap Informasi yang meningkat Pemahaman Iklim
Iklim Terapan (Sekolah Lapang melalui Sekolah Lapang Iklim (orang)
ProP : Perlindungan Kesehatan Jumlah kab/kota yang 110 220 280 380 420 614,4
Masyarakat dan Lingkungan dari menyelenggarakan Kabupaten/kota
Dampak Perubahan Iklim sehat (KKS) (kab/kota)
Pengendalian Penyakit Arbovirosis Persentase kab/kota dengan Insidens 70 75 80 85 90 35,4 34 provinsi Kemenkes
rate (IR) DBD≤49/100.000 penduduk
(persen)
Pembinaan pelaksanaan Jumlah kab/kota yang 110 220 280 380 420 76,0 34 Provinsi Kemenkes
kabupaten/kota sehat menyelenggarakan Kabupaten/kota
sehat (KKS) (kab/kota)
Respon peringatan dini Kejadian Persentase kabupaten/kota yang 60 65 70 75 80 260,9 34 Provinsi Kemenkes
Luar Biasa (KLB) merespon peringatan dini KLB (alert
systems) (kab./kota)
Kewaspadaan dini kejadian Persentase rekomendasi surveilans 80 85 90 95 100 242,1 10 BTKLPP Kemenkes
penyakit faktor risiko dan penyakit berbasis
laboratorium yang dimanfaatkan
(persen)
PP : PEMBANGUNAN RENDAH KARBON Persentase penurunan emisi GRK 11,8 12,5 12,8 12,8 13,2 252.934,2
terhadap baseline pada sektor energi
(persen)
Persentase penurunan emisi GRK 45,8 50,7 53,1 57,2 58,3
terhadap baseline pada sektor lahan
(persen)
Persentase penurunan emisi GRK 8,5 9,0 9,3 9,4 9,4
terhadap baseline pada sektor limbah
(persen)
Persentase penurunan emisi GRK 2,0 2,3 2,5 2,6 2,9
terhadap baseline pada sektor IPPU
(persen)
Persentase penurunan emisi GRK 6,5 6,6 6,8 7,0 7,3
terhadap baseline pada sektor pesisir
dan kelautan (persen)
A.6.26
KP : Pembangunan Energi Porsi energi baru terbarukan dalam 13,4 14,5 15,7 17,9 19,5 171.735,2
Berkelanjutan bauran energi nasional (persen)
Pengembangan Sistem Angkutan Sistem angkutan massal perkotaan 5 5 5 5 6 500,0 Tersebar Kemenhub
umum massal perkotaan berbasis berbasis jalan yang dikembangkan (BRT)
jalan yang dikembangkan (perkotaan)
Pengembangan Angkutan Umum Terbangunnya sistem angkutan umum 1 1 1 1 1 500,0 Tersebar Kemenhub, Pemda,
Massal Perkotaaan Kota Lainnya massal Perkotaan berbasis rel (kota) KPBU
(perkotaan)
Subsidi angkutan umum massal Terselenggaranya subsidi angkutan 6 8 10 12 14 1.500,0 Tersebar KEMENHUB
perkotaan umum massal perkotaan (paket)
KP : Pemulihan Lahan Berkelanjutan Luas lahan gambut terdegradasi yang 301.800 318.200 325.000 325.000 330.000 18.998,4
dipulihkan dan difasilitasi restorasi
gambut (ha)
Luas tutupan hutan yang 366.000 370.000 400.000 425.000 420.000
ditingkatkan secara nasional (ha)
Persentase lahan baku baku sawah 60 70 80 90 100
yang ditetapkan sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan/LP2B
(persen)
ProP : Restorasi dan Pengelolaan Luas ekosistem gambut yang 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 2.993,7
Lahan Gambut terkordinasi dan difasilitasi restorasi
gambut pada 7 provinsi rawan
kebakaran hutan (ha)
Luas lahan gambut terdegradasi yang 1.800 18.200 25.000 25.000 30.000
dipulihkan di lahan masyarakat (ha)
Luas lahan gambut yang difasilitasi Luas ekosistem gambut yang 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 1.858,7 7 provinsi KEMEN LHK
restorasi gambut pada 7 provinsi terkordinasi dan difasilitasi restorasi
rawan kebakaran hutan gambut pada 7 provinsi rawan
kebakaran hutan (ha)
Luas Lahan Gambut yang Luas kawasan hidrologi gambut 1.800 18.200 25.000 25.000 30.000 1.135,1 12 provinsi KEMEN LHK
dipulihkan dari degradasi terdegradasi yang dipulihkan di lahan
masyarakat (ha)
ProP : Rehabilitasi Hutan Lahan dan Luas tutupan hutan yang 366.000 370.000 400.000 425.000 420.000 6.288,5
Reforestasi ditingkatkan secara nasional (ha)
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Luas hutan dan lahan yang direhabilitasi 56.000 40.000 30.000 25.000 20.000 5.740,5 33 provinsi KEMEN LHK
secara Vegetatif (ha)
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Jumlah bangunan rehabilitasi sipil teknis 3.000 5.000 5.000 5.000 5.000 502,0 KEMEN LHK
Secara Sipil Teknis yang terbangun (unit)
Penanaman /pengkayaan pada Luas penanaman di hutan produksi (ha) 310.000 378.000 403.000 428.000 453.000 46,0 KEMEN LHK
hutan produksi
ProP : Pengurangan Laju Deforestasi Laju Deforestasi (ha/tahun) 480.000 430.000 380.000 330.000 310.000 5.622,0
A.6.28
Identifikasi pemetaan kawasan Luas kawasan hutan dengan Indeks 65 65 65 65 65 61,0 KEMEN LHK
hutan dengan Indeks Jasa Jasa Lingkungan tinggi (juta ha)
Lingkungan tinggi
Verifikasi lapangan kawasan Jumlah daerah yang melakukan 7 10 8 6 3 88,4 KEMEN LHK
dengan Indeks Jasa Lingkungan verifikasi lapangan kawasan dengan
tinggi Indeks Jasa Lingkungan tinggi secara
partisipatif
Pemantapan (prakondisi) status dan Luas unit kawasan konservasi yang 552 552 552 552 552 122,1 KEMEN LHK
fungsi serta penilaian efektivitas dilakukan pemantapan (prakondisi)
kawasan konservasi status dan fungsi (unit KK)
Pemberdayaan masyarakat di Jumlah desa di kawasan konservasi 500 1500 2500 3500 4500 2.667,3 KEMEN LHK
kawasan konservasi (desa)
Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Jumlah Kawasan Ekosistem Esensial 11 22 33 44 55 54,9 KEMEN LHK
ekosistem esensial yang ditingkatkan Efektivitas
Pengelolaannya (unit KEE)
Penanganan permasalahan di Luas opened area di kawasan 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 950,0 KEMEN LHK
kawasan Konservasi (opened area) konservasi yang ditangani (juta ha)
Penetapan/Pemantapan Kawasan Luas kawasan hutan yang ditetapkan 1 1,6 1 0 0 260,0 KEMEN LHK
Hutan terutama pada Kawasan (juta ha)
Konservasi
Operasi pengamanan kawasan Jumlah operasi pengamanan kawasan 100 130 140 160 180 548,4 33 provinsi KEMEN LHK
hutan hutan
KPH yang masuk kategori Maju Jumlah KPH yang masuk kategori Maju 10 20 30 40 50 90,0 KEMEN LHK
(unit)
Perencanaan dan Penetapan Luas kawasan hutan yang ditetapkan 4 8,5 9 9 3 780,0 KEMEN LHK
Kawasan Hutan (juta ha)
ProP : Peningkatan Produktivitas Jumlah Optimasi Lahan pertanian 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 4.094,2
dan Efisiensi Pertanian (ha)
Teknologi Mitigasi Perubahan Iklim Jumlah Teknologi Mitigasi Perubahan 1 1 1 1 1 1,8 1 Provinsi KEMENTAN
Iklim (teknologi)
Optimasi Lahan Jumlah optimasi Lahan pertanian (ha) 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 2.655,4 15 provinsi Kementan
Hijauan Pakan Ternak Jumlah penanaman hijauan pakan 2.341 2.341 2.341 2.341 2.341 247,9 Kementan
ternak (ha)
Unit Pengolahan Pupuk Organik Jumlah Unit Pengolahan Pupuk 500 500 500 500 500 716,7 Pusat Kementan
(UPPO) Organik/UPPO (unit)
Desa Pertanian Organik Berbasis Jumlah Desa Pertanian Organik Berbasis 69 69 69 69 69 63,0 15 Provinsi Kementan
Komoditas Perkebunan Komoditas Perkebunan (desa)
Lahan Konservasi dan Rehabilitasi Luas terlaksananya konservasi dan 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 265,5 Pusat Kementan
rehabilitasi lahan pertanian (ha)
Rekomendasi Perlindungan dan Jumlah rekomendasi perlindungan dan 17 17 17 17 17 143,9 Pusat dan 25 provinsi Kementan
antisipasi alih fungsi lahan pengendalian alih fungsi lahan pertanian
Pertanian (rekomendasi)
A.6.29
KP : Pengelolaan Limbah Jumlah sampah yang terkelola secara 64,80 67,10 68,51 69,20 69,80 60.800,9
nasional (juta ton)
Jumlah rumah tangga yang terlayani 3.885.755 3.885.755 3.885.755 3.885.755 3.885.755
TPA dengan standar sanitary landfill
(KK)
Jumlah rumah tangga yang terlayani 223.005 255.938 316.630 376.145 409.078
TPS3R (RT)
Jumlah rumah tangga yang terlayani 144.128 164.717 308.845 473.562 494.152
TPST (RT)
ProP : Pengelolaan Sampah Rumah Jumlah pengurangan timbulan 14,00 16,40 17,99 18,90 19,70 60.800,9
Tangga sampah secara nasional (juta ton)
Jumlah penanganan timbulan sampah 50,80 50,70 50,52 50,30 50,10
secara nasional (juta ton)
Jumlah kab/kota yang memiliki 39 33 67 101 97
pembangunan TPA baru (kab/kota)
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah TPA baru yang terbangun (unit) 39 46 46 46 47 25.391,0 224 kab/kota Kemen PU&PERA
Skala Kota (TPA)
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah TPA baru yang terbangun (unit) 10 28 28 29 10.750,0 95 kab/kota KPBU
Skala Kota (TPA)
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah kabupaten/kota yang 39 56 74 74 76 13.645,0 319 kab/kota APBD
Skala Kota (TPA) menyediakan dukungan pembangunan
TPA (kab/kota)
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah kapasitas sampah yang terkelola 283 283 565 848 848 1.036,0 120 kab/kota DAK
Berbasis Masyarakat (TPS3R) unit TPS3R (ton/hari)
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah kapasitas sampah yang terkelola 189 189 377 565 565 691,0 120 kab/kota Kemen PU&PERA
Berbasis Masyarakat (TPS3R) unit TPS3R (ton/hari)
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah kapasitas sampah yang terkelola 83 83 166 250 250 305,0 APBD
Berbasis Masyarakat (TPS3R) unit TPS3R (ton/hari)
Sistem Pengelolaan Persampahan Jumlah TPST yang terbangun (unit) 7 8 15 23 22 5.940,0 55 kab/kota Kemen PU&PERA
Skala Kawasan (TPST)
KP : Pengembangan Industri Hijau Perusahaan industri menengah besar 9 9 9 10 10 52,4
yang tersertifikasi Standar Industri
Hijau (SIH) (persen)
ProP : Penerapan Modifikasi Proses Jumlah rancangan standar penurunan 9 8 24 32 40 52,4
dan Teknologi emisi GRK dan limbah B3 sektor
industri (akumulasi rancangan
standar)
Penyusunan dan Penerapan Perusahaan industri menengah besar 9 9 9 10 10 24,2 Kemenperin
Standar Industri Hijau (SIH) yang tersertifikasi Standar Industri Hijau
(SIH) (persen)
Penurunan Emisi GRK Sektor Jumlah Rancangan Standar (Rancangan 5 4 12 16 20 11,4 Kemenperin
Industri Standar)
Penanganan masalah limbah B3 Jumlah Rancangan Standar (Rancangan 4 4 12 16 20 16,8 Kemenperin
sektor industri dan penerapan Standar)
ekonomi sirkuler dalam
pembangunan industri
KP : Rendah Karbon Pesisir dan Laut
berkelanjutan Jumlah luas rehabilitasi hutan 5.000 11.250 11.250 11.250 11.250 1.347,4
mangrove (ha)
ProP : Inventarisasi dan Rehabilitasi Jumlah lokasi pemulihan kerusakan 20 21 22 24 26 1.347,4
Ekosistem Pesisir dan Kelautan ekosistem padang lamun, terumbu
karang dan vegetasi pantai (lokasi)
A.6.31
Rehabilitasi Hutan Mangrove Jumlah luas rehabilitasi hutan mangrove 5.000 11.250 11.250 11.250 11.250 1.000,0 tersebar KEMEN LHK, KKP,
(ha) Pemerintah
Daerah;
Masyarakat;
Badan Usaha;
lainnya
Kawasan di pesisir dan pulau-pulau Jumlah kawasan pesisir dan pulau- 16 (termasuk 16 (termasuk 16 (termasuk 16 (termasuk 16 (termasuk 187,4 60 Lokasi KKP
kecil yang direhabilitasi pulau kecil yang direhabilitasi (lokasi) 200 ha 400 ha 400 ha 400 ha 400 ha
rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi
mangrove) mangrove) mangrove) mangrove) mangrove)
Penguatan kelompok kerja mangrove Jumlah kelompok kerja mangrove dan 34 34 34 34 34 122,1 KEMEN LHK
dan forum peduli mangrove forum peduli mangrove yang meningkat
kapasitasnya (provinsi)
Jumlah lokasi pesisir dan laut yang Jumlah lokasi pesisir dan laut yang 4 5 6 8 10 37,9 34 provinsi KEMEN LHK
dipulihkan fungsi ekosistemnya dipulihkan fungsi ekosistemnya (lokasi)
JUMLAH 348.662,2
Keterangan :
Indikasi target dan pendanaan dapat dimutakhirkan melalui RKP dengan mempertimbangkan : (1) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; (2) Kesiapan dan Sumber Pendanaan; (3) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha dan Masyarakat
A.7.1
ProP : Penguatan Penyelenggara Terwujudnya penguatan 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 6.385,8
Pemilu penyelenggara Pemilu di Seluruh (Nasional/Pro (Nasional/Pro (Nasional/Pro (Nasional/Pro (Nasional/Pro
Provinsi/Kabupaten/Kota vinsi/Kabupat vinsi/Kabupat vinsi/Kabupat vinsi/Kabupat vinsi/Kabupat
en/Kota) en/Kota) en/Kota) en/Kota) en/Kota)
Badan Penyelenggaraan Adhok Jumlah Badan Adhok yang terbentuk 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 2.235,0 Pusat dan Daerah (Prov KPU
Pemilu (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov dan Kab/Kota)
insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate
n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota)
Ketersediaan Logistik Pemilu Persentase penyediaan logistik Pemilu 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 638,6 Pusat dan Daerah (Prov KPU
(Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov dan Kab/Kota)
insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate
n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota)
Pengelolaan Calon Peserta Pemilu Persentase Calon Peserta Pemilu yang 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 319,3 Pusat dan Daerah (Prov KPU
dapat difasilitasi (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov dan Kab/Kota)
insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate
n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota)
Ketersediaan Suara Pemilih Pemilu Persentase Pelaksanaan Pemungutan 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 638,6 Pusat dan Daerah (Prov KPU
sampai dengan penetapan hasil pemilu (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov dan Kab/Kota)
insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate
n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota)
Layanan Teknis dan Administrasi Persentase Penyelenggaraan 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 1.277,2 Pusat dan Daerah (Prov Bawaslu
Penyelenggaraan Pengawasan Pengawasan Pemilu serta Pengelolaan (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov dan Kab/Kota)
Pemilu Lembaga Ad-Hoc Dukungan Administratif dan Operasional insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate
Panwaslu Kecamatan, Pengawas n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota)
Desa/Kelurahan, Pengawas TPS dan
Pengawas Luar Negeri
A.7.2
Teknis Pengawasan Pemilu Bawaslu Persentase teknis pengawasan atas 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 1.277,2 Pusat dan Daerah (Prov Bawaslu
Provinsi dan Kabupaten/Kota Dalam penyelenggaraan pemilu oleh Bawaslu (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov dan Kab/Kota)
Penyelenggaraan Pemilu Provinsi dan Kabupaten/Kota yang insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate
disesuaikan dengan regulasi n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota)
ProP : Penguatan Peraturan Tersusunnya UU Bidang Politik yang 2 2 2 N/A N/A 6,0
Perundangan Bidang Politik lebih komprehensif
Kebijakan Politik Dalam Negeri Jumlah peraturan perundang-undangan 2 2 2 N/A N/A 6,0 Pusat Kemendagri
dan pedoman bidang politik kebijakan/per kebijakan/per kebijakan/per
aturan aturan aturan
ProP : Peningkatan Bantuan Terlaksananya peningkatan bantuan 126.376.418 126.376.418 126.376.418 126.376.418 126.376.418 7.679,9
Keuangan Partai Politik keuangan partai politik suara sah suara sah suara sah suara sah suara sah
Bantuan Keuangan Kepada Partai Jumlah bantuan keuangan yang 126376418 126376418 126376418 126376418 126376418 7.679,9 Pusat Kemendagri
Politik tersalurkan kepada partai politik yang suara sah suara sah suara sah suara sah suara sah
mendapatkan kursi di DPR
ProP : Penguatan Demokrasi Terlaksananya peningkatan kualitas 100 orang 200 orang 500 orang 700 orang 800 orang 11,5
Internal, Transparansi, dan demokrasi internal partai politik
Akuntabilitas Partai Politik
Penguatan Demokrasi Internal, Jumlah pengurus partai politik yang 100 orang 200 orang 500 orang 700 orang 800 orang 11,5 Pusat dan Daerah Kemendagri
Transparansi, dan Akuntabilitas memperoleh penguatan ideologi
Partai Politik Pancasila, wawasan kebangsaan, dan
pendidikan politik
ProP : Penguatan Demokrasi di Terlaksananya penguatan demokrasi 34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi 17,5
Daerah di 34 provinsi
Penguatan Demokrasi di Daerah Jumlah provinsi yang mendapatkan 34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi 17,5 Pusat dan Daerah (Prov Kemendagri
penguatan demokrasi dan Kab/Kota)
KP : Penguatan Kesetaraan dan Skor IDI Variabel Kebebasan 82,00 82,50 83,00 83,50 84,00 795,3
Kebebasan (Angka target merupakan Proyeksi
dengan Intervensi Kebijakan)
ProP : Pendidikan Politik dan Terbentuknya Rumah Pintar Pemilu Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah 447,9
Pendidikan Pemilih dan Pusat Pengawasan Partisipatif di Pintar Pintar Pintar Pintar Pintar
549 satker (Nasional, 34 Provinsi, dan Pemilu: 549 Pemilu: 549 Pemilu: 549 Pemilu: 549 Pemilu: 549
514 Kabupaten/Kota) Satker Satker Satker Satker Satker
Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat
Pengawasan Pengawasan Pengawasan Pengawasan Pengawasan
Partisipatif Partisipatif Partisipatif Partisipatif Partisipatif
148 daerah 248 daerah 348 daerah 448 daerah 549 daerah
Pengelolaan Rumah Pintar Pemilu Jumlah KPU Provinsi/ Kabupaten/Kota 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 106,4 Pusat dan Daerah (Prov KPU
yang telah membentuk Pusat Pendidikan (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov dan Kab/Kota)
Pemilih insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate
n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota)
Pendidikan Pemilih Kepada Jumlah KPU Provinsi/ Kabupaten/Kota 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 21,3 Pusat dan Daerah (Prov KPU
Masyarakat Umum yang melakukan kegiatan pendidikan (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov dan Kab/Kota)
pemilih kepada masyarakat umum insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate
n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota)
Pendidikan Pemilih Kepada Pemilih Jumlah KPU Provinsi/ Kabupaten/Kota 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 63,8 Pusat dan Daerah (Prov KPU
Pemula, Perempuan, dan Disabilitas yang melakukan kegiatan pendidikan (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov dan Kab/Kota)
pemilih kepada Pemilih Pemula, insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate
Perempuan, dan Disabilitas n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota)
Pendidikan Pemilih Kepada Daerah Jumlah KPU Provinsi/ Kabupaten/Kota 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 85,1 Pusat dan Daerah (Prov KPU
Partisipasi Rendah, Daerah Potensi yang melakukan kegiatan pendidikan (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov dan Kab/Kota)
Pelanggaran Pemilu Tinggi, dan pemilih kepada Daerah Partisipasi insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate
Daerah Rawan Konflik/bencana Rendah, Daerah Potensi Pelanggaran n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota)
Pemilu Tinggi, dan Daerah Rawan
Konflik/bencana
Pendidikan Pengawasan Partisipatif Jumlah pendidikan pengawasan pemilu 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 549 Sakter 42,6 Pusat dan Daerah (Prov Bawaslu
partisipatif untuk : Bawaslu provinsi dan (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov (Nasional/Prov dan Kab/Kota)
peserta pemilu, Panwas insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate insi/Kabupate
Kab/Kota/Kecamatan, dan OMS n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota) n/Kota)
Pembentukan Pusat Pendidikan Persentase pembentukan dan Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat 63,8 Pusat dan Daerah (Prov Bawaslu
Pengawasan Pemilu Partisipatif beroperasinya pusat pendidikan dan Pengawasan Pengawasan Pengawasan Pengawasan Pengawasan dan Kab/Kota)
latihan pengawasan Pemilu yang Partisipatif 148 Partisipatif 248 Partisipatif 348 Partisipatif 448 Partisipatif 549
partisipatif daerah daerah daerah daerah daerah
Pusat Pendidikan Pengawasan Persentase pengembangan pusat 19 Daerah 34 Daerah 34 Daerah 34 Daerah 34 Daerah 42,6 Bawaslu
Pemilu Partisipatif Hasil Piloting pendidikan dan pelatihan pengawasan
Pemilu
A.7.4
Pendidikan Politik Masyarakat di Jumlah masyarakat yang mendapatkan 3000 orang 5000 orang 6000 orang 8000 orang 10000 orang 11,2 Pusat dan Daerah (Prov Kemendagri
Daerah pendidikan politik dan Kab/Kota)
Pelatihan Kepemimpinan bagi Jumlah provinsi yang difasilitasi dalam 10 Provinsi 8 Provinsi 7 Provinsi 7 Provinsi 7 Provinsi 11,1 Provinsi Kemen PPPA
Perempuan Penggerak pelatihan kepemimpinan bagi perempuan
Pembangunan Desa penggerak pembangunan desa
ProP : Peningkatan Kualitas Terlaksananya pemilu yang akuntabel Nasional; Nasional; Nasional; Nasional; Nasional; 283,9
Penyelenggaraan Kepemiluan dan sinergis 34 provinsi; 34 provinsi; 34 provinsi; 34 provinsi; 34 provinsi;
514 kab/kota 514 kab/kota 514 kab/kota 514 kab/kota 514 kab/kota
Penguatan Pengawasan Netralitas Jumlah kementerian/lembaga yang Nasional; Nasional; Nasional; Nasional; Nasional; 85,2 Pusat dan Daerah (Prov Bawaslu
ASN berpartisipasi menjaga Netralitas ASN 34 provinsi; 34 provinsi; 34 provinsi; 34 provinsi; 34 provinsi; dan Kab/Kota)
pada pelaksanaan Pemilu 514 kab/kota 514 kab/kota 514 kab/kota 514 kab/kota 514 kab/kota
Sosialisasi Kebijakan KPU Kepada Persentase penyampaian informasi dan Nasional; Nasional; Nasional; Nasional; Nasional; 71,0 Pusat dan Daerah (Prov KPU
Stakeholder (Partai Politik, LSM, publikasi dalam tahapan 34 provinsi; 34 provinsi; 34 provinsi; 34 provinsi; 34 provinsi; dan Kab/Kota)
Ormas, Pemerintah Daerah, Pemilu/Pemilihan yang ditampilkan di 514 kab/kota 514 kab/kota 514 kab/kota 514 kab/kota 514 kab/kota
Perguruan Tinggi, dan Masyarakat) media publikasi
Peningkatan kompetensi SDM KPU Jumlah PNS KPU yang lulus seleksi S2 Nasional; Nasional; Nasional; Nasional; Nasional; 127,8 Pusat dan Daerah (Prov KPU
Tata Kelola Kepemiluan: Jumlah Pegawai 34 provinsi; 34 provinsi; 34 provinsi; 34 provinsi; 34 provinsi; dan Kab/Kota)
yang telah mengikuti Pendidikan dan 514 kab/kota 514 kab/kota 514 kab/kota 514 kab/kota 514 kab/kota
Pelatihan
ProP : Peningkatan Kapasitas Terlaksananya Peningkatan Kapasitas 400 orang 1800 orang 3000 orang 3300 orang 4200 orang 63,5
Organisasi Kemasyarakatan Organisasi Kemasyarakatan
Peningkatan Kapasitas Organisasi Jumlah pengurus ormas yang 400 orang 1800 orang 3000 orang 3300 orang 4200 orang 63,5 Pusat dan Daerah Kemdagri
Kemasyarakatan memperoleh penguatan ideologi
Pancasila, wawasan kebangsaan, dan
pendidikan politik
KP : Peningkatan Kualitas Komunikasi Persentase (%) kepuasan masyarakat 70 71 71 72 72 2.153,7
Publik terhadap informasi publik terkait
Kebijakan dan Program Prioritas
Pemerintah
Persentase (%) konten informasi 80 83 85 90 95
publik yang berkualitas
Jumlah SDM Bidang Komunikasi dan
Informatika yang kompeten dan 50000 orang 50000 orang 50000 orang 50000 orang 50000 orang
profesional
ProP : Penguatan tata kelola Terintegrasinya tata kelola informasi 6 Dokumen 2 Dokumen 2 Dokumen 2 Dokumen 2 Dokumen 93,1
informasi dan komunikasi publik di dan komunikasi publik di pusat dan
pusat dan daerah daerah sesuai asas-asas keterbukaan
informasi publik
A.7.5
Penata Kelolaan Komunikasi Publik Jumlah regulasi/kebijakan tata kelola 6 Dokumen 2 Dokumen 2 Dokumen 2 Dokumen 2 Dokumen 13,8 Pusat Ditjen IKP,
informasi dan komunikasi publik di Kemkominfo
K/L/D
Diseminasi informasi Kebijakan dan Persentase (%) K/L/D yang sudah 65 70 75 85 90 0,5 Pusat Ditjen IKP,
Program Prioritas Nasional melaksanakan urusan PIKP sesuai Kemkominfo
dengan peraturan yang berlaku
Persentase (%) Mitra Strategis (Kelompok 65 70 75 80 85 29,4 Pusat dan Daerah (Prov Ditjen IKP,
Informasi Masyarakat/KIM, Media dan Kab/Kota) Kemkominfo
Tradisional, Badan Koordinasi Hubungan
Masyarakat/Bako Humas, Petugas
Informasi Publik/PIP, dan lain-lain) yang
melaksanakan diseminasi informasi
Kebijakan dan Program Prioritas
Nasional
Peyelesaian Sengketa Informasi Jumlah penyelesaian sengketa informasi 72 80 90 100 110 8,3 Pusat Komisi Informasi
Publik sesuai UU No.14 Tahun 2008 publik tahun berjalan yang belum Pusat
(*) diselesaikan
(16.10.2 b)
Penguatan Badan Publik yang Jumlah Badan Publik yang Informatif 35 40 45 55 60 13,7 Pusat Komisi Informasi
Melaksanakan Ketentuan Pusat
Keterbukaan Informasi Publik (**) (16.10.2 a; 16.10.2 b; 16.10.2 c)
Penyusunan Indeks Keterbukaan Indeks Keterbukaan Informasi Publik 1 Dokumen 35 40 45 50 27,4 Pusat Komisi Informasi
Informasi Publik Pusat
ProP : Penyediaan konten dan akses Persentase (%) tingkat kepuasan 60 63 65 68 70 17,7
informasi publik secara merata dan masyarakat di wilayah 3T terhadap
berkeadilan terutama di wilayah 3T informasi publik
Kecamatan di wilayah 3T yang Jumlah Kecamatan di wilayah 3T yang 500 550 600 650 700 1,1 Pusat dan Daerah (Prov Ditjen IKP,
menerima Layanan Informasi Publik menerima Layanan Informasi Publik dan Kab/Kota) Kemkominfo
Melalui Petugas Informasi Publik
Pemanfaatan informasi publik Persentase (%) tingkat kepuasan 65 68 70 73 75 Pusat dan Daerah (Prov Ditjen IKP,
program dan kebijakan pemerintah masyarakat di wilayah 3T yang dan Kab/Kota) Kemkominfo
oleh masyarakat melalui berbagai mendapat akses informasi publik 16,6
media (cetak, elektronik, internet,
luar ruang, tatap muka dan
pertunra) Persentase (%) tingkat kepuasan 55 58 60 63 65 0,0 Pusat dan Daerah (Prov Ditjen IKP,
masyarakat di wilayah 3T terhadap dan Kab/Kota) Kemkominfo
konten informasi publik
ProP : Peningkatan kualitas SDM Jumlah SDM Bidang Komunikasi dan 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 1.851,9
Bidang Komunikasi dan Informatika Informatika yang kompeten dan
profesional
A.7.6
SDM Bidang Komunikasi dan Jumlah SDM Bidang Komunikasi dan 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 1.687,7 Pusat Balitbang,
Informatika yang Profesional Informatika yang memperoleh Pelatihan Kemkominfo
dan Sertifikasi (Termasuk Lokus
Kawasan Prioritas)
Beasiswa S2/S3 Bidang Persentase (%) penerima beasiswa S2/S3 90 90 90 95 95 164,2 Pusat Balitbang,
Komunikasi dan Informatika yang lulus tepat waktu Kemkominfo
ProP : Peningkatan literasi TIK Jumlah masyarakat yang mendapat 2.000 2.200 2.500 3.000 3.500 8,3
masyarakat pengenalan TIK
Pengenalan TIK kepada masyarakat Jumlah anak usia sekolah, perempuan, 2.000 2.200 2.500 3.000 3.500 8,3 Pusat Balitbang,
disabilitas yang mendapat pengenalan Kemkominfo
TIK (Termasuk Lokus Kawasan Prioritas)
ProP : Penelitian Strategis Bidang Jumlah Penelitian Strategis Bidang 1 Kajian 1 Kajian 1 Kajian 1 Kajian 1 Kajian 7,0
Komunikasi dan Informatika Komunikasi dan Informatika
Kajian Strategis Penerapan Sistem Jumlah Kajian Strategis Penerapan Big 1 Kajian 1 Kajian 1 Kajian 1 Kajian 1 Kajian 7,0 Pusat Balitbang,
Big Data Pemerintah Data Pemerintah Kemkominfo
ProP : Penguatan peran lembaga Indeks Kemerdekaan Pers 74 74,3 74,6 74,9 75 66,9
pers dan jurnalis
Pengaduan dan penegakan etika Persentase (%) pengaduan dan 85 85 90 90 90 3,5 Pusat Dewan Pers
bidang pers yang terselesaikan penegakan etika bidang pers yang
terselesaikan
Indeks Kemerdekaan Pers di atas Persentase (%) provinsi dengan Indeks 78 80 83 85 90 28,4 Pusat Dewan Pers
73 Kemerdekaan Pers di atas 73
Pendataan dan verifikasi Jumlah perusahaan pers yang 250 500 500 600 700 4,3 Pusat Dewan Pers
perusahaan pers diverifikasi secara faktual
Persentase (%) perusahaan pers yang 80 80 80 80 80 0,0 Dewan Pers
lolos verifikasi faktual
Sertifikasi Jurnalis Jumlah wartawan yang tersertifikasi 490 orang 1500 orang 1500 orang 1500 orang 1500 orang Pusat Dewan Pers
30,7
jurnalis
Pelatihan Jurnalis Jumlah wartawan yang mendapat 500 orang 1650 orang 1650 orang 1650 orang 1650 orang 0,0 Pusat Dewan Pers
pelatihan jurnalistik
Persentase (%) jurnalis yang memperoleh 98 98 98 98 98 0,0 Pusat Dewan Pers
peningkatan pemahaman atas Kode Etik
Jurnalistik dan aturan terkait pers
Lembaga Penyiaran (TV Induk Jumlah Lembaga Penyiaran (TV Induk 23 57 58 59 59 74,9 Pusat Komisi Penyiaran
Jaringan, Radio Berjaringan, LPB) Jaringan, Radio Berjaringan, LPB) yang Indonesia
yang Memenuhi Standar Peraturan memenuhi Ketentuan Peraturan
Perundangan Bidang Penyiaran Perundangan
(Evaluasi Tahunan, dipublikasi ke media)
Riset Indeks Kualitas Program Jumlah TV dengan Indeks Kualitas 7 9 11 13 15 30,4 Pusat Komisi Penyiaran
Siaran TV Program Siaran di atas 3 Indonesia
Pengaduan Masyarakat terhadap Persentase (%) Pengaduan Masyarakat 96 97 98 99 99 3,5 Pusat Komisi Penyiaran
Konten Siaran TV dan Radio terhadap Konten Siaran TV dan Radio Indonesia
yang Terselesaikan
PP : OPTIMALISASI KEBIJAKAN LUAR Indeks pengaruh dan peran Indonesia 95,07 95,27 95,47 95,67 95,67 4.389,7
NEGERI di dunia internasional
KP : Penguatan Integritas NKRI dan Indeks Kemajuan Perundingan 43,2 46,8 50,5 56,3 57,8 1.722,1
Perlindungan WNI di Luar Negeri Penyelesaian Perbatasan Maritim
Indeks Pelayanan dan Perlindungan 86,0 87,0 88,0 89,0 90,0
WNI dan BHI
ProP : Peningkatan dan Indeks Kemajuan Perundingan 43,2 46,8 50,5 56,3 57,8 124,4
Intensifikasi efektivitas Penyelesaian Perbatasan Maritim
penyelesaian perbatasan dan
percepatan pemetaan batas negara
Perundingan batas dan Kerja Sama Persentase perundingan batas dan kerja 100% 100% 100% 100% 100% 15,6 Pusat Kemenlu
Kelautan Maritim INA dgn 9 negara sama perbatasan laut Indonesia dengan
tetangga negara tetangga
Perundingan Batas Darat dan Kerja Persentase penetapan batas dan kerja 100% 100% 100% 100% 100% 22,5 Pusat Kemenlu
Sama Lintas Batas sama perbatasan darat Indonesia
dengan negara tetangga
Kesepakatan strategis di bidang Jumlah kesepakatan Perundingan Batas 5 5 5 5 5 26,5 Pusat Kemendagri
sosial, ekonomi, dan budaya dan Kerjasama Wilayah Negara
Tanda batas negara jumlah tanda batas negara 120 225 200 200 200 31,5 Pusat BIG
Peta batas negara jumlah peta batas negara 32 20 20 20 20 2,5 Pusat BIG
Kesepakatan Teknis Perundingan Jumlah Kesepakatan Teknis 6 20 20 17 15 1,4 Pusat BIG
Batas Laut Perundingan Batas Laut
Kesepakatan Teknis Perundingan Jumlah Kesepakatan Teknis 3 20 20 20 20 2,5 Pusat BIG
Batas Darat Perundingan Batas Darat
Bahan Kebijakan Koordinasi Jumlah Rumasan Kebijakn dan Rumusan 9 10 10 10 10 21,9 Pusat Kemenko Marin
Hukum, dan Perjanjian Maritim Tindaklanjut Kebijakan Hukum dan
Perjanjian Maritim
ProP : Penguatan perlindungan WNI Indeks Penyelesaian Kasus WNI dan 34,40 34,80 35,20 35,60 36,00 1.597,7
dan BHI di tingkat bilateral, BHI di Luar Negeri
regional, multilateral
A.7.8
Tingkat kepuasan pengguna (WNI dan 17,2% 17,4% 17,6% 17,8% 18,0% 0,0 Kemenlu
Perwakilan RI) terhadap Portal Peduli
WNI dan Safe Travel.
Indeks SDM K/L/I/Perwakilan RI yang 4,3% 4,4% 4,4% 4,5% 4,5% 0,0 Kemenlu
mendapatkan sertifikat pelatihan
peningkatan kapasitas terkait
pengelolaan sistem informasi Pelayanan
dan Pelindungan WNI dan BHI di Luar
Negeri
Persentase Kerja Sama di Bidang 21,5% 21,8% 22,0% 22,3% 22,5% 0,0 Kemenlu
Pelayanan dan Pelindungan WNI dan
BHI di Luar Negeri yang Ditandatangani
Persentase Standar / Panduan Teknis di 17,2% 17,4% 17,6% 17,8% 18,0% 0,0 Kemenlu
Bidang Pelayanan dan Pelindungan WNI
dan BHI di Luar Negeri yang Diterapkan
Persentase Produk Hukum Bidang 21,5% 21,8% 22,0% 22,3% 22,5% 0,0 Kemenlu
Pelayanan dan Pelindungan WNI dan
BHI di Luar Negeri yand Disahkan
A.7.9
Persentase SDM K/L/I/Perwakilan RI 17,2% 17,4% 17,6% 17,8% 18,0% 0,0 Kemenlu
yang Mendapatkan Sertifikat Pelatihan
Peningkatan Kapasitas Bidang
Pelayanan dan Pelindunan WNI dan BHI
di Luar Negeri
Persentase Kertas Kerja Analisa 8,6% 8,7% 8,8% 8,9% 9,0% 0,0 Kemenlu
Pelayanan dan Pelindungan WNI dan
BHI di Luar Negeri yang Dihasilkan
Persentase Rekomendasi Kemenlu pada 30,1% 30,5% 30,8% 31,2% 31,5% 0,0 Kemenlu
Isu Pelayanan dan Pelindungan WNI dan
BHI di Luar Negeri yang Diterima pada
Forum Perundingan Internasional
Persentase Rekomendasi Kemenlu yang 30,1% 30,5% 30,8% 31,2% 31,5% 0,0 Kemenlu
Diterima dalam Kebijakan / Regulasi
Nasional terkait Pelayanan dan
Pelindungan WNI dan BHI di Luar Negeri
Persentase Responden yang Memberikan 25,8% 26,1% 26,4% 26,7% 27,0% 0,0 Kemenlu
Umpan Balik Positif atas Public
Awareness Campaign (PAC) Pelayanan
dan Pelindungan WNI dan BHI di Luar
Negeri
Nilai Kepuasan Masyarakat Nilai Kepuasan Masyarakat terhadap 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen 3,0 Pusat Kemenlu
terhadap Pelayanan Publik di Pelayanan Publik di Bidang Perlindungan
Bidang Perlindungan WNI dan BHI WNI dan BHI
Perlindungan dan Pelayanan Jumlah WNI/BHI yang Mendapat 230000 241500 253575 266254 279566 726,9 Perwakilan RI Kemenlu
Konsuler WNI/BHI (Perwakilan RI) Perlindungan (orang)
Layanan Perlindungan Pekerja Jumlah tenaga kerja yang ditempatkan di 250000 260000 270000 280000 300000 170,0 UEA, Brunei, Hong kong, KemenNaker
Migran Indonesia oleh Atase di 12 luar negeri secara prosedural Jeddah, Jordan, Korea
negara Selatan, Kuwait, Malaysia,
Qatar, Riyadh, Singapura,
Taiwan
A.7.10
CTKI/TKI yang memenuhi syarat Pelaksanaan pembekalan akhir 179.860 200.000 230.000 260.000 300.000 190,0 Pusat, Aceh Bandung, BNP2TKI
kerja dan prosedural keberangkatan CTKI/TKI CTKI/TKI CTKI/TKI CTKI/TKI CTKI/TKI Bajarbaru, Denpasar,
Jakarta, Kendari, Kupang,
Lampung, Makassar,
Manado, Mataram, Medan,
Nunukan, Padang,
Palembang, Palu,
Pekanbaru, Pontianak,
Semarang, Serang,
Surabaya, Tanjung Pinang,
Yogyakarta
CTKI/TKI yang terlindungi Penanganan/pemulangan RKI 18.000 TKI 17.000 TKI 15.000 TKI 13.000 TKI 10.500 TKI 175,0 Pusat, Aceh Bandung, BNP2TKI
Bermasalah Bajarbaru, Denpasar,
Jakarta, Kendari, Kupang,
Lampung, Makassar,
Manado, Mataram, Medan,
Nunukan, Padang,
Palembang, Palu,
Pekanbaru, Pontianak,
Semarang, Serang,
Surabaya, Tanjung Pinang,
Yogyakarta
KP : Penguatan Kerjasama Jumlah Program/Kegiatan Kerjasama 86 100 115 133 152 642,6
Pembangunan Internasional Selatan-Selatan Triangular
ProP : Peningkatan penggunaan Jumlah pendanaan kegiatan kerja 123,5 138,1 154,0 171,4 190,0 599,5
sumber-sumber dan mekanisme sama pembangunan internasional
pendanaan baru kerjasama termasuk KSST (Rp Miliar)
pembangunan internasional
Jumlah Program/Kegiatan Kerjasama 86 100 115 133 152
Selatan-Selatan Triangular
Beasiswa Kemitraan Negara Jumlah Mahasiswa Asing Penerima 560 560 560 560 560 135,0 Pusat Kemen
Berkembang Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang Ristek/BRIN
Bantuan Kerja sama Teknis Jumlah Kegiatan Bantuan teknis 23 24 25 26 27 95,7 Pusat Kemenlu
Indonesia Indonesia
Beasiswa Dharmasiswa Jumlah orang penerima beasiswa 650 orang 650 orang 650 orang 650 orang 650 orang 211,2 Pusat Kemendikbud
A.7.11
Pengajar Bahasa Indonesia bagi Jumlah penugasan pengajar Bahasa 220 220 220 220 220 91,7 Pusat Kemendikbud
Penutur Asing (BIPA) di Luar Negeri Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di penugasan penugasan penugasan penugasan penugasan
Luar Negeri
Kerjasama Selatan-selatan dan Jumlah kegiatan KSST Bidang Pekerjaan 2 2 3 3 4 14,0 Pusat Kemen PU&PERA
Triangular Bidang Pekerjaan Umum Umum
Kerjasama Selatan-selatan dan Jumlah negara yang mendapatkan 2 2 2 2 2 5,3 Pusat BPOM
Triangular Bidang Pengawasan dukungan penguatan dibidang Obat dan
Obat dan Makanan Makanan dalam skema KSST
Kerjasama Selatan-selatan dan Jumlah kegiatan KSST Bidang Kelautan 2 2 2 2 2 8,3 Pusat KKP
Triangular Bidang Kelautan dan dan Perikanan
Perikanan
Kerjasama Selatan-selatan dan Jumlah kegiatan KSST Bidang Pertanian 1 1 1 1 1 2,9 Pusat Kementan
Triangular Bidang Pertanian
KSST Bidang Peningkatan Jumlah Kegiatan Kerja Sama Teknik Luar 8 10 11 12 13 21,0 Pusat Setneg
Kapasitas Negeri
Knowlegde Sharing Kerja Sama Jumlah Knowlegde Sharing Kerja Sama 1 1 1 1 1 13,5 Pusat Kemen
Selatan-Selatan dan Triangular Selatan-Selatan dan Triangular PPN/Bappenas
Kerjasama Selatan-selatan dan Jumlah kegiatan KSST Bidang Keuangan 1 0 0 0 0 0,9 Pusat Kemenkeu
Triangular Bidang Keuangan
ProP : Penciptaan lingkungan yang Tingkat Partisipasi Aktor Non 2,2-2,38% 2,48-2,55% 2,65-2,74% 2,84-2,96% 2,96-3,16% 43,1
mendukung (enabling environment) Pemerintah dalam Kegiatan Kerja
peningkatan keterlibatan swasta Sama Pembangunan Internasional
dalam kerjasama pembangunan
internasional
Dukungan dan komitmen nasional Persentase Rekomendasi untuk 93 93 93 93 93 2,6 Pusat Kemenlu
yang tinggi atas kebijakan luar ditindaklanjuti pemangku kepentingan
negeri dan kesepakatan dalam nasional mengenai isu keamanan
forum Multilateral di Bidang internasional, senjata pemusnah masal
Keamanan Internasional dan dan senjata konvensional,
Perlucutan Senjata penanggulangan kejahatan lintas negara
kepemimpinan dan peran Indonesia Persentase kepemimpinan Indonesia 90 90 90 90 90 3,5 Pusat Kemenlu
yang berpengaruh dalam forum pada forum multilateral di Bidang
multilateral di Bidang Perdagangan, Perdagangan, Komoditas dan Kekayaan
Komoditas dan Kekayaan Intelektual
Intelektual
A.7.15
Dukungan dan komitmen nasional Presentase Rekomendasi dari forum 90 90 90 90 90 5,3 Pusat Kemenlu
yang tinggi atas kebijakan luar kerjasama multilateral yang ditanggapi
negeri dan kesepakatan dalam oleh pemangku kepentingan nasional
forum Multilateral di Bidang
Perdagangan, Komoditas dan
Kekayaan maritim
Diplomasi Intelektual
yang kuat di Presentase 90 90 90 90 90 2,4 Pusat Kemenlu
forum multilateral di bidang Bidang posisi/prakarsa/rekomendasi Indonesia
Perdagangan, Komoditas dan yang diterima dalam diplomasi maritim di
Kekayaan Intelektual Bidang Perdagangan, Komoditas dan
Kekayaan Intelektual
Kepemimpinan dan Peran Aktif Persentase kepemimpinan Indonesia 87 87 88 90 90 30,2 Pusat Kemenlu
Indonesia pada Berbagai Forum pada forum multilateral di Bidang Sosial
Multilateral di Bidang Sosial Budaya Budaya dan Organisasi Negara
dan OI Negara Berkembang Berkembang
Diplomasi maritim yang kuat di Persentase 90 90 91 92 92 0,5 Pusat Kemenlu
forum Multilateral di Bidang Sosial Posisi/prakarsa/rekomendasi Indonesia
Budaya dan Organisasi Negara yang diterima dalam diplomasi maritim di
Berkembang Bidang Sosial Budaya dan Organisasi
Internasional Negara Berkembang
Dukungan dan komitmen nasional Persentase rekomendasi dari forum 72 73 74 75 76 10,4 Pusat Kemenlu
yang tinggi atas kebijakan luar multilateral di Bidang Sosial Budaya
negeri dan kesepakatan dalam yang ditanggapi oleh pemangku
forum Multilateral di Bidang Sosial kepentingan nasional
Budaya dan Organisasi
Internasional Negara Berkembang
Persentase penyelesaian permohonan 70 71 72 73 74 0,0
registrasi Organisasi Kemasyarakatan
Asing
Pemenangan Indonesia di Berbagai Persentase kepemimpinan Indonesia 75 75 75 75 75 7,9 Pusat Kemenlu
Pencalonan yang Pemilihannya pada forum Multilateral
dilakukan di Tahun 2020
Rekomendasi dan Prakarsa yang Jumlah Rekomendasi dan Prakarsa yang 64 94 94 95 94 24,5 Pusat Kemenlu
disampaikan dalam setiap disampaikan dalam setiap pertemuan
pertemuan Ekonomi ASEAN Ekonomi ASEAN
Rekomendasi dan Prakarsa yang Jumlah Rekomendasi dan Prakarsa yang 37 44 97 51 50 26,9 Pusat Kemenlu
disampaikan dalam setiap disampaikan dalam setiap pertemuan
pertemuan Sosial Budaya ASEAN Sosial Budaya ASEAN
A.7.16
Rekomendasi dan Prakarsa Jumlah Rekomendasi dan Prakarsa yang 130 135 140 146 151 36,1 Pusat Kemenlu
Indonesia yang disampaikan dalam disampaikan dalam setiap pertemuan
setiap pertemuan ASEAN pilar kerja sama ASEAN dengan Mitra Wicara
Politik dan Keamanan dan Organisasi Regional/Internasional
Rekomendasi dan Prakarsa yang Jumlah Rekomendasi dan Prakarsa 140 178 180 191 190 87,3 Pusat Kemenlu
disampaikan dalam setiap Indonesia yang disampaikan dalam
pertemuan kerja sama ASEAN setiap pertemuan ASEAN pilar Politik dan
dengan Mitra Wicara dan Organisasi Keamanan
Regional/Internasional
Layanan Setnas ASEAN Indonesia Dukungan Layanan Setnas ASEAN 1 1 1 1 1 26,7 Pusat Kemenlu
Indonesia
Kesepakatan Kerjasama di Jumlah Kesepakatan kerja sama di 22 23 22 22 22 54,8 Pusat Kemenlu
kawasan Sub Sahara Afrika Kawasan Sub Sahara Afrika
Kesepakatan Kerjasama di Jumlah Kesepakatan kerja sama di 29 29 29 29 29 32,4 Pusat Kemenlu
Kawasan Asia Selatan dan Tengah Kawasan Asia Selatan dan Tengah
Pemantapan Hubungan dan Politik Pemantapan Hubungan dan Politik Luar 31 33 34 36 36 50,7 Pusat Kemenlu
Luar Negeri di Kawasan Asia Timur Negeri di Kawasan Asia Timur dan
dan Pasifik Pasifik
Prakarsa/Rekomendasi Indonesia Jumlah Prakarsa/Rekomendasi 39 39 39 39 39 31,6 Pusat Kemenlu
pada Forum Kerjasama Intra Indonesia pada Forum Kerja Sama
kawasan Asia Pasifik dan Afrika lntrakawasan dan Antarkawasan Asia
Pasifik dan Afrika
Kesepakatan Kerjasama di Jumlah Kesepakatan kerja sama di 11 12 13 14 15 37,7 Pusat Kemenlu
Kawasan Timur Tengah Kawasan Timur Tengah
Kesepakatan Kerjasama di Jumlah Kesepakatan Kerja Sama di 25 25 25 25 25 30,0 Pusat Kemenlu
Kawasan Asia Tenggara Kawasan Asia Tenggara
Kesepakatan kerjasama yang Jumlah Kesepakatan kerjasama yang 15 15 15 15 15 19,6 Pusat Kemenlu
dihasilkan dan ditindaklanjuti dihasilkan dan ditindaklanjuti dengan
dengan negara-negara di kawasan negara-negara di kawasan Amerika II
Amerika II
Kesepakatan kerjasama yang Jumlah Kesepakatan kerjasama yang 24 29 29 29 29 26,2 Pusat Kemenlu
dihasilkan dan ditindaklanjuti dihasilkan dan ditindaklanjuti dengan
dengan negara-negara di kawasan negara-negara di kawasan Amerika I
Amerika I
Kesepakatan kerjasama yang Jumlah Kesepakatan kerjasama yang 17 17 17 17 17 21,9 Pusat Kemenlu
dihasilkan dan ditindaklanjuti dihasilkan dan ditindaklanjuti dengan
dengan negara-negara di kawasan negara-negara di kawasan Eropa I
Eropa I
A.7.17
Kesepakatan kerjasama yang Jumlah Kesepakatan kerjasama yang 19 20 21 22 23 33,0 Pusat Kemenlu
dihasilkan dan ditindaklanjuti dihasilkan dan ditindaklanjuti dengan
dengan negara-negara di kawasan negara-negara di kawasan Eropa II
Eropa II
Prakarsa/rekomendasi pada forum JumlahPrakarsa/rekomendasi pada 26 26 26 26 26 24,4 Pusat Kemenlu
intra kawasan dan antar kawasan forum intra kawasan dan antar kawasan
Amerika dan Eropa Amerika dan Eropa
Kesepakatan kerjasama yang Jumlah Kesepakatan kerjasama yang 34 35 35 35 35 33,2 Pusat Kemenlu
dihasilkan dan ditindaklanjuti dihasilkan dan ditindaklanjuti dengan
dengan negara-negara di kawasan negara-negara di kawasan Eropa III
Eropa III
Kerjasama Jumlah kerjasama yang dilaksanakan 4751 4851 4951 5051 5151 944,3 Perwakilan RI Kemenlu
Bilateral/Regional/Multilateral
ProP : Optimalisasi Keanggotaan Indeks Kepemimpinan dan Pengaruh 95 - - - - 38,0
Tidak Tetap Indonesia pada Dewan Peran Indonesia dalam Forum
Keamanan PBB Multilateral
Optimalisasi Keanggotaan Tidak Indeks Kepemimpinan dan Pengaruh 95 - - - - 38,0 Pusat/ Kemenlu
Tetap Indonesia pada Dewan Peran Indonesia dalam Forum Perwakilan
Keamanan PBB Multilateral
ProP : Optimalisasi Kontribusi Peringkat jumlah pasukan 10 besar 10 besar 10 besar 10 besar 10 besar 12,8
Indonesia dalam Jajaran 10 Besar perdamaian (PKO) yang dikirim
Negara Kontributor MPP PBB Pemerintah Indonesia
Optimalisasi Kontribusi Indonesia Peringkat jumlah pasukan perdamaian 10 besar 10 besar 10 besar 10 besar 10 besar 12,8 Kemenlu
dalam Jajaran 10 Besar Negara (PKO) yang dikirim Pemerintah Indonesia
Kontributor MPP PBB
PP : PENEGAKAN HUKUM NASIONAL Indeks Pembangunan Hukum 0,65 0,67 0,69 0,71 0,73 1.633,3
KP : Penataan Regulasi Persentase judicial review yang 12,15% dan 11,15% dan 10,15% dan 9,15% dan 8,15% dan 38,8
dikabulkan MK dan MA 11,05% 10,05% 9,05% 8,05% 7,05%
ProP : Pembentukan Lembaga Persentase peraturan perundang- 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 20,9
Pengelola Regulasi undangan yang diharmonisasi
Tindak lanjut hasil rekomendasi Penyusunan SOP mengenai tindak lanjut 1 Dokumen 0,1 Pusat Kemenkumham
analisis dan evaluasi hukum hasil rekomendasi analisis dan evaluasi
hukum
Pedoman konsultasi publik Penyusunan pedoman konsultasi publik 1 Dokumen 0,2 Pusat Kemenkumham
Penjaringan partisipasi publik Aplikasi penjaringan partisipasi publik 1 Paket 0,1 Pusat Kemenkumham
berbasis teknologi informasi berbasis teknologi informasi
Monitoring dan Evaluasi Putusan Monitoring dan Evaluasi Putusan 1 1 1 1 1 4,0 Pusat MK RI
Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi
Anotasi UU berdasarkan Putusan Penyusunan Anotasi UU berdasarkan 15 Undang- 15 Undang- 15 Undang- 15 Undang- 15 Undang- 1,5 Pusat MK RI
MK Putusan MK Undang Undang Undang Undang Undang
A.7.18
RUU Hukum Acara Perdata RUU Hukum Acara Perdata 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen 9,0 Pusat Kemenkumham
RUU Badan Usaha Kebijakan pendukung penyusunan NA 1 Dokumen 1 Dokumen 5,2 Pusat Kemenkumham
RUU Badan Usaha
RUU Badan Usaha Penyusunan NA RUU Badan Usaha 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen 0,5 Pusat Kemenkumham
RUU Jaminan Fidusia RUU Jaminan Fidusia 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen 0,9 Pusat Kemenkumham
RUU Kepailitan RUU Kepailitan 1 Dokumen 1 Dokumen 0,6 Pusat Kemenkumham
KP : Perbaikan Sistem Hukum Pidana 1. Peringkat EoDB Indonesia untuk 1. Peringkat 1. Peringkat 1. Peringkat 1. Peringkat 1. Peringkat 817,9
dan Perdata aspek enforcing contracts 120 110 100 80 70
2. Peringkat EoDB Indonesia untuk 2. Peringkat 2. Peringkat 2. Peringkat 2. Peringkat 2. Peringkat
aspek resolving insolvency 30 28 26 24 20
3. Peringkat EoDB Indonesia untuk 3. Peringkat 3. Peringkat 3. Peringkat 3. Peringkat 3. Peringkat
aspek getting credits 30 28 26 24 20
4. Persentase Pelaku Residivis 4. 8,56% 4. 8,06% 4. 7,56% 4. 7,06% 4. 6,56%
ProP : Penyempurnaan hukum Persentase eksekusi putusan perdata 15% 15% 15% 15% 15% 10,2
ekonomi untuk mendukung
kemudahan berusaha
Evaluasi dan Urgensi Penguatan Jumlah Kajian Evaluasi dan Urgensi 1 Laporan 1 Laporan 1 Laporan 1 Laporan 1 Laporan 4,4 Pusat MA
Kelembagaan Jurusita Penguatan Kelembagaan Jurusita
Pengembangan Sistem Teknologi Jumlah Pengembangan Sistem Teknologi 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 5,8 Pusat MA
Informasi untuk mendukung Informasi untuk mendukung kemudahan
kemudahan berusaha berusaha
ProP : Penerapan pendekatan Persentase pengenaan alternatif 15% 15% 15% 15% 15% 40,0
Keadilan Restoratif pemidanaan
Implementasi Keadilan Restoratif Penyusunan Juknis Implementasi 1 Juknis 0,3 Pusat Kejagung
Keadilan Restoratif
Bimtek penuntut umum sebagai Jumlah Laporan Bimtek penuntut umum 1 Laporan 1 Laporan 1 Laporan 1 Laporan 1 Laporan 6,9 Pusat Kejagung
fasilitator dalam penanganan sebagai fasilitator dalam penanganan
perkara dengan pendekatan perkara dengan pendekatan keadilan
keadilan restoratif restoratif
Diklat berbasis Kompetensi di Jumlah Aparat yang Mengikuti Diklat 320 Orang 320 Orang 320 Orang 320 Orang 320 Orang 16,4 Pusat Kemenkumham
Bidang Pembimbing berbasis Kompetensi di Bidang
Kemasyarakatan Pembimbing Kemasyarakatan
A.7.19
Pemberdayaan masyarakat untuk Jumlah Pokmas yang melaksanakan 35 pokmas 40 pokmas 30 pokmas 35 pokmas 35 pokmas 8,9 Wilayah Kemenkumham
pelaksanaan keadilan restoratif program pemberdayaan Klien di
lingkungan masyarakat
Penanganan pelanggaran HAM yang Jumlah Surat Keterangan Korban 450 Surat 450 Surat 450 Surat 450 Surat 450 Surat 7,5 Pusat Komnas HAM
berat melalui upaya pemenuhan hak- Penanganan pelanggaran HAM yang Keterangan Keterangan Keterangan Keterangan Keterangan
hak korban berat
ProP : Dukungan TI di Bidang Jumlah wilayah kerja instansi 109 Wilayah TBD TBD TBD TBD 767,8
Hukum dan Peradilan penegak hukum yang Kerja
mengimplementasikan SPPT TI
Pengembangan dan pemeliharaan Jumlah Pengembangan dan 156 Satker 156 Satker 156 Satker 156 Satker 156 Satker 410,2 Daerah Kejagung
CMS SPPT-TI pemeliharaan CMS SPPT-TI
Pengadaan Sistem Monitoring dan Jumlah Pengadaan Sistem Monitoring 2 Sistem 2 Sistem 2 Sistem 2 Sistem 2 Sistem 45,8 Daerah Kejagung
Dashboard Perkara CMS dan SPPT- dan Dashboard Perkara CMS dan SPPT-
TI TI
Bimbingan Teknis Operasional CMS Jumlah Bimbingan Teknis Operasional 460 Satker 460 Satker 460 Satker 460 Satker 460 Satker 124,1 Daerah Kejagung
dan SPPT TI CMS dan SPPT TI
Monitoring dan Evaluasi Jumlah Wilayah yang melakukan 33 Wilayah 33 Wilayah 33 Wilayah 33 Wilayah 33 Wilayah 2,0 Daerah Kemenkumham
Implementasi SPPT-TI Monitoring dan Evaluasi Implementasi
SPPT-TI
Bimtek untuk Tenaga Pendukung Jumlah wilayah pelaksanaan Bimtek 33 Wilayah 33 Wilayah 33 Wilayah 33 Wilayah 33 Wilayah 2,0 Daerah Kemenkumham
SPPT TI untuk Tenaga Pendukung SPPT TI
Peningkatan Fungsi SPPT di Jumlah Peningkatan Fungsi SPPT di 115 115 115 115 115 5,1 Daerah MA
pengadilan pengadilan Pengadilan Pengadilan Pengadilan Pengadilan Pengadilan
Sistem Peradilan Pidana Terpadu Jumlah Sistem Peradilan Pidana Terpadu 4 Desain 4 Desain 4 Desain 4 Desain 4 Desain 3,8 Pusat Kemen Kominfo
berbasis Teknologi Informasi berbasis Teknologi Informasi
Rekomendasi Kebijakan di Bidang Jumlah Rekomendasi Kebijakan di 1 1 1 1 1 16,7 Pusat Kemenko Polhukam
Penegakan Hukum Bidang Penanganan Perkara Secara Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi
Terpadu Berbasis Teknologi Informasi di
Semua Lembaga Penegak Hukum
Sistem Aplikasi e Manajemen Jumlah Unit Sistem Aplikasi e 727 Unit 727 Unit 727 Unit 727 Unit 727 Unit 145,7 Pusat POLRI
Penyidikan Manajemen Penyidikan
Karakterisasi putusan Jumlah Putusan yang dilakukan 35 putusan 35 putusan 35 putusan 35 putusan 35 putusan 12,5 Pusat KY RI
Karakterisasi
KP : Penguatan Sistem Anti Korupsi IPAK 4,00 4,03 4,06 4,09 4,14 203,0
ProP : Penguatan implementasi Survey Penilaian Integritas 0,68 0,70 0,72 0,74 0,76 144,3
Strategi Nasional Pencegahan
Korupsi
Pembentukan ZI, WBK dan WBBM Wilayah ZI, WBK dan WBBM yang 5 Satker 5 Satker 5 Satker 5 Satker 5 Satker 1,3 Daerah Kemenkumham
Wilayah I dibentuk
Pembentukan ZI, WBK dan WBBM Wilayah ZI, WBK dan WBBM yang 5 Satker 5 Satker 5 Satker 5 Satker 5 Satker 0,9 Daerah Kemenkumham
Wilayah II dibentuk
A.7.20
Pembentukan ZI, WBK dan WBBM Wilayah ZI, WBK dan WBBM yang 5 Satker 5 Satker 5 Satker 5 Satker 5 Satker 3,7 Daerah Kemenkumham
Wilayah IIII dibentuk
Pembentukan ZI, WBK dan WBBM Wilayah ZI, WBK dan WBBM yang 5 Satker 5 Satker 5 Satker 5 Satker 5 Satker 1,3 Daerah Kemenkumham
Wilayah IV dibentuk
Pembentukan ZI, WBK dan WBBM Wilayah ZI, WBK dan WBBM yang 5 Satker 5 Satker 5 Satker 5 Satker 5 Satker 1,3 Daerah Kemenkumham
Wilayah V dibentuk
Pembentukan ZI, WBK dan WBBM Wilayah ZI, WBK dan WBBM yang 5 Satker 5 Satker 5 Satker 5 Satker 5 Satker 1,3 Daerah Kemenkumham
Wilayah VI dibentuk
Pengukuran tingkat kepuasan Jumlah Laporan Pengukuran tingkat 1 Laporan 1 Laporan 1 Laporan 1 Laporan 1 Laporan 13,5 Pusat Kemenkumham
layanan publik persepsi anti korupsi kepuasan layanan publik persepsi anti
dan ndeks integritas di korupsi dan ndeks integritas di
Kemenkumham Kemenkumham
Sosialisasi Revisi Juknis Pedoman Jumlah Sosialisasi Revisi Juknis 31 Kegiatan 31 Kegiatan 31 Kegiatan 31 Kegiatan 31 Kegiatan 4,0 Pusat Kejagung
Tuntutan Tipikor Pedoman Tuntutan Tipikor
Peningkatan Zona Integritas Wilayah Peningkatan Zona Integritas Wilayah I 106 LHP 106 LHP 106 LHP 106 LHP 106 LHP 9,2 Daerah MA
Peningkatan Zona Integritas Wilayah Peningkatan Zona Integritas Wilayah II 83 LHP 83 LHP 83 LHP 83 LHP 83 LHP 6,1 Daerah MA
Peningkatan Zona Integritas Wilayah Peningkatan Zona Integritas Wilayah III 105 LHP 105 LHP 105 LHP 105 LHP 105 LHP 10,8 Daerah MA
III
Peningkatan Zona Integritas Wilayah Peningkatan Zona Integritas Wilayah IV 53 LHP 53 LHP 53 LHP 53 LHP 53 LHP 6,8 Daerah MA
IV
Pembangunan Zona Integritas Pembangunan Zona Integritas 2 laporan 2 laporan 2 laporan 2 laporan 2 laporan 0,5 Pusat MK RI
Pendampingan Pembangunan Zona Jumlah Satker yang Mendapat 31 Satker 31 Satker 31 Satker 31 Satker 31 Satker 9,0 Daerah Kejagung
Integritas menuju WBK/WBBM di Pendampingan Pembangunan Zona
Lingkungan Kejaksaan RI Integritas menuju WBK/WBBM di
Lingkungan Kejaksaan RI
Pelaksanaan Survei Penilaian Jumlah Instansi yang dilakukan Survei 84 Instansi 84 Instansi 84 Instansi 84 Instansi 84 Instansi 28,8 Pusat KPK
Integritas Penilaian Integritas
Monitoring Implementasi Strategi Jumlah Laporan Monitoring Implementasi 2 laporan 2 laporan 2 laporan 2 laporan 2 laporan 45,7 Pusat KPK
Nasional Pencegahan Korupsi Strategi Nasional Pencegahan Korupsi
ProP : Optimalisasi mekanisme Jumlah Aparat Penegak Hukum yang 160 orang 160 orang 160 orang 160 orang 160 orang 58,7
pemulihan dan pengelolaan aset mengikuti Diklat Pemulihan Aset
Diklat Pemulihan Aset Jumlah Angkatan Diklat Pemulihan Aset 4 Angkatan 4 Angkatan 4 Angkatan 4 Angkatan 4 Angkatan 9,5 Pusat Kejagung
Penanganan dan Penyelesaian Jumlah Laporan Penanganan dan 20 Laporan 20 Laporan 20 Laporan 20 Laporan 20 Laporan 49,1 Pusat Kejagung
Pemulihan Aset yang terkait Tindak Penyelesaian Pemulihan Aset yang
Pidana terkait Tindak Pidana
KP : Peningkatan Akses terhadap Indeks Akses terhadap Keadilan 65-70% 65-70% 71-80% 71-80% 71-80% 573,6
Keadilan
ProP : Penguatan layanan keadilan Indeks Akses terhadap Keadilan 65-70% 65-70% 71-80% 71-80% 71-80% 567,6
A.7.21
Layanan Pos Bantuan Hukum Jumlah Jam Layanan Pos Bantuan 111.584 Jam 111.584 Jam 111.584 Jam 111.584 Jam 111.584 Jam 55,8 Pusat MA
Hukum Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan
Perkara peradilan umum yang Jumlah Perkara peradilan umum yang 3888 Perkara 3888 Perkara 3888 Perkara 3888 Perkara 3888 Perkara 26,4 Pusat MA
diselesaikan melalui sidang diluar diselesaikan melalui sidang diluar
gedung pengadilan gedung pengadilan
Perkara peradilan umum yang Jumlah Perkara peradilan umum yang 81 Perkara 81 Perkara 81 Perkara 81 Perkara 81 Perkara 0,4 Pusat MA
diselesaikan melalui pembebasan diselesaikan melalui pembebasan biaya
biaya perkara perkara
Perkara dilingkungan Peradilan Jumlah Perkara dilingkungan Peradilan 11.293 11.293 11.293 11.293 11.293 20,4 Pusat MA
Agama yang diselesaikan melalui Agama yang diselesaikan melalui perkara perkara perkara perkara perkara
Pembebasan Biaya perkara Pembebasan Biaya perkara
Perkara dilingkungan Peradilan Jumlah Perkara dilingkungan Peradilan 25.489 25.489 25.489 25.489 25.489 58,7 Pusat MA
Agama yang diselesaikan melalui Agama yang diselesaikan melalui sidang perkara perkara perkara perkara perkara
sidang diluar gedung diluar gedung
Layanan Bantuan Hukum Jumlah Layanan Bantuan Hukum 127.365 jam 127.365 jam 127.365 jam 127.365 jam 127.365 jam 58,2 Pusat MA
dilingkungan Peradilan Agama dilingkungan Peradilan Agama layanan layanan layanan layanan layanan
Perkara dilingkungan Peradilan Jumlah Perkara dilingkungan Peradilan 3286 perkara 3286 perkara 3286 perkara 3286 perkara 3286 perkara 3,6 Pusat MA
Agama yang diselesaikan melalui Agama yang diselesaikan melalui Sidang
Sidang Terpadu Terpadu
Perkara Peradilan Tata Usaha Jumlah Perkara Peradilan Tata Usaha 44 Perkara 44 Perkara 44 Perkara 44 Perkara 44 Perkara 0,1 Pusat MA
Negara yang Diselesaikan Melalui Negara yang Diselesaikan Melalui
Pembebasan Biaya Perkara Pembebasan Biaya Perkara
Pos Bantuan Hukum Jumlah Jam Layanan Pos Bantuan 8.640 Jam 8.640 Jam 8.640 Jam 8.640 Jam 8.640 Jam 4,8 Pusat MA
Hukum Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan
Rekomendasi untuk pelaksanaan Jumlah Rekomendasi untuk pelaksanaan 1 1 1 1 1 2,5 Pusat Komnas
dukungan pengakuan, penghargaan dukungan pengakuan, penghargaan dan Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Perempuan
dan perlindungan yang mendukung perlindungan yang mendukung kerja-
kerja-kerja perempuan pembela kerja perempuan pembela HAM
HAM
Kegiatan Bantuan Hukum Litigasi Jumlah Orang Penerima Bantuan Hukum 5699 orang 7025 orang 7025 orang 7025 orang 9169 orang 286,6 Daerah Kemenkumham
Litigasi
Kegiatan Bantuan Hukum non Jumlah Kegiatan Bantuan Hukum non 758 Kegiatan 938 Kegiatan 938 Kegiatan 938 Kegiatan 1221 Kegiatan 50,1 Daerah Kemenkumham
Litigasi Litigasi
ProP : Pemberdayaan Hukum bagi Indeks Akses terhadap Keadilan 65-70% 65-70% 71-80% 71-80% 71-80% 6,0
Masyarakat
Penyusunan Standar Norma dan Jumlah Penyusunan Standar Norma dan 2 Standar 2 Standar 2 Standar 2 Standar 2 Standar 6,0 Pusat Komnas HAM
Setting HAM Setting HAM Norma dan Norma dan Norma dan Norma dan Norma dan
Setting Setting Setting Setting Setting
PP : REFORMASI BIROKRASI DAN TATA Persentase Instansi Pemerintah Pusat 70 75 80 85 85 14.765,8
KELOLA (Kementerian/Lembaga) dengan
Indeks RB Baik Keatas*
A.7.22
PersentaseInstansi Pemerintah 50 60 70 80 85
Daerah (Provinsi) dengan Indeks RB
Baik Keatas*
Persentase Instansi Pemerintah 30 35 45 55 70
Daerah (Kabupaten/Kota) dengan
Indeks RB Baik Keatas*
KP : Penguatan Implementasi Persentase Kementerian dengan 90 100 100 100 100 264,4
Manajemen ASN Indeks Sistem Merit Kategori Baik
Keatas
Persentase LPNK dengan Indeks 65 80 95 100 100
Sistem Merit Kategori Baik Keatas
Data ASN yang Akurat dan Jumlah Data ASN Terpilah 1 Database - - - - 10,5 Pusat BKN
Komprehensif
Gap analysis kebutuhan SDM ASN Jumlah dokumen gap analysis 1 dokumen - - - - 5,0 Pusat LAN
sesuai sektor prioritas dan potensi
kewilayahan
Ragam Okupasi Kritis ASN Nasional Jumlah Kebijakan Penetapan Ragam - 1 Dokumen - - - 5,0 Pusat KEMEN PAN DAN
Okupasi Kritis ASN Nasional RB
Rencana Pengembangan Kompetensi Jumlah dokumen Rencana - - 1 Dokumen - - 5,0 Pusat LAN
SDM ASN Nasional Pengembangan Kompetensi SDM ASN
Nasional
Sistem Talent Pool ASN Nasional Jumlah Sistem Talent Pool JPT Nasional - - - 1 Upgrade - 3,0 Pusat BKN
Sistem
Sistem Informasi Kompetensi ASN Jumlah Sistem Informasi Kompetensi 1 Sistem - - - - 1,5 Pusat LAN
(SIPKA) ASN (SIPKA)
Pemetaan kompetensi ASN melalui Jumlah ASN (JPT dan JA) yang 2000 Orang 100% jumlah - - - 8,8 Pusat/Daerah BKN
Assesment Center terpetakan kompetensinya melalui JPT dan JA
assesment center terpetakan
kompetensinya
Penerapan sekolah kader ASN Jumlah lulusan sekolah kader ASN - 100 Peserta 100 Peserta 100 Peserta 100 Peserta 83,1 Pusat LAN
Instansi Pemerintah yang Jumlah Instansi Pemerintah 3 30,0 30,0 30,0 30,0 18,0 Pusat KEMEN PAN DAN
menerapkan pola karir Nasional RB
A.7.23
Penerapan Manajemen Talenta ASN Jumlah K/L/D yang menerapkan - - - 89 K/L 34 Provinsi 7,0 Pusat KEMEN PAN DAN
manajemen talenta ASN 100 Kab/Kota RB
ProP : Peningkatan Penerapan Jumlah Instansi Pemerintah dengan 54 IP 108 IP 162 IP 216 IP 270 IP 117,5
Sistem Merit ASN Indeks Sistem Merit Kategori Baik
Keatas
Skenario model kesejahteraan ASN Laporan rekomendasi kebijakan 3 Kajian - - - - 1,2 Pusat LAN
(insentif untuk ASN High
Performance, insentif untuk ASN di
daerah 3T dan risiko tinggi)
Penerapan Pola Karir Instansi Jumlah Instansi Pemerintah yang 72 IP 137 IP 137 IP 137 IP 138 IP 15,3 Pusat BKN
Pemerintah menerapkan pola karir instansi
Kebijakan/peraturan pelaksanaan Jumlah kebijakan - 1 kebijakan - - - 1,0 Pusat KEMEN PAN DAN
PP Gaji, Tunjangan dan Fasilitas RB
Kebijakan/peraturanpelaksanaan Jumlah kebijakan - 1 kebijakan - - - 1,0 Pusat KEMEN PAN DAN
PP pensiun ASN RB
Kebijakan insentif untuk ASN High Jumlah kebijakan insentif untuk ASN di - - 1 Kebijakan - - 1,0 Pusat KEMEN PAN DAN
Performance, di 3T dan tingkat 3T dan tingkat risiko pekerjaan tinggi RB
risiko pekerjaan tinggi
Penilaian Penerapan Sistem Merit di Jumlah lP yang dilakukan Penilaian 73 IP 637 IP 637 IP 637 IP 637 IP 28,8 Pusat/Daerah KASN
lnstansi Pemerintah Penerapan Sistem
Merit
Pembinaan Penerapan Sistem Merit Jumlah IP yang dilakukan pembinaan 67 IP 70 IP 70 IP 70 IP 70 IP 7,3 Pusat/Daerah KASN
penerapan sistem merit
Pengawasan Pelaksanaan Seleksi Jumlah Rekomendasi Hasil Pengawasan 1500 1750 2000 2250 2500 11,0 Pusat/Daerah KASN
JPT di Instansi Pemerintah Pelaksanaan Seleksi JPT di Instansi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi
Pemerintah
Penyusunan kebijakan pelaksanaan Jumlah kebijakan 4 Kebijakan - - - - 0,6 Pusat/Daerah KEMEN PAN DAN
PP 30/2019 tentang Penilaian RB
Kinerja PNS
Piloting penerapan sistem Jumlah IP yang di-ujicoba penerapan 7 IP Pusat - - - - 0,9 Pusat/Daerah KEMEN PAN DAN
mananjemen kinerja sistem manajemen kinerja 10 IP Daerah RB
Penerapan Sistem informasi Jumlah IP yang menerapkan manajemen 25 IP 204 IP 204 IP 202 IP - 15,0 Pusat/Daerah BKN
Manajemen Kinerja ASN kinerja ASN sesuai PP 30/2019
menggunakan sistem informasi kinerja
Kebijakan penataan jabatan Jumlah kebijakan 1 kebijakan - - - - 1,0 Pusat/Daerah KEMEN PAN DAN
fungsional RB
Evaluasi Sistem Diklat Jumlah Rekomendasi 1 - - - - 1,0 Pusat/Daerah LAN
Kepemimpinan ASN Rekomendasi
A.7.24
Integrasi proses bisnis pelayanan Jumlah sektor pelayanan publik - 1 PermenPAN 1 sektor 1 sektor - 3,0 Pusat KEMEN PAN DAN
publik tingkat pusat straategis yang distandarisasi proses RB tentang pelayanan pelayanan RB
bisnisnya Standar Proses
Bisnis
Pelayanan
Publik
Pemerintah
Pusat
Pembangunan portal pelayanan Jumlah portal pelayanan publik - - - - 2 portal 5,0 Pusat/Daerah Kemen Kominfo
publik Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
Prop : Penguatan pengawasan Jumlah instansi pemerintah dengan 135 142,0 150,0 157,0 164,0 103,1
masyarakat atas kinerja pelayanan tingkat Kepatuhan Pelayanan Publik
publik Kategori Baik
Pemantauan dan Evaluasi Prosentase laporan pengaduan yang 90% 90% 90% 90% 90% 8,3 Pusat KEMEN PAN DAN
Tindaklanjut Pengaduan dalam diselesaikan RB
LAPOR-SP4N
Penyelesaian Laporan/Pengaduan Jumlah laporan/ pengaduan masyarakat 6000 6300 6600 6800 7000 90,8 Pusat/Daerah OMBUDSMAN RI
Masyarakat terhadap terhadap penyelenggara pelayanan
penyelenggara pelayanan publik publik yang diselesaikan
(external complaint handling)
Pemantauan pelaksanaan Survey Jumlah Indeks Kepuasan Masyarakat - 1 indeks 1 indeks 1 indeks 1 indeks 4,0 Pusat KEMEN PAN DAN
Kepuasan Masyarakat (SKM) di unit Nasional RB
penyelenggara pelayanan publik
Prop : Penguatan ekosistem inovasi Jumlah unit pelayanan publik (UPP) 500 500 500 500 500 36,6
yang mereplikasi inovasi
Pembangunan hub (pusat Jumlah inovasi pelayanan publik yang 50 inovasi 50 inovasi 50 inovasi 50 inovasi 50 inovasi 5,0 Daerah KEMEN PAN DAN
pengetahuan) inovasi pelayanan direplikasi RB
publik
Pengembangan Jejaring Inovasi Fasilitasi dan pendampingan daerah 34 provinsi 34 provinsi 34 provinsi 34 provinsi 34 provinsi 25,0 Daerah Kemendagri
Daerah dalam penerapan replikasi inovasi
daerah
Penerapan Laboratorium Inovasi Jumlah lab inovasi pelayanan publik 4 Daerah 4 Daerah 4 Daerah 4 Daerah 4 Daerah 6,6 Daerah LAN
Pelayanan Publik
Prop : Penguatan pelayanan terpadu Jumlah Mal Pelayanan Publik di Kota 9 MPP 9 MPP 9 MPP 9 MPP 9 MPP 16,0
Besar/Sedang/KEK
Penyusunan Kebijakan Jumlah kebijakan integrasi data, proses, 1 Perpres - - - - 1,0 Pusat KEMEN PAN DAN
Pengembangan Integrasi Data, dan standar pelayanan MPP RB
Proses, dan Standar Pelayanan MPP
Pendampingan pembentukan Mall Jumlah Kabupaten/Kota di Kota 9 Kab/Kota 9 Kab/Kota 9 Kab/Kota 9 Kab/Kota 9 Kab/Kota 15,0 Daerah KEMEN PAN DAN
Pelayanan Publik Besar/Sedang/KEK RB
A.7.26
KP : Penataan kelembagaan dan proses Persentase Instansi Pemerintah Pusat 70 80 100 13.659,9
bisnis (Kementerian/Lembaga) dengan
Indeks Maturitas SPBE Baik Keatas
Penyusunan kebijakan tatakelola Jumlah Permen PAN 1. PermenPAN 1. PermenPAN 1. PermenPAN - - 4,0 Pusat KEMEN PAN DAN
pelaksanaan Perpres 95/2018 RB tentang RB tentang RB tentang RB
tentang SPBE Peta Rencana Pedoman Pedoman
SPBE Nasional Penyusunan Manajemen
2. PermenPAN Arsitektur Perubahan
RB tentang SPBE 2. PermenPAN
Pedoman 2. PermenPAN RB tentang
Evaluasi SPBE RB tentang Pedoman
Pedoman SDM Proses Bisnis
SPBE
Penyusunan kebijakan manajemen Jumlah Permen PPN 1 Permen PPN - - - - 1,0 Pusat Kemen
data dan informasi implementasi tentang PPN/Bappenas
Perpres 95/2018 tentang SPBE Manajemen
Data dan
Informasi
Penyusunan kebijakan infrastruktur Jumlah Peraturan Menteri Kominfo yang 8 8 8 8 8 20,0 Pusat Kemen Kominfo
dan aplikasi SPBE mendukung implementasi SPBE
Penyusunan kebijakan Manajemen Jumlah Perka BPPT 3 Perka - - - - 1,0 Pusat BPPT
Pengetahuan implementasi Perpres
95/2018 tentang SPBE
Integrasi Perencanaan, Jumlah Sistem Terintegrasi Tersedianya Integrasi Integrasi Integrasi desa Integrasi 10,0 Pusat Kemen Kominfo
Penganggaran, Pengadaan Barang aplikasi umum internal antara dengan sistem tingkat
Jasa, Akuntabilitas Kinerja, serta Perencanaan pemerintah Kab/Kota kab/kota pusat
Pemantauan dan Evaluasi di Pusat dan daerah dengan
dan Daerah Penganggaran provinsi
Pembangunan Sistem Informasi ASN Jumlah Sistem Informasi ASN 1 Sistem - - - - 10,7 Pusat BPPT
Terintegrasi Terintegrasi
Penerapan e-Arsip terintegrasi Jumlah Instansi pemerintah yang 75 Instansi 167 Instansi 171 Instansi 168 Instansi 122 Instansi 25,9 Pusat/Daerah Arsip Nasional
menerapkan e-Arsip terintegrasi
Penyelenggaraan Pusat Data Jumlah penyediaan data center nasional 1 paket sewa konstruksi 2 data center konstruksi 4 data center 6.996,0 Pusat Kemen Kominfo
Nasional cloud dan tambahan 2 (kumulatif)
persiapan data center
lahan
Pengembangan, Integrasi dan Jumlah Pengembangan, Integrasi dan 1 sistem 1 sistem 1 sistem 1 sistem 1 sistem 17,5 Pusat LKPP
Implementasi Sistem Perencanan Implementasi Sistem Perencanan
Pengadaan Pengadaan
A.7.28
Pengembangan, Integrasi dan Jumlah Pengembangan, Integrasi dan 1 sistem 1 sistem 1 sistem 1 sistem 1 sistem 15,7 Pusat LKPP
Implementasi Sistem Monev Implementasi Sistem Monev Pengadaan
Pengadaan
Pengembangan SPSE Terpusat Jumlah LPSE yang menggunakan 10 LPSE 150 LPSE 300 LPSE 450 LPSE 600 LPSE 465,3 Pusat dan Daerah LKPP
aplikasi terpusat
Terselenggaranya jalur komunikasi yang Akses yang Jaringan Intra Jaringan Intra Jaringan Intra Jaringan Intra 5.930,0 Pusat Kemen Kominfo
berkualitas dan aman dalam memadai bagi Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah
penyelenggaran layanan SPBE penyelenggara berbasis berbasis berbasis berbasis
an aplikasi seluler bagi seluler bagi seluler bagi 1 seluler bagi 4
umum 100.000 ASN 500 ribu ASN juta ASN juta ASN
Penyediaan Sistem Penghubung Persentase terwujudnya interoperabilitas 100 100 100 100 100 20,0 Pusat Kemen Kominfo
Layanan Pemerintah antara layanan SPBE
Pembangunan Portal Data Nasional Terbangunnya integrasi data dan - - - 1 Data 1 Data 5,1 Pusat KEMEN
pengelolaan portal data nasional Terintegrasi Terintegrasi PPN/BAPPENAS
Audit Infrastruktur SPBE Terlaksanakannya audit infrastruktur 1 Perangkat 1 Perangkat 1 Audit 1 Audit 1 Audit 44,0 Pusat BPPT
nasional SPBE alat alat Infrastruktur Infrastruktur Infrastruktur
bantu/tools bantu/tools Nasional Nasional Nasional
audit aplikasi audit
infratsruktur
Audit Aplikasi Umum SPBE Terlaksanakannya audit aplikasi umum - 4 Audit 4 Audit 4 Audit 4 Audit 0,0 Pusat BPPT
SPBE Aplikasi Umum Aplikasi Umum Aplikasi Umum Aplikasi Umum
Prop : Penguatan pengelolaan Persentase Intansi Pemerintah - K/L -K/L = - K/L = - K/L = - K/L = 602,0
reformasi birokrasi dan sistem (K/L/D) dengan Indeks Penerapan =20,69% 42,53% 56,32% 68,97% 79,31%
akuntabilitas kinerja organisasi Manajemen Risiko (Manajemen Risiko - Prov = 5% - Prov = 15% - Prov = 30% - Prov = 40% - Prov = 62%
Indeks) Level 3 - Kab/Kota = - Kab/Kota = - Kab/Kota = - Kab/Kota = - Kab/Kota =
5% 10% 15% 25% 39%
Penerapan Manajemen Risiko di Jumlah Provinsi dengan Indeks Provinsi = 2 IP Provinsi = 6 IP Provinsi = 10 Provinsi = 14 Provinsi = 23 15,6 Daerah BPKP
Provinsi Penerapan Manajemen Risiko (5%) (15%) IP (30%) IP (40%) IP (62%)
(Manajemen Risiko Indeks) pada level 3
dari Skala 1 s.d 5
Penerapan Manajemen Risiko di Jumlah Kab/Kota dengan Indeks Kab/kota = 25 Kab/Kota = Kab/Kota = Kab/Kota = Kab/Kota = 132,9 Daerah BPKP
Kab/Kota Penerapan Manajemen Risiko IP (5%) 51 IP (10%) 76 IP (15%) 127 IP (25%) 200 IP (39%)
(Manajemen Risiko Indeks) pada level 3
dari Skala 1 s.d 5
Penerapan Manajemen Risiko di Jumlah Badan Usaha dengan Indeks 355 BU 419 BU 524 BU 622 BU 741 BU 182,4 Pusat dan Daerah BPKP
Badan Usaha (BUMN/D, BLU/D) Penerapan Manajemen Risiko (16.74%) (19.75%) (24.71%) (29.33%) (34.94%)
(Manajemen Risiko Indeks) pada level 3
dari Skala 1 s.d 5
Monitoring UKPBJ yang Mencapai Jumlah UKPBJ yang mencapai maturitas 100 UKPBJ 350 UKPBJ 350 UKPBJ 350 UKPBJ 350 UKPBJ 11,1 Pusat/Daerah LKPP
Maturitas Level 3 Level 3
Asistensi implementasi Sistem Jumlah IP yang diberikan asistensi 616 IP 275 IP 245 IP 195 IP 135 IP 10,2 Pusat/Daerah KEMEN PAN DAN
Akuntabilitas Kinerja Instansi implementasi Sistem Akuntabilitas RB
Pemerintah (SAKIP) Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Evaluasi implementasi Sistem Jumlah IP yang dievaluasi implementasi 616 IP 625 IP 625 IP 625 IP 625 IP 40,0 Pusat/Daerah KEMEN PAN DAN
Akuntabilitas Kinerja Instansi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi RB
Pemerintah (SAKIP) Pemerintah (SAKIP)
Reviu Perencanaan Kinerja Instansi Jumlah Instansi Pemerintah yang diriviu - 12 IP 30 IP 30 IP 30 IP 1,8 Pusat KEMEN PAN DAN
Pemerintah Perencanaan Kinerjanya RB
Pelaksanaan Pengawasan Jumlah K/L dan Daerah K/L = 32 K/L = 7 K/L = 14 K/L = 16 K/L = 8 76,0 Pusat Arsip Nasional
Kearsipan di Instansi Pusat (K/L) (Provinsi/Kabupaten/Kota) yang Instansi Instansi Instansi Instansi Instansi
dan Daerah memperoleh nilai pengawasan kearsipan Daerah = 38 Daerah = 32 Daerah = 27 Daerah = 32 Daerah = 32
(Provinsi/Kabupaten/Kota) kategori B ke atas Prov/Kab/Kota Prov/Kab/Kota Prov/Kab/Kota Prov/Kab/Kota Prov/Kab/Kota
Rekomendasi Hasil Pengawasan Jumlah Rekomendasi hasil pengawasan 75 121 121 121 122 7,2 Pusat Arsip Nasional
Kearsipan yang Ditindaklanjuti kearsipan yang ditindaklanjuti Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi
Prop : Penguatan perencanaan dan Persentase Integrasi Sistem 20 40,0 60,0 80,0 100,0 33,0
penganggaran Perencanaan, Penganggaran,
Pamantauan, Evaluasi, dan Audit
Sinkronisasi Perencanaan dan Persentase integrasi sistem perencanaan 75 100 - - - 21,0 Pusat Kemen
Penganggaran dan penganggaran pemerintah pusat PPN/Bappenas
Persentase Integrasi sistem perencanaan 25 50 75 100 - 0,0 Pusat dan Daerah Kemen
dan penganggaran pusat dan daerah PPN/Bappenas
A.7.31
Reviu dan Penyempurnaan Sistem Jumlah Fitur yang diperbaiki, 3 3 3 3 3 12,0 Pusat Kemen
Perencanaan dan Penganggaran disempurnakan, atau ditambahkan PPN/Bappenas
PP : Menjaga Stabilitas Keamanan Global Fire Power Index 0,26 0,25 0,24 0,22 0.20 292.853,8
Nasional
Global Terorism Index 4.44 4.39 4.34 4.29 4.24
Proporsi orang yang merasa aman >55% >55% >55% >60% >60%
berjalan sendirian
Indeks Keamanan dan Ketertiban 3,1 3,2 3,2 3,3 3,4
Nasional
KP : Penguatan Keamanan Dalam Indeks Risiko Terorisme (Pelaku) 38.24 38.14 38.00 37.90 37.80 11.169,5
Negeri
Indeks Risiko Terorisme (Target) 54,46 54.36 54.26 54.16 54.00
Angka Pelanggaran Lintas Batas
300 <300 <250 <200 <150
Negara
Angka Kejadian Konflik 55 Kejadian 50 Kejadian 45 Kejadian 40 Kejadian 35 Kejadian
Angka Korban Pengungsi Internal ≤16.000 ≤15.500 ≤15.000 ≤14.500 ≤14.000
Orang Orang Orang Orang Orang
ProP : Peningkatan Deradikalisasi Clearance Rate Terorisme 3.241,6
75% 75% 77% 79% 80%
dan Penanganan Terorisme
Jumlah Kegiatan Deradikalisasi 187 Kegiatan 187 Kegiatan 187 Kegiatan 187 Kegiatan
terhadap Tersangka, Terdakwa,
Terpidana, narapidana terorisme,
mantan narapidana terorisme, serta
orang atau kelompok orang terpapar
paham radikal terorisme.
Jumlah Kegiatan Pencegahan Tindak 134 Kegiatan 139 Kegiatan 141 Kegiatan 144 Kegiatan
Pidana Terorisme
Jumlah Instansi yang berpartisipasi 38 Institusi 40 Institusi 44 Institusi 48 Institusi 50 Institusi
aktif dalam Sinergisitas
penanggulangan terorisme
Penanganan Kasus Terorisme Jumlah Kasus Terorisme yang Ditangani Pusat POLRI
- 17 Kasus 20 Kasus 22 Kasus 25 Kasus 2.147,4
Identifikasi dan Sosialisasi Tindak Jumlah kegiatan identifikasi dan Pusat POLRI
- 157 Kegiatan 160 Kegiatan 162 Kegiatan 165 Kegiatan 102,0
Pidana Terorisme sosialisasi Tindak Pidana Terorisme
Pencegahan Terorisme Jumlah Kegiatan Pencegahan Terorisme Pusat POLRI
- 50 Kegiatan 55 Kegiatan 57 Kegiatan 60 Kegiatan 102,0
A.7.32
Operasi Intelijen Kontra Teorisme Jumlah operasi intelijen terorisme Pusat BIN
3670 Laporan 2898 Laporan 2999 Laporan 3104 Laporan 3104 Laporan 101,5
Bekas Warga Binaan Pemasyarakat Jumlah Bekas Warga Binaan 34 Provinsi Kemensos
Teroris yang mendapatkan Pemasyarakat Teroris yang 50 Jiwa 50 Jiwa 50 Jiwa 50 Jiwa 50 Jiwa 5,6
Rehabilitasi Sosial mendapatkan Rehabilitasi Sosial
Warga Masyarakat di Lokasi Rawan Jumlah warga masyarakat di lokasi 34 Provinsi Kemensos
Bencana yang Mendapatkan rawan bencana yang mendapatkan 10000 Jiwa 10000 Jiwa 10000 Jiwa 10000 Jiwa 10000 Jiwa 54,0
Pencegahan Terorisme pencegahan terorisme (Jiwa)
ProP : Pengamanan Obyek Vital dan Jumlah Obyek Vital dan Target 2229 2179 2129 2079 2.808,0
Target Rentan Rentan yang mendapat Pengamanan -
Obyek Vital yang mendapat Jumlah Obyek Vital yang mendapat 861 Obyek 911 Obyek 961 Obyek 1011 Obyek 1.404,0 Pusat dan daerah POLRI
-
Pengamanan Pengamanan Vital Vital Vital Vital
Target Rentan yang Mendapat Jumlah Target Rentan yang Mendapat 234 Target 234 Target 234 Target 234 Target 1.404,0 Pusat dan daerah POLRI
-
Pengamanan Pengamanan Rentan Rentan Rentan Rentan
A.7.33
ProP : Penguatan Pertahanan dan Jumlah Pos Pamtas, Posal, Pos Pol PLBN : 18 Pos Pos Pos Pos 4.165,3
Keamanan di Perbatasan dan Pulau SubSektor dan PLBN yang dibangun Unit PolSubSektor: PolSubSektor: PolSubSektor: PolSubSektor:
Terluar Pos Pamtas: 9 Unit 9 Unit 9 Unit 9 Unit
12 Pos PLBN : 20 PLBN : 22 PLBN : 24 PLBN : 26
Pos AL: 15 Unit Unit Unit Unit
Pos Pos Pamtas: 8 Pos Pamtas: 9 Pos Pamtas: 7 Pos Pamtas: 7
Pos Pos Pos Pos
Pos AL: 16 Pos AL: 16 Pos AL: 16 Pos AL: 16
Pos Pos Pos Pos
Panjang Jalan Inspeksi Patroli 200 Km 200 Km 200 Km 200 Km 200 Km
Perbatasan
Jumlah Penduduk perbatasan yang 180 orang 180 orang 180 orang 180 orang 180 orang
diberdayakan dalam sistem Hankam
ProP : Penanganan Konflik Secara Tertanggulanginya Potensi Konflik 27 Kasus 25 Kasus 23 Kasus 21 Kasus 19 Kasus 411,2
Humanis Sosial di Tingkat Kabupaten
Jumlah Anggota Satuan yang - 15.338 Orang 15.846 Orang 16.379 Orang 16.885 Orang
mendapatkan pelatihan penanganan
konflik secara humanis
A.7.34
Pelatihan Penanganan Konflik Jumlah anggota satuan Brigade Mobil 42,7 Pusat dan Daerah POLRI
Secara Humanis Kepada Anggota yang mendapatkan pelatihan
- 10.168 Orang 10.676 Orang 11.209 Orang 11.715 Orang
Satuan Brigade Mobil Harkatpuan dalam Penanganan Konflik
Secara Humanis
Pelatihan Penanganan Konflik Jumlah anggota Satuan Samapta yang 5,2 Pusat dan Daerah POLRI
Secara Humanis Kepada Anggota mendapatkan Pelatihan Penanganan - 170 Orang 170 Orang 170 Orang 170 Orang
Satuan Samapta Baharkam Konflik Secara Humanis
Pelatihan Penanganan Konflik Jumlah anggota Satuan Binmas yang 20,0 Pusat dan Daerah POLRI
Secara Humanis Kepada Anggota mendapatkan Peningkatan kemampuan - 5.000 Orang 5.000 Orang 5.000 Orang 5.000 Orang
Satuan Binmas personel Korbinmas
Tim Terpadu Penanganan Konflik Persentase Timdu PKS Provinsi yang 33,8 Pusat dan Daerah Kemendagri
61% 62% 63% 64% 65%
Sosial melaksanakan RAD secara efektif
Deteksi Dini oleh Aparat Pusat dan Jumlah aparatur pusat dan daerah yag 8,5 Pusat dan Daerah Kemendagri
Daerah ditingkatkan kapasitasnya dibidang
200 Orang 220 Orang 240 Orang 260 Orang 280 Orang
kewaspadaan dini dan deteksi dini
tingkat dasar
Warga masyarakat di lokasi rawan Jumlah warga masyarakat di lokasi 301,0 34 Provinsi Kemensos
bencana yang mendapatkan rawan bencana yang mendapatkan 43018 Jiwa 44000 Jiwa 44000 Jiwa 44000 Jiwa 44000 Jiwa
pencegahan konflik sosial pencegahan konflik sosial
ProP : Keselamatan dan Reintegrasi Jumlah Korban Bencana yang 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 543,4
di Wilayah Rawan dan Bencana Diselamatkan Orang Orang Orang Orang Orang
Bakti TNI di Wilayah Rawan dan Jumlah Bakti TNI di Wilayah Rawan dan 375,0 Pusat Kemenhan
- 6 Kegiatan 6 Kegiatan 6 Kegiatan 6 Kegiatan
Bencana Bencana
Pelaksanaan Bakti Polri di Wilayah Jumlah Bakti POLRI di Wilayah Rawan 4,9 Pusat dan Daerah POLRI
- 1 Kegiatan 1 Kegiatan 1 Kegiatan 1 Kegiatan
Rawan dan Bencana Oleh dan Bencana
Pelaksanaan Bakti Polri di Wilayah Jumlah Bakti POLRI di Wilayah Rawan 4,9 Pusat dan Daerah POLRI
- 1 Kegiatan 1 Kegiatan 1 Kegiatan 1 Kegiatan
Rawan dan Bencana Oleh Korpolair dan Bencana
Pelaksanaan Bakti Polri di Wilayah Jumlah Bakti POLRI di Wilayah Rawan 4,9 Pusat dan Daerah POLRI
- 1 Kegiatan 1 Kegiatan 1 Kegiatan 1 Kegiatan
Rawan dan Bencana Oleh dan Bencana
Korban bencana sosial yang Jumlah korban bencana sosial yang 153,8 34 Provinsi Kemensos
mendapat pemenuhan kebutuhan mendapat pemenuhan kebutuhan dasar 120000 Jiwa 121000 Jiwa 121000 Jiwa 121000 Jiwa 121000 Jiwa
dasar
KP : Penguatan Kemampuan Pemenuhan MEF 186.623,3
Pertahanan dibarengi Confidence 72% 79% 86% 93% 100%
Building Measures (CBM)
Persentase Kontribusi Industri ≥50% ≥50% ≥50% ≥50% ≥50%
Pertahanan
ProP : Pengadaan Alutsista Jenis Alutsista yang diadakan 30 Jenis 60 Jenis 59 Jenis 59 Jenis 59 Jenis 105.713,7
Alutsista Strategis Luar Negeri Jenis Alutsista Strategis Luar Negeri 4 Jenis 4 Jenis 4 Jenis 4 Jenis 4 Jenis 66.273,8 Pusat Kemenhan
yang diadakan
A.7.35
Alutsista Strategis Luar Negeri untuk Jenis Alutsista Pertahanan Laut Natuna 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 8.264,4 Pusat Penguatan Keamanan Kemenhan
Pertahanan Laut Natuna yang diadakan Laut di Natuna
Alutsista Mabes TNI Jenis Rantis, Sucad Ranpur dan Sucad 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 797,9 Pusat Kemenhan
rantis
Alutsista Mabes TNI Jenis munisi kaliber kecil Mabes TNI 1 Jenis 1 Jenis 1 Jenis 1 Jenis 1 Jenis 506,9 Pusat Kemenhan
yang diadakan
Alutsista Mabes TNI Jenis munisi khusus Mabes TNI yang 1 Jenis 1 Jenis 1 Jenis 1 Jenis 51,4 Pusat Kemenhan
diadakan
Alutsista Mabes TNI Jenis munisi kaliber besar Mabes TNI 1 Jenis 1 Jenis 1 Jenis 1 Jenis 1 Jenis 428,8 Pusat Kemenhan
yang diadakan
Alutsista Mabes TNI Jenis senjata Mabes TNI yang diadakan 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 366,0 Pusat Kemenhan
Alutsista TNI AD Jenis kendaraan tempur TNI AD yang 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 1.567,0 Pusat Kemenhan
diadakan
Alutsista TNI AD Jenis pesawat terbang TNI AD yang 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 1.219,5 Pusat Kemenhan
diadakan
Alutsista TNI AD Jenis senjata TNI AD yang diadakan 9 Jenis 9 Jenis 9 Jenis 9 Jenis 1.100,0 Pusat Kemenhan
Alutsista TNI AL Jenis senlek dan amunisi TNI AL yang 8 Jenis 8 Jenis 8 Jenis 8 Jenis 8 Jenis 3.497,0 Pusat Kemenhan
diadakan
Alutsista TNI AL Jenis alpung, KRI, KAL, dan 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 15.400,0 Pusat Kemenhan
ranpur/rantis TNI AL yang diadakan
Alutsista TNI AL Jenis pesud TNI AL yang diadakan - 4 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 1.841,0 Pusat Kemenhan
Alutsista TNI AU Jenis pesawat udara/pendukungnya TNI 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 1.200,0 Pusat Kemenhan
-
AU yang diadakan
Alutsista TNI AU Jenis Radar, Psu dan Alat Komlek TNI 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 1.200,0 Pusat Kemenhan
-
AU yang diadakan
Alutsista TNI AU Jenis Senri/Senrat TNI AU yang 4 Jenis 4 Jenis 4 Jenis 4 Jenis 2.000,0 Pusat Kemenhan
-
diadakan
ProP : Pemeliharaan dan perawatan Jenis Alutsista dengan Persentase 41 Jenis 49 Jenis 49 Jenis 49 Jenis 49 Jenis 49.225,5
alutsista Pemenuhan Norma Harwat 100%
Alutsista TNI AD Jenis kendaraan tempur TNI AD dengan 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 1.175,0 Pusat Kemenhan
Presentase Pemenuhan Norma Harwat
100%
Alutsista TNI AD Jenis pesawat terbang TNI AD dengan 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 826,0 Pusat Kemenhan
Presentase Pemenuhan Norma Harwat
100%
Alutsista TNI AD Jenis senjata dan munisi/alpal TNI AD 9 Jenis 9 Jenis 9 Jenis 9 Jenis 9 Jenis 1.824,5 Pusat Kemenhan
dengan Presentase Pemenuhan Norma
Harwat 100%
Alutsista TNI AL Jenis senlek dan amunisi TNI AL dengan 8 Jenis 8 Jenis 8 Jenis 8 Jenis 166,0 Pusat Kemenhan
Presentase Pemenuhan Norma Harwat
100%
A.7.36
Alutsista TNI AL Jenis alpung, KRI, KAL, dan 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 16.000,0 Pusat Kemenhan
ranpur/rantis TNI AL dengan Presentase
Pemenuhan Norma Harwat 100%
Alutsista TNI AL Jenis pesud TNI AL dengan Presentase 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 950,0 Pusat Kemenhan
Pemenuhan Norma Harwat 100%
Alutsista TNI AU Jenis pesawat udara, senjata, dan 13 Jenis 13 Jenis 13 Jenis 13 Jenis 13 Jenis 25.000,0 Pusat Kemenhan
almatsus TNI AU dengan Presentase
Pemenuhan Norma Harwat 100%
Alutsista TNI AU Jenis radar, PSU, dan alat komlek TNI 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 3.284,0 Pusat Kemenhan
AU dengan Presentase Pemenuhan
Norma Harwat 100%
ProP : Pembangunan sarana- Jumlah M2 pembangunan Sarana 88000 118000 121000 126000 129000 8.431,0
prasarana pertahanan Prasarana Pertahanan
Pembangunan Sarpras Mabes TNI Jumlah M2 Pembangunan Sarpras 10000 10000 10000 10000 425,0 Pusat Kemenhan
Mabes TNI
Pembangunan Sarpras TNI AD Jumlah M2 Pembangunan Sarpras TNI 68000 88000 91000 96000 99000 4.000,0 Pusat Kemenhan
AD
Pembangunan Sarpras TNI AL Jumlah M2 Pembangunan Sarpras TNI 10000 10000 10000 10000 10000 1.793,0 Pusat Kemenhan
AL
Pembangunan Sarpras TNI AL untuk Jumlah Paket Pembangunan Sarpras TNI 2 Paket 2 Paket 2 Paket 2 Paket 226,0 Pusat Penguatan Keamanan Kemenhan
Pertahanan Natuna AL untuk Pertahanan Natuna Laut di Natuna
Pembangunan Sarpras TNI AU Jumlah M2 Pembangunan Sarpras TNI 10000 10000 10000 10000 10000 1.987,0 Pusat Kemenhan
AU
ProP : Peningkatan Profesionalisme Unit Rumah Dinas 8.093,0
dan Kesejahteraan Prajurit 1055 unit 2410 unit 3030 unit 3645 unit 3796 unit
Pembangunan dan Upgrade RS TNI Jumlah RS TNI AU yang di-Upgrade 2 Unit (Tahap 2 Unit (Tahap 2 Unit (Tahap 350,0 Pusat Kemenhan
- -
AU 1) 2) 3)
ProP : Pembangunan Pertahanan Jumlah Sistem Siber Pertahanan 5 Sistem 5 Sistem 5 Sistem 5 Sistem 2.361,0
-
Siber
Pengembangan Sistem Pertahanan Jumlah sistem pertahanan siber yang 6 sistem 3 sistem 2 sistem 3 sistem 55,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC Kemenhan
Siber dikembangkan - dan Pembentukan 121
CSIRT
Revitalisasi infrastruktur dan presentase peningkatan kualitas jaringan 100% 65,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC Kemenhan
jaringan siber Pushansiber - - - dan Pembentukan 121
CSIRT
Sistem Pengamanan Pangkalan Jumlah pangkalan yang diberikan sistem 1 pangkalan 1 pangkalan 64,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC Kemenhan
(Smart Building Pushansiber) pengamanan - - - dan Pembentukan 121
CSIRT
Peningkatan 11 unit Server Data Jumlah sub sistem dari Server Data 11 unit 2,5 Pusat Penguatan NSOC - SOC Kemenhan
Center Pushansiber Center - - - - dan Pembentukan 121
CSIRT
Pembangunan Sistem Cyber waktu analisa ancaman/ serangan siber 15 menit 125,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC Kemenhan
Intelegent Analytica Pushansiber - - - - dan Pembentukan 121
CSIRT
Pengembangan Laboratorium Jumlah peralatan Laboratorium 20 offensive 100,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC Kemenhan
Offensive dan Defensive Offensive dan Defensive - dan 12 - - - dan Pembentukan 121
Pushansiber defensive CSIRT
Pengembangan Peralatan dan Jumlah Peralatan dan kapasitas Tim 3 paket 40,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC Kemenhan
Kapasitas Tim CERT Pushansiber CERT - - - - dan Pembentukan 121
CSIRT
Pengadaan Anti Drone Jumlah Peralatan Anti Drone 1 paket 2,5 Pusat Penguatan NSOC - SOC Kemenhan
- - - - dan Pembentukan 121
CSIRT
Pendidikan dan Pelatihan TIK di Jumlah SDM TIK Bidang Siber 100 lulusan 100 lulusan 100 lulusan 100 lulusan 52,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC Kemenhan
Bidang Siber - dan Pembentukan 121
CSIRT
Pembangunan Pertahanan Siber Jumlah Sistem Pertahanan Siber Mabes 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 400,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC Kemenhan
Mabes TNI TNI - dan Pembentukan 121
CSIRT
Pembangunan Pertahanan Siber TNI Jumlah Sistem Pertahanan Siber TNI AD 1 Sistem 18 Sistem 18 Sistem 18 Sistem 655,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC Kemenhan
AD - dan Pembentukan 121
CSIRT
Pembangunan Pertahanan Siber TNI Jumlah Sistem Pertahanan Siber TNI AL 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 400,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC Kemenhan
AL - dan Pembentukan 121
CSIRT
Pembangunan Pertahanan Siber TNI Jumlah Sistem Pertahanan Siber TNI AU 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 400,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC Kemenhan
AU - dan Pembentukan 121
CSIRT
A.7.38
ProP : Pembangunan dan Jenis Alpalhankam yang 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 12.799,1
Pengembangan Industri Pertahanan dikembangkan
Pengadaan Alpalhan Industri Jenis Alpalhan yang diadakan 4 Jenis 4 Jenis 4 Jenis 4 Jenis 4 Jenis 7.709,1 Pusat Kemenhan
Pertahanan
Pengadaan Alpalhan Industri Jenis Alpalhan yang diadakan untuk 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2.760,0 Pusat Penguatan Keamanan Kemenhan
Pertahanan untuk Pertahanan Laut Pertahanan Laut Natuna Laut di Natuna
Natuna
Propelan Terbangunnya Sarana Produksi Propelan Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5 2.150,0 Pusat Kemenhan
IPTEKHAN bidang daya tempur Prototipe - Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5 180,0 Pusat Kemenhan
KP : Penguatan Keamanan Laut Angka Pelanggaran Hukum dan 285 Kasus 265 Kasus 246 Kasus 224Kasus 202 Kasus 11.647,6
Gangguan Keamanan di Laut
ProP : Penguatan Kapasitas Sistem Relay Time 300 menit 240 menit 180 menit 120 menit 60 menit 480,0
Peringatan Dini Terpadu
Pembelian data AIS satelit Jumlah data AIS satelit yang dibeli 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 20,0 Pusat Bakamla
Sistem peringatan dini terpadu Jumlah sistem peringatan dini 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 460,0 Pusat Penguatan Keamanan Bakamla
1 Sistem
untuk wilayah Natuna Laut di Natuna
ProP : Penguatan Kapasitas Operasi Persentase Cakupan WPP NRI yang 54% 60% 65% 70% 75% 10.023,6
Keamanan Laut dipantau dari kegiatan Ilegal Fishing
Operasi Militer Selain Perang (OMSP) Jumlah operasi - 20 operasi 20 operasi 20 operasi 20 operasi 1.200,0 Pusat Kemenhan
Matra Laut
Pengadaan Kapal Patroli Keamanan Jumlah kapal Patroli Keamanan Laut - 2 Unit (Tahap 2 Unit (Tahap 2 Unit (tahap - 500,0 Pusat Bakamla
Laut 1) 2) 3)
Pengadaan Senjata Jumlah senjata yang Penyelenggaraan 332 Pucuk 51 Pucuk 51 Pucuk 51 Pucuk 51 Pucuk 568,4 Pusat Bakamla
Penyelenggaraan Patroli Keamanan Patroli Keamanan Dan Keselamatan Laut
Dan Keselamatan Laut
Pengadaan Amunisi Jumlah Amunisi yang Diadakan 1 Paket - 1 Paket - - 70,0 Pusat Bakamla
Pengadaan Boat Stopper Jumlah Boat Stopper yang diadakan - 3 Unit 3 Unit 3 Unit 3 Unit 27,5 Pusat Bakamla
Pengadaan Sarana Prasarana Jumlah sarana prasarana operasi yang - 77 Unit - - - 15,2 Pusat Bakamla
operasi diadakan
Operasi Keamanan dan Jumlah hari operasi keamanan dan 16 Hari 90 Hari 90 Hari 90 Hari 90 Hari 330,8 Pusat Bakamla
Keselamatan Laut keselamatan laut Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi
Operasi Laut Bersama Terkoordinasi jumlah kegiatan operasi laut bersama 5 Operasi 6 Operasi 6 Operasi 6 Operasi 6 Operasi 76,0 Pusat Bakamla
Bilateral terkoordinasi bilateral
Operasi Udara Bersama Jumlah kegiatan operasi udara bersama 4 Operasi 4 Operasi 4 Operasi 4 Operasi 4 Operasi 58,7 Pusat Bakamla
Terkoordinasi Bilateral terkoordinasi bilateral
Sistem Pemantauan SDKP yang Jumlah sistem pemantauan SDKP yang 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 69,0 Pusat KKP
Operasional dan Terintegrasi operasional dan terintegrasi
A.7.39
Operasional Kapal Pengawas Jumlah hari operasional kapal pengawas 150 Hari 180 Hari 180 Hari 180 Hari 180 Hari 2.470,4 Pusat KKP
dalam rangka pengawasan kegiatan IUU Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi
Fishing dan merusak SDKP di WPP - NRI
Operasional Pesawat Patroli Jumlah hari operasi pesawat patroli 150 Hari 180 Hari 180 Hari 180 Hari 180 Hari 180,7 Pusat KKP
Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi
Operasional Speed Boat/Rigid Jumlah hari operasional speed boat/rigid 50 Hari 50 Hari 50 Hari 50 Hari 50 Hari 279,8 Pusat dan Daerah KKP
Inflatable Boat/Rubber Boat inflatable boat/rubber boat Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi
Kapal pengawas yang dibangun Jumlah kapal pengawas yang dibangun 2 Unit 3 Unit 3 Unit 3 Unit 3 Unit 846,7 Pusat KKP
Speed Boat Pengawas yang Jumlah speedboat pengawas yang 11 Unit 10 Unit 10 Unit 10 Unit 10 Unit 175,4 Pusat KKP
dibangun dibangun
Armada Pengawasan yang siap Jumlah armada pengawasan yang siap 103 Unit 116 Unit 129 Unit 142 Unit 155 Unit 575,0 Pusat dan Daerah KKP
operasi operasional
Bangunan/Pos Pengawasan yang Jumlah bangunan/pos pengawasan 18 Unit 15 Unit 15 Unit 15 Unit 15 Unit 259,0 Pusat KKP
dibangun yang tersedia
Patroli Wilayah Perbatasan Laut Jumlah Produksi Jam Patroli di Wilayah - 366 Jam 380 Jam 394 Jam 408 Jam 886,8 Pusat dan Daerah POLRI
Perbatasan
Patroli Wilayah Selat Malaka Jumlah Produksi Jam Patroli di Wilayah - 1.088 Jam 1.123 Jam 1.158 Jam 1.193 Jam 868,8 Pusat dan Daerah POLRI
Selat Malaka
Operasi Keamanan Perairan Jumlah Operasi Keamanan Perairan - 2 Kegiatan 2 Kegiatan 2 Kegiatan 2 Kegiatan 90,4 Pusat dan Daerah POLRI
Pengadaan Kapal 110 M untuk Jumlah Kapal 1 unit (20%) 1 unit (60%) 1 unit (100%) 450,0 Pusat Penguatan Keamanan Bakamla
wilayah Natuna Laut di Natuna
Pengadaan UAV untuk wilayah Jumlah UAV 4 unit (tahap 1) 4 unit (tahap 2) 4 unit (tahap 3) 4 unit (tahap 4) 25,0 Pusat Penguatan Keamanan Bakamla
Natuna Laut di Natuna
ProP : Peningkatan Penyelesaian Clearance Rate Tindak Pidana Laut 75% 75% 80% 80% 80% 1.144,0
Kasus Keamanan Laut
Penyelesaian Tindak Pidana di laut Jumlah Kasus Keamanan Laut yang 119 Kasus 131 Kasus 144 Kasus 158 Kasus 572,0 Pusat dan Daerah POLRI
-
Ditangani
Penyelesaian Tindak Pidana illegal Jumlah Tindak Pidana Illegal Fishing 156 Kasus 159 Kasus 164 Kasus 166 Kasus 572,0 Pusat dan Daerah POLRI
-
Fishing yang Ditangani
KP : Penguatan Keamanan dan Angka Prevalensi Penyalahguna 77.698,4
1,86% 1,86% 1,86% 1,69% 1,69%
Ketertiban Masyarakat Narkotika
Crime Rate 129 orang / 112 orang / 112 orang / 111 orang / 111 orang /
100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
penduduk penduduk penduduk penduduk penduduk
Pelayanan Publik Polri yang Prima 62% 63% 64% 64% 65%
ProP : Pencegahan dan Clearance Rate Tindak Pidana 564,1
Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika
Narkotika dan Prekursor Narkotika 85% 86% 87% 88% 89%
A.7.40
Laboratorium Narkotika Daerah Jumlah Laboratorium Narkotika Daerah 182,7 Pusat dan Daerah BNN
- 1 Laboratorium 1 Laboratorium 1 Laboratorium 1 Laboratorium
yang Operasional yang Operasional
Peta Dasar Daerah Penyelundupan Jumlah Laporan Penyusunan Peta Dasar 4,0 Pusat BNN
Narkotika dan Prekursor Narkotika Daerah Penyelundupan Narkotika dan
- 1 Laporan 1 Laporan - -
Dari Luar Negeri Prekursor Narkotika dari Luar Negeri
Sistem Informasi Kerawanan Jumlah Sistem Informasi Kerawanan 100,0 Pusat BNN
- - - 1 Sistem 1 Sistem
Narkotika yang terbangun Narkotika yang terbangun
Operasionalisasi Pos Interdiksi Jumlah Pos Interdiksi yang Operasional 58,0 Daerah BNN
- 7 Pos 9 Pos 11 Pos 13 Pos
Kawasan Rawan Kultivasi, Jumlah Kawasan Rawan Kultivasi, 6,3 Aceh Besar, Bireuen, Gayo BNN
Produksi, Penyelundupan, Produksi, Penyelundupan, Peredaran Lues, Medan,
Peredaran Gelap, dan Gelap, dan Penyalahgunaan Narkotika Banjarmasin, Makassar
6 Kawasan - - - -
Penyalahgunaan Narkotika dan dan Prekursor Narkotika yang
Prekursor Narkotika yang Diintervensi Program Alternative
Diintervensi Program Alternative Development
Development
Kawasan Rawan Tanaman Jumlah Kawasan yang Beralih ke 16,0 Daerah BNN
Terlarang yang Diintervensi Program Tanaman Pengganti (Alternative - 4 Kawasan 4 Kawasan 4 Kawasan 4 Kawasan
Alternative Development Development)
Titik lokasi lahan tanaman narkotika Jumlah Titik lokasi lahan tanaman 29,0 Daerah BNN
- 12 Titik 12 Titik 12 Titik 12 Titik
yang dimusnahkan narkotika yang dimusnahkan
Peta Tematik Terintegrasi Lahan Jumlah Peta Tematik Terintegrasi Lahan 25,0 Daerah BNN
- 1 Laporan 1 Laporan 1 Laporan 1 Laporan
Tanaman Ganja Siap Musnah Tanaman Ganja Siap Musnah
Sitaan Narkotika dan Prekursor Jumlah Sitaan Narkotika dan Prekursor 9,3 Pusat dan Daerah POLRI
- 2,6 Ton 2,5 Ton 2,4 Ton 2,3 Ton
Narkotika Narkotika
Pengungkapan Jaringan Sindikat Jumlah Jaringan Sindikat Narkotika yang 9,3 Pusat dan Daerah POLRI
- 77 Jaringan 76 Jaringan 75 Jaringan 74 Jaringan
Narkotika Terungkap
A.7.41
Penanganan Kasus Kejahatan Jumlah Kasus Kejahatan Narkotika yang 5,1 Pusat dan Daerah POLRI
- 38.000 Kasus 37.000 Kasus 36.000 Kasus 35.000 Kasus
Narkotika Ditangani
Penanganan Kasus TPPU Terkait Jumlah Kasus TPPU terkait Narkotika 9,3 Pusat dan Daerah POLRI
- 8 Kasus 9 Kasus 10 Kasus 11 Kasus
Narkotika yang Ditangani yang ditangani
ProP : Peningkatan Pencegahan Indeks Ketahanan Diri Remaja 1.999,7
Penyalahgunaan dan Rehabilitasi 50,03 51 52 53 53,51
Penyalahguna Narkotika
Persentase Perubahan Kualitas Hidup
Pecandu/Penyalahguna/Korban
Penyalahgunaan Narkotika
Lembaga Rehabilitasi Narkoba yang Jumlah Lembaga Rehabilitasi Narkoba 13,2 Pusat dan Daerah BNN
Memenuhi Standar Pelayanan yang Memenuhi Standar Pelayanan - 20 Lembaga 20 Lembaga 20 Lembaga 20 Lembaga
Minimal (SPM) Minimal (SPM)
Pelatihan Kompetensi Teknis Jumlah Agen Pemulihan yang Dilatih 12,6 Pusat dan Daerah BNN
- 225 Orang 250 Orang 275 Orang 300 Orang
Rehabilitasi Bagi Agen Pemulihan Kompetensi Teknis Rehabilitasi
Operasionalisasi Unit Intervensi Jumlah Unit Intervensi Berbasis 8,4 Pusat dan Daerah BNN
- 45 Unit 50 Unit 55 Unit 60 Unit
Berbasis Masyarakat (IBM) Masyarakat (IBM) yang Operasional
Fasilitasi Pemuda kader dalam Jumlah pemuda kader yang difasilitasi 28,2 Pusat Kemenpora
peningkatan penanggulangan dalam peningkatan wawasan hukum dan 1500 1500 1500 1500 1500
penyalahgunaan narkoba bahaya destruktif
ProP : Penanganan Kasus TPPO, Clearance Rate Tindak Pidana TPPO 129,0
serta Kejahatan terhadap serta Kejahatan terhadap Perempuan,
Perempuan, Anak, dan Kelompok Anak, dan Kelompok Rentan 83% 83% 84% 84% 85%
Rentan Lainnya
Peningkatan Layanan Ruang Jumlah RPK Sesuai SPM yang Dibangun 69,0 Daerah POLRI
Pelayanan Khusus (RPK) Kepolisian 3 Unit 5 Unit 5 Unit 5 Unit 5 Unit
sesuai standar pelayanan minimal
Penanganan Kasus TPPO, serta Penyelesaian Kasus TPPO, serta 60,0 Pusat dan Daerah POLRI
Kejahatan terhadap Perempuan, Kejahatan terhadap Perempuan, Anak,
- 83% 84% 84% 85%
Anak, dan Kelompok Rentan dan Kelompok Rentan Lainnya yang
Lainnya Ditangani
ProP : Peningkatan Layanan Indeks Kepuasan Layanan Kepolisian 3.677,3
Kepolisian yang Profesional, 8,1 8,2 8,3 8,4 8,5
Modern, dan Terpercaya
Clearance Rate 64% 64% 65% 66% 67%
Clearance Rate Tindak Pidana
57% 58% 59% 59% 60%
Kejahatan Perbankan dan TPPU
Pembangunan SPKT Tingkat Polres Jumlah SPKT Tingkat Polres sesuai SPM 24,0 Pusat dan Daerah POLRI
sesuai SPM yang Terintegrasi yang Terintegrasi secara Online - 2 Polres 2 Polres 2 Polres 2 Polres
secara Online
Pembangunan SPKT Tingkat Polsek Jumlah SPKT Tingkat Polsek sesuai SPM 24,0 Pusat dan Daerah POLRI
- 2 Polsek 2 Polsek 2 Polsek 2 Polsek
sesuai SPM
Pembangunan SATPAS sesuai SPM Jumlah SATPAS sesuai SPM yang 495,6 Pusat dan Daerah POLRI
yang Terintegrasi secara Online Terintegrasi secara Online (Gedung BPKB 5 Polda 5 Polda 5 Polda 5 Polda
Prototype)
Pembangunan Sarana Prasarana Jumlah M2 Sarana Prasarana Layanan 3000 M2 (40 3000 M2 (40 3000 M2 (40 3000 M2 (40 48,0 Pusat dan Daerah POLRI
-
Layanan Kepolisian Kepolisian Unit) Unit) Unit) Unit)
Penanganan Tindak Pidana Umum Penyelesaian Tindak Pidana Umum - 0,64 0,65 0,66 0,67 14,5 Pusat dan Daerah POLRI
Penanganan Tindak Pidana Penyelesaian Tindak Pidana Perbankan 9,3 Pusat dan Daerah POLRI
- 0,58 0,59 0,59 0,6
Perbankan dan TPPU dan TPPU
Pembangunan Command Centre Jumlah Command Center yang dibangun 1.287,0 Daerah POLRI
5 Lokasi 2 Lokasi 2 Lokasi 2 Lokasi 2 Lokasi
A.7.43
Optimalisasi Perangkat Data Center Jumlah Perangkat Data Center yang 213,1 Daerah POLRI
42 Unit 42 Unit 42 Unit 42 Unit 42 Unit
dioptimalisasikan
Pembangunan Aplikasi E- Jumlah Sistem Aplikasi E-Manajemen 145,7 Daerah POLRI
727 Unit 727 Unit 727 Unit 727 Unit 727 Unit
Manajemen Penyidikan
Pembangunan SKCK Online Jumlah SKCK Online yang dibangun dan 100 Unit dan 61,2 Daerah POLRI
496 upgrade 496 upgrade 496 upgrade 496 upgrade
di upgrade 928 upgrade
Digitalisasi Cek Fisik dan Arsip Jumlah Digitalisasi Cek Fisik dan Arsip 304,8 Daerah POLRI
- 5 Polda 5 Polda 5 Polda 5 Polda
Digital BPKB dan STNK Digital BPKB dan STNK
Pembangunan Big Data Polri Sistem Single Data Entry Polri Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 (1 Tahap 4 (1 1.050,0 Daerah POLRI
-
(1paket) (1paket) paket) Paket)
ProP : Pengadaan Almatsus dan Jumlah Almatsus dan Alpalkam - 41 Paket 41 Paket 41 Paket 37 Paket 68.561,4
Alpalkam Dukungan Layanan Kepolisian
Kepolisian
Persentase Almatsus dan Alpalkam - 25% 30% 35% 40%
Kontribusi Industri Pertahanan
Pengadaan Almatsus dan Alpalkam Jumlah Almatsus dan Alpalkam Reserse 5 Paket 94,9 Pusat POLRI
- 5 Paket 5 Paket 5 Paket
Reserse Kriminal Kriminal
Pengadaan Almatsus dan Alpalkam Jumlah Almatsus dan Alpalkam 11 Paket 50.936,0 Pusat POLRI
- 11 Paket 11 Paket 11 Paket
Pemeliharaan Keamanan Pemeliharaan Keamanan
Pengadaan Almatsus dan Alpalkam Jumlah Almatsus dan Alpalkam Intelijen 6 Paket 1.374,9 Pusat POLRI
- 10 Paket 10 Paket 10 Paket
Intelijen Keamanan Keamanan
Pengadaan Almatsus dan Alpalkam Jumlah Almatsus dan Alpalkam TIK 2 Paket 792,0 Pusat POLRI
- 2 Paket 2 Paket 2 Paket
TIK
Pengadaan Almatsus dan Alpalkam Jumlah Almatsus dan Alpalkam Layanan 1 Paket 44,7 Pusat POLRI
- 1 Paket 1 Paket 1 Paket
Layanan Lalu Lintas Lalu Lintas
Pengadaan Almatsus dan Alpalkam Jumlah Almatsus dan Alpalkam Brigade - 10 Paket 13.944,0 Pusat POLRI
10 Paket 10 Paket 10 Paket
Brigade Mobil Mobil
Pengadaan Almatsus dan Alpalkam Jumlah Almatsus dan Alpalkam Anti 1.374,9 Pusat POLRI
- 2 Paket 2 Paket 2 Paket 2 Paket
Anti Teror Teror
ProP : Peningkatan Profesionalisme, Jumlah Personel yang Tersertifikasi - 8.157 9.517 10.876 12.236 2.767,0
dan Kesejahteraan Anggota POLRI Diklat Profesional Personel Personel Personel Personel
Pemenuhan Rumah Negara Polri Jumlah Unit Rumah Negara Polri - 10 Unit 10 Unit 10 Unit 10 Unit 1.086,0 Daerah POLRI
Pemenuhan Rumah Sakit Polri Jumlah Rumah Sakit Polri yang Dibangun - Dibangun : 2 Dibangun : 1 Dibangun : 1 Dibangun : 1 800,0 Pusat POLRI
dan di Upgrade unit; unit; unit; unit;
Diupgrade : 2 Diupgrade : 2 Diupgrade : 1 Diupgrade : 1
Unit Unit Unit Unit
Penanganan Pengaduan Penyelesaian Pengaduan Masyarakat - 77% 78% 79% 80% 151,1 Pusat dan Daerah POLRI
Masyarakat terhadap Anggota Polri terhadap Anggota Polri
KP : Penguatan Ketahanan dan Skor Global Cyber Security Index 5.715,0
0,792 0,792 0,826 0,826 0,838
Keamanan Siber
ProP : Penguatan Pengamanan Skor Pilar Technical pada Global 5.001,9
0,159 0,159 0,171 0,171 0,175
Infrastruktur Siber Cybersecurity Index (GCI)
Skor Pilar Organizational pada Global
0,13 0,13 0,133 0,133 0,136
Cybersecurity Index (GCI)
Perluasan Cakupan Area National Jumlah Cakupan Perluasan Area 1.500,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC BSSN
Cybersecurity Operation Center National Cybersecurity Operation Center 4 Titik 10 Titik 10 Titik 10 Titik 10 Titik dan Pembentukan 121
CSIRT
Pembangunan kapasitas National Jumlah sistem simulasi incident response 743,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC BSSN
Computer Security Incident 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem - - dan Pembentukan 121
Response Team (Nat-CSIRT) CSIRT
Pembangunan Sistem Monitoring Jumlah sistem monitoring pengendalian 450,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC BSSN
Pengendalian Informasi informasi - 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem - dan Pembentukan 121
CSIRT
Penguatan National Data Center Pusat data nasional berstandar 1 DC 1 DC 1 DC 600,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC BSSN
internasional berstandar berstandar berstandar dan Pembentukan 121
- -
Internasional Internasional Internasional CSIRT
(Tahap 1) (Tahap 2) (Tahap 3)
Pembangunan Infrastruktur Jumlah sistem VVDP 50,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC BSSN
Voluntary Vulnerability Disclosure - 1 Sistem - - - dan Pembentukan 121
Program (VVDP) CSIRT
Pembangunan Information Sharing Jumlah sistem ISAC 50,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC BSSN
and Analysis Center (ISAC) - 1 Sistem - - - dan Pembentukan 121
CSIRT
Penyusunan Regulasi Manajemen Regulasi manajemen krisis siber 8,0 Pusat BSSN
1 Regulasi - - - -
Krisis Keamanan Siber Nasional
Peningkatan Literasi dan Budaya Nilai budaya keamanan siber 8,2 Pusat BSSN
4 Nilai - - - -
Keamanan Siber masyarakat
Penerapan Standar Kriptografi pada Jumlah PSE yang sudah menerapkan 1,4 Pusat BSSN
Sektor Ekonomi Digital yang bersifat standar kriptigrafi 100 PSE - - -
interoperabilitas
Integrasi Cyber Intelligent Analytics Jumlah sistem CIA 1.500,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC BIN
(CIA) 7 sistem 7 sistem 7 sistem 7 sistem 7 sistem dan Pembentukan 121
CSIRT
A.7.45
Pembuatan Matriks Keamanan Siber Standar Matriks Keamanan Siber 1 Standar _ _ _ _ 8,9 Pusat BSSN
Standar Audit Keamanan Siber Jumlah Standar Audit Keamanan Siber 4,7 Pusat BSSN
1 Regulasi _ _ _ _
Pemerintah Pemerintah
Tuan Rumah Pelaksanaan ASEAN- Pelaksanaan ASEAN-Japan Tahun 2020 5,0 Pusat BSSN
1 Kegiatan _ _ _ _
Japan Tahun 2020
Penyusunan Regulasi ISAC dan Jumlah Regulasi ISAC dan Voluntary 7,0 Pusat BSSN
Voluntary Vulnerability Disclosure Vulnerability Disclosure Program (VVDP) 1 Regulasi _ _ _ _
Program (VVDP)
Penyusunan Rencana Strategis Rencana Strategis Keamanan Siber 3,0 Pusat BSSN
1 Regulasi _ _ _ _
Keamanan Siber sektor IIKN sektor IIKN
Penyusunan Standar Kompetensi Jumlah Standar Kompetensi Kerja 0,5 Pusat BSSN
Kerja Nasional Indonesia Bidang Nasional Indonesia Bidang Kamsiber 1 Regulasi _ _ _ _
Kamsiber
Pembuatan Kerangka Regulasi Jumlah Kerangka Regulasi Literasi 4,2 Pusat BSSN
Literasi Keamanan Siber dan Keamanan Siber dan Pengendalian 1 Regulasi _ _ _ _
Pengendalian Informasi Informasi
Pengadaan Peralatan Laboratorium Jumlah Peralatan Laboratorium Forensik 58,0 Pusat dan Bidlabfor Polda Penguatan NSOC - SOC POLRI
Forensik yang diadakan _ _ 1 Paket _ 1 Paket dan Pembentukan 121
CSIRT
ProP : Pembangunan dan Penguatan Skor Pilar Technical pada Global 74,9
CERT (ComputerEmergency Cybersecurity Index (GCI)
Response Team) 0,159 0,159 0,171 0,171 0,175
Pembentukan CSIRT pada Sektor Jumlah CSIRT yang dibentuk di sektor 31,6 Pusat Penguatan NSOC - SOC BSSN
Pemerintah pemerintah 15 K/L/D 25 K/L/D 27 K/L/D 27 K/L/D 27 K/L/D dan Pembentukan 121
CSIRT
Pembentukan CSIRT pada Sektor Jumlah CSIRT yang dibentuk di sektor 7,5 Pusat BSSN
_ 1 Entitas 1 Entitas _ _
IIKN IIKN
Membangun Kemampuan Jumlah PSE yang memiliki kemampuan 4,5 Pusat BSSN
penanganan insiden di sektor menangani insiden respon
ekodig (manajemen krisis siber). 100 PSE 100 PSE 100 PSE 100 PSE 100 PSE
PGP dan Sertifikat Digital
(penguatan insiden siber. capacity
building)
Penyusunan Regulasi Pembentukan Jumlah Regulasi Pembentukan CERT 3,3 Pusat BSSN
1 Regulasi _ _ _
CERT
Pembentukan tim Respon Ancaman Jumlah tim respon ancaman intelijen 28,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC BIN
Intelijen Siber siber yang dibentuk _ 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim dan Pembentukan 121
CSIRT
ProP : Pencegahan Kejahatan Siber Skor Pilar Cooperation pada Global 120,0
dan Peningkatan Kerjasama Cybersecurity Index (GCI) 0,12 0,12 0,139 0,139 0,144
Internasional Bidang Siber
A.7.46
Kerjasama Regional, Bilateral dan Jumlah kegiatan kerjasama bidang 1 Kegiatan 1 Kegiatan 1 Kegiatan 1 Kegiatan 60,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC BSSN
Multilateral Bidang Keamanan Siber keamanan siber dan Pembentukan 121
CSIRT
Peningkatan Kerjasama Intelijen Jumlah kegiatan kerjasama intelijen - 1 kegiatan 1 kegiatan 1 kegiatan 1 kegiatan 8,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC BIN
Siber Antar Lembaga Intelijen Dunia keamanan siber dan Pembentukan 121
CSIRT
Penguatan Operasi Intelijen Siber Jumlah kegiatan operasi intelijen siber 550 Operasi 20 Operasi 20 Operasi 20 Operasi 20 Operasi 52,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC BIN
dan Pembentukan 121
CSIRT
ProP : Penguatan Kapasitas SDM Skor Pilar Capacity Building pada 195,2
0,189 0,189 0,189 0,189 0,189
Keamanan Siber Global Cybersecurity Index (GCI)
Peningkatan Kompetensi SDM Jumlah lulusan sertifikasi yang 14,6 Jakarta Penguatan NSOC - SOC BSSN
pengelola keamanan Sistem mengikuti peningkatan kompetensi SDM dan Pembentukan 121
Pemerintahan Berbasis Elektronik pengelola keamanan Sistem 200 Lulusan 100 Lulusan 100 Lulusan 100 Lulusan 100 Lulusan CSIRT
(SPBE) pada K/L/D Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
untuk K/L/D
Pengembangan SDM di Bidang Jumlah Lulusan Peningkatan Kompetensi 37,7 Jakarta Penguatan NSOC - SOC BSSN
Keamanan Siber SDM pengelola keamanan siber untuk 100 Lulusan 100 Lulusan 100 Lulusan 100 Lulusan 100 Lulusan dan Pembentukan 121
K/L/D CSIRT
Penyelenggaraan Program Born to Jumlah SDM Pengelola Keamanan Siber 31,8 Jakarta Penguatan NSOC - SOC BSSN
Defence untuk SDM Pengelola Sektor IIKN yang mengikuti Program Born 500 Lulusan 500 Lulusan 500 Lulusan 500 Lulusan 500 Lulusan dan Pembentukan 121
Keamanan Siber Sektor IIKN to Defence CSIRT
National Cyber Exercise Drill Test Jumlah peserta yang mengikuti National 60,7 Pusat Penguatan NSOC - SOC BSSN
Cyber Excersice Drill Test 1230 Orang 1250 Orang 1300 Orang 1400 Orang 1450 Orang dan Pembentukan 121
CSIRT
Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Jumlah CHFI dan ECIH yang terbentuk di 8,6 Pusat Penguatan NSOC - SOC POLRI
SDM Bidang Digital Forensik Puslabfor, Bid Labfor Polda, Dittipidsiber dan Pembentukan 121
57 lulusan 57 lulusan 57 lulusan 57 lulusan 57 lulusan
Bareskrim dan Subdit Siber CSIRT
Ditreskrimsus Polda
Peningkatan Kapasitas SDM Siber Jumlah SDM yang mengikuti sertifikasi, 21,9 Pusat Penguatan NSOC - SOC POLRI
Polri pelatihan, dan capacity building siber 269 lulusan 269 lulusan 269 lulusan 269 lulusan 269 lulusan dan Pembentukan 121
CSIRT
Peningkatan Kompetensi SDM Jumlah personel yang mendapatkan 20,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC BIN
Intelijen Siber peningkatan kompetensi SDM intelijen - 50 Personel 50 Personel 50 Personel 50 Personel dan Pembentukan 121
siber CSIRT
ProP : Penyelesaian Kejahatan Siber Clearance Rate Tindak Pidana Siber 322,9
61% 62% 63% 64% 65%
Penanganan Tindak Pidana Siber Jumlah penanganan tindak pidana siber 230,9 Pusat Penguatan NSOC - SOC POLRI
1,247 Kasus 1,247 Kasus 1,247 Kasus 1,247 Kasus 1,247 Kasus dan Pembentukan 121
CSIRT
A.7.47
Penyelidikan Online Dittipidsiber Penyelidikan Online Dittipidsiber : 1080 92,0 Pusat Penguatan NSOC - SOC POLRI
Laporan Subdit Siber Ditreskrimsus 2712 laporan 2712 laporan 2712 laporan 2712 laporan 2712 laporan dan Pembentukan 121
Polda : 48 Laporan CSIRT
JUMLAH 330.692,4
Keterangan :
Indikasi target dan pendanaan dapat dimutakhirkan melalui RKP dengan mempertimbangkan : (1) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; (2) Kesiapan dan Sumber Pendanaan; (3) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha dan Masyarakat
001.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya MPR 205,4
Program Pelaksanaan Tugas Konstitusional MPR dan Alat Kelengkapannya 2.332,2
JUMLAH 2.537,6
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
002.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Jenderal DPR RI 5.317,2
Program Penguatan Kelembagaan DPR RI 11.183,0
Program Pelaksanaan Fungsi DPR RI 2.279,4
Program Dukungan Keahlian Fungsi Dewan 201,0
JUMLAH 18.980,6
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
004.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPK 1.215,0
Program Pemeriksaan Keuangan Negara 4.412,2
JUMLAH 5.627,2
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
005.A.1
MAHKAMAH AGUNG
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Mahkamah Agung 796,2
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Mahkamah Agung 6.855,5
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Mahkamah Agung RI 177,1
Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Mahkamah Agung 728,7
Program Penyelesaian Perkara Mahkamah Agung 100,6
Program Peningkatan Manajemen Peradilan Umum 629,6
Program Peningkatan Manajemen Peradilan Agama 299,4
Program Peningkatan Manajemen Peradilan Militer dan Tata Usaha Negara (TUN) 80,3
JUMLAH 9.667,4
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
005.B.1
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Peningkatan Fungsi SPPT di Jumlah Peningkatan Fungsi SPPT di 115 115 115 115 115 5,1 Daerah 07
pengadilan pengadilan Pengadilan Pengadilan Pengadilan Pengadilan Pengadilan
Program Pengawasan dan Peningkatan
Akuntabilitas Aparatur Mahkamah Agung
RI 32,8
Pengawasan Pelaksanaan Teknis,
Administrasi Peradilan, Administrasi
Umum, Penanganan Pengaduan
Inspektur Wilayah I
9,2
Peningkatan Zona Integritas Wilayah I Peningkatan Zona Integritas Wilayah 106 LHP 106 LHP 106 LHP 106 LHP 106 LHP 9,2 Daerah 07
I
Pengawasan Pelaksanaan Teknis,
Administrasi Peradilan, Administrasi
Umum, Penanganan Pengaduan
Inspektur Wilayah II
6,1
Peningkatan Zona Integritas Wilayah II Peningkatan Zona Integritas Wilayah 83 LHP 83 LHP 83 LHP 83 LHP 83 LHP 6,1 Daerah 07
II
005.B.2
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Diklat Lingkungan Terpadu di Jumlah Peserta Diklat Lingkungan 80 Orang 120 Orang 120 Orang 120 Orang 120 Orang 7,9 Pusat 06
Mahkamah Agung Terpadu di Mahkamah Agung
Perkara peradilan umum yang Jumlah Perkara peradilan umum 3888 Perkara 3888 Perkara 3888 Perkara 3888 Perkara 3888 Perkara 26,4 Pusat 07
diselesaikan melalui sidang diluar yang diselesaikan melalui sidang
gedung pengadilan diluar gedung pengadilan
005.B.3
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Perkara peradilan umum yang Jumlah Perkara peradilan umum 81 Perkara 81 Perkara 81 Perkara 81 Perkara 81 Perkara 0,4 Pusat 07
diselesaikan melalui pembebasan yang diselesaikan melalui
biaya perkara pembebasan biaya perkara
Program Peningkatan Manajemen
Peradilan Agama 140,9
Peningkatan Manajemen Peradilan
Agama 140,9
Perkara dilingkungan Peradilan Agama Jumlah Perkara dilingkungan 11.293 11.293 11.293 11.293 11.293 20,4 Pusat 07
yang diselesaikan melalui Pembebasan Peradilan Agama yang diselesaikan perkara perkara perkara perkara perkara
Biaya perkara melalui Pembebasan Biaya perkara
Perkara dilingkungan Peradilan Agama Jumlah Perkara dilingkungan 25.489 25.489 25.489 25.489 25.489 58,7 Pusat 07
yang diselesaikan melalui sidang Peradilan Agama yang diselesaikan perkara perkara perkara perkara perkara
diluar gedung melalui sidang diluar gedung
Layanan Bantuan Hukum Jumlah Layanan Bantuan Hukum 127.365 jam 127.365 jam 127.365 jam 127.365 jam 127.365 jam 58,2 Pusat 07
dilingkungan Peradilan Agama dilingkungan Peradilan Agama layanan layanan layanan layanan layanan
Perkara dilingkungan Peradilan Agama Jumlah Perkara dilingkungan 3286 perkara 3286 perkara 3286 perkara 3286 perkara 3286 perkara 3,6 Pusat 07
yang diselesaikan melalui Sidang Peradilan Agama yang diselesaikan
Terpadu melalui Sidang Terpadu
Pos Bantuan Hukum Jumlah Jam Layanan Pos Bantuan 8.640 Jam 8.640 Jam 8.640 Jam 8.640 Jam 8.640 Jam 4,8 Pusat 07
Hukum Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan
JUMLAH 286,5
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
006.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kejaksaan RI 1.664,0
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kejaksaan RI 8.429,1
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kejaksaan RI 122,1
Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kejaksaan 776,9
Program Penyelidikan/Pengamanan/Penggalangan Permasalahan Hukum di Bidang IPOLEKSOSBUD Hukum dan Hankam
616,7
Program Penanganan dan Penyelesaian Perkara Pidana Umum 1.697,6
Program Penanganan dan Penyelesaian Perkara Pidana Khusus, Pelanggaran Ham yang Berat dan Perkara Tindak Pidana
Korupsi 1.061,1
Program Penanganan dan Penyelesaian Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara 64,5
JUMLAH 14.432,0
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
006.B.1
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Sosialisasi Revisi Juknis Pedoman Jumlah Sosialisasi Revisi Juknis 31 Kegiatan 31 Kegiatan 31 Kegiatan 31 Kegiatan 31 Kegiatan 4,0 Pusat 07
Tuntutan Tipikor Pedoman Tuntutan Tipikor
JUMLAH 682,6
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
007.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Sekretariat Negara 4.586,4
Program Penyelenggaraan Pelayanan Dukungan Kebijakan Kepada Presiden dan Wakil Presiden 2.182,4
JUMLAH 6.768,8
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
007.B.1
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
JUMLAH 21,0
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
010.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Dalam Negeri 1.057,5
Program Pengawasan Internal Kementerian Dalam Negeri dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
183,2
Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri 97,4
Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur Pemerintahan Dalam Negeri 382,1
Program Bina Pembangunan Daerah 937,0
Program Bina Otonomi Daerah 215,0
Program Bina Administrasi Kewilayahan 1.043,7
Program Peningkatan Kapasitas Keuangan Pemerintah Daerah 216,7
Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil 3.804,2
Program Pembinaan Politik dan Penyelenggaraan Pemerintahan Umum 1.053,8
Program Pendidikan Kepamongprajaan 923,0
010.A.2
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Bina Pemerintahan Desa 874,8
JUMLAH 10.788,3
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
010.B.1
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pembinaan inovasi daerah secara Jumlah daerah yang mendapatkan 10 10 10 10 10 2,6 Pusat (alokasi 02
lintas K/L (Kemendagri, KemenPAN, Pembinaan inovasi daerah secara Kementerian)
KemenRistek-Dikti, LAN, Bappenas, lintas K/L
Kemenkeu)
Pembinaan inovasi daerah secara Jumlah daerah yang mendapatkan 6 6 6 6 6 1,6 Pusat (alokasi 02
lintas K/L (Kemendagri, KemenPAN, Pembinaan inovasi daerah secara Kementerian)
KemenRistek-Dikti, LAN, Bappenas, lintas K/L
Kemenkeu)
Pembinaan inovasi daerah secara Jumlah daerah yang mendapatkan 2 2 2 2 2 1,7 Provinsi Nusa Tenggara 02
lintas K/L (Kemendagri, KemenPAN, Pembinaan inovasi daerah secara Timur
KemenRistek-Dikti, LAN, Bappenas, lintas K/L
Kemenkeu)
Pembinaan inovasi daerah secara Jumlah daerah yang mendapatkan 5 5 5 5 5 1,3 Pusat (alokasi 02
lintas K/L (Kemendagri, KemenPAN, Pembinaan inovasi daerah secara Kementerian)
KemenRistek-Dikti, LAN, Bappenas, lintas K/L
Kemenkeu)
Pembinaan inovasi daerah secara Jumlah daerah yang mendapatkan 7 7 7 7 7 1,9 Pusat (alokasi 02
lintas K/L (Kemendagri, KemenPAN, Pembinaan inovasi daerah secara Kementerian)
KemenRistek-Dikti, LAN, Bappenas, lintas K/L
Kemenkeu)
010.B.2
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pembinaan inovasi daerah secara Jumlah daerah yang mendapatkan 2 2 2 2 2 1,7 Pusat (alokasi 02
lintas K/L (Kemendagri, KemenPAN, Pembinaan inovasi daerah secara Kementerian)
KemenRistek-Dikti, LAN, Bappenas, lintas K/L
Kemenkeu)
Pembinaan inovasi daerah secara Jumlah daerah yang mendapatkan 2 2 2 2 2 1,7 Pusat (alokasi 02
lintas K/L (Kemendagri, KemenPAN, Pembinaan inovasi daerah secara Kementerian)
KemenRistek-Dikti, LAN, Bappenas, lintas K/L
Kemenkeu)
Penerapan inovasi daerah yang Daerah pilot project yang 3 3 2 - - 4,8 Pusat (alokasi 02
bersifat tematik guna mendukung menerapkan inovasi daerah yang Kementerian)
iklim investasi (berbasis urusan bersifat tematik guna mendukung
pemerintahan/potensi daerah dan iklim investasi (berbasis urusan
fokus pada daerah 3T) pemerintahan/potensi daerah dan
fokus pada daerah 3T)
Penerapan inovasi daerah yang Daerah pilot project yang 1 - - 4 1 3,6 Pusat (alokasi 02
bersifat tematik guna mendukung menerapkan inovasi daerah yang Kementerian)
iklim investasi (berbasis urusan bersifat tematik guna mendukung
pemerintahan/potensi daerah dan iklim investasi (berbasis urusan
fokus pada daerah 3T) pemerintahan/potensi daerah dan
fokus pada daerah 3T)
Penerapan inovasi daerah yang Daerah pilot project yang - - - - 2 1,2 Pusat (alokasi 02
bersifat tematik guna mendukung menerapkan inovasi daerah yang Kementerian)
iklim investasi (berbasis urusan bersifat tematik guna mendukung
pemerintahan/potensi daerah dan iklim investasi (berbasis urusan
fokus pada daerah 3T) pemerintahan/potensi daerah dan
fokus pada daerah 3T)
Penerapan inovasi daerah yang Daerah pilot project yang 1 - 2 - - 1,8 Pusat (alokasi 02
bersifat tematik guna mendukung menerapkan inovasi daerah yang Kementerian)
iklim investasi (berbasis urusan bersifat tematik guna mendukung
pemerintahan/potensi daerah dan iklim investasi (berbasis urusan
fokus pada daerah 3T) pemerintahan/potensi daerah dan
fokus pada daerah 3T)
010.B.3
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penerapan inovasi daerah yang Daerah pilot project yang - - - - 1 0,6 Pusat (alokasi 02
bersifat tematik guna mendukung menerapkan inovasi daerah yang Kementerian)
iklim investasi (berbasis urusan bersifat tematik guna mendukung
pemerintahan/potensi daerah dan iklim investasi (berbasis urusan
fokus pada daerah 3T) pemerintahan/potensi daerah dan
fokus pada daerah 3T)
Penerapan inovasi daerah yang Daerah pilot project yang 1 - 2 1 - 2,4 Pusat (alokasi 02
bersifat tematik guna mendukung menerapkan inovasi daerah yang Kementerian)
iklim investasi (berbasis urusan bersifat tematik guna mendukung
pemerintahan/potensi daerah dan iklim investasi (berbasis urusan
fokus pada daerah 3T) pemerintahan/potensi daerah dan
fokus pada daerah 3T)
Penerapan inovasi daerah yang Daerah pilot project yang 1 - - - 1 1,2 Pusat (alokasi 02
bersifat tematik guna mendukung menerapkan inovasi daerah yang Kementerian)
iklim investasi (berbasis urusan bersifat tematik guna mendukung
pemerintahan/potensi daerah dan iklim investasi (berbasis urusan
fokus pada daerah 3T) pemerintahan/potensi daerah dan
fokus pada daerah 3T)
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Aplikasi Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Umum Pusat Jejaring Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
(Puja Indah) Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
010.B.4
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 4 6 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
010.B.5
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 3 2 3 4 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 4 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
010.B.6
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 4 6 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
010.B.7
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 5 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 4 2 3 4 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 4 6 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 4 6 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 3 2 3 4 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 2 3 4 4 5 0,1 Pusat (alokasi 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 12 12 12 12 12 0,2 Pusat dan Regional 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan (alokasi Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
010.B.8
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 12 12 12 12 12 0,2 Pusat dan Regional 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan (alokasi Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penerapan Inovasi Sistem Jumlah daerah yang menerapkan 12 12 12 12 12 0,2 Pusat dan Regional 02
Pemerintahan Berbasis Elektronik Inovasi Sistem Pemerintahan (alokasi Kementerian)
(SPBE) dengan Platform Sistem Berbasis Elektronik (SPBE) dengan
Informasi Layanan Inovasi Daerah Platform Sistem Informasi Layanan
Inovasi Daerah
Penilaian inovasi terpadu oleh lintas Jumlah daerah yang dilakukan 165 165 165 165 165 2,7 Pusat (alokasi 02
K/L (Kemendagri, KemenPAN, penilaian inovasi terpadu oleh lintas Kementerian)
KemenRistek-Dikti, LAN) berbasis K/L
indeks inovasi daerah
Penilaian inovasi terpadu oleh lintas Jumlah daerah yang dilakukan 89 89 89 89 89 1,4 Pusat (alokasi 02
K/L (Kemendagri, KemenPAN, penilaian inovasi terpadu oleh lintas Kementerian)
KemenRistek-Dikti, LAN) berbasis K/L
indeks inovasi daerah
Penilaian inovasi terpadu oleh lintas Jumlah daerah yang dilakukan 24 24 24 24 24 0,5 Pusat (alokasi 02
K/L (Kemendagri, KemenPAN, penilaian inovasi terpadu oleh lintas Kementerian)
KemenRistek-Dikti, LAN) berbasis K/L
indeks inovasi daerah
Penilaian inovasi terpadu oleh lintas Jumlah daerah yang dilakukan 129 129 129 129 129 1,9 Pusat (alokasi 02
K/L (Kemendagri, KemenPAN, penilaian inovasi terpadu oleh lintas Kementerian)
KemenRistek-Dikti, LAN) berbasis K/L
indeks inovasi daerah
Penilaian inovasi terpadu oleh lintas Jumlah daerah yang dilakukan 34 34 34 34 34 0,5 Pusat (alokasi 02
K/L (Kemendagri, KemenPAN, penilaian inovasi terpadu oleh lintas Kementerian)
KemenRistek-Dikti, LAN) berbasis K/L
indeks inovasi daerah
Penilaian inovasi terpadu oleh lintas Jumlah daerah yang dilakukan 61 61 61 61 61 1,4 Pusat 02
K/L (Kemendagri, KemenPAN, penilaian inovasi terpadu oleh lintas
KemenRistek-Dikti, LAN) berbasis K/L
indeks inovasi daerah
010.B.9
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penilaian inovasi terpadu oleh lintas Jumlah daerah yang dilakukan 44 44 44 44 44 0,5 Pusat (alokasi 02
K/L (Kemendagri, KemenPAN, penilaian inovasi terpadu oleh lintas Kementerian)
KemenRistek-Dikti, LAN) berbasis K/L
indeks inovasi daerah
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Diklat Percepatan Pelaksanaan SPM di Jumlah aparatur yang mengikuti 64 64 64 64 64 0,9 Pusat (alokasi 02
Daerah Diklat Percepatan Pelaksanaan SPM Kementerian)
di Daerah
Diklat Percepatan Pelaksanaan SPM di Jumlah aparatur yang mengikuti 106 120 135 150 166 2,8 Pusat (alokasi 02
Daerah Diklat Percepatan Pelaksanaan SPM Kementerian)
di Daerah
Diklat Percepatan Pelaksanaan SPM di Jumlah aparatur yang mengikuti 32 39 41 43 43 0,7 Pusat (alokasi 02
Daerah Diklat Percepatan Pelaksanaan SPM Kementerian)
di Daerah
Diklat Percepatan Pelaksanaan SPM di Jumlah aparatur yang mengikuti 160 160 160 160 160 2,3 Pusat (alokasi 02
Daerah Diklat Percepatan Pelaksanaan SPM Kementerian)
di Daerah
Diklat Percepatan Pelaksanaan SPM di Jumlah aparatur yang mengikuti 64 64 64 64 64 0,9 Pusat (alokasi 02
Daerah Diklat Percepatan Penerapan SPM di Kementerian)
Daerah
Diklat manajemen strategi Jumlah aparatur yang mengikuti 46 47 48 49 50 4,2 Pusat dan Regional 02
pemerintahan daerah (strategi inovasi Diklat manajemen inovasi daerah di (alokasi Kementerian)
daerah dan manajemen pembangunan wilayah perbatasan
daerah perbatasan)
Diklat manajemen strategi Jumlah aparatur yang mengikuti 24 24 24 24 24 2,1 Pusat dan Regional 02
pemerintahan daerah (strategi inovasi Diklat manajemen inovasi daerah di (alokasi Kementerian)
daerah dan manajemen pembangunan wilayah perbatasan
daerah perbatasan)
Diklat manajemen strategi Jumlah aparatur yang mengikuti 36 36 36 36 36 3,2 Pusat dan Regional 02
pemerintahan daerah (strategi inovasi Diklat manajemen inovasi daerah di (alokasi Kementerian)
daerah dan manajemen pembangunan wilayah perbatasan
daerah perbatasan)
Diklat manajemen strategi Jumlah aparatur yang mengikuti 34 35 36 37 38 3,2 Pusat dan Regional 02
pemerintahan daerah (strategi inovasi Diklat manajemen inovasi daerah di (alokasi Kementerian)
daerah dan manajemen pembangunan wilayah perbatasan
daerah perbatasan)
Diklat manajemen strategi Jumlah aparatur yang mengikuti 12 12 12 12 12 1,1 Pusat dan Regional 02
pemerintahan daerah (strategi inovasi Diklat manajemen inovasi daerah di (alokasi Kementerian)
daerah dan manajemen pembangunan wilayah perbatasan
daerah perbatasan)
010.B.11
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Diklat manajemen strategi Jumlah aparatur yang mengikuti 24 24 24 24 24 2,1 Pusat dan Regional 02
pemerintahan daerah (strategi inovasi Diklat manajemen inovasi daerah di (alokasi Kementerian)
daerah dan manajemen pembangunan wilayah perbatasan
daerah perbatasan)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Diklat bagi JF Auditor dan JF Jumlah aparatur yang mengikuti 80 80 80 80 80 1,7 Pusat (alokasi 02
Pengawas Penyelenggaraan Urusan diklat bagi JF Auditor dan JF Kementerian)
Pemda (P2 UPD) Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemda (P2 UPD)
Diklat bagi JF Auditor dan JF Jumlah aparatur yang mengikuti 56 56 56 56 56 1,2 Pusat (alokasi 02
Pengawas Penyelenggaraan Urusan diklat bagi JF Auditor dan JF Kementerian)
Pemda (P2 UPD) Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemda (P2 UPD)
Diklat bagi JF Auditor dan JF Jumlah aparatur yang mengikuti 48 48 48 48 48 1,0 Pusat (alokasi 02
Pengawas Penyelenggaraan Urusan diklat bagi JF Auditor dan JF Kementerian)
Pemda (P2 UPD) Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemda (P2 UPD)
Diklat bagi JF Auditor dan JF Jumlah aparatur yang mengikuti 16 16 16 16 16 0,3 Pusat (alokasi 02
Pengawas Penyelenggaraan Urusan diklat bagi JF Auditor dan JF Kementerian)
Pemda (P2 UPD) Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemda (P2 UPD)
Diklat bagi JF Auditor dan JF Jumlah aparatur yang mengikuti 40 40 40 40 40 0,8 Pusat (alokasi 02
Pengawas Penyelenggaraan Urusan diklat bagi JF Auditor dan JF Kementerian)
Pemda (P2 UPD) Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemda (P2 UPD)
Diklat bagi JF Auditor dan JF Jumlah aparatur yang mengikuti 16 16 16 16 16 0,3 Pusat (alokasi 02
Pengawas Penyelenggaraan Urusan diklat bagi JF Auditor dan JF Kementerian)
Pemda (P2 UPD) Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemda (P2 UPD)
010.B.13
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Diklat bagi JF Auditor dan JF Jumlah aparatur yang mengikuti 16 16 16 16 16 0,3 Pusat (alokasi 02
Pengawas Penyelenggaraan Urusan diklat bagi JF Auditor dan JF Kementerian)
Pemda (P2 UPD) Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemda (P2 UPD)
Koordinasi raperda tentang RDTR di Jumlah daerah yang menyusun 8 1 3 0 0,2 2,4 Pusat (alokasi 02
Sekitar Kawasan Khusus (Kawasan raperda tentang RDTR di Sekitar Kementerian)
Industri/Kawasan Ekonomi Khusus) Kawasan Khusus (Kawasan
Industri/Kawasan Ekonomi Khusus)
Koordinasi raperda tentang RDTR di Jumlah daerah yang menyusun 2 0 1 0 0 0,6 Pusat (alokasi 02
Sekitar Kawasan Khusus (Kawasan raperda tentang RDTR di Sekitar Kementerian)
Industri/Kawasan Ekonomi Khusus) Kawasan Khusus (Kawasan
Industri/Kawasan Ekonomi Khusus)
Koordinasi raperda tentang RDTR di Jumlah daerah yang menyusun 2 7 0 0 0 1,8 Pusat (alokasi 02
Sekitar Kawasan Khusus (Kawasan raperda tentang RDTR di Sekitar Kementerian)
Industri/Kawasan Ekonomi Khusus) Kawasan Khusus (Kawasan
Industri/Kawasan Ekonomi Khusus)
Koordinasi raperda tentang RDTR di Jumlah daerah yang menyusun 3 3 0 0 0 1,2 Pusat (alokasi 02
Sekitar Kawasan Khusus (Kawasan raperda tentang RDTR di Sekitar Kementerian)
Industri/Kawasan Ekonomi Khusus) Kawasan Khusus (Kawasan
Industri/Kawasan Ekonomi Khusus)
010.B.14
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Koordinasi raperda tentang RDTR di Jumlah daerah yang menyusun 1 2 0 0 0 0,6 Pusat (alokasi 02
Sekitar Kawasan Khusus (Kawasan raperda tentang RDTR di Sekitar Kementerian)
Industri/Kawasan Ekonomi Khusus) Kawasan Khusus (Kawasan
Industri/Kawasan Ekonomi Khusus)
Koordinasi raperda tentang RDTR di Jumlah daerah yang menyusun 3 0 0 0 0 0,6 Pusat (alokasi 02
Sekitar Kawasan Khusus (Kawasan raperda tentang RDTR di Sekitar Kementerian)
Industri/Kawasan Ekonomi Khusus) Kawasan Khusus (Kawasan
Industri/Kawasan Ekonomi Khusus)
Koordinasi penyusunan dan Jumlah daerah yang menyusun dan - 6 12 18 25 2,0 Pusat (alokasi 01
penerapan rencana aksi daerah kelapa menerapkan rencana aksi daerah Kementerian)
sawit berkelanjutan kelapa sawit berkelanjutan
Kelembagaan perhutanan sosial Jumlah daerah yang melaksanakan 4 8 12 15 20 2,5 Pusat (alokasi 03
perhutanan sosial Kementerian)
Pembinaan Penyelenggaraan dan
Pembangunan Urusan Pemerintahan
Daerah III 37,0
Integrasi dan penerapan SPM Daerah yang melakukan integrasi 34 34 34 34 34 9,2 Pusat (alokasi 02
dan penerapan SPM Kementerian)
Integrasi dan penerapan SPM Daerah yang melakukan integrasi 129 129 129 129 129 6,3 Pusat (alokasi 02
dan penerapan SPM Kementerian)
Integrasi dan penerapan SPM Daerah yang melakukan integrasi 34 34 34 34 34 1,8 Pusat (alokasi 02
dan penerapan SPM Kementerian)
Integrasi dan penerapan SPM Daerah yang melakukan integrasi 61 61 61 61 61 4,5 Pusat (alokasi 02
dan penerapan SPM Kementerian)
Integrasi dan penerapan SPM Daerah yang melakukan integrasi 87 87 87 87 87 5,4 Pusat (alokasi 02
dan penerapan SPM Kementerian)
Integrasi dan penerapan SPM Daerah yang melakukan integrasi 23 23 23 23 23 1,8 Pusat (alokasi 02
dan penerapan SPM Kementerian)
Integrasi dan penerapan SPM Daerah yang melakukan integrasi 44 44 44 44 44 1,8 Pusat (alokasi 02
dan penerapan SPM Kementerian)
Koordinasi penyusunan dan Jumlah daerah yang menyusun dan 11 11 19 19 34 2,0 Pusat (alokasi 01
penerapan rencana aksi destinasi menerapkan rencana aksi destinasi Kementerian)
wisata wisata
010.B.15
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengendalian inflasi daerah Jumlah daerah yang menerapkan 10 20 34 1,2 Pusat (alokasi 01
sistem pengendalian inflasi daerah Kementerian)
Peningkatan kapasitas aparatur dalam Jumlah daerah yang meningkat 160 260 360 460 514 3,0 Pusat (alokasi 03
penilaian kinerja penanganan stunting kapasitas aparaturnya dalam Kementerian)
penilaian kinerja penanganan
stunting
Integrasi dan penerapan SPM lingkup Daerah yang melakukan integrasi 129 129 129 129 129 4,2 02
UPD II (Sanitasi, Air Minum dan dan penerapan SPM lingkup UPD II
Perumahan) (Sanitasi, Air Minum dan
Perumahan)
Integrasi dan penerapan SPM lingkup Daerah yang melakukan integrasi 34 34 34 34 34 1,2 02
UPD II (Sanitasi, Air Minum dan dan penerapan SPM lingkup UPD II
Perumahan) (Sanitasi, Air Minum dan
Perumahan)
Integrasi dan penerapan SPM lingkup Daerah yang melakukan integrasi 61 61 61 61 61 3,0 02
UPD II (Sanitasi, Air Minum dan dan penerapan SPM lingkup UPD II
Perumahan) (Sanitasi, Air Minum dan
Perumahan)
Integrasi dan penerapan SPM lingkup Daerah yang melakukan integrasi 87 87 87 87 87 3,6 02
UPD II (Sanitasi, Air Minum dan dan penerapan SPM lingkup UPD II
Perumahan) (Sanitasi, Air Minum dan
Perumahan)
Integrasi dan penerapan SPM lingkup Daerah yang melakukan integrasi 23 23 23 23 23 1,2 02
UPD II (Sanitasi, Air Minum dan dan penerapan SPM lingkup UPD II
Perumahan) (Sanitasi, Air Minum dan
Perumahan)
010.B.16
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Integrasi dan penerapan SPM lingkup Daerah yang melakukan integrasi 44 44 44 44 44 1,2 02
UPD II (Sanitasi, Air Minum dan dan penerapan SPM lingkup UPD II
Perumahan) (Sanitasi, Air Minum dan
Perumahan)
Sinkronisasi antara RZWP3K dengan Jumlah daerah yang sinkron antara 5 10 20 30 34 2,5 Pusat (alokasi 01
dokumen perencanaan pembangunan RZWP3K dengan dokumen Kementerian)
daerah perencanaan pembangunan daerah
Peningkatan tata kelola kelembagaan Jumlah provinsi yang melakukan 0 34 34 34 34 4,0 Seluruh provinsi 05
Pemda dalam dokumen perencanaan integrasi arah kebijakan dan sasaran
daerah untuk penyediaan air minum nasional dalam dokrenda
dan sanitasi layak aman
Peningkatan tata kelola kelembagaan Jumlah provinsi yang mengalami 0 34 34 34 34 4,0 Seluruh provinsi 05
Pemda dalam dokumen perencanaan peningkatan komitmen dan
daerah untuk penyediaan air minum kapasitas
dan sanitasi layak aman
Peningkatan tata kelola kelembagaan Jumlah provinsi yang mengalami 0 34 34 34 34 4,0 Seluruh provinsi 05
Pemda dalam dokumen perencanaan peningkatan kualitas dokrenda
daerah untuk penyediaan air minum melalui Sistem Informasi
dan sanitasi layak aman
Fasilitasi penguatan kelembagaan Jumlah provinsi yang terfasilitasi 34 34 34 34 34 34,0 Seluruh provinsi 05
dalam pengelolaan sanitasi di daerah penguatan kapasitas daerah dalam
pengelolaan sanitasi (kab/kota)
Fasilitasi penguatan kelembagaan dan Jumlah provinsi yang melakukan 0 34 34 34 34 10,0 Seluruh provinsi 05
partisipasi masyarakat dalam penguatan kelembagaan dan
pengelolaan sumber daya air partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya air
010.B.17
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Fasilitasi penguatan kelembagaan dan Jumlah provinsi yang melaksanakan 0 34 34 34 34 10,0 Seluruh provinsi 05
partisipasi masyarakat dalam penguatan kelembagaan dan
pengelolaan risiko bencana partisipasi masyarakat dalam
hidrometeorologi, geologi, dan pengelolaan risiko bencana
lingkungan hidrometeorologi, geologi, dan
lingkungan
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Optimalisasi Sistem Informasi Jumlah sertifikasi Sistem Informasi - - 10 10 10 0,5 Pusat (alokasi 02
Pembangunan Daerah (SIPD): e- Pembangunan Daerah Kementerian)
database, e-planning, e-budgeting, e-
monev, e-reporting, e-controlling, e-
ippd, e-register
Optimalisasi Sistem Informasi Jumlah sertifikasi Sistem Informasi - - 7 7 7 0,4 Pusat (alokasi 02
Pembangunan Daerah (SIPD): e- Pembangunan Daerah Kementerian)
database, e-planning, e-budgeting, e-
monev, e-reporting, e-controlling, e-
ippd, e-register
Optimalisasi Sistem Informasi Jumlah sertifikasi Sistem Informasi - - 2 2 2 0,1 Pusat (alokasi 02
Pembangunan Daerah (SIPD): e- Pembangunan Daerah Kementerian)
database, e-planning, e-budgeting, e-
monev, e-reporting, e-controlling, e-
ippd, e-register
010.B.19
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Optimalisasi Sistem Informasi Jumlah sertifikasi Sistem Informasi - - 5 5 5 0,3 Pusat (alokasi 02
Pembangunan Daerah (SIPD): e- Pembangunan Daerah Kementerian)
database, e-planning, e-budgeting, e-
monev, e-reporting, e-controlling, e-
ippd, e-register
Optimalisasi Sistem Informasi Jumlah sertifikasi Sistem Informasi - - 6 6 6 0,3 Pusat (alokasi 02
Pembangunan Daerah (SIPD): e- Pembangunan Daerah Kementerian)
database, e-planning, e-budgeting, e-
monev, e-reporting, e-controlling, e-
ippd, e-register
Optimalisasi Sistem Informasi Jumlah sertifikasi Sistem Informasi - - 2 2 2 0,1 Pusat (alokasi 02
Pembangunan Daerah (SIPD): e- Pembangunan Daerah Kementerian)
database, e-planning, e-budgeting, e-
monev, e-reporting, e-controlling, e-
ippd, e-register
Optimalisasi Sistem Informasi Jumlah sertifikasi Sistem Informasi - - 2 2 2 0,1 Pusat (alokasi 02
Pembangunan Daerah (SIPD): e- Pembangunan Daerah Kementerian)
database, e-planning, e-budgeting, e-
monev, e-reporting, e-controlling, e-
ippd, e-register
Penyelarasan perencanaan pusat dan Jumlah regulasi yang mendukung 10 10 10 10 10 2,5 Pusat (alokasi 02
daerah penyelarasan perencanaan pusat Kementerian)
dan daerah
Penyelarasan perencanaan pusat dan Jumlah regulasi yang mendukung 7 7 7 7 7 1,8 Pusat (alokasi 02
daerah penyelarasan perencanaan pusat Kementerian)
dan daerah
Penyelarasan perencanaan pusat dan Jumlah regulasi yang mendukung 2 2 2 2 2 0,5 Pusat (alokasi 02
daerah penyelarasan perencanaan pusat Kementerian)
dan daerah
Penyelarasan perencanaan pusat dan Jumlah regulasi yang mendukung 5 5 5 5 5 1,3 Pusat (alokasi 02
daerah penyelarasan perencanaan pusat Kementerian)
dan daerah
Penyelarasan perencanaan pusat dan Jumlah regulasi yang mendukung 6 6 6 6 6 1,5 Pusat (alokasi 02
daerah penyelarasan perencanaan pusat Kementerian)
dan daerah
010.B.20
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penyelarasan perencanaan pusat dan Jumlah regulasi yang mendukung 2 2 2 2 2 0,5 Pusat (alokasi 02
daerah penyelarasan perencanaan pusat Kementerian)
dan daerah
Penyelarasan perencanaan pusat dan Jumlah regulasi yang mendukung 2 2 2 2 2 0,5 Pusat (alokasi 02
daerah penyelarasan perencanaan pusat Kementerian)
dan daerah
Pembinaan Penyelenggaraan dan
Pembangunan Urusan Pemerintahan
Daerah IV 31,2
Integrasi dan penerapan SPM lingkup Daerah yang melakukan integrasi 34 34 34 34 34 3,0 Pusat (alokasi 02
UPD IV (Pendidikan) dan penerapan SPM lingkup UPD IV Kementerian)
(Pendidikan)
Integrasi dan penerapan SPM lingkup Daerah yang melakukan integrasi 129 129 129 129 129 0,5 Pusat (alokasi 02
UPD IV (Pendidikan) dan penerapan SPM lingkup UPD IV Kementerian)
(Pendidikan)
Integrasi dan penerapan SPM lingkup Daerah yang melakukan integrasi 34 34 34 34 34 0,6 Pusat (alokasi 02
UPD IV (Pendidikan) dan penerapan SPM lingkup UPD IV Kementerian)
(Pendidikan)
Integrasi dan penerapan SPM lingkup Daerah yang melakukan integrasi 61 61 61 61 61 1,6 Pusat (alokasi 02
UPD IV (Pendidikan) dan penerapan SPM lingkup UPD IV Kementerian)
(Pendidikan)
Integrasi dan penerapan SPM lingkup Daerah yang melakukan integrasi 87 87 87 87 87 1,8 Pusat (alokasi 02
UPD IV (Pendidikan) dan penerapan SPM lingkup UPD IV Kementerian)
(Pendidikan)
Integrasi dan penerapan SPM lingkup Daerah yang melakukan integrasi 23 23 23 23 23 0,6 Pusat (alokasi 02
UPD IV (Pendidikan) dan penerapan SPM lingkup UPD IV Kementerian)
(Pendidikan)
Integrasi dan penerapan SPM lingkup Daerah yang melakukan integrasi 44 44 44 44 44 0,6 Pusat (alokasi 02
UPD IV (Pendidikan) dan penerapan SPM lingkup UPD IV Kementerian)
(Pendidikan)
Penetapan dan implementasi Jumlah daerah yang 6 7 7 7 7 1,8 Pusat (alokasi 03
kebijakan daerah sebagai tindak lanjut diimplementasikan kebijakan daerah Kementerian)
inpres No. 9 Tahun 2016 tentang sebagai tindak lanjut inpres No. 9
Revitalisasi SMK Tahun 2016 tentang Revitalisasi
SMK
010.B.21
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Peningkatan kapasitas kelembagaan jumlah tim pembina di daerah yang 7 7 7 7 7 2,0 Pusat 03
UKS/M di daerah melaksanakan pembinaan dan
pengembangan UKS/M
Peningkatan indeks gemar membaca Indeks gemar membaca dalam 53,00 54,75 56,50 58,50 60,00 1,5 Pusat (alokasi 04
dalam rangka meningkatkan budaya rangka meningkatkan budaya gemar Kementerian)
gemar membaca di daerah membaca di daerah
Integrasi rencana aksi daerah program Jumlah daerah yang - 50 55 60 70 1,2 Pusat (alokasi 03
kesehatan ibu dan KB berbasis Hak mengintegrasikan dan mempunyai Kementerian)
rencana aksi daerah program
kesehatan ibu dan KB berbasis Hak
Fasilitasi integrasi Perencanaan dan Jumlah daerah yang menerapkan - 22 24 28 34 4,6 Pusat (alokasi 03
Penganggaran Responsif Gender perencanaan dan penganggaran Kementerian)
(PPRG) ke dalam dokumen responsif gender (PPRG)
perencanaan pembangunan daerah
Koordinasi Pelaksanaan Gugus Tugas Jumlah daerah yang melaporkan - 20 22 26 32 4,3 Pusat (alokasi 03
Pencegahan dan Penanganan Tindak pelaksanaan Gugus Tugas Kementerian)
Pidana Perdagangan orang (GT PP- Pencegahan dan Penanganan Tindak
TPPO) Pidana Perdagangan orang (GT PP-
TPPO)
Koordinasi Kabupaten/Kota Layak Jumlah Daerah yang melakukan - 22 24 28 34 4,0 Pusat (alokasi 03
Anak (KLA) evaluasi Kabupaten/Kota Layak Kementerian)
anak (KLA)
Koordinasi penerapan RAD Jumlah daerah yang mendapat - 18 24 30 34 3,2 Pusat (alokasi 03
penyelenggaraan pelayanan rekomendasi terkait penerapan Kementerian)
kepemudaan rencana aksi pada penyelenggaraan
pelayanan kepemudaan dan
kearsipan
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Membangun sistem insentif bagi Jumlah provinsi yang berkinerja 8 8 8 8 8 10,6 Pusat (alokasi 02
daerah otonom yang berkinerja baik. sangat tinggi berdasarkan hasil Kementerian)
evaluasi penyelenggaraan
Pemerintahan daerah (EPPD)
Membangun sistem insentif bagi Jumlah kab/kota yang berkinerja 50 59 68 68 68 0,9 Pusat (alokasi 02
daerah otonom yang berkinerja baik. sangat tinggi berdasarkan hasil Kementerian)
evaluasi penyelenggaraan
Pemerintahan daerah (EPPD)
Membangun sistem insentif bagi Jumlah provinsi yang berkinerja 7 7 7 7 7 9,3 Pusat (alokasi 02
daerah otonom yang berkinerja baik. sangat tinggi berdasarkan hasil Kementerian)
evaluasi penyelenggaraan
Pemerintahan daerah (EPPD)
Membangun sistem insentif bagi Jumlah kab/kota yang berkinerja 35 41 47 47 47 0,6 Pusat (alokasi 02
daerah otonom yang berkinerja baik. sangat tinggi berdasarkan hasil Kementerian)
evaluasi penyelenggaraan
Pemerintahan daerah (EPPD)
Membangun sistem insentif bagi Jumlah kab/kota yang berkinerja 32 38 44 44 44 3,2 Pusat (alokasi 02
daerah otonom yang berkinerja baik. sangat tinggi berdasarkan hasil Kementerian)
evaluasi penyelenggaraan
Pemerintahan daerah (EPPD)
Membangun sistem insentif bagi Jumlah kab/kota yang berkinerja 10 12 14 14 14 0,2 Pusat (alokasi 02
daerah otonom yang berkinerja baik. sangat tinggi berdasarkan hasil Kementerian)
evaluasi penyelenggaraan
Pemerintahan daerah (EPPD)
Membangun sistem insentif bagi Jumlah kab/kota yang berkinerja 25 29 33 33 33 0,5 Pusat (alokasi 02
daerah otonom yang berkinerja baik. sangat tinggi berdasarkan hasil Kementerian)
evaluasi penyelenggaraan
Pemerintahan daerah (EPPD)
Membangun sistem insentif bagi Jumlah kab/kota yang berkinerja 10 12 14 14 14 0,2 Pusat (alokasi 02
daerah otonom yang berkinerja baik. sangat tinggi berdasarkan hasil Kementerian)
evaluasi penyelenggaraan
Pemerintahan daerah (EPPD)
Membangun sistem insentif bagi Jumlah kab/kota yang berkinerja 10 12 14 14 14 0,2 Pusat (alokasi 02
daerah otonom yang berkinerja baik. sangat tinggi berdasarkan hasil Kementerian)
evaluasi penyelenggaraan
Pemerintahan daerah (EPPD)
010.B.23
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Membangun sistem insentif bagi Jumlah provinsi yang berkinerja 2 2 2 2 2 2,6 Pusat (alokasi 02
daerah otonom yang berkinerja baik. sangat tinggi berdasarkan hasil Kementerian)
evaluasi penyelenggaraan
Pemerintahan daerah (EPPD)
Membangun sistem insentif bagi Jumlah provinsi yang berkinerja 1 1 1 1 1 1,3 Pusat (alokasi 02
daerah otonom yang berkinerja baik. sangat tinggi berdasarkan hasil Kementerian)
evaluasi penyelenggaraan
Pemerintahan daerah (EPPD)
Menata kembali kebijakan pemekaran Jumlah Daerah Otonom hasil 36 68 98 131 163 16,5 Pusat (alokasi 02
wilayah guna memperkuat kedaulatan pemekaran (2007-2014) yang Kementerian)
dan integritas NKRI serta difasilitasi penyelesaian
meningkatkan kapasitas daerah permasalahannya berdasarkan 10
otonom hasil pemekaran aspek penyelenggaraan
pemerintahan
Menata kembali kebijakan pemekaran Jumlah Daerah Otonom hasil 5 7 9 11 14 9,2 Pusat (alokasi 02
wilayah guna memperkuat kedaulatan pemekaran (2007-2014) yang Kementerian)
dan integritas NKRI serta difasilitasi penyelesaian
meningkatkan kapasitas daerah permasalahannya berdasarkan 10
otonom hasil pemekaran aspek penyelenggaraan
pemerintahan
Menata kembali kebijakan pemekaran Jumlah regulasi terkait penataan 10 10 0,0 Pusat (alokasi 02
wilayah guna memperkuat kedaulatan daerah Kementerian)
dan integritas NKRI serta
meningkatkan kapasitas daerah
otonom hasil pemekaran
Menata kembali kebijakan pemekaran Jumlah Daerah Otonom hasil 1 3 4 4 5 3,2 Pusat (alokasi 02
wilayah guna memperkuat kedaulatan pemekaran (2007-2014) yang Kementerian)
dan integritas NKRI serta difasilitasi penyelesaian
meningkatkan kapasitas daerah permasalahannya berdasarkan 10
otonom hasil pemekaran aspek penyelenggaraan
pemerintahan
010.B.24
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Menata kembali kebijakan pemekaran Jumlah Daerah Otonom hasil - 3 5 7 7 4,4 Pusat (alokasi 02
wilayah guna memperkuat kedaulatan pemekaran (2007-2014) yang Kementerian)
dan integritas NKRI serta difasilitasi penyelesaian
meningkatkan kapasitas daerah permasalahannya berdasarkan 10
otonom hasil pemekaran aspek penyelenggaraan
pemerintahan
Menata kembali kebijakan pemekaran Jumlah Daerah Otonom hasil - - - 1 4 1,0 Pusat (alokasi 02
wilayah guna memperkuat kedaulatan pemekaran (2007-2014) yang Kementerian)
dan integritas NKRI serta difasilitasi penyelesaian
meningkatkan kapasitas daerah permasalahannya berdasarkan 10
otonom hasil pemekaran aspek penyelenggaraan
pemerintahan
Menata kembali kebijakan pemekaran Jumlah Daerah Otonom Baru (DOB) - - - 1 1 0,4 Pusat (alokasi 02
wilayah guna memperkuat kedaulatan yang difasilitasi penyelesaian Kementerian)
dan integritas NKRI serta permasalahannya berdasarkan 10
meningkatkan kapasitas daerah aspek penyelenggaraan
otonom hasil pemekaran pemerintahan
Menata kembali kebijakan pemekaran Jumlah Daerah Otonom hasil - 1 2 2 2 1,4 Pusat (alokasi 02
wilayah guna memperkuat kedaulatan pemekaran (2007-2014) yang Kementerian)
dan integritas NKRI serta difasilitasi penyelesaian
meningkatkan kapasitas daerah permasalahannya berdasarkan 10
otonom hasil pemekaran aspek penyelenggaraan
pemerintahan
Menata kembali kebijakan pemekaran Jumlah Daerah Otonom hasil - 2 3 3 4 2,4 Pusat (alokasi 02
wilayah guna memperkuat kedaulatan pemekaran (2007-2014) yang Kementerian)
dan integritas NKRI serta difasilitasi penyelesaian
meningkatkan kapasitas daerah permasalahannya berdasarkan 10
otonom hasil pemekaran aspek penyelenggaraan
pemerintahan
010.B.25
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Meningkatkan fungsi pembinaan dan Jumlah fasilitasi kebijakan (regulasi) 4 4 4 4 4 5,0 Pusat (alokasi 02
pengawasan Pemerintah Pusat daerah dan pusat terkait Kementerian)
terhadap daerah otonom dan Daerah pelaksanaan pada daerah otonomi
Khusus/Daerah Istimewa, terutama khusus
dalam hal penyelenggaraan urusan
pemerintahan, pengelolaan keuangan
daerah, dan pelayanan pada
masyarakat.
Pembinaan peningkatan kinerja dan Jumlah pembinaan peningkatan 1 1 1 1 1 7,9 Pusat (alokasi 02
akuntabilitas penyelenggaraan Otsus kinerja dan akuntabilitas Kementerian)
penyelenggaraan Otsus
Pembinaan peningkatan kinerja dan Pembinaan peningkatan kinerja dan 2 2 2 2 2 15,9 Pusat (alokasi 02
akuntabilitas penyelenggaraan Otsus akuntabilitas penyelenggaraan Otsus Kementerian)
Rekomendasi rencana tindak lanjut Jumlah rekomendasi rencana tindak - 2 2 2 2 13,3 Pusat (alokasi 02
dan peningkatan efektivitas lanjut dan peningkatan efektivitas Kementerian)
perencanaan dan pemanfaatan dana perencanaan dan pemanfaatan dana
otonomi khusus otonomi khusus
Rekomendasi rencana tindak lanjut Jumlah rekomendasi rencana tindak 2 2 - - - 4,2 Pusat Alokasi 02
dan peningkatan efektivitas lanjut dan peningkatan efektivitas Kementerian Dalam
perencanaan dan pemanfaatan dana perencanaan dan pemanfaatan dana Negeri
otonomi khusus/istimewa otonomi khusus/istimewa
Revisi UU 21 tentang Otonomi Khusus Terfasilitasi dan tersusunnya 1 1,0 Pusat (alokasi 02
bagi provinsi Papua perubahan UU 21 Tahun 2001 Kementerian)
tentang Otonomi Khusus Bagi
Provinsi Papua.
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Koordinasi review Perda dan Ranperda Persentase Ranperda yang sesuai 1 1 1 1 1 0,6 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), dengan hasil review Kemendagri Kementerian)
terutama terkait investasi daerah,
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Persentase Ranperda yang sesuai 1 1 1 1 1 1,6 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), dengan hasil review Kemendagri Kementerian)
terutama terkait investasi daerah,
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Persentase Ranperda yang sesuai 1 1 1 1 1 1,9 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), dengan hasil review Kemendagri Kementerian)
terutama terkait investasi daerah,
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Persentase Ranperda yang sesuai 1 1 1 1 1 0,6 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), dengan hasil review Kemendagri Kementerian)
terutama terkait investasi daerah,
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Persentase Ranperda yang sesuai 1 1 1 1 1 0,6 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), dengan hasil review Kemendagri Kementerian)
terutama terkait investasi daerah,
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Jumlah provinsi yang memiliki 0 5 7 39 43 1,7 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), indeks kepatuhan tinggi dalam Kementerian)
terutama terkait investasi daerah, penyusunan produk hukum
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Persentase Ranperda yang sesuai 1 1 1 1 1 2,3 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), dengan hasil review Kemendagri Kementerian)
terutama terkait investasi daerah,
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
010.B.27
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Koordinasi review Perda dan Ranperda Jumlah provinsi yang memiliki 0 2 2 2 2 0,4 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), indeks kepatuhan tinggi dalam Kementerian)
terutama terkait investasi daerah, penyusunan produk hukum
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Jumlah provinsi yang memiliki 0 3 3 5 5 0,9 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), indeks kepatuhan tinggi dalam Kementerian)
terutama terkait investasi daerah, penyusunan produk hukum
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Jumlah provinsi yang memiliki 0 82 102 122 138 1,3 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), indeks kepatuhan tinggi dalam Kementerian)
terutama terkait investasi daerah, penyusunan produk hukum
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Jumlah provinsi yang memiliki 0 - - - 2 0,1 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), indeks kepatuhan tinggi dalam Kementerian)
terutama terkait investasi daerah, penyusunan produk hukum
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Jumlah provinsi yang memiliki 0 0 0 0 2 0,1 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), indeks kepatuhan tinggi dalam Kementerian)
terutama terkait investasi daerah, penyusunan produk hukum
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Jumlah database Peraturan Daerah 1 1 1 1 1 0,3 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), yang dibentuk dan dimutakhirkan Kementerian)
terutama terkait investasi daerah, (komponen)
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Database dan pengumpulan data 9 9 9 9 9 2,9 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), Peraturan Daerah yang dibentuk Kementerian)
terutama terkait investasi daerah,
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
010.B.28
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Koordinasi review Perda dan Ranperda Jumlah provinsi yang memiliki 0 4 5 5 5 1,1 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), indeks kepatuhan tinggi dalam Kementerian)
terutama terkait investasi daerah, penyusunan produk hukum
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Jumlah database Peraturan Daerah 2 2 2 2 2 0,6 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), yang dibentuk dan dimutakhirkan Kementerian)
terutama terkait investasi daerah, (komponen)
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Jumlah database Peraturan Daerah 5 5 5 5 5 1,6 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), yang dibentuk dan dimutakhirkan Kementerian)
terutama terkait investasi daerah,
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Jumlah database Peraturan Daerah 6 6 6 6 6 1,9 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), yang dibentuk dan dimutakhirkan Kementerian)
terutama terkait investasi daerah, (komponen)
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Jumlah database Peraturan Daerah 2 2 2 2 2 0,6 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), yang dibentuk dan dimutakhirkan Kementerian)
terutama terkait investasi daerah, (komponen)
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Jumlah database Peraturan Daerah 2 2 2 2 2 0,6 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), yang dibentuk dan dimutakhirkan Kementerian)
terutama terkait investasi daerah, (komponen)
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
Koordinasi review Perda dan Ranperda Jumlah database Peraturan Daerah 6 6 6 6 6 1,9 Pusat (alokasi 02
(administrasi nomor registrasi), yang dibentuk dan dimutakhirkan Kementerian)
terutama terkait investasi daerah, (komponen)
PDRD, pelayanan dasar, pengelolaan
SDA, dan RDTR
010.B.29
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Menata kembali kebijakan pemekaran Jumlah regulasi terkait penataan 23 23 23 23 23 1,7 Pusat (alokasi 02
wilayah guna memperkuat kedaulatan daerah Kementerian)
dan integritas NKRI serta
meningkatkan kapasitas daerah
otonom hasil pemekaran
Menata kembali kebijakan pemekaran Jumlah regulasi terkait penataan 5 5 0,0 Pusat (alokasi 02
wilayah guna memperkuat kedaulatan daerah Kementerian)
dan integritas NKRI serta
meningkatkan kapasitas daerah
otonom hasil pemekaran
Menata kembali kebijakan pemekaran Jumlah regulasi terkait penataan 2 2 0 0 0 0,0 Pusat (alokasi 02
wilayah guna memperkuat kedaulatan daerah Kementerian)
dan integritas NKRI serta
meningkatkan kapasitas daerah
otonom hasil pemekaran
Menata kembali kebijakan pemekaran Jumlah regulasi terkait penataan 1 1 0,0 Pusat (alokasi 02
wilayah guna memperkuat kedaulatan daerah Kementerian)
dan integritas NKRI serta
meningkatkan kapasitas daerah
otonom hasil pemekaran
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 13,3 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
010.B.31
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 19,5 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 19,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 15,6 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
010.B.32
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 16,0 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
010.B.33
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 15,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 15,7 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
010.B.34
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 19,0 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 15,7 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 15,6 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
010.B.35
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 17,4 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
010.B.36
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 15,5 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 19,7 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
010.B.37
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 14,5 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 19,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
010.B.38
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 16,2 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 16,7 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 16,9 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
010.B.39
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 16,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 13,6 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 19,0 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 15,2 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
010.B.40
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 16,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 16,2 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
010.B.41
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 19,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 2,6 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 17,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
010.B.42
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 19,6 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 2,573 2,573 2,573 2,573 12,865 13,3 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 12,9 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 17,4 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 15,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
010.B.43
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Memantapkan peran Gubernur Jumlah provinsi dengan laporan 1 1 1 1 1 0,8 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam pelaksanaan tugas GWPP di bidang Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan pemerintahan, hukum dan
serta menyinergikan kepentingan organisasi, keuangan, perencanaan,
antar-kabupaten/kota di wilayahnya dan pengawasan sesuai ketentuan
masing-masing. peraturan perundangan.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 14,6 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Memantapkan peran Gubernur Jumlah tugas dan wewenang yang 8 16 22 22 22 14,9 Pusat (alokasi 02
sebagai wakil pemerintah pusat dalam dilaksanakan oleh Gubernur sebagai Kementerian)
fungsi pembinaan dan pengawasan Wakil Pemerintah Pusat dengan
serta menyinergikan kepentingan kinerja baik
antar-kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing.
Mereformasi pelayanan publik dengan Jumlah kab/kota yang menerapkan - 84 116 148 148 1,6 Pusat (alokasi 02
menempatkan desa, kelurahan, dan Paten Kementerian)
kecamatan sebagai ujung tombak
pelayanan publik.
Mereformasi pelayanan publik dengan Jumlah Kabupaten/Kota yang - 46 62 82 82 1,0 Pusat (alokasi 02
menempatkan desa, kelurahan, dan menerapkan PATEN Kementerian)
kecamatan sebagai ujung tombak
pelayanan publik.
Mereformasi pelayanan publik dengan Jumlah kab/kota yang menerapkan 10 14 18 22 1,4 Pusat (alokasi 02
menempatkan desa, kelurahan, dan Paten Kementerian)
kecamatan sebagai ujung tombak
pelayanan publik.
Mereformasi pelayanan publik dengan Jumlah kab/kota yang menerapkan - 72 99 128 129 1,4 Pusat (alokasi 02
menempatkan desa, kelurahan, dan Paten Kementerian)
kecamatan sebagai ujung tombak
pelayanan publik.
010.B.44
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Mereformasi pelayanan publik dengan Jumlah kab/kota yang menerapkan - 39 49 61 61 1,0 Pusat (alokasi 02
menempatkan desa, kelurahan, dan Paten Kementerian)
kecamatan sebagai ujung tombak
pelayanan publik.
Mereformasi pelayanan publik dengan Jumlah Kabupaten/Kota yang - 25 34 44 44 0,4 Pusat (alokasi 02
menempatkan desa, kelurahan, dan menerapkan PATEN Kementerian)
kecamatan sebagai ujung tombak
pelayanan publik.
Monitoring perjanjian kerja sama Persentase perjanjian kerja sama - 1 1 1 1 2,7 Pusat (alokasi 02
yang dimonitoring pelaksanaannya Kementerian)
Monitoring perjanjian kerja sama Persentase perjanjian kerja sama - 1 1 1 1 0,5 Pusat (alokasi 02
yang dimonitoring pelaksanaannya Kementerian)
Monitoring perjanjian kerja sama Persentase perjanjian kerja sama - 1 1 1 1 1,3 Pusat (alokasi 02
yang dimonitoring pelaksanaannya Kementerian)
Monitoring perjanjian kerja sama Persentase perjanjian kerja sama ` 1 1 1 1 1,3 Pusat (alokasi 02
yang dimonitoring pelaksanaannya Kementerian)
Monitoring perjanjian kerja sama Persentase perjanjian kerja sama - 1 1 1 1 0,5 Pusat (alokasi 02
yang dimonitoring pelaksanaannya Kementerian)
Monitoring perjanjian kerja sama Persentase perjanjian kerja sama - 1 1 1 1 1,3 Pusat (alokasi 02
yang dimonitoring pelaksanaannya Kementerian)
Monitoring perjanjian kerja sama Persentase perjanjian kerja sama - 1 1 1 1 0,5 Pusat (alokasi 02
yang dimonitoring pelaksanaannya Kementerian)
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama Jumlah Pelaksanaan Perjanjian 1 1 1 0,7 WM Denpasar Pengembangan 02
dalam penyelesaian permasalahan Kerja Sama dalam penyelesaian Wilayah Metropolitan:
pelayanan publik di 10 Wilayah permasalahan pelayanan publik Palembang,
Metropolitan Banjarmasin,
Makassar, Denpasar
010.B.45
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama Jumlah Pelaksanaan Perjanjian 1 1 1 0,7 WM Banjarmasin Pengembangan 02
dalam penyelesaian permasalahan Kerja Sama dalam penyelesaian Wilayah Metropolitan:
pelayanan publik di 10 Wilayah permasalahan pelayanan publik Palembang,
Metropolitan Banjarmasin,
Makassar, Denpasar
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama Jumlah Pelaksanaan Perjanjian 1 1 1 0,7 WM Palembang Pengembangan 02
dalam penyelesaian permasalahan Kerja Sama dalam penyelesaian Wilayah Metropolitan:
pelayanan publik di 10 Wilayah permasalahan pelayanan publik Palembang,
Metropolitan Banjarmasin,
Makassar, Denpasar
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama Jumlah Pelaksanaan Perjanjian 1 1 1 0,7 WM Makassar Pengembangan 02
dalam penyelesaian permasalahan Kerja Sama dalam penyelesaian Wilayah Metropolitan:
pelayanan publik di 10 Wilayah permasalahan pelayanan publik Palembang,
Metropolitan Banjarmasin,
Makassar, Denpasar
Pembentukan sekretariat bersama Jumlah daerah yang mengaktifkan 1 - 10 - - - 0,5 Pusat (alokasi 02
kerja sama daerah dalam rangka SKPD tingkat provinsi untuk Kementerian)
mendorong pertumbuhan ekonomi berfungsi sebagai Sekber kerjasama
antar daerah di wilayahnya
Pembentukan sekretariat bersama Jumlah daerah yang mengaktifkan 1 - 2 - - - 0,1 Pusat (alokasi 02
kerja sama daerah dalam rangka SKPD tingkat provinsi untuk Kementerian)
mendorong pertumbuhan ekonomi berfungsi sebagai Sekber kerjasama
antar daerah di wilayahnya
Pembentukan sekretariat bersama Jumlah daerah yang mengaktifkan 1 - 5 - - - 0,3 Pusat (alokasi 02
kerja sama daerah dalam rangka SKPD tingkat provinsi untuk Kementerian)
mendorong pertumbuhan ekonomi berfungsi sebagai Sekber kerjasama
antar daerah di wilayahnya
Pembentukan sekretariat bersama Jumlah daerah yang mengaktifkan 1 - 6 - - - 0,3 Pusat (alokasi 02
kerja sama daerah dalam rangka SKPD tingkat provinsi untuk Kementerian)
mendorong pertumbuhan ekonomi berfungsi sebagai Sekber kerjasama
antar daerah di wilayahnya
Pembentukan sekretariat bersama Jumlah daerah yang mengaktifkan 1 - 2 - - - 0,1 Pusat (alokasi 02
kerja sama daerah dalam rangka SKPD tingkat provinsi untuk Kementerian)
mendorong pertumbuhan ekonomi berfungsi sebagai Sekber kerjasama
antar daerah di wilayahnya
010.B.47
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pembentukan sekretariat bersama Jumlah daerah yang mengaktifkan 1 - 2 - - - 0,1 Pusat (alokasi 02
kerja sama daerah dalam rangka SKPD tingkat provinsi untuk Kementerian)
mendorong pertumbuhan ekonomi berfungsi sebagai Sekber kerjasama
antar daerah di wilayahnya
Pembentukan sekretariat bersama Jumlah daerah yang mengaktifkan 1 - 7 2 2 2 2,4 Pusat (alokasi 02
kerja sama daerah dalam rangka SKPD tingkat provinsi untuk Kementerian)
mendorong pertumbuhan ekonomi berfungsi sebagai Sekber kerjasama
antar daerah di wilayahnya
Penerapan PTSP Prima berbasis Jumlah daerah yang memiliki PTSP 10 28 23 22 21 5,6 Pusat (alokasi 02
elektronik Prima berbasis elektronik Kementerian)
Penerapan PTSP Prima berbasis Jumlah daerah yang memiliki PTSP 7 16 19 23 23 3,5 Pusat (alokasi 02
elektronik Prima berbasis elektronik Kementerian)
Penerapan PTSP Prima berbasis Jumlah daerah yang memiliki PTSP 2 8 9 11 11 1,1 Pusat (alokasi 02
elektronik Prima berbasis elektronik Kementerian)
Penerapan PTSP Prima berbasis Jumlah daerah yang memiliki PTSP 5 9 9 6 6 2,9 Pusat (alokasi 02
elektronik Prima berbasis elektronik Kementerian)
Penerapan PTSP Prima berbasis Jumlah daerah yang memiliki PTSP 6 10 10 10 11 3,4 Pusat (alokasi 02
elektronik Prima berbasis elektronik Kementerian)
Penerapan PTSP Prima berbasis Jumlah daerah yang memiliki PTSP 2 2 2 2 2 1,1 Pusat (alokasi 02
elektronik Prima berbasis elektronik Kementerian)
Penerapan PTSP Prima berbasis Jumlah daerah yang memiliki PTSP 2 2 2 2 2 1,1 Pusat (alokasi 02
elektronik Prima berbasis elektronik Kementerian)
Peningkatan kerja sama daerah (antar Persentase regulasi pusat dan 1 1 1 1 1 3,0 Pusat (alokasi 02
daerah dan dengan pihak ketiga) daerah yang direview (terutama Kementerian)
regulasi yang menghambat
kerjasama perdagangan antar
daerah)
Peningkatan kerja sama daerah (antar Persentase regulasi pusat dan 1 1 1 1 1 0,6 Pusat (alokasi 02
daerah dan dengan pihak ketiga) daerah yang direview (terutama Kementerian)
regulasi yang menghambat
kerjasama perdagangan antar
daerah)
010.B.48
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Peningkatan kerja sama daerah (antar Persentase regulasi pusat dan 1 1 1 1 1 1,5 Pusat (alokasi 02
daerah dan dengan pihak ketiga) daerah yang direview (terutama Kementerian)
regulasi yang menghambat
kerjasama perdagangan antar
daerah)
Peningkatan kerja sama daerah (antar Persentase regulasi pusat dan 1 1 1 1 1 1,8 Pusat (alokasi 02
daerah dan dengan pihak ketiga) daerah yang direview (terutama Kementerian)
regulasi yang menghambat
kerjasama perdagangan antar
daerah)
Peningkatan kerja sama daerah (antar Persentase regulasi pusat dan 1 1 1 1 1 0,6 Pusat (alokasi 02
daerah dan dengan pihak ketiga) daerah yang direview (terutama Kementerian)
regulasi yang menghambat
kerjasama perdagangan antar
daerah)
Peningkatan kerja sama daerah (antar Persentase regulasi pusat dan 1 1 1 1 1 0,6 Pusat (alokasi 02
daerah dan dengan pihak ketiga) daerah yang direview (terutama Kementerian)
regulasi yang menghambat
kerjasama perdagangan antar
daerah)
Peningkatan kerja sama daerah (antar Persentase regulasi pusat dan 1 1 1 1 1 2,1 Pusat (alokasi 02
daerah dan dengan pihak ketiga) daerah yang direview (terutama Kementerian)
regulasi yang menghambat
kerjasama perdagangan antar
daerah)
Penyusunan kesepakatan kerja sama Jumlah daerah yang menginisiasi 12 22 25 36 38 5,8 Pusat (alokasi 02
daerah dalam mendorong kesepakatan kerja sama daerah Kementerian)
pertumbuhan ekonomi dan dalam mendorong pertumbuhan
peningkatan daya saing sesuai potensi ekonomi sesuai potensi daerah
daerah
Penyusunan kesepakatan kerja sama Jumlah daerah yang menginisiasi - 2 2 4 4 1,2 Pusat (alokasi 02
daerah dalam mendorong kesepakatan kerja sama daerah Kementerian)
pertumbuhan ekonomi dan dalam mendorong pertumbuhan
peningkatan daya saing sesuai potensi ekonomi sesuai potensi daerah
daerah
010.B.49
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penyusunan kesepakatan kerja sama Jumlah daerah yang menginisiasi 2 6 6 10 10 3,2 Pusat (alokasi 02
daerah dalam mendorong kesepakatan kerja sama daerah Kementerian)
pertumbuhan ekonomi dan dalam mendorong pertumbuhan
peningkatan daya saing sesuai potensi ekonomi sesuai potensi daerah
daerah
Penyusunan kesepakatan kerja sama Jumlah daerah yang menginisiasi - 7 7 12 12 3,5 Pusat (alokasi 02
daerah dalam mendorong kesepakatan kerja sama daerah Kementerian)
pertumbuhan ekonomi dan dalam mendorong pertumbuhan
peningkatan daya saing sesuai potensi ekonomi sesuai potensi daerah
daerah
Penyusunan kesepakatan kerja sama Jumlah daerah yang menginisiasi - 2 2 3 4 1,2 Pusat (alokasi 02
daerah dalam mendorong kesepakatan kerja sama daerah Kementerian)
pertumbuhan ekonomi dan dalam mendorong pertumbuhan
peningkatan daya saing sesuai potensi ekonomi sesuai potensi daerah
daerah
Penyusunan kesepakatan kerja sama Jumlah daerah yang menginisiasi - 2 2 4 4 1,2 Pusat (alokasi 02
daerah dalam mendorong kesepakatan kerja sama daerah Kementerian)
pertumbuhan ekonomi dan dalam mendorong pertumbuhan
peningkatan daya saing sesuai potensi ekonomi sesuai potensi daerah
daerah
Penyusunan kesepakatan kerja sama Jumlah daerah yang menginisiasi - 7 7 14 14 4,1 Pusat (alokasi 02
daerah dalam mendorong kesepakatan kerja sama daerah Kementerian)
pertumbuhan ekonomi dan dalam mendorong pertumbuhan
peningkatan daya saing sesuai potensi ekonomi sesuai potensi daerah
daerah
Penyusunan perjanjian kerja sama Persentase perjanjian kerja sama - 1 1 1 1 10,8 Pusat (alokasi 02
yang diintegrasikan ke dalam yang diintegrasikan ke dalam Kementerian)
dokumen perencanaan penganggaran dokumen perencanaan
penganggaran
Penyusunan perjanjian kerja sama Persentase perjanjian kerja sama - 2 2 2 2 2,2 Pusat (alokasi 02
yang diintegrasikan ke dalam yang diintegrasikan ke dalam Kementerian)
dokumen perencanaan penganggaran dokumen perencanaan
penganggaran
Penyusunan perjanjian kerja sama Persentase perjanjian kerja sama - 5 5 5 5 5,4 Pusat (alokasi 02
yang diintegrasikan ke dalam yang diintegrasikan ke dalam Kementerian)
dokumen perencanaan penganggaran dokumen perencanaan
penganggaran
010.B.50
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penyusunan perjanjian kerja sama Persentase perjanjian kerja sama - 1 1 1 1 6,5 Pusat (alokasi 02
yang diintegrasikan ke dalam yang diintegrasikan ke dalam Kementerian)
dokumen perencanaan penganggaran dokumen perencanaan
penganggaran
Penyusunan perjanjian kerja sama Persentase perjanjian kerja sama - 1 1 1 1 2,2 Pusat (alokasi 02
yang diintegrasikan ke dalam yang diintegrasikan ke dalam Kementerian)
dokumen perencanaan penganggaran dokumen perencanaan
penganggaran
Penyusunan perjanjian kerja sama Persentase perjanjian kerja sama - 7 7 7 7 5,9 Pusat (alokasi 02
yang diintegrasikan ke dalam yang diintegrasikan ke dalam Kementerian)
dokumen perencanaan penganggaran dokumen perencanaan
penganggaran
Penyusunan perjanjian kerja sama Persentase perjanjian kerja sama - 1 1 1 1 2,2 Pusat (alokasi 02
yang diintegrasikan ke dalam yang diintegrasikan ke dalam Kementerian)
dokumen perencanaan penganggaran dokumen perencanaan
penganggaran
Percepatan kerjasama antar daerah Jumlah Perjanjian Kerja Sama yang - 2 - - - 1,2 Pusat (alokasi 02
dalam pengembangan Destinasi difasilitasi kerjasama antar Kementerian)
Prioritas Pariwisata (DPP) daerahnya dalam peningkatan
kepariwisataan terutama di lokasi
DPP
Percepatan kerjasama antar daerah Jumlah Perjanjian Kerja Sama yang - 1 - - - 0,6 Pusat (alokasi 02
dalam pengembangan Destinasi difasilitasi kerjasama antar Kementerian)
Prioritas Pariwisata (DPP) daerahnya dalam peningkatan
kepariwisataan terutama di lokasi
DPP
Percepatan kerjasama antar daerah Jumlah pelaksanaan Perjanjian - - 84 84 90 27,3 Pusat (alokasi 02
dalam penyelesaian permasalahan Kerja Sama dalam penyelesaian Kementerian)
publik bersama (terutama permasalahan pelayanan publik di
permasalahan transportasi, air 10 kota metropolitan (terutama
minum, banjir, sampah dan limbah) permasalahan transportasi, banjir,
air minum, serta sampah dan
limbah)
010.B.51
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Percepatan kerjasama antar daerah Jumlah pelaksanaan Perjanjian - 2 4 6 8 5,3 Pusat (alokasi 02
dalam penyelesaian permasalahan Kerja Sama dalam penyelesaian Kementerian)
publik bersama (terutama permasalahan pelayanan publik di
permasalahan transportasi, air 10 kota metropolitan (terutama
minum, banjir, sampah dan limbah) permasalahan transportasi, banjir,
air minum, serta sampah dan
limbah)
Percepatan kerjasama antar daerah Jumlah pelaksanaan Perjanjian - 4 8 17 21 12,3 Pusat (alokasi 02
dalam penyelesaian permasalahan Kerja Sama dalam penyelesaian Kementerian)
publik bersama (terutama permasalahan pelayanan publik di
permasalahan transportasi, air 10 kota metropolitan (terutama
minum, banjir, sampah dan limbah) permasalahan transportasi, banjir,
air minum, serta sampah dan
limbah)
Percepatan kerjasama antar daerah Jumlah pelaksanaan Perjanjian - 4 12 16 23 13,9 Pusat (alokasi 02
dalam penyelesaian permasalahan Kerja Sama dalam penyelesaian Kementerian)
publik bersama (terutama permasalahan pelayanan publik di
permasalahan transportasi, air 10 kota metropolitan (terutama
minum, banjir, sampah dan limbah) permasalahan transportasi, banjir,
air minum, serta sampah dan
limbah)
Percepatan kerjasama antar daerah Jumlah pelaksanaan Perjanjian - 2 4 6 8 5,3 Pusat (alokasi 02
dalam penyelesaian permasalahan Kerja Sama dalam penyelesaian Kementerian)
publik bersama (terutama permasalahan pelayanan publik di
permasalahan transportasi, air 10 kota metropolitan (terutama
minum, banjir, sampah dan limbah) permasalahan transportasi, banjir,
air minum, serta sampah dan
limbah)
Percepatan kerjasama antar daerah Jumlah pelaksanaan Perjanjian - - 30 30 30 13,2 Pusat (alokasi 02
dalam penyelesaian permasalahan Kerja Sama dalam penyelesaian Kementerian)
publik bersama (terutama permasalahan pelayanan publik di
permasalahan transportasi, air 10 kota metropolitan (terutama
minum, banjir, sampah dan limbah) permasalahan transportasi, banjir,
air minum, serta sampah dan
limbah)
010.B.52
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Percepatan kerjasama antar daerah Jumlah pelaksanaan Perjanjian - 4 12 27 31 16,4 Pusat (alokasi 02
dalam penyelesaian permasalahan Kerja Sama dalam penyelesaian Kementerian)
publik bersama (terutama permasalahan pelayanan publik di
permasalahan transportasi, air 10 kota metropolitan (terutama
minum, banjir, sampah dan limbah) permasalahan transportasi, banjir,
air minum, serta sampah dan
limbah)
Percepatan kerjasama antar daerah Jumlah daerah yang meningkat daya - 2 - - - 1,2 Pusat (alokasi 02
dalam penyelesaian permasalahan saingnya dalam pengembangan Kementerian)
publik bersama (terutama ekonomi melalui kerjasama daerah
permasalahan transportasi, air
minum, banjir, sampah dan limbah)
Percepatan kerjasama antar daerah Jumlah daerah yang meningkat daya - 1 1 - - 0,6 Pusat (alokasi 02
dalam penyelesaian permasalahan saingnya dalam pengembangan Kementerian)
publik bersama (terutama ekonomi melalui kerjasama daerah
permasalahan transportasi, air
minum, banjir, sampah dan limbah)
Percepatan kerjasama antar daerah Jumlah daerah yang meningkat daya - 1 - - - 3,1 Pusat (alokasi 02
dalam penyelesaian permasalahan saingnya dalam pengembangan Kementerian)
publik bersama (terutama ekonomi melalui kerjasama daerah
permasalahan transportasi, air
minum, banjir, sampah dan limbah)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penerapan SPM Sub bidang Trantibum Daerah yang menerapkan SPM Sub 15 27 39 49 61 2,4 Pusat (alokasi 02
bidang Trantibum Kementerian)
Penerapan SPM Sub bidang Trantibum Daerah yang menerapkan SPM Sub 6 16 25 34 44 1,0 Pusat (alokasi 02
bidang Trantibum Kementerian)
Fasilitasi Pencegahan Penanggulangan
Bencana dan Kebakaran
66,2
Asistensi dan supervisi penerapan Asistensi dan supervisi penerapan 5 5 5 5 5 9,1 34 Provinsi 06
standar pelayanan minimal bidang standar pelayanan minimal bidang
bencana bencana
Bimbingan teknis, monev dan Jumlah daerah yang mendapatkan 61 61 61 61 61 8,7 Pusat (alokasi 02
pelaporan SPM bidang bimbingan teknis, dimonev, dan Kementerian)
Trantibumlinmas yang melapor SPM bidang
Trantibumlinmas
Bimbingan teknis, monev dan Jumlah daerah yang mendapatkan 44 44 44 44 44 3,5 Pusat (alokasi 02
pelaporan SPM bidang bimbingan teknis, dimonev, dan Kementerian)
Trantibumlinmas yang melapor SPM bidang
Trantibumlinmas
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penerapan SPM Sub bidang Pemadam Jumlah daerah yang menerapkan 30 61 96 130 164 5,8 Pusat (alokasi 02
Kebakaran SPM Sub bidang Pemadam Kementerian)
Kebakaran
Penerapan SPM Sub bidang Pemadam Daerah yang menerapkan SPM Sub 18 36 51 66 87 3,9 Pusat (alokasi 02
Kebakaran bidang Pemadam Kebakaran Kementerian)
Penerapan SPM Sub bidang Pemadam Jumlah daerah yang menerapkan 6 10 15 19 23 1,0 Pusat (alokasi 02
Kebakaran SPM Sub bidang Pemadam Kementerian)
Kebakaran
Penerapan SPM Sub bidang Pemadam Jumlah daerah yang menerapkan 11 23 34 47 59 1,9 Pusat (alokasi 02
Kebakaran SPM Sub bidang Pemadam Kementerian)
Kebakaran
Penerapan SPM Sub bidang Pemadam Daerah yang menerapkan SPM Sub 15 27 39 49 61 2,4 Pusat (alokasi 02
Kebakaran bidang Pemadam Kebakaran Kementerian)
Penerapan SPM Sub bidang Pemadam Daerah yang menerapkan SPM Sub 6 16 25 34 44 1,0 Pusat (alokasi 02
Kebakaran bidang Pemadam Kebakaran Kementerian)
Penerapan SPM Sub bidang Pemadam Jumlah daerah yang menerapkan 3 5 7 9 11 0,3 Pusat (alokasi 02
Kebakaran SPM Sub bidang Pemadam Kementerian)
Kebakaran
Penerapan SPM Sub bidang Trantibum Jumlah daerah yang menerapkan 6 13 19 27 34 1,0 Pusat (alokasi 02
SPM Sub bidang Trantibum Kementerian)
Peningkatan pengelolaan pelayanan Jumlah daerah yang memiliki 34 34 34 34 34 5,4 34 Provinsi 06
pemerintahan pada saat tanggap kesiapan dalam melaksanakan
darurat dan pasca bencana sesuai pelayanan pemerintahan pada saat
standar tanggap darurat dan pasca bencana
sesuai standar
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Belanja APBD berorientasi pada Daerah yang belanja APBD nya 30 61 96 130 164 2,7 Pusat (alokasi 02
pelayanan masyarakat yang berorientasi pada pelayanan Kementerian)
diwujudkan dengan pemenuhan SPM masyarakat yang diwujudkan
dengan pemenuhan SPM
Belanja APBD berorientasi pada Daerah yang belanja APBD nya 18 36 51 66 87 1,6 Pusat (alokasi 02
pelayanan masyarakat yang berorientasi pada pelayanan Kementerian)
diwujudkan dengan pemenuhan SPM masyarakat yang diwujudkan
dengan pemenuhan SPM
Belanja APBD berorientasi pada Jumlah daerah yang belanja APBD 6 10 15 19 23 0,5 Pusat (alokasi 02
pelayanan masyarakat yang nya berorientasi pada pelayanan Kementerian)
diwujudkan dengan pemenuhan SPM masyarakat yang diwujudkan
dengan pemenuhan SPM
Belanja APBD berorientasi pada Jumlah daerah yang belanja APBD 17 48 75 102 129 1,8 Pusat (alokasi 02
pelayanan masyarakat yang nya berorientasi pada pelayanan Kementerian)
diwujudkan dengan pemenuhan SPM masyarakat yang diwujudkan
dengan pemenuhan SPM
Belanja APBD berorientasi pada Daerah yang belanja APBD nya 15 27 39 49 61 1,4 Pusat (alokasi 02
pelayanan masyarakat yang berorientasi pada pelayanan Kementerian)
diwujudkan dengan pemenuhan SPM masyarakat yang diwujudkan
dengan pemenuhan SPM
Belanja APBD berorientasi pada Daerah yang belanja APBD nya 6 16 25 34 44 0,5 Pusat (alokasi 02
pelayanan masyarakat yang berorientasi pada pelayanan Kementerian)
diwujudkan dengan pemenuhan SPM masyarakat yang diwujudkan
dengan pemenuhan SPM
Deregulasi/harmonisasi dan Jumlah daerah yang melakukan 33 49 108 125 142 1,7 Pusat (alokasi 02
penyesuaian Perda PDRD dalam deregulasi/ harmonisasi dan Kementerian)
rangka memberikan kemudahan penyesuaian Perda PDRD dalam
investasi rangka memberikan kemudahan
investasi
Penerapan belanja APBD yang Jumlah Daerah yang belanja APBD 30 61 96 130 164 1,9 Pusat (alokasi 02
berorientasi pada pelayanan nya berorientasi pada pelayanan Kementerian)
masyarakat yang diwujudkan dengan masyarakat yang diwujudkan
pemenuhan SPM Bidang Pelayanan dengan pemenuhan SPM Bidang
Dasar Pelayanan Dasar
010.B.56
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penerapan belanja APBD yang Jumlah Daerah yang belanja APBD 21 47 73 101 129 1,5 Pusat (alokasi 02
berorientasi pada pelayanan nya berorientasi pada pelayanan Kementerian)
masyarakat yang diwujudkan dengan masyarakat yang diwujudkan
pemenuhan SPM Bidang Pelayanan dengan pemenuhan SPM Bidang
Dasar Pelayanan Dasar
Penerapan belanja APBD yang Jumlah Daerah yang belanja APBD 18 36 51 66 87 1,0 Pusat (alokasi 02
berorientasi pada pelayanan nya berorientasi pada pelayanan Kementerian)
masyarakat yang diwujudkan dengan masyarakat yang diwujudkan
pemenuhan SPM Bidang Pelayanan dengan pemenuhan SPM Bidang
Dasar Pelayanan Dasar
Penerapan belanja APBD yang Jumlah Daerah yang belanja APBD 6 10 15 19 23 0,3 Pusat (alokasi 02
berorientasi pada pelayanan nya berorientasi pada pelayanan Kementerian)
masyarakat yang diwujudkan dengan masyarakat yang diwujudkan
pemenuhan SPM Bidang Pelayanan dengan pemenuhan SPM Bidang
Dasar Pelayanan Dasar
Penerapan belanja APBD yang Jumlah Daerah yang belanja APBD 15 27 39 49 61 0,7 Pusat (alokasi 02
berorientasi pada pelayanan nya berorientasi pada pelayanan Kementerian)
masyarakat yang diwujudkan dengan masyarakat yang diwujudkan
pemenuhan SPM Bidang Pelayanan dengan pemenuhan SPM Bidang
Dasar Pelayanan Dasar
Penerapan belanja APBD yang Jumlah Daerah yang belanja APBD 6 13 19 27 34 0,4 Pusat (alokasi 02
berorientasi pada pelayanan nya berorientasi pada pelayanan Kementerian)
masyarakat yang diwujudkan dengan masyarakat yang diwujudkan
pemenuhan SPM Bidang Pelayanan dengan pemenuhan SPM Bidang
Dasar Pelayanan Dasar
Penerapan belanja APBD yang Jumlah Daerah yang belanja APBD 6 16 25 34 44 0,5 Pusat (alokasi 02
berorientasi pada pelayanan nya berorientasi pada pelayanan Kementerian)
masyarakat yang diwujudkan dengan masyarakat yang diwujudkan
pemenuhan SPM Bidang Pelayanan dengan pemenuhan SPM Bidang
Dasar Pelayanan Dasar
Penerapan sistem pemerintahan Jumlah daerah yang menerapkan 30 61 96 130 164 2,4 Pusat (alokasi 02
berbasis elektronik di bidang sistem pemerintahan berbasis Kementerian)
pengelolaan keuangan daerah secara elektronik di bidang pengelolaan
terintegrasi keuangan daerah secara terintegrasi
010.B.57
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penerapan sistem pemerintahan Jumlah daerah yang menerapkan 21 47 73 101 129 1,9 Pusat (alokasi 02
berbasis elektronik di bidang sistem pemerintahan berbasis Kementerian)
pengelolaan keuangan daerah secara elektronik di bidang pengelolaan
terintegrasi keuangan daerah secara terintegrasi
Penerapan sistem pemerintahan Jumlah daerah yang menerapkan 18 36 51 66 87 1,3 Pusat (alokasi 02
berbasis elektronik di bidang sistem pemerintahan berbasis Kementerian)
pengelolaan keuangan daerah secara elektronik di bidang pengelolaan
terintegrasi keuangan daerah secara terintegrasi
Penerapan sistem pemerintahan Jumlah daerah yang menerapkan 6 10 15 19 23 0,3 Pusat (alokasi 02
berbasis elektronik di bidang sistem pemerintahan berbasis Kementerian)
pengelolaan keuangan daerah secara elektronik di bidang pengelolaan
terintegrasi keuangan daerah secara terintegrasi
Penerapan sistem pemerintahan Jumlah daerah yang menerapkan 6 13 19 27 34 0,5 Pusat (alokasi 02
berbasis elektronik di bidang sistem pemerintahan berbasis Kementerian)
pengelolaan keuangan daerah secara elektronik di bidang pengelolaan
terintegrasi keuangan daerah secara terintegrasi
Penerapan sistem pemerintahan Jumlah daerah yang menerapkan 15 27 39 49 61 0,9 Pusat (alokasi 02
berbasis elektronik di bidang sistem pemerintahan berbasis Kementerian)
pengelolaan keuangan daerah secara elektronik di bidang pengelolaan
terintegrasi keuangan daerah secara terintegrasi
Penerapan sistem pemerintahan Jumlah daerah yang menerapkan 6 16 25 34 44 0,6 Pusat (alokasi 02
berbasis elektronik di bidang sistem pemerintahan berbasis Kementerian)
pengelolaan keuangan daerah secara elektronik di bidang pengelolaan
terintegrasi keuangan daerah secara terintegrasi
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Mendorong pemanfaatan mekanisme Jumlah daerah yang memanfaatkan 30 61 96 130 164 1,9 Pusat (alokasi 02
sumber pendanaan lainnya sebagai mekanisme sumber pendanaan Kementerian)
instrumen penerimaan daerah lainnya, yakni berupa obligasi
daerah dan/atau KPBU)
Mendorong pemanfaatan mekanisme Jumlah daerah yang memanfaatkan 18 36 51 66 87 1,0 Pusat (alokasi 02
sumber pendanaan lainnya sebagai mekanisme sumber pendanaan Kementerian)
instrumen penerimaan daerah lainnya, yakni berupa obligasi
daerah dan/atau KPBU)
Mendorong pemanfaatan mekanisme Jumlah daerah yang memanfaatkan 6 10 15 19 23 0,3 Pusat (alokasi 02
sumber pendanaan lainnya sebagai mekanisme sumber pendanaan Kementerian)
instrumen penerimaan daerah lainnya, yakni berupa obligasi
daerah dan/atau KPBU)
010.B.59
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Mendorong pemanfaatan mekanisme Jumlah daerah yang memanfaatkan 14 31 48 66 83 0,9 Pusat (alokasi 02
sumber pendanaan lainnya sebagai mekanisme sumber pendanaan Kementerian)
instrumen penerimaan daerah lainnya, yakni berupa obligasi
daerah dan/atau KPBU)
Mendorong pemanfaatan mekanisme Jumlah daerah yang memanfaatkan 15 27 39 49 61 0,7 Pusat (alokasi 02
sumber pendanaan lainnya sebagai mekanisme sumber pendanaan Kementerian)
instrumen penerimaan daerah lainnya, yakni berupa obligasi
daerah dan/atau KPBU)
Mendorong pemanfaatan mekanisme Jumlah daerah yang memanfaatkan 6 13 19 27 34 0,4 Pusat (alokasi 02
sumber pendanaan lainnya sebagai mekanisme sumber pendanaan Kementerian)
instrumen penerimaan daerah lainnya, yakni berupa obligasi
daerah dan/atau KPBU)
Mendorong pemanfaatan mekanisme Jumlah daerah yang memanfaatkan 6 16 25 34 44 0,5 Pusat (alokasi 02
sumber pendanaan lainnya sebagai mekanisme sumber pendanaan Kementerian)
instrumen penerimaan daerah lainnya, yakni berupa obligasi
daerah dan/atau KPBU)
Peningkatan pajak daerah dan Jumlah kabupaten dan kota yang 82 96 111 125 154 2,3 Pusat (alokasi 02
retribusi daerah Kabupaten/kota pajak daerah dan retribusi Kementerian)
minimal 8% dari tahun anggaran daerahnya meningkat minimal 8%
sebelumnya dari tahun anggaran sebelumnya
Peningkatan pajak daerah dan Jumlah kabupaten dan kota yang 73 83 94 104 122 1,9 Pusat (alokasi 02
retribusi daerah Kabupaten/kota pajak daerah dan retribusi Kementerian)
minimal 8% dari tahun anggaran daerahnya meningkat minimal 8%
sebelumnya dari tahun anggaran sebelumnya
Peningkatan pajak daerah dan Jumlah kabupaten dan kota yang 48 54 62 68 81 1,3 Pusat (alokasi 02
retribusi daerah Kabupaten/kota pajak daerah dan retribusi Kementerian)
minimal 8% dari tahun anggaran daerahnya meningkat minimal 8%
sebelumnya dari tahun anggaran sebelumnya
010.B.60
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Peningkatan pajak daerah dan Jumlah kabupaten dan kota yang 13 15 17 19 21 0,3 Pusat (alokasi 02
retribusi daerah Kabupaten/kota pajak daerah dan retribusi Kementerian)
minimal 8% dari tahun anggaran daerahnya meningkat minimal 8%
sebelumnya dari tahun anggaran sebelumnya
Peningkatan pajak daerah dan Jumlah kabupaten dan kota yang 31 37 43 49 56 0,9 Pusat (alokasi 02
retribusi daerah Kabupaten/kota pajak daerah dan retribusi Kementerian)
minimal 8% dari tahun anggaran daerahnya meningkat minimal 8%
sebelumnya dari tahun anggaran sebelumnya
Peningkatan pajak daerah dan Jumlah kabupaten dan kota yang 17 20 23 26 32 0,5 Pusat (alokasi 02
retribusi daerah Kabupaten/kota pajak daerah dan retribusi Kementerian)
minimal 8% dari tahun anggaran daerahnya meningkat minimal 8%
sebelumnya dari tahun anggaran sebelumnya
Peningkatan pajak daerah dan Jumlah kabupaten dan kota yang 19 23 27 31 42 0,6 Pusat (alokasi 02
retribusi daerah Kabupaten/kota pajak daerah dan retribusi Kementerian)
minimal 8% dari tahun anggaran daerahnya meningkat minimal 8%
sebelumnya dari tahun anggaran sebelumnya
Peningkatan pajak daerah dan Jumlah provinsi yang pajak daerah 9 9 10 10 10 2,8 Pusat (alokasi 02
retribusi daerah minimal 5% dari dan retribusi daerahnya meningkat Kementerian)
tahun anggaran sebelumnya di minimal 5% dari tahun anggaran
provinsi sebelumnya
Peningkatan pajak daerah dan Jumlah provinsi yang pajak daerah 6 6 6 6 6 1,8 Pusat (alokasi 02
retribusi daerah minimal 5% dari dan retribusi daerahnya meningkat Kementerian)
tahun anggaran sebelumnya di minimal 5% dari tahun anggaran
provinsi sebelumnya
Peningkatan pajak daerah dan Jumlah provinsi yang pajak daerah 5 5 5 6 6 1,6 Pusat (alokasi 02
retribusi daerah minimal 5% dari dan retribusi daerahnya meningkat Kementerian)
tahun anggaran sebelumnya di minimal 5% dari tahun anggaran
provinsi sebelumnya
Peningkatan pajak daerah dan Jumlah provinsi yang pajak daerah 1 1 1 1 2 0,4 Pusat (alokasi 02
retribusi daerah minimal 5% dari dan retribusi daerahnya meningkat Kementerian)
tahun anggaran sebelumnya di minimal 5% dari tahun anggaran
provinsi sebelumnya
010.B.61
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Peningkatan pajak daerah dan Jumlah provinsi yang pajak daerah 5 5 5 5 5 1,5 Pusat (alokasi 02
retribusi daerah minimal 5% dari dan retribusi daerahnya meningkat Kementerian)
tahun anggaran sebelumnya di minimal 5% dari tahun anggaran
provinsi sebelumnya
Peningkatan pajak daerah dan Jumlah provinsi yang pajak daerah 2 2 2 2 2 0,6 Pusat (alokasi 02
retribusi daerah minimal 5% dari dan retribusi daerahnya meningkat Kementerian)
tahun anggaran sebelumnya di minimal 5% dari tahun anggaran
provinsi sebelumnya
Peningkatan pajak daerah dan Jumlah provinsi yang pajak daerah 2 2 2 2 2 0,6 Pusat (alokasi 02
retribusi daerah minimal 5% dari dan retribusi daerahnya meningkat Kementerian)
tahun anggaran sebelumnya di minimal 5% dari tahun anggaran
provinsi sebelumnya
Rekomendasi rencana tindak lanjut Jumlah rekomendasi rencana tindak 0 0 1 1 0 2,1 Pusat (alokasi 02
dan peningkatan efektivitas lanjut dan peningkatan efektivitas Kementerian)
perencanaan dan pemanfaatan dana perencanaan dan pemanfaatan dana
otonomi khusus otonomi khusus
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pemenuhan Mandatory Spending Jumlah daerah yang Belanja APBD 33 47 62 75 87 0,9 Pusat (alokasi 02
Daerah nya memenuhi indikator mandatory Kementerian)
spending yaitu Belanja Pendidikan
(20% dari Belanja Daerah), Belanja
Kesehatan (10% dari Belanja
Daerah), dan belanja infrastruktur
(25% dari Dana Transfer Umum)
Pemenuhan Mandatory Spending Jumlah daerah yang Belanja APBD 4 9 14 19 23 0,2 Pusat (alokasi 02
Daerah nya memenuhi indikator mandatory Kementerian)
spending yaitu Belanja Pendidikan
(20% dari Belanja Daerah), Belanja
Kesehatan (10% dari Belanja
Daerah), dan belanja infrastruktur
(25% dari Dana Transfer Umum)
Pemenuhan Mandatory Spending Jumlah daerah yang Belanja APBD 27 36 46 52 61 0,7 Pusat (alokasi 02
Daerah nya memenuhi indikator mandatory Kementerian)
spending yaitu Belanja Pendidikan
(20% dari Belanja Daerah), Belanja
Kesehatan (10% dari Belanja
Daerah), dan belanja infrastruktur
(25% dari Dana Transfer Umum)
Pemenuhan Mandatory Spending Jumlah daerah yang Belanja APBD 17 21 26 30 34 0,4 Pusat (alokasi 02
Daerah nya memenuhi indikator mandatory Kementerian)
spending yaitu Belanja Pendidikan
(20% dari Belanja Daerah), Belanja
Kesehatan (10% dari Belanja
Daerah), dan belanja infrastruktur
(25% dari Dana Transfer Umum)
010.B.63
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pemenuhan Mandatory Spending Jumlah daerah yang Belanja APBD 2 13 23 34 44 0,3 Pusat (alokasi 02
Daerah nya memenuhi indikator mandatory Kementerian)
spending yaitu Belanja Pendidikan
(20% dari Belanja Daerah), Belanja
Kesehatan (10% dari Belanja
Daerah), dan belanja infrastruktur
(25% dari Dana Transfer Umum)
Pemenuhan realisasi belanja minimal Jumlah provinsi yang capaian 10 10 10 10 10 0,5 Pusat (alokasi 02
90% realisasi belanjanya minimal 90% Kementerian)
Pemenuhan realisasi belanja minimal Jumlah provinsi yang capaian 6 6 6 6 6 0,3 Pusat (alokasi 02
90% realisasi belanjanya minimal 90% Kementerian)
Pemenuhan realisasi belanja minimal Jumlah provinsi yang capaian 6 6 6 6 6 0,3 Pusat (alokasi 02
90% realisasi belanjanya minimal 90% Kementerian)
Pemenuhan realisasi belanja minimal Jumlah provinsi yang capaian 2 2 2 2 2 0,1 Pusat (alokasi 02
90% realisasi belanjanya minimal 90% Kementerian)
Pemenuhan realisasi belanja minimal Jumlah provinsi yang capaian 5 5 5 5 5 0,2 Pusat (alokasi 02
90% realisasi belanjanya minimal 90% Kementerian)
Pemenuhan realisasi belanja minimal Jumlah provinsi yang capaian 2 2 2 2 2 0,1 Pusat (alokasi 02
90% realisasi belanjanya minimal 90% Kementerian)
Pemenuhan realisasi belanja minimal Jumlah provinsi yang capaian 2 2 2 2 2 0,1 Pusat (alokasi 02
90% realisasi belanjanya minimal 90% Kementerian)
Pengesahan APBD tepat waktu Jumlah provinsi yang mengesahkan 10 10 10 10 10 3,4 Pusat (alokasi 02
APBD tepat waktu Kementerian)
Pengesahan APBD tepat waktu Jumlah provinsi yang mengesahkan 6 6 6 6 6 2,0 Pusat (alokasi 02
APBD tepat waktu Kementerian)
Pengesahan APBD tepat waktu Jumlah provinsi yang mengesahkan 2 2 2 2 2 0,7 Pusat (alokasi 02
APBD tepat waktu Kementerian)
Pengesahan APBD tepat waktu Jumlah provinsi yang mengesahkan 7 7 7 7 7 2,4 Pusat (alokasi 02
APBD tepat waktu Kementerian)
Pengesahan APBD tepat waktu Jumlah provinsi yang mengesahkan 5 5 5 5 5 1,7 Pusat (alokasi 02
APBD tepat waktu Kementerian)
Pengesahan APBD tepat waktu Jumlah provinsi yang mengesahkan 2 2 2 2 2 0,7 Pusat (alokasi 02
APBD tepat waktu Kementerian)
Pengesahan APBD tepat waktu Jumlah provinsi yang mengesahkan 2 2 2 2 2 0,7 Pusat (alokasi 02
APBD tepat waktu Kementerian)
010.B.64
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Peningkatan cakupan kepemilikan Proporsi anak umur di bawah 5 N/A N/A N/A N/A 99,99 0,0 34 Provinsi 03
akta kelahiran bagi penduduk 0-17 tahun yang kelahirannya dicatat
tahun oleh lembaga pencatatan sipil,
menurut umur (16.9.1*)
Peningkatan cakupan kepemilikan Persentase cakupan kepemilikan 70 100 100 100 100 35,0 34 Provinsi 03
akta perceraian pada semua individu akta perceraian pada semua individu
yang sudah bercerai yang sudah bercerai
Pembinaan Administrasi Pendaftaran
Penduduk 35,0
Peningkatan layanan pendaftaran Jumlah layanan pendaftaran 112 112 112 112 112 35,0 23 Provinsi 03
penduduk dan pencatatan sipil yang penduduk dan pencatatan sipil yang
mudah dan inovatif di wilayah 3T mudah dan inovatif di wilayah 3T
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penguatan integrasi data administrasi Jumlah instansi yang 6 10 16 20 22 35,0 34 Provinsi Integrasi Bantuan 03
kependudukan melalui koneksitas mengintegrasikan data melalui Sosial Menuju Skema
warehouse berbasis NIK Nasional koneksitas warehouse berbasis NIK Perlindungan Sosial
Nasional Menyeluruh
Kebijakan Politik Dalam Negeri Jumlah peraturan perundang- 2 2 2 N/A N/A 6,0 Pusat 07
undangan dan pedoman bidang
politik
Penguatan Demokrasi Internal, Jumlah pengurus partai politik yang 100 200 500 700 800 11,5 Pusat dan Daerah (Prov 07
Transparansi, dan Akuntabilitas Partai memperoleh penguatan ideologi dan Kab/Kota)
Politik Pancasila, wawasan kebangsaan,
dan pendidikan politik
Pendidikan Politik Masyarakat di Jumlah masyarakat yang 3000 5000 6000 8000 10000 11,2 Pusat dan Daerah (Prov 07
Daerah mendapatkan pendidikan politik dan Kab/Kota)
Fasilitasi Ketahanan Ekonomi, Sosial dan
Budaya 9,4
Penguatan dan Pemeliharaan Daerah yang Kerukunan Umat 34 34 34 34 34 9,4 Daerah 04
Kerukunan Umat Beragama Beragamanya meningkat
Fasilitasi Kewaspadaan Nasional 54,1
Tim Terpadu Penanganan Konflik Persentase Timdu PKS Provinsi yang 61 62 63 64 65 32,0 Pusat dan Daerah 07
Sosial melaksanakan RAD secara efektif
010.B.67
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Deteksi Dini oleh Aparat Pusat dan Jumlah aparatur pusat dan daerah 600 2000 2200 2400 3000 22,1 Pusat dan Daerah 07
Daerah yag ditingkatkan kapasitasnya
dibidang kewaspadaan dini dan
deteksi dini tingkat dasar
Pelatihan Aparat Pemerintahan Desa Jumlah aparatur pemerintahan desa 265 420 442 450 408 7,5 02
dan Pengurus Lembaga dan pengurus lembaga
Kemasyarakatan Desa Lingkup kemasyarakatan desa lingkup
Regional regional yang dilatih
Pelatihan Aparat Pemerintahan Desa Jumlah aparatur pemerintahan desa 90 140 148 152 136 2,5 02
dan Pengurus Lembaga dan pengurus lembaga
Kemasyarakatan Desa Lingkup kemasyarakatan desa lingkup
Regional regional yang dilatih
Pelatihan Aparat Pemerintahan Desa Jumlah aparatur pemerintahan desa 225 350 370 375 340 6,3 02
dan Pengurus Lembaga dan pengurus lembaga
Kemasyarakatan Desa Lingkup kemasyarakatan desa lingkup
Regional regional yang dilatih
Pelatihan Aparat Pemerintahan Desa Jumlah aparatur pemerintahan desa 270 420 444 450 408 7,6 02
dan Pengurus Lembaga dan pengurus lembaga
Kemasyarakatan Desa Lingkup kemasyarakatan desa lingkup
Regional regional yang dilatih
010.B.68
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pelatihan Aparat Pemerintahan Desa Jumlah aparatur pemerintahan desa 90 140 148 152 136 2,5 Ambon, Buru, Buru 02
dan Pengurus Lembaga dan pengurus lembaga Selatan, Kepualuan Aru,
Kemasyarakatan Desa Lingkup kemasyarakatan desa lingkup Maluku Barat Daya,
Regional regional yang dilatih Maluku Tengah, Maluku
Tenggara, Maluku
Tenggara Barat, Seram
Bagian Barat, Seram
Bagian Timur, Tual
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Daerah yang Desanya Tertib Jumlah desa yang tertib 6 8 8 8 8 1,2 Asmat, Biak Numfor, 02
Administrasi Pengelolaan Aset Desa administrasi pengelolaan aset desa Boven Digoel, Deiyai,
Dogiyai, Intan Jaya,
Jayapura, Jayawijaya,
Keerom, Kepulauan
Yapen, Lanny Jaya,
Mamberamo Raya,
Mamberamo Tengah,
Mappi, Merauke, Mimika,
Nabire, Nduga, Paniai,
Pegunungan Bintang,
Puncak, Puncak Jaya,
Sarmi, Supriori, Tolikara,
Waropen, Yahukimo,
Yalimo
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penetapan Batas Desa Jumlah provinsi yang menetapkan 2 2 2 2 2 1,0 Asmat, Biak Numfor, 02
batas desa Boven Digoel, Deiyai,
Dogiyai, Intan Jaya,
Jayapura, Jayawijaya,
Keerom, Kepulauan
Yapen, Lanny Jaya,
Mamberamo Raya,
Mamberamo Tengah,
Mappi, Merauke, Mimika,
Nabire, Nduga, Paniai,
Pegunungan Bintang,
Puncak, Puncak Jaya,
Sarmi, Supriori, Tolikara,
Waropen, Yahukimo,
Yalimo
JUMLAH 1.950,2
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
011.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Luar Negeri 2.515,7
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Luar Negeri 5.974,6
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Luar Negeri 70,5
Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri Melalui Kerjasama ASEAN 240,2
Program Peningkatan Peran dan Kepemimpinan Indonesia di Bidang Kerja Sama Multilateral 3.862,7
Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri Serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
287,2
Program Optimalisasi Diplomasi Terkait Dengan Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional 100,1
Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri Serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Amerika dan Eropa
181,1
Program Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Luar Negeri 84,9
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran 458,4
Program Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik 386,2
011.A.2
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Pelaksanaan Diplomasi dan Kerjasama Internasional pada Perwakilan RI di Luar Negeri 4.684,4
JUMLAH 18.846,1
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
011.B.1
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Dukungan dan komitmen nasional Persentase rekomendasi dari forum 80 80 80 80 80 4,5 Pusat 07
yang tinggi atas kebijakan luar negeri multilateral di Bidang Hak Asasi
dan kesepakatan dalam forum Manusia Dan Kemanusiaan yang
Multilateral di Bidang Hak Asasi ditanggapi oleh pemangku
Manusia Dan Kemanusiaan kepentingan nasional
011.B.3
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
101,6
Kepemimpinan dan peran Indonesia Persentase kepemimpinan Indonesia 95 95 95 95 95 33,1 Pusat/ 07
yang Berpengaruh dalam forum pada forum Multilateral di Bidang Perwakilan
Multilateral di Bidang Keamanan Keamanan Internasional dan
Internasional dan Perlucutan Senjata Perlucutan Senjata
Diplomasi maritim dan polkam yang Persentase peningkatan kemampuan 80 80 81 81 81 0,0 Pusat 07
kuat di forum Multilateral di Bidang peserta terkait diplomasi maritim
Keamanan Internasional dan dan polkam di Bidang Keamanan
Perlucutan Senjata Internasional dan Perlucutan Senjata
Optimalisasi Kontribusi Indonesia Peringkat jumlah pasukan 10 Besar 10 Besar 10 Besar 10 Besar 10 Besar 15,5 Pusat 07
dalam jajaran 10 besar negara perdamaian (PKO) yang dikirim
kontributor MPP PBB (ProPN) Pemerintah Indonesia
Optimalisasi Kontribusi Indonesia Indeks Kepemimpinan dan Pengaruh 95 95 95 95 95 38,0 Pusat 07
dalam Jajaran 10 Besar Negara Peran Indonesia dalam Forum
Kontributor MPP PBB Multilateral
Kerja Sama Multilateral Terkait Isu
Pembangunan Ekonomi, Keuangan, dan
Lingkungan Hidup 34,7
Kepemimpinan dan Peran Indonesia Persentase kepemimpinan Indonesia 90 90 90 90 90 0,5 Pusat 07
yang berpengaruh dalam forum pada forum multilateral terkait isu
multilateral di bidang pembangunan, pembangunan, ekonomi, dan
ekonomi dan lingkungan hidup lingkungan hidup
011.B.4
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Dukungan dan komitmen nasional Persentase rekomendasi dari forum 90 90 90 90 90 5,7 Pusat 07
yang tinggi atas kebijakan luar negeri multilateral di Bidang
dan kesepakatan dalam forum Pembangunan, Ekonomi dan
multilateral di bidang pembangunan, Lingkungan Hidup yang ditanggapi
ekonomi dan lingkungan hidup oleh pemangku kepentingan
nasional
Dukungan dan komitmen nasional Persentase rekomendasi dari forum 90 90 90 90 90 5,3 Pusat 07
yang tinggi atas kebijakan luar negeri kerja sama multilateral yang
dan kesepakatan dalam forum ditanggapi oleh pemangku
Multilateral di Bidang Perdagangan, kepentingan nasional
Komoditas dan Kekayaan Intelektual
011.B.5
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Dukungan dan komitmen nasional Persentase rekomendasi dari forum 72 73 74 75 76 10,4 Pusat 07
yang tinggi atas kebijakan luar negeri multilateral di Bidang Sosial Budaya
dan kesepakatan dalam forum yang ditanggapi oleh pemangku
Multilateral di Bidang Sosial Budaya kepentingan nasional
dan Organisasi Internasional Negara
Berkembang
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pemantapan Hubungan dan Politik Jumlah Kesepakatan kerja sama di 31 33 34 36 36 50,7 Pusat 07
Luar Negeri di Kawasan Asia Timur Kawasan Asia Timur dan Pasifik
dan Pasifik
Pemantapan Hubungan dan Politik Luar
Negeri Melalui Kerja Sama Intra Kawasan
dan Antar Kawasan Asia Pasifik dan
Afrika
31,6
Prakarsa/Rekomendasi Indonesia Jumlah Prakarsa/Rekomendasi 39 39 39 39 39 31,6 Pusat 07
pada Forum Kerjasama Intra kawasan Indonesia pada Forum Kerja Sama
Asia Pasifik dan Afrika lntrakawasan dan Antarkawasan
Asia Pasifik dan Afrika
Perundingan Batas Darat dan Kerja Persentase penetapan batas dan 31 31 31 31 31 22,5 Pusat 07
Sama Lintas Batas kerja sama perbatasan darat
Indonesia dengan negara tetangga
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
26,2
011.B.10
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
JUMLAH 3.225,0
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
012.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pertahanan 11.059,7
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pertahanan 81.078,5
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Pertahanan 103,7
Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan 2.525,3
Program Pendidikan dan Pelatihan Kemhan/TNI 530,3
Program Strategi Pertahanan 175,6
Program Perencanaan Umum dan Penganggaran Pertahanan 83,0
Program Pengembangan Teknologi dan Industri Pertahanan 10.595,8
Program Potensi Pertahanan 907,7
Program Kekuatan Pertahanan 176,2
Program Penggunaan Kekuatan Pertahanan Integratif 14.718,6
Program Modernisasi Alutsista/Non-Alutsista/ Sarpras Integratif 7.071,1
Program Profesionalisme Prajurit Integratif 3.008,5
Program Dukungan Kesiapan Matra Darat 18.556,8
012.A.2
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Modernisasi Alutsista dan Non Alutsista/Sarana dan Prasarana Matra Darat 35.308,6
Program Peningkatan Profesionalisme Personel Matra Darat 12.204,5
Program Dukungan Kesiapan Matra Laut 23.480,6
Program Modernisasi Alutsista (Alat Utama Sistem Pertahanan) dan Non Alutsista Serta Pengembangan Fasilitas dan Sarana
Prasarana Matra Laut 27.644,7
Program Peningkatan Profesionalisme Personel Matra Laut 4.028,1
Program Dukungan Kesiapan Matra Udara 30.798,8
Program Modernisasi Alutsista Dan Non Alutsista Serta Pengembangan Fasilitas Dan Sarpras Matra Udara 16.404,3
Program Peningkatan Profesionalisme Personel Matra Udara 4.783,9
Program Penyelenggaraan Manajemen dan Operasional Integratif 4.727,9
Program Penyelenggaraan Manajemen dan Operasional Matra Darat 40.970,7
Program Penyelenggaraan Manajemen dan Operasional Matra Laut 16.279,5
Program Penyelenggaraan Manajemen dan Operasional Matra Udara 11.872,2
Program Pembinaan Instalasi Strategis Pertahanan 553,8
JUMLAH 379.648,1
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
012.B.1
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Alutsista Mabes TNI Jenis munisi kaliber besar Mabes 1 Jenis 1 Jenis 1 Jenis 1 Jenis 1 Jenis 428,8 Pusat 07
TNI yang diadakan
Pengadaan senjata 366,0
Alutsista Mabes TNI Jenis senjata Mabes TNI yang 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 366,0 Pusat 07
diadakan
Pembangunan Sarpras pendukung 400,0
Pembangunan Sarpras Mabes TNI Jumlah M2 Pembangunan Sarpras 10000 10000 10000 10000 400,0 Pusat 07
Mabes TNI
Program Dukungan Kesiapan Matra Darat
3.825,5
Pemeliharaan/Perawatan Ranpur 1.175,0
Alutsista TNI AD Jenis kendaraan tempur TNI AD 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 1.175,0 Pusat 07
dengan Presentase Pemenuhan
Norma Harwat 100%
Pemeliharaan/Perawatan Pesawat
Terbang 826,0
Alutsista TNI AD Jenis pesawat terbang TNI AD 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 826,0 Pusat 07
dengan Presentase Pemenuhan
Norma Harwat 100%
Pemeliharaan/Perawatan Senjata dan
Munisi/Alpal 1.824,5
Alutsista TNI AD Jenis senjata dan munisi/alpal TNI 9 Jenis 9 Jenis 9 Jenis 9 Jenis 9 Jenis 1.824,5 Pusat 07
AD dengan Presentase Pemenuhan
Norma Harwat 100%
Program Modernisasi Alutsista dan Non
Alutsista/Sarana dan Prasarana Matra
Darat 8.651,5
Pengadaan/Penggantian Kendaraan
Tempur 1.567,0
Alutsista TNI AD Jenis kendaraan tempur TNI AD 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 1.567,0 Pusat 07
yang diadakan
Pengadaan/Penggantian Pesawat
Terbang (Sabang) 1.219,5
Alutsista TNI AD Jenis pesawat terbang TNI AD yang 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 2 Jenis 1.219,5 Pusat 07
diadakan
Pengadaan/Penggantian Senjata dan
Munisi 1.100,0
012.B.4
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Alutsista TNI AD Jenis senjata TNI AD yang diadakan 9 Jenis 9 Jenis 9 Jenis 9 Jenis 1.100,0 Pusat 07
Pembangunan Sarpras TNI AD Jumlah M2 Pembangunan Sarpras 68000 88000 91000 96000 99000 4.000,0 Pusat 07
TNI AD
Program Dukungan Kesiapan Matra Laut
18.316,0
Pemeliharaan/Perawatan Peralatan
Senlek dan Amonisi Matra Laut 166,0
Alutsista TNI AL Jenis senlek dan amunisi TNI AL 8 Jenis 8 Jenis 8 Jenis 8 Jenis 166,0 Pusat 07
dengan Presentase Pemenuhan
Norma Harwat 100%
Pemeliharaan/Perawatan Alpung, KAL,
KRI dan Ranpur/Rantis 16.000,0
Alutsista TNI AL Jenis alpung, KRI, KAL, dan 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 16.000,0 Pusat 07
ranpur/rantis TNI AL dengan
Presentase Pemenuhan Norma
Harwat 100%
1.200,0
Operasi Militer Selain Perang (OMSP) Jumlah operasi 20 operasi 20 operasi 20 operasi 20 operasi 1.200,0 Pusat 07
Matra Laut
Pemeliharaan/Perawatan Pesud 950,0
012.B.5
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Alutsista TNI AL Jenis pesud TNI AL dengan 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 950,0 Pusat 07
Presentase Pemenuhan Norma
Harwat 100%
Program Modernisasi Alutsista (Alat
Utama Sistem Pertahanan) dan Non
Alutsista Serta Pengembangan Fasilitas
dan Sarana Prasarana Matra Laut
23.457,0
Peningkatan/Pengadaan Fasilitas dan
Sarpras Matra Laut 2.319,0
Pembangunan Pos AL Jumlah pos AL yang dibangun 15 Pos 16 Pos 16 Pos 16 Pos 16 Pos 300,0 Pusat 07
Pembangunan Sarpras TNI AL Jumlah M2 Pembangunan Sarpras 10000 10000 10000 10000 10000 1.793,0 Pusat 07
TNI AL
Pembangunan Sarpras TNI AL untuk Jumlah Paket Pembangunan Sarpras 2 Paket 2 Paket 2 Paket 2 Paket 226,0 Pusat Penguatan Keamanan 07
Pertahanan Natuna TNI AL untuk Pertahanan Natuna Laut di Natuna
Peningkatan/Pengadaan Peralatan
Komlek Matra Laut 400,0
Pembangunan Pertahanan Siber TNI Jumlah Sistem Pertahanan Siber TNI 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 400,0 Pusat Penguatan NSOC - 07
AL AL SOC dan
Pembentukan 121
CSIRT
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Revitalisasi infrastruktur dan jaringan presentase peningkatan kualitas 1 65,0 Pusat Penguatan NSOC - 07
siber Pushansiber jaringan SOC dan
Pembentukan 121
CSIRT
Sistem Pengamanan Pangkalan (Smart Jumlah pangkalan yang diberikan 1 pangkalan _ _ 1 pangkalan 64,0 Pusat Penguatan NSOC - 07
Building Pushansiber) sistem pengamanan SOC dan
Pembentukan 121
CSIRT
Peningkatan 11 unit Server Data Jumlah sub sistem dari Server Data 11 unit _ _ _ 2,5 Pusat Penguatan NSOC - 07
Center Pushansiber Center SOC dan
Pembentukan 121
CSIRT
Pembangunan Sistem Cyber Intelegent waktu analisa ancaman/ serangan 15 menit _ _ _ 125,0 Pusat Penguatan NSOC - 07
Analytica Pushansiber siber SOC dan
Pembentukan 121
CSIRT
Pengembangan Laboratorium Jumlah peralatan Laboratorium _ 20 offensive _ _ _ 100,0 Pusat Penguatan NSOC - 07
Offensive dan Defensive Pushansiber Offensive dan Defensive dan 12 SOC dan
defensive Pembentukan 121
CSIRT
Pengembangan Peralatan dan Jumlah Peralatan dan kapasitas Tim _ 3 paket _ _ _ 40,0 Pusat Penguatan NSOC - 07
Kapasitas Tim CERT Pushansiber CERT SOC dan
Pembentukan 121
CSIRT
Pengadaan Anti Drone Jumlah Peralatan Anti Drone _ _ 1 paket _ _ 2,5 Pusat Penguatan NSOC - 07
SOC dan
Pembentukan 121
CSIRT
012.B.8
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pendidikan dan Pelatihan TIK di Jumlah SDM TIK Bidang Siber 100 lulusan 100 lulusan 100 lulusan 100 lulusan 52,0 Pusat Penguatan NSOC - 07
Bidang Siber SOC dan
Pembentukan 121
CSIRT
JUMLAH 182.988,0
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
013.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Hukum dan HAM 1.814,9
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Hukum dan HAM 113,2
Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Hukum dan HAM 102,4
Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Hukum dan HAM 2.149,6
Program Pembentukan Hukum 116,9
Program Administrasi Hukum Umum 3.032,1
Program Pembinaan dan Penyelenggaraan Pemasyarakatan 14.217,2
Program Pembinaan/Penyelenggaraan Kekayaan Intelektual 771,8
Program Peningkatan Pelayanan dan Penegakan Hukum Keimigrasian 7.110,5
Program Pemajuan HAM 127,3
013.A.2
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Pembinaan Hukum Nasional 499,4
JUMLAH 30.055,2
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
013.B.1
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pemenuhan Hak Pendidikan Anak di Persentase anak yang mengikuti 60 70 80 90 100 86,5 Wilayah 03
LPKA sesuai standar pendidikan formal dan non formal
Pemenuhan Hak Pendidikan klien Persentase klien pemasyarakatan 20 25 30 35 40 64,5 Wilayah 03
Anak di Luar Lembaga yang melanjutkan pendidikan di luar
lembaga
Program Pembinaan/Penyelenggaraan
Kekayaan Intelektual 5,0
Penyelenggaraan Kerja Sama dan
Pemberdayaan Kekayaan Intelektual 5,0
013.B.4
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan sistem dan data Jumlah data KI komunal 120 120 120 120 120 5,0 Pusat 04
kekayaan intelektual komunal
Program Pembinaan Hukum Nasional 337,2
Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional 0,1
Tindak lanjut hasil rekomendasi Penyusunan SOP mengenai tindak 1 Dokumen 0,1 Pusat 07
analisis dan evaluasi hukum lanjut hasil rekomendasi analisis
dan evaluasi hukum
Perencanaan Pembangunan Hukum
Nasional 0,5
NA RUU Badan Usaha Penyusunan NA RUU Badan Usaha 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen 0,5 Pusat 07
JUMLAH 569,0
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
015.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Keuangan 15.632,6
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Keuangan 213,5
Program Pendidikan, Pelatihan dan Sertifikasi Kompetensi di Bidang Keuangan Negara 3.221,1
Program Pengelolaan Anggaran Negara 272,8
Program Peningkatan Kualitas Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah 288,8
Program Pengelolaan Perbendaharaan Negara 38.698,8
Program Pengelolaan Kekayaan Negara, Penyelesaian Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang 1.420,8
Program Perumusan Kebijakan Fiskal dan Sektor Keuangan 397,8
Program Peningkatan dan Pengamanan Penerimaan Pajak 15.928,9
Program Pengawasan, Pelayanan, dan Penerimaan di Bidang Kepabeanan dan Cukai 9.019,9
Program Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 307,6
015.A.2
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Integrasi Layanan Indonesia National Single Window (INSW) 469,7
JUMLAH 85.872,5
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
015.B.1
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
JUMLAH 2.914,5
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
018.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pertanian 2.275,6
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Pertanian 385,0
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan 33.266,4
Program Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura 6.045,7
Program Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 7.515,2
Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat 8.322,6
Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian 18.899,8
Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan 5.952,4
Program Peningkatan Penyuluhan dan Pelatihan Pertanian 5.288,3
Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat 3.717,3
Program Peningkatan Kualitas Pengkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati 2.675,0
018.A.2
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Pendidikan Pertanian 3.362,6
JUMLAH 97.705,9
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
018.B.1
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Kawasan Ubi Kayu Jumlah Kawasan Ubi Kayu 20000 20700 21425 22174 22950 136,8 18 provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Ubi Jalar Jumlah Kawasan Ubi Jalar 2500 2588 2678 2772 2869 89,2 4 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Kacang Tanah Jumlah Kawasan Kacang Tanah 30000 31050 32137 33262 34426 645,2 24 Provinsi 01
Kawasan Kacang Hijau Jumlah Kawasan Kacang Hijau 20000 20700 21425 22174 22950 118,3 16 Provinsi 01
Kawasan Aneka Kacang dan Umbi Kawasan Aneka kacang dan Umbi 500 518 536 554 573 5,9 Jawa Barat, Banten 01
Lainnya Lainnya
Upaya Khusus Peningkatan Produksi Upaya Khusus Peningkatan Produksi 25 25 25 25 25 30,4 Pusat 01
Tanaman Pangan Tanaman Pangan
Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia
7.980,2
Kawasan Padi Jumlah Kawasan Padi 791000 791000 791000 791000 791000 6.766,1 Pusat, 32 provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
018.B.2
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Kawasan jagung Jumlah kawasan jagung 50000 50000 50000 50000 50000 476,9 27 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Padi Kaya Gizi (Biofortifikasi) Jumlah Kawasan Padi Kaya Gizi 10000 50000 100000 150000 200000 707,4 Sentra padi Penguatan Jaminan 01
(Biofortifikasi) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Serealia Lainnya Jumlah Kawasan Serealia Lainnya 5000 5000 5000 5000 5000 29,8 20 Provinsi 01
Benih Sumber Padi Jumlah benih Sumber Padi 1044000 1044000 1044000 1044000 1044000 60,2 31 Provinsi 01
Benih Sumber Jagung Jumlah Benih Sumber Jagung 71000 71000 71000 71000 71000 6,1 16 Provinsi 01
Benih Sumber Kedelai Jumlah Benih Sumber Kedelai 192600 192600 192600 192600 192600 14,4 25 Provinsi 01
Produsen Benih Padi Terlaksananya pemberdayaan 5560 5560 5560 5560 5560 70,2 Pusat, 4 Provinsi 01
produsen benih padi
Produsen Benih Jagung Terlaksananya Pemberdayaan 2000 2000 2000 2000 2000 59,7 Pusat 01
Produsen Benih Jagung
Benih sumber aneka umbi Jumlah Benih sumber aneka umbi 170000 170000 170000 170000 170000 2,2 4 Provinsi 01
Benih sumber aneka kacang dan serea Jumlah benih sumber aneka kacang 65000 65000 65000 65000 65000 5,0 17 Provinsi 01
lain dan serea lain
Areal sertifikat benih Jumlah areal sertifikat benih 124500 124500 124500 124500 124500 221,6 31 Provinsi 01
Area yang diberikan Bantuan Benih Jumlah area yang diberikan 2150000 2150000 2150000 2150000 2150000 7.260,7 Pusat, 31 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Jagung Bersertifikat Bantuan Benih Jagung Bersertifikat Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Produsen Benih Kedelai Terlaksananya Pemberdayaan 1050 1050 1050 1050 1050 32,6 Pusat, Kalimantan Barat, 01
Produsen Benih Kedelai Sulawesi Utara
Benih bersertifikat yang diawasi Benih bersertifikat yang diawasi 150000 150000 150000 150000 150000 95,0 31 Provinsi 01
peredarannya peredarannya
018.B.3
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Upaya Khusus Peningkatan Produksi Upaya Khusus Peningkatan Produksi 6 6 6 6 6 26,5 Pusat 01
Tanaman Pangan Tanaman Pangan
Penguatan Perlindungan Tanaman
Pangan dari Gangguan OPT dan DPI 2.132,2
Areal yang difasilitasi untuk Jumlah areal yang difasilitasi untuk 44180 50000 51000 52000 53000 370,0 Pusat, 32 provinsi 01
penanganan OPT penanganan OPT
Hasil Pengujian Mutu Produk Jumlah sertifikat/LHP Hasil 2450 2450 2485 2485 2485 50,2 Pusat 01
Tanaman Pengujian Mutu Produk Tanaman
Penerapan Penanganan DPI Terlaksananya Penerapan 550 560 570 580 590 17,8 22 Provinsi 01
Penanganan DPI
Area yang mendapatkan Sarana Jumlah area yang mendapatkan 100000 100000 100000 100000 100000 1.353,8 Pusat Penguatan Jaminan 01
Prasarana Pengendalian OPT Sarana Prasarana Pengendalian OPT Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Area yang mendapatkan Sarana Jumlah area yang mendapatkan 5000 5000 5000 5000 5000 303,9 Pusat 01
Prasarana Penanganan DPI Sarana Prasarana Penanganan DPI
Upaya Khusus Peningkatan Produksi Upaya Khusus Peningkatan Produksi 34 34 34 34 34 36,5 Pusat 01
Tanaman Pangan Tanaman Pangan
Dukungan Manajemen dan Teknis
Lainnya pada Ditjen Tanaman Pangan 979,7
Upaya Khusus Peningkatan Produksi Upaya Khusus Peningkatan Produksi 34 34 34 34 34 979,7 34 Provinsi 01
Tanaman Pangan Tanaman Pangan
Pengembangan Metode Pengujian Mutu
Benih dan Penerapan Sistem Mutu
Laboratorium Pengujian Benih 23,2
Uji Terap Metode Pengujian Mutu Terlaksananya Uji Terap Metode 10 10 10 10 10 23,2 Pusat 01
Benih Pengujian Mutu Benih
Pengembangan Peramalan Serangan
Organisme Pengganggu Tumbuhan 113,8
Model Peramalan OPT Jumlah Model Peramalan OPT 10 10 10 10 10 24,3 Jawa Barat 01
Upaya Khusus Peningkatan Produksi Upaya Khusus Peningkatan Produksi 9 9 9 9 9 6,6 Pusat 01
Tanaman Pangan Tanaman Pangan
018.B.4
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Model Percontohan Pertanian Modern Jumlah Model Percontohan 1 1 1 1 1 82,9 Jawa Barat Penguatan Jaminan 01
Pertanian Modern Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Sarana Pengolahan Hasil Tanaman Tersalurnya Sarana Pengolahan 168 168 168 168 168 98,4 23 Provinsi 01
Pangan Hasil Tanaman Pangan
Penerapan Standardisasi dan Mutu Jumlah Penerapan Standardisasi 60 60 60 60 60 14,9 24 Provinsi 01
Hasil Tanaman Pangan dan Mutu Hasil Tanaman Pangan
Pemasaran dan Investasi Hasil Pemasaran dan Investasi Hasil 100 100 100 100 100 85,1 33 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Tanaman Pangan Tanaman Pangan Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Upaya Khusus Peningkatan Produksi Upaya Khusus Peningkatan Produksi 6 6 6 6 6 9,4 Pusat 01
Tanaman Pangan Tanaman Pangan
Program Peningkatan Produksi dan Nilai
Tambah Hortikultura 4.621,0
Peningkatan Produksi Sayuran dan
Tanaman Obat 3.108,7
Kawasan Bawang Merah Kawasan Bawang Merah 5704 5704 5704 5704 5704 925,5 33 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Aneka Cabai Luas Kawasan Aneka Cabai 13328 13328 13328 13328 13328 489,6 33 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
GAP Sayuran dan Tanaman Obat Jumlah GAP Sayuran dan Tanaman 25 25 25 25 25 6,7 5 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Obat Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Tanaman Obat Luas Kawasan Tanaman Obat 600 600 600 600 600 47,6 11 Provinsi 01
018.B.5
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Kawasan Bawang putih Luas Kawasan Bawang putih 8353 5000 5000 5000 5000 1.639,2 15 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Jeruk Luas Kawasan Jeruk 1000 1000 1000 1000 1000 48,8 9 Provinsi 01
Kawasan Florikultura Luas Kawasan Florikultura 300000 300000 300000 300000 300000 274,7 12 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Mangga Luas Kawasan Mangga 1375 1375 1375 1375 1375 67,8 7 Provinsi 01
Kawasan Manggis Luas Kawasan Manggis 1600 1600 1600 1600 1600 109,9 6 Provinsi 01
Kawasan Pisang Luas Kawasan Pisang 1500 1500 1500 1500 1500 213,1 6 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Durian Luas Kawasan Durian 1800 1800 1800 1800 1800 87,9 10 Provinsi 01
018.B.6
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Kawasan Kakao Kawasan Kakao 10150 10150 10150 10150 10150 139,3 11 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Karet Kawasan Karet 8300 8300 8300 8300 8300 153,8 9 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Kelapa Kawasan Kelapa 13005 13005 13005 13005 13005 89,2 12 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Area Tanaman Sagu Area Tanaman Sagu 400 400 400 400 400 8,7 2 Provinsi 01
Dukungan Perlindungan Perkebunan 153,9
Area Penanganan Dampak Perubahan Area Penanganan Dampak 1245 1245 1245 1245 1245 84,7 15 Provinsi 01
Iklim dan Pencegahan Kebakaran Perubahan Iklim dan Pencegahan
Lahan dan Kebun Kebakaran Lahan dan Kebun
Desa Pertanian Organik Berbasis Desa Pertanian Organik Berbasis 69 69 69 69 69 63,0 15 Provinsi 01
Komoditas Perkebunan Komoditas Perkebunan
Penanganan Gangguan dan Konflik Penanganan Gangguan dan Konflik 15 15 15 15 15 6,2 13 Provinsi Pembangunan Energi 01
Usaha Perkebunan Usaha Perkebunan Terbarukan Green
Fuel Berbasis Kelapa
Sawit
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Kawasan Lada, Pala dan Cengkeh Kawasan Lada, Pala dan Cengkeh 32030 32030 32030 32030 32030 219,5 25 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kawasan Tanaman Substitusi Impor Kawasan Tanaman Substitusi Impor 11425 11425 11425 11425 11425 459,7 13 Provinsi Penguatan Jaminan 01
(Tebu) (Tebu) Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Sarana dan Prasarana Pengolahan Sarana dan Prasarana Pengolahan 251 251 251 251 251 440,8 28 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Hasil Perkebunan Hasil Perkebunan Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Akselerasi, Replanting dan Penerapan Pertumbuhan volume ekspor untuk 7400 7400 7400 7400 7400 40,8 14 Provinsi Pembangunan Energi 01
GAP Sawit Rakyat produk perkebunan Terbarukan Green
Fuel Berbasis Kelapa
Sawit
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pakan Olahan dan Bahan Pakan Produksi bahan pakan/pakan 8000 8500 9000 9500 10000 271,1 9 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Mutu dan Keamanan Pakan Pengawasan mutu dan keamanan 5000 6000 7000 8000 9000 65,9 24 Provinsi Penguatan Jaminan 01
bahan pakan/pakan Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Pencegahan dan Pengamanan Pencegahan dan Pengamanan PHMS 5167450 5167450 5167450 5167450 5167450 591,2 Pusat, 33 provinsi Penguatan Jaminan 01
Penyakit Hewan Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Obat Hewan dan Bahan Biologik Penyedian vaksin dan bahan biologik 6030325 5471100 5471100 5471100 5471100 125,8 Pusat, 1 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Surveilans Obat Hewan 1610 1610 1610 1610 1610 43,3 1 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Hewan Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kelembagaan Veteriner Penguatan Kelembagaan Veteriner 10 10 10 10 10 209,3 Pusat, 9 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Benih Ternak Unggul Penyediaan Semen Beku dan Embrio 5450945 5450945 5450945 5450945 5450945 242,0 2 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Ternak Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Bibit Ternak Unggul Jumlah produksi bibit ternak unggul 956054 956054 956054 956054 956054 359,0 Pusat, 8 Provinsi Penguatan Jaminan 01
(Sapi Potong, Sapi Perah, Kambing, Usaha Serta 350
Kerbau, Babi, Ayam dan Itik) Korporasi Petani dan
Nelayan
Pengembangan ternak ruminansia Pengembangan ternak ruminansia 16500 5000 5000 5000 5000 873,8 Pusat, 8 Provinsi Penguatan Jaminan 01
potong potong (Sapi Potong, Kerbau, Usaha Serta 350
Kambing/Domba) Korporasi Petani dan
Nelayan
Pengembangan ternak ruminansia Pengembangan ternak ruminansia 400 500 500 700 700 44,8 Pusat, 13 Provinsi Penguatan Jaminan 01
perah perah (Sapi Perah, Kerbau Perah dan Usaha Serta 350
Kambing Perah) Korporasi Petani dan
Nelayan
Pengembangan unggas dan aneka Pengembangan unggas dan aneka 501000 501000 501000 501000 501000 303,9 Pusat, 1 Provinsi Penguatan Jaminan 01
ternak ternak Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Kelembagaan dan Usaha Peternakan Terlaksananya kelembagaan dan 112 115 117 120 120 87,3 34 Provinsi Penguatan Jaminan 01
usaha peternakan Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Pengelolaan Informasi Pemasaran Terlaksananya Pengelolaan Informasi 35 35 35 35 35 23,2 Pusat, 34 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Pemasaran Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
018.B.10
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan Pengolahan Pangan Terlaksananya Sarana Pengolahan 17 20 20 20 20 26,7 13 Provinsi Penguatan Jaminan 01
dan Non Pangan Pangan dan Non Pangan Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Irigasi Perpompaan Jumlah pengembangan sumber air 1000 1100 1100 1100 1100 716,4 32 provinsi Penguatan Jaminan 01
untuk penambahan areal tanam Usaha Serta 350
tanaman pangan, perkebunan, Korporasi Petani dan
hortikultura dan peternakan Nelayan
Embung Pertanian Jumlah unit embung pertanian 400 400 400 400 400 254,8 31 Provinsi 01
untuk penambahan areal pertanian
Bangunan Konservasi Air dan Jumlah unit bangunan konservasi 200 200 200 200 200 134,2 Pusat dan 22 provinsi 01
Antisipasi Anomali Iklim air dan lingkungan hidup untuk
penambahan areal pertanian
Irigasi Perpipaan Jumlah unit irigasi perpipaan 138 138 138 138 138 84,3 21 provinsi 01
mendukung tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan
peternakan
Survei Investigasi dan Desain Irigasi Jumlah dokumen Survei Investigasi 10 10 10 10 10 31,9 10 provinsi 01
Pertanian dan Desain irigasi pertanian yang
tersedia
Perluasan dan Perlindungan Lahan
Pertanian 3.950,1
Cetak Sawah Jumlah perluasan areal pertanian 10000 10000 10000 10000 10000 1.021,7 21 provinsi 01
018.B.11
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Optimasi Lahan Jumlah lahan pertanian yang 100000 100000 100000 100000 100000 2.309,2 15 provinsi Penguatan Jaminan 01
dioptimasi Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Survei Investigasi dan Desain Cetak Jumlah dokumen Survei Investigasi 10 10 10 10 10 95,2 10 Provinsi 01
Sawah dan Desain cetak sawah yang
tersedia
Lahan Konservasi dan Rehabilitasi Terlaksananya konservasi dan 20000 20000 20000 20000 20000 265,5 Pusat 01
rehabilitasi lahan pertanian
Data Lahan Pertanian Jumlah peta geospasial lahan cetak 7 7 7 7 7 114,6 Pusat dan 7 provinsi 01
sawah yang tersedia
Rekomendasi Perlindungan dan Jumlah rekomendasi perlindungan 17 17 17 17 17 143,9 Pusat dan 25 provinsi 01
antisipasi alih fungsi lahan Pertanian dan pengendalian alih fungsi lahan
pertanian
Pengelolaan Sistem Penyediaan dan
Pengawasan Alat Mesin Pertanian 5.037,8
Alat dan Mesin Pertanian Pra Panen Jumlah alat dan mesin pertanian 23440 25800 27000 28500 29500 4.969,3 Pusat dan 33 provinsi Penguatan Jaminan 01
pra panen yang tersedia Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Unit Pengolahan Pupuk Organik Jumlah unit pengolah pupuk 500 500 500 500 500 716,7 Pusat Penguatan Jaminan 01
(UPPO) organik yang tersedia Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Asuransi Pertanian Jumlah luas pertanaman pertanian 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 779,8 Pusat dan 24 provinsi Penguatan Jaminan 01
yang terlindungi asuransi Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Asuransi Usaha Ternak (AUT) Jumlah ternak yang terlindungi 120000 150000 175000 200000 225000 161,0 Pusat dan 20 provinsi Penguatan Jaminan 01
asuransi Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Model Pengembangan Kawasan Model Pengembangan Kawasan 8 8 8 8 8 296,7 15 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Pertanian Berbasis Inovasi sebagai Pertanian Berbasis Inovasi sebagai Usaha Serta 350
Simpul Hilirisasi dan Komersialisasi Simpul Hilirisasi dan Komersialisasi Korporasi Petani dan
Litbang Litbang Nelayan
Taman Teknologi Pertanian (TTP) Jumlah Taman Teknologi Pertanian 3 3 3 3 3 0,0 3 Provinsi 01
(TTP)
Benih Padi Benih Padi 700 700 700 700 700 49,6 32 Provinsi 01
Benih Jagung Benih Jagung 158 158 158 158 158 22,6 10 Provinsi 01
Benih Kedelai Benih Kedelai 656 656 656 656 656 84,9 13 Provinsi 01
Benih bawang dan cabai Jumlah Produksi Benih Bawang dan 39744 39744 39744 39744 39744 26,3 20 Provinsi 01
Cabai
Benih Tebu Jumlah benih tebu yang dihasilkan 540 540 540 540 540 1,8 4Provinsi 01
Benih Buah Tropika dan Sub Tropika Benih Buah Tropika dan Sub Tropika 19000 19000 19000 19000 19000 4,9 2 Provinsi 01
Benih Tanaman Palma Jumlah benih tanaman palma yang 196420 196420 196420 196420 196420 14,0 27 Provinsi 01
dihasilkan
Penelitian/Perekayasaan dan
Pengembangan Mekanisasi Pertanian 53,1
Teknologi Mekanisasi Pertanian Teknologi Mekanisasi Pertanian 8 8 8 8 8 36,0 1 Provinsi 01
018.B.14
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Benih bawang dan cabai Jumlah Benih Bawang Merah dan 34500 36000 37500 39000 40500 18,3 1 Provinsi 01
Cabai
Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Perkebunan 308,9
VUB Bibit Tebu (Budset) Jumlah VUB Bibit Tebu 3370000 3400000 3450000 3500000 4000000 5,5 2 Provinsi 01
Varietas Unggul Tanaman Perkebunan Varietas Unggul Tanaman 8 6 6 6 6 25,6 3 Provinsi 01
Perkebunan
Teknologi Tanaman Perkebunan Teknologi Tanaman Perkebunan 22 22 22 22 22 50,7 3 Provinsi 01
Model Pengembangan Kawasan Model Pengembangan Kawasan 3 3 3 3 3 93,4 2 Provinsi 01
Pertanian Berbasis Inovasi sebagi Pertanian Berbasis Inovasi sebagi
simpul Hilirisasi dan Komersialisasi simpul Hilirisasi dan Komersialisasi
Litbang Litbang
Benih Unggul Tebu Mendukung Jumlah Benih Unggul Tebu 0 0 0 0 0 0,0 2 Provinsi 01
Kemandirian Benih
018.B.15
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Teknologi peternakan dan veteriner Teknologi peternakan dan veteriner 31 31 31 31 31 57,4 3 Provinsi 01
Bibit sumber ternak Bibit Sumber Ternak 45250 45250 45250 45250 45250 55,6 3 Provinsi 01
Diseminasi teknologi Diseminasi dan penyiapan teknologi 5 5 5 5 5 38,5 3 Provinsi 01
peternakan dan veteriner untuk
dimanfaatkan pengguna
Bibit Sumber Ternak Unggulan (Non Bibit Sumber Ternak Unggulan (Non 82990 82990 82990 82990 82990 3,7 1 Provinsi 01
Strategis) Strategis)
Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan 144,1
Varietas Unggul Padi Varietas Unggul Padi 2 3 3 3 3 15,3 1 Provinsi 01
Varietas Unggul Jagung Varietas Unggul Jagung 2 2 2 2 2 16,5 1 Provinsi 01
Teknologi produksi padi Teknologi produksi padi 7 7 7 7 7 22,0 2 Provinsi 01
Teknologi Budidaya Jagung Teknologi Budidaya Jagung 3 2 2 2 2 9,8 1 Provinsi 01
Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan 1 1 1 1 1 18,3 1 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Biofortifikasi Pangan Biofortifikasi Pangan Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penumbuhan dan penguatan P4S Terfasilitasinya Sarana dan 240 240 240 240 240 29,9 Pusat, 7 Provinsi 01
Prasarana Pembelajaran P4S dalam
penumbuhan pengusaha pertanian
milenial
Tenaga Kediklatan Pertanian yang Jumlah Tenaga Kediklatan yang 196 196 196 196 196 22,6 Pusat, 7 Provinsi 01
Meningkat Kompetensinya Meningkat Kompetensinya
Pemberdayaan masyarakat melalui Pemberdayaan masyarakat melalui 2394 2394 2394 2394 2394 122,1 Pusat 01
Program READSI untuk Peningkatan Program READSI untuk Peningkatan
Kapasitas Petani Kapasitas Petani dan penumbuhan
pengusaha pertanian milenial
Pelatihan Vokasi Bidang Pertanian dan Pelatihan Vokasi Bidang Pertanian 35322 35322 35322 35322 35322 575,7 Pusat, 7 Provinsi 01
Pelatihan Mendukung Program dan Pelatihan Mendukung Program
Prioritas Pembangunan Pertanian KOSTRATANI
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Kinerja Penyuluh yang ditingkatkan Kinerja Penyuluh di KOSTRATANI 43150 43150 43150 43150 43150 2.512,2 34 Provinsi 01
yang ditingkatkan
Kelembagaan penyuluhan pertanian Balai Penyuluhan Pertanian yang 3054 5646 5646 5646 5646 69,6 34 Provinsi 01
yang melaksanakan peningkatan melaksanakan KOSTRATANI
kapasitas kelembagaan petani
Kelembagaan Petani yang Tumbuh dan Berkembangnya 100 100 100 100 100 61,1 34 Provinsi 01
Dikembangkan Pengusaha pertanian milenial
melalui Korporasi Petani
Adaptasi teknologi spesifik lokalita di Penguatan Adaptasi teknologi 68 102 102 102 102 28,6 34 Provinsi 01
Balai Penyuluhan Pertanian spesifik lokalita di Balai Penyuluhan
Pertanian mendukung KOSTRATANI
SL Petani Mendukung Program Utama SL Petani Mendukung Program 23250 45000 45000 75000 75000 332,1 34 Provinsi 01
Pembangunan Pertanian KOSTRATANI
Program Peningkatan Diversifikasi dan
Ketahanan Pangan Masyarakat 3.327,4
Pengembangan Sistem Distribusi dan
Stabilitas Harga Pangan 713,7
Lumbung Pangan Masyarakat Lumbung Pangan Masyarakat 300 220 220 220 225 109,9 28 provinsi 01
Lembaga Distribusi Pangan Terbinanya lembaga Distribusi 962 1000 1000 1000 1000 603,8 22 provinsi 01
Pangan
Pengembangan Ketersediaan dan
Penanganan Rawan Pangan 1.286,9
Pengembangan Korporasi UsahaTani Terbentuknya korporasi usahatani 13 0 0 0 0 4,9 12 Provinsi 01
Pengembangan Pertanian Terbentuknya pertanian 727 646 565 485 404 992,3 17 provinsi 01
Keluarga/Family Farming keluarga/family farming
Pertanian Masuk Sekolah Terbentuknya pertanian masuk 340 340 340 340 340 129,4 34 provinsi 01
sekolah
Peta Ketahanan dan Kerentanan Tersedianya Peta Ketahanan dan 389 135 135 135 135 160,2 Pusat, 34 provinsi 01
Pangan (FSVA) Kerentanan Pangan
Pengembangan Penganekaragaman
Konsumsi dan Keamanan Pangan 1.326,8
Pengembangan industri pangan lokal Teroptimalkanya pangan lokal 34 34 34 34 34 122,1 34 Provinsi 01
berbasis UMKM
Pekarangan Pangan Lestari Terbinanya kelompok pemanfaatan 2231 2000 2000 2500 2500 667,6 34 provinsi 01
pekarangan
018.B.18
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pekarangan Pangan Lestari Stunting Terlaksananya intervensi stunting 1369 1000 1000 500 500 396,7 260 Kab/Kota 01
Penguatan Keamanan dan Mutu Terjaminnya keamanan dan mutu 35 35 35 35 35 140,4 Pusat, 34 provinsi 01
Pangan Segar pangan segar
Program Peningkatan Kualitas
Pengkarantinaan Pertanian dan
Pengawasan Keamanan Hayati 1.081,8
Peningkatan Kepatuhan, Kerja Sama dan
Pengembangan Sistem Informasi
Perkarantinaan 56,8
Kebijakan Pengawasan dan Kebijakan Teknis Pengawasan dan 4 4 4 4 4 24,4 Pusat 01
Penindakan Perkarantinaan Penindakan Kerjasama dan
Informasi Perkarantinaan
Kebijakan Sistem Informasi Kebijakan Sistem Informasi 4 4 4 4 4 13,4 Pusat 01
Perkarantinaan Perkarantinaan
Kebijakan Kerjasama Kebijakan Kerjasama 4 4 4 4 4 18,9 Pusat 01
nasional/Internasional nasional/Internasional
Peningkatan Sistem Karantina Hewan
dan Keamanan Hayati Hewani 56,8
Kebijakan Teknis Karantina Hewan Kebijakan Teknis Karantina Hewan 41 41 41 41 41 56,8 Pusat 01
dan Keamanan Hayati Hewani dan Keamanan Hayati Hewani
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Metode Uji Laboratorium Karantina Metode Uji Laboratorium Karantina 8 8 8 8 8 32,4 1 Provinsi 01
Pertanian dan Pengawasan Keamanan Pertanian dan Pengawasan
Hayati Keamanan Hayati
Desiminasi Karantina Pertanian dan Desiminasi Karantina Pertanian dan 10 10 10 10 10 70,8 1 Provinsi 01
Keamanan Hayati Keamanan Hayati
Peningkatan Kualitas Pelayanan
Karantina Pertanian dan Pengawasan
Keamanan Hayati 788,8
Sertifikasi Karantina Pertanian dan Sertifikasi Karantina Pertanian dan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 589,1 34 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Pengawasan Keamanan Hayati Pengawasan Keamanan Hayati Usaha Serta 350
Korporasi Petani dan
Nelayan
Sarana PLBN Sarana PLBN 100 100 100 100 100 34,2 4 Provinsi 01
Prasarana infrastruktur PLBN Prasarana infrastruktur PLBN 400 400 400 400 400 58,0 3 Provinsi 01
Program Pendidikan Pertanian 2.293,0
Pendidikan Pertanian 2.293,0
Fasilitasi Pendidikan Formal S2 dan Jumlah Dosen, Guru dan Aparatur 300 300 300 300 300 127,0 Pusat 01
S3 melalui Tugas Belajar Pertanian yang Mengikuti
Pendidikan Formal S2 dan S3
Pendampingan Kebijakan Strategis Terjalinnya Kemitraan dengan 1215 1300 1400 1500 1600 354,4 Pusat, 8 Provinsi 01
Pembangunan Pertanian di Kawasan Mahasiswa/Alumni dari Perguruan
Pertanian dan Kawasan Perbatasan Tinggi dalam Kegiatan Peningkatan
Produksi Komoditas Strategis
Pertanian dan KOSTRATANI
Penumbuhan Wirausahawan Muda Jumlah Wirausahawan Muda 2090 2100 2110 2120 2130 423,6 Pusat, 11 Provinsi Penguatan Jaminan 01
Pertanian Pertanian yang ditumbuhkan Usaha Serta 350
sebagai pengusaha pertanian Korporasi Petani dan
milenial Nelayan
018.B.20
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Jumlah Siswa yang Mengikuti 22427 22427 22427 22427 22427 190,5 Pusat, 5 Provinsi 01
pada SMK-PP Pendidikan Menengah Pertanian di
SMK-PP
Sarana dan Prasarana Pendidikan Terpenuhinya Sarana Prasarana 12 12 12 12 12 1.097,1 Pusat, 11 Provinsi 01
Pertanian (Teaching Factory, dll) Pendidikan Vokasi yang Berkualitas
Lulusan Politeknik Pembangunan Lulusan Politeknik Pembangunan 250 300 350 400 450 37,3 Pusat 01
Pertanian yang mengikuti Pertanian yang mengikuti
Permagangan (Retooling) Permagangan (Retooling) mendukung
pengusaha pertanian milenial
Tenaga Pendidik, dan Tenaga Jumlah Tenaga Pendidik dan 315 350 400 450 500 63,1 Pusat, 11 Provinsi 01
kependidikan vokasi Pertanian yang Kependidikan Vokasi yang
ditingkatkan kompetensinya Ditingkatkan Kualitasnya
JUMLAH 74.792,1
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
019.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
JUMLAH 12.569,6
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
019.B.1
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Data dan Informasi Industri 4.0 Tersedianya data dan informasi 1 1 1 1 1 25,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
sesuai dengan kebutuhan pengambil Sektor Prioritas :
keputusan Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pilot Project Industri daur ulang Rasio impor bahan baku sektor 1 2,06 2,04 2,02 1,99 36,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
sampah plastik Industri Kimia Hilir dan Farmasi Sektor Prioritas :
terhadap PDB sektor industri non Makanan dan
migas Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Pilot Project Produk Karet dalam Jumlah Perusahaan Pilot Project 0 2 2 2 2 19,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
rangka peningkatan utilisasi Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Pilot Project Industri 4.0 di sektor Perusahaan yang melakukan 0 2 2 2 2 27,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
industri kimia hilir dan farmasi transformasi IR 4.0 sektor Industri Sektor Prioritas :
Kimia Hilir dan Farmasi Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Fasilitasi Investor Dalam Rangka Jumlah Industri yang Terbangun 2 2 2 2 2 29,7 Pusat - Papua Barat 9 Kawasan industri di 01
Pengembangan Industri Petrokimia di luar Jawa dan 31
Teluk Bintuni smelter
Penyusunan dan Evaluasi Program
Penumbuhan dan Pengembangan
Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil 17,8
019.B.4
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pemanfaatan Limbah Sebagai Bahan Persentase Pemanfaatan Limbah 20 22,5 25 27,5 30 17,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Baku Industri Sektor Industri Kimia, sebagai Bahan Baku Industri Barang Sektor Prioritas :
Farmasi, dan Tekstil Galian Non Logam Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Transofrmasi 4.0 pada Sektor Industri Jumlah Perusahaan yang 0 3 3 3 3 36,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Barang Galian Non-Logam Menerapkan Transformasi 4.0 Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penyusunan Dokumen Business Plan Tersusunnya dokumen business 1 1,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Green Gasoline Stand Alone Berbahan plan Sektor Prioritas :
Baku Minyak Kelapa Sawit Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Penyusunan Studi Kelayakan industri Tersusunnya dokumen business 1 1,3 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
IVO/ILO plan Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Penyusunan Detail Engineering Design Tersusunnya dokumen business 1 1,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
(DED) industri IVO/ILO plan Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Fasilitasi Peningkatan Ekspor Produk Rekomendasi dokumen dalam 3 3 3 3 3 18,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Industri Berbasis Agro Melalui Temu perundingan kerjasama Sektor Prioritas :
Bisnis dan Promosi Pada Pameran internasional Makanan dan
Berskala Internasional Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penyusunan Rekomendasi Kebijakan Jumlah rekomendasi yang ditindak 7 7 7 7 7 24,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Dalam Rangka Mendorong Iklim lanjuti Sektor Prioritas :
Investasi Industri Minuman Hasil Makanan dan
Tembakau dan Bahan Penyegar Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Kenitraan Industri Pengolahan Susu Terjalinnya kemitraan antara 3 3,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
dengan Peternak dalam rangka industri pengolahan susu dengan Sektor Prioritas :
Peningkatan Mutu Bahan Baku peternak Makanan dan
Industri Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Pengoptimalan supply chain melalui Jumlah perusahaan yang 3 3 3 3 7,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
transformasi industri 4.0 di Industri teroptimalisasi supply chain di Sektor Prioritas :
Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Industri minuman, hasil tembakau Makanan dan
Penyegar dan bahan penyegar Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Pengembangan Industri Antara sektor Jumlah industri antara sektro 1 1 1 1 7,9 Pusat 9 Kawasan Industri di 01
Industri Minuman, Hasil Tembakau minuman, hasil tembakau dan Luar Jawa dan 31
dan Bahan Penyegar bahany penyegar yang berkembang Smelter
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penyusunan Profil Investasi Industri Tersusunnya dokumen profil 3 3 3 3 3 14,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Prioritas Makanan, Hasil Laut dan investasi industri Sektor Prioritas :
Perikanan Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Pengembangan Industri Antara Berkembangnya industri antara 1 1 1 1 1 22,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Berbahan Baku Hasil Samping baha baku hasil samping perikanan Sektor Prioritas :
Perikanan Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Pelatihan Ekspor bagi Dunia Usaha Jumlah SDM industri agri yang 180 185 190 190 190 50,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Sektor Industri Agro dilatih Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Implementasi Rencana Aksi Dalam Industri Maritim, Alat Transportasi 6 7 8 9 10 11,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Rangka Penerapan Industri 4.0 Sektor dan Alat Pertahanan dengan Nilai Sektor Prioritas :
Otomotif Melalui Pilot Project INDI 3 (Kumulatif) Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Peningkatan kemampuan industri Jumlah industri yang mendapatkan 20 20 20 20 20 27,7 Pusat 9 Kawasan Industri di 01
kedirgantaraan (komponen pesawat bimbingan teknis sertifikasi Luar Jawa dan 31
terbang) melalui Bimbingan Teknis Smelter
sertifikasi
Implementasi Rencana Aksi Tersedianya Rencana Aksi 1 2 2 2 2 3,0 Pusat 9 Kawasan Industri di 01
Pengembangan Kemampuan Industri Pengembangan Kemampuan Industri Luar Jawa dan 31
Perkapalan Perkapalan Smelter
Penyusunan Profil Investasi Sektor Tersedianya Profil Investasi 3 12,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Industri Maritim, Alat Transportasi Sektor Prioritas :
dan Alat Pertahanan Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
019.B.9
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Implementasi Pilot Project Jumlah pilot project yang 1 6,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Pengembangan AMMDES dikembangkan Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Peningkatan Akses Pasar dan Industri Yang Mendapatkan 10 10 13 15 15 12,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Pendampingan Industri Pendampingan Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Perluasan Akses Technopark ke Jumlah tenant yang terfasilitasi 3 2,4 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Industri Elektronika Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
019.B.10
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Implementasi Rencana Aksi Dalam Industri Elektronika dan Telematika 5 8 9 9 10 26,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Rangka Penerapan Industri 4.0 Sektor yang melakukan transformasi IR 4.0 Sektor Prioritas :
Elektronika (pilot project dan pendampingan Makanan dan
terhadap perusahaan) Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Fasilitasi industri komponen Jumlah industri komponen yang 1 2 2 2 2 15,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
difasilitasi Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Peningkatan Kapasitas Produksi 17 Tingkat utilisasi kapasitas produksi 75 80 85 90 95 25,3 Pusat 9 Kawasan industri di 01
Juta Ton Baja Nasional (2020 - 2024) luar Jawa dan 31
smelter
Pengembangan Industri dalam rangka Jumlah industri yang mendapatkan 3 10 10 10 10 3,9 Pusat 9 Kawasan industri di 01
Peningkatan Daya Saing dan pendampingan luar Jawa dan 31
Produktivitas Industri Logam smelter
Fasilitasi Inovasi Produk Tanah Jarang Produk inovasi 1 1 1 1 1 15,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan Produk Pangan, Tingkat Komponen Dalam Negeri 37,704096 38,4581779 39,2273415 40,0118883 40,8121261 15,1 Pusat 01
Barang Dari Kayu dan Furnitur Dalam (TKDN) (Rerata Tertimbang)
Negeri
Pengembangan Produk Pangan, Jumlah IKM yang menjadi pemasok 15 15 15 15 15 24,8 Kabupaten/kota di 34 9 Kawasan industri di 01
Barang Dari Kayu dan Furnitur Untuk Industri Besar dan Sedang provinsi luar Jawa dan 31
Industri Besar dan Sedang smelter
Penumbuhan dan Pengembangan Wirausaha baru industri kecil yang 810 2800 4200 5600 7000 79,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Wirausaha Industri Kecil dan tumbuh Sektor Prioritas :
Menengah Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Pelatihan dan pendampingan ekspor Jumlah IKM yang mendapatkan 20 30 30 30 30 24,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
IKM Pangan, Barang Dari Kayu dan pelatihan Sektor Prioritas :
Furnitur Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan IKM Kimia, Sandang, Jumlah IKM Startup Berbasis 8 20 40 60 100 33,5 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Kerajinan, dan Industri Aneka Teknologi Sektor Prioritas :
Berbasis Teknologi Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Pengembangan Produk Kimia, Tingkat Komponen Dalam Negeri 37,704096 38,4581779 39,2273415 40,0118883 40,8121261 15,1 Pusat 01
Sandang, Kerajinan, dan Industri (TKDN) (Rerata Tertimbang)
Aneka Dalam Negeri
Pengembangan Produk Kimia, Jumlah IKM yang menjadi pemasok 20 60 90 125 165 24,8 Kabupaten/kota di 34 9 Kawasan industri di 01
Sandang, Kerajinan, dan Industri Industri Besar dan Sedang provinsi luar Jawa dan 31
Aneka Untuk Industri Besar dan smelter
Sedang
Penumbuhan dan Pengembangan Wirausaha baru industri kecil yang 1400 2800 4200 5600 7000 79,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Wirausaha Industri Kecil dan tumbuh Sektor Prioritas :
Menengah Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Pelatihan dan pendampingan ekspor Jumlah IKM yang mendapatkan 20 30 40 40 40 24,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
IKMKimia, Sandang, Kerajinan, dan pelatihan Sektor Prioritas :
Industri Aneka Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan IKM Logam, Mesin, Jumlah IKM Startup Berbasis 6 20 30 50 80 28,4 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Elektronika, dan Alat Angkut Berbasis Teknologi Sektor Prioritas :
Teknologi Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Pengembangan Produk Logam, Mesin, Tingkat Komponen Dalam Negeri 37,704096 38,4581779 39,2273415 40,0118883 40,8121261 15,1 Pusat 01
Elektronika, dan Alat Angkut Dalam (TKDN) (Rerata Tertimbang)
Negeri
Pengembangan Produk Logam, Mesin, Jumlah IKM yang menjadi pemasok 20 40 60 80 100 24,8 Kabupaten/kota di 34 9 Kawasan industri di 01
Elektronika, dan Alat Angkut Untuk Industri Besar dan Sedang provinsi luar Jawa dan 31
Industri Besar dan Sedang smelter
Penumbuhan dan Pengembangan Wirausaha baru industri kecil yang 1200 2400 3600 4800 6000 79,6 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Wirausaha Industri Kecil dan tumbuh Sektor Prioritas :
Menengah Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Pelatihan dan pendampingan ekspor Jumlah IKM yang mendapatkan 20 20 20 20 20 24,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
IKM Logam, Mesin, Elektronika, dan pelatihan Sektor Prioritas :
Alat Angkut Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penyusunan Rekomendasi Kebijakan Rekomendasi Kebijakan 1 1 1 1 1 7,4 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
mendukung Pengembangan IKM Sektor Prioritas :
Ekspor, Kemitraan Usaha, dan Makanan dan
Penerapan Making Indonesia 4.0 Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Pendampingan investasi perusahaan Jumlah perusahaan multinasional 2 3 3 4 5 12,9 Pusat 9 Kawasan Industri di 01
Multinasional Luar Jawa dan 31
Smelter
019.B.16
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Peningkatan kemitraan dalam Global Jumlah Industri yang difasilitasi 0 10 10 10 10 11,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Value Chain Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penguatan Kemampuan Lembaga Peningkatan Kapasitas Lab Uji 13 205 128 104 148 181,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Penilaian Kesesuaian Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Penyusunan Regulasi Teknis Rancangan Regulasi Teknis 21 23 23 23 23 19,3 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Standardisasi Industri Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Penyusunan dan Penerapan Standar Perusahaan industri menengah 9 9 9 10 10 24,2 Pusat 9 Kawasan Industri di 06
Industri Hijau (SIH) besar yang tersertifikasi Standar Luar Jawa dan 31
Industri Hijau (SIH) Smelter
Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Pulp dan Kertas 120,0
019.B.18
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengadaan lahan BBPK Pengadaan lahan 0 0 0 10000 10000 85,0 Bandung, Jawa Barat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Pembangunan gedung BBPK Pengadaan gedung 0 300 4471 3500 300 35,0 Bandung, Jawa Barat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengadaan lahan BBTPPI Pengadaan lahan 0 0 0 1568 1568 35,0 Semarang, Jawa Tengah Industri 4.0 di 5 Sub 01
Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Konsultasi dan Jasa Pemanfaatan Litbang dan Rekayasa Industri yang 6 15 16 19 20 30,7 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Teknologi Tepat Guna pada Industri Dimanfaatkan Industri Sektor Prioritas :
Agro Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
019.B.20
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Penelitian, Pengembangan, Litbang dan Rekayasa Industri yang 10 10 10 10 9 67,9 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Perekayasaan Teknologi Industri Agro Dimanfaatkan Industri Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Pengadaan alat riset untuk Pengadaan alat litbang 0 25 25 24 22 40,0 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
mendukung PRN dan mendukung Sektor Prioritas :
transformasi industri agro 4.0 Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Litbang PRN: Antioksidan, anti-aging Litbang PRN 1 1 1 1 49,4 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
dan fragrance untuk industri kosmetik Sektor Prioritas :
berbasis minyak atsiri Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
019.B.21
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Litbang PRN: Pengembangan Litbang PRN 1 1 1 1 49,4 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Collaborative Robot Machine pada Sektor Prioritas :
industri makanan/minuman dan Makanan dan
farmasi/kesehatan Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Litbang PRN: Material Serat, Tekstil Litbang PRN 1 1 1 1 49,4 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
dengan Fungsi Khusus dan Tekstil Sektor Prioritas :
Hijau Berbahan Baku Ramie yang Makanan dan
ramah Lingkungan (RM-SDA) Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
Penelitian, Pengembangan, Litbang dan Rekayasa Industri yang 11 13 15 16 20 88,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
Perekayasaan Teknologi Industri Dimanfaatkan Industri Sektor Prioritas :
Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
019.B.22
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengadaan alat riset untuk Pengadaan alat litbang 0 35 25 24 23 58,8 Pusat Industri 4.0 di 5 Sub 01
mendukung PRN dan mendukung Sektor Prioritas :
transformasi industri KFTLMATE 4.0 Makanan dan
Minuman, Tekstil dan
Pakaian Jadi,
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
SKKNI dan KKNI berbasis okupasi dan Standar Kompetensi Kerja Nasional 20 20 20 20 20 31,7 Pusat 03
KKNI yang disusun Indonesia (SKKNI) bidang industri
LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) dan Fasilitasi Lembaga Sertifikasi Profesi 20 20 20 20 20 9,9 Pusat 03
TUK (Tempat Uji Kompetensi) Unit (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi
Diklat (TUP) bidang industri
Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi
Vokasi Industri Berbasis Kompetensi
Menuju Dual Sistem 1.673,5
Mahasiswa dan Lulusan Program DIII Tenaga kerja industri tingkat ahli 13000 2600 2800 2900 3000 411,4 Pusat Pendidikan dan 03
dan DIV Berbasis Kompetensi yang kompeten Pelatihan Vokasi
untuk Industri 4.0
Bangunan/Gedung Pendidikan Tinggi Renovasi Gedung Pendidikan Tinggi 0 3 3 3 3 177,8 Pusat 03
Industri melalui Renovasi gedung Industri
pendidikan satuan kerja
019.B.23
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Implementasi Iindustri 4.0 pada Pilot Project Learning Factory 4.0 9 12 17 22 27 76,9 Pusat Pendidikan dan 03
pendidikan vokasi Pelatihan Vokasi
untuk Industri 4.0
Pembangunan Pusat Inovasi dan Pilot Project Learning Factory 4.0 0,3 0,5 0,7 0,9 0,95 313,5 Pusat Pendidikan dan 03
Pengembangan Industri 4.0 Pelatihan Vokasi
untuk Industri 4.0
Pembangunan sarana dan prasarana Lembaga Pendidikan Baru Yang 1 4 7 10 13 460,0 Pusat 9 Kawasan Industri di 03
pendidikan Akademi Komunitas / Didirikan di Dalam WPPI dan KI Luar Jawa dan 31
Politeknik Industri berbasis Smelter
kompetensi di WPPI / KI
JUMLAH 7.581,7
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
020.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian ESDM 1.404,4
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian ESDM 895,6
Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM 2.562,3
Program Pengembangan Sumber Daya Manusia ESDM 3.897,7
Program Pengelolaan dan Penyediaan Minyak dan Gas Bumi 17.099,9
Program Pengelolaan Ketenagalistrikan 377,9
Program Pembinaan dan Pengusahaan Mineral dan Batubara 2.733,6
Program Penelitian, Mitigasi dan Pelayanan Geologi 4.889,1
Program Pengaturan dan Pengawasan Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Pengangkutan Gas Bumi
Melalui Pipa 1.053,8
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Dewan Energi Nasional 146,4
Program Pengelolaan Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi 8.049,0
020.A.2
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Pengelolaan MIGAS Aceh 114,2
JUMLAH 43.223,9
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
020.B.1
FS Commercial Plant Pembangkit Jumlah FS untuk ditawarkan kepada 0 Studi site Studi site Pra FS di Selat FS di Selat 7,0 NTB, NTT 05
Listrik Tenaga Arus Laut Technology provider selection dan selection dan Alas/Selat Alas/Selat
akuisisi data akuisisi data Sape/Selat Pantar Sape/Selat
di perairan di perairan Pantar
Selat Alas Selat Sape
Teknologi pirolisis batubara untuk Pembangunan dan pengembangan - Pengadaan, ujicoba ujicoba syncrude desain scale 9,8 Pusat 01
produksi syncrude oil ,COG dan pilot plant teknologi pirolisis perakitan, formula skala lab di up pirolisis
batubara kualitas tinggi batubara hingga desain skala dan produksi Pertamina sebagai batubara
komersial commisioning syncrude oil umpan kilang skala
pilot plant mini komersial
pirolisis dan
batubara di pemanfaatan
palimanan syncrude
dengan pada kilang
kapasitas pertamina
25kg/jam (satu rancang
bangun, 2
usulan
paten)
Pengembangan katalis sintetik untuk Pembuatan dan pengembangan - Pembuatan Optimalisasi scale up - 8,5 Pusat 01
proses konversi syngas batubara katalis sintetik dan uji Pembuatan pemanfaatan
menjadi DME aktifitas dan uji katalis
Katalis aktifitas
Katalis
terpilih
Sertifikasi dan/atau Peningkatan Jumlah peserta pelatihan Sektor 1722 2066 2479 2975 357 26,1 Pusat 03
Kompetensi Peserta Sektor Industri Industri KEBTKE
pada sub sektor KEBTKE
Peningkatan Sertifikasi dan/atau Jumlah peserta pelatihan Vokasi 160 192 230 276 332 9,9 Pusat 03
Kompetensi Masyarakat pada sub bagi Masyarakat sub sektor KEBTKE
sektor KEBTKE
Sertifikasi dan/atau Peningkatan Jumlah peserta pelatihan Sektor 5245 6294 7552 9063 10876 134,5 Pusat 03
Kompetensi Peserta Sektor Industri Industri Migas
pada sub sektor Migas
Peningkatan Sertifikasi dan/atau Jumlah peserta pelatihan Vokasi 300 360 432 518 622 22,6 Pusat 03
Kompetensi Masyarakat pada sub bagi Masyarakat sub sektor Migas
sektor Migas
Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik Jumlah Sertifikasi Kompetensi 2888 3466 4159 4991 5989 33,6 Pusat 03
Sektor Geominerba Tenaga Teknik Sektor Geominerba
Sertifikasi dan/atau Peningkatan Jumlah peserta pelatihan Sektor 5103 6123 7348 8817 10581 107,1 Pusat 03
Kompetensi Peserta Sektor Industri Industri Gominerba
pada sub sektor Geominerba
Peningkatan Sertifikasi dan/atau Jumlah peserta pelatihan Vokasi 120 144 173 207 249 15,4 Pusat 03
Kompetensi Masyarakat pada sub bagi Masyarakat sub sektor
sektor Geominerba Geominerba
Produksi Gas Bumi Produksi Gas Bumi 1191 1234 1241 1199 1163 16,8 Pusat 01
020.B.7
Infrastruktur Jaringan Gas Bumi Jumlah Sambungan Rumah 0 50000 839555 800000 800000 3.938,5 Provinsi: Aceh, Banten, Infrastruktur Jaringan 05
untuk Rumah Tangga melalui KPBU Jaringan Gas Kota (APBN) - AP DKI Jakarta, Jambi, Gas Kota untuk 4 Juta
Jawa Brat, Jawa Tengah, Sambungan Rumah
Jawa Timur, Kalimantan
Timur, Kalimantan
Utara, Kepulauan Riau,
Lampung, Riau, Sulawesi
Selatan, Sulawesi
Tengah, Sumatera
Selatan, Sumatera Utara
Fasilitasi peningkatan infrastruktur Progres Pembangunan RDMP on going on going 1 1 on going 15,0 Balikpapan, Cilacap , 05
kilang minyak bumi (unit) (Stage-I (Stage-II Balongan, Dumai
Balongan 25 Balikpapan 100
Ribu BCPD) Ribu BCPD)
Progres Pembangunan Kilang Minyak Penyediaan Financing Financing EPC (Engineering, EPC 15,0 Tuban 05
Baru (Grass Root Refinery/ GRR) Lahan BMN dan EPC dan EPC Procurement, and (Engineering,
KLHK, Lahan Construction) Procurement,
Masyarakat and
General Construction)
Engineering
Design, Site
Development
Progres Pembangunan Kilang Minyak Land AMDAL, BED- EPC EPC (Engineering, EPC 15,0 Bontang 05
Baru (Grass Root Refinery/ GRR) Acquisition, FEED (Engineering, Procurement, and (Engineering,
AMDAL, BED- Procurement, Construction) Procurement,
FEED, Site and and
Development Construction) Construction
Penyediaan Paket Konversi Minyak Jumlah paket konversi mitan ke LPG 522616 0 0 0 0 266,5 Tersebar 02, 05
Tanah ke LPG Tabung 3 Kg
Penyediaan Konverter Kit BBM ke Jumlah paket konverter kit 40000 40000 40000 40000 40000 2.136,8 Tersebar 02
Bahan Bakar Gas untuk Nelayan
Penyediaan Konverter Kit BBM ke Jumlah paket konverter kit 10000 10000 10000 10000 10000 492,7 Tersebar 02
Bahan Bakar Gas untuk Petani
Program Pengelolaan Ketenagalistrikan
160,4
Pembinaan, Pengaturan dan Pengawasan
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan
Pengembangan Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik
33,2
Peningkatan Kebijakan Mutu Jumlah rekomendasi peningkatan 4 4 4 4 4 9,8 Pusat Pembangkit Listrik 05
Pelayanan dan Efisiensi Usaha mutu pelayanan dan efisiensi usaha 27.000 MW, Transmisi
Penyediaan Tenaga Listrik penyediaan tenaga listrik 19.000 KMS dan
Gardu Induk 38.000
MVA
020.B.9
Rekomendasi penguatan pemenuhan Jumlah rekomendasi penguatan 1 1 1 1 1 29,8 Pusat Pembangkit Listrik 05
akses dan konsumsi listrik pada pemenuhan akses dan konsumsi 27.000 MW, Transmisi
masyarakat listrik pada masyarakat 19.000 KMS dan
Gardu Induk 38.000
MVA
Pengendalian Pembangunan Jaringan Jumlah rekomendasi pengendalian 1 1 1 1 1 10,9 Pusat Pembangkit Listrik 05
Distribusi dan Gardu Distribusi pembangunan jaringan distribusi 27.000 MW, Transmisi
dan gardu distribusi 19.000 KMS dan
Gardu Induk 38.000
MVA
Penyusunan Kebijakan harga jual Jumlah Kebijakan harga jual Tenaga 2 2 2 2 2 17,3 Pusat 05
Tenaga listrik dan tarif tenaga listrik listrik dan tarif tenaga listrik
Penertiban pemakaian listrik ilegal Jumlah penertiban pemakaian listrik 3 4 5 6 7 4,5 Pusat 05
ilegal
Program Pembinaan dan Pengusahaan
Mineral dan Batubara 198,0
Pembinaan Keteknikan Lindungan
Lingkungan dan Usaha Penunjang
Bidang Mineral dan Batubara 50,0
Lahan reklamasi pertambangan Luas lahan reklamasi pertambangan 7000 7025 7050 7075 7100 50,0 17 provinsi 06
Pembangunan sistem pengelolaan Jumlah Cekungan Air Tanah dengan 1 1 1 1 1 95,0 Pusat 05
hidrogeologi terpadu pengelolaan sistem hidrogeologi yang
terpadu (Cekungan)
Peta potensi likuifaksi kota-kota besar, Jumlah peta potensi likuifaksi kota- 2 2 2 2 2 2,1 Pusat 05
kawasan strategis nasional dan kota besar, kawasan strategis
kawasan industri nasional dan kawasan industri
Peta potensi land subsiden kota-kota Jumlah peta potensi land subsiden 2 2 2 2 2 2,1 Pusat 05
besar, kawasan strategis nasional dan kota-kota besar, kawasan strategis
kawasan industri nasional dan kawasan industri
Penegakkan rencana tata ruang yang Jumlah rekomendasi geologi terpadu 4 4 4 4 4 45,0 Pusat 06
berbasis mitigasi bencana melalui untuk daerah perkotaan
peningkatan efektifitas pengendalian
pemanfaatan ruang
Penguatan sistem mitigasi bencana Jumlah Lokasi sistem mitigasi 8 17 17 17 17 303,0 34 provinsi Penguatan sistem 06
geologi yang dikembangkan bencana geologi yang dikembangkan peringatan dini
bencana
Pemasangan alat pemantauan Jumlah kabupaten/kota dengan 16 19 19 19 19 312,0 Provinsi Banten, Provinsi Pengamanan Pesisir 5 05
penurunan tanah di Kawasan Pesisir pemasangan alat pemantauan DKI Jakarta, Provinsi Perkotaan Pantura
Utara Pulau Jawa penurunan tanah di Kawasan Pesisir Jawa Barat, Provinsi Jawa
Utara Pulau Jawa Jawa Tengah, Provinsi
Jawa Timur
Pemasangan sistem peringatan dini di Jumlah sistem peringatan dini 25 25 25 25 25 125,0 Tersebar Penguatan Sistem 05
kawasan rawan longsor bencana longsor yang dibangun Peringatan Dini
Bencana
Penyusunan peta risiko dan rencana Jumlah peta risiko penurunan tanah 2 2 2 2 2 2,1 Pusat 05
induk penurunan tanah di kawasan prioritas
020.B.13
Penegakan peraturan pengambilan air Jumlah kabupaten/kota yang 19 19 19 19 19 190,0 Provinsi Banten, Provinsi Pengamanan Pesisir 5 05
tanah memiliki pengendalian ekstraksi air DKI Jakarta, Provinsi Perkotaan Pantura
tanah di Kawasan Pesisir Utara Jawa Jawa Barat, Provinsi Jawa
dan Kawasan Prioritas Jawa Tengah, Provinsi
Jawa Timur
Wilayah Panas Bumi yang Ditetapkan Jumlah Wilayah Panas Bumi yang 2 2 2 2 2 2,6 Kab. Bangli, Kab. 05
Ditetapkan (wilayah) Maluku Tengah
Layanan Dukungan Pengembangan TKDN Pembangkit PLT Panas Bumi 30 30 33 33 35 6,5 Pusat 01
Industri EBT
020.B.15
JUMLAH 20.586,2
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
022.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perhubungan 2.836,0
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perhubungan 500,0
Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan 619,3
Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan 19.958,1
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Darat 30.705,7
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian 77.802,8
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut 47.472,9
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara 45.264,6
Program Pengelolaan Transportasi Jabodetabek 2.213,0
JUMLAH 227.372,4
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
022.B.1
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Diklat Teknis Pendidikan Jumlah Lulusan Diklat Teknis 168637 171523 173228 173570 179545 2.248,1 Aceh, Sumbar, DKI, 03
Perhubungan Laut Pendidikan Perhubungan Laut Banten, Jabar, Jateng,
(orang) Jatim, Sulsel, Sulut,
Papua Barat
Diklat Pemberdayaan Masyarakat Jumlah lulusan Diklat 82392 71573 73912 73572 73942 1.311,2 Aceh, Sumbar, DKI, 05
Keselamatan Safety and Security SDM Pemberdayaan Masyarakat Banten, Jabar, Jateng,
Transportasi Laut Keselamatan Safety and Security Jatim, Sulsel, Sulut,
SDM Transportasi Laut (orang) Papua Barat
022.B.2
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pemenuhan Kebutuhan Sarana dan Jumlah Sarana dan Prasarana - 12 12 12 12 431,0 Aceh, Sumbar, DKI, 03
Prasarana Penunjang Diklat Penunjang Diklat Transportasi Laut Banten, Jabar, Jateng,
Transportasi Laut (paket) Jatim, Sulsel, Sulut,
Papua Barat
Pemenuhan Kebutuhan Sarana dan Jumlah Sarana dan Prasarana 8 8 8 8 8 215,5 Sumut, Sumsel, Banten, 03
Prasarana Penunjang Diklat Penunjang Diklat Transportasi Udara Jatim, Sulsel, Papua
Transportasi Udara (paket)
Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transportasi Darat 19.098,2
Pembangunan dan Pengelolaan Lalu
Lintas Jalan 7.525,0
Penyediaan fasilitas keselamatan jalan Lokasi yang disediakan fasilitas 33 33 33 33 33 7.500,0 Pusat 05
(marka jalan, rambu jalan, pagar keselamatan jalan (provinsi)
pengaman, dan penerangan jalan
umum, ATCS)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan Angkutan Umum Terbangunnya sistem angkutan 1 1 1 1 1 350,0 DKI Jakarta Sistem Angkutan 05
Massal Perkotaaan Jakarta Berbasis umum massal Perkotaan berbasis Umum Massal
Jalan (Dukungan APBN) jalan (perkotaan) Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
Pengembangan Angkutan Umum Terbangunnya sistem angkutan 1 1 1 1 1 100,0 Jawa Timur Sistem Angkutan 05
Massal Perkotaaan Surabaya Berbasis umum massal Perkotaan berbasis Umum Massal
Jalan (Dukungan APBN) jalan (perkotaan) Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
Pengembangan Angkutan Umum Terbangunnya sistem angkutan 1 1 1 1 1 125,0 Sumatera Utara Sistem Angkutan 05
Massal Perkotaaan Medan Berbasis umum massal Perkotaan berbasis Umum Massal
Jalan (Dukungan APBN) jalan (perkotaan) Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
Pengembangan Angkutan Umum Terbangunnya sistem angkutan 1 1 1 1 1 60,0 Jawa Barat Sistem Angkutan 05
Massal Perkotaaan Bandung Berbasis umum massal Perkotaan berbasis Umum Massal
Jalan (Dukungan APBN) jalan (perkotaan) Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
022.B.4
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan Angkutan Umum Terbangunnya sistem angkutan 1 1 1 1 1 150,0 Jawa Tengah Sistem Angkutan 05
Massal Perkotaaan Semarang Berbasis umum massal Perkotaan berbasis Umum Massal
Jalan (Dukungan APBN) jalan (perkotaan) Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
Pengembangan Angkutan Umum Terbangunnya sistem angkutan 1 1 1 1 1 150,0 Sulawesi Selatan Sistem Angkutan 05
Massal Perkotaaan Makassar Berbasis umum massal Perkotaan berbasis Umum Massal
Jalan (Dukungan APBN) jalan (perkotaan) Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
Pembangunan Terminal Nanga Badau Jumlah terminal antarnegara yang 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 60,0 Kalimantan Barat 05
dibangun/ditingkatkan (lokasi)
Pembangunan Terminal Temajuk Jumlah terminal antarnegara yang - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 50,0 Kalimantan Barat 05
dibangun/ditingkatkan (lokasi)
022.B.5
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pembangunan Terminal Jagoibabang Jumlah terminal antarnegara yang - - 1(berlanjut) 1 (selesai) - 50,0 Kalimantan Barat 05
dibangun/ditingkatkan (lokasi)
Pembangunan Terminal Motaain Jumlah terminal antarnegara yang 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 17,0 Nusa Tenggara Timur 05
dibangun/ditingkatkan (lokasi)
Pembangunan Terminal Motamasin Jumlah terminal antarnegara yang 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 50,0 Nusa Tenggara Timur 05
dibangun/ditingkatkan (lokasi)
Pembangunan Terminal Wini Jumlah terminal antarnegara yang 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 25,2 Nusa Tenggara Timur 05
dibangun/ditingkatkan (lokasi)
Pembangunan Terminal Skouw Jumlah terminal antarnegara yang 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 23,8 Papua 05
dibangun/ditingkatkan (lokasi)
Pengembangan Sistem Angkutan Sistem angkutan massal perkotaan 5 5 5 5 6 500,0 Tersebar Sistem Angkutan 05
umum massal perkotaan berbasis berbasis jalan yang dikembangkan Umum Massal
jalan yang dikembangkan (BRT) (perkotaan) Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
Pengembangan Angkutan umum Sistem angkutan massal perkotaan - 1 - - - 50,0 Sumatera Selatan 05
massal perkotaan Palembang berbasis berbasis jalan yang dikembangkan
jalan (BRT) (perkotaan)
Pengembangan Angkutan umum Sistem angkutan massal perkotaan - 1 - - - 50,0 Bali 05
massal perkotaan Denpasar berbasis berbasis jalan yang dikembangkan
jalan (BRT) (perkotaan)
Pembangunan dan Pengelolaan
Transportasi Sungai, Danau, dan
Penyeberangan 6.926,3
Penyelenggaraan Keperintisan Jumlah trayek perintis angkutan 234 300 315 325 335 2.650,0 Tersebar 05
Angkutan Penyeberangan penyeberangan yang dilayani (lintas)
022.B.6
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 85,0 Sumatera Utara 05
Penyeberangan Pulau Telo yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 85,0 Bali 05
Penyeberangan Bias Munjul yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 85,0 Bali 05
Penyeberangan Sampelan yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 85,0 Sulawesi Utara 05
Penyeberangan Siompu yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 85,0 Sulawesi Utara 05
Penyeberangan Kadatua yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 85,0 Maluku 05
Penyeberangan Leti yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - 85,0 Papua Barat 05
Penyeberangan Kaimana yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - 85,0 Sumatera Barat 05
Penyeberangan Sikabaluan yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - 85,0 Sulawesi Tengah 05
Penyeberangan Dolong yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - 85,0 Maluku 05
Penyeberangan Sermata yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - 85,0 Sulawesi Utara 05
Penyeberangan Makalehi yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - 85,0 Papua Barat 05
Penyeberangan Batanta yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - 85,0 Kepulauan Riau 05
Penyeberangan Letung yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - 85,0 Maluku 05
Penyeberangan Weda yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - 85,0 Papua Barat 05
Penyeberangan Salawati yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - 85,0 Papua 05
Penyeberangan Merauke yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - 85,0 Sulawesi Tengah 05
Penyeberangan Pangkalaseang yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 85,0 Riau 05
Penyeberangan P. Burung yang dibangun (lokasi)
022.B.7
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 85,0 Nusa Tenggara Timur 05
Penyeberangan Maritaing yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 85,0 Riau 05
Penyeberangan Dakal yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 85,0 Papua 05
Penyeberangan Bade yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 85,0 Riau 05
Penyeberangan P. Merbau yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 85,0 Kepulauan Riau 05
Penyeberangan Tarempa yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 85,0 Sulawesi Utara 05
Penyeberangan Siladen yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 85,0 Kepulauan Riau 05
Penyeberangan Serasan yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 60,0 Kalimantan Barat 05
Penyeberangan Karimata yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 60,0 Sulawesi Tengah 05
Penyeberangan Talise yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 60,0 Sulawesi Tengah 05
Penyeberangan Pasokan yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 60,0 Papua 05
Penyeberangan Waren yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 60,0 Sumatera Barat 05
Penyeberangan Pagai Selatan yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 60,0 Riau 05
Penyeberangan Sei Guntung yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 60,0 Bangka Belitung 05
Penyeberangan Manggar yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 60,0 Riau 05
Penyeberangan Ketam Putih yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 60,0 Nusa Tenggara Timur 05
Penyeberangan Wairiang yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 60,0 Sulawesi Utara 05
Penyeberangan Kawio yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 60,0 Bangka Belitung 05
Penyeberangan Pulau Seliu yang dibangun (lokasi)
022.B.8
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pembangunan Pelabuhan Jumlah dermaga penyeberangan 7(berlanjut) 7(selesai) - - - 295,3 Sumatera Utara 05
Penyeberangan KSPN Danau Toba yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Ppelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 85,0 Bangka Belitung 05
Penyeberangan Tj. Kelayang yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 85,0 Sulawesi Tenggara 05
Penyeberangan Binongko yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan jumlah pelabuhan penyeberangan 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 85,0 Sulawesi Tenggara 05
Penyeberangan Tomia yang dibangun (lokasi)
Pengembangan Dermaga di Danau Jumlah dermaga penyeberangan 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 45,0 Bali 05
Batur yang dibangun (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan Pelabuhan penyeberangan sungai 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 36,0 Papua 05
Penyeberangan Sungai Sawaerma dibangun (lokasi)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 30,0 Sulawesi Tenggara 05
perintis Kaledupa-Tomia-Binongko (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 30,0 Sulawesi Tenggara 05
perintis Bombana-Tg Phising (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 30,0 Kepulauan Riau 05
perintis Tg Uban-Matak-Penagi (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 30,0 Riau 05
perintis Alai Insit-Pecah Buyung (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 30,0 Sumatera Selatan 05
perintis Sri Menanti-Krg Baru (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 30,0 Sumatera Utara 05
perintis Tk. Dalam-Tk Bungus (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 30,0 Kepulauan Riau 05
perintis Sei Asam-Sunyat (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 30,0 Maluku Utara 05
perintis Patani-Gebe (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 30,0 Sumatera Utara 05
perintis Tk.Dalam-Gn.Sitoli-P.Pulau (unit)
Batu
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 30,0 Maluku 05
perintis Kisar-Leti-Moa (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - 1(berlanjut) 1 (selesai) - 30,0 Maluku Utara 05
perintis Bastiong-Moti (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - 1(berlanjut) 1 (selesai) - 30,0 Jawa Timur 05
perintis Sapudi-Kangean (unit)
022.B.9
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - 1(berlanjut) 1 (selesai) - 30,0 Sumatera Barat 05
perintis Kep. Mentawai (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - 1(berlanjut) 1 (selesai) - 30,0 Maluku 05
perintis Dobo-Lamerang (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - 1(berlanjut) 1 (selesai) - 30,0 Tersebar 05
Cadangan Perintis KBI (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 30,0 Sulawesi Selatan 05
perintis Patumbukan-P.Tanah Jampea (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 30,0 Maluku Utara 05
perintis Sofifi-Makian-Kayoa (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 30,0 Maluku 05
perintis Teor-Kesui (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 30,0 Kalimantan Barat 05
perintis Penagi-Sintete (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 30,0 Sulawesi Selatan - 05
perintis Garongkong-Kariangau (unit) Kalimantan Timur
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 30,0 Papua Barat 05
perintis Kaimana-Pomako (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 30,0 Maluku Utara 05
perintis Babang-P.Mandioli (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 30,0 Nusa Tenggara Timur 05
perintis Pamana-Kewapante (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 30,0 Papua Barat 05
perintis Manokwari-Serui (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 30,0 Papua Barat 05
perintis Wahai-Foley-Arar (unit)
Pembangunan kapal penyeberangan kapal penyeberangan yang dibangun - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 30,0 Tersebar 05
Cadangan Perintis KTI (unit)
Pelayanan Long Distance Ferry Jumlah trayek perintis angkutan 1 1 1 1 1 80,0 Jawa Timur 05
Jangkar - Lembar - NTT penyeberangan yang dilayani (lintas)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pembangunan KA Trans Sumatera Panjang Jalur Kereta Api dibangun 13 13 (Selesai) 15 15 15 (Selesai) 458,5 Aceh 05
(Banda Aceh - Sigli - Bireuen - (km) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut)
Lhoksemawe)
Pembangunan KA Trans Sumatera Panjang Jalur Kereta Api dibangun 35 (Selesai) 30 30 30 30 (Selesai) 1.050,0 Aceh 05
(Besitang - Sei liput - Langsa - Lhok (km) (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut)
seumawe)
Pembangunan KA Trans Sumatera Panjang Jalur Kereta Api dibangun 33 (Selesai) 25 (berlanjut) 25 (berlanjut) 25 (Selesai) 30 (berlanjut) 1.215,0 Sumatera Utara- Riau 05
(Rantau Prapat - Pondok S2 - Kota (km)
Pinang - Batas Sumut - Duri - Pekan
baru)
Pembangunan KA Trans Sumatera Panjang Jalur Kereta Api dibangun - 20 (berlanjut) 20 (berlanjut) 20 (Selesai) 20 (berlanjut) 550,0 Sumatera Selatan - Jambi 05
(Palembang - Betung - Jambi) (km)
Pembangunan KA Ekspres Jakarta- Panjang Jalur Kereta Api dibangun - 432 (berlanjut)432 (berlanjut)432 (berlanjut)432 (berlanjut) 16.280,0 Jakarta, Jawa Barat, KA Kecepatan Tinggi 05
Semarang (km) Jawa Tengah Pulau Jawa (Jakarta-
Semarang dan Jakarta-
Bandung)
Pembangunan Jalur Ganda Jawa Panjang Jalur Kereta Api dibangun 38 17 90 90 90 3.007,3 Jawa Barat 05
Barat (Bogor-Sukabumi; Cikampek- (km) (berlanjut) Selesai (berlanjut) (berlanjut) (berlanjut)
Padalarang; Bandung - Banjar)
Reaktivasi Jalur KA Pariaman-Naras - Panjang Jalur Kereta Api dibangun - - 15 (berlanjut ) 15 (berlanjut ) 15 550,0 Sumatera Barat 05
Sungai Limau (km) (lselesai)
Reaktivasi Jalur KA Banten Panjang Jalur Kereta Api dibangun - 17 17 17 20 900,0 Banten 05
(Rangkasbitung - Pandeglang- Saketi- (km) (berlanjut) (berlanjut) Selesai (berlanjut)
Menes-Labuhan, Saketi - Bayah)
022.B.11
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Reaktivasi Jalur KA Jawa Barat Panjang Jalur Kereta Api dibangun 15 15 15 24 24 1.010,0 Jawa Barat 05
(Cianjur-Padalarang; Rancaekek- (km) (berlanjut) (berlanjut) (selesai) (berlanjut) (berlanjut)
Jatinangor-Tanjungsari; Cibatu-Garut-
Cikajang; Banjar-Cijulang;
Cikudapateh-Ciwidey) APBN
Peningkatan Jalur KA di Sumatera Panjang Jalur Kereta Api yang 14 5 20 20 10 1.017,1 Sumatera Barat 05
Barat (Padang - Pariaman; Padang- Ditingkatkan (km)
Bukit Putus; Kayu Tanam - Batu
Tabal)
Peningkatan Jalur KA di Sumatera Panjang Jalur Kereta Api yang 8 20 20 20 6 438,8 Sumatera Selatan 05
Selatan (Lahat - Lubuk Linggau) Ditingkatkan (km)
Peningkatan Jalur KA di Jawa Barat Panjang Jalur Kereta Api yang 100 56 - - - 209,6 Jawa Barat 05
(Bandung - Banjar) Ditingkatkan (km)
022.B.12
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Peningkatan Jalur KA di Jawa Tengah Panjang Jalur Kereta Api yang 91 20 20 30 53 699,0 Jawa Tengah 05
(Semarang-Solo; Banjar-Kroya) Ditingkatkan (km)
Peningkatan Jalur KA di Jawa Timur Panjang Jalur Kereta Api yang 65 60 70 70 60 908,2 Jawa Timur 05
(Surabaya - Banyuwangi; Surabaya- Ditingkatkan (km)
Malang; Bangil-Kertosono)
Pemeliharaan, Perawatan dan Terselenggaranya pemeliharaan, 1 1 1 1 1 7.500,0 Pusat 05
Pengoperasian Jaringan Prasarana perawatan, dan pengoperasian
Kereta Api jaringan prasarana kereta api (paket)
Pembangunan KA akses Pelabuhan KA akses Pelabuhan yang dibangun 2 - - - - 7,5 Jawa Tengah 05
Tanjung Emas (km)
Pembangunan KA akses Pelabuhan KA akses Pelabuhan yang dibangun 4(berlanjut) 4(berlanjut) 4(berlanjut) 4(selesai) 200,0 Jawa Timur 05
Teluk Lamong (km)
Pembangunan KA akses Pelabuhan KA akses Pelabuhan yang dibangun - - 5(berlanjut) 5(selesai) - 500,0 Sulawesi Selatan 05
Garongkong (km)
Pembangunan KA akses Bandara Adi KA akses Bandara yang dibangun 13(berlanjut) 13(berlanjut) 13(selesai) - - 240,0 Jawa Tengah 05
Sumarmo (km)
Pembangunan KA akses Bandara KA akses Bandara yang dibangun 1,3 - - - - 74,7 Lampung 05
Raden Intan (km)
Pembangunan KA akses Bandara KA akses Bandara yang dibangun 6(berlanjut) 6(selesai) - - - 800,0 yogyakarta 05
Internasional Yogyakarta (km)
Pembangunan Akses Kereta Api KA akses Bandara yang dibangun - - - 10(berlanjut) 10(selesai) 300,0 Jawa Timur 05
Menuju Bandara Juanda (km)
Pengembangan Angkutan Umum Terbangunnya sistem angkutan 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 1.670,0 DKI Jakarta Sistem Angkutan 05
Massal Perkotaaan Jakarta Berbasis umum massal Perkotaan berbasis rel Umum Massal
Rel (Dukungan APBN) (perkotaan) Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
022.B.13
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Perkeretaapian Jabodetabek Panjang jalur yang dibangun (km) 17(berlanjut) 17(selesai) 33(berlanjut) 33(berlanjut) 33(selesai) 2.040,0 DKI Jakarta Sistem Angkutan 05
Umum Massal
Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
KA Outer Jabodetabek Panjang jalur yang dibangun (km) - - 10(berlanjut) 10(berlanjut) 10(selesai) 500,0 DKI Jakarta Sistem Angkutan 05
Umum Massal
Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
Pengembangan Angkutan Umum Terbangunnya sistem angkutan - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 1.710,0 Jawa Timur Sistem Angkutan 05
Massal Perkotaaan Surabaya Berbasis umum massal Perkotaan berbasis rel Umum Massal
Rel (Dukungan APBN) (perkotaan) Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
Pengembangan KA Komuter Surabaya Panjang jalur KA yang dibangun - - 20(berlanjut) 20 (berlanjut) 20 (selesai) 1.000,0 Jawa Timur Sistem Angkutan 05
Gerbang Kertasusila (km) Umum Massal
Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
022.B.14
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan Angkutan Umum Terbangunnya sistem angkutan 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 3.000,0 Sumatera Utara Sistem Angkutan 05
Massal Perkotaaan Medan Berbasis umum massal Perkotaan berbasis rel Umum Massal
Rel (Dukungan APBN) (perkotaan) Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
Pengembangan /Peningkatan Jalur KA Panjang jalur KA yang 20(berlanjut) 20(berlanjut) 20 (selesai) - - 244,3 Sumatera Utara Sistem Angkutan 05
Komuter (Medan-Binjai-Besitang) dibangun/ditingkatkan (km) Umum Massal
Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
Pengembangan Angkutan Umum Terbangunnya sistem angkutan - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 3.390,0 Jawa Barat Sistem Angkutan 05
Massal Perkotaaan Bandung Berbasis umum massal Perkotaan berbasis rel Umum Massal
Rel (Dukungan APBN) (perkotaan) Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
Pembangunan Jalur Ganda dan Panjang jalur yang dibangun (km) - 27(berlanjut) 27(berlanjut) 27(berlanjut) 27(selesai) 1.000,0 Jawa Barat Sistem Angkutan 05
elektrifikasi KA Kiara Condong - Umum Massal
Cicalengka Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
022.B.15
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan Angkutan Umum Terbangunnya sistem angkutan 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 1.500,0 Jawa Tengah Sistem Angkutan 05
Massal Perkotaaan Semarang Berbasis umum massal Perkotaan berbasis rel Umum Massal
Rel (Dukungan APBN) (perkotaan) Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
Pengembangan Angkutan Umum Terbangunnya sistem angkutan - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 1.000,0 Sulawesi Selatan Sistem Angkutan 05
Massal Perkotaaan Makassar Berbasis umum massal Perkotaan berbasis rel Umum Massal
Rel (Dukungan APBN) (perkotaan) Perkotaan di 6
Wilayah Metropolitan:
Jakarta, Surabaya,
Bandung, Medan,
Semarang, dan
Makassar
Elektrifikasi Jalur KA Jogja-Solo Panjang jalur Elektrifikasi KA yang 60 - - - - 600,0 Jawa Tengah, Yogyakarta 05
dibangun (km)
Pengembangan Angkutan Umum Terbangunnya sistem angkutan 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 454,7 Kalimantan Timur 05
Massal Perkotaaan berbasis rel di Ibu umum massal Perkotaan berbasis rel
Kota Negara (perkotaan)
Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transportasi Laut 25.320,9
Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Kenavigasian 2.570,8
Penyediaan sarana bantu navigasi Jumlah sarana bantu navigasi 67 70 73 75 77 1.118,2 Pusat 05
pelayaran pelayaran yang disediakan (unit)
Penyediaan kapal navigasi Jumlah kapal navigasi yang 10 14 18 22 25 1.000,0 Pusat 05
dibangun (unit)
Penyediaan Vessel Traffic Services Jumlah Vessel Traffic Services 15 20 25 30 35 452,6 Pusat 05
Terintegrasi Terintegrasi yang disediakan (unit)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Subsidi Tol Laut Jumlah rute angkutan tol laut tetap 21 22 23 24 25 2.398,0 tersebar 05
dan teratur (trayek)
Subsidi Angkutan Laut Perintis Jumlah rute angkutan laut perintis 113 113 113 113 113 6.498,9 tersebar 05
(trayek)
Pengembangan sistem Inaportnet dan terlaksanannya pengembangan 20 22 24 19 20 1.332,0 tersebar 05
sistem pelayanan terpadu sistem Inaportnet dan sistem
pelayanan terpadu (lokasi)
Penyediaan Moda Kapal Ternak di Jumlah moda kapal ternak yang 1 1 1 1 1 38,5 Nusa Tenggara Timur 05
Belu disediakan di Kabupaten Belu (rute)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan Pelabuhan Seba Terlaksananya pengembangan/ 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 110,0 Nusa Tenggara Timur 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Wanci Terlaksananya pengembangan/ 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - 90,0 Sulawesi Tenggara 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Ba'a Terlaksananya pengembangan/ - - 1(berlanjut) 1 (selesai) - 33,8 Nusa Tenggara Timur 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Soasio Terlaksananya pengembangan/ - - 1(berlanjut) 1 (selesai) - 37,5 Maluku Utara 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Saumlaki Terlaksananya pengembangan/ - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 67,5 Maluku 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Sebuku Terlaksananya pengembangan/ 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 50,0 Kalimantan Selatan 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Tual Terlaksananya pengembangan/ - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 45,0 Maluku 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Namlea Terlaksananya pengembangan/ - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 25,0 Maluku 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Tanjung Terlaksananya pengembangan/ - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 25,0 Kepulauan Riau 05
Batu Kundur pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Larantuka Terlaksananya pengembangan/ - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 45,0 Nusa Tenggara Timur 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Moor Terlaksananya pengembangan/ 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 22,5 Papua 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Jampea Terlaksananya pengembangan/ 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 25,0 Sulawesi Selatan 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Geser Terlaksananya pengembangan/ - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 25,0 Maluku 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Gorom Terlaksananya pengembangan/ - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 22,5 Maluku 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Raijua Terlaksananya pengembangan/ - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 22,5 Nusa Tenggara Timur 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Wini Terlaksananya pengembangan/ - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 45,0 Nusa Tenggara Timur 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Moa Terlaksananya pengembangan/ 1(berlanjut) 1 (selesai) - - - 25,0 Maluku 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan Ujung Terlaksananya pengembangan/ 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 80,0 Jambi 05
Jabung pembangunan pelabuhan (lokasi)
022.B.18
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Rekonstruksi Pelabuhan Wani (PHLN) Rehabilitasi dan Rekonstruksi 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 101,5 Kabupaten Donggala, 05
Fasilitas Pelabuhan (lokasi) Sulawesi Tengah
Pembangunan Pelabuhan Tanjung Terlaksananya pengembangan/ - - 1(berlanjut) 1 (selesai) - 70,0 Kalimantan Utara 05
Selor pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Tegal, Kota Terlaksananya pengembangan/ - - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 140,0 Jawa Tengah 05
Tegal pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Meranti Terlaksananya pengembangan/ 1 - - - - 3,1 Riau 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pel;abuhan Kedindi Terlaksananya pengembangan/ 1 - - - - 15,5 Nusa Tenggara Timur 05
Reo pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembagan Pelabuhan Waikelo Terlaksananya pengembangan/ 1 - - - - 1,0 Nusa Tenggara Timur 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Likupang Terlaksananya pengembangan/ 1 - - - - 7,5 Sulawesi Utara 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Miangas Terlaksananya pengembangan/ 1 - - - - 24,5 Sulawesi Utara 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Kaledupa Terlaksananya pengembangan/ 1 - - - - 5,0 Sulawesi Tenggara 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Bajoe Terlaksananya pengembangan/ 1 - - - - 5,0 Sulawesi Selatan 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Molu Terlaksananya pengembangan/ 1 - - - - 16,9 Maluku 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Wasior Terlaksananya pengembangan/ 1 - - - - 5,5 papua Barat 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Tanah Terlaksananya pengembangan/ - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 90,0 Bali 05
Ampo pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pembangunan Pelabuhan Labuan Bajo Terlaksananya pengembangan/ - 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 90,0 Nusa Tenggara Timur 05
pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Gili Terlaksananya pengembangan/ - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) - 150,0 Nusa Tenggara Barat 05
Trawangan pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengembangan Pelabuhan Tanjung Terlaksananya pengembangan/ - - - 1(berlanjut) 1 (selesai) 100,0 Bangka Belitung 05
Ular pembangunan pelabuhan (lokasi)
Pengadaan peralatan bongkar muat lokasi pengerukan alur pelayaran 8 8 8 8 8 2.000,0 Pusat 05
(lokasi)
Penyelenggaraan pengerukan alur terlaksanannya pengembangan 20 22 24 19 20 1.332,0 tersebar 05
pelayaran sistem Inaportnet dan sistem
pelayanan terpadu (lokasi)
022.B.20
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pembangunan Jembatan Udara di Jumlah bandara pendukung 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 120,5 Papua Jembatan Udara 37 05
Bandara Mulia jembatan udara yang dikembangkan Rute di Papua
(lokasi)
Pembangunan Bandara Buntu Kunik Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1 0 0 0 0 131,1 Sulawesi Selatan 05
Pembangunan Bandara Nabire Baru Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 941,2 Papua 05
Pembangunan Bandara Siboru Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 1.138,5 Papua Barat 05
Pembangunan Bandara Bukit Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 250,0 Sumatera Utara 05
Malintang
Pembangunan Bandara Bolaang Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 463,1 Sulawesi Utara 05
Mongondow
Pembangunan Bandara Banggai Laut Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (lanjutan) 1 (lanjutan) 510,0 Sulawesi Tengah 05
Pembangunan Bandara Sobaham Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 380,0 Papua 05
Pembangunan Bandara Ngloram-Cepu Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 352,6 Jawa Tengah 05
Pembangunan Bandara Pahuwato Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 265,0 Gorontalo 05
Pembangunan Bandara Weda Bandara baru yang dibangun (lokasi) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 220,0 Maluku Utara 05
Pembangunan Bandara Bali Baru Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1(berlanjut) 1 (lanjutan) 1(berlanjut) 1 (selesai) 1.500,0 Bali 05
Pembangunan Bandara Ketapang Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1(berlanjut) 1 (lanjutan) 1(berlanjut) 1 (selesai) 250,0 Kalimantan Barat 05
Baru/Kayong Utara
Pembangunan Bandara Murung Raya- Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1(berlanjut) 1 (lanjutan) 1(berlanjut) 1 (selesai) 297,4 Kalimantan Tengah 05
Kalteng
Pembangunan Bandara Wasior Baru Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 1(berlanjut) 1 (lanjutan) 1(berlanjut) 1 (selesai) 600,0 Papua Barat 05
Pembangunan Bandara Manokwari Bandara baru yang dibangun 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 600,0 Papua 05
Selatan (lokasi))
Pembangunan Bandara Gorom Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 550,0 Maluku 05
Pembangunan Bandara Labuan Batu Bandara baru yang dibangun 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 700,0 Sumatera Utara 05
(lokasi))
022.B.22
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pembangunan Bandara Sukabumi Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 400,0 Jawa Barat 05
Pembangunan Bandara Kolaka Utara Bandara baru yang dibangun (lokasi) 0 0 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 650,0 Sulawesi Tenggara 05
Pengembangan Bandar Udara Domine Jumlah bandara hub primer yang - 1(berlanjut) 1 (selesai) - - 180,0 Papua Barat 05
Eduard Osok dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Kalimarau Bandara mendukung Prioritas yang 1 0 0 0 0 28,4 Kalimantan Timur 05
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Pitu-Morotai Bandara mendukung Prioritas yang 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 0 47,0 Maluku Utara 05
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Matahora Bandara mendukung Prioritas yang 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 288,2 Sulawesi Tenggara 05
(Wakatobi) dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Labuhan Bajo Bandara mendukung Prioritas yang 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 1.200,0 Nusa Tenggara Timur 05
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Sibisa Bandara mendukung Prioritas yang 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 0 124,2 Sumatera Utara 05
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Tanjung Bandara mendukung Prioritas yang 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 115,0 Kalimantan Utara 05
Harapan dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Bersujud Bandara mendukung Prioritas yang 0 0 1 0 0 45,0 Kalimantan Selatan 05
(Batulicin) dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Mutiara Bandara mendukung Prioritas yang 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 245,0 Sulawesi Tengah 05
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Babo Bandara mendukung Prioritas yang 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 0 38,1 Papua Barat 05
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Bintuni Bandara mendukung Prioritas yang 0 1 0 0 0 45,0 Papua Barat 05
dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Marinda Bandara mendukung Prioritas yang 1 0 0 0 0 0,8 Papua Barat 05
(Waisai) dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Maimun Bandara di daerah terisolir, 0 1 0 0 0 60,0 Aceh 05
Saleh perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Rehabilitasi/Pengembangan Bandara Bandara di daerah terisolir, 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 90,0 Sumatera Utara 05
Binaka perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
Pengembangan Bandara Rokot Bandara di daerah terisolir, 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 465,0 Sumatera Barat 05
perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
Pengembangan Bandara Enggano Bandara di daerah terisolir, 0 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 75,0 Bengkulu 05
perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
Pengembangan Bandara Tambelan Bandara di daerah terisolir, 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 62,0 Kepulauan Riau 05
perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
Pengembangan Bandara Raja Haji Bandara di daerah terisolir, 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 85,0 Kepulauan Riau 05
Abdullah perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
Pengembangan Bandara Letung Bandara di daerah terisolir, 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 50,0 Kepulauan Riau 05
perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
Pengembangan Bandara Natuna Bandara di daerah terisolir, 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 49,0 Kepulauan Riau 05
perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
Pengembangan Bandara Pangsuma Bandara di daerah terisolir, 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 0 61,5 Kalimantan Barat 05
perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
022.B.24
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan Bandara Data Dawai Bandara di daerah terisolir, 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 0 54,1 Kalimantan Timur 05
perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
Pengembangan Bandara Long Apung Bandara di daerah terisolir, 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 0 48,4 Kalimantan Utara 05
perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
Pengembangan Bandara Maratua Bandara di daerah terisolir, 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 75,0 Kalimantan Timur 05
perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
Pengembangan Bandara Harun Thohir Bandara di daerah terisolir, 0 0 1 0 0 65,0 Jawa Timur 05
perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
Rehabilitasi/Pengembangan Bandara Bandara di daerah terisolir, 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 45,0 Sulawesi Utara 05
Miangas perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Rehabilitasi/Pengembangan Bandara Bandara di daerah terisolir, 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 80,0 Sulawesi Selatan 05
Rampi perbatasan dan rawan bencana yang
direhabilitasi/ dikembangkan
(lokasi)
Pengembangan Bandara Muko Muko Jumlah bandara yang direhabilitasi/ 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 80,8 Bengkulu 05
dikembangkan (lokasi)
022.B.26
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan Bandara Dewadaru- Jumlah bandara yang 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 13,2 Jawa Tengah 05
Karimunjawa direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Namrole Jumlah bandara yang 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 30,0 Maluku 05
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Dumatubun- Jumlah bandara yang 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 50,0 Maluku 05
Langgur (Karel Sadsuitubun - Langgur direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
)
Pengembangan Bandara M. Jumlah bandara yang 1 0 0 0 0 124,6 Nusa Tenggara Barat 05
Salahuddin-Bima direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Mali-Alor Jumlah bandara yang 1 0 0 0 0 41,2 Nusa Tenggara Timur 05
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Soa-Bajawa Jumlah bandara yang 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 43,5 Nusa Tenggara Timur 05
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Haliwen- Jumlah bandara yang 1 0 0 0 0 6,4 Nusa Tenggara Timur 05
Atambua direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Bandanaira Jumlah bandara yang 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 99,0 Maluku 05
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
022.B.27
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan Bandara Oesman Jumlah bandara yang 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 27,0 Maluku Utara 05
Sadik-Labuha direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Buli-Maba Jumlah bandara yang 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 90,0 Maluku Utara 05
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Sanana Jumlah bandara yang 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 80,0 Maluku Utara 05
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Rendani Jumlah bandara yang 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 250,0 Papua Barat 05
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Kuffar Jumlah bandara yang 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 80,0 Maluku 05
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Mopah Jumlah bandara yang 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 0 48,1 Papua 05
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Moa Jumlah bandara yang 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 64,9 Maluku 05
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandar Udara Tiom Jumlah bandara yang 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 80,0 Papua 05
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pembangunan Bandara Anggi Jumlah bandara yang 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 250,0 Papua Barat 05
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Bandara Malikus Saleh Lhokseumawe Jumlah bandara yang 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 80,0 Aceh 05
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
Pengembangan Bandara Tanjung Bara Jumlah bandara yang 0 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 80,0 Kalimantan Timur 05
direhabilitasi/dikembangkan (lokasi)
022.B.28
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pembangunan Bandara Perairan Raja Jumlah bandara perairan yang 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 30,0 Papua Barat 05
Ampat dibangun (lokasi)
Pembangunan Bandara Perairan Pulau Jumlah bandara perairan yang 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 0 30,0 Kepulauan Riau 05
Bawah dibangun (lokasi)
Pembangunan Bandara Perairan Gili Jumlah bandara perairan yang 0 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 0 25,0 Jawa Timur 05
Iyang dibangun (lokasi)
Pembangunan Bandara Perairan Pulau Jumlah bandara perairan yang 0 0 0 1(berlanjut) 1 (selesai) 35,0 Kepulauan Riau 05
Senua dibangun (lokasi)
Pembangunan Bandara Perairan Pulau Jumlah bandara perairan yang 0 0 0 0 1 20,0 Maluku Utara 05
Widi dibangun (lokasi)
Pengawasan dan Pembinaan
Kelaikudaraan dan Pengoperasian
Pesawat Udara 1.110,0
Pengadaan Pesawat Udara Kalibrasi Jumlah Pesawat Udara Kalibrasi 4 4 4 4 4 1.110,0 Pusat 05
yang dibangun (unit)
Pembangunan, Rehabilitasi dan
Pemeliharaan Prasarana Navigasi
Penerbangan 335,3
Pengadaan dan modernisasi sarana Jumlah sarana navigasi CNS/ATM - 1 1 1 1 335,3 Pusat 05
navigasi CNS/ATM disediakan dan dimodernisasi
(Communication, Navigation,
Surveilance/air traffic management
system) (unit)
Pengembangan Fasilitas serta Sistem Jumlah Kawasan yang Fasilitas serta 1 1 1 1 1 234,5 Jawa Barat, DKI, Banten 05
Keselamatan dan Keamanan Sistem Keselamatan dan Keamanan
Transportasi di Perkotaan Transportasinya dikembangkan
(kawasan)
022.B.29
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan Sistem Pengendalian Jumlah Kawasan yang menerapkan - 1 1 1 1 120,0 Jawa Barat, DKI, Banten 05
Lalu Lintas Modern (termasuk ERP) di Sistem ERP dan atau Pembatasan
Jabodetabek Sepeda Motor (kawasan)
Pembangunan Terminal Type A Jumlah Terminal Type A yang di 1 - - - - 14,1 Jawa Barat 05
Jatijajar bangun (terminal)
Pengembangan Terminal Type A Jumlah Terminal Type A yang di 1 - - - - 48,1 Banten 05
Pondok Cabe kembangkan (terminal)
Pembangunan dan Pengembangan Jumlah Sentra Logistik (Terminal - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 75,0 Jawa Barat, DKI, Banten 05
Sistem Logistik Perkotaan di Barang) Terintegrasi Angkutan
Jabodetabek Logistik Berbasis Jalan Rel dan
Kanal yang dikembangkan di
kawasan peri-peri Jabodetabek
(terminal)
Pengembangan Inland Waterways Jumlah Kanal yang Dikembangkan - 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1(berlanjut) 1 (selesai) 70,0 Jawa Barat, DKI, Banten 05
sebagai Bagian Pengembangan Sistem Sebagai Alur Angkutan (paket)
Logistik Perkotaan Jabodetabek
(Dukungan APBN)
022.B.30
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Pengembangan integrasi simpul Jumlah prasarana transportasi - - 1 - 1 70,0 Jawa Barat, DKI, Banten 05
transportasi Jabodetabek jabodetabek yang dikembangkan
(paket)
JUMLAH 153.212,1
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan; b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
023.A.1
INDIKASI BELANJA
NON-OPERASIONAL
PROGRAM
TAHUN 2020-2024
(Rp. Miliar)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 12.159,6
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 458,9
Program Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 5.932,4
Program Pendidikan PAUD, Dasar dan Menengah 81.199,1
Program Pendidikan Tinggi 116.913,9
Program Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 1.752,2
Program Pelestarian Budaya 5.483,0
Program Guru dan Tenaga Kependidikan 53.379,5
Program Pendidikan Vokasi 61.736,7
JUMLAH 339.015,4
Keterangan :
Indikasi Target dan Pendanaan dapat Dimutakhirkan melalui RKP dengan Mempertimbangkan: a) Kesiapan dan Kapasitas Pelaksanaan;
b) Ketersediaan dan Sumber Pendanaan; serta c) Keterlibatan Peran Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan Masyarakat
023.B.1
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Bahan Belajar Berbasis TIK Untuk Jumlah Bahan Belajar Berbasis TIK 6150 6150 6150 6150 6150 180,0 Pusat 03
Pembelajaran (Konten Dan Aplikasi) Untuk Pembelajaran (Konten Dan
Aplikasi)
023.B.2
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Model Media Pendidikan Berbasis TIK Jumlah Model Media Pendidikan 11 11 11 11 11 21,0 Pusat 03
Berbasis TIK
Sekolah Garis Depan (Daerah 3T) Jumlah Sekolah Garis Depan 300 500 600 700 800 116,2 Pusat dan Daerah 3T 03
Berbasis TIK (Daerah 3T) Berbasis TIK
Program Penelitian dan Pengembangan
dan Perbukuan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
4.322,3
Penyempurnaan Kurikulum dan Sistem
Pembelajaran 52,0
Perangkat pembelajaran yang Jumlah Perangkat pembelajaran 106 106 106 106 106 52,0 Pusat 02, 03
dikembangkan yang dikembangkan
Penyediaan Informasi Hasil Penilaian
Pendidikan 319,8
Soal yang dikembangkan Jumlah Soal yang dikembangkan 66280 66280 66280 66280 66280 100,6 Pusat 03
Satuan Pendidikan Yang Jumlah Satuan Pendidikan Yang 90000 105000 120000 135000 150000 86,8 Pusat dan Daerah 03
Melaksanakan CBT Melaksanakan CBT
Model Penilaian Pendidikan Jumlah Model Penilaian Pendidikan 9 9 9 9 9 49,3 Pusat 03
Bahan Kebijakan Hasil Penilaian Jumlah Bahan Kebijakan Hasil 7 7 7 7 7 83,1 Pusat 03
Pendidikan Penilaian Pendidikan
Fasilitasi Standar Mutu dan Pelaksanaan
Akreditasi 3.791,9
Satuan Pendidikan Formal Jumlah Satuan Pendidikan Formal 50000 50000 50000 50000 50000 1.525,1 Pusat 03
Diakreditasi yang Diakreditasi
Program/Satuan PAUD dan PNF Jumlah Program/Satuan PAUD dan 35000 35000 35000 35000 35000 1.185,1 Pusat 03
Diakreditasi PNF yang Diakreditasi
Standar Nasional Pendidikan yang Jumlah Standar Nasional 8 8 8 8 8 78,6 Pusat 03
Dikembangkan Pendidikan yang Dikembangkan
Peserta Didik Yang Dinilai Jumlah Peserta Didik Yang Dinilai 8424500 8424500 8424500 8424500 8424500 1.003,2 Pusat dan Daerah 03
Kompetensinya Melalui Ujian Nasional Kompetensinya Melalui Ujian
Nasional
Pengembangan dan Pengendalian Sistem
Perbukuan 158,7
Penilaian dan Pengawasan Perbukuan Jumlah Penilaian dan Pengawasan 4010 4050 4100 4200 4300 102,3 Pusat 04
Perbukuan
Sumber Daya Manusia dan Sistem Jumlah Sumber Daya Manusia dan 112 150 160 170 180 56,3 Pusat 04
Informasi Perbukuan Sistem Informasi Perbukuan
023.B.3
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Sekolah Yang Menerapkan Kurikulum Jumlah Sekolah Yang Menerapkan 400 400 400 400 400 20,7 Pusat dan Daerah 03
dan Model Pembelajaran Yang Berlaku Kurikulum dan Model Pembelajaran
Yang Berlaku
Sekolah Berbasis Komunitas Jumlah Sekolah Berbasis Komunitas 0 425 425 425 425 112,0 Pusat dan Daerah 03
SD-SMP Satu Atap yang dibangun Jumlah SD-SMP Satu Atap yang 0 15 15 15 15 75,8 Pusat dan Daerah 03
dibangun
SD-SMP Satu Atap Yang Mendapatkan Jumlah SD-SMP Satu Atap Yang 0 500 500 500 500 84,8 Pusat dan Daerah 03
Bantuan Pembinaan Mendapatkan Bantuan Pembinaan
Sekolah Terbuka yang mendapatkan Jumlah Sekolah Terbuka yang 245 245 245 245 245 179,4 Pusat dan Daerah 03
bantuan operasional mendapatkan bantuan operasional
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Unit Sekolah Baru Yang Dibangun Jumlah Unit Sekolah Baru Yang 8 8 8 8 8 131,0 Pusat dan Daerah 03
Dibangun
Sekolah Yang Direnovasi Jumlah Sekolah Yang Direnovasi 58 58 58 58 58 459,0 Pusat dan Daerah 03
Sekolah Dasar yang mendapatkan Jumlah Sekolah Dasar yang 514 514 514 514 514 59,4 Pusat dan Daerah 03
Pembinaan mendapatkan Pembinaan
Sekolah yang Mendapatkan Jumlah Sekolah Dasar yang 540 540 540 540 540 174,4 Pusat dan Daerah 04
Pendidikan Karakter Bangsa Mendapatkan Pendidikan Karakter
Bangsa
Sekolah yang Mendapatkan Beasiswa Jumlah Siswa yang Mendapatkan 1800 1800 1800 1800 1800 27,9 Pusat dan Daerah 03
Bakat dan Prestasi Beasiswa Bakat dan Prestasi
Siswa Yang Mengikuti Lomba, Festival, Jumlah Siswa Yang Mengikuti 4842 4842 4842 4842 4842 238,6 Pusat dan Daerah 03
dan Olimpiade Lomba, Festival, dan Olimpiade
Sekolah yang Mendapatkan Jumlah Sekolah yang Mendapatkan 514 514 514 514 514 83,6 Pusat dan Daerah 03
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Sekolah Yang Menerapkan Kurikulum Jumlah Sekolah Yang Menerapkan 148805 148805 148805 148805 148805 154,1 Pusat dan Daerah 03
dan Model Pembelajaran Yang Berlaku Kurikulum dan Model Pembelajaran
Yang Berlaku
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya Ditjen Pendidikan
Dasar dan Menengah
262,3
Sekolah yang menerapkan pendidikan Jumlah sekolah yang menerapkan 386 386 386 386 386 143,1 Pusat dan Daerah 04
karakter bangsa pendidikan karakter bangsa
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Norma Standar Prosedur Kriteria Jumlah Norma Standar Prosedur 35 35 35 35 35 44,3 Pusat 03
(NSPK) PAUD Kriteria (NSPK) PAUD
Lembaga PAUD di Daerah 3T yang Jumlah Lembaga PAUD di Daerah 3T 250 300 350 400 450 273,5 Pusat dan Daerah 03
Dibangun/Direvitalisasi yang Dibangun/Direvitalisasi
Lembaga PAUD Pembina yang Jumlah Lembaga PAUD Pembina 0 25 25 25 25 135,9 Pusat dan Daerah 03
Dibangun/Direvitalisasi yang Dibangun/Direvitalisasi
Kabupaten/Kota Menuntaskan PAUD Jumlah Kabupaten/Kota yang 0 514 514 514 514 521,9 Pusat dan Daerah 03
Minimal 1 Tahun Pra-Sekolah Dasar Menuntaskan PAUD Minimal 1
Tahun Pra-Sekolah Dasar
Lembaga PAUD Menyelenggarakan Jumlah Lembaga PAUD yang 0 1200 1200 1200 1200 83,7 Pusat dan Daerah 03
Holistik Integratif Menyelenggarakan Holistik Integratif
Lembaga Masyarakat Jumlah Lembaga Masyarakat 471 471 471 471 471 150,1 Pusat dan Daerah 04
menyelenggarakan Pendidikan menyelenggarakan Pendidikan
Berkelanjutan dan Penguatan Budaya Berkelanjutan dan Penguatan
Baca Budaya Baca
Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Jumlah Norma, Standar, Prosedur 192 192 192 192 192 43,4 Pusat 03
(NSPK) Pendidikan Keaksaraan dan dan Kriteria (NSPK) Pendidikan
Kesetaraan Keaksaraan dan Kesetaraan
Penyelenggara dan Tutor Pendidikan Jumlah Penyelenggara dan Tutor 0 4212 4212 4212 4212 82,8 Pusat dan Daerah 03
Keaksaraan dan Kesetaraan yang Pendidikan Keaksaraan dan
memperoleh Bimbingan Teknis Kesetaraan yang memperoleh
Bimbingan Teknis
023.B.6
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Satuan Pendidikan Penyelenggara Jumlah Satuan Pendidikan 0 500 500 500 500 150,2 Pusat dan Daerah 03
Pendidikan Keaksaraan dan Penyelenggara Pendidikan
Kesetaraan yang mendapatkan Keaksaraan dan Kesetaraan yang
Peningkatan Sarana mendapatkan Peningkatan Sarana
Siswa berkebutuhan khusus penerima Jumlah Siswa berkebutuhan khusus 135581 135581 135581 135581 135581 1.373,7 Pusat dan Daerah 03
bantuan penerima bantuan
Siswa Penerima Program Pendidikan Jumlah Siswa Penerima Program 2895 2895 2895 2895 2895 440,2 Pusat dan Daerah 03
Layanan Khusus Pendidikan Layanan Khusus
Sekolah Terbuka yang mendapatkan Jumlah Sekolah Terbuka yang 0 549 549 549 549 52,2 Pusat dan Daerah 03
bantuan operasional mendapatkan bantuan operasional
023.B.7
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Sekolah Garis Depan yang Jumlah Sekolah Garis Depan yang 0 30 30 30 30 80,5 Daerah Afirmasi 03
mendapatkan bantuan pengembangan mendapatkan bantuan
pengembangan
Sekolah Yang Menyelenggarakan Jumlah Sekolah Yang 500 500 500 500 500 36,8 Pusat dan Daerah 03
Program Pendidikan Inklusif Menyelenggarakan Program
Pendidikan Inklusif
Sekolah yg Mendapat Pembinaan Jumlah Sekolah yg Mendapat 0 200 200 200 200 28,6 Pusat dan Daerah 03
Manajemen Barbasis Sekolah (MBS) Pembinaan Manajemen Barbasis
Sekolah (MBS)
Siswa yang Mendapatkan Pendidikan Siswa Pendidikan dan Layanan 816 850 850 850 850 54,8 Pusat dan Daerah 04
Karakter Bangsa Khusus Yang Mendapatkan
Pendidikan Karakter Bangsa
Sekolah yang dibina menjadi Sekolah Jumlah Sekolah yang dibina menjadi 0 280 280 280 280 66,0 Pusat dan Daerah 03
Rujukan Sekolah Rujukan
Pembinaan Sekolah Menengah Atas 8.601,5
Siswa Yang Mendapatkan Program Jumlah Siswa Yang Mendapatkan 1368243 1368243 1368243 1368243 1368243 6.558,7 Seluruh Indonesia 02, 03
Indonesia Pintar Program Indonesia Pintar
Unit Sekolah Baru Yang Dibangun Jumlah Unit Sekolah Baru Yang 8 8 8 8 8 209,2 Pusat dan Daerah 03
Dibangun
Sekolah Yang Direnovasi Jumlah Sekolah Yang Direnovasi 132 132 132 132 132 373,9 Pusat dan Daerah 03
Sekolah Yang Mendapatkan Jumlah Sekolah Yang Mendapatkan 650 650 650 650 650 409,7 Pusat dan Daerah 03
Pembinaan Pembinaan
Siswa Yang Mendapatkan Pendidikan Jumlah Siswa SMA yang 5612 5612 5612 5612 5612 136,3 Pusat dan Daerah 04
Karakter Bangsa Mendapatkan Pendidikan Karakter
Bangsa
Siswa Yang Mendapatkan Beasiswa Jumlah Siswa Yang Mendapatkan 3078 3078 3078 3078 3078 60,4 Pusat dan Daerah 03
Bakat dan Berprestasi Beasiswa Bakat dan Berprestasi
Siswa Yang Mengikuti Lomba, Festival, Jumlah Siswa Yang Mengikuti 5683 5683 5683 5683 5683 443,1 Pusat dan Daerah 03
dan Olimpiade Lomba, Festival, dan Olimpiade
Sekolah Yang Mendapatkan Jumlah Sekolah Yang Mendapatkan 9871 9871 9871 9871 9871 198,0 Pusat dan Daerah 03
Pembinaan Manajemen Berbasis Pembinaan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) Sekolah (MBS)
Sekolah Yang Menerapkan Kurikulum Jumlah Sekolah Yang Menerapkan 15383 15383 15383 15383 15383 184,7 Pusat dan Daerah 03
dan Model Pembelajaran Yang Berlaku Kurikulum dan Model Pembelajaran
Yang Berlaku
023.B.8
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Sekolah Terbuka yang mendapatkan Jumlah Sekolah Terbuka yang 7 7 7 7 7 27,6 Pusat dan Daerah 03
bantuan operasional mendapatkan bantuan operasional
Satuan Pendidikan yang telah Jumlah Satuan Pendidikan yang 214312 214312 214312 214312 214312 959,2 Pusat dan Daerah 03
disupervisi dalam pencapaian SNP telah disupervisi dalam pencapaian
SNP
Satuan Pendidikan yang telah Jumlah Satuan Pendidikan yang 15943 15943 15943 15943 15943 2.155,0 Pusat dan Daerah 03
Difasilitasi Berdasarkan 8 SNP telah Difasilitasi Berdasarkan 8 SNP
Satuan Pendidikan yang Terverifikasi Jumlah Satuan Pendidikan yang 216974 216974 216974 216974 216974 651,5 Pusat dan Daerah 03
Mutu Pendidikannya Terverifikasi Mutu Pendidikannya
Peningkatan Kapasitas Personal dan Anak Remaja Mengikuti Peningkatan 20000 20000 20000 20000 20000 95,7 Pusat dan Daerah 04
Sosial Sebagai Agen Perubahan Kapasitas Personal dan Sosial
Sebagai Agen Perubahan
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Laporan Kegiatan Mahasiswa (BOPTN) Jumlah Laporan Kegiatan 745 745 745 745 745 889,9 34 Provinsi 03
Mahasiswa PTN dengan bantuan dari
BOPTN yang Dilaporkan
Layanan Pengembangan Sistem Tata Jumlah Sistem Tata Kelola, 192 192 192 192 192 372,1 34 Provinsi 03
Kelola, Kelembagaan, dan SDM Kelembagaan, dan SDM yang
Dikembangkan dengan bantuan dari
BOPTN
Sarana dan Prasarana Pembelajaran Jumlah PTN yang Mendapat 2382 2382 2382 2382 2382 854,8 34 Provinsi 03
(BOPTN) Bantuan Sarana dan Prasarana
Pembelajaran melalui BOPTN
Operasional Rumah Sakit Pendidikan Jumlah Bulan Rumah Sakit 12 12 12 12 12 400,0 34 Provinsi 03
(BOPTN) Pendidikan yang mendapat layanan
bantuan operasional dari BOPTN
Bantuan Pendanaan Perguruan Tinggi Jumlah PTN BH yang Mendapat 11 11 11 11 11 8.366,5 Pusat 03
Negeri Badan Hukum (BP PTN - BH) Bantuan Pendanaan Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum (BPPTN
BH)
Penguatan penyelenggaran KKN Mahasiswa Melaksanakan Kuliah 300 300 300 300 300 4,0 Pusat 04
Revolusi Mental Kerja Nyata (KKN) Tematik
Lulusan yang Mengikuti Pusat Karir Jumlah Lulusan yang Mengikuti 150000 200000 250000 300000 350000 150,0 Pusat 03
Pusat Karir
Mahasiswa Penerima Bantuan Jumlah Mahasiswa Penerima 365380 289854 208624 113572 0 9.239,3 Pusat 03
Bidikmisi Bantuan Bidikmisi
Mahasiswa Penerima Beasiswa Jumlah Mahasiswa Penerima 5148 7798 8198 8898 9148 658,4 Pusat 03
Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi
(ADik)
Mahasiswa Penerima Beasiswa Jumlah Mahasiswa Penerima 297 400 500 600 700 7,6 Pusat 03
Prestasi Beasiswa Prestasi
Mahasiswa Penerima Beasiswa KIP Jumlah Mahasiswa Penerima 400000 400000 400000 400000 400000 21.080,0 Pusat 03
Kuliah Beasiswa KIP Kuliah
023.B.10
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Prodi penyelenggaraan Rekognisi Jumlah Prodi penyelenggaraan 375 410 450 500 550 9,2 Pusat Pendidikan dan 03
Pembelajaran Lampau (RPL) Rekognisi Pembelajaran Lampau Pelatihan Vokasi
(RPL) untuk Industri 4.0
Program Studi Dibina Menjadi Prodi Jumlah Program Studi Dibina yang 2000 2000 2000 2000 2000 51,6 Pusat 03
Unggul Menjadi Prodi Unggul
Perguruan Tinggi Menerapkan Jumlah Perguruan Tinggi yang 900 1000 1000 1000 1000 28,3 Pusat 03
SNDIKTI Menerapkan SNDIKTI
Kegiatan Pengembangan Kelembagaan 2.195,3
Beasiswa Kemitraan Negara Jumlah Mahasiswa Asing Penerima 560 560 560 560 560 135,0 Pusat 07
Berkembang Beasiswa Kemitraan Negara
Berkembang
Perguruan Tinggi/Prodi yang Jumlah Perguruan Tinggi/Prodi yang 2500 5000 5000 5000 5000 820,4 Pusat 03
diakreditasi (BAN-PT) diakreditasi (BAN-PT)
Perguruan Tinggi yang meningkat Jumlah Perguruan Tinggi yang 360 400 400 400 400 780,4 Pusat 03
Mutu Kelembagaannya meningkat Mutu Kelembagaannya
Perguruan Tinggi yang dibina menjadi Jumlah Perguruan Tinggi yang 5 11 14 14 14 303,7 Pusat 03
Perguruan Tinggi Top 500 Dunia dibina menjadi Perguruan Tinggi Top
500 Dunia
LPTK yang Direvitalisasi (penyediaan Jumlah LPTK yang Direvitalisasi 41 41 41 41 41 89,6 Pusat 03
dosen dan guru vokasi) (penyediaan dosen dan guru vokasi)
Program Studi Menerapkan Inovasi Jumlah Program Studi yang 600 700 800 900 1000 58,2 Pusat 03
Proses Pembelajaran Digital Menerapkan Inovasi Proses
Pembelajaran Digital
Perguruan Tinggi Menerapkan Inovasi Jumlah Perguruan Tinggi 200 250 300 350 400 8,0 Pusat 03
Pembelajaran Pendidikan Khusus Menerapkan Inovasi Pembelajaran
Pendidikan Khusus
Kegiatan Peningkatan Kualitas Sumber
Daya 15.372,1
SDM DIKTI Yang Mengikuti Jumlah SDM DIKTI Yang Mengikuti 915 1000 1100 1200 1300 155,8 Pusat 03
Peningkatan Kompetensi Peningkatan Kompetensi
SDM Dikti Yang Mengikuti Pendidikan Jumlah SDM Dikti Yang Mengikuti 380 500 600 700 800 22,9 Pusat 03
Non Gelar Pendidikan Non Gelar
SDM Dikti yang mengikuti Sertifikasi Jumlah SDM Dikti yang mengikuti 8000 9000 10000 11000 12000 62,5 Pusat 03
Dosen Sertifikasi Dosen
023.B.11
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
SDM DIKTI yang mengikuti Penilaian Jumlah SDM DIKTI yang mengikuti 3000 3000 3000 3000 3000 49,4 Pusat 03
Angka Kredit Penilaian Angka Kredit
Gedung Perguruan Tinggi Yang Jumlah Gedung Perguruan Tinggi 80 50 50 50 50 5.086,9 Pusat 03
Direvitalisasi Yang Direvitalisasi
Sarana Prasarana yang dibiayai Jumlah Item Sarana Prasarana yang 12 8 2 2 2 1.830,7 Pusat 03
melalui PHLN dibiayai melalui PHLN
SDM Dikti yang Mengikuti Pendidikan Jumlah SDM Dikti yang Mengikuti 6034 16514 20739 26242 30715 8.163,9 Pusat 03
Gelar Pendidikan Gelar
Program Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa 339,3
Pengembangan dan Pelindungan Bahasa
dan Sastra 22,1
Bahasa Terlindungi Jumlah Bahasa Terlindungi 30 30 30 30 30 22,1 Pusat dan Daerah 04
Pembinaan Bahasa dan Sastra 73,9
Tenaga Profesional dan Calon Tenaga Jumlah Tenaga Profesional dan 1000 1000 1000 1000 1000 27,9 Pusat dan Daerah 03
Profesional Terbina Kemahiran Calon Tenaga Profesional yang
Berbahasa Indonesia Memperoleh Pembinaan Kemahiran
Berbahasa Indonesia
Generasi Muda Terbina Penggunaan Jumlah Generasi Muda Terbina 5000 5000 5000 5000 5000 45,9 Pusat dan Daerah 04
Bahasa dan Sastra Penggunaan Bahasa dan Sastra
Pengembangan Strategi dan Diplomasi
Kebahasaan 98,8
Pengajar Bahasa Indonesia bagi Jumlah Penugasan Pengajar Bahasa 220 220 220 220 220 91,7 Pusat 04, 07
Penutur Asing (BIPA) di Luar Negeri Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)
di Luar Negeri
Lembaga Akses Diplomasi Kebahasaan Jumlah Lembaga Akses Diplomasi 100 100 100 100 100 7,2 Pusat dan Daerah 04
Terfasilitasi Kebahasaan Terfasilitasi
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Peningkatan kualitas layanan museum Jumlah kunjungan museum 1861792 1861792 1861792 1861792 1861792 170,0 Pusat 04
Pengembangan kerja sama bidang Persentase PPKD yang menjadi 50 50 50 50 50 50,0 Pusat 04
pemajuan kebudayaan rujukan penyusunan RKP dan
RPJMD
Pengembangan kerja sama bidang Jumlah kerja sama galeri di tingkat 4 4 4 4 4 40,0 Pusat 04
pemajuan kebudayaan internasional
023.B.13
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Peningkatan produksi film, musik dan Jumlah produksi film, musik dan 30 35 40 45 50 378,0 Pusat dan Daerah 04
media baru media baru yang didukung
Peningkatan penyelenggaraan festival Jumlah festival budaya yang 218 230 231 239 238 276,5 Pusat dan Daerah 04
budaya terhubung dalam platform festival
budaya tingkat nasional
Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan Tradisi 264,5
Pengembangan wilayah adat sebagai Jumlah wilayah adat yang 30 40 45 48 52 114,5 Pusat dan Daerah 04
ruang interaksi pemajuan kebudayaan dikembangkan menjadi ruang
interaksi pemajuan kebudayaan
023.B.14
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Peningkatan dukungan terhadap Persentase komunitas adat dan 40 45 49 53 56 100,0 Pusat dan Daerah 04
komunitas adat dan penghayat penghayat kepercayaan yang
kepercayaan memperoleh dukungan kelembagaan
Inventarisasi kekayaan budaya Persentase kekayaan budaya 48 52 55 56 57 50,0 Pusat dan Daerah 04
komunal dan kekayaan intelektual komunal dan kekayaan intelektual
bidang budaya bidang budaya yang diinventarisasi
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Guru yang Mendapatkan Peningkatan Jumlah Guru yang Mendapatkan 3432 3432 3432 3432 3432 125,1 Pusat dan Daerah 03
Kompetensi Bidang Seni Dan Budaya Peningkatan Kompetensi Bidang
Seni Dan Budaya
Guru yang Mendapatkan Peningkatan Jumlah Guru yang Mendapatkan 3377 3377 3377 3377 3377 150,8 Pusat dan Daerah 03
Kompetensi Bidang Matematika Peningkatan Kompetensi Bidang
Matematika
Guru yang mendapatkan peningkatan Jumlah Guru yang mendapatkan 0 2000 2000 2000 2000 265,8 Pusat dan Daerah 03
Kompetensi Ganda peningkatan Kompetensi Ganda
Guru yang Mendapatkan Peningkatan Jumlah Guru yang Mendapatkan 3377 3377 3377 3377 3377 136,5 Pusat dan Daerah 03
Kompetensi Bidang Penjaskes dan BK Peningkatan Kompetensi Bidang
Penjaskes dan BK
Guru yang Mendapatkan Peningkatan Jumlah Guru yang Mendapatkan 3069 3069 3069 3069 3069 116,3 Pusat dan Daerah 03
Kompetensi Bidang TK/PLB Peningkatan Kompetensi Bidang
TK/PLB
Kepala Sekolah yang Memperoleh Jumlah Kepala Sekolah yang 39564 39564 39564 39564 39564 1.022,1 Pusat dan Daerah 03
Peningkatan Kompetensi Memperoleh Peningkatan
Kompetensi
Model-Model (Inovasi) Peningkatan Jumlah Model-Model (Inovasi) 14 14 14 14 14 58,1 Pusat 03
Kompetensi Pendidik dan Tenaga Peningkatan Kompetensi Pendidik
Kependidikan dan Tenaga Kependidikan
Pengawas yang Memperoleh Jumlah Pengawas yang Memperoleh 0 900 900 900 900 27,2 Pusat dan Daerah 03
Peningkatan Kompetensi Peningkatan Kompetensi
Guru yang Mendapatkan Peningkatan Jumlah Guru yang Mendapatkan 1856 1856 1856 1856 1856 105,2 Pusat dan Daerah 03
Kompetensi Bidang Kelautan, Peningkatan Kompetensi Bidang
Perikanan, Teknologi Informasi dan Kelautan, Perikanan, Teknologi
Komunikasi Informasi dan Komunikasi
Guru yang Mendapatkan Peningkatan Jumlah Guru yang Mendapatkan 556 556 556 556 556 94,6 Pusat dan Daerah 03
Kompetensi Bidang Mesin dan Teknik Peningkatan Kompetensi Bidang
Industri Mesin dan Teknik Industri
Guru Kelas yang Mendapatkan Jumlah Guru Kelas yang 21219 21219 21219 21219 21219 499,8 Pusat dan Daerah 03
Peningkatan Kompetensi Bidang Mendapatkan Peningkatan
Tematik Kompetensi Bidang Tematik
Guru yang Mendapatkan Peningkatan Jumlah Guru yang Mendapatkan 1908 1908 1908 1908 1908 157,0 Pusat dan Daerah 03
Kompetensi Bidang Otomotif dan Peningkatan Kompetensi Bidang
Elektronika Otomotif dan Elektronika
023.B.16
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Guru yang Mendapatkan Peningkatan Jumlah Guru yang Mendapatkan 3377 3377 3377 3377 3377 138,9 Pusat dan Daerah 03
Kompetensi Bidang Bahasa Peningkatan Kompetensi Bidang
Bahasa
Guru yang Mendapatkan Peningkatan Jumlah Guru yang Mendapatkan 1997 1997 1997 1997 1997 145,8 Pusat dan Daerah 03
Kompetensi Bidang Pariwisata Peningkatan Kompetensi Bidang
Pariwisata
Guru yang Mendapatkan Peningkatan Jumlah Guru yang Mendapatkan 3388 3388 3388 3388 3388 133,3 Pusat dan Daerah 03
Kompetensi Bidang IPA Peningkatan Kompetensi Bidang IPA
Guru yang Mendapatkan Peningkatan Jumlah Guru yang Mendapatkan 1022 1022 1022 1022 1022 106,5 Pusat dan Daerah 03
Kompetensi Bidang Pertanian Peningkatan Kompetensi Bidang
Pertanian
Pembinaan Guru dan Tenaga
Kependidikan PAUD dan Dikmas 759,1
Guru TK/TKLB yang Menerima Jumlah Guru TK/TKLB yang 893 893 893 893 893 94,4 Pusat dan Daerah 03
Tunjangan Khusus Menerima Tunjangan Khusus
Penataan Guru dan Tendik PAUD dan Jumlah Penataan Guru dan Tendik 34 34 34 34 34 113,9 34 Provinsi 03
Dikmas PAUD dan Dikmas
Guru TK/TKLB yang mengikuti Jumlah Guru TK/TKLB yang 4251 4251 4251 4251 4251 210,2 Pusat dan Daerah 03
Sertifikasi Guru mengikuti Sertifikasi Guru
Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD Jumlah Guru dan Tenaga 60 60 60 60 60 11,6 Pusat dan Daerah 03
dan Dikmas yang Menerima Bantuan Kependidikan PAUD dan Dikmas
Peningkatan Kualifikasi S1/D4 yang Menerima Bantuan
Peningkatan Kualifikasi S1/D4
Rata - rata Nilai Kompetensi Guru dan Jumlah Rata - rata Nilai Kompetensi 899 899 899 899 899 168,4 Pusat dan Daerah 03
Tenaga Kependidikan PAUD dan Guru dan Tenaga Kependidikan
Dikmas PAUD dan Dikmas
Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD Jumlah Guru dan Tenaga 43360 43360 43360 43360 43360 160,6 Pusat dan Daerah 03
dan Dikmas yang Difasilitasi dalam Kependidikan PAUD dan Dikmas
Pengembangan Karir yang Difasilitasi dalam
Pengembangan Karir
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Guru Dikdas yang Menerima Bantuan Jumlah Guru Dikdas yang Menerima 50 50 50 50 50 19,3 Pusat dan Daerah 03
Peningkatan Kualifikasi S1/D4 Bantuan Peningkatan Kualifikasi
S1/D4
Rata - rata Nilai Kompetensi Guru Jumlah Rata - rata Nilai Kompetensi 6300 6300 6300 6300 6300 483,3 Pusat dan Daerah 03
Dikdas Guru Dikdas
Layanan Guru Daerah Khusus Jumlah Layanan Guru Daerah 800 800 850 900 950 148,3 Daerah Afirmasi 03
(Gurdasus) Khusus (Gurdasus)
Guru Dikdas yang Difasilitasi dalam Jumlah Guru Dikdas yang 2000 2000 2000 2000 2000 105,2 Pusat dan Daerah 03
Pengembangan Karir Difasilitasi dalam Pengembangan
Karir
Guru Dikdas yang Memperoleh Jumlah Guru Dikdas yang 676 676 676 676 676 150,3 Pusat dan Daerah 03
Penghargaan dan Perlindungan Memperoleh Penghargaan dan
Perlindungan
Pembinaan Guru Pendidikan Menengah
1.301,4
Guru Dikmen yang Menerima Jumlah Guru Dikmen yang 2283 2283 2283 2283 2283 238,6 Pusat dan Daerah 03
Tunjangan Khusus Menerima Tunjangan Khusus
Penataan Guru Dikmen Jumlah Penataan Guru Dikmen 34 34 34 34 34 75,6 34 Provinsi 03
Guru Dikmen yang mengikuti Jumlah Guru Dikmen yang 11052 11052 11052 11052 11052 538,1 Pusat dan Daerah 03
Sertifikasi Guru mengikuti Sertifikasi Guru
Guru Dikmen yang Menerima Bantuan Jumlah Guru Dikmen yang 20 20 20 20 20 9,9 Pusat dan Daerah 03
Peningkatan Kualifikasi S1/D4 Menerima Bantuan Peningkatan
Kualifikasi S1/D4
Rata - rata Nilai Kompetensi Guru Jumlah Rata - rata Nilai Kompetensi 1693 1693 1693 1693 1693 246,8 Pusat dan Daerah 03
Dikmen Guru Dikmen
Guru Dikmen yang Difasilitasi dalam Jumlah Guru Dikmen yang 7330 7330 7330 7330 7330 117,7 Pusat dan Daerah 03
Pengembangan Karir Difasilitasi dalam Pengembangan
Karir
Layanan Guru Daerah Khusus Jumlah Layanan Guru Daerah 500 500 550 600 650 74,7 Daerah Afirmasi 03
(Gurdasus) Khusus (Gurdasus)
Pembinaan Tenaga Kependidikan
Dikdasmen 627,2
Penataan Tenaga Kependidikan Jumlah Daerah yang Melakukan 34 34 34 34 34 122,8 34 Provinsi 03
Dikdasmen Penataan Tenaga Kependidikan
Dikdasmen
Rata - rata Nilai Kompetensi Kepala Jumlah Rata - rata Nilai Kompetensi 4300 4300 4300 4300 4300 243,8 Pusat dan Daerah 03
Sekolah Kepala Sekolah
023.B.18
INDIKASI BELANJA
PROYEK PRIORITAS
INDIKASI TARGET NON-OPERASIONAL AGENDA
PROGRAM/KEGIATAN/PROYEK INDIKATOR LOKASI STRATEGIS
TAHUN 2020-2024 PEMBANGUNAN
(MAJOR PROJECT)
2020 2021 2022 2023 2024 (Rp. Miliar)
Rata - rata Nilai Kompetensi Pengawas Jumlah Rata - rata Nilai Kompetensi 90 90 90 90 90 18,7 Pusat dan Daerah 03
Pengawas
Kepala Sekolah yang Difasilitasi dalam Jumlah Kepala Sekolah yang 1567 1567 1567 1567 1567 96,5 Pusat dan Daerah 03
Pengembangan Karir Difasilitasi dalam Pengembangan
Karir
Pengawas yang Difasilitasi dalam Jumlah Pengawas yang Difasilitasi 1508 1508 1508 1508 1508 49,2 Pusat dan Daerah 03
Pengembangan Karir dalam Pengembangan Karir
Tenaga Kependidikan Lainnya yang Jumlah Tenaga Kependidikan 204 204 204 204 204 16,6 Pusat dan Daerah 03
Difasilitasi dalam Pengembangan Karir Lainnya yang Difasilitasi dalam
Pengembangan Karir
Kepala Sekolah yang menerima Jumlah Kepala Sekolah yang 630 630 630 630 630 79,8 Pusat dan Daerah 03
Tunjangan Khusus menerima Tunjangan Khusus
Program Pendidikan Vokasi 56.105,8
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
50.242,2
Siswa Yang Mendapatkan Program Jumlah Siswa Yang Mendapatkan 1829167 1829167 1829167 1829167 1829167 8.501,3 Seluruh Indonesia 02, 03
Indonesia Pintar Program Indonesia Pintar
Sekolah Yang Mendapatkan Jumlah Sekolah Yang Mendapatkan 300 1000 1250 1500 1750 2.802,4 Pusat dan Daerah 03
Pembinaan Pembinaan
Siswa Yang Mendapatkan Beasiswa Jumlah Siswa Yang Mendapatkan 12150 12150 12150 12150 12150 94,6 Pusat dan Daerah 03
Bakat dan Berprestasi Beasiswa Bakat dan Berprestasi
Siswa Yang Mengikuti Lomba, Festival,