Anda di halaman 1dari 4

KELAPA SAWIT

(Tugas Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Sistem)

Oleh :

1. Atika Dwi Cahyani 1714231005

2. Luhung Ahadiyat 1714231006

3. Ravina Indraswari Herdani Putri 1714231007

4. Mia Dwi Lestari 1714231008

Kelompok 2
LATAR BELAKANG

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang
menduduki posisi penting dalam perekonomian Indonesia. Seiring dengan
penambahan luas areal kelapa sawit serta berkembangnya industri kelapa sawit di
berbagai wilayah di Indonesia, maka produksi kelapa sawit nasional dalam wujud
minyak sawit juga terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 1980 produksi Crude
Palm Oil (CPO) Indonesia hanya sebesar 721,17 ribu ton, dan naik menjadi 33,50 juta
ton pada tahun 2016 atau tumbuh rata-rata sebesar 11,50% per tahun. Dari hasil
penelusuran model estimasi dengan model Double Exponential Smoothing (DES),
penawaran kelapa sawit Indonesia selama periode 2017-2020 diperkirakan meningkat
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,39 % per tahun. Pada tahun 2017 produksi
kelapa sawit mencapai 35,29 juta ton, hingga tahun 2020 mengalami peningkatan
sebesar 41,32 juta ton (Kementrian Pertanian, 2016).

Perkebunan kelapa sawit dapat menghasilkan keuntungan yang besar sehingga banyak
hutan dan perkebunan lama dikonversikan menjadi perkebunan kelapa sawit.
Penyebaran kelapa sawit di Indonesia berada pada pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa,
Sulawesi, Papua, dan beberapa pulau tertentu di Indonesia. Buah kelapa sawit
digunakan sebagai bahan mentah minyak goreng, margarine, sabun ,kosmetika,
industri farmasi. Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah
buah. Bagian daging dari buah kelapa sawit menghasilkan minyak mentah yang
diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Sisa pengolahannya digunakan sebagai
bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

Produksi pertanian hanya dapat diperoleh jika persyaratan yang dibutuhkan dapat
dipenuhi, yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan skill. Indonesia sebagai negara yang
banyak mempunyai perkebunan kelapa sawit sehingga banyak persaingan investor di
dunia pasar, yang dapat dilihat tidak konstanya harga kelapa sawit/ harga kelapa sawit
berubah-ubah sesuai dengan standar dan hukum Indonesia.Mengingat besarnya
dampak harga kelapa sawit terhadap perekonomian Indonesia, dibutuhkan suatu
metode yang baik untuk dapat mengetahui/memprediksikan harga kelapa sawit.
Alasan dipilihnya harga kelapa sawit dalam hal ini, yaitu harga kelapa sawit
merupakan harga yang sedang berkembang dengan pesat serta tidak konstan terutama
di Indonesia.
Harga kelapa sawit, produktivitas kelapa sawit dan pendapatan petani merupakan
suatu variabel yang saling keterkaitan satu sama lain. Dapat dibuktikan ketika harga
kelapa sawit turun maka beban pengeluaran petani untuk pemeliharaan tanaman
kelapa sawit mereka akan semakin berat. Menurut hasil pengamatan yang telah
penulis lakukan di kalangan peduduk Desa Siamporik,

mereka mengakui bahwa ketika harga kelapa sawit turun maka pendapatan mereka
juga akan turun, karena dengan jumlah produktivitas yang sama tetapi harga kelapa
sawit turun maka otomatis pendapatan mereka juga akan turun.

Sifat kelapa sawit yang penting bagi kebutuhan pokok, maka masyarakat memerlukan
produksi kelapa sawit dalam jumlah yang besar agar kebutuhan mereka terhadap
manfaat kelapa sawit dapat tercukupi. Perkebunan kelapa sawit dapat memberikan
jumlah pendapatan yang mencukupi bahkan lebih tingggi bagi masyarakat petani
kelapa sawit tergantung luas kebunnya. Keadaan ini menyebabkan sebagian
masyarakat banyak mengalihkan pengelolaan pertaniannya untuk menanam kelapa
sawit. Korban yang paling dirugikan pada penurunan harga sawit tentunya adalah
petani sawit itu sendiri, padahal sebelumnya mereka bisa sedikit menikmati manisnya
harga TBS (Tandan Buah Segar). Banyak petani sawit yang frustasi, bahkan banyak
diantara petani sawit yang menelantarkan kebunnya, dan mengalih fungsikan
lahannya untuk ditanam komoditi lain yang lebih menguntungkan, atau dijual dan
dijadikan perumahan. Berdasarkan survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS)
tahun 2010, sektor pertanian menyumbang tenaga kerja sebanyak 42 juta orang lebih
dari jumlah penduduk 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan kerja utama
yang hampir mencapai 110 juta orang. Jika dilihat dari nilai absolutnya, maka
kontribusi sektor pertanian terhadap PDB merupakan jumlah yang besar, sehingga
seharusnya dapat dianalogikan bahwa petani seharusnya menerima pendapatan yang
memadai untuk dapat hidup sejahtera. Namun pada kenyataannya, apabila dilihat
melalui peta kemiskinan di Indonesia, kiranya dapat dipastikan bahwa bagian terbesar
penduduk yang miskin adalah penduduk yang bekerja di sector pertanian. Hal ini
menyebabkan bidang pertanian harus dapat memacu diri untuk dapat meningkatkan
produk pertaniannya. Sebagai salah satu pilar ekonomi negara, sektor pertanian
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan terutama dari penduduk pedesaan yang
masih dibawah garis kemiskinan. Masyarakat petani di Pantai timur Sumatera utara
khususnya di Kabupaten Serdang bedagai dan kabupaten Simalungun umumnya
memiliki luas perkebunan per kepala rumah tangga (KK) rata - rata sekitar satu
sampai dua hektar, dan lebih dikenal sebagai petani rakyat. Produksi kelapa sawit
yang di hasilkan dari luas kebun sawitnya dapat mencapai satu sampai dua ton dengan
harga yang tidak stabil atau berfluktuasi. Sebelum beberapa negara di dunia terkena
krisis dan menurunnya permintaan terhadap CPO harga kelapa sawit berkisar pada
harga Rp.1500, apabila di kalkulasikan dengan hasil panen yang dihasilkan dua ton
maka rata-rata pendapatan petani bisa mencapai Rp.3.000.000 per panennya,
sedangkan untuk waktu panen biasanya dilakukan setiap dua minggu sekali, jadi
pendapatan petani per bulannya bisa mencapai Rp.6.000.000 per bulannya. Dengan
penghasilan yang demikian sangat memungkinkan para petani sawit untuk dapat
memenuhi berbagai keperluan hidupnya. Akan tetapi, semenjak harga sawit turun
pada level Rp.400/kg, masyarakat petani sawit mengalami goncangan ekonomis,
karena pendapatan mereka telah berkurang dari Rp.6.000.000 per bulannya menjadi
Rp.800.000 per bulannya. Sementara mereka harus menghidupi kebutuhan keluarga
maupun biaya lainnya seperti pendidikan bagi anak-anak mereka, tempat tinggal,
biaya sosial dan sebagainya.

SUMBER PUSTAKA

Edi Iwan Siregar (2009). Strategi adaptasi petani rakyat dalam mensiasati fluktuasi
harga kelapa sawit. Skripsi, Universitas Sumatera utara.

Anda mungkin juga menyukai