Anda di halaman 1dari 47

Hipotesa : Retardasi Mental

Faktor Resiko Kemampuan tidak sesuai dengan teman sebayanya


disertai dengan gangguan adaptasi dibawah usia 18
tahun

Retardasi Mental SLB

Ringan : mampu didik Deteksi Retardasi Mental :


Sedang : mampu latih PEDS :< 8 tahun
Berat : didik + pantau seumur hidup IQ :> 8 tahun
Pemeriksaan Fisik

Cegah Retardasi Mental :


Asam folat Tatalaksana :
Iodium Farmakoterapi
kalori 100-200 Nonfarmakoterapi : Support orangtua
lemak 20% kal
Sasaran Belajar
L.I.1 Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental
L.O.1.1 Definisi Retardasi Mental
L.O.1.2 Epidemiolgi Retardasi Mental
L.O.1.3 Etiologi Retardasi Mental
L.O.1.4 Klasifikasi Retardasi Mental
L.O.1.5 Manifestasi Retardasi Mental
L.O.1.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
L.O.1.7 Penatalaksanaan Retardasi Mental
L.O.1.8 Pencegahan Retardasi Mental
L.O.1.9 Prognosis Retardasi Mental
L.I.2 Memahami dan Menjelaskan Gizi Pada Masa Perkembangan
L.O.2.1 Periode Pertumbuhan Anak dan Remaja
LO.2.2 Jenis gizi dan kebutuhan
L.I.3 Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orangtua Pada Anak Menurut Islam
L.I.1 Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental

L.O.1.1 Definisi Retardasi Mental


a) Disebut juga oligofrenia (oligo=kurang/sedikit ; fren=jiwa) atau tuna mental
b) The american Association Deficiency (AAMD) dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders edisi keempat (DSM-IV) mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi intelektual
keseluruhan yang secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan atau berhubungan dengan
gangguan pada perilaku adaktif dan bermanifestasi selama periode perkembangan yaitu sebelum usia 18
tahun. (Kaplan, 2008)
c) Carter CH (dikutip dari Toback C.) megatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
d) Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fumgsi intelegensi yang rendah, yang
disertai adanya kendala dalam penyusuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.
e) Menurut World Health Organization (WHO) retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak
mencukupi. (WHO dikutip dari Menkes RI, 1990).
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan yang dinyatakan sebagai IQ (Intelengence
Quitient)

IQ adalah MA/CA x 100%

M.A = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test.
C.A = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ dibawah 70-75. Anak ini tidak dapat
mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berfikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya
ingat lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang untuk mandiri,
menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan
budayanya.Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling meninjol adalah kesulitan
menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya.Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai
dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun. Karena gejala
tersebut timbul setelah 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala
klinisnya.
(Soetjiningsih, 1995)

L.O.1.2 Epidemiolgi Retardasi Mental

Sekitar 3% populasi umum mempunyai kuotien intelegensi (IQ) kuranf dari 2 simpang baku di bawah mean.
Telah diperkirakan bahwa 80 – 90% individu dalam populasi dengan retardasi mental berfungsi dalam
kisaran ringan, sementara hanya 5% populasi dengan retardasi mental yang gangguannya berat sampai sangat
berat. Prevalensi retardasi mental ringan berbanding terbalik dengan status social ekonomi, sementara
ketidakmampuan sedang sampai berat terjadi dengan frekuensi yang sama pada hampir semua kelompok
pendapatan. Karena diagnosis retardasi mental didasarkan pada penilaian perilaku penyesuaian diri dan tidak
ganya pada IQ, maka epidemiologinya juga bervariasi sejalan dengan siklus hidup. Insidens retardasi yang
pada mulanya dilaporkan meningkat sejalan dengan usia, jumlahnya meningkat dengan tajam pada awal
tahun – tahun sekolah dan menurun pada akhir masa remaja ketika individu dengan gangguan ringan
menyelesaikan pendidikan formalnya dan berasimilasi ke dalam kehidupan dewasa “normal”. Identifikasi
anak dengan retardasi ringan pada masa pra-sekolah paling lazim dipercepat dengan perhatian pada
perkembangan bahasanya, (nelson)

L.O.1.3 Etiologi Retardasi Mental

Terdapat banyak penyebab cacat mental, seperti penyakit yang diderita semasa kehamilan, terusakan dalam
metabolisme, penyakit pada otak polamal, dan yang tidak baik, dan perawatan yang tidak sesuai. Laporan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memaparkan bahwa 30% dari anak-anak yang cacat mental serius
disebabkan oleh ketidaknormalan genetik, seperti down syndrom, 25% disebabkan oleh cerebrum palsy, 30%
disebabkan oleh meningitis dan masalah pranatal sedangkan 15% sisanya belum dapat ditemakan. 9 faktor
yang menjadi penyebab timbulnya cacat mental: penyakit yang disebabkan minuman keras, trauma,
metabolisme atau pola makan yang tidak baik dan penyakit dalam otak, pengaruh saat masa kehamilan yang
tidak diketahui, kromosom yang abnormal, gangguan semasa kehamilan, gangguan psikiatris dan pengaruh
Iingkungan.

Anak yang mengalami retardasi mental dapat disebabkan beberapa faktor diantara faktor genetik atau juga
kelainan dalam kromosom, faktor ibu selama hamil dimana terjadi gangguan dalam gizi atau penyakit pada
ibu seperti rubella, atau adanya virus lain atau juga faktor setelah lahir dimana dapat terjadi kerusakan otak
apabila terjadi infeksi seperti terjadi meningitis, ensefalitis, dan lain-lain.

Etiologi retardasi mental menggambarkan pengaruh kait-mengkait antara faktor bakat (turunan) dan faktor
lingkungan. Penyebab atau yang dicurigai sebagai penyebab retardasi mental (RM) antara faktor bakat
(turunan) dan faktor lingkungan. Dalam mengkaji etiologi retardasi mental perlu disimak 3 faktor berikut,
yaitu:

1. Predisposisi genetik, termasuk kepekaan yang dipengaruhi oleh faktor genetik terhadap agens atau
faktor ekologis.
2. Faktor lingkungan yang dapat mengganggu organisme yang sedang tumbuh, misalnya keadaan
nutrisi, radiasi, dan juga keadaan lingkungan psikososial.
3. Waktu terjadinya pemaparan, saat terjadinya pemaparan dapat memengaruhi beratnya kerusakan.

Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum umur 4 tahun sangat memepengaruhi
perkembangan otak dan dapat juga mengakibatkan retardasi mental. Keadaan dapat diperbaiki dengan
memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah ini biarpun anak itu dibanjiri dengan makanan bergizi,
intelegensi yang rendah itu sudah sukar ditingkatkan.

Beberapa penyebab retardasi mental yang dapat dicegah atau diobati Selain penyebab di atas, masih banyak
penyebab retardasi mental yang dapat dicegah dan diobati dan cukup banyak pula yang penyebabnya sampai
saat ini belum dapat diobati. Di antara penyebab yang dapat dicegah yaitu asfiksia lahir dan trauma lahir,
infeksi, malnutrisi berat dan defisiensi yodium.

Faktor Resiko terjadinya Retardasi Mental :

Faktor Prenatal

Penggunaan berat alkohol pada perempuan hamil dapat menimbulkan gangguan pada anak yang mereka
lahirkan yang disebut dengan fetal alcohol syndrome. Faktor-faktor prenatal lain yang memproduksi retardasi
mental adalah ibu hamil yang menggunakan bahan-bahan kimia, dan nutrisi yang buruk. (Durand, 2007).

Penyakit ibu yang juga menyebabkan retardasi mental adalah sifilis, cytomegalovirus, dan herpes genital.
Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen dan cidera kepala, menempatkan anak pada resiko lebih
besar terhadap gangguan retardasi mental. Kelahiran premature juga menimbulkan resiko retardasi mental
dan gangguan perkembangan lainnya. Infeksi otak, seperti encephalitis dan meningitis juga dapat
menyebabkan retardasi mental. Anak-anak yang terkena racun, seperti cat yang mengandung timah, juga
dapat terkena retardasi mental. (Nevid, 2003)

Faktor Psikososial

Seperti lingkungan rumah atau sosial yang miskin, yaitu yang tidak memberikan stimulasi intelektual,
penelantaran, atau kekerasan dari orang tua dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam
perkembangan retardasi mental. (Nevid, 2002)

Anak-anak dalam keluarga yang miskin mungkin kekurangan mainan, buku, atau kesempatan untuk
berinteraksi dengan orang dewasa melalui cara-cara yang menstimulasi secara intelektual akibatnya mereka
gagal mengembangkan keterampilan bahasa yang tepat atau menjadi tidak termotivasi untuk belajar
keterampilan-keterampilan yang penting dalam masyarakat kontemporer. Beban-beban ekonomi seperti
keharusan memiliki lebih dari satu pekerjaan dapat menghambat orang tua untuk meluangkan waktu
membacakan buku anak-anak, mengobrol panjang lebar, dan memperkenalkan mereka pada permainan
kreatif. Lingkaran kemiskinan dan buruknya perkembangan intelektual dapat berulang dari generasi ke
generasi (Nevid, 2002).

Kasus yang berhubungan dengan aspek psikososial disebut sebagai retardasi budaya-keluarga (cultural-
familial retardation). Pengaruh cultural yang mungkin memberikan kontribusi terhadap gangguan ini
termasuk penganiayaan, penelantaran, dan deprivasi sosial. (Durand, 2007)

Faktor Biologis

1. Pengaruh genetik

Kebanyakan peneliti percaya bahwa di samping pengaruh-pengaruh lingkungan, penderita retardasi mental
mungkin dipengaruhi oleh gangguan gen majemuk (lebih dari satu gen). Salah satu gangguan gen dominan
yang disebut tuberous sclerosis, yang relatif jarang, muncul pada 1 diantara 30.000 kelahiran. Sekitar 60%
penderita gangguan ini memiliki retardasi mental. Phenyltokeltonuria (PKU) merupakan gangguan genetis
yang terjadi pada 1 diantara 10.000 kelahiran (Plomin, dkk, 1994, dalam Nevid, 2002). Gangguan ini
disebabkan metabolisme asam amino Phenylalanine yang terdapat pada banyak makanan. Asam
Phenylpyruvic, menumpuk dalam tubuh menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat yang
mengakibatkan retardasi mental dan gangguan emosional.

2. Pengaruh kromosomal

Jumlah kromosom dalam sel-sel manusia yang berjumlah 46 baru diketahui 50 tahun yang lalu. Tiga tahun
berikutnya, para peneliti menemukan bahwa penderita Sindroma Down memiliki sebuah kromosom kecil
tambahan. Semenjak itu sejumlah penyimpangan kromosom lain menimbulkan retardasi mental telah
teridentifikasi yaitu Down syndrome dan Fragile X syndrome.

a. Down syndrome
Sindroma down, merupakan bentuk retardasi mental kromosomal yang paling sering dijumpai, di
identifikasi untuk pertama kalinya oleh Langdon Down pada tahun 1866. Gangguan ini disebabkan
oleh adanya sebuah kromosom ke 21 ekstra dan oleh karenanya sering disebut dengan trisomi 21.
(Durand, 2007). Anak retardasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah
Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 – 60, dan rata-rata mereka
memliki IQ 30 – 50. Abnormalitas kromosom yang paling umum menyebabkan retardasi mental
adalah sindrom down yang ditandai oleh adanya kelebihan kromosom atau kromosom ketiga pada
pasangan kromosom ke 21, sehingga mengakibatkan jumlah kromosom menjadi 47. Anak dengan
sindrom down dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu, seperti wajah bulat, lebar, hidung
datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah ke bawah pada kulit dibagian ujung mata yang
memberikan kesan sipit. Lidah yang menonjol, tangan yang kecil, dan berbentuk segi empat dengan
jari-jari pendek, jari kelima yang melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta tidak
proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh juga merupakan ciri-ciri anak dengan sindrom down.
Hampir semua anak ini mengalami retardasi mental dan banyak diantara mereka mengalami masalah
fisik seperti gangguan pada pembentukan jantung dan kesulitan pernafasan. (Nevid, 2003)

b. Fragile X syndrome
Fragile X syndrome merupakan tipe umum dari retardasi mental yang diwariskan. Gangguan ini
merupakan bentuk retardasi mental paling sering muncul setelah sindrom down (Plomin, dkk, 1994,
dalam Nevid, 2003). Gen yang rusak berada pada area kromosom yang tampak rapuh, sehingga
disebut Fragile X syndrome. Sindrom ini mempengaruhi laki-laki karena mereka tidak memiliki
kromosom X kedua dengan sebuah gen normal untuk mengimbangi mutasinya. Laki-laki dengan
sindrom ini biasanya memperlihatkan retardasi mental sedang sampai berat dan memiliki angka
hiperaktifitas yang tinggi. Estimasinya adalah 1 dari setiap 2.000 laki-laki lahir dengan sindrom ini .

Menurut PedomanPenggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1 faktor-faktor penyebab retardasi mental
adalah sebagai berikut:

a. Infeksi dan atau intoksinasi


Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan janin, yaitu
rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang
pada akhirnya menimbulkan retardasi mental. Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis,
toksoplasma, dll. ke dalam tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan
intoksinasi, karena masuknya “racun” atau obat yang semestinya dibutuhkan.

b. Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain


Ruda paksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha
melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental. Pada waktu proses
kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak.
Mungkin juga karena terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi
sel-sel korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi mental.

c. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi


Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan
metabolism karbohidrat dan protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam
kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat
mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu
dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu
biarpun anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang rendah tersebut sangat
sukar untuk ditingkatkan.

d. Penyakit otak yang nyata


Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, yang
dapat bersifat degeneratif, radang, dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat
menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan mental.

e. Penyakit atau pengaruh prenatal


Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi tidak diketahui etiologinya,
termasuk anomaly cranial primer dan defek congenital yang tak diketahui sebabnya.

f. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun bentuknya. Kelainan pada jumlah
kromosom menyebabkan sindroma down yang dulu sering disebut mongoloid.

g. Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi
yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang
dari 38 minggu.

h. Akibat gangguan jiwa yang berat


Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa yang berat pada masa kanak-kanak.

i. Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal
perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak.

L.O.1.4 Klasifikasi Retardasi Mental


Menurut nilai IQ-nya (dikutip dari Swaiman 1989) :

Nilai IQ

Sangat superior 130 atau lebih


Superior 120-129

Diatas rata-rata 110-119

Rata-rata 90-110

Dibawah rata-rata 80-89

Retardasi mental borderline 70-79

Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69

Retardasi mental sedang (mampu latih) 36-51

Retardasi mental berat 20-35

Retardasi mental sangat berat Dibawah 20

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih mampu didik,
retardasi mental sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan
pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.

Retardasi Mental Taraf Perbatasan

a. Intelligence Quotient : 68 - 85 (keadaan bodoh/bebal)


b. Patokan social: Tidak dapat bersaing dalam mencari nafkah
c. Patokan pendidikan : Beberapa kali tak naik kelas di SD

Retardasi Mental Ringan

a. Intelligence Quotient : 52 – 67 (debil/moron/keadaan tolol)


b. Patokan sosial: Dapat mencari nafnah sendiri dengan mengerjakan sesuatu yang sederhana dan
mekanistis.
c. Patokan pendidikan : Dapat dididik dan dilatih tetapi pada sekolah khusus (SLB). Tidak selalu dapat
dibedakan dengan anak-anak normal sebelum mulai bersekolah.

Retardasi Mental Sedang

a. Intelligence Quotient : 36 – 51 (taraf embisil/keadaan dungu)


b. Patokan sosial: Tidak dapat mencari nafkah sendiri. Dapat melakukan perbuatan untuk keperluan
dirinya (mandi, berpakaian, makan, dst.).
c. Patokan pendidikan : Tidak dapat dididik, hanya dapat dilatih.Memiliki kelemahan fisik dan disfungsi
neurologis yang menghambat keterampilan motorik yang normal

Retardasi Mental Berat

a. Intelligence Quotient : 20 – 35
b. Patokan sosial: Tidak dapat mencari nafkah sendiri. Kurang mampu melakukan perbuatan untuk
keperluan dirinya. Dapat mengenal bahaya.
c. Patokan pendidikan : Tidak dapat dididik, dapat dilatih untuk hal-hal yang sangat sederhana.

Umumnya memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor.
Mereka hanya dapat melakukan sedikit aktifitas secara mandiri dan sering kali terlihat lesu karena kerusakan
otak mereka yang parah menjadikan mereka relatif pasif dan kondisi kehidupan mereka hanya memberikan
sedikit stimulasi

Retardasi Mental Sangat Berat

a. Intelligence Quotient : Kurang dari 20 (idiot/keadaan pander)


b. Patokan social: Tidak dapat mengurus diri sendiri dan tidak dapat mengenal bahaya. Selama hidup
tergantung dari pihak lain.
c. Patokan pendidikan : Tidak dapat dididik dan dilatih Membutuhkan supervisi total dan sering kali
harus diasuh sepanjang hidup mereka. Sebagian besar mengalami abnormalitas fisik yang berat serta
kerusakan neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri kemanapun.

Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi :

a) Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebab
sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus da kelainan ini
dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah. Orang tua dar si anak yang menderiita retardasi
mental tipe ini cepat mencari pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

b) Tipe sosial budaya


Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran.
Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu mereka
keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan
berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya
kelainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari psikolog,
karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf
IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.
Klasifikasi menurut faktor sosial dan pendidikan sebagai berikut

a. Bodoh atau bebal, bila IQ 65-85, taraf perbatasan, tidak sanggup bersaing mencari nafkah dan
beberapa kali tidak naik kelas di SD.
b. Debilitas (keadaan tolol), bila IQ 52-64, termasuk kategori retardasi mental ringan, dapat mencari
nafkah secara sederhana dalam keadaan baik, dapat dididik dan dilatih di sekolah khusus.
c. Imbisilitas (keadaan dungu), bila IQ 35-51 (retardasi mental sedang) atau IQ 20-35 (retardasi
mental berat), mengenal bahaya, ridak bisa mencari nafkah, tidak dapat dididik dan dilatih.
d. Idiosi (keadaan pandir) jika IQ kurang dari 20, termasuk golongan retardasi mental sangat berat,
tidak mengenal bahaya, tidak dapat mengurus diri sendiri, tidak dapat dididik dan dilatih.

L.O.1.5 Manifestasi Retardasi Mental

Tingkatan Retardasi Mental


Kemampuan Usia
Kisaran Kemampuan Usia Kemampuan Masa Dewasa
Tingkat Prasekolah (sejak
IQ Sekolah (6-20 tahun) (21 tahun keatas)
lahir-5 tahun)
• Bisa mempelajari
• Bisa membangun Biasanya bisa mencapai
pelajaran kelas 6
kemampuan sosial kemampuan kerja dan
pada akhir usia
dan komunikasi bersosialisasi yang cukup,
belasan tahun
Ringan 52-68 • Koordinasi otot tetapi ketika mengalami
• Bisa dibimbing ke
sedikti terganggu stres sosial ataupun
arah pergaulan
• Seringkali tidak ekonomi, memerlukan
sosial
terdiagnosis bantuan
• Bisa dididik
• Bisa memenuhi
• Bisa mempelajari kebutuhannya sendiri
beberapa dengan melakukan
• Bisa berbicara dan
kemampuan sosial pekerjaan yang tidak
belajar
dan pekerjaan terlatih atau semi terlatih
• Kesadaran sosial
Moderat 36-51 • Bisa belajar dibawah pengawasan
kurang
bepergian sendiri di • Memerlukan pengawasan
• Koordinasi otot
tempat-tempat yang dan bimbingan ketika
cukup
dikenalnya dengan mengalami stres sosial
baik maupun ekonomi yang
ringan
• Bisa mengucapkan
beberapa kata
• Mampu
• Bisa berbicara atau
mempelajari • Bisa memelihara diri sendiri
belajar
kemampuan untuk dibawah pengawasan
berkomunikasi
menolong diri • Dapat melakukan beberapa
Berat 20-35 • Bisa mempelajari
sendiri kemampuan perlindungan
kebiasaan hidup
• Tidak memiliki diri dalam lingkungan yang
sehat yang
kemampuan terkendali
sederhana
ekspresif atau
hanya sedikit
• Koordonasi jelek
• Sangat terbelakang • Memiliki beberapa
• Memiliki beberapa
• Koordinasi ototnya koordinasi otot dan
koordinasi otot
Sangat 19 atau sedikit sekali berbicara
• Kemungkinan tidak
berat kurang • Mungkin • Bisa merawat diri tetapi
dapat berjalan aau
memerlukan sangat terbatas
berbicara
perawatan khusus • Memerlukan

Anak-anak cacat mental berbeda dari anak-anak lain dalam aspek berikut: Proses kognitif (terbatas dan
menghambat prestasi dalam bidang akademis); Pemerolehan dan penggunaan bahasa: kurang benar dalam
hal struktur dan maknanya; Kemampuan fisik dan motorik (termasuk penglihatan dan pendengaran serta
penggunaan motorik ringan); Ciri-ciri pribadi dan sosial (kurang daya konsentrasi, bermasalah dalam tingkah
laku) (Muhammad, 2008).

Adapun cici – cirri yang lainnya yaitu lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagalnya
melewati tahap perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah normal (kadang-kadang lebih
besar atau lebih kecil dari ukuran normal), Kemungkinan lambatnya pertumbuhan Kemungkinan tonus otot
abnormal (lebih sering tonus otot lemah).

Kelainan Pada Tubuh Anak dengan Retardasi Mental :

1. Kelainan pada mata :


a. Katarak : Sindrom Cockayne, Sindrom Lowe, Galactosemia, Sindrom Down, Kretin, Rubella
Pranatal, dll.
b. Bintik cherry-merah pada daerah macula : Mukolipidosis, Penyakit Niemann-Pick, Penyakit Tay-
Sachs
c. Korioretinitis : Lues congenital, Penyakit Sitomegalovirus, Rubella Pranatal
d. Kornea keruh : Lues Congenital, Sindrom Hunter, Sindrom Hurler, Sindrom Lowe

2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik : Defisiensi glikogen sinthesa, Hipersilinemia, Hipoglikemia, terutama
yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan VI, Phenyl ketonuria, Sindrom malabsobrsi
methionin, dll.
b. Kejang pada masa neonatal : Arginosuccinic asiduria, Hiperammonemia I dan II, Laktik asidosis, dll.

3. Kelainan kulit Bintik café-au-lait : Atakasia-telengiektasia, Sindrom bloom, Neurofibromatosis,


Tuberous selerosis

4. Kelainan rambut
a. Rambut rontok : Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih : Atrofi progresif serebral hemisfer, Ataksia telangiectasia, Sindrom
malabsorbsi methionin
c. Rambut halus : Hipotiroid, Malnutrisi

5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali : Hidrosefalus, Neuropolisakaridase, Efusi subdural

6. Perawakan pendek : Kretin, Sindrom Prader-Willi


7. Distonia : Sindrom Hallervorden-Spaz

L.O.1.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding


Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat diperlukan, yaitu untuk mengetahui penyebab
kelainan ini organik atau non organik, apakah kelainannya dapat diobati/tidak dan apakah ada faktor
genetik/tidak. Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunakan DDST
(Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula anamnesis
yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah
anak berumur enam tahun dapat dilakukan tes IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat
diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada system susunan saraf pusat, perlu
anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah lingkungan/faktor non organik
lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan
stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu.
(Depkes, 2005)
Untuk mendiagnosa retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesa dari orang tua dengan teliti
mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin dilakukan juga pemeriksaan
psikologik, bila perlu diperiksa juga di laboratorium, diadakan evaluasi pendengaran dan bicara. Observasi
psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatrik disamping retardasi mental.1
Tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan
sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua
informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku adaptif dan hasil tes psikometrik. Untuk diagnosis
yang pasti harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi
terhadap tuntutan dari lingkungan sosial biasa sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan retardasi
mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala:
mikrosefali, hidrosefali, dan sindrom down. Wajah pasien dengan retardasi mental sangat mudah dikenali
seperti hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah tampak
tumpul.

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :


 Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya pada
individu yang dilakukan test IQ.
 Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan menolong diri
sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
 Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.

ANAMNESIS
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah membedakannya dari
variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi besar pada usia saat mereka belajar
berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan
mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku.
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak. Beberapa pertanyaan
yang dapat ditanyakan antara lain :
 Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau
menggerakkan bagian tubuh.
 Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara padanya.
 Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”
 Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari ke arah suara
 Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
 Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil koran”
 Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung, telinga.
(Depkes, 2009)

American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM IV)
membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe:
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap

Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti perbendaharaan kata yang jelas
terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau
membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi
sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18
bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan
badannya untuk menyatakan keinginannya.
Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif, selain ditemukan gejala-gejala gangguan bahasa
ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat. Gangguan ini biasanya tampak sebelum
usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun
atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa reseptif-ekspresif campuran memiliki gangguan auditorik
sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual seperti arti suatu gambar, biasanya tampak tuli.
Anak-anak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu berhubungan dengan
gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara.
Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau perpanjangan
suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki

Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian khusus pada
kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat retardasi mental; hubungan darah pada orang tua;
dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit, klinisi menilai latar belakang sosialkultural pasien,
iklim emosional di rumah, dan fungsi intelektual pasien. Serta dilakukan anamnesis pada ibu pasien, sebagai
berikut:
 Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
 Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
 Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
 Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan anjuran dokter?
 Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
 Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
 Riwayat perkembangan anak?
 Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
 Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
 Latar belakang sosiokultural?
(Depkes, 2009)

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa dan bicara. Perlu
diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom William
(facies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain.
Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan
lidah, dan mengulang suku kata pa, ta, pata, pataka. (Depkes, 2007)

Cara Pengukuran Pertumbuhan


Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan, maka dilakukan
pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan parameter yang sudah
terstandardisasikan, yaitu meliputi:
A. Tinggi badan
B. Berat badan
C. Lingkar lengan
D. Lingkar kepala
E. Lingkar dada
F. Lingkar abdomen

A. Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi tubuh berdiri.
Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah 5 tahun. Panjang
badan berbaring diukur ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang kokoh yang memiliki
tongkat pengukur. Telapak kaki dipegang kuat-kuat pada sebilah papan vertikal yang dipasang
pada tanda nol. Kemudian anak diukur panjang padannya baik dengan tongkat pengukur ataupun
menggunakan meteran untuk menjahit.
Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus, dengan tumit,
bokong, bagian atas punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu bidang vertikal (misal
dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus dirapatkan. Kemudian ukurlah
tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.
Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi badan orang tua
dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai potensinya. Rumus yang digunakan:

TB anak perempuan = ( TB ayah – 13 cm ) + TB ibu ± 8,5 cm

TB anak laki-laki = ( TB ibu +13 cm ) + TB ayah ± 8,5 cm

2
B. Pengukuran Berat Badan
Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Banyak timbangan yang dapat digunakan
untuk menimbang berat badan. Yang penting harus menggunakan alat timbang yang standar.

C. Pengukuran Lingkar Kepala


Cara melakukan pengukuran lingkar kepala dapat menggunakan pita meteran yang tidak mudah
berubah panjangnya, seperti pita meteran yang dipakai untuk menjahit baju. Pita dilingkarkan
pada kepala anak, menutupi alis mata dan melewati oksipital.

Umur Anak Angka normal anak


Ketika Diperiksa Laki-laki (cm) Perempuan (cm)
0 bulan 32 - 37.5 32 - 36.5
1 Bulan 34.5 - 40.5 34 – 39
2 Bulan 36.5 – 42 36 – 41
3 Bulan 38 - 43.5 37 – 42
4 Bulan 39 - 44.5 38.5 - 43.5
5 Bulan 40.5 – 45 39 - 45
6 Bulan 41 – 46 40 - 46
7 Bulan 42 – 47 41 - 47
8 Bulan 43 – 48 41.5 - 47.5
9 Bulan 43.5 - 48.5 42 - 48
10 Bulan 44 – 49 42.75 - 48.5
11 Bulan 44.5 - 49.5 43.5 - 48.75
12 bulan 45 - 49.75 43.75 - 49
13 Bulan 45 - 49.75 43.75 - 49
14 Bulan 45.5 - 50.5 44.5 - 49.5
15 Bulan 45.5 - 50.5 44.5 - 49.5
16 Bulan 46.25 – 51 45 - 50
17 Bulan 46.25 – 51 45 - 50
18 Bulan 46.25 – 51 45 - 50
19 bulan 46.25 - 51.5 45 - 50
20 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75
21 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75
22 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75
23 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75
24 Bulan 47 – 52 45.75 - 51
2.5 Tahun 47 – 52 45.75 - 51
3 Tahun 48 – 53 46.5 - 52
3.5 Tahun 48 – 53 46.5 - 52
4 Tahun 48.5 - 53.5 47 - 53
4.5 Tahun 48.5 - 53.5 47 - 53
5 Tahun 48.75 - 53.75 48 - 53
5.5 Tahun 48.75 - 53.75 48 - 53
6 Tahun 49 – 54 48 - 53

Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada
pasien retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.
 Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
 Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah
 Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
 Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas,
dll
 Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi
 Geligi : odontogenesis yang tdk normal
 Telinga : keduanya letak rendah; dll
 Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
 Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
 Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar,
klinodaktil, dll
 Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
 Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
 Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing
diujungnya, lebar, besar, gemuk
(Kaplan, 2008)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)


Merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang dihasilkan saraf VIII,
pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak) sebagai respon terhadap stimulus
auditorik.
Gangguan neurologis sering terjadi pada retardasi mental seperti gangguan kejang terjadi
pada 10 % dari semua orang retardasi mental. Gangguan pada motorik dimanifestasikan oleh
kelainan pada tonus (spastisitas atau hipotonia), refleks (hiperrefleksia), dan gerakan
involunter (koreoatetosis). Derajat kecacatan yang lbih kecil ditemukan dalam kelambanan
dan koordinasi yang buruk.
Gangguan sensorik dapat berupa gangguan pendengaran yang ringan. Gangguan visual dapat
terentang dari kebutaan sampai gangguan konsep ruang, pengenalan rancangan, dan konsep
citra tubuh. Dilakukan pemeriksaan sinar-x tengkorak, pemeriksaan tomografi computer
(CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menghubungkan patologi sistem saraf
pusat dengan retardasi mental, pembesaran kepala, dicurigai adanya kelainan otak yang luas,
dicurigai adanya tumor intra kranial, kejang local.
Elektroensefalogram (EEG) digunakan untuk menentukan adanya gejala kejang yang
dicurigai, kesulitan mengerti bahasa yang berat. (Kaplan, 2008)

2. Pemeriksaan audiometric
a. Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan untuk
anak-anak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4 kategori
pengukuran dengan audiometri :
b. Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan dengan
melihat respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang diberikan dapat berupa
menoleh ke arah sumber bunyi atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di
ruangan yang tenang atau kedap suara dan menggunakan mainan yang berfrekuensi
tinggi. Penilaian dilakukan terhadap respon yang diperlihatkan anak.
c. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan sambil bermain,
misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada tempat tertentu bila dia
mendengar bunyi.
d. Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus
dalam daftar yang disebut : phonetically balance word LBT (PB List). Anak diminta
untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini
dilihat apakah anak dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini
adalah untuk menilai kemampuan anak dalam pembicaraan seharihari dan untuk menilai
pemberian alat bantu dengar (hearing aid).
e. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus. (Toback, 2003)

3. CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan gambaran area
otak yang abnormal.

4. Timpanometri
Digunakan untuk mengukur kelenturan membrana timpani dan system osikular. Selain tes
audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling dikenal yaitu skala Wechsler, yang
menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ verbal, IQ performance, dan IQ gabungan.
 Skala intelegensi Wechsler untuk anak II: penyelesaian susunan gambar. Tes ini terdiri
dari satu set gambar-gambar objek yang umum, seperti gambar pemandangan. Salah satu
bagian yang penting dihilangkan dan anak diminta untuk mengidentifikasi. Respon
dinilai sebagai benar atau salah.
 Skala intelegensi Wechsler untuk anakIII: mendesain balok. Anak diberikan pola
bangunan dua dimensi dan kemudian diminta untuk membuat replikanya menggunakan
kubus dua warna. Respon dinilai sebagai benar atau salah. (Depkes, 2005)

5. Tes Laboratorium
Pada tes laboratorium retardasi mental yang digunakan adalah pemeriksaan urin dan darah
untuk mencari gangguan actorti. Kelainan enzim pada gangguan kromosom, terutama
sindrom down.
Amniosentesis yaitu pengambilan cairan actort dari ruang amnion secara trans-abdominal
antara usia kehamilan 14 dan 16 minggu, digunakan untuk kelainan kromosom bayi terutama
sindrom Down. Sel cairan amnion, yang terbanyak berasal dari janin, dibiakkan untuk
pemeriksaan sitogenetik dan biokimiawi. Amniosentesis dianjurkan untuk semua wanita
hamil di atas usia 35 tahun.
Pengambilan sampel vili korionik (CVS;chorionic villi sampling) adalah tehnik skrining
yang baru untuk menentukan kelainan janin. Cara ini dilakukakn pada usia kehamilan 8 dan
10 minggu, yang 6 minggu lebih awal dibandingkan amniosentesis. Hasilnya tersedia dalam
waktu yang singkat (beberapa jam/hari), jika kehamilan abnormal, keputusan untuk
mengakhiri kehamilan dapat dilakukakan dalam trimester pertama. (Soetjiningsih, 1995)

6. Pemeriksaan Psikologis
Dilakukan oleh ahli psikologi yang berpengalaman. Tes Gesell, Bayley, dan Cattell adalah
tes yang sering digunakan untuk bayi. Tes Bender Gestalt dan Benton Visual Retention test
juga digunakan untuk anak retardasi mental. Disamping itu, pemeriksaan psikologi harus
menilai kemampuan actortic, motorik, actortic, dan kognitif. Informasi tentang actor
motivasional, emosional, dan interpersonal juga penting.

Pemeriksaan lainnya:

1. Kromosomal kariotipe
- Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
- Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
- Terdapat beberapa kelainan kongenital
- Genital abnormal
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
- Gejala kejang yang dicurigai
- Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
- Pemebesaran kepala yang progresif
- Tuberous sklerosis
- Dicurigai kelainan otak yang luas
- Kejang lokal
- Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
- Kelainan pendengaran tipe sensorineural
- Neonatal hepatosplenomegali
- Petechie pada periode neonatal
- Chorioretinitis
- Mikroptalmia
- Kalsifikasi intrakranial
- Mikrosefali

5. Serum asam urat


- Choreoatetosis
- Gout
- Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
- Asidosis metabolik
- Kejang mioklonik
- Kelemahan yang progresif
- Ataksia
- Degenerasi retina
- Ophtalmoplegia
- Episode seperti stroke yang berulang
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
- Hepatomegali
- Tuli
- Kejang dini dan hipotonia
- Degenerasi retina
- Ophtalmoplegia
- Kista pada ginjal
8. Serum seng (Zn)
- Acrodermatitis
9. Logam berat dalam darah
- Anamnesis adanya pika
- Anemia
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
- Gerakan involunter
- Sirosis
- Cincin Kayser-fleischer
11. Serum asam amino atau asam organik
- Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
- Gagal tumbuh
- Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
- Warna rambut yang tidak biasa
- Mikrosefali
- Asidodis yang tidak diketahui sebabnya
12. Plasma amonia
- Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
- Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
- Atrofi N. Optikus
- Degenerasi retina
- Sereberal ataksia yang berulang
- Mioklonus
- Hepatosplenomegali
- Kulit yang kasar dan lepas-lepas
- Kejang
- Pemebsaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
14. Urin mukopolisakarida
- Kiposis
- Anggota gerak yang pendek
- Badan yang pendek
- Hepatosplenomegali
- Kornea keruh
- Gangguan pendengaran
- Kekakuan pada sendi
15. Urin reducing substance
- Katarak
- Hepatomegali
- Kejang
16. Urin ketoacid
- Kejang
- Rambut yang mudah putus
17. Urin asam vanililmandelik
- Muntah-muntah
- Isapan bayi pada saat menyusu lemah
- Gejala disfungsi autonomik

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)


Diagnosis Banding

1. Kelainan sensorik terutama buta dan tuli


2. Gangguan perkembangan spesifik (kelambatan satu aspek perkembangan): gangguan
perkembangan bicara, aleksia, agrafia, afasia
3. Gangguan perkembangan pervasif (penyimpangan perkembangan): autisme infantil,
skizofrenia yang timbul pada masa anak.
4. Penyakit fisik yang kronisKesulitan belajar (diagnosis banding untuk retardasi mental yang
ringan)

L.O.1.7 Penatalaksanaan Retardasi Mental


Farmakologi

Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu bergerak, konsentrasi
kurang dan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang sering digunakan dalam bidang retardasi
mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hyperkinetik, misalnya :
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hari
Efek sampingan kedua obat diatas dapat menimbulkan convulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala hyperkinetik

Obat-obatan untuk konvulsi :


a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala hyperkinetik, gejala
gangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir)
b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala hyperkinetik)
c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik

Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :


a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
b. Glutamic acid.
c. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
d. Pabenol.
e. Nootropil.
f. Amphetamin dsb.
Minum kopi tiap pagi bisa menurunkan gejala hyperkinetik, karena kopi mengandung Cofein.

Non Farmakologis

Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang tuanya. Untuk anak
yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual, psikoterapi kelompok dan manipulasi
lingkungan (merubah lingkungan anak yang tidak menguntungkan bagi anak tersebut). Walaupun
tak akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan
dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya. Yang
penting adalah adanya ketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari pihak terapis (yang
mengobati).

Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-koreksi terhadap hubungan
yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga ketekunan dan kesadaran dalam merawat
anak-anak dengan retardasi mental serta melaporkan kepada dokter bila dalam observasi terdapat
tingkah laku anak maupun orang tua yang negatif, merugikan bagi anak tersebut maupun
lingkungannya (teman-teman disekitarnya).

Pendekatan Medis

Penggunaan Ritalin efektif untuk mengurangi perilaku antisosial pada anak-anak dan remaja yang
mengalami gangguan tingkah laku.

Pendekatan Behavioral
Pendekatan ini mendasarkan pada prosedur operant conditioning. Misalnya, Program penanganan
residential, yang menetapkan aturan dengan jelas terhadap anak-anak. Mereka akan diberikan
reward untuk perilaku yang tepat dan hukuman untuk perilaku yang tidak tepat.

Pendekatan Kognitif-Behavioral

Penanganan anak dengan gangguan tingkah laku dilakukan dengan Terapi Kognitif Behavioral,
yaitu melatih anak dengan gangguan tingkah laku untuk berpikir bahwa konflik sosial adalah
masalah yang dapat diselesaikan dan bukan merupakan tantangan terhadap kejantanan mereka,
yang harus dibuktikan dengan kekerasan. Anak-anak ini dilatih menggunakan keterampilan
calming self talk, yaitu teknik untuk berpikir & berbicara kepada diri sendiri, tujuannya adalah
menghambat perilaku impulsif, mengendalikan kemarahan, dan mencoba solusi yang tidak
mengandung kekerasan dalam menghadapi konflik sosial.

Pendekatan Keluarga-Lingkungan (Family ecological approach)

Pendekatan ini dikembangkan oleh Hanggeler, yang didasarkan pada teori ekologis dari Urie
Bronfenbrenner. Pendekatan ini meyakini bahwa anak berada dalam berbagai sistem sosial
(keluarga, sekolah, hukum, komunitas, dll). Ia menekankan bahwa anak-anak/remaja yang
melanggar peraturan itu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem sosial yang berinteraksi
dengan mereka. Teknik yang digunakan adalah berusaha mengubah hubungan anak dengan
berbagai sistem, untuk menghentikan perilaku dan interaksi yang mengganggu.

Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat hubungan anak dengan
orang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat sekitarnya. Tugasnya utama mencari
data-data anak dan orang tua serta hubungan anak dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu
atau orang tua anak dengan retardasi mental dapat diberikan family terapi (terapi keluarga) untuk
mengubah sikap orang tua atau saudaranya yang kurang baik terhadap penderita. Dapat diberikan
juga terapi kelompok dengan ibu-ibu, anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12
kali. Tujuannya untuk mengurangi sikap rendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena
ternyata banyak ibu lain yang mengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan retardasi mental.
Dengan demikian ibu dapat bersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima anaknya serta dapat
merencanakan program yang baik bagi anaknya. Di luar negeri social worker yang bertugas
memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut diatas.

L.O.1.8 Pencegahan Retardasi Mental


Retardasi mental berhubungan dengan beberapa gangguan heterogen dan berbagai faktor
psikososial. Terapi yang terbaik untuk retardasi mental adalah pencegahan primer, sekunder, dan
tersier.2
A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan
kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai dengan retardasi mental.
Tindakan tersebut termasuk :
 Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum tentang
retardasi mental.
 Usaha terus-menerus dari professional bidang kesehatan untuk menjaga dan
memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.
 Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal.
 Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf pusat.
Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi mental dalam keluarga
dengan riwayat gangguan genetic yang berhubungan dengan retardasi mental. Untuk anak-anak
dan ibu dengan sosioekonomi rendah, pelayanan medis prenatal dan perinatal yang sesuai dan
berbagai program pelengakap dan bantuan pelayanan social dapat menolong menekan komplikasi
medis dan psikososial.
B. Pencegahan Sekunder dan Tersier
Jika suatu gangguan yang disertai dengan retardasi mental telah dikenali, gangguan harus diobati
untuk mempersingkat perjalanan penyakit (pencegahan sekunder) dan untuk menekan sekuele atau
kecacatan yang terjadi setelahnya (pencegahan tersier).
Gangguan metabolik dan endokrin herediter, seperti PKU dan hipotiroidisme, dapat diobati dalam
stadium awal dengan control diet atau dengan terapi penggantian hormone.
Anak retardasi mental seringkali memiliki kesulitan emosional dan perilaku yang memerlukan
terapi psikiatrik. Kemampuan kognitif dan sosial yang terbatas yang dimiliki anak tersebut
memerlukan modalitas terapi psikiatrik yang dimodifikasi berdasarkan tingkat kecerdasan anak.
 Pendidikan untuk anak
Lingkungan pendidikan untuk anak-anak dengan retardasi mental harus termasuk
program yang lengkap yang menjawab latihan keterampilan adaptif, latihan
keterampilan sosial, dan latihan kejujuran. Perhatian khusus harus dipusatkan pada
komunikasi dan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup. Terapi kelompok seringkali
merupakan format yang berhasil dimana anak-anak dengan retardasi mental dapat
belajar dan mempraktekkan situasi hidup nyata dan mendapatkan umpan balik yang
mendukung.

 Terapi perilaku, kognitif, dan psikodinamika


Kesulitan dalam beradaptasi di antara orang retardasi mental adalah luas dan sangat
bervariasi sehingga sejumlah intervensi sendiri atau dalam kombinasi mungkin
berguna.
Terapi perilaku telah digunakan selama bertahun-tahun untuk membentuk dan
meningkatkan perilaku sosial dan untuk mengendalikan dan menekan perilaku agresif
dan destruksi pasien. Dorongan positif untuk perilaku yang diharapkan dan memulai
hukuman (seperti mencabut hak istimewa) untuk perilaku yang tidak diinginkan telah
banyak menolong.
Terapi kognitif seperti menghilangkan keyakinan palsu dan latihan relaksasi
dengan instruksi dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk pasien retardasi mental
yang mampu mengikuti instruksi pasien.
Terapi psikodinamika telah digunakan pada pasien retardasi mental dan
keluarganya untuk menurunkan konflik tentang harapan yang menyebabkan
kecemasan, kekerasan, dan depresi yang menetap.

 Pendidikan keluarga
Satu bidang yang penting dalam pendidikan keluarga dari pasien dengan retardasi
mental adalah tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri sambil
mempertahnkan harapan yang realistic untuk pasien. Keluarga seringkali merasa sulit
untuk menyeimbangkan antara mendorong kemandirian dan memberikan lingkungan
yang mengasuh dan suportif bagi anak retardasi mental, yang kemungkinan mengalami
suatu tingkat penolakan dan kegagalan di luar konteks keluarga.
Orang tua mungkin mendapatkan manfaat dari konseling yang terus-menerus datau
terpai keluarga. Orang tua harus diberikan kesempatan untuk mengekspresikan
perasaan bersalah, putus asa, kesedihan, penyangkalan yang terus-menerus timbul, dan
kemarahan tentang gangguan dan masa depan anak. Dokter psikiatrik harus siap untuk
memberikan semua informasi medis dasar dan terakhir tentang penyebab, terapi, dan
bidang lain yang berhubungan (seperti latihan khusus dan perbaikna defek sensorik).

L.O.1.9 Prognosis Retardasi Mental


Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi pada
umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi mental ringan,
dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan
hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat
dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.3
Pada anak dengan retardasi mental berat, gejalanya telah dapat terlihat sejak dini. Retardasi mental
ringan tidak selalu menjadi gangguan yang berlangsung seumur hidup. Seorang anak bisa saja
pada awalnya memenuhi kriteria retardasi mental saat usianya masih dini, namun seiring dengan
bertambahnya usia, anak tersebut dapat saja hanya menderita gangguan perkembangan (gangguan
komunikasi, autisme, slow learner-intelejensia ambang normal). Anak yang didiagnosa dengan
retardasi mental ringan di saat masa sekolah, mungkin saja dapat mengembangkan perilaku adaptif
dan berbagai keterampilan yang cukup baik sehingga mereka tidak dapat lagi dikategorikan
menderita retardasi mental ringan, atau dapat dikatakan efek dari peningkatan maturitas
menyebabkan anak berpindah dari satu kategori diagnosis ke kategori lainnya (contohnya, dari
retardasi mental sedang menjadi retardasi mental ringan). Beberapa anak yang didiagnosis dengan
gangguan belajar spesifik atau gangguan komunikasi dapat berkembang menjadi retardasi mental
seiring dengan berjalannya waktu. Ketika masa remaja telah dicapai, maka diagnosis biasnya telah
menetap.
Prognosis jangka panjang dari retardasi mental tergantung dari penyebab dasarnya, tingkat defisit
adaptif dan kognitif, adanya gangguan perkembangan dan medis terkait, dukungan keluarga,
dukungan sekolah/masyarakat, dan pelayanan dan training yang tersedia untuk anak dan keluarga.
Saat dewasa, banyak penderita retardasi mental yang mampu memenuhi kebutuhan ekonmi dan
sosialnya secara mandiri. Mereka mungkin saja membutuhkan supervisi secara periodik, terutama
di saat mengalami masalah sosial maupun ekonomi. Kebanyakan penderita dapat hidup dengan
baik dalam masyarakat, baik secara mandiri maupun dalam supervisi. Angka harapan hidup tidak
terpengaruh oleh adanya retardasi mental ini.

L.I.2 Memahami dan Menjelaskan Gizi Pada Masa Perkembangan


L.O.2.1 Periode Pertumbuhan Anak dan Remaja
Pendidikan anak sebaiknya disesuaikan dengan periode perkembangan nafsunya. Pembentukan
saraf penahan atau pengendali hormon pengatur sifat harus dilatih sejak janin berada dalam
kandungan. Suatu kebiasaan di waktu kecil akan menjadi perilaku di masa depan. Saat ini
pendidikan yang memberi perhatian terhadap perkembangan rasa khususnya tentang pengendalian
nafsu anak sering dilupakan dan kurang dipromosikan.

1. Tahun prasekolah
Antara usia 2-5 tahun. Tantangan perkembangan dari periode sebelumnya diakhiri dalam
keadaan lingkungan sosial yang luas dan dibentuk kembali oleh pertambahan bahasa yang
rumit. Sebagai contoh adalah tantangan pengaturan diri sendiri dalam menghadapi
kemungkinan dorongan yang besar.
2. Tahun awal sekolah
Anak usia antara 6-12 tahun, periode yang kadang disebut sebagai masa anak pertengahan
atau masa laten, mempunyai tantangan baru. Kekuatan kognitif untuk memikirkan banyak
faktor secara simultan memberikan kemampuan pada anak usia sekolah untuk mengevaluasi
diri sendiri dan merasakan evaluasi teman-temannya.
3. Kedewasaan
Antara usia 10-20 tahun anak-anak mengalami perubahan yang sangat cepat pada ukuran,
bentuk, fisiologi tubuh dan fungsi psikologis serta sosialnya

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat
diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, hingga
usia lanjut. Zat besi merupakan salah satu komponen gizi mikro yang memiliki peranan penting
dalam proses tumbuh kembang khususnya pada anak.

Kecepatan pertumbuhan anak melambat setelah tahun pertama kehidupan. Pada umur setahun
berat badan anak menjadi 3 kali BB lahir, tetapi pada umur 2 tahun BB anak hanya 4 kali BB lahir.
Panjang badan anak bertambah 50% pada umur setahun, namun panjang badan lahir baru tercapai
pada umur 4 tahun. Pada anak yang baru sembuh dari suatu penyakit atau anak mengalami
kekurangan gizi akan mengalami pertumbuhan yang lambat.
Anak membutuhkan nutrien yang lebih banyak untuk pertumbuhan tulang, gigi, otot dan darah.
Anak mempunyai risiko mengalami malnutrisi apabila anak terlalu lama nafsu makannya buruk,
asupan makanan yang terbatas atau makanan yang terlalu encer. Energi dibutuhkan oleh anak
untuk keperluan metabolisme basal, pertumbuhan dan aktifitas. Komposisi makanan pada masa
ini dianjurkan terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-15% protein dan 25-30% lemak. Dalam
menghitung kebutuhan energi pada anak normal lebih baik berdasarkan kebutuhan energi per kg
BB dan jenis kelamin anak.Anak umur 1 – 3 tahun mempunyai risiko mengalami anemia defisiensi
besi. Keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan, dan
akibat dari diet anak yang tidak cukup mengandung energi. Kalsium dibutuhkan untuk mineralisasi
tulang dan mempertahankan pertumbuhan tulang. Kebutuhan kalsium tergantung pada
kemampuan absorpsi dan faktor diet seperti jumlah protein, vitamin D dan fosfor. Vitamin D
diperlukan untuk absorpsi kalsium dan deposisi kalsium di tulang.

Seng sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Defisiensi seng dapat mengakibatkan gagal tumbuh,
penurunan nafsu makan atau pengecapan, dan penyembuhan luka yang lambat. Kebutuhan seng
adalah 10 mg/hari. (Moersintowati, 2008)

Faktor – faktor yang mempengaruhi asupan makanan adalah :


a. Keluarga

b. Media

c. Teman sebaya

d. Penyakit

Masalah makanan yang sering terjadi pada masa anak adalah :


a. Obesitas

b. Kurang gizi

c. Defisiensi besi

d. Defisiensi vitamin A

e. Karies gigi

f. Alergi makanan

g. Gizi pada masa prasekolah


Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya
adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian
untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan
variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun
tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang
tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang
mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung
dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi
perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak
diperhitungkan (Depkes, 2008).

b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik
karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian
dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam
penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan
karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi
kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu
(Depkes, 2007).

c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus
kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa
balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau
juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan
tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini
pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan
akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes, 2009).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status
kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U,
TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi
pertumbuhan dan komposisi tubuh

Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses pertumbuhan
fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi kematangan seksual dan tercapainya bentuk
dewasa karena pematangan fungsi endokrin. Pada saat proses pematangan fisik, juga terjadi
perubahan komposisi tubuh. Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat
(Growth Spurt) baik tinggi badannnya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt,
kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh.

Growth Spurt :

a. Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun


b. Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.

Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan tergantung
individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan aktivitas fisik
sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula. Penelitian membuktikan bahwa apabila manusia
sudah mencapai usia lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah
terhenti. Ini berarti, makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk
mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik.
Dengan demikian, kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak konstan,
kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan sebagainya. Sehingga
mengharuskan mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari biasanya

LO.2.2 Jenis gizi dan kebutuhan


Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat
diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, hingga
usia lanjut. Zat besi merupakan salah satu komponen gizi mikro yang memiliki peranan penting
dalam proses tumbuh kembang khususnya pada anak.

Jenis-jenis zat gizi penunjang perkembangan otak dan kecerdasan anak adalah: Karbohidrat, dalam
bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibutuhkan sebagai sumber energi untuk membentuk
sel-sel otak baru.
a. Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang berperan penting
bagi terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar pesan dari sel otak satu ke sel
otak yang lain.
b. Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku pembentuk sel-sel otak baru.
Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari lemak. Jenis asam lemak yang paling utama adalah
asam lemak tidak jenuh rantai panjang, contohnya omega-3, EPA, dan DHA. Asam lemak
omega-3 ini paling banyak ditemukan dalam ikan laut, seperti ikan kod.
c. Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerja otak, menunjang kerja
sistem imun dan sistem saraf pusat.
Vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh.
Vitamin D  menjaga kesehatan tulang dan gigi.
DHA 224 mg/5 ml  membantu perkembangan sel-sel otak.

Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas dari pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang optimal, harus memenuhi aneka zat gizi
yang diperlukan. Apalagi, ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh hingga anak
berusia dua tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita harus mengonsumsi makanan bergizi
lengkap dan seimbang, terutama untuk perkembangan otaknya. Aneka zat gizi yang berperan
penting bagi perkembangan otak, diantaranya adalah kelompok asam lemak tak jenuh, kalori dan
protein, zat besi, kelompok vitamin B, dan seng (Zn).

1. Asam lemak tak jenuh


Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan
diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang termasuk asam
lemak tak jenuh itu adalah:
a. DHA (asam dokosaheksaenoat) atau omega-3. Berperan besar dalam perkembangan sel
saraf, otak, dan penglihatan. Kekurangan omega-3 dapat mengganggu perkembangan sistem
saraf. Akibatnya, terjadi gangguan pada sistem daya tahan tubuh, daya ingat, mental, dan
penglihatan.
b. AA (asam arakidonat) atau omega-6. Asam lemak ini berfungsi membantu pembentukan
senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu sebagai pengantar perintah dari satu sel saraf
ke sel saraf lainnya dalam tubuh, termasuk ke otak.

Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan makanan, asam lemak ini
bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari.
2. Kalori dan protein
Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal dan akan
mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan. Kalori dibutuhkan dalam proses
metabolisme otak, sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru, termasuk
otak. Sumber-sumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, susu dan produk
olahannya, minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.

3. Zat besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana mengangkut
dan mendistribusikan O2 paru-paru ke seluruh tubuh. Serta berperan dalam pembentukan
eritrosit di dalam sumsum tulang belakang. Sistem imun yang berfungsi dengan baik adalah
tanda cukupnya zat besi dalam tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan, telur,
serealia, dan sayuran berwarna hijau tua.

4. Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak anak, yaitu B1,
B3, B6, dan B12. Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga
keseimbangan kerja sel-sel saraf, B6 berperan dalam proses pembentukan eritrosit, serta
membantu tubuh dalam proses penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan
dalam membentuk senyawa kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan
pertumbuhan tulang belakang, serta mencegah kerusakan saraf dan meningkatkan daya ingat.
Bersama zat besi, vitamin B12 jga membantu pembentukan eritrosit. Sumber vitamin B adalah
serealia, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan
sayuran berwarna hijau.

5. Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain itu, seng
juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng
dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng
banyak terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.

Jenis Nutrisi Fungsi Sumber


Air Pelarut untuk pertukaran seluler Air, makanan
Transportasi nutrien dan produk buangan tubuh
Mengatur suhu tubuh
Protein Menyediakan asam amino untuk pertumbuhan dan Susu, telur, daging,
perbaikan jaringan kacang-kacangan,
Menjaga keseimbangan osmotik padi-padian
Membentuk hemoglobin, nukleoprotein,
glikoprotein, lipoprotein, enzim, dan antibodi
Karbohidrat Sebagai sumber energi Susu, padi-padian,
Membentuk glikogen dan lemak buah, sirup, tepung,
Membantu pembentukan asam amino sayuran
Lemak Sebagai sumber cadangan energi Susu, mentega, telur,
Melindungi pembuluh darah, saraf, dan organ- daging, ikan, minyak
organ tubuh sayur
Melindungi tubuh dari perubahan suhu luar
Membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K
Memperlambat proses pengosongan lambung

Jenis Vitamin Fungsi Sumber


Vitamin A Penglihatan Susu, telur, buah,
Perkembangan dan pemeliharaan jaringan epitel sayur, cod & halibut
Diferensiasi sel-sel epitel liver oil
Vitamin B
Thiamine Sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat Padi-padian, ragi,
Konduksi membran dan saraf jeroan
Riboflavin Sebagai komponen dalam koenzim FAD dan FMN Susu, telur, daging,
Berperan sebagai kofaktor enzim, seperti NAD kacang-kacangan
dehidrogenase
Merupakan komponen dari hampir semua zat-zat
Niasin pembawa elektron dalam sel hidup Ikan tuna dan halibut,
Berperan dalam berbagai proses metabolisme daging, sereal gandum
Sebagai bagian dari koenzim A dan protein
Asam pembawa asil Kuning telur, susu,
Pantothenat Sebagai koenzim piridoksal fosfat dan kacang-kacangan
Piridoksin piridiksamine fosfat Daging, ikan, tepung
Koenzim dalam mitokondria dan sitosol dalam kedelai, ragi
Asam Folat metabolisme asam amino, purin, dan nukleat Sayuran hijau, kacang-
Kofaktor enzim sintesis DNA dan RNA kacangan, telur, ikan
Kobalamin Telur, susu
Vitamin C Sebagai antioksidan yang mempengaruhi redoks Kacang-kacangan,
potensial tubuh sayuran hijau, buah-
Integritas epitel melalui kesehatan kolagen buahan
Mekanisme imunitas
Mempercepat absorbsi besi
Sintesis hormon norepinefrin dan reseptor
neurotransmitter asetilkolin
Vitamin D Homeostasis kalsium dalam plasma Minyak ikan laut,
Mengatur sintesis protein yang mengatur transpor kuning telur
Ca
Pembentukan garam Ca di jaringan yang
membutuhkan
Vitamin E Sebagai antioksidan alam paling kuat Minyak biji-bijian,
Berperan dalam metabolisme selenium buah, sayur, lemak
Vitamin K Sintesis protrombin, faktor VII, IX, dan X Sayuran hijau, sereal,
Sebagai kofaktor enzim yang mempercepat reaksi susu, telur
karboksilase pada hati

Jenis Mineral Fungsi Sumber


Kalsium Membentuk struktur tulang dan gigi Susu, sayur hijau,
Membantu proses kontraksi otot dan kerja jantung salmon, kerang

Membantu koagulasi darah Garam, daging, susu,


Klorida Membantu keseimbangan asam basa telur
Membentuk HCl lambung
Khromium Pengaturan glikemia dan metabolisme insulin Ragi
Kobalt Merupakan komponen pembentuk molekul Tersebar luas
vitamin B12 dan eritropoietin
Tembaga Penting untuk produksi sel darah merah, Hati, tiram, daging,
transferin, dan hemoglobin ikan, butir padi, kacang
Membantu penyerapan besi
Fluorin Membentuk struktur gigi dan tulang Air, makanan laut
Iodium Merupakan komponen pembentuk hormon T3 dan Garam, makanan laut
T4
Besi Membentuk struktur hemoglobin, enzim oksidatif, Hati, daging, kuning
sitokrom C, dan katalase telur, sayuran hijau
Magnesium Membentuk struktur tulang dan gigi Biji-bijian, kacang,
Iritabilitas otot dan saraf daging, susu
Kation intraseluler
Mangan Berperan dalam aktivasi enzim Sayuran hijau, biji-
Metabolisme karbohidrat bijian
Molibdenum Komponen enzim santin oksidase Sayuran
Mobilisasi feritin dalam hati
Fosfor Membantu pembentukan tulang dan gigi Susu, kuning telur,
Struktur nukleus dan sitoplasma sel kacang-kacangan
Kalium Berperan dalam kontraksi otot Tersebar luas
Hantaran impuls saraf
Keseimbangan cairan dalam tubuh
Selenium Kofaktor glutation peroksidase Sayuran, daging
Sulfur Unsur pokok protein seluler Makanan berprotein
Berperan dalam pembentukan melanin
Natrium Berperan dalam menjaga tekanan osmotik Garam, susu, telur
Menjaga keseimbangan asam basa
Seng Unsur pokok enzim Daging, susu, kacang

Makanan yang Mempengaruhi Kecerdasan

Mempunyai anak dengan tingkat kecerdasan yang tinggi merupakan dambaan setiap orang tua.
Untuk mendapatkan kecerdasan anak yang optimal sebaiknya orangtua memperhatikan beberapa
hal, yang pertama yaitu pemberian Asi eksklusif, kemudian kecukupan zat gizi, lingkungan yang
sehat dan nyaman serta suasana keluarga yang harmonis. Berikut ini adalah 7 makanan yang baik
untuk kecerdasan anak :

a. Ikan salmon yaitu sumber asam lemak omega-3-DHA and EPA- yang keduanya penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan fungsi otak anak.
b. Telur, kuning telur padat kandungan kolin yaitu zat yang membantu perkembangan daya
ingat.
c. Kacang tanah, merupakan sumber vitamin E. Vitamin ini membantu otak dan sistem saraf
dalam penggunaan glukosa untuk kebutuhan energi.
d. Susu dan yoghurt, protein dan vitamin B tinggi yang terkandung di dalamnya sangat penting
untuk pertumbuhan jaringan otak, neurotransmitter dan enzim.
e. Daging sapi tanpa lemak, selain mengandung zat besi daging sapi juga dapat memelihara
daya ingat dan kecerdasan anak.
f. Gandum murni, serat pada gandum, dapat membantu mengatur pelepasam glukosa dalam
tubuh, selain itu juga mengandung vitamin B yang berfungsi memelihara kesehatan sistem
saraf. Gandum juga mempunyai kemampuan untuk mendukung kebutuhan sediaan glukosa
dari tubuh yang sifatnya konstan.
g. Strawberry, cherry, blueberry. Buah-buahan ini kaya antioksidan kadar tinggi, khususnya
vitamin C. Biji dari buah berry kaya asam lemak omega-3 yang sangat penting untuk
kecerdasan otak. Secara umum, semakin kuat warnanya, semakin banyak nutrisinya.

Peranan dan Pengaruh Gizi dalam Perkembangan Inteligensi

Periode emas. Proses perkembangan otak anak terdiri dari serangkaian tahapan yang telah dimulai
sejak di dalam kandungan. Tepatnya, ketika kehamilan memasuki trimester ke-3. Tahapan itu
berlanjut setelah anak lahir dan perkembangan yang berlangsung hingga usia 2 tahun merupakan
periode emas atau periode pacu tumbuh otak.
a. Pada usia 6 bulan, perkembangan otak anak mencapai 50%.
b. Pada umur 2 tahun melonjak hingga 75%.
c. Pada umur 5 tahun perkembangan otak mencapai 90%.
d. Pada umur 10 mencapai 99%.

Faktor genetik hanya berperan 30-40% dalam menentukan perkembangan otak dan tingkat
kecerdasan anak. Selebihnya, yang berperan adalah faktor lingkungan, pemenuhan kebutuhan
berbagai zat gizi yang diperlukan untuk menunjang proses perkembangan otak anak.
DHA merupakan bahan baku pembentuk 60% asam lemak esensial otak, yang memiliki fungsi
penting, yaitu membentuk sel-sel saraf otak, melindungi serabut saraf otak, dan memelihara fungsi
otak serta indera penglihatan (terutama retina).
Dari berbagai kajian ilmiah menunjukkan bahwa kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan serta sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan
gejala lesu, lemah, letih, lalai dan cepat capai. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar,
olahraga dan produktifitas kerja serta menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.

Kebutuhan gizi anak remaja

Masa remaja menurut WHO adalah antara 10 –24 tahun, sedangkan menurut Monks (1992) masa
remaja berlangsung pada umur 12-21 tahun dengan pembagian masa remaja awal (12-15 tahun),
masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun).

Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas fisik.
Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi yang lebih besar
dibandingkan yang kurang aktif. Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa
muda perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.
AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber
karbohidrat adalah: beras, terigu dan hasil olahannya (mie, spagetti, macaroni), umbi-umbian (ubi
jalar, singkong), jagung, gula, dan lain-lain.

1. Protein
Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang
terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan yang lebih cepat. Pada akhir
masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan karena
perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 1,5-2,0gr/kgBB/hari. AKG
protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per
hari untuk laki-laki.

2. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muscular,
skeletal/kerangka dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak dan
dewasa. Lebih dari 20% pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50% massa tulang dewasa
dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah 600-700 mg
per hari untuk perempuan dan 500-700 mg untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik
adalah susu dan hasil olahannya. Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran
hijau, dan lain-lain.

3. Zat Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan
besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan
konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan,
kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi.
Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki.
Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau dengan kehilangan besi yang meningkat,
akan mengalami anemia defisiensi besi.

4. Seng (Zink)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk remaja
laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda perempuan serta
laki-laki.

5. Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan
perkembangan cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan
beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam metabolisme karbohidrat
menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan
vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan
vitamin D yang cukup. Dan vitamin A, C dan E untuk pembentukan dan penggantian sel.

Kebutuhan Gizi Bayi

1. Kalori : 100-120 per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka
kebutuhannya: 8 x 100 /120 = 800/960 kkal.
2. Protein : 1,5-2 gram per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka
kebutuhannya 8 x 1,5/2 = 12/16 : 4 = 3/4 gram.
3. Karbohidrat : 50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari. Bila kebutuhan kalori sehari 800
kkal, maka 50%-nya = 400 : 4 = 100 gram
4. Lemak : 20 persen dari total kalori. Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 20%-nya =
160 : 40 = 40 gram.

Kebutuhan gizi pada balita :

1. Gula & Garam


Jika anak sudah berusia di atas 1 tahun, batasi penggunaannya. Konsumsi garam untuk balita
tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari atau kurang dari 1 gram. Porsi
makan anak juga berbeda dengan orang dewasa. Anak membutuhkan makanan sumber energi
yang lengkap gizi dalam jumlah lebih kecil namun sering.

2. Kebutuhan Energi & Nutrisi


Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak serta vitamin, mineral dan
serat wajib dikonsumsi anak setiap hari.

3. Susu Pertumbuhan
Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting dikonsumsi balita. Sedikitnya balita
butuh 350 ml/12 oz per hari.

4. Asupan makanan sehari untuk anak harus mengandung 10-15% kalori, 20-35% lemak, dan
sisanya karbohidrat. Setiap kg berat badan anak memerlukan asupan energi sebanyak 100 kkal.

5. Asupan lemak juga perlu ditingkatkan karena struktur utama pembentuk otak adalah lemak.
Lemak tersebut dapat diperoleh antara lain dari minyak dan margarin.

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini merupakan tanda-tanda atau penampilan
seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari
pangan yang dikonsumsi (Sunarti, 2004). Menurut Supariasa, dkk (2001) menyatakan bahwa
status gizi yaitu ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

1. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi
kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang
mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi
kurang.
2. Penyebab tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu
untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang
cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat
menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang
dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan yang
ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan
dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar

1. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri


Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Jika dilihat dari
tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu : Untuk ukuran massa jaringan :
Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit, lingkar lengan atas. Ukuran massa
jaringan ini sifanya sensitif, cepat berubah, mudah turun naik dan menggambarkan keadaan
sekarang. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada.
Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukuranya tetap atau naik, dapat
menggambarkan riwayat masa lalu.

Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak adalah
indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Indeks
Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI, 2006).

a. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)


Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tentang
massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang
mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunya
makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat
labil. Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan
sebagai salah satu indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks
BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current nutritional status).
Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan
yang perlu mendapat perhatian.

Kelebihan indeks BB/U yaitu : Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat
umum. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek. Dapat mendeteksi
kegemukan (Over weight). Kelemahan dari indek BB/U adalah : Dapat mengakibatkan
interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat udema. Memerlukan data umur yang akurat.
Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan anak pada saat
penimbangan. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya karena
seperti barang dagangan (Supariasa, 2002).

b. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)


Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup
lama. Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu : Tidak dapat
memberi gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas. Dari segi operasional, sering dialami
kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak mengalami keadaan takut dan tegang (Jahari,
2002).

c. Indeks Massa Tubuh Menurut (IMT/U)


Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah
dengan menentukan atau melihat. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat
mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004). Pengukuran status gizi anak
sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh
Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.

Rumus IMT :

IMT = BB (kg) : (TB (m) x TB (m))

Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri

Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku
(reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO sebagai
standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia.

Indeks BB/U Indeks TB/U Indeks IMT/U


a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD a. Sangat gemuk : > 3 SD
b. Kurang : ≥ -3 SD s/d < -2 b. Pendek : ≥ -3 SD s/d < -2 b. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD
SD SD c. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD
c. Sangat Kurang : < -3 SD c. Sangat pendek : < -3 SD d. Kurus : ≥ -3 SD s/d < -2 SD
e. Sangat kurus : < -3 SD

AKG Remaja

Uraian Perempuan Laki – laki


13- 15 th 16 – 19 th 20 - 45 th 13 - 15 th 16 - 19 th 20 - 45 th
Energi (kcal) 2100 2000 2200 2400 2500 2800
Protein (g) 62 51 48 64 66 55
Kalsium (mg) 700 600 600 700 600 500
Besi (mg) 19 25 26 17 23 13
Vit. A (RE) 500 500 500 600 700 700
Vit. E (mg) 8 8 8 10 10 10
Vit B1 (mg) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,2
Vit C (mg) 60 60 60 60 60 60
Folat (mg) 130 150 150 125 165 170

L.I.3 Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orangtua Pada Anak Menurut Islam

Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Allah dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda yang
bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang tua. Sebagai amanah anak harus dijaga sebaik
mungkin oleh yang memegangnya, yaitu orang tua. Anak adalah manusia yang memiliki nilai
kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apa pun.
1. Anak mempunyai hak untuk hidup.
Allah berfirman:

‘Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan rizqi
kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-An’am: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap bisa hidup
betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan kepada kita
bahwa Allah saw pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun sang anak, asalkan
berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah (QS
AI Baqarah: 233)

َ‫ف‬ ِ ‫س َوت ُ ُهنَّ َ ِبا ْل َم ْع ُر‬


ُ َّ‫وفَالََت ُ َكل‬ َ َّ‫علَىَا ْل َم ْولُو ِدَلَهُ َِر ْز َقُ ُهن‬
ْ ‫َو ِك‬ َ َ‫َالرضَاعَة‬
َ ‫َو‬ َّ ‫َاملَي ِْن َ ِل َم ْنَأ َ َرادََأَنَيُ ِت َّم‬ ْ َّ‫َوا ْل َوا ِل ََداتُ َيُ ْر ِض ْعنَ َأ َ ْوالَ َدهُن‬
ِ ‫َحَولَي ِْن َك‬
ُ ‫اَوتَش‬
َ‫َاو ٍر‬ َ ‫َم ْن ُه َم‬
ِ ‫اض‬ ٍ ‫َمثْلَُذَ ِلكَ َفَ ِإ ْنَأ َ َرادَاَفِصَاالًَعَنَت َ َر‬ ِ ‫ث‬ ِ ‫ع َلىَا ْل َو ِار‬ َ ‫َِو‬َ ‫اَوالََ َم ْولُودُُُ لَّ َهَُبِ َولَ ِده‬
َ ‫َوا ِل َدةَُبِ َولَ ِد َه‬ َّ ‫سعَهَاَالََتُض‬
َ ‫َآر‬ ْ ‫َو‬ ٌ ‫نَ ْف‬
ُ َّ‫سَإِال‬
َ‫َوا ْعلَ ُمواَأَنَّ َهللاََ ِب َما‬َ َ‫َواتَّقُواَهللا‬ ََ ‫وف‬ َ َ‫علَ ْي ُك ْمَ ِإذَا‬
ِ ‫سلَّ ْمت ُمَ َّمآ ََءاتَ ْيت ُمَ ِبا ْل َم ْع ُر‬ َ ََ‫ست َ ْر ِضعُواَأ َ ْوالَ َد ُك ْمَفَالََ ُج َناح‬ْ َ‫اَو ِإ ْنَأ َ َر ْدت ُ ْمَأَنَت‬ َ ََ‫فَالََ ُجنَاح‬
َ ‫علَي ِْه َم‬
}233{َ ُُ‫ير‬ ُ ‫ت َ ْع َملُونَ َبَ ِص‬

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan”.
Bayi yang memperoleh ASI akan mempunyai daya kekebalan tubuh yang lebih baik. Seorang
ibu diwajibkan untuk menyusui anaknya sampai 2 tahun penuh, kecuali ada alasan yang dapat
diterima oleh hukum Islam. Menyusui anak sampai dua tahun ini akan menumbuhkan pengaruh
positif terhadap sang anak baik secara fisik maupun secara jiwani.
3. Memberi Nama yang Baik
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam
memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir.
Kedua, mendidiknya dengan al-Qur’an dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak dewasa.”
Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu
sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR.Abu Dawud) Islam mengajarkan bahwa nama
bagi seorang anak adalah sebuah doa. Dengan memberi nama yang baik, diharapkan anak
kita berperilaku baik sesuai dengan namanya.

4. Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; “menyembelih kambing untuk (bayi) yang
baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya. Rasulullah s.a.w.
bersabda; ‘Tiap-tiap seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya. Disembelih (‘aqiqah) itu buat
dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama dia.’ (Diriwayatkan oleh Ahmad
dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy, hadits dari Samurah ).

5. Mendidik anak
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia senantiasa
mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan para
sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu
kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah
kepada seorang ibu.

Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti
mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu
mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan
menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini
dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan. Seorang anak terlahir di atas fitrah,
sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang sedikit saja akan berpengaruh padanya.
Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera menanamkan agama yang mudah ini, serta
menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada anak-anaknya.

6. Memberi makan dan keperluan lainnya


Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warisan pun
berkewajiban demikian. Rasulullah s.a.w. bersabda;”Cukup berdosa orang yang menyia-
nyiakan (tanggung jawab) memberi makan keluarganya.” ( HR Abu Daud)

7. Memberi rizqi yang ‘thayyib’


Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis
baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.’
HR Al Hakim.

8. Mendidik anak tentang agama


Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka akan
menyebabkannya masuk surga. ( HR Al Bukhary ). Mengenai kekhassan kaum wanita, antara
lain Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Apabila anda biarkan begitu
saja, dia akan tetap bengkok. Namun apabila anda luruskan sekaligus, dia akan patah’.

9. Mendidik anak untuk sholat


Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan
gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka
(putra putri’). Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah
anak berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan
sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan pukulan yang membekas
atau menyakitkan.
10. Mendidik anak tentang adab yang baik
Islam mengutamakan pendidikan mental. ‘Taqwa itu ada disini’, kata Rasulullah seraya
menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang menentukan baik
buruknya perilaku seseorang.

11. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik


Berkata shahabat ‘Aly r.a.; ‘Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk
zaman yang berbeda dengan zamanmu’.

12. Memberi pengajaran Al Quraan


Rasulullah s.a.w. bersabda;’Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar Al Qur aan
dan mengajarkannya’. Nabi s.a.w. bersabda; ‘Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah
sekedar tambahan. Adapun yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Quraan)
yang muhkamat, ilmu tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR Ibnu
Majah ).

13. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis


Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis
baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.’
HR Al Hakim.

14. Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan


Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu kamu
lakukan. Sesungguhnya Allah SAW menegakkan Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak akan
masuk sorga kecuali orang yang memelihara kebersihan.’ ( HR At Thabarany ).

15. Memberikan pengajaran ketrampilan


Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya sendiri’.
Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan; ‘Mengapa tidak kau ajarkan padanya (anak itu)
menenun sebagaimana dia telah diajarkan tulis baca?’ (HR An- Nasai).
16. Memberikan kepada anak tempat yang baik dalam hati orang tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, doakan dia selalu, agar
menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, sabarlah menghadapi perilakunya
yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan, jangan mudah membentak apalagi
memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan ikhlas pada hati, belailah dengan penuh kasih
sayang nasehati dengan santun. Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; ‘Ya
Rasulullah, apakah hak anakku ini? Nabi s.a.w. menjawab;’ Kau memberinya nama yang baik,
memberi adab yang baik dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). ( HR At
Tuusy )

17. Memberi kasih sayang


Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik berupa
pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah adanya
perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua. Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih muda dan (bukan dari
golongan kami) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.’(HR At Tirmidzi).

18. Menikahkannya
Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan mereka terus
tersesat dalam belantara kemaksiatan. Doakan dan dorong mereka untuk hidup berkeluarga,
tak perlu menunggu memasuki usia senja. Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki
dan menanggung beban berat kelurga, Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha
dan kerja keras yang dilakukannya, sebagaimana firman-Nya, “Kawinkanlah anak-anak
kamu (yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-
hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak
mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya.” (QS.
An-Nur:32)
Daftar Pustaka :

 Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta. Karisma.
 Pedoman penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke 5 (PPDGJ-V). 2005.
Departemen Kesehatan RI.
 Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.
 Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan Manajemen
Sekolah Khusus Tunanigra (SLB-C). (2008). Jakarta.
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pemeriksaan Kemampuan
Fungsional Penyandang Cacat untuk Sekolah dan Melamar Kerja. (2009). Jakarta.
 Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (1999). Ilmu Kesehatan Anak jilid 1 Edisi 15. Jakarta.
EGC.
 Moersintowati. B, Narendra. (2008). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja edisi
1. Jakarta. Sagung Seto.
 Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
 Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta. Gramedia.
 Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani Group.
 Phyllis A. Balch CNC, Prescription for Nutritional Healing, Avery; a member of
PENGUIN GROUP (USA), INC. (2000) New York.
 Toback C. Mental Retardation in Psichological Handbook: A guidline for pediatric health
care provider, 1st. Ed. Exterpa Medica Co. Singapore, p 100-109.
 http://tresno3semua.blogspot.com/2011/01/blog-post.html
 http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001523.htm
 http://psychologyface.com/2011/06/mental-retardation

Anda mungkin juga menyukai