Anda di halaman 1dari 19

SKENARIO 3

BENGKAK LUTUT KANAN

Seorang laki-laki berusia 45 tahun, masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan bengkak
dan nyeri pada lutut kanan sejak 6 hari yang lalu. Keluhan yang sama hilang timbul sejak 5
tahun yang lalu. Keluhan lainnya kadang-kadang timbul demam dan nafsu makan menurun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan oedem dan calor pada patella joint dextra. Pemeriksaan fisik
lain tidak didapatkan kelainan. Dokter mendiagnosis pasien menderita Artritis Rheumatoid
yang merupakan salah satu penyakit autoimun. Kemudian dokter menyarankan pemeriksaan
laboratorium hematologi dan dirawat untuk follow up pemeriksaan serta terapi. Dokter
menyarankan agar pasien bersabar dalam mengahadapi penyakit karena membutuhkan
penanganan seumur hidup.

1
KATA KATA SULIT

1. Artritis Rheumatoid
Radang sendi yang ditandai dnegan adanya pembengkakkan, nyeri tekan dan nyeri
pada satu sendi atau lebih, sesekali menyebabkan gangguan pertumbuhan, pembatas
gerak, serta kontraktur pada sendi.
2. Patella Joint Dextra : Sendi lutut kanan
3. Calor : Panas ; salah satu tanda utama penyakit
4. Oedem: Pengumpulan cairan secara abnormal diruang interseluler tubuh.
PERTANYAAN
1. Mengapa pasien membutuhkan penanganan seumur hidup?
2. Mengapa didapatkan oedem dan calor pada Patella Joint dextra?
3. Mengapa terjadi demam?
4. Mengapa nafsu makan menurun?
5. Apa yang menyebabkan keluhan hilang timbul pada nyeri lutut tersebut?
6. Apa yang harus dilakukan agar dapat bersabar dalam mengahadapi penyakit ini?
7. Mengapa dokter menyarankan pemeriksaan laboratorium hematologi?
JAWABAN
1. Merupakan penyakit autoimun sehingga tindakan preventif hanya dengan menghindari
factor yang memicu keluhan artirtis rhemumatoid.
2. Karena terjadi inflamasi pada ruang synovial yang menyebabkan sakit dan
pembengkakkan
3. System imun menyerang sel normal lalu terjadi inflamasi, demam merupakan salah satu
tanda inflamasi (interleukin II)
4. Karena ini merupakan penyakit autoimun yang juga dapat menyebabkan gangguan
sistemik salah satu efeknya pada saluran cerna.
5. Pasien diberikan obat simptomatik yang hanya untuk menghilangkan gejala nyeri
sementara.
6. Meyakinkan diri bahwa setiap penyakit ada obatnya, berfikir positif, tawakal,\.
7. Untuk melihat sel imun yang meningkat

2
HIPOTESIS

Etiologi Sel-sel imun menyerang sel


Autoimun normalmenghasilkan interleukin

Gangguan Sistemik  Seperti nafsu


Inflamasi makan menurun

Udem ARTRITIS REHEMUATOID


Demam Pemeriksaan
Nyeri Sendi Penunjang

Bengkak
Pandangan Islam:
Bersabar dan Pengobatan:
berusaha dalam Simptomatis
menghadapi penyakit

3
SASARAN BELAJAR
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Penyakit Autoimun
LO.1.1. Etiologi
LO.1.2. Patofisiologi
LO.1.3. Jenis-Jenis
LI.2. Memahami dan Menjelaskan Artritis Rheumatoid
LO.2.1. Etiologi
LO.2.2. Patofisiologi
LO.2.3. Manifestasi Klinis
LO.2.4. Klasifikasi Diagnostik
LO.2.5. Penegakan Diagnosis dan Diagnosis Banding
LO.2.6. Tatalaksana
LO.2.7. Prognosis
LI.3. Memahami dan Menjelaskan Hukum dalam Bersabar Mengahadapi Penyakit

4
L.I 1. Memahami dan Menjelaskan Penyakit Autoimun
L.O 1.1 Etiologi
Faktor Imun
Sequestered Antigen
Sequestered antigen adalah antigen yang karena letak anatominya, pada
keadaan normal tidak terpajan dengan sel B atau sel T. Inflamasi dapat menjadikan
autoantigen-sequestered antigen terpajan dengan sistem imun. Inflamasi jaringan
dapat mengubah struktur self antigen yang membentuk determinan baru dan memicu
reaksi autoimun.
Gangguan Presentasi
Pascainfeksi dapat terjadi gangguan presentasi antigen, peningkatan respon
MHC (major histocompatibility complex), kadar sitokin yang rendah dan gangguan
respon terhadap IL-2 (interleukin-2). Pada kegagalan sel Ts atau Tr, sel Th dapat
diaktifkan dan menimbulkan autoimunitas.
Ekspresi MHC-II yang Tidak Benar
Ekspresi MHC-II yang tidak pada tempatnya itu yang biasanya hanya
diekspresikan pada APC dapat mensensitasi sel Th terhadap peptida yang berasal dari
sel β atau tiroid dan mengaktifkan sel β atau Tc atau Th1 terhadap self antigen.
Aktivasi Sel B Poliklonal
Aktivasi sel B poliklonal oleh virus EBV, LPS, dan parasit malaria dapat
merangsang sel B secara langsung dan menimbulkan autoimunitas.
Peran CD4 dan Reseptor MHC
CD4 pada hewan merupakan efektor utama pada penyakit autoimun. Untuk
menjadi rentan terhadap autoimunitas diperlukan MHC dan TCR yang dapat mengikat
antigen sendiri.
Keseimbangan Th1-Th2
Gangguan keseimbangan sel Th1-Th2 dapat mempengaruhi autoimunitas. Th1
menunjukkan peran pada autoimunitas, sedang Th2 tidak hanya melindungi terhadap
induksi penyakit, tetapi juga terhadap progres penyakit.
Sitokin
Ekspresi sitokin yang berlebihan dapat berdampak terhadap penyakit autoimun.
(Baratawidjaja & Rengganis, 2014)
Faktor Lingkungan
Virus
Respon autoimun terhadap virus HCV adalah multifaktorial. Resolusi HCV
terjadi pada penderita dengan respon antibodi yang lambat.

5
Bakteri
Antigen patogen tertentu memiliki determinan dengan kemiripan yang beraksi
silang dengan antigen self sehingga respon imun terhadap determinan tersebut dapat
menimbulkan antibodi atau sel efektor yang bereaksi terhadapnya.
Hormon
Penyakit autoimun lebih sering menyerang wanita dibanding pria. Estrogen
diduga merangsang respon imun tertentu. Hormon pituitari prolaktin menunjukkan efek
imunostimulasi terutama terhadap sel T.
Obat
Beberapa obat dapat menginduksi produksi ANA dan anti-DNA tetapi jarang
disertai LES klinis.
Sinar Ultra Violet (UV)
Sinar UV dapat memicu inflamasi kulit. Fotosensitizer dapat berikatan dengan
sinar UV yang menginisiasi respon imun. Oksigen radikal bebas yang diproduksi pada
inflamasi dapat menimbulkan respon fisik yang dapat mengubah imunogenisitas self
antigen.
Oksigen Radikal Bebas
Kerusakan self molekul oleh oksigen radikal bebas yang menimbulkan sebagian
proses inflamasi dapat mengubah imunogenisitas self antigen.
Logam
Salah satu bentuk yang sudah banyak diteliti antara lain adalah silikon. Inhalasi
debu silicon dapat menimbulkan silikosis. Silika dapat pula memacu produksi ANA,
RF, gejala LES atau sindrom skleroderma dengan endapan kompleks imun di
glomerulus dan glomerulonekrosis lokal.
Rokok
Rokok berperan pada kanker, penyakit paru, kardiovaskular dan diduga memacu
produksi antibodi yang mengenal CCP pada artritis rheumatoid atau meningkatkan titer
anti-dsDNA pada SLE.
(Baratawidjaja & Rengganis, 2014)
Faktor Lainnya
Stres
Faktor psikis berperan dalam timbulnya penyakit autoimun dan sebaliknya,
penyakit autoimun sendiri juga menimbulkan stres. Hormon yang dipacu oleh faktor
psikoneuroendokrin diduga menimbulkan disregulasi imun yang akhirnya memacu
penyakit autoimun melalui perubahan dan peningkatan produksi sitokin.

6
Keganasan
Antigen yang berhubungan dengan tumor dapat pula diproduksi sel inflamasi.
(Baratawidjaja & Rengganis, 2014)
1.3 Jenis-Jenis
A. Penyakit Autoimun Reumatik
Penyakit autoimun dibagi menjadi penyakit autoimun reumatik yang menyerang
otot dan sendi dan penyakit autoimun lainnya yang dikelompokkan berdasarkan organ utama
yang terlibat. Sejumlah penyakit autoimun disertai dengan gejala reumatik, karenanya disebut
penyakit reumatik autoimun. Contohnya adalah arthritis rheumatoid, lupus eritematosus
sistemik, polimialgia reumatika, sklerosis sistemik, sindrom Sjorgen, polimiositis dan
dermatomiositis, arteritis dengan nekrosis (necrotizing arteritis), miastenia gravis sarkoidosis
dan sejumlah spektrum dengan sindrom serupa.
Ciri-ciri penyakit autoimun reumatik juga ditemukan pada penyakit tiroid
automimun. Autoantibodi dapat melibatkan inflamasi, sering disertai dengan peningkatan laju
endap darah, C reactive protein, sitokin, aktivasi komplemen sehingga menimbukan kerusakan
jaringan dan mengganggu fungsi. (Baratawidjaja & Rengganis, 2014)
B. Penyakit Autoimun Berdasarkan Organ Utama yang Terlibat

No. Organ yang Terlibat Penyakit Autoimun

1. Kulit Penyakit kulit bulosa autoimun, lupus eritematosus diskoid,


lupus eritematosus kutaneous subakut, vitiligo, psoriasis
artropati

2. Hepatobiliar Hepatitis autoimun, sirosis bilier primer, kolangitis sklerosis


primer
Inflammatory bowel disease, kolitis ulseratif, Crohn disease,
3. Gastrointestinal penyakit celiac, gastritis autoimun

Sklerosis multipel, sindrom Guillain-Barre, miastenia


gravis, ensefalitis autoimun, amiotropic lateral sclerosis,
4. Sistem saraf epilepsi autoimun, chorea autoimun, Lambert Eaton
miastenic syndrome
Miokarditis autoimun dan dilated cardiomyopathy anemia
5. Jantung dan Darah pernisiosa, purpura trombositopenik autoimun, anemia
hemolitik autoimun, anemia aplastic idiopatik, sindrom
mielodisplastik, limfopeni autoimun, neutropeni autoimun,
purpura trombositopenik trombotik, koagulopati autoimun
Polimiositis, dermatomiositis, fibromyalgia, chronic fatigue
6. Muskuloskeletal syndrome

7
Penyakit autoimun tiroid, Hashimoto atrofik subakut,
7. Endokrin penyakit Graves, tiroiditis pospartum, DM tipe 1,
pankreatitis autoimun, hipofisitis autoimun, penyakit
Addison autoimun atau adrenalitis autoimun, sindrom
poliendokrin autoimun

8. Ginjal Nefropati IgA nefropati membranosa, glomerulo-sklerosis


fokal dan segmental, glomerulonephritis
membranopoliferatif atau mesangiokapiler, minimal change
nephropathy

9. Mata Uveitis autoimun, retinopati autoimun, VKH, miosistis


orbita, neuromielitis optika

10. Reproduksi Kegagalan ovarium autoimun, orkitis autoimun,


endometriosis

11. Paru Pneumonia interstisial idiopatik, hipertensi arterial


pulmoner

12. Telinga Kehilangan pendengaran sensoris neuron

13. Lain-lain Alopesia

(Baratawidjaja & Rengganis, 2014)


1.4 Patogenesis
1. Pelepasan sequestered antigen pada sel Th, dibantu dengan adanya:
A. Ekspresi MHC yang tidak benar pada non-APC
B. APC dengan antigen reaksi silang (mimikrasi molekular)akan mengaktifkan
sel Th, dimana akan dibagi menjadi tiga jalur.

2. A. Jalur Pertama
Th  makrofag aktif  inflamasi dan delayed type hypersensitivity lokal
B. Jalur Kedua
 Th menempel dengan MHC-II pada jaringan epitel sasaran, diperantarai
IFN-γ
 Dengan perantara IL-2, Th (T helper) berubah menjadi Tc (T cytotoxic)
 Tc berubah menjadi CTL (cytotoxic lymphocyte)

C. Jalur Ketiga
 Th membantu sel B
 Sel B melakukan aktivasi poliklonal terhadap sel plasma
 Terbentuk antibodi terhadap self antigen

8
3. Kerusakan jaringan.
(Baratawidjaja & Rengganis, 2014)

Kriteria Autoimun
Kriteria Catatan

1. Autoantibodi atau sel T Kriteria ditemukan pada kebanyakan penyakit endokrin


autoreaktif dengan spesifitas autoimun. Lebih sulit ditemukan pada antigen sasaran yang
untuk organ yang terkena tidak diketahui seperti pada artritis rheumatoid. Autoantibodi
ditemukan pada penyakit lebih mudah ditemukan disbanding sel T autoreaktif, tetapi
autoantibodi dapat juga ditemukan pada beberapa subyek
normal.

2. Autoantibodi dan atau sel Benar pada beberapa penyakit endokrin, LES dan beberapa
T ditemukan di jaringan glomerolunefritis
dengan cedera
Hanya ditemukan pada penyakit autoimun sistemik akut
3. Ambang autoantibodi atau dengan kerusakan jaringan progresif cepat seperti pada LES,
respons sel T vasculitis sistemik atau penyakit antiglomerolus membrane
menggambarkan aktivitas basal
penyakit
4. Penurunan respons Keuntungan imunosupresi terlihat pada beberapa penyakit,
autoimun memberikan terbanyak imunosupresan tidak spesifik dan berupa anti
perbaikan penyakit inflamasi

5. Transfer antibodi atau sel Ditemukan pada model hewan. Pada manusia dengan transfer
T ke pejamu sekunder transplasental antibodi IgG autoreaktif selama kehamilan
menimbulkan penyakit trimester terakhir dan dengan timbulnya penyakit autoimun
autoimun pada resipien pada resipien transplan sumsum tulang bila donor memiliki
penyakit autoimun

6. Imunisasi dengan Banyak protein self menginduksi respons autoimun pada


autoantigen dan kemudian hewan bila disuntikkan dengan ajuvan yang benar. Lebih
induksi respons autoimun sulit dibuktikan pada manusia, tetapi imunisasi rabies dengan
menimbulkan penyakit jaringan otak mamalia yang terinfeksi (tidak infeksius) dapat
menimbulkan ensefalomielitis autoimun.

(Baratawidjaja & Rengganis, 2014)


L.I 2. Memahami dan Menjelaskan Artritis Rheumatoid
L.O 2.1 Etiologi
1. Faktor Infeksi
Beberapa virus dan bakteri diduga sebagai agen penyebab penyakit seperti tabel berikut:

9
Agen Infeksi yang Diduga sebagai Penyebab Artritis Reumatoid
Agen Infeksi Mekanisme Patogenik

Mycoplasma Infeksi sinovial langsung, superantigen


Parvovirus B19 Infeksi sinovial langsung
Retrovirus Infeksi sinovial langsung
Enteric Bacteria Kemiripan molekul
Mycobacteria Kemiripan molekul
Epstein Barr Virus Kemiripan molekul
Bacterial Cell Walls Aktivasi makrofag

Organisme diduga menginfeksi sel induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau
respons sel T sehingga mencetuskan timbulnya penyakit. Walaupun belum ditemukan agen
infeksi secara nyata terbukti sebagai penyebab penyakit.
2. Protein Heat Shock (HSP)
HSP adalah keluarga protein yang diproduksi oleh sel pada semua spesies sebagai
respons terhadap stres. Hipotesisnya adalah antibodi dan sel T mengenali epotop HSP pada
agen infeksi sel host. Hal ini memfasilitasi reaksi silang limfosit dengan sel host sehingga
mencetuskan reaksi imunologis. Hal ini dikenal sebagai kemiripan molekul.

3. Hormon Seks
Pravelebsu AR lebih besar pada perempuan dibanding laki-laki , sehingga diduga
hormon seks berperan dalam perkembangan penyakit ini. Estrogen dan progesteron
menstimulasi respons imun humoral (Th2) dan menghambat respons imun selular (Th1). Oleh
karena pada AR respons Th1 lebih dominan sehingga estrogen dan progesteron mempunyai
efek yang berlawanan terhadap perkembangan AR. Pemberian kontrasepsi orel dilaporkan
mencegah perkembangan AR atau berhubungan dengan penurunan insiden AR yang lebih
berat.

(Suarjana,2014)
2.2 Patogenesis
Kerusakan sendi pada AR dimulai dari proliferasi makrofag dan fibroblas sinovial
setelah adanya faktor pencetus berupa autoimun atau infeksi, limfosit menginfiltrasi daerah
perivaskular dan terjadi proliferasi sel-sel endotel, yang selanjutnya terjadi neobaskularisasi
pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan-bekuan kecil ataus sel
inflamasi. Terjadi pertumbuhan yang iregular pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi
sehingga membentuk jaringan pannus. Pannus menginvasi dan merusak tulang rawan sendi.
Berbagai macam sitokin, IL, proteinase dan faktor pertumbuhan lain dilepaskan, sehingga
mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik.

10
ANTIGEN

MHC kelas II Sel T


CD4+
Sitokin

Aktivasi sel proliferasi Aktivasi


B Fibroblas endotel
Kondrosit sel
sinovial
Pembentukan RF

Ekspresi
Pembentukan molekul
Kompleks imun adhesi

Pelepasan sitokin

Pelepasan kolagenase , stromelysin, Akumulasi


Sel persentasi etalase, PGE2, dan enzim lainnya sel radang
antigen efisien

Cedera sendi
Pembentukan Pannus, kerusakan tulang rawan,fibrosis
(Suarjana,2014)

2.3 Manifestasi Klinik


Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada seseorang atritis
rhematoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh
karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi :
1. Gejala konstitusional misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.
Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.

2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer : Termasuk sendi-sendi di tangan,


namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalang distal. Hampir semua sendi
diatrodial dapat terserang.

3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dar 1 jam : Dapat bersifat generalisata tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteotritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang
dari satu jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang.

11
5. Deformitas : kerusakan struktur penunjang sendi meningkat dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul
sekunder dari subluksasi metatarsal sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan
ekstensi.

6. Nodul-nodul rhematoid adalah masa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga
orang dewasa pasien artritis rhematoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini
adalah bursa olekranon (sendi siku) atau sepanjang permukaaan ekstensor dari lengan.
Walaupun demekian nodul-nodul ini dapat juga timbul pada tempat lainnya. Adanya
nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan
lebih berat.

7. Manifestasi ekstaartikular : Dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Jantung


(perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata dan pembuluh darah dapat rusak. (Price,
2015)
2.4 Klasifikasi Diagnostik
Terkenanya sendi adalah adanya bengkak atau nyeri pada oemeruksaan yang
didukung oleh sinovitis secara pencitraan. Sendi DIP,CMC I, dan MTP I tidak termasuk dalam
kriteria. Penggolongan distribusi sendi diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan jumlah sendi
yang terkena, dengan penempatan kedalam kategori yang tertinggi yang dapat dimungkinkan.
Sendi besar adalah bahu, siku, lutut,pangkal paha dan pergelangan kaki. Sendi kecil adalah
MCP,PIP,MTP II-V,IP ibu jari dan pergelangan tangan.Diagnosis ditegakkan bila pasien
memiliku skor 6 atau lebih.
Tabel Kriteria Klasifikasi AR ACR/EULAR 2010
Jenis Skor
A. Keterlibatan sendi
1 sendi besar 0
2-10 sendi besar 1
1-3 sendi kecil (dengan atau tanpa keterlibatan sendi besar) 2
4-10 sendi kecil (dengan atau tanpa keterlibatan sendi besar) 3
Lebih dari 10 sendi (minimal 1 sendi kecil) 5
B. Serologi (minimal 1 hasil lab diperlukan untuk klasifikasi)
RF dan ACPA negatif 0
RF atau ACPA positif rendah 2
RF atau ACPA positif tinggi 3
C. Reaktan Fase Akut (minimal 1 hasil lab diperlukan untuk klasifikasi)
LED dan CRP normal 0
LED atau CRP abnormal 1
D. Lamanya Sakit
Kurang dari 6 minggu 0
6 minggu atau lebih 1
(Suarjana, 2014)

12
Kriteria American Rhematoid Association (ARA, 1987)
1. Kaku pada pagi hari dipersendian atau sekitarnya sekurang-kurannya 1 jam
sebelum ada perbaikan maksimal
2. Timbul artritis pada 3 daerah persendiaan atau lebih yang timbul secara
bersamaan
3. Terdapat artritis, minimal pada 1 persendian tangan
4. Terdapat artritis yang bersifat simetris
5. Ditemukan nodul rhematoid yaitu berupa nodul subkutan pada penonjolan
tulang atau permukaan ekstensor atau daerah juksta artikuler
6. Faktor rhematoid serum yang positif (tinggi)
7. Perubahan gambaran radiologi yang menunjukan adanya erosi atau
dekalsifikasi tulang yang berlokasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan
sendi
Diagnosis Artritis rhematoid ditegakkan jika ditemukan setidaknya kriteria 1-4 yang
dialami minimal 6 minggu.
2.5 Penegakan Diagnosis
Anamnesis
 Apakah ada inflamasi?
 Dimana saja lokasi sendi-sendi yang terasa nyeri?
 Berapa jumlah sendi yang terasa nyeri?

Pemeriksaan Fisik
 Tanda – tanda inflamasi sendi yaitu merah, panas, bengkak, kaku di pagi hari
minimal 30 menit.
 Terdapat nodul-nodul rheumatoid.

Pemeriksaan Penunjang
 Tes Darah

o (+) antibodi anti CCP, rheumatoid faktor, Fc dari IgG


o Meningkatnya laju endap eritrosit dan protein C reaktif
o Jumlah leukosit normal atau meningkat sedikit (bisa terjadi leukopenia pada
pasien yang disertai splenomegali)
o Platelet count meningkat tergantung keparahan inflamasi secara
keseluruhan.

 Radiografi

Hasil didapat pada 6 bulan pertama munculnya gejala.


o Perubahan awal : adanya pembengkakan jaringan-jaringan halus pada
tangan dan kaki.
o Perubahan lanjutan : mengecilnya area sendi dan muncul erosi.

(Hellman & Imboden, 2014)

13
Pemeriksaan Penunjang :
A. Daerah perifer : Anemia, trombositosis dan peningkatan laju endap darah dan v-
reactive protein
B. analisis cairan sendi inflamasi : leukosit 5000-50000/ 𝜇L, PMN >50%, protein
meningkat, glukosa menurun, uji bekuan musin buruk, kristal (-), kultur bakteri (-
)
C. faktor rhematoid ( RF) serum umumnya positif ( meningkat ). FR adalah antibodi
terhadap fraksi FcIgG dan berhubungan dengan prognosis
(Rosani, 2014)
Diagnosis Banding
 Artropati reaktif yang berhubungan dengan infeksi
 Spondiloartropati seronegatif
 Lupus eritematosus sistemik
 Bila dicurigai ada artritis gout, maka pemeriksaan cairan sendi perlu dilakukan.

(Suarjana, 2014)
2.6 Tatalaksana
Terapi Farmakologi
 OAINS : Sebagai terapi awal untuk mengurangi nyeri dan
pembengkakan. Oleh karena obat-obat ini tidak merubah perjalana penyakit maka
tidak boleh digunakan secara tunggal.

 Glukokortikoid : Steroid dengan dosis ekuivalen dengan prednison <10mg per


hari cukup efektif untuk meredakan gejala dan dapat memperlambat kerusakan
sendi. Dosis steroid harus dberikan dalam minimal karena risiko tinggi mengalami
efek samping seperti: Osteoporosis, katarak, gejala cuskigovid, dan gangguan kadar
gula darah.

 DMARD : Pemberian DMARD harus dipertimbangkan untuk semua


penderita Artritis Rheumatoid. Pemberian jenis DMARD harus mempertimbangkan
kepatuhan, beratnya penyakit penyerta. DMARD yang paling umum digunakan
adalah MTX, Hidroksiklorokuin atau Klorokuin Fosfat, Sulfasazalin, Leflunomide,
Infliximab dan Etanercept. Sulfasazalim sering digunakan sebagai terapi awal, tetapi
pada kasus yang lebih berat, MTX atau kombinasi terapi mungkin digunakan sebagai
terapi lini pertama.
(Suarjana, 2014)
Terdapat dua pengobatan yang digunakan untuk atritis reumatoid:
 Pengobatan lini-pertama. Diberikan untuk mengurangi rasa sakit dan inflamasi.
Berupa NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory drugs): aspirin, ibuprofen, dll.
 Pengobatan lini-kedua. Diberikan untuk mencegah pengerusakan sendi berlanjut.
Berupa DMARD (disease modifying anti-rheumatic drugs): metotreksat,
hidroksisklorokuin, dan siklosporin.

14
(Baratawidjaja & Rengganis, 2014)
Terapi Non Farmakologi
Terapi puasa, suplementasi asam lemak esesnsial, terapi spa menunjukkan hasil yang
baik. Pemberian suplemen minyak ikan (Cod Liver Oil) bisa digunakan sebagai NSAID-
sparing agents pada penderita Artritis Rheumatoid.
(Suarjana, 2014)
Terapi Kombinasi
Regimen terapi kombinasi yang efektif dan aman digunakan untuk penderita AR aktif yang
tidak terkontrol adalah salah satu dari kombinasi berikut
 MTX + hidroksiklorokuin
 MTX + hidroksiklorokuin + sulfasalazine
 MTX + silfasalazine + prednisolone
 MTX + leflunomide
 MTX + infiximab,MTX + etanercerpt
 MTX + adalimumab
 MTX + anakinra , atau
 MTX + rituximab

Terapi kombinasi efektif pada penghambatan progesivitas penyakit dan kerusakan


radiografi, terutama regimen kombinasi MTX + inhibitor TNF , tetapi harganya jauh lebih
mahal dibanding regimen MTX+hidrokolorokuin atau sulfazalazine.
(Suarjana, 2014)
2.7 Prognosis
Prediktor prognosis buruk pada stadium dini Artritis Rheumatoid antara lain: skor
fungsional yang rendah, status sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah, ada riwayat
keluarga dekat menderita Artritis Rheumatoid, melibatkan banyak sendi, nilai CRP atau LED
tinggi saat perubahan radiologis pada awal penyakit, nodul rheumatoid / manifestasi
ekstraatikuler lainnya. (Suarjana, 2014)
L.I 3. Memahami dan Menjelaskan Hukum Islam dalam Bersababar Menghadapi
Penyakit
Secara etimologi, sabar (ash-shabr) berarti: al-habs atau al-kaff (menahan), Allah
berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di
pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhoaan-Nya.” (Al-Kahfi: 28) Maksudnya:
tahanlah dirimu bersama mereka. Secara istilah, definisi sabar adalah: menahan diri dalam
melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencari keridhaan Allah, Allah
berfirman: “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya” (Ar-Rad: 22)
Sabar terdiri dari 3 macam, yaitu:
1. Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah

15
2. Sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat terhadap Allah
3. Sabar dalam menerima taqdir yang menyakitkan.

Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur’an

Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika
ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur’an, kata-kata yang
menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Hal ini menunjukkan
betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-
hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-
Qur’an menjadi beberapa macam;

Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-
Baqarah (2:153-156)

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah,
(bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak
menyadarinya”

“ Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar ”

“ (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi
wa innaa ilaihi raaji'uun" ”

Mengenai sabar, Allah SWT berfirman, “wahai sekalian orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu sekalian dan teguhkanlah kesabaranmu itu dan tetaplah bersiap siaga”
(QS.Ali imran : 200)

16
Ayat ini memerintahkan untuk bersabar dalam menjalani ketaatan ketika mengalami
musibah, menahan diri dari maksiat dengan jalan beribadah dan berjuang melawan
kekufuran, serta bersiap siaga penuh untuk berjihad di jalan Allah SWT. Tentang ayat ini,
Sahl bin Sa’ad meriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah SAW bahwa, “Satu hari
berjihad di jalan Allah itu lebih baik ketimbang dunia dengan segala isinya” (HR. Al-
Bukhari dan At-Tirmidzi).

Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits

Sebagaimana dalam al-Qur’an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah
SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam
Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits
tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut;

1. Kesabaran merupakan "dhiya’" (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran
inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan,
"…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim)

2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal.
Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri
(berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…" (HR.
Bukhari)

3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan,
"…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada
kesabaran." (Muttafaqun Alaih)

4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu’min, sebagaimana hadits
yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman,
karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur
karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia
tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut
adalah baik baginya." (HR. Muslim)

5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits
digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua
matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)

6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas’ud dalam sebuah riwayat pernah
mengatakan: Dari Abdullan bin Mas’ud berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah
SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah,
kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya Allah ampunilah dosa
kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari)

7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan
dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah
orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)

17
8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah
haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang
muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga
kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-
dosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari & Muslim)

9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga
ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa
kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau
kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya
kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus
mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya
hidup itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR.
Bukhari Muslim)

18
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Abul K., Andrew H. Lichtman, Shiv Pillai. (2016) Imunologi Dasar Abbas: Fungsi dan
Kelainan Sistem Imun, edisi Indonesia kelima. Elsevier.
Akib, Arwin, et al. 2010. Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak Edisi Kedua. Jakarta: IDAI.
Baratawidjaja, Karnen Garna dan Iris Rengganis. (2014) Imunologi Dasar. Jakarta, Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Dorland, W. A. N. (2010). Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 31. Jakarta: EGC
Hellman, David B. dan John B. Imboden, Jr. (2014) Current Medical Diagnosis & Treatment.
Columbus, McGraw-Hill Education.
Nafrialdi. (2007) Farmakologi dan Terapi. Jakarta, Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Purwaningsih. Disfungsi Telomer Pada Penyakit Autoimun. JURNAL KEDOKTERAN
YARSI 21 (1) : 041-049 (2013).
Rosani, S, et all. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, ed 4th jilid II. Editor : Tanto Chris, et
al.Jakarta : Media Aesculapius.

Sudoyo, A. W., dkk. (2007). “Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam” Edisi 4, Jilid 2. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Sudoyo, A. W., et al. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing. Hal.
367-376
Suarjana, I Nyoman (2014) Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi VI. Jakarta, Interna Publishing.
Zuhroni. 2010. Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :
Bagian Agama Universitas YARSI.

19

Anda mungkin juga menyukai