Anda di halaman 1dari 19

MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN MIKROBA

Dosen Pengampu :
Bawon Triatmoko S.Farm., M.Sc., Apt

Disusun oleh:
Rida Astutik (172210101097)
Triana Ardila Sari (172210101138)

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER
2020
DAFTAR ISI

PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN MIKROBA...................................................................................1


1 Tingkat Keamanan Biologi..........................................................................................................1
2 Protokol Mengontrol Pertumbuhan Mikroba.............................................................................3
3 Efektivitas Agen Kontrol Pertumbuhan Mikroba........................................................................4
4 Metode Fisika Untuk Menghambat Pertumbuhan Mikroorganisme..........................................4
5 Metode Kimia Untuk Menghambat Pertumbuhan Mikroorganisme........................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................17
Page |1

PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN MIKROBA

1. Tingkat Keamanan Biologi


Pencegahan penyebaran penyakit manusia, perlu untuk mengontrol pertumbuhan dan
kelimpahan mikroba di atas barang-barang yang sering digunakan oleh manusia dan berperan
dalam penularan penyakit disebut dengan fomites. Setiap BSL (Biological Savety level)
memerlukan tingkat biocontainment yang berbeda untuk mencegah kontaminasi dan
penyebaran infeksi. BSL-1, merupakn BSL terendah membutuhkan paling sedikit tindakan
pencegahan karena agen BSL-1 umumnya tidak menyebabkan infeksi pada manusia yang
sehat. Agen tersebut termasuk bakteri tidak menular, seperti Escherichia coli dan Bacillus
subtilis yang nonpathogenik, dan virus yang diketahui menginfeksi hewan seperti baculovirus
(virus serangga). Pekerja laboratorium menggunakan teknik aseptik standar dan dapat bekerja
dengan agen ini di meja laboratorium terbuka (Derviş, 2013).
Agen BSL-2 seperti Staphylococcus aureus dan Salmonella sp., dan virus seperti hepatitis,
gondong, campak yang hidup berdasarkan kondisi geografis tertentu membutuhkan tindakan
pencegahan tambahan daripada BSL-1. Beberapa tindakan yang mungkin diperlukan seperti
APD, pelindung wajah, aerosolisasi, autoklaf dan tindakan yang lain. Agen BSL-3 berpotensi
menyebabkan infeksi jika terhirup. Patogen tersebut seperti Mycobacterium tuberculosis,
Bacillus anthracis, virus West Nile, dan human immunodeficiency virus (HIV). Laboratorium
yang bekerja dengannya membutuhkan akses terbatas seperti bekerja di bawah pengawasan
medis, menerima vaksinasi dan mengenakan respirator. Agen BSL-4 adalah yang paling
berbahaya dan seringkali berakibat fatal. Mikroba ini biasanya eksotis, mudah ditularkan oleh
inhalasi, dan menyebabkan infeksi yang tidak ada perawatan. Contohnya termasuk virus Ebola
dan virus Marburg, keduanya menyebabkan demam berdarah dan cacar. Pencegahan BSL-4
diperlukan harus mengganti pakaian saat memasuki laboratorium, mandi saat keluar, dan
dekontaminasi semua bahan saat keluar. Saat bekerja di laboratorium, mereka harus
mengenakan jas pelindung seluruh tubuh dengan pasokan udara yang cukup atau HEPA.

Biosavety level
Biological Savety Deskripsi Contoh Klasifikasi CDC
Level (BSL)
BSL-4 Mikroba berbahaya dan Virus ebola dan
eksotis, sehingga berisiko marburg
infeksi tinggi yang
ditularkan melalui
Page |2

aerosol. Yang seringkali


berakibat fatal tanpa
perawatan atau vaksin.
BSL-3 Mikroba asli atau eksotis Mycobacterium
dan menyebabkan tuberculosis
penyakit serius atau
berpotensi mematikan
melalui transmisi
pernapasan
BSL-2 Mikroba asli dan staphylococcus
dikaitkan dengan aureus
penyakit dengan tingkat
keparahan yang berbeda-
beda. Mereka
menimbulkan risiko
sedang bagi pekerja dan
lingkungan
BSL-1 Mikroba tidak Strain non
menyebabkan penyakit patogenik dari
pada inang yang sehat escherichia coli
dan menimbulkan risiko
minimal bagi pekerja dan
lingkungan.

2. Protokol Mengontrol Pertumbuhan Mikroba


Protokol yang sering dilakukan untuk pengendalian mikroba bertujuan untuk mencapai
sterilisasi serta pembunuhan sel vegetatif, endospora, dan virus dari benda atau lingkungan
yang ditargetkan. Sterilisasi dapat dilakukan melalui fisik seperti paparan panas tinggi, tekanan,
filtrasi melalui filter yang sesuai, atau dengan cara kimia. Teknik aseptik diperlukan untuk
mencegah kontaminasi permukaan steril. Teknik Aseptik ini melibatkan kombinasi protokol
yang secara kolektif menjaga sterilitas, atau asepsis, sehingga mencegah kontaminasi pasien
dengan mikroba dan agen infeksi.

Protokol Umum Untuk Mengontrol Pertumbuhan Bakteri


Protokol Definisi Pengaplikasian Agen
Page |3

Untuk penggunaan pada fomites


Disinfeksi Mengurangi mikroba pada Membersihkan Pengelantang klorin,
benda mati dengan permukaan seperti fenol seperti lisol
penambahan panas atau bahan laboatorium, klinik serta glutaraldehid
kimia antimikroba dan kamar mandi
Sanitisasi Mengurangi mikroba dari Pencucian peralatan Deterjen
benda mati ke tingkat makan dan mengandung fosfat,
kesehatan masyarakat dengan pembersihan toilet pembersih industri
penambahan panas atau bahan umum yang mengandung
kimia antimikroba senyawa amonium
kuartener

Sterilisasi Eliminasi semua sel vegetatif, Persiapan peralatan Uap bertekanan,


endospora dan virus dari item bedah dan jarum autoklav, kimia,
yang hidup yang digunakan radiasi
untuk injeksi

Penggunaan pada jaringan hidup


Antisepsis Mengurangi mikroba pada kulit Membersihkan kulit Asam borat, isopropil
dan jaringan melalui yang rusak karena alkohol, hidrogen
penggunaan bahan kimia cedera, peroksida, iodin
antimikroba membersihkan kulit (betadin)
sebelum operasi
Degerming Mengurangi mikroba pada kulit Mencuci tangan Soal, swap alkohol
melalui penggunaan bahan
kimia ringan

3. Efektivits Agen Kontrol Pertumbuhan Mikroba


Pengendalian mikroba ditargetkan untuk membunuh dan menghentikan pertumbuhan
mereka serta membuat populasi mereka statis disebut dengan cidal atau statis. Misalnya,
perawatan bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan perawatan
fungistatik menghambat pertumbuhan jamur. Faktor-faktor yang menentukan apakah
pengobatan tertentu adalah cidal atau statis dilihat dari mikroorganisme yang ditargetkan,
konsentrasi bahan kimia yang digunakan, dan sifat perlakuan yang diterapkan. Meskipun
perawatan statis tidak benar-benar membunuh agen infeksius, mereka seringkali kurang toksik
bagi manusia dan hewan, dan mungkin juga lebih baik menjaga integritas barang yang dirawat.
Tingkat kontrol mikroba dapat dievaluasi menggunakan kurva kematian mikroba untuk
Page |4

menggambarkan efektivitas protokol tertentu. Beberapa faktor berkontribusi terhadap


efektivitas agen desinfektan. Pertama, lamanya waktu paparan adalah penting. Waktu paparan
yang lebih lama membunuh lebih banyak mikroba. Karena dibutuhkan waktu lebih lama untuk
membunuh beban populasi tinggi daripada beban populasi rendah yang terpapar protokol
yang sama. Efektivitas juga tergantung pada kerentanan agen terhadap desinfektan tersebut.
Hal ini konsentrasi dari desinfektan juga mempengaruhi protokol pengendalian mikroba
tersebut. Intensitas paparan juga penting. Misalnya, suhu lebih tinggi dan konsentrasi lebih
tinggi membunuh mikroba dengan lebih cepat dan efektif. (Outline, n.d.)

Gambar 1. Perbedaan suhu menentukan penghambatan mikroba yang berbeda

4. Metode Fisika Untuk Menghambat Pertumbuhan Mikroorganisme


Metode ini banyak membunuh sel secara tidak spesifik dengan mengganggu membran,
mengubah permeabilitas membran, atau merusak protein dan asam nukleat dengan
denaturasi, degradasi, atau modifikasi kimia. Berbagai metode fisik yang digunakan untuk
kontrol mikroba dijelaskan pada bagian ini.
4.1 Panas
Pemanasan adalah salah satu bentuk kontrol mikroba yang paling umum
digunakan. Panas dapat membunuh mikroba dengan mengubah membran dan
mendenaturasi protein. Thermal Death point (TDP) dari mikroorganisme adalah suhu
terendah di mana semua mikroba terbunuh dalam paparan 10 menit. Mikroorganisme
yang berbeda akan merespon secara berbeda terhadap suhu tinggi misal C. botulinum
membentuk endospora. Parameter serupa, waktu kematian termal (TDT), adalah
panjang waktu yang diperlukan untuk membunuh semua mikroorganisme dalam sampel
pada suhu tertentu. Parameter ini sering digunakan untuk menggambarkan prosedur
Page |5

sterilisasi yang menggunakan panas tinggi, seperti autoclaving. Protokol panas ini
dipecah menjadi dua kategori utama: sterilisasi panas-kering dan sterilisasi panas-
lembab.
Teknik aseptik dalam laboratorium biasanya melibatkan beberapa protokol
sterilisasi panas kering menggunakan aplikasi langsung dari panas tinggi, seperti
mensterilkan loop inokulasi. Panas kering juga dapat diterapkan untuk jangka waktu
yang relatif lama (setidaknya 2 jam) pada suhu hingga 170 ° C dengan menggunakan
oven. Namun, sterilisasi panas-lembab biasanya merupakan protokol yang lebih efektif
untuk menembus sel lebih baik daripada panas kering.

Gambar 2. (a) sterilizing loop (b) bactericinerator

4.2 Autoklaf
Autoklaf mengandalkan sterilisasi panas-lembab. Teknik ini menggunakan suhu di
atas titik didih air untuk mensterilkan barang-barang seperti peralatan bedah dari sel
vegetatif, virus, dan endospora yang tahan terhadap suhu mendidih, tanpa merusak
barang. Autoklaf masih dianggap metode sterilisasi yang paling efektif. Suhu standar
untuk autoklaf adalah 121 ° C atau 132 ° C, biasanya pada tekanan 15 sampai 20 psi.
Lama paparan tergantung pada volume dan sifat bahan yang disterilkan, biasanya 20
menit atau lebih, dengan volume yang lebih besar membutuhkan waktu pemaparan
yang lebih lama untuk memastikan panas yang cukup dan wadah dibiarkan tertutup
dengan longgar serta dibungkus dengan kertas (Derviş, 2013).
Page |6

Gambar 3. Autoklaf

4.3 Pasteurisasi
Pemanasan dan autoklaf bukan cara ideal untuk mengendalikan pertumbuhan
mikroba dalam makanan karena metode ini dapat merusak konsistensi dan kualitas
organoleptik makanan lainnya. Pasteurisasi adalah bentuk kontrol mikroba untuk
makanan yang menggunakan panas tetapi tidak membuat makanan steril. Pasteurisasi
membunuh patogen dan mengurangi jumlah mikroba penyebab pembusukan dengan
tetap menjaga kualitas makanan. Metode yang digunakan untuk pasteurisasi
menyeimbangkan suhu dan lamanya waktu perawatan. Satu metode, pasteurisasi
waktu singkat suhu tinggi (HTST), memaparkan susu ke suhu 72 ° C selama 15 detik,
yang menurunkan jumlah bakteri sambil menjaga kualitas susu. Alternatifnya adalah
suhu ultra-tinggi (UHT) di mana susu terkena suhu 138 ° C selama 2 detik atau lebih.
Susu pasteurisasi UHT dapat disimpan untuk waktu yang lama dalam wadah tertutup
tanpa didinginkan; Namun, ketika suhunya sangat tinggi mengubah protein dalam susu,
menyebabkan sedikit perubahan dalam rasa dan bau.

Gambar 4

Susu dipanaskan Susu dipanaskan pada


pada suhu 72°C suhu 138°C selama 2
selama 15 detik, detik atau lebih, Disegel
tertutup dan dalam wadah kedap
didinginkan udara hingga 90 hari
tanpa pendinginan
Page |7

4.4 Pendinginan dan Pembekuan


Sama seperti suhu tinggi efektif untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba, suhu
rendah juga bisa juga menjadi metode kontrol mikroba yang mudah dan efektif. Lemari
es digunakan di laboratorium dengan suhu antara 0 ° C dan 7 ° C. Kisaran suhu ini
menghambat metabolisme mikroba, memperlambat pertumbuhan mikroorganisme
secara signifikan dan membantu melestarikan produk berpendingin seperti makanan
atau persediaan medis. Beberapa jenis kultur laboratorium tertentu dapat diawetkan
dengan pendingin untuk digunakan nanti. Pembekuan di bawah −2 ° C dapat
menghentikan pertumbuhan mikroba dan bahkan membunuh organisme yang rentan.

4.5 Tekanan
Paparan tekanan tinggi membunuh banyak mikroba. Dalam industri makanan,
pemaparan tekanan tinggi digunakan untuk membunuh bakteri, ragi, jamur, parasit, dan
virus dalam makanan dengan tetap menjaga kualitas makanan dan memperpanjang
umur simpan. Penerapan tekanan tinggi antara 100 dan 800 MPa cukup untuk
membunuh sel vegetatif dengan denaturasi protein, tetapi endospora dapat bertahan
hidup dengan tekanan tersebut. Terapi oksigen hiperbarik membantu meningkatkan
saturasi oksigen dalam jaringan yang menjadi hipoksia dan peradangan. Peningkatan
konsentrasi oksigen ini meningkatkan respons kekebalan tubuh dengan meningkatkan
aktivitas neutrofil dan makrofag, sel darah putih yang melawan infeksi.
Tingkat oksigen meningkat berkontribusi pada pembentukan radikal bebas
beracun yang menghambat pertumbuhan bakteri yang peka terhadap oksigen atau
anaerob sebagai Clostridium perfringens, penyebab umum gangren gas. Pada infeksi C.
perfringens, terapi oksigen hiperbarik juga dapat mengurangi sekresi racun bakteri yang
menyebabkan kerusakan jaringan. Terapi oksigen hiperbarik juga tampaknya
meningkatkan efektivitas perawatan antibiotik. Pemrosesan tekanan tinggi tidak umum
digunakan untuk desinfeksi atau sterilisasi fomites.
Page |8

Gambar 5. Pressure canner


untuk pengalengan karena endospora
C. botulinum dapat bertahan suhu di atas titik didih air

4.6 Desikasi / Pengeringan


Desikasi adalah metode yang telah digunakan untuk mengawetkan makanan
seperti kismis dan prem. Pengeringan bekerja karena semua sel, termasuk mikroba,
membutuhkan air untuk metabolisme mereka dan bertahan hidup. Meskipun
pengeringan mengontrol pertumbuhan mikroba, namun mungkin tidak membunuh
semua mikroba atau endospora yang mana mungkin mulai tumbuh kembali ketika
kondisinya lebih baik dan kadar air dipulihkan. Dalam beberapa kasus, makanan
dikeringkan di bawah sinar matahari, mengandalkan penguapan untuk mencapai
pengeringan.
Pengeringan beku, atau liofilisasi, adalah metode penghentian lainnya di mana
suatu barang dibekukan dengan cepat (“dibekukan”) dan ditempatkan di bawah vakum
sehingga air hilang oleh sublimasi. Lyophilization menggabungkan paparan terhadap
suhu dingin dan pengeringan, membuatnya cukup efektif untuk mengendalikan
pertumbuhan mikroba. Selain itu, liofilisasi menyebabkan lebih sedikit kerusakan ke
item daripada pengeringan konvensional dan lebih baik mempertahankan kualitas asli
item tersebut. Item yang diliofilisasi mungkin disimpan pada suhu kamar jika dikemas
dengan tepat untuk mencegah perolehan kelembaban.
Kandungan air dari makanan dan bahan, yang disebut aktivitas air, dapat
diturunkan tanpa pengeringan fisik yaitu dengan penambahan zat terlarut seperti garam
atau gula. Pada konsentrasi garam atau gula yang sangat tinggi, jumlah air yang tersedia
dalam sel mikroba berkurang secara dramatis karena air akan diambil dari konsentrasi
zat terlarut rendah (di dalam sel) ke area konsentrasi zat terlarut tinggi (di luar sel).
Page |9

4.7 Radiasi
Radiasi dapat digunakan untuk membunuh mikroba atau menghambatnya
pertumbuhan. Radiasi pengion seperti sinar-X, sinar gamma, dan berkas elektron
berenergi tinggi. Radiasi pengion cukup kuat untuk masuk ke dalam sel, di mana ia
mengubah struktur molekul dan merusak komponen sel dengan membuat kerusakan
rantai ganda pada molekul DNA. Ini secara langsung dapat menyebabkan mutasi DNA
dan akhirnya menyebabkan kematian sel. Di laboratorium, radiasi pengion umumnya
digunakan untuk mensterilkan bahan yang tidak dapat diautoklaf. Bumbu kering yang
dikemas juga sering disinari gamma. Karena kemampuannya menembus kertas, plastik,
lembaran tipis kayu dan logam, dan jaringan, harus sangat hati-hati saat menggunakan
sinar-X dan iradiasi gamma.
Jenis radiasi lain, radiasi non-ionisasi, umumnya digunakan untuk sterilisasi dan
menggunakan lebih sedikit energi daripada radiasi pengion. Itu tidak menembus sel atau
kemasan. Sinar ultraviolet (UV) adalah salah satu contoh radiasi non-ionisasi
menyebabkan terbentuk timin dimer berdekatan dalam untaian tunggal DNA dan ini
mengarah pada pembentukan mutasi yang pada akhirnya dapat membunuh
mikroorganisme.

Gambar 6. Radiasi UV

4.8 Sonikasi
Penggunaan gelombang ultrasonik frekuensi tinggi untuk mengganggu struktur sel
disebut sonikasi. Penerapan USG gelombang menyebabkan perubahan tekanan yang
cepat dalam cairan intraseluler, hal ini mengarah pada kavitasi, pembentukan
gelembung di dalam sel, yang dapat mengganggu struktur sel dan akhirnya
P a g e | 10

menyebabkan sel untuk melukai dirinya. Sonikasi berguna di laboratorium untuk


melisiskan sel secara efisien untuk melepaskan isinya.

4.9 Filtrasi
Filtrasi adalah metode pemisahan mikroba secara fisik dari sampel. Udara
umumnya disaring melalui efisiensi tinggi filter partikulat udara (HEPA). Filter HEPA
memiliki ukuran pori efektif 0,3 μm, kecil cukup untuk menangkap sel bakteri,
endospora, dan banyak virus. Ketika udara melewati filter ini, udara hampir steril. Filter
HEPA memiliki beragam aplikasi dan digunakan secara luas dalam klinis.

Gambar 7. Peta Konsep Metode Fisika Untuk Mengontrol Pertumbuhan Mikroba

5. Metode Kimia Untuk Menghambat Pertumbuhan Mikroorganisme


P a g e | 11

Selain metode fisik kontrol mikroba, bahan kimia juga digunakan untuk mengontrol
pertumbuhan mikroba. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk mengontrol bahan
kimia yaitu:
5.1 Fenolik
Secara kimia, fenol terdiri dari cincin benzena dengan gugus –OH, dan fenolik
adalah senyawa yang memiliki gugus ini pada bagian dari struktur kimianya. Fenolik
seperti timol dan kayu putih terdapat secara alami pada tanaman. Mereka menghambat
pertumbuhan mikroba dengan mendenaturasi protein dan mengganggu membran.
Sejak zaman Lister, beberapa senyawa fenolik telah digunakan untuk mengendalikan
pertumbuhan mikroba. Fenolik seperti kresol (fenol yang dimetilasi) dan o-fenilfenol
adalah bahan aktif dalam berbagai formulasi Lysol. o-Phenylphenol juga biasa digunakan
dalam pertanian untuk mengendalikan pertumbuhan bakteri dan jamur pada saat
dipanen. Triclosan adalah senyawa bisphenol lain umum digunakan dalam sabun tangan.

5.2 Logam Berat


Beberapa disinfektan kimia dan antiseptik pertama yang digunakan adalah
logam berat. Logam berat membunuh mikroba dengan mengikat protein, sehingga
menghambat aktivitas enzimatik. Logam berat bersifat oligodinamik, artinya bahwa
konsentrasi yang sangat kecil menunjukkan aktivitas antimikroba yang signifikan. Ion
logam berat berikatan dengan sulfur, asam amino dan bioakumulasi di dalam sel,
memungkinkan logam ini mencapai konsentrasi lokal yang tinggi menyebabkan protein
mengalami denaturasi. Logam berat tidak selektif beracun bagi sel mikroba. Mereka
dapat terakumulasi dalam sel manusia atau hewan dan konsentrasi yang berlebihan
dapat memiliki efek toksik pada manusia. Jika terlalu banyak perak menumpuk di dalam
tubuh menyebabkan argyria, di mana kulit berubah menjadi abu-abu kebiruan

a) Merkuri
Senyawa merkuri seperti merkuri klorida terutama bersifat bakteriostatik dan
memiliki spektrum aktivitas yang sangat luas. Berbagai bentuk merkuri berikatan
dengan asam amino dan menghambat fungsinya. Senyawa ini beracun bagi sistem
saraf, pencernaan, dan ginjal pada konsentrasi tinggi, dan memiliki efek negatif
pada lingkungan.

b) Perak
P a g e | 12

Perak telah lama digunakan sebagai antiseptik. Krim yang mengandung perak
digunakan untuk mengobati luka topikal dan sangat membantu dalam mencegah
infeksi pada luka bakar. Perak juga sering dikombinasikan dengan antibiotik.

c) Tembaga, Nikel, dan Seng


Beberapa logam berat lainnya juga menunjukkan aktivitas antimikroba.
Tembaga sulfat adalah algisida yang biasa digunakan untuk mengontrol
pertumbuhan alga. Lapisan tembaga dalam inkubator membantu mengurangi
kontaminasi kultur sel. Pelapis nikel dan seng sekarang digunakan dengan cara
yang sama. Bentuk lain dari seng, termasuk seng klorida dan seng oksida, juga
digunakan secara komersial. Seng klorida cukup aman untuk manusia dan
umumnya ditemukan di obat kumur.

5.3 Halogen
Bahan kimia lain yang biasa digunakan untuk desinfeksi adalah halogen yodium,
klorin, dan fluor. Yodium merupakan agen pengoksidasi asam amino yang mengandung
sulfur, nukleotida, dan asam lemak, dan destabilisasi makromolekul yang mengandung
molekul-molekul ini. Betadine adalah merek povidone-iodine yang biasa digunakan oleh
dokter untuk antisepsis topikal kulit pasien sebelum sayatan. Klorin adalah halogen lain
yang biasa digunakan untuk desinfeksi. Ketika gas klor dicampur dengan air, ia
menghasilkan oksidan kuat yang disebut asam hipoklorit, yang tidak bermuatan dan
memasuki sel dengan mudah. Gas klorin biasa digunakan di Indonesia pabrik
pengolahan air minum dan air limbah kota. Sodium hipoklorit adalah komponen kimia
digunakan untuk berbagai keperluan disinfektan. Garam hipoklorit, termasuk natrium
dan kalsium hipoklorit, digunakan untuk mendisinfeksi kolam renang. Fluor halogen juga
dikenal memiliki sifat antimikroba yang berkontribusi pada pencegahan karies gigi.
Halogen adalah sekelompok unsur yang sangat reaktif yang atom-atomnya
memiliki tujuh elektron di kulit terluarnya. Dalam mikroorganisme, halogen
menyebabkan pelepasan atom oksigen yang kemudian bergabung dan menonaktifkan
protein sitoplasma tertentu, seperti enzim. Klorin (Cl) efektif terhadap berbagai
organisme, termasuk bakteri gram negatif dan gram negatif, dan banyak virus, jamur,
dan protozoa. Klorin banyak digunakan dalam persediaan air kota dan kolam renang,
dimana ia membuat populasi mikroba pada tingkat rendah.
P a g e | 13

5.4 Alkohol
Alkohol membentuk kelompok bahan kimia lain yang biasa digunakan sebagai
desinfektan dan antiseptik. Mereka bekerja dengan cepat mendenaturasi protein,
menghambat metabolisme sel, dan dengan mengganggu membran, yang mengarah ke
lisis sel. Alkohol biasanya digunakan pada konsentrasi sekitar 70% larutan encer dan,
pada kenyataannya, bekerja lebih baik dalam larutan encer daripada 100% alkohol.
Alkohol yang paling umum digunakan untuk desinfeksi adalah etil alkohol (etanol) dan
isopropil alkohol. Meskipun alkohol bukan sporicidal, mereka menghambat proses
sporulasi dan perkecambahan.

5.5 Surfaktan
Zat aktif permukaan, atau surfaktan, adalah sekelompok senyawa kimia yang
menurunkan tegangan permukaan air. Surfaktan merupakan bahan utama dalam sabun
dan deterjen. Sabun adalah garam dari asam lemak rantai panjang dan memiliki daerah
kutub dan nonpolar, memungkinkan mereka untuk berinteraksi. Mereka dapat
berinteraksi dengan minyak dan minyak nonpolar untuk membuat emulsi dalam air,
melonggarkan dan mengangkat kotoran dan mikroba dari permukaan dan kulit. Sabun
tidak membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba secara mekanis membawa
mikroorganisme secara efektif degerming dari suatu permukaan.

5.6 Bisbiguanides
Bisbiguanides dikenal sebagai molekul kationik (bermuatan positif dengan sifat
antiseptiknya. Salah satu antiseptik bisbiguanide adalah klorheksidin. Memiliki aktivitas
spektrum luas terhadap ragi, bakteri gram positif, dan bakteri gram negatif. Klorheksidin
mengganggu membran sel dan bersifat bakteriostatik pada konsentrasi yang lebih
rendah atau bakterisida pada konsentrasi yang lebih tinggi, di mana menyebabkan
sitoplasma sel membeku. Klorheksidin dapat digunakan sebagai antisepsis topikal untuk
pasien sebelum operasi atau injeksi jarum.

5.7 Zat Alkilasi


Zat alkilasi adalah sekelompok bahan kimia desinfektan kuat yang bekerja dengan
mengganti atom hidrogen di dalam molekul dengan gugus alkil (CnH2n + 1), dengan
demikian menonaktifkan enzim dan asam nukleat. Alkylating agent formaldehyde
(CH2OH) umumnya digunakan dalam larutan pada konsentrasi 37% (dikenal sebagai
formalin) atau sebagai desinfektan dan biosida gas. Alkilasi ini merupakan desinfektan
P a g e | 14

dan biosida spektrum luas yang kuat yang memiliki kemampuan untuk membunuh
bakteri, virus, jamur, dan endospora, yang mengarah ke sterilisasi pada suhu rendah.

5.8 Peroksigen
Peroksi adalah agen pengoksidasi kuat yang dapat digunakan sebagai desinfektan
atau antiseptik. Yang paling banyak digunakan peroksigen adalah hidrogen peroksida
(H2O2), digunakan dalam larutan untuk mendisinfeksi permukaan dan dapat juga
digunakan sebagai agen gas. Hidrogen peroksida bekerja dengan memproduksi radikal
bebas yang merusak makromolekul seluler. Hidrogen peroksida memiliki aktivitas
spektrum luas, bekerja melawan bakteri gram positif dan gram negatif, jamur, virus, dan
endospora. Contoh peroksigen lainnya termasuk benzoil peroksida dan karbamid
peroksida. Benzoil peroksida adalah peroksigen yang digunakan dalam solusi
pengobatan jerawat. Sedangkan karbamid peroksida, bahan yang digunakan dalam
pasta gigi, peroksigen yang memerangi biofilm oral yang menyebabkan perubahan
warna gigi dan halitosis (bau mulut). Contoh lain yaitu ozon.

5.9 Cairan Superkritis


Karbon dioksida superkritis bekerja dengan cara menembus sel dan membentuk
asam karbonat, sehingga menurunkan pH sel. Teknik ini efektif melawan sel-sel vegetatif
dan juga digunakan dalam kombinasi dengan asam perasetat untuk membunuh
endospora. Peningkatan suhu atau dengan siklus tekanan yang cepat dan
depressurization dapat menyebabkan lisis sel. Penggunaan scCO2 menjaga integritas
objek dan umumnya digunakan untuk makanan (termasuk rempah-rempah dan jus) dan
perangkat medis seperti endoskopi dikarenakan sifatnya tidak mudah terbakar, tidak
reaktif dan tidak mengiritasi.

5.10 Pengawet Kimia Pada Makanan


Pengawet kimia digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba dan
meminimalkan pembusukan pada beberapa makanan. Umum digunakan asam sorbat,
asam benzoat, dan asam propionat, dan garamnya yang lebih larut kalium sorbat,
natrium benzoat, dan kalsium propionat, yang semuanya digunakan untuk mengontrol
pertumbuhan jamur dalam makanan Masing-masing pengawet ini tidak beracun dan
siap dimetabolisme oleh manusia. Pengawet makanan ini diduga menghambat enzim
dan menurunkan pH intraseluler.
P a g e | 15

5.11 Pengawet Kimia Alami


Nisin adalah peptida antimikroba yang diproduksi oleh bakteri Lactococcus lactis
dan sangat efektif melawan organisme gram positif. Nisin bekerja dengan mengganggu
produksi dinding sel, dan mengakibatkan lebih rentan terjadinya lisis. Natamycin adalah
antibiotik makrolida antijamur yang diproduksi oleh bakteri Streptomyces natalensis.

5.12 Agen Kimia Lain


Selain itu, ada beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk keperluan
sterilisasi, terutama untuk peralatan teknologi tinggi modern. Salah satu agen tersebt
yaitu aldehida. Aldehida adalah agen yang bereaksi dengan gugus amino dan hidroksil
dari asam nukleat dan protein. Hubungan silang yang dihasilkan menonaktifkan protein
dan asam nukleat. Formaldehyde adalah gas pada suhu tinggi dan padatan pada suhu
kamar. Dalam mikrobiologi, formalin digunakan untuk menonaktifkan virus dalam vaksin
tertentu dan memproduksi toksoid dari racun. Instrumen dapat disterilkan dengan
menempatkannya dalam larutan formaldehida 20% dalam alkohol 70% selama 18 jam.
Glutaraldehyde adalah molekul organik kecil yang menghancurkan sel bakteri dalam
waktu 10 hingga 30 menit dan spora dalam 10 jam. Sebagai larutan 2%, glutaraldehyde
dapat digunakan untuk tujuan sterilisasi. Bahan-bahan harus dibersihkan terlebih dahulu
direndam selama 10 jam, dibilas sampai bersih dengan air steril, dikeringkan khusus
dengan udara steril, dan disimpan dalam wadah steril untuk memastikan bahwa
bahannya tetap steril. Glutaraldehyde tidak merusak benda-benda halus, sehingga dapat
digunakan untuk mendisinfeksi atau mensterilkan peralatan optik, seperti endoskopi
(Mohanta, Dutta, & Goel, 2017).
Etilen oksida adalah molekul kecil dengan kapasitas penetrasi yang sangat baik,
dan bersifat mikrobisida dan sporisida dengan bergabung dengan protein sel. Namun,
karsinogenik dan sangat eksplosif. Ledakannya berkurang dengan mencampurnya
dengan gas freon atau gas karbon dioksida, tetapi toksisitasnya tetap menjadi masalah
bagi mereka yang bekerja dengannya. Etilena oksida digunakan untuk mensterilkan
produk kertas, kulit, kayu, logam, dan karet serta plastik. Dalam kedokteran, digunakan
untuk mensterilkan kateter, katup jantung buatan, komponen mesin jantung-paru, dan
peralatan optik.
P a g e | 16

Gambar 8. Peta Konsep Metode Kimia Untuk Mengontrol Pertumbuhan Mikroba


P a g e | 17

DAFTAR PUSTAKA
Budsberg S., 2011, Hugo & Russell’s Pharmaceutical Microbiology 8th Edition, Dalam Denyer, S.
P. et al., eds. Blackwell Publishing Ltd, Blackwell Publishing Ltd, pp. 183–209.
Derviş, B. (2013). Chemical and Physical Signatures For Microbial Forensics .In Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Outline, C. (n.d.). Control of Microbial Growth. 3(3), 337–346.
Ray, B., & Bhunia, A. (2008). Biochemistry of Some Beneficial Traits. In Fundamental food
microbiology (pp. 109–112).

Anda mungkin juga menyukai