Anda di halaman 1dari 55

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sectio caesaria persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan

uterus yang masih utuh dengan berat janin >1000 gr atau umur kehamilan >28

mingu (manuaba, 2013). Kini dengan semangkin majunya perkembangan ilmu

kedoktoran bidang tekhnik bembedahan, anestesi, dan preneonatologi (bidang

yang menagani janin berusia 28 mingu sebelum dilahirkan hinga 28 mingu usai

dilahirkan), teknologi bedah Caesar mengalami kemajuan pesat. Jublah operasi

Sectio caesaria didunia telah meningkat tajam 20 tahun terakhir.

Sectio caesaria (SC) terus meningkat diseluruh dunia, khususnya di

Negara-negara berpenghasilan menengah dan tingi, serta telah menjadi maslah

kesehatan masarakat yang utama dan kontrovesial (torloni, 2014).World health

organization (WHO) (2014) negra tersebut diantaranya adalah Australia (32%,

berazil (54%), dan Colombia (43%). Angka kejadian section caesaria di

Indonesia tahun 2009 sampai 2013 rata-rata sebesar 7% dari jumbla kelahiran,

sedangkan pada tahun 2010 smapai 2014) rata-rata kejadian section caesarea

meningkat menjadi sebesar 12% (WHO, 2014).

Angka kejadian Sectio caesaria di Indonesia menurut data survei nasional

pada tahun 2013 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalian sekitar 22.8% dari

seluruh persalinan (rasijidi, 2014). DI RSU Ahmad Yani Metro jakrta

1
2

menujukan peningkatan dari 112 (17.41%) tindakan per 643 persalinan pada

tahun 2007 menjadi 115 (18,06%) tindakan per 636 persalinan Sectio caesaria di

Indonesia 15,3 % sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5

tahun terakhir yang diwawancarai di 33 provinsi (sumelung, veibymiaty. 2014).

Pasien dengan post operasi Sectio caesaria akan merasakan rasa nyeri.

Rasa nyeri merupakan stresor yang dapat menimbulkan stres dan ketegangan

dimana individu dapat berespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan

respon fisik dan psikis. Respon fisik meliputi perubahan keadaan umum, wajah,

denyut nadi, pernafasan, suhu badan, sikap badan, dan apabila nafas makin berat

dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan syok, sedangkan respon psikis

akibat nyeri dapat merangsang respon stres yang dapat mengurangi sistem imun

dalam peradangan, serta menghambat penyembuhan respon yang lebih parah

akan mengarah pada ancaman merusak diri sendiri (Corwin, 2012).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan

bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam

hal skala atau tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan

atau mengevaluasi rasa nyeri yangdialaminya. Nyeri dapat disebabkan oleh

trauma, yaitu mekanik, thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas),

peradangan, gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah serta trauma

psikologis.(Wartonah, 2013).

Ibu post partum dengan Sectio caesaria sering kali mengeluh nyeri daerah

operasi sehingga ibu tidak mau dan takut untuk melakukan mobilisasi dini.
3

Selain itu, alasan tidak mau mobilisasi adalah karena takut jahitan lepas

sehingga ibu tidak berani merubah posisi.Pengetahuan tentang mobilisasi dini

yang kurang pada ibu post sectio caesareadapat mempengaruhi berlangsungnya

pelaksanaan mobilisasi dinisehingga dapat menyebabkan terjadinya resiko tirah

baring yang lama seperti gangguan sirkulasi darah (Apriani, 2014).

Mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini

mungkin dengan cara membibing pasien untuk mempertahankan fungsi

fisiologisnya (karlina, 2014). Latihan mobilisasi dini juga dapat meningkatkan

sirkulasi darah, menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal dan memicu

penurunan nyeri (rustinawati, 2013).

Kalisch, soohee, & Beverly 2013 menyatakan mobilisasi dini pasca sectio

caesarea merupakan suatu gerakan, atau kegiatan yang di lakukan ibu setelah

beberapa jam melahirkan, (chabibah, 2014). Tahapan mobilisasi dini pada

pasien post partum sectio caesarea adalah 6 jam pertama setlah operasi pasien

dapat mengerakan lengan, tangan dan jari-jari serta mengerakan kedua kaki.

(Kasdu, 2012).

Mobilisasi akan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat

kesembuhan postpartum sectio caesarea dan memudahkan kerja usus besar serta

kandung kemih. Dengan adanya mobilisasi secara langsung berdampak pada

akselerasi proses penyembuhan post partum hasil penulisan yang dilakukan oleh

(Manuba, 2013). Menyebutkan bahwa ibu post Sectio caesariayang melakukan

mobilisasi dini dapat mempercepat proses penurunan rasa nyeri. Mobilisasi dini
4

dilakukan oleh ibu post sectio caesarea, baik yang mengalami persalinan normal

maupun persalinan dengan tindakan dan mempunyai variasi tergantung pada

keadaan umum, jenis persalinan atau tindakan persalinan. Adapun manfaat dari

mobilisasi dini antara lain dapat mempercepat proses pengeluaran lokhea dan

membantu proses penyembuhan luka.

Bobak, (2012).menjelaskan mobilisasi dini sangat bermanfaat untuk

melancarkan sirkulasi, trombosit.Sebagian besar ibu pasca Sectio caesariadapat

melakukan mobilisasi dini setelah efek-efek obat-obatan yang diberi saat

melahirkan telah hilang aktifitas tersebut sangat berguna bagi semua sistem

tubuh paru terutama bagi fundus usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-

paru.Hal tersebut juga membantu mencegah pembekuan (trombosit) pada

pembuluh.Banyak manfaat melakukan mobilisasi dini yang telah

dikonfirmasikan oleh sejumlah penulis, para wanita, menyatakan bahwa mereka

merasa lebih baik dan kuat setelah melakukan mobilisasi dini dan komplikasi

kandung kemih dan konstifasi jarang terjadi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan oleh suanidar di RSUD

Dr. Moewardi, pada bulan Agustus 2014 didapatkan 63% pasien post operasi

Sectio caesariapada hari kedua masih berbaring ditempat tidur. Rasa nyeri

bagian operasi sangat dirasakan.Peneliti dengan menggunakan alat pengukur

nyeri yaitu Numeric Rating Scale (NRS) diperoleh pasien masih takut untuk

melakukan mobilisasi seperti menggerakan badan ataupun kaki.Tingkat nyeri


5

pada hari kedua yang diukur dengan NRS pada nilai 6-7.Sebagian pasien namun

sudah mulai melakukan mobilisasi dini.

Data yang diperoleh dari RSUD Harapan Dan Doa Kota Bengkulu pada

tahun 2018 jumlah pasien yang dilakukan operasi sectio caesaria sebanyak 117

orang dari bulan januari samapai bulan desember diruang kebidanan,(rekam

medik RSUD Harapan Dan Doa Kota Bengkulu).

Berdasrkan survey awal di RSUD Harapan Dan Doa Kota Bengkulu pada

tangal 14 januari 2019. Didaptkan 5 ibu post operasi Sectio caesaria ibu yang

telah melakukan operasi Sectio caesariaselama dua harimasih berbaring di

tempat tidur takut untuk melakukan mobilisasi seperti menggerakan badan

ataupun kaki. Mengingat pentingnya mobilisasi dini yang dilakukan pada ibu

post operasi Sectio caesariapeneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai

pengaruh mobilisasi terhadap intePnsitas nyeri post operasi Sectio caesaria di

RSUD Harpan Dan Doa Kota Bengkulu 2019

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan

masalah yaitu masih terdapat pasien post partum Sectio caesariayang mengalmi

nyeridan tidak mau melakukan mobilisasi di RSUD Harpan Dan Doa Kota

Bengkulu.

C. Pertayan penelitian

Apakah ada pengaruh mobilisasi terhadap peroses penurunan nyeri ibu

post partum Sectio caesariadi RSUD harapan dan doa kota Bengkulu.
6

D. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah di mengetahui pengaruh mobilisasi

terhadap peroses penurunan nyeri ibu post partum Sectio caesaria di RSUD

Harapan Dan Doa Kota Bengkulu.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui rata-rata nyeri ibu post partum sectio caesaria sebelum

dilakukan mobilisasi di RSUD Harapan Dan Doa Kota Bengkulu.

b. Mengetahui rata-rata nyeri ibu post partum sectio caesaria sesudah

dilakukan mobilisasi di RSUD Harapan Dan Doa Kota Bengkulu.

c. Mengetahui pengaruh mobilisasi terhadap proses penurunan nyeri ibu

post partum sectio caesaria di RSUD Harapan Dan Doa Kota Bengkulu.

E. Manfaatpenelitian

1. Secara praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan dalam

rangka meningkatkan upaya-upaya untuk meningkatkan kesehatan ibudalam

proses penurunan nyeri ibu post partum Sectio caesariadi RSUD harapan dan

doa kota Bengkulu. Bagi perawat diharapkan mengetahui proses

penyembuhan luka ibu post partum Sectio caesariadan bisa menerapkan

metode mobilisasi terkait proses penurunan nyeri ibu post partum sectio

caesarea.di RSUD harapan dan doa kota Bengkulu. Sehinga bisa


7

meningkatkan pengetahuan pengaruh mobilisasi terhadap penyembuhan luka

ibu post partum Sectio caesaria

2. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan agar dapat meningkatkan wawasan, ilmu

pengetahuan kesehatan. Juga melengkapi interatur/referensi khususnya

tentang pendidikan proses penurunan nyeri ibu post partum Sectio caesaria.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan referensi bagi

mahasiswa program studi keperawatan di STIKES bhakti husada Bengkulu

untuk bisa mengembangkan diri dalam melakukan penelitian lainnya terkait

proses penurunan nyeri ibu post partum Sectio caesaria

F. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Viane, Maria (2013) dengan

judul“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Post Sectio caesariaTerhadap

Mobilisasi Dini di RSIA Makassar”. Jenis penelitian yang digunakan dengan

survey analitik. Pengambilan sampel menggunakan accidentalsampling.

Pengumpulan data dilakukan dengan quesioner dengan jumlah 35responden.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada judul,

tempat penelitian, variabel yang akan diteliti, desain penelitian, dan desain

sampling. Sedangkan persamaannya adalah pada teknik pengumpulan data

dan sama-sama meneliti tentang mobilisasi pasien post Sectio caesariadimana

penelitian yang dilakukan difokuskan pada mobilisasi ibu post partum dengan

Sectio caesaria.
8

2. Penelitian yang dilakukan oleh Christiana, Shella (2012) dengan judul

“Mobilisasi Dini Berhubungan Dengan Peningkatan Kesembuhan Luka Pada

Pasien Post Operasi Sectio caesariadi Runag Kebidanan RumahSakit Baptis

Kediri”. Penelitian menggunakan metode penelitian analitik korelasional.

Menggunakan 30 responden dengan tekhnik accidental sampling. Analisis

data menggunakan uji statistik chi square. Perbedaandengan penelitian yang

akan dilakukan adalah terletak pada judul tempat penelitian, variabel yang

akan diteliti, desain penelitian, desain sampling. Sedangkan persamaannya

adalah pada teknik pengumpulan data, dan sama-sama meneliti tentang

mobilisasi pasien post Sectio caesariadimana penelitian yang dilakukan

difokuskan pada mobilisasi ibu post partum dengan Sectio caesaria.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Marfuah, Isti (2012) dengan judul

“Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Mobilisasi Dini Pasca

Sectio Caesarea di RSUD Dr. Moewardi”. Metode penelitian menggunakan

metode deskriptif, Jenis penelitian adalah penelitian non eksperimen, bersifat

kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah ibu

pasca Sectio caesariasebanyak 106 orang. Pengambilan sampel menggunakan

teknik accidental sampling. Perbedaan dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah terletak pada judul, tempat penelitian, variabel yang akan

diteliti, dan desain sampling. Sedangkan persamaannya adalah pada teknik

pengumpulan data, dan sama-sama meneliti tentang mobilisasi pasien post


9

Sectio caesaria dimana penelitian yang dilakukan difokuskan pada mobilisasi

ibu post partum dengan Sectio caesaria.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sectio Caesaria

1. Pengertian

Sectio Caesaria adalah cara melahirkan dengan melakukan pemedahan atau

operasi lewat dinding perut dan dinding Rahim untuk melahirkan anak yang

tidak biasa dilakukan perpaginam atau karna keadan berbaring yang menunda

ibu atau bayi yang mendesak kelahiran dengan cara segra (sarwono, 2015).

Sectio caesariaa dalah suatu persalinan buatan dimana janindilahirkan

melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. (Bobak, 2012)

menjelaskan bahwa sectio caesarea merupakan suatu tindakan pembedahan

untuk melahirkan janin dengan kelahiran janin melalui insisi transabdomen

atau membuka dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi).

Persalinan sectio caesaria adalah persalinan melalui sayatan pada

dindingabdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1.000 gr

atau umur kehamilan> 28 minggu (Winkjosastro, 2013).

2. Etiologi

(Manuba, 2012) indikasi ibu dilakukan sctio operasi Caesar adalah pecah

uteri iminen perdarahan antepartum, ketuban peca dini.Padahal indikasi dari

janin adalah janin sitres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa

10
11

factor Sectio Caesaria bisa diuraikan beberapa penyebab sectio operasi

sebagai berikut:

a. CPD (Chepalo Pelvik Disproposri)

Chepalo pelik disproporsi (cpd) adalah ukuran lingkar pangul ibu tidak

sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang bisa menyebab ibu tidak

bias melahirkan secara normal. Tulang – tulang pangul merupakan susunan

beberapa tulang yang membentuk ronga pangul yang merupakan jalan yang

harus di lalaui oleh janin kompilasi akan lahir secara alami bentuk pangul

yang menunjukan kelainan atau pungul patologis juga bias menyebabkan

kesulitan dalam peroses persalinan alami jadi harus dilakukan tindakan

operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk ronga punggul

menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang punggul menjadi abnormal.

b. PEB (Pera-eklamasi berat)

Pera-eklamasi merupakan kesatuan penyakit yang langsung karena oleh

kehamilan alsan lanjut belum jelas.Setla perdarhan dan infeksi, pra-

eklamasi merupakan penyebab kematian kebuan dan perenatal pagar

penting dalam ilmu kebidanan.Karena itu diangnosa dini amatlah penting,

yaitu mampu lanjut dan merawat agar tidak lewat menjadi eklamsi.

c. KPD (ketuban peca dini)

Ketuban peca dini adalah pecanya ketuban sebelum berada tanda

persalinan dan ditungu satu selai belum terjadi impart. Setengah besar

ketuban pecah dini adalah hamil anterm diatas 37 mingu.


12

d. Bayi kembar

Tidak selamnya bayi kembar ingin secara saecar. Hal ini karena

kelahiran kembar memiliki resiko terjadi terjadi rumit yang lebih tinggi

dari kelahiran satu bayi selain itu bayi kembar bias meningakat sungsang

atau shalat linting jadi sulit untuk mulai secara normal.

e. Factor hambatan jalan lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir misalnya jalan lahir yang tidak

memungkinkan adanya pembukaan keberadan tumor dan kelainan bawaan

pada jalan lahir tali puast pendek dan ibu sulit bernafas.

3. Tipe-Tipe Sectio Caesaria

Farrer (2013), tipe - tipe sectio caesariaa dalah :

a) Segmen bawah : insisi melintang

Pada bagian segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang kecil,

kemudian luka ini dilebarkan ke samping dengan jari-jari tangan dan

berhenti didekat daerah pembuluh-pembuluh darah uterus.Kepala janin

Pada sebagian besar kasus terletak dibalik insisi diekstraksi atau

didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya, kemudian plasenta serta

selaput ketuban.

b) Segmen bawah : insisi membujur

Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti pada

insisi melintang.dimana insisi membujur dibuat dengan skapel dan


13

dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cidera pada

janin.

c) Sectio Caesaria Klasik

Insisi longitudinal di garis tengah di buat dengan skapel ke dalam

dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan

gunting berujung tumpul di perlukan luka insisi yang lebar karena bayi

dilahirkan dengan presentasi bokong dahulu, janin atau plasenta

dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis.

d) Sectio Caesaria Eksta Periotoneal

Pembedahan eksra periotoneal dikerjakan untuk menghindari

perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas

dengan mencegah peritonitis genelarisasi yang bersifat fatal.

4. Keuntungan dan Kerugian Sectio Caesaria

Sebelum keputusan untuk melakukan tindakan sectio caesaria

diambil, harus dipertimbangkan secara teliti dengan resiko yang mungkin

terjadi.Pertimbangan tersebut harus berdasarkan penilaian prabedah secara

lengkap yang mengacu pada syarat-syarat pembedahan dan pembiusan

dalam menghadapi kasus gawat darurat (Saifuddin, 2013).Tindakan sectio

caesaria memang memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya

diantara lain adalah proses melahirkan memakai waktu yang lebih singkat,

rasa sakit minimal, dan tidak mengganggu atau melukai jalan lahir.
14

Sedangkan kerugian tindakan ini dapat menimpa baik ibu atau bayi yang

dikandungnya.

a. Kerugian yang dapat menimpa ibu antara lain:

1) Resiko kematian empat kali lebih besar dibanding persalinan

normal.

2) Darah yang dikeluarkan dua kali lipat dibanding persalinan normal.

3) Rasa nyeri dan penyembuhan luka pascaoperasi lebih lama

dibandingkan persalinan normal.

4) Jahitan bekas operasi beresiko terkena infeksi sebab jahitan itu

berlapis-lapis dan proses keringnya bisa tidak merata.

5) Perlekatan organ bagian dalam karena noda darah tidak bersih.

6) Kehamilan dibatasi tiga tahun setelah operasi.

7) Harus di caesaria lagi saat melahirkan kedua dan seterusnya.

8) Pembuluh darah dan kandung kemih bisa tersayat pisau bedah.

9) Air ketuban masuk pembuluh darah yang bisa mengakibatkan.

Kematian mendadak saat mencapai paru-paru dan jantung (Sunaryo,

2012).

b. Sedangkan kerugian yang dapat menimpa bayi antara lain :

1) Resiko kematian 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi

yang lahir melalui proses persalinan biasa.


15

2) Cenderung mengalami sesak nafas karena cairan dalam paru-

parunya tidak keluar. Pada bayi yang lahir normal, cairan itu keluar

saat terjadi tekanan.

3) Sering mengantuk karena obat penangkal nyeri yang diberikan

kepada sang ibu juga mengenai bayi. (Sunaryo, 2012).

B. Postpartum

1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Vivian, 2013).

Masa nifas adalah 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu

berikutnya. Waktu yang tepat disebut postpartum adalah 2-6 jam, 2 jam

sampai 6 hari, 2 jam sampai 6 minggu (boleh juga disebut 6 jam, 6 hari, dan

6 minggu) pasca melahirkan (Ahmad, 2012).

2. Perubahan Fisiologi dan Psikologis Post Partum

a. Perubahan Fisiologi

1. Involusi Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.otot uterus berkontraksi

segera pada post partum.pembuluh-pembuluh darah yang berada


16

diantara otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan

perdarahan setelah plasenta lahir (Vivian, 2012).

Tinggi fundus uteri dan berat uterus dapat dilihat menurut masa

involusi uterus sebagai berikut :

a) Masa bayi lahir maka posisi fundus uteri akan setinggi pusat

dengan berat uterus 1000 gram.

b) Masa plasenta lahir maka posisi fundus uteri akan berada 2 jari di

bawa pusat dengan berat uterus 700 gram.

c) Masa uterus 1 minggu maka posisi fundus uteri akan berada di

pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gram.

d) Masa uterus 2 minggu maka posisi fundus uteri tidak teraba di

atas simpisis dengan berat uterus 350 gram.

e) Masa uterus 6 minggu maka posisi fundus uteri bertambah kecil

dengan berat uterus 50 gram.

f) Masa uterus 8 minggu maka posisi fundus uteri sebesar normal

dan dengan berat uterus 30 gram (Bobak, dkk., 2012).

2. Servik

Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat

lembek, kendur, dan terkulai.Serviks tersebut bisa melepuh dan

lecet, terutama dibagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang

mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lamban

laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan diri retak karena


17

robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan

membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat 4 minggu

pospartum (Saleha, 2013).

Perubahan-perubahan yang terdapat pada servik setelah post

partum bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini

disebabkan corpus uterus yang dapat mengadakan kontraksi

sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga pada perbatasan

antara corpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin. Warna

servik merah kehitaman karena penuh pembuluh darah dan

konsisitensinya lunak, segera setelah janin dilahirkan, tangan

pemeriksa masih dapat dimasukkan kedalam kavum uteri, setelah 2

jam hanya dapat dimasukkan 2-3 jari,dan setelah 1 minggu hanya

dapat dimasukkan 1 jari kedalam kavum uteri. Hal ini baik

diperhatikan dalam menangani kala III (uri) (Saleha, 2013).

3. Payudara (Mamae)

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi

terjadi secara alami. Laktasi adalah proses pembentukan dan

pengeluaran ASI daan prolaktin meningkat. Hisapan bayi pada

puting susu memacu atau merangsang sendiri adalah pada saat

persalinan hormone estrogen dan progesteron menurun kelenjar

hipofise anterior untuk memproduksi atau melepaskan proklatin

sehingga terjadi sekreksi ASI. Pada wanita menyusui involusi


18

menjadi lebih efesien, yang kemungkinan berkaitan dengan

peningkatan aliran oksitosin (meningkat kontraksi, retraksi, serat

otot uterus). Hal ini berarti bahwa involusi akan berlangsung lebih

lambat bila uterus tidak dapat melakukan kontraksi, retaksi secara

efektif. Ini dapat terjadi setelah sectio caesarea, uterus robek atau

sisa produk konsepsi (Johnson & Taylor, 2013).

c. Perubahan Psikologis

1) Fase taking in atau tahap tergantungan

Terjadi pada hari 1-2 post partum, perhatian ibu terhadap

kebutuhan dirinya, pasif dan tergantung.Ibu tidak menginginkan

kontak dengan bayinya bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam

fase ini yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya,

2) Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung sampai kira-kira 10 hari.Ibu berusaha

mandiri dan berinisiatif, perhatian terhadap dirinya mengatasi

tubuhnya, misalnya kelancaran miksi dan aktifitas, melakukan

aktefitas duduk, jalan, belajar tentang perawatan diri dan bayinya,

timbul kurang percaya diri sehingga mudah mengatakan tidak

mampu melakukan perawatan. Pada saat ini sangat dibutuhkan

sistem pendukung terutama bagi bagi ibu muda atau primipara

karena pada fase ini seiring dengan terjadinya post partum blues.
19

3) Fase letting Go atau saling ketergantungan

Dimulai sekarang minggu ke 5-6 pasca kelahiran.Tubuh ibu

telah sembuh, secara fisik ibu mampun menerima tanggung jawab

normal dan tidak lagi menerima peran sakit.Kegiatan seksualnya

telah dilakukan kembali (Saleha, 2012).

3. Tanda-Tanda Bahaya Pada Masa Nifas

Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya

makin meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi

darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah

vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5°C yang bukan

merupakan keadaan patologisatau menyimpang pada hari pertama.

Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya

kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas.Infeksi

kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia pada masa

nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan

melebihi 38°C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua

hari. Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :

a. Infeksi Lokal

Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna

lokal, pengeluaran lochia bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena rasa

nyeri, temperatur badan dapat meningkat.


20

b. Infeksi General

Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat diatas 39°C,

tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat

meningkat dan napas terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan

koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochia : berbau, bernanah serta

kotor.

C. Nyeri

1. Pengertian

Nyeri merupakan kejadian yang tidak menyenangkan, mengubah

gaya hidup dan kesejahteraan individu. Perawat harus mengkaji hal-hal

berikut ini untuk mengetahui efek nyeri pada klien (Mulyadi, 2013). Potter

(2013) menyatakan nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang

mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah

mengalaminya, sedangkan menyatakan Wartonah (2013), nyeri merupakan

kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif

karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau

tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau

mengevaluasi rasa nyeri yangdialaminya.

2. Etiologi

Nyeri dapat disebabkan oleh trauma, yaitu mekanik, thermos,

elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan, gangguan sirkulasi

darah dan kelainan pembuluh darah serta trauma psikologis.


21

3. Klasifikasi nyeri

Klasifikasi nyeri menurut beberapa ahli di bawah ini :

a. Nyeri berdasarkan tempatnya

1. Pheriperal pain

Pheriperal pain merupakan nyeri yang terasa pada permukaan

tubuh.Nyeri ini termasuk nyeri pada kulit dan permukaan

kulit.Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat

berupa rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik.Apabila hanya

kulit yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai menyengat, tajam,

meringis, atau seperti terbakar (Irman,2013).

2. Deep pain

Deep pain merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh

yang lebih dalam (nyeri somatik) atau pada organ tubuh visceral (nyeri

visceral).Nyeri somatis mengacu pada nyeri yang berasal dari otot,

tendon, ligamentum, tulang, sendi, dan arteri.Stuktur-stuktur ini

memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri sering

tidak jelas (Irman, 2013).

3. Reffered pain

Reffered pain merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena

penyakit organ/ struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian

tubuh di daerah yang berbeda, bukan dari daerah asal nyeri misalnya,
22

nyeri pada lengan kiri atau rahang berkaitan dengan iskemia jantung

atau serangan jantung (Irman, 2013).

4. Central pain

Central pain adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi

atau disfungsi primer pada sistem saraf perifer (Meliala, 2013).

a. Nyeri berdasarkansifat

1. Incidental pain

Incidental pain merupakan nyeri yang timbul sewaktu- waktu lalu

menghilang.Incidental ini terjadi pada pasien yang mengalami nyeri

kanker tulang (Meliala, 2013).

2. Steady pain

Steady pain merupakan nyeri yang timbul dan menetap serta

dirasakan dalam waktu yang lama. Pada distensi renal kapsul dan

iskemik ginjal akut merupakan salah satu jenis steadypain.

3. Proximalpain

Proximal pain merupakan nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi

dan kuat sekali.Nyeri tersebut biasanya menetap kurang lebih10-15

menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.Nyeri ini terjadi pada

pasien yang mengalami Carpal TunnelSyndrome.

b. Nyeri berdasarkan ringanberatnya

1. Nyeri ringan
23

Nyeri ringan merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang

ringan.Nyeri ringan biasanya pasien secara obyektif dapat

berkomunikasi dengan baik (Wartonah, 20013).

2. Nyeri sedang

Nyeri sedang merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang

sedang.Nyeri sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai,

dapat menunjukkan lokasi nyeri dapat mendeskripsikannya, dapat

mengikuti perintah dengan baik (Wartonah, 2013).

3. Nyeriberat

Nyeri berat merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang

berat.Nyeri berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak

dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang (Wartonah, 2013).

c. Nyeri berdasarkan waktuserangan

1. Nyeriakut

Nyeri akut merupakan nyeri yang mereda setelah intervensi atau

penyembuhan.Awitan nyeri akut biasanya mendadak dan berkaitan

dengan masalah spesifik yang memicu individu untuk segera bertindak

menghilangkan nyeri.Nyeri berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan)

dan menghilang apabila faktor internal dan eksternal yang merangsang


24

reseptor nyeri dihilangkan.Durasi nyeri akut berkaitan dengan faktor

penyebabnya dan umumnya dapat diperkirakan (Irman, 2013).

2. Nyerikronis

Nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung terus menerus

selama 6 bulan atau lebih.Nyeri ini berlangsung di luar waktu

penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan

dengan penyebab atau cedera spesifik (Irman,2013).

Nyeri kronis ini berbeda dengan nyeri akut dan menunjukkan masalah

baru. Pada sindrom nyeri kronis dapat disebabkan oleh faktor penyakit

atau proses patologi yang persisten. Nyeri kronis ini sering

mempengaruhi semua aspek kehidupan penderitanya, menimbulkan

distress, kegalauan emosi, dan mengganggu fungsi fisik dan sosial

(Potter & Perry, 2013).

4. Patofisiologinyeri

Reseptor nyeri merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk

menerima rangsangan nyeri Reseptor nyeri disebut juga dengan nosiceptif

merupakan ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada

stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak (Hamilton, 2013).

Reseptor pada bagian kutaneus terbagi dalam dua komponen yaitu: serabut

A delta dan serabut C. Serabut A delta merupakan serabut komponen cepat

yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang,


25

sementara serabut C merupakan serabut komponen lambat yang terdapat

pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya tumpul dan sulitdilokalisasi.

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara

yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu

untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut yaitu: resepsi, persepsi,

dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan implus melalui serabut

saraf perifer.Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah

satu dari beberapa rute saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula

spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya

sampai di dalam massa berwarna abu-abu dimedullaspinalis. Terdapat

pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah

stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa

hambatan ke korteks serebral.Sekali stimulus nyeri mencapai korteks

serebral, maka otak menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses

informasi tentang pengalaman serta pengetahuan yang lalu serta asosiasi

kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Potter & perry, 2012).

Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya

rangsangan.Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan

ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak

memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada

visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri

dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau


26

rangsangan.Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin,

bradikidin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila

terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen (Smeltzer &

Bare, 2013).

5. Efek nyeri

Smeltzer & Bare (2013), efek membahayakan dari nyeri dibedakan

berdasarkan klasifikasi nyeri, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut

mempunyai efek yang membahayakan diluar ketidaknyamanan yang

disebabkannya, selain merasa ketidaknyamanan dan mengganggu, nyeri

akut yang tidak reda dapat mempengaruhi sistem pulmonari,

kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin, dan imunologik.Pasien dengan

nyeri hebat dan stres yang berkaitan dengan nyeri tidak mampu untuk nafas

dalam dan mengalami peningkatan nyeri dan mobilitas menurun.Nyeri

kronis mempunyai efek yang membahayakan seperti supresi fungsi imun

yang berkaitan dengan nyeri kronis dapat meningkatkan pertumbuhan

tumor.Nyeri kronis juga sering mengakibatkan depresi dan

ketidakmampuan. Pasien mungkin tidak mampu untuk melanjutkan

aktivitas dan melakukan hubungan interpersonal.Ketidakmampuan ini dapat

berkisar dari membatasi keikutsertaan dalam aktivitas fisik sampai tidak

mampu untuk memenuhi kebutuhan pribadi, seperti berpakaian ataumakan.


27

6. Pengukuran nyeri

a. Numeric Rating Scale (NRS)

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi.Berat

ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan

mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik dari 0 hingga

10, di bawah ini, nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri,

sedangkan 1-3 adalah nyeri ringan, 4-6 adalahnyeri sedang, 7-9 adalah nyeri

berat terkontrol, dan 10 adalah nyeri berat tidak terkontrol (Potter & Perry,

2012).

Gambar 1 Skala numeric rating scale (NRS)

b. Visual analog scale ( VAS)

Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka.Bisa bebas

mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak

tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang (Potter & Perry,

2012).

c. Skala Wajah Wong danBarker

Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda,

menampilkan wajah bahagia hingga wajah sedih, digunakan untuk


28

mengekspresikan rasa nyeri. Skala ini biasanya dipergunakan mulai anak

usia 3 (tiga) tahun (Potter & Perry, 2012).

Gambar 2 Skala Wajah Wong dan Barker

7. Managemen nyeri

Manajeman nyeri dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Manajemen farmakologis dengan menggunakan obat-obatan analgetik

atau anastesi untuk mengurangi nyeri, penggunaan analgetik bertujuan

untuk mengganggu penerimaan/ stimuli nyeri dan interpretasi dengan

menekan fungsi talamus dan kortekserebri.

b. Manajemen non farmakologi, manajemen non farmakologis ini tidak

mengunakan obat-obatan untuk mengurangi nyeri, sehingga sebagian

dapat digunakan mandiri oleh pasien. Berikut adalah beberapa

manajemen non farmakologis: sentuhan terapeutik, akupresur, guided

imagery, distraksi, anticipatory guidance, hypnoterapi, biofeedback,

stimulasi kutaneus, aspek spiritual dzikir (Tamsuri, A.2013).


29

D. Mobilisasi Dini

1. Pengertian

Mobilisasi dini adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan

aktifitas atau kegiatan. Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam

mempercepat pemulihan pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek

yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal ini esensial untuk

mempertahankan kemandirian.

Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan

kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk

mempertahankan fungsi fisiologi. Bahwa mobilisasi dini adalah kebijaksanaan

untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan

membimbing selekas mungkin berjalan (Wirnata, 2013).

Mobilisasi dini post Sectio caesaria adalah suatu pergerakan, posisi atau

adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan

persalinan caesarea. Untuk mencegah komplikasi post operasi Sectio caesaria

ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena

setelah mengalami Sectio caesaria seorang ibu disarankan tidak malas untuk

bergerak pasca operasi Sectio caesaria ibu harus mobilisasi cepat.Semakin cepat

bergerak itu semakin baik, namun mobilisasi dini harus tetap dilakukan secara

hati-hati.(Wirnata, 2013).
30

Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang telah membaik.

Pada pasien post operasi Sectio caesaria 6 jam pertama dianjurkan untuk segara

menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah

menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jarinya agar kerja organ pencernaan

segara kembali normal.(Kasdu, 2012).

2. Tujuan Mobilisasi

Menurut Fitriyahsari (2012) tujuan dari mobilisasi adalah untuk

Mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu

pernafasan menjadi lebih baik, Memperlancar eliminasi urin, mengembalikan

aktifimas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan dapat memenuhi

kebutuhan gerak harian., memberikan kesempatan perawat dan pasien

berinteraksi atau komunikasi.

Vivian (2013), Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan,

Melancarkan pengeluaran lokhea, mengurangi infeksi puerperium, mempercepat

involusi uteri, melancarkan fungsi alat grastrointestinal dan alat kelamin,

meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI

dan pengeluaran sisa metabolisme, kesempatan yang baik untuk mengajar ibu

memelihara/merawat anaknya.

3. Manfaat Mobilisasi

Kozier. (2010) keuntungan yang dapat diperoleh dari mobilisasi bagi system

tubuh adalah sebagai brikut :


31

a) System muskoloskeletal

Ukuran, bentuk, tonus, dan kekuatan rangka dan otot jantung dapat

dipertahankan dengan melakukan latihan yang ringan dan dapat

ditingkatkan dengan melakukan laihan yang berat.Dengan melakukan

latihan tonus dan kemampuan kontraksi otot meningkat.Dengan

melakukan latihan atau mobilisasi dapat meningkatkan flesibilitas tonus

otot dan range of motion.

b) Sistem kardiovaskuler

Dengan melakukan latihan atau mobilisasi yang adekuat dapat

meningkatkan denyut jantung (heart rate), menguatkan kontraksi otot

jantung dan menyuplai darah ke jantung dan otot jumblah darah yang

dipompa oleh jantung (cardiac output) meningkat karena aliran balik

dari aliran darah jumblah dara yang dipompa oleh jantung (cardiac

output) normal adalah 5 liter/menit dengan mobilisasi dapat

meningkatkan cardiac aoutput sampai 30 liter/menit.

c) Sistem respirasi

Jumlah udara yang dihirup dan dikeluarkan oelh paru (ventilasi)

meningkat.Ventilasi normal sekitar 5-6 liter/menit.Pada mobilisasi yang

berat kebutuhan oksigen meningkat hinga mencapai 20x dari kebutuhan

normal.Aktivitas yang adekuat juga dapat mencegah menumpakan secret

pada bronkus dan bronkiolus, menurunkan usaha pernapasan.


32

d) Sistem urinnari

Karena aktivitas yang adekuat dapat melahirkan aliran darah tubuh dapat

memiskan samapah dengan lebih efektif dengan demikian dapat

mencegah terjadinya statis urnary.Kejadian rentasi urin juga dapat

dicegah dengan melakukan aktivitas.

4. Tahap-Tahap Mobilisasi

Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap.

Tahap – tahap mobilisasi dini pada ibu post partum operasi sectio caesarea

(Kasdu,2012). 6 jam pertamaIbu post sectio caesarea istirahat tirah baring,

mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan,

menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat

tumit, menegakkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.

a. 6 -10 jam

Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis

dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat tangan,

mengangkat kaki, menekuk lutut, menggeser badan.

b. Setelah 24 jam

Dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat

tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa bantuan, latihan

pernafasan serta makan dan minum tanpa dibantu

c. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.


33

5. Pelaksanaan Mobilisasi

Menurut Aliahani (2013) pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum

Sectio caesaria terdiri dari:

a. Hari ke 1:

1) Berbaring miring kekanan dan kekiri yang dapat dimulai sejak 6 -10 jam

setelah ibu sadar.

2) Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini

mungkin setelah sadar.

b. Hari ke 2 :

1) Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam– dalam lalu

menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk

melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada

diri ibu bahwa ia mulai pulih.

2) Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk.

3) Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari ibu yang sudah

melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari.

c. Hari ke 3 sampai ke 5

1) Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.

2) Moblisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat

membantu penyembuhan luka. Handiani (2013), menyatakan prosedur

pelaksanaan mobilisasi terdiri dari:


34

1. Hari 1 – 4

a) Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak tangan

ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran dengan

telapak tangan kaki satu demi satu. Gerakan ini seperti sedang

menggambar sebuah lingkaran dengan ibu jari kaki ke satu arah, lalu

kearah lainnya. Kemudian regangkan masing-masing telapak kaki

dengan cara menarik jari-jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan ujung

telapak kaki kearah sebaliknya sehingga ibu merasakan otot betisnya

berkontraksi. Lakukan gerakan ini dua atau tiga kali sehari.

b) Bernafas dalam-dalam

Berbaring dan tekukkan kaki sedikit.Tempatkan kedua tangan ibu di

bagian dada atas dan tarik nafas.Arahkan nafas ke arah tangan ibu, lalu

tekanlah dada saat ibu menghembus nafas.Kemudian tarik nafas sedikit

lebih dalam. Tempatkan kedua tangan diatas tulang rusuk,sehingga ibu

dapat merasakan paru-paru mengembang, lalu hembuskan nafas seperti

sebelumnya. Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai

perut.hal ini akan merangsang jaringan-jaringan disekitar bekas luka.

Sanggah insisi ibu dengan cara menempatkan kedua tangan secara

lembut diatas daerah tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas

yang lebih dalam lagi beberapa kali.Ulangi sebanyak tiga atau empat

kali (Handiani, 2013).


35

c) Duduk tegak

Tekuk lutut dan miring kesamping, putar kepala ibu dan gunakan

tangan- tangan ibu untuk membantu dirinya ke posisi duduk. Saat

melakukan gerakan yang pertama, luka akan tertarik dan terasa sangat

tidak nyaman, namun teruslah berusaha dengan bantuan lengan

samapai ibu berhasil duduk. Pertahankan posisi itu selama beberapa

saat.Kemudian, mulailah memindahkan berat tubuh ke tangan,

sehingga ibu dapat menggoyangkan pinggul kearah belakang.Duduk

setegak mungkin dan tarik nafas dalam-dalam beberapa kali. Luruskan

tulang punggung dengan cara mengangkat tulang-tulang rusuk.

Gunakan tangan ibu untuk menyangga insisi.Cobalah batuk 2 atau 3

kali (Handiani, 2012).

d) Bangkit dari tempat tidur

Gerakkan tubuh ke posisi duduk.Kemudian gerakkan kaki pelan-pelan

kesisi tempat tidur.Gunakan tangan ibu untuk mendorong kedepan dan

perlahan turunkan telapak kaki ke lantai.Tekanlah sebuah bantal

dengan ketat diatas bekas luka ibu untuk menyangga.Kemudian

cobalah bagian atas tubuh ibu.Cobalah meluruskan seluruh tubuh lalu

luruskan kaki-kaki ibu (Aliahani, 2013).

e) Berjalan

Dengan bantal tetap tertekan diatas bekas luka, berjalanlah

kedepan.Saat berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas lewat


36

mulut.Teruslah berjalan selama beberapa menit sebelum kembali ke

tempat tidur (Handiyani, 2013).

f) Berdiri dan meraih

Duduklah dibagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga

berdiri.Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan otot-otot punggung

agar dada mengembang dan merenggang, cobalah untuk mengangkat

tubuh, mulai dari pinggang perlahan-lahan, melawan dorongan alamiah

untuk membungkuk, lemaskan tubuh kedepan selama satu menit

(Handiani, 2013).

g) Menarik perut

Berbaringlah ditempat tidur dan kontraksikan otot-otot dasar pelvis,

dan cobalah untuk menarik perut.Perlahan-lahan letakkan kedua tangan

diatas bekas luka dan berkontraksilah untuk menarik perut menjauhi

tangan ibu, lakukan 5 kali tarikan dan lakukan 2 kali sehari.

h) Saat menyusui

Tarik perut sembari menyusui.Kontraksikan otot-otot perut selama

beberapa detik lalu lemaskan.lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu

menyusui (Alihani, 2013).


37

2. Hari 4 – 7

a) Menekuk pelvis

Kontraksikan abdomen dan tekan punggung bagian bawah ketempat

tidur. Jika dilakukan dengan benar pelvis akan menekuk. Lakukan 4

hingga 8 tekukkan selama 2 detik.

b) Meluncurkan kaki

Berbaring dengan lutut ditekuk dan bernafaslah secara normal.Lalu

luncurkan kaki diatas tempat tidur, menjauhi tubuh. Seraya mendorong

tumit, ulurkan kaki, sehingga ibu akan merasakan sedikit denyutan

disekitar insisi. Lakukan 4 kali dorongan untuk satu kaki.

c) Menggulingkan lutut

Berbaring ditempat tidur, kemudian letakkan tangan disamping tubuh

untuk menjaga keseimbangan.Perlahan-lahan gerakkan kedua lutut ke

satu sisi.Gerakkan lutut hingga bisa merasakan tubuh ikut

berputar.Lakukan 3 kali ayunan lutut kemasing-masing sisi.Akhiri

dengan meluruskan kaki.

d) Posisi jembatan

Berbaringlah diats tempat tidur dengan kedua lutut tertekuk.Bentangkan

kedua tangan ke bagian samping untuk keseimbangan.Tekan telapak

kaki kebawah dan perlahan-lahan angkat pinggul dari tempat

tidur.Rasakan tulang tungging terangkat. Lakukan gerakan ini lima kali

sehari.
38

e) Sentakan pinggul

Berbaringlah di atas tempat tidur, tekukkan kaki keatas dan rentangkan

kaki yang satu lagi.Lakukan gerakan menunjuk ke arah jari-jari

kaki.Dorong pinggul pada sisi yang sama dengan kaki yang tertekuk ke

arah bahu,lalu lemaskan. Dorong kaki menjauhi kaki menjauhi tubuh

dengan lurus.Lakuakn 6 hingga 8 pengulangan untuk masing-masing

tubuh.

f) Posisi merangkak

Perlahan-lahan angkat tubuh dengan bertopang kedua tangan dan kaki

diatas tempt tidur. Saat ibu mempertahankan posisi merangkak tanpa

merasa tidak nyaman sedikitpun ibu dapat menambah beberpa gerakan

dalam rangkaian ini. Tekan tangan dan kaki di tempat tidur dan cobalah

untuk melakukan gerakan yang sama dengan sentakan pinggul, sehingga

pinggul terdorong kearah bahu. Jika melakukan gerakan ini dengan

benar, ibu akan merasa seolah-olah menggoyang-goyangkan ekor.

Lakukan gerakan ini 5 kali sehari.

E. Pengaruh Mobilisasi Terhadap Peroses Penurunan Nyeri Ibu Post Patum

Secto Searea

Relaksasi otot-otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan

merileksasikan ketegangan otot yang menunjang nyeri (smeltzer & bare, 2013).

Mobilisasi juga dapat merupakan salah satu cara untuk dapat merileksasikan

otot-otot. dapat merupakan salah satu cara untuk dapat merileksasikan diri dalam
39

melakukan aktivitas dari yang sedarhana hinga yang lebih rumit. Pasien post

operasi Sectio caesaria merasa lebih sehat dan lebih kuat dengan mobilisasi dini.

Dengan gerakan miring kanan dan kiri 6 jam post operasi. Otot otot perut dan

pingul akan kembali normal. Sehinga otot perut menjadi kuat kembali dan dapat

mengurnagi rasa sakit.Dengan demikian klien merasa sehat membantu

memperoleh kekuatan dan mempercepat penyembuhan (fitriyahsari, 2013).

Pasien dengan post partum Sectio caesaria biasanya lebih sering berbaring

ditempat tidur karena pasien masih mempunyai rasa takut untuk bergerak

disamping itu. Kuranagnya pemahaman pasien dan keluraga mengenai

mobilisasi juga menyebabkan pasien engan untuk melakukan pergerakan atau

mobilisasi. Pada pasien pasca operasi post partum Sectio caesaria sanagat

penting untuk melakukan mobilisasi sesegra mungkin sehinga sirkulasi dara

dapat lancar (smeltzer, 2013).

Mobilisasi merupakan hal yang penting dalm priode Sectio caesaria

pembedahan.Mobilisasi merupakan suatu aspek yang terpenting pada pungsi

fisiologis karena hal itu esesial untuk mempertahankan kemandirian.Mobilisasi

pada pasien sectio caesaria harus dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap

mobilisasi pada pasien Sectio caesaria adalah pada 6 jam pertama setelah

operasi (carpenito, 2014).

Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan

dan mencegah terjadinya komplikasi pasca bedah. Mobilisasi sangat penting

dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko Karena tirah baring lama
40

seperti terjadinya decubitus, kekakuan atau pencegahan otot-otot diseluruh

rubuh, ganguan sirkulasi darah, ganguan pernapasan dan ganguan peristaltik

(carpenito, 2014).

Keberhasialan mobilisasi tidak hanya mempercepat peroses penurunan

nyeri pasca beda namun juga mempercepat menurunkan nyeri ibu post partum

Sectio caesaria pada pasien pasca beda (akhrita, 2013). Hal ini telah dibuktikan

oleh akhrita (2013), dalam penelitiannya terhadap penurunan nyeri ibu post

partumSectio caesaria pada pasien pasca pembedahan untuk membantu

mempercepat pemulihan luka. Mobilisasi mempunyai peranan penting dalam

mengurangi rasa nyeri dengan cara menghilangkan kosentrasi pasien pada lokasi

nyeri atau daerah operasi, mengurnagi aktivitas mediator kimiawi pada proses

peradangan yang meningkatkan respon nyeri serta meminimalkan taransmisi

sraraf nyeri menuju saraf pusat. Melalui mekanisme tersebut, mobilisasi efektif

dalam menurunkan itensitas nyeri pasca operasi (nugroho, 2013).


41

F. Kerangka Konsep

mobilisasi Penurunan nyeri ibu post


partum operasi sectio
caesarea

Gambar 3 kerangka konsep

G. Hipotesis

Ha : ada pengaruh

mobilisasi terhadap penurunan nyeri post partum sctio caesrea di RSUD

harapan dan doa kota bengkulu


42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Metode penelitian mengunakan desain Quasi Eksperimen dengan rencana sebelum

dan sesudah intervensi pada satu kelompok(one group only before and after desaing)

dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan pada setiap responden (Notoatmojo, 2010).

B. Kerangka penelitian

01 02

01 : Skala nyeri sebelum dilakukan mobilisasi

02 : Skala nyeri setelah dilakukan mobilisasi

C : tindakan mobilisasi

42
43

C. Definisi Operasional

Merupakan defenisi langkah-langkah pembatasan atau cara kita mengambil data

No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur skala

Independen :
1 Mobilisasi Suatu usaha Mengajarkan SOp Ibu mampu Nominal
memberikan ibu melakukan
informasi tekhnik mobilisasi mobilisasi
mobilisasi dengan
mengunakan metode
demonstrasi
Dependen :
2 Penurunan Perasaan tidak Checklist Ordinal Sekala nyeri Ratio
nyeri menyengakan yang 1-10
dirasakan pada pasien
yang telah dilakukan
tindakan Sectio
caesaria

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Harpan Dan Doa Kota Bengkulu pada Bulan juli

s/d Agustus 2019 di RSUD Harpan Dan Doa Kota Bengkulu 2019.

E. Populasi dan Sampel


44

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan di teliti.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu post partum dengan

tindakan Sectio caesaria di RSUD harapan dan doa Kota Bengkulu tahun 2018

berjumblah 117 orang.

2. Sampel

Adapun teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah “Consecitive

sampling” yaitu suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih

semua individu yang ditemui dan memenuhi semua kriteria pemilihan sampai jumlah

sampel yang di inginkan terpenuhi (Dharma 2011).

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode

pengambilan sampel untuk uji hipotesis beda rata-rata pada dua kelompok berpasangan

(Rachmat, 2012) maka besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus:

n =ó²[Z1 – α/2 + Z1 – ß]²


(μ1- μ2)2
Keterangan:

n : jumlah sampel

ó :standar deviasi dari beda dua rata-rata kelompok berpasangan (5,17)

Z1 - α/2 : tingkat kemaknaan uji (95∑ = 1,96)

Z 1-ß : kekuatan uji (90% = 1,28)

μ1 : rata-rata pada keadaan sebelum intervensi (153,24)


45

μ2 : rata-rata pada keadaan setelah intervensi (148,19)

Berdasarkan rumus diatas, besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan

menggunakan standar deviasi dari beda rata-rata Brisk walking exercise Sukarmin,

(2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Mobilisasi Terhadap Penurunan Nyeri Ibu

Post Partum Sectio Saersarea Di RSUD Harpan Dan Doa Kota Bengkulu“ adalah

5,17 Peneliti menguji hipotesis dengan perbedaan rata-rata skor minimum penurunan

brisk walking exerciseyang ingin diketahui sebesar 3 point, tinggkat kemaknaan 5%

dengan kekuatan uji 80 % maka besar sampel yang didapat adalah:

n = ό2[Z1 – α/2+Z1-β]2

(μ1-μ2) 2

n = 5,172(1,96 + 1,28)2

(153,24 – 148,19)2

n = (26,73) x (10,5)

25,5

n = 11,01

Hasil perhitungan besar sampel untuk penelitian ini sebanyak 11 orang. Untuk

mengantisipasi kemungkinan drop out, diperlukan penambahan sampel sebanyak 10 %

dari jumlah sampel yaitu 1 orang sehingga jumlah sampel pada penelitian ini berumlah

12 orang. Sampel yang ditemukan saat penelitian yaitu 12 orang.

F. Pengumpulan Data

1. Data primer
46

Data primer di peroleh langsung di lokasi penelitian mengenai pengaruh mobilisasi

dini pada ibu post partum SC terhadap penurunan nyeri yang di peroleh langsung

melalui angket responden dengan menggunakan koesioner.

2. Data sekunder

Data sekunder di peroleh dari bidan yang bertugas di RSUD hapan dan doa kota

Bengkulu dan berbagai revisi dari buku perpustakaan yang berhubungan dengan

penelitian ini.

G. Pengolahan Data

1. Pengolahan data

Pegolahan data adalah proses penataan data karena hasil pengumpulan merupakan

data yang belum sempurna, pengolahan data ini di gunakan yang belum sempurna

dapat di organisir, di sajikan dan di analisa sehingga dapat di tarik kesimpulan. Adapun

dalam pengolahan data tersebut meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing (pemeriksaan)

Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang di peroleh atau di

kumpulkan.

b. Coding(pengkodean)

Adalah merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori

c. Processing (memproses)
47

Setelah semua isi format pengumpulan data dipriksa dan melewati pengkodean,

maka langkah selanjutnya dan memperoses agar dapat di analisis dengan cara

memasukkan data format pengumpulan data ke computer

d. Tabulating

Untuk lebih mudah dalam pembacaan data dan menganalisa data yang telah diambil

di masukan dalam bentuk variable penelitian.

e. Entry

Data yang telah dikelompokan kemudian dimasukan dan diolah dengan

menggunakan computer.

f. cleaning

Memeriksa kembali data yang ada deprogram computer dalam bentuk tabel

distribusi frekuesi untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam entry data.

H. Teknis Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisis ini dilakaukan untuk memperoleh gambaran karakterristik masing-masing

variabel yang di teliti. Peneliti melakukan analisis univariat dengan dua tujuan, yaitu

pertama, analisis deskritif variabel penelitian, dilakukan untuk mengambarkan setiap

variabel yang di teliti secara terpisah dengan cara membuat table frekuensi dari masing-

masing variabel (notoatmojo, 2013) pada penulis univeriat ini, data kategorik dijelaskan

dengan didtribusi ferkuensi dengan ukuran persentasi atau proporsi. Deviasi, dedangkan

data numerik dijelaskan degan mean, median dan standar deviasi, serta nilai minimal dan
48

nilai maksimal pada confidence interval (CI) 95%. Dengan rumus sebagai berikut (riyanto,

2013)

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan anatara kedua variabel uji

yang digunakan adalah uji beda rata-rata untuk sempel yang berhubungan (paried t test),

yaitu uji yang mengunkan asumsi-asumsi data berdistribusi normal, dengan varians

homogeny dan diambil dari sampel yang acak. Uji t rest apabila untuk membandingkan

rata-rata dari dua kelompok. Metode ini mengambarkan bahwa responden akan diukur test

respon nyeri sebelum mobilisasi (nilai pre test) dan dikukur post test respon nyeri setalah

dilakaukan mobilisasi (nilai post test) selanjutnya nilai masing-masing responden

dibandingkan antara seblum mobilisasi dan setlah mobilisasi. Analisis ini digunakan untuk

Penurunan Nyeri Ibu Post Patum Secto Searea di RSUD harapan dan doa kota Bengkulu

dengan mengunakan paired t test dengan program computer for windows, confidential

interval (CI) yang digunakan adalah 95%.


49

Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

sebelum_mobilisasi ,271 12 ,015 ,862 12 ,051


*
setelah_mobilisasi ,191 12 ,200 ,870 12 ,066

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Karena sampel kurang dari 50, maka dalam membaca normalitas digunakan nilai shapiro wilk.

Dengan ketentuan apabila nila signifikan >0,05 maka berdistribusi normal. Namun apabila nilai

sig <0,05 maka berdistribusi tidak normal. Berdasarkan tabel diatas maka diketahui data

berdistriusi normal. Oleh karenanya untuk mengukur pengaruh mobilitas dini pada nyeri post

partum digunakan paired sample T-test.

Hasil Ukur Skala Nyeri Sebelum Dan Seudah Dilakukan Mobilisasi Dini

Tabel 4.1 Distribusi Responden berdasarkan intensitas nyeri sebelum mobilisasi dini

Skala Nyeri Sebelum Skala Nyeri Setelah


No
Mobilisasi Mobilisasi

1. 9 (Nyeri Berat Terkontrol) 6 (Nyeri Sedang)

2. 8 (Nyeri Berat Terkontrol) 2 (Nyeri Ringan)

3. 5 (Nyeri Sedang) 5 (Nyeri Sedang)

4. 6 (Nyeri Sedang) 4 (Nyeri Sedang)

5. 7 (Nyeri Berat Terkontrol) 3 (Nyeri Ringan)

6. 8 (Nyeri Berat Terkontrol) 3 (Nyeri Ringan)

7. 9 (Nyeri Berat Terkontrol) 3 (Nyeri Ringan)


50

8. 4 (Nyeri Sedang) 1 (Nyeri Ringan)

9. 3 (Nyeri Ringan) 6 (Nyeri Sedang)

10. 8 (Nyeri Berat Terkontrol) 6 (Nyeri Sedang)

11. 8 (Nyeri Berat Terkontrol) 5 (Nyeri Sedang)

12. 9 (Nyeri Berat Terkontrol) 6(Nyeri Sedang)

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran dari variabel yang diteliti.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah morbilitas dini sedangkan variabel dependen

adalah penurunan intensitas nyeri dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Responden berdasarkan intensitas nyeri sebelum mobilisasi dini

No Intensitas Nyeri Frekuensi Persentase (%) Mean

1. (3) Nyeri Ringan 1 8,3 7,0

2. (4,5,6) Nyeri Sedang 3 25,0 (Nyeri Sedang)

3. (7,8,9) Nyeri Berat Terkontrol 8 66,7

Jumlah 12 100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan mobilisasi dini, sebanyak (8,3%)

responden mengalami skala nyeri 3 atau nyeri ringan, sebanyak (25,0%) mengalami skala nyeri

4,5,6 atau nyeri sedang dan mayoritas responden mengalami skala nyeri 7,8,9 atau nyeri berat

terkontrol sebanyak (66,7%).


51

Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan intensitas nyeri setelah mobilisasi dini

No Intensitas Nyeri Frekuensi Persentase (%) Mean

1. (1,2,3) Nyeri Ringan 5 41,7 4,25

2. (4,5,6) Nyeri Sedang 7 58,3 (Nyeri Ringan)

Jumlah 12 100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa setelah dilakukan mobilisasi dini terhadap 12

responden diketahui bahwa sebanyak (41,7%) responden dengan skala nyeri 1,2,3 atau nyeri

ringan dan sebanyak (58,3%) mengalami skala nyeri 4,5 6 atau nyeri sedang.

2. Analisis Bivariat Hasil Uji Paired Samples T-Test

Analisis bivariat digunakan untuk pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan intensitas

nyeri pasien post sectio cesarea dengan menggunakan analisis statistik uji T.

Tabel 4.3 Pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan intensitas nyeri

Sig. (2-
Paired Differences t df
tailed)
Intensitas Nyeri 95% Confidence Interval of
Std.
Mean the Difference
Deviation
Lower Upper
sebelum_mobilisasi
2,750 2,417 1,214 4,286 3,942 11 ,002
- setelah_mobilisasi

Berdasarkan tabel penelitian diatas, diketahui bahwa dari 18 responden nyeri sebelum dan

sesudah dilakykan mobilisasi dini dengan mean 2,750. Berdasarkan hasil analisis paired t-test

diperoleh nilai p value =0,002 <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima artinya ada

pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan intensitas nyeri pasien post sectio caesaria RSUD

Harapan Dan Doa Kota Bengkulu.


52

LAMPIRAN OUTPUT SPSS


Descriptives

Statistic Std. Error

sebelum_mobilisasi Mean 7,00 ,590

95% Confidence Interval for Lower Bound 5,70


Mean Upper Bound 8,30

5% Trimmed Mean 7,11

Median 8,00

Variance 4,182

Std. Deviation 2,045

Minimum 3

Maximum 9

Range 6

Interquartile Range 4

Skewness -,918 ,637

Kurtosis -,375 1,232


setelah_mobilisasi Mean 4,25 ,479

95% Confidence Interval for Lower Bound 3,20


Mean Upper Bound 5,30

5% Trimmed Mean 4,33

Median 4,50

Variance 2,750

Std. Deviation 1,658

Minimum 1

Maximum 6

Range 5

Interquartile Range 3

Skewness -,475 ,637

Kurtosis -,710 1,232


53

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

sebelum_mobilisasi ,271 12 ,015 ,862 12 ,051


*
setelah_mobilisasi ,191 12 ,200 ,870 12 ,066

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 sebelum_mobilisasi 7,00 12 2,045 ,590

setelah_mobilisasi 4,25 12 1,658 ,479

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 sebelum_mobilisasi &


12 ,161 ,618
setelah_mobilisasi

Paired Samples Test

Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)

95% Confidence Interval

Std. Std. Error of the Difference

Mean Deviation Mean Lower Upper

Pair sebelum_mobilisasi
2,750 2,417 ,698 1,214 4,286 3,942 11 ,002
1 - setelah_mobilisasi
54

PENGARUH MOBILISASI TERHADAP PEROSES PENURUNAN NYERI


IBU POST PARTUM SECTIO CAESARIA DI RSUD HARAPAN DAN DOA
KOTA BENGKULU

Eko Sutriawan., Ns. Yeni Eliyanti, S.Kep.M.Kep., Siska Ayu Ningsih, S.Kep.,M.H.kes
Program Studi Ilmu Keperawatan/Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Bhakti Husada Bengkulu
xix + xxx halaman, xx tabel, xx gambar, xx grafik, xx lampiran

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari mengetahui pengaruh mobilisasi terhadap


peroses penurunan nyeri ibu post partum Sectio cesaria di RSUD Harapan Dan Doa Kota
Bengkulu.
Desain penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen dengan rencana sebelum dan
sesudah intervensi pada satu kelompok(one group only before and after desaing). Teknik
sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah “Consecitive sampling” dengan jumlah
sampel sebanyak 12 orang. Analisa data menggunakan paried t test.
Hasil penelitian didapat, sebelum mobilisasi dini dilakukan mayoritas responden
menderita nyeri sedang (mean 7,0). Adapun setelah dilakukan mobilisasi dini, mayoritas
renponden menderita nyeri ringan (mean 4,25). Berdasarkan hasil uji T diketahui ada pegaruh
antara mobilisasi dini dengan penurunan intensitas nyeri (p value = 0,002).

Kata Kunci: Intensitas Nyeri, Mobilisasi Dini, Post Sectio caesaria


55

THE EFFECT OF MOBILIZATION ON THE PROCESS OF DECREASING PAIN IN


POST PARTUM SECTIO CAESARIA MOTHERS IN HARAPAN DAN DOA
HOSPITAL BENGKULU CITy

ABSTRACT

Eko Sutriawan., Ns. Yeni Eliyanti, S.Kep.M.Kep., Siska Ayu Ningsih, S.Kep.,M.H.kes
Nursing / public health science study programs
College of Health Sciences (STIKES) Bhakti Husada Bengkulu
xix + xxx halaman, xx tabel, xx gambar, xx grafik, xx lampiran

.
This study aims to study the effect of mobilization on the process of reducing
postpartum Sectio cesaria maternal pain in Harapan dan Doa Hospital in Bengkulu City.
The design of this study used a Quasi Experiment with plans before and after
intervention in one group (one group only before and after villageing). The sampling technique
used in this study was "consecitive sampling" with a total sample of 12 people. Data analysis
using paried t test.
The results of the study were obtained, prior to early mobilization, the majority of
respondents suffered moderate pain (mean 7.0). After early mobilization, the majority of
respondents suffered mild pain (mean 4.25). Based on the results of the T test it is known that
there is a influence between early mobilization with a decrease in pain intensity (p value =
0.002).

Keywords: Pain Intensity, Early Mobilization, Post Sectio Caesaria

Anda mungkin juga menyukai