Anda di halaman 1dari 16

LEUKEMIA

MAKALAH
Memenuhi tugas mata kuliah
Patologi
Yang dibimbing oleh Ibu Rizki Mustika Reswari SST, MPH

Oleh:
- Dewi Muflihah (1501470011)
- Kulsum Febri Dwi S (1501470012)
- Dwi Andika Mulya S (1501470013)
- Noor Rochmat H (1501470014)
- Normalita Dwi P S (1501470016)
- Yusi Idah Safitri (1501470017)
- Alifah F Izzah (1501470018)
- Anggun Nilam Cahya (1501470019)

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG
Juni 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul
“LEUKEMIA” ini dapat terselesaikan. Pembahasan ini bertujuan untuk
mengetahui segala sesuatu tentang penyakit Leukemia.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Rizki Mustika Reswari SST, MPH selaku dosen mata kuliah Patologi yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah pembahasan ini.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
3. Teman-teman sekelas yang telah menyumbangkan banyak ide terhadap laporan
penelitian ini.
4. Dan pihak-pihak lain yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Mungkin
dalam makalah pembahasan ini terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu
penulis mohon maaf. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi
penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah pembahasan ini dapat memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Lawang, 12 Juni 2016


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3. Tujuan Pembahasan........................................................................................... 2
1.4. Manfaat Pembahasan......................................................................................... 2
1.4.1. Bagi Mahasiswa......................................................................................... 2
1.4.2. Bagi Dosen................................................................................................ 2
1.4.3. Bagi Masyarakat........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1. Definisi............................................................................................................... 3
2.2. Klasifikasi.......................................................................................................... 4
2.3. Etiologi............................................................................................................... 6
2.4. Patogenesis......................................................................................................... 9
2.5. Patofisiologi....................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP................................................................................................. 12
3.1. Kesimpulan........................................................................................................ 12
3.2. Saran.................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan
sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya
leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya
anemia trombositopenia. (Hidayat, 2006).
Menurut U.S. Cancer Statistics (2005) terdapat 32.616 kasus leukemia di
Amerika Serikat, 18.059 kasus diantaranya pada laki-laki (55,37%) dan 14.557
kasus lainnya pada perempuan (44,63%). Pada tahun yang sama 21.716 orang
meninggal karena leukemia (CFR 66,58%).
Berdasarkan laporan kasus dari F. Tumiwa dan AMC. Kaparang (2008)
menyebutkan bahwa indeks rata-rata tertinggi Leukemia Mielositik Kronik
terdapat di Swiss dan Amerika (2 per 100.000) sedangkan Indeks rata-rata
terendah berada di Swedia dan Cina (0,7 per 100.000).
Leukemia Mielositik Kronik merupakan leukemia kronis yang paling
sering dijumpai di Indonesia yaitu 25-20% dari leukemia. Indeks rata-rata
Leukemia Mielositik Kronik di negara barat adalah 1-1,4 per 100.000 per tahun.
Berdasarkan data dari International Pharmaceutical Manufacturers Group
(IPMG) penderita leukemia pada anak-anak di RSK Dharmais terus bertambah
setiap tahunnya. Pada tahun 2007 terdapat 6 kasus leukemia pada anak dan pada
tahun 2008 bertambah menjadi 16 kasus.
Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2004 terdapat 30 penderita
(18,52%), tahun 2005 terdapat 39 penderita (24,07%), tahun 2006 terdapat 35
penderita (21,61%) dan pada tahun 2007 terdapat 58 penderita (35,8%). (Anonim,
2012).
Keadaan tersebut di atas menunjukkan bahwa kasus penyakit Leukemia
dalam beberapa tahun terakhir ternyata jumlah kasusnya terus mengalami
peningkatan. Berdasarkan fakta di atas perlu kita mengenal penyakit Leukemia
secara lebih rinci.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Leukemia?
1.2.2. Bagaimana klasifikasi dari penyakit Leukemia?
1.2.3. Apa saja hal-hal yang menyebabkan penyakit Leukemia?
1.2.4. Bagaimana proses patogenesis dari penyakit Leukemia?
1.2.5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Leukemia?

1.3. Tujuan Pembahasan


1.3.1. Untuk mengetahui pengertian penyakit Leukemia.
1.3.2. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Leukemia.
1.3.3. Untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan Leukemia.
1.3.4. Untuk mengetahui proses patogenesis dari penyakit Leukemia.
1.3.5. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit Leukemia.

1.4. Manfaat Pembahasan


1.4.1. Bagi Mahasiswa
- Mahasiswa dapat mengetahui segala hal tentang penyakit Leukemia.
- Mahasiswa dapat menyebarkan pengetahuan tentang penyakit Leukemia.
- Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mengidentifikasi penyakit
Leukemia.
1.4.2. Bagi Dosen
- Dosen menjadi lebih terarah dalam memberikan kuliah tentang penyakit
Leukemia.
- Dosen dapat membuat kuliah menjadi lebih menarik dan mengena kepada
mahasiswa dengan membuat bahan mengajar secara kreatif dan inovatif.
1.4.3. Bagi Masyarakat
- Masyarakat mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit Leukemia.
- Masyarakat mengetahui bagaimana cara mengetahui penyakit Leukemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Leukemia, mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai
“darah putih”, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan
proliferasi sel induk hematopoetik yang secara maligna melakukan transformasi,
yang menyebabkan penekanan dan penggantian unsur sumsum yang normal
(Greer dkk, 1999 dalam Price, 2006).
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik
pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal
akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga menimbulkan
gejala klinis. Keganasan hematologik ini akibat dari proses neoplastik yang
disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik
sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum
tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik. (Anonim, 2012).
Leukemia adalah golongan penyakit yang ditandai dengan penimbunan sel
darah putih abnormal dalam sumsum tulang. Sel abnormal ini dapat menyebabkan
kegagalan sumsum tulang, hitung sel darah putih sirkulasi meninggi dan
menginfiltrasi organ lain. Dengan demikian gambaran umum leukemia mencakup
sel darah putih abnormal dalam darah tepi, hitung sel darah putih total meninggi,
bukti kegagalan sumsum tulang misalnya: anemia, netropenia atau
trombositopenia dan keterlibatan organ lain misalnya: Hati, limpa, limfonodi,
meningen, otak, kulit dan testis. (Bruner, 2002)
Leukemia digolongkan ke dalam kelompok akut dan kronis berdasarkan
derajat maturasi sel-sel ganas di dalam sumsum tulang. Leukemia akut ditandai
adanya gangguan maturasi yang mengakibatkan meningkatnya sel-sel muda dan
terjadi kegagalan diferensiasi sel-sel darah. Keadaan ini menyebabkan penyakit
tampak sangat berat dan menyebabkan kematian dalam beberapa bulan tanpa
pengobatan. Sebaliknya pada leukemia kronik terjadi peningkatan sel matur yang
tidak terkendali, sehingga penyakit tampak relatif lebih ringan. Leukemia kronik
pada stadium akhir dapat menjadi progresif seperti leukemia akut.
Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan
sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya
leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya
anemia trombositopenia. (Hidayat, 2006). Leukimia merupakan penyakit akibat
proliferasi (bertambah banyak atau multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah
yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Nursalam, 2005). Leukimia
adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah putih dalam sumsum
tulang, menggantikan elemen-elemen sumsum normal. (Baughman, 2000, hal :
336). Leukimia merupakan proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah. (Suriadi, 2006).
Jadi dapat disimpulkan bahwa leukimia adalah penyakit akibat terjadinya
proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya
jumlah leukosit yang berlebihan dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal.
2.2. Klasifikasi
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel
dan tipe sel asal yaitu:
1. Leukemia Akut
Leukemia Akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit)
yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki
perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata
dalam 4 – 6 tahun.
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Leukemia Limfositik Akut merupakan jenis leukemia dengan karakteristik
adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang
mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ.
Leukemia Limfositik Akut lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%)
daripada umur dewasa (18%). Insiden Leukemia Limfositik Akut akan mencapai
pucaknya pada umur 3 – 7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan
hidup 2 - 3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan
sumsum tulang.
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
Leukemia Mieolistik Akut merupakan leukemia yang mengenai sel stem
hemopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. Leukemia Mielositik
Akut merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
Leukemia Mielositik Akut atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA)
lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%).
Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan
durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, Leukemia Mieolistik Akut fatal
dalam 3 sampai 6 bulan.
2. Leukemia Kronik
Leukemia Kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi
neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi.
a. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik adalah suatu keganasan klonal limfosit B
(jarang pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan
akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfositik kecil yang berumur
panjang.
Leukemia Limfositik Kronik cenderung dikenal sebagai kelainan ringan
yang menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan
2 : 1 untuk laki-laki.
b. Leukemia Ganulositik Kronik / Leukemia Mielositik Kronik (LGK/ LMK)
Leukemia Granulositik Kronik/ Leukemia Mielositik Kronik adalah
gangguan mieloproliteratif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid
(seri granulosit) yang relatif matang.
Leukemia Granulositik Kronik / Leukemia Mielositik Kronik mencakup
20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan
(40 – 50 tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia
ditemukan pada 90 – 95% penderita Leukemia Granulositik Kronik / Leukemia
Mielositik Kronik.
Sebagaian besar penderita Leukemia Granulositik Kronik / Leukemia
Mielositik Kronik akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut fase
krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa
mieloblas / promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah
yang amat kurang.
2.3. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan
risiko timbulnya penyakit leukemia.
1. Host
a. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. Leukemia
Limfositik Akut merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak,
dengan puncak insiden antara usia 3-7 tahun, Leukemia Mielositik Akut terdapat
pada umur 15-39 tahun, sedangkan Leukemia Mielositik Kronik banyak
ditemukan antara umur 30-50 tahun. Leukemia Limfositik Kronik merupakan
kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi
pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di
antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9
dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali
kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling
sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi
paling sering sebelum usia 4 tahun.
Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles
County-University of Southern California (LAC+USC) Medical Centre
melaporkan bahwa penderita leukemia menurut etnis terbanyak yaitu hispanik
(60,9%) yang mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA +
USA Medical Center. Dari pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia
(23,0%), Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).
b. Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali
lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan
kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van
Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott
Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat
dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung
penderita naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar
identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif
leukemia berisiko untuk menderita Leukemia Limfositik Akut (OR=3,75 ;
CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali
memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang
tidak menderita leukemia.
2. Agent
a. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada
binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah
satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam
darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus
onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia
pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis
cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien
dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di
Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan
Amerika Serikat.
b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian Leukemia Mielositik Akut dan
Leukemia Granulositik Kronik jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif
digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli
radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan
yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang
hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi Leukemia
Mielositik Akut dan Leukemia Granulositik Kronik sampai 20 kali lebih banyak.
Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi.
Begitu juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar
lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.
c. Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian
besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada
orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko
terkena leukemia terutama Leukemia Mielositik Akut (OR=2,26 dan CI=1,17-
4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar
benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.
d. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya
leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita
leukemia terutama Leukemia Mielositik Akut.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan
risiko Leukemia Mielositik Akut. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan
desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun
meningkatkan risiko kejadian Leukemia Mielositik Akut (OR=3,81; CI=1,37-
10,48) artinya orang yang menderita Leukemia Mielositik Akut kemungkinan
3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang tidak
menderita Leukemia Mielositik Akut. Penelitian di Los Angles (2002),
menunjukkan adanya hubungan antara Leukemia Mielositik Akut dengan
kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa
perokok berat dapat meningkatkan risiko Leukemia Mielositik Akut. Faktor risiko
terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung pada frekuensi,
banyaknya, dan lamanya merokok.
e. Lingkungan
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan
dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang,
sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al
(2008) di Iran dengan desain case control meneliti hubungan ini, pasien termasuk
mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di
antara pasien tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan
17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang
yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR
= 2,35, CI = 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35
kali bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita
leukemia.
2.4. Patogenesis
2.5.

Gambar 3.1. Bagan patogenesis penyakit Leukemia


(www.medicinenet.com)
Leukimia akut merupakan penyakit dengan transformasi. Maligna dan
perluasa klon-klon sel hematopoetik yang terhambat pada tingkat diferensiasi dan
tidak berkembang menjadi bentuk yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel
induk hematopoesis pluripoten yang kemudian berdiferensiasi menjadi induk
limfoid dan induk mieloid multipoten. Sel induk limfosit akan membentuk sel T
& B, sel induk mieloid akan berdiferensiasi menjadi sel eritrosit granulosit,
monosit, dan mega kariosit. Pada tiap stadium diferensiasi dapat terjadi perubahan
menjadi suatu klon leukemik yang belum diketahui penyebabnya. Bila hal ini
terjadi maturasi dapat terganggu, sehingga jumlah sel muda akan meningkat dan
menenkan sel darah normal dalam sumsum tulang. Sel leukemik tersebut dapat
masuk dalam sirkulasi arah dan kemudian menginfiltrasi organ tubuh sehingga
menyebabkan gangguan metabolisme sel dan fungsi organ. Kematian penderita
biasanya karena penekanan sumsum tulang yang cepat dan hebat tapi bisa jadi
karena infiltrasi sel leukemik tersebut ke organ tubuh penderita.
2.6. Patofisiologi

Gambar 4.1. Bagan patofisiologi penyakit Leukemia (www.cancer.ca)


Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda
dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemia
memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi.
Sel leukemia juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk
sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada
jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi
kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom
dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh
kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali),
delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah
bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan
mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari
kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom
mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah
tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum
tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah
yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk
hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.
Proses patofisiologi leukimia akut dimulai dari transformasi ganas sel
induk hematologik atau turunannya. Proliferasi sel ganas induk ini menghasilkan
sel leukimia akan mengakibatkan :
1. Penekanan hemopoeisis normal sehingga terjadi bone marrow failure.
2. Infiltrasi sel leukimia ke dalam organ sehingga menimbulkan organomegali.
3. Katabolisme sel meningkat sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Leukimia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang
abnormal dan ganas serta sering disertai adanya jumlah leukosit yang berlebihan
dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
Klasifikasi leukemia dibedakan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal.
Yang dibagi menjadi dua yaitu Leukemia Akut dan Leukemia Kronik. Leukemia
Akut dibagi menjadi dua yaitu Leukemia Limfositik Akut (LLA) dan Leukemia
Mielositik Akut (LMA). Leukemia Kronik dibagi menjadi dua yaitu Leukemia
Limfositik Kronik (LLK) dan Leukemia Mielositik Kronik (LMK).
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan
risiko timbulnya penyakit leukemia. Faktor risiko tersebut antara lain pada host
yaitu umur, jenis kelamin, ras dan faktor genetik serta pada agent yaitu virus, sinar
radioaktif, zat kimia, merokok dan lingkungan.
Leukimia akut merupakan penyakit dengan transformasi. Pada tiap
stadium diferensiasi dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik yang
belum diketahui penyebabnya. Bila terjadi, maturasi dapat terganggu sehingga
jumlah sel muda meningkat dan menekan sel darah normal dalam sumsum tulang.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel
ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal.
3.2. Saran
Disarankan kepada seluruh masyarakat setelah menegetahui apa yang
dimaksud dengan penyakit Leukemia dapat mengerti bahwa penyakit ini cukup
berbahaya dan mematikan. Sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
apabila menemui orang dengan gejala yang telah dijabarkan.
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi:Konsep. Klinik Proses-


Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Bruner & Suddarth’s. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Iswandi, F. 2010. Hubungan antara Polutan yang Mengandung Benzena dengan
Leukemia Akut, (http://eprints.undip.ac.id/43856/3/BAB_2_KTI_Faisal_iswandi.pdf ),
diakses pada 10 Mei 2016.
Nurilawati. 2011. Leukemia, (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/156/jtptunimus-
gdl-nurilawati-5172-2-bab2.pdf), diakses pada 10 Mei 2016.
Anonim. 2012. Leukemia, (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20969/4/
Chapter%20II.pdf ), diakses pada 10 Mei 2016.
Nurpaudji, D. dkk. 2014. Leukemia , (https://galihnd.wordpress.com/2014/03/12/
makalah-leukemia.html), dikases pada 10 Mei 2016.

Anda mungkin juga menyukai