Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan anxietas merupakan keadaan psikiatri yang paling sering


ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Studi menunjukkan bahwa
gangguan ini meningkatkan morbiditas, penggunaan pelayanan kesehatan, dan
hendaya fungsional. Pemahaman neuroanatomi dan biologi molekular ansietas
menianji- kan pengertian baru mengenai etiologi dan terapi yang lebih spesifik
(dengan demikian lebih efektif) di masa mendatang.1

Penelitian epidemiologis baru-baru ini telah menemukan bahwa fobia


adalah gangguan mental tunggal yang paling sering di Amerika Serikat.
Diperkirakan 5-10% populasi mengalami gangguan yang mengganggu dan
kadang-kadang menimbulkan ketidakberdayaan.2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Gangguan Ansietas Fobik


Anxietas adalah suatu mood, biasanya bersifat tidak menyenangkan,
disertai sensasi tubuh (somatik) dan terjadi dengan rasa ketidakpastian dan
ancaman akan masa depan secara subjektif.6

Fobia berasal dari bahasa yunani, yaitu fobos yang berarti ketakutan.3
Fobia adalah ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek ,
aktivitas, atau situasi tertentu yang menimbulkan suatu keinginan mendesak untuk
menghindarinya.4

Dalam kelompok gangguan ini, anxietas dicetuskan hanya atau secara


predominan, oleh adanya situasi atau objek yang jelas, tertentu, yang sebenarnya
secara umum tidak berbahaya.5

2.2 Klasifikasi Gangguan Anxietas Fobik


Dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Di
Indonesia III (PPDGJ III), gangguan anxietas fobik ( F40 ) diklasifikasikan
menjadi :5
F 40.0 Agorafobia

.00 Tanpa gangguan panik

.01 Dengan gangguan panik

F 40.1 Fobia Sosial

F 40.2 Fobia Spesifik (terisolisasi)

F 40.8 Gangguan Anxietas Fobik lainnya

F 40.9 Gangguan Anxietas Fobik YTT

2.2.1 F40.0 Agorafobia


Agoraphobia adalah ketakutan terhadap ruang terbuka, orang
banyak serta adanya kesulitan untuk segera menyingkirkan ketempat

2
aman. Contohnya termasuk berada dikerumunan atau di rumah
sendirian, berada di sebuah jembatan (asalkan bukankarena takut pada
ketinggian) atau di dalam mobil, bus, kereta api, atau pesawat(asalkan
bukan karena takut terbang).Menurut DSM-IV-TR, agoraphobia
berhubungan erat dengan gangguan panik, namun ICD 10 tidak
mengkaitkan gangguan panik dengan agoraphobia dan kasus-kasus
agoraphobia didapati dengan atau serangan panik.3
2.2.2. F40.1 Fobia Sosial
Fobia sosial ditandai dengan ketakutan yang menetap terhadap
situasi yang memungkinkan dirinya diamati oleh orang lain, dan juga
oleh ketakutan bahwa ia mungkin bertindak konyol atau memalukan.
situasi seperti ini termasuk makan di restoran atau berbicara di muka
umum.
Fobia sosial mungkin bersifat spesifrk, seperti berbicara atau
buang air kecil di muka umum, atau menyeluruh, yaitu penderita
mengalami distres dalam setiap situasi sosial, bahkan saat berbicara
melalui telepon. Fobia sosial dapat dicetuskan oleh pengalaman yang
memalukan atau membuat stres, kematian orangtua. perpisahan atau
pajanan kronik terhadap stres, atau mungkin juga oleh awitan yang
tersamar (insidous).6
2.2.3. F40.2 Fobia Spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan
atau tanpa alasan, ditunjukkan dengan keberadaan atau antisipasi suatu
objek yang spesifik atau situasi tertentu.

2.3 Epidemiologi Gangguan Anxietas Fobik


Diperkirakan prevalensi agorafobia adalah 2-6%, sedangkan fobia
spesifik adalak sekitar 11%, dan fobia sosial adalah 3-13%.3
Fobia spesifik adalah lebih sering dibandinkan fobia sosial. Fobia spesifik
adaiah gangguan mental yang paling sering pada wanita dan nomor dua tersering
pada laki-laki, hanya setelah gangguan berhubungan dengan zat. Rasio wanita

3
berbanding laki-laki adalah kira-kira 2 berbanding 1 .Untuk fobia sosial wanita
lebih sering terkena daripada laki-laki. Onset puncak usia untuk fobia sosial
adalah pada usia belasan tahun.2

2.4. Etiologi Gangguan Anxietas Fobik


Fobia spesifik dan fobia sosial memiliki beberapa tipe. Dan penyebab pasti
tipe-tipe ini cenderung berbeda. Bahkan di dalam tipe tersebut, seperti pada semua
gangguan jiwa, heterogenitas kausatif ditemukan. Patogenesis fobia, ketika di
paham, dapat terbukti sebagai model yang jelas untuk interaksi antara factor
biologis dan genetik di satu sisi dan peristiwa lingkungan di sisi lain. Pada jenis
fobia spesifik cedera-darah-suntikan, orang yang menderita dapat memiliki reflex
vasovagal yang kuat dan diwariskan, yang terkait dengan emosi fobik.
Prinsip-prinsip umum pada fobia terdiri dari faktor psikoanalitik dan
faktor perilaku.2

2.4.1. Faktor Psikoanalitik

Teori Sigmund Freud menyatakan neurosis fobik, merupakan


penjelasan analitik untuk fobia spesifik dan fobia sosial. Rasa cemas
adalah sinyal untuk menyadarkan ego, bahwa dorongan terlarang di alam
bawah sadar yang akan memuncak dan untuk menyadarkan ego untuk
melakukan mekanisme pertahanan melawan daya insting yang
mengancam.

2.4.2. Faktor Perilaku

Pada tahun 1.920 John B. Watson menulis suatu artikel


yangberjudul"Conditioned Emotional Reaction,"di mana ia menceritakan
pengalamannya dengan Little Albert, seorang bayi dengaii ketakutan
teihadap tikus dan kelinci. Tidak seperti Little Hans dari Freud, yang
memiliki gejala fobik pada perjalanan alami kematangannya, kesulitan
Little Albert merupakan akibat langsung dari percobaan ilmiah oleh dua

4
ahli psikologis yang menggunakan teknik yang telah berhasil menginduksi
respons yang dibiasakan pada binatang percobaan.

2.5. Pedoman Diagnostik


Anxietas fobik seringkali bersamaan (coexist) dengan depresi. Suatu
episode depresif seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada
sebelumnya. Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang
temporer, sebaliknya afek depresif seringkali menyertai berbagai fobia, khususnya
agrofobia. Pembuatan diagnosis tergantung dari mana yang jelas-jelas timbul
lebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat pemeriksaan.5
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III
(PPDGJ) :
2.5.1. Agorafobia
Semua kriteria ini harus dipenuhi untuk:
a. Gejala psikologis/otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietas dan bukan merupakan gejala lain yang sekunder seperti
waham atau pikiran obsesif.
b. Anxietas yang timbul harus terutama terjadi dalam sekurang-kurangnya dua
dari situasi berikut :
 Banyak orang
 Tempat-tempat umum
 Bepergian keluar rumah
 Bepergian sendiri
c. Menghindari situasi fobik harus/sudah merupakan gambaran yang
menonjol.
2.5.2. Fobia Sosial
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk suatu diagnosis pasti:

5
a. Gejala-gejala psikologis, perilaku /otonomik harus merupakan manifestasi
primer dari anxietas dan bukan sekundari gejala lain seperti waham / pikiran
obsesif
b. Anxietas harus hanya terbatas / menonjol pada situasi sosial tertentu saja
c. Penghindaran dari situasi fobik harus merupakan gambaran yang menonjol

2.5.3 Fobia Khas (Terisolasi)


Semua kriteria yang dibawah ini untuk diagnosis :
a. Gejala psikologis atau otonomik harus merupakan manifestasi primer dari
anxietas, dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti waham atau
pikiran obsesif.
b. Anxietas harus terbatas pada adanya objek situasi fobik tertentu.
c. Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.

2.6. Diagnosis Banding


Di dalam diagnosis banding fobia spesifik dan fobia sosial, klinisi harus
mempertimbangkan gangguan panik, agorafobia, dan gangwan kepribadian
menghindar. DSM-IV mengakui, bahwa membedakan antara gangguan panik,
agorafobia, fobia sosial, dan fobia spesifik mungkin sulit pada kaus individual,
dan klinisi dianjurkan· untuk menggunakan pertimbangan klinis. Tetapi pada
umumnya, pasien dengan fobia spesifik atau fobia sosial yang tidak umum
(nongeneralized social phobia) cendentng mengalami kecemasan segera jika
dihadapkan dengan stimulus fobik. Selain itu, kecemasan atau panik mereka
adalah terbatas pada situasi yang dapat dikenali, dan, pada umunmya pasien tidak
mengalami kecemasan abnormal jika mereka tidak berhadapan dengan stimulus
fobik.
Diagnosis lain yang harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding
fobia spesifik adalah hipokondriasis, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan
kepribadian paranoid. Hipokondriasis adalah ketakutan akan menderita suatu
penyakit, sedangkan fobia spesifik tipe penyakit adalah ketakutan akan tertular
penyakit.2

6
2.7. Penatalaksanaan Gangguan Anxietas Fobik
Secara umum terapi fobia meliputi :
2.7.1. Terapi psikologik,
a. Terapi perilaku
b. Psikoterapi berorientasi tilikan
c. Terapi lain, seperti hypnoterapi, psikoterapi suportif, dan terapi keluarga
2.7.2. Farmakoterapi
Obat-obat yang efektif adalah SSRI, khususnya untuk fobia sosial
umum, dan merupakan pilihan pertama. Terapi agorafobia adalah sama
seperti pada gangguan panik, terdiri dari obat-obatan antiansietas dan
antidepresan. Terapi terhadap fobia spesifik yang terutama adalah terapi
perilaku, yaitu terapi pemaparan (Exposure therapy) yaitu desentisasi
pasien dengan pemaparan stimulus fobik secara bertahap. Juga diajarkan
menghadapi kecemasan dengan teknik relaksasi, mengontrol pernafasan
dan pendekatan kognitif. Pengobatan dengan antiansietas hanya untuk
jangka pendek.3

2.8 Prognosis Gangguan Anxietas Fobik


Fobia terhadap hewan memiliki prognosis paling baik. Fobia sosial
cenderung membaik bertahap dan agora fobia memburuk, dengan kecenderungan
menjadi kronik.6

7
BAB III
KESIMPULAN

Fobia merupakan suatu gangguan jiwa, yang merupakan salah satu tipe
dari gangguan ansietas, dan dibedakan kedalam 3 jenis berdasarkan jenis objek
atau situasi ketakutan yaitu agorafobia, fobia spesifik dan fobia sosial. Fobia
spesifik adalah ketakutan irasional terhadap objek tertentu. Sedangkan fobia sosial
adalah ketakutan irasional pada situasi sosial tertentu. Karena belum banyak
diketahui tentang prevensi, maka deteksi dinipun dan mencegah awal timbulnya
fobia adalah sulit. Belum banyak diketahui tentang prognosis fobia, namun
kecenderungannya adalah menjadi kronik dan dapat terjadi komorbiditas dengan
gangguan lain seperti depresi, penyalahgunaan alkohol dan obat bila tidak
mendapat terapi. Gangguan fobia mungkin di sertai dengan lebih banyak
morbiditas dan tergantung pada perilaku fobic apakah dapat mengganggu
kemampuan seseorang berfungsi, menyebabkan ketergantungan financial pada
orang lain dan timbulnya berbagai gangguan dalam kehidupan sosial, bidang
pekerjaan, dan akademik.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, Benjamin J, Virginia A. Sadock. 2010. Kaplan & Sadock buku


ajar psikiatri klinis. Jakarta : EGC
2. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J, Virginia, Alcott. 2010. Sinopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis JILID II. Jakarta : EGC
3. Elvira, S, Gitayanti H. 2014.Buku Ajar psikiatri.Jakarta : FKUI.
4. Hawari, Dadang. 2011. Stres Cemas dan Depresi. Jakarta FKUI
5. Departemen Kesehatan. 1993. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia
III.Jakarta : Departemen Kesehatan
6. Puri, Basant K. 2011. Buku ajar Psikiatri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai