Anda di halaman 1dari 6

2.

PENDESKRIPSIAN DATA

1. Sebaran Frekuensi (= Distribusi Frekuensi)


Sering kali data sampel dikelompokkan ke dalam selang-selang (interval) agar
memperoleh gambaran yang lebih baik mengenai populasi. Susunan demikian ini dalam
bentuk tabel disebut sebagai sebaran frekuensi atau distribusi frekuensi. Tetapi dengan cara
ini kita kehilangan identitas masing-masing pengamatan dalam sampel itu.
Contoh:
Sebaran frekuensi bagi volume 50 kaleng minyak goreng (dalam satuan liter)

Volume Jumlah
7  9 2
10  12 8
13  15 14
16  18 19
19  21 7
Jumlah 50

Sebaran frekuensi di atas merupakan sebaran frekuensi yang sering kita jumpai
dalam laporan-laporan atau masmedia. Untuk kepentingan statistik, biasanya disajikan
dalam bentuk yang lebih rinci, seperti dapat dilihat dalam tabel berikut:

Selang kelas Batas kelas Titik tengah Frekuensi


7  9 6,5  9,5 8 2
10  12 9,5  12,5 11 8
13  15 12,5  15,5 14 14
16  18 15,5  18,5 17 19
19  21 18,5  21,5 20 7
Jumlah 50

Variasi tabel di atas dapat diperoleh dengan menentukan frekuensi relatif atau persentase
bagi masing-masing selang. Frekuensi relatif masing-masing kelas diperoleh dengan cara
membagi frekuensi selang kelas dengan frekuensi total. Tabel yang memuat frekuensi
relatif disebut sebaran frekuensi relatif, sedangkan bila dinyatakan dalam persentase
disebut sebaran persentase. Contoh sebaran frekuensi relatif bagi data volme 50 kaleng
minyak goreng adalah sebagai berikut:
6
Selang kelas Batas kelas Titik tengah Frekuensi Frekuensi relatif
7  9 6,5  9,5 8 2 0,04
10  12 9,5  12,5 11 8 0,16
13  15 12,5  15,5 14 14 0,28
16  18 15,5  18,5 17 19 0,38
19  21 18,5  21,5 20 7 0,14
Jumlah 50

Sebelum mempelajari bagaimana cara membuat daftar/sebaran frekuesi, perlu dike-


tahui terlebih dahulu beberapa istilah yang digunakan sebagai berikut.
a) Selang kelas = kelas interval adalah kelompok-kelompok berbentuk a  b
b) Limit kelas adalah nilai-nilai terkecil dan terbesar dalam setiap selang. Ada dua limit
kelas, yaitu: limit atas kelas (ujung atas) dan limit bawah kelas (ujung bawah).
c) Batas kelas = batas kelas interval
Ada dua batas kelas, yaitu: batas atas kelas dan batas bawah kelas. Batas kelas dalam
sebaran frekuensi dinyatakan satu desimal lebih banyak daripada pengamatan asalnya.
d) Frekuensi kelas adalah banyaknya pengamatan dalam suatu selang kelas tertentu.
e) Lebar kelas (= c) = panjang kelas interval (= p) adalah selisih positif antara tiap dua
ujung bawah (limit bawah kelas) berurutan atau selisih antara batas atas kelas dengan
batas bawah kelas bagi batas kelas yang bersangkutan.
f) Titik tengah kelas = tanda kelas adalah titik tengah antara batas atas dan batas bawah
kelas = 1/2 (batas atas kelas + batas bawah kelas).

Contoh:
Untuk tabel sebaran frekuensi volume minyak goreng di atas, selang kelas pertamanya
adalah 7  9; dengan frekuensi = f = 2; limit bawah kelas = ujung bawah = 7, limit atas
kelas = ujung atas = 9; batas bawah kelas = 6,5 dan batas atas kelas = 9,5; serta tanda
kelasnya = titik tengahnya = 8; lebar kelasnya = c = p = 3.

2. Pembuatan Sebaran Frekuensi


Pembuatan sebaran frekuensi bagi segugus data yang besar dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Urutkan data yang telah diperoleh mulai dari data yang terkecil sampai data yang mem-
punyai nilai terbesar.
b) Tentukan banyaknya selang kelas (kelas interval) yang diperlukan. Banyaknya selang
kelas biasanya diambil paling sedikit 5 dan paling banyak 20, tergantung dari banyak-

7
nya data yang diperoleh. Banyaknya selang kelas juga dapat ditentukan dengan meng-
gunakan aturan Sturges, dengan rumus:

Banyaknya selang kelas = 1 + 3,3 log n

n menyatakan banyaknya data, dan hasil akhir dijadikan bilangan bulat.


c) Tentukan wilayah = rentang = data pengamatan terbesar dikurangi data pengamatan
terkecil.
d) Bagilah wilayah tersebut dengan banyaknya selang kelas untuk menduga lebar selang-
kelasnya.
e) Tentukan limit bawah kelas bagi selang kelas yang pertama, lalu batas bawah kelasnya.
Tambahkan lebar kelas pada batas bawah kelas untuk mendapatkan batas atas kelasnya.
f) Daftarkan semua limit kelas dan batas kelas dengan menambahkan lebar kelas pada
limit dan batas selang kelas sebelumnya.
g) Tentukan titik tengah kelas bagi masing-masing selang
h) Tentukan frekuensi bagi masing-masing selang kelas.
i) Jumlahkan kolom frekuensi dan periksa apakah hasilnya sama dengan banyaknya
pengamatan.

Contoh:
Diperoleh suatu data dari hasil pengamatan sebagai berikut:

2,4 0,7 3,9 2,8 1,3 1,6 2,9 2,6 3,7 2,1
3,2 3,5 1,8 3,1 0,3 4,2 0,9 3,4 2,3 2,5

Jika banyaknya selang adalah 5, buatlah sebaran frekuensi dan sebaran prosentasenya!

Jawab:
- Jika data di atas diurutkan diperoleh:
0,3 0,7 0,9 1,3 1,6 1,8 2,1 2,3 2,4 2,5
2,6 2,8 2,9 3,1 3,2 3,4 3,5 3,7 3,9 4,2
- Wilayah = rentang datanya = 4,2 - 0,3 = 3,9
- Lebar kelasnya = 3,9/5 = 0,78 dan jika dibulatkan = 0,8
- Limit bawah kelas yang pertama = 0,3 (boleh kurang dari data terkecil atau sama dengan
data terkecil).
- Batas bawah kelasnya = 0,25
- Batas atas kelasnya = 0,25 + 0,8 = 1,05
Jika didaftar diperoleh sebaran frekuensi dan sebaran presentase sebagai berikut:

8
Selang kelas Batas kelas Titik tengah Frekuensi Persentase
0,3  1,0 0,25  1,05 0,65 3 15%
1,1  1,8 1,05  1,85 1,45 3 15%
1,9  2,6 1,85  2,65 2,25 5 25%
2,7  3,4 2,65  3,45 3,05 5 25%
3,5  4,2 3,45  4,25 3,85 4 20%
Jumlah 20 100%

3. Penyajian Grafik
Informasi yang dikandung suatu sebaran frekuensi dalam bentuk tabel biasanya
menjadi lebih mudah ditangkap bila disajikan dalam bentuk grafik. Sajian grafik yang
sangat luas digunakan bagi data numerik adalah diagram balok. Sajian grafik yang erat
hubungannya dengan diagram balok adalah histogram (histogram frekuensi). Suatu histo-
gram berbeda dengan diagram balok dalam hal lebar baloknya. Diagram balok mengguna-
kan limit kelas sedangkan histogram menggunakan batas kelas. Cara lain bagi penyajian
data numerik dalam bentuk grafik adalah dengan poligon frekuensi. Poligon frekuensi di-
bentuk dengan memplotkan frekuensi kelas terhadap titik tengah kelas dan kemudian
menghubungkan titik-titik yang berurutan dengan garis lurus. Untuk menutup poligon fre-
kuensi, diperlukan dua selang kelas tambahan di masing-masing ujung sebarannya dengan
frekuensi nol. Jika volume 50 kaleng minyak goreng dibuatkan diagram baloknya, histo-
gramnya, dan poligon frekuensinya, maka gambar yang diperoleh adalah sebagai berikut:
20 . f 20 .f
18 . diagram balok 18 histogram
16 . 16
14 . 14
12 . 12
10 . 10
8 . 8
6 . 6
4 . 4
2 . 2

0 7 9 10 12 13 15 16 18 19 21 volume 0 6,5 9,5 12,5 15,5 18,5 21,5 volume

f f
poligon frekuensi

0 5 8 11 14 17 20 23 volume 0 5 8 11 14 17 20 23 volume

9
4. Kesetangkupan dan Kemenjuluran
Bentuk atau sebaran segugus data pengukuran dapat diperlihatkan melalui sebuah
histogram. Suatu sebaran dikatakan setangkup atau simetrik bila sebaran itu dapat dilipat
sepanjang suatu sumbu tegak, sehingga kedua belahannya saling menutupi. Suatu sebaran
yang tidak setangkup terhadap suatu sumbu tegak dikatakan menjulur. Sebagai contoh
dapat dilihat pada gambar berikut:

sebaran yang setangkup sebaran yang setangkup


(menyerupai genta)

sebaran yang menjulur positif sebaran yang menjulur negatif


(miring ke kiri) (miring ke kanan)

Bagi sebaran yang setangkup, rata-rata dan mediannya terletak pada posisi yang
sama pada sumbu mendatar. Bila sebarannya menjulur ke kanan, rata-ratanya lebih besar
daripada mediannya, sebaliknya bila sebarannya menjulur ke kiri, rata-ratanya lebih kecil
daripada mediannya. Untuk mendefinisikan ukuran kemenjuluran, digunakan perilaku
antara rata-rata dan median relatif terhadap simpangan bakunya.

Definisi:
Koefisien kemenjuluran Pearson didefinisikan sebagai:
3( x  x%
) 3( m  m%
)
SK = atau SK =
s s
Keterangan:
SK = koefisien kemenjuluran
x = rata-rata sampel m = rata-rata populasi
x% = median sampel m%= median populasi
s = simpangan baku sampel s = simpangan baku populasi

Untuk sebaran yang setangkup sempurna, rata-rata dan mediannya identik dan oleh
karena itu SK bernilai nol. Bila sebarannya menjulur ke kiri, nilai SK negatif, sebaliknya
bila sebarannya menjulur ke kanan, nilai SK positif. Secara umum, nilai SK terletak antara
-3 dan +3.
10
Contoh:
Jika diketahui: x = 3,41 ; x%= 3,4 ; dan s = 0,7 hitung SK!
Jawab:
3( x  x%
) 3(3, 41  3, 4)
SK = = = 0,04
s 0, 7
Dari hasil hitungan di atas menunjukkan bahwa data itu hanya sedikit menjulur ke kanan.
Dengan nilai SK yang demikian kecilnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data di
atas sebarannya setangkup. Meskipun histogram dapat mengambil bangun yang beraneka
ragam, untungnya sebaran yang kita jumpai dalam praktek biasanya dapat dihampiri
dengan histogram berbentuk genta, yang SK-nya mendekati nol. Sebaran yang berbentuk
genta tersebut memainkan peranan utama dalam statistika inferensia.

11

Anda mungkin juga menyukai