Anda di halaman 1dari 89

Materi Kuliah Promosi Kesehatan

Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

UNIT 1

PENDIDIKAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Pendidikan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mendefinisikan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Simamora (2009) mengemukakan bahwa pendidikan adalah upaya sadar

untuk menumbuhkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran.

Dalam hal ini terdapat dua konsep yang saling berkaitan yaitu belajar (learning)

dan pembelajaran (instruction). Pendidikan berisi aktivitas untuk melayani orang

lain dalam mengeksplorasi segenap potensi dirinya, sehingga terjadi proses

perkembangan kemanusiaannya agar mampu berkompetisi di dalam lingkup

kehidupannya.

Sukmadinata (2009) mengemukakan bahwa pendidikan berarti proses

mendidik atau melakukan suatu kegiatan yang mengandung proses komunikasi

pendidikan antara yang mendidik dan yang dididik, melalui masukan-masukan

kepada peserta didik yang secara sadar akan dicerna oleh jiwa, akal maupun

raganya sehingga terbentuk pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor),

dan sikap (afektif) sesuai dengan yang dituju oleh pendidikan tersebut.

1
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Prayitno (2010) yang merangkum pendapat tokoh-tokoh aliran

behaviorisme (Pavlov, Watson, Skinner, Hull, Guthrie dan Thorndike)

mengemukakan bahwa pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan. Para ahli

behaviorisme menyepakati bahwa pengetahuan pada dasarnya diperoleh dari

pengalaman (empiris).  Oleh karena itu dalam pembelajaran, lingkungan

berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku

dalam belajar akan berubah kalau ada stimulus dan respon. Stimulus dapat

berupa prilaku yang diberikan pada peserta didik, sedangkan respons berupa

perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebenarnya

adalah upaya meningkatkan seluruh potensi yang dimiliki oleh individu melalui

proses belajar secara sadar dengan cara mengolah seluruh hasil penginderaan

terhadap lingkungan dan pengalaman yang diperoleh dalam proses belajar tadi

sehingga terbentuk pengetahuan, sikap dan perilaku yang sesuai dengan tujuan

yang hendak dicapai dari pendidikan itu sendiri sehingga peserta didik mampu

melakukan karya yang bermanfaat untuk lingkungannya.

B. Belajar dan pembelajaran

Menurut Simamora (2009) konsep belajar berakar dari peserta didik dan

konsep pembelajaran berakar dari pendidik. Kegiatan belajar mengajar

melibatkan komponen peserta didik, pendidik/pengajar, tujuan pembelajaran,

materi pembelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Belajar akan

menghasilkan perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi

perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

2
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Selanjutnya Robert M. Gagne dalam bukunya The Conditioning of

Learning (dalam Simamora, 2009) mengemukakan bahwa belajar adalah

perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar terus-menerus,

bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan

bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dari dalam individu yang

keduanya saling berinteraksi. Pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu

berperilaku, bereaksi, dan merespons sebagai hasil dari pengalaman dengan satu

cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya. Dalam teori psikologi

kedua hal yang diungkapkan Gagne ini kemudian dikenal sebagai perpaduan

aliran behaviorisme dan instrumentalisme.

Lebih jauh Lester D. Crowe dan Alice Crow (dalam Simamora, 2009)

mengemukakan bahwa belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan,

pengetahuan dan sikap. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar

oleh seseorang sehingga mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa

peningkatan pengetahuan, sikap serta kemahiran berdasarkan alat indera dan

pengalamannya.

Prayitno (2010) yang merangkum pendapat tokoh-tokoh aliran

kognitivisme (Piaget, Bruner dan Ausebel) mengemukakan bahwa pembelajaran

adalah proses pencarian pengetahuan yang didasarkan dari pemikiran yang

mendalam. Dengan demikian proses belajar akan bermakna jika didalamnya

terjadi pengolahan informasi melibatkan fungsi kognitif sehingga terbentuk

pengetahuan. Sedangkan aliran konstruktivisme (Von Glasersfeld dan Vico)

mengemukakan bahwa pembelajaran akan bermakna jika dilakukan secara

3
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

mandiri. Hal terpenting dalam belajar adalah mengetahui cara belajar sehingga

seseorang bisa dengan mandiri mencari pengetahuan-pengetahuan yang

dibutuhkan dalam kehidupan.

Menurut Boyd (2014) belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang

dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari

tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil

melakukan sesuatu.  Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau

informasi yang disampaikan.  Namun bagaimana melibatkan individu secara

aktif  membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu

pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.  Pembelajaran merupakan suatu

sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar

dan lingkungan.

Watson (1913) dalam Boyd (2014) menerangkan bahwa belajar adalah

proses interaksi manusia dengan lingkungan yang dikenal dengan istilah stimulus

dan respon. Manusia mempelajari apa yang ada dilingkungannya lalu berespon

terhadapnya. Yang dimaksud dengan stimulus adalah semua obyek di

lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah

apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat

sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada

yang overt dan covert, learned dan unlearned. Menurut Watson apa yang diingat

dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan

kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan kebiasaan. Faktor yang menentukan

adalah kebutuhan.

4
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Menurut Simamora (2009) belajar pada seseorang dipengaruhi oleh

faktor-faktor sebagai berikut :

1. Faktor internal : kondisi fisik dan psikologis peserta didik

2. Faktor eksternal : lingkungan belajar

3. Faktor pendekatan belajar : jenis upaya belajar yang meliputi strategi yang

digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran.

Maslow yang disebut juga sebagai pelopor aliran psikologi humanistik

mengemukakan bahwa manusia memunculkan suatu perilaku berdasarkan pada

kebutuhan yang ada. Maslow berpendapat bahwa seseorang tidak akan mencapai

tingkat kebutuhan yang lebih tinggi sebelum mencapai kebutuhan-kebutuhan di

bawahnya. Dalam kaitannya dengan belajar, Maslow berpendapat bahwa perilaku

belajar ditentukan oleh seberapa butuh seseorang terhadap hasil pembelajaran.

Apabila hasil belajar diposisikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan aktualisasi

diri yang merupakan puncak hirarki kebutuhan manusia, maka pembelajaran

akan dijalani secara bermakna oleh peserta didik.

Belajar dalam dunia pendidikan berisi interaksi antara pengajar dengan

peserta didik yang sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas

pengajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan

peserta didik melalui proses belajar (Simamora, 2009). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa prinsip-prinsip yang harus ada dalam pembelajaran meliputi :

1. Perhatian dan Motivasi

2. Kesadaran / Disadari

3. Keaktifan (John Dewey)

5
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

4. Keterlibatan Langsung. (Boyd mengutip Confocius mengemukakan bahwa:

apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa

yang saya lakukan saya paham)

5. Pengulangan (teori psikologi daya dan teori koneksionisme Thordike)

6. Tantangan (Teori medan Kurt Lewin)

7. Balikan dan Penguatan (teori belajar operant conditioning dari Skinner)

C. Perilaku sebagai hasil belajar dalam proses pendidikan

Cronbach (1954) sebagaimana dikutip oleh Simamora (2009)

menyatakan bahwa belajar terlihat dari perubahan perilaku sebagai hasil dari

pengalaman. Selanjutnya Skinner (dalam Prayitno, 2010) mengemukakan bahwa

perilaku merupakan hasil belajar ketika individu berinteraksi dengan

lingkungannya melalui hukum-hukum belajar.

Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa perilaku merupakan respon

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Selanjutnya

respon perilaku di bagi menjadi : 1) Respondent Respons atau reflexive respons

(merupakan respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang

disebut eliciting stimulus, karena menimbulkan respons-respons yang relatif

tetap); dan 2) Operant Respons atau instrumental respons (yaitu respons yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan lain.

Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena

berfungsi untuk memperkuat respons).

Blum (dalam Notoatmodjo, 2012) membagi perilaku dalam 3

domain/ranah, meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan

yang tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan

6
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku

tersebut, yang terdiri dara ranah kognitif (cognitif domain), ranah effektif

(affective domain), dan ranah psikomotor (psycomotor domain). Dalam

perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan

pengukuran hasil ketiga domain itu ketiganya dijabarkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan hingga

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata).

Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil

keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Faktor-

faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu faktor internal,

faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara

garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni :

a. Tahu (know) : diartikan hanya sebagai kemampuan recall (memanggil)

memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension) : memahami suatu objek, bukan sekadar

tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi

orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang

objek yang diketahui tersebut.

7
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

c. Aplikasi (application) : apabila orang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah

paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan

program kesehatan di tempat ia akan mudah membuat proposal penelitian

dimana saja, dan seterusnya.

d. Analisis (analysis) : kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi

bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis

adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas

objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis) : suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen

yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat

sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar dan dapat

membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (evaluation) : berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

8
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

2. Sikap (attitude)

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan

sebagainya). Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2012) mendefinisikan

sangat sederhana, yakni : “An individual’s attitude is syndrome of response

consistency with regard to object”. Jadi jelas disini dikatakan bahwa sikap itu

suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek.

Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala

kejiwaan yang lain. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai

tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:

a. Menerima (receiving) : orang atau subjek mau menerima stimulus yang

diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding) : memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing) : subjek atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan

orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan

orang lain merespons.

d. Bertanggung jawab (responsible) : sikap yang paling tinggi tingkatnya

adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan

keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang

mencemohkan atau adanya resiko lain.

9
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

3. Tindakan atau Praktik (Practice).

Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk

bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujudodalam tindakan, sebab untuk

terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana

dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan

menurut kualitasnya, yakni:

a. Praktik terpimpin (guided response) : apabila subjek atau seseorang telah

melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau

menggunakan panduan, serta dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism) : apabila subjek atau seseorang

telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis atau

sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka disebut praktik atau

tindakan mekanisme.

c. Adopsi (adoption) : adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah

berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekadar rutinitas atau

mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau

perilaku yang berkualitas.

Koesoema (2007) menerangkan bahwa pembentukan perilaku sebagai

hasil belajar setidaknya diperoleh melalui 3 cara, yaitu : 1) melalui imitasi

spontan; 2) melalui permainan-permainan; serta 3) melalui simbol-simbol.

Adapun Sanyata (2012) mengungkapkan bahwa manusia memulai kehidupannya

dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini

menghasilkan pola-pola perilaku yang akan membentuk kepribadian. Perilaku

10
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

seseorang ditentukan oleh intensitas dan beragamnya jenis penguatan

(reinforcement) yang diterima dalam situasi hidupnya. Sanyata mengutip Yates

(1970) mengemukakan bahwa conditioning and learning memegang peranan

yang sangat penting dalam terbetuknya perilaku.

Perilaku manusia sendiri umumnya dapat dikelompokan menjadi dua

jenis perilaku, yakni :

1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior) : terjadi apabila respons terhadap

stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara

jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,

persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

Bentuk unobservable behavior atau covert behavior yang dapat diukur adalah

pengetahuan dan sikap.

2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior) : terjadi apabila respons terhadap stimulus

tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati oleh orang lain

dari luar atau observable behavior.

Lawrence Green (dalam Notoatmodjo, 2012) membedakan adanya dua

determinan masalah kesehatan, yakni behavioral factors (faktor perilaku), dan

nonbehavioral factors atau faktor-faktor non perilaku. Selanjutnya Green

menganalisis, bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama,

yaitu:

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor ini mencakup

karakteristik individu, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

11
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif

mempermudah terwujudnya perilaku, maka disebut faktor pemudah.

2. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors).

Faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya

perilaku. Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat

(toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk

petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-

peraturan, baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah, yang terkait

dengan kesehatan.

Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu

pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan

diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama,

dan para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu,

kebijakan juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

Kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh

seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu

dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-

kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan

agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Heclo mengatakan kebijakan adalah tindakan yang sengaja dilakukan atau

ketidakmauan untuk bertindak secara sengaja dari pada dipandang sebagai

keputusan-keputusan atau tindakan-tindakan tertentu..

12
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

3. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang

memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup lingkungan fisik,

ketersediaan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan, sumber-sumber khusus,

keterjangkauan sumber dan fasilitas kesehatan. Untuk berperilaku sehat,

masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada

hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujdnya perilaku kesehatan,

maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.

Kemampuan ekonomi pun juga merupakan faktor pendukung untuk

berperilaku sehat.

Proses yang diketahui akan membawa peserta didik menjadi sukses

melakukan transformasi perilaku dalam pembelajaran meliputi : 1)

menumbuhkan keinginan untuk belajar, yaitu membangun motivasi diri yang

kuat untuk belajar; 2) belajar melalui kegiatan-kegiatan praktek (learning by

doing); 3) menerima feedback baik positif maupun negatif; dan 4) melakukan

refleksi (Boyd, 2014).

D. Pendidikan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan keperawatan

Perawat memiliki peran sebagai pendidik klien untuk mencapai

kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri

seseorang yang di hubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu dan

masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan seseorang kepada orang

lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau seperangkat

produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses

berkembang yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang

13
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru, yang

berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Herawani, 2001).

Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah mengubah perilaku

individu/masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut

menjadi : 1) menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai dimasyarakat; 2)

menolong individu agar mampu secara mandiri atau atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat; dan 3) mendorong

pengembangan dan pengunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang

ada.

Menurut Notoatmodjo (2012) prinsip utama dalam proses pendidikan

kesehatan adalah proses belajar pada individu, kelompok, keluarga, dan

masyarakat. Apabila proses pendidikan kesehatan di lihat sebagai sistem, proses

belajar dalam kegiatannya menyangkut aspek masukan, proses, dan keluaran.

1. Masukan : individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat yang menjadi

sasaran didik. Dalam kegiatan belajar, sasaran didik subyek belajar dengan

perilaku belum sehat. Subyek belajar yang mempengaruhi proses pendidikan

kesehatan adalah kesiapan fisik dan psikologis (motivasi dan minat), latar

belakang pendidikan dan sosial budaya.

2. Proses : mekanisme dan interaksi yang memungkinkan terjadinya perubahan

perilaku subyek belajar. Proses pendidikan kesehatan ini dipengaruhi oleh

faktor materi/bahan pendidikan kesehatan, lingkungan belajar, perangkat

pendidikan baik perangkat lunak maupun perangkat keras, dan subyek

belajar, yaitu individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat serta tenaga

kesehatan/perawat.

14
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

3. Keluaran : kemampuan sebagai hasil perubahan perilaku yaitu perilaku sehat

dari sasaran didik.

Hasil perubahan perubahan perilaku yang diharapkan dari pendidikan

kesehatan pada hakekatnya adalah perilaku sehat, yaitu perilaku sehat dalam

emosi, pengetahuan, pikiran, keinginan, tindakan nyata dari individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sehat

dalam pendidikan kesehatan dalam perspektif teori Green adalah :

1. Faktor predisfosisi (predispossing factor) : karakteristik yang ada pada

sasaran didik seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan.

2. Faktor pemungkin (enabling factor) : merupakan faktor yang memungkinkan

individu berperilaku karena tersedianya sumber daya, keterjangkauan,

rujukan, dan keterampilan.

3. Faktor penguat (reinforcement factor) : merupakan faktor yang menguatkan

perilaku sahat seperti sikap dan keterampilan petugas kesehatan, teman

sebaya, orang tua, dan lainnya.

Daftar Pustaka

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4301)

Boyd, C. (2014) Study Skills for Nurses Student. Survival Skills Series : Survive
your nursing course with these essential guides for all student nurses. West
Sussex : John Wiley & Sons, Ltd.

Herawani (2001) Pendidikan kesehatan dalam perawatan. Jakarta : EGC.

Koesoema, Doni (2007) Pendidikan karakter. Editor Ariobimo Nusantara. Jakarta :


Grasindo

15
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Notoatmojo, S. (2010) Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

(2012) Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno (2010) Dasar teori dan praksis pendidikan. Jakarta : Grasindo

Sanyata, S. (2012) Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling


Jurnal Paradigma, No. 14 Th. VII, Juli 2012. ISSN 1907-297X.

Simamora, Roymond H. (2009) Buku ajar pendidikan dalam keperawatan. Editor


Estu Tiar. Jakarta : EGC

Sukmadinata, Nana S.; Ibrahim, R. (2009) Teori Kurikulum. Ilmu dan aplikasi
pendidikan; ilmu pendidikan teoritis. Cetakan ketiga. Tim Pengembangan
Ilmu Pendidikan FIL-UPI. Editor : Mohammad Ali. Bandung : IMTIMA

16
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

UNIT 2

KONSEP DAN PRINSIP PROMOSI KESEHATAN

A. Konsep promosi kesehatan

Bloc et.al (2014) mengemukakan bahwa promosi kesehatan adalah upaya

upaya yang bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakan untuk

mengendalikan dan mengambangkan kesehatannya. Bloc mengutip dari

Whitehead dan Dahlgren (1991) menjabarkan beberapa faktor yang dapat

berpengaruh terhadap kesehatan dan kualitas kehidupan, yaitu : 1) faktor

biologis, fisik dan konstitusional (seperti umur dan jenis kelamin); 2) faktor

individu dan gaya hidup; 3) faktor sosial; 4) faktor yang berhubungan dengan

tempat tinggal dan lingkungan kerja; dan 5) faktor politik, sosio-ekonomi, dan

budaya masyarakat.

Aluttis et.al. (2014) yang mengutip dari Green (1979) mengungkapkan

bahwa promosi kesehatan merupakan perpaduan dari pendidikan kesehatan dan

pengorgaisasian masyarakat serta intervensi politis yang dikelola untuk

memfasilitasi perubahan perilaku dan lingkungan guna mencapai kesehatan.

Dengan demikian promosi kesehatan harus melibatkan berbagai sektor dalam

aksinya guna memudahkan proses perubahan menuju perilaku sehat.

Whitehead (2004) mengungkapkan bahwa pelaksanaan promosi

kesehatan selalu dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal, terutama situasi

politik nasional yang mempengaruhi pemegang kebijakan. Pelaksanaan promosi

kesehatan dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan terjadi pergeseran dari

pemberdayaan individu menjadi gerakan sosial yang memberi tekanan secara

17
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

politis agar terjadi modifikasi lingkungan secara menyeluruh. Promosi kesehatan

juga telah berubah menjadi gerakan sosial politik sehingga pemberdayaan

masyarakat menjadi lebih efektif.

Promosi kesehatan akan efektif jika tenaga kesehatan juga diberdayakan

sehingga mereka memiliki otonomi dan dapat bergerak bebas melakukan upaya-

upaya promosi kesehatan pada berbagai jenjang pelayanan kesehatan. Karena itu

dibutuhkan kerjasama dan kolaborasi multi profesi dan multi organisasi untuk

mewujudkan promosi kesehatan yang paripurna (Baisch, 2009).

Neves (2007) mengemukakan salah satu pendekatan yang dapat

digunakan dalam promosi kesehatan, yaitu pendekatan manajemen resiko.

Konsep ini didasarkan pada asumsi bahwa perubahan perilaku hanya mungkin

dilakukan apabila masyarakat dapat melihat resiko kesehatan yang mengancam

secara jelas dan nyata. Karena itulah dalam pendekatan promosi kesehatan,

langkah-langkah yang direkomendasikan meliputi : 1) pengkajian resiko

(menggali semua resiko-resiko yang mengancam eksistensi komunitas dengan

pola hidup dan perilaku saat ini); 2) mempersepsikan dan mengkomunikasikan

resiko (menyampaikan kepada masyarakat tentang resiko yang didapatkan dari

pengkajian, termasuk komunitas mana saja yang menhadapi resiko-resiko

tersebut dan bagaimana mereka bereaksi terhadap faktor resiko tersebut); 3)

melakukan intervensi dan manajemen resiko bersama masyarakat; serta 4)

melakukan studi tentang dampak yang terjadi setelah manajemen resiko

dilakukan. Upaya ini diyakini efektif untuk memaksa masyarakat berubah dari

perilaku yang tidak mendukung kesehatan menjadi perilaku yang mendukung

kesehatan.

18
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

B. Ruang lingkup promosi kesehatan

Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa ruang lingkup promosi

kesehatan baik secara ilmu (teori) ataupun sebagai seni (aplikasi) mencakup

berbagai bidang menliputi : 1) ilmu perilaku (ilmu-ilmu yang menjadi dasar

dalam membentuk perilaku manusia, terutama psikologi, antropologi dan

sosiologi); dan 2) ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk intervensi perilaku, antara

lain : pendidikan, komunikasi, manajemen dan kepemimpinan.

Promosi kesehatan juga didasarkan pada dimensi atau tempat

pelaksanaannya, oleh sebab itu ruang lingkup promosi kesehatan dapat

didasarkan pada dua dimensi, yaitu dimensi aspek pelayanan kesehatan dan

dimensi tempat pelaksanaan promosi kesehatan.

1. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan

a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif

Sasaran promosi kesehatan adalah kelompok individu sehat yang

diperkirakan berjumlah 80-85% populasi dengan tujuan agar mereka

mampu meningkatkan kesehatannya. Jika kelompok ini tidak memperoleh

promosi kesehatan maka jumlahnya bisa menurun dan jumlah orang sakit

bisa meningkat.

b. Promosi kesehatan pada tingkat preventif

Sasaran promosi kesehatan adalah kelompok orang sehat dengan resiko

tinggi, misalnya kelompok khusus ibu hamil dan menyusui, kelompok

obesitas, para pekerja seks, perokok dan lain-lain. Tujuan utama promosi

kesehatan adalah mencegah kelompok-kelompok tersebut menjadi sakit

(primary prevention)

19
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif

Sasaran promosi kesehatan adalah kelompok penderita sakit (pasien)

terutama yang menderita penyakit kronis, misalnya : asma, diabetes

melitus, tuberkulosis, hipertensi, dan lain-lain. Tujuan promosi kesehatan

pada tingkatan ini agar kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut

bertambah parah serta mencegah komplikasi lebih lanjut (secondary

prevention)

d. Promosi kesehatan pad tingkat rehabilitatif

Sasaran promosi kesehatan adalah kelompok penderita sakit yang baru

sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuan utamanya adalah agar

mereka pulih sempurna kesehatannya, mencegah kambuh kembali serta

mengurangi kecacatan semaksimal mungkin (tertiary prevention)

2. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tempat pelayanan kesehatan

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

Promosi kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat yaitu

keluarga (rumah tangga). Tujuan promosi kesehatan adalah membentuk

perilaku anggota keluarga menjadi perilaku hidup sehat sebagai dasar

dalam pembentukan perilaku masyarakat yang lebih luas. Sasaran

utamanya adalah orang tua (terutama ibu yang memiliki peran

pengasuhan anak) dan sasaran sekundernya adalah anak-anak.

b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah

Sekolah dipandang sebagai perpanjangan tangan keluarga untuk

meletakkan dasar perilaku bagi anak. Tujuan promosi kesehatan agar

guru, lingkungan sekolah menjadi support system yang kondusif bagi

20
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

anak-anak mempelajari serta menerapkan perilaku sehat. Sasaran utama

promosi kesehatan adalah guru sehingga mampu mentransformasikan

perilaku sehat kepada anak.

c. Promosi kesehatan pada tempat kerja

Tempat kerja adalah tempat bagi orang dewasa untuk mencari nafkah

untuk kehidupan keluarganya melalui produktivitas dan hasil kerjanya.

Seorang pencari nafkah menghabiskan sekitar 8 jam waktunya di tempat

kerja. Karena itu tujuan promosi kesehatan di tempat kerja adalah agar

pencari nafkah memiliki lingkungan kerja yang aman bagi kesehatan agar

tidak terjadi kecelakaan kerja yang dapat mengganggu produktivitas dan

kualitas kerja. Sasaran promosi kesehatan adalah pimpinan

perusahaan/kepala unit kerja dan karyawan/staff/pekerja agar mampu

mempraktikkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja.

d. Promosi kesehatan pada tempat-tempat umum

Tempat umum adalah tempat dimana beberapa orang berkumpul pada

waktu-waktu tertentu, misalnya : pasar, terminal bus, stasiun kereta api,

bandara, mall dan lain-lain. Pada tempat-tempat umum perlu disediakan

fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat bagi

pengunjungnya, misalnya tersedia tempat sampah, tempat cuci tangan,

ruang tunggu bagi perokok dan bukan perokok dan lain-lain. Tujuannya

agar pengunjung tempat umum tersebut dapat mempertahankan

lingkungan yang mendukung kesehatan.

21
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

e. Promosi kesehatan pada institusi pelayanan kesehatan

Institusi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, balai

pengobatan, poliklinik dan lain-lain merupakan tempat paling strategis

untuk promosi kesehatan sebab saat baru sakit atau keluarganya

mengalami sakit maka orang akan peka pada informasi-informasi

kesehatan terutama yang berkaitan dengan penyakit yang dialami.

Promosi kesehatan dapat dilakukan secara massal maupun perorangan

agar sasaran promosi menuruti anjuran/nasihat-nasihat tenaga kesehatan.

C. Visi dan misi promosi kesehatan

1. Visi promosi kesehatan

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 3 disebutkan bahwa

tujuan yang hendak dicapai dari pembangunan bidang kesehatan adalah

terbentuknya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif

secara sosial dan ekonomis.

Berdasarkan pasal tersebut dapat dirumuskan visi upaya promosi kesehatan

adalah : “Terwujudnya masyarakat yang sadar, mau dan mampu memelihara

dan meningkatkan derajad kesehatannya”.

2. Misi promosi kesehatan

Untuk mewujudkan visi promosi kesehatan, maka setidaknya ada 3 misi

promosi kesehatan yang daoat dilakukan, antara lain :

a. Advokasi (advocate) : dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari

berbagai tingkat dan sektor terkait kesehatan. Tujuan advokasi adalah

22
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

meyakinkan para pengambil kebijakan bahwa upaya kesehatan yang akan

dijalankan adalah penting, karena itu perlu dukungan kebijakan.

b. Mediasi (mediate) : yaitu menjembatani sektor kesehatan dengan sektor-

sektor lain sebagai mitra. Kemitraan sangat penting untuk menangani

masalah kesehatan yang begitu kompleks dan luas.

c. Pemberdayaan (enable/empower) : pemberdayaan yang dilakukan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Promosi kesehatan juga harus

mampu memberikan keterampilan-keterampilan agar masyarakat mampu

mandiri dalam memelihara kesehatannya. Karena itu keterampilan bidang

ekonomi, pendidikan dan sosial juga perlu dikembangkan melalui

promosi kesehatan.

D. Sasaran promosi kesehatan

Menurut Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI (2011) dalam

pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1)

sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.

1. Sasaran Primer

Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah

pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari

masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang

tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang

mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah

tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh:

23
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

a. Sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma hukum yang

dapat diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik

pemuka informal maupun pemuka formal.

b. Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal

maupun pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS.

c. Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-

kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion).

d. Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS,

yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang

bertanggung jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya

perangkat pemerintahan dan dunia usaha.

2. Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal

(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal

(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi

kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam

upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah

tangga) dengan cara:

a. Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS

b. Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan

suasana yang kondusif bagi PHBS.

c. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat

terbentuknya PHBS.

24
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

3. Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan

perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang

berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber

daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS

pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:

a. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak

merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya

PHBS dan kesehatan masyarakat.

b. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang

dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat

dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada

umumnya

E. Prinsip-prinsip promosi kesehatan

Capone dan Petrillo (2013) mengutip dari WHO mengemukakan prinsip-

prinsip penting dalam pelaksanaan promosi kesehatan meliputi :

1. Promosi kesehatan harus melibatkan seluruh populasi dalam konteks

kehidupan sehari-hari, bukan hanya terfokus pada kelompok-kelompok resiko

tinggi saja.

2. Promosi kesehatan diarahkan melalui tindakan nyata terhadap faktor-faktor

yang mempengaruhi kesehatan. Karena itu harus dibina kerjasama yang erat

dengan sektor-sektor yang terkait dengan kesehatan.

3. Promosi kesehatan memiliki tujuan utama pada tercapainya partisipasi nyata

masyarakat secara efektif. Karena itu perlu dikembangkan kemampuan

25
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

pemecahan masalah dan keterampilan mengambil keputusan penting dalam

hidup baik secara individual maupun secara kolektif serta mekanisme

peningkatan partisipasi yang efektif.

4. Promosi kesehatan terdiri dari beberapa elemen terpisah namun tetap

merupakan satu kesatuan dalam pendekatan aplikasinya, yang meliputi :

komunikasi, edukasi, legislasi, kebijakan fiskal, pengorganisasian

masyarakat, pengelolaan perubahan masyarakat, pengembangan masyarakat

serta kegiatan penanganan bahaya kesehatan secara spontan.

Keempat prinsip-prinsip tadi harus dihayati oleh setiap petugas kesehatan dalam

melakukan upaya promosi kesehatan sehingga pencapaian tujuan yang sudah

ditetapkan menjadi mudah dan terencana dengan baik.

Daftar Pustaka

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063)

Aluttis, C., Van den Broucke, S., Chiotan, C., Costongs, C., Michelsen, K., & Brand,
H. (2014). Public health and health promotion capacity at national and
regional level: a review of conceptual frameworks. Journal Of Public
Health Research, 3(1), 37-42. doi:10.4081/jphr.2014.199

Baisch, M. J. (2009). Community health: an evolutionary concept analysis. Journal


Of Advanced Nursing, 65(11), 2464-2476. doi:10.1111/j.1365-
2648.2009.05068.x

Bloc, P., Toft, U., Reinbach, H. C., Clausen, L. T., Mikkelsen, B. E., Poulsen, K., &
Jensen, B. B. (2014). Revitalizing the setting approach - Supersettings for
sustainable impact in community health promotion. International
Journal Of Behavioral Nutrition & Physical Activity, 11(1), 139-164.
doi:10.1186/s12966-014-0118-8

Capone, V., & Petrillo, G. (2013). Health Promotion in International Documents:


Strengths and Weaknesses from the Perspective of Community
Empowerment. Journal Of Community & Applied Social
Psychology, 23(2), 98-114. doi:10.1002/casp.2103

26
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Kementerian Kesehatan RI (2011) Promosi kesehatan di daerah bermasalah


kesehatan; panduan bagi petugas kesehatan di Puskesmas. Jakarta :
Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI.

Neves, T. P., & Rodrigues Guilam, M. C. (2007). Reducing Risks, Promoting a


Healthy Life: the Concept of Risk in Health Promotion. Revista
Salusvita, 26(3), 301-316.

Notoatmodjo, S. (2010) Promosi kesehatan; teori dan aplikasi. Edisi revisi. Cetakan
kedua. Jakarta : Rineka Cipta.

Whitehead, D. (2004). Health promotion and health education: advancing the


concepts. Journal Of Advanced Nursing, 47(3), 311-320.
doi:10.1111/j.1365-2648.2004.03095.x

27
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

UNIT 3

KEBIJAKAN PROMOSI KESEHATAN DI INDONESIA

A. Permasalahan bidang kesehatan di Indonesia

Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks,

karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui

penyebab kematian di Indonesia untuk semua umur, telah terjadi pergeseran dari

penyakit menular ke penyakit tidak menular, yaitu penyebab kematian pada

untuk usia > 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke, baik di

perkotaan maupun di pedesaan. Hasil Riskesdas 2007 juga menggambarkan

hubungan penyakit degeneratif seperti sindroma metabolik, stroke, hipertensi,

obesitas dan penyakit jantung dengan status sosial ekonomi masyarakat

(pendidikan, kemiskinan, dan lain-lain). Prevalensi gizi buruk yang berada di atas

rata-rata nasional (5,4%) ditemukan pada 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota.

Sedangkan berdasarkan gabungan hasil pengukuran gizi buruk dan gizi kurang

Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 19 provinsi mempunyai

prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas prevalensi nasional sebesar 18,4%.

Namun demikian, target rencana pembangunan jangka menengah untuk

pencapaian program perbaikan gizi yang diproyeksikan sebesar 20%, dan target

Millenium Development Goals sebesar 18,5% pada 2015, telah dapat dicapai

pada 2007 (Badan Lit-Bang Kes Kemenkes RI, 2007).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 merupakan riset kedua yang

mengumpulkan data dasar dan indikator kesehatan setelah tahun 2007 yang

28
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

merepresentasikan gambaran wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.

Indikator yang dihasilkan antara lain status kesehatan dan faktor penentu

kesehatan yang bertumpu pada konsep Blum. Riskesdas menghasilkan berbagai

peta masalah kesehatan dan kecenderungannya, dari bayi lahir sampai dewasa.

Misalnya, prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan

gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9 persen

(2010) kemudian meningkat lagi menjadi 19,6 persen (tahun 2013). Beberapa

provinsi, seperti Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah,

Sulawesi Tengah menunjukkan kecenderungan menurun. Dua provinsi yang

prevalensinya sangat tinggi (>30%) adalah NTT diikuti Papua Barat, dan dua

provinsi yang prevalensinya <15 persen terjadi di Bali, dan DKI Jakarta. Masalah

stunting/pendek pada balita masih cukup serius, angka nasional 37,2 persen,

bervariasi dari yang terendah di Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, DKI Jakarta,

dan Kalimantan Timur (<30%) sampai yang tertinggi (>50%) di Nusa Tenggara

Timur. Tidak berubahnya prevalensi status gizi, kemungkinan besar belum

meratanya pemantauan pertumbuhan, dan terlihat kecenderungan proporsi balita

yang tidak pernah ditimbang enam bulan terakhir semakin meningkat dari 25,5

persen (2007) menjadi 34,3 persen (2013) (Badan Lit-Bang Kes Kemenkes RI,

2013).

Hasil pemetaan penyakit menular yang mencolok adalah penurunan

angka period prevalence diare dari 9,0 persen tahun 2007 menjadi 3,5 persen

tahun 2013. Untuk menjadi catatan penurunan prevalensi diasumsikan tahun

2007 pengumpulan data tidak dilakukan secara serentak, sementara tahun 2013

pengumpulan data dilakukan bersamaan di bulan Mei-Juni. Terjadi juga

29
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

kecenderungan yang meningkat untuk period prevalence pneumonia semua umur

dari 2,1 persen (2007) menjadi 2,7 persen (2013). Prevalensi TB –paru masih di

posisi yang sama untuk tahun 2007 dan 2013 (0,4%). Terjadi peningkatan

prevalensi hepatitis semua umur dari 0,6 persen tahun 2007 menjadi 1,2 persen

tahun 2013. Penyakit tidak menular, terutama hipertensi terjadi penurunan dari

31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013. Asumsi terjadi

penurunan bisa bermacam-macam mulai dari alat pengukur tensi yang berbeda

sampai pada kemungkinan masyarakat sudah mulai datang berobat ke fasilitas

kesehatan. Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara

(apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,6 persen

tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013. Hal yang sama untuk stroke

berdasarkan wawancara (berdasarkan jawaban responden yang pernah

didiagnosis nakes dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per1000 (2007) menjadi

12,1 per1000 (2013). Demikian juga untuk Diabetes melitus yang berdasarkan

wawancara juga terjadi peningkatan dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen

(Ba Lit-Bang Kes Kemenkes RI, 2013).

Perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi

penurunan dari 2007 ke 2013, cenderung meningkat dari 34,2 persen tahun 2007

menjadi 36,3 persen tahun 2013. Sebanyak 64,9 persen laki-laki dan 2,1 persen

perempuan masih menghisap rokok tahun 2013. Ditemukan 1,4 persen perokok

umur 10-14 tahun, 9,9 persen perokok pada kelompok tidak bekerja, dan 32,3

persen pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terendah. Sedangkan rerata

jumlah batang rokok yang dihisap adalah sekitar 12,3 batang, bervariasi dari yang

terendah 10 batang di DI Yogyakarta dan tertinggi di Bangka Belitung (18,3

30
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

batang). Untuk kesehatan lingkungan, ada kecenderungan meningkat untuk

rumah tangga yang bisa akses ke sumber air minum ‘improved’ 62,0 persen tahun

2007 menjadi 66,8 persen tahun 2013, dan variasi antar provinsi yang sangat

lebar dari yang terendah di Kep. Riau (24,0%) dan yang tertinggi Bali dan DI

Yogyakarta (>80%). Demikian halnya untuk rumah tangga yang memiliki akses

ke fasilitas sanitasi ‘improved’ juga meningkat dari 40,3 persen (2007) (Ba Lit-

Bang Kes Kemenkes RI, 2013).

Hasil Riskesdas diatas menunjukkan bahwa ada beberapa masalah

kesehatan yang meningkat dibanding tahun 2007, antara lain : prevalensi gizi

buruk, period prevalence pneumonia, prevalensi hepatitis dan prevalensi diabetes

mellitus. Terkait dengan perilaku kesehatan diketahui bahwa perilaku merokok

pada usia 15 tahun keatas juga meningkat sehingga resiko paparan penyakit-

penyakit akibat rokok juga akan meningkat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh

pemerintah untuk mengendalikan peningkatan indikator-indikator diatas, tetapi

kenyataannya masih ada peningkatan dari tahun ke tahun. Perawat di Puskesmas

sebagai ujung tombak kegiatan Perawat Kesehatan Masyarakat memiliki

tanggung jawab besar melakukan upaya-upaya kesehatan.

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007, tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJPN) memberikan arah kebijakan pelaksanaan

pembangunan di Indonesia sampai dengan tahun 2025 termasuk bidang

kesehatan. Kebijakan tersebut dituangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional

(SKN) Tahun 2009, bahwa upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran,

kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam berperilaku sehat dapat dilakukan

secara langsung maupun tidak langsung melalui berbagai saluran media dan

31
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

teknik promosi kesehatan. Salah satu pendekatan pelayanan kesehatan dalam

SKN 2009 adalah pendekatan pelayanan kesehatan primer (Primary Health

Care) yang secara global telah diakui sebagai pendekatan yang tepat dalam

mencapai kesehatan bagi semua.

Program promosi kesehatan sebagai amanat undang-undang (UU No 17/

2007 dan UU No. 36/2009 pasal 1), wajib dilaksanakan oleh Puskesmas, untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Program

promosi kesehatan dilaksanakan dengan biayanya lebih murah dari kuratif dan

rehabilitatif, juga karena 90–85% penduduk Indonesia yang sehat, perlu tetap di

jaga kesehatannya agar tidak jatuh sakit. Penyelenggaraan upaya promotif dan

preventif sangat penting untuk diutamakan dalam penyelenggaraan kesehatan di

Indonesia, karena secara statistik jumlah penduduk Indonesia yang sehat jauh

lebih banyak dari yang sakit, perbandingan hanya sekitar 10–15% saja orang

Indonesia yang sakit, sedangkan selebihnya antara 90–85% adalah orang

Indonesia yang sehat. Akan tetapi sebaliknya anggaran kesehatan lebih

dimaksimalkan untuk pelayanan kuratif dengan perbandingan 85% penganggaran

(budget) kesehatan dialokasikan untuk kegiatan kuratif, dan sisanya hanya 15%

dialokasikan untuk kegiatan promotif dan preventif (Sampoerno, 2010).

Hasil penelitian Sugiharto (2012) menunjukkan Puskesmas perawatan

memiliki mean rank yang lebih baik dari pada puskesmas non perawatan

terhadap pencapaian promkes (desa siaga aktif). Hasil ini penting untuk

pengembangan dan perbaikan program. Meningkatnya pengembangan puskesmas

dari non perawatan ke perawatan yang tidak hanya terjadi di perkotaan, tetapi

juga di perdesaan, maka sesuai fungsi Puskesmas menurut Kepmenkes RI No:

32
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

128/Menkes/SK/II/2004, Puskesmas disarankan mengutamakan public goods

(pelayanan kesehatan masyarakat), karena program promosi kesehatan dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pendidikan/informasi

kesehatan, dengan target yang sangat luas dan hemat biaya.

Kebijakan pengembangan Puskesmas dari non perawatan menjadi

perawatan di pedesaan adalah lebih ditujukan untuk membantu kemudahan

masyarakat desa dalam memperoleh pelayanan pengobatan yang bermutu dan

mudah di jangkau. Ketimpangan anggaran upaya kesehatan dan efektifitas

pelaksanaan promkes berbasis Puskesmas yang telah dipaparkan diatas, membuat

Penulis merasa tertarik untuk melakukan analisis terhadap kebijakan sektor

kesehatan yang berkaitan dengan promosi kesehatan guna mencapai tujuan

Kecamatan Sehat berdasarkan regulasi terbaru.

B. Regulasi yang berhubungan dengan promosi kesehatan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 1,

mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan promotif

adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan

yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Peran

serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan program promosi

kesehatan, seperti mendirikan sarana pelayanan kesehatan (posyandu)

maupun memberikan informasi kesehatan (promosi kesehatan), termasuk

pengembangan Desa Siaga atau bentuk bentuk lain pada masyarakat

desa/kelurahan.

33
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional

pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam

penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional sesuai amanat Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial, diperlukan dukungan dana untuk operasional pelayanan

kesehatan yang dilakukan oleh Fasilitas Kesehatan. Fasilitas kesehatan

disebut sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat FKTP

adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan

yang bersifat non spesialistik untuk keperluan observasi, diagnosis,

perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya. Pengelolaan

Dana Kapitasi BPJS merupakan tata cara penganggaran, pelaksanaan,

penatausahaan, dan pertanggungjawaban dana kapitasi yang diterima oleh

FKTP dari BPJS Kesehatan. Dana Kapitasi adalah besaran pembayaran per-

bulan yang dibayar dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang

terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang

diberikan.

34
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Dana Kapitasi dibayarkan langsung oleh BPJS Kesehatan kepada

Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP. Kepala FKTP menyampaikan

rencana pendapatan dan belanja dana kapitasi JKN tahun berjalan kepada

Kepala SKPD Dinas Kesehatan. Rencana pendapatan dan belanja dana

kapitasi JKN mengacu pada jumlah peserta yang terdaftar di FKTP dan

besaran kapitasi JKN, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Rencana pendapatan dan belanja dana kapitasi JKN dianggarkan

dalam RKA-SKPD Dinas Kesehatan.

Pembayaran dana kapitasi dari BPJS Kesehatan dilakukan melalui

Rekening Dana Kapitasi JKN pada FKTP dan diakui sebagai pendapatan.

Pendapatan digunakan langsung untuk pelayanan kesehatan peserta JKN pada

FKTP. Dalam hal pendapatan dana kapitasi tidak digunakan seluruhnya pada

tahun anggaran berkenaan, dana kapitasi tersebut digunakan untuk tahun

anggaran berikutnya. Dana kapitasi JKN di FKTP dimanfaatkan seluruhnya

untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan

kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan meliputi jasa pelayanan kesehatan

perorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan.

Dukungan biaya operasional meliputi biaya obat, alat kesehatan, bahan

medis habis pakai, dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan

lainnya. Jasa pelayanan kesehatan di FKTP ditetapkan sekurang-kurangnya

60% (enam puluh persen) dari total penerimaan dana kapitasi JKN, dan

sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan

kesehatan.

35
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2014

Tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa

Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah

Alokasi untuk pembayaran dukungan biaya operasional pelayanan

kesehatan ditetapkan sebesar selisih dari besar Dana Kapitasi dikurangi

dengan besar alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan. Besaran

alokasi ditetapkan setiap tahun dengan Keputusan Kepala Daerah atas usulan

Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan:

a) kebutuhan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai; b) kegiatan

operasional pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai target kinerja di

bidang upaya kesehatan perorangan; dan c) besar tunjangan yang telah

diterima dari Pemerintah Daerah. Pembagian jasa pelayanan kesehatan

kepada tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan ditetapkan dengan

mempertimbangkan variabel jenis ketenagaan dan/atau jabatan dan

kehadiran.

Alokasi dana kapitasi BPJS untuk dukungan biaya operasional kesehatan

dimanfaatkan untuk : a) obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai;

dan b) kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya. Pengadaan obat,

alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dapat dilakukan melalui SKPD

Dinas Kesehatan, dengan mempertimbangkan ketersediaan obat, alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai yang dialokasikan oleh pemerintah

dan pemerintah daerah. Dukungan kegiatan operasional pelayanan kesehatan

lainnya, meliputi : a) upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif,

36
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

preventif, kuratif, dan rehabilitatif lainnya; b) kunjungan rumah dalam rangka

upaya kesehatan perorangan; c) operasional untuk puskesmas keliling; d)

bahan cetak atau alat tulis kantor; dan/atau e) administrasi keuangan dan

sistem informasi.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Ada dua

macam upaya kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas, yakni Upaya

Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM dan Upaya

Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP.

UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan

dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat, sedangkan UKP adalah

suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang

ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,

pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan

perseorangan. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas

bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang: 1) memiliki perilaku sehat

yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; 2) mampu

menjangkau pelayanan kesehatan bermutu; 3) hidup dalam lingkungan sehat;

37
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

dan 4) memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di

Puskesmas tersebut mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dengan

demikian, promosi kesehatan merupakan salah satu upaya kesehatan esensial

Puskesmas untuk mencapai level kemandirian setinggi-tingginya.

Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi

secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali. Akreditasi Puskesmas

adalah pengakuan terhadap Puskesmas yang diberikan oleh lembaga

independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah

dinilai bahwa Puskesmas telah memenuhi standar pelayanan Puskesmas yang

telah ditetapkan oleh Menteri untuk meningkatkan mutu pelayanan

Puskesmas secara berkesinambungan.

C. Hasil-hasil kajian yang berhubungan promosi kesehatan

Menurut Syuaibi dalam Nugraha (2010) ada beberapa hal yang

menghambat maksimalisasi promosi kesehatan di Indonesia. Pertama, karena

tenaga kesehatan yang masih sedikit, sehingga sumber daya manusia untuk

melakukan promosi kesehatan seperti Home Care, penyuluhan, dan demostrasi

juga terbatas terutama di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Hambatan kedua,

masyarakat Indonesia masih banyak percaya pada mitos. Contohnya jika ada

orang yang sakit lebih baik di bawa ke dukun daripada diperiksakan ke ahli

kesehatan. Pola pikir masyarakat yang dekat dengan mitos, sering membuat

masyarakat sulit penerima pendidikan kesehatan yang diberikan oleh para ahli

kesehatan. Hal ini adalah budaya dan untuk merubah budaya juga tidak bisa

secara revolusioner namun harus perlahan. Promosi kesehatan sendiri merupakan

38
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

sebuah proses untuk membuat masyarakat lebih mampu mengontrol, menjaga,

dan memperbaiki kesehatan. Biasanya proses ini dilakukan oleh para tenaga

kesehatan dengan melakukan Home Care atau kunjungan ke rumah-rumah

masyarakat maupun memberikan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan di

komunitas maupun desa. Promosi kesehatan ini bukan hanya disampaikan

melalui teori saja tetapi juga melalui demonstrasi tentang pentingnya menjaga

kesehatan atau langkah-langkah untuk menangani penyakit.

Penelitian Yuniarti dkk (2012) menggunakan metode eksplanatory study

dengan wawancara dan observasi terhadap 87 petugas penyuluh kesehatan

menunjukan bahwa bahwa kinerja petugas penyuluh kesehatan masyarakat dalam

praktek promosi kesehatan di DKK Pati adalah termasuk kurang yaitu sebesar

56,3% dan yang mempunyai kinerja baik hanya 43,7%, Variabel yang

berhubungan langsung dengan kinerja petugas penyuluh kesehatan masyarakat

adalah adalah tingkat pendidikan, pelatihan, pengetahuan, ketrampilan dan

kepemimpinan. Variabel paling berpengaruh terhadap kinerja Petugas penyuluh

kesehatan masyarakat yaitu tingkat pendidikan.

Ekawati dkk (2012) terkait Promosi kesehatan tentang HIV/AIDS di

Denpasar mengemukakan hasil peneltian 40 orang siswa/siswi SMU 2 Denpasar

mengungkapkan bahwa Promosi kesehatan tentang HIV/AIDS di sekolah-

sekolah bisa dilakukan melalui kegiatan ekstrakulrikuler KSPAN yang ada di

sekolah, memasukan dalam kurikulum maupun mengadakan penyuluhan kepada

siswa-siswa di sekolah. Walaupun demikian ada kendala-kendala yang membuat

promosi kesehatan di sekolah kurang efektif yaitu kurangnya minat dan perhatian

siswa.

39
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Restuastuti dan Chandra (2012) dalam penelitian tentang efektifitas

promosi kesehatan dalam pencegahan DBD di Riau melaporkan salah satu cara

promosi kesehatan yang efektif meningkatkan skor pengetahuan adalah

penerapan model promosi kesehatan model C (kombinasi ceramah tanya jawab +

komik promosi kesehatan tentang DBD + folder penanggulangan DBD terbitan

Direktorat Jenderal PP dan PL Departemen Kesehatan RI tahun 2007 serta

dilakukan demonstrasi pembersihan sarang nyamuk menggunakan metode 3M

plus).

Berdasarkan hasil-hasil kajian yang sudah dipaparkan sebelumnya maka

dapat diidentifikasi beberapa point-point penting terkait pelaksanaan promosi

kesehatan di Indonesia, sebagai berikut :

1. Promosi kesehatan seringkali terhambat oleh kurangnya SDM dan budaya

masyarakat yang masih mempercayai mitos (tema 1)

2. Promosi kesehatan dapat dilaksanakan saat home care (tema 2)

3. Variabel yang berhubungan langsung dengan kinerja petugas penyuluh

kesehatan masyarakat adalah adalah tingkat pendidikan, pelatihan,

pengetahuan, ketrampilan dan kepemimpinan. Yang paling berpengaruh

adalah tingkat pendidikan (tema 3)

4. Promosi kesehatan di sekolah-sekolah bisa dilakukan melalui kegiatan

ekstrakulrikuler, memasukan dalam kurikulum maupun mengadakan

penyuluhan kepada siswa-siswa di sekolah (tema 4)

5. Model promosi kesehatan yang efektif meningkatkan pengetahuan secara

bermakna adalah kombinasi ceramah tanya jawab + komik promosi kesehatan

+ folder promosi kesehatan serta dilakukan demonstrasi (tema 5).

40
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

D. Analisis terhadap kebijakan dan regulasi yang berhubungan dengan

promosi kesehatan

Promosi kesehatan saat ini merupakan salah satu trend issue nasional di

bidang kesehatan. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan

mengemban tugas meningkatkan derajad kesehatan dengan pendekatan promosi

kesehatan ini. Permenkes 75/2014 memerintahkan Puskesmas menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Dengan demikian seluruh pengelolaan pelayanan kesehatan di Puskesmas harus

mengedepankan upaya promotif dan preventif daripada kuratif dan rehabilitatif.

Namun sebagaimana disampaikan oleh Sampoerno (2010), anggaran

kesehatan lebih dimaksimalkan untuk pelayanan kuratif daripada kegiatan

promotif dan preventif. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 dan

Permenkes Nomor 19 Tahun 2014 yang merupakan panduan dalam penggunaan

dana kapitasi BPJS untuk mendukung pelayanan Puskesmas sama sekali tidak

berpihak pada upaya promosi kesehatan. Sebanyak 60% dana kapitasi

dialokasikan untuk jasa layanan dan 40 % sisanya untuk dukungan operasional.

Alokasi dana kapitasi untuk dukungan biaya operasional kesehatan

sendiri dimanfaatkan untuk (yang utama) obat, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai serta kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya. Apabila

dibagi sama besar maka dapat diasumsikan 20% dana kapitasi untuk logistik

pengobatan/perawatan dan 20% sisanya untuk kegiatan lain.

41
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Pelayanan kesehatan lainnya yang dimaksud berupa: 1) upaya kesehatan

perorangan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif lainnya;

b) kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan; c) operasional

untuk puskesmas keliling; d) bahan cetak atau alat tulis kantor; dan/atau e)

administrasi keuangan dan sistem informasi. Apabila alokasi tadi dibagi sama

untuk kelima kegiatan diatas, maka alokasinya adalah sebagai berikut :

1. Upaya kesehatan perorangan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif)

sebanyak 4%. Jika alokasi ini sama dibagi rata, maka upaya promotif hanya

mendapatkan porsi sebanyak 1%.

2. Home care sebanyak 4%

3. Puskesmas keliling sebanyak 4%

4. ATK sebanyak 4 %

5. Administrasi dan sistem informasi sebanyak 4%.

Sungguh ironis ketika di satu sisi Puskesmas diminta mengedepankan

upaya promotif namun alokasi dana kapitasi BPJS yang diberikan sangat kecil.

Mengingat kecilnya dana kapitasi untuk upaya promosi kesehatan, maka

dibutuhkan analisa lebih lanjut untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan

sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang efektif.

E. Analisis peluang dan tantangan upaya promosi kesehatan

Permenkes 75 Tahun 2014 menyebutkan bahwa pembiayaan Puskesmas

dapat bersumber dari APBN, APBD maupun sumber lain, termasuk dana kapitasi

BPJS. Dan dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 disebutkan bahwa

pengelolaan dana BPJS di Puskesmas harus menggunakan Pola Pengelolaaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Salah satu peluang

42
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

dalam PPK-BLUD adalah tidak harus menghabiskan anggaran yang ada

sebagaimana mekanisme APBD/APBN. Meskipun Permendagri Nomor 61

Tahun 2007 Tentang APBD menyebutkan bahwa APBD dan APBN diakui

sebagai pendapatan BLUD, tetapi anggaran ini tidak akan menyisakan saldo.

Berbeda dengan pendapatan BLUD atas pelayanan yang diberikan (jasa layanan),

maka penggunaannya harus dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dengan kata

lain tidak harus dihabiskan. Permendagri 61/2007 juga menyebutkan bahwa saldo

pada akhir tahun anggaran boleh dijadikan silva untuk dijadikan modal awal

tahun berikutnya. Maka disinilah peluang untuk megembangkan promosi

kesehatan harus diadvokasi dengan kebijakan anggaran.

Alokasi dana APBN/APBD untuk promosi kesehatan lebih sulit

dikendalikan sebab mekanisme penetapannya melalui persetujuan DPR/DPRD.

Dan alokasi yang diberikan sangat bergantung dari kebijakan lembaga eksekutif.

Sedangkan pendapatan BLUD dan penggunaannya ditetapkan sendiri oleh

organisasi yang menerapkan PPK-BLUD. Pejabat pengelola keuangan hanya

mengesahkan saja dokumen yang ada, tanpa harus mengintervensi kebijakan

alokasi anggaran dan penggunaannya sebab pertanggung jawaban pengelolaan

BLUD adalah dengan mekanisme audit oleh lembaga independen.

Berdasarkan perspektif BLUD maka penggunaan dana kapitasi harus

dikelola secara efektif dan efisien. Alokasi 60% untuk jasa layanan untuk tenaga

kesehatan dan non kesehatan adalah untuk imbalan terhadap upaya kesehatan

yang dilaksanakan. Demikian juga bagi perawat yang melaksanakan upaya

promosi kesehatan, maka jasa layanan yang diterimanya adalah atas

pekerjaannya melakukan promosi kesehatan. Tantangannya adalah mekanisme

43
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

pertanggung jawaban keuangannya, apakah menggunakan perjalanan dinas, atau

pertanggungjawaban kegiatan.

Karena itu Ditasaytadevi (2014) menyarakan kedua regulasi terkait

Kapitasi BPJS yang telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat agar diturunkan

kembali dalam bentuk Peraturan Daerah. Pemerintah Daerah bila perlu diperkuat

dengan SK dari Kepala SKPD terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan baik

Propinsi maupun Kabupaten/Kota, karena variabel dalam penilaian kinerja yang

terdapat dalam peraturan tersebut belum terurai secara terperinci.

Dengan adanya penambahan point-point penilaian terhadap kinerja baik

kesehatan dan non kesehatan setidaknya dapat meredam kekisruhan yang terjadi

dalam pembagian dana jasa pelayanan di Puskesmas. Beban kerja pegawai harus

dinilai dengan seberapa banyak program yang dipegang dan dilaksanakan oleh

petugas (termasuk di dalamnya adalah program promosi kesehatan). Dengan

penambahan variabel tersebut tenaga kesehatan di puskesmas akan merasa

keadilan telah ditegakkan.

F. Pendekatan dan strategi efektif dalam upaya promosi kesehatan sesuai

regulasi yang berlaku

Terkait dengan analisis diatas, maka ada beberapa hal yang menurut

Penulis dapat diekstraksi untuk pembahasan selanjutnya. Langkah primer yang

dapat dilakukan adalah, minimnya anggaran promosi kesehatan mesti diadvokasi

melalui mekanisme APBD untuk mengalokasikan lebih banyak pos anggaran

terhadap perjalanan dinas dan kegiatan dalam rangka promosi kesehatan, sebab

promosi kesehatan adalah salah satu Upaya Kesehatan Masyarakat essensial yang

harus diselenggarakan Puskesmas. Langkah kedua adalah penggunaan dana silva

44
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

BLUD untuk kegiatan pengembangan, termasuk di dalamnya kegiatan promosi

kesehatan sebab PPK-BLUD mengizinkan adanya saldo/silva pada akhir tahun

anggaran. Langkah ketiga adalah advokasi terhadap kebijakan yang berlaku

terutama dalam bentuk peraturan daerah yang mengatur tentang mekanisme

pembagian dana kapitasi BPJS untuk jasa layanan. Dan ketiga langkah ini harus

dimainkan pada level manajemen.

Langkah sekunder adalah mengintegrasikan strategi promosi kesehatan

kedalam kegiatan pelayanan, misalnya home care dan UKS sebab kedua metode

tersebut sudah dilaporkan efektif untuk diselenggrakan. Selain itu variabel-

variabel yang berpengaruh terhadap kinerja petugas penyuluh kesehatan

masyarakat dapat diintegrasikan dalam variabel pembagian jasa layanan. Sebab

mereka yang memiliki kinerja lebih baik berhak atas jasa layanan yang lebih baik

pula. Variabel-variabel yang dilaporkan memiliki hubungan langsung dengan

kinerja petugas penyuluh kesehatan masyarakat menurut kekuatan pengaruhnya

masing-masing adalah tingkat pendidikan, pelatihan, pengetahuan, ketrampilan

dan kepemimpinan.

Selanjutnya, dalam merencakanan kegiatan dalam rangka promosi

kesehatan mesti diperhatikan bahwa model yang dilaporkan terbaik dalam

implementasinya adalah dengan memadukan ceramah, diskusi dan

simulasi/peragaan. Kegiatan Puskesmas dapat dirancang dengan bentuk Lomba

Kelompencapir yang pernah populer pada tahun 90 an sebab menggabungkan

metode-metode tersebut. Kegiatan seperti ini lebih mudah dalam

pertanggungjawaban keuangan dan lebih efisien untuk mencapai hasil. Terkait

dengan tujuan akhir pencapaian kecamatan sehat maka kegiatan ini harus

45
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

diagendakan bersama dengan support system Puskesmas, dalam hal ini Camat

dan unsur pemerintahan kecamatan. Penyelenggaraan kegiatan bisa mengambil

momentum peringatan kemerdekaan, maupun peringatan hari kesehatan.

Daftar Pustaka

Ditasaytadevi (2014) Kisruh Pembagian Dana Kapitasi Jasa Pelayanan Kesehatan,


Sudah Benarkan Aturan Regulasinya?
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2014/10/29/kisruh-pembagian-
dana-kapitasi-jasa-pelayanan-kesehatan-sudah-benarkan-aturan-
regulasinya--699204.html . Diposkan tanggal 29 Oktober 2014

Ekawati N.K., Wulandari, L.P.L., Lubis, D., Purnama, S.G. (2012) Promosi
Kesehatan di Sekolah Pada Remaja Dalam Upaya Pencegahan Penyakit
HIV/AIDS di Kota Denpasar. Udayana Mengabdi. Volume 11 Nomor 2
Tahun 2012. 11 (2): 55 - 58 ISSN : 1412-0925

Nugraha, S. (2010) Promosi Kesehatan di Indonesia Tak Maksimal.


http://news.okezone.com/homekampus Diposkan hari Senin tanggal 24
Mei 2010

Restuastuti, T., Chandra, F. (2012) Evaluasi Penerapan Promosi Kesehatan Dalam


Pencegahan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue Melalui
Gerakan 3M Plus di Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu Lingkungan 
Vol 3, No 01. 22 Nov 2012. ISSN 1978-5283.

Sampoerno D. (Ketua Kolegium Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat/IAKMI)


Seimbangkan Upaya Preventif dan Kuratif. http://www.xamthone.com
Diposkan hari Senin tanggal 18 Oktober 2010

Sugiharto, M., Widjiartini (2012). Analisis Pencapaian Target Program Promosi


Kesehatan Menurut Jenis Puskesmas di Kabupaten Tulungagung (Uji
Komperasi Mann Whitney Test - Data Rifaskes, 2011). Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 4 Oktober 2012: 369–380

Yuniarti, Shaluhiyah, Z., Widjanarko, B. (2012) Kinerja Petugas Penyuluh


Kesehatan Masyarakat dalam Praktek Promosi Kesehatan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Pati. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia.
Volume 7, No. 2, Agustus 2012. Diakses dari
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/issue/view/1159

46
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

UNIT 4

MARKETING DALAM PROMOSI KESEHATAN

A. Konsep marketing/pemasaran

Menurut Notoatmodjo (2010), marketing/pemasaran adalah suatu proses

sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan

dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, atau bertukar sesuatu

yang bernilai satu sama lain. Dengan kata lain marketing yang berhasil akan

diakhiri dengan transaksi baik berupa barter atau penjualan/pembelian. Dalam

perspektif kesehatan, maka marketing yang efektif akan berakhir dengan

kemauan dan kemampuan individu untuk berubah sesuai dengan konsep

perubahan yang ditawarkan.

Hayrynen (2014) mengemukakan bahwa pembahasan tentang marketing

sebenarnya berhubungan dengan dua hal yaitu strategi marketing (marketing

strategy) dan rencana marketing (marketing plan). Marketing strategy

mengungkapan apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai target sedangkan

marketing plan berisi tentang bagaimana langkah mengeksekusi strategi.

Sedangkan Kotler (dalam Mayer, 2011) mengemukakan bahwa pemasaran berisi

analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian atas program yang

dirancang dengan cermat untuk tercapainya tujuan organisasi.

Kestane (2014) mengemukakan bahwa marketing tak terlepas dari

konsep inti, yaitu : 1) kebutuhan, keinginan, dan permintaan; 2) produk, nilai,

biaya dan kepuasan; 3) pertukaran, transaksi dan hubungan; 4) pasar, pemasaran

47
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

dan calon pembeli. Hal ini senada dengan ilustrasi pemasaran yang dibuat oleh

Notoatmodjo (2010) sebagai berikut :

Gambar 1
Ilustrasi berjalannya proses pemasaran produk

Kebutuhan Nilai Pertukaran Pemasar


Keinginan PRODUK Biaya Transaksi PASAR Calon pembeli
Permintan Kepuasan Hubungan

Sumber : Notoatmodjo (2010)

B. Marketing Mix layanan kesehatan

Pemasaran yang efektif adalah pemasaran yang menerapkan perpaduan

dari beberapa metode yang dilaksanakan sekaligus yang dikenal dengan istilah

marketing mix. Kotler dan Keller (2007) menjelaskan bahwa marketing mix

adalah perpaduan dari empat variabel sistem pemasaran. Keempat variabel atau

kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran tersebut yaitu produk, harga,

kegiatan promosi dan sistem distribusi/tempat. Berikut akan diuraikan keempat

aspek marketing mix sebagai berikut :

1. Produk

Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa produk tidak selalu berbentuk

barang, seperti vitamin, obat, tablet zat besi dan sebagainya. Tetapi asuhan

keperawatan sebagai layanan jasa, dan konsep perubahan gaya hidup sebagai

sebuah gagasan juga merupakan produk. Produk inilah yang kemudian

dipasarkan sehingga berlangsung proses pertukaran dengan kelompok

sasaran. Produk harus dibuat dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

keinginan konsumen. Karena itu dibutuhkan riset pasar untuk menilai tingkat

kebutuhan pasar (dalam hal ini adalah masyarakat sasaran promosi kesehatan)

48
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

terhadap produk yang akan dipromosikan. Layanan kesehatan sebagai sebuah

produk sosial dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 2
Dimensi produk
Keyakinan

Ide / gagasan Sikap

Nilai

PRODUK Tindakan
Praktik
Perilaku

Kepercayaan

Sumber : Notoatmodjo (2010)

Berdasarkan skema di atas dapat disimpulkan bahwa produk kesehatan

adalah hal-hal yang berhubungan dengan penawaran pengetahuan, konsep

dan teknik-teknik yang dapat meningkatkan derajad kesehatan masyarakat.

Mengingat produk yang ditawarkan tersebut tersedia di sarana pelayanan

kesehatan, maka marketing/pemasarannya juga tak lepas dari pemasaran

organisasi pemberi pelayanan kesehatan sebagai tempat / saluran

distribusinya (Kestane, 2014).

Aspek penting dari sebuah produk yang harus diperhatikan menurut

Kreuter et.al. (2014) adalah : kualitas produk, tampilan/kemasan/fitur produk,

pilihan-pilihan yang tersedia, ukuran, brand, servis dan layanan purna jual

(termasuk garansi).

49
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

2. Harga

Harga merupakan alat untuk mengukur nilai suatu barang, harga bagi

produsen merupakan penentu bagi permintaan pasar dan mempengaruhi

posisi pesaing perusahaan dalam merebut konsumen. Harga merupakan

indikator dari pada barang, dalam menetapkan harga perlu hati-hati dalam

memperhatikan potensi pasar. Oleh sebab itu, menentukan harga perlu

diperhatikan agar harga yang ditetapkan dapat dijangkau oleh konsumen,

adakah perbedaan-perbedaan harga antara masing-masing produk, bagaimana

mekanisme pembayarannya dan sejauh mana harga dapat memberikan

keuntungan bagi penjual layanan.

Saat ini harga dari produk layanan kesehatan ada yang dibayar secara

langsung (out of pocket), misalnya : jasa dokter praktik swasta, pembelian

obat/ vitamin secara mandiri di toko obat, dll. Ada juga yang dibayar dimuka

oleh pihak ketiga, misalnya : layanan di Puskesmas yang dibayar oleh BPJS

dengan sistem kapitasi. Ada juga yang dibayar belakangan (reimburst) oleh

pihak ketiga, misalnya : klaim BPJS di rumah sakit, atau klaim asuransi

kesehatan lainnya.

3. Tempat dan saluran distribusi

Tempat mengakses layanan kesehatan adalah sarana kesehatan yang

merupakan sebuah organisasi. Dalam organisasi biasanya terdapat unsur-

unsur sebagai berikut: 1) Sekelompok manusia yang diarahkan untuk bekerja

sama; 2) Melakukan kegiatan yang telah ditetapkan; dan 3) Kegiatan

diarahkan untuk mencapai tujuan. Sarana kesehatan merupakan sebuah

organisasi yang terdiri dari tenaga kesehatan, sarana dan prasarana penunjang

50
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

pelayanan kesehatan, sistem pelayanan, administrasi dan sistem informasi

(Mayer, 2011). Sebagai organisasi maka sarana kesehatan harus mampu

menjadi organisasi yang efektif, terus-menerus memantau dinamika

lingkungan yang terus berubah sesuai dengan perkembangan terkini.

Produk yang telah dihasilkan oleh suatu perusahaan akan lebih berguna

bagi kensumen/pembeli apabila produk tersebut tersedia pada tempat dan saat

dimana saja dibutuhkan. Dalam pencapain tujuan utama dari pemasaran yakni

menyalurkan barang-barang atau jasa secara efisien dari produsen ke

konsumen, maka diperlukan adanya kegiatan penyaluran (distribusi) sebagai

mata rantai yang harus dilalui oleh barang-barang dari produsen ke konsumen

pada waktu dan jumlah yang tepat. Barang yang dihasilkan oleh para

produsen biasanya tidak secara langsung mereka menjualnya kepada

konsumen, tetapi biasanya mereka melalui suatu perantara agar produk yang

dihasilkan dapat dengan mudah sampai ke tangan konsumen.

Basu Swastha (1990) dalam Kreuter et.al. (2014) memberikan defenisi

tentang saluran distribusi sebagai berikut : Saluran distribusi untuk suatu

barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan

barang tersebut dari produsen sampai ketangan konsumen sebagai pemakai.

Saluran distribusi yang digunakan adalah suatu struktur yang

menggambarkan alternativ saluran yang dipilih oleh para produsen seperti:

pedagang besar, agen, dan pengencer. Hal ini produsen mempunyai 3

alternatif yaitu:

a. Distribusi Insentif. Distribusi ini dapat digunakan oleh para produsen

yang menjual komponen perusahaan yang berusaha menggunakan

51
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

penyalur terutama pengecer sebanyak-banyaknya untuk mendekati para

konsumen. Usaha ini dimaksudkan untuk mempercepat pemenuhan

kebutuhan konsumen, semakin cepat para konsumen terpenuhi

kebutuhannya maka semakin cepat pula terpenuhi kepuasannya.

b. Distribusi Selektif. Perusahaan yang menggunakan distribusi ini berusaha

memilih sejumlah pedagang besar atau pengecer, agen yang terbatas

dalam suatu daerah. Saluran ini biasanya digunakan untuk memasarkan

suatu produk baru (barang special) apabila distribusi ini menguntungkan

dari distribusi insentif maka jumlah pengecer atau agen yang digunakan

akan lebih terbatas.

c. Distribusi Ekslusif. Saluran ini dilakukan oleh perusahaan dan hanya

menggunakan suatu pedagang besar atau pengecer dalam daerah tertentu.

Jadi produsen hanya menjual produknya kepada suatu pedangang besar

saja dengan mengunakan satu penyelur, maka produsen akan lebih mudah

dapat mengadakan pengawasan pada tingkat harga enceran maupun usaha

kerja sama dengan penyalur dalam periklanan. Pemilihan saluran

distribusi merupakan suatu masalah yang sangat penting sebab

keterlambatan barang-barang sampai ketangan kosumen dapat menturangi

keuntungan yang diterima oleh perusahaan.

4. Promosi

Promosi adalah suatu usaha perusahaan atau individu memberikan

informasi dan mempengaruhi serta menarik konsumen sicara lansung

terhadap produk yang dihasilkan. Promosi adalah cara yang efektif dalam

merebut konsumen di pasaran, serta memperkenalkan barang-barang baru

52
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

yang diproduksi. Promosi pada hakekatnya adalah suatu komunikasi

pemasaran, artinya aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan

informasi, mempengaruhi/membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran

atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal

pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

Dalam melakukan promosi agar dapat efektif perlu adanya bauran

promosi, yaitu kombinasi yang optimal bagi berbagai jenis kegiatan atau

pemilihan jenis kegiatan promosi yang paling efektif dalam meningkatkan

penjualan. Ada empat jenis kegiatan promosi, antara lain : (Kotler dan Keller,

2007) :

a. Periklanan (Advertising), yaitu bentuk promosi non personal dengan

menggunakan berbagai media yang ditujukan untuk merangsang

pembelian.

b. Penjualan Tatap Muka (Personal Selling), yaitu bentuk promosi secara

personal dengan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calon

pembeli yang ditujukan untuk merangsang pembelian.

c. Publisitas (Publisity), yaitu suatu bentuk promosi non personal mengenai,

pelayanan atau kesatuan usaha tertentu dengan jalan mengulas

informasi/berita tentangnya (pada umumnya bersifat ilmiah).

d. Promosi Penjualan (Sales promotion), yaitu suatu bentuk promosi diluar

ketiga bentuk diatas yang ditujukan untuk merangsang pembelian.

e. Pemasaran Langsung (Direct marketing), yaitu suatu bentuk penjualan

perorangan secara langsung ditujukan untuk mempengaruhi pembelian

konsumen.

53
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

C. Perubahan dan pemasaran sosial

Promosi kesehatan yang menawarkan sebuah perubahan perilaku harus

mempertimbangkan respon-respon manusia terhadap gagasan perubahan dan

merencanakan dengan baik tahap demi tahap perubahan itu terjadi. Kestane

(2014) mengemukakan bahwa akan ada berbagai respon manusia terhadap

perubahan, antara lain : mengingkari (denial), marah (anger), tawar-menawar

(bargaining), keseimbangan (equilibrium), kekacauan (chaos), depresi

(depression), pasrah (resignation), keterbukaan (openness), kesiapan (readiness),

dan berusaha kembali ke titik awal (reemergence). Karena itu dibutuhkan

strategi-strategi yang baik dari promosi kesehatan agar dapat mengelola

perubahan iitu dengan baik dan perubahan yang diinginkan dapat tercapai

(Neculau, 2014).

Pemasaran upaya promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk marketing

sosial cenderung banyak mendapat penolakan dari sasaran. Hal ini karena

program yang ditawarkan cenderung kurang fleksibel dan perlu waktu lama

untuk memilih srategi pendekatan yang sesuai. Selain itu sulit sekali membuat

ukuran-ukuran yang efektif sebagai indikator tingkat perubahan, tingkat

keterlibatan dan partisipasi sasaran dalam proses berubah yang terlaksana

(Nielsen, 2012). Karena itulah banyak sekali program-program promosi

kesehatan yang tidak efektif pelaksanaannya dan pencapaian hasilnya. Sebagai

contoh adalah pemasaran gagasan untuk tidak merokok sampai sekarang masih

belum maksimal. Bahkan penambahan gambar yang “menyeramkan” pada

bungkus rokok tidak menurunkan tingkat pembelian terhadap rokok, bahkan

cenderung menetap atau bahkan meningkat. Belum lagi kasus-kasus kesehatan

54
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

yang cenderung tidak banyak mengalami penurunan (seperti TB paru, hipertensi,

dan lain-lain) meskipun sudah dilakukan upaya promosi kesehatan. Karena itulah

pemahaman tentang berubah dan proses berubah perlu bagi tenaga kesehatan

yang melakukan promosi kesehatan.

D. Pemasaran jasa pelayanan kesehatan

Berlakunya pasar bebas ASEAN tahun 2015 menyebabkan perubahan

lingkungan secara cepat, termasuk pelayanan kesehatan. Eksistensi sarana

kesehatan akna sanat tergantung dari teknik dan pendekatan yang membawa

sasaran / konsumen untuk membeli jasa yang ditawarkan. Agar pemasaran jasa

profesi menjadi efektif, maka Yang (2014) merekomendasikan setiap manajer

pelayanan kesehatan untuk menerapkan 3 konsep pemasaran jasa profesi, yaitu :

1. Menekan sekecil mungkin ketidakpastian. Suatu jasa harus dinilai dari

dampak karyanya terhadap kehidupan klien.

2. Memahami problema. Pelayanan jasa profesional harus dapat langsung

memahami problema fundamental dari masyarakat yang membeli pelayanan

jasa yang diberikan.

3. Pembelian profesionalitas. Pelayanan jasa profesi akan terjual dan

mempunyai arti kalau pelayanan dilakukan oleh seseorang yang mampu,

kompeten, profesional.

Lebih jauh Yang mengemukakan bahwa pemasaran jasa profesional

dapat befungsi untuk mengatasi situasi-situasi : 1) permintaan negatif; 2) tidak

ada permintaan; 3) permintaan yang terus-menerus akan ada; 4) permintaan yang

tidak menentu; 5) permintaan yang menurun; 6) permintaan yang penuh; dan 7)

permintaan yang berlebihan.

55
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Langkah-langkah pemasaran jasa profesional menurut Hayrynen (2014)

adalah :

1. Riset pasar yaitu pengumpulan, pencatatan dan analisa data secara sistematis

tentang persoalan yang berkaitan dengan pemasaran jasa. Tujuan riset pasar

adalah untuk mengetahui keinginan dan pilihan konsumen/pembelian jasa.

2. Penetapan harga. Perlu pemahaman tentang posisi pemberi jasa. Bila dalam

posisi pemberi jasa sudah dikenal baik kemampuan dan memuaskan

keinginan konsumen, maka penetapan bayaran dapat lebih tinggi atau

sebaliknya.

3. Menetapkan saluran distribusi. Penjualan jasa profesional perlu

mengembangkan saluran distribusi yang lebih mudah dijangkau dan tersedia

sewaktu diperlukan oleh konsumen.

4. Melakukan promosi. Sasaran promosi adalah : membangkitkan kesadaran

diantara pemakai jasa, menunjukkan peredaran jasa itu dari jasa pesaing,

mengkomunikasikan manfaat memakai jasa, membujuk pelanggan untuk

memakai jasa dan menghilangkan konsep keliru yang mungkin ada.

E. Membangun reputasi dan citra organisasi sebagai puncak dari marketing

Bagi perusahaan, reputasi adalah titipan kepercayaan dari masyarakat.

Jadi jika perusahaan mengalami krisis kepercayaan dari publik maka akan

membawa dampak negatif terhadap reputasi dan akan memerlukan usaha keras

untuk menumbuhkan dan membangun kembali kepercayaan. Tugas untuk

memelihara reputasi perusahaan harus dilakukan oleh segenap anggota organisasi

secara lintas  fungsional, dan harus dilakukan secara terus menerus. Harus ada

sebuah sistem yang eksis untuk menopang reputasi perusahaan.

56
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Reputasi suatu unit penyedia jasa layanan dipengaruhi oleh kredibilitas

unit tersebut. Kredibiltas didefinisikan oleh Kotler dan Keller (2007) sebagai

seberapa jauh konsumen percaya bahwa suatu unit layanan kesehatan bisa

merancang dan menghadirkan produk serta jasa yang dapat memenuhi kebutuhan

dan keinginan pelangan. Walaupun kurang dijabarkan secara spesifik, Keler

mengungkapkan bahwa reputasi unit penyedia jasa layanan berbanding lurus

dengan tingkat penjualannya.

Tentang membangun reputasi, dalam hal ini ada ungkapan yang

menyatakan bahwa “You can’t manage what you can’t measure”. Dengan

demikian, untuk dapat mengelola reputasi secara baik diperlukan pengukuran

reputasi. Proses ini jika dilakukan secara baik akan dapat menunjukkan

bagaimana reputasi perusahaan jika dibandingkan dengan reputasi pesaing.

Selain itu pengukuran reputasi perusahaan juga dapat menunjukkan sektor dan

stakeholder mana saja yang perlu diprioritaskan untuk dibenahi. Secara umum

hasil pengukuran ini juga berfungsi sebagai road map bagi proses pengelolaan

reputasi itu sendiri. Beberapa ahli yang menjelaskan tentang reputasi (Kotler dan

Keller, 2007) sebagai berikut :

1. John Dalton (Managing Corporate Reputation)

Reputation is the sum values that stakeholders attribute to a company, based

on their perception and interpretation of the image that the company

communicates over time

(Reputasi adalah total penilaian dari atribut-atribut stakeholder pada

perusahaan, berdasarkan pada persepsi-persepsi mereka dan interpretasi-

57
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

interpretasi pada image/citra perusahaan yang dikomunikasikan secara terus

menerus).

2. Professor John Kay

Reputation is the principal means through which a market economy deals

with consumer ignorance.

Reputation exists because of asymmetric information.

3. Professor Gary Davies –Manchester Business School

Reputation is a collective term referring to all stakeholders’ views of

corporate reputation, including identity and image.

Reputation = experience – expectations

Dari pengertian diatas jelas kiranya sebuah reputasi harus diperjuangkan.

Harus diusahakan. Bahkan menurut John Dalton : Corporate image can created,

but corporate reputation must be earned. Ini berarti untuk membuat suatu

reputasi benar-benar harus memiliki langkah dan perencanaan yang tepat dan

berjalan terus menerus dengan menjadi pendengar apa yang dikatakan para

stakeholder perusahaan.

Demikian pentingnya reputasi hingga Hill and Knowlton’s Corporate

Reputation Watch 2004 Survey menemukan beberapa hal (Kotler dan Keller,

2007) antara lain :

1. 93% senior executive percaya bahwa pelanggan sangat berpegang pada

reputasi perusahaan sehingga menurut mereka reputasi sangat penting, amat

sangat penting bahkan.

58
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

2. 79% senior executive percaya bahwa investor dan pemeggang saham

berpegang pada reputasi perusahaan. Sehingga bagi mereka reputasi

perusahaan itu penting atau sangat penting

3. Dampak dari good corporate governance akan secara drastis meningkatkan

reputasi perusahaan. Bahkan sejak 5 tahun yang lalu 40% senior executive

percaya bahwa jika corporate governance kuat, ini akan menjadi faktor

potensial merangkul investor. Dan corporate governance adalah salah satu

penunjang pembentukan reputasi sebuah perusahaan.

Dari hasil survey yang juga dilakukan oleh Corporate Reputation Watch

2002 menyebutkan bahwa ada 3 penyebab yang dipandang sebagai ancaman

terhadap reputasi, yaitu :

1. Kritik terhadap perusahaan atau produk yang disampaikan melalui media

cetak maupun media elektronik

2. Bencana yang mengganggu produksi

3. Tuduhan dari kelompok-kelompok kepentingan atau pelanggan tentang

keamanan produk.

Dari ketiga hal tersebut kritik melalui medialah yang dipandang sebagai ancaman

utama terhadap reputasi. Karena apa yang disampaikan oleh media akan secara

terbuka dibaca dan dilihat oleh stakeholder lainnya.

Kredibiltas perusahan berhubungan dengan reputasi yang dicapai

perusahan di pasar dan merupakan landasan untuk hubungan yang kuat. Sulit

bagi perusahan untuk mengembangkan ikatan yang kuat dengan konsumen atau

perusahan lain jika tidak terlihat bisa dipercaya. Kredibiltas perusahan pada

gilranya bergantung pada tiga faktor (Kotler dan Keller, 2007), yaitu:

59
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

1. Keahlian perusahan (corporate expertise) yaitu sejauhmana perusahan terlihat

mampu membuat dan menjual produk atau melakukan layanan.

2. Kepercayan perusahan (corporate trustworthines) yaitu sejauhmana

perusahan tampak termotivasi untuk mejadi jujur, bergantung dan peka

terhadap kebutuhan pelangan.

3. Daya tarik perusahan (corporate atractivenes) yaitu sejauhmana perusahan

terlihat disukai, menarik, bergengsi, dinamik, dan lain-lain.

Perusahan yang dapat dipercaya akan terlihat baik dalam apa yang

dilakukanya. Perusahan tetap mengingat kepentingan terbaik pelangan dan

senang untuk diajak bekerja sama. Kepercayan juga adalah penentu utama

kredibiltas dan hubungan perusahan dengan perusahan lain.

Selain reputasi, perusahaan juga perlu menjaga citranya dalam

pandangan publik. Citra adalah apa yang diinginkan oleh sebagian besar

masyarakat terhadap suatu subyek berdasarkan apa yang telah dipelajari oleh

perusahaan dari hasil komentar, iklan, dan dari sumber lain. Atau ada yang

berpendapat Citra adalah persepsi mengenai perusahaan atau merek suatu produk

yang ada di benak konsumen”. (Peter dan Olson, 2002 dalam Tjiptono dan

Anastasia, 2003).

Sedangkan Citra merek adalah seperangkat asosiasi unik yang ingin

diciptakan atau dipelihara para pemasar. Asosiasi-asosiasi itu menyatakan apa

sesungguhnya merek dan apa yang dijanjikannya kepada konsumen. (Aaker,

1991 dalam Tjiptono dan Anastasia, 2003). “Citra merek merupakan citra yang

merefleksikan cara konsumen menerima merek meliputi, sebagai berikut: semua

elemen-elemen yang teridentifikasi, kepribadian produk, perasaan dan asosiasi

60
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

yang ada di dalam benak konsumen”. Faktor-faktor di atas dapat dijelaskan,

sebagai berikut :

1. Elemen-elemen, yaitu dimensi elemen yang merupakan dimensi penting

dalam mengukur citra merek karena berkaitan dengan bagaimana konsumen

mengingat gambar dan warna logo perusahaan.

2. Kepribadian produk, yaitu kepribadian yang dapat diandalkan, memberikan

kebanggaan yang erat kaitannya dengan pengalaman konsumen itu sendiri.

Mereka yang mempunyai pengalaman yang buruk, maka perusahaan tidak

dapat diandalkan dan tidak memberikan kebanggaan pada saat

menggunakannya. Sebaliknya mereka yang mempunyai pengalaman yang

bagus, maka perusahaan dapat diandalkan dan memberikan kebanggaan, yang

memungkinkan mereka untuk menggunakan jasa perusahaan kembali.

3. Perasaan konsumen, yaitu seperti dimensi kepribadian produk di atas,

dimensi perasaan konsumen juga erat kaitannya dengan pengalaman

konsumen. Mereka mempunyai perasaan suka/ tidak suka, positif/ negatif

berdasarkan pengalaman mereka yang buruk/ bagus. Satu pengalaman buruk

saja, maka konsumen dapat mempunyai perasaan negatif.

4. Asosiasi konsumen, yaitu konsumen mempunyai asosiasi yang kuat mengenai

hasil dari produk atau jasa perusahaan. Atribut produk ialah yang

menyangkut kategori produk secara umum. Sedangkan untuk atribut yang

tidak berwujud ialah seperti selalu mengikuti kemajuan teknologi. Gaya

hidup mencerminkan pada siapa target market perusahaan.

Images organisasi merupakan suatu filter yang dapat mempengaruhi

persepsi konsumen terhadap pelayanan yang diberikan oleh organisasi. Jika

61
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

konsumen mempunyai persepsi yang baik, maka pengalaman buruk suatu

perusahaan tidak akan berakibat fatal. Tetapi sebaliknya, pengalaman buruk yang

membuat hilangnya citra yang positif memerlukan suatu perlindungan. Kesannya

seperti sama dengan reputasi, namun citra lebih berkonotasi superfisial atau ilusi.

Penampilan sesaat dapat menciptakan citra, namun reputasi lebih membutuhkan

konsistensi dan pemahaman (Tjiptono dan Anastasia, 2003)

Tercapainya kepuasan konsumen merupakan salah satu tujuan utama

yang ingin dicapai setiap perusahaan, karena dengan terciptanya kepuasan

konsumen ini diharapkan konsumen tersebut akan loyal dalam menggunakan

produk perusahaan tersebut. Dalam menentukan tingkat kepuasan konsumen,

terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan (Tjiptono

dan Anastasia, 2003) yaitu :

1. Kualitas produk. Konsumen akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka

menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

2. Kualitas pelayanan (terutama untuk industri jasa). Konsumen akan merasa

puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan

yang diharapkan.

3. Emosional. Konsumen  akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan

bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan

merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih

tinggi. Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi

nilai sosial yang membuat konsumen menjadi puas terhadap merek tertentu.

62
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

4. Harga. Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga

yang yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada

konsumennya.

5. Biaya. Konsumen yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak

perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung

puas terhadap produk atau jasa itu.

Menurut Kotler dan Keller (2007) terdapat beberapa cara yang dapat

dilakukan untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen terhadap jasa layanan

yang sudah diberikan, yaitu :

1. Sistem keluhan dan saran

Organisasi yang berpusat pelanggan (customer centered) memberikan

kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran

dan keluhan. Informasi-informasi ini dapat memberikan ide-ide cemerlang

bagi perusahaan dan memungkinkannya untuk bereaksi secara tanggap dan

cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul.

2. Ghost shopping

Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan

adalah dengan mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap

sebagai pembeli potensial, kemudian melaporkan temuan-temuannya

mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing

berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut.

Selain itu para ghost shopper juga dapat mengamati cara penanganan setiap

keluhan.

63
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

3. Lost customer analysis

Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti

membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal

itu terjadi. Bukan hanya exit interview saja yang perlu, tetapi pemantauan

customer loss rate juga penting, peningkatan customer loss rate menunjukkan

kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya.

4. Survei kepuasan pelanggan

Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan

penelitian survai, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara langsung.

Perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung

dari pelanggan dan juga memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan

menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. Pengukuran pelanggan

melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:

a. Directly reportered satisfaction

Pengukuran dilakukan secara langsung melalui pertanyaan seperti:

“Ungkapan seberapa puas saudara terhadap pelayanan PT A pada skala

berikut: sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas, sangat puas”.

b. Derived dissatisfaction

Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yakni besarnya

harapan pelanggan terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja yang

mereka rasakan.

c. Problem analysis

Pelanggan yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan dua

hal pokok. Pertama, masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan

64
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

dengan penawaran dari perusahaan. Kedua, saran-saran untuk melakukan

perbaikan.

d. Importance-performance analysis

Responden diminta untuk merangking berbagai atribut dari penawaran

berdasarkan derajat pentingnya setiap atribut dan juga merangking

seberapa baik kinerja perusahaan dalam tiap atribut itu.

Daftar Pustaka

Cambon, L., Minary, L., Ridde, V., & Alla, F. (2013). A tool to analyze the
transferability of health promotion interventions. BMC Public
Health, 13(1), 1-20. doi:10.1186/1471-2458-13-1184

Hayrynen, K. L. (2014). It's all about marketing. International Journal Of


Metalcasting, 8(3), 7-12.

Kotler, P., Keller, K. L. (2007) Manajemen pemasaran. Edisi kedua belas. Jakarta :


Penerbit Indeks

Kestane, S. Ü. (2014). Differences between the concepts associated with social


marketing. International Journal Of Economic & Administrative
Studies, 7(13), 193-208.

Kreuter, M. W., Hovmand, P., Pfeiffer, D. J., Fairchild, M., Rath, S., Golla, B., &
Casey, C. (2014). The "Long Tail" and Public Health: New Thinking for
Addressing Health Disparities. American Journal Of Public
Health, 104(12), 2271-2278. doi:10.2105/AJPH.2014.302039

Mayer, C., & Boness, C. (2011). Concepts of health and well-being in managers: An
organizational study. International Journal Of Qualitative Studies On
Health & Well-Being, 6(4), 1-12. doi:10.3402/qhw.v6i4.7143

Neculau, A. E., & Rogozea, L. (2014). From Health Education to Health Promotion
in Romania - a Historical Perspective. Acta Medica Transilvanica, 19(4),
176-177.

Nielsen, S. W. (2012). Three faces of political marketing strategy. Journal Of Public


Affairs (14723891), 12(4), 293-302. doi:10.1002/pa.434

Notoatmodjo, S. (2010) Promosi kesehatan; teori dan aplikasi. Edisi revisi. Cetakan
kedua. Jakarta : Rineka Cipta.

65
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Tjiptono, F., Anastasia D. (2003) Total quality manajemen. Edisi revisi. Yogyakarta :


Penerbit Andy

Yang, H., Liu, H., Sun, J., & Han, Y. (2014). Analysis of infinitus (China)
entrepreneurial marketing strategy: A case of herbal health
enterprise. Journal Of Chemical & Pharmaceutical Research, 6(4),  300-
302, Apr. 2014. ISSN: 09757384.

66
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

UNIT 5

PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN

A. Pendahuluan

Menurut Aluttis et.al. (2014) pada tahun 1984, WHO merevitalisasi

istilah pendidikan kesehatan dengan istilah promosi kesehatan. Jika pendidikan

kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan perilaku maka promosi kesehatan

tidak hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang

memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Ottawa Charter (1986) disepakati

bahwa promosi kesehatan adalah “the process of enabling people to control over

and improve their health”. (Proses memampukan (memberdayakan) masyarakat

agar dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya).

Perspektif dari promosi kesehatan dipengaruhi oleh faktor kesehatan

lingkungan serta perubahan perilaku dan gaya hidup, bukan oleh karakter

biomedis. Sekarang promosi kesehatanditafsirkan dan digunakan dalam berbagai

macam cara. Bisa saja didiskripsikansebagai proses bagi individual maupun

kelompok yang terdorong untukmenggunakan gaya hidup sehat, yang sasaran

utamanya adalah perubahan perilaku. Gagasan lain termasuk: pencegahan

penyakit, perilaku hidup bersih sehat, meningkatkan kesadaran dalam isu

kesehatan, perlindungan umum terhadap kerusakan, pendidikan masyarakat

mengenai gaya hidup sehat dan persamaan dalam kesehatan dan penyediaan

pelayanan kesahatan (Baisch, 2009).

Salah satu tujuan dan sasaran promosi kesehatan bagi petugas, program

maupun institusi kesehatan ialah untuk melakukan promosi kesehatan dalam

67
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

setiap program kesehatan yang diselenggarakan, mendukung tumbuhnya gerakan

hidup sehat di masyarakat, serta meningkatkan mutu layanan kesehatan yang

dapat memberikan kepuasan pada masyarakat. Maka dari itu perlu dilakukan

pendekatan pada promosi kesehatan agar tujuan yang dicanangkan dapat

terealisasikan (Mayer dan Boness, 2011). Pendekatan-pendekatan dalam promosi

kesehatan itu antara lain : 1) pendekatan medis; 2) pendekatan perubahan

perilaku; 3) pendekatan edukasional; 4) pendekatan berpusat pada klien; dan 5)

pendekatan perubahan sosial.

B. Pendekatan medis dalam promosi kesehatan

Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan

yang didefinisikan secara medik, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit

jantung. Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk mencegah atau

meringankan kesakitan, mungkin dengan metode persuasive maupun

paternalistic. Sebagai contoh, memberitahu orang tua agar membawa anak

mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkan klinik keluarga berencana

dan pria umur pertengahan untuk dilakukan screening takanan darah. Pendekatan

ini memberikan arti penting dari tindakan pencegahan medik dan

tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat kepastian bahwa pasien patuh

pada prosedur yang dianjurkan.

C. Pendekatan perubahan perilaku dalam promosi kesehatan

Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu

masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup “ sehat “. Contohnya antara

lain mengajarkan orang bagaimana menghentikan merokok, mendorong orang

untuk melakukan latihan olahraga, memelihara gigi,makan makanan yang baik

68
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

dan seterusnya.Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini akan merasa yakin

bahwa gaya hidup “sehat “merupakan hal paling baik bagi kliennya dan  akan

melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk mendorong sebanyak mungkin

orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang menguntungkan.

Hayrynen (2014) mengungkapkan bahwa pada hakekatnya manusia

mempunyai kebutuhan untuk : 1) merubah keseimbangan personal, sosial,

organisasional; 2) mengadakan penyelidikan dan eksplorasi; 3) mengadakan

perubahan/penyempurnaan; 4) menerapkan ide-ide/konsep baru; dan 5)

mengupayakan pencapaian hasil yang belum tercapai. Hal mendasar dari gagasan

Hayrynen adalah bahwa berubah merupakan bagian dari kehidupan manusia dan

bagian dari gaya hidup. Menyatu dengan manusia. Berubah disini mengandung

makna : menjadi berbeda, bertransformasi, pembaharuan serta bergerak /

pergerakan sebagai hasil dari dorongan kekuatan internal maupun eksternal

manusia.

D. Pendekatan edukasional dalam promosi kesehatan

Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan

memastikan pengetahuan serta pemahaman tentang perihal kesehatan dan

membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada. Informasi

tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali nilai, sikap, dan

membuat keputusan mereka sendiri. Bantuan dalam melaksanakan keputusan-

keputusan itu dan mengadopsi praktek kesehatan baru dapat pula ditawarkan,

program pendidikan kesehatan sekolah, misalnya menekankan membantu murid

mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh pengetahuannya.

Orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan memberi arti tinggi bagi

69
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

proses pendidikan, akan menghargai hal individu untuk memilih perilaku mereka

sendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka mengangkat

bersama persoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap menjadi hal yang

paling baik bagi klien mereka.

Menurut Bloc et.al. (2014) promosi kesehatan sebaiknya tidak

dikelirukan dengan pendidikan kesehatan. Istilah ini tidak seharusnya

dipertukarkan. Promosi kesehatan mencakup seluruh aktivitas yang bertujuan

untuk mempromosikan gaya hidup sehat; pendidikan kesehatan merupakan

bagian integral dari prosesnya. Dines dan Crib (1993) dalam Rew (2013)

menggambarkan promosi kesehatan sebagai istilah cakupan luas dibandingkan

pendidikan kesehatan dan menunjuk kepada “pendidikan kesehatan plus”.

Penjelasan ini menyediakan sedikit kejelasan untuk cakupan promosi kesehatan.

Aktivitas promosi kesehatan yang termasuk contohnya : pengembangan

komunitas kerja dan aksi politik menyimpang di luar jangkauan promosi

kesehatan dan dicakup dalam disiplin promosi kesehatan yang lebih luas.

Pendekatan tradisional ke dalam pendidikan kesehatan ditujukan untuk mencegah

penyakit, dalam meningkatkan gaya hidup sehat.

Sasaran dari pendidikan kesehatan modern adalah bekerja dengan

pendekatan individual sebuah tingkat atau bagian dari kesehatan melalui strategi

kemungkinan. Hal ini menggunakan dasar yang terfasilitasi. Pengenalan

pendekatan untuk membujuk dan peningkatan kegelisahan diproduktifkan untuk

semakin menghargai kesehatan. Landasan dari pendidikan kesehatan modern

adalah pemberdayaan (Tones, 1992 dalam Neculau, 2014). Pendidikan kesehatan

modern dilihat sebagai elemen penting dalam promosi kesehatan. Perawat secara

70
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

aktif termasuk kedalam bagian antara promosi kesehatan dan pendidikan

kesehatan dan memiliki relasi yang unik dengan individu dan keluarganya untuk

mempengaruhi penggunaan gaya hidup sehat (Whitehead, 2004).

E. Pendekatan promosi kesehatan berpusat pada klien

Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat

membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan,

dan membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan

dan nilai mereka. Peran promotor kesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator,

membantu orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian mereka dan

memperoleh pengetahuan serta ketrampilan yang mereka butuhkan agar

memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri klien dilihat sebagai

central dari tujuan ini. Klien dihargai sama sebagai individu yang mempunyai

pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan berkontribusi dan orang yang

mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan kesehatan mereka sendiri.

F. Pendekatan perubahan sosial dalam promosi kesehatan

Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada

lingkungan fisik, sosial dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih

mendukung untuk keadaan yang sehat. Contohnya adalah mengubah masyarakat,

bukan pada pengubahan perilaku individu-individunya. Hal utama bukan untuk

mengubah kebiasaan indiviu, tapi secara positif mempengaruhi kesehatan

masyarakat.

Yang (2014) mengutip Potter dan Perry (1993) mengemukakan bahwa

perubahan adalah suatu proses dinamik dimana perubahan terjadi pada tingkah

laku dan fungsi seseorang, keluarga, kelompok atau komunitas. Gillies (1994)

71
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

dalam Kestane (2014) menyebutkan tingkat perubahan ada 4, yaitu : 1)

Perubahan tingkat I, perubahan pada pengetahuan dengan target perubahan

pemikiran; 2) perubahan tingkat II, perubahan pada tingkat laku dengan target

perubahan adalah aksi / tindakan; 3) perubahan tingkat III, perubahan pada

kebiasaan dengan target perubahaan perasaan/feeling; dan 4) perubahan tingkat

IV, kekuatan perubahan yang kompleks yang mempengaruhi seluruh sistem

(interacting).

Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai penting

terhadap hak demokrasi mereka mengubah masyarakat, mempunyai komitmen

untuk menempatkan kesehatan dalam agenda politik di berbagai tingkatan dan

pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat daripada pembentukan

kehidupan individu-individu orang yang tinggal di tempat itu. Pendekatan ini

menyatakan kemunduran sosial ekonomi sebagai faktor dari sakit. Hal ini

dipusatkan dengan menciptakan lingkuangan yang kondusif, perubahan sosial

dan ekonomi dengan rencana kebijakan, aksi perubahan politik dan kolaborasi

yang lebih luas dengan pembuat keputusan.

Daftar Pustaka

Aluttis, C., Van den Broucke, S., Chiotan, C., Costongs, C., Michelsen, K., & Brand,
H. (2014). Public health and health promotion capacity at national and
regional level: a review of conceptual frameworks. Journal Of Public
Health Research, 3(1), 37-42. doi:10.4081/jphr.2014.199

Baisch, M. J. (2009). Community health: an evolutionary concept analysis. Journal


Of Advanced Nursing, 65(11), 2464-2476. doi:10.1111/j.1365-
2648.2009.05068.x

Bloc, P., Toft, U., Reinbach, H. C., Clausen, L. T., Mikkelsen, B. E., Poulsen, K., &
Jensen, B. B. (2014). Revitalizing the setting approach - Supersettings for
sustainable impact in community health promotion. International

72
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Journal Of Behavioral Nutrition & Physical Activity, 11(1), 139-164.


doi:10.1186/s12966-014-0118-8

Hayrynen, K. L. (2014). It's all about marketing. International Journal Of


Metalcasting, 8(3), 7-12.

Mayer, C., & Boness, C. (2011). Concepts of health and well-being in managers: An
organizational study. International Journal Of Qualitative Studies On
Health & Well-Being, 6(4), 1-12. doi:10.3402/qhw.v6i4.7143

Neculau, A. E., & Rogozea, L. (2014). From Health Education to Health Promotion
in Romania - a Historical Perspective. Acta Medica Transilvanica, 19(4),
176-177.

Rew, L., Arheart, K. L., Thompson, S., & Johnson, K. (2013). Predictors of
adolescents' health-promoting behaviors guided by primary socialization
theory. Journal For Specialists In Pediatric Nursing, 18(4), 277-288.
doi:10.1111/jspn.12036

Whitehead, D. (2004). Health promotion and health education: advancing the


concepts. Journal Of Advanced Nursing, 47(3), 311-320.
doi:10.1111/j.1365-2648.2004.03095.x

Yang, H., Liu, H., Sun, J., & Han, Y. (2014). Analysis of infinitus (China)
entrepreneurial marketing strategy: A case of herbal health
enterprise. Journal Of Chemical & Pharmaceutical Research, 6(4),  300-
302, Apr. 2014. ISSN: 09757384.

73
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

UNIT 6

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

A. Strategi promosi kesehatan berdasarkan Piagam Ottawa (1986)

Konferensi lnternasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada pada

tahun 1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Di dalam Piagam

Ottawa tersebut dirumuskan strategi promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir

strategi promosi kesehatan, yaitu:

1. Kebijakan berwawasan kesehatan masyarakat (healthy public policy).

Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu

atau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan

publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan perkataan

lain, agar kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-

surat keputusan, dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada

kesehatan publik. Misalnya, ada paraturan atau undang-undang yang

mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik,

perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, setiap

kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus memperhatikan

dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).

2. Lingkungan yang mendukung (supportive environment)

Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum, termasuk

pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana prasarana atau fasilitas

yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat, atau sekurang-

kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang

74
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum antara lain: tersedianya

temp at sampah, tersedianya temp at buang air besar/kecil, tersedianya air

bersih, tersedianya ruangan bagi perokok dan non-perokok, dan sebagainya.

Dengan perkataan lain, para pengelola tempat-tempat umum, pasar, terminal,

stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall, dan sebagainya, harus

menyedia¬kan sarana-prasarana untuk mendukung perilaku sehat bagi

pengunjungnya.

3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)

Sudah nienjadi pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa dalam

pelayanan kesehatan itu ada "provider" dan "consumer". Penyelenggara

(penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta dan

masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan.

Pemahaman semacam ini harus diubah, harus direorientasi lagi, bahwa

masyarakat bukan hanya sekadar pengguna atau penerima pelayanan

kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara juga, dalam batas-

batas tertentu. Realisasi dari reorientasi pelayanan kesehatan ini adalah, para

penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta harus

melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat

berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan, tetapi juga

sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan masayarakat. Dalam

mereorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangat

penting.

4. Keterampilan tiap individu (personnel skill)

75
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang rerdiri dari individu,

keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebab, itu, kesehatan masyarakat

akan terwujud apabila kesehatan individu-individu, keluarga-keluarga, dan

kelompok-kelompok tersebut terwujud. Oleh sebab itu, strategi untuk

mewujudkan keterampilan tiap individu (personnel skill) dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari

peningkatan keterampilan dalam memelihara dan meningkatan kesehatan

mereka ini adalah memberikan pemahaman-pemahaman kepada anggota

masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit,

mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional,

meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. Metode dan teknik pemberian

pemahaman ini lebih bersifat individual daripada massa.

5. Gerakan masyarakat (community action)

Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu

memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi

promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada

gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh sebab itu, promosi

kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat

dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di

bidang kesehatan, niscaya terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan,

atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan

kesehatan mereka.

76
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

B. Strategi global promosi kesehatan menurut WHO (1994)

Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara

global ini terdiri dari 3 hal, yaitu:

1. Advokasi (Advocacy)

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain terse

but membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks

promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat

keputusan at au penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat,

sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita

inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat

berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang,

peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.

Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal

inaupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan

seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukun~an

dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya

sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan,

untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau

mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian ini dapat

disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif

maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan

masalah kesehatan (sasaran tertier).

Bentuk kegiatan advokasi antara lain :

a. Lobi politik (political lobbying)

77
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para pejabat

untuk menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan

yang akan dilaksanakan. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan

dimulai dari penyampaian masalah kesehatan yang ada, dampak dari

masalah kesehatan, kemudian solusi untuk mengatasi masalah kesehatan

tersebut. Pada saat lobi harus disertai data yang akurat (evidence

based) tentang masalah kesehatan tersebut.

b. Seminar dan atau persentasi

Seminar atau persentasi menyajikan masalah kesehatan di hadapan para

pembuat keputusan baik lintas program maupun lintas sektoral. Penyajian

masalah kesehatan disajikan secara lengkap dengan data dan ilustrasi

yang menarik, serta rencana program dan pemecahannya. Kemudian

masalah tersebut dibahas bersama-sama dan pada akhirnya akan diperoleh

komitmen dan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan.

c. Media

Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi dengan

menggunakan media, khusunya media massa (media cetak dan media

elektronik). Masalah kesehatan disajikan dalam bentuk tulisan dan

gambar, berita, diskusi interaksif, dan sebagainya. Media massa

mempunyai kemampuan yang kuat untuk membentuk opini publik dan

dapat mempengaruhi bahkan merupakan tekanan (pressure) terhadap para

penentu kebijakan dan para pengambil keputusan.

d. Perkumpulan (asosiasi) peminat

78
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau

keterkaitan terhadap masalah tertentu, termasuk juga perkumpulan

profesi. Misalnya perkumpulan masyarakat peduli AIDS, kemudian

kelompok ini melakukan kegeiatan-kegiatan untuk menanggulangi AIDS.

Kegiatan tersebut dapat memberikan dampak terhadap kebijakan-

kebijakan yang diambil para birokrat di bidang kesehatan dan para

pejabat lain untuk peduli HIV/AIDS.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan untuk memperkuat argumentasi

ketika mengajukan program promosi kesehatan dalam rangka advokasi,

meliputi :

a. Meyakinkan (credible)

Program yang ditawarkan harus meyakinkan para penentu kebijakan dan

pembuat keputusan. Oleh karena itu, harus didukung oleh data dari

sumber yang dapat dipercaya. Dengan kata lain program yang diajukan

harus didasari oleh permasalahan yang utama dan factual artinya masalah

tersebut memang ditemukan di lapangan dan penting untuk segera diatasi.

Kalau tidak diatasi akan membawa dampak yang lebih besar dari

masyarakat.

b. Layak (feasible)

Program yang diajukan harus tersebut secara teknis, politik, dan ekonomi

harus memungkinkan atau layak. Layak secara teknis artinya program

tersebut dapat dilaksanakan dengan sarana dan prasarana yang tersedia.

Layak secara politik artinya program yang diajukan tidak akan membawa

dampak politik pada masyarakat. Layak secara ekonomi artinya program

79
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

tersebut didukung oleh dana yang cukup, dan apabila program tersebut

merupakan program layanan, maka masyarakat mampu membayarnya

c. Relevan (relevant)

Program yang diajukan tersebut minimal harus mencakup dua kriteria

yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar dapat

memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat. Oleh sebab itu semua

program harus ditujukan untuk menyejahterakan masyarakat dengan cara

membantu pemecahan masalah masyarakat dan memenuhi kebutuhan

masyarakat.

d. Penting (urgent)

Program yang diajukan tersebut harus mempunyai urgensi yang tinggi

dan harus segera dilaksanakan, kalau tidak akan menimbulkan masalah

yang lebih besar lagi. Oleh sebab itu, program yang diajukan adalah

program yang paling penting di antara program-program yang lain.

e. Prioritas tinggi (high priority)

Program mempunyai prioritas tinggi  apabila feasible baik secara teknis,

politik maupun ekonomi, relevan dengan kebutuhan masyarakat dan

mampu memecahkan masalah kesehatan masyarakat.

2. Dukungan sosial (Social support)

Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan

sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal

maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh

masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai (pelaksana

program kesehatan) dengan masyarakat (penerima program) kesehatan.

80
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah

mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau

menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut. Oleh

sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau

membina suasana yang kondusif terliadap kesehatan. Bentuk kegiatan

dukungan sosial ini antara lain: pelatihan-pelatihan para toma, seminar,

lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka

sasaran utama dukungan sasial atau bina suasana adalah para tokoh

masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).

3. Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)

Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada

masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan

kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan

mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini

dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain: penyuluhan

kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk

misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan

pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan meningkatnya

kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam

peme¬liharan kesehatan mereka, misalnya: terbentuknya dana sehat,

terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan-

kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut "gerakan masyarakat"

untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran

pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat (sasaran primer).

81
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

C. Strategi promosi kesehatan menurut Kementerian Kesehatan RI (2011)

Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan

strategi promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari (1) pemberdayaan, yang

didukung oleh (2) bina suasana dan (3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat

(4) kemitraan.

1. Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam

mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu,

keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu,

mau dan mampu mempraktikkan PHBS.

Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan

bagian yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung

tombak. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu,

keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan

mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien

tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge),

dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu

melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Oleh sebab itu,

sesuai dengan sasaran (klien)nya dapat dibedakan adanya (a) pemberdayaan

individu, (b) pemberdayaan keluarga dan (c) pemberdayaan kelompok /

masyarakat.

Dalam mengupayakan agar klien tahu dan sadar, kuncinya terletak pada

keberhasilan membuat klien tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya

Diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang klien

yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu

82
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

merupakan masalah, maka klien tersebut tidak akan bersedia menerima

informasi apa pun lebih lanjut. Saat klien telah menyadari masalah yang

dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut

tentang masalah yang bersangkutan.

Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan

fakta-fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan

mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi.

Di sini dapat dikemukakan fakta yang berkaitan dengan para tokoh

masyarakat sebagai panutan (misalnya tentang seorang tokoh agama yang dia

sendiri dan keluarganya tak pernah terserang Diare karena perilaku yang

dipraktikkannya).

Bilamana seorang individu atau sebuah keluarga sudah akan berpindah dari

mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi

ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan

langsung. Tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke

dalam proses pemberdayaan kelompok/masyarakat melalui pengorganisasian

masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat

(community development). Untuk itu, sejumlah individu dan keluarga yang

telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan

kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga

memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari

dermawan). Di sinilah letak pentingya sinkronisasi promosi kesehatan dengan

program kesehatan yang didukungnya dan program-program sektor lain yang

berkaitan. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program

83
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

kesehatan dan program lain sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada

fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa

yang dibutuhkan masyarakat.

Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta

menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai

lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang

kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang

kerjasamanya, baik di antara mereka maupun antara mereka dengan

pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna dan

berhasilguna. Setelah itu, sesuai ciri-ciri sasaran, situasi dan kondisi, lalu

ditetapkan, diadakan dan digunakan metode dan media komunikasi yang

tepat

2. Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif

dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan

dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya.

Bina suasana mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan

perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau

melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga

di rumah, organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/karyawan, orang-orang

yang menjadi panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama dan lain-lain,

dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku

tersebut. Oleh karena itu, untuk memperkuat proses pemberdayaan,

khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase

mau, perlu dilakukan bina suasana.

84
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu (a) bina suasana individu,

(b) bina suasana kelompok dan (c) bina suasana publik

a. Bina suasana individu dilakukan oleh individu-individu tokoh

masyarakat. Dalam kategori ini tokoh-tokoh masyarakat menjadi

individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan.

Yaitu dengan mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan

tersebut (misalnya seorang kepala sekolah atau pemuka agama yang tidak

merokok). Lebih lanjut bahkan mereka juga bersedia menjadi kader dan

turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang

kondusif bagi perubahan perilaku individu.

b. Bina suasana kelompok dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam

masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun

Warga (RW), majelis pengajian, perkumpulan seni, organisasi Profesi,

organisasi Wanita, organisasi Siswa/mahasiswa, organisasi pemuda,

serikat pekerja dan lain-lain. Bina suasana ini dapat dilakukan bersama

pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Dalam kategori ini

kelompok-kelompok tersebut menjadi kelompok yang peduli terhadap

perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya.

Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga

mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi

pihak-pihak yang terkait dan atau melakukan kontrol sosial terhadap

individu-individu anggotanya.

c. Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui

pengembangan kemitraan dan pemanfaatan media-media komunikasi,

85
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain,

sehingga dapat tercipta pendapat umum. Dalam kategori ini media-media

massa tersebut peduli dan mendukung perilaku yang sedang

diperkenalkan. Dengan demikian, maka media-media massa tersebut lalu

menjadi mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku

yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum atau opini

publik yang positif tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat

umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau

“penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat,

sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang

diperkenalkan.

3. Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang

diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari

segi materi maupun non materi.

Advokasi merupakan upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk

mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait

(stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat

(formal dan informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion

leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga berupa

kelompok-kelompok dalam masyarakat dan media massa yang dapat

berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik dan dorongan

(pressure) bagi terciptanya PHBS masyarakat. Advokasi merupakan upaya

untuk menyukseskan bina suasana dan pemberdayaan atau proses pembinaan

PHBS secara umum.

86
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui

advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi

umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari

adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) peduli

terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif

pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih

salah satu alternatif pemecahan masalah dan (5) memutuskan tindak lanjut

kesepakatan. Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara

terencana, cermat dan tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan

matang, yaitu:

a. Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi

b. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah

c. Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah

d. Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based

e. Dikemas secara menarik dan jelas

f. Sesuai dengan waktu yang tersedia

Sebagaimana pemberdayaan dan bina suasana, advokasi juga akan lebih

efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan. Yaitu dengan membentuk

jejaring advokasi atau forum kerjasama. Dengan kerjasama, melalui

pembagian tugas dan saling-dukung, maka sasaran advokasi akan dapat

diarahkan untuk sampai kepada tujuan yang diharapkan. Sebagai

konsekuensinya, metode dan media advokasi pun harus ditentukan secara

cermat, sehingga kerjasama dapat berjalan baik

4. Kemitraaan

87
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina

suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan

dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu,

keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan urusan

kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media massa dan

lain-lain. Kemitraan harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu (a)

kesetaraan, (b) keterbukaan dan (c) saling menguntungkan.

a. Kesetaraan berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis.

Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing-masing

berada dalam kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi, duduk sama

rendah). Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak bersedia

mengembangkan hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yang dilandasi

kebersamaan atau kepentingan bersama. Bila kemudian dibentuk struktur

hirarkhis (misalnya sebuah tim), adalah karena kesepakatan.

b. Keterbukaan. Di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari

masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai dengan

alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu. Pada

awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya

“pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan

kebersamaan, akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari

“pertengkaran” tersebut.

c. Saling menguntungkan. Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan

adanya keuntungan yang didapat oleh semua pihak yang terlibat. PHBS

dan kegiatan-kegiatan kesehatan dengan demikian harus dapat

88
Materi Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi Magister Keperawatan FK Undip 2014

dirumuskan keuntungan-keuntungannya (baik langsung maupun tidak

langsung) bagi semua pihak yang terkait. Termasuk keuntungan

ekonomis, bila mungkin.

Daftar Pustaka

Aluttis, C., Van den Broucke, S., Chiotan, C., Costongs, C., Michelsen, K., & Brand,
H. (2014). Public health and health promotion capacity at national and
regional level: a review of conceptual frameworks. Journal Of Public
Health Research, 3(1), 37-42. doi:10.4081/jphr.2014.199

Kementerian Kesehatan RI (2011) Promosi kesehatan di daerah bermasalah


kesehatan; panduan bagi petugas kesehatan di Puskesmas. Jakarta :
Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI.

Neves, T. P., & Rodrigues Guilam, M. C. (2007). Reducing Risks, Promoting a


Healthy Life: the Concept of Risk in Health Promotion. Revista
Salusvita, 26(3), 301-316.

89

Anda mungkin juga menyukai