Anda di halaman 1dari 52

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Skripsi Sarjana

2016

Gambaran Fungsi Pendengaran pada


Siswa Siswi Pengguna Earphone di
SMA Yayasan Pendidikan Shaffiyatul Amaliyyah

Hazazi, M.Mubarak
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/20339
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
SKRIPSI

GAMBARAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PENGGUNAAN


EARPHONE SISWA SISWI DI SMA YAYASAN PENDIDIKAN
SAFFIYATUL AMALIYYA

OLEH :

M.MUBARAK HAZAZI

130100135

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

GAMBARAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PENGGUNAAN


EARPHONE SISWA SISWI DI SMA YAYASAN PENDIDIKAN
SAFFIYATUL AMALIYYA

Universitas Sumatera Utara


SKRIPSI

“Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh kelulusan


Sarjana Kedokteran”

OLEH :

M.Mubarak Hazazi

130100135

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Menurut survei Kesehatan Indera Pendengaran di 7 propinsi tahun 1994-


1996 didapatkan prevalensi gangguan pendengaran dan ketulian di Indonesia
adalah 16.8% dan 0.4%. Menurut SK Menkes ada lima penyebab gangguan
pendegaran yang sebenarnya dapat dicegah dan diobati yaitu OMSK, tuli sejak
lahir, tuli orang tua, tuli akibat bising dan serumen. Pada saat ini remaja semakin
gemar untuk mendengarkan musik melalui earphone yang tersambung pada alat-
alat pemutar musik. Ambang batas minimal yang dianggap dapat menurunkan
fungsi pendengaran adalah 85 dB dengan paparan lebih dari 8 jam per hari.
Intensitas suara yang dihasilkan oleh earphone bisa mencapai 110 dB.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran fungsi
pendengaran pada pengguna earphone pada siswa siswi di SMA Yayasan
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian desriptif dengan pendekatan cross
sectional. Jumlah sampel 63 orang.Sampel diberikan quisoner lalu di lakukan
pemeriksaan dengan garpu penala dengan menggunakan Rinne test, Schwabach test
dan Weber test.
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa terdapat gangguan
pendengaran pada siswa siswi yang menggunakan earphone lebih dari 3 jam per
hari. Jenis earphone yang sering digunakan ialah jenis earbud.

Kata kunci : gangguan pendengaran, earphone

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

According to the survey Sense Health hearing in 7 provinces in 1994-1996


the prevalence of hearing loss and deafness in Indonesia is 16.8% and 0.4%. At this
time the teenager is getting fond of listening to music through earphones connected
to the music player devices. These habits can lead to interference with the hearing.
Minimum noise threshold which is considered to decrease the function of hearing
is 85 dB with exposure to more than 8 hours per day. The intensity of the sound
generated by the earphone can reach 110 dB. Exposure to noise intensity 110 dB,
for 1 hour per day can reduce the function of hearing.

The purpose of this study to describe the function of hearing on the


earphone on students in senior high school education foundation Shafiyyatul
Amaliyyah.

This type of research is descrptive research with cross sectional approach.


Number of samples 63 people were taken based on inclusion criteria and were
selected through random sampling.The subject who meets inclusion criteria is
required to fill in the questioner.And each subject was assessed by 3 methods of
hearing functional test which includes Rinne test, Schwabach test and Weber test.

The research showed that there is a hearing loss in students who use the headset
more than 3 hours per day. The type of earphone that is often used is the type of
earbuds.

Keywords:Functional hearing, earphone

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Gambaran Fungsi Pendengaran Pada Siswa Siswi Pengguna
Earphone di SMA Yayasan Pendidikan Shaffiyatul Amaliyyah” yang merupakan
salah satu syarat kelulusan pendidikan sarjana kedokteran pada Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat pengarahan dan bimbingan


serta masukan yang banyak dari berbagai pihak. Penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. dr.Andrina YM Rambe Sp.THT-KL selaku dosen pembimbing I dan Sri
Lestari SP.M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan kesabaran untuk mendukung, membimbing, dan mengarahkan
penulis dari awal penyusunan proposal sampai pembuatan hasil penelitian
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. dr. Jessy Chrestella M.Ked (PA) Sp.PA selaku ketua penguji dan
Dr.dr.Rr.Suzy Indharty Sp.BS selaku anggota penguji yang memberikan
banyak masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. dr.Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ, MSc selaku dosen penasehat akademik
penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


5. Staf pengajar Departemen Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang telah memberi pengajaran mengenai
metodologi penelitian sehingga penulis memahami metode penyusunan
skripsi ini.
6. Kedua orang tua penulis serta adik dan kakak kandung penulis Ammar dan
Annisa yang selalu memberikan do’a, dukungan moril atau materil serta
motivasi yang paling besar sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
7. Mahasiswa FK USU angkatan 2013 yang telah meluangkan waktu dan
membantu dalam penelitian saya.
8. Mhd. Ridho fahrezi, Maulana assalam, M. Farhansyah Pane, Solima h. Pane
yang turut mendukung dan membantu penyusunan skripsi ini dari awal
hingga akhir.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan berbagai saran dari pembaca sebagai
sarana evaluasi kedepannya.

Medan, 5 Desember 2016


Penulis

M.Mubarak Hazazi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi
DAFTAR SINGKATAN .....................................................................................
viii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 LatarBelakang ................................................................................................. 1


1.2 PerumusanMasalah ......................................................................................... 2
1.3 TujuanPenelitian ............................................................................................. 2
1.4 ManfaatPenelitian ........................................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4


2.1 Telinga............................................................................................................. 4
2.1.1 AnatomidanFisiologitelinga ....................................................................
2.1.1.1 Anatomitelinga ............................................................................ 4
2.1.1.2 Fisiologitelinga ............................................................................ 6
2.2 Faktor-faktor yang MempengaruhiDayaDengar ............................................. 7
2.2.1Bising .................................................................................................. 7
2.2.3 Umur .................................................................................................. 8
2.2.4 Obat yang BersifatOtotoksik ................................................................... 9
2.3 GangguanFungsiPendengaranAkibatBising ................................................... ..9
2.3.1 Defenisi .................................................................................................... 9
2.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi ...................................................... 10
2.3.3 GangguanFisiologiPendengaran .............................................................. 11
2.3.3.1 Patofisiologi ................................................................................. 11
2.3.3.2 JenisGangguanPendengaran ........................................................ 12
2.3.3.3 Diagnosis .................................................................................... 12
2.4 Earphone ......................................................................................................... 12
2.4.1 JenisJenis Earphone ................................................................................. 12
2.4.2Intensitas Earphone ................................................................................. 13
2.4.3 Pengaruh Earphone TerhadapPendengaran............................................. 14
2.5 Cara Mendeteksi.............................................................................................. 15
2.5.1 TesBerbisik ............................................................................................. 15
2.5.2 TesGarputala ........................................................................................... 15
2.5.3 TesAudiometri......................................................................................... 17

Universitas Sumatera Utara


BAB 3. KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN
................................................................................................................. 18

3.1 KerangkaTeori................................................................................................. 18
3.2 KerangkaKonsep ............................................................................................. 19

BAB 4. METODE PENELITIAN ..................................................................... 20

4.1 JenisPenelitian ................................................................................................. 20


4.2 WaktudanTempatPenelitian ............................................................................ 20
4.3 PopulasidanSampelPenelitian ......................................................................... 20
4.3.1 PopulasiPenelitian .................................................................................. 20
4.3.2 SampelPenelitian .................................................................................... 20
4.3.3 Cara PemilihanSampel ........................................................................... 20
4.3.4 BesarSampel ........................................................................................... 21
4.4TeknikPengumpulan Data ................................................................................ 21
4.6 VariabelPenelitian ........................................................................................... 22
4.7 DefinisiOperasional......................................................................................... 23

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 25

5.1 HasilPenelitian ................................................................................................ 25


5.1.1 Deskripsilokasipenelitian ...................................................................... 25
5.1.2 DeskripsiKarakteristik sample/ individu……… ................................... 25
5.1.3 AnlisisHasilPenelitian ........................................................................... 25
5.2 Pembahasan ..................................................................................................... 29

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 32

6.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 32


6.2 Saran ................................................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 33

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
Tabel 2.3.2 Intensitas Lama PaparanBising .......................................................... 10
Tabel 2.4.2 IntensitasPenggunaan Earphone ....................................................... 14
Tabel 2.4.2 Lama Penggunaan Earphone .............................................................. 14
Tabel 2.5.2 TesGarputala ...................................................................................... 16
Tabel 4.7 DefenisiOperasional .............................................................................. 23

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
Gambar 1.1 AnatomiTelinga…………………………………………………… 5
Gambar 3.1 KerangkaTeori.. ................................................................................ 15
Gambar 3.2 KerangkaKonsep ............................................................................... 16

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka gangguan pendengaran di Indonesia cukup mengejutkan, termasuk yang
tertinggi di Asia Tenggara yaitu 16.8%. Menurut survei Kesehatan Indera
Pendengaran di 7 propinsi tahun 1994-1996 didapatkan prevalensi gangguan
pendengaran dan ketulian di Indonesia adalah 16.8% dan 0.4%. Menurut SK
Menkes no 768/menkes/SK/VII/2007 ada lima penyebab gangguan pendengaran
yang sebenarnya dapat dicegah dan diobati yaitu OMSK, tuli sejak lahir, tuli orang
tua, tuli akibat bising dan serumen.1,2
Ambang suara minimal yang dianggap dapat menurunkan fungsi pendengaran
adalah 85 dB dengan paparan lebih dari 8 jam per hari. Intensitas suara yang
dihasilkan oleh earphone bisa mencapai 110 dB. Paparan suara berintensitas 110
dB, selama 1 jam perhari dapat menurunkan fungsi pendengaran. The EU’s
Scientific Committee on Emerging and Newly Identified Health Risks (SCENIHR)
memperkirakan, sekitar 5 sampai 10 % pengguna alat pemutar musik berisiko
kehilangan pendengaran permanen jika mereka mendengarkan musik lebih dari 1
jam sehari dengan tingkat volume tinggi setidaknya untuk kurun waktu lima tahun.
Gangguan pendengaran dalam hal ini hilangnya pendengaran disebabkan oleh
pajanan bising yg terus menerus yang sesungguhnya dapat di cegah.34
Pada saat ini remaja semakin gemar untuk mendengarkan musik melalui
earphone yang tersambung pada alat-alat pemutar musik. Kebiasaan ini dapat
memicu timbulnya gangguan pada pendengaran. Menurut the National Health and
Nutrition Examination Survey di United States, Amerika, pada tahun 1988, tercatat
15 % remaja mengalami masalah pada pendengaran. Jumlah tersebut melonjak
menjadi 19,5 % pada tahun 2000. Kenaikan angka tersebut menyebabkan para
peneliti untuk menghubungkannya dengan kenaikan jumlah pengguna media
pemutar musik.5
Menilai ada atau tidak gangguan pendengaran bisa di deteksi melalui
beberapa tes di antaranya tes menggunakan garpu tala yaitu tes Rinne, tes Weber
dan juga tes Schwabach. Tes Rinne untuk membandingkan hantaran melalui udara

Universitas Sumatera Utara


dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa, tes Weber ialah tes untuk
membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan, lalu Tes
Schwabach untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga
kanan.6
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk menilai adakah
pengaruh pemakaian earphone pada kalangan remaja dengan gangguan
pendengaran. Peneliti menggunakan tes garpu tala untuk menilai gangguan
pendengaran karena karakteristik operasional yang lebih sederhana, cepat, serta
dapat di terapkan dengan mudah.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran fungsi pendengaran pada remaja pengguna earphone?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran fungsi pendengaran pada remaja pengguna
penggunaan earphone.
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui durasi penggunaan earphone pada responden.
2. Mengetahui intensitas penggunaan earphone pada responden
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1.4.1 Bidang Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data pendukung bagi penelitian
selanjutnya tentang gambaran penggunaan earphone dengan gangguan
pendengaran.

1.4.2 Bidang Pendidikan

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis dan
sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian berdasarkan metode
yang baik dan benar.
14.3 Bidang Pelayanan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang benar bagi
masyarakat

Universitas Sumatera Utara


BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Telinga
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga
2.1.1.1 Anatomi Telinga
Telinga terbagi atas telinga luar telinga tengah dan telinga dalam.Telinga luar
terdiri dari daun telinga sampai membrane timpani.Daun telinga terdiri dari tulang
rawan slastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S ,dengan rangka tulang
rawan pada sepertigabagian luar, sedangkan dua pertiga bagian bagian dalam
rangka terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2-3cm. Pada sepertiga bagian luar
kulit liang telinga terdapat banyak serumen dan rambut. Kelenjar keringat dapat
pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya di jumpai
sedikit kelenjar serumen.5
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap suatu sumbu liang telinga.Bagian atas disebut
pars flaksida, sedangkan bagian bawah pars tensa. Pars flaksida hanya berlapis dua
, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam di lapisi
olej sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran pernapasan. Pars tensa
mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen
dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luat sirkuler pada
bagian dalam.5
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar membrane timpani, batas depan
tuba eustacius, batas bawah vena jugularis, batas belakang aditus ad antrum dan
kanalis fasiali pars vertikalis, batas atas teggmen timpani dan batas dalam berturut-
turut dari ats ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap
lonjong(oval window), tingkap bundar dan promotorium.5
Telinga dalam teridiri dari koklea yang berpudar dua sengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala trimpani dengan sekala
vestibule.5
Kanalis semusirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dengan

Universitas Sumatera Utara


membentuk lingkaran koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani
berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan gram yang
terdapat pada perilimfa berbeda denganendolimfa, hal ini penting untuk
pendengaran. Dasar skala vestibule disebut sebagai membrane vestibule sedangkan
dasar skala media adalah membrane basalis. Pada membrane ini terletak organ
corti.Pada skala media terdapat bagian berbentuk lidah yang disebut membrane
tekroria,dan pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ cori. Organ Corti
terletak diatas membran basilaris yang mengandung organel-organel penting untuk
mekanisme saraf perifer pendengaran.5
Organ Corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam yang berisi kira-kira 3000
sel dan 3 baris sel rambut luar yang berisi kira-kira 12.000 sel. Sel-sel ini
menggantung lewat lubang-lubang lengan horizontal dari suatu jungkat-jungkit
yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen dan eferen menempel
pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel rambut terdapat strereosilia yang
melekat pada suatu selubung yang cenderung datar yang dikenal sebagai membran
tektoria. Membran tektoria disekresi dan disokong oleh limbus5

Pendarahan
Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a. auditori interna (a. labirintin)
yang berasal dari a. serebelli inferior anterior atau langsung dari a. basilaris yang

Universitas Sumatera Utara


merupakan suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah
anastomosis.Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang 3
yaitu:
1. Arteri vestibularis anterior yang mendarahi makula utrikuli, sebagian
makulasakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral serta
sebagian dari utrikulus dan sakulus.5
2. Arteri vestibulokoklearis, mendarahi makula sakuli, kanalis semisirkularis
posterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta putaran basal dari koklea.5
3. Arteri koklearis yang memasuki modiolus dan menjadi pembuluh-pembuluh.
arteri spiral yang mendarahi organ Corti, skala vestibuli, skala timpani sebelum
berakhir pada stria vaskularis. Aliran vena pada telinga dalam melalui 3 jalur utama.
Vena auditori interna mendarahi putaran tengah dan apikal koklea. Vena
akuaduktus koklearis mendarahi putaran basiler koklea, sakulus dan utrikulus dan
berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena akuaduktus vestibularis mendarahi
kanalis semisirkularis sampai utrikulus. Vena ini mengikuti duktus endolimfatikus
dan masuk ke sinus sigmoid5
Persarafan N. akustikus bersama N. fasialis masuk ke dalam porus dari meatus
akustikus internus dan bercabang dua sebagai N. vestibularis dan N. koklearis. Pada
dasar meatus akustikus internus terletak ganglion vestibulare dan pada modiolus
terletak ganglion spirale.5
2.1.1.2 Fisiologi Pendengaran
Proses pendengan diawali dengan ditangkap energy bunyi oleh daun telinga
dalam berbentuk gelombang yang akan dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani dan diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi
getaran melalui daua ungkit tulang pendengaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dan perbandingan
luas membrane timpani tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjing sehingga perilimfa
pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane reisser yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antaramembran

Universitas Sumatera Utara


basilaris dan membrane tektoral. Proses ini merupan rangsangan mekanik uang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius, lalu dilanjutkan ke nukelusauditorius sampai ke korteks pendengaran di
lobus temporalis.5

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Dengar


2.2.1 Bising
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
khususnya gangguan pendengaran dan kenyamanan lingkungan. Gangguan
pendengaran yang diakibatkan oleh kebisingan berkaitan erat dengan masa kerja
dan intensitas kerja. Jika dilihat berdasarkan masa kerja, pekerja yang
pernah/sedang bekerja di lingkungan bising selama lima tahun atau lebih maka
berisiko terkena penyakit gangguan pendengaran dan jika dilihat berdasarkan
intensitas kerja, pekerja akan berisiko terkena penyakit gangguan pendengaran bila
bekerja lebih dari 8 jam/hari dengan intensitas bising yang melebihi 85 dB .6
Pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.51/MEN/1999 tentang nilai
ambang batas faktor fisika di tempat kerja dijelaskan bahwa seseorang tidak boleh
terpajan bising lebih dari 140 dB walaupun sesaat atau dengan tingkat kebisingan
≥ 85 dB selama lebih dari 8 jam kerja. Salah satu sumber kebisingan ialah dari
penggunaan earphone dengan paparan suara yang terlalu tinggi ataupun durasi yang
lama. Suara yang terlalu tinggi yang didengarkan melalui earphone dapat
menyebabkan kerusakan struktur pada koklea, diantartaya sel rambut luar , stria
vaskularis.7
Selain dengan masa kerja sekarang gangguan kebisingan ini juga bisa
disebabkan oleh prilaku remaja yang gemar mendengarkan musik.Musik yang
didengar melalui earphone dalam telinga memiliki intensitas bising lebih besar
daripada intensitas bising musik yang didengar tanpa menggunakan earphone
dengan volume yang sama karena jarak sumber suara lebih dekat.Selain itu,
earphone dalam telinga tidak dapat sepenuhnya mencegah masuknya suara-suara

Universitas Sumatera Utara


bising dari lingkungan sekitar, sehingga penggunanya mempunyai kecenderungan
untuk mendengarkan musik dengan volume cukup besar. Hal tersebut
menimbulkan efek trauma lebih besar terhadap reseptor suara di organ corti.8
2.2.2. Umur
Gangguan pendengaran akibat bertambahnya umur disebabkan oleh perubahan
patologi pada organ auditori. Perubahan patologi yang terjadi antara lain pada
telinga luar dengan perubahan yang paling jelas berupa berkurangnya elastisitas
jaringan daun telinga dan liang telinga. Perubahan lainnya adalah adanya
penyusutan jaringan lemak yang memiliki fungsi sebagai bantalan pada telinga.
Penyusutan jaringan lemak tersebut menyebabkan kulit daun telinga dan liang
telinga menjadi kering dan mudah mengalami trauma. Pada bagian membran
timpani, tulang pendengaran serta otot-otot di bagian telinga tengah juga
mengalami perubahan yakni adanya penipisan dan kekakuan pada membran
timpani. 9
Persendian yang berada di antara tulang-tulang pendengaran juga mengalami
artritis sendi, hal tersebut terjadi karena adanya degenerasi serabut otot
pendengaran. Selain telinga bagian luar dan telinga bagian tengah, telinga bagian
dalam juga mengalami perubahan patologi. Bagian yang paling rentan mengalami
perubahan adalah koklea. Proses degenerasi terjadi pada bagian sel rambut luar di
bagian basal koklea. Koklea atau yang sering disebut dengan rumah siput berfungsi
untuk mengubah bunyi dari getaran menjadi sinyal. Sinyal tersebut akan dikirimkan
ke otak melalui saraf auditori. Proses tersebut dilakukan oleh sel rambut yang
berada di dalam koklea. Jika rambut-rambut tersebut tidak berfungsi dengan baik
maka seseorang akan mengalami ketulian.9

2.2.3. Penggunaan obat-obatan yang bersifat ototoksik


Mengkonsumsi obat-obatan yang memiliki sifat ototoksik seperti antibiotic
aminoglikosid selama 14 hari baik diminum ataupun melalui suntikan akan dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran. Ototoksik adalah gangguan
pendengaran yang terjadi akibat efek samping dari konsumsi obatobatan. Beratnya
gangguan pendengaran yang terjadi sebanding dengan lama pemakaian, jenis obat

Universitas Sumatera Utara


dan jumlah obat yang diberikan serta kondisi ginjal. Gangguan pendengaran yang
disebabkan oleh penggunaan obat yang bersifat ototoksik tidak dapat diobati maka
sangat penting dilakukan proses pencegahan ataupun penanggulangan seperti
menghentikan konsumsi obat yang bersifat ototoksik dan melakukan rehabilitasi
dengan menggunakan alat bantu dengar.9,10
2.2.4 Riwayat infeksi telinga
Otitis media (OA) merupakan peradangan telinga tengah yang disebabkan oleh
virus Ataupun bakteri. Otitis media merupakan suatu infeksi yang memicu
terjadinya peradangan dan penumpukan cairan pada telinga tengah. Bakteri yang
dapat menyebabkan otitis media adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenza dan Moraxella cattarhalis. Sedangkan virus yang dapat menyebabkan
otitis media adalah Respiratory syncytial virus, Influenza virus, Rhinovirus dan
Adenovirus. Telinga yang terinfeksi bakteri atau virus dapat memicu timbulnya
tinnitus. Tinnitus adalah suara yang berdengung di satu atau pada kedua
telinga. Tinnitus dapat timbul pada telinga bagian luar, telinga bagian tengah, atau
telinga bagian dalam.11
2.3 Gangguan Pendengaran Akibat Bising
2.3.1 Defenisi
Gangguan pendengaran akibat bising ialah gangguan pendengaran yang
disebabkan akibat terpajan oleh bising yang cukup keras dalam jangka
waktu yang lama. Gangguan pendengaran akibat bising ini biasanya bersifat
sensorineural yang bisa bilateral ataupun bersifat simetris, bisanya
dipengaruhi oleh frekuensi yang tinggi.6 ,12
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi
A. Intensitas dan lamanya Pemaparan Bising
Dalam menentukan nilai ambang batas tiap negara memiliki standarnya
masing-masing. Untuk Indonesia, nilai ambang batas faktor fisika ditempat
kerja sudah diatur dalam keputusan enteri tenaga kerja RI no. KEP-
51/MEN/1999.10B11

Universitas Sumatera Utara


B. Frekuensi Bising
Frekuensi yang sering menyebabkan kerusakan pada organ Corti di koklea
adalah bunyi dengan frekuensi 3000 Hz sampai dengan 8000 Hz, gejala timbul
pertama kali pada frekuensi 4000 Hz. Apabila bising dengan intensitas tinggi terus
berlangsung dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan ketulian.12
C. Usia dan Jenis kelamin
Kejadian ini sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita, dengan rasio
9,5 : 1. Usia rata-rata berkisar pada usia produktif yaitu antara usia 18-50 tahun.13
2.3.3 Gangguan Fisiologi Telinga
2.3.3.1 Patofisiologi
Paparan bising mengakibatkan perubahan sel-sel rambut silia dari organ korti.
Stimulasi dengan intensitas bunyi sedang mengakibatkan perubahan ringan pada
sillia dan hensen’s body, sedangkan stimulasi dengan intensitas tinggi pada waktu
pajanan yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada struktur sel rambut lain
seperti mitokondria, granula lisosom, lisis sel dan robek membran reissner. Daerah
yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya
degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia
pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon

Universitas Sumatera Utara


terhadap stimulasi.11
Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih
banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena
adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan
digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel
rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan
pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai
di nukleus pendengaran pada batang otak8,14
2.3.3.2 Jenis Ganguan Telinga
Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebab kan
tulikonduktif, sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural,
yang terbagi atas tuli koklea dan tuli retrokoklea.
1. Tuli konduktif
Pada gangguan jenis tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara yang
disebabkan oleh kelainan/penyakit di telinga luar atau di telinga tengah.
Gangguan pendengaran konduktif biasanya pada tingkat ringan atau
menengah dan bersifat sementara. Gangguan pendengaran konduktif dapat
diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah.5,15

2. Tuli sensorineural
Gangguan jenis tuli sensorineural disebabkan oleh kerusakan sel rambut
pada organ korti yang terjadi akibat suara yang keras, infeksi virus,
meningitis, dan proses menua. Gangguan pendengaran sensorineural
biasanya pada tingkat ringan hingga berat dan bersifat permanen. Pada
tingkat ringan dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga
tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali merupakan solusi atas
gangguan pendengaran berat atau parah.5,15
3. Tuli campuran
Tuli campuran merupakan kombinasi dari tuli konduktif serta tuli
sensorineural dan kedua gangguan tersebut bisa terjadi bersama-sama

Universitas Sumatera Utara


seperti contoh radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam
atau merupakan dua penyakit yang berlainan, misalnya tumor nervus VIII
(sensorineural) dengan radang telinga tengah (konduktif). 5,15
2.3.4 Diagnosis
Pada anamnesis didapati riwayat penah bekerja atau sedang bekerja di
lingkungan bising dalam jangka waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 5
tahun. Sedangkan pada pemeriksaan otoskopik tidak ditemukan kelainan. Pada
pemeriksaan tes penala didapatkan hasil Rinne positip, Weber lateralisasi ke telinga
yang pendengarannya lebih baik dan Schwabach memendek.11

2.4 Earphone
Perangkat audio yang dipasang di telinga, berbentuk mungil digunakan untuk
memusatkan suara / audio.
2.4.1 Jenis Jenis Earphone
1. Earbud
Earphone yang hanya berada di bagian luar telinga tetapi suara
lingkungan tidak dapat terdengar dengan jelas.
2. Supra-Aural
Earphone yang menutupiseluruh bagian telinga luar tetapi tidak
menutup sempurna, Suara dari lingkungan dapat terdengar jelas.
3. Isolator/In ear canal
Earphone yang berada di bagian luar telinga tetapi memiliki sisi yang
berada di dalam telinga sehingga membuat suara di lingkungan luar tidak
dapat didengar

Universitas Sumatera Utara


2.4.2 Intensitas Earphone
Intensitas suara yang dihasilkan oleh earphone bisa mencapai 110 dB. paran
suara berintensitas 110 dB, selama 1 jam perhari earphone dapat merurunkan fungsi
pendengaran. Earphone juga bisa meningkatan ambang dengar sementara hingga
10 dB setelah menggunakan selama 3 jam. Peningkatan ambang dengar kedua tel-
inga biasanya terjadi pada bunyi dengan frekuensi tinggi.15

Universitas Sumatera Utara


Intensitas yang dikeluarkan menurut penggunaan pemutar alat musik

Lama Penggunaan Earphone Perhari


% Volume Maksimal Penggunaan Earphone Per Hari
Earbud Isolator Supra-Aural
10-50 % Tidak Ada batas Tidak Ada Batas Tidak Ada Batas
60 % Tidak Ada batas 14 Jam 18 Jam
70 % 6 Jam 3.4 Jam 4.6 Jam
80 % 1.5 Jam 50 Menit 20 Menit
90 % 22 menit 12 Menit 1.2 Menit
100 % 5 Menit 3 Menit 18 Menit

2.4.3 Pengaruh Earphone terhadap Pendengaran


Earphone ialah suatu alat yang dapat menimbulkan bising. Earphone pada
remaja biasanya digunakan untuk mendengar musik.Musik yang didengar melalui
earphone dalam telinga memiliki intensitas bising lebih besar daripada intensitas

Universitas Sumatera Utara


bising musik yang didengar tanpa menggunakan earphone dengan volume yang
sama karena jarak sumber suara lebih dekat.
Selain itu, earphone dalam telinga tidak dapat sepenuhnya mencegah masuknya
suara-suara bising dari lingkungan sekitar, sehingga penggunanya mempunyai ke-
cenderungan untuk mendengarkan musik dengan volume cukup besar. Hal tersebut
menimbulkan efek trauma lebih besar terhadap reseptor suara di organ corti.16
2.5 Cara mendeteksi
Tes pendengaran untuk mengetahui seseorang mengalami gangguan
pendengaran maka perlu dilakukan tes pendengaran dengan menggunakan tes
berbisik, tes garputala atau audiometri.
2.4.1 Tes Berbisik
Pemeriksaan ini bersifat semi kuantitatif yakni menentukan derajat ketulian
secara kasar dengan hasil tes berupa jarak pendengaran (jarak antara pemeriksa
dengan pasien). Hal yang perlu diperhatikan dalam tes berbisik ini adalah ruangan
yang cukup tenang dengan panjang minimal 6 meter. Seseorang yang mampu
mendengar dengan jarak 6 sampai dengan 8 meter dikatagorikan normal, kurang
dari 6 sampai dengan empat meter dikatagorikan tuli ringan, kurang dari empat
sampai dengan satu meter dikatagorikan tuli sedang, kurang dari satu meter sampai
dengan 25 cm dikatagorikan tuli berat dan kurang dari 25 cm dikatagorikan sebagai
tuli total.5
2.4.2 Tes Garputala
Pemeriksaan menggunakan garputala atau tes penala merupakan pemeriksaan
secara kualitatif. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui jenis gangguan
pendengaran. Terdapat berbagai macam tes garputala seperti tes Rinne, tes Weber
dan tes Schwabach.5
A. Tes Rinne
Pada saat dilakukannya tes, pasien harus fokus terlebih dahulu setelah pasien
fokus maka tindakan selanjutnya adalah menggetarkan garputala. Garputala yang
sedang bergetar diletakkan di prosesus mastoid setelah tidak terdengar maka
garputala diletakkan di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Apabila bunyi garputala
masih terdengar maka disebut tes Rinne positif (+) namun apabila bunyi garputala

Universitas Sumatera Utara


tidak terdengar maka disebut tes Rinne negatif (-).5
B. Tes Weber
Garputala yang bergetar diletakkan pada garis tengah kepala (di vertex, dahi,
pangkal hidung, ditengah-tengah gigi seri atau dagu). Apabila bunyi garputala
tedengar lebih keras pada salah satu telinga maka disebut lateralisasi kepada telinga
yang mendengar bunyi tersebut. Bila pasien tidak dapat membedakan telinga yang
mendengar bunyi lebih keras maka disebut Weber tidak ada lateralisasi.5
C. Tes Schwabach
Garputala yang bergetar didekatkan pada prosesus mastoideus sampai tidak
terdengar bunyi. Kemudian garputala dipindahkan pada prosesus mastoideus
telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat
mendengar bunyi garputala maka disebut Schwabach memendek. Namun jika
pemerika tidak mendengar, pemeriksaan akan diulang dengan cara sebaliknya
yakni garputala yang sudah digetarkan diletakkan pada prosesus mostoideus
pemeriksa lebih dahulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi garputala maka
disebut Schwabach memanjang namun bila pemeriksa dan pasien samasama
mendengar maka disebut Schwabach sama dengan pemeriksa.5
Adapun hasil pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan garputala
dapat dilihat pada table hasil pemeriksaan.

2.4.3 Tes Audiometri


Pemeriksaan audiometri bertujuan untuk mengetahui derajat ketulian secara

Universitas Sumatera Utara


kuantitatif dan mengetahui keadaan fungsi pendengaran secara kualitatif
(pendengaran normal, tuli konduktif, tuli sensoneural dan tuli campuran).
Pemeriksaan audiometri diawali dengan menempatkan pasien pada ruangan kedap
suara, selanjutnya pasien akan mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh
audiogram melalui earphone. Pasien harus memberi tanda saat mulai mendengar
bunyi dan saat bunyi tersebut menghilang.5,16

BAB III

Universitas Sumatera Utara


KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN
HIPOTESIS

3.1 KERANGKA TEORI:

Gangguan Pendengaran Perifer

Earphone

Obat-obatan Infeksi Usia


Bising >85dB
Selama > 8 jam mempunyai potensi Infeksi membuat pada telinga luar dengan
perhari penuhnya telinga perubahan yang paling
menimbulkan reaksi
jelas berupa
toksik pada - koklea, tengah dengan berkurangnya elastisitas
vestibulum, kanalis sekret. jaringan daun telinga
Sel rambut di organ
semisirkularis, dan otolith. dan liang telinga
korti menjadi rusak
dan sel sel tersebut
mati di gantikan oleh
jaringan parut

Gangguan Fungsi Pendengaran

Universitas Sumatera Utara


3.2 Kerangka Konsep:

Otoskopi

Earphone
Faktor – faktor yang
mempengaruhi
pendengaran:
Cara mendeteksi ganggan
1. Intensitas pendengaran :
paparan
bising Gangguan Fungsi Pendengaran 1. Rinne test

2. Frekuensi 2. Schwabach test


bising 3. Weber test
3. Lama
paparan
bising

BAB IV

Universitas Sumatera Utara


METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan studi cross
sectional.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
(YPSA). Jl. Dokter Setiabudi, No. 191, Medan Sunggal.
4.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga September 2016
4.3 Populasi dan sampel penelitian
4.3.1 Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai
karakteristik tertentu. Terdapat dua (2) jenis populasi yaitu : (1) Populasi
target, dan (2) populasi terjangkau
Populasi target merupakan saasaran akhir penerapan hasil penelitian yang
bersifat umum. Populasi target pada penelitian ini adalah siswa SMA di kota
Medan.
Populasi terjangkau adalah bagian populasi yang dapat dijangkau oleh
peneliti. Populuasi terjangkau pada penelitian adalah siswa siswi di SMA
YPSA.
4.3.2 Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Sampel dalam
penelitian ini adalah pengguna earphone di SMA YPSA.
Kriteria sampel penelitian
A. Kriteria Inklusi :
1. Siswa SMA YPSA kelas 1,2&3.
2. Menggunakan earphone minimal 15menit per
hari.
3. Bersedia untuk di periksa

Universitas Sumatera Utara


B. Kriteria Eksklusi :
1. Adanya kelainan rongga telinga
2. Sedang mengalami infeksi telinga dan dijumpai
serumen prop

4.3.2.1 Besar Sampel

Keterangan :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan. Dalam penelitian ini, peneliti


menetapkan = 0,1

n = 62.42 63

Nilai minimum sampel ialah 63.

4.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel


Cara sampling yang dipilih ialah stratified random sampling. Apabila suatu
populasi terdiri dari unit yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka
teknik pengambilan sampel yang tepat digunakan adalah proportional stratified
sampling. Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari
anggota populasi, kemudian menuntukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik
unit-unit tersebut. Agar perimbangan sampel dari masingmasing strata itu memadai,

Universitas Sumatera Utara


maka dalam teknik ini sering pula dilakukan perimbangan antara jumlah anggota
populasi berdasarkan masing-masing strata. Setiap SMA dibagi menurut strata
kelas, pada kelas 10 SMA diambil 21 sampel,kelas 11 SMA diambil 21 sampel,
kelas 12 SMA diambil 21 sampel.

4.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengerjaan observasi data primer.
Metode peneelitian langsung dilakukan dengan melakukan tes dengan garputala
pada Sampel untuk mengamati gambaran fungsi pendengaran pada siswa siswi
SMA YPSA.
4.5 Variabel Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah siswa yang menggunakan
earphone dan variabel dependen ialah tes pendengaran.

Universitas Sumatera Utara


4.6 Defenisi Oprasional
N Variable Defenisi Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
O Operasiona Ukur
l
1 Fungsi Fungsi Garpu tala Tes Garputala 1. Rinne Tes Ordinal
Pendengara pendengara 1.Rinne:menggetarka a) Positif :
n n ialah n garputala. Masih
kemampua Garputala yang terdengar
n untuk sedang bergetar bunyi
mengenali diletakkan di prosesus saat
suara . mastoid setelah tidak garpu tala
terdengar maka di
garputala diletakkan dekatkan
di depan telinga kira- ke telinga
kira 2,5 cm . b) Negatif :
2. Weber : Garputala Tidak
yang bergetar terdengar
diletakkan pada garis bunyi
tengah kepala. saat
3. Schwabach: yang garpu tala
bergetar didekatkan di
pada prosesus dekatkan
mastoideus sampai ke telinga
tidak terdengar bunyi.
Kemudian garputala 2.Weber Tes
dipindahkan pada a) Tidak
prosesus mastoideus Ada

Universitas Sumatera Utara


telinga pemeriksa lateralisa
yang pendengarannya si
normal. b) Latelarisa
si ke
telinga
yang
sakit
c) Lateralisa
si
ketelinga
yang
sehat

3. Schwabach
a) Sama
dengan
pemeriks
a
b) Memanja
ng
c) Memend
ek

Universitas Sumatera Utara


2 Durasi Durasi Wawancara Observasi data primer < 1 jam Ordinal
penggunaa penggunaa 1-2 jam
n earphone n earphone ≥ 3 jam
ialah lama
pemakaian
earphone
dalam
waktu satu
hari.

3 Intensitas Seberapa Wawancara Observasi data primer Volume 1 (40dB) Ordinal


penggunaa besar suara Volume 2 (45dB)
n earphone berada di Volume 3 (50dB)
dalam liang Volume 4 (55dB)
telinga Volume 5 (60dB)
Volume 6 (65dB)
Volume 7 (70dB)
Volume 8 (85dB)

Universitas Sumatera Utara


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penilitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Y.P. Shaffiyatul Amaliyyah , yang


berlokasi di Jalan Stia budi No.141 Medan. Pemeriksaan pendengaran dilakukan di
ruangan kelas di lantai 3.Ruangan kosong suasana di luar ruangan kosong, tersedia
kursi, meja, garpu tala 512Hz.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel / Individu

Dalam penelitian ini, responden yang dibutuhkan adalah sebanyak 63


siswa siswi, Terdiri dari 21 siswa/i kelas 1 SMA, 21 siswa/i kelas 2 SMA, dan 21
siswa/i kelas 3 SMA .Karakteristik sampel pada penelitian ini adalah siswa yang
menggunakan earphone, tidak sedang mengalami sakit telinga, tidak terdapat
serumen prop telinga , tidak memiliki kelainan kongenintal telinga.

5.1.3 Analisis Hasil Penelitian

Tab 5.1. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan Rinne tes berdasarkan lama
penggunaan earphone
Tes Rinne Total

Positif
Negatif
Lama.Penggunaan < 1 Jam 13 0 13
1-3 Jam 47 0 47
> 3 Jam 2 1 3
Total 62 1 63

Dari tabel 5.1, diperoleh hasil Rinne tes ngetif (gangguan


pendengaran) pada satu subjek dengan lama penggunaan earphone > 3 jam

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan Weber tes berdasarkan lama
penggunaan earphone

Tes Weber Total


Tidak Ada
Latelarisasi
Latelarisasi
Lama.Pengguna < 1 Jam 13 0 13
an 1-3 Jam 47 0 47
> 3 Jam 2 1 3
Total 62 1 63

Dari tabel 5.2 diperoleh hasil bahwa terdapat latelarisasi pada Weber tes
pada satu subjek dengan lama penggunaan earphone > 3 jam

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan Schwabach tes berdasarkan


lama penggunaan earphone

Tes Schwabach
Sama Dengan
Pemeriksa
Memanjang Total
Lama.Penggunaan < 1 Jam 13 0 13
1-3 Jam 47 0 47
> 3 Jam 2 1 3
Total 62 1 63

Dari tabel 5.3 diperoleh hasil bahwa terdapat pemanjangan bunyi pada
Schwabach tes pada satu subjek dengan lama penggunaan earphone > 3 jam

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Distribusi fungsi penggunaan earphone

Frekuensi Persentase
Musik 61 96.8%
Chatting 1 1.6%
DLL 1 1.6%
Total 63 100.0%
Dari tabel 5.4 fungsi penggunaan earphone dimana 96,8% menggunakan
earphone untuk mendengarkan musik.

Tabel 5.5. Distribusi volume penggunaan earphone

Volume (Intensitas) Frekuensi Persentase


3 (50dB) 2 3.2%
4 (55dB) 2 3.2%
5 (60dB) 19 30.2%
6 (65dB) 14 22.2%
7 (70dB) 13 20.6%
8 (80dB) 13 20.6%
Total 63 100.0 %

Dari table 5.5 diperoleh bawah penggunaan volume pada earphone


terbanyak dengan volume 5 dengan persentase 30,2%

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan Rinne tes berdasarkan besar
volume earphone

Tes Rinne Total


Positif
Negatif
Volume 3 (50dB) 2 0 2
(Intensitas) 4 (55dB) 2 0 2
5 (60dB) 19 0 19
6 (65dB) 14 0 14
7 (70dB) 13 0 13
8 (80dB) 12 1 13
Total 62 1 63

Tabel 5.6 diperoleh hasil Rinne tes negatip pada satu subjek dengan
penggunaan volume 8

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan Weber tes berdasarkan


besar volume earphone

Tes Weber Total


Tidak Ada
Latelarisasi Latelarisasi
Volume 3 (50dB) 2 0 2
(Intensitas) 4 (55dB) 2 0 2
5 (60dB) 19 0 19
6 (65dB) 14 0 14
7 (70dB) 13 0 13
8 (80dB) 12 1 13
Total 62 1 63

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.7 diperoleh hasil bahwa terdapat lateralisasi pada 1 subjek dengan
penggunaan volume 8 dan 62 subjek tidak terdapat lateralisasi.

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan Schwabach tes berdasarkan


besar volume earphone

Tes Schwabach Total


Sama Dengan
Pemeriksa Memanjang
Volume 3 (50dB) 2 0 2
(Intensitas) 4 (55dB) 2 0 2
5 (60dB) 19 0 19
6 (65dB) 14 0 14
7 (70dB) 13 0 13
8 (80dB) 12 1 13
Total 62 1 63

Tabel 5.8 diperoleh hasil bahwa terdapat pemanjangan bunyi pada 1


subjek dengan penggunaan volume 8 dan 62 subjek sama dengan pemeriksa.

5.2. Pembahasan

Dari hasil table 5.1, 5.2, 5.3 didapatkan hasil dimana terjadi gangguan
fungsi pendengaran pada pengguna earphone dengan intesitas penggunaan > 3 jam.
Hal ini sesuai dengan teori di mana Intensitas suara yang dihasilkan oleh earphone
bisa mencapai 110 dB. Paparan suara berintensitas 110 dB, selama 1 jam perhari
dapat menurunkan fungsi pendengaran. Earphone juga bisa meningkatan ambang
dengar sementara hingga 10 dB setelah menggunakan selama 3 jam. Peningkatan
ambang dengar kedua telinga biasanya terjadi pada bunyi dengan frekuensi tinggi.15

Dari hasil tabel 5.4 dimana penggunaan earphone 96,8% untuk

Universitas Sumatera Utara


mendengarkan musik. Musik yang didengar melalui earphone dalam telinga
memiliki intensitas bising lebih besar daripada intensitas bising musik yang
didengar tanpa menggunakan earphone dengan volume yang sama karena jarak
sumber suara lebih dekat. Selain itu, earphone dalam telinga tidak dapat sepenuhnya
mencegah masuknya suara-suara bising dari lingkungan sekitar, sehingga
penggunanya mempunyai kecenderungan untuk mendengarkan musik dengan
volume cukup besar. Hal tersebut menimbulkan efek trauma lebih besar terhadap
reseptor suara di organ corti.16
Menurut penelitian Jeremy S, Mendelsohn yang berjudul The Impect of
Portable Digital Music Player on Hearing in High School and Middle School
Student di dapati dari ahsil pemeriksaan tidak ada dimana lebih banyak tidak
terdapat gangguan pendengaran pada pengguna earphone di dalam volume yang
berbahaya ataupun tidak dimana hasil tersebut sama dengan hasil peneliti dimana
hasil yang didapati 62 orang tidak mengalami gangguan pendengaran dan 1 orang
mengalami gangguan pendengaran.17

Hasil pemeriksaan pendengaran di dapati 1 orang menderita tuli


konduktif, tuli konduktif ini biasa disebabkan oleh kondisi patologis pada kanal
telinga eksterna, membrane timpani, atau telinga tengah.Gangguan pendengaran
konduktif tidak melebihi 60dB Karena dihantaran menuju koklea melalui tulang
bila intensitasnya tinggi.Penyebab tersering gangguan tuli konduktif adalah otitis
media dan disfungsi tuba eustachius.

Proses pendengan diawali dengan ditangkap energy bunyi oleh daun


telinga dalam berbentuk glombnang yang akan dialirkan melalui udara atau tulang
ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani dan diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi
getaran melalui daua ungkit tulang pendengaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dan perbandingan
luas membrane timpani tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjing sehinggaperilimfa
pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane reisser yang

Universitas Sumatera Utara


mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antaramembran
basilaris dan membrane tektoral. Proses ini merupan rangsangan mekanik uang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius, lalu dilanjutkan ke nukelusauditorius sampai ke korteks pendengaran di
lobus temporalis.5

Terjadinya gangguan fungsi pendengaran pada pengguna earphone ini


ialah terjadinya kersukan pada sel sel rambut di dalam organ corti.Paparan bising
mengakibatkan perubahan sel-sel rambut silia dari organ korti. Stimulasi dengan
intensitas bunyi sedang mengakibatkan perubahan ringan pada sillia dan hensen’s
body, sedangkan stimulasi dengan intensitas tinggi pada waktu pajanan yang lama
akan mengakibatkan kerusakan pada struktur sel rambut lain seperti mitokondria,
granula lisosom, lisis sel dan robek membran reissner. Daerah yang pertama terkena
adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat
sesuai dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar
menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi.

Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih


banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena
adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan
digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel
rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak.8,14
Dari hasil tabel 5.6, 5.7 , 5.8 didapatkan hasil adanya gangguan pendegaran
pada volume 8. Hal ini juga didapati oleh jack schneck (the impact digital music
player on hearing in high school and middle school students) pada tahun 2013
dimana dia mendapatkan 95% dari pengguna earphone menggunakan volume yang
rawan untuk mendapatkan gangguan pendengaran.17
Intensitas suara yang dihasilkan oleh earphone bisa mencapai 110 dB.
paran suara berintensitas 110 dB, selama 1 jam perhari earphone dapat merurunkan
fungsi pendengaran. Earphone juga bisa meningkatan ambang dengar sementara
hingga 10 dB setelah menggunakan selama 3 jam. Peningkatan ambang dengar

Universitas Sumatera Utara


kedua telinga biasanya terjadi pada bunyi dengan frekuensi tinggi.15 Menurut Fligor
dan Portnuff tahun 2006,volume earphone dalam batas normal iyalah 60% diamana
dalam batas tersebut menghasilkan 70dB dan batas rawan untuk menggunakan
earphone ialah >70% dimana earphone akan menghasilkan 85-110 db.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Sumatera Utara


6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil data yang di peroleh, maka kesimpulan yang dapat


diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hasil 62 orang positif (normal) dan 1 orang negatif (gangguan


pendengaran) pada Rinne tes.

2. Terdapat hasil 62 orang tidak terjadi lateralisasi (normal) dan 1 orang


latelarisasi (gangguan pendengaran) pada Weber tes.

3. Terdapat hasil 62 orang sama dengan pemeriksa (noramal) dan 1


pemanjangan (gangguan pendengaran) bunyi pada Schwabach tes.

4. Terdapat hasil 62 orang dengan fungsi pendengaran normal pada tes


Rinne, Weber, Schwabach dan 1 dengan gangguan pendengaran
konduktif pada tes Rinne, Weber, Schwabach.

6.2 Saran

Setelah penulis menjalani proses penelitian ini, maka ada beberapa saran
yang di sampaikan agar mungkin memberi manfaat kepada semua pihak yang
berperan yang membaca penelitian ini. Adapun beberapa saran tersebut sebagai
berikut:

1. Saat tes garputala sebaiknya dilakukan pada ruangan kedap sua ra agar
tidak tejadi bias pada saat pemeriksaan.

2. Perlu dilakukan audiometri nada murni untuk hasil yang lebih akurat.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk intensitas yang di hasilkan


oleh earphone sesuai dengan jenisnya.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


1. Departemen kesehata Republik Indonesia. Telinga sehat pendengaran baik ,
Jakarta ; 2010.hal 1.
2. Mentri kesehatan Republik Indinesia.Rencana strategi nasional
penanggulangan gangguan pendengaran dan ketulian untuk mencapai sound
hearing 2030, Jakarta ; 2006 hal 4-6.
3. Niskar AS, Kieszak SM, et.al. Prevalence of Hearing Loss Among Children 6
to 19 Years of Age: The Third National Health And Nutrition Examination
Survey NHANES III.2001. Diakses [2016 April 21]
Tersedia:http://pediatrics.aappublications.org/content/108/1/40.abstract?ijkey=
b006c4cdcb9d635d64a22aa17a40954f983a1306&keytype2.
4. Billionm people at risk of hearing loss, Geneva 2015 diakses [ 2016 April
21.].tesedia http://www.who.int/mediacentre/news /releases /2015/ear-care/en/.
5. Soetirto I, Hendarto H, Bashiruddin Gangguan Pendengaran (tuli) dalam buku
ajaran THT, Edisi ketujuh, Badan Penerbit FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS INDONESIA;2012.hal. 10-19.
6. Liza S., Noise-induced hearing loss, Banda Aceh ; 2013 hal 46-48.
7. Archana R, Chandrakiran C, Altaf Hussain, et all. Effect of usage of personal
music player on hearing in students aged 18-25 yrs. Bangalore ; 2014 hal 13561-
13569
8. Portnuff DF, Reducing the risk of music-induced hearing loss from overuse of
portable listening devices: understanding the problems and establishing
strategies for improving awareness in adolescents, Colorado ; 2016 hal 28-33
9. Mudd, PA. Inner Ear, Ototoxicity. Diakses (2016 Mei 2). tersedia: http://
emedicine.medscape.com/article/857679- overview.
10. Soetirto I., Bashiruddin J, Bramantryo B, Gangguan Pendengaran Akibat Obat
Ototoksik dalam buku ajran THT ,Edisi ketujuh, Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 2012.hal. 46-49
11. Bashiruddin J, Soetirto I, Gangguan Pendengaran Akibat Bising (Noise Induced
Hearing Loss) dalam buku ajaran THT, Edisi ketujuh Badan Penderbit
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA ; 2012 hal. 42-

Universitas Sumatera Utara


45.
12. Whats is audiogram , Australia, 2010 diakses [2016 Mei 11]
https://www.hearing.com.au/milestone/what-is-an-audiogram/
13. Khakim U. L, Hubungan masa kerja dengan nilai ambang dengar tenaga kerja
yang terpapar bising pada bagiana waving di PT.Triangga Dewi ;2011 hal. 45-
49
14. Nandi S , Dhatrak S, V Occupational noise-induced hearing loss in India, India
: 2008 hal.
15. Portnuff, Fligor, Researchers Recommend Safe Listening Levels for Apple
iPod, Amerika, Boulder ; 2006 hal. 2-4
16. Rahardian J, Prastowo N, Haryono R, Pengaruh Penggunaan Earphone terhadap
Fungsi Pendengaran Remaja , Jakarta ; 2010 hal 471-472
17. Schneck J, Mendelsohn R, et all, The Impact of Portable Digital Music Player
on Hearing in High School and Middle School Students, New York ; 2014 hal
2.

Curriculum Vitae

Universitas Sumatera Utara


Nama : M.Mubarak Hazazi
Tempat / TanggalLahir : Medan / 30 September 1995
JenisKelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl.Jangka No.6 Medan

RiwayatPendidikan :
1. Sekolah Dasar Percobaan Negri Medan (2001-2007)
2. Sekolah Menengah Pertama Swasta Shafiyyatul Amaliyyah (2007-2010)
3. Sekolah Menengah Atas Swasta Shafiyyatul Amaliyyah (2010-2013)

PengalamanOrganisasi :

RiwayatKepanitiaan :
1. Panitia Porseni FK USU 2015
2. Panitia Medical Humanity Day (MHD) FK USU 2015
3. Panitia Management Mahasiswa Baru (MMB) FK USU 2015

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN BERSEDIA UNTUK MENGIKUTI


PENELITIAN

Saya yang bertandatangandibawahini :


Nama :
JenisKelamin :
Umur :
Alamat :
No.Telpon :

Telahmendapatkanketerangandaripenelitibahwasayaakandimintauntukmen
jadisalahsaturespondendalampenelitian yang berjudul
“Gambaranfungsipendengaranpadapenggunaanearphone siswasiswidi
yayasanpendidikansaffiyatulamaliyyah”.
Adapundalampenelitianinisayadimintauntukmenjawabseluruhpertanyaan yang
disediakan.

Saya
menyadarimanfaatpenelitianinidansayabersediaikutsertadalampenelitianinisebagai
respondentanpaadapaksaaandaripihakmanapun.

Medan, 2016
Peneliti Responden

M.MubarakHazazi (
)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

No.Urut :
Tanggal :
TempatPengambilanSampel :

Data-Data Pasien
Nama :
Umur :
JenisKelamin : L/P
Suku :

1. FungsiPenggunaan Earphone
1. Musik b. Chatting c. Dll ( )
2. Lama MenggunakanEarphone …… perhari
a. < 1 Jam b. 1-3 Jam c. > 3 Jam
3. Volume Penggunaan Earphone

4. Jenis Earphone yang digunakan ……..

5. Merek Earphone yang digunakan …..

Universitas Sumatera Utara


Nama Jenis_Klamin Fungsi_Penggunaan Lama.Penggunaan Volume Jenis Rinne Weber Schwabach
Maulana
ikhsan 1.00 1.00 2.00 5 1.00 1.0 1.00 1.00
Ghifar 1.00 1.00 2.00 6 2.00 1.0 1.00 1.00
Frido 1.00 1.00 2.00 5 1.00 1.0 1.00 1.00
Fahmi 1.00 1.00 2.00 3 1.00 1.0 1.00 1.00
Amanda 2.00 1.00 1.00 5 1.00 1.0 1.00 1.00
Radinda 2.00 1.00 3.00 5 2.00 1.0 1.00 1.00
Tasya 2.00 1.00 1.00 6 1.00 1.0 1.00 1.00
Dinda 2.00 1.00 2.00 8 1.00 1.0 1.00 1.00
Nur 2.00 1.00 2.00 5 1.00 1.0 1.00 1.00
Dinda 2.00 1.00 1.00 5 1.00 1.0 1.00 1.00
Fahrizal 2.00 1.00 2.00 8 2.00 1.0 1.00 1.00
Saffira 2.00 1.00 2.00 6 1.00 1.0 1.00 1.00
Ausani 2.00 1.00 2.00 3 1.00 1.0 1.00 1.00
Bella 2.00 1.00 2.00 7 1.00 1.0 1.00 1.00
Humairah 2.00 1.00 1.00 6 1.00 1.0 1.00 1.00
Tengku
Callysta 2.00 1.00 2.00 8 1.00 1.0 1.00 1.00
Dhea 2.00 1.00 2.00 8 1.00 1.0 1.00 1.00
sitti 2.00 1.00 2.00 8 2.00 1.0 1.00 1.00
Nadia 2.00 1.00 1.00 7 1.00 1.0 1.00 1.00
Irgie 1.00 1.00 2.00 7 2.00 1.0 1.00 1.00
Yustika 2.00 1.00 1.00 6 1.00 1.0 1.00 1.00
Syahrur 1.00 1.00 1.00 4 1.00 1.0 1.00 1.00
Ammar 1.00 1.00 2.00 7 1.00 1.0 1.00 1.00
Ridho 1.00 1.00 2.00 8 1.00 1.0 1.00 1.00
Ariqleesta 1.00 1.00 2.00 5 1.00 1.0 1.00 1.00
Rahman 1.00 1.00 2.00 8 1.00 1.0 1.00 1.00
Rizki 1.00 1.00 1.00 5 2.00 1.0 1.00 1.00
rafiq 1.00 1.00 2.00 5 1.00 1.0 1.00 1.00
Ahmad 1.00 2.00 1.00 6 2.00 1.0 1.00 1.00
Asyari 1.00 1.00 2.00 4 1.00 1.0 1.00 1.00
Zuhri 1.00 1.00 3.00 8 1.00 2.0 2.00 2.00
Shania 2.00 1.00 2.00 7 1.00 1.0 1.00 1.00
Asri 2.00 1.00 1.00 8 1.00 1.0 1.00 1.00
Mimi 2.00 1.00 2.00 5 1.00 1.0 1.00 1.00
Sabila
Amanda 2.00 1.00 1.00 7 1.00 1.0 1.00 1.00
Cut Thifal 2.00 1.00 2.00 5 1.00 1.0 1.00 1.00
Tissa 2.00 1.00 2.00 6 1.00 1.0 1.00 1.00
Alma 2.00 1.00 2.00 5 1.00 1.0 1.00 1.00

Universitas Sumatera Utara


Dara 2.00 1.00 2.00 6 1.00 1.0 1.00 1.00
Sarah 2.00 1.00 2.00 5 2.00 1.0 1.00 1.00
Rizka 2.00 1.00 2.00 8 1.00 1.0 1.00 1.00
Khairinizzah 2.00 1.00 2.00 6 1.00 1.0 1.00 1.00
M.Rizki 1.00 1.00 2.00 5 2.00 1.0 1.00 1.00
Mulkan 1.00 1.00 2.00 8 2.00 1.0 1.00 1.00
Rey 1.00 1.00 2.00 7 1.00 1.0 1.00 1.00
Dina 2.00 1.00 1.00 5 1.00 1.0 1.00 1.00
Riskya 2.00 1.00 2.00 6 1.00 1.0 1.00 1.00
Annisa 2.00 1.00 2.00 7 1.00 1.0 1.00 1.00
Mutia 2.00 1.00 2.00 5 1.00 1.0 1.00 1.00
Sarah 2.00 1.00 2.00 5 1.00 1.0 1.00 1.00
Sitisca 2.00 1.00 1.00 7 1.00 1.0 1.00 1.00
Hendro 1.00 1.00 2.00 8 2.00 1.0 1.00 1.00
Irgi 1.00 3.00 2.00 7 1.00 1.0 1.00 1.00
Mufti 1.00 1.00 2.00 5 2.00 1.0 1.00 1.00
Wawa 1.00 1.00 2.00 6 1.00 1.0 1.00 1.00
Daffa 1.00 1.00 2.00 6 1.00 1.0 1.00 1.00
Teguh 1.00 1.00 2.00 6 1.00 1.0 1.00 1.00
Ratu 2.00 1.00 2.00 7 2.00 1.0 1.00 1.00
Bella 2.00 1.00 3.00 7 1.00 1.0 1.00 1.00
Dimas 1.00 1.00 2.00 5 1.00 1.0 1.00 1.00
Tanta 2.00 1.00 2.00 6 2.00 1.0 1.00 1.00
Sari 2.00 1.00 2.00 8 1.00 1.0 1.00 1.00
Nadia 2.00 1.00 2.00 7 1.00 1.0 1.00 1.00

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai