Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah ahklak tasawuf
Disusun oleh:
KELOMPOK I
Siti Nurpah
NPM : 1810110083
Renny Nursyafitri
NPM : 1810110094
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat inayah serta hidayah-Nya. Sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam semoga kita mendapatkan syafa’at di hari akhir nanti. Amin. Makalah
ini di buat sebagai tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi Fakultas Agama Islam dan Humaniora. Terima kasih
kami ucapkan kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Dan terkhusus untuk teman-teman
saya yang selalu memberikan saya motivasi dalam hal apapun. Saya sadar bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih jauh sekali dari sempurna. Karenanya, kritik dan saran anda sangat saya butuhkan demi memperbaiki
di pembuatan makalah mendatang. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri saya sendiri
dan bagi pembaca pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari baik dan buruk akhlak tasawuf?
2. Aplikasi baik dan buruk akhlak tasawuf?
3. Apa saja aliran tentang baik dan buruk akhlak tasawuf?
4. Apakah sifat dari baik dan buruk akhlak tasawuf?
5. Bagaimana baik dan buruk akhlak tasawuf menurut ajaran islam?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian baik dan buruk juga ada subyektif dan relatif, baik bagi seseorang belum
tentu baik bagi orang lain.sesuatu itu baik bagi seseorang apabila hal ini sesuai dan berguna
untuk tujuannya. Hal yang sama adalah mungkin buruk bagi orang lain, karena hal tersebut
tidak akan berguna untuk tujuannya.masing-masing orang mempunyai tujuan yang berbeda-
beda,bahkan ada yang bertentangan, sehingga yang berharga untuk seseorang atau untuk
sesuatu golongan berbeda dengan yang berharga untuk orang atau golongan lainnya.
Akan tetapi secara obyektif, walaupun tujuan orang atau golongan didunia ini berbeda-
beda, sesungguhnya pada akhirnya semua mempunyai tujuan yang sama, sebagai tujuan
akhir tiap-tiap sesuatu, bukan saja manusia bahkan binatang pun mempunyai tujuan. Dan
tujuan akhir dari semuanya itu sama, yaitu bahwa semuanya ingin bahagia. Tak ada seorang
pun dan sesuatupun yang tidak ingin bahagia.
B. Aplikasi baik dan buruk akhlak tasawuf
Sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia, berkembang pula yang digunakan
orang dalam mengaplikasikan baik dan buruk.Menurut Al-Ghazali hakikat akhlak mencakup
dua syarat yakni perbuatan itu harus dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama,
sehingga menjadi kebiasaan. Kedua perbuatan itu harus tumbuh dengan mudah tanpa
pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain.
Karena akhlak yang terpuji merupakan tindakan atau perbuatan yang bagus.
Sementara akhlak yang jelek merupakan segala jenis tindakan yang jelek dan merugikan
bukan hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi orang lain. Akhlak terpuji merupakan
akhlak islami yang tidak hanya membawa kebaikan juga namun juga memberi keuntungan
bagi orang lain.
Dengan merujuk kepada berbagai kutipan tersebut di atas beberapa aliran filsafat
yang memengaruhi pemikiran akhlak tersebut dapat dikemukakan secara ringkas sebagai
berikut:
1. Baik dan Buruk Menurut Aliran Adat-Istiadat (Sosialisme)
Menurut aliran ini baik atau buruk ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang
berlaku dan ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang berlaku dan dipegang teguh
oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang
baik, dan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat- istiadat dipandang buruk,
dan kalau perlu dihukum secara adat.
Adat-istiadat selanjutnya disebut pula sebagai pendapat umum. Ahmad Amin
mengatakan bahwa tiap-tiap bangsa mempunyai adat-istiadat yang
tertentu dan menganggap baik bila mengikutinya, mendidik anak-anaknya sesuai
dengan adat-istiadat itu, dan menanamkan perasaan kepada mereka, bahwa adat-
istiadat itu akan membawa kepada kesucian, sehingga apabila seseorang menyalahi
adat-istiadat itu sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya.
“Ajaklah manusia menuju Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (QS
Al-Nahl [16]: 125).
ﻣ ْﻨ َﻬﺎ
ﻣﻦ ﺟﺎء ﺑﺎﻟ ﺤﺴ َﻨ ﺔِ ﻓﻠَﻪ ْْﻴ
ﺮﺧ
“Barangsiapa yang mendatangkan kebaikan, maka baginya kebaikan.” (QS Al-
Qashash [28]: 84).
Adapun kata al-thayyibah khusus digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang
memberikan kelezatan kepada pancaindra dan jiwa, seperti makanan, pakaian, tempat
tinggal, dan sebagainya. Lawannya adalah al-qabihah artinya buruk. Hal ini
misalnya terdapat pada ayat yang berbunyi:
ْْﻧﺰ ْﻟ َﻨﺎ ﻋﻠَ ْﻴﻜُﻢ اﻟﻤﻦ واﻟﺴ ﻠْﻮى ْ ﻛُ ﻠُﻮا ﻣﻦ ﻃ “ﻴ َﺒﺎت ﻣﺎ رزﻗ َﻨﺎﻛُﻢ
*وا
“Kami turunkan kepadamu “manna” dan “salwa”. Makanlah dari makanan yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (QS Al-Baqarah [2]: 57).
Selanjutnya kata al-khair digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang baik oleh
seluruh umat manusia, seperti berakal, adil, keutamaan dan segala sesuatu yang
bermanfaat. Lawannya adalah al-syarr. Hal ini misalnya terdapat pada ayat yang berbunyi.
ﺎن اﻟﻠﻪ ﺷﺎﻛﺮ ﻋ ِﻠﻴﻢ, وﻣﻦ ﺗﻄﻮع ﺧ ْﻴﺮا ﻓ
“Barangsiapa yang melakukan sesuatu kebaikan dengan kerelaan hati, maka
sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.”(QS Al- Baqarah
[2]: 158).
Adapun kata al-mahmudah digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang utama
sebagai akibat dari melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT. Dengan demikian kata
al-mahmudah lebih menunjukkan pada kebaikan yang bersifat batin
dan spiritual. Hal ini misalnya dinyatakan dalam ayat yang berbunyi:
اوﻣﻦ اﻟﻠ ْﻴﻞ ﻓ َﺘ َﻬﺠﺪ ﺑ ِﻪ ﻧﺎﻓﻠَﺔ ﻟَﻚ ﻋﺴﻰ ان ﻳ ْﺒﻌ َﺜﻚ ر ﺑﻚ ﻣﻘﺎﻣﺎ ﻣﺤﻤﻮد
“Dan dari sebagian malam hendaknya engkau bertahajjud mudah-mudahan Allah
akan mengangkat derajatmu pada tempat yang terpuji.” (QS Al-Isra’ [17]: 79).
Selanjutnya kata al-karimah digunakan untuk menunjukkan pada perbuatan dan akhlak
yang terpuji yang ditampakkan dalam kenyataan hidup sehari-hari. Selanjutnya kata al-
karimah ini biasanya digunakan untuk menunjukkan perbuatan terpuji yang skalanya besar,
seperti menafkahkan harta di jalan Allah, berbuat baik pada kedua orang tua dan lain
sebagainya. Allah SWT berfirman:
ً
ﻗﻮﻻ َﻛﺮﻳﻤﺎ َ ﺗ ُﻘﻞ ﻟ ُﻬﻤﺎ اف و
ﻻ ﺗ ْﻨ َﻬ ْﺮﻫﻤﺎ وﻗﻞ ﻟ ُﻬﻤﺎ
ﻓﻼ
“Dan janganlah kamu mengucapkan kata “uf-cis” kepada kedua orang tua, dan
janganlah membentaknya dan ucapkanlah pada keduanya ucapan yang mulia.” (QS Al- Isra’
[17]: 23).
Adapun kata al-birr digunakan untuk menunjukkan pada upaya memperluas atau
memperbanyak melakukan perbuatan yang baik. Kata tersebut terkadang digunakan
sebagai sifat Allah, dan terkadang juga untuk sifat manusia. Jika kata tersebut digunakan
untuk sifat Allah, maka maksudnya adalah bahwa Allah memberikan balasan pahala yang
besar, dan jika digunakan untuk manusia, maka yang dimaksud adalah ketaatannya.
Misalnya terlihat pada ayat yang berbunyi:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian,
akan tetapi sesungguhnya kebaikan itu ialah kebaikan orang yang beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang- orang yang menepati
janjinya apabila berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan.” (QS Al-Baqarah [2]: 177).
Kata al-birr dihubungkan dengan ketenangan jiwa dan akhlak yang baik dan
merupakan lawan dari dosa. Ini menunjukkan bahwa al-birr dekat artinya dengan akhlak
yang mulia, atau al-sbirr ini termasuk salah satu akhlak yang mulia. Berbagai istilah yang
mengacu kepada kebaikan itu menunjukkan bahwa kebaikan dalam pandangan Islam
meliputi kebaikan yang bermanfaat bagi fisik, akal, rohani, jiwa, kesejahteraan di dunia dan
kesejahteraan di akhirat serta akhlak yang mulia.
Untuk menghasilkan kebaikan yang demikian itu Islam memberikan tolok ukur yang
jelas, yaitu selama perbuatan yang dilakukan itu ditujukkan untuk mendapatkan keridhaan
Allah yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan ikhlas. Perbuatan akhlak dalam Islam
baru dikatakan baik apabila perbuatan yang dilakukan dengan sebenarnya dan dengan
kehendak sendiri itu dilakukan atas dasar ikhlas karena Allah. Untuk itu peranan ikhlas
sangat penting. Allah berfirman:
2. AL BAQARAH:263
أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم
Artinya:
“Perbuatan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu
yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha kaya lagi maha penyantun.’’(QS Al-
Baqarah [2]: 263).
Dengan demikian, ketentuan baik dan buruk yang terdapat dalam etika dan moral dapat
digunakan sebagai sarana atau alat untuk menjabarkan ketentuan baik dan buruk menurut
ajaran islam yang ada dalam alqur’an dan al-sunnah.
.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa Arab, atau
good dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Arab, yang buruk itu dikenal dengan istilah
syarr, dan diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik, yang tidak seperti yang
seharusnya, tak sempurna dalam kualitas, di bawah standar, kurang dalam nilai, tak
mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak
dapat diterima, sesuatu yang tercela, lawan dari baik, dan perbuatan yang
bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.
2. Poedjawijatna lebih lanjut menyebutkan sejumlah pandangan filsafat yang
digunakan dalam menilai baik dan buruk adalah aliran adat-istiadat (sosialisme),
hedonisme, intuisisme (humanisme), utilitarianisme, vitalisme, religiousisme, dan
evolusisme.
3. Sifat baik atau buruk yang dihasilkan berdasarkan pemikiran filsafat tersebut menjadi
relatif dan nisbi pula, yakni baik dan buruk yang dapat terus berubah. Sifat baik buruk
yang dikemukakan berdasarkan pandangan tersebut sifatnya objektif, lokal, dan
temporal. Dan oleh karenanya nilai baik dan buruk itu sifatnya relatif.
4. Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk
Al-Qur’an dan al-Hadist. Perbuatan yang dianggap baik dalam Islam adalah perbuatan
yang sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Al-Sunnah, dan perbuatan yang buruk
adalah perbuatan yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Sunnah itu.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mengetahui Baik dan Buruk dalam
Pembelajaran Akhlak Tasawuf. Kami menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih
terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang sifatnya
membangun sangatlah kami harapkan untuk baiknya makalah ini
kedepannya.
BAB IV
Daftar pustaka
Al Baqir, Muhammad. 1994. Membentuk Akhlak Mulia. Bandung: Karisma.
Mustofa, Akhmad, 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung: cv Pustaka setia . Nata.
Abidin. 1996. Akhlak Tasawuf . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.