Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENYAJIAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. O
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 69 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pensiunan
Status Pernikahan : Menikah
Masuk ke RS : 06 Agustus 2017

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


a. Keluhan Utama
Marah-Marah

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Heteroanamnesis (pasien dan istri pasien) tanggal 11 Juli 2017
Pasien diantar oleh keluarganya ke IGD Rumkit Dustira karena
pasien sering mengamuk dan marah-marah sejak 4 hari sebelum masuk
Rumah Sakit (SMRS). Sebelumnya pasien dibawa ke rumah sakit Santosa.
keluarga meminta kamar VIP tetapi pihak rumah sakit tidak membolehkan
karena pasien gaduh gelisah dan marah-marah. Pasien sering marah kepada
keluarganya. Pada saat marah, pasien sering mengumpat dan mengeluarkan
kata-kata yang tidak sepantasnya. Pasien beberapa kali marah dan melemper
barang-barang dirumah tanpa alasan yang jelas.
Pasien pertama kali mulai marah-marah saat pulang dari rumah adik
istrinya. Awalnya pasien datang ke rumah adek istri pasien ingin curhat
mengenai keadaan keluarganya yang seolah-olah tidak memperhatikan dan

1
tidak menyayangi pasien. Pasien merasa istrinya tidak perhatian dan tidak
sayang kepada pasien. pasien merasa sering di cuekin ketika berbicara
dengan istrinya. selain itu pasien merasa bahwa anaknya tidak sayang
kepada pasien karena pasien tidak diperbolehkan memakai mobil mewah
baru milik anaknya. Menurut istri pasien, Ibu pasien memang sering tidak
memperhatikan seutuhnya perkataan suaminya dikarenakan dengan
kesibukanya, istri pasien bosan karena pasien banyak bicara dan tema yang
dibicarakan hampir sama setiap harinya. sedangkan menurut istri pasien,
anaknya tidak membolehkan sang ayah memakai mobil barunya jika tanpa
didampingi oleh anaknya, karena ayahnya beberapa kali terdapat lupa
ingatan seperti memarkir. kemudian ayahnya memang meminjam mobil
baru anaknya hanya untuk memamerkan bahwa ia bisa membeli mobil
mewah kepada rekan-rekan pejabatnya. Oleh karena itu adik ibu pasien
memberikan nasihat kepada pasien, tetapi pasien malah sakit hati dan
marah-marah.
Saat di rumah pasien juga sering jalan-jalan keluar rumah mengobrol
sendiri dan berkata yang tidak sepantasnya, kemudian saat waktu sholat
magrib pasien hanya memakai celana dalam pergi ke masjid. sehingga
keluarga membawa ke rumah sakit.
Saat dirumah sakit pasien mengaku mendengar bisikan-bisikan
ataupun suara yang mengatakan bahwa dirinya di incar oleh inteligen
Tentara. Pasien menyangkal pernah melihat bayangan-bayangan atau
penglihatan yang aneh. pasien juga mudah curiga kepada orang-orang yang
lewat sebagai intelijen tentara yang mau memasukan pasien ke penjara.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


 Kondisi medis umum
Pasien pernah mengalami stroke iskemik dengan hemiparese sebelah
kanan..
Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus

2
 Riwayat gangguan psikiatri
-

d. Riwayat Keluarga
Tidak ada riwayat keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama
dengan pasien.

e. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat prenatal dan perinatal
-Sulit Dinilai
2. Masa Kanak-Kanak Awal
-Sulit dinilai
3. Masa Kanak-kanak menengah
Pasien sekolah seperti biasa dan kadang-kadang membantu orang tua
bekerja. pasien saat kecil dimanja oleh orang tuanya.
4. Masa kanak-kanak akhir
Pasien sekolah tahap SMP, untuk hubungan interaksi social pasien
mengaku seperti biasa.

f. Impian Fantasi dan Nilai-Nilai


Setelah keluar dari rumah sakit pasien ingin mencoba mengambil
pendidikan jenjang S2 dibidang pendidikan matematika.

g. Persepsi Keluarga tentang Pasien


Pasien tinggal dengan istri, keseharian pasien hanya sebagai pensiunan.,
pasien sering berinteraksi dengan sosial, pasien sering berkumpul bareng
dengan kawan-kawan dan mengikuti acara-acara kedinasan. Pasien di
anggap oleh istrinya mudah marah dan logorrhea, serta suka
menyombongkan diri.

3
III. STATUS PSIKIATRIKUS
Diperiksa tanggal 6 agustus 2017.
a. Deskripsi umum
1. Penampilan : Roman wajah cemas, sopan santun buruk, menjaga
penampilan diri buruk.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor : hiperaktif, agresif.
3. Sikap terhadap pemeriksa : tidak kooperatif, kontak mata tidak ade kuat
b. Pembicaraan: irrelevan, logore
c. Mood, afek, dan keserasian
1. Mood : iritable
2. Afek : serasi
3. Kesesuaian : appropriate
d. Pikiran/proses pikir
1. Bentuk : Autistik.
2. Arus : Inkoheren.
3. Isi : waham curiga (+)
e. Persepsi :halusinasi auditorik (+) halusinasi visual (-), ilusi dan
depersonalisasi disangkal
f. Sensorium dan kognisi
1. Taraf kesadaran
Kuantitas : E4V5M6
Kualitas : Compos Mentis
2. Orientasi
Waktu : Buruk
Tempat : Buruk
Orang : Baik
3. Daya ingat
Jangka panjang : Sulit dinilai
Jangka pendek : Sulit dinilai
Segera : Sulit dinilai
4. Konsentrasi dan perhatian:

4
Kurang baik, perhatian mudah teralihkan
5. Kemampuan membaca dan menulis:
Buruk
6. Kemampuan visuospasial:
Buruk
7. Kemampuan berpikir abstrak:
Buruk
g. Daya nilai dan tilikan
1. Kesan nilai sosial : buruk
2. Daya nilai realita : buruk
3. Tilikan : Derajat 1
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
a. Pemeriksaan tanda vital
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Frekuensi pernafasan : 20 x/menit
Frekuensi nadi : 85 x/menit
Suhu : 36,4oC
Gizi : Kesan : Baik
BB : 70 kg ;TB : 165 cm ;BMI : 23,05 kg/m2
b. Status Generalis
Kulit : warna kulit sawo matang, tidak ada kelainan kulit bawaan

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), strabismus (-)

THT :

Telinga : deformitas (-), secret (-)

Hidung : deviasi septum (-), napas cuping hidung (-), seckret


(-)

Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1)

5
Paru :

Inspeksi : Simetris

Palpasi : fremitus taktil simetris kanan-kiri

Perkusi : sonor di semua lapang paru

Auskultasi : SND: ves (+/+), SNT: Rh (-/-), Wh (-/-)

Jantung :

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, gallop (-), Murmur (-)

Abdomen :

Inspeksi : perut datar, simteris kanan-kiri, distensi (-), venektasi (-), ,

Auskultasi : suara bising usus dalam batas normal (<8x per menit)

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani seluruh kuadran, shifting dullness (-)

Punggung : deformitas (-)

Ekstremitas : Tremor (-/-) akral hangat, CRT < 2 detik, Edema (-/-)

c. Status Neurologi
Kesadaran : Compos Mentis GCS : 15 (E4V5M6)
Pupil : Bulat (+) , Isokor (+) , Diameter 3 mm/3 mm, RCL (+/
+), RCTL (+/+)
Tanda Rangsang Meningeal : Kaku Kuduk (-), Kernig (-/-), Laseque (-/-)
Nervus Cranialis : Tidak ada Kelainan

6
Motorik : Sensorik :
55555555 + +
55555555 + +

Refleks Fisiologis : Refleks Patologis :


Biceps : +2/+2 Babinsky : -/-
Triceps : +2/+2 Hofmann Tromner
: -/-
Achilles : +2/+2
Patella : +2/+2
Otonom : Tidak ada kelainan
V. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab, diperiksa tanggal 11 Juli 2017.
Hemoglobin : 14,4 g/dl (13,0 -18,0)
Eritrosit : 6,6 x 103/u (4,0 – 5,5)
Leukosit : 8,2 x 103/u (4,0 -10,0)
Hematokrit : 50,5% (38,0 – 54,0)
Trombosit : 267 x 103/ul (150-450)
SGOT : 29 u/l (<35)
SGPT : 16 u/l (<45)
GDS : 326 mg/dl (-)
MCV : 76,2 fL (75-100)
MCH : 26,2Pq (25-32)
MCHC : 34,5gr/dl (32-36)
RDW : 12,2% (10-16)
Ureum : 26 mg/dl (10-50)
Creatinin : 0,9 mg/dl (0,6-1,1)

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis 1 : F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
Aksis 2 : Tidak ada diagnosis

7
Aksis 3 : Tidak ada diagnosis
Aksis 4 : Masalah lingkungan sosial, masalah ekonomi
Aksis 5 : 60-51 (Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang)

VII. PENATALAKSANAAN
a. Hospitalisasi
b. Non-farmakologi :Psikoterapi Suportif
c. Farmakologi
- Inj Valdimex 5mg/ IM
- Depram 5 mg PO S1-0-1
- Clofritis 10 mg PO S1-0-1

VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad Bonam

IX. FOLLOW UP HARIAN


Tanggal Hasil Pemeriksaan Planning
S:
Pasien tidur tenang dan nyenyak, makan dan - Inj Valdimex 5
minum membaik, melihat bayangan disangkal, mg/ IM
mendengar bisikan-bisikan disangkal, sakit - PO Depram 5 mg
kepala disangkal, perut terasa sakit, sesak (-) S1-0-1
O: - PO Clofritis 10
12 Juli 2017 TD: 130/80 mmHg, mg S1-0-1
RR: 19x/mnt,
HR: 82x/mnt,
Suhu : 36,5 oC

8
Raut wajah : bingung, dekorum : baik.
Perilaku : kooperatif. Kontak Tidak Adekuat,
Hipoaktif. Mood : Iritable, cemas, afek :
Bingung, kesesuaian : sesuai. Bentuk pikir:
realistik, arus pikir: normal, isi pikir : waham
(-). Persepsi : perilaku halusinasi dan ilusi
disangkal
A:
Generalized Anxiety Disorder (GAD)
S:
Pasien tidur tenang dan nyenyak, makan dan - Inj Valdimex 5
minum membaik, melihat bayangan disangkal, mg/ IM
mendengar bisikan-bisikan disangkal, sakit - PO Depram 5 mg
kepala disangkal, perut terasa sakit berkurang, S1-0-1
sesak (-) - PO Clofritis 10
13 Juli 2017 O : mg S1-0-1
TD: 120/80 mmHg,
RR: 19x/mnt,
HR: 80x/mnt,
Suhu : 36,4 oC
Raut wajah : bingung, dekorum : baik.
Perilaku : kooperatif. Kontak Tidak Adekuat,
Hipoaktif. Mood : Iritable, cemas, afek :
Bingung, kesesuaian : sesuai. Bentuk pikir:
realistik, arus pikir: normal, isi pikir : waham
(-). Persepsi : perilaku halusinasi dan ilusi
disangkal
A:
Generalized Anxiety Disorder (GAD)

9
BAB II
PEMBAHASAN

I. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang laki-laki berusia 69 tahun, sudah menikah, pensiunan lp,
pendidikan S1, datang dibawa oleh istrinya karena marah-marah, Keluhan
marah dirasakan sejak 4 hari SMRS. perubahan dirasakan semakin hari
semakin agresif. Pasien juga sering melempar barang-barang di dalam rumah.
pasien meracau dan jalan-jalan keluar rumah. Sebelum masuk rumah sakit
pasien datang ke masjid hendak sholat hanya menggunakan celana dalam.
Pasien merasa tidak disayang oleh keluarganya, terutama oleh istri pasien,
adik istri pasien dan anak pasien. sehingga pasien mempunyai rasa sakit hati
kepada mereka. Saat dirumah sakit pasien curiga bahwa pasien dikejar-kejar
oleh inteligen tentara dana akan memasukannya kedalam penjara. selain itu
juga pasien mendegar bisikan-bisikan bahwa akan ada orang yang akan
menangkap pasien.

10
Pasien dalam 3 bulan terakhir mulai beberapa kali lupa dalam beberapa
hal, seperti lupa bahwa ia memarkir mobil, mematikan lampu mobil, lupa
jalan sehingga binggung saat dipersimpangan jalan dan lupa jalan menuju
pulang ke rumah.
Istri pasien mulai merasakan keanehan pada suaminya sejak 2 minggu
terakhir. Pasien biasanya sering melakukan hubungan seksual dengan istrinya.
tetapi 2 minggu terakhir pasien tidak pernah masuk ke dalam kamar istrinya.
pasien juga mudah tersinggung dan emosi. pasien saat kalah bermain tenis
suka marah ketika kawannya bercanda mengolok kekalahan pasien.
Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan penampilan buruk, roman wajah
cemas, sopan santun buruk, agresif, hiperaktif,tidak kooperatif dan kontak
belum adekuat. Bicara irrelevan, kontak kurang. Mood iritable, afek serasi..
Pada bentuk pikir autistik, inkoheren, ada waham Curiga. Kesadaran
komposmentis GCS 15. Orientasi buruk, memori sulit dinilai . Tilikan pasien
1. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 190/100 mmHg dengan
suhu 36,9 oC. Pada pemeriksaan status generalis dan hasil pemeriksaan
penunjang tidak ditemukann adanya kelainan.

II. DIAGNOSIS
 Aksis I
Berdasarkan ikhtisar penemuan di atas, maka kasus ini termasuk dalam
diagnosa demensia karena terdapat berkurangnya kognisi pada tingkat
kesadaran yang stabil. Gangguan ini sebagai diagnosa demensia yang
merupakan suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya
bersifat kronik-progesif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal
yang multipel, termasuk didalamnya : daya ingat, daya piker, orientasi,
daya tangkap, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa dan daya nilai.
Umumnya disertai dan diawali dengan kemerosotan (deterioration) dalam
pengendalian emosi, perilaku sosial dan motivasi hidup.1.2

11
Diagnosa aksis I pada pasien ini adalah F 01.0 Untuk mendiagnosa
seseorang menderita Demensia Vaskuler menurut PPDGJ III adalah
sebagai berikut:1
A. Perkembangan defisit kognitif yang dimanifestasikan dengan baik
(1) Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari
informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari
sebelumnya)
(2) Satu atau lebih gangguan kognitif berikut ;
(a) Afasia ( gangguan bahasa)
(b) Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik
walaupun fungsi motorik utuh)
(c) Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda
sensorik utuh
(d) Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu merencanakan,
mengorganisasi, mengurutkan dan abstrak)
B. Defisit dalam kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing-masing
menyebabkan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial atau
pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dari tingkat
fungsi sebelumnya
C. Tanda dan gejala neurologis fokal (misalnya; peningkatan refleks
tendon dalam, respon ekstensor palntar, palsi pseudobulbar, kelainan
gaya berjalan, kelemahan pada satu ekstremitas) atau atau tanda-tanda
laboratorium adalah indikatif untuk penyakit serebrovaskuler (misalnya
infark multipel yang mengenai korteks dan subtannsia putih
dibawahnya) yang dianggap berhubungan secara etiologi dengan
gangguan
D. Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan delirium.1

Kriteria diagnostik Demensia Vaskuler menurut PPDG-III 2

12
1. Terdapatnya gejala dmensia
2. Hendaya fungsi kognitif biasannya tidak merata ( mungkin terdapat
hilangnya daya ingat, gangguan piker, gejala neurologis fokal).
Daya tilik dri (insight) dan daya nilai (judgment) secara relative
tetap baik.
3. Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai
adanya gejala neurologis fokal, meningkatkan kemungkinan
diagnosis demensia vaskuler.
Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan
pemeriksaan CT-Scan atau pemeriksaan neuropatologis.2
Dari Anamnesis didapatkan bahwa pasien berusia 69 tahun awalnya
memiliki gejala hipertensi (HT) yang terkontrol, kemudian pasien tidak
meminum obat hipertensi selama enam bulan. kemudian pada tahun 2003
pasien terkena stroke iskemik dengan disertai gejala hemiparese sebelah kanan
dan logorrhea. Seiring berjalanya waktu pasien mudah tersinggung dan
mempunyai waham curiga. Sekitar 3 bulan sebelumnya pasien juga diketahui
sering mengalami gejala lupa seperti lupa memarkir mobil, mematikan lampu
mobil, lupa jalan dan arah pulang. Dimana dari gejala-gejala yang kita temui
diatas sesuai dengan gejala-gejala yang didapat/ dapat ditemukan pada pasien
demensia vaskuler.
Logorrhea bisa ditemukan pada pasien post stroke iskemik. Sinonim yang
paling sering digunakan untuk aphasia Wernicke adalah afasia sensorik, dan
beberapa nama lain juga digunakan, misalnya afasia akustik-amnestia, aphasia
reseptif dan agnosia lisan. Aphasia ini ditandai oleh mudah mengucapkan
kata-kata. oleh karena itu digolongkan sebagai fluent aphasia dengan
produksi ucapan normal atau banyak bicara (logorrhea).3,5.
Meskipun berdasarkan skor MMSE (Mini Mental Status Examination)
pasien memiliki skor 28 (tidak terdapat gangguan kognitif; 25-30), tetapi pada
pasien sudah terdapat penurunan dalam daya ingat, berbahasa dan daya nilai
pasien meskipun belum berat (meskipun dari umur pasien sekarang sudah
menginjak umur 70 tahun). Pada pasien juga terdapat kemerosotan dalam

13
pengendalian emosi yang membuat perubahan perilaku pasien seperti mudah
marah-marah dan agresi. Pasien juga mudah curiga kepada istrinya dan
keluarganya sehingga membenci mereka.
Pasien dua minggu terakhir mengalami perubahan seksual dimana ia
belum berhubungan seksual dengan istrinya tanpa ada alasan yang jelas.
kemudia 4 hari terakhir pasien sangat irritable. pasien mudah marah dan
berbicara meracau serta berkata yang tidak sepantasnya. pasien juga
membanting barang-barang dirumah serta pasien suka berjalan-jalan keluar
rumah. pasien juga mempunyai waham curiga ingin di masukan kedalam
penjara oleh inteligen tentara serta mempunyai halusinasi auditorik berupa
bisikan bahwa ia akan dimasukan kedalam penjara.
Kumpulan gejala-gejala perilaku dan psikologi di atas dikenal sebagai
Behavior and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD), BPSD sendiri
yaitu Gejala gangguan persepsi, isi pikir, suasana hati, atau perilaku yang
sering terjadi pada pasien dengan demensia.BPSD bermakna secara klinis
ditemukan di sekitar sepertiga dari orang-orang yang terkena dengan
dementia.4
A. Gejala Perilaku pada BPSD
 Disinhibisi
Pasien dengan disinhibisi berperilaku impulsif, menjadi mudah
terganggu, emosi tidak stabil, memiliki wawasan yang kurang
sehingga sering menghakimi, dan tidak mampu mempertahankan
tingkat perilaku sosial sebelumnya. Gejala lain meliputi : menangis,
euphoria, agresi verbal, agresi fisik terhadap orang lain dan benda-
benda, perilaku melukai diri sendiri, disinhibisi seksual, agitasi
motorik, campur tangan, impulsif dan mengembara.4
 Agitasi
Agitasi didefinisikan sebagai aktivitas yang tidak pantas, baik secara
verbal, vokal, atau motor.Subtipe dari agitasi tercantum dalam tabel
berikut.
Tabel 1. Subtipe Agitasi4

14
Perilaku fisik non agresif : Perilaku verbal non agresif :
- Kegelisahan umum - Negativisme
- Manerisme berulang - Tidak menyukai apapun
- Mencoba mencapai tempat - Meminta perhatian
yang berbeda - Berkata-kata seperti bos
- Menangani sesuatu secara - Mengeluh/melolong
tidak sesuai - Interupsi yang relevan
- Menyembunyikan barang - Interupsi yang irelevan
- Berpakaian tidak sesuai atau
tidak berpakaian
- Menghukum berulang
Perilaku fisik agresif : Perilaku verbal agresif :
- Memukul - Menjerit
- Mendorong - Mengutuk
- Menggaruk - Perangai meledak-ledak
- Merebut barang - Membuat suara aneh
- Kejam terhadap manusia
- Menendang dan menggigit
 Wandering
Beberapa perilaku yang termasuk wandering yaitu memeriksa
(berulang kali mencari keberadaan caregiver), menguntit, berjalan
tanpa tujuan, berjalan waktu malam, aktivitas yang berlebihan,
mengembara (tidak bisa menemukan jalan pulang), berulang kali
mencoba untuk meninggalkan rumah.4
 Reaksi Ledakan Amarah/ Katastrofik4
Dalam salah satu penelitian terhadap 90 pasien dengan gangguan AD
(Alzheimer Disease) cukup ringan, ledakan marah tiba-tiba terjadi
pada 38% pasien, selain itu didapatkan hal-hal sebagai berikut.
- ledakan amarah tiba-tiba dikaitkan dengan meningkatnya aktivitas
dan perilaku agresif

15
- tidak ada hubungan yang ditemukan antara ledakan amarah dan
penampilan sikap apati, depresi, atau kegelisahan
- perilaku agresif memberikan kontribusi paling banyak terkait
gejala nonkogitif dan ledakan amarah tiba-tiba
- reaksi bencana dapat dipicu oleh gejala kognitif dan non-kognitif
seperti kesalahpahaman, halusinasi dan delusi

B. Gejala Psikologis pada BPSD

a. Gejala Mood
- Depresi
Adanya depresi pada pasien dengan demensia sebelumnya
mungkin memperburuk defisit kognitif pasien. Gangguan depresi
harus dipertimbangkan ketika ada satu atau lebih kondisi berikut
ini : mood depresi yang meresap dan anhedonia, pernyataan
menyalahkan diri dan menyatakan keinginan untuk mati dan
riwayat depresi pada keluarga atau pasien sebelum timbulnya
demensia.4,7
- Apati
Pasien yang apati menunjukkan kurangnya minat dalam kegiatan
sehari-hari, perawatan pribadi dan penurunan dalam berbagai jenis
interaksi social, ekspresi wajah. Modulasi suara, respon emosional
dan inisiatif.4,8
- Kecemasan
Kecemasan dalam demensia mungkin terkait dengan manifestasi
BPSD lain atau terjadi secara independen. Pasien demensia dengan
kecemasan akan mengekspresikan keprihatinan mengenai masalah
keuangan, masa depan, kesehatan (termasuk memori mereka),
kekhawatiran tentang acara nonstressfullsebelumnya, dan kegiatan
seperti berada jauh dari rumah.4

16
Karakterisitik gejala kecemasan lain dari pasien demensia adalah
takut ditinggalkan sendirian. Ketakutan ini dapat dianggap fobia
apabila kecemasan di luar batas kewajaran.4

b. Gejala Psikotik
- Waham
Manifestasi psikosis mencakup gejala positif (waham, halusinasi,
gangguan komunikasi, aktivitas motorik yang abnormal), dan
gejala negatif (avolition, kemiskinan isi pikiran, afek datar).
Ada lima tipe waham terlihat pada demensia (terutama demensia
tipe alzheimer) yaitu barang kepunyaannya telah dicuri, rumah
bukan kepunyaannya (misidentifikasi), pasangan (atau pengasuh
lainnya) adalah seorang penipu (sindrom Capgras), pengabaian/
ditinggalkan, ketidaksetiaan.3
- Halusinasi
Perkiraan frekuensi halusinasi pada demensia berkisar dari 12%-
49%.Halusinasi visual adalah yang paling umum (terjadi pada 30%
pasien dengan demensia) dan lebih sering terjadi pada demensia
yang moderat dibandingkan dengan demensia ringan atau
berat.Gambaran halusinasi secara umum berupa gambaran orang-
orang atau hewan-hewan. Pasien demensia juga mungkin
mengalami halusinasi auditorik (sekitar 10%), namun jarang untuk
halusinasi jenis lain, seperti yang bersifat penciuman atau taktil.6,11
- Misidentifikasi
Misidentifikasi dalam demensia adalah kesalahan persepsi stimuli
eksternal. Misidentifikasi terdiri dari, kehadiran orang-orang
dirumah pasien sendiri (boarder phantom syndrome), kesalahan
identifikasi diri pasien sendiri (tidak mengenali bayangan diri
sendiri di cermin), kesalahan identifikasi orang lain, kesalahan
identifikasi peristiwa di televisi (pasien mengimajinasikan
peristiwa tersebut terjadi secara nyata).7,8

17
Pada pasien gejala gangguan perilaku dan ganguan psikologis berupa :
1. gangguan perilaku yang didapat berupa :
 Disinhibisi : emosi pasien tidak stabil dan inhibisi seksual
 Agitasi : perilaku fisik non agresif berupa tidak berbaju,
perilaku fisik agresif berupa melempar barang-barang
dirumah. perilaku verbal agresif berupa memaki dan berkata
kotor.
 Wandering: jalan-jalan keluar rumah tanpa tujuan yang jelas.
2. gangguan psikologis yang didapat berupa:
 Gejala psikotik : waham curiga dan halusinasi auditorik

 Aksis II
Ciri kepribadian premorbid : ciri kepribadian paranoid. Ciri
kepribadian paranoid ditandai dengan adanya sifat kecurigaan dan
kecendrungan yang mendalam mendistorsikan pengalaman dengan
menyalahkan tindakan orang lain yang nertal atau bersahabat sebagai suatu
sikap permusuhan atau penghinaan. Terdapat kecurigaan yang berulang
tanpa dasar.
 Aksis III
Hipertensi dan Diabetes Melitus tipe 2.
 Aksis IV
Diagnosis pada aksis IV pada pasien ini adalah masalah keluarga. Masalah
lingkungan sosial ini muncul ketika pasien tidak dapat berinteraksi dengan
intensif dengan istri yang dikarenakan istri pasien mempunyai kesibukan
dan jenuh dengan pembicaran pasien yang hanya membahas topik yang
sama hampir setiap harinya. Hubungan pasien terhadap anak pasien juga
kurang baik dikarenakan anaknya tidak mengizinkan pasien memakai mobil
mewah baru milik anak pasien. pasien juga merasa dihina oleh adek istri
pasien sebagai anggota keluarga yang paling miskin.
 Aksis V

18
Diagnosis aksis V pada pasien ini adalah GAF 60-51 adalah Gejala sedang
(moderate), disabilitas sedang. Hal ini didukung dengan hasil anamnesis
yang dimana pasien terkadang mengalami lupa pada beberapa aktivitas.
Tetapi secara keseluruhan pasien masih bisa mandiri dalam melakukan
aktifitas sehari-hari.

III.PSIKODINAMIKA KASUS
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien merupakan
anak dari kehamilan yang diinginkan. Pasien dilahirkan cukup bulan dan lahir
secara normal. Riwayat pendidikan terakhir pasien adalah S1. Pasien lebih
banyak menghabiskan kegiatan sehari-harinya di dalam rumah dan di
lapangan tenis.
Keadaan pasien membuat keluarga pasien menjadi susah, dikarenakan
pasien sering berkata yang diulang-ulang dan minta diperhatikan. Pasien
sempat di rawat di RS Sentosa dikarenakan stroke pada tahun 2003 dan
mengalami hemiparese sebelah kanan. Pasien masih dapat melakukan kegiatan
nya sendiri, namun dalam 3 bulan terakhir ini pasien sering lupa.
Empat hari terakhir pasien mengalami perubahan perilaku dan psikologik
berupa marah-marah, bicara tidak sepantasnya, membanting barang-brang
keluar rumah tanpa tujuan dan pasien tidak memakai baju. Hal inilah yang
membuat keluarga membawa pasien berobat ke rumah sakit.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Rawat Inap
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan
diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan
bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Tujuan utama perawatan
dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antarapasien
dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang
dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus

19
juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang
Gangguan cemas menyeluruh. Lamanya perawatan rumah sakit
tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas
pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus
memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri,
kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah
sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan
termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga
pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup. 3
2. Psikofarmaka
- Abilify syrup (aripiprazole) 1 sendok (1 - 0 - 0)  antipsikotik
golongan atipikal. golongan ini tidak berhubungan dengan gejala efek
samping sindrom ekstra pyramidal. obat ini potensial D2- blocking
lemah.
- Merlopam (lorazepam) 0,5 mg (0 - 0 - 1)  ansiolitik golongan
benzodiazepin
- Aldomer (donezepil) 5 mg (1 - 0 - 0)  penghambat kolinesterase,
mengurangi inaktivitas asetilkolin. Pada demensia terjadi peningkatan
turnover dari asetilkolin.
- Depram (Escitalopram) 10 mg (1-0-0)  antidepresan golongan SSRI

Lorazepam merupakan golongan benzodiazepine yang bekerja


selektif pada reseptor GABA dimana menhambat transmisi sinaps yang
melalui sistem saraf pusat. Benzodiazepine meningkatkan respon GABA
dengan cara memfasilitasi pembukaan kanal klorida yang diaktivasi
GABA. Obat ini termasuk dalam jenis waktu paruh pendek-menengah
sehingga lebih cepat diekskresi dari tubuh.12 Lorazepam juga efektif
sebagai anti konvulsan, ansiolitik dan dapat bekerja sebagai antipsikotik
pada agitasi dan mania. Efek samping amnesia lorazepam lebih minimal
dibandingkan alprazolam. Obat ini dimetabolisme tanpa melalui

20
sitokrom p450 sehingga lebih aman digunakan pada pasien dengan
disfungsi renal atau hepar dengan efek farmakokinetik obat yang kecil.15
Pada pasien ini juga diberikan obat golongan SSRI (Selective
Serotonin Reuptake Inhibitor) yaitu depram 10 mg yang merupakan obat
antidepresan yang mekanisme kerjanya menghambat pengambilan
serotonin yang telah disekresikan dalam sinap (gap antar neuron),
sehingga kadar serotonin dalam otak meningkat. Peningkatan kadar
serotonin dalam sinap diyakini bermanfaat sebagai antidepresan. 4 Obat
antidepresan yang termasuk dalam golongan SSRI seperti Citalopram,
Escitalopram, Fluoxetine, Fluvoxamine, Paroxetine, dan Sertraline. 5
Pada pasien juga diberika Abilify syrup (Aripiprazole). Obat ini
berperan sebagai agonis parsial D2 dan 5-HT1A. Aripiprazole memiliki
efek ekstrapiramidal yang lebih kecil dibandingkan obat anti psikotik
generasi I ataupun II. Obat ini juga lebih aman diberikan pada orang tua
atau dewasa yang memiliki riwayat gangguan metabolic atau
kardiovaskular karena obat ini memiliki efek yang minimal terhadap
diabetes, pemanjangan interval QT, hipotensi postural, dislipidemia serta
efek anti kolinergik. Aripiprazole lebih minimal dalam membangkitkan
serangan kejang dibanding anti psikotik lain karena hanya sedikit
menurunkan ambang rangsang kejang.13 Dosis dimulai dari 5-
30mg/hari.14
Pasien diberikan Aldomer (Donepezil) tab. Menurut NICE guideline,
donepezil dibandingkan plasebo mengurangi gejala neuropsikiatrik pada
psien demensia.
3. Terapi Psikososial
Terapi ini meliputi keterampilan sosial, terapi berorientasi keluarga, terapi
perilaku kognitif, psikoterapi individu, dan terapi kelompok.3

V. PROGNOSIS
 Quo ad vitam: Bonam

21
Prognosis ad vitam bonam karena pada pasien ini tidak ada kegiatan
menyakiti diri sendiri yang dapat berdampak kehidupan pasien. Selain itu
status gizi yang baik juga menjadi pertimbangan prognosisnya lebih baik.

 Quo ad functionam: Dubia ad Bonam


Prognosis ad functionam dubia ad bonam karena dilihat dari fungsi dari
memori / daya ingat dan orientasi pasien masih cukup baik, namun seiring
berjalannya usia deteriosasi terus berjalan.

 Quo ad sanactionam: Dubia ad Bonam


Prognosis ad sanactionam dubia ad bonam karena dmensia merupakan
penyakit dengan gangguan otak yang reversible yang diperberat dengan
penyakit seperti hipertensi dan diabetes mellitus

22
BAB III
KESIMPULAN

Pasien laki-laki berusia 34 tahun mengalami Gangguan Cemas


Menyeluruh / Generalized Anxiety Disorder (GAD) dengan faktor yang diduga
berperan yaitu masalah lingkungan sosial dan ekonomi. Setelah pemberian terapi
antianxietas terjadi perubahan pada follow up keesokkan harinya. Secara
keseluruhan prognosis pada pasien ini adalah bonam dan kemungkinan
kekambuhan masih dapat terjadi.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas


PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya:
2003. Hal. 74.
2. Stevens V. Anxiety Disorders. In : Goljan EF, editor. Behavioral Science.
Elsevier Science.
3. Sadock B, Sadock V. Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10thedition. Lippincott Williams &
Wilkins. 2007.
4. Prayitno, 2008, Farmakologi Dasar, Lilian Batubara (eds), 129 – 130
Penerbit Lenskopi , Jakarta.
5. Teter, C. S., Kando, J. C., Wells, B. G., & Hayes, P. E., 2007, Depressive
Disorder ,dalam Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R.,
Wells, B. G.,& Posey Micheal, L.,(eds), Pharmacotherapy A Pat
hophysiologic Approach,7th Edition, Appleton and lange, New York.

24

Anda mungkin juga menyukai