Anda di halaman 1dari 15

KELAINAN SENDI TEMPOROMANDIBULAR

10.1 Definisi kelainan temporomandibular

Secara singkat akan di jelakan antomi dari sendi temporomandibular Temporomandibular joint ( TMJ )
adalah persendiaan dari kondilus mandibula dengan fossa gleinodalis dari tulang temporal.
Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan
menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya dibawah depan telingaa. Sendi
temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah
satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut berupa nyeri saat
membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci.
Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan disfungsi temporomandibular. Salah satu gejala
kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan menutup. Bunyi ini disebut dengan clicking
yang seringkali, tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari adanya kelainan sendi
temporomandibular.

Definisi dari kelainan temporomandibular merupakan kelainan pada bagian sendi temporal dimana hal
tersebut menyebabkan terjadinya ke abnormalan pada fungsi dan antomi dari senti temporal
tersebut.Gangguan pada TMJ merupakan kondisi yang bersifat progresif. Secara garis besar gangguan
pada sendi temporal akan menyebabkan rasa sakit,rasa sakit itulah yang disebut arthalgia dimana rasa
sakit itu hanya bersal dari nociceptor yang berada di jaringan lunak sekitar sendi discal ligament,capsular
ligament,dan retrodiscal tissue.Jika ligament ini elongasi atau tertekan maka nosiseptor akan
meneruskan implus sehingga timbul rasa sakit dimana penderita tidaka akan bias membedakan sumber
rasa sakit yang pasti Karena semua di artikan sebagai sakit sendi.jika rasa sakit timbul maka gerakan
mandibula akan terhambat (reflex nociceptive).pada rasa sakit kronis,gerakan rahang menjadi terbatas
dan penderita akan berhati-hati untuk menghindari timbulnya rasa sakit (protective co-contraction) Juga
dapat menimbulkan disfungsi organ pada bagian temporamandibular biasanya akan menghambat
pengerakan normal dari kondilus-diskus disertai bunyi clik atau pop (jika lebih keras ) atau krepitasi.

10.2 Etiologi kelainan sendi temporomandibular

Etiologi dari trauma itu sendiri terbagi atas 2 yaitu makrotrauma

dan mikro trauma.tekanan yang berlebihan akan menyebaban gangguan

fungsional pada bagian tersebut dan dapat berdampak kerusakan pada

jaringan tersebut juga.

 Makro trauma

Tekanan yang terjadi secara langsung pada bagian yang

mengalami kerusakan yang menyebabkan perubahan pada

bagian diskus dan kondilaris secara langsung.makro trauma


dapat juga terjadi ketika gigi bersamaan atau dapat juga

menyebabkan perubahan pada kondilus dengan fossa ketika

mulut di buka. Trauma besar yang tiba-tiba dan

mengakibatkan perubahan struktural, seperti pukulan pada

wajah atau kecelakaan.

 Mikro trauma

Dimana trauma ini merubah posisi diskus dan kondilus

secara perlahan-lahan.Trauma ringan tapi berulang dalam

jangka waktu yang lama, seperti bruxism dan clenching.

Kedua hal tersebut dapat menyebabkan microtrauma pada

jaringan yang terlibat seperti gigi, sendi rahang, atau otot.

 Kondisi oklusi

Dulu oklusi selalu dianggap sebagai penyebab utama

terjadinya TMD, namun akhir-akhir ini banyak

diperdebatkan

 Stress emosional

Keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi

pengunyahan adalah peningkatan stres emosional. Pusat

emosi dari otak mempengaruhi fungsi otot. Hipotalamus,

sistem retikula, dan sistem limbik adalah yang paling

bertanggung jawab terhadap tingkat emosional individu.

Stres sering memiliki peran yang sangat penting pada TMD.

Stres adalah suatu tipe energi. Bila terjadi stres, energi

yang timbul akan disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan

secara internal dapat mengakibatkan terjadinya gangguan


psikotropik seperti hipertensi, asma, sakit jantung, dan/atau

peningkatan tonus otot kepala dan leher. Dapat juga terjadi

peningkatan aktivitas otot nonfungsional seperti bruxism

atau clenching yang merupakan salah satu etiologi TMD.

 Deep pain input

Aktivitas parafungsional adalah semua aktivitas di luar

fungsi normal (seperti mengunyah, bicara, dan menelan),

dan tidak mempunyai tujuan fungsional. Contohnya adalah

bruxism, dan kebiasaan-kebiasaan lain seperti menggigit-

gigit kuku, pensil, bibir, mengunyah satu sisi, tongue thrust,

dan bertopang dagu. Aktivitas yang paling berat dan sering

menimbulkan masalah adalah bruxism, termasuk clenching

dan grinding. Bruxism adalah mengerat gigi atau grinding

terutama pada malam hari, sedangkan clenching adalah

mempertemukan gigi atas dan bawah dengan keras yang

dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari.

Pasien yang melakukan clenching atau grinding pada

saat tidur sering melaporkan adanya rasa nyeri pada sendi

rahang dan kelelahan pada otot-otot wajah saat bangun

tidur..

10.3 Klasifikasi / pembagian kelainan temporomandibular

 Pertumbuhan abnormal

Gangguan pertumbuhan pada sistem mastikasi dibagi ke

dalam 2 kategori umum menurut jaringan yang terlibat:

(1) Gangguan pada tulang


(2) Gangguan pada otot

Gangguan Kongenital dan Perkembangan Tulang

diantaranya agenesis (tidak tumbuh), hypoplasia (perkembangan

yang tidak sempurna), hyperplasia (pertumbuhan yang berlebihan),

atau neoplasia (pertumbuhan yang tidak terkontrol)

Trauma merupakan salah satu fantor penyebab terutama

pada sendi seseorang yang masih muda bisa ditandai dengan

hypoplasia pada kondilusnya, yang mengakibatkan

ketidakseimbangan pola pertumbuhannya. Pada akhirnya ini akan

mengakibatkan pergeseran mandibula yang berhubungan dengan

maloklusi. Ketidakseimbangan pola pertumbuhan mungkin juga

mengakibatkan rheumatoid arthritis dari perkembangan yang cepat.

Trauma dapat menyebabkan reaksi hyperplastic, yang

mengakibatkan pertumbuhan yang berlebihan pada tulang. Ini

biasanya dapat dilihat pada tempat fracture yang sudah lama. .

Suatu perubahan fungsi atau rasa sakit yang ada bukan yang

utama dalam perubakan struktur. Ketidakseimbangan klinis mungkin

berhubungan dengan perubahan struktur dan juga menunjukan

berhentinya pertumbuhan atau perkembangan. Radiograph pada

TMJ, sebagaimana CT scans, sangat penting dan mengidentifikasi

perubahan struktur tulang .

 Kelainan letak pada sendi temporomandibular

Disc displacement Permukaan posterior dari disc menipis

dan inferior retrodiscal lamina dan lateral distal dan lateral ligamen

memanjang, maka disc akan bergeser melalui permukaan artikularis


dari kondilus

 Degenerative joint disease atau inflamasi

Bukan merupakan gangguan pada sendi

temporalnya,kelainan ini jarang di temui pada penderita kelainan

pada sendit temporomandibularnya.perawatan Obat anti inflamasi.

Untuk mengurangi inflamasi (peradangan) dan rasa sakit, dokter gigi

anda mungkin akan menyarankan aspirin atau obat anti inflamasi

nonsteroid lainnya, misalkan ibuprofen (Advil, Motrin, dll)

 Dislokasi

Kelainan lain dapat berupa dislokasi dimana di bagi atas 2

bagian: Dislokasi tanpa adanya pengurangan atau reduksi dan

dislokasi dengan adanya pengurangan atau reduksi.

 Ankylosis

Merupakan penyakit yang menyebabkan keterbatasa pada

saat pembukaan mulut yang di sebabkan pleh kelainan dari

TMJ.dimana ankylosis terbagi atas 2 yaitu:

1. Extracapsular ankylosis

2. Intracapsular ankylosis

 Fibrous ankylosis

 Bony ankylosis

Intracapsular ankylosis, atau

penyatuan dari sendi, dapat menyebabkan pembukaan/depresi pada

mandibula berkurang. Intracapsular ankylosis timbul akibat

penyatuan dari kondilus, disk, dan kompleks fossa, juga merupakan

hasil dari pembentukan jaringan fibrosa, penyatuan tulang, atau


kombinasi keduanya. Penyebabnya yang paling umum mencakup

macrotrauma, paling sering berhubungan dengan fraktur kondilar.

Penyebab lain dari ankylosis juga karena sebelumnya menjalani

perawatan surgical yang menimbulkan bekas/goresan dan juga

infeksi.Evaluasi pada pasien memperlihatkan pembatasan pada

pembukaan maksimal yang cukup parah, penyimpangan pada sisi

yang kena, dan ekskursi lateral pada sisi kontralateral. Ankylosis

yang disebabkan jaringan fibrosa, mobilitas rahangnya lebih besar

daripada ankylosis yang disebabkan oleh penyatuan tulang.

Extracapsular ankylosis. Ankylosis tipe ini biasanya

melibatkan prosessus koronoid dan otot temporalis. Penyebab yang

paling sering dari ankylosis extracapsular antara lain, pembesaran

dari prosessus koronoid, atau hiperplasia, dan trauma pada area

lengkung zygomatic. Infeksi di sekitar otot temporalis juga dapat

menghasilkan ankylosis extracapsular.Pasien ini biasanya

mempunyai pembatasan pada pembukaan mulut dan penyimpangan

pada sisi yang kena. Pada kasus ini, sangat jarang terjadi restriksi

total pada pembukaan, dan pembatasan gerakan lateral dan protrusif

biasanya menunjukkan tidak adanya ankylosis intracapsular.

 Trauma / Fraktur

Luka pada bagian tmj khususnya kondilus, bisa disebabkan

oleh mekanisme yang sangat bervariasi. Pada orang dewasa,

penyebab dari fraktur ini sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan

kandaraaan bermotor, kekerasan, kecelakaan kerja, serta kecelakaan

saat melakukan olahraga, faktor lain yang juga menjadi penyebab


fraktur ini adalah jatuh.

Lindahl, membagi gaya traumatic penyebab luka pada

kondilus ke dalam tiga kategori. Pertama adalah energy yang yang

dikeluarkan oleh masing – masing individu karena objek bergerak.

Luka jenis ini digolongkan kedalam luka pukulan wajah oleh karena

tinju, pemukul baseball, atau objek lain. Luka yang kedua adalah

luka ketika seorang individu yang bergerak mengenai benda yang

diam, sebagai contoh ketika seorang anak terjatuh dan dagu

menghantam aspal. Mekanisme jenis ini secara klasik di deskripsikan

sebagai “parade ground fracture”. Kategori yang terakhir adalah

energi yang merupakan kombinasi dari yang pertama dan kedua,

seperti pada kecelakaan ketika seorang pengendara mobil menabrak

mobil dari arah yang berlawanan, dan biasanya menyebabkan luka

yang lebih berat.

 Neoplasia

Neoplasma pada TMJ sangatlah jarang. Kadang-kadang

menimbulkan restriksi/pembatasan pada pembukaan rahang dan

sakit pada sendi.Tumor di dalam TMJ mengakibatkan kelainan

pada kondilus dan hubungan fossa serta dapat mengakibatkan

ankylosis intracapsular.

 Infeksi

Infeksi pada TMJ juga sangat jarang ditemukan, bahkan

pada kasus trauma atau pengobatan surgical pada area ini.

Perluasan dari proses infeksi pada telinga kadang melibatkan

TMJ dan mengakibatkan ankylosis intracapsular.


Elias, S. Pemakaian Splin Oklusal untuk Mengatasi Gangguan Sendi TemporoMandibular. Majalah Ilmiah
Kedokteran Gigi. 2002. Edisi Khusus FORIL Oktober.

10.4 Gejala umum kelainan TMJ

Gejalanya biasanya lebih dari satu, yaitu :

1. Nyeri di sekitar sendi rahang

2. Nyeri kepala

3. Gangguan pengunyahan

4. Bunyi sendi ketika membuka/menutup mulut → dapat

disertai atau tanpa rasa nyeri

5. Terbatasnya buka mulut

6. Selain gejala diatas, mungkin juga terjadi gejala lain,

seperti :

 Nyeri otot terutama otot leher dan bahu

 Nyeri telinga

 Telinga berdengung

 Vertigo: sakit kepala

TMD adalah kejadian yang kompleks dan disebabkan oleh

banyak faktor. Perawatan TMD dapat mencapai keberhasilan bila

faktor-faktor penyebab tersebut dapat dikenali dan dikendalikan.

Untuk itu seorang dokter gigi harus melakukan anamnesa yang

seksama untuk mencari penyebab utama terjadinya TMD, sebelum

melakukan perawatan.
10.6 cara menegakkan diagnosis

Diagnosis dan evaluasi yang baik di perlukan

untuk mengetahui adanya kelainan dimana ideal treatment plan akan

menghasilkan successful of treatment.

Langkah-langkah yang di gunakan dengan cara:

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan klinis

3. Pemeriksaan radiologis

 Anamnesis

Dengan meninjau sisi dari etiologi pasien,lama pasien

mengalami trauma tersebut,maupun usia dari pasien

penderita tersebut.anamnesisi yang dilakukan harus

benar karena ketepatan dalam melakukan anamnesis

akan menentukan keberhasilan dalam perawatan

sehingga kita mengetahui apa dan mengapa kelainan

tersebut terjadi pada pasien.

 Pemeriksaan klinis

Terbagi atas 2 yaitu pemeriksaan secara ekstra oral maupun


dengan cara pemeriksaan intra oral.

Pemeriksaan ekstra oral terbagi atas:

o Rentang Pergerakan

Pasien diminta untuk mebuka mulut lebar –

lebar dan dengan bantuan sepasang kaliper atau jangka,

jarak antara tepi gigi seri atas dan bawah diukur.

Nevakari (1960) melaporkan bahwa jarak rata – rata

pada pria 57,5 mm sedang pada wanita 54 mm. Dengan

berdasar pada pendapat ini, jarak lebih dari 40 mm pada

orang dewasa dapat dianggap tidak normal. Agerberg

(1974) juga menemukan angka yang sama.jarak rata –

rata pada pria 58,6 mm dan pada wanita 53,3 mm. Batas

terendah adalah 42 mm dan 38 mm. Tetapi penting

untuk mempertimbangkan juga kedalaman overbite yang

ada. Pergerakan pada bidang horizontal dapat diukur

dengan pergeseran garis tengah insisal pada pergerakan

lateral mandibula yang eksterm ke salah satu sisi.

Agerberg menemukan bahwa batas terendah dari jarak

normal adalah 5mm pada kedua jenis kelamin1.

o Bunyi Sendi

 kliking

Gejala ini paling sering menandakan adanya

TMD dan dislokasi diskusi artikularis. Bunyi kliking


muncul saat rahang dibuka atau saat menutup.

Umumnya bunyi tersebut hanya dapat didengar oleh

penderita, namun pada beberapa kasus, bunyi tersebut

menjadi cukup keras sehingga dapat didengar oleh orang

lain. Bunyi tersebut dideskripsikan penderita sebagai

suara yang berbunyi 'klik'.

Di antara fossa dan kondil terdapat diskus yang

berfungsi sebagai penyerap tekanan dan mencegah

tulang saling bergesekan ketika rahang bergerak. Bila

diskus ini mengalami dislokasi, dapat menyebabkan

timbulnya bunyi saat rahang bergerak. Penyebab

dislokasi bisa trauma, kontak oklusi gigi posterior yang

tidak baik atau tidak ada, dan bisa saja karena gangguan

tumbuh kembang rahang dan tulang fasial. Kondisi

seperti ini dapat juga menyebabkan sakit kepala, nyeri

wajah dan teliga. Jika dibiarkan tidak dirawat, dapat

menyebabkan rahang terkunci.

 Krepitus

Krepitus sangat berbeda dari kliking. Krepitus

merupakan bunyi mengerat atau menggesek yang terjadi

selama pergerakan mandibula, terutama pergerakan dari

sisi yang satu dengan sisi yang lain. Bunyi sering kali

dapat lebih diketahui dengan perabaan dari pada

pendengaran. Hanya sedikit atau tidak ada keterangan

tambahan yang diperoleh pada penggunaan stetoskop


untuk memeriksa bunyi sendi

 Rasa Sakit dan Nyeri

Usaha dari pasien atau dokter gigi untuk

membuka rahang yang terkunci akan menimbulkan rasa

sakit yang juga terasa pada sendi dan otot yang

bergubungan denganny.

Pemeriksaan secara Intra-Oral

Pemeriksaan mulut yang meyelurh dilakukan untuk

mengetahui kapasitas fungsional dari gigi geligi.

Pemeriksaan tersebut harus termasuk pemeriksaan keadaan

patologi yang mungkin merupakan penyebab dari gejala,

baik sifat maupun pengaruhnya pada fungsi mandibula.

Contoh yang sering ditemukan adalah peradangan gusi pada

geraham besar ketiga yang sedang bererupsi sebagian.

Rahang menyimpang untuk menghindari daerah yang sakit

ini. Gigi yang terserang periodontitis atau tambalan yang

terlalu tinggi juga dapat menimbulakan gejala yang sama1.

Faktor –faktor berikut harus diperhatikan :

1. Hubungan Oklusi.

2. Freeway space.

3. Overjet dan overbite.

4. Gigi yang tanggal.

5. Protesa, bila ada.

6. Atrisi dan bekas abrasi.


7. Kontak gigi prematur1.

Bila keparahan kelainan tersebut mengurangi

hasil pemeriksaan fungsional dari oklusi, perawatan

harus diarahkan untuk mengurangi gejala yang ada

terlebih dahulu. Analisa dapat dilanjutkan nanti dengan

cara yang normal

 Pemeriksaan secara radiologis

Ada banyak pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan cara

radiologis di antaranya:

1. Orthopantomogram radiographic

2. TMJ radiographic

3. Schedule lateral

4. Lateral oblique of the mandible

5. Submentovertex

6. CT scan

7. MRI

10.7 Perawatan pada penderita kelainan TMJ

Perawatan pada penderita kelainan TMJ dapat menggunakan

beberapa cara:

1. Pemberian obat-obatan

2. Phsioterapi

3. Reposisi secara manual

4. Occlusal Splint
5. Pembedahan

 Pemberian obat

Obat-obatan yang diberikan bisa berupa obat yang

melenturkan otot, untuk menghilangkan sesak dan nyeri. Tetapi

pemberian obat tidak bersifat menyembuhkan, dan tidak

dianjurkan pada orang lanjut usia dan hanya diberikan dalam

waktu yang singkat (biasanya 1 bulan atau kurang).

Obat pereda nyeri (misalnya anti peradangan non-

steroid, contohnya aspirin) juga bisa mengurangi nyeri. Obat

tidur kadang diberikan untuk membantu penderita yang

mengalami kesulitan tidur karena nyeri yang timbul.

 Phisioterapi

Dapat berupa pengurangan stress atau rasa depresi dari

pasien itu,dapat juga berupa menghilangkan gangguan secar

psikis yang kasat mata.

 Reposisi secara manual

Dengan menggunakan tangan

Occlusal splint
Occlusal splint (Anterior mandibular reposition)

 Pembedahan

Ada 2 metode yaitu

1. Discoplasty merupakan pembedahan untuk membentuk

atau contouring meniscus dari temporomandibular

2. Disectomy merupakan prosedur operasi di mana pusat

dari sebuah intervertebral disc, nukleus pulposus, yang

menyebabkan sakit pada saraf tulang belakang atau

radiating urat, akan dihilangkan(dibuang)

Elias, S. Pemakaian Splin Oklusal untuk Mengatasi Gangguan Sendi TemporoMandibular. Majalah Ilmiah
Kedokteran Gigi. 2002. Edisi Khusus FORIL Oktober.

Dipoyono, HM. Gambaran Umum Problema TMJ. Seminar All About TMJ. 2010. FKG UGM.
Yogyakart

Anda mungkin juga menyukai