Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

PENENTUAN BERAT MOLEKUL POLIMER

Oleh:
Kelompok 9 Offering G
Hafidil Rizal (19033275001)
Hani Rama Danti (170332614577)
Laili Ramadhan (170332614576)

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
OKTOBER 2019
A. Tujuan Percobaan
Menentukan berat molekul polimer secara viskosimetri.
B. Dasar Teori
Polimer atau kadang-kadang disebut sebagai makromolekul, adalah molekul
besar yang dibangun oleh pengulangan kesatuan kimia yang kecil dan sederhana.
Akibatnya molekul-molekul polimer umumnya mempunyai massa molekul yang
sangat besar. Sebagai contoh, polimer poli (feniletena) mempunyai harga rata-rata
massa molekul mendekati 300.000. Hal ini yang menyebabkan polimer tinggi
memperlihatkan sifat sangat berbeda dari polimer bermassa molekul rendah,
sekalipun susunan kedua jenis polimer itu sama.
Polimer terbentuk dari dua jenis reaksi polimerasi. Yang pertama adalah
Polimerisasi adisi yaitu polimer yang terbentuk melalui reaksi adisi dari berbagai
monomer. Contoh polimer adisi adalah polistirena (karet ban), polietena (plastik),
poliisoprena (karet alam), politetraflouroetena (teflon), PVC, dan poliprepilena
(plastik). Yang kedua adalah Polimerisasi kondensasi yaitu polimer yang terbentuk
karena monomer-monomer saling berikatan dengan melepaskan molekul kecil.
Berdasarkan sumbernya polimer dibedakan menjadi dua jenis. Pertama adalah
polimer alam yang berasal dari alam dan makhluk hidup. Contohnya karet alam,
selulosa (dari monomer-monomer glukosa), protein (dari monomer-monomer asam
amino), amilum dan asam nukleat. Kedua adalah Polimer sintesis/buatan yaitu
polimer yang tidak terdapat di alam dan harus dibuat terlebih dahulu oleh manusia.
Contoh: nilon (dari asam adipat dengan heksametilena), PVC (dari vinil klorida),
polietilena,dan lain-lain.
Berdasarkan jenis monomer dibedakan atas dua jenis yaitu hopolimer dan
kopolimer. Homopolimer terbentuk dari monomer-monomer sejenis. Contoh:
polisterina, polipropilena, selulosa, PVC, teflon. Yang kedua adalah kopolimer
terbentuk dari monomer-monomer yang tak sejenis. Contoh: nilon 66, tetoron,
dakron, protein (dari berbagai macam asam amino), DNA (dari pentosa, basa
nitrogen, dan asam fosfat), bakelit (dari fenol dan formaldehida), melamin (dari
urea dan formaldehida).
Berdasarkan sifat termalnya, polimer dibedakan aatas dua jenis yaitu
polimer termoplas dan polimer termosetting. Polimer termoplas/termoplastis adalah
polimer yang melunak ketika dipanaskan dan dapat kembali ke bentuk semula.
Contoh: PVC, polietilena, polipropilena. Polimer thermosetting adalah polimer yang
tidak melunak ketika dipanaskan dan tidak dapat kembali ke bentuk semula. Contoh:
melamin, selulosa.
Salah satu cara untuk menentukan berat molekul polimer adalah metode
viskositas Ostwald. Viscometer Oswald digunakan untuk mengukur sampel yang
encer atau kurang kental. Berdasarkan persamaan poisseulle, dengan
membandingkan waktu alir cairan sampel dan cairan pembanding menggunakan
alat yang sama.
Viskositas (kekentalan) adalah salah satu sifat fisik suatu cairan atau materi
cair. Viskositas juga dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang
merupakan
gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Kekentalan
merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir.
Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas
yang rendah, Cairan yang mengalir cepat seperti air, alkohol dan bensin mempunyai
viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak
castor dan madu mempunyai viskositas besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan
kecepatan mengalirnya suatu cairandan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir
dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Dalam prakteknya koefisien viskositas []
ditentukan dengan penentuan laju aliran lewat pipa.

Viskosimeter Brookfield
Berat molekul polimer dapat dihubungkan dengan viskositas larutan polimer.
Hubungan tersebut dapat digambarkan oleh persamaan berikut:
keterangan:
[η] = viskositas intrinsik
ηsp = viskositas spesifik
= η/η0 - 1 atau
= t/t0 - 1
η = viskositas larutan polimer
η0 = viskositas pelarut murni
t = waktu alir larutan polimer antara 2 tanda pada viskosimeter
t0 = waktu alir pelarut murni antara 2 tanda pada viskosimeter.
A & K = tetapan, yang harganya tergantung jenis polimer dan pelarutnya.
M = berat molekul polimer.
Dengan cara mengalurkan grafik antara ηsp/C versus C diperoleh intercept
[η]. Kemudian dengan memasukan nilai viskositas intrinsik ke dalam persamaan (1)
di atas, berat molekul polimer dapat ditentukan.

Daftar Pustaka
Atkins, P. 2001. Physical Chemistry. 3rd edition. Great Britain: Oxford University
Press
Castelan, G.W. 1983. Physical Chemistry. 3rd edition. Amsterdam: Addison Wesley
Publishing Company.
Sumari,dkk. 2019. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Malang: Universitas Negeri
Malang
Laidler, Keith, J., dan Meisler, John H. 1982. Physical Chemistry. California: The
Benjamin/Cuming Publishing Company, Inc.

Anda mungkin juga menyukai