Anda di halaman 1dari 6

Pemisahan Ion Logam dengan Teknik Kromatografi

Kertas

Dasar Teori

Pada awalnya kromatografi dianggap semata-mata sebagai bentuk partisi cairan–cairan. Serat selulosa yang
hidrofilik dari kertas tersebut dapat mengikat air, setelah disingkapkan ke udara yang lembab, kertas saring yang tampak
kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi, katakan 20 % (bobot/bobot) akan lebih. Jadi kertas itu
sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi dan kertas itu dipandang sebagai analog dengan sebatang kolom
yang berisi stasioner berair. Zat-zat terlarut itu padahal fase geraknya dapat campur dengan air akan dalam beberapa kasus,
malahan fase geraknya adalah larutan itu sendiri (Day & Underwood, 1980).Semu prinsip yang berlaku dalam kromatografi
kolom juga berlaku untukkromatografi bidang. Pemisahan terjadi dengan kesetimbangan berkesinambungan (successive
equillibrium) dari komponen analit antara fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan terjadi karena perbedaan distribusi senyawa
analit dalam dua fasa yang sama-sama tipis

Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa
antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran terserap pada permukaan partikel-partikel. Setelah
sistem ini terserap oleh kertas, sebagai akibat dari gaya kapiler akan merambat sepanjang kertas tersebut. Rambatan ini dapat
diusahakan dalam modus naik atau menurun. Selama proses pemisahan dilakukan, sistem secara keseluruhannya disimpan
dalam tempat tertutup, ruang didalamnya telah jenuh dengan uap sistem pelarut.
Waktu retensi dalam kromatografi bidang dinyatakan dalam faktor retardasi (Retardation Factor, Rf) yang dapat dituliskan
sebagai persamaan berikut :
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡
Rf =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Adapun jarak yang diukur adalah jarak dari garis awal sampai dengan ujung depan noda analit. Walaupun demikian, karena
noda biasanya memanjang, yang diperhitungkan adalah jarak dari awal sampai ke tengah noda karena kerapatan analit paling
besar. Jarak pelarut dapat terlihat dengan jelas setelah sistem mengering.

Tujuan Praktikum
Percobaan ini bertujuan untukmemisahkan dan mengidentifikasi campuran ion logam dengan kromatografi kertas.

AlatdanBahan

Alat: Gelas kimia 400 mL atau 600 mL (2 buah), Plastik, Kertas saring kasar dan halus, cawan petri dan tutup,
pipa kapiler, botol semprot untuk reagen, hair dryer, penggaris, pensil
Bahan: HCl 6 M, aseton, Larutan Fe(III) 0,5 M, Larutan Cu(II) 0,5 M, Larutan Co(II) 0,5 M, Larutan Ni(II) 0,5 M,
Larutan NH3 pekat, Larutan NH4CNS 10% dalam alcohol, larutan DMG 10% dalam alkohol, NaOH 0,25 M, Larutan
K4Fe(CN)6, sampel (campuran ion-ion), etanol.

Prosedur Kerja Analisis Data Percobaan

No Langkah Kerja Hasil Pengamatan Kesimpulan


1 Model II
Hasil pada
 Warna Fe3+(aq) : kuning kertas
Diisikan 7 mL HCl 6M + 25 mL aseton  Warna Cu2+(aq) : biru kasar
dalam gelas kimia + ditutup alumunium  Warna Co2+(aq) : pink
foil  Warna Ni2+(aq) : hijau

Disiapkan kertas saring kasar dan


halus ukuran 12x25 cm

Dibuat garis berjarak 2 cm dari


tepi atas dan tepi bawah
Hasil pada
 Warna campuran : hijau kekuningan kertas
 Warna sampel A : orange
 Warna sampel B : hijau
halus
Ditotolkan larutan di tempat/titik yang
sama sebanyak 10 kali. Urutan titik : No Sampel Warna Warna
Fe3+(aq), Cu2+(aq), Co2+(aq), Ni2+(aq), sampel noda
campuran, sampel A, & sampel B 1 Fe3+ kuning biru
2 Cu2+ biru merah
3 Co2+ pink Coklat
4 Ni2+ hijau Tidak
muncul
Dimasukkan kertas saring dengan
5 Camp Hijau Biru -
cara melingkarkannya namun tidak kekuning Coklat
sampai menyentuh pinggir gelas an
kimia. kertas halus dimasukkan ke 6 Sampel A orange Biru –
Coklat
dalam gelas kimia I dan kertas 7 Sampel B hijau Merah
saring kasar ke gelas kimia II yang
telah berisi pelarut
No Sampel Kertas Kertas  Kesimpulan :
kasar halus
(Cm) (Cm) 1.Campuran ion logam
1 Fe3+ 8,5 6 Fe3+, Cu2+, Co2+,
2 Cu2+ 7.5 4.7
Dibiarkan fasa gerak mencapai garis 3 Co2+ - 6.5 dan Ni2+ dapat
tepi atas + dikeluarkan + dikeringkan 4 Ni2+ - - dipisahkan dengan
5 Camp Cklt : Cklt :
8 4.9 metode
Biru : Biru : kromatografi kertas
8.9 6.3
teknik ascending
6 Sampel A Biru : Biru :
8.7 6.2 atau descending
Coklat : Coklat :
Dipotong per bagian + disemprot 7.4 6
7 Sampel B Merah : -
dengan NaOH(aq) + dikeringkan 8.3

2.Kertas halus akan


memberikan

Larutan/Sampel pemisahan lebih


Disemprot reagen pengidentifikasi
sempurna daripada
sesuai dengan kationnya
kertas kasar

Reagen pengidentifikasi :
Fe3+(aq) : K4[Fe(CN)6](aq)
Cu2+(aq) : K4[Fe(CN)6](aq)
Co2+(aq) : NH4SCN(aq)
Dikeringkan + diukur jarak titik
awal penotolan hingga titik
timbulnya noda + dihitung Rf

Analisis Data
Perhitungan Rf :

Faktor retardasi (Retardation Factor, Rf) dapat dihitung dengan persamaan :


𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡
Rf =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Dimana diketahui, jarak pelarut = 9 Cm. Sehingga factor retardasi masing-masing ion dapat dihitung sebagai berikut :
No Sampel Kertas Kasar Kertas Halus

1 Fe3+ 8,5 6
Rf = = 0.944 Rf = = 0,667
9 9

2 Cu2+ 7.5 4.7


Rf = = 0,833 Rf = = 0,522
9 9

3 Co2+ - 6.5
Rf = = 0,722
9

4 Ni2+ - -

5 Campuran 8 4,9
Rf Co2+= = 0,889 Rf Co2+= = 0,544
9 9
8.9 6.3
Rf Fe3+= = 0,988 Rf Fe3+= = 0,700
9 9

6 Sampel A 8.7 6.2


Rffe3+ = = 0,967 Rffe3+ = = 0,689
9 9
7.4 6
RfCo2+ = = 0,822 RfCo2+ = = 0,667
9 9

7 Sampel B 5,5 -
Rfcu2+ = = 0,611
9

Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi
partisi suatu senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan fasa gerak yang melewati pelarut dan melalui serat dari kertas
oleh gaya kapiler lalu menggerakkan komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak arah aliran pelarut. Bila
permukaan pelarut telah bergeser sampai jarak yang cukup jauh atau setelah waktu tertentu, kertas diambil dari gelas kimia,
dikeringkan, lalu diidentifikasi dengan reagen pengidentifikasi, dan bercak noda yang timbul diberi tanda serta diukur
jaraknya dari titik penotolan.
Reaksi yang terjadi :
4Fe3+(aq) + [Fe(CN)6]4-(aq) → Fe4[Fe(CN)6]3(s)
2Cu2+(aq) + [Fe(CN)6]4-(aq) → Cu2[Fe(CN)6](s)
Co2+(aq) + 4SCN-(aq) → Co[(SCN)4]2(s)
Ni2+(aq) + 2C4H8O2N2(aq) → Ni(C4H7O2N2)2(s) +2H+(aq)

Metoda identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan
pelarut, menggunakan harga Rf. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada
kondisi konstan merupakan besaran karakteristik. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari
titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal. Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu pelarut, suhu,
ukuran dari bejana (gelas kimia), dan kertas. Perubahan suhu dapat mengubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran
sedangkan ukuran volume dari bejana dapat mempengaruhi homogenitas dari atmosfer, jadi atmmosfer mempengaruhi
kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut pada kertas. Pengaruh utama jenis kertas pada harga Rf timbul dari
perubahan ion dan serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran juga
mempengaruhi kesetimbangan partisi.

Pada percobaan ini, akan dipisahan dan diidentifikasi campuran ion logam dengan menentukan nilai Rf dari
larutan cuplikan. Cuplikan yang digunakan adalah ion-ion logam diantaranya Fe3+(aq), Cu2+(aq), Co2+(aq), Ni2+(aq),
campuran keempat ion, sampel A (campuran Fe3+ dan Co2+), dan sampel B (campuran Cu2+ dan Ni2+). Dalam kromatografi
kertas, fase diam adalah kertas saring atau kertas serap halus dan kasar. Fase gerak adalah pelarut atau campuran yang sesuai
yakni digunakan campuran pelarut aseton dan HCl Pada saat eluen mulai naik, gelas kimia harus ditutup rapat. Alasan untuk
menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa atmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan dengan uap pelarut. Penjenuhan
udara dalam gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut, hal ini sama halnya dengan pergerakan pelarut pada
kertas. Pelarut bergerak lebih lambat pada kertas halus dibandingkan pada kertas kasar, karena komponen-komponen yang
berbeda dari campuran akan bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak
warna. Pemisahan terjadi karena perbedaan distribusi senyawa analit dalam dua fasa yang sama-sama tipis.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada pengamatan ion logam menggunakan kertas halus dengan jarak gerak pelarut
9 cm didapatkan nilai Rf untuk larutan Fe3+= 0.667, Cu2+=0.522, Co2+=0.722+.Sementara itu, pada penggunaan kertas kasar
didapatkan nilai Fe3+= 0.944, Cu2+=0.823. Dari hasil semakin halus kertas yang digunakan maka pori-pori kertas(adsorben)
semakin kecil sehingga serapan partisi terhadap fasa gerak lebih besar dan lebih efektif memisahkan campuran komponen-
komponen senyawa. Karena, keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada daya interaksi komponen-komponen
campuran dengan fase diam dan fase gerak.Kertas merupakan selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap air
atau pelarut polar lainnya. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan ion-ion logam bertindak sebagai fase diam yang
terserap diantara struktur pori kertas. Cairan fase gerak akan mengalir membawa noda cuplikan yang didepositkan pada
kertas dengan kecepatan berbeda. Dengan demikian, makin kecil pori-pori kertas makin banyak pula partisi yang terserap
sehingga komponen campuran dapat benar-benar terpisahkan.

Diskusi
Pada percobaan pemisahan ion logam dengan kromatografi kertas ini dilakukan untuk memisahkan campuran
kation yang ada dalam sampel berdasarkan perbedaan migrasi dari masing-masing komponen campuran yang terpisah pada
fase diam dibawah pengaruh pergerakan fasa yang bergerak. Ada dua teknik yang digunakan, yakni descending adalah salah
satu teknik di mana cairan dibiarkan bergerak menuruni kertas akibat gaya gravitasi. Pada teknik ascending, pelarut bergerak
ke atas dengan gaya kapiler. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending.
Akan tetapi, pada percobaan ini kami hanya melakukan satu teknik (model) pemisahan yakni teknik ascending
(naik). Hasil pemisahan dianalisis berdasarkan harga atau nilai faktor retardasi (Rf) pada masing-masing noda, bercak atau
spot yang dihasilkan pada pelarut yang sama. Apabila diperoleh jarak noda yang sama dengan sampel standar, berarti sampel
yang dianalisis sama dengan sampel standar. Perhitungan nilai Rf dilakukan dengan cara membagi jarak yang ditempuh zat
terlarut dengan jarak yang ditempuh pelarut.
Sampel yang digunakan meliputi standar Fe3+, Cu2+, Co2+, dan Ni2+. Kemudian dipisahkan pula campuran dari
keempat campuran ion-ion tersebut, sampel A yang mengandung ion Fe3+ dan Co2+, serta sampel B yang mengandung Ni2+
dan Cu2+.
Kertas Halus :
Noda warna yang dihasilkan pada sampel standar Fe3+, Cu2+, Co2+, dan Ni2+setelah pengujian oleh reagen
pengidentifikasi pada kertas halus berturut-turut adalah biru, merah, coklat (Ni tidak didapatkan pada percobaan ini).
Sementara itu, pada campuran diperoleh warna noda biru dan coklat dimana hal tersebut menunjukkan adanya ion Fe 3+, Co2+
Sedangkan Ni2+ yang seharusnya juga ada ternyata tidak teridentifikasi. Hal ini disebabkan sampel Ni 2+ yang digunakan
pada percobaan telah rusak sehingga harus diganti. Untuk ion Cu2+ yang seharusnya juga ada pada campuran sampel juga
tidak didapatkan. Hal ini mungkin disebabkan oleh ion Cu2+ yang belum terpisahkan dari campurannya. Pada sampel B yang
terdiri dari ion Ni2+ dan Cu2+ diperoleh warna noda yang sangat buruk sehingga tidak dapat dibaca. Hal ini mengindikasikan
adanya kesalahan pada penetesan sampel ke kertas, bisa juga hal ini disebabkan pemisahan yang kurang sempurna, hal ini
juga bisa dipengaruhi oleh pengaruh sampel yang telah rusak. Sedangkan, pada sampel A yang mengandung ion Fe3+ dan
Co2+ menghasilkan warna noda biru dan coklat. Hal ini menunjukkan bahwa kedua ion tersebut terpisahkan dengan baik.
Kertas Kasar :
Sedangkan pada pengujian dengan menggunakan kertas kasar didapatkan data sebagai berikut Fe3+ =Biru , Cu2+=
merah. Dari hasil percobaan ini yang seharusnya ada noda dari ion Co 2+ dan Ni2+ ternyata tidak tampak. Hal ini mungkin
disebabkan oleh ion – ion ini belum terpisahkan secara sempurna jadi tidak ada noda yang timbul pada percobaan ini.
Sedangkan pada campuran diperoleh warna noda biru dan coklat dimana hal tersebut menunjukkan adanya ion Fe 3+, Co2+
Sedangkan Ni2+ yang seharusnya juga ada ternyata tidak teridentifikasi. Hal ini disebabkan sampel Ni 2+ yang digunakan
pada percobaan telah rusak sehingga harus diganti. Untuk ion Cu2+ yang seharusnya juga ada pada campuran sampel juga
tidak didapatkan. Hal ini mungkin disebabkan oleh ion Cu 2+ yang belum terpisahkan dari campurannya. Pada sampel B
hanya didapatkan noda merah dari ion Cu2+ . Hal ini disebabkan sampel yang mengandung ion Ni2+ telah rusak dan harus
diganti. Sedangkan, pada sampel A yang mengandung ion Fe3+ dan Co2+ menghasilkan warna noda biru dan coklat. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua ion tersebut terpisahkan dengan baik.
Dari perhitungan nilai Rf dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dari pemisahan menggunakan kertas halus
lebih baik daripada kertas kasar karena serapan pori kertas halus lebih besar sehingga komponen campuran terpisahkan
secara maksimal.

Daftar Pustaka

Day & Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat. Erlangg: Jakarta.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.

Zakia, Neena. 2013. Petunjuk Praktikum Pemisahan Kimia. Malang : FMIPA UM.

Anda mungkin juga menyukai