Tujuan
Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan mengidentifikasi
gugus fungsi senyawa organik dengan menguji kelarutannya dalam pelarut-pelarut
tertentu.
B. Dasar Teori
Kelarutan suatu senyawa yang belum dikenal banyak memberikan informasi
tentang gugus-gugus fungsi yang dimiliki senyawa tersebut. Dalam percobaan ini,
akan dilakukan pengujian kelarutan suatu senyawa dalam pelarut-pelarut air, asam
klorida 5%, natrium hidroksida 5%, natrium bikarbonat 5% dan asam sulfat pekat.
Suatu senyawa akan larut dalam air, jika senyawa tersebut ionik atau
berukuran relatif kecil (mengandung sebanyak-banyaknya 5 atau 6 atom karbon), atau
bergugus fungsi polar jamak (mengandung beberapa gugus fungsi polar). Jika
senyawa larut dalam air, kemudian diuji dengan kertas lakmus atau kertas indikator
universal untuk menenyukan apakah bersifat asam (asam karboksilat atau fenol), basa
(amina) ataukah netral (yang dapat mengandung gugus fungsi lain). Senyawa yang
mula-mula tidak larut dalam air (karena terlalu besar atau non polar) akan larut dalam
air, jika bermuatan. Misalnya, amina yang bersifat basa akan larut dalam air, jika
terprotonasi; asam karboksilat akan larut dalam air jika terdeprotonasi. Jadi, amina
larut dalam larutan asam klorida 5%. Asam karboksilat larut dalam larutan natrium
hidroksida 5% (basa kuat) dan larutan natrium bikarbonat 5% (basa lemah). Fenol
yang merupakan asam lemah, memerlukan basa kuat agar terdeprotonasi, sehingga
fenol larut dalam natrium hidroksida 5%, tetapi tidak larut dalam natrium bikarbonat
5%.
Jika senyawa tidak larut dalam air, larutan asam klorida 5%, larutan natrium
hidroksida 5% atau larutan natrium bikarbonat 5%, senyawa tersebut berukuran besar
dan netral. Pengujian dengan asam sulfat pekat akan mementukan apakah senyawa
tersebut mempunyai gufus fungsi halida. Hanya hidrokarbon dan halida yang tidak
bereaksi dan tidak larut dalam asam sulfat pekat. Sebagian besar senyawa lain,
misalnya alkohol, keton, amida dan alkena, terprotonasi dan larut dalam asam sulfat
pekat. Skema uji kelarutannya dibawah ini
C. Alat dan Bahan
Alat :
- Rak tabung reaksi
- Tabung reaksi kecil
- Kertas lakmus
Bahan :
- Larutan natrium hidroksida 5%
- Larutan natrium bikarbonat 5%
- Larutan asam klorida 5%
- Asam sulfat pekat
- Sampel
- Akuades
D. Prosedur Percobaan dan Hasil Pengamatan
1. Kelarutan dalam air
Sampel
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil
Data Hasil Pengamatan
1. Sampel A
Pada sampel A dilakukan pengujian kelarutan dalam air. Dari hasil
pengamatan, dapat dilihat bahwa pada penambahan 1 mL air kemudian dikocok
sampel A larut dalam air. Jika senyawa tersebut larut dalam air, kemudian diuji
dengan kertas lakmus berwarna merah dan biru. Saat larutan A diberi kertas
lakmus merah berubah menjadi warna biru dan kertas lakmus biru tetap berwarna
biru. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut bersifat basa. Dari bagan
diatas dapat disimpulkan bahwa sampel A memiliki jumlah atom karbon sedikit
dan bersifat basa sehingga merupakan amina alifatik (amina aromatik). Senyawa
sampel A yaitu dietil amina.
2. Sampel B
Pada sampel B, yang berwujud padatan, langkah pertama yang dilakukan
adalah pengujian kelarutan dalam air. Pada penambahan 1 mL air kemudian
dikocok, sampel B tidak larut, kemudian dilanjutkan penambahan 2 mL air
kemudian dikocok kembali dan sampel B tetap tidak larut sempurna berarti
sampel B tidak larut dalam air.
Dikarenakan sampel B tidak larut dalam air, maka dilanjutkan pengujian
kelarutan dalam larutan asam klorida 5%. Pada penambahan 1 mL larutan asam
klorida 5% kemudian dikocok, sampel B tidak larut sempurna, berarti sampel B
tidak larut dalam larutan asam klorida 5%.
Dikarenakan sampel B tidak larut dalam larutan asam klorida 5%, maka
dilanjutkan dengan pengujian terhadap kelarutan dalam larutan natrium hidroksida
5%. Pada penambahan 2 mL larutan natrium hidroksida 5% dan dikocok, sampel
B larut.
Setelah itu dilanjutkan dengan pengujian terhadap kelarutan dalam natrium
bikarbonat 5% untuk mengetahui gugus fungi apa yang terkandung dalam sampel
tersebut. Dari penambahan larutan natrium bikarbonat 5%, dapat diamati bahwa
sampel B tidak dapat larut dalam larutan natrium bikarbonat 5%. Dari bagan
diatas, dapat disimpulkan bahwa sampel B merupakan fenol. Sampel B
merupakan -naftol.
3. Sampel C
Pada pengidentifikasian sampel C yang berwujud cair/larutan, langkah
pertama yang dilakukan adalah pengujian kelarutan dalam air. Dari percobaan
yang kami lakukan sampel C tidak larut dalam air, ketika pengocokan diperkuat
larutan tetap tidak larut, berarti sampel C tidak larut dalam air.
Dikarenakan sampel C tidak larut dalam air, maka dilanjutkan dengan
pengujian kelarutan dalam larutan asam klorida 5%. Dari percobaan yang kami
lakukan terhadap sampel C, sampel C tidak larut dalam asam klorida 5%, ketika
pengocokan diperkuat sampel C tetap tidak larut dalam asam klorida 5%.
Setelah pengujian dengan larutan asam klorida tidak larut selanjutnya sampel
diuji dengan larutan natrium hidroksida 5%. Dari percobaan yang kita lakukan
sampel C larut dalam natrium hidroksida 5%, sehingga dilanjutkan dengan
pengujian kelarutan dalam larutan natrium bikarbonat 5% untuk mengetahui
gugus fungsi apa yang terkandung dalam sampel tersebut. Ketika sampel C diuji
dengan larutan NaHCO3 5%, sampel larut sempurna. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa sampel C merupakan asam karboksilat. Senyawa pada sampel C yaitu asam
pentanoat.
4. Sampel D
Pada pengidentifikasian sampel D yang berwujud cair/larutan, langkah
pertama yang dilakukan adalah pengujian kelarutan dalam air. Dari percobaan
yang kami lakukan sampel D tidak dapat larut sempurna dalam air. Setelah
pengujian kelarutan dalam air sampel D tidak larut kemudian dilanjutkan
pengujian yang kedua yaitu kelarutan dalam larutan asam klorida 5%. Dari
percobaan yang kami lakukan terlihat bahwa sampel D juga tidak dapat larut
dalam larutan HCl 5%. Sehingga diteruskan pada pengujian kelarutan dalam
larutan natrium hidroksida 5%. Pada pengujian dengan natrium hidroksida 5% ini,
sampel D juga tidak dapat larut.
Dikarenakan sampel D tidak dapat larut dalam larutan natrium hidroksida 5%,
maka diteruskan dengan uji kelarutan dalam larutan natrium bikarbonat 5%. Dari
percobaan yang kami lakukan terlihat bahwa sampel D masih tidak dapat larut
dalam larutan NaHCO3 5%. Maka, diteruskan pegujian kelarutan dengan asam
sulfat pekat. Ketika asam sulfat dimasukkan ke dalam tabung yang berisi sampel
D dan dikocok, sampel D tidak larut. Seharusnya sampel D dalam asam sulfat
pekat larut, tetapi karena kesalahan pengamatan terhadap sampel D dan E data
pengamatan kita salah. Sampel D memiliki jumlah atom karbon banyak; alkohol,
aldehida, keton, amida, ester, senyawa tidak jenuh (hk aromatik), asam
karboksilat. Sampel D merupakan 1-oktanol.
5. Sampel E
Pada pengindentifikasian sampel E yang berwujud cair/larutan, langkah
pertama yang dilakukan adalah pengujian kelarutan dalam air. Dari percobaan
yang kami lakukan terlihat bahwa sampel E tidak dapat larut sempurna dalam air.
Sehingga diteruskan pada pengujian yang kedua yaitu kelarutan terhadap larutan
asam klorida 5%. Pada penambahan asam klorida 5% terlihat bahwa sampel E
tidak dapat larut dalam larutan asam klorida 5%. Maka diteruskan pada pengujian
yang ketiga yaitu kelarutan dalam larutan natrium hidroksida 5%. Pada percobaan
kelarutan terhadap natrium hidroksida 5%, dapat dilihat bahwa sampel E juga
tidak dapat larut dalam larutan NaOH 5%.
Dikarenakan sampel E tidak dapat larut dalam larutan NaOH 5%, maka
pengujian dilanjutkan dengan larutan natrium bikarbonat 5%. Dalam uji ini,
sampel E masih tidak dapat larut. Maka, diteruskan lagi dengan pengujian
kelarutan terhadap larutan asam sulfat pekat. Ketika asam sulfat ditambahkan ke
dalam tabung reaksi yang berisi sampel E dan dikocok, sampel E larut.
Seharusnya pada penambahan asam sulfat pekat sampel E ini tidak larut, hal ini
dikarenakan salah pengamatan antara sampel D dan sampel E. Sampel E
merupakan hk alifatik, halida aromatik. Sampel E adalah bromobutana.
6. Sampel F
Pada pengidentifikasian sampel F yang berwujud cair/larutan, langkah
pertama yang dilakukan adalah pengujian kelarutan terhadap air. Dari percobaan
yang kami lakukan terlihat bahwa sampel F dapat larut dalam air. Sehingga
sampel F diuji dengan kertas lakmus untuk menentukan sifat asam, basa atau
netral. Ketika kertas lakmus dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kertas lakmus
merah tetap berwarna merah dan kertas lakmus biru tetap berwarna biru sehingga
dapat diketahui bahwa sampel F bersifat netral. dari ciri tersebut dapat diketahui
bahwa sampel F memiliki jumlah atom karbon sedikit yaitu seperti alkohol,
aldehida, keton, amida, ester, amina aromatik, fenol. Sampel F adalah aseton.
7. Sampel G
Pada pengidentifikasian sampel G yang berwujud cair, langkah pertama yang
dilakukan adalah uji kelarutan terhadap air. Ketika sampel G dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml air, sampel G larut sempurna. Jika sampel
larut dalam air dilanjutkan pengujian dengan kertas lakmus untuk menentukan
apakah sampel bersifat asam, basa atau netral. Ketika kertas lakmus dimasukkan
ke dalam sampel, kertas lakmus merah tetap berwarna merah dan kertas lakmus
biru berubah menjadi warna merah. Maka sampel G bersifat asam. Dapat
disimpulkan bahwa sampel G memiliki jumlah atom karbon sedikit yaitu; asam
karboksilat (fenol). Sampel G adalah asam format.
8. Sampel H
Pada pengidentifikasian sampel H, langkah pertama yang dilakukan adalah uji
kelarutan terhadap air. Ketika sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi 2 ml air dan dikocok, sampel H tidak dapat larut sempurna. maka
dilanjutkan pengujian dengan larutan asam klorida 5%. Ketika sampel H
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan asam klorida 5% sebanyak
2 ml dan dikocok, sampel H larut sempurna. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
sampel H merupakan amina. Sampel H adalah anilin.
6. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data tersebut dapat disimpulkan bahwa :
1. Sampel A memiliki jumlah atom karbon sedikit: amina alifatik(amina aromatik).
Sampel A yang dimaksud adalah Dietil Amina.
2. Sampel B adalah fenol yaitu -naftol.
3. Sampel C adalah asam karboksilat yaitu Asam Pentanoat.
4. Sampel D memiliki jumlah atom karbon banyak: alkohol, aldehida, keton, amida,
ester, dan senyawa tidak jenuh (hk aromatik), sampel D yang dimaksud adalah 1-
oktanol
5. Sampel E adalah hidrokarbon alifatik, Halida organik, sampel E yang dimaksud
adalah Bromobutana.
6. Sampel F memiliki jumlah atom karbon sedikit: alkohol, aldehida, keton, amina,
ester, amina aromatik, fenol, sampel F yang dimaksud adalah Aseton.
7. Sampel G memiliki jumlah atom karbon sedikit: asam karboksilat (fenol), sampel G
yang dimaksud adalah Asam Format.
8. Sampel H adalah amina yaitu Anilin.
7. Daftar Pustaka
KBK Kimia Organik. 2019. Petunjuk Praktikum Kimia Organik 1. Malang: Universitas
Negeri Malang
PERCOBAAN 5
OLEH :
KELOMPOK 1
JURUSAN KIMIA
MARET 2019