Anda di halaman 1dari 1

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi gugus fungsi suatu senyawa organic melalui uji

kelarutan. Senyawa yang bersifat polar akan larut dengan baik dalam pelarut polar dan senyawa
yang bersifat non polar akan larut dengan baik pada pelarut non polar atau dengan kata lain
senyawa polar tidak larut dalam pelarut senyawa non polar. Uji kelarutan cukup penting dalam studi
suatu senyawa organic. Kelarutan dari sejumlah senyawa di uji dengan air, HCl 5%, NaOH 5%,
NaHCO3, dan H2SO4 ini berguna untuk menunjukkan suatu senyawa apakah senyawa tersebut
larutan besifat asam, basa atau netral.

1. Sampel A berbentuk padatan berwarna putih. Pada saat uji kelarutan dalam air sukar larut,
karena pelarut (air) bersifat polar dapat dimungkinkan sampel A bersifat nonpolar. Karena
senyawa non-polar sukar atau tidak dapat larut dalam pelarut polar dan sebaliknya. Dapat
juga dimungkinkan bahwa Sampel A memiliki rantai C yang lebih panjang sehingga sukar
dalam air. Uji selanjutnya menggunakan pelarut CHl 5%, namun pada pengujian ini juga tidak
larut. Selanjutnya dengan pelarut NaOH 5%. Tujuan Penambahan NaOH adalah untuk
menguji sifat keasaman dari sampel. Dan ketika penambahan NaOH tetap tidak larut.
Pengujian dengan pelarut terakhir yaitu dengan H2SO4 pekat. Terlihat bahwa sampel larut
dalam H2SO4 pekat. Dalam petunjuk praktikum sampel A yang larut dalam H2SO4 pekat
termasuk kedalam senyawa organic yang mempunyai atom karbon banyak, mungkin
termasuk kedalam salah satu diantara alcohol, aldehida, keton, amida, ester, senyawa tidak
jenuh, dan hidrokarbon aromatic.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh serta bentuk fisik dari sampel A, senyawa
pada sampel A adalah asam stearate. Asam stearate merupakan salah satu turunan asam
karboksilat degan rantai karbon Panjang. Asam stearate ini merupakan senyawa asam lemak
jenuh karena tidak terdapat ikatan rangkap didalamnya. Asam stearate terdiri dari rantai
hidrokarbon dengan gugus karboksil diujung struktur molekulnya. Hidrokarbon ini terdiri
dari karbon dan hidrogen pada bagian ekornya yang bersifat hidrofobik/nonpolar,
sedangkan gugus karboksil pada bagian kepalanya yang bersifat hidrofilik/polar. Berdasarkan
data pengamatan sampel tidak dapat larut dalam pelarut air dikarenakan terdapat ikatan
hidrokarbon yang bersifat nonpolar yang lebih Panjang, sehingga gugus karboksil yang
bersifat polar tidak dapat berikatan dengan air.
2. Sampel B berfasa cair dan tidak berwarna. Pada saat uji kelarutan dengan air, terlihat sampel
B larut, dan Ketika diuji tingkat keasamannya dengan kertas lakmus sampel B bersifat netral.
Dalam petunjuk praktikum sampel B yang larut dalam air dan bersifat netral termasuk
kedalam senyawa organic yang mempunyai atom karbon sedikit, mungkin termasuk
kedalam salah satu diantara alcohol, aldehida, keton, amida, ester, amina aromatic dan
fenol. Sampel B yang dapat larut dalam air memungkinkan bahwa sampel B termasuk
senyawa polar, karena air termasuk pelarut yang bersifat polar. Sesuai dengan teori apabila
Senyawa polar dapat larut dalam pelarut polar sementara tidak dapat larut dalam pelarut
nonpolar. Molekul air dibentuk oleh atom H dan atom O oleh ikatan sigma. Karena sampel B
dapat larut dalam air, dimungkinkan sampel B memiiki gugus hidroksil (-OH) atau karbonil
(C=O) dalam ikatannya. Karena sampel B termasuk salah satu dari kemugkinan senyawa
yang telah disebutkan di atas, diantara senyawa senyawa yang memungkinkan adalah
aseton dengan rumus kimia C3H6O. Aseton merupakansenyawa turunan alkana dari
golongan keton yang paling sederhana. Aseton memiliki gugus karbonil (C=O) polar dengan
atom oksigen yang bermuatan parsial negative sehingga aseton dapat mengikat atom H dari
air dan membentuk ikatan hydrogen. Ikatan hydrogen yang terbentuk membuat aseton
dapat larut dalam air

Anda mungkin juga menyukai