I. DASAR TEORI
Titrasi titrimetri dalam lingkungan bebas air, pelarut mengambil
bagian yang amat penting untuk reaksi stoikiometri, dimana pelarut
tersebut dapat mengambil bagian dalam reaksi. Ada tiga teori yang
menerangkan reaksi netralisasi dalam suatu pelarut yaitu teori ikatan
hidrogen, teori Lewis dan teori Bronsted.
Asam-asam dan basa-basa lemah seperti alkaloid dan asam-asam
organik sukar larut dalam air dan kurang reaktif tidak dapat ditetapkan
kadarnya secara titrasi dengan asam atau basa (asidimetri atau alkalimetri)
dalam pelarut air. Kesulitan ini dapat diatasi dengan melaksanakan titrasi
dalam lingkungan yang bebas air atau menggunakan pelarut yang bukan
air.
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air
sebagai pelarut. Tetapi digunakan pelarut organik seperti alkohol, eter atau
pelarut-pelarut organik lain karena senyawa tersebut tidak dapat larut
dalam air, disamping itu kurang reaktif dalam air seperti misalnya garam-
garam amina, dimana garam-garam ini dirombak lebih dahulu menjadi
basa yang bebas larut dalam air, sari dengan pelarut organik lain dan
direaksikan dengan asam baku berlebih, yang kemudian pelarutnya
diuapkan dan barulah kelebihan asam ditentukan kembali dengan basa
baku sedangkan senyawa-senyawa organik yang mengandung nitrogen
ditentukan dengan metode Kjeldahl, dimana senyawa-senyawa yang
berupa garam natrium diasamkan dahulu, kemudian senyawa yang tidak
larut dalam air disari dengan pelarut lain (organik), pelarut diuapkan dan
sisa dikeringkan dan ditimbang.
Pada dasarnya titrasi bebas air termasuk reaksi netralisasi juga,
tetapi berbeda dengan konsep netralisasi dari Arhenius yang menyatakan
bahwa reaksi netralisasi adalah reaksi antara ion-ion hydrogen dengan ion-
1
ion hidroksida dalam larutan asam-basa berair; titrasi suatu senyawa asam
dengan larutan baku basa; titrasi suatu senyawa basa dengan larutan baku
asam. Dalam larutan berair netralisasi juga dapat diinterpretasikan sebagai
reaksi antara pemberi proton (proton donor) dan penerima proton (proton
akseptor).
Pada pelarut asam lemah dan basa lemah dalam lingkungan bebas
air harus diperhatikan pengaruh pelarut bukan air terhadap tetapan
ionisasi, tetapan dissosiasi, tetapan asam asam dan basa senyawa yang
hendak dititrasi. Yang tidak kalah penting adalah pengaruh konstante
dialetrik pada reaksi protolisis pada pelarut bukan air.
Teori TBA sangat singkat, sebagai berikut : air dapat bersifat asam
lemah dan basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air, air dapat
berkompetisi dengan asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah dalam
hal menerima atau memberi proton, sebagaimana ditunjukkan pada reaksi:
H2O + H+ H3O+
Akan berkompetisi dengan RNH2 + H+ RNH3+
H2O + B OH + BH+
Akan berkompetisi dengan ROH + B RO- + BH+
Reaksi kompetisi air dengan asam lemah dengan basa lemah untuk
memberi atau menerima proton.
Adanya pengaruh kompetisi ini berakibat pada kecilnya titik
infleksi pada kurva titrasi asam sangat lemah dan basa sangat lemah
sehingga mendekati batas pH 0 dan 14. Oleh karena itu deteksi titik akhir
titrasi sangat sulit. Sebagai aturan umum : basa-basa dengan pKa < 7
atau asam-asam dengan pKa > 7 tidak dapat ditentukan kadarnya secara
tepat pada media air. Berbagai macam pelarut organic dapat digunakan
untuk menggantikan air, karena pelarut-pelarut ini kurang berkompetisi
secara efektif dengan analit dalam hal menerima atau memberi proton.
2
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam.
Analisis titrimetri dari sejumlah senyawa-senyawa basa lemah
dalam asam asetat glacial memungkinkan untuk menggunakan larutan
baku asam perklorat sebagai titran. Senyawa-senyawa tersebut adalah
senyawa-senyawa amina, garam-garam amina, garam-garam alkali dari
asam-asam organik, garam-garam dari asam-asam anorganik lemah, dan
asam-asam amino.
Pelarut
3
Prosedur yang paling umum digunakan untuk titrasi basa-basa organik
adalah dengan menggunakan titran asam perklorat dalam asam asetat.
Adanya air harus dihindari pada titrasi bebas air, karna adanya H 2O
yang merupakan basa lemah akan berkompetisi dengan basa-basa nitrogen
lemah untuk bereaksi dengan asam perklorat (HClO 4) yang digunakan
sebagai titran menurut reaksi:
Disamping itu dengan adanya air maka ketajaman titik akhir juga
akan berkurang. Secara eksperimen, adanya air tidak boleh lebih dari
0,05% sehingga tidak mengakibatkan pengaruh yang nyata pada
pengamatan titik akhir titrasi.
1. Pelarut Aprotik
4
Adalah pelarut yang dapat menaikkan ionisasi asam lemah dengan
menggabungkan proton yang dimilikinya. Dengan demikian senyawa-
senyawa yang bersifat basa seperti n-butil amin, piridin, dimetil formamid,
trimetil amin termasuk dalam kelompok ini. Pelarut ini biasa digunakan
dalam analisis senyawa-senyawa yang bersifat asam lemah seperti fenol.
3. Pelarut protogenik
4. Pelarut amfiprotik
5
glacial. Sebagai contoh asam asetat dapat menghasilkan ion asetat dan
proton.
6
disebut dengan larutan baku (standar). Konsentrasi larutan dapat
dinyatakan dengan normalitas, molaritas, atau bobot per volume.
7
A. Larutan Baku pada Asidimetri Pelarut Bebas Air
Titran yang paling sering digunakan adalah asam perklorat,
dalam pelarut asam asetat glacial atau pelarut yang relative netral
seperti dioksan. Titran ini berfungsi sebagai larutan baku. Asam
Perklorat merupakan asam terkuat yang sudah umum yang bereaksi
sempurna dengan basa-basa lemah.
III. STANDARISASI
8
baku sekunder dilakukan dengan larutan baku primer yang sudah diketahui
konsentrasinya.
Berikut adalah tabel larutan baku sekunder beserta baku primernya untuk
standarisasi:
C. Perhitungan standarisasi
N1. V1 = N2. V2
9
Contoh pembakuan asam perklorat 0,1 N
Prosedur
Prosedur
IV. Indikator
Netralisasi adalah reaksi antara ion H+ dari asam dan ion OH- dan
membentuk molekul air. Reaksi netralisasi harus sesempurna mungkin.
Untuk mencapai maksud tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti tersebut dibawah ini:
1. Dengan terbentuknya hasil reaksi yang mengalami disosiasi lemah
2. Dengan terjadinya hasil reaksi sebagai gas atau sebagai endapan
3. Dengan memisahkan ion sebagai ion kompleks
10
Untuk menentukan titik akhir titrasi (titik ekivalen) pada proses
netralisasi ini digunakan indikator.
Warna warna
11
Mayoritas titrasi bebas air dilakukan dengan menggunakan
berbagai indikator yang cukup terbatas disini adalah beberapa contoh yang
khas.
Kristal Violet : Digunakan sebagai 0,5% b/v larutan dalam asam asetat
glasial. Berubah warna dari ungu adalah melalui biru diikuti oleh hijau,
kemudian menjadi kuning kehijauan, dalam reaksi dimana basa seperti
piridin yang dititrasi dengan asam perklorat.
Red : Digunakan sebagai solusi b/v 0,2% dalam dioksan dengan kuning
untuk mengubah warna merah.
12
1. Metal merah
2. Metal orange
3. Timol blue
Tetapan Dielektrik
HB + SH H2S + B-
H2S + B- H2S+ + B-
HB + SH H2S+ + B-
13
bahwa Ki >>> 1 maka Ka=Kd dan Kb=Kd. Sedangan untuk asam atau
basa lemah diasumsikan bahwa Ki<<HNO3>HOAc dan menyetarakan
keasaman asam mineral HClO4, H2SO4, HCl dan HNO3. Dari kedua contoh
di atas dapat disimpulkan bahwa asam dan basa dalam pelarut amfiprotik
kesempurnaan reaksinya bergantung pada karakter keasaman dan kebasaan
pelarut, tetapan dielektrik pelarut, keasaman dan kebasaan senyawa,
tetapan autoprotolis pelarut.
V. PENETAPAN KADAR
14
CONTOH DATA
V . N . BE
% Kadar = x 100%
ml sampel
15
DAFTAR PUSTAKA
16
17