Anda di halaman 1dari 90

TITRASI BEBAS AIR

(Titration in nonaqueos solvent)

Apt. Erwi Putri S, M.Si


FARMASI ISTN
TITRASI BEBAS AIR
DEFINISI
Titrasi yang menggunakan pelarut organik sebagai
pengganti pelarut air untuk mempertajam titik akhir
titrasi asam atau basa lemah.
TITRASI BEBAS AIR

Dibidang farmasi teknik ini banyak dipakai


karena banyak obat bersifat asam atau basa
lemah yang sukar larut dalam air.
TITRASI BEBAS AIR

SYARAT - SYARAT

• Senyawa yang sukar / tidak larut dalam air

• Tidak mengandung H2O dan CO2

• Analit tidak reaktif


TITRASI BEBAS AIR

Reaksi yang terjadi pada titrasi bebas air dapat diterangkan


dengan konsep Bronsted dan Lowry

Asam sebagai donor proton dan Basa sebagai penerima


proton
HB ↔ H+ + B-
asam proton basa konjugasi

H+ + B- ↔ HB
Proton basa asam konjugasi
PELARUT
• Kekuatan asam dan basa ditentukan oleh
kemampuan pelarut untuk menerima dan
melepaskan proton.

• Digolongkan berdasarkan kemampuan


memberi atau menerima proton dan bereaksi
atau tidaknya dengan sampel (solute)
PELARUT

Berdasarkan kemampuan memberi atau


menerima proton dibagi menjadi 4, yaitu :

1. Protogenic solvent ; asam asetat


2. Protophilic solvent ; n-butilamina
3. Amphriprotic solvent ; alkohol
4. Aprotict solvent (inert/netral) ;
benzena
Protogenic solvent
Adalah pelarut yang menghasilkan proton. Pelarut
kelompok ini kurang bermanfaat dalam titrasi
bebas air.

Contoh : asam-asam kuat seperti asam klorida


dan asam sulfat.
Protophilic solvent
(proto = proton, filik = suka) Adalah pelarut yang dapat
menaikkan ionisasi asam lemah dengan menggabungkan
proton yang dimilikinya. Pelarut ini biasa digunakan dalam
analisis senyawa-senyawa yang bersifat asam lemah seperti
fenol.

Contoh : senyawa yang bersifat basa seperti n-butil amin,


piridin, dimetil formamid, trimetil amin.
Amphriprotic solvent
Adalah pelarut yang mempunyai sifat gabungan
dari protofilik dan protogenik sehingga pelarut ini
dapat menghasilkan atau menerima poton.

Contoh : air, alkohol, dan asam asetat glasial.


Aprotict solvent
Adalah pelarut yang dapat menurunkan ionisasi
asam-asam dan basa-basa. Termasuk dalam
kelompok pelarut ini adalah pelarut-pelarut non
polar.

Contoh : benzene, karbon tetraklorida serta


hidrokarbon alifatik.
PELARUT

Berdasarkan bereaksi atau tidaknya pelarut


dibagi menjadi dua, yaitu :

1.Leveling Solvent

2.Differentiating Solvent
Leveling Solvent

Adalah pelarut yang dapat bereaksi dengan


sempurna dengan solute

Contoh : air
Differentiating Solvent

Adalah Pelarut yang tidak dapat bereaksi


sempurna dengan solute. Dalam pelarut ini,
kekuatan asam atau basa dapat dilihat dari
harga K-nya (urutan penurunan kekuatan
asam)

HClO4 > HBr > H2SO4 > HCl > HNO3 > CH3COOH
PELARUT
Dalam memilih pelarut, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Sifat asam-basa dari pelarut. Untuk menitrasi basa lemah,
maka dipilih pelarut yang lebih bersifat asam,dan demikian
pula sebaliknya. Misalnya, pada titrasi basa lemah, asam
asetat lebih baik daripada air.
2.Tetapan autoprotolisis dan Tetapan dielektrik
3. Melarutkan zat yang dititrasi dan tidak bereaksi baik dengan
zat yang dititrasi maupun dengan titran.
4.Murah dan mudah pemurniannya jika perlu dan tidak kompleks
5.Hasil titrasi berupa larutan atau kristal
SIFAT ASAM-BASA

• 2CH3COOH ↔ CH3COOH2+ + CH3COO-


ion asetonium ion asetat

Ion asetonium : asam terkuat (yang dapat


mempertinggi konsentrasi ion asetonium)

Ion asetat : basa terkuat (yang dapat


mempertinggi konsentrasi ion asetat)
INDIKATOR
• Pada titrasi bebas air, indikator bereaksi dengan
H+ atau melepaskan H+ dengan disertai
perubahan warna.

• Pemilihan indikator secara empiris


menggunakan potensiometer bersama-sama
dengan indikator visual yang diselidiki dan harus
memperlihatkan perubahan warna yang tajam
dekat dengan titik ekuaivalen
DETEKSI TITIK AKHIR TITRASI

1. Indikator
Asam : Kristal Violet, α-naftolbenzen, Metil merah, Alfazurin
2-G, Melachite green

Basa : Biru Timol, fenoltalein, Azo violet, p-hidroksiazobenzen

2. Metode Potensiometri

3. Metode Konduktometri

4. Metode Amperometri
KEGUNAAN
• Penetapan asam-asam atau basa-basa lemah
yang tidak dapat ditetapkan dengan pelarut air
• Penetapan campuran asam-asam atau basa-
basa dengan kekuatan yang berbeda-beda
• Penetapan sampel yang sukar larut dalam air
• Sedian farmasi seperti tablet, kapsul, salep, dsb
dapat langsung ditetapkan tanpa melalui proses
ekstraksi apabila bahan-bahan pembawanya
tidak mengganggu
KEUNTUNGAN

Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu :

1. Metode ini cocok untuk titrasi asam-asam atau


basa-basa yang sangat lemah, dan

2. Pelarut yang digunakan adalah pelarut organik


yang juga mampu melarutkan analit-analit
organik.
KELEMAHAN
• Kebanyakan pelarut organik mempunyai koefisien
pemuaian yang besar, sehingga perubahan suhu
mengakibatkan perbedaan volume titran. Koreksi volume
titran dapat dihitung menggunakan rumus:

Vc = V/l + 0,001(t1-t2), dimana:

• Vc = volume titran setelah dikoreksi


• V = volume titran yang diukur
• t1 = suhu waktu standarisasi
• t2 = suhu waktu titrasi sampel
KELEMAHAN

• Adanya air mempengaruhi ketajaman titik akhir


titrasi

• Pada alkalimetri, CO2 dari udara dapat bereaksi


dengan titran

• Kebanyakan pelarut organik mahal


CONTOH ANALISIS TBA
ACIDIMETRI
Pelarut yang digunakan dalam titrasi basa lemah (Asidimetri)
• pelarut Netral : alkohol, kloroform, benzene, klorobenzena
• pelarut asam : asam format, asam asetat glasial, asam
propionat

Titran yang digunakan : asam perklorat

Indikator yang digunakan : oracat biru, kristal violet ,1-


naphtholbenzein (basa lemah) metil merah, metil oranye &
timol biru (basa kuat)
ALKALIMETRI

Pelarut yang digunakan dalam titrasi asam lemah


(Alkalimetri) : Ethylenediamine, n-butylamine, morfin
indonesia

Titran yang digunakan : natrium metoksida, litium metoksida,


Kalium metoksida, tetrabutil amonium hidroksida

Indikator yang digunakan : kristal violet, biru timol,


thymolphthalein, O-Nitro anilin titrasi
APLIKASI TITRASI BEBAS AIR

1. Obat Sulfa-SO2-NH-(asam) dengan alkali


metoksida (basa) dalam pelarut benzen-metanol
atau difenilformamida

2. Basa lemah(amina, asam amino dan anion


asam lemah) dalam asam asetat glasial dengan
asam perklorat.
ANALISIS FARMASI I

TITRASI ASAM BASA


ASIDIMETRI - ALKALIMETRI

apt. Erwi Putri Setyaningsih, M.Si


PENDAHULUAN
TEORI ASAM BASA
• ARRHENIUS

ASAM : ZAT  DILARUTKAN DLM AIR MEMBERI ION


HIDROGEN
HA H+ + A-
BASA : ZAT  DLM AIR MEMBERI ION HIDROKSIDA
+ -
BOH B + OH

PSEUDO BASA : B + H2O BH+ + OH-


AMINA TIDAK MEMPUNYAI GUGUS OH, TETAPI
-
MENAIKKAN KADAR OH , PELARUT AIR
TEORI ASAM BASA
• 1923, BRÖNSTED – LOWRY

ASAM : ZAT YG MEMBERI PROTON


+ -
HA H +A

BASA : ZAT YG MENERIMA PROTON


+ +
B+H BH

• G. N. LEWIS
ASAM : ZAT YG MENERIMA SEPASANG ELEKTRON
BASA : ZAT YG MEMBERI SEPASANG ELEKTRON
KURVA TITRASI ASAM BASA

1. TITRASI ASAM KUAT (ANALIT) DENGAN BASA KUAT (TITRAN)


2. TITRASI BASA KUAT (ANALIT) DENGAN ASAM KUAT (TITRAN)
3. TITRASI ASAM LEMAH (ANALIT) DENGAN BASA KUAT (TITRAN)
4. TITRASI BASA LEMAH ( ANALIT) DENGAN ASAM KUAT (TITRAN)
TITRASI ASAM KUAT/BASA KUAT
TITRASI ASAM LEMAH DENGAN BASA
KUAT DAN TITRASI BASA LEMAH
DENGAN ASAM KUAT
TUGAS KELOMPOK

• JELASKAN BAGAIMANA PENGARUH KEKUATAN ASAM DAN BASA


PADA KURVA TITRASI
• DAN BERIKAN CONTOH SENYAWA YANG DITETAPKAN KADARNYA
SECARA ASIDIMETRI ALKALIMETRI BERIKUT PROSEDURNYA
• BUAT DALAM BENTUK PPT MAKSIMAL 10 SLIDE SAJA
ANALISIS FARMASI

ERWI PUTRI SETYANINGSIH, M.Si., Apt


KIMIA FARMASI ANALISIS
METODE KIMIA UNTUK ANALISIS SENYAWA
ORGANIK
I. PENDAHULUAN

I.1 Klasifikasi
Senyawa Organik :
 Elektrolit lemah, terdiri dari asam dan basa organik serta garam-
garamnya. Karena merupakan elektronik lemah dan dapat terionisasi,
kelompok ini dapat dianalisis berdasarkan reaksi ionik (asam basa,
pengendapan, kompleksometri dan redoks).

 Non Elektrolit, tidak dapat terionisasi maka reaksi molekular yang


digunakan untuk analisis. Umumnya reaksi berlangsung lambat,
namun dapat ditingkatkan dengan penggunaan katalis, penggunaan
pelarut bukan air dan kenaikan suhu dengan refluks. Reaksi kimia
yang dipakai adalah :
- Hidrolisis - Pembentukan senyawa kondensasi
- Esterifikasi dan asilasi - Oksidasi - Reduksi
- Adisi - Subsitusi
Senyawa Organik

I.2 Berdasarkan struktur molekul : I.3 Berdasarkan gugus fungsional :


 Senyawa Alifatik  Senyawa Hidroksi (OH)
 Senyawa Karbosiklik  Senyawa Eter dan Alkoksi (RO-)
O
- Senyawa Alisiklik
 Senyawa Karbonil (-C-)
- Senyawa Aromatik
- Aldehid –CHOH
 Senyawa Heterosiklik
- Keton –RCO-R
- Fenol, Furan, Tiofen O
- Pirazol, iminazol, Okasol,  Senyawa Karboksilat (-C-OH) dan
Tiazol turunannya
- Piridin, Pirimidin, Peran,  Senyawa Amin (-R-NH2 )
Tiasinol  Senyawa Ikatan Jenuh ( C = C, C = C)
- Indol, Kuinolin, Isokuinolin  Senyawa Heterosiklik

Gugus Fungsi : kumpulan atom-atom dua atau lebih yang memberikan kontribusi pada
sifat fisika dan kimia molekul senyawa:
SENYAWA OBAT
ISOLASI SEMI SINTESIS
(TANAMAN, SINTESIS KIMIA
HEWAN,
MIKROBA) Senyawa / Obat Baru

Kromofor Struktur Molekul Ikatan

Unsur Penyusun Gugus Fungsi


Spektroskopi
UV, VIS, IR, FL Analisis Unsur • Analisis
• Schoniger • Kelarutan
• Kjeldahl • Volatilitas
• Elektrokimia • Keasaman-Kebasaan
• Volumetri (pKa, pKb)
• Gravimetri • Stabilitas

KCKT, TLC
Volumetri Metode lainya
IDENTIFIKASI Kromatografi Gas TAB, TBA, Elektrokimia
UJI KEMURNIAN TP, TK, TR Elektroforesis
KADAR POTENSI
ANALISIS
FARMASI

Bertujuan untuk :

IDENTIFIKASI - PEMGAWASAN BAHAN


KEMURNIAN - KRITERIA – SPESIFIKASI
KOMPOSISI/ - MASALAH INDUSTRI
KONSTITUSI - PENGAWASAN MUTU
POTENS
KADAR

• KONTEKS PADA
• KONTEKS PADA KEGUNAAN LEBIH
PERSYARATAN HASIL JAUH DARI HASIL

ANALISIS FARMASI DITUJUKAN


PADA KEPUTUSAN MENGENAI :
INFORMASI YANG DIPERLUKAN,
BAGAIMANA MEMPEROLEHNYA, DAN
IMPLEMENTASINYA PADA
PERSYARATAN YANG DITRNTUKAN
DAN DIGUNAKAN
ANALISIS UNSUR
Tujuan
1. Sebagai pendahuluan (Analisis proksimat) dalam analisis organik/obat
2. Bersama dengan analisis gugus fungsi dan kelarutan dapat digunakan dalam identifikasi dan eludasi
struktur
3. Untk penentuan kadar dalam analisis obat dan senyawa organik (analisis ultimate)

A. Analisis Kualitatif
A.I. Unsur Karbon
A.2. Unsur Hidrogen
Prinsip : Senyawa Oganik Uap Air
Cu O
H H2O + Cu
Uap air Uap air

A.3. Cara Lessaigne


Prinsip : Reduksi destruktif oleh Na Logam
C, N Na CN
C, N, S Logam
Na CNSNa NaCN + Na2S Na
C, S Na2S
C, X (Halogen) Na X
(Senyawa Organik)

Mengubah senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang larut air.


Sampel : 20 – 100 mg zat
(Hati-hati untuk senyawa yang mudah meledak diazonium,
dinitro, perklorat, dll dan larutan dalam air).
a. Deteksi Unsur Nitrogen:
Kalau senyawa tersusun hanya C, H, O dan N saja maka dalam filtrat Lassaigne akan
terdapat NaCN, yang dideteksi sebagai berikut :

b. Deteksi Unsur Sulfur


Kalau senyawa mengandung unsur S tanpa unsur N, maka dalam filtrat akan
ditemukan Na2S yang dapat dideteksi sebagai berikut :

c. Deteksi Unsur Senyawa Nitrogen dan Sulfur


Kalau kedua unsur N dan S terdapat dalam senyawa, maka filtrat akan mengandung
Na CNS (atau Na CN dan Na2S
d. Deteksi Unsur Halogen
Jika senyawa mengandung unsur halogen, maka dalam filtrat Lassigne akan terdapat
NaCl, NaI, NaBr (NaF tidak akan ada karena menguap). Filtrat diasamkan dengan
HNO3 untuk menghilangkan gangguan dari ion –ion CN-, CNS dan S serta mencegah
terbentuknya perak oksida. Setelah itu tambahkan AgNO3; endapan putih atau kuning.
e. Deteksi unsur Fosfat
Jika senyawa mengandung P, maka dalam filtrat akan ditemukan Na3PO4

A.2 Cara Middleton


Peleburan senyawa dengan campuran Na2CO3 dan Zn (1:2) akan
membentuk NaCN dan NaX. Sedangkan S akan bereaksi dengan Zn
membentuk ZnS.
NaCN dan NaX akan larut dalam air dan ZnS berada dalam residu. Pisahkan
dengan penyaringan.

 NaCN dideteksi dengan cara yang sama untuk unsur nitrogen, NaX
dideteksi dengan AgNO3
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KUALITATIF
A. CARA KIMIA
Cara kimia merupakan cara yang paling kuno, walaupun demikian masih digunakan sampai sekarang. Cara
ini melibatkan penggunaan suatu pereaksi yang dapat bereaksi dengan senyawa aktif menimbulkan gejala
yang dapat diamati.

Gejala yang dapat diamati


A+ R
(pewarnan, pengendapan,
Analit pereaksi pembentukan gas dan bau)

Cara kimia merupakan cara sederhana, mudah diinterpretasikan serta tidak memerlukan instrumen dan
beban yang mahal.

A.1 Reaksi Warna

Identifikasi dengan reaksi warna mempunyai keunggulan dalam hal : kesederhanaan, cepat, mudah
terinterprestasi, tidak memerlukan alat yang mahal dan keahlian yang tinggi. Kepekaannya yang cukup
tinggi bahkan dapat menjangkau kadar mikrogram. Kelemahannya adalah reaksi kurang spesifik dan
warna yang erbentuk dapat ditutupi oleh adanya cemaran akan bahan lain.
Reaksi yang terjadi dalam beberapa kasus, nyata-nyata empirik, tidak dapat
diterangkan atau dikaitkan dengan hasil reaksi atau struktur kimia. Walaupun
banyak reaksi kimia yang ada kaitannya dengan struktur kimia, gugus atau ion
penyusun.

Cara melakukan reaksi warna


1. Dalam tabung reaksi, bahkan dilarutkan dalam air atau pelarut yang sesuai,
ditambahkan R atau 3 tetes pereaksi; warna yang timbul diamati segera
atau setelah beberapa saat jika diperlukan reaksi dipanaskan.

2. Dalam cawan penguap, bahan padat atau larutannya dipanaskan


bersama dengan suatu pereaksi; warna yang dihasilkan diamati segera atau
setelah beberapa saat. Jika perlu, reaksi dipanaskan.

3. Pada pelat tetes, sedikit senyawa atau setetes larutannya ditambah 1 atau 2
tetes pereaksi; warna diamati segera atau beberapa saat

A.2 Reaksi Pembentukan Gas atau Bau


Beberapa senyawa akan membebasan atau membentuk gas atau molekul ,
berbau khas jika direaksikan dengan suatu pereaksi atau dipanaskan tapa
atau bersama
A reaksi.
+ R Gas atau bau khas
Identifikasi senyawa berdasarkan pembentukan gas atau bau
tidak begitu banyak digunakan dibandingkan dengan reaksi warna
karena itu reaksi pembentukan gas dimasukkan kedalam reaksi
yang bersifat umum atau untuk penggolongan senyawa.

Contoh :
1. Senyawa-senyawa turunan piridin akan
membebaskan piridin yang berbau khas jika
dipanaskan / dilebur bersama Na2CO3
2. Senyawa-senyawa Amida membebaskan NH3
yang berbau khas kalau direaksikan dan
dipanaskan dengan NaOH pekat.
Cara melakukan identifikasi seerti pada identifikasi dengan reaksi warna,
menggunakan reaksi warna dengan tabung reaksi atau cawan penguap. Jika perlu reaksi
dapat dipercepat dengan pemanasan.
Kibasan tangan
Perlu diperhatikan : agar tidak
menghirup langsung hasil reaksi pada
saat membaui, kadap mukosa hidung.
Cukup dengan kibasan tangan diatas
taung reaksi atau cawan penguap
tempat reaksi dilakukan.
A.3. Reaksi Pembentukan Endapan
endapan yang terbentuk dapat berupa endapan yang berwarna atau
tidak berwarna, dapat juga berupa endapan amorf atau hablur (kristal).
Pengamatan dilakukan pada warna, bentuk dan sifat fisika (titik lebur)
endapan yang terjadi.

a. Reaksi mikrokristal adalah cara identifikasi yang diamati dengan


pengamatan kristal dibawah mikroskop, terhadap bentuk (hablur) kristal jika
suatu pereaksi ditambahkan pada larutan atau senyawa yang dianalisis.
Reaksi mikrokristal lebih spesifik, dibandingkan dengan reaksi warna, hanya
diperlukan kehati-hatian dalam pengamatan. Karena bentuk hablur / kristal
sangat dipengaruhi : suhu, saat pengamatan dan kadar analit dalam
larutan yang dianalisis.

Cara melakukannya : satu atau 2 tetes larutan zat ditetesi 1 tetes HCL 0,5 N lalu
ditambahkan 2 tetes pereaksi mikrokristal. Jika perlu dipanaskan diatas api kecil
(kaca objek tersebut perlu ditutup dengan kaca penutup). Lalu diamati
dibawah mikroskop. Catat dan gambar bentuk kristal dan bandingkan dengan
zat pembanding baku yang diperlakukan sama.

Bentuk yang biasa : jarum, pipih, papan roset, kubus, persegi dan lain lain.
b. Penetapan Suhu lebur endapan / kristal. Endapan yang terbentuk ditetapkan
suhu leburnya. Biasanya merupakan senyawa derivatnya. Beberapa senyawa
yang mempunyai karakteristik yang sama (reaksi gugus fungsi dan titik leburnya)
dapat dibedakan dengan reaksi dari vatisari dan penetapan suhu leburnya
(lihat tabel).

Perlu diperhatikan :
b.1 Suhu lebur (TL) sangat dipngaruhi oleh kemurnian senyawa derivat tsb. Oleh
karena itu endapan perlu dimurnikan dengan cara kristalisasi dan
dikeringkan sebelum ditentukan suhu leburnya.
b.2 dari derivatisasi adalah pembentukan senyawa derivat dari suatu senyawa
dengan suatu pereaksi yang khusus:
II ANALISIS GUGUS FUNGSI
II.1 Gugus Alkohol (R-OH)
Alkohol adalah senyawa hidroksi (OH) yang berikatan dengan ikatan alifatik (R) yang
bersifat netral dan larut dalam air atau dioxan.
Terdapat beberapa jenis alkohol yaitu alkohol primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan
jumlah gugus OH nya dikenal alkohol monovalen dan polivalen (poli ol)
a. Reaksi dengan Logam Natrium

b. Reaksi dengan Seri Amonium Nitrat

warna merah akan diperoleh jika terdapat alkohol, sedangkan fenol memberikan warna
merah coklat.
c. Reaksi Esterifikasi
d. Uji Xantat

e. Uji Kromat Anhidrat


Pereaksi: ( 10 g CrO3 dalam 10 ml H2SO4 p ditambahkan perlahan-lahan melalui dinding tabung
sejumlah 30 ml air, lalu dinginkan/berwarna jingga merah.
Reaksi yang berlangsung Oksidasi. Alkohol primer dan alkohol sekunder bereaksi memberi endapan
hijau-biru atau hijau. Sedangkan alkohol tersier tidak bereaksi sehingga larutan tetap jingga.

f. Uji Vavadium Oksin


Pereaksi :
Larutan amonium vavadat dalam air dan 1 tetes 8-hidroksi kuinolin (oksin) dalam asam asetat encer.
 Warna merah : Alkohol primer
 Warna jingga (bbrp mnt) : Alkohol sekunder
 Warna Jingga (lama) : Alkohol tersier
g. Pembedaan alkohol primer, sekunder dan tersier
g.1 Uji Lucas
4 tetes alkohol ditambahkan pada 2 ml pereaksi Lucas (ZnCl2 anh + HCl p) dalam tabung reaksi.
- terbentuk 2 lapisan yang terpisah (ada klorida yang tak larut) alkohol teriser
- setelah 5 menit terbentuk lapisan keruh alkohol sekunder
- tetap jernih alkohol primer

Untuk meyakinkan adanya alkohol tersier, dapat digunakan HCl pekat langsung.

Alkohol primer dan sekunder tidak akan bereaksi dengan HCl ini.
g.2 Oksidasi
Alkohol primer dapat teroksidasi menjadi aldehid dan selanjutnya menjadi asam
karboksilat.

Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton, dan alkohol tersier hanya dapat dioksidasi
dengan penguraian gugus karbonilnya.

Aldehida dan keton,hasil oksidasi dari alkohol primer dan sekunder selanjutnya diuji
dengan pereaksi Schift (untuk aldehida) dan pereaksi Logam-Rothena (keton)
h. Pembentukan Senyawa Derivatif (Turunan)
Senyawa derivatif merupakan hasil reaksi dengan suatu pereaksi yang khusus agar
membentuk suatu yang lebih baik dalam pengujian, misalnya mempunyai titik leleh yang
khas, tingkat penguapan atau vetilisasi yang tinggi ( untuk kromatografi gas),
penambahan gugus kromafor (untuk spektrofotometri dan kromatografi cair) dan
membentuk senyawa yang berwarna (untuk kolorimetri)
h-1. pereaksi 3,5 dinitro benzoil klorida akan membentuk ester yang kuat
dan mempunyai titik leleh yang khas dan cukup tajam:

h-2. Alkohol primer dan sekunder dengan pereaksi isosianat akan


membentuk uretan (suatu ester asam karbonat) dengan titik leleh
yang cukup tajam.

h-3. Alkohol primer dan sekunder akan membentuk asetil dengan pereaksi
asetaanhidrida (asetilasi) dengan katalis piridin:
II.2 Gugus Fenol (Ar-OH)

Fenol adalah senyawa OH yang berikatan dengan radikal aril (aromatik), umumnya tidak berwarna tetapi dapat berwarna akibat oksidasi alil oksigen dari udara.

Bersifat asam dan dapat larut dalam NaOH 5%. Uji yang digunakan untuk mendeteksi gugus fenol berdasarkan reaksi terhadap gugus hidroksi juga

a. Reaksi dengan Besi III klorida

pereaksi FeCl3 ditambahkan kepada 1 ml larutan fenol dalam air, terbentuk bermacam-macam warna, tergantung senyawa fenol yang dianalisis.

Reaksi lain yang mungkin terjadi adalah reduksi Fe3+  Fe 2+ oleh senyawa fenol poliven

- Fenol, resorsinol, kresol : biru atau violet

- Asam salisilat : ungu violet

- Salisilaldehida :violet

- Bromofenol : violet

- Katekhol, tanin, katekin : hijau

- -naftol : pink

- Nitrofenol, phidioksibenzoat : negatif


b. Reaksi Liebermann
100 mg zat dilarutkan dalam 1 ml H2SO4 p, tambahkan beberapa mg NaNO2 kristal : terbentuk warna
biru hijau atau violet. Reaksi pembentukan Indofenol

Hanya benzen yang


mempunyai posisi
pora yang bereaksi
dengan pereaksi ini
c. Uji pelelehan Ftalein
panaskan 100 mg zat denga ftalat anhidrida dan 2 tetes H2SO4 p, lalu tambahkan kedalam larutan
NaOH 10% dalam beaker glass

Fenol, cathecol, hidrokuinon : Biru


-Naftol, -Naftol : Hijau
d. Uji penggabungan dengan Diazosulfanilat :

II.3 Gugus Karbonil


Gugus karbonil terdiri dari : gugus aldehida (R-CHO) dan keton(RCOR’).aldehida lebih
reaktif dibandingkan keton (Adisi dan oksidasi)
Reaksi umum Gugus Karbonil (Aldehida dan Keton)

II.3.1 Reaksi untuk gugus aldehida


(a). Uji Tollen

Aldehida (alifatik dan aromatik) memberikan reaksi positif, keton tidak bereaksi.
(b). Uji Schiff
Pereaksi schiff mengandung larutan air Fudisine (p-rosanidin HCl) yang dihilangkan warnanya dengan
melarutkan gas SO 2 atau penambahan NaSO 3

(c). Uji Benedict


Merupakan modifikasi larutan Fehling dan mengandung ion tembaga (II) basa yang dikompleks dengan
ion sitrat (larutan berwarna biru) :

Reaksi benedict positif hanya untuk aldehida alifatik, dengan demikian dapat dipakai untukmembedakan
aldehida alifatik dan aromatik. Keton memberikan reaksi negatif dengan pereaksi ini, jadi dapat
dibedakan dari aldehid.
III.3.2 Reaksi untuk Gugus Keton
(a). Uji Legal – Rothera
Senyawa keton memberikan reaksi positif (warna merah ungu) dengan pereaksi Legal –
Rothera (Na- nitroprusida – NaOH

(b). Uji Iodoform

Reaksi positif diberikan oleh senyawa yang mengandung gugus CH3OH. Dengan demikian
keton alifatik (aseton, metil etilketon, 2 heptanol) dan keton aromatik (asetofenon) akan
bereaksi dengan pereaksi ini. Beberapa alkohol (etanol, isopropanol, butanol) akan bereaksi
dengan pereaksi ini.

II.4 . Gugus Karboksil


II.4.1 Uji dengan Lakmus
teteskan senyawa atau larutannya kepda kertas lakmus biru : merah
II.4.2 Uji Bikarbonat

II.4.3 Uji Sentrifikasi

II.5 Ester
II.5.1 Uji Fenoftalein
Sampel dalam etanol dan 2 tetes NaOH 5% lalu ditambahkan 2 tetes fenoftalein dan
dipanaskan. Larutan merah muda memudar lalu jernih tak berwarna)

II.5.2 Uji Hidroksamat

Selain ester, arilklorida, amida dan anhidrida memberikan reaksi warna pada pereaksi ini
II.6 Karbohidrat
Mono dan Disakarida larut dalam air, tetapi tidaklarut dalam pelarut organik. Karbohidrat
tidak mempunyai titik lebur tetapi mengalami dekomposisi pada pemanasan.
II.6.1 Uji Molisch
Merupakan reaksi umum golongan karbohidrat. Mono dan sakarida memberikan reaksi positif (memberi
warna violet atau merah) dengan pereaksi Molisch (larutan -naftol dalam H2SO4 pekat)
II.6.2 Uji Benedict

Aldosa memberikan reaksi positif dengan uji Benedict ini sedangkan Ketosa tidak bereaksi.
II.6.3 Uji Pembentukan Osazon

Reaksi pembentukan asam sangat berarti pada identifikasi karbohidrat, karena memberikan hablur yang
bentuknya spesifik dan derivat titik leleh yang khas.

Keterangan
1. Uji osazon digunakan untuk identifikasi gula-gula
2. Uji Benedict dapat diganti dengan Fehling atau Uji Benfoed
II.7 Gugus Nitro
II.7.1 Uji Reduksi Hidroksilamin

II.7.2 Uji Besi Hidroksida

II.8 Gugus Amina (-NH 2)


II.8.1 Uji Hiusberg
Uji Hiusbergini untuk membedakan antara antara golongan amina : amina primer, amina
sekunder dan amina tersier.
R NH 2 : Amina primer
R 2 NH : Amina Sekunder
R 3 N : Amina Tersier
Pereaksi Hiusberg : p toluen anifonilklorida
1.

3.

II.8.2 Uji Diazotasi dan Penggabungan

II.8.3 Uji dengan p-DAB HCl


II.8.4 Uji Batang Korek Api (Lignum)
Larutkan zat dalam HCl pekat lalu dicelupkan batang korek api  batang menjadi
kuning atau merah jingga.

II.8.5 Uji Karbilamin

II.8.6 Uji Amina Sekunder

II.9 Gugus Amida


II.9.1 Reaksi Pelepasan NH3
II.9.2 Uji Asam Hidroksamat

Reaksi ini dipengaruhi oleh gugus Nitril yang memberikan warna merah juga

II.10. Senyawa Tak Jenuh ( C = C atau C = C )


II.10.1 Uji Adisi Brom

II.10.2 Uji Deniges


II.10.3 Uji Baeyer

II.10.4 Uji Berthelot

II.11 Asam Amino


a). Reaksi dengan pereaksi
b). Reaksi yang khas untuk asam -amino adalah pembentukan khelat dengan garam tembaga
(II) dalam larutan air yang didapar.

II.12 Sulfonamida
Sulfonamida merupakan turunan dari asam sulfonat dengan amin, amida asam sulfonat.
Reaksi kualitatif dapat dilakukan dengan cara :
a). Hidrolisis Asam

b). Kondensasi dengan 9- hidroksi xantin

c). Pada sulfonamida yang digunakan sebagai antibakteri, reaksi identifikasi dilakukan pada
gugus AMIN PRIMER AROMATIKNYA :
II.13 Reaksi Identifikasi Untuk Golongan Senyawa Obat
reaksi identifikasi digunakan untukpenggolongan senyawa obat berdasarkan struktur
molekul umum.
a). Alkaloida
senyawa basa nitrogen (pada umumnya heterosiklik N) yang sering ditemukan pada
tanaman.
Pereaksi yang digunakan dalam Farmakope adalah kalium iodo bismutat yang dikenal
sebagai pereaksi DRAGENDORFF. Dengan pereaksi ini alkaloida akan bereaksi
memberikan endapan berwarna (garam Bikompleks) yang tidak larut dalam air.
Beberapa mg sampel alkaloida ditambahkan 1 tetes HCl 0,5 dan 5 ml air. Teteskan
pereaksi Dragendorff : segera terbentuk endapan berwarna

pereaksi lain : MAYER (Kalium iodo hidrongerat K3H9I4) (I2 / KI air)

b). Amina Aromatik Primer


pereaksi yang digunakan untuk identifikasi senyawa ini adalah :
b.1 Pereaksi p DAB HCl
b.2 Pereaksi NaNO dan -naftol atau naftiletilendiamin (Diazosulfanilat)
b.3 Reaksi korek api
Catatan :
amin alifatik primer dapat diazotasi dengan asam nitrit, tetapi pada kondisi ini akan terurai.

Amin sekunder akan membentuk nitrosamin dengan pereaksi ini


c). Barbiturat
Untuk identifikasi turunan barbiturat (luminal, barbital, dsb) secara umum digunakan garam
kobalt (Co) dalam lingkungan basa. Reaksiini dikenal dengan Reaksi PABRI yang
dimodifikasi oleh ZWIKKER dan BODENDORF :

Dalam suasana basa, barbiturat bereaksi dengan ion Co membentuk senyawa kompleks
larut yang dengan uap NH3 membentuk warna ungu.

Reaksi ini tidak spesifik, pereaksiini akan bereaksi memberikan warna yang sama dengan
senyawa yang mirip barbiturat yaitu :
Hidentoin
Piperin dindion
Piridin
Piperidin
Xantin dan purin
Sulfonamida
d). Xantin (Teofillin, Teobromin, Kafein)
cincin purin pada xantin akan diuraikan secara oksidatif, sedangkan cincin pirimidina
tidak berubah. Melalui kondensasi kedua pirimidina dengan gugus amino akan terjadi
asam purpurat yangg dengan penambahan NH3 berubah menjadi garam yang berwarna
violet.

Reaksi ini dikenal sebagai reaksi


MUREXIDE

Pereaksi yang
dikenal
e). Fenotiazin, diidentifikasi berdasarkan pembentukan tionol yang berwarna adalah
merah setelah
oksidasi :  FPN (FeCl 3,
HClO4, HNO3)
f). Golongan Penisilin
6 jenis penisilin diidentifikasi melalui pemanasan dengan asam kromotiopat dan H 2SO4
pekat. Reaksi yang terjadi belum diketahui, warna yang terbentuk diuji selama 30 detik
dibandingkan dengan warna yang dinyatakan tabel : warna yang terbentuk adalahh hasil
reaksi asam kromotiopat dengan formaldehida (Hasil urai penisilin).

Penisilin  Asam Fenoksi asetat  Fenol = Asam glikolat  Formaldehid CO2 + H2O
g). Reaksi Vitali – Morin
beberapa senyawa memberikan warna yang khas bila dilakukan reaksi Vitali-Morin
terhadapnya. Sejumlah  5 mg zat ditambahkan 1 ml HNO3 berasap diuapkan diatas
penangas air sampai kering. Sesudah dingin, residu berwarna kuning, dilarutkan dalam
5 ml aseton dan larutan KOH-etanolat : warna.
h). Steroida
h.1 Reaksi Salkowski, zat dalam 2 ml CHCl3 + H2SO4 pekat  lapisan CHCl3 merah
h.2 Reaksi Liobermann-Buchart, zat dalam CHCl3 + asam asetat anhidrida + H2SO4 pekat
 biru-hijau

(Masih ada reaksi warna golongan obat : Lihat Clarke Avalyzin of Drugs and Poison)
Contoh :
JPS, Vol.45, No.5, Mei 1975, 841-843.
SPOT TEST:
Identifikasi Obat yang Disalahgunakan (Abuse drugs)
1. Pereaksi
a. Mayer : HgCl2 0,55 g
KI 2,5 g
Air ad 100 ml
b. Dragendorff:
- Larutan A : Bismuth sub nitrat 0,85 g
Asam asetat glasial 10 ml
Air 40 ml
- Larutan B : KI 8,0 g
Air 20 ml
Campurkan 5 bagian volume larutan A dengan 2 volume larutan B. Buat 10 ml pereaksi
pekat, tambahkan 20 ml asam asetat dan encerkan dengan air hingga 100 ml.
c. Wagner : I2 1,27 g
KI2 g
Air ad 100 ml

d. Marquis : H2SO4 pekat 10 ml


Formalin 10 tetes
dibuat segar
e. Kobalt Tiosianat : CoCNS 2% dalam air

f. Zwikker (Parri)
- Larutan A : Co Asetat 1% dalam metanol
- Larutan B : Isopropanol 5% dalam metanol

g. Mandelin : NH4 vavadat 1%


H2SO4 pekat beberapa tetes

h. Ehrlich : p-dimetilaminobenzaldehida 0,2 %


dalam H2SO4 (65%) ditambah 0,2 ml larutan FeCl3 5%

i. Duquenois : Asetaldehida 5 tetes


Vanilin 0,4 g
ethanol abs ad 20 ml (r.p)

Anda mungkin juga menyukai