HB ↔ H+ + B-
asam proton basa
4. Pelarut amfiprotik
Adalah pelarut yang mempunyai sifat gabungan dari
protofilik dan protogenik sehingga pelarut ini dapat
menghasilkan atau menerima poton. Yang termasuk pelarut
kelompok ini adalah air, alcohol, dan asam asetat glacial.
Sebagai contoh asam asetat dapat menghasilkan ion
asetat dan proton.
D. Kemampuan Pelarut Untuk Mendiferensiasi
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa air meratakan
mineral – mineral yang terdapat di dalam asam – asam
perklorat, klorida, dan nitrat. Artinya, dalam larutan berair,
asam ini nampak sama kuat. Namun dalam pelarut asam
seperti asam asetat, kekuatan asam perklorat yang lebih
besar atas, misalnya asam klorida, memungkinkan asam
perklorat untuk dititrasi dalam satu tahap terpisah dari
asam klorida tersebut. Dari kedua kesetimbangan:
Coffein
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Ditimbang 52 mg coffein.
3) Dimasukkan dalam Erlenmeyer.
4) Ditambah 2 tetes indikator Kristal violet.
5) Titrasi dengan HClO3 ad larutan warna hijau zamrud.
J. ALKALIMETRI DALAM PELARUT BEBAS AIR
Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa
yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Beberapa senyawa yang bersifat asam lemah dapat
ditetapkan kadarnya secara kuantitatif dalam pelarut bebas
air yang sesuai dengan titik akhir yang tajam. Senyawa-
senyawa tersebut adalah asam-asam halide, asam-asam
anhidrida,asam-asam amino, fenol, sulfonamide, dan
garam-garam organic dari asam-asam organic.
Asam borat yang merupakan asam anorganik lemah
dapat dengan mudah dititrasi dengan menggunakan
etilendiamin sebagai titran. Ketiga H+ dari H3BO3 dapat
dideteksi dengan menggunakan potensiometer untuk
mengamati terjadinya titik akhir titrasi.
a) Pelarut
Pelarut-pelarut yang bersifat basa seperti etilen diamin
dapat meningkatkan keasaman dari asam-asam lemah
seperti fenol sehingga fenol dapat ditetapkan kadarnya
secara kuaintitatif dengan menggunakan larutan baku
litium atau Natrium metoksida.
Faktor – faktor yang dipertimbangkan dalam memilih
pelarut:
1. Kelarutan dari senyawa- senyawa yang akan dianalisis
dalam pelarut
2. Kekuatan relatif kebasaan dari pelarut
3. Ketajaman titik akhir
4. Ketidak reaktifan pelarut
b) Indikator
Pengamatan titik akhir dapat menggunakan
potensiometer atau secara visual. Penggunaan
potensiometer merupakan pemilihan utama untuk
menentukan titik akhir titrasi bebas air. Pemilihan
indikator secara visual berdasarkan pengalaman empiric
dan dilakukan secara trial and error. Pengalaman
menunjukkan bahwa azo violet merupakan indikator
pilihan untuk titrasi asam-asam yang keasamannya lemah
atau medium dalam pelarut butil amin; timol blue
merupakan indikator pilihan untuk titrasi asam-asam yang
keasamannya lemah atau medium dalam pelarut dimetil
formamid.
Dalam titrasi dengan logam alkoholat, azo violet akan
berubah warna sebelum timol blue. Warna biru cerah
merupakan warna titik akhir titrasi untuk indikator azo
violet dan timol blue.
c) Contoh pembakuan Natrium metoksida
Larutkan kurang lebih 400 mg asam benzoate yang
ditimbang saksama dalam 80 ml dimetil formamida,
tambahkan 3 tetes indikator timol blue dan titrasi dengan
Natrium metoksida sampai terbentuk warna biru. Lakukan
koreksi banyaknya volume Natrium metoksida yang
diperlukan untuk mentitrasi 80 ml dimetil formamida.
Tiap ml Natrium metoksida 0,1 N setara dengan 12,21
mg asam benzoate.
d) Larutan baku
Titran yang sering digunakan pada TBA senyawa-
senyawa yang bersifat asam lemah adalah natrium
metoksida , litium metoksida dalam methanol, atau
tetrabutil ammonium hidroksida dalam dimetilformamid.
Kalium metoksida yang merupakan basa yang lebih
kuat, tidak digunakan karena dapat membentuk endapan
gelatinus. Dalam beberapa keadaan yang mana natrium
metoksida juga membentuk endapan gelatinus maka litium
metoksida merupakan pilihan. Titran-titran basa lainnya
adalah natrium aminometoksida (merupakan basa yang
paling kuat), dan natrium trifenilmetan yang digunakan
untuk senyawa-senyawa yang bersifat asam lemah seperti
fenol dan pirol
K. Titik akhir titrasi