Anda di halaman 1dari 39

OLEH : REZHA OKTAVIANI

KELAS : XII 2 FARMASI


A. Pengertian Titrasi Bebas Air
Titrasi bebas air atau titrasi non-Aqua adalah titrasi yang
menggunakan pelarut organik sebagai pengganti air. Dengan
pelarut organik tertentu, kekuatan asam atau basa lemah
dapat diperbesar sehingga memungkinkan suatu titrasi yang tidak
memuaskan dalam pelarut air. Dibidang farmasi teknik kini banyak
dipakai karena banyak obat bersifat asam atau basa lemah yang suka
larut dalam air. Dengan pemilih pelarut yang tepat, penetapan kadar
dari komponen campuran asam atau basa juga dimungkinkan. Teori
asam-basa dari arrhenius ternyata tidak berhasil menjelaskan sifat
karakteristik dari asam dan basa dalam pelarut organik. Dalam hal
ini,
teori yang umum telah dikemukakan oleh bronsted. Menurut teori
ini,
asam adalah pemberi proton, sedangkan basa adalah penerima
proton .
Menurut teori ini, asam adalah pemberi proton, sedangkan basa
adalah penerima proton .

HB ↔ H+ + B-
asam proton basa

Pada reaksi diatas, ion B- adalah basa konjugasi dari asam HB


Dan sebaliknya asam HB adalah basa konjugasi dari basa B-.
Reaksi tersebut semata-mata dimaksudkan untuk menjelaskan
definisi dari asam dan basa, dan bukan merupakan reaksi yang
sesungguhnya.

Reaksi tersebut baru bisa berlangsung ke kanan apabila ada


Yang menerima protonnya.
Lanjutan...
Kekuatan suatu asam disamping ditentukan oleh potensi dari
asam itu untuk melepaskan proton, tetapi juga tergantung dari
kekuatan basa yang akan menerima protonnya.

Jadi, asam lemah akan menjadi lebih kuat bila direaksikan


dengan basa yang lebih kuat. Misalnya, asam asetat akan
menjadi lebih kuat dalam amonia lebih kuat dari air.
Dalam pemilihan pelarut, ada tiga hal yang harus
diperhatikan, yaitu sifat asam-basa dari pelarut. Untuk
menitrasi basa lemah, maka dipilih pelarut yang lebih bersifat
asam dan demikian pula sebaliknya. Misalnya, pada titrasi
basa lemah, asam asetat lebih baik daripada air, Tetapan dan
autoprotolisis serta Tetapan dielektrik. Asam perklorat sejauh
ini merupakan asam yang telah luas digunakan untuk titrasi
basa lemah, karen asam ini adalah asam yang sangat kuat
yang sangat mudah didapat. Basa lemah dititrasi paling
sering dalam larutan asam asetat glasial. Normalnya pengaruh
temperatur pada volume titran teukur dapat diabaikan
dengan diabaikan dengan larutab berair pada variasi
temperatur kamar basa. Pelarut organik seperti asam asetat,
benzena, dan metanol sebaiknya mempunyai koefisien
ekspansi ternal yang agak besar, dan perubahan volumenya
tidak bisa diabaikan jika titran tersebut berada pada
temperatur standarisasinya
Titrasi titrimetri dalam lingkungan bebas air, pelarut
mengambil bagian yang amat penting untuk reaksi
stoikiometri, dimana pelarut tersebut dapat mengambil
bagian dalam reaksi. Ada tiga teori yang menerangkan reaksi
netralisasi dalam suatu pelarut yaitu teori ikatan hidrogen,
teori Lewis dan teori Bronsted. Penggunaan pelarut aprotik
pada titrasi bebas air memberikan dua keuntungan. Pelarut
tidak mempunayi efek menyetingkatkan keasaman/kebasaan
asam basa yang bereaksi sesamanya. Garam yang terjadi pada
titrasi tidak akan diuraikan secara protolitik oleh pelarut.
Kerugiannya adalah sifat yang sedikit polar atau non polar
yang mempunyai daya pelarutan kecil uuntuk protolit dan
pendesakan kembali disosiasi.
Seperti telah diuraikan diatas, kekuatan asam basa
ditentukan pula oleh
kemampuan pelarut untuk menerima dan melepaskan
proton. Berdasarkan hal ini maka pelarut dapat dibedakan
menjadi:
 Pelarut protogenik, adalah pelarut yang mudah
memberikan proton.
Misalnya : asam-asam
 Pelarut protofilik, adalah pelarut yang mudah menerima
proton.
Misalnya : basa-basa, eter, keton
 Pelarut amfiprotik, adalah pelarut yang dapat menerima
maupun memberikan proton.
Misalnya : air, asam asetat, alkohol
 Pelarut aprotik, adalah pelarut yang tidak dapat menerima
maupun memberikan proton.
Misalnya : kloroform, benzen, dioksan
Dalam urutan tersebut, air lebih bersifat basa daripada
asam asetat. Karena itu asam-asam mineral lebih mudah
memberikan proton kepada air daripada asam asetat.
Dalam hal ini kekuatan asam-asam mineral terhadap air
boleh dikatakan sama, sehingga air dikatakan “leveling”
bagi asam-asam tersebut. Dalam asam asetat kekuatan
asam-asam mineral tersebut ternyata dapat dibedakan
sesuai dengan urutan tersebut diatas asam perklorat
adalah yang paling kuat. Dalam hal ini asam asetat
dikatakan sebagai “ differentiating solvent” bagi asam-
asam tersebut. Dengan demikian, maka asam perklorat
adalah titran yang paling baik pada titrasi bebas air.
B. Prinsip Percobaan
Sebagian senyawa organik aktif tidak dapat ditentukan
kadarnya dalam larutan air menurut cara titrasi protolisis
karena keasaman atau kebasaannya sangat lemah. Dalam
hal ini, titrasi protolisis dilakukan dalam lingkungan pelarut
bukan air berdasarkan atas teori asam-basa Bronsted.
Pada titrasi asam lemah dan basa lemah dalam pelarut
bukan air pengaruh pelarut terhadap tetapan disosiasi (Ki)
tetapan disosias (Kd) dan dan tetapan keasaman dan
kebasaan senyawa yang akan ditentukan harus
diperhatikan. Terutama pengaruh tetapan dielektrik
pelarut pada reaksi protolisis senyawa yang terjadi dalam
larutan bukan air.
C. Pelarut
Titrasi bebas air (TBA) merupakan prosedur
titrimetri yang paling umum yang digunakan untuk uji-
uji dalam farmakope. Metode ini mempunyai 2
keuntungan, yaitu (i) Metode ini cocok untuk titrasi
asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah, dan (ii)
pelarut yang digunakan adalah pelarut organik yang
juga mampu melarutkan analit-analit organik.
Prosedur yang paling umum digunakan untuk
titrasi basa-basa organik adalah dengan menggunakan
titran asam perklorat dalam asam asetat.
Adanya air harus dihindari pada titrasi bebas air, karna
adanya H2O yang merupakan basa lemah akan
berkompetisi dengan basa-basa nitrogen lemah untuk
bereaksi dengan asam perklorat (HCLO4) yang digunakan
sebagai titran menurut reaksi:

H2O + HCLO4 H3O+ + CLO4-


RNH2 + HCLO4 RNH3 + CLO4-

Disamping itu dengan adanya air maka ketajaman titik


akhir juga akan berkurang. Secara eksperimen, adanya air
tidak boleh lebih dari 0,05% sehingga tidak mengakibatkan
pengaruh yang nyata pada pengamatan titik akhir titrasi.
Untuk lebih memahami tentang titrasi bebas air, berikut
adalah definisi istilah pelarut yang digunakan :
1. Pelarut aprotik
Adalah pelarut yang dapat menurunkan ionisasi asam-
asam dan basa-basa. Termasuk dalam kelompok pelarut ini
adalah pelarut-pelarut non polar seperti benzene, karbon
tetraklorida serta hidrokarbon alifatik.

2. Pelarut protofilik ( proto = proton, filik = suka )


Adalah pelarut yang dapat menaikkan ionisasi asam
lemah dengan menggabungkan proton yang dimilikinya.
Dengan demikian senyawa-senyawa yang bersifat basa
seperti n-butil amin, piridin, dimetil formamid, trimetil
amin termasuk dalam kelompok ini. Pelarut ini biasa
digunakan dalam analisis senyawa-senyawa yang bersifat
asam lemah seperti fenol.
Lanjutan...
3. Pelarut protogenik
Adalah pelarut yang mengahsilkan proton. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah asam-asam kuat
seperti asam klorida dan asam sulfat. Pelarut kelompok ini
kurang bermanfaat dalam titrasi bebas air.

4. Pelarut amfiprotik
Adalah pelarut yang mempunyai sifat gabungan dari
protofilik dan protogenik sehingga pelarut ini dapat
menghasilkan atau menerima poton. Yang termasuk pelarut
kelompok ini adalah air, alcohol, dan asam asetat glacial.
Sebagai contoh asam asetat dapat menghasilkan ion
asetat dan proton.
D. Kemampuan Pelarut Untuk Mendiferensiasi
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa air meratakan
mineral – mineral yang terdapat di dalam asam – asam
perklorat, klorida, dan nitrat. Artinya, dalam larutan berair,
asam ini nampak sama kuat. Namun dalam pelarut asam
seperti asam asetat, kekuatan asam perklorat yang lebih
besar atas, misalnya asam klorida, memungkinkan asam
perklorat untuk dititrasi dalam satu tahap terpisah dari
asam klorida tersebut. Dari kedua kesetimbangan:

HClO4 + HOAc H2OAc+ + ClO-4


HCl + HOAc H2OAc+ +Cl-
Lanjutan...
Yang pertama berjalan lebih banyak kekanan dari pada
yang kedua. Sehingga dalam titrasi suatu campuran dua
asam dalam pelarut asam asetat, terhadap dua patahan
dalam kurva titrasi, dan asam tersebut
dikatakan terdiferensiasi.
E. Larutan Baku (standar)
Semua perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada
konsentrasi titrasi titran sehingga konsentrasi titran harus
dibuat secara teliti. Titran semacam ini disebut dengan
larutan baku (standar). Konsentrasi larutan dapat
dinyatakan dengan normalitas, molaritas, atau bobot per
volume.
Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara
melarutkan sejumlah senyawa baku tertentu yang
sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara tepat
dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Larutan
standar ada dua macam yaitu larutan baku primer dan
larutan baku sekunder. Larutan baku primer mempunyai
kemurnian yang tinggi. Larutan baku sekunder harus
dibakukan dengan larutan baku primer. Suatu proses
dimana larutan baku sekunder dibakukan dengan larutan
baku primer disebut dengan standarisasi.
Suatu senyawa dapat digunakan sebagai baku primer
jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Mudah didapat, dimurnikan, dikeringkan dan disimpan
dalam keadaan murni
b) Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100 ± 0,02%)
atau dapat dimurnikan dengan penghabluran kembali
c) Tidak berubah selama penimbangan (zat yang higroskopis
bukan merupakan baku primer)
d) Tidak teroksidasi oleh O2 dari udara dan tidak berubah
oleh CO2 dari udara
e) Susunan kimianya tepat sesuai jumlahnya
f) Mempunyai berat ekivalen yang tinggi, sehingga kesalahan
penimbangan akan menjadi lebih kecil
g) Mudah larut
h) Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri,
cepat dan terukur
F. Indikator
Netralisasi adalah reaksi antara ion H+ dari asam dan ion
OH- dan membentuk molekul air. Reaksi netralisasi harus
sesempurna mungkin. Untuk mencapai maksud tersebut
dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti tersebut
dibawah ini:
1. Dengan terbentuknya hasil reaksi yang mengalami
disosiasi lemah
2. Dengan terjadinya hasil reaksi sebagai gas atau sebagai
endapan
3. Dengan memisahkan ion sebahai ion kompleks
Untuk menentukan titik akhir titrasi (titik ekivalen) pada
proses netralisasi ini digunakan indikator.
Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa
organic komplek dalam bentuk asam (HIn) atau dalam
bentuk basa (InOH) yang mampu dalam berada dalam
keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat
saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain
pada konsentrasi H+ atau pada pH tertentu.

Indikator yang berupa asam HIn H+ + In- ………(1)


Indikator yang berupa basa InOH In+ + H-……...(2)

suatu indikator yang berupa asam organic menurut


persamaan keseimbangan (1), apabila dalam larutan
banyak ion H+ atau dalam suasana asam
makakeseimbangan akan kekiri, yaitu kearah bentuk
molekul yang tidak terion.
G. Indikator untuk Titrasi bebas air
Bentuk resonansi yang berbeda dari indikator berlaku
baik untuk titrasi bebas air tapi perubahan warna pada titik
akhir titrasi untuk bervariasi dari titrasi, karena mereka
bergantung pada sifat titran. Warna sesuai dengan titik
akhir yang benar dapat didirikan dengan melakukan titrasi
potensiometri sambil mengamati perubahan warna
indikator.
Mayoritas titrasi bebas air dilakukan dengan
menggunakan berbagai indikator yang cukup terbatas di
sini adalah beberapa contoh yang khas.
 Kristal Violet: Digunakan sebagai 0,5% b / v larutan dalam
asam asetat glasial. Berubah warna dari ungu adalah
melalui biru diikuti oleh hijau, kemudian menjadi kuning
kehijauan, dalam reaksi di mana basa seperti piridin yang
dititrasi dengan asam perklorat.
 Red: Digunakan sebagai solusi b / v 0,2% dalam dioksan
dengan kuning untuk mengubah warna merah.
 Naftol Benzein: Bila dipekerjakan sebagai solusi b / v 0,2%
dalam asam etanoat memberikan kuning untuk mengubah
warna hijau. Ini memberi poin akhir tajam di nitro metana
yang mengandung anhidrida etanoat untuk titrasi basa
lemah terhadap asam perklorat.
 Quenaldine Merah: Digunakan sebagai indikator untuk
penentuan obat dalam larutan dimetilformamida. Sebuah
solusi b / v 0,1% dalam etanol memberikan perubahan
warna dari merah ungu ke hijau pucat.
 Biru timol: Digunakan secara luas sebagai indikator untuk
titrasi zat bertindak sebagai asam dalam larutan dimetil
formamida. Sebuah solusi b / v 0,2% dalam metanol
memberikan perubahan warna yang tajam dari kuning ke
biru pada titik akhir.
H. Tetapan Dielektrik
Suatu asam-basa dalam pelarut SH akan mengalami
kesetimbangan sebagai berikut;
HB + SH –> H2S+.B-
Dalam pelarut yang memiliki konstanta dielektrik
yang tinggi pasangan ion tersebut akan terdisosiasi
sempurna membentuk ion bebas.
H2S+.B- –> H2S+ + B-
Sehingga reaksi keseluruhan yang terjadi adalah:
HB + SH –> H2S+ + B-
Disimpulkan bahwa keasaman dan kebasaan suatu
senyawa bergantung pada tetapan ionisasi (Ki) dan tetapan
disosiasi (Kd) dari pelarutyang digunakan.
I. Acidimetri Dalam Pelarut Bebas Air
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara
kuantatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa
dengan menggunakan baku asam.
Analisis titrimetri dari sejumlah senyawa-senyawa
basa lemah dalam asam asetat glacial memungkinkan
untuk menggunakan larutan baku asam perklorat sebagai
titran. Senyawa-senyawa tersebut adalah senyawa-senyawa
amina, garam-garam amina, garam-garam alkali dari asam-
asam organic, garam-garam dari asam-asam anorganik
lemah, dan asam-asam amino.
a) Pelarut
Pelarut yang digunakan dalam asidimetri bebas air ini
dapat bersifat netral atau bersifat asam. Pemilihan
pelarut ditentukan oleh karakteristik dari senyawa yang
akan ditentukan kadarnya.
Pelarut-pelarut netral seperti alcohol, kloroform,
benzene,dan dioksan atau asetil asetat merupakan pelarut
aprotik dan amfiprotik. Sedangkan pelrut yang bersifat
asam seperti asam asetat glacial, asam asetat anhidrat
digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat basa.
b) Indikator
Untuk titrasi basa lemah dan garam-garamnya:
1. Kristal violet
2. Metilrosanilin klorida
3. Merah kuinaldin
4. Alfa – naftol benzein
5. Hijau malakit
Untuk senyawa basa yang relative lebih kuat:
1. Metal merah
2. Metal orange
3. Timol blue
c) Larutan baku
Titran yang paling sering digunakan adalah asam
perklorat, dalam pelarut asam asetat glacial atau pelarut
yang relative netral seperti dioksan. Titran ini berfungsi
sebagai larutan baku. Asam perklorat merupakan asam
terkuat yang sudah umum yang bereaksi sempurna dengan
basa-basa lemah.
d) Contoh pembakuan asam perklorat 0,1 N
Prosedur :
Timbang kurang lebih 700 mg kalium biftalat secara saksama
(sebelumnya dipanaskan pada suhu 105oC selama 3 jam),
larutkan dalam asam asetat glacial dalam Erlenmeyer 250 ml.
Tambahkan 2 tetes indikator Kristal violet dan titrasi dengan
asam perklorat hingga warna violet menjadi biru kehijauan.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 20,42 mg kalium
biftalat.
E. Prosedur Kerja
1. Pembakuan Asam perklorat 0,1 N
a. Pipet asam perklorat p sebanyak 0,085 ml
b. Campurkan dengan 5 ml asam asetat glasial
c. Dinginkan dan ad kan sampai 10 ml

2. Penetapan Kadar Coffein


a. Timbang seksama ± 400 mg coffein
b. Larutkan dalam 40 ml anhidrat asetat p
c. Panaskan, kemudian dinginkan larutan
d. Tambahkan 50 ml benzene p
e. Tambahkan indikatir Kristal violet p 3 tts
f. Titrasi dg as. Perklorat 0.1 n hingga perubahan warna

1 ml asam perklorat 0,1 n setara dg 19,42 mg


F. Mekanisme Kerja

Coffein
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Ditimbang 52 mg coffein.
3) Dimasukkan dalam Erlenmeyer.
4) Ditambah 2 tetes indikator Kristal violet.
5) Titrasi dengan HClO3 ad larutan warna hijau zamrud.
J. ALKALIMETRI DALAM PELARUT BEBAS AIR
Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa
yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Beberapa senyawa yang bersifat asam lemah dapat
ditetapkan kadarnya secara kuantitatif dalam pelarut bebas
air yang sesuai dengan titik akhir yang tajam. Senyawa-
senyawa tersebut adalah asam-asam halide, asam-asam
anhidrida,asam-asam amino, fenol, sulfonamide, dan
garam-garam organic dari asam-asam organic.
Asam borat yang merupakan asam anorganik lemah
dapat dengan mudah dititrasi dengan menggunakan
etilendiamin sebagai titran. Ketiga H+ dari H3BO3 dapat
dideteksi dengan menggunakan potensiometer untuk
mengamati terjadinya titik akhir titrasi.
a) Pelarut
Pelarut-pelarut yang bersifat basa seperti etilen diamin
dapat meningkatkan keasaman dari asam-asam lemah
seperti fenol sehingga fenol dapat ditetapkan kadarnya
secara kuaintitatif dengan menggunakan larutan baku
litium atau Natrium metoksida.
Faktor – faktor yang dipertimbangkan dalam memilih
pelarut:
1. Kelarutan dari senyawa- senyawa yang akan dianalisis
dalam pelarut
2. Kekuatan relatif kebasaan dari pelarut
3. Ketajaman titik akhir
4. Ketidak reaktifan pelarut
b) Indikator
Pengamatan titik akhir dapat menggunakan
potensiometer atau secara visual. Penggunaan
potensiometer merupakan pemilihan utama untuk
menentukan titik akhir titrasi bebas air. Pemilihan
indikator secara visual berdasarkan pengalaman empiric
dan dilakukan secara trial and error. Pengalaman
menunjukkan bahwa azo violet merupakan indikator
pilihan untuk titrasi asam-asam yang keasamannya lemah
atau medium dalam pelarut butil amin; timol blue
merupakan indikator pilihan untuk titrasi asam-asam yang
keasamannya lemah atau medium dalam pelarut dimetil
formamid.
Dalam titrasi dengan logam alkoholat, azo violet akan
berubah warna sebelum timol blue. Warna biru cerah
merupakan warna titik akhir titrasi untuk indikator azo
violet dan timol blue.
c) Contoh pembakuan Natrium metoksida
Larutkan kurang lebih 400 mg asam benzoate yang
ditimbang saksama dalam 80 ml dimetil formamida,
tambahkan 3 tetes indikator timol blue dan titrasi dengan
Natrium metoksida sampai terbentuk warna biru. Lakukan
koreksi banyaknya volume Natrium metoksida yang
diperlukan untuk mentitrasi 80 ml dimetil formamida.
Tiap ml Natrium metoksida 0,1 N setara dengan 12,21
mg asam benzoate.
d) Larutan baku
Titran yang sering digunakan pada TBA senyawa-
senyawa yang bersifat asam lemah adalah natrium
metoksida , litium metoksida dalam methanol, atau
tetrabutil ammonium hidroksida dalam dimetilformamid.
Kalium metoksida yang merupakan basa yang lebih
kuat, tidak digunakan karena dapat membentuk endapan
gelatinus. Dalam beberapa keadaan yang mana natrium
metoksida juga membentuk endapan gelatinus maka litium
metoksida merupakan pilihan. Titran-titran basa lainnya
adalah natrium aminometoksida (merupakan basa yang
paling kuat), dan natrium trifenilmetan yang digunakan
untuk senyawa-senyawa yang bersifat asam lemah seperti
fenol dan pirol
K. Titik akhir titrasi

Penetapan titik akhir pada titrasi bebas air, dapat


dilakukan dengan penambahan indikator atau lebiuh
disukai cara potensiometrik. Perubahan warna indikator
dalam pelarut organik berbeda dengan perubahannya
dalam pelarut air. Hal ini disebabkan antara lain karena
pelarut organik mempunyai tetapan dielektrik yang lebih
kecil daripada air. Hal ini mengakibatkan indikator asam
basa yang cocok untuk titrasi dengan pelarut air belum
tentu baik untuk titrasi bebas air. Cara penetapan titrasi
bebas air seringkali menimbulkan kesalahan-kesalahan,
dan dengan cara titrimetri bebas air hal-hal seperti ini
dapat dihindari dengan cara membuat zat dapat larut dan
reaktif dalam air.
Lanjutan...
Metode ini memiliki beberapa keuntungan misalnya
zat-zat yang tidak dapat larut dalam air misalnya basa-basa
organic dapat dititrasi dalam pelarut dimana zat-zat itu
dapat segera larut baik mengunakan pelarut-pelarut
proteclitis maupun pelarut-pelarut yang tidak bersifat
proteclitis.
L. Keuntungan dan Kerugian TBA
1. Keuntungan TBA
a) Asam dan basa organik yang larut dalam air yang larut
dalam pelarut bebas air.
b) Organik asam, yang merupakan kekuatan sebanding
dengan air, tidak dapat dititrasi dengan mudah oleh pelarut
bebas air. Basis juga mengikuti aturan yang sama.
c) Sebuah pelarut bebas air dapat membantu dua yang lebih
banyak asam dalam campuran. Asam individu dapat
memberikan titik akhir yang terpisah dalam pelarut yang
berbeda.
d) Dengan pilihan yang tepat dari pelarut atau indikator,
bahan biologis zat apakah asam atau dasar dapat selektif
dititrasi.
e) titrasi berair sederhana dan akurat.
2. Kerugian TBA
Adapun kerugian untuk melakukan titrasi bebas
air antara lain :
a) Mayoritas titrasi bebas air dilakukan dengan
menggunakan berbagai indikator yang cukup terbatas.
b) Kelembaban dari air harus dijaga setiap waktu, agar kadar
air tidak lebih dari yang ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai