Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di antara semua keputusan setingkat menteri yang paling banyak disebarkan
melalui jejaring media sosial setiap tahun adalah keputusan tentang hari libur
nasional dan cuti bersama. Rupanya hampir semua orang berkepentingan terhadap
keputusan ini guna merancang liburan satu tahun berikutnya. Ada tiga menteri yang
masing-masing memberi nomor tersendiri atas keputusan tersebut, yakni Menteri
Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.
Oleh karena keputusan itu ditetapkan oleh tiga orang menteri, dengan tiga nomor
berbeda, maka jadilah ia disebut keputusan bersama.

Uniknya, di masyarakat keputusan ini kerap disebut “surat keputusan


bersama” atau disingkat SKB. Tidak jelas dari mana kata “surat” ini muncul karena
dalam nomenklatur keputusannya jelas-jelas tidak tercantum kata tersebut.
Sementara itu juga belum ada inisiatif untuk menggantikan istilah SKB itu menjadi
KB atau Kepmenber.

Dalam masyarakat juga ada kebingungan untuk membedakan mana yang


disebut keputusan dan mana peraturan. Secara kasatmata, suatu keputusan diformat
dalam bentuk diktum-diktum: KESATU, KEDUA, KETIGA, dan seterusnya. Suatu
peraturan diformat dalam sistematika berupa BAB, Bagian, Paragraf, Pasal, dan
ayat.

Dari kebingungan masyarakat yang ada untuk membedakan mana yang


disebut keputusan dan mana peraturan, terutama pada surat keputusan bersama
apakah termasuk regeling atau beschikking. Maka penulis akan menganalisis
tentang Surat Keputusan Bersama (SKH) mengenai cuti bersama termasuk regeling
atau beschikking.

1
1.2 Rumusan Masalah
Apakah Surat Keputusan Bersama (SKH) mengenai cuti bersama termasuk
regeling atau beschikking ?

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan apakah Surat Keputusan Bersama
(SKH) mengenai cuti bersama termasuk regeling atau beschikking.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan ini bermanfaat untuk meredakan dan menyelesaikan keraguan
atau kebingungan di masyarakat tentang Surat Keputusan Bersama (SKH)
mengenai cuti bersama termasuk regeling atau beschikking.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Regeling dan Beschikking.

Menurut Pasal 1 angka 2 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan, peraturan perundang-undangan adalah peraturan
tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau
ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur
yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.

Sedangkan, mengenai penggunaan istilah “keputusan” dan “peraturan”,


menurut buku “Perihal Undang-Undang” karangan Jimly Asshiddiqie (hal. 9),
negara sebagai organisasi kekuasaan umum dapat membuat tiga macam keputusan
yang mengikat secara hukum bagi subjek-subjek hukum yang terkait dengan
keputusan-keputusan itu: Yaitu keputusan-keputusan yang bersifat umum dan
abstrak (general and abstract) biasanya bersifat mengatur (regeling), sedangkan
yang bersifat individual dan konkret dapat merupakan keputusan yang bersifat atau
berisi penetapan administratif (beschikking) ataupun keputusan yang berupa
‘vonnis’ hakim yang lazimnya disebut dengan istilah putusan.

Oleh karena itu menurut Jimly (hal. 10), ada tiga bentuk kegiatan
pengambilan keputusan yang dapat dibedakan dengan penggunaan istilah
“peraturan”, “keputusan/ketetapan” dan “tetapan”, menurut Jimly istilah-istilah
tersebut sebaiknya hanya digunakan untuk:

1. Istilah “peraturan” digunakan untuk menyebut hasil kegiatan


pengaturan yang menghasilkan peraturan (regels).
2. Istilah “keputusan” atau “ketetapan” digunakan untuk menyebut hasil
kegiatan penetapan atau pengambilan keputusan administratif
(beschikkings).

3
3. Istilah “tetapan” digunakan untuk menyebut penghakiman atau
pengadilan yang menghasilkan putusan (vonnis).

Namun, sebagaimana dijelaskan Jimly (hal. 11) memang penggunaan


istilah-istilah tersebut dalam praktik tidak terjadi suatu keseragaman, misalnya
dalam menyebut “tetapan” menggunakan istilah “keputusan hakim”.

Dari penjelasan Jimly di atas tersebut maka dapat kita simpulkan pengertian
istilah “keputusan” dapat diartikan secara luas dan sempit. Dalam pengertian istilah
“keputusan” yang luas, di dalamnya terkandung juga pengertian “peraturan/regels”,
“keputusan/beschikkings” dan “tetapan/vonnis”. Sedangkan, dalam istilah
“keputusan” dalam arti yang sempit, berarti adalah suatu hasil kegiatan penetapan
atau pengambilan keputusan administratif (beschikkings).

Mengenai perbedaan antara keputusan (beschikking) dengan peraturan


(regeling) disebutkan dalam buku Hukum Acara Pengujian Undang-
undang karangan Jimly Asshiddiqie (hal. 2), keputusan (beschikking) selalu
bersifat individual dan kongkrit (individual and concrete), sedangkan peraturan
(regeling) selalu bersifat umum dan abstrak (general and abstract). Yang dimaksud
bersifat general and abstract, yaitu keberlakuannya ditujukan kepada siapa saja
yang dikenai perumusan kaedah umum.

Selain itu, menurut Maria Farida Indrati S dalam buku “Ilmu Perundang-
Undangan (1) (Jenis, Fungsi, Materi, Muatan)” (hal. 78), suatu keputusan
(beschikkiking) bersifat sekali-selesai (enmahlig), sedangkan peraturan (regeling)
selalu berlaku terus-menerus (dauerhaftig).

Lebih jauh, dalam buku yang sama (hal. 28), Jimly menyatakan bahwa
produk keputusan digugat melalui peradilan tata usaha negara, sedangkan produk
peraturan diuji (Judicial review) langsung ke Mahkamah agung atau kalau untuk
undang-undang diuji ke Mahkamah Konstitusi.

4
2.1.1 Perbedaan Regeling dan Beschikking.

Dari penjelasan-penjelasan di atas tersebut maka dapat dibuat tabel


perbedaan antara keputusan dengan peraturan sebagai berikut:

Keputusan (beschikking) Peraturan (regeling)

Selalu bersifat individual and konkrit. Selalu bersifat umum and abstrak.

Pengujiannya melalui gugatan di Pengujiannya untuk peraturan di


peradilan tata usaha negara. bawah undang-undang (judicial
review) ke Mahkamah Agung,
sedangkan untuk undang-undang diuji
ke Mahkamah Konstitusi.

Bersifat sekali-selesai (enmahlig). Selalu berlaku terus-menerus


(dauerhaftig).

2.1.2 Surat Keputusan Bersama (SKB) Mengenai Cuti Bersama Termasuk


Regeling atau Bechikking.

Salah satu contohnya adalah Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri


Ketenagakerjaan dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 617, 262, 16 Tahun 2018 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti
Bersama Tahun 2019. Secara teoritik, jika dilihat dari segi penamaannya SKB
termasuk kategori Keputusan (beschikking). Walaupun sebenarnya SKB
materi muatannya lebih bersifat peraturan (regeling). Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya keraguan di mata umum. Namun menurut Maria Farida
Indrati S, suatu penetapan (beschikking) sifat normanya adalah individual, konkret
dan sekali selesai (einmahlig), sedangkan norma dari suatu peraturan perundang-
undangan selalu bersifat umum, abstrak dan berlaku terus-menerus (dauerhaftig).
Materi yang terdapat dalam Surat Keputusan Bersama ini dapat dikategorikan

5
sebagai suatu norma yang abstrak dan berlaku terus-menerus sehingga dapat
dikatakan bahwa SKB ini adalah suatu regeling.

Lebih lanjut lagi Dalam hal SKB yang dikeluarkan oleh menteri, menteri
juga mempunyai kewenangan untuk membuat aturan kebijakan (beleidsregels)
yang tidak didasarkan kepada suatu peraturan perundang-undangan tetapi
didasarkan kepada freies ermessen atau kewenangan diskresi (discretionare
bevoegdheid) asalkan beleids tersebut tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang ada dan prinsip-prinsip umum penyelenggaraan
pemerintahan yang baik.

Beleidsregel menurut Phillipus M. Hadjon, dkk, dalam bukunya Pengantar


Hukum Administrasi Indonesia (hal.169) dibentuk berdasarkan freies ermesen
yakni wewenang yang diberikan kepada pemerintah untuk mengambil tindakan
guna menyelesaikan suatu masalah penting yang mendesak/tiba-tiba tetapi belum
ada peraturannya. Afdeling Rechtspraak Raad van State (ARRS) merumuskan
aturan kebijakan sebagai algemene bekendmaking van het beleid (suatu maklumat
yang dibuat dalam rangka melaksanakan suatu kebijakan).

Secara eksplisit memang tidak ada dikatakan bahwa Surat Keputusan


Bersama (“SKB”) dalam Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011 ataupun dalam Pasal 8 ayat
(1) UU 12/2011. Namun peraturan lain yang tidak disebutkan dalam kedua pasal
diatas diperjelas lagi dalam Pasal 8 ayat (2) UU 12/2011 yang menyatakan:

Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui


keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan.

Dalam hal Surat Keputusan Bersama Menteri, aturan ini merupakan


salah satu bentuk peraturan sebagaimana dinyatakan Pasal 8 ayat (1) UU
12/2011 yang dibentuk oleh dua atau lebih kementerian untuk mengatur hal yang
sama namun sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing kementerian dalam
menjalankan urusan dalam pemerintahan.

6
Maka Surat Keputusan Bersama Menteri mempunyai kedudukan yang
sama dengan peraturan perundang-undangan yang diakui keberadaannya dan
mempunyai kekuatan hukum mengikat yang dibentuk berdasarkan kewenangan
sesuai dengan hukum positif yang berlaku berdasarkan Pasal 8 ayat (2) UU
12/2011.

7
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Surat Keputusan Bersama (SKB)


mengenai cuti Bersama itu termasuk regeling. Dapat diketahui dari :

1. Surat Keputusan Bersama Menteri (mengenai cuti bersama) merupakan


salah satu bentuk peraturan sebagaimana dinyatakan Pasal 8 ayat (1) UU
12/2011.
2. Surat Keputusan Bersama Menteri mempunyai kedudukan yang sama
dengan peraturan perundang-undangan.
3. Menurut Maria Farida Indrati S, Materi yang terdapat dalam Surat
Keputusan Bersama mengenai cuti bersama ini dapat dikategorikan
sebagai suatu norma yang abstrak dan berlaku terus-menerus sehingga
dapat dikatakan bahwa SKB ini adalah suatu regeling.

3.2 Saran

Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan pembaca dapat


mengetahui dan memahami tentang apakah Surat Keputusan Bersama mengenai
Cuti Bersama termasuk regeling atau beschikking serta dapat memberikan kritik
dan sarannya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian
saran yang dapat penulis sampaikan semoga dapat membawa manfaat bagi semua
pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dasar Hukum :

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan;

2. Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan dan Menteri


Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 617, 262, 16
Tahun 2018 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2019.

Referensi :

1. Asshiddiqie, Jimly. 2010. Perihal Undang-Undang. Depok : Rajagrafindo


Persada;
2. Phillipus M. Hadjon, dkk. 2015. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
3. Indrati S, Maria Farida. 2007. Ilmu Perundang-undangan ”Jenis, Fungsi, dan
Materi Muatan”. Yogyakarta : Kanisius

Anda mungkin juga menyukai