Anda di halaman 1dari 19

BAB I

SYARAT-SYARAT TEKNIS

Pasal 1

PERATURAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

Landasan hukum yang memayungi kegiatan pelaksanaan konstruksi ini antara lain:
1. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahanan Daerah;

2. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;


3. Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
4. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum;
5. Permen Kimpraswil No. 362 Tahun 2004 tentang sistem manajemen mutu
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah;
6. SNI 15-2530-1991 tentang Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland;

7. SNI 15-2531-1991 tentang Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland;

8. SNI 15-2049-1994 tentang semen portland;


9. SNI 03-6825-2002 tentang Metode Pengujian Kekuatan Tekan Mortar
Semen Portland untuk Pekerjaan Sipil;
10. SNI 03-6826-2002 tentang Metode Pengujian Konsistensi Normal
11. Semen Portland dengan Alat Vicat untuk Pekerjaan Sipil;
12. SNI 03-6827-2002 tentang Metode Pengujian Waktu Ikat Awal Semen
Portland dengan Menggunakan Alat Vicat untuk Pekerjaan Sipil;
13. SNI 03-1750-1990 tentang mutu dan cara uji agregat beton;
14. SNI 03-2417-1991 tentang metode pengujian keausan agregat dengan
mesin Abrani Los Angeles;
15. SNI 03-6764-2002 tentang Spesifikasi Baja Struktural;
16. SNI 03-6861.2-2002 tentang Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B
(Bahan Bangunan dari Besi/Baja);
17. SNI 03-1972-1990 tentang metode pengujian beton;
18. SNI 03-2847-1992 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung;
19. SNI 07-2529-1991 tentang metode pengujian kuat tarik baja beton;
20. RSNI T-17-2004 tentang Standar Tata Cara Penanganan, Pemasangan dan
Pengujian Pipa PVC untuk Penyediaan Air Minum;
21. SNI 06-2550-1991 tentang metode pengujian ketebalan dinding pipa PVC
untuk air minum;
22. SNI 06-2551-1991 tentang metode pengujian bentuk dan sifat tampak pipa
PVC untuk air minum;
23. SNI 06-2552-1991 tentang metode pengambilan contoh uji pipa PVC untuk
air minum;
24. SNI 06-2553-1991 tentang metode pengujian perubahan panjang pipa PVC
untuk air minum dengan uji tungku;
25. SNI 06-2554-1991 tentang metode pengujian ketahanan pipa PVC untuk air
minum terhadap metilen khlorida;
26. SNI 06-2555-1991 tentang metode pengujian kadar PVC pada pipa PVC
untuk air minum dengan THF;
27. SNI 06-2556-1991 tentang metode pengujian diameter luar pipa PVC untuk
air minum dengan pita meter;
28. SNI 06-2548-1991 tentang metode Pengujian Diameter Luar Pipa PVC
untuk Air Minum dengan Jangka Sorong;
29. SNI 06-2549-1991 tentang metode pengujian kekuatan pipa PVC untuk air
minum terhadap tekanan hidrostatik;
30. SNI 03-6419-2000 tentang Spesifikasi Pipa PVC bertekanan berdiameter
110-315 mm untuk Air Bersih;
31. SK SNI S-20-1990-2003 tentang Spesifikasi Pipa PVC untuk Air Minum;

32. SNI-0084-1987 tentang fitting sambungan untuk pipa PVC


33. SNI 06-4829-2005 tentang Pipa Polietilena Untuk Air Minum;
34. SNI 19-6778-2002 tentang Metode Pengujian Sambungan Mekanik Pipa
Polietilena (PE) pada Tekanan Internal Rendah;
35. SNI 19-6779-2002 tentang Metode Pengujian Perubahan Panjang Pipa
Polietilena (PE);
36. SNI 19-6780-2002 tentang Metode Penentuan Densitas Referensi
Polietilena (PE) Hitam dan PE tidak berwarna pada Pipa PE dan
Sambungan;
37. SNI 19-6781-2002 tentang Metode Pengujian Kehilangan Tekanan pada
Sistem Sambungan Mekanik Pipa Polietilena (PE);
38. SNI 19-6778-2002 tentang Metode pengujian tekanan internal rendah
sambungan mekanik pipa polietilena (PE);
39. SNI 06-4821-1998 tentang Metode Pengujian Dimensi Pipa Polietilen (PE)
Untuk Air Minum;
40. SNI 07-0068-1987 tentang Pipa Baja untuk konstruksi umum, mutu dan
cara uji;
41. SNI 0039-1987 tentang Pipa Baja Bergalvanis;
42. SNI 07-0242-1989 tentang Pipa Baja tanpa kambuh, mutu dan cara uji;
43. SNI 07-0822-1989 tentang Baja Karbon strip canai panas untuk pipa;
44. SNI 07-1338-1989 tentang Baja karbon tempa;
45. SNI 07-0949-1991 tentang Pipa Baja coal-tar enamel lapis lindung bagian
luar;
46. SNI 07-1769-1990 tentang penyambung pipa air minum bertekanan dari
besi yang kelabu;
47. SNI 07-1969-1991 tentang pipa air minum bertekanan besi tuang kelabu,
penyambung;
48. SNI 07-2255-1991 tentang Pipa Baja saluran air;
49. SNI 07-3080-1991 tentang pipa spigot dan socket dari besi tuang modular
untuk jaringan pipa bertekanan, bagian 2;
50. SNI 07- 3078-1992 tentang flensa logam – flensa besi tuang;
51. SNI 07-3073-1992 tentang penyambung pipa baja tanpa pasuan berulir;

52. SNI 03-6763-2002 tentang Spesifikasi Tabung Baja Karbon Struktural yang
Dibentuk dalam Keadaan Panas dengan Dilas Tanpa Kampuh;
53. SNI 07-6402-2000 tentang Spesifikasi Tabung Baja Karbon Struktural
Berbentuk Bulat dan Lainnya yang Dibentuk dalam Keadaan Dingin dengan
Dilas Tanpa Kampuh;
54. SNI 03-2408-1991 tentang Tata Cara Pengecatan Logam;
55. SNI 07-2195-1991 tentang permukaan pipa flens, dimensi;
56. SNI 07-2196-1991 tentang Flensa pipa, toleransi dimensi;
57. SNI 07-6398-2000 tentang tata cara pelapisan epoksi cair untuk bagian
dalam dan luar pada pelapisan cair dari baja;
58. SNI 07-3360-1994 tentang penyambung pipa baja dan baja paduan dengan
las tumpu;
59. SNI 04-0225-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000);
60. SII 2527-90 (Water Supply Steel Pipe);
61. ISO 6964-1986 (Polyolefin pipes and fittings – Determination of carbon
black content by calcinations pyrolysis – Test method and basic
spesification);
62. ISO 11420:1996 (Method for the assesment of the degree of carbon black
dispersion in polyolefin pipes, fittings and compound’s);
63. ISO 6259/1985 (Pipe for polyethylene – Part 1: Determination of tensile
properties);
64. ISO 3126:1974 (Plastic pipe – measurement of dimension);
65. ISO 1167:1996 (Thermoplastic pipes for the conveyance of fluids –
resistance to internal pressure – Test Method);
66. ISO 1133:1991 (Plastic – Determination of the melt mass – flow rate (MFR)
and melt volume flow rate (MVR) of thermoplastics);
67. ISO 2505 -1-1994 (Thermoplastics pipe – Longitudinal reversion – part
1 : determination methods);
68. ISO 3607:19977/E (Tolerances on outside diameters and wall
thickenesses);
69. ISO 7/1 (Pipe Threads Where Pressuretight Joins are Made on The
Threads);
70. ISO 1459 (Metalic croating – Protection Against Corrosion by Hot Dip
Galvanzing Guilding Principles);
71. ISO 1461 (Metalic Coating Hot-Dip Galvanized Coating on Fabricated
Ferrous Products Requirments);
72. ISO 4427 :1996 (Polyethylene pipes for water supply spesifications);
73. AS / NZS 4130:97 (Polyethylene pipes for pressure aplication);
74. ASTM D 3350 – 1999 (Standard spesification polyethylene plastics pipe and
fittings material);
75. ASTM A 283F (Flow and Intermediate tensile Strenght Carbon Steel Plates,
Shapes and Bars);
76. ASTM A 570 (Steel, Sheet and Strip, Carbon, Hot Rolled Structural Quality);
77. ASTM Designation A 126 (Specification for Grey Iron Casting for
78. Valves, Flanges and Pipe Fittings);
79. ASTM 536;
80. ASTM C-150;
81. ASTM-C 33;
82. ASTM C-131-55;
83. AWWA C 200 (Steel Water Pipe 6 Inches and Larger);
84. AWWA C 203 (Coal-Tar Protective Coatings and Linings for Steel Water
Pipelines Enamel and Tape Hot Applied);
85. AWWA C 205 (Cement Mortar Protective Lining and Coating for Steel Water
Pipe 4 Inches and Larger Shop Applied);
86. AWWA C 208 (Dimensions for Steel Water Pipe Fittings);
87. AWWA C 210 (Liquid Epoxy Coating System for the Interior and Exterior
Steel Water Pipe);
88. AWWA C 500 (Gate Valve for Water and Other Liquids);
89. AWWA Manual M11 (Steel Pipe Design and Installation);
90. JIS 6762 – 1998 (Double wall polyethylene pipes for water supply);
91. JIS G 3101 (Rolled Steel for General Structure);
92. JIS G 3452 (Carbon Steel Pipes for Ordinary Piping);
93. JIS G 3457 (Arc Welded Carbon Steel Pipe);
94. JIS B 2311 (Steel Butt-Welding Pipe Fitting for Ordinary Use);
95. JIS G 3451 (Fitting of Coating Steel Pipes for Water Service);
96. JIS G 550 (Spheroidal Graphite Iron Castings);
97. JIS G 5702 (Blackheart Malleable Iron Castings);
98. JIS G 3454 (Carbon Steel Pipes for Pressure Service);
99. JIS K 6353 (Rubber Goods Pipes for Water Works.);
100. JIS standar K 6741/K 6742;
101. JIS-B2213;
102. JIS B 2011;
103. JIS G 3451;
104. ISO 2531;
105. BS 4772;
106. BS 1387-67.
Pasal 2

PELAKSANAAN DAN GAMBAR PELAKSANAAN

1. Ketentuan umum mengenai pelaksanaan dan gambar.


a) Penyedia jasa pemborongan diwajibkan meneliti semua gambar, peraturan-
peraturan dan syarat-syarat sebelum pekerjaan dilaksanakan, baik pekerjaan
sipil maupun pekerjaan instalasi elektrikal/mekanikal.
b) Apabila ada persyaratan yang tidak lazim dilaksanakan, atau bila
dilaksanakan akan menimbulkan bahaya, maka Penyedia jasa pemborongan
diwajibkan untuk mengadakan perubahan seperlunya dengan terlebih dahulu
memberitahukan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan.
c) Apabila ada perbedaan pada gambar atau ukuran-ukuran antara gambar
ukuran kecil dan gambar detail atau ada perbedaan antara bestek (RKS)
dengan gambar, maka yang berlaku adalah menurut urutan-urutan yang lebih
menentukan seperti di bawah ini :
Bestek (RKS).
Gambar dengan skala yang lebih besar.

d) Pelaksanaan pembangunan proyek diselenggarakan secara lengkap termasuk


mendatangkan, mengangkut dan mengerjakan semua bahan-bahan yang
diperlukan, menyediakan tenaga kerja berikut pengawasan dan hal-hal yang
dianggap perlu lainnya.
e) Penyedia jasa pemborongan diwajibkan menangani semua keperluan yang
dibutuhkan untuk menuju penyelesaian dan pelaksanaan secara tepat, baik
dan lengkap.
f) Dalam pelaksanaan pekerjaan, misalnya pekerjaan beton bertulang,
konstruksi baja, konstruksi kayu dan pekerjaan struktur lainnya disamping
pekerjaan pengolahan tanah, baik menurut perhitungan dan gambar-gambar
konstruksi yang disediakan oleh Direksi Pekerjaan/Pemberi Tugas, jika diduga
terdapat kekurangan, Penyedia jasa pemborongan diwajibkan mengadakan
konsultasi dengan Direksi Pekerjaan/Pemberi Tugas sebelum pekerjaan
dilaksanakan.
g) Pihak Penyedia jasa pemborongan dianggap telah mempertimbangkan semua
resiko yang mungkin terjadi akibat letak daerah proyek dan
memperhitungkannya di dalam harga yang termuat pada surat penawaran,
termasuk kehilangan dan kerusakan bahan dan alat.
h) Tanah dan halaman untuk pembangunan ini diserahkan kepada Penyedia jasa
pemborongan dalam keadaan pada saat seperti penjelasan/peninjauan di
lapangan.
i) Penyedia jasa pemborongan harus menjaga ketertiban selama pekerjaan
dilaksanakan, sedemikian rupa sehingga lingkungan sekitarnya menjadi tertib,
misalnya pelaksanaan pekerjaan pada malam hari, Penyedia jasa
pemborongan harus minta persetujuan kepada Direksi Pekerjaan/Pegawai
terlebih dahulu.
j) Pekerjaan harus diserahkan dengan lengkap, selesai dengan sempurna pada
Pemebri Tugas/Direksi Pekerjaan termasuk perbaikan-perbaikan yang timbul
akibat pelaksanaan, pada lingkungan pembangunan termasuk pembersihan.

2. Ketentuan-ketentuan lain.
Selain rencana kerja dan syarat-syarat ini, ketentuan-ketentuan lain yang
mengikat di dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a) Gambar.
Gambar-gambar yang dilampirkan pada rencana kerja dan syarat-syarat
pekerjaan ini.
Gambar detail yang diserahkan oleh Pemberi Tugas/Direksi Pekerjaan.

b) Petunjuk.
Petunjuk ataupun keterangan yang diberikan dalam rapat penjelasan
(aanwijzing), yang tercantum dalam berita acara rapat penjelasan.
Petunjuk, syarat-syarat yang diberikan dalam masa pelaksanaan oleh
Pemberi Tugas/Direksi Pekerjaan, petugas dari Dinas Pekerjaan Umum,
Dinas Tata Kota maupun Dinas Keselamatan Kerja.

c) Peraturan.
Semua undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku untuk
semua pelaksanaan Penyedia jasa pemborongan.
Syarat-syarat umum untuk pelaksanaan Penyedia jasa pemboronganan
dari Pekerjaan Umum di Indonesia yang disahkan dengan SK pemerintah
tanggal 28 Mei 1941 (AV) kecuali dinyatakan lain dalam rencana kerja dan
syarat-syarat ini.

Pasal 3

SYARAT-SYARAT BAHAN PEKERJAAN SIPIL

(Penggunaan disesuaikan dengan macam pekerjaan)

1. Air (PUBI) 1970/NI-3)


a) Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air yang tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-
bahan lain yang merusak bangunan. Dalam hal ini harus dinyatakan dengan
hasil test dari laboratorium yang berkompeten.
b) Khusus untuk beton jumlah air yang digunakan untuk membuat adukan
disesuaikan dengan jenis pekerjaan beton dapat ditentukan dengan ukuran isi
atau ukuran berat serta harus dilakukan setepat-tepatnya.

2. Pasir (PUBI 170/NI-3, PBI 1971/NI-2)


a) Pasir urug.
keras. Pasir laut untuk maksud-maksud tersebut dapat dipergunakan asal
dicuci terlebih dahulu dan seizin Direksi Pekerjaan.
b) Pasir pasang.
Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen, harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari.
Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5%.
Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 3 mm.
Pasir laut tidak boleh dipergunakan.

c) Pasir beton.
Pasir untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam PBI 1971 (NI-2) diantaranya yang paling penting :
Butir-butir harus tajam, keras tidak dapat dihancurkan dengan jari dan
pengaruh cuaca.
Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %.
Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya,
apabila diayak dengan ayakan 150, maka sisa butiran-butiran diatas
ayakan 4 mm, minimal 2 % dari berat sisa butiran-butiran diatas ayakan 1
mm minimal 10 % dari berat sisa butiran-butiran diatas ayakan 0,25 mm,
berkisar antara 80 % sampai dengan 90 % dari berat.
Pasir laut tidak boleh dipergunakan.
Syarat-syarat tersebut diatas harus dibuktikan dengan pengujian
laboratorium.

3. Batu belah (batu kali).


a) Batu belah (batu kali) harus keras, padat dan tidak boleh mengandung padas
atau tanah.
b) Batu belah untuk keperluan yang nampak (pasangan batu muka atau
pasangan tanpa plesteran) bentuk atau muka batu harus dipilih dan tidak
boleh memperlihatkan tanda-tanda lapuk dan berpori.

4. Kerikil dan batu pecah.


a) Kerikil adalah butiran-butiran mineral yang harus dapat melalui ayakan
berlubang persegi 76 mm tertinggal diatas ayakan berlubang 5 mm.
b) Batu pecah adalah butiran-butiran mineral hasil pecahan batu alam yang
dapat melalui ayakan berlubang persegi 76 mm dan tertinggal diatas ayakan
berlubang persegi 2 mm.
c) Kerikil dan batu pecah untuk beton harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam PBI 1971 (NI-2) atau PUBI 1970 (NI-3) diantaranya : harus
terdiri dari butir-butir yang keras, tidak berpori, tidak pecah/hancur oleh
pengaruh cuaca.
d) Kerikil dan batu pecah harus keras, bersih serta sesuai besar butirannya dan
gradasinya bergantung pada penggunaannya.
e) Kerikil/batu pecah tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 1 %.
f) Warnanya harus hitam mengkilap keabu-abuan.

5. S p l i t.
a) Split adalah batu pecah yang harus dapat melalui ayakan berlubang persegi
25 mm dan tertinggal di atas ayakan berlubang persegi 2 mm.
b) Split untuk beton harus memenuhi syarat yang ditentukan dalam PBI 1971
(NI-2) diantaranya : harus terdiri dari butir-butir yang keras, tidak berpori, tidak
pecah/hancur oleh pengaruh cuaca.
c) Split harus cukup bersih tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
d) Ukuran split untuk pekerjaan ini ditentukan 2 x 3 cm.
e) Syarat-syarat tersebut di atas harus dinyatakan oleh laboratorium.

6. Portland cement (NI-8, PBI 1971/NI-2).


a) Portland cement (PC) yang digunakan harus PC sejenis (NI-8) dan dalam
kantong utuh/baru.
b) Bila menggunakan PC yang telah disimpan lama harus diadakan pengujian
lebih dahulu oleh laboratorium yang berkompeten.
c) Dalam pengangkutan PC ke tempat pekerjaan harus dijaga agar tidak menjadi
lembab, begitu pula penempatannya harus ditempat yang kering.
d) PC yang sudah membatu (menjadi keras) dan sweeping tidak boleh dipakai.

7. Kayu (PKKI 1961).


a) Pada umumnya kayu harus bersifat baik dan sehat dengan ketentuan, bahwa
segala sifat dari kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan
pemakaiannya tidak akan merusak atau mengurangi nilai konstruksi
(bangunan).
b) Mutu kayu ada 2 (dua) macam yaitu mutu A dan mutu B.
c) Yang dimaksud dengan kayu mutu A ialah kayu yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
Harus kering udara.
Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak boleh
lebih dari 3,5 cm.
Balok tidak boleh mengandung wanvlak yang lebih besar 1/10 dari tinggi
balok.
Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/4 tebal kayu, dan retak-retak
menurut lingkaran tumbuh tidak boleh melebihi 1/5 tebal kayu.
Miring arah serat (tangensial) tidak boleh lebih dari 1/10.

d) Yang disebut kayu mutu B ialah kayu yang tidak termasuk dalam mutu (A),
tetapi memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Kadar lengas kayu 30%.
Besar mata kayu tidak boleh melebihi 1/4 dari lebar balok dan juga tidak boleh
lebih dari 5 cm.
Balok tidak boleh mengandung wanvlak yang lebih besar 1/10 dari tinggi
balok.
Retak-retak dalam arah radial tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu dan
retak-retak menurut lingkaran tumbuh, tidak boleh melebihi 1/4 tebal kayu.
Miring arah serat (tangensial) tidak boleh lebih dari 1/7.

e) Bahan-bahan kayu yang berlapis.


Teakwood harus berkualitas baik corak maupun serat harus terpilih dan
warnanya merata, yang dihasilkan dari kayu jati terpilih yang baik.
Plywood/tripleks harus berkualitas baik corak maupun serat harus terpilih
dan warnanya merata, dengan susunan lapisan yang padat.

8. Baja tulang beton dan kawat pengikat (PUBI 1970/NI-3).


a) Jenis baja tulangan harus dihasilkan dari pabrik-pabrik baja yang dikenal dan
yang berbentuk batang-batang polos atau batang-batang yang diprofilkan
(besi ulir).
b) Mutu baja besi tulangan yang dipakai misalnya U 38, U 24, U 22 dan
seterusnya, tergantung kepada ditentukannya yang penting harus dinyatakan
oleh laboratorium yang berkompeten dengan ongkos-ongkos dipikul oleh
Penyedia jasa pemborongan.
c) Kawat pengikat harus terbuat dari baja besi lunak dengan diameter minimum
1 mm yang telah dipujarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.

9. B e t o n (PBI 1971/NI-2).
a) Kecuali pada mutu beton B 0 dan B 1, pada mutu-mutu beton lainnya
campuran beton yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan
kekuatan tekanan karakteristik  bk yang diisyaratkan untuk beton yang
bersangkutan. Yang dimaksud dengan kekuatan tekan karakteristik ialah
kekuatan tekan dari sejumlah besar hasil-hasil pemeriksaan benda uji
kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas sampai 5
% saja.
b) Kekuatan beton ialah kekuatan tekan yang diperoleh dari benda uji kubus,
yang berisi 15 cm pada umur 28 hari.
c) Benda-benda kubus harus dibuat cetakan-cetakan yang paling sedikit
mempunyai dua dinding yang berhadapan terdiri dari bidang-bidang yang rata
betul dari plat baja, atau plat aluminium (kayu tidak boleh dipakai) untuk
silinder digunakan dari pipa baja yang berukuran  15 cm dan tinggi 30 cm
bidang-bidangnya harus rata dan licin. Cetakan disapu sebelumnya dengan
vaslin dan lemak atau minyak, agar dapat dilepaskan dari betonnya, kemudian
diletakkan di atas dinding yang alasnya rata tapi tidak menyerap air.
d) Adukan beton untuk benda-benda uji harus diambil langsung dari mesin
pengaduk dengan menggunakan ember atau alat lain yang tidak menyerap
(dituangkan) ke dalam cetakan.
e) Kubus-kubus silinder uji yang telah dicetak, harus disimpan di tempat yang
bebas dari getaran dan ditutupi dengan karung basah selama 24 jam setelah
kubus-kubus/silinder-silinder itu dilepas dengan hati-hati dari cetakannya
(dengan seizin Konsultan Pengawas. Setelah itu masing-masing
kubus/silinder diberi tanda seperlunya dan disimpan disuatu tempat dengan
suhu yang sama dengan suhu udara luar, dalam pasir yang bersih dan lembab
sampai saat pemeriksaan.
f) Kubus/silinder uji pada umur yang diisyaratkan diuji oleh laboratorium yang
berkompeten dengan biaya dipikul oleh Penyedia jasa pemborongan.
g) Campuran beton.
Campuran adukan beton menggunakan perbandingan berat.
Beton mutu B 0 untuk pekerjaan dapat dipakai setiap campuran yang lazim
dipakai untuk pekerjaan struktural.
Beton mutu K 125 s/d K 200 untuk pekerjaan ini pada umumnya dapat
dipakai/diperkirakan campuran 1 PC : 3 pasir: 5 koral/split atau dipakai
campuuran 1 PC : 2 pasir : 3 koral/split.
Beton mutu K 200 s/d K 225 untuk pekerjaan ini pada umumnya dapat
dipakai/diperkirakan campuran 1 PC : 2 pasir: 3 koral/split atau campuran
1 PC : 1,5 pasir : 2,5 koral/split.
Untuk mutu beton K 225 ialah campuran yang direncanakan dibuktikan
dengan data otentik dari pengalaman dan data percobaan bahwa kekuatan
karakteristik yang disyaratkan dapat dicapai.

h) Kekentalan adukan beton.


Kekuatan adukan beton harus diperiksa dengan pengujian slump dengan
sebuah kerucut terpancung akbram. Nilai-nilai slump untuk berbagai
pekerjaan beton harus menurut tebal 441 PBI 1971 (NI-2).

10. Batu Bata


Persyaratan Batu Bata harus memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam
NI-10 atau secara singkatnya sebagai berikut :
a) Batako harus satu pabrik, satu ukuran, satu warna dan satu kualitas.
b) Ukuran :
Panjang 210 mm lebar 120 mm tebal 50 mm.

c) Warna : Satu sama lainnya harus sama dan bila dipatahkan warna
penampang harus sama dan merata kemerah-merahan.
d) Bentuk : Bidang-bidangnya harus rata, sudut-sudutnya atau rusuknya harus
siku atau bersudut 90 derajat bidangnya tidak boleh retak-retak.
e) Berat satu sama lainnya harus sama yang berarti ukuran, pembakaran dan
pengadukan sama dan sempurna.
f) Suara bila dipukul dengan benda keras suaranya nyaring.

11. Ubin Keramik.


a) Ubin keramik yang dipakai setaraf merk ASIA TILE sedangkan warna
ditentukan kemudian, ukuran 20/25, 20/20, 40/40 cm.
b) Pemasangan pada lantai/dinding harus memakai spesi 1 PC : 3 Pasir.
c) Siar-siar diisi dengan cairan semen yang berwarna sesuai dengan warna
keramiknya.
BAB II

SYARAT-SYARAT TENIS

PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pasal 1

LINGKUP PEKERJAAN

Syarat-syarat teknis pelaksanaan pekerjaan ini berlaku untuk paket-paket:


1. Pembangunan jaringan Air bersih kelurahan Pentojangan Kecamatan
Telluwanua
2. Pembangunan jaringan Air bersih Kelurahan Mancani Kecamatan Telluwanua
3. Pembangunan jaringan Air bersih kelurahan Battang Kecamatan Wara Barat
4. Pembangunan jaringan Air bersih kelurahan Mawa Kecamatan Sendana
5. Pembangunan jaringan Air bersih kelurahan Murante Kecamatan Mungkajang

Pasal 2

RENCANA KERJA

1. Sebelum memulai dengan pelaksanaan pekerjaan, Penyedia jasa pemborongan


harus menyusun rencana kerja, rencana terperinci termasuk jadwal pelaksanaan
(time schedule) dan Net Work Planning diajukan kepada Pemberi Tugas/Direksi
Pekerjaan selambat-lambatnya satu minggu setelah menunjukan pemenang
untuk disetujui.
2. Setelah disetujui, maka harus dicetak dan cetakannya harus diserahkan kepada
Pemberi Tugas/Direksi Pekerjaan 3 (tiga) lembar. Sedangkan cetakan lainnya
harus selalu terpampang di tempat pekerjaan dan juga dilampirkan dokumen
kontrak.
3. Penyedia jasa pemborongan harus melaksanakan pekerjaan, mendatangkan
alat-alat dan bahan-bahan bantu sesuai dengan rencana kerja, kecuali jika
terpaksa menyimpang karena sesuatu hal, yang harus dipertimbangkan lebih
dahulu dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
4. Rencana kerja ini akan dipakai oleh Pemberi Tugas/Direksi Pekerjaan sebagai
dasar untuk menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan,
kelambatan dan penyimpangan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia
jasa pemborongan.
Pasal 3

BANGSAL UNTUK PEKERJA DAN GUDANG & RAPAT LAPANGAN

1. Bangsal untuk pekerja dan gudang dibuat di tempat disekitar bangunan yang
akan dikerjakan yang letaknya ditentukan atas petunjuk Direksi Pekerjaan, terdiri
dari bahan-bahan : atap seng, tiang kayu, lantai dari plesteran dan diberi
penerangan secukupnya.
2. Bahan-bahan utama atau bahan-bahan pembantu yang seharusnya mendapat
perlindungan, harus disimpan di dalam gudang yang cukup menjamin
perlindungan terhadapnya.
3. Rapat Lapangan.
4. Penyedia jasa pemborongan wajib mengikuti rapat-rapat lapangan yang
diselenggarakan setiap minggu oleh Direksi Pekerjaan bersama Pemberi Tugas
untuk membicarakan segala sesuatu mengenai pembangunan proyek.

Pasal 4

SYARAT-SYARAT DAN PEMERIKSAAAN BAHAN-BAHAN

Kecuali bahan yang diberikan oleh Pemberi Tugas maka pada sebagian atau
seluruhnya tugas mendatangkan/pengolahan bahan oleh Penyedia jasa
pemborongan berlaku :

1. Jika tidak ditentukan lain dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini, maka
seluruh bahan harus memenuhi syarat-syarat yang tertera dalam A.V.

2. Direksi Pekerjaan berhak meminta keterangan mengenai asal dari bahan-bahan


yang didatangkan ke lapangan oleh Penyedia jasa pemborongan. Bahan-bahan
terbuat sebelum dipergunakan akan diperiksa di tempat pekerjaan. Apabila
terdapat perselisihan pendapat mengenai pemeriksaan kualitas bahan, Direksi
Pekerjaan berhak mengirim contoh bahan tersebut ke Balai Penelitian Bahan-
Bahan yang diakui oleh Pemerintah. Segala ongkos yang bertalian dengan
pemeriksaan tersebut adalah tanggungan Penyedia jasa pemborongan.

Pasal 5

MESIN-MESIN DAN ALAT-ALAT UKUR

1. Daftar peralatan yang minimal disediakan :


a) Peralatan Tukang batu : 1 set
b) Peralatan perpipaan : 1 set

2. Disamping alat-alat yang disebutkan dalam pasal 5 nomor 1. Penyedia jasa


pemborongan harus menyediakan alat ukur, "waterpas" yang diperlukan guna
menentukan/pemeriksaan letak bangunan yang sedang dilaksanakan sesuai
rencana. Dalam hal ini Direksi Pekerjaan berhak untuk menugaskan
pengukuran-pengukuran pada pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

Pasal 6

PENYEDIA JASA PEMBORONGAN PEMBANTU (SUB CONTRACTOR)

Penyedia jasa pemborongan tidak diperkenankan untuk menyerahkan sebagian atau


seluruh pekerjaan kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas.
Jika hal ini diperkenankan, maka Penyedia jasa pemborongan tetap bertanggung
jawab sepenuhnya atas kelancaran dan mutu pekerjaan yang dilakukan oleh pihak
ketiga tersebut.
Pasal 7

BANGUNAN SEMENTARA

1. Kantor Direksi Pekerjaan


a) Dibuat dari konstruksi rangka kayu, dinding papan atau "multiplex" 9 mm, dan
harus di cat. Penutup atap asbes gelombang. "pladfond triplex", lantai beton
tumbuk diplester, diberi pintu/jendela secukupnya untuk
penghawaan/pencahayaan, dengan luas 40 m2.
b) Letak kantor direksi pekerjaan ini berdekatan dengan kantor Penyedia jasa
pemborongan dan ruang WC yang bersih dengan air yang cukup.
c) Perabotan yang diperlukan dalam kantor ini adalah:
1 meja rapat untuk 10 orang beserta kursi.
3 meja tulis lengkap kursi.
1 lemari, 1 meja gambar lengkap dengan mesin gambar.
Helem minimal 10 buah, obat-obatan, buku tamu, sepatu proyek.

2. Kantor Penyedia jasa pemborongan, los kerja, tempat simpan.


a) Luas bangunan-bangunan ini diserahkan pada Penyedia jasa pemborongan
termasuk konstruksinya, dengan tidak mengabaikan keamanan, kebersihan
dan bahaya kebakaran.
b) Tempat simpan bahan terbuka seperti penyimpanan pasir, kerikil, dibuat
merupakan kotak dengan lantai beton tumbuk 1:3:5, dipagari papan, cukup
rapat, sehingga bahan-bahan tersebut tidak dicampur.
c) Penjelasan lain sesuai keterangan pasal 7.

3. Setelah selesai, semua bangunan sementara ini menjadi milik Penyedia jasa
pemborongan dan harus dibongkar atas perintah Direksi Pekerjaan.

Pasal 8

PENGUKURAN TAPAK KEMBALI

1. Penyedia jasa pemborongan diwajibkan melakukan pengecekan dengan


mengadakan pengukuran dan menggambar kembali dari tapak, secara lengkap
mengenai ukuran-ukuran batas tanah, peil-peil, letak-letak pohon dan bangunan
yang telah ada pada saat tapak diserahkan.
2. Perbedaan-perbedaan antara keadaan lapangan dan gambar, wajib segera
dilaporkan pada Direksi Pekerjaan untuk dimintakan keputusannya.
Pasal 9

UKURAN-UKURAN

1. Ukuran-ukuran ruangan, pandangan, penampang-penampang, termasuk ukuran-


ukuran tinggi dari lantai, "luifel", talang, wuwungan dan lain-lain diambil seperti
yang telah ditetapkan dalam gambar-gambar.
2. Semua ukuran pada gambar arsitektur adalah ukuran jadi, sesudah mendapat
penyelesaian ("finishing"), sedangkan ukuran pada gambar sipil (konstruksi)
adalah sebelum penyelesaian.
3. Jika terdapat perbedaan ukuran antara gambar utama dan gambar detail, yang
berlaku adalah gambar detail (gambar berskala besar).
Pasal 9

UKURAN TINGGI PEIL

1. Peil yang tertera dalam gambar diambil atau disesuaikan dengan bangunan yang
telah ada.
2. Ukuran tinggi yang tetap terhadap peil  0.00 m ini, dinyatakan kemudian dengan
tanda tetap di halaman pembangunan.
3. Penyedia jasa pemborongan diwajibkan membuat tanda tetap ini atas
persetujuan Direksi Pekerjaan. Selama masa pelaksanaan, Penyedia jasa
pemborongan wajib memelihara tanda tetap ini, agar tidak mengalami perubahan.

Pasal 10

PEKERJAAN TANAH

1. Penyedia jasa pemborongan diwajibkan melaksanakan galian dan


penimbunan tanah menurut peil tanah seperti dinyatakan dalam gambar dengan
mempergunakan alat gali mesin/tangan dan penggunaannya disesuaikan dengan
kondisi lapangan dengan mempertimbangkan keamanan dan pengamanan
lingkungan. Penimbunan tanah harus betul-betul padat (95% kepadatan) dengan
mempergunakan mesin "Soil Compactor" atau alat-alat lain yang disetujui Direksi
Pekerjaan.
2. Untuk keperluan semua pondasi/Cansting, harus diadakan pengukuran lengkap
terlebih dahulu oleh Penyedia jasa pemborongan bagi semua bangunan atau/dan
seluruh yang tertera dalam gambar dasar dengan mamakai papan (bouwplank)
dari kayu Klas III tebal 2,5 cm. Pada tengah sumbu dinding tembok dan
sebagainya dengan memakai tanda yang tidak boleh berubah. Hasil pengukuran
ini sebelum galian tanah dimulai, harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
3. Galian tanah untuk tempat pondasi/cansting harus cukup dalam dan lebar serta
cukup miring keluar kearah atas (sesuai dengan dimensi gambar), sehingga
dinding galian tidak longsor.
4. Setelah galian tempat pondasi/cansting menurut petunjuk diatas selesai dasar
pondasi/cansting harus senantiasa dalam keadaan kering dan mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan dahulu sebelum Penyedia jasa pemborongan
diperbolehkan mulai dengan pemasangan pondasi.
5. Tanah bekas galian pondasi dapat dipergunakan untuk mengisi lubang pondasi
sebelah dalam dan dibawah lantai dengan persetujuan Direksi Pekerjaan terlebih
dahulu.
6. Semua puing-puing, sisa-sisa dari dari adukan tanah kelebihan dan lain-lain
harus dibuang dan pekarangan dibersihkan dari segala macam kotoran-kotoran,
menurut petunjuk Direksi Pekerjaan, semuanya atas tanggungan Penyedia jasa
pemborongan.
7. Pemadatan tanah.
a) Sebelum pekerjaan pengurugan dimulai, pada tempat-tempat yang telah
selesai dikupas, Penyedia jasa pemborongan harus mengisi lubang-lubang
dan sebagainya dengan menggunakan tanah urug dan harus segera
dilakukan perataan-perataan pada permukaan tanah tersebut.
b) Sebelum penimbunan dimulai permukaan tanah yang telah dikupas itu harus
dipadatkan dulu minimal samapai dengan 95% dari kepadatan (kering)
maksimum yang dicapai dengan "test AASHO T. 99-70" atau "test modified
compaction".
c) Penimbunan dilakukan lapis demi lapis dengan tebal tidak lebih dari 20 cm
sampai mencapai kepadatan yang merata untuk sluruh tebalnya.
d) Penyedia jasa pemborongan harus mengatur kadar air agar dapat dicapai
kepadatan yang maksimum dan semua material lepas harus dipadatkan
sampai mencapai kepadatan yang dipersyaratkan.
e) Semua timbunan/urugan baik tanah maupun pasir harus dipadatkan minimal
mencapai 95% dari kepadatan (kering) maksimum yang dicapai dengan "test
AASHO T.99-70" atau "test modified compaction".
f) Penyedia jasa pemborongan harus memasukkan biaya-biaya test tersebut
sehingga harga satuan penawaran telah mencakup semua biaya test
kepadatan yang dimaksud.

8. Penimbunan tanah atau peninggian lantai akan ditentukan Direksi


Pekerjaan, sebelum atau sesudah pemasangan sloof beton. Tanah untuk
penimbunan, bebas dari bahan-bahan yang dapat membusuk atau
mempengaruhi kemantapan penimbunan.

9. Penimbunan pasir urug/pasang dilakukan sesuai gambar, baik ketebalan


maupun tempatnya. Untuk penimbunan ini tidak diperkenankan mamakai pasir
laut. Pekerjaan urugan pasir ini harus betul-betul padat, dilaksanakan dengan
mesin "soil compactor"

10. Dalam pelaksanaan penggalian tanah pondasi Penyedia jasa pemborongan


wajib melakukan tindakan pencegahan berupa konstruksi sementara, guna
pengamanan semua sarana, seperti pipa-pipa gas, kabel tanah dan lain-lain.
Termasuk juga dalam hal ini pengamanan terhadap kemungkinan bahaya yang
timbul terhadap manusia, pekerja dan lingkungan sekitarnya termasuk bangunan
yang ada. Akibat-akibat yang timbul dari pekerja tanah pondasi ini menjadai
tanggungan Penyedia jasa pemborongan sepenuhnya.

Pasal 11

PEKERJAAN BETON BERTULANG

1. Untuk pelaksanaan pekerjaan beton bertulang, berlaku peraturan yang


dinyatakan dalam pasal 1.
2. Gambar-Gambar konstruksi.
a) Pelaksanaan harus sesuai dengan gambar konstruksi.
b) Apabila ternyata ada yang bertentangan antara gambar konstruksi dengan
gambar detail dari arsitek dan tidak ada pernyataan lain dari Direksi
Pekerjaan, maka yang berlaku adalah pada dasarnya gambar konstruksi,
terlebih dahulu dilaporkan kepada Konsultan Pengawas.
c) Pihak Penyedia jasa pemborongan wajib memberi laporan mengenai hal-hal
diatas kepada Direksi Pekerjaan sebelum melaksanakannya.

3. Pekerjaan beton.
a) Mutu beton.
Mutu beton yang digunakan adalah K 200 dengan kokoh beton
karakteristiK 200 kg/cm2 dengan ketentuan-ketentuan lain mengikuti PBI
1971.
Pembuatan benda-benda uji sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia pasal 4.7. hasil test kubus dari laboratorium yang diakui.
Untuk menjaga agar homoginitas beton terjamin dipersyaratkan nilai
"slump test" untuk semua pekerjaan beton adalah disesuaikan dengan
lokasi dan kecepatan pengecoran mengikuti PBI 1971. Jika terjadi
penyimpangan "slump test" tersebut adukan beton tidak diperkenankan
dilanjutkan untuk bahan pekerjaan pengecoran.
Biaya pemeriksaan di laboratorium untuk pekerjaan test beton manjadi
beban Penyedia jasa pemborongan.
Untuk pekerjaan beton non struktural, cara pengadukan juga harus
menggunakan beton molen dan paling sedikit harus 2 (dua) buah.
Ketentuan-ketentuan lain mengikuti PBI 1971.

b) Pengecoran.
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Direksi
Pekerjaan.
Pengecoran harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar/"vibrator" untuk menjamin beton cukup padat dan harus
dihindarkan terjadinya cacat beton seperti kropos dan sarang-sarang koral
yang dapat memperlemah konstruksi beton.
Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat penghentian tersebut harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Pengecoran arah vertikal dilakukan lapis demi lapis dengan diikuti
penggunann vibrator.
Untuk melanjutkan pengecoran pada siar-siar pelaksanaan harus dibasahi
dengan pasta semen yang cukup atau diperlukan epoxy yang disetujui
Direksi Pekerjaan, sehingga penyambungan pengecoran dapat dijamin
lekatan antara beton baru dan beton lama.
Beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus selalu dibasahi
selama dua minggu bisa juga dengan karung basah.
Selama dalam proses pengerasan lantai tidak diperkenankan untuk
dibebani, demikian juga untuk bagian konstruksi yang lain.

4. Bahan-bahan adukan semen.


a) Semen.
semen yang digunakan harus terdiri dari satu jenis merk dari mutu yang
baik dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak diperkenankan
untuk dipergunakan.

b) Pasir beton
Pasir beton harus terdiri dari pasir dengan butir-butir yang bersih dan bebas
dari bahan-bahan organis, lumpur dan sebagainya dan memenuhi komposisi
butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.

c) K o r a l
Koral yang digunakan harus bersih dan bermutu baik serta mempunyai
ukuran maksimum diameter butir, gradasi serta kekerasan sesuai dengan
syarat-syarat yang dicantumkan dalam PBI 1971.
Tempat penyimpanan/penimbunan pasir dan koral harus dipisahkan satu
dengan yang lain, sehingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak
bercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat, serta
harus diberi alas yang cukup baik agar tidak dipengaruhi oleh kondisi
lapangan/tanah setempat.
d) A i r
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam, garam alkalis dan bahan-bahan organis/bahan lain yang
dapat merusak beton.
Penyedia jasa pemborongan harus memeriksakan air yang dipakai
diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas
biaya Penyedia jasa pemborongan.

5. Pekerjaan besi beton


a) Besi beton yang digunakan untuk pembesian struktural disesuaikan dengan
gambar detail.
b) Besi beton harus bersih dari lapisan minyak/karat dan bebas dari cacat-cacat
seperti serpih dan sebagainya. Serta berpenampang bulat dan memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI 1971.
c) Pasangan besi beton.
Pasangan besi beton harus disesuaikan dengan gambar konstruksi.
Besi beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan
atau lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan
ketentuan PBI 1971.
Apabila besi beton dipasang lebih dari satu satu lapis, maka antara lapisan
yang satu dengan yang lain berjarak bersih minimal 3 cm.
Ketentuan-ketentuan yang lain mengikuti dan sesuai dengan PBI 1971.
Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari
Direksi Pekerjaan.

6. Pekerjaan acuan.
a) Bahan-bahan untuk acuan/"bekisting" harus terdiri dari kayu yang baik dan
tidak berubah bentuk karena pengaruh cuaca, sehingga dapat dibuat acuan-
acuan yang baik dan sesuai dengan gambar konstruksi.
b) Ketentuan-ketentuan yang lain akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan
c) Acuan rangka besi harus dipasang sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan, yang diperlukan dalam gambar konstruksi.
d) Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan yang
diperlukan untuk menjamin ukuran-ukuran tersebut tidak berubah selama
pengecoran.
e) Acuan harus bebas dari segala kotoran-kotoran seperti tahi gergaji potongan-
potongan kayu, tanah dan sebagainya sebelum pengecoran dilakukan.
f) Setelah beton dicor acuan dapat dibuka sesuai dengan syarat-syarat yang
dicantumkan dalam PBI 1971, dan menghasilkan beton sekali jadi.

Pasal 12

PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

1. Bahan yang digunakan adalah Batu Bata, ukuran besar, tidak mudah pecah,
ukuran yang sama, dengan sudut yang betul-betul siku, kwalitas terbaik. Batu
Bata baru dapat dipasang setelah memperoleh persetujuan Direksi Pekerjaan.
2. Bidang dinding Batu Bata 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2, diperkuat
dengan kolom dan balok penguat beton, ukuran 12 x 12 cm atau sesuai dengan
lebar Batu Bata dengan tulangan pokok 4  10 mm, beugel  6-50 cm.
3. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan bagian pekerjaan beton (balok,
kolom, listplank) harus diberi penguat stek-stek besi  6 mm jarak 20 cm yang
terlebih dahulu telah ditanam dengan baik pada pekerjaan beton. Bagian yang
terendam pada pasangan Batu Bata mempunyai panjang 40 cm kecuali
ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan.
4. Pembuatan lubang untuk "steiger" pada pasangan Batu Bata sama sekali tidak
diperkenankan.
5. Dinding bagian luar (terkena air) dan "trasraam" menggunakan adukan-adukan 1
PC : 2 pasir untuk pasangan plesteran, sedangkan dinding bagian dalam
menggunakan adukan 1 PC : 4 pasir untuk pasangan dan plesteran.
Perbandingan ini berlaku secara menyeluruh , kecuali pada bagian-bagian yang
harus tahan air seperti yang telah disebutkan dalam pasal adukan kuat.

6. Klos-klos, potongan-potongan kayu yang tertanam dalam pasangan dinding harus


terpasang dengan kuat, tanpa merusak pekerjaan dinding itu sendiri. Penyedia
jasa pemborongan harus menjaga agar hasil pekerjaan dinding itu tetap rapi,
tidak pecah-pecah, siap untuk dilanjutkan dengan tahapan pekerjaan lanjutan
lainnya.

Pasal 13

PEKERJAAN PELESTERAN

1. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan


Instalasi Mekanikal Elektrikal dan seluruh bagian dinding telah terlindung dibawah
atap.
2. Bidang-bidang yang akan diplester, harus disiram dahulu sampai jenuh. Dinding
yang akan diplester, harus dibersihkan dahulu dengan siar-siar yang telah
dikerok. Bidang beton bila akan diplester, dikasarkan dengan pahat kecil setiap
jarak 3 cm, plesteran dapat dimulai apabila disetujui Direksi Pekerjaan dan
menggunakan bahan perekat spesi.
3. Kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan menggunakan
kepingan plywood tebal 6 mm untuk patokan kerataan bidang. Setelah kepala
plesteran diperiksa, lot dan kerataannya, permukaan bidang baru dapat ditutup dengan
plesteran sampai rata, tanpa kepingan-kepingan kayu yang tertinggal dalam plesteran.
4. Tebal minimum plesteran 15 mm, maksimal 25 mm, ketebalan lebih dari 25 mm
harus diperkuat dengan kawat ayam yang ukurannya disetujui Konsultan
Pengawas, dipasang pada seluruh permukaan plesteran.
5. Peng-acian dilakukan setelah plesteran disiram air sampai jenuh, sedemikian
rupa hingga permukaan plesteran menjadi rata, halus dan tidak retak-retak.
Bidang yang selesai disiram air hingga jenuh, 2 (dua) kali setiap hari selama 7
(tujuh) hari.
6. Campuran dari plesteran dapat dilihat pada pasal adukan. Bilamana belum
disebutkan angka perbandingan plesteran adalah sama dengan angka
perbandingan adukan.

Pasal 14

ADUKAN DAN CAMPURAN

1. Perbandingan dari berbagai adukan, diberikan dalam daftar di bawah ini, angka-
angka yang tertera menyatakan perbandingan jumlah isi yang ditakar dalam
keadaan kering.
2. Kotak-kotak ukuran dibuat dengan ukuran yang sama dengan dalam maksimum
50 cm. Volume kotak dibuat sesuai dengan volume 1 zak PC, diselenggarakan
atas petunjuk dan persetujuan Direksi Pekerjaan.

3. Adukan-adukan kuat 1 PC : 2 pasir digunakan pada:


a) Bagian-bagian tertentu dari pondasi

b) Semua pasangan bata sampai 30 cm diatas lantai


c) Dinding yang berhubungan dengan air seperti kamar mandi, wc, dinding
dimana terdapat bak cuci dan lain-lain. Untuk ini digunakan adukan kuat
sampai setinggi 210 cm diukur dari lantai. Bagian-bagian yang ditetapkan
dalam gambar, ataupun tempat-tempat dimana dibutuhkan.

PENJELASAN PEKERJAAN MEKANIKAL

Pasal 15

PERSYARATAN TEKNIS INSTALASI PLUMBING

1. Lingkup pekerjaan.
Pekerjaan plumbing adalah pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan,
bahan-bahan utama, bahan-bahan pembantu dan lain-lain sehingga diperoleh
instalasi plumbing yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama dan siap
untuk dipergunakan sebagai Sistem dari penyediaan air bersih.

2. Persyaratan bahan dan peralatan.


a) Sistem air bersih.
Pemipaan air bersih.
 Pipa air bersih dipergunakan Pipa SNI kelas AW bahan PVC

3. Persyaratan pemasangan.
a) Semua pemasangan harus rapi dan baik.
b) Semua pipa harus digantung/ditumpu dengan menggunakan penggantung
dan penumpu yang kuat dari metal sesuai dengan ukuran pipanya, sehingga
pipa tidak melentur.
c) Semua pipa yang menembus konstruksi bangunan, Penyedia jasa
pemborongan harus minta persetujuan Konsultan Pengawas.
d) Penyedia jasa pemborongan harus menyediakan pipa slave untuk pipa -pipa
yang menembus bangunan.
e) Pipa PVC dalam tanah harus bebas dari benda-benda keras/diatas pasir
sehingga kemiringan dapat rata.

4. Tekanan Uji
Setelah semua pemipaan selesai dipasang maka perlu diadakan pengukian
kebocoran pipa atas seluruh instalasi sehingga sistem dapat berfungsi dengan
baik, memenuhi persyaratan sebagai berikut :

TEKANAN PENURUNAN BAHAN


INSTALASI UJI WAKTU TEKANAN MAX UJI

2
Instalasi air bersih 8 kg/cm 24 jam 5% air
Setelah pengujian terhadap kebocoran selesai, maka diadakan pengujian
terhadap sistem dengan cara menjalankan sistem sekaligus selama 4x8 jam
terus menerus tanpa mengalami kerusakan.
Semua pengujian harus dilaporkan tertulis dan ditanda tangani Konsultan
Pengawas.
Semua kerusakan yang timbul akibat proses pengetesan dibebankan kepada
Penyedia jasa pemborongan plumbing.

5. Dokumen Instalasi.
Sebelum dilakukan serah terima pekerjaan oleh Penyedia jasa pemborongan
kepada Pemberi Tugas. Penyedia jasa pemborongan diwajibkan untuk
menyerahkan dokumentasi-dokumentasi

Pasal 28

PERATURAN PENUTUP

1. Meskipun dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini pada uraian pekerjaan dan
uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh
Penyedia jasa pemborongan, atau yang harus dan dibuat oleh Penyedia jasa
pemborongan, tetapi pekerjaan-pekerjaan dan bahan-bahan ini dinyatakan nyata
menjadi bagian pekerjaan pembangunan ini, perkataan tersebut diatas tetap
dianggap sebagai dimuat dalam rencana kerja dan syarat-syarat pekerjaan ini.

2. Pekerjaan yang dinyatakan menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan, akan


tetapi tidak diuraikan atau dimuat dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini tetapi
harus diselenggarakan dan diselesaikan oleh Penyedia jasa pemborongan, harus
dianggap seakan-akan pekerjaan ini diuraikan dan dimuat dalam rencana kerja
dan syarat-syarat untuk menuju penyerahan selesai yang lengkap dan sempurna.

Anda mungkin juga menyukai