Anda di halaman 1dari 32

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN : OPTIMALISASI TPA NATAR


LOKASI : KAB. LAMPUNG SELATAN
TAHUN ANGGARAN : 2020
PADA : SATKER PELAKS. PRASARANA PERMUKIMAN PROV. LAMPUNG
WAKTU PELAKSANAAN : 150 (SERATUS LIMA PULUH) HARI KALENDER

I. PENDAHULUAN
Pelaksanaan konstruksi Optimalisasi TPA Natar ini harus mengacu pada perencanaan teknis (DED)
yang terdiri dari gambar teknis, spesifikasi teknis, rencana anggaran biaya, jadwal dan tahapan
pelaksanaan pekerjaan, serta dokumen pelaksanaan kegiatan lainnya. Pada saat konstruksi
berlangsung, harus mengacu pada Rencana Mutu Kontrak Kegiatan (RMK), Rencana K3
Kontrak/Kegiatan (RK3K) yang telah disusun dan mempertimbangkan Dokumen Lingkungan
(AMDAL/UKL-UPL).
Pekerjaan-pekerjaan pada tahap pra-konstruksi terdiri dari pekerjaan pengecekan, persiapan,
pengukuran dan sosialisasi kepada masyarakat. Pekerjaan pada saat pelaksanaan konstruksi terdiri
dari pekerjaan persiapan, pekerjaan tanggul, dinding penahan tanah, landfill, perkerasan jalan,
drainase dan rehabilitasi IPL. Pada penyelenggaraan pelaksanaan konstruksi, terdapat kontrak
pelaksanaan, pekerjaan pengawasan, pengujian/commisioning, pembuatan as built drawing, masa
pemeliharaan, penyusunan SOP (standar operasional dan prosedur), serta serah terima pekerjaan.

II. STANDAR PELAKSANAAN KONSTRUKSI


Dalam Pelaksanaan konstruksi, pengujian material mengacu pada Standar Nasional Indonesia
(SNI). Pelaksanaaan kontruksi TPA dalam setiap proses pelaksanaan harus menerapkan metode
konstruksi bersih (clean construction). Bilamana belum diatur dalam SNI, maka pelaksanaan
konstruksi dapat mengacu standar-standar sebagai berikut:
− PBI : Peratuan Beton Bertulang Indonesia
− SII : Standar Industri Indonesia
− SPLN : Standar Perusahaan Listrik Negera
− PUIL : PLN standard for installation
− AASHTO : American Association of State Highway and Transportation Office
− ACI : American Concrete Institute
− ANSI : American National Standard Institute
− AS : Australian Standard
− ASTM : American Society for Testing and Materials
− AWS : American Welding Society
− AWWA : American Water Works Association
− BS : British Standard
− DIN : Deutsche Industrie Norm
− IEC : International Electrotechnical Commission
− ISO : International Organization Standardization
− JIS : Japanese Industrial Standards

Landasan hukum kegiatan pelaksanaan konstruksi antara lain:


1) Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
2) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat
Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
31/PRT/M/2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Permen PU No 07/PRT/M/2015 Tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi;
4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
28/PRT/M/2016 Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum
5) SNI 03-1742-1989 tentang Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah;
6) SNI 03-3422-1994 tentang Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah;
7) SNI 03-1967- 1990 tentang Pengujian Batas Cair;
8) SNI 03-1966-1989 tentang Pengujian Batas Plastis;
9) SNI 03-2417-1990 tentang Abrasi Aggregat Kasar;
10) SNI 03- 1966-1990 tentang index Plastis;
11) SNI 03-1744-1989 tentang CBR Laboratorium;
12) SNI 03-1743-1989 tentang Kepadatan Kering Modifikasi;
13) SNI 03-2439-1991 tentang Kelekatan Agregat terhadap Aspal;
14) SNI 03-6894-2002 tentang Ekstraksi Benda Uji;
15) SNI 03-3640-1994 tentang Kadar Aspal;
16) SII 13-1977 tentang Semen Portland;
17) SNI 03-1974-1990 tentang Pengujian Kuat Tekan Beton;
18) Pd-M-16-1996-03 tentang Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton;
19) SNI 15-2530-1991 tentang Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland;
20) SNI 15-2531-1991 tentang Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland;
21) SNI 15-2049-1994 tentang semen portland;
22) SNI 03-6825-2002 tentang Metode Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portland untuk
Pekerjaan Sipil;
23) SNI 03-6826-2002 tentang Metode Pengujian Konsistensi Normal Semen Portland dengan Alat
Vicat untuk Pekerjaan Sipil;
24) SNI 03-6827-2002 tentang Metode Pengujian Waktu Ikat Awal Semen Portland dengan
Menggunakan Alat Vicat untuk Pekerjaan Sipil;
25) SNI 03-1750-1990 tentang mutu dan cara uji agregat beton;
26) SNI 03-2417-1991 tentang metode pengujian keausan agregat dengan mesin Abrani Los
Angeles;
27) SNI 03-6764-2002 tentang Spesifikasi Baja Struktural;
28) SNI 03-6861.2-2002 tentang Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan dari
Besi/Baja);
29) SNI 03-1972-1990 tentang metode pengujian beton;
30) SNI 03-2847-1992 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung;
31) SNI 07-2529-1991 tentang metode pengujian kuat tarik baja beton;
32) SNI-0084-1987 tentang fitting sambungan untuk pipa PVC;
33) SNI 19-6778-2002 tentang Metode Pengujian Sambungan Mekanik Pipa Polietilena (PE)
pada Tekanan Internal Rendah;
34) SNI 19-6779-2002 tentang Metode Pengujian Perubahan Panjang Pipa Polietilena (PE);
35) SNI 19-6780-2002 tentang Metode Penentuan Densitas Referensi Polietilena (PE) Hitam dan
PE tidak berwarna pada Pipa PE dan Sambungan;
36) SNI 19-6781-2002 tentang Metode Pengujian Kehilangan Tekanan pada Sistem
Sambungan Mekanik Pipa Polietilena (PE);
37) SNI 19-6778-2002 tentang Metode pengujian tekanan internal rendah sambungan mekanik
pipa polietilena (PE);
38) SNI 07-0068-1987 tentang Pipa Baja untuk konstruksi umum, mutu dan cara uji;
39) SNI 0039-1987 tentang Pipa Baja Bergalvanis;
40) SNI 07-0242-1989 tentang Pipa Baja tanpa kambuh, mutu dan cara uji;
41) SNI 07-0822-1989 tentang Baja Karbon strip canai panas untuk pipa;
42) SNI 07-1338-1989 tentang Baja karbon tempa;
43) SNI 07-0949-1991 tentang Pipa Baja coal-tar enamel lapis lindung bagian luar;
44) SNI 07-3080-1991 tentang pipa spigot dan socket dari besi tuang modular untuk jaringan
pipa bertekanan, bagian 2;
45) SNI 07- 3078-1992 tentang flensa logam – flensa besi tuang;
46) SNI 07-3073-1992 tentang penyambung pipa baja tanpa pasuan berulir;
47) SNI 03-6763-2002 tentang Spesifikasi Tabung Baja Karbon Struktural yang Dibentuk dalam
Keadaan Panas dengan Dilas Tanpa Kampuh;
48) SNI 07-6402-2000 tentang Spesifikasi Tabung Baja Karbon Struktural Berbentuk Bulat dan
Lainnya yang Dibentuk dalam Keadaan Dingin dengan Dilas Tanpa Kampuh;
49) SNI 03-2408-1991 tentang Tata Cara Pengecatan Logam; SNI 07-2195-1991 tentang
permukaan pipa flens, dimensi; SNI 07-2196-1991 tentang Flensa pipa, toleransi dimensi;
50) SNI 07-6398-2000 tentang tata cara pelapisan epoksi cair untuk bagian dalam dan luar pada
pelapisan cair dari baja;
51) SNI 07-3360-1994 tentang penyambung pipa baja dan baja paduan dengan las tumpu;
52) SNI 04-0225-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000);
53) SNI 03-2445-1991 tentang ukuran kayu untuk bangunan rumah dan gedung;
54) SNI 07-1343-1989 tentang lapis lindung luar pipa baja jenis coal- tar enamel
55) SII 0404 tentang kadar air kayu;
56) SII 0023 tentang keramik;
57) ISO 6964-1986 (Polyolefin pipes and fittings – Determination of carbon black content by
calcinations pyrolysis – Test method and basic spesification);
58) ISO 11420:1996 (Method for the assesment of the degree of carbon black dispersion in
polyolefin pipes, fittings and compound’s);
59) ISO 6259/1985 (Pipe for polyethylene – Part 1: Determination of tensile properties);
60) ISO 3126:1974 (Plastic pipe – measurement of dimension);
61) ISO 1167:1996 (Thermoplastic pipes for the conveyance of fluids – resistance to internal
pressure – Test Method);
62) ISO 1133:1991 (Plastic – Determination of the melt mass – flow rate (MFR) and melt volume
flow rate (MVR) of thermoplastics);
63) ISO 2505 -1-1994 (Thermoplastics pipe – Longitudinal reversion – part 1: determination
methods);
64) ISO 3607:19977/E (Tolerances on outside diameters and wall thickenesses); ISO 7/1 (Pipe
Threads Where Pressuretight Joins are Made on The Threads); ISO 1459 (Metalic croating
– Protection Against Corrosion by Hot Dip Galvanzing Guilding Principles);
65) ISO 1461 (Metalic Coating Hot-Dip Galvanized Coating on Fabricated Ferrous Products
Requirments);
66) AS/NZS 4130:97 (Polyethylene pipes for pressure aplication);
67) ASTM D 3350 – 1999 (Standard spesification polyethylene plastics pipe and fittings
material);
68) ASTM A 283F (Flow and Intermediate tensile Strenght Carbon Steel Plates, Shapes and
Bars);
69) ASTM A 570 (Steel, Sheet and Strip, Carbon, Hot Rolled Structural Quality);
70) ASTM Designation A 126 (Specification for Grey Iron Casting for Valves, Flanges and Pipe
Fittings);
71) AWWA C 200 (Steel Water Pipe 6 Inches and Larger);
72) AWWA C 203 (Coal-Tar Protective Coatings and Linings for Steel Water Pipelines Enamel and
Tape Hot Applied);
73) AWWA C 205 (Cement Mortar Protective Lining and Coating for Steel Water Pipe 4 Inches and
Larger Shop Applied);
74) AWWA C 208 (Dimensions for Steel Water Pipe Fittings);
75) AWWA C 210 (Liquid Epoxy Coating System for the Interior and Exterior Steel Water Pipe);
76) AWWA C 500 (Gate Valve for Water and Other Liquids);
77) AWWA Manual M11 (Steel Pipe Design and Installation);
78) JIS G 3101 (Rolled Steel for General Structure);
79) JIS G 3452 (Carbon Steel Pipes for Ordinary Piping);
80) JIS G 3457 (Arc Welded Carbon Steel Pipe);
81) JIS B 2311 (Steel Butt-Welding Pipe Fitting for Ordinary Use);
82) JIS G 550 (Spheroidal Graphite Iron Castings);
83) JIS G 5702 (Blackheart Malleable Iron Castings);
84) JIS G 3454 (Carbon Steel Pipes for Pressure Service);
85) JIS standar K 6741/K 6742 tentang Material PVC- VU/VP;
86) Standard Penetration Test ASTM D 1586;
87) Vane Shear Test ASTM D 2573;
88) Specific Gravity ASTM D 854;
89) Natural Water Content ASTM D 2216;
90) Test Unconfined Compression ASTM D 2166;
91) Consolidation Test ASTM D 2435;
92) Dry Density JIS A 1210 (Method A);
93) Concrete Pipes BS 5911:Part 100-1988, AS-4058.1992, JIS A5372.
94) Aggregates with BS 1047. (Pipe);
95) Sulfate Resisting Portland Cement complying with SII-0013-84;
96) PVC Pipes JIS K6741 Class VU;
97) Method of Slump Test for Concrete JIS A 1101;
98) Deformed bars JIS G 3112;
99) Waterstops JIS K6773;
100) Fine aggregate AASHTO M45;
101) Structural shapes, plates and bars JIS G3101;
102) Square steel columns JIS G3466;
103) Steel Pipes JIS G3452 JIS;
104) High-strength bolts JIS B1186 or ASTM A325;
105) Anchor bolts JIS B0250;
106) Galvanized Steel pipes JIS G3422;
107) Ductile iron JIS G5502;
108) Cast iron JIS G5501;
109) Structural steel shapes and Round bars JIS G3101;
110) Stainless steel pipes JIS G3459;
111) Aluminum for structural shapes JIS H4100;
112) Square steel columns JIS G3466;
113) Bolts and Nuts JIS B0205;
114) Handrail SUS 304;
115) Steel Covers and Grating JIS G3101;
116) Welding JIS B 8243;
117) Waterproofing ASTM D412;
118) Floor Hardener BS 812:Part 3;
119) References ASTM C630 – 84 ASTM E119 – 83;
120) Fire Ratings ASTM E-119;
121) Gate Valves JIS B2062, AWWA C500, BS 5163 or BS 5150;
122) Check Valves JIS B2045 or AWWA C508;
123) Flanged Joints JIS K 6353 or JIS B 0205;
124) Dimensions of fittings JIS B2311 JIS B2311, JIS G3451, AWWA C208;
125) Welded Joints AWWA C 206;
126) Factory-built assemblies of low-voltage switchgear and control gear IEC 492;
127) Electrical Indicating Instruments JIS C1102;
128) Dimensions of Electrical Indicating Instruments JIS C1103;
129) Electromagnetic switches JIS C8325AC Molded Case Circuit Breakers JIS C8370;
130) Residual Current Sensing and Relaying JIS C8371;
131) Low-voltage metal-enclosed switchgears JEM 1265;
III. PEKERJAAN KONSTRUKSI

III.1. PEKERJAAN PENGECEKAN


Pekerjaan pengecekan antara lain terdiri dari pengecekan dokumen perencanaan, gambar
perencanaan, kondisi tanah, kualitas bahan yang akan digunakan, kondisi bangunan eksisting,
sertifikasi peralatan pabrikan dan utilitas bawah tanah. Uraiannya sebagai berikut:
1. Pengecekan Dokumen Perencanaan
Penyedia barang/jasa melakukan pengecekan terhadap dokumen kontrak seperti syarat-syarat
umum dan khusus kontrak, spesifikasi teknis, gambar rencana, daftar volume pekerjaan dan
harga satuan (Bill of Quantity).
2. Pengecekan Kelengkapan Gambar Perencanaan
Penyedia barang/Jasa melakukan pemeriksaan terhadap gambar rencana, dimensi/ukuran,
denah/layout, potongan memanjang/melintang beserta detailnya. Gambar perencanaan harus
disetujui pengguna jasa/barang sebagai dasar untuk melakukan survey lapangan dan
pelaksanaan pekerjaan.
3. Pengecekan Kondisi Tanah (Soil Investigation)
Penyelidikan tanah disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan. Penyelidikan tanah dapat berupa
sondir, bor dangkal/hand boring dan bor dalam, dilengkapi dengan standart penetration test
(SPT).
4. Pengecekan Kualitas Bahan Yang Akan Digunakan
Bahan/material yang akan digunakan harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah
ditentukan dan terbukti aman digunakan untuk konstruksi.
5. Pengecekan Sertifikasi Peralatan Pabrikan
Untuk peralatan pabrikan baik yang diproduksi di dalam maupun di luar negeri harus dilengkapi
dengan sertifikasi hasil uji/kelayakan dari peralatan tersebut lengkap dengan spesifikasi dan
manual pemasangannya. Peralatan yang digunakan dipastikan telah memenuhi ketentuan dan
layak pakai serta dilengkapi dengan sertifikasi kalibrasi alat. Pengecekan peralatan pabrikan
dapat dilakukan di tempat pembuatan/pabrik atau di lokasi pekerjaan yang dikenal dengan
istilah factory inspection.

III.2. PEKERJAAN PERSIAPAN

Ruang Lingkup
1. Pembersihan Lokasi
2. Pengukuran Ulang
3. Mobilisasi dan Demobilisasi
Metode Pelaksanaan
1. Pembersihan Lokasi
Pekerjaan persiapan yang pertama dikerjakan adalah pembersihan lapangan, adapun hal-hal yang
bisa dilakukan dalam tahapan ini adalah:
▪ Sebelum pengukuran/dimulainya pekerjaan, tapak proyek harus dibersihkan dari sisa-sisa
bangunan lama, rumput, semak, lumpur, akar pohon, tanah humus, puing-puing, dan segala
sesuatu yang tidak diperlukan atau dapat mengganggu jalannya pekerjaan.
▪ Khusus untuk penebangan pohon, Kontraktor harus meminta persetujuan Tim
Supervisi/DIREKSI sebelumnya.
▪ Segala macam barang bekas bongkaran harus dikeluarkan dari tapak proyek,
selambat-lambatnya sebelum pekerjaan galian tanah dimulai, dan tidak diperkenankan untuk
menimbunnya di luar pagar proyek.

2. Pengukuran Ulang dan Pemasangan Bauwplank


Pekerjaan pengukuran merupakan bagian dari pekerjaan persiapan yang mengawali seluruh
rangkaian pekerjaan. Survey topografi meliputi pengecekan elevasi. Pengecekan ulang elevasi
sangat penting untuk mengantisipasi adanya perubahan yang mungkin terjadi dalam rentang
waktu antara perencanaan dengan pelaksanaan sekaligus mengecek kebenaran/akurasi survey
perencanaan. Survey tersebut menggunakan titik-titik acuan berupa Benchmark (BM) yang
ditentukan oleh pengguna barang/jasa dan tersebar di seluruh wilayah kerja.
Pada tahapan pengukuran Kontraktor harus memperhatikan persyaratan-persayaratan yang ada
dibawah ini:
▪ Kontraktor harus mengadakan pengukuran kembali terhadap tapak proyek dengan teliti,
disaksikan oleh Tim Supervisi/direksi, untuk mengetahui batas-batas tapak, peil/ketinggian
tanah, letak pohon-pohon, dengan menggunakan alat-alat waterpass dan theodolith.
▪ Jika terdapat perbedaan antara gambar dengan keadaan lapangan sebenarnya, maka Tim
Supervisi/direksi akan mengeluarkan keputusannya tentang hal tersebut. Kontraktor wajib
melakukan penggambaran kembali tapak proyek, lengkap dengan keterangan mengenai
peil/ketinggian tanah, batas-batas, letak pohon-pohon, dan sebagainya.
▪ Ukuran-ukuran pokok dari pekerjaan dapat dilihat dalam gambar. Ukuran-ukuran yang tidak
tercantum, tidak jelas atau saling berbeda, harus segera dilaporkan kepada Tim
Supervisi/direksi. Apabila dianggap perlu, Tim Supervisi/direksi berhak memerintahkan kepada
Kontraktor untuk merubah ketinggian, letak atau ukuran suatu bagian pekerjaan.
▪ Semua ketepatan pekerjaan pengukuran dan sudut siku-siku harus terjamin dan diperhatikan
ketelitian yang sebesar-besarnya dengan mempergunakan alat-alat waterpass dan theodolith.
▪ Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang hanya diperkenankan untuk
bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh Tim Supervisi/direksi.
▪ Bouwplank dipasang pada patok yang kuat, tertanam tanpa bergerak. Terbuat dari papan
Borneo atau sejenisnya, berukuran 3/20 lurus dan diserut rata pada sisi atasnya.
▪ Tinggi sisi atas bouwplank harus sama satu sama lainnya, kecuali dikehendaki lain oleh Tim
Supervisi/direksi.
▪ Setelah selesai pemasangan bouwplank, Kontraktor harus melaporkan kepada Tim
Supervisi/direksi untuk dimintakan persetujuannya.
▪ Bouwplank tidak boleh terganggu oleh tanah galian ataupun benda-benda lainnya.

3. Mobilisasi dan demobilisasi


1. Mobilisasi adalah kegiatan untuk mendatangkan personil/peralatan dan material sebagai
berikut :
- Mendatangkan staff dan personil kerja sesuai dengan kebutuhan lapangan.
- Mendatang peralatan seperti peralatan laboratorium/pengujian, peralatan konstruksi
utama dan peralatan K3.
- Menyediakan base camp seperti kantor lapangan, gudang, bengkel, dan lain-lain.
- Mendatang material/bahan pekerjaan dan personil.
2. Demobilisasi adalah kegiatan pembongkaran tempat kerja oleh penyedia pada saat
akhir kontrak, termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari
lokasi pekerjaan.
3. Satuan Pembayaran untuk kegiatan ini harus dibayar Lumpsum. Pembayaran Lumpsum
akan dibayar berdasarkan tiga angsuran yaitu :
- Dibayarkan sebesar 50% saat mobilisasi 50 % selesai dilakukan.
- Dibayarkan sebesar 20% saat semua peralatan utama telah berada dilapangan.
- Dibayarkan sebesar 30% saat Demobilisasi telah selesai dilaksanakan.

Tabel 1.1. Uraian Mobilisasi dan Demobilisasi

No Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

A Mobilisasi Fasilitas
- Base Camp dan Gudang Ls 1,00 - -
- Kantor,direksi keet, staff Ls 1,00 - -
B Peralatan
- Excavator Unit 1,00 - -
- Crawler Crane 15-25 Ton + Hammer Unit 1,00 - -
- Concrate Mixer 5 M3 Unit 1,00 - -
- Welding Set Unit 1,00 - -
- Generator Set Unit 2,00 - -
- Dumptruck 3,5 Ton Unit 5,00 - -
C Mobilisasi Fasilitas Labolatorium
- Uji Mutu Beton, Tulangan dll Set 1,00 - -
- Uji Kepadatan Tanah Set 1,00 - -
- Commisioning Test Set 1,00 - -
D Papan Nama Proyek Unit 1,00 - -
E Demobilisasi Ls 1,00 - -
III.3. PEKERJAAN SMK3

Ruang Lingkup SMK3 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.2. Uraian Penyelenggaraan SMK3

NO URAIAN KEGIATAN VOL SATUAN

Penyiapan RK3K terdiri atas: Pembuatan Manual, Prosedur, Instruksi Kerja dan
1 a 1,00 Set
Ijin Kerja

b Pembuatan Kartu Identitas Pekerja (KIP) 20,00 Org

2 a Sosialisasi dan Promosi K3 terdiri atas Induksi K3 (Safety Induction ); khusus 20,00 Org
untuk pekerja baru
Pengarahan K3 (safety briefing) : Pertemuan Keselamatan (Safety Talk
b 20,00 Org
dan/atau Tool Box Meeting) ; setiap hari

c Pelatihan K3
- Bekerja di Ketinggian 10,00 Org
- K3 Peralatan Konstruksi & Penggunaan bahan Kimia (MSDS) 10,00 Org
- Analysis Keselamatan Pek. 30,00 Org
- Perilaku Berbasis Keselamatan (Budaya K3) 20,00 Org
d Simulasi K3 20,00 Org
e Spanduk (banner) ; 2,00 Lb
f Poster 5,00 Lb
g Papan Informasi K3. 2,00 Bh
3 a Tali Keselamatan (Life Line); 1,00 Ls
b Penahan Jatuh (Safety Deck); 1,00 Ls
c Pagar Pengaman (Guard Railling); 1,00 Ls
d Pembatas Area (Restricted Area ). 1,00 Ls
4 Alat Pelindung Diri terdiri atas:
a Topi Pelindung (Safety Helmet) ; 35,00 Bh
b Pelindung Mata (Goggles, Spectacles); 20,00 Psg
c Tameng Muka (Face Shield); 2,00 Bh
d Pelindung Pernafasan Dan Mulut (Masker); 30,00 Bh
e Sarung Tangan (Safety Gloves); 5,00 Psg
f Sepatu Keselamatan (Safety Shoes); untuk Staf 5,00 Psg
g Sepatu Keselamatan (Safety Shoes) 20,00 Psg
h Rompi Keselamatan (Safety Vest); 30,00 Bh
5 Asuransi perijinan terdiri atas:

a BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan Kerja;(BERDASARKAN KEPMENAKER 1,00 Ls


NOMOR : KEP-196/MEN/1999, untuk Tenaga harian Proyek);
6 Fasilitas Sarana Kesehatan; Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Tabung Oksigen, 1,00 Ls
NO URAIAN KEGIATAN VOL SATUAN

Obat Luka, Perban, dll)


7 Rambu-rambu terdiri atas :
a Rambu Petunjuk; 10,00 Bh
b Rambu Larangan; 10,00 Bh
c Rambu Peringatan; 10,00 Bh
d Rambu Kewajiban; 10,00 Bh
e Rambu informasi; 5,00 Bh
f Rambu Pek. Sementara; 5,00 Bh
8 Lain-lain Terkait Pengendalian Risiko K3 :
a Alat Pemadam Api Ringan (APAR); 10kg 2,00 Bh
b Sirine; 1,00 Bh
c Bendera K3; 2,00 Bh
d Jalur Evakuasi (Escape Route); 1,00 Ls
e Lampu Darurat (Emergency Lamp); 2,00 Bh
f Program Inspeksi dan Audit Internal; 2,00 Org
g Pelaporan dan Penyelidikan Insiden; 1,00 Ls

Metode Pelaksanaan
1. Penyiapan RK3K
Kontraktor harus membuat Buku Manual, Prosedur, Instruksi Kerja dan Ijin Kerja dan Kartu
Identitas Pekerja (KIP)
2. Sosialisasi dan Promosi K3 terdiri atas Induksi K3 (Safety Induction )
- Petugas K3 Konstruksi harus memberikan sosialisasi kepada pekerja terhadap pekerjaan
yang dilaksanakan dan resiko yang mungkin terjadi dan pengendalian resikonya.
- Petugas K3 Konstruksi harus melakukan safty briefing setiap hari sebelum memulai
pekerjaan
- Petugas K3 Konstruksi harus melakukan pelatihan K3 terkait bekerja pada ketinggian, K3
peralatan konstruksi dan penggunaan bahan kimia, analisis keselamatan pekerjaan, budaya
K3, simulasi K3
- Membuat spanduk/banner dan poster terkait rambu-rambu, peringatan, dan pengumuman
- Membuat papan informasi K3
3. Alat Pelindung Diri
- Seluruh pekerja dilingkungan proyek sesuai dengna jenis pekerjaan yang sedang
dilaksanakan harus menggunakan alat pelindung diri seperti topi pelindung/helm, peindung
mata, tameng muka, pelindung pernafasan dan mulut, sarung tangan, sepatu keselamatan,
dan rompi keselamatan.
- Seluruh tamu yang berada dilingkungan proyek harus menggunakan alat pelindung diri.
- Pekerja yang bekerja diketinggian harus menggunakan tali keselamatan (life line) dan
penahan jatuh (sefty deck).
- Kontraktor juga wajib menyiapkan sarana/prasarana pencegahan/penyebaran virus covid 19
dilingkungan proyek dan memberlakukan sosial distancing.
4. Asuransi
Kontraktor harus memastikan seluruh pekerja menjadi anggota BPJS atau asuransi kesehatan
lainnya. BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan Kerja; (BERDASARKAN KEPMENAKER
NOMOR : KEP-196/MEN/1999, untuk Tenaga harian Proyek);
5. Fasilitas Sarana Kesehatan
- Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pekerjaan berlangsung menjadi beban
Kontraktor.
- Sehubungan dengan pasal ini, Kontraktor diwajibkan menyediakan kotak P3K terisi menurut
kebutuhan, termasuk sarana dan prasarana pencegahan penyebaran virus Covid 19 dengan
seorang petugas yang telah terlatih dalam soal –soal mengenai pertolongan pertama.
- Terhadap kecelakaan – kecelakaan yang timbul akibat bencana alam, segala
perongkosannya menjadi beban Kontraktor.
- Kebakaran-kebakaran yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor.
- Sehubungan dengan butir – butir diatas pada Kontraktor diwajibkan menyediakan alat
pemadam kebakaran jenis ABC (segala jenis api), pasir dalam bak kayu, galah – galah
secukupnya serta pemeliharaannya.
- Kontraktor diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya, khususnya
terhadap penyebaran virus Covid 19.
- Sejauh tidak disebutkan dalam spesifikasi teknis ini maka Kontraktor harus mengikuti semua
ketentuan peraturan dan perundang-undngan yang berlaku.
6. Rambu-rambu
Kontraktor harus membuat dan memasang rambu-rambu K3 dalam area proyek yang terdiri dari
rambu petunjuk, rambu larangan, rambu peringatan, rambu kewajiban, rambu informasi, rambu
pekerjaan sementara, dll. Terbuat dari bahan yang tahan cuaca dan diletakkan pada area yang
mudah terlihat.
7. Pengendalian Risiko K3
Petugas K3 konstruksi harus melakukan pengendalalian resiko selama masa pelaksanaan
pekerjaan. Hal-hal yang perlu disiapkan adalah : alat pemadam kebakaran ringan 10 kg, sirine,
Bendera K3, Jalur evakuasi, lampu darurat, program inspeksi dan audit internal, pelaporan dan
penyelidikan insiden.

III.4. PEKERJAAN TANGGUL DAN PERKUATAN TANGGUL

III.4.1 PEKERJAAN TANGGUL

Ruang Lingkup
1. Pembersihan
2. Pematokan
3. Galian dan timbunan tanah
4. Pemadatan

Metode Pelaksanaan
1. Pembersihan
a. Area pekerjaan harus dibersihkan, batang-batang pohon, akar-akar dan sebagainya harus
dibongkar pada kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm di permukaan tanah asli atau
permukaan akhir/final grade (ditentukan oleh permukaan yang lebih rendah) dan
bersama-sama dengan seluruh sampah dalam segala bentuknya, harus dibuang pada
tempat yang telah ditetapkan oleh direksi/konsultan supervisi.
b. Pohon-pohon yang ditebang, tidak diperkenankan jatuh pada tanah milik perorangan tanpa
izin khusus dari pemiliknya dan Kontraktor atas tanggungjawabnya menyingkirkan
pohon-pohon tersebut atau membiarkan di tempat semula, asal ada persetujuan tertulis
dari pemiliknya.
c. Pada pelaksanaan pembersihan, kontraktor harus berhati-hati untuk tidak
mengganggu setiap patok-patok pengukuran.
d. Pekerjaan dianggap selesai apabila hasilnya sudah diketahui dan disetujui oleh
Direksi/konsultan supervisi.

2. Pematokan
a. Sebelum bagian pekerjaan lainnya dimulai, Kontraktor melakukan pematokan untuk
menetapkan as dan peil rencana serta batas.
b. Dalam pematokan ini, Kontraktor harus memperhatikan titik-titik referensi/Bench Mark yang
ada.
c. Pematokan dilakukan oleh Kontraktor kemudian diperiksa kembali bersama oleh
Kontraktor, konsultan supervisi dan Direksi.
d. Patok-patok tersebut dari kayu bulat diameter 8 cm dan panjang 60 cm ditancapkan
sedalam 50 cm dan bagian yang muncul diatas permukaan tanah setinggi 10 cm.
e. Patok dari titik-titik yang akan terganggu oleh pekerjaan, harus dibuat patok-patok referensi
pada tempat yang aman dan mudah terlihat.

3. Galian tanah
a. Pekerjaan galian tanah ini dilakukan pada daerah galian yang telah ditentukan oleh
konsultan supervisi/direksi pekerjaan yang akan digunakan untuk timbunan tanggul. Proses
penggalian menggunakan alat excavator yang dimasukkan kedalam dump truck dan
langsung dibawa menuju lokasi tanggul, ditumpahkan, diratakan menggunakan alat.
b. Tanah hasil galian yang tidak dipakai/terpakai untuk urugan dibuang ke tempat yang akan
ditetapkan oleh Direksi.

4. Tanah didatangkan
a. Tanah didatangkan dari luar lokasi proyek menggunakan dump truk langsung dibawa
menuju lokasi tanggul, ditumpahkan, diratakan menggunakan alat.
b. Material untuk urugan, harus material yang sesuai untuk itu dan disetujui konsultan
supervisi/direksi.

5. Pemadatan Tanah
a. Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya, Kontraktor harus
melakukan percobaan pemadatan atas petunjuk konsultan psupervisi/direksi, pada jalur
dengan panjang dan lebar tertentu, dengan alat-alat dan material seperti yang sama yang
akan digunakan pada pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya. Tujuan dari percobaan
ini adalah untuk menentukan kadar air optimum yang akan dipakai dan hubungan
antara jumlah penggilasan dan kepadatan yang dapat dicapai untuk rencana material
urugan tertentu. Seluruh pembiayaan untuk percobaan ini ditanggung oleh Kontraktor.
b. Lapisan tanah lebih dari 30 cm di bawah peil permukaan sub grade, harus dipadatkan
sampai 90% dari kepadatan (kering) maksimum yang dapat dicapai dengan test
(AASHO T.99-70. Untuk mencapai kepadatan CBR 4% lapisan berikutnya tidak
boleh dihampar sebelum lapisan yang terdahulu disetujui oleh konsultan supervisi/direksi.
c. Lapisan dibawah permukaan sub grade kurang dari 30 cm harus dipadatkan hingga
mencapai 100% dari kepadatan (kering) maksimum menurut AASHO T.99-70 untuk
mencapai kepadatan CBR 4%.
d. Material urugan yang tidak mengandung kadar air yang cukup untuk dapat mencapai
kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air dengan alat penyemprot
(sprinker) dan dicampur/diaduk sampai merata (homogen). Material urugan yang
mempunyai kadar air lebih tinggi dari seharusnya tidak boleh dipadatkan
sebelum cukup di keringkan dan disetujui oleh Direksi untuk dipakai. Pekerjaan
pemadatan tanah urugan tadi harus dilakukan pada kadar air optimum sesuai
dengan sifat alat-alat pemadatanyang tersedia. Pada pelaksanaan, Kontraktor harus
mengambil langkah-langkah yang perlu agar pada pekerjaan tersebut air hujan
dapat mengalir dengan lancar.
e. Apabila konsultan supervisi/direksi meragukan hasil pemadatan, maka Kontraktor wajib
membuktikan hasil pemadatan lapis per lapis dengan test langsung di lapangan dan
dilaboratorium atas biaya Kontraktor. Laboratorium yang dipakai adalah laboratorium
mekanika tanah yang mempunyai izin usaha dan izin operasi resmi pada bidangnya.
f. Semua hasil pekerjaan akan dicek kembali terhadap patok-patok referensi.
g. Pekerjaan pengurugan tangguldianggap selesai setelah mendapat persetujuan dari
konsultan supervisi/direksi.

III.4.2 PEKERJAAN PERKUATAN TANGGUL

Ruang Lingkup
1. Pekerjaan pasangan batu belah adk. 1:4
2. Pipa Drain/ Suling dia. 1 inch
3. Pekerjaan Plesteran
4. Pekerjaan beton; bagian ini meliputi seluruh tahapan/proses pekerjaan beton seperti :
pondasi beton, lantai/plat lantai beton, dinding beton, kolom dan sloof beton mutu K-100 s/d K-
300, termasuk pembesian/penulangan, bekisting dan perancah.
5. Finishing dan perawatan beton persyaratan yang telah ditentukan.
6. Pekerjaan Pembongkaran Beton Bertulang Eksisting
7. Pekerjaan handrill pipa galwanis dan pengecatan

Bahan
a. Batu yang digunakan adalah batu kali/batu belah hitam dengan ukuran 15-20 cm yang keras
tidak retak dengan permukaan kasar dan bersih dari lumpur/tanah.

b. Agregat (split/kerikil dan pasir)


▪ Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari campuran agregat kasar dan halus, berisi
batu pecah yang bersih, keras dan awet atau kerikil sungai alam atau kerikil dan pasir dari
sumber yang disaring. Semua agregat halus (pasir) harus bersih, keras dan berbutir
tajam, bebas dari lumpur, gumpalan tanah/lumpur, bahan organik lainnya yang
dapat mengurangi atau merusakkan mutu beton. Agregat kasar harus bersih dan bebas
dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah, keropos, tipis atau panjang-panjang, bebas
dari bahan-bahan organik atau dari substansi yang merusak.
▪ Untuk Beton mutu mengunakan material kerikil beton batu pecah (Split).
▪ Penumpukan material kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua jenis material
tersebut tidak tercampur untuk menjamin adukan beton dengan komposisi material yang
tepat.

c. Semen Portland (PC)


▪ Digunakan Portland Cement Tipe I. memenuhi S - 400 menurut Standar Cement
Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972).
▪ Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak
diperkenankan pemakaiannnya sebagai bahan campuran.
▪ Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab
agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan semen harus
ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang
masuk harus dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen
dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.
▪ Semen harus disimpan dalam gudang yang kedap air dan berventilasi baik,
diatas lantai 30 cm. Kantong-kantong berisi semen tidak boleh ditumpuk lebih dari
10 lapis, atau ditumpuk langsung diatas lantai. Penyimpanan semen harus selalu
terpisah untuk setiap pengiriman.
▪ Tinggi penumpukan tidak boleh lebih dari 2 meter. Semen yang rusak atau tercampur
apapun tidak boleh dipakai.

d. Air
Air yang dipakai untuk membuat, merawat beton dan membuat bahan adukan harus dari
sumber yang disetujui oleh konsultan pengawas/Direksi dan memenuhi standard SK SNI T-15
1991.

e. Besi Beton
▪ Besi beton yang digunakan adalah baja lunak dengan mutu. U-32 tegangan Leleh
karakteristik minimum 3200 kg/cm2). Untuk Besi Diameter diatas 12 mm (Besi Ulir) (BJTD)
U-24 tegangan Leleh karakteristik minimum 2400 kg/cm2). Untuk besi Diameter 8 mm
s/d Diameter 19 mm (Besi Ulir) (BJTD).
▪ Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan bahan
lainnya. Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak
boleh disimpan diudara terbuka dalam jangka waktu panjang. Membengkok dan
meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan batang dingin. Tulangan
harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta persetujuan
konsultan supervisi/Direksi terlebih dahulu.
▪ Baja tulangan harus dipasang pada posisi yang tepat dengan ukuran gambar rencana.
Harus diusahakan, agar posisinya tidak berubah atau bergeser pada saat beton
dipadatkan.
▪ Untuk pengikat tulangan beton harus menggunakan kawat beton yang berukuran
garis tengah minimal 1 mm.
f. Bahan Campuran (additive) jika diperlukan
▪ Pemakaian bahan tambahan kimiawi (concrete admixture), kecuali yang
disebutkan tegas di dalam RKS dan gambar harus mendapat izin tertulis dari
konsultan supervisi/direksi. Untuk itu kontraktor diharuskan mengajukan permohonan tertulis
dengan menyertakan analisa kimiawinya dan bukti pemakaian di Indonesia selama 5
tahun terakhir. Bahan campuran tambahan beton yang dipakai harus sesuai dengan
iklim tropis dan memenuhi persyaratan ASTM C-494 jenis B dan D sekaligus
sebagai pengurang air adukan dan penunda pengerasan awal.
▪ Penggunaan additive harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik. Pemakaian additive ini
tidak boleh menyebabkan dikuranginya volume semen dalam adukan.
▪ Bahan tambahan yang mempercepat pengerasan awal sama sekali tidak boleh
dipakai, sedangkan untuk beton kedap air dibawah tanah tidak boleh mempergunakan
waterproofer yang mengandung garam.

g. Begisting, Cetakan atau Acuan


▪ Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup kering dengan tebal
minumum 3 cm atau multiplek tebal 18 mm, diperkuat dengan rangka-rangka
penyangga, penyokong dll, sehingga mampu mendukung beton sampai selesai
proses ikatan beton. Bekisting harus mampu pula untuk menahan getaran-
getaran vibrator dan kejutan gaya-gaya lain tanpa berubah bentuk.
▪ Semua ukuran cetakan harus tepat sesuai dengan gambar dan sama disemua tempat
untuk bentuk dan ukuran yang dikehendaki sama.
▪ Steiger cetakan beton harus dari kayu dolken diameter 8 cm atau pipa-pipa baja dan
tidak diperkenankan mempergunakan bambu.

h. Selimut Beton
Penepatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar
cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-bagian konstruksi,
apabila tidak ditentukan didalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi
pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :
- Kepala tiang (poer)
- Balok sloof 4 cm
- Balok 3 cm
- Kolom 4 cm
- Pelat beton 1,5 cm

i. Mutu Beton
▪ Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah : mutu beton fc’ = 7,4 Mpa (K-
100), mutu beton fc’ = 9,8 Mpa (K-125), beton m utu fc’ = 14,5 Mpa (K-175), fc’ = 19,23
Mpa (K-225), fc’ = 21,7 Mpa (K-250). Untuk mutu dab volume beton yang digunakan
masing-masing mengacu pada Bill of Quantity (BoQ) Sebelum dilaksanakanya pekerjaan
beton harus ada perhitungan mix disain untuk komposisi campuran mutu beton yang
akan dipakai sebagai pedoman untuk pekerjaan beton tersebut.

j. Pipa Galvanis dia. 3” untuk ralling pengaman


Metode Pelaksanaan
1. Pemeriksaan shop Drawing
Memeriksa gambar yang dibuat oleh Konsultan Perencana, jika terdapat
kesalahan yang membahayakan, kontraktor harus melaporkan kepada
Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan meneruskan kepada Konsultan
Perencana. Sebelum ada kepastian mengenai kebenaran gambar tersebut, Kontraktor
tidak diijinkan melaksanakan bagian pekerjaan tersebut.

2. Campuran Beton
▪ Dibuat dengan perbandingan volume sbb :
Campuran Penggunaan
B1 1:1 Untuk semua beton bertulang kedap air seperti plat atap,
luifel dan bak-bak air.

B2 1:2:3 Untuk semua beton bertulang seperti Sloof, pondasi, beton


per, plat lantai, kolom balok-balok, dll.

B3 1:3:5 Untuk semua beton tak bertulang, rabat, neut, beton


angker dan batu tepi.

▪ Beton harus dibentuk dari campuran semen Portland (PC), pasir beton, kerikil dan
air seperti ditentukan sebelumnya dengan perbandingan yang serasi dan diolah
sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang tepat.
▪ Kontraktor harus memastikan perbandingan campuran dan bahan-bahan yang diusulkan
dengan membuat dan mengadakan pengujian campuran percobaan yang disaksikan oleh
konsultan supervisi/Direksi Teknik. Adukan beton dan Pengangkutan Pengadukan harus
dilakukan dengan mesin pengaduk (Mixer). Komposisi campuran dari masing masing
material seperti Semen, Pasir Kerikil dan Air harus sesuai dengan takaran yang sudah
disetujui konsultan pengawas/direksi serta berdasarkan Job Mix.
▪ Beton harus diangkut sedemikian rupa sehingga sampai di tempat penuangan, beton masih
mempunyai mutu yang ditentukan dan kekentalan yang memenuhi dan tidak terjadi
penambahan atau pengurangan apapun sejak meninggalkan tempat adukan. Kontraktor
harus mendapat persetujuan konsultan supervisi/Direksi atas pengaturan yang
direncanakan, sebelum pekerjaan pembetonan dimulai.
▪ Beton yang tidak memenuhi kekuatan tekan 28 hari yang ditetapkan, yang diberikan pada
Tabel 5.35.3 akan dianggap tidak memuaskan dan pekerjaan- pekerjaan tersebut harus
diperbaiki. Konsultan supervisi/Direksi Teknik akan memperhitungkan kemungkinan cacat-
cacat karena kesalahan pengambilan contoh bahan, perbedaan-perbedaan dalam statistik,
persiapan contoh uji yang buruk, dan dapat meminta pengujian-pengujian lebih lanjut untuk
dilaksanakan sebelum mengambil putusan akhir.
▪ Cara dan alat-alat yang digunakan untuk mengangkut beton harus sedemikian rupa
sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke
tempat pekerjaan, tanpa adanya kehilangan bahan yang bisa menyebabkan
perobahan nilai slump.
▪ Pengecoran harus dilaksanakan terus menerus sampai ke tempat sambungan cor yang
direncanakan sebelumnya. Kontraktor harus mengingat pemadatan dari beton adalah
pekerjaan penting dengan tujuan untuk menghasilkan beton rapat air dengan kepadatan
maksimum. Pemadatan harus dibantu dengan pemakaian mesin penggetar dari jenis
tenggelam, tetapi tidak mengakibatkan bergetarnya tulangan dan acuan. Jumlah dan jenis
alat getar yang tersedia untuk dipakai pada setiap masa pembetonan harus dengan
persetujuan konsultan supervisi/Direksi.
▪ Kontraktor tidak boleh mengecor beton pada waktu hujan deras tanpa perlindungan,
Kontraktor harus menyiapkan alat pelindung terhadap hujan dan terik sinar matahari sebelum
pengecoran. Apabila suhu udara melebihi 35° C Kontraktor tidak boleh mengecor tanpa
persetujuan konsultan supervisi/Direksi dan tanpa mengambil tindakan pencegahan
seperlunya untuk menjaga supaya suhu beton pada waktu pencampuran dan penuangan
kurang dari 35 °C, misalnya dengan menjaga bahan-bahan beton agar terlindung dari
matahari atau menyemprot air pada bahan batuan dan bekisting

3. Perawatan Beton
▪ Sampai beton mengeras seluruhnya dalam waktu yang tidak kurang dari 7 hari, Kontraktor
harus melindungi beton dari pengaruh jelek dari angin, matahari, suhu tinggi atau rendah
pergantian atau pembalikan derajat suhu, pembebanan sebelum waktunya, lendutan atau
tumbukan dan air tanah yang merusak.
▪ Jika tidak ditentukan lain oleh konsultan supervisi/Direksi, permukaan beton yang kelihatan
harus dijaga supaya terus basah sesudah dicor, tidak kurang dari 7 hari. Permukaan seperti
itu segera setelah dibuka bekistingnya, maka harus segera ditutup dengan goni yang
dibasahkan atau pasir atau lain bahan yang mungkin disetujui konsultan supervisi/Direksi.

4. Pengujian Beton
▪ Semua pengujian beton harus sesuai dengan PBI – 1971. Kekuatan tekan dari
beton ditetapkan konsultan Pengawas dengan silinder berukuran 15x30 cm atau
kubus berukuran 15x15 cm.
▪ Kontraktor harus menyediakan fasilitas guna keperluan guna pengujian yang
representative, frekwensi pengujian ditetapkan konsultan Pengawas berdasarkan
tingkat pengecoran dan struktur.
▪ Meskipun hasil pengujian kubus- kubus beton seperti diuraikan diatas memuaskan,
konsultan Pengawas berhak menolak konstruksi beton yang cacat seperti
berikut : Konstruksi beton yang sangat keropos, Bentuk dan posisi beton tidak sesuai
dengan yang tidak ditunjukkan dalam gambar, Konstruksi yang tidak tegak lurus atau
rata, seperti yang direncanakan.
▪ Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump) tidak boleh kurang dari 8 cm dan tidak
melampaui 12 cm.

5. Lubang-lubang, Klos-klos, dan Angker Dinding


▪ Kontraktor harus menentukan letak lobang-lobang, klos-klos angker dinding dan
sebagainya yang diperlukan untuk memasang rangka-rangka pekerjaan kayu atau pipa-
pipa air, listrik dan sebagainya.

6. Pembongkaran Begisting/Cetakan/Acuan
▪ Pembongkaran cetakan harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti petunjuk
konsultan Pengawas.
▪ Beton yang masih muda tidak diizinkan untuk dibebani. Segera setelah cetakan
dibongkar, permukaan beton diperiksa. Jika terdapat kemungkinan yang cacat, harus
segera diperbaiki, diplester dengan campuran sedemikian rupa hingga sesuai dengan
warna, tekstur dan rupanya dengan permukaan beton yang berdekatan. Hal ini perlu
diperhatikan, terutama untuk beton exposed.
▪ Bahan-bahan bekas yang sudah tidak dipergunakan lagi harus dikumpulkan dan
disingkirkan keluar lapangan agar tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.

7. Pemasangan handrill pipa galvanis dia. 3 “


▪ Pekerja pemasangan handrill pipa galvanis harus merupakan Juru las yang memilki
pengalaman dan kualifikasi yang cukup bagi pekerjaan pengelasan ,dan memegang
sertifikat atau ijazah yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang.
▪ Batang Las dan Mesin Las
Batang las harus sesuai persyaratan yang ditentukan dalam JIS Z 3211 dan 3212 atau yang
memiliki kuat tarik yang setara atau lebih baik dari logam dasar bahan pipa. Batang las yang
menyerap lengas (moiture) tidak boleh digunakan dan tingkat lengas harus lebih kecil dari
2,5 % untuk batang yang diiluminasi (illuminated rod) dan 0,5 % untuk batang yang
hydrogennya rendah (low hydrogenous rod). Mesin las,harus mesin pengelasan busur nyala
(Arc Welding Machine) dengan arus AC atau pengelasan busur nyata DC, sebagaimana
yang ditentukan dalam JIS C 9301 atau pada standar yang telah diterima oleh Direksi.
▪ Proses Pengelasan handrill pipa galvanis
Sebelum pengerjaan pengelasan, permukaan alur harus dibersihkan dari debu,tanah dan
karat dengan menyikat dan mengasah (grinding). Bila pipa akan dipotong dilapangan,
lapisan pelindung dalam maupun lapisan pelindung luar pada kedua ujung pipa, harus
dikupas minimum 10 cm,kemudian ujung pipa dibuat alur sebagaimana yang ditentukan .
”Fitting” tidak boleh dipotong dilapangan. Proses pengelasan dan kecepatan harus dijaga
selama pekerjaan pengelasan, harus terus menerus (berlanjut ) dari bagian dasar kebagian
atas pinggiran pipa. Bila pengelasan dilakukan dilapangan ,pelaksana harus memperhatikan
keadaan cuaca seperti hujan ,temperatur, kelembaban dan angin. Pekerjaan tidak boleh
dilakukan dalam kondisi cuaca seperti yang telah disebutkan tanpa perlindungan atau
persetujuan dari Direksi. Permukaan hasil pengelasan harus seragam tanpa ada sempalan
yang berlebihan, tumpang tindih dan ketidak rataan.

8. Pengukuran Hasil Kerja


▪ Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Konsultan supervisi.
▪ Satuan pembayaran adalah sebagaimana tercantum dalam Bill of Quantity (BoQ).

III.4. 3 PEKERJAAN DINDING PENAHAN TANAH

Ruang Lingkup
▪ Pekerjaan galian tanah
▪ Pekerjaan pasangan batu
▪ Pekerjaan plesteran dan acian
▪ Pekerjaan bekisting
▪ Pekerjaan pembesian
▪ Pekerjaan beton
▪ Pekerjaan handling dan pemancangan sheet piles
▪ Pembobokan top sheet pile beton
▪ Pembesian Capping Beam
Bahan
1. Untuk pekerjaan pasangan batu, plesteran, bekisting, pembesian dan pasangan beton, bahan
yang digunakan sebagaimana poin III.4.2 diatas

2. Sheet piles p.6 dan p.8 m

3. Alat yang digunakan adalah crawler crane + hammer dan truck pengangut sheet piles.

Metode Pelaksanaan

1. Pasangan Batu Belah


- Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari kayu pada setiap
pojok galian, yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan penampang pondasi.
- Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal 5 - 10 cm sesuai dengan
gambar rencana, disiram dan diratakan, pemadatan tanah dasar harus sedikitnya mencapai
80% conpacted.
- Pondasi batu kali menggunakan adukan dengan campuran 1 PC : 4 PS.
- Adukan harus mengisi rongga diantara batu kali sedemikian rupa sehingga tidak ada
bagian dari pondasi yang berongga/tidak padat.
- Untuk sloof dibagian atas pondasi batu kali dibuat stek-stek sedalam 30 cm tiap 1 m'
dengan diameter besi minimum 10 mm.

2. Pekerjaan Plesteran + Acian


- Sebelum plesteran dilakukan, dinding dibersihkan dari semua kotoran, dinding dibasahi
dengan air, Dinding Harus dilot.
- Adukan plesteran dipergunakan campuran 1 PC : 4 PS
- Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya dan
tidak diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan terlalu tebal Ketebalan yang
diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk mencapai tebal plesteran
yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang dengan menggunakan
mistar kayu panjang yang digerakkan secara horizontal dan vertikal.
- Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan
memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang-bidang yang harus diperbaiki hendaknya
dibongkar secara teratur (dibuat bongkaran berbentuk segi empat) dan plesteran baru harus
rata dengan sekitarnya.
- Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu sejak
permulaan plesteran.
- Acian dapat dilaksanakan setelah permukaan plesteran sudah kering (cukup umur).
- Permukaan plesteran sebelum di aci telebih dahulu disiram air. Untuk memperoleh hasil
acian yang halus, setelah plesteran diberi lapisan acian semen, permukaan acian sebelum
mengering digosok dengan menggunakan kertas gosok sampai halus dan rata.

3. Pekerjaan pembuatan/pembongkaran bekisting, pembesian dan beton lihat metode pelaksanaan


point III.4.2 diatas.

4. Handling sheet piles


- Pekerjaan handling sheet piles adalah proses pemindahan sheet piles dari satu titik lokasi
ke titik lokasi pemasangan/pemancangan sheet piles.
- Proses pemindahan ini menggunakan alat crane untuk mengangkat sheet piles dan
dinaikkan ke atas truck pengangkut sebanyak ± 6 - 8 unit sheet piles, dipindahkan sejauh 50
- 100 m.

5. Pemancangan sheet piles


- Sebelum melakukan pemancangan, yang pertama perlu dilakukan penentuan titik yang
tepat dimana sheet piles akan dipasang. Gunakan alat theodolit atau waterpass.
- Lanjutkan dengan pemasangan angkur dari potongan bersi yang berfungsi sebagai tempat
meletakkan guide beam agar dapat berdiri tegak dan sejajar dengan garis tingkat kelurusan
yang telah ditentukan.
- Guide beam adalah alat penyanggah agar sheet pile dapat berdiri tegak. Guide beam ini
juga berfungsi untuk membantu dan mempermudah pemasangan sheet pile pada saat sheet
pile dipukul menggunakan hammer atau vibro agar tetap stabil.
- Pengangkatan sheet pile menggunakan alat crane, dilakukan dengna hati-hati agar tali tidak
putus dan sheet pile tidak patah, rusak, jatuh atau menyenggol struktur lainnya. Oleh karena
itu harus dipastikan proses pemancangan sheet pile ini benar-benar aman.
- Setelah sheet pile berada pada posisinya, sheet pile siap dipancang dengan menggunakan
alat berupa diesel hammer/hydraulic hammer atau vibrator hammer sampai dengan
kedalaman yang diinginkan.
- Setelah seluruh sheet pile terpasang, guide beam dapat dilepas.
- Lakukan pengukuran kembali posisi sheet pile guna memastikan sheet pile telah terpasang
sesuai dengan gambar kerja.
- Tahap selanjutnya adalah membongkar bagian atas sheet pile yang tidak rata, dibersihkan.
- Pasang bekisting pada bagian atas sheet pile yang dibongkar, lanjutan dnegna pembesian
dan pengecoran capping sheet pile sebagai penguat dan pengunci susunan sheet pile dan
tampak rapi.
- Proses pembuatan/pembongkaran bekisting, pembesian dan pengecoran lihat metode
pelaksanaan poin III.4.2 diatas.

6. Pembobokan top sheet pile beton

- Tahap I. Persiapan Awal


Perkirakan berapa luas lahan yang dapat digunakan untuk menampung sisa-sisa
pembongkaran. Bersihkan area di sekitar struktur beton tadi supaya bebas dari benda-
benda yang dapat mengalami kerusakan serius jika tertimpa beton. Misalnya bila Anda
hendak membongkar pagar taman, usahakan tempat yang akan ditimpa robohan beton
harus bebas dari tanaman dan ornamen. Pastikan pula tidak ada orang lain yang berlalu-
lalang di area kerja.

- Tahap II. Pengecekan Struktur


Beton precast biasanya mempunyai struktur yang lebih getas dibandingkan dengan beton
solid. Hal ini disebabkan oleh adanya rongga udara yang terdapat di dalam struktur beton
precast. Jadi dibutuhkan usaha yang lebih keras untuk membongkar beton solid. Kemudian
Anda bisa membagi panjang beton yang akan dibongkar menjadi beberapa bagian.
Tujuannya supaya beban robohan tidak terlalu besar sehingga risiko kerusakan pun dapat
diperkecil. Bagian tepi struktur yang berhubungan langsung dengan struktur di sampingnya
harus dibongkar paling akhir. Agar tidak merusak struktur di sampingnya, berikan jarak
aman minimal 50 cm.
- Tahap III. Pembongkaran Beton
Proses pembongkaran beton biasanya dilakukan menggunakan palu beton (bogem) dan
pahat. Terkadang Anda juga perlu memakai gergaji besi untuk memotong tulangan besi
yang masih menancap kuat. Usahakan bidang kerja pembongkaran jangan terlalu luas,
cukup sekitar 1 x 1 m per suatu waktu. Jadi bila Anda telah berhasil membongkar bidang
beton seluas 1 m2, kemudian Anda dapat berpindah ke bidang di sebelahnya dengan luas
area yang sama. Selain akan mempermudah proses pekerjaan, risiko bahaya yang
ditimbulkannya pun dapat diperkecil. Pembongkaran cukup dilakukan dengan memukulkan
palu beton pada struktur yang akan dihancurkan, di mulai dari bagian atas ke bawah.
Bagian struktur yang sulit dihancurkan hanya memakai palu bisa dibantu menggunakan
pahatan.

- Tahap IV. Pembongkaran Tepi


Tahap ini memiliki risiko kerusakan yang sangat tinggi karena struktur beton yang akan
dibongkar tersambung langsung dengan struktur di sebelahnya. Jika Anda salah dalam
melakukan pembongkaran, bukan tidak mungkin struktur di sampingnya tadi akan turut
roboh. Sebelum dilakukan pembongkaran, sebaiknya struktur disiram memakai air terlebih
dahulu supaya lebih lunak. Setelah itu, Anda bisa menghantamnya memakai palu dimulai
dari sisi yang paling luar sedikit demi sedikit.

- Tahap V. Pembuangan Sisa


Sisa-sisa material bekas pembongkaran beton harus disingkirkan sesegera mungkin supaya
tidak mengganggu lingkungan, sebaiknya sisa-sisa material tersebut disiram sampai basah
terlebih dahulu. Tujuannya agar saat disapu, debu-debu dan kotorannya tidak beterbangan
ditiup angin. Singkirkan sisa pembongkaran beton ini di tempat yang aman.

7. Pengukuran Hasil Kerja


- Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Konsultan supervisi.
- Satuan pembayaran adalah sebagaimana tercantum dalam Bill of Quantity (BoQ).

III.4.4 PEKERJAAN LANDFILL

Ruang Lingkup
- Pengadaan dan pemasangan geomembrane
- Pengadaan dan pemasangan geotextile
- Penghamparan batu pecah 5/7
- Penataan sel sampah eksisting
- Perbaikan Pipa Gas Venting

Bahan
1. Geomembrane
Material HDPE Geomembrane harus memiliki gambaran umum sebagai berikut :
- Material Geomembrane terbuat dari lembaran HDPE (High Density Polyethylene).
- Material diproduksi dengan cara flat extrusion (flat die).
- Material geomembrane memiliki lapisan / lembaran film selebar 125 mm disepanjang tepi
overlap, dengan tujuan untuk menjaga kebersihan dan kualitas pengelasan.

Nilai fisik / data teknis yang harus dipenuhi oleh material HDPE Geomembrane :

- Ketebalan nominal = 1.50 mm ASTM D 5199


- Variasi ketebalan ≤ 5% ASTM D 5199
- Kepadatan / density = 0.94 gr/cm3 ASTM D 792 / 1505
- Melt Flow Index (MFI) ≥ 2 g/10 min ASTM 1238 (190/5)
- Tensile strength at yield = 25 N/mm ASTM D 6693
- Elongation at yield = 12 % ASTM D 6693
- Kandungan Carbon Black =2% ASTM 1603-94
- Tear resistance ≥ 200N ASTM D 1004
- Puncture resistance ≥ 500 N ASTM D 4833
- Stabilitas dimensi pada tempat
penyimpanan 1jam/100°C ≤2% ASTM D 1204

2. Material Non Woven Geotextile – Proteksi

Material non woven geotextile – proteksi terbuat dari bahan polypropylene (PP) yang diproduksi
dengan menggunakan proses needle punch / mechanical bonded.

Data teknis material non woven geotextile – proteksi, sebagai berikut :

Mass per unit area (EN 965) g/m² ≥ 600


Ketebalan (EN 964-1) mm ≥ ,60
Maksimum tensile strength (DIN EN ISO 10319)
- Searah mesin (transversal) kN/m ≥ 138
- Melintang arah mesin (longitundinal) kN/m ≥ 22
Elongasi pada tensile strength maksimum (DIN EN ISO 10319)
- Searah mesin % ≥ 80
- Melintang arah mesin % ≥ 50
Puncture force (EN ISO 12236) N ≥ 2.700
Elongasi pada kuat tekan statis (static puncture strength) % 50
(EN ISO 12236)
Metal detector test pada saat pembuatan YA

3. Material Non Woven Geotextile – Separasi

Material Non-Woven Geotextile – Filtrasi terbuat dari bahan polypropylene (PP) atau Polyester
(PES) yang diproduksi dengan menggunakan proses needle punch / mechanical bonded.
Material Non-Woven Geotextile harus memiliki sertifikat Filter Stabil / resistant dari lembaga
independen international.

Material Non-Woven Geotextile harus memiliki data teknis sebagai berikut :


Mass per unit area (EN 965) g/m² ≥ 300
Ketebalan (EN 964-1) mm ≥ 3,20
Maksimum tensile strength (DIN EN ISO 10319)
- Searah mesin (transversal) kN/m ≥ 5.5
- Melintang arah mesin (longitundinal) kN/m ≥ 10
Elongasi pada tensile strength maksimum (DIN EN ISO 10319)
- Searah mesin % ≥ 80
- Melintang arah mesin % ≥ 50
Puncture force (EN ISO 12236) N ≥ 1.200
Elongasi pada kuat tekan statis (static puncture strength) % 50
(EN ISO 12236)
Metal detector test pada saat pembuatan YA

4. Spesifikasi Khusus

- Surat pernyataan GARANSI dari Pabrikan (bukan supplier) (ASLI) untuk seluruh material
tersebut diatas selama 10 (sepuluh) tahun.
- Pabrikan (bukan supplier) harus memiliki sertifikat standar produksi ISO 9001 (2000). (copy)
- Surat dukungan ASLI dari supplier serta aplikator kepada kontraktor peserta tender, dan
suplier tersebut harus melampirkan surat penunjukan resmi dari Pabrikan (bukan supplier)
(ASLI) untuk mensuplai dan mengerjakan proyek ini (nama proyek disebutkan).
- Kontraktor wajib melampirkan semua teknikal data dan spesifikasi ASLI yang dikeluarkan
oleh Pabrikan (bukan supplier) (dalam bentuk surat resmi dari Pabrikan (bukan supplier))
dari setiap material seperti tersebut diatas pada saat pemasukan tender dokumen.
- Kontraktor tidak dibenarkan untuk melakukan pembelian material sebelum ada persetujuan
dari pemberi tugas. Kontraktor harus mengajukan proposal pengajuan barang kepada
Direksi dan Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan sebelum barang dipesan
kepada suplier.
- Dalam pengajuan persetujuan material, kontraktor harus memberikan waktu yang cukup
untuk prosedur pengajuan tersebut dan juga harus mempertimbangkan waktu pengadaan
barang (impor), waktu produksi hingga waktu pengiriman ke lapangan. Keterlambatan yang
disebabkan karena masalah persetujuan dan pengadaan barang akan menjadi tanggung
jawab sepenuhnya dari kontraktor.
- Pada saat pemasukan dokumen tender, peserta tender harus sudah menentukan dengan
jelas JENIS, MEREK, PABRIKAN (Bukan Supplier) dan SPESIFIKASI MATERIAL yang
sesuai dan mencantumkan nama supplier / aplikator.
- Dokumen-dokumen yang wajib dilampirkan oleh Peserta Tender adalah sebagai berikut :
• Surat Penunjukan dari Pabrikan (bukan supplier) kepada supplier (harus ASLI) sebagai
supplier dan aplikator resmi untuk pekerjaan Optimalisasi TPA Natar Pabrikan (bukan
supplier))
• Surat ASLI dari Pabrikan (bukan supplier) menyatakan beberapa hal seperti :
- Nama semua material yang disuplai dan pernyataan bahwa semua material
geosynthetics tersebut berasal dari satu pabrik.
- Atau surat persetujuan dari Pabrikan (bukan supplier) untuk perhitungan analisa
stabilitas dengan material geosynthetics lain.
- Pernyataan akan jaminan/garansi setiap material minimal 10 (sepuluh) tahun
• Surat ASLI dari Pabrikan (bukan supplier) yang mengkonfirmasikan nilai / data teknis dari
masing masing material ( Isi form sesuai item spesifikasi yang diminta)
• Copy sertifikat ISO 9001 : 2000 Pabrikan (bukan supplier)
• Copy sertifikat dari lembaga independen antara lain dari :
- BBA sertifikat untuk material GCL.
• Pernyataan dari Pabrikan (bukan supplier) (ASLI) bahwa material HDPE Geomembrane
yang akan disuplai ke proyek Optimalisasi TPA Natar adalah dengan proses FLAT (DIE)
EXTRUSION, bukan blown sheet.
• Surat Pernyataan ASLI dari Pabrikan (bukan supplier), bahwa pada saat awal
pemasangan akan ada wakil resmi dari Pabrikan (bukan supplier), yang akan datang di
lokasi proyek dan mengkonfirmasi tentang keaslian material yang telah disuplai tersebut.
Apabila jumlah Pabrikan (bukan supplier) lebih dari satu, maka surat konfirmasi harus
dari setiap Pabrikan (bukan supplier).
- Suplier / Aplikator harus memiliki surat penunjukkan resmi dari Pabrikan (bukan supplier)
untuk proyek Optimalisasi TPA Natar (ASLI).
- Suplier harus memberikan surat dukungan / kerjasama kepada peserta tender (ASLI).
- Suplier harus melampirkan foto-foto / gambar peralatan serta alat testing, dan brosur untuk
mesin yang akan digunakan.
- Supplier harus melampirkan copy bukti kepemilikan pembelian mesin dan alat testing untuk
pemasangan HDPE Geomembrane dan peralatan testing sesuai dengan yang tercantum
pada persyaratan Peralatan di bawah.

5. Persyaratan Alat / Perlengkapan Welding dan Testing Material HDPE Geomembrane


Persyaratan Alat Welding :
- Mesin automatic double wedge welding, yang menghasilkan rongga udara (air channel).
- Extrussion welding, beserta shoes untuk bagian ujungnya.
- Mesin portable hand welding

Persyaratan Alat Testing :


- Alat Peel test (untuk melakukan testing hasil pengelasan / welding)
- Alat test vacuum lurus
- Alat test vacuum untuk area repair
- Alat test vacuum untuk 2 (dua) sisi / bidang
- Alat test vacuum untuk 3 (tiga) sisi / bidang

Metode Pelaksanaan
1. Penghamparan Lembaran Geomembrane.
- Lembaran Geomembrane dihamparkan pada permukaan yang akan dilapis Geomembrane
dengan menggunakan balok penghampar yang dipasang pada excavator atau
menggunakan alat lain yang disetujui oleh Engineer.
- Peralatan-peralatan yang digunakan tidak menyebabkan kerusakan pada Geomembrane
selama pengangkatan, pengangkutan dan penghamparan.
- Pelaksana instalasi yang bekerja diatas Geomembrane tidak diperkenankan merokok dan
menggunakan alas kaki yang dapat merusak Geomembrane.
- Metode yang digunakan untuk penghamparan lembaran Geomembrane tidak menyebabkan
penggoresan atau lipatan di lembaran Geomembrane dan tidak menyebabkan kerusakan
tanah pendukungnya
- Pemberat (e.g : kantong berisi pasir atau yang semacam yang tidak merusak
Geomembrane) diletakkan diatas lembaran Geomembrane untuk mencegah lembaran
tersebut terangkat oleh angin (pada kasus dimana kekuatan angin sangat besar, pemberat
disarankan diletakan menerus di sepanjang bagian tepi panel lembaran Geomembrane
untuk mengurangi resiko angin bertiup di bawah panel).
- Pada penghamparan Geomembrane dengan cara manual menggunakan tenaga manusia
maka diperlukan penyiapan lahan untuk penggelaran pada yang berdekatan dengan kolam.
Tanah dasar untuk penghamparan dan pemotongan material Geomembrane permukaannya
harus rata dan bersih dari obyek-obyek yang tajam, dan segala bentuk puing-puing yang
dapat menyebabkan kerusakan pada material Geomembrane.

2. Sistem penyambungan.
- Proses penyambungan yang diijinkan adalah menggunakan sistem Hot Shoe dan sistem
Extrusion welding.
- Cara ‘Extrusion’ yaitu cara penyambungan dengan mempergunakan batangan HDPE dan
alat pemanas seperti halnya metode las (pemanasan).
- Cara ‘Fusion’ yaitu cara penyambungan dengan alat Hot shoe yang memanaskan dua
lembar Geomembrane (overlaping) sehingga menyatu.
- Perlu menjadi perhatian dalam penempatan arah sambungan pada penyambungan di
bagian lereng yaitu dari atas ke bawah dan bukan arah melintang lereng. Dibagian sudut
dan pada geometris yang tidak beraturan penyambungan harus sesedikit mungkin.
- Sambungan T tidak boleh lebih dekat dari 5 ‘ (feet) dari ujung bagian kaki lereng.
Penyambungan ditempatkan dan harus dihindari kerutan dan ‘mulut ikan’. Apabila terdapat
kerutan dan ‘mulut ikan’ (fish mouth) maka harus dipotong dan ditutup dengan lembaran
Geomembrane (cap-stripped).

3. Overlap.
- Panel Geomembrane menggunakan overlap minimum 4“ (inches) pada penyambungan
dengan cara Hot Shoe dan 3" (inches) pada penyambungan dengan cara Extrusion.
- Cairan pembersih tidak boleh digunakan pada saat membersihkan bagian overlap pada
proses penyambungan.
- Peralatan yang digunakan pada penyambungan Geomembrane dan assesorisnya.
- Alat penyambung yang diijinkan adalah alat penyambung Hot Shoe dan alat Extrusion.

4. Penghamparan Geotextile
- Di tahap ini,geotextile harus digelar secara melintang dijalan.
- Setelah itu,geotextile harus dihampar ditanah tanpa gelombang/kerutan. Pada lahan yang
luas geotextile bisa dipasang fleksibel (melintang atau memanjang)
- Geotextile bisa dipotong terlebih dahulu ditempat yang memungkinkan. Ini tujuannya untuk
lokasi yg sulit dilakukan pemotongan dan penyambungan.

5. Penyambungan Geotextile
- Penyambungan geotextile yang satu dengan yang lain bisa dilakukan dengan cara saling
melewati (overlapp) atau dengan cara dijahit (sewn)
- Dengan metode overlapp,jarak minimal adalah 30-100 cm.
- Penjahitan panel geotextile bisa dilakukan dilapangan memakai mesin jahit portable atau
tenaga generator

6. Penyebaran & Penempatan Agregat


- Setelah geotextile selesain disambung,selanjutnya adalah menebar atau menempatkan
agregat
- Penempatan agregat dilakukan dengan cara mendorong maju tumpukan agregat
- Ketebalan agregatnya disesuaikan dengan perencanaan yang kita lakukan sebelumnya.
- Material agregat lalu diratakan dapat menggunakan alat berat. Kalau lapisan agregatnya
tipis sebaiknya jangan menggunakan alat berat.

7. Pengukuran Hasil Kerja


- Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Konsultan supervisi.
- Satuan pembayaran adalah sebagaimana tercantum dalam Bill of Quantity (BoQ).

III.4.5 PEKERJAAN JALAN INSPEKSI

Ruang Lingkup
- Pekerjaan timbunan tanah
- Pekerjaan paving block
- Lantai kerja
- Perkerasan jalan beton K-100 dan K-250
- Pekerjaan bekisting dan pembesian

Bahan
- Tanah timbunan
- Untuk pekerjaan bekisting, pembesian, lantai kerja dan beton, bahan yang digunakan
sebagaimana poin III.4.2
- Paving block t = 8 cm, K-175

Metode Pelaksanaan
1. Pekerjaan timbunan tanah peninggian elevasi lantai jalan inspeksi kolam lindi
Untuk pekerjaan ini dapat dilihat pada metode pelaksanaan poin III.4.1 diatas

2. Pekerjaan jalan inspeksi paving block


- Sebelum paving block dipasang pastikan struktur dari lahan yang hendak di paving
dalam keadaan benar-benar padat. apabila belum padat dapat dipadatkan Dengan
menggunakan mesin roller (wales) atau stamper kuda. hal ini agar lahan yang telah
dipasang paving block tidak amblas.
- Subgrade atau lapisan tanah paling dasar harus diratakan terlebih dahulu, sehingga
mempunyai profil dengan kemiringan sama dengan yang di perlukan untuk kemiringan
drainage (water run off) yaitu minimal 1,5 %. subgrade atau lapisan tanah Dasar tersebut
harus di padatkan sebelum pekerjaan subbase dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi
teknis yang di butuhkan. Ini sangat penting untuk kekuatan landasan area paving nantinya.
- Pekerjaan lapisan subbase harus disesuaikan dengan gambar dan spesifikasi teknis yang di
butuhkan. Profil lapisan permukaan dari subbase juga harus mempunyai minimal
kemiringan 2 %, dua arah melintang kekiri dan kekanan Kemiringan ini sangat penting
untuk jangka panjang kestabilan paving.
- Kanstin beton atau Penguat tepi atau Kerb harus sudah di pasang sebelum
pemasangan paving dilakukan. Hal ini harus dilakukan untuk menahan paving pada tiap sisi
agar paving tidak bergeser sehingga paving akan lebih rapi pada hasil akhirnya.
- Pastikan permukaan lahan yang akan di paving dalam kondisi rata/ sudah level.
- Gelar abu batu atau pasir mengikuti kemiringan yang telah ditentukan kemudian diratakan
dengan menggunakan jidar kayu.
- Lakukan pemasangan paving block dengan cara maju kedepan, sementara pekerja
pemasang paving berada diatas paving yang telah terpasang.
- Untuk tepian lahan/ sudut-sudut yang belum terpasang paving block (las-lasan), potong
paving block dengan menggunakan alat pemotong paving block / paving block cutter.
- selanjutnya di lakukan pengisian antar naat paving block tersebut (pengisian joint filler)
dengan menggunakan abu batu atau pasir.
- Lakukan pemadatan dengan plat getar / stamper plate / vibro, supaya terjadi penguncian
akibat pengisian celah dari pasir alas yang terdesak ke atas & pasir pengisi yang dipasang
bersamaan dengan vibro.
- Bersihkan area lahan yang telah terpasang paving block dari sisa-sisa material dan kotoran.

3. Perkerasan Jalan Beton K-100 dan K-250


- Bekisting harus terbuat dari triplek ukuran 3 mm dan rangka yang kokoh terbuat dari kayu
keras, sama sekali tidak diijinkan memakai bambu sebagai rangka bekisting.
- Bekisting harus rapat dan kedap air, terutama pada sambungan - sambungan. Pada saat
pengecoran beton, tidak boleh ada cairan atau adukan beton yang mengalir keluar karena
bocor.
- Untuk permukaan luar beton yang tidak akan diplester (semi exposed), permukaan dalam
bekisting/ multiplex sebaiknya dilapisi bahan sejenis minyak yang disetujui oleh Direksi/
konsultan pengawas untuk memudahkan pembongkaran bekisting itu kelak. Penggunaan oli
bekas tidak bisa dibenarkan.
- Penggunaan ulang dari (bahan) bekisting yang sudah pernah dipakai harus atas seijin
Direksi/ Pengawas.
- Bekisting yang sudah dipasang, harus diperiksa oleh Direksi/ konsultan Pengawas terlebih
dahulu sebelum pengecoran. Direksi berhak menolak dan memerintahkan pembongkaran
atau perbaikan terhadap bekisting yang dianggapnya tidak memenuhi syarat baik kekuatan
maupun ukuran – ukurannya.
- Adapun pelaksanaan pekerjaanya sebagai berikut : bila tidak ditentukan lain, adukan beton
harus dibuat dengan menggunakan mesin pengaduk beton atau ready mix.
- Lamanya waktu yang digunakan untuk mengaduk semua campuran beton adalah paling
sedikit 1 1/2 menit untuk 1 m3 beton dihitung dari saat sesudah semua bahan kecuali air,
dimasukkan ke dalam molen.
- Lamanya waktu pengadukan harus ditambah bila kapasitas mesin lebih besar dari 1 m3.
Contoh : untuk 2 m3, waktu pengadukan adalah : 1 1/2 menit + 1 menit = 2 1/2 menit dan
seterusnya.
- Pemeriksaan kekentalan ini harus disaksikan oleh Direksi/konsultan Pengawas.
- Untuk memenuhi persyaratan kekentalan adukan beton ini, jumlah air yang digunakan dapat
dirubah, disesuaikan perubahan keadaan cuaca atau kelembapan bahan - bahan adukan.
- Pelaksanaan pengecoran beton harus disaksikan oleh Direksi/konsultan Pengawas.
- Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bila keadaan cuaca buruk.
- Adukan beton yang tidak memenuhi syarat tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari
tempat pekerjaan.
- Pada waktu pengecoran, adukan beton tidak boleh dijatuhkan tinggi jatuh lebih dari 1,5 m.
Bila tinggi jatuh adukan beton lebih dari 1,5 m maka kerikil akan terpisah dari adukan dan
akan membentuk sarang - sarang kerikil yang berongga.
- Untuk pengecoran yang dalam/tinggi, dapat menggunakan saluran vertikal dan/ atau corong
yang licin agar adukan beton yang melaluinya tetap homogen.
- Pengecoran harus dilakukan dengan merata, adukan beton yang telah dicorkan, tidak boleh
didorong atau dipindahkan lebih dari 2 (dua) meter dalam arah datar.
- Bagian struktur yang pengecorannya harus dilakukan lapis demi lapis, tiap lapis harus
mempunyai tinggi yang merat/seragam dan tidak melebihi 100 cm, harus dihindarkan
terjadinya lapisan, yang tingginya tidak seragam dan berbentuk miring. Pengecoran lapisan
yang berikutnya harus dilakukan pada waktu lapisan sebelumnya masih lunak. Pemakaian
conveyor belt untuk mengangkut adukan beton harus seijin Direksi/konsultan pengawas.
- Dalam cuaca panas, Rekanan harus melakukan langkah-langkah pengamanan agar adukan
beton tidak terlalu cepat mengering, misalnya dengan cara melindunginya dari panas
matahari secara langsung.
- Adukan beton yang telah dicor ke dalam bekisting, harus digetarkan dengan menggunakan
alat penggetar (vibrator) agar diperoleh beton yang padat dan homogen serta tidak terjadi
sarang - sarang kerikil.
- Pada waktu digunakan, jarum penggetar tidak boleh menyentuh bekisting atau besi
tulangan.
- Pencelupan jarum penggetar kedalam adukan beton tidak boleh terlalu lama sebab bisa
mengakibatkan pemisahan unsur-unsur adukan beton.
- Ukuran diameter jarum penggetar yang digunakan harus disesuaikan dengan
keadaan/dimensi bagian yang harus dicor.
- Adukan beton yang telah dicor ke dalam bekisting, harus digetarkan dengan menggunakan
alat penggetar (vibrator) agar diperoleh beton yang padat dan homogen serta tidak terjadi
sarang - sarang kerikil.
- Hal-hal lain terkait pembesian dan beton, lihat metode pelaksanaan point III.4.2 spesifikasi
teknis ini.

6. Pengukuran Hasil Kerja


- Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Konsultan supervisi.
- Satuan pembayaran adalah sebagaimana tercantum dalam Bill of Quantity (BoQ).

III.4.6 PEKERJAAN SALURAN DRAINASE

Ruang Lingkup
- Pekerjaan galian tanah
- Pekerjaan Lantai Kerja
- Pekerjaan Pembesian
- Pekerjaan beton
- Pekerjaan bekisting dan pembesian
- Pekerjaan pasangan batu
- Pekerjaan plesteran dan acian
- Pekerjaan pasangan buis beton

Bahan
- Tanah timbunan
- Untuk pekerjaan pasangan batu, plesteran, bekisting, pembesian, lantai kerja dan beton, bahan
yang digunakan lihat metode pelaksanaan poin III.4.1 dan III.4.2 spesifikasi teknis ini.
- Buis beton dia. 80 cm

Metode Pelaksanaan

1. Untuk pekerjaan saluran drainase ini lihat metode pelaksanaan poin III.4.1 dan III.4.2 spesifikasi
teknis ini.

2. Pengukuran Hasil Kerja


- Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Konsultan supervisi.
- Satuan pembayaran adalah sebagaimana tercantum dalam Bill of Quantity (BoQ).

III.4.7 PEKERJAAN REHABILITASI IPL

Ruang Lingkup
- Pekerjaan dewatering dan Pembersihan dinding kolam
- Pembersihan acian dinding kolam
- Pengadaan dan pemasangan pipa HDPE 12’
- Pengadaan dan pemasangan elbow 90 pipa HDPE 12’
- Pekerjaan pasangan batu bata, Plesteran dan acian
- Bekisting, pembesian dan beton
- Pekerjaan pengecatan dinding

Bahan
- Cat dinding luar (exterior) + kuas
- Pipa HDPE dia.12”
- Elbow 90 Pipa HDPE dia.12”
- Batu bata, dan
- Untuk pekerjaan galian, pasangan batu, plesteran, bekisting, pembesian, lantai kerja dan beton,
bahan yang digunakan lihat metode pelaksanaan poin III.4.1 dan III.4.2 spesifikasi teknis ini.

Metode Pelaksanaan
1. Dewatering dan Pembersihan Dinding Kolam
Metode dewatering yang digunakan pada IPL dengan metode open pumping. Metode open
pumping yakni metode yang dilakukan dengan mengumpulkan air permukaan di bagian tepi
dengan menggunakan kolektor. Air kemudian dipompa keluar melalui sumur/selokan yang
mengarah ke badan air terdekat, adapun metode pelaksanaannya sebagai berikut :
- Siapkan saluran untuk mengalirkan air yang dipompa, sejak sebelum pemompaan dilakukan
- Gunakan pompa berjenis pompa lumpur berjenis submersible drainage dikarenakan material
yang akan dipompakan pada dasar IPL sudah terjadi pengendapan (lumpur)
- Letakkan posisi pompa pada bagian terendah dasar kolam IPL
- Pada setiap tahapan galian dibuat sumur kecil/ selokan tandon air untuk tempat pompa isap.
- Bila area dewatering sangat luas, dapat dilakukan secara bertahap atau menggunakan lebih
dari 1 unit pompa untuk mengefisiensi waktu pelaksanaan pekerjaan

2. Untuk pekerjaan galian, pasangan batu, plesteran, bekisting, pembesian, lantai kerja dan beton,
bahan yang digunakan lihat metode pelaksanaan poin III.4.1 dan III.4.2 spesifikasi teknis ini.

3. Pengukuran Hasil Kerja


- Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Konsultan supervisi.
- Satuan pembayaran adalah sebagaimana tercantum dalam Bill of Quantity (BoQ).

III.4.7 PEKERJAAN BOX KONTROL DAN TANGGA INSPEKSI

Ruang Lingkup
- Pekerjaan pasangan batu belah
- Pekerjaan beton, pembesian dan bekisting
- Pekerjaan Plesteran + Acian
- Pekerjaan Tangga Inspeksi
- Pekerjaan Pengecatan Tangga

Bahan
- Bahan untuk pasangan batu belah dan pekerjaan pembetonan, pembesian dan bekisting bahan
yang digunakan dapat lihat metode pelaksanaan poin III.4.2 spesifikasi teknis ini.
- Bahan yang digunakan untuk tangga inspeksi sebagai berikut :
• Ralling Pipa : Pipa Galvanis 1,5”
• Tiang Ralling : Pipa Galvanis 1,5”
• Tiang Utama : Pipa Baja Diameter 4”
• Profil Baja Siku
• Plat Boardess
• Cat Besi + kuas

Metode Pelaksanaan

1. Untuk pekerjaan pasangan batu, plesteran, bekisting, pembesian dan pasangan beton ini lihat
metode pelaksanaan poin III.4.1 dan III.4.2 spesifikasi teknis ini.

2. Pekerjaan Tangga Inspeksi


▪ Pekerja pemasangan tangga inspeksi harus merupakan Juru las yang memilki pengalaman
dan kualifikasi yang cukup bagi pekerjaan pengelasan ,dan memegang sertifikat atau ijazah
yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang.
▪ Batang Las dan Mesin Las
Batang las harus sesuai persyaratan yang ditentukan dalam JIS Z 3211 dan 3212 atau yang
memiliki kuat tarik yang setara atau lebih baik dari logam dasar bahan pipa. Batang las yang
menyerap lengas (moiture) tidak boleh digunakan dan tingkat lengas harus lebih kecil dari 2,5
% untuk batang yang diiluminasi (illuminated rod) dan 0,5 % untuk batang yang hydrogennya
rendah (low hydrogenous rod). Mesin las,harus mesin pengelasan busur nyala (Arc Welding
Machine) dengan arus AC atau pengelasan busur nyata DC, sebagaimana yang ditentukan
dalam JIS C 9301 atau pada standar yang telah diterima oleh Direksi.
▪ Proses Pengelasan Tangga Inspeksi
Sebelum pengerjaan pengelasan, permukaan alur harus dibersihkan dari debu,tanah dan
karat dengan menyikat dan mengasah (grinding). Bila pipa akan dipotong dilapangan, lapisan
pelindung dalam maupun lapisan pelindung luar pada kedua ujung pipa, harus dikupas
minimum 10 cm,kemudian ujung pipa dibuat alur sebagaimana yang ditentukan . ”Fitting” tidak
boleh dipotong dilapangan. Proses pengelasan dan kecepatan harus dijaga selama pekerjaan
pengelasan, harus terus menerus (berlanjut ) dari bagian dasar kebagian atas pinggiran pipa.
Bila pengelasan dilakukan dilapangan ,pelaksana harus memperhatikan keadaan cuaca
seperti hujan ,temperatur, kelembaban dan angin. Pekerjaan tidak boleh dilakukan dalam
kondisi cuaca seperti yang telah disebutkan tanpa perlindungan atau persetujuan dari Direksi.
Permukaan hasil pengelasan harus seragam tanpa ada sempalan yang berlebihan, tumpang
tindih dan ketidak rataan.

3. Pengukuran Hasil Kerja


- Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Konsultan supervisi.
- Satuan pembayaran adalah sebagaimana tercantum dalam Bill of Quantity (BoQ).

Anda mungkin juga menyukai